IRASAH D MEDP Newsletter
September 2009
BERTAHAP MEMBANGUN MUTU FISIK MADRASAH DIRASAH D IRASAH
1
DA F T A R I S I
DIRASAH MEDP Newsletter
Alamat: Lantai 8 Blok C 808 Gedung Departemen Agama Jl. Lapangan Banteng Barat no. 3-4 Jakarta Dewan Redaksi: Bahrul Hayat, PhD, Dr. Mohammad Ali, Dr. Affandi Mochtar Pemimpin Umum: Drs. H. Firdaus, M.Pd Pemimpin Redaksi: Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd Wakil Pemred: Aceng Abdul Aziz, M.Pd Staf Redaksi: Abdul Rouf, Bekti Indramaji, Ety Herawati, Fifi Mutia, Nina Hasanah, Muhibuddin Konsultan Produksi: PT. Madah Arbata Design: Ahmad Gabriel Website: medp.depag.go.id
4 SALAM REDAKSI
PROGRAM
3
20 Menajamkan Kerja Fasilitator 22 Lulusan Pontren Mampu Bersaing 24 85% Anggaran Depag untuk Pendidikan 25 Banyak Guru Madrasah belum Penuhi Kualifikasi 26 Jadi Guru Madrasah Harus Ikhlas 27 Sukabumi Miliki Perda Wajib Pendidikan Agama
Kondisi Fisik Madrasah
LAPORAN UTAMA 4 7 9
Beragam Mutu Fisik Madrasah Ikhtiar Meningkatkan Sarana Madrasah Kepala Madrasah Berperan Besar
PENGALAMAN 11 Nurshohib: MEDP Sudah Tepat Sasaran PROFIL 14 MI Darul Da’wah Islamiyah Sakeang, Semangat Tak Luntur 16 MTs Miftahul Ulum Ngemplak: Siap Kelola Dana Blockgrant 18 MAN Muallimin Muallimat: Kukuh Pegang Tradisi Kitab
11
SUKSES 28 Perguruan Islam Assyafiiyah: Sukses Berkat Siaran Radio Dakwah PERSPEKTIF 30 Langkah-Langkah Penerapan PTK 33 Aceng Abdul Aziz M.Pd.: Perencanaan, Titik Awal Peningkatan Mutu Madrasah
20
2
7
September 2009
33
SAL AM RE DAKSI
Kondisi Fisik Madrasah
P
embaca yang terhormat, Dirasah edisi ini mengupas topik bangunan fisik, gedung dan sarana-prasarana madrasah. Topik ini penting diangkat untuk memberikan gambaran kondisi madrasah di Tanah Air dilihat dari bangunan fisiknya. Kita tentu memaklumi, kondisi fisik bangunan madrasah kita jauh dari harapan. Memang banyak gedung-gedung madrasah yang tergolong baik. Tapi lebih banyak lagi bangunan fisik madrasah yang memprihatinkan. Karena itulah, awal tahun lalu, Departemen Agama telah mencanangkan perbaikan ribuan gedung ibtidaiyah yang dibiayai dari APBN. Nah, pemerintah melalu proyek MEDP, juga menyediakan blockgrant yang sebagian besar diperuntukkan bagi pembangunan dan perbaikan fisik madrasah. Sehubungan dengan itu, pada bulan Agustus dan September lalu, kita menuntaskan satu kegiatan pelatihan yang diyakini akan sangat berpengruh terhadap pengamanan blockgrant atau bantuan dana yang akan kita kucurkan. Mengingat pentingnya pelatihan yang berlangsung serentak di ketiga
wilayah pelaksanaan proyek MEDP, maka seluruh jajaran pelaksana proyek ini mulai tingkat pusat hingga daerah, dilibatkan. Pelatihan dimulai di Makasar Sulawesi Selatan, dilanjutkan di Surabaya Jawa Timur dan di Semarang Jawa Tengah. Setiap pelatihan dibagi dalam lima sesi, intinya untuk pendalaman dan sosialisasi. Masing-masing sesi membahas masalah pengadaan pekerjaan konstruksi, keuangan blockgrant, sosialisasi program pembinaan profesi guru dan sumber belajar, serta sosialisasi website MEDP. Materi-materi pelatihan tersebut sangat penting dipahami oleh seluruh jajaran pengelola MEDP, khususnya para fasilitator. Mereka wajib meneruskan apa yang telah diterima melalui pelatihan ke madrasah binaan masing-masing. Khusus menyangkut website tadi, para pembaca dapat mengaksesnya di http://medp.depag. go.id. Website ini bersifat publik, dapat diakses oleh siapa pun dari semua penjuru. Website ini terus disempurnakan sehingga isinya lengkap dan memadai. Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd. Manajer Proyek MEDP
DIRASAH
3
LA P O RA N UT A M A
Beragam Mutu Fisik Madrasah
Foto:Ali
Mutu madrasah bervariasi. Sebagian tergolong telah mapan, memiliki gedung dan berbagai sarana penunjang pembelajaran yang relatif memadai. Sebagian besar lainnya bisa dikatakan memprihatinkan.
B
eberapa anak berbaju batik dengan dominasi warna coklat, bercelana panjang warna hijau, duduk di atas bangku kayu coklat yang tampaknya sudah berumur karena mulai kusam. Mereka saling mengobrol. Sebagian lainnya berlarian di sela-sela bangku sambil tertawa ceria. Mereka sedang menanti kehadiran guru yang dijadwal akan mengajar mereka hari itu. Di sekeliling anak-anak itu, tampak dinding kelas yang sudah tak jelas lagi warna catnya karena telah 4
September 2009
memudar. Pada beberapa tempat, dinding tersebut mulai terkelupas. Nyaris tak ada hiasan menempel di dinding itu, kecuali satu poster seorang pahlawan nasional yang tergantung miring dan tersaput debu tebal. Sementara lantai yang mereka pijak, berwarna coklat, terbuat dari ubin produksi tahun tahun 80-an. Mengalihkan pandangan dari ruang kelas, mata kita akan tertumbuk pada sebarisan bangunan ruang kelas yang menceritakan satu hal: waktu telah lama berlalu
L AP O RAN UTAMA di madrasah yang berjarak sekitar delapan km dari ruas jalan raya Bangkalan-Sampang itu. Rata-rata dinding pada sederetan bangunan di komplek madrasah itu memang telah memudar catnya. Pada salah satu ruang kelas, plafonnya mulai tampak miring. Bahkan ada juga lubang di situ. Demikianlah sekilas gambaran keadaan bangunan di Madrasah Ibtidaiyah Husnul Khotimah yang berlokasi di Desa Kampek Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan. Memprihatinkan? Namun, meski demikian keadaannya, seperti dituturkan KH. Fauzan Faqih, semenjak 1983 madrasah tersebut telah turut mencerdaskan bangsa. Menurut Ketua Yayasan Husnul Khotimah ini, setiap tahunnya, madrasah Husnul Khotimah mengentaskan ratusan anak dari buta huruf hingga mereka bisa mengeja a-b-c-d dan a-ba-tatsa, sebagai bekal mereka meraih pendidikan di jenjang lebih tinggi. Namun, keadaan berbeda tam-
pak di lingkungan kampus Yayasan Pendidikan Maarif. Di kampus berjarak sekitar 20 km dari lokasi MI Husnul Khotimah ini, tepatnya di Jl. KHA. Marzuki No. 30 Kota Bangkalan, kita akan menjumpai bangunan dua tingkat bercat putih baru yang terlihat kokoh. Sebagian kusen bangunan tersebut berwana coklat, sisanya berwarna hijau muda. Atapnya dicat warna putih. Sementara lantainya digelar keramik putih ukuran 30 cm x 30 cm. Menurut Effendi Yunan, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum MTs Ma’arif, fasilitas di madrasah tersebut tergolong lengkap. Laboratorium IPA, perpustakaan, laboratorium komputer, tersedia bagi para siswa. Selain madrasah tsanawiyah, Yayasan Pendidikan Maarif juga mengelola Pondok Pesantren Syaikhona Kholil serta beberapa lembaga pendidikan Islam lainnya termasuk perguruan tinggi. Gambaran fisik madrasah yang relatif baik juga bisa kita jumpai di
Flickr.com
DIRASAH
5
LAP O R A N UT A MA Madrasah Muallimin Muallimat Tambak Beras Jombang. Madrasah ini memiliki bangunan tiga lantai -yang dua lantai telah tuntas dibangun dan dicat putih, sementara lantai ketiga sedang dalam proses penyelesaian, masih berupa dinding bata. Lantai 1 dan 2 bangunan kampus itu juga tampak bersih tanpa terlihat coretan di dindingnya, dan terlihat sangat kokoh. Memang, seperti dikatakan Zuman Malaka, fasilitator MEDP di Kabupaten Bangkalan, keadaan madrasah-madrasah di Indonesia tergolong variatif ditinjau dari berbagai aspek, termasuk mutu sarana dan prasarana pembelajarannya. Sebagian madrasah tergolong telah mapan, memiliki gedung madrasah dan berbagai sarana prasarana penunjang pembelajaran yang relatif memadai. Sementara kondisi sebagian besar lainnya bisa dikatakan memprihatinkan: bangunan telah menua dan rusak di sana-sini, fasilitas pembelajaran lainnya pun tak tersedia. Kondisi memprihatinkan ini bisa kita maklumi. Lebih dari 90 persen madrasah di Indonesia dididirikan dan dikelola oleh pihak swasta atau masyarakat. Biasanya, madrasah didirikan tanpa persiapan matang, dengan prinsip sederhana, “yang penting anak-anak bisa belajar.� Madrasah yang gedung dan sarananya dibangun menggunakan dana hasil swadaya, baik dari pendiri madrasah maupun sumbangan masyarakat yang jumlahnya terbatas dan 6
September 2009
tak berkelanjutan, biasanya berada dalam kondisi memprihatinkan. Jarang ada pengelola yang memiliki dana cukup untuk merehab bangunan yang rusak atau menambah sarana prasarana standar. Keadaan agak berbeda dialami oleh madrasah yang telah mendapatkan sentuhan bantuan dari pemerintah, baik melalui Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Madrasah kategori ini biasanya memiliki gedung, ruang kelas untuk belajar dan sarana prasarana yang relatif lebih lengkap. Mengapa sebagian madrasah bisa mendapatkan sentuhan seperti ini sehingga mengalami perbaikan mutu fisik secara signifikan, sementara madrasah lainnya tidak? Dari sisi madrasah sendiri, ini tergantung pada kemampuan para pengelola madrasah untuk mengakses berbagai sumber bantuan yang tersedia. Jika pengelola madrasah agresif dan tekun menggali sumber-sumber bantuan, mereka punya kesempatan mendapatkan pendanaan untuk bisa memperbaiki mutu fisik madrasah yang mereka kelola. Demikian pula sebaliknya. Dari sisi pemerintah sendiri, keadaannya belum memungkinkan untuk membantu semua madrasah dengan jumlah yang memadai. Sebabnya jelas, anggaran yang tersedia terbatas. Yang paling mungkin dilakukan pemerintah, saat ini, memberi bantuan setahap demi setahap. (at)
L AP O RAN UTAMA
Ikhtiar Meningkatkan Sarana Madrasah Foto:Ali
Pada tahun 2009 diperbarui sebanyak 24.650 ruang kelas madrasah ibtidaiyah.
