ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut Douglas, perencanaan adalah suatu proses kontinu dari pengkajian,
membuat tujuan dan sasaran, dan mengimplementasikan serta mengevaluasi atau mengontrolnya.
Sedangkan menurut
Alexander,
perencanaan adalah memutuskan
seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya, dan siapa yang melakukannya. Dalam perencanaan suatu kota banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah kondisi fisik bangunan atau kondisi morfologi kotanya. Pendekatan morfologi kota memfokuskan perhatian pada bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan yang tercermin dari jenis penggunaan lahan, sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan, townscape, urban sprawl dan pola jaringan jalan sebagai indikator morfologi kota (Pontoh dan Kustiawan:2009:248). Secara nyata keberadaan kota tidak terlepas dari kondisi fisik lingkungan yang ada. Kenampakan-kenampakan yang dapat dijumpai di kota umumnya merupakan gambaran secara fisiografis. Kondisi topografi sedikit banyak akan mempengaruhi perkembangan kota. Bentuk morfologi kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, serta elemen-elemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota. Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota yang di dalamnya mencakup aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota), aspek tata bentuk kota/ “townscape� (terutama pola tata ruang, komposisi lingkungan terbangun terhadap pola bentuk disekitar kawasan studi), dan aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota yang memperlihatkan dinamika kawasan kota). Melalui studi morfologi sebenarnya dapat ditelusuri proses perkembangan kota dan segala aspek yang melatarbelakanginya. penanganan
Dengan
fenomena
demikian
perkembangan
dapat kota
dikaji di
kegagalan
masa
lalu
dan
yang
keberhasilan
dapat
menjadi
pelajaran/acuan bagi pengendalian perkembangan pada pembangunan kota di masa mendatang. Kota Semarang sendiri terbentuk secara tidak sengaja karena dulunya Semarang hanya merupakan daerah transit dari perdagangan.Setelah terbentuknya Kota Semarang, lama kelamaan mulai terbentuklah suatu struktur fisik permukiman yang merupakan penggabungan elemen-elemen primer dengan unsur – unsur lain, seperti daerah, lokasi dan konstruksi, konsep perencanaan dan bangunan, artefak natural dan pembentukan artefak, dapat membentuk suatu kesatuan yang utuh. Kawasan permukiman yang paling tua di Semarang adalah Kampung Melayu yang didomnasi oleh kaum cina. Pemukiman di wilayah 1
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
ini bisa disebut sebagai salah satu titik awal pertumbuhan Kota Semarang. Sedangkan kawasan Kota Lama yang berada tidak jauh juga dari Kampung Melayu tersebut juga memiliki bangunan-bangunan unik yang bersejarah dengan gaya eropa dan kawasan ini dulunya menjadi pusat kota. Namun seiring berjalannya waktu terjadi pergeseran pusat kota dan terjadi perubahan pola hidup masyarakat. Hal tersebut juga mempengaruhi terhadap perkembangan kawasan tersebut. 1.2
Permasalahan Wilayah Studi Alih fungsi lahan di Kota Semarang menyebabkan berubahnya suatu bentukan ruang
suatu kota karena merubah filosofi fungsi dari guna lahan terdahulu. Sebagian Kota Semarang merupakan bentukan dari bangsa Eropa yang selalu berkaitan dengan filosofi pembentuk ruang kota, sehingga tidak sembarangan dalam memfungsikan suatu kawasan. Hal ini menyebabkan karakteristik atau ciri khas suatu kota akan berubah dan bahkan hilang. Pada wilayah studi, kawasan Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama mempunyai sejarah panjang dalam perkembangan morfologi ruangnya. Selain itu, perubahan fungsi ruang kota menjadi salah satu masalah penting yang sering diangkat, terlebih umumnya di Kelurahan Kuningan (Kampung Melayu 1) yang merupakan kawasan pemukiman cukup padat,sehingga pola ruangnya menjadi sangat padat dan cenderung tidak teratur. Kawasan ini mengalami proses pengkotaan dalam waktu yang relatif singkat dan berdampak pula pada pola kehidupan masyarakatnya. Analisis citra kota dan townscape digunakan untuk mengetahui apakah Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama memiliki ciri khas yang dapat digunakan sebagai daya tarik. Analisis ini digunakan secara time series untuk mengetahui apakah ada perubahan dari waktu ke waktu pada kondisi fisik di Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama.Berdasarkan permasalahanpermasalahan tersebut maka perlu dilakukan analisis mengenai morfologi ruang kota secara lebih mendalam. 1.3
Tujuan dan Sasaran Laporan mengenai analisis citra kota dan townscape pada kawasan Kampung Melayu
1 dan kawasan Kota Lama Semarang disusun dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan ini untuk mengetahui dan mengkaji morfologi ruang kota pada kawasan Kampung Melayu 1 dan Kota Lama yang terkait dengan citra kota dan townscape pada saat ini yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
2
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
1.3.2 Sasaran Sasaran dari laporan analisis morfologi ruang kota ini meliputi: a. Identifikasi dan analisis aspek-aspek morfologi kota dengan mengkaji citra kota kawasan Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama. b. Identifikasi dan analisis aspek-aspek morfologi kota dengan mengkaji townscape kawasan Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama. 1.4
Ruang Lingkup Wilayah yang menjadi wilayah studi ada di dua wilayah, yaitu Kampung Melayu 1 dan
Kota Lama Semarang yang berada di Kecamatan Semarang Utara. 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah a. Kampung Melayu 1 Ruang lingkup wilayah studi Kampung Melayu 1 yang berada di Kelurahan Kuningan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kelurahan Kuningan
Sebelah Selatan
: kawasan Kampung Melayu 3
Sebelah Timur
: kawasan Kampung Melayu 2 dan Kali Semarang
Sebelah Barat
: Kelurahan Kuningan
b. Kota Lama Ruang lingkup wilayah studi Kota Lama yang berada Semarang Utara.
di kecamatan
Batas-batas wilayah studi di kota lama Semarang adalah
sebagai berikut: Sebelah Utara
: Stasiun Tawang Semarang
Sebelah Selatan
: Jalan Pekojan dan Jalan K.H.Agus Salim
Sebelah Timur
: Jembatan Mberok
Sebelah Barat
: Jalan Sayangan dan Gereja St.Yusuf
1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi mencakup aspek morfologi kota di wilayah studi, yaitu mengenai citra kota yang membahas path, edges, district, nodes, dan landmark serta townscape yang ada di Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama.