H
ukum pemasaran rupanya juga berlaku dalam dunia pendidikan. Masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan cenderung lebih memilih lembaga pendidikan yang memiliki kemasan menarik. Salah satu bentuknya, bangunan dan sarana prasarana pembelajaran lainnya. Sebelum menimbang-nimbang aspek lain seperti mutu pembelajaran, mutu kurikulum, dan mutu pendidik, orang tua siswa biasanya menengok terlebih dahulu kondisi bangunan dan sarana prasarana pembelajaran yang
bisa disaksikan secara visual. Jika kondisi fisik sebuah lembaga pendidikan menohok mata atau menarik secara visual, biasanya ia punya kans lebih besar untuk diminati orang tua siswa. Apa yang terjadi di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, merupakan salah satu bukti. Seperti diungkapkan Kepala MTs Negeri Kalibeber Kabupaten Wonosobo, Drs. Khoeron, M.Ag, madrasah setempat kurang diminati di daerahnya. Sementara SMP Negeri 1 Mojotengah yang lokasinya DIRASAH
7
LA P O RA N UT A MA berdekatan, satu kecamatan, saat ini lebih diminati masyarakat karena fasilitasnya lebih lengkap dan lahan sekolah lebih luas. Mempertimbangkan hal ini, bisa dimaklumi jika Departemen Agama RI yang berkomitmen untuk mendongkrak mutu madrasah agar setidaknya sejajar dengan sekolah, memiliki kebijakan meningkatkan sarana dan prasarana pembelajaran madrasah, khususnya melalui skema bantuan. Apalagi faktanya, madrasah yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat, memang mempunyai keterbatasan dalam aspek sarana prasarana ini. Pada tahun 2006 dan 2007, bisa diketahui data ruang kelas pada madrasah yang rusak sebagai berikut: 2006
2007
No
Lembaga
Rusak Ringan
Rusak Berat
Rusak Ringan
Rusak Berat
1
MI
38.537
25.016
36.998
24.650
2
MTs
12.720
7.407
16.693
7.578
3
MA
5.128
2.072
5.299
2.050
Jumlah
66.738
36.898
68.945
36.646
Untuk melakukan percepatan perbaikan kondisi fisik madrasah, Depag melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melakukan berbagai terobosan. Pada tahun 2009 misalnya, dilaksanakan kegiatan perbaikan 24.650 ruang kelas madrasah ibtidaiyah. Diharapkan, melalui kegiatan ini, persoalan kendala fisik pada sebagian besar madrasah ibtidaiyah bisa diatasi. Ini di luar skema bantuan lain berupa bantuan rehab ruang 8
September 2009
kelas untuk madrasah tsanawiyah (sebanyak 2.186 ruang kelas) dan aliyah (sebanyak 1.726 ruang kelas), bantuan perpustakaan, juga bantuan laboratorium. Departemen Agama RI juga melakukan terobosan melalui Madrasah Education Development Project (MEDP), tepatnya melalui skema bantuan dana atau blockgrant yang langsung dikucurkan kepada 500 madrasah sasaran. Salah satu sasaran utama blockgrant ini adalah perbaikan ruang kelas yang rusak, penambahan ruang kelas baru, dan penambahan sarana perpustakaan, laboratorium komputer, atau laboratorium IPA. Jika kebijakan seperti ini terus dilanjutkan dalam beberapa tahun ke depan, kita bisa berharap kondisi sarana prasarana madrasah-madrasah di Indonesia perlahan-lahan bisa mendekati standar ideal. Tentu saja, akan lebih baik jika madrasah juga bisa menggali sumber-sumber pendanaan alternatif baik dari masyarakat maupun dunia usaha, sehingga ikhtiar memperbaiki keadaan sarana prasarana fisik madrasah makin cepat mencapai hasil yang diharapkan. Jika terpaksa pendidikan ditempuh selama empat tahun, tampaknya forum sepakat biaya yang tersisa ditanggung oleh peserta didik. Pihak MEDP hanya mendukung pembiayaan sampai 2012. Sisanya ditangung peserta didik. Ini tampaknya bisa menjadi salah satu bagian solusi. Solusi apa pun yang diambil, yang pasti MEDP bertekad mengembangkan SDM madrasah yang berorientasi mutu.
L AP O RAN UTAMA
Kepala Madrasah Berperan Besar Pembiayaan dalam program ini meliputi biaya kuliah dan biaya untuk kebutuhan mahasiswa dalam masa kuliah. Termasuk semua kebutuhan hidup semasa kuliah.
S
etiap pengelola madrasah tentu saja mengharapkan madrasah yang dikelolanya maju dan bermutu. Bagaimanapun, kemajuan dan pencapaian mutu bagi penyelenggara dan pengelola madrasah, akan berhubungan langsung dengan keberadaan dan kesinambungan madrasah di masa depan. Di tengah makin kompetitifnya pendidikan di Indonesia, hanya dengan meraih kemajuan dan
Flickr.com
pencapaian mutu sesuai harapan masyarakat, madrasah akan bisa tetap dihargai, dipercaya, diterima, dan diminati. Salah satu indikator utamanya adalah meningkatnya jumlah peserta didik di madrasah tersebut. Salah satu aspek mutu yang patut diperhatikan oleh pengelola madrasah, tentu saja aspek fisik, atau aspek sarana prasarana pendukung pembelajaran. Ini meliputi ruang kelas belajar, laboratorium, perpustakaan, dan semacamnya. Pada kenyataannya, keadaan madrasah dalam hal fisik tadi, sungguh variatif, termasuk madrasah-madrasah yang menjadi sasaran MEDP. Sebagian madrasah DIRASAH
9
LA P O RA N UT A MA telah mencapai keadaan cukup mantap dari aspek sarana fisiknya. Sementara sebagian lainnya masih tergolong memprihatinkan. Jika dianalisis, keadaan sarana prasarana madrasah ini, sedikit banyak juga tergantung pada kinerja Kepala Madrasah. Madrasah-madrasah yang memiliki sarana prasarana memadai, biasanya karena mereka memiliki akses pada sumber-sumber pendanaan, dalam hal ini Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional, maupun pihak-pihak lain yang berpotensi membantu pengembangan madrasah. Nah, agresivitas dan ketekunan pengelola madrasah dalam menciptakan akses ini, merupakan faktor penentu. Dan dalam hal ini, peran Kepala Madrasah menjadi sangat vital. Kepala Madrasahlah yang menjadi jembatan antara madrasah dengan berbagai pihak yang potensial menjadi sumber pendanaan. Apa yang dilakukan oleh Umar, Kepala MI Maarif Kalibeber Kabupaten Wonosobo yang bertugas sejak tahun 2007, bisa kita jadikan contoh. Menyadari salah satu hal yang kurang dari madrasahnya
Jika dianalisa secara seksama, keadaan sarana & prasarana madrasah sedikit banyak juga tergantung pada kinerja Kepala Madrasah yang bersangkutan.