3
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
1.5
KELOMPOK 3B | 2014
Kerangka Pikir
Sumber: Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
1.6
Sistematika Penulisan Laporan ini tersusun atas lima bab yang dijelaskan dalam uraian berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN Meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan mengenai wilayah studi, dan sistematika penulisan dalam laporan ini. BAB II STUDI LITERATUR Bab ini berisikan tentang kajian teori yang berhubungan dengan pendekatan morfologi kota, yaitu citra kota dan townscape. BAB III METODE ANALISIS Bab ini berisikan penjelasan mengenai pendekatan, Metode Pengumpulan Data, Kebutuhan Data, Konsep dan Analisis Data, Metode Analisis Data, Pengolahan Data dan Analisis yang digunakan dalam penyusunan laporan ini. 4
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
BAB V MORFOLOGI RUANG KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA, KOTA SEMARANG Menjelaskan mengenai analisis terkait citra kota dan townscape yang ada di wilayah studi. BAB VI PENUTUP Berisikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis citra kota dan townscape di kawasan Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama.
5
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
BAB II STUDI LITERATUR
2.1
Citra Kota Citra kota pada dasarnya adalah kesan atau persepsi yang tumbuh saat melakukan
pengamatan secara langsung. Pengamatan secara langsung tersebut memunculkan sebuah makna atas kondisi lingkungan perkotaan, yang akan memberikan perbedaan ataupun sebaliknya keterhubungan antara pengamat dengan lingkungannya. Citra kota belum tentu merupakan identitas. Citra Kota dapat dibuat secara instan, sedangkan identitas membutuhkan waktu yang lama untuk membentuknya. Jati diri kota berkaitan dengan ritme sejarah yang telah melalui proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak dapat diciptakan begitu saja berbeda dengan citra kota. Menurut Kevin Lynch, 1990 elemenelemen pembentuk ruang kota atau biasa disebut dengan citra kota dibagi dalam lima elemen, yaitu: a.
Paths Paths (jalur) adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Paths
merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, pedestrian, saluran dan sebagainya. Secara fisik paths merupakan salah satu unsur pembentuk kota. Paths sangat beraneka ragam sesuai dengan tingkat perkembangan kota, lokasi geografisnya, aksesibilitasnya dengan wilayah lain dan sebagainya. Berdasarkan elemen pendukungnya, paths di kota meliputi jaringan jalan sebagai prasarana pergerakan dan angkutan darat, sungai, laut, udara, terminal/pelabuhan, sebagai sarana perangkutan. Jaringan perangkutan ini cukup penting khususnya sebagai alat peningkatan perkembangan daerah pedesaan dan jalur penghubung baik produksi maupun komunikasi lainnya. b.
Edges Edges merupakan suatu batas. Edges dapat berupa suatu desain, jalan, sungai,
gunung. Edges memiliki identitas yang kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edges merupakan penghalang walaupun terkadang terdapat tempat untuk masuk yang merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district dengan yang lainnya. Edges memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas membagi atau menyatukan suatu wilayah. c.
District District (kawasan) merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi.
Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan 6
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
khas pula dalam batasnya, di mana dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan tampilan yang jelas dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas. Proses perubahan yang cepat terjadi pada daerah ini sangat sering sekali mengancam keberadaan bangunan-bangunan tua yang bernilai historis tinggi. Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan distrik masih banyak tempat yang agak longgar dan banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah dan sebagian lain digunakan untuk tempat tinggal. d.
Nodes Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, tempat suatu bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya. Nodes juga merupakan suatu tempat di mana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ‘keluar’ dalam tempat yang sama. Nodes mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk). e.
Landmark Landmark merupakan titik referensi, atau elemen eksternal dan merupakan
bentuk visual yang paling menonjol dari sebuah kota. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, ada sekuens dari beberapa landmark (merasa nyaman dalam orientasi) serta ada perbedaan skala.
2.2
Townscape Townscape merupakan salah satu cara untuk mengenalbentuk fisik kota dari segi
kualitas fisik visual. Townscape dapat dikenali dari berbagai peletakan bentuk desain bangunan dan jalan yang berkaitan dengan berbagai tingkatan perasaan dan emosi masingmasing pengamat. Townscape memiliki beberapa fungsi, yaitu: a.
Melihat identitas dan makna dari sebuah rancang kota
b.
Mengenali kondisi fisik kota, bentuk yang menjadi ciri khas dari suatu kota
c.
Seni visual dalam penataan bangunan-bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan.
d.
Diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain dari bangunan-bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional masing-masing pengamat. 7
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Melalui buku The Concise Townscape, Gordon Cullen mengemukakan nilai-nilai yang harus ditambahkan dalam urban design sehingga masyarakat di kota tersebut secara emosional dapat menikmati lingkungan perkotaan yang baik melalui rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang ditekankan Cullen pada bukunya adalah: serial vision, place, content, dan the functional tradition. a. Serial Vision Serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ketempat lain pada suatu kawasan. Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan gambar yang bertahap dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar kawasan bagi pengamat. b.
Place Place merupakan perasaan yang didapatkan secara emosional ketika berada di
suatu tempat tertentu. c.
Content Content merupakan isi dari kawasan yang mempengaruhi emosi (perasaan)
seseorang terhadap lingkungan yang bergantung kepada dua faktor, kesesuaian dan kreativitas. d.
Functional Tradition Functional tradition adalah kualitas yang terdapat didalam elemen yang
membentuk perkotaan yang memiliki segi ekonomis, efisien dan efektif. Konsep townscape tersebut kemudian dikembangkan oleh Cluskey dalam enam kategori road form (Cluskey, 1979 :112), yaitu: a.
Junction Terdiri dari T junction, Y junction dan multiple view. 1) T junction T junction atau yang biasa disebut dengan pertigaan merupakan penutupan pemandangan yang memberi rasa tertentu pada suatu tempat.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.1 T-Junction
8
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
2) Y Junction
Berupa pertigaan yang membentuk seperti huruf Y sehingga menunjukan alternatif pemilihan jalan yang berbeda.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000
Gambar 2.2 Y –Junction
3) Multiple Views Bentuk jalan yang dapat melihat 2 tempat sekaligus dan memberikan pemandangan yang berbeda.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000
Gambar 2.3 Multiple Views
b.
Width Terdiri dari fluctuation, narrowing, funelling, widening, constriction, dan wing. 1) Fluctuation Sebuah pergerakan pelebaran jalan ataupun penyempitan jalan yang mengikuti pola atau memotong pola yang ada.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.4 Fluctuation
9
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
2) Narrowing Adanya bangunan yang menjorok kearah jalan dan keluar dari garis bangunan yang memberikan makna penyempitan permukaan jalan. 3) Funelling Funelling adalah penyempitan lebar ruang/jalan secara bertahap. Berawal dari jalan yang lebar lalu menjadi sempit
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.5 Funelling
4) Widening Merupakan pelebaran jalan, dari sempit menjadi besar.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.6 Widening
5) Constriction Kesan visual yang kontras dari luas ke sempit atau sebaliknya dan pada pemberhentian ruang menimbulkan rasa menekan.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.7 Constriction
6) Wing Konfigurasi struktur bangunan yang didorong keluar dari garis bangunan yang menimbulkan sebuah penghalang visual.
10
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.8 Wing
c.