10
September 2009
adalah aspek sarana dan prasarana, ia coba melakukan pendekatan dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Pemerintah Daerah. Di antara masalah mendesak yang ia hadapi dan harus dibereskan segera, adalah retaknya salah satu bagian dinding bangunan madrasah yang terletak di tebing curam. Dinding itu mulai retak dan terancam longsor. Ia coba melobi Pemkab Wonosobo untuk membantu pembiayaan memperbaiki dinding retak yang terancam longsor itu. Langkah lain yang bisa dicontoh adalah yang dilakukan oleh Tofuro, Kepala Madrasah Ibtidaiyah NU 01 Sutapranan Kabupaten Tegal. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan madrasah, termasuk dalam aspek sarana dan prasarana, ia coba memobilisasi dukungan finansial dari para aghniya dan dermawan yang bersimpati dengan pendidikan madrasah. Demikianlah, Kepala Madrasah yang bisa menjalankan peran sebagai komunikator persoalanpersoalan yang dihadapi madrasah, pelobi dengan berbagai pihak yang bisa memberikan bantuan, dan koordinator yang memastikan agenda perbaikan mutu fisik madrasah dengan baik. Inilah faktor kunci jika madrasah ingin meraih kemajuan dan perkembangan, termasuk dalam aspek fisik. Bagaimana dengan madrasah Anda?
P EN GALAMAN Flickr.com
Nurshohib, Fasilitator MEDP Kab. Wonosobo
MEDP Sudah Tepat Sasaran
D
it itemui i di Kantor K t PPengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah di Jl. Ciptomangunkusumo 180, Semarang, Nurshoib yang bertugas sebagai fasilitator di Kabupaten Wonosobo, bercerita tentang madrasah. Ia mengungkap soal kemandirian madrasah, perjuangan mendampingi madrasah yang harus dilaluinya dengan kerja keras karena jauhnya jarak antara satu madrasah dengan madrasah lainnya, dan berbagai hal menarik lainnya. Berikut ini petikan wawancara dengannya. Apa saja kegiatan yang Anda lakukan sebagai fasilitator MEDP? Sesuai kontrak dengan Central
Project P j tM Managemen U Unitit (CPMU) (CPMU), saya melakukan tiga hal pokok: membimbing madrasah dalam penyusunan Madrasah Development Plant (MDP), melakukan monitoring dan evaluasi, serta mendampingi madrasah dalam menghadapi masalah-masalah mereka. Tiga kegiatan pokok ini merupakan bagian peran fasilitator untuk mendukung MEDP secara keseluruhan. Kita tahu MEDP mencoba mengarahkan agar madrasah mempunyai rencana progam lima tahun yang terstruktur, dengan mengacu delapan komponen standar kualitas madrasah. Bagaimana respon madrasah terhadap MEDP dan ide untuk memajukan madrasah ini?
DIRASAH
11
P EN G A L A M A N Bagaimana respon madrasah terhadap MEDP dan ide untuk memajukan madrasah ini? Respon madrasah terhadap MEDP pada awalnya sangat luar biasa. Hanya saja hal itu agar terganggu ketika pada tahap realisasi ada berbagai kendala teknis yang menyebabkan munculnya berbagai persepsi. Tapi ini bukan masalah yang tak bisa diatasi. Kemudian, menyangkut kemajuan madrasah, sejauh saya amati, madrasah-madrasah pada dasarnya punya keinginan yang sama untuk maju. Hanya saja, upaya mewujudkan kemajuan ini berbeda-beda di antara mereka. Apa sebetulnya aset utama madrasah untuk meraih kemajuan? Aset utama yang dimiliki madrasah adalah kemandirian. Madrasah sejak dulu berpijak pada dirinya sendiri. Mereka hadir bukan karena dorongan pemerintah atau siapapun. Tapi mereka lahir di tengah, bersama-sama, dan karena merespon kebutuhan masyarakat. Kebersamaan dengan masyarakat ini yang paling menjadi modal. Faktor yang mendukung keadaan tersebut apa saja? Madrasah punya basis sosial yang kuat karena mereka memiliki kesamaan ideologis dengan masyarakat. Respon masyarakat juga tinggi karena merasa bahwa keberadaan madrasah menjawab kebutuhan mereka. Masyarakat secara kolektif berkomitmen untuk mendirikan institusi pendidikan yang bisa mengapresiasi kultur masyarakat sekitar, dan mendorong 12
September 2009
anak-anak untuk tumbuh berkembang. Jadi, menurut Anda, sejauh ini MEDP telah tepat sasaran? Ya, menurut saya demikian. Program MEDP bisa dibilang tepat manakala sasaran utamanya adalah pengembangan madrasah swasta. Siapkah madrasah-madrasah yang mendapatkan bantuan MEDP untuk menerapkan prinsip tata kelola yang baik seperti transparansi, partisipasi dan akuntabilitas? Madrasah akan siap melakukan itu. Sejak awal kegiatan MEDP, telah disosialisasikan bahwa dana bantuan harus dikelola secara profesional. Apalagi, kepada madrasah-madrasah telah diberikan pelatihan pengelolaan anggaran dan pelaporan. Secara umum, tiap madrasah telah punya SDM yang bisa bisa menangani pengelolaan dana, sekalipun beberapa masih harus dibimbing. Bisakah dijelaskan tantangan yang Anda hadapi selama menjalankan tugas mendampingi madrasah-madrasah di Kabupaten Wonosobo? Medannya berat. Madrasah yang saya dampingi ada di kawasan Wadaslintang, 45 km dari kawasan pusat kota. Jarak antara satu madrasah dengan madrasah lainnya sangat jauh, bahkan ada yang mesti menyeberangi dan melewati gunung. Jika begitu, apa kiat Anda agar tugas pendampingan berjalan dengan baik? Kuncinya terletak di
P EN GALAMAN komunikasi. Saya sebagai fasilitator harus punya komunikasi yang baik dengan madrasah. Terkait dengan upaya untuk membuat MEDP berhasil, yang saya lakukan adalah melakukan pendekatan kepada madrasah, dengan meyakinkan bahwa ini peluang besar, sehingga program harus dikawal. Lalu apa hal paling mengasyikkan dari pekerjaan Anda di MEDP? Hal yang paling mengasyikkan adalah pengalaman mesti lembur berhari-hari, kumpul bersama kepala-kepala madrasah untuk menyusun MDP. Ada kepala madrasah yang tadinya tak akrab dengan laptop, karena terpaksa, akhirnya jadi akrab juga. Yang juga tak kalah asyik adalah relasi sosial, di mana fasilitator bisa menjadi bagian dari madrasah. Itu yang paling penting, karena di madrasah ada banyak komponen yang bisa jadi beda persepsi. Baik, pertanyaan terakhir, apa
Anda punya ide lain untuk pengembangan madrasah? Madrasah harus lebih banyak melakukan terobosan, karena selama ini pengembangan madrasah seringkali masih normatif saja. Madrasah misalnya bisa mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Qoryah Thoyyibah di Salatiga. Salah satu yang bisa diterapkan dalam memobilisasi dukungan dan bantuan masyarakat, adalah dengan memanfaatkan potensi lokal. Madrasah yang terletak di kawasan pertanian, misalnya, bisa mendorong agar kontribusi masyarakat bisa dalam bentuk barang hasil pertanian. Yang juga harus dikembangkan adalah soal entrepreneurship. Harus diakui bahwa madrasah-madrasah cara berpikirnya seringkali masih tradisional. Ke depan, lebih baik jika ada arah untuk mendorong agar lulusan madrasah, khususnya madrasah aliyah, bisa kembali ke masyarakat untuk mengembangkan potensi daerah.
Foto:Ali
DIRASAH
13
PROFIL
MI Daarul Da’wah Islamiyah Sakeang
Semangat Tak Luntur
Foto:Abas
Walaupun prasarana yang ada terbatas, bukan berarti MM DDI Sakeang miskin prestasi. Hal itu merupakan kebanggaan tersendiri di tengah terbatasnya fasilitas.