Line Terdiri dari curves, angles, the pivot, deviation, deflection, dan level change. 1) Curves (Lengkungan) Penutupan pemandangan dari struktur bangunan dan jalan yang mempunyai bentuk melengkung.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.9 Curves
2) Angels (Sudut) Perubahan
sudut
garis
arah
jalan
yang
memperlihatkan
sisa-sisa
pemandangan yang panjang dan sebagian tertutup.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.10 Angels
3) The Pivot (Poros) Adanya sebuah poros atau landmark yang dapat dilihat dari kejauhan dan dapat diidentifikasikan bahwa hal tersebut adalah landmark. 4) Deviation (Penyimpangan) Adanya sebuah simpangan kecil yang memisahkannya ke dalam tempat yang berbeda.
11
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.11 Deviation
5) Deflection (Pembelokan) Sebuah struktur yang sumbunya merupakan sebuah sudut ke arah utama pada sebuah rute, yang dapat muncul untuk membelokan pengguna ke arah yang baru.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 12 Deflection
6) Level Change (Perubahan Tingkatan) Adanya gerakan perubahan tingkatan dari posisi lebih tinggi ke posisi rendah atau perubahan lebar jalan dari posisi terbuka ke tertutup.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.13 Level Changes
d.
Containment Terdiri dari closure, enclosure, going into, dan dead end. 1) Closure (Penutupan) Suatu bentukan masa yang mengelilingi atau membatasi ruang.Clousure juga dapat didefinisikan seperti lahan yang terbangun. 12
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Heryanto,2011.
Gambar 2.14 Closure
2) Enclosure Enclosure adalah sebuah ruang terbuka.Biasanya enclosure ini diwujudkan pada lahan kosong dengan banyak pepohonan.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.15 Enclosure
3) Going Into Going into merupakan pintu gerbang yang menunjukan pengurungan (Closure)
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.16 Going Into
4) Dead End Sebuah gang buntu yang biasanya digunakan untuk sebuah lahan parkir. e.
Overhead Terdiri dari chasm, collonnade, the overhang, the arch, the bridge, the maw, dan
going through. 1) Chasm
13
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sebuah elemen visual berupa lorong yang panjang dan sempit yang tidak dimanfaatkan sehingga memberikan kesan tidak menyenangkan dan tidak nyaman saat melewatinya.
2) The Collonade Sebuah bangunan yang bagian atasnya menjorok daripada bangunan di bagian bawah.Bagian bawah diberikan tiang tiang sehingga ada kesan bahwa tiang tersebut menyangga bangunan bagian atas.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.17 The Collonade
3) The Overhang Sebuah bangunan yang bagian atasnya menjorok daripada bangunan di bagian bawah.Tidak ada tiang sehingga tidak terasa bahwa bangunan bagian atas lebih menjorok daripada bagian bawah.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.18 The Overhang
4) The Arch The Arch merupakan simbol yang kuat pada masyarakat yang memberikan kesan bahwa masyarakat masuk ke suatu tempat.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.19 The Arch
14
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
5) The Bridge The bridge digunakan dalam berbagai cara yang berbeda, seperti aktivitas berjalan di bawah jembatan, penekanan keterpisahan ruang. Efeknya adalah dapat memberikan kesan seolah-olah bangunan tersebut berada di atas jembatan.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.20 The Bridge
6) The Maw Terowongan atau pintu masuk ke dalam bangunan
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.21 The Maw
7) Going Through
Sumber :Diktat Mata Kuliah Morfologi dan Arsitektur Kota,2011
Gambar 2.22 Going Through
f.
Feature Terdiri dari hinting, enticing, framing, vistas, dan landmark. 1) Hinting Memberikan kesan seperti jalan buntu, namun sesungguhnya hanya tertutup oleh bentuk bangunan di depannya.
15
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.23 Hinting
2) Enticing Sebuah jalan yang tertutup, dapat melihat sebuah landmark namun tidak dapat mengakses jalan menuju ke landmark tersebut.
Sumber: Heryanto,2011
Gambar 2.24 Enticing
3) Framing Sebuah lorong yang dapat terlihat sebuah landmark di akhir lorong.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.25 Framing
4) Vistas Memberikan pemadangan alam yang ada di ujung lorong bangunan.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
16
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Gambar 2.26 Vistas
5) Landmark Merupakan titik referensi dan simbol atau ciri fisik yang menarik, unik dan tidak dijumpai di tempat lain. Landmark juga merupakan suatu bangunan yang bukan berskala manusia (skala besar).
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000.
Gambar 2.27 Landmark
Selanjutnya road form atau pola jalan merupakan sebuah indikator morfologi kota. Terdapat tiga sistem pola jalan yang dikenal. (Yunus, 2000: 142), yaitu: a.
Sistem pola jalan tidak teratur atau Irregular System. Pada sistem pola ini terlihat adanya ketidakteraturan sistem jika dilihat dari segi lebar maupun arah jalan.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000
Gambar 2.28 Irregular System
b.
Sistem pola jalan radial konsentris atau Radial Concentric System yaitu sistem yang mempunyai pola yang konsentris, mempunyai pola radial, bagian pusat merupakan kegiatan utama, membentuk jaringan laba-laba, 5. mempunyai keteraturan geometris, jalan besar menjadi titik pusat dan membentuk asterik shaped pattern.
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000
Gambar 2.28 Radial Concentric System
c.
Sistem pola jalan bersudut siku/grid: memiliki kelebihan bentuk kapling yang praktis and efisien, tetapi pola ini akan menimbulkan frekwensi lalu lintas yang 17
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
relatif tinggi karena merupakan jalan tembus. Pola jalan ini paling efisien secara ekonomis dalam penataan kapling
Sumber: Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, 2000
Gambar 2.30 Pola Jalan Bersudut Siku/Grid
18
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
BAB III METODE ANALISIS
3.1
Pendekatan Pendekatan yang dapat dilakukan dalam penyusunan laporan tugas mata kuliah
morfologi kota di kawasan Kampung Melayu 1 dan kawasan Kota Lama ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. 3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif Metode kualitatif merupakan bagian dari proses pengetahuan yang dapat dianggap sebagai produk sosial dan juga proses sosial. Pengetahuan sebagai sebuah proses setidaknya memiliki tiga prinsip dasar yakni empirisisme yang berpangku pada fakta dan data, objektivitas, dan kontrol (Singleton, et.al 1988). Penelitian kualitatif berusaha untuk mengangkat secara ideografis berbagai fenomena dan realitas sosial. Pembangunan dan pengembangan dapat dibentuk dari empiris melalui berbagai fenomena
atau
kasus
yang
diteliti.Dengan
demikian
teori
yang
dihasilkan
mendapatkan pijakan yang kuat pada realitas, bersifat kontekstual dan historis. Metode penelitian kualitatif membuka ruang yang cukup bagi dialog ilmu dalam konteks yang berbeda, terutama apabila difahami secara mendalam dan tepat. Menurut Lincoln dan Guba mengajukan empat hal penting yang merefleksikan paradigma kualitatif. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Crediabilityyang bertujuan untuk mendemonstrasikan bahwa penyelidikan yang dilakukan telah selaras dengan kaidah-kaidah ilmiah. Hal ini untuk memastikan identifikasi dan deskripsi masalah penelitian secara akurat. Penyelidikan dan penelitian harus mengikuti aturan main “credible to the constructors and the original multiple realities� (Marshall et.al., 1989: 144147). 2. Transferability yang menyangkut kemampuan untuk demostrasi aplikasi temuan penelitian dalam konteks yang berbeda. Triangulasi dapat dijadikan rujukan untuk dapat mencapai transferability dari suatu penelitian kualitatif. 3. Dependability dimana peneliti berusaha untuk mencermati perubahan kondisi ada fenomena sosial yang dikajinya sebagaimana ia menyesuaikan desain studi untuk menyaring pemahaman pada setting sosial. 4. Confirmability, yang bisa disepadankan dengan objektivitas. Dalam hal ini, peneliti
kualitatif
dituntut
untuk
menghasilkan
temuan
yang
dapat
dikonfirmasikan oleh pihak lain (Marshall et.al., 1989: 144-147).