M
adrasah Ibtidaiyah Daarul Da’wah Islamiyah (MI DDI) Sakeang merupakan satu-satunya tumpuan pendidikan yang bercirikan Islam di Desa Banteng Gajah Kecamatan Tompobulu Maros Sulawesi Selatan. Karena sebagai satu-satunya lembaga pendidikan Islam di daerah itu, tidak heran cukup banyak orang tua yang mengirimkan anakanaknya untuk belajar di madrasah 14
September 2009
tersebut. Mereka berharap anakanak mereka memiliki pengetahuan dasar-dasar agama Islam yang memadai. Padahal jika dilihat dari fasilitas yang tersedia, boleh dikata semuanya masih membutuhkan uluran tangan yang banyak dari semua pihak. Bangunan gedung madrasah ini sangat jauh dari memadai. Tak salah jika pemerintah menunjuk madrasah milik Daarul Da’wah Islamiyah masuk dalam program bantuan MEDP. Jaraknya yang cukup jauh dari pusat kota menjadikan sekolah ini tertinggal dari segi fasilitas. Sekolah yang berjarak 30 km dari Kabupaten Maros ini hanya
PROF I L mempunyai tiga ruang kelas dan satu ruang yang dipergunakan serbaguna untuk ruang guru dan perpustakaan. Dengan begitu, jangan Anda bayangkan para siswa bisa membaca buku perpustakaan dengan layak dan memadai. Namun, gedung yang tersedia kini pun patut disyukuri. Awalnya gedung yang ada di madrasah ini hanya berdindingkan seng. Tapi beberapa waktu lalu ada bantuan dari sebuah instansi yang membangunkan gedung madrasah berdindingkan tembok. Karena ruang kelas hanya berjumlah tiga, terpaksa satu ruangan disekat menjadi dua kelas, sehingga bisa diisi perangkat belajar -mengajar untuk dua kelas. Namun ada juga ruangan yang tidak dapat disekat, meski ruangan yang satu ini terpaksa harus digunakan untuk dua kelas. Karena setiap kelasnya berisi kurang lebih 40 siswa, maka kelas terlihat ramai dan meriah. Untunglah MI DDI Sakeang saat ini masih mempunyai tanah wakah lebih dari satu hektar. Tanah ini sangat berpotensi dimanfaatkan dan dibangunkan ruang kelas serta fasilitas lainnya untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Pihak sekolah sungguh berharap agar program bantuan yang akan dikucurkan dari proyek MEDP salah satunya nanti bisa digunakan untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan prasarana sekolah. Dengan demikian, prasarana menjadi lebih
layak, setidaknya bisa setara dengan madrasah lainnya. Walaupun prasarana yang ada terbatas, bukan berarti MM DDI Sakeang miskin prestasi. Hal ini dibuktikan dengan koleksi piala dan tropi yang terpajang di ruang guru. Berkat didikan guru yang berdedikasi, para siswa berhasil menorehkan prestasi akademis. Hal itu merupakan kebanggaan tersendiri di tengah terbatasnya fasilitas. Siswa madrasah tak pernah kehabisan semangat walaupun prasarana madrasah masih sangat terbatas. Bahkan sebagian mereka rela menempuh jarak 10 km untuk pergi ke madrasah. Kondisi jalan yang kurang bagus tidak menghambat semangat mereka untuk terus belajar. Mereka dan orang tua mereka tampaknya sadar pendidikan merupakan salah satu alat utama untuk mencapai cita-cita tinggi yang dapat mengubah masa depan yang lebih baik. Semangat serupa juga ditunjukkan para guru. Memang hampir separuh dari mereka belum menyelesaikan studi strata satu. Namun mereka tetap bersemangat untuk menambah ilmu dengan kembali ke bangku kuliah di perguruan tinggi yang terletak di kota kabupaten Maros. Bantuan MEDP diharapkan juga akan menyentuh perbaikan mutu guru, sehingga guru bisa lebih mempunyai kompetensi untuk membawa para siswa menuju cita-cita pendidikan. DIRASAH
15
PROFIL
MTs Miftahul Ulum Ngemplak
Siap Kelola Dana Blockgrant
Foto:Setyo
Tujuan utama pendidikan MTs adalah mewujudkan kualitas anak didik yang terampil, jujur, dan memiliki akhlaqul karimah yang mantap serta meningkatkan keterpaduan wawasan berbagai ilmu pengetahuan yang diperoleh secara kreatif dan dinamis dengan landaan moral keagamaan
S
ebagai salah satu madrasah penerima batuan MEDP, Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Ngemplak kini benar-benar telah siap mengelola dana bantuan yang berasal dari ADB-Loan tersebut. Persiapan demi persiapan telah dilakukan di sana, menurut Kepala Madrasah Muhyiddin, S.Pd.I, dengan harapan jika dana MEDP telah cair, pihaknya bisa langsung mengerjakan proyek ini. Rencananya pada tahun per16
September 2009
tama pelaksanaan program MEDP, MTs Miftahul Ulum akan melaksanakan banyak kegiatan. Termasuk di dalamnya kegiatan peningkatan mutu madrasah dan mutu pendidik. Para guru akan diikutkan dalam berbagai kegiatan pelatihan guna peningkatan kualitas dan inovasi pembelajaran mereka. Sebanyak enam guru yang belum berkualifikasi S-1 juga akan diberi kesempatan untuk melanjutkan studi mereka pada jenjang S-1. Program ini difasilitasi oleh De-
PROF I L partemen Agama bekerjasama dengan Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui program MEDP. Dalam aspek sarana dan prasarana MTs Miftahul Ulum juga telah mempersiapkan pembangunan ruang belajar baru dan perpustakaan sesuai pengajuan MDP yang disetujui oleh PCU. “Kami telah menyiapkan lahan siap bangun dan menggandeng beberapa rekanan penyedia jasa perlengkapan pendidikan, bahkan madrasah juga telah menyiapkan dana pendamping,” kata Muhyiddin. Menurut Nur Kholid, S. Pd., staf Tata Usaha/Sekretaris MEDP MTs Miftahul Ulum, MEDP merupakan berkah besar bagi madrasah. Namun karena mepetnya waktu pelaksanaan program dengan akhir tahun anggaran, maka madrasah juga mengambil ancang-ancang untuk melaksanakan proyek tahun 2010, diantaranya pembangunan sarana laboratorium komputer dan rehab ruang kepala madrasah. Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Ngemplak Mranggen Demak merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Miftahul Ulum. Yayasan ini juga mengelola Pondok Pesantren, Roudlotul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyyah (MI) dan Madrasah Aliyahb (MA). MTs yang beralamat di Desa Ngemplak Rt 11 Rw II Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah, itu didirikan oleh K.H Ma’shum bersama warga
desa Ngemplak pada 1989. Itu dilatar-belakangi oleh banyaknya potensi remaja yang belum teroptimalkan dan kurang pembekalan ilmu agama. Maka saat pertama kali hadir, MTs Miftahul Ulum menggunakan sistem pembelajaran “Salafiyah”.
MTs Miftahul Ulum mencanangkan visi terpadunya pendidikan umum dan pendidikan salaf. Sementara misinya, membantu pembangunan nasional dalam peningkatan sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa. Tujuan utama pendidikan MTs adalah mewujudkan kualitas anak didik yang terampil, jujur, dan memiliki akhlaqul karimah yang mantap serta meningkatkan keterpaduan wawasan berbagai ilmu pengetahuan yang diperoleh secara kreatif dan dinamis dengan landaan moral keagamaan. Banyak prestasi telah diraih oleh madrasah ini. Di antaranya, juara umum Porseni Pelajar se KKM MTs Negeri Mranggen tahun 2008, juara I Tenis Meja Putra Porseni 2008 atas nama Abdullah Kharish, juara I Lomba Kaligrafi Tk. Kecamatan tahun 2008 atas nama Hilmi Kholid, juara I Kaligrafi Putri Porseni Kab. Demak 2005. DIRASAH
17
PROFIL
MAN Muallimin Muallimat
Kukuh Pegang Tradisi Kitab Foto:Abas
Madrasah ini memang menargetkan para lulusannya untuk mampu dan bisa membaca kitab kuning (kitab tahriri).
J
ika kita mencari madrasah aliyah yang konsisten mencetak kader ulama, madrasah aliyah ini salah satunya. Ya, Madrasah Aliyah Mu’allimin Mu’allimat yang didirikan KH. Abdul Fattah dan berlokasi di kawasan Pesantren Tambak Beras, Kabupaten Jombang, sejauh ini memang mempertahankan ciri khasnya sebagai madrasah yang kental muatan pendidikan keagamaannya. Di madrasah aliyah pada umumnya, proporsi antara pelajaran keagamaan dengan pelajaran umum berbanding 30:70 persen. Tapi di 18
September 2009
MA Mu’allimin Mu’allimat proporsinya terbalik, 70:30 persen. Pelajaran keagamaan menekankan pengajian kitab kuning. Bahkan, para lulusan juga ditargetkan mampu menghafal kitab Alfiah karya Ibnu Malik minimal 250 dari keseluruhan seribu bait. Seperti dijelaskan KH. Sultan Abdul Hadi, Kepala Madrasah Aliyah Mu’allimin Mu’allimat, madrasah ini memang menargetkan para lulusannya mampu membaca kitab kuning (kitab tahriri). Bahkan mereka diwajibkan mampu memahami kitab kuning tersebut dari aspek ilmu nahwu (tata bahasa) dan memahami isi menurut teks kitab kuning. Untuk menjaga mutu lulusan, tutur Kyai Sultan, pihak manajemen madrasah menerapkan kebijakan tak kenal kompromi. Setiap siswa yang
PROF I L memang tak memenuhi syarat kelulusan, semisal tak hafal Alfiyah sesuai target, pasti tak akan diluluskan. Namun, ia juga menjelaskan bahwa tetap ada fleksibilitas dalam penentuan norma kelulusan. Norma kelulusan ini ditetapkan sesuai dengan pasang surut prestasi siswa, sehingga besarnya tidak ditetapkan sama dari tahun ke tahun. Pada tahun tertentu, norma kelulusan itu 5,6. Pada tahun lain, bisa 5,68. Tapi begitu norma kelulusan ditetapkan, penerapannya tidak pandang bulu. Melalui manajemen mutu pendidikan yang ketat seperti demikian, banyak pihak yang mengakui kualitas lulusan madrasah ini. Salah satu yang memberikan pengakuan adalah Universitas Al Azhar di Mesir. Lulusan dari madrasah ini bisa langsung diterima di universitas tersebut. Pengakuan tersebut, menurut Kyai Sultan, di satu sisi memang membanggakan. Tapi, di sisi lain juga merupakan sebuah tuntutan bekerja keras bagi semua pihak, karena mau tak mau, harus selalu mengirimkan lulusannya ke Universitas Al Azhar. Penuturan menarik disampaikan M. Adhim Dimyati, dosen di Institut Keislaman Hasyim Asy’ari Jombang. Menurutnya, selama mengajar, dia bisa merasakan betul bagaimana kematangan landasan intelektual para lulusan MA Mu’allimin Mu’allimat. Dalam diskusi misalnya, lulusan madrasah ini selalu bisa mengeluarkan pendapat dengan dalil dan referensi kuat. Tampak berbeda dengan mahasiswa lain yang seringkali asal ber-
pendapat namun kurang didukung argumentasi ilmiah. Pengakuan atas kualitas sekolah ini, tentu juga bisa dilihat dari jumlah siswa dari tahun ke tahun. Pada tahun ajaran 2009/2010 misalnya, jumlah siswa di madrasah ini mencapai 460 siswa. Banyak di antara siswa madrasah ini merupakan putra-putri kyai besar dari berbagai pesantren di Indonesia, yang sengaja disekolahkan di madrasah ini agar memiliki bekal cukup untuk menjadi penerus di pesanten orang tuanya. Tentu saja, ada banyak kiat yang membuat madrasah ini bertahan sebagai madrasah dengan ciri khas keagamaan yang unggul. Salah satunya keteguhan dalam memegang tradisi khas pesantren. Di madrasah ini misalnya ditetapkan kebijakan, siswa putra belajar pagi hari, dan siswa putri belajar sore hari. Kemudian, di jajaran pengelola madrasah juga ditempatkan beberapa anggota keluarga pengasuh pondok, sehingga manajemen madrasah memiliki bobot dan kharisma, yang disimbolkan dengan satu istilah Jawa: kramat gandhul. Kiat lain yang dijalankan pihak manajemen madrasah, ketegasan dalam mendidik siswa dari kalangan anak kyai alias “Gus.� Ketegasan ini diperlukan agar mereka mau belajar dengan tekun dan taat pada peraturan madrasah, tak peduli siapa orang tua mereka. Tanpa ketegasan seperti ini, para siswa dari kalangan anak kyai tersebut akan belajar dengan seenaknya dan merugikan diri. DIRASAH
19
P RO G RA M
Menajamkan Kerja Fasilitator
Flickr.com
Di pelatihan itu banyak dilakukan praktek & simulasi. Maksudnya agar para fasilitator dapat sempurna menangkap materi.
G
una menyongsong blockgrant yang akan segera cair, pihak CPMU menggelar serangkaian pelatihan Manajemen Proyek dan Implementasi Teknis yang diperuntukkan bagi para staf PCU, DCU dan fasilitator. Kegiatan ini dilangsungkan serentak di tiga propinsi yang menjadi sasaran program MEDP, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. 20
September 2009
Untuk daerah Sulawesi Selatan pelatihan berlangsung di kota Makasar selama dua hari ini pada 24-25 Agustus. Kemudian pada 31 Agustus-1 September pelatihan diadakan di Surabaya untuk wilayah Jawa Timur, menyusul kemudian di Semarang pada 2-3 September untuk pengelola MEDP wilayah Jawa Tengah. Serangkaian kegiatan pelatihan tersebut diikuti secara antusias oleh semua fasilitator. Di Surabaya, misalnya, pelatihan dilakukan di Bromo Room Hotel Sahid, dihadiri sekitar 60 peserta. Pelatihan itu berlangsung lancar
P ROGRAM dan terjadi interaksi yang intensif di antara fasilitator dan para penanggung jawab MEDP. Pada kesempatan itu banyak jajaran pengelola MEDP hadir. Juga tampak hadir beberapa project advisor seperti Asep Saifullah Hasan dan Dr. Hanun Asrohah. Dari pihak Pemerintah Daerah setempat hadir para kepala seksi Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Bidang Mapenda Kanwil Depag daerah bersangkutan. Mengingat pentingnya pelatihan tersebut, pihak CPMU memberikan perhatian besar. Hal ini ditunjukkan dengan hadirnya beberapa pimpinan CPMU seperti Direktur MEDP Rohmat Mulyana, Wakilnya Wahidin, serta sekretaris proyek Abdur Rouf. Disamping itu juga hadir Salam Hudoyono (procurement specialis), Widiatmojo (civil work specialist), Muhibuddin (training specialist) dan Astrid (dokumentasi). Tak ketinggalan pula hadir Direktur Madrasah Direktorat Pendidikan Islam Depag, yaitu Drs. M. Firdaus Ali MPd. Dalam sambutannya, Firdaus berharap agar dengan MEDP ini potensi madrasah bisa lebih berkembang. Karena itu peran semua pihak, termasuk dari para fasilitator dan pelaksana MEDP di daerah, bisa lebih dimaksimalkan. Kerjasama yang baik di antara semua pihak diyakini akan menjadi salah satu kunci sukses dalam mengambangkan madrasah.
Pelatihan yang berlangsung di Surabaya, Semarang dan Makasar itu memang ditujukan untuk mempersiapkan pemahaman teknis yang lebih maksimal kepada para staf PCU/DCU dan fasilitator. Diharapkan dengan pelatihan ini mereka mampu mengawal jalannya program MEDP serta siap memberikan pengarahan, bimbingan dan mendampingi madrasah dalam pelaksanaan proyek sehingga berjalan sesuai prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan. Dalam pelatihan itu, banyak dilakukan praktek dan simulasi. Pelatihan kali ini lebih mirip seperti workshop dimana para trainer banyak memberikan contohcontoh praktek penghitungan biaya pembangunan, konstruksi dan pelaporan atau pertanggungjawabannya. Tak kalahpenting adalah sosialisasi website MEDP berikut praktek penggunaannya melalui CMS terpadu. Dengan begitu, semua pihak dapat memberikan kontribusi pada website ini. Semua ini dimaksudkan agar para fasilitator dapat menangkap materi dengan sempurna. Dengan demikian, pelatihan diharapkan dapat memberikan pandangan yang konprehensif tentang keadaan di lapangan nantinya. Pelatihan dibagi dalam lima sesi yang terdiri dari pengadaan pekerjaan konstruksi, keuangan blockgrant, sosialisasi program pembinaan profesi guru dan sumber belajar, serta sosialisasi website MEDP. DIRASAH
21
P R O G RA M
Lulusan Pontren Mampu Bersaing
Flickr.com
Ternyata para santri yang berhasil menembus PTN ternama di Tanah Air mampu menorehkan prestasi fenomenal.
D
irektur Pendidikan Keagamaan Pondok Pesantren Departemen Agama Khairul Fuad Yusuf MA mengemukakan, dalam beberapa tahun terakhir, Depag bekerjasama dengan PTN-PTN terbaik di Indonesia memberikan beasiswa bagi santri berprestasi. Hasilnya, para santri mampu bersaing dengan mahasiswa lain. Program beasiswa santri 22
September 2009
berprestasi tersebut diberikan sebagai upaya Depag dalam meningkatkan kualitas pengelolaan pesantren. “Sehingga ke depan diharapkan pesantren dapat tumbuh secara`sehat dengan didukung oleh SDM yang berkualifikasi,� kata Khairul Fuad di Bogor belum lama ini. Berdasarkan evaluasi, menurut Khairul Fuad, ternyata para santri yang menembus PTN ternama di Tanah Air seperti IPB, ITB, UGM, UNAIR dan ITS menorehkan prestasi fenomenal. Umumnya peserta program ini dapat bersaing dengan mahasiswa umum lainnya.