19
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat empiris, terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman setiap ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai imaji visual yang ada dalam sebuah fenomena sosial (Neuman, 1997: 328). Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. 3.1.2 Metode Penelitian Kuantitatif Metode Kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial.Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”.Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.Metode kuantitatif digunakan apabila: a. Masalah dalam penelitian sudah jelas (dalam proposal penelitian masalah ini harus ditunjukkan dengan data). b. Bila peneliti ingin mengetahui informasi yang luas dari suatu populasi. c. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. d. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. e. Bila peneliti inigin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur.
20
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
3.2
KELOMPOK 3B | 2014
Metode Pengumpulan Data Ada dua sumber data dan metode pengumpulan data, yaitu: 3.2.1 Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer dalam penyusunan laporan inidiperoleh melalui: a. Kuesioner (Daftar Pertanyaan) b. Observasi Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu: a.
Metode survei Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis.Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subjek (responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, akan tetapi pengumpulan data dapat dirancang untuk menjelesakan sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide. Umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang sama dari banyak subjek. Teknik yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. b.
Metode observasi. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei
yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden atau subjek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif atau kontroversial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan kuesioner akan kurang memperoleh tanggapan responden. Teknik ini terutama untuk responden yang tidak dapat membaca-menulis atau sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara
atau
memerlukan
penerjemahan.Teknik
wawancara
dapat
dilakukan dengan melalui tatap muka dan melalui telepon. 3.2.2 Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
21
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Metode pengumpulan data dari data sekunder dalam penyusunan laporan ini adalah: a.
Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan cara untuk mendapatkan informasi maupun
tambahan teori-teori yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan wilayah studi. Literature yang diperoleh haruslah diketahui sumbernya dengan jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dari isinya. Kajian pustaka ini berkaitan dengan teori morfologi kota sebagai bahan untuk membantu analisis. b.
Pemetaan Pemetaan
adalah
kegiatan
meneliti
dan
menggambarkan
tentang
kewilayahan yang menyangkut pola jalan, pola bangunan, persebaran fasilitas, tata letak bangunan, batas administrasi dan informasi-informasi mengenai peta yang menjadi kebutuhan dasar untuk membantu menganalisis permasalahan wilayah studi. Informasi mengenai bahan untuk pemetaan dapat diperoleh dari instansi-instansi salah satunya Bappeda Kota Semarang yang kemudian diolah menggunakan
software
sehingga
menjadi
output
berupa
peta
yang
menggambarkan wilayah studi, sehingga dapat menjadi alat bantu untuk menganalisis permasalahan studi maupun pengumpulan data lainnya. 3.3
Kebutuhan Data Data yang dibutuhkan dalam melakukan penyusunan laporan mengenai analisis citra
kota dan townscape di Kampung Melayu 1 dan Kota Lama adalah sebagai berikut:
No. 1 2 3 4 5 6 7
Tabel III.1 Kebutuhan Data Kebutuhan Data Tahun Peta Administrasi Kampung Melayu 1 2011 Peta Administrasi Kawasan Kota Lama 2011 Peta Jaringan Jalan Kampung Melayu 1 2014 Peta Jaringan Jalan Kawasan Kota Lama 2014 Peta Citra Kampung Melayu 1 2014 Peta Citra Kawasan Kota Lama 2014 Kondisi Morfologi Kampung Melayu 1 2014
Sumber Bappeda Kota Semarang Bappeda Kota Semarang Google Map Google Map Google Earth Google Earth Masyarakat Kampung Melayu 1
Sumber: Kelompok Morfologi 3B, 2014
3.4
Konsep dan Analisis Data Konsep dan analisis data merupakan suatu susunan rencana dan tahapan dalam
menyusun laporan ini. Ada 3 tahapan yang dilakukan, yaitu: input, proses, dan output.
22
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
a.
KELOMPOK 3B | 2014
Input Input merupakan tahap awal yang dilakukan yang berisi penentuan wilayah studi,
mencari informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan wliayah studi, dan kemudian mengidentifikasi kondisi wilayah studi. b.
Proses Setelah proses input telah selesai, tahapan selanjutnya yaitu proses. Tahap ini
merupakan pengolahan input yang telah didapat yakni dengan menganalisisnya untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. c.
Output Output merupakan tahap akhir dari konsep dan analisis data kelompok 3.
Keluaran dari output yaitu berupa laporan kondisi citra kota dan townscapeKampung Melayu 1 dan Kota Lama Semarang. 3.5
Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, kami menggunakan beberapa metode analisis, antara lain: a.
Metode Deskriptif Yaitu mendeskripsikan hasil dari pengumpulan data baik studi pustaka maupun
survei kedalam bentuk gambaran umum dari Kampung Melayu 1 dan Kota Lama. b.
Metode Kualitatif Yaitu pelaporan yang menghasilkan data deskriptif, berupa data-data tertulis dan
tanpa adanya perhitungan. 3.6
Pengolahan Data dan Analisis Terdapat beberapa langkah dalam melakukan pengolahan data. Langkah-langkah
tersebut terdiri dari: a. Editing Editing data adalah proses meneliti hasil survei untuk meneliti apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet atau hal-hal yang masih belum di pahami. b. Pengembangan Variabel Pengembangan variabel ialah spesifikasi semua variable yang diperlukan yang tercakup dalam data yang sudah terkumpul atau sdengan kata lain apakah semua variable yang diperlukan sudah termasuk dalam data. c. Pemberian Kode pada data Pemberian kode data bertujuan untuk memudahkan pengolahan dan pertanyaanpertanyaan.Jawaban dari pertanyaan tersebut perlu diberi kode.