PROGRAM Lebih lanjut Khairul Fuad mengatakan, pesantren perlu terus meningkatkan diri dengan mengembangan aktivitas lain yang berhubungan langsung dengan kebutuhan umat. Anggapan bahwa sebagai sekedar tempat mengaji kurang tepat. Kalaupun ada sebagai pesantren yang hanya mengajarkan pengajian, hal itu tidak menjadi gambaran umum pesantren serta tidak mencerminkan sejarah panjang kelahiran pesantren di penjuru Nusantara. “Pesantren bukan hanya sebagai tempat mengaji. Namun lebih dari itu pesantren sebagai artefak peradaban dan simbol perubahan umat Islam Indonesia. Pesantren sangat menentukan corak dan warna karakter masyarakat,” tuturnya. Guna meningkatkan peran sosial pesantren dia menyarankan agar komunitas pesantren terus belajar meningkatkan kualitas pengabdiannya di tengah umat. Cara yang dilakukan bisa berupa mengirimkan santri terbaiknya ke perguruan tinggi terbaik agar bisa menyangkokkan tradisi kampus dengan tradisi pesantren maupun dengan melibatkan para pakar di bidangnya dalam mengembangkan berbagai program yang digagas. Berdasarkan pengamatan para pakar, sejarah kelahiran pesantren banyak dipengaruhi oleh semangat kemandirian masyarakat. Pesant-
“Pesantren bukan hanya sebagai tempat mengaji. Namun lebih dari itu pesantren sebagai artefak peradaban dan simbol perubahan umat Islam Indonesia. Pesantren sangat menentukan corak dan warna karakter masyarakat” ren berperan sebagai pelopor perubahan dan menjadi basis utama masyarakat dalam menghadapi berbagai fase krusial perubahan. Karena itu dalam sejarah, yang menjadi “garapan” pesantren tidak hanya pendidikan semata dengan mengajarkan ngaji, namun juga menggarap sektor-sektor lain yang berhubungan dengan kebutuhan ril umat. Antara lain pertanian, perekonomian, kesehatan hingga kebudayaan. “Idealnya pesantren juga tampil sebagai lembaga penggerak perekonomian umat. Peran ini telah dilakukan oleh para ulama terdahulu yang berjasa dalam mengembangkan pesantren. Sehingga pada zamannya pesantren betul-betul menjadi tauladan srkaligus inspirasi dalam perjuangan umat,” imbuh Khairul Fuad Yusuf MA. DIRASAH
23
P RO G RA M
Dr. Affandi Mochtar MA:
D
85% Anggaran Depag untuk Pendidikan
epartemen Agama (Depag) tahun ini mengeluarkan dana senilai 85 persen dari total anggarannya sebesar Rp 28 triliun, untuk pendidikan. Langkah tersebut, menurut Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Dr H Affandi Mochtar MA, bertujuan untuk mempercepat kesetaraan sosial di tengah masyarakat. “Sebanyak 90 persen dari 85 persen biaya pendidikan itu dikhususkan untuk peserta didik dan selebihnya untuk para pengajar, memperbaiki fasilitas sekolah, dan pengayaan perpustakaan,� jelas Affandi dalam kuliah umum pada Program Pascasarjana Ilmu Agama Islam Universitas Islam Jakarta (UIJ) belum lama ini. Ia menjelaskan, pada tahun anggaran 2004 pemerintah mengucurkan dana kepada Depag sebesar Rp 5 triliun. Tapi pada 2009, anggaran yang dialokasikan untuk Depag membesar menjadi Rp 28 triliun. Sebanyak 85 persen di antarannya diperuntukkan bagi beasiswa, memperbaiki fasilitas sekolah, dan lain-lainnya. Beasiswa itu, kata Affandi, di antaranya diperuntukkan bagi siswa madrasah, santri berpresta24
September 2009
si yang masuk perguruan tinggi negeri dan swasta, beasiswa kualifikasi guru untuk S1. Lainnya untuk tunjangan fungsional guru, bantuan operasional madrasah, merehab 24.600 ruang guru madrasah se-Indonesia sekaligus melengkapi buku perpustakaan. Visi dan misi Depag melalui beasiswa pendidikan ini akan lebih mempercepat kesetaraan sosial melalui mobilitas pendidikan, jelasnya, didampingi para petinggi Universitas Islam Jakarta pada kuliah perdana Pascasarjana Pendidikan dan Pemikiran Islam di kampus UIJ, Jakarta Timur. Sebelumnya, Affandi menjelaskan tentang perjalanan sejarah mengenai hubungan antara negara dan agama, sejak dari masa kesultanan hingga masa kemerdekaan bangsa, sampai masuknya pendidikan Islam dalam UU No 20 tentang Pendidikan. Undang-undang itu juga membahas adanya muatan wajib untuk segala jenjang pendidikan dan yang mencirikan pendidikan umum dan pendidikan di madrasah. “Melalui pendidikan agama, kita ingin memastikan bangsa ini merupakan negeri yang beragama, kendati bukan negara Islam.�
PROGRAM
Prof Dr Ahmad Rofiq MA:
J
Banyak Guru Madrasah belum Penuhi Kualifikasi
umlah guru madrasah secara nasional mencapai 93.4542 orang. Dari jumlah, sebanyak 38.5572 orang belum memenuhi kualifikasi sebagai guru madrasah. Kondisi ini akan mempengaruhi layanan yang diberikan kepada siswa. Jika tidak segera teratasi, hal ini akan membuat perkembangan madrasah makin terhambat. Hal itu diungkapkan Prof Dr Ahmad Rofiq MA, Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa Tengah, dalam rapat Koordinasi Wilayah Lembaga Pendidikan Maarif NU Jawa Tengah di Hotel Grasia, baru-baru ini. Menurut Ahmad, kondisi tersebut harus segera diatasi agar madrasah dapat mengejar ketertinggalannya dari sekolah pada umumnya. Tak dipungkiri, selain masih belum memenuhi standar nasional, para guru tersebut banyak yang mengajar tidak sesuai bidang. Misalnya saja seorang guru Pendidikan Agama Islam mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal itu akan mempengaruhi pembelajaran karena sang guru mengajar bukan bidangnya dan materi yang disampaikan pun tidak maksimal. Ahmad menambahkan, kendala madrasah bukan hanya terletak pada gurunya yang masih di ba-
wah standar, tapi juga sarana pendidikannya. Siswa madrasah sendiri baik MI, MTs, dan MA menduduki 13-18% dari total angka partisipasi pendidikan dan sebagian besar siswa berasal dari keluarga miskin di pedesaan. Di samping itu, lebih dari 90% madrasah diselenggarakan oleh masyarakat dengan dana terbatas. Ini akan menyulitkan mereka dalam mengembangkan sarana prasarana. Sementara itu Kabid Mapenda Islam Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah Drs H Khaerudin MA mengungkapkan, pemerintah telah mengupayakan berbagai langkah untuk mengembangkan kualifikasi guru. Salah satunya adalah dengan adanya perkuliahan dual model. Pada program ini, guru tak perlu datang setiap hari ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Layaknya perkuliahan pada Universitas Terbuka (UT), guru mendapatkan modul yang bisa dipelajari di rumah. Pada waktu-waktu tertentu para guru cukup mendatangi perguruan tinggi terdekat yang ditunjuk untuk mengikuti perkuliahan tatap muka. Program ini tak akan mengganggu proses belajar mengajar yang berlangsung sehingga lebih efektif. DIRASAH
25
P R O G RA M
Jadi Guru Madrasah Harus Ikhlas
S
eorang pakar metode pembelajaran asal Universitas Negeri Malang (UM) melansir, dari ribuan guru TPA/ TK/RA/MI dan Madrasah Diniyah (Madin) se Kota Malang, hanya sebagian saja yang memiliki keikhlasan. Jumlahnya akan lebih banyak lagi jika dihitung secara nasional. Tapi, menurut sang pakar Umi Dayati, keikhalasan itu diukur bukan dari kesabaran guru menghadapi siswa nakal dan bukan pula dari sikapnya menerima gaji seadanya. Tapi keikhlasan itu harus diukur dari kesungguhannya menerapkan metode pembelajaran. Umi lebih lanjut menjelaskan, metode pembelajaran ikhlas adalah metode pembelajaran dengan cara mengajar sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Metode pembelajaran ini disebut multiple method. Ia mengakui, penerapan multiple method tersebut memang tidak gampang. Itulah sebabnya, penerapan metode ini menjadi tolak ukur keikhlasan guru. Tentu saja tak semua guru mampu menerapkannya. Apalagi untuk guru TPA yang dikenal mempunyai gaji minim. Umi menjelaskan lebih lanjut tentang multiple method tersebut. Sebelum proses belajar menga26
September 2009
jar dimulai, seorang guru harus memahami kemampuan masingmasing siswa. Bagi siswa cerdas, guru tersebut bisa menerapkan pola pembelajaran singkat, namun bagi siswa lambat, harus dituntun secara perlahan-lahan. “Dengan begini, maka siswa cerdas tidak perlu menunggu teman-teman yang tingkat kecerdasannya rendah. Begitu juga sebaliknya,” kata Umi Dayati. Masalahnya, untuk menghadapi sekian banyak siswa yang memiliki ragam kemampuan, dengan menggunakan pola pembelajaran yang sesuai, pasti tidaklah mudah. Di depan 700 guru TPA/TK/ RA/MI dan Madin se Kota Malang, Umi Dayati menjelaskan, menjadi guru zaman sekarang tidak mudah. Tuntutan masyarakat yang tinggi ternyata tak dibarengi dengan upah layak seorang guru. Apalagi untuk guru TPA, paparnya, lebih dari 40 persen dari mereka tidak mendapatkan upah dari pemerintah atau yayasan tempat mereka mengajar. “Makanya guru TPA itu harus mempunyai kesabaran dan keikhlasan,” tuturnya. “Jadi guru itu harus mempunyai sifat ikhlas. Dengan begitu, mereka tidak asal pukul saja kalau ada anak didiknya yang membangkang,” ujar Umi. (sp)
PROGRAM
Sukabumi Miliki Perda Wajib Pendidikan Agama
D