23
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
d. Membuat Struktur Data Peneliti membuat struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk dianalisa. e. Tabulasi Merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan tabel. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan statistik deskriptif variable-variable yang diteliti atau yang variable yang akan di tabulasi silang. f. Pembersihan data Pembersihan data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatment yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi pemerikasaan akan data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai tidak terdefinisi, sedangkan treatmen yang hilang adalah nilai dari suatu variabel yang tidak diketahui dikarenakan jawaban responden yang membingungkan. Selain melakukan tahap-tahap tersebut, data tersebut tentu saja perlu diolah agar dapat menjawab tujuan dari penelitian ini.Selain itu, pengolahan data diperlukan untuk mengetahui kesimpulan dari penelitian ini.
Pengolahan data ini berupa analisis-analisis
morfologi kota. Ada beberapa metode pengolahan data yang digunakan dalam studi kali ini, yaitu: a. Metode Deskriptif Metode deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil dari pengumpulan data baik studi pustaka maupun survei kedalam bentuk gambaran umum dari kawasan Kampung Melayu 1 atau Kelurahan Kuningan dan kawasan Kota Lama. b. Metode Kualitatif Metode kualitatif yaitu pelaporan yang menghasilkan data deskriptif, berupa datadata tertulis dan tanpa adanya perhitungan.
24
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
BAB IV MORFOLOGI RUANG KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA, KOTA SEMARANG
4.1
Analisis Citra Kota Citra Kota terdiri dari lima elemen, yaitu paths, edges, districts, nodes danlandmark. 4.1.1 Kawasan Kampung Melayu 1 Berikut adalah elemen-elemen citra kota yang ditemukan di kawasan Kampung Melayu 1: Tabel IV.1 Citra Kota Kawasan Kampung Melayu 1
Elemen
Tingkatan
Identifikasi
Dokumentasi
Kuat (61-100%)
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Terletak di Jalan Tambra Dalam Sedang (31-60%)
yang merupakan jalan lingkungan di kawasan Kampung Melayu 1 (40%).
Paths
- Terletak di Jalan Darat Lasimin yang
merupakan
lingkungan
di
jalan kawasan
Kampung Melayu 1 (17%). Lemah (1-30%) - Terletak di Jalan Kakap yang merupakan
jalan
lokal
di
kawasan Kampung Melayu 1 (13%).
25
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
Elemen
Tingkatan
Identifikasi
KELOMPOK 3B | 2014
Dokumentasi
Tepian yang menjadi batasan di Kuat (61-100%)
kawasan
Kampung
Melayu
1
dengan tingkatan kuat adalah berupa jalan (66 %).
Sedang (31-60%)
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
- Tepian yang menjadi batasan di
Edges
kawasan Kampung Melayu 1 dengan
tingkatan
sedang
adalah berupa sungai (27%). Lemah (1-30%)
- Tepian yang menjadi batasan di kawasan Kampung Melayu 1 dengan tingkatan lemah adalah berupa rel kereta (7%).
Bangunan (rumah lebih tinggi dari jalan dan bangunan besar berupa
District
industri)
Kuat Nodes
(61-100%)
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
26
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
Elemen
Tingkatan
Identifikasi
KELOMPOK 3B | 2014
Dokumentasi
- Beberapa titik persimpangan Sedang
kawasan Kampung Melayu 1
(31-60%)
terdapat di Kantor Kelurahan Kuningan (43%).
- Beberapa titik persimpangan kawasan Kampung Melayu 1 terdapat di pasar (30%).
- Beberapa titik persimpangan Lemah (1-30%)
kawasan Kampung Melayu 1 terdapat di Masjid At-Taqwa (20%).
- Beberapa titik persimpangan kawasan Kampung Melayu 1 terdapat di SD 2 Kuningan (7%).
Landmark
Kuat (61-100%)
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
27
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
Elemen
Tingkatan
Sedang (31-60%)
Identifikasi
KELOMPOK 3B | 2014
Dokumentasi
Masjid At-Taqwa (43%)
- WC Umum (27%)
Lemah (1-30%)
- Pabrik Anggur (10%)
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
28
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
1. Paths
30%
40%
TAMBRA DALAM DARAT LASIMIN KAKAP
13% 17%
LAINNYA
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.1 Presentase Paths Kampung Melayu 1
Berdasarkan hasil observasi, paths yang diidentifikasi di kawasan Kampung Melayu 1 ini terdapat tiga jalan, yaitu Jalan Tambra Dalam, Jalan Darat Lasimin, dan Jalan Kakap. Berdasarkan hasil kuesioner berjumlah 30 responden, 40% dari responden menjawab Jalan Tambra Dalam sebagai jalan dengan tingkatan sedang (31-60%) yaitu jalan yang cukup banyak dikenal oleh responden. Berdasarkan strukturnya, jalan ini merupakan jalan lingkungan. Jalan tersebut memiliki makna yang berbeda dari tiap respondennya, yaitu sebagai jalur tempat tinggal, jalur tempat kerja, dan jalur pusat aktivitas. Paths dengan tingkatan lemah (1-30%) di kawasan Kampung Melayu 1 ini adalah Jalan Darat Lasimin dengan presentase sebesar 17% dengan struktur jalannya yaitu berupa jalan lingkungan. Jalan tersebut memiliki makna sebagai jalur pusat aktivitas karena jalan ini menghubungkan langsung ke jalan lokal. Dan Jalan Kakap dengan presentase sebesar 13%. Walaupun struktur jalan ini adalah jalan lokal, tapi tidak terlalu dikenal oleh masyarakat sekitar, karena masyarakat sekitar mayoritas hanya beraktivitas di sekitar rumahnya saja. Dan sisanya sebesar 30% dari jumlah responden menjawab jalan yang berbeda-beda yang tidak terdapat dalam pilihan jalan yang sudah diobservasi menjadi paths kawasan Kampung Melayu 1.
29
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.2 Denah Elemen Paths Kawasan Kampung Melayu 1
2. Edges
0% 7% 27%
JALAN SUNGAI 66%
TEMBOK REL
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.3 Presentase Edges Kampung Melayu 1
Berdasarkan hasil kuesioner, terdapat tiga edges yang menjadi batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai penghalang atau penyatu kedua kawasan di Kampung Melayu 1. Edges dengan tingkatan kuat (61-100%) yaitu Jalan Kakap yang merupakan jalan lokal yang terdapat di depan pabrik anggur 30
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
dengan presentase sebesar 66%. Jalan ini merupakan jalan yang membatasi antar kelurahan dan menghubungkan antar permukiman. Dan edges dengan tingkatan lemah (1-30%) terdapat di sungai dengan presentase sebesar 27% dan rel kereta dengan presentase sebesar 7%
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.4 Denah Elemen Edges Kawasan Kampung Melayu 1
3. District District merupakan kawasan yang memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan persamaan fungsi yang terdapat batas tegas yang membatasi suatu keberadaan kawasan. Elemen district yang tampak pada kawasan ini adalah pemukiman dengan bangunan rumah yang lebih tinggi dari jalan, karena penggunaan lahannya didominasi oleh pemukiman, selain itu, juga terlihat elemen industri yang berada sepanjang Jalan Kakap.