i antara sekian banyak pemerintahan daerah di Tanah Air, Kabupaten Sukabumi lebih maju selangkah dengan memiliki Peraturan Daerah (Perda) Wajib Belajar Pendidikan Keagamaan. Perda tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan kesadaran warga dalam mendalami masalah keagamaan. Perda tentang Pendidikan Keagamaan itu sempat dimentahkan hingga akhirnya disahkan beberapa hari menjelang berakhirnya masa bakti anggota DPRD 2004-2009. Para anggota Dewan setempat berdebat lama mengenai isi Perda, khususnya mengenai dua klausul penting. Kedua klausul tersebut, salah satunya, memuat kewajiban anakanak untuk bersekolah di MD sebagai syarat untuk melanjutkan sekolah ke tingkatan SMP. Selain itu, klausul satunya mewajibkan setiap calon pengantin untuk melampirkan ijazah MD untuk syarat menikah. Sejumlah Fraksi seperti Partai Golkar dan PDIP menolak kedua klausul tadi, hingga akhirnya dicabut dalam Perda tersebut. “Ketentuan itu sudah dicabut karena dinilai memberatkan masayarakat,� tandas Abdul Muis, anggota DPRD
Kabupaten Sukabumi, yang terpilih kembali menjadi Anggota DPRD Sukabumi periode 2009-2014. Dalam perda tersebut, anakanak hanya didorong untuk belajar di MD dan tidak ada kewajiban untuk sekolah di MD. Meski begitu, pemerintah diharuskan untuk memfasilitasi anak-anak dalam mendalami pendidikan keagamaan. Sebelum dikeluarkannya perda tersebut, Bupati Sukabumi telah mengeluarkan ketentuan wajib belajar di MD dalam bentuk peraturan bupati (Perbup). Bupati Sukabumi, Sukmawijaya menambahkan Perda tentang kewajiban belajar agama disahkan untuk melandasi pendidikan dasar agama anak-anak di Kabupaten Sukabumi. Masyarakat, jelas Sukmawijaya, dapat mencari pengetahuan agama di masjid, pondok pesantren (Pontren) dan lain sebagainya. Ia mengungkapkan, sebenarnya Bupati telah mengeluarkan Keputusan Bupati Nomor 6/2006 tentang kewajiban anak-anak sekolah di MD. Namun, lanjut Sukmawijaya, pihaknya berharap ketentuan tersebut tidak hanya didukung oleh Bupati melainkan oleh para anggota dewan. (red) DIRASAH
27
S U K S ES
Perguruan Islam Assyafiiyah
Sukses Berkat Siaran Radio Dakwah
rasfmjakarta.com
P
residen RI pertama Sukarno mungkin hanya satu dari sekian banyak orang yang tergugah nuraninya untuk beramal jariah setelah secara setia dan rutin mendengarkan ceramah dari Radio Assafiiyah. Itulah salah satu efek positif radio yang menggunakan format dakwah dalam siarannya. Radio Assafiiyah yang didirikan KH Abdullah Sayfiie, seorang ulama asli Betawi yang meninggal pada 3 September 1985, merupakan corong dakwah Islam yang digemakan dari lingkungan madrasah dan pondok pesantren. Hampir 40 tahun, sejak berdiri pada tahun 1970-an, radio itu menggema hing28
September 2009
ga kini di gelombang 792 AM. Malah di bawah tangan penerusnya dan sekaligus putranya, KH Abdur Rasyid, Radio Assafiiyah saat ini telah berkembang menjadi dua radio lainnya yang siar di jalur FM, yakni Radio Alaikasalam (RASFM) 95,5 Jakarta dan Radio Pulo Air Sukabumi yang mengalun pada gelombang 89,5 FM. Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, ceramah dan alunan suara almarhum KH Abdullah Syafiie maupun putranya KH Abdur Rasyid di ketiga radio itu sampai kini masih bisa disimak dengan suaranya yang sangat khas. Sementara bagi warga Sukabumi, Radio SPA 89,5 FM Pulo Air yang dikelola di lingkungan
SUKSE S madrasah cukup berkesan. Banyak keuntungna diperoleh madrasah dari mengelola radio. Setidaknya, keuntungan dakwah dan promosi. Keberadaan madrasah, Majelis Taklim dan Majelis Ummahat Kamis Pagi Assafiiyah Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan; dan Pontren Pulo Air Sukabumi, tidak terlepas dari media radio yang digunakan sarana dakwah. Dari radio itulah seluruh pesan pendidikan dan dakwah digemakan. Diakui, radio saat ini kalah mencorong ketimbang media televisi. Namun keberadaannya masih tetap dibutuhkan masyarakat. Apalagi bagi mereka yang sudah merasa memiliki dan fanatik terhadap radio-radio tertentu, radio menjadi hiburan utama. Mereka beralasan, mendengarkan radio bisa lebih fleksibel, dimana saja dan kapan saja serta bisa didengarkan tanpa meninggalkan aktivitas kerja. Perkembangan terakhir menyebutkan posisi radio semakin tergeser oleh keberdaan televisi, baik dari ratingnya, konten program maupun dari pemasang iklan. Dari ribuan radio yang tersebar di Indonesia, ada beberapa radio yang mengkhususkan diri pada syiar Islam dengan format pencerahan agama. Radio yang dibalut dengan program dakwah meski tidak terlalu banyak, namun keberadaannya masih ada sampai sekarang, bahkan memiliki pendengar setia dengan segmen segala usia. Sangat jarang sebuah lembaga pen-
didikan dan pesantren dilengkapi radio sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada umat. Tapi, untunglah, perguruan Islam Assyafiiyah mampu membangun, mempertahankan, bahkan mengembangkan sejumlah radio di Jakarta dan Sukabumi. KH Abdur Rasyid AS menjelaskan kiatnya mengelola tiga radio sampai sekarang masih tetap eksis dikarenakan dapat mengemas muatan radio yang disiarkan sebaik mungkin dengan memiliki daya tarik yang besar. Menurut KH Abdur Rasyid, umat kita dan rakyat Indonesia sangat membutuhkan santapan dan bimbingan rohani. Sebab, kalau tidak entah apa jadinya wujud negara kita ini, yang sekarang saja banyak dicoba dengan berbagai krisis, bukan saja krisis di bidang ekonomi tapi juga krisis akhlak, tuturnya. Ceramah agama dan pengajian AlQuran di radio dapat menjaga keseimbangan jasmani dan rohani. Sementara dalam pengelolaan ketiga radio tadi, menurut Kyai Abdur Rasyid yang punya menantu Gubernur NTB, M Zainul Majdi, pihaknya mengelola radio secara profesional seperti halnya radio lain menerima iklan untuk menopang dan menunjang kebutuhan operasional. Selain itu, pengelolaan radio juga diserahkan kepada para profesional di bidangnya sehingga kemasan acara tetap relevan dan kebutuhan umat akan kesejukan dakwah lewat radio masih berkumandang. DIRASAH
29
P E RSP EK T I F
Langkah-Langkah Penerapan PTK Bagian 2 dari 2 Tulisan
Istimewa
P
ada buletin Dirasah edisi lalu, telah dijelaskan tentang PTK, apa dan manfaatnya. Kini akan dibahas cara penerapan PTK, berikut langkah-langkah penerapannya. PTK dapat dilaksanakan secara individual (PTK individual) maupun berkelompok (PTK kolaboratif). PTK juga dapat dilaksanakan setiap saat, sesuai keinginan guru. Karena berbarengan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran, pelaksanaan
30
September 2009
PTK dapat dilakukan sepanjang tahun pelajaran atau sepanjang berlangsung pembelajaran. Bila guru melakukan PTK untuk mengatasi masalah pembelajaran, mencobakan inovasi pembelajaran, dan atau mengumpulkan credit point untuk kariernya, hendaknya PTK dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan, sepanjang tahun pelajaran. Bila guru melakukan PTK dengan mengandalkan dana hibah atau
P ER SPE KTI F dana dari luar, memang PTK perlu dilaksanakan sesuai ketentuan pemberi hibah atau dana dari luar. Bila dananya dari sekolah (RAPBS), sebaiknya PTK dilaksanakan pada awal tahun pelajaran atau semester. Bila dananya dari pemerintah, sebaiknya PTK dilaksanakan dengan prinsip tak memotong atau menganggu pembelajaran yang sedang berlangsung. Jadi, pelaksanaan PTK dapat disesuaikan dengan karakteristik pemberi dana. Secara praktis, PTK dilaksanakan melalui langkah-langkah berikut. Pertama, menyusun proposal PTK. Pada fase ini, guru melakukan beberapa kegiatan pokok, yakni: [1] Mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara; [2] Menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu;
[3] Memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya; [4] Menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan; Memilih dan menyusun perpspektif, konsep, dan pandangan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK; [5] Menyusun siklus-siklus yang berisi rencanarencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah yang telah dirumuskan; [6] Menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK; Menetapkan dan menyusun caracara analisis data PTK. Kedua, guru melaksanakan siklus rencana tindakan di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disuIstimewa
DIRASAH
31
P E RSP EK T I F sun dengan variasi tertentu sesuai kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan-pengamatan dan refleksi-refleksi. Baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beriringan, bahkan bersama. Semua hal yang berkaitan dengan ketiga hal di atas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya. Ketiga, guru menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan ma-
salah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan lebih lanjut sebagai hasil-hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulannya dan dirumuskan saran. Terakhir, keempat, guru menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoretis. Inilah laporan PTK. Selamat menerapkan PTK dan memetik manfaatnya!
Pembiayaan Pelaksanaan PTK • Besar biaya atau dana yang diperlukan untuk melaksanakan satu PTK sangat relatif, mulai hanya ratusan ribu sampai jutaan rupiah. PTK yang dilakukan atas inisiatif guru sendiri bisa murah, tapi PTK yang dilaksanakan oleh gugus guru bisa menyerap dana beberapa juta. Tapi, pada dasarnya PTK merupakan ragam penelitian yang tidak memerlukan biaya besar dibandingkan penelitian Non-PTK. • Sumber biaya atau dana pelaksanaan PTK dapat berasal dari (a) guru sendiri (swadana), (b) sekolah, dan (c) luar guru dan sekolah terutama sponsor. Sebagai profesional, sungguh baik bila guru bisa melakukan PTK dengan swadana. Dalam rangka pembinaan profesionalitas guru, sekolah perlu memasukkan anggaran PTK bagi guru dalam RAPBS. Di samping itu, pemerintah melalui Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat menjadi sponsor PTK dengan menganggarkannya dalam APBD/APBN. • Dana PTK yang berasal dari RAPBS dan pemerintah dapat disalurkan kepada para guru dengan hibah kompetisi dan penunjukan. Penyaluran dengan cara penunjukan bisa dilakukan bila maksud pelaksanaan PTK untuk pembinaan guru, sedang penyaluran dengan cara hibah kompetisi cocok untuk peningkatan mutu guru.
32 32
September September 2009 2009
P ER SPE KTI F
Aceng Abdul Azis M.Pd.,
Foto:Sofyan
Kasubag TU Dit Pendis
Perencanaan, Titik Awal
Peningkatan Mutu Madrasah
U
paya pengembangan mutu dan kualitas madrasah bisa dimulai dari aspek perencanaan. “Madrasah yang berbasis perencanaan berpeluang besar dapat melaksanakan peningkatan mutunya secara sistematis,�kata Aceng Abdul Azis, Kasubag TU Dit Pendidikan Madrasah Departemen Agama RI, di ruang kerjanya Lt. 7, Gedung Departemen Agama, Jl. Banteng Barat No.3-4 Jakarta. Kepada Bulletin Dirasah, (7/9) pria kelahiran Cirebon, 27 Oktober 1966 ini mendialogkan tentang urgensi perencanaan dalam madrasah. Berikut petikannya: Upaya peningkatan mutu madrasah, bagaimana menurut Anda? Dalam rangka peningkatan mutu madrasah, yang perlu dapat perhatian serius, adalah aspek perencanaan. Aspek perencanaan ini harus bisa memprediksi kebutuhan mendesak
yang sesuai dengan perkembangan dinamika pendidikan secara nasional. Perencanaan ini sejatinya harus direncanakan sejak dini dini. Misalnya pada 2010, sudah bisa direncanakan pada 2009 ini. Hal ini sudah menyangkut kebutuhan madrasah, baik tingkat MI hingga MA. Perencanaan ini sekaligus berkaitan dengan seluruh aspek yang akan ditingkatkan. Bila kita mengacu pada standar nasional pendidikan yang 8 aspek, maka pada setiap tahunnya, kita bisa memilih dua skenario, yaitu: apakah 8 aspek itu kita sebar dengan porsi sama. Atau dari 8 aspek itu kita pilih sebagai fokus perhatian. Apa saja 8 aspek itu? Yaitu: standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pengelolaan, standar DIRASAH
33
P ER SP EK T I F pembiayaan pendidikan dan standar penilaian pendidikan. Jadi, perencanaan pendidikan itu harus mencakup 8 aspek standar pendidikan tersebut. Apa yang harus dilakukan para perencana pendidikan? Mereka harus diberi bekal komprehensip mengenai arah pendidikan setidaknya 5 tahun ke depan. Lantas apa peran Ditjen Pendis dalam pengembangan madrasah? Ditjen Pendis mempunyai Renstra (Rencana Strategis). Dalam renstra tersebut, prioritas pengembangan madrasah mencakup beberapa aspek. Antara lain tanggung jawab perencanaan yang didesentralisasikan kepada madrasah dan disversifikasi kelembagaan madrasah dengan menggunakan standar internasional, nasional dan lokal. Prioritas pengembangan ini telah dilakukan dengan integrasi persiapan perencanaan strategis oleh Depag dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Perencanaan ke depan dari Depag telah merefleksikan prioritas nasional dalam bidang pembangunan pendidikan. Itu semua tataran konsep. Lalu, bagaimana realisasinya di lapangan? Begini ya. Kenapa perencanaan ini sangat penting. Sudah saatnya, madrasah membuat rencana pengembangannya yang berasal dari kebutuhan madrasah itu sendiri. Apa saja kebutuhan madrasah yang paling riil itu? 34 34
September September 2009 2009
Misalnya, di madrasah negeri, sekarang harus dicoba, dengan satu mekanisme, bahwa madrasah membutuhkan program ini dan itu, sekadar contoh. Kemudian dibawa ke musyawarah ke tingkat Kanwil, lalu harus dimatangkan menjadi satu rencana. Jadi bukan dibalik. Direncanakan di pusat, lalu madrasah tinggal melaksanakan. Jadi jangan sampai ada anggaran tersedia untuk program tidak bisa dilaksanakan. Bagaimana dengan swasta? Madrasah swasta tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan perencanaan bersama pemerintah. Padahal pemerintah mempunyai program-program, dalam bentuk block grant, dalam bentuk pertemuan, dalam bentuk hibah, dalam bentuk kerjasama dan lain semacamnya, tetapi anggaran yang tersedia, boleh jadi sesuai dengan keinginan madrasah, dan boleh jadi tidak sesuai dengan keinginan madrasah. Bisa dijelaskan lebih jauh? Maksud saya di sini, perencanaan itu jadi benar-benar sudah bersinergi dengan para pelaksana kegiatan. Jadi, peningkatan mutu madrasah, saya kira bisa dimulai dari aspek perencanaan. Madrasah yang berbasis perencanaan berkemungkinan besar, dia akan melaksanakan tahapantahapan peningkatan mutunya secara sistematis dan akan cepat sampai pada target-target mereka dalam peningkatan mutu.
LE NSA
Foto-foto Pelatihan Manajemen Proyek & Implementasi Teknis untuk Staf PCU, DCU dan Fasilitator di Surabaya, Semarang dan Makassar
Foto-foto:Istimewa
DIRASAH
35
Program MEDP untuk Madrasah yang Lebih Baik!
Departemen Agama RI
36
Departemen Agama RI Berperan Menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun melalui Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Salafiyah Ula dan Wustho, serta Program Paket A dan B di Pesantren
September 2009