31
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.5 Denah Elemen District Kawasan Kampung Melayu 1
4. Nodes
7% 43%
30%
KELURAHAN MASJID PASAR
20%
SEKOLAH
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.6 Presentase Nodes Kampung Melayu 1
Nodes merupakan sebuah titik pertemuan yang menjadi pusat aktivitas masyarakat.Terdapat empat tingkatan nodes yang terdapat pada wilayah studi kawasan Kampung Melayu 1. Nodes dengan tingkatan sedang (31-60%) terdapat di depan kantor Kelurahan Kuningan yang terdapat di Jalan Tambra 32
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Dalam 2 ini menjadi titik pertemuan antara empat Jalan Tambra Dalam lainnya di depan kantor kelurahan tersebut dengan presentase sebesar 43%. Kegiatan yang terdapat di daerah ini adalah kegiatan sosial dan banyak orang berjualan makanan-makanan ringan. Berdasarkan hasil kuesioner terdapat tiga nodes dengan tingkatan lemah (130%), yaitu pasar dengan persentase sebesar 30%, namun pada kondisi eksistingnya pasar ini terletak di luar kawasan Kampung Melayu 1. Yang kedua Masjid At-Taqwa dengan presentase sebesar 20%, masjid ini menjadi titik pertemuan dari dua persimpangan. Dan di depan SD 2 Kuningan dengan presentase sebesar 7% karena disini banyak terdapat aktivitas anak sekolah tersebut.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.7 Denah Elemen Nodes Kawasan Kampung Melayu 1
33
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
5. Landmark
20% 43% 10%
MASJID AT-TAQWA WC UMUM PABRIK ANGGUR
27%
LAINNYA
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.8 Presentase Landmark Kampung Melayu 1
Landmark adalah titik pedoman objek fisik yang dapat menunjukkan atau mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan. Berdasarkan hasil observasi, dihasilkan tiga bangunan yang dapat menjadi landmark dari kawasan Kampung Melayu 1. Landmark dengan tingkatan sedang (31-60%) sebesar 43% adalah Masjid At-Taqwa, dengan tingkatan lemah (1-30%) sebesar 27% adalah WC Umum dan sebesar 10% adalah pabrik anggur, serta sisanya yaitu sebesar 20% menjawab lainnya.
34
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.9 Denah Elemen Landmark Kawasan Kampung Melayu 1
35
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.10 Urutan Pandang Serial Vision Masjid At-Taqwa
36
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.11 Urutan Pandang Serial Vision WC Umum
37
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.12 Urutan Pandang Serial Vision Pasar Perbalan
38
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
4.1.2 Kawasan Kota Lama
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.13 Denah Elemen Citra Kota Kawasan Kota Lama
39
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
1.
KELOMPOK 3B | 2014
Paths Merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk bergerak atau
berpindah tempat. Pada wilayah studi kota Lama, terdapat elemen paths kuat yang ditandai oleh beberapa objek seperti pohon dan lampu jalan. Yang merupakan elemen paths (kuat) di wilayah kota lama antara lain: - Jl. K.H Agus Salim : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke distrik pertokoan (pusat aktivitas) - Jl. Sendowo : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke distrik pertokoan (pusat aktivitas) - Jl. Jend. Suprapto : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan - Jl. Garuda : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke landmark (Gereja Blenduk) - Jl. Nuri : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke landmark (Gereja Blenduk) - Jl. Brajangsari : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke landmark (Gereja Blenduk) - Jl. Suari: Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke landmark (Gereja Blenduk) - Jl. Ranggawarsito : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke arah pelabuhan (pusat aktivitas) - Jl. Sayangan : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke distrik perniagaan dan hotel (pusat aktivitas) - Jl. St. Tawang : Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan dan jalan ini juga menuju ke landmark (Stasiun Tawang) - Jl. Merak: Ditandai dengan adanya lampu jalan yang berdiri sejajar di sepanjang jalan
40
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.14 Paths pada Jl.K.H.Agus Salim dan Jl.Letj.Suprapto
2.
Edges Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung.Edge
memiliki identitas yang kuat karena tampak visualnya yang jelas. Pada wilayah studi kota Lama, terdapat elemen edge yang membatasi dan mengelilingi suatu kawasan/lokasi. Yang merupakan elemen Edges (kuat) di wilayah kota lama antara lain: - Jl. Nuri yang mengelilingi dan menjadi batas distrik asrama polisi - Jl. Cendrawasih dan Jl. Ronggowarsito yang mengelilingi dan menjadi batas distrik sustern dan distrik pendidikan
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.15 Edges pada Jl. Cendrawasih dan Jl. Ronggowarsito
3.
District Merupakan suatu bagian kota mempunyai karakter atau aktivitas khusus
yang dapat dikenali oleh pengamatnya. Pada wilayah studi kota Lama, terdapat elemen district kuat yang ditandai oleh beberapa lokasi pusat aktivitas seperti pertokoan, perniagaan, dll. Elemen district (kuat) di wilayah kota lama antara lain: - Distrik perniagaan di kawasan Jl. KH Agus Salim - Distrik permukiman kumuh - Distrik asrama polisi - Distrik susterani - Distrik pendidikan (TK-SD Marsudini)
41
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
(a)
(b)
(c)
(d)
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.16 District di Kota Lama (a) Permukiman; (b) Perdagangan; (c) Pendidikan; (d) Pergudangan
4.
Nodes Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, tempat suatu bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya. Pada wilayah studi kota Lama terdapat elemen node yang ditandai dengan keramaian dan pusat pertemuan, misalnya persimpangan. Yang merupakan elemen nodes di kota Lama, antara lain: - Persimpangan/ perempatan jalan yang ada di Jl. Jend. Suprapto - Persimpangan Jl.Stasiun Tawang dan Jl. Nuri - Bunderan/ Taman Gubaan yang juga tempat pertemuan beberapa jalan - Persimpangan Jl. Sendowo dan Jl. Suari
42
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
(a)
KELOMPOK 3B | 2014
(b)
(c) Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.17 Nodes di Kota Lama (a) Jl.Jend.Suprapto; (b) Bunderan/Taman Gubaan; (c) Jl.Sendowo
5.
Landmark Merupakan simbol yang menarik secara visual dengan sifat penempatan
yang menarik perhatian. Biasanya landmark mempunyai bentuk yang unik serta terdapat perbedaan skala dalam lingkungannya. Pada wilayah studi kawasan kota Lama, terdapat beberapa objek yang menjadi landmark karena memiliki ciriciri khusus yang mencolok dan dapat dijadikan penanda lokasi tersebut. Landmark mayor yang ada di kawasan Kota Lama, antara lain, yaitu Gereja Blenduk dan Stasiun Tawang Semarang. Sedangkan landmark minor di kawasan tersebut adalah Jembatan Mberok dan Bundaran tempat bertemunya Jalan Sayangan, Cendrawasih, Sendowo, Pertokoan Jurnatan, dan KH. Agus Salim.
(a)
(b)
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.18 Landmark Mayor Kota Lama (a) Gereja Blenduk; (b) Stasiun Tawang
43
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
(a)
KELOMPOK 3B | 2014
(b)
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.19 Landmark Minor Kota Lama (a) Jembatan Mberok; (b) Bundaran
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.20 Urutan Pandang Serial Vision Gereja Blenduk
44
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.21 Urutan Pandang Serial Vision Stasiun Tawang
45
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Dokumentasi Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.22 Urutan Pandang Serial Vision Jembatan Mberok
46
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
4.2
KELOMPOK 3B | 2014
Analisis Townscape Berikut penjelasan analisis townscape Kawasan Kampung Melayu 1 dan kawasan
Kota Lama. 4.2.1 Kawasan Kampung Melayu 1
No
Townscape
T-Junction 1
2
(Junction)
Y-Junction (Junction)
3
Multiple View (Junction)
Tabel IV.2 Analisis Townscape Kawasan Kampung Melayu 1 Gambar Gambar Depan Ket Analisis Tampak Atas
Jl. Tambra Dalam 7
T-Junction di Kawasan Kampung Melayu terbentuk karena struktur ruang kota yang padat dan banyak dijumpai ganggang kecil dan belokan sehingga banyak ditemukan junction seperti T-junction disamping.
Jl.Tambr a Utara Dalam
Y-Junction ditemukan di persimpangan jalan yang seolah-olah membentuk huruf Y. Di Kawasan Kampung Melayu yang padat permukiman, banyak sekali persimpangan jalan berupa pertigaan yang membentuk huruf Y karena struktur ruang di kawasan ini yang berbentuk unplanned city.
Jl. Kakap
Banyaknya jalan yang bersimpangan sehingga pada beberapa tempat dijumpai satu lokasi yang dapat melihat langsung kedua jalan yang memiliki pemandangan yang berbeda
47
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
4
5
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Jl. Tambra Dalam Utara
Curve (Line)
Angles (Line)
The Pivot 6
(Line)
Ket
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
(Line)
Deflection 8
(Line)
Change
Curve di Kawasan Kampung Melayu terbentuk karena struktur ruang kota yang mengikuti kebutuhan manusia sehingga ada beberapa jalan yang melengkung seperti pada gambar disamping.
Jl. Cucut
Tidak Ada
Tidak Ada
Jl. Kakap
Deviation terbentuk karena terdapat sebuah simpangan kecil yang memisahkannya kedalam tempat yang berbeda.
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Level 9
Analisis
Angle terbentuk karena terdapat jalan yang tibatiba berbelok sehingga beberapa pemandangan rumah warga tertutup dan sebagian lagi masih terlihat.
Deviation 7
KELOMPOK 3B | 2014
(Line) Fluctuation 10
(Width)
48
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Ket
Narrowing 11
Jl. Cucut
(Width)
Funelling 12
(Width)
Widening 13
(Width)
Constriction 14 15
(Width) Wing (Width)
The Chasm 16
(Overhead)
KELOMPOK 3B | 2014
Analisis Bangunan di Kawasan Kampung Melayu sebagian kecil ditemukan menjorok ke arah jalan sehingga ketika melewati jalan tersebut seolah-olah jalan tersebut sempit akibat adanya bangunan yang menjorok tersebut.
Jl. Darat Lasimin
Terjadi penyempitan pada jalan tersebut.
Jl. Darat Lasimin
Widening di Kawasan ini terbentuk dari jalan kecil menuju jalan utama sehingga badan jalan yang awalnya sempit menjadi melebar
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Gang Darat Lasimin
Karena struktur ruang Kawasan Kampung Melayu yang organik, sehingga banyak ditemukan gang-gang sempit sehingga ketika melewati gang tersebut terasa kurang nyaman.
49
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
The 17
Jl. Tambra Dalam 4
Colonade (Overhead)
The 18
Jl. Tambra Dalam 2
Overhang (Overhead)
Jl. Tambra Dalam 5
The Arch 19
(Overhead)
The Bridge 20
(Overhead)
(Overhead)
Analisis Colonade ditunjukan dengan bangunan yang bagian atasnya menjorok daripada bangunan di bagian bawah. Bagian bawah diberikan tiang sehingga ada kesan bahwa tiang tersebut menyangga bangunan bagian atas.
Tidak banyak ditemukan overhang pada kawasan ini karena permukiman yang padat sehingga tidak memungkinkan adanya overhang. Namun ada beberapa bangunan yang memiliki overhang namun ukurannya kecil.
Pada kawasan ini ditemukan the arch yang berupa gapura sebuah gang.
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
The Maw 21
Ket
KELOMPOK 3B | 2014
Going 22
Through (Overhead)
50
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Ket
Analisis
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Closure 23
(Contaiment)
Jl. Tambra Dalam 3
Enclosure 24
(Containmet)
Going Into 25
(Containmet)
(Containmet)
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Jl. Tambra Dalam 2
Hinting 27
(Features)
Enciting 28
(Features)
(Features)
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Framing 30
(Features) Vistas
31
32
(Features) Incident (Features)
Jalan kecil yang dijumpai di Kawasan Kampung Melayu banyak seperti gang buntu, namun ada beberapa yang sebenarnya adalah jalan tembus namun karena keberadaan bangunan yang padat sehingga jalan tersebut seolah-olah buntu.
Tidak Ditemukan
Isolation 29
Enclosure di kawasan ini lebih kepada bangunan permukiman yang memiliki halaman dengan pepohonan di sekitarnya.
Tidak Ditemukan
Dead End 26
KELOMPOK 3B | 2014
51
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Ket
Analisis
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Punctuation 33
34
(Features) Landmark
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.23 Denah Elemen Townscape Kawasan Kampung Melayu 1
4.2.2 Kawasan Kota Lama
No
Townscape
T-Junction 1
(Junction)
Tabel IV.3 Analisis Townscape Kawasan Kota Lama Gambar Gambar Depan Tampak Atas
Ket
Jl. Letjen Suprapto
Analisis T-Junction di Kawasan Kota Lama terbentuk karena struktur ruang kota yang padat dan banyak dijumpai ganggang kecil dan belokan sehingga banyak ditemukan junction seperti Tjunction disamping.
52
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Ket
Analisis
Jl. Garuda
Y-Junction ditemukan di persimpangan jalan yang seolaholah membentuk huruf Y. Di Kawasan Kota Lama yang padat permukiman, banyak sekali persimpangan jalan berupa pertigaan yang membentuk huruf Y karena struktur ruang di kawasan ini yang berbentuk unplanned city.
Y-Junction 2
(Junction)
Multiple 3
View (Junction)
4
Curve (Line)
KELOMPOK 3B | 2014
Jl. Pertokoan Jurnavtan
Jl. Sendowo
Banyaknya jalan yang bersimpangan sehingga pada beberapa tempat dijumpai satu lokasi yang dapat melihat langsung kedua jalan yang memiliki pemandangan yang berbeda Curve di Kawasan Kota Lama terbentuk karena struktur ruang kota yang mengikuti kebutuhan manusia sehingga ada beberapa jalan yang melengkung seperti pada gambar disamping.
53
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Angles 5
(Line)
KELOMPOK 3B | 2014
Ket
Analisis
Jl. Sendowo
Angle terbentuk karena terdapat jalan yang tiba-tiba berbelok sehingga beberapa pemandangan rumah warga tertutup dan sebagian lagi masih terlihat.
Tidak Ada
Tidak Ada
The Pivot 6
(Line)
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Jl. Sendowo
Deviation 7
8
(Line)
Deflection (Line)
Deviation terbentuk karena terdapat sebuah simpangan kecil yang memisahkannya ke dalam tempat yang berbeda.
Sebelah Timur District Asrama Polisi
Jalan yang terdapat belokan menuju gang-gang kecil yang berada di tikungan jalan seperti pada gambar di samping
Level 9
Change
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
(Line)
10
Fluctuation (Width)
54
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Narrowing 11
12
Jl. Pertokoan Jurnatan
(Width)
Funelling (Width)
Widening 13
(Width)
Constriction 14
15
(Width)
Wing (Width)
Ket
KELOMPOK 3B | 2014 Analisis Bangunan di Kawasan Kota Lama sebagian kecil ditemukan menjorok ke arah jalan sehingga ketika melewati jalan tersebut seolah-olah jalan tersebut sempit akibat adanya bangunan yang menjorok tersebut.
Jl. Kepodang
Jalan yang semakin mengecil atau mengalami penyempitan
Jl. Sendowo
Widening di Kawasan ini terbentuk dari jalan kecil menuju jalan utama sehingga badan jalan yang awalnya sempit menjadi melebar
Terletak di District Perniagaan
Di kawasan ini terlihat bangunan dan jalan yang kontras dari luas ke sempit atau sebaliknya membentuk kesan dan di akhir jalan menimbulkan rasa menekan.
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
The Chasm 16
(Overhead)
55
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Ket
The 17
Jl. Letjen Suprapto
Colonade (Overhead)
The 18
Jl. Kepodang
Overhang (Overhead)
19
The Arch (Overhead)
20
Analisis Colonade ditunjukan dengan bangunan yang bagian atasnya menjorok dari pada bangunan di bagian bawah. Bagian bawah diberikan tiang sehingga ada kesan bahwa tiang tersebut menyangga bangunan bagian atas. Tidak banyak ditemukan overhang pada Kawasan Kota Lama karena permukiman yang padat sehingga tidak memungkinkan adanya overhang. Namun ada beberapa bangunan yang memiliki overhang namun ukurannya kecil.
Jl. Sendowo
Sebuah bangunan yang menjadi pintu gerbang menuju suatu kawasan baru yang terdapat di kota Lama seperti gambar di samping.
The Bridge (Overhead)
21
KELOMPOK 3B | 2014
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
The Maw (Overhead)
56
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Ket
KELOMPOK 3B | 2014 Analisis
Going 22
Through (Overhead)
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Closure 23
(Contaiment) Enclosure
24
(Containmet)
Going Into 25
(Containmet)
Dead End 26
(Containmet)
Hinting 27
(Features)
Jl. Letjen Suprapto
Suatu bangunan yang menjadi pintu masuk sebuah kawasan tertutup. Going into yang terdapat di kawasan kota lama merupakan suatu gerbang menuju asrama militer, seperti gambar disamping
Jl. Kepodang
Sebuah jalan yang merupakan ujung dan tidak ada terusan akibat adanya bangunan (jalanbuntu)
Jl. Kepodang
Jalan kecil yang dijumpai di Kawasan Kota Lama banyak seperti gang buntu, namun ada beberapa yang sebenarnya adalah jalan tembus namun karena keberadaan bangunan yang padat sehingga jalan tersebut seolah-olah buntu.
57
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA No 28
Townscape
Gambar Depan
Gambar Tampak Atas
Ket
Analisis
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Jl. Letjen Suprapto
Adanya landmark yang terlihat seakan terbingkai oleh bangunan lainnya. Posisi landmark berada di tengah-tengah sehingga terlihat jelas seperti gambar disamping
Enciting (Features)
29
Isolation (Features)
Framing 30
KELOMPOK 3B | 2014
(Features)
Vistas 31
(Features)
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Incident 32
(Features) Punctuation
33
(Features)
34
Landmark
35
Skyline
Jl. Letjen Suprapto
Tidak Ditemukan
Tidak Ditemukan
Tidak Ada
Gereja blenduk memiliki ciri yang mencolok yang membedakan bangunan ini dengan bangunan di sekitarnya sehingga menjadi penanda kawasan ini. Tidak Ada
Sumber: Hasil Analaisis Kelompok 3B, 2014
58
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3B, 2014
Gambar 4.24 Denah Elemen Townscape Kawasan Kota Lama
59
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
BAB V KESIMPULAN Kampung Melayu adalah sebuah kampung kuno yang terbentuk pada sekitar abad ke16.Kampung Melayu merupakan suatu kawasan kampung melayu yang ada di Kota Semarang. Kawasan ini termasuk dalam unplanned city dengan pola organik, hal ini dikarenakan kampung melayu ini berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Pola perkembangan kawasan ini dari tahun ke tahun sangat pesat namun pola yang berkembang merupakan pola organik.Untuk elemen townscape, kawasan ini sangat bervariasi dan banyak ditemukan elemen-elemennya.Dilhat dari segi non fisik salah satunya kependudukan masyarakat di kawasan ini mayoritas merupakan penduduk asli Jawa, Arab dan China. Untuk elemen citra kota di Kampung Melayu sudah terdapat lima elemenelemennya. Kota Lama Semarang merupakan citra visual yang menyajikan kemegahan arsitektur Eropa di masa lalu. Banyak berdiri bangunan-bangunan kuno nan eksotis dan megah peninggalan kolonial Belanda, seakan menyimpan segudang cerita yang tak kan pernah habis dikisahkan. Untuk elemen townscape di Kota Lama variasinya lebih sedikit karena jalan dan bangunan yang ada di sekitar Kota Lama merupakan kawasan heterogen. Sedangkan untuk elemen citra kota di Kota Lama sudah lengkap elemen-elemennya.
60
ANALISIS CITRA KOTA DAN TOWNSCAPE KAWASAN KAMPUNG MELAYU 1 DAN KOTA LAMA
KELOMPOK 3B | 2014
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013.
Pengertian
Perencanaan:
Apa
Itu
Perencanaan?
Dalam
www.pengertianahli.com.Diakses pada 1 Desember 2014. Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota. Yogyakarta: Briliant Internasional. Rudiono. 2013. Kota dan Hubungan Timbal Baliknya terhadap Manusia dalam www.majalah1000guru.net. Diakses pada 1 Desember 2014. Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
61