Memahami Produk & Membangun Konsep Desain

Page 1

Penerbit Fakultas Desain Universitas Pelita Harapan

Desain sampul dan Tata letak Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds. Kartika Magdalena Suwanto, S.Ds.

Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Penerbit

Jl. M.H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village – Tangerang Banten 15811

Fax: sod.uph@uph.edu+62-21-5460910

Cetakan pertama, Maret 2022

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Redaksi

Telp: +62-21-5460901

iv

Penulis

ISBN: 978-623-7489-68-9 (PDF)

oleh Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

v

‘Studio Utama 3’ adalah sebuah mata kuliah praktek yang fokus kedalam perancangan intermedia. Istilah ini penulis adaptasi dan gunakan untuk menggambarkan perancangan-perancangan antar medium yang perlu memiliki koherensi visual tanpa mengindahkan format medium yang memiliki tantangan dan juga fungsinya masing-masing. Sederhananya, perancangan medium-medium yang berada dibawah satu payung identitas visual atau brand.

Namun materi yang telah dikembangkan dan juga diajarkan selama kurang lebih empat tahun ini akhirnya perlu disesuaikan kembali seiring dengan perubahan kurikulum operasional yang terjadi dalam program studi. Dengan perubahan struktur, beban, dan juga kompetensi yang ada, penulis perlu menyesuaikan kembali bentuk mata kuliah ini. Hal ini yang mendorong penulis untuk melihat kembali esensi dari pembelajaran yang dilakukan dalam mata kuliah ini, dan coba mengembangkan lebih lanjut materi-materi yang telah dikumpulkan ini menjadi buku materi.

Prakata

vi

Impian penulis ini dapat dikatakan sedikit ambisius mengingat latar belakang penulis yang belum pernah mencoba melakukan hal tersebut. Namun melihat kembali materi-materi yang memang sudah ada serta kondisi yang ada, maka hal ini merupakan hal yang logis untuk dilakukan.

Mata kuliah tersebut juga mendapat tantangan dengan perubahan bentuk pengajaran dan pembelajaran karena kondisi pandemi COVID-19 yang membuat pembelajaran tatap muka berubah menjadi pembelajaran secara daring. Alhasil, terdapat perubahan fokus, komposisi materi, dan juga kompetensi yang diharapkan karena menyesuaikan situasi.

Buku ‘Memahami produk & Membangun Konsep Desain’ ini adalah bagian dari materi yang penulis kumpulkan dan gunakan dalam pengajaran didalam kelas ‘Studio Utama 3’ dalam Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan.

Selamat membaca.

Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds. Maret 2022

vii

Setelah pembahasan materi, dalam buku ini dilampirkan beberapa contoh dari apa yang dilakukan mahasiswa-mahasiswi penulis dalam kelas ‘Studio Utama 3’ dalam memahami produk dan membangun konsep desain.

Eksplorasi sekaligus preservasi yang dilakukan dalam mata kuliah ini akhirnya dibukukan dalam buku ini. ‘Memahami Produk & Membangun Konsep Desain’ berbicara mengenai apa yang perlu dilakukan untuk persiapan membuat sebuah desain. Dalam buku ini, dijelaskan argumentasi mengapa desain membutuhkan sebuah konsep. Setelah itu, dibahas cara-cara atau metode yang dilakukan untuk dapat memahami produk, khususnya dalam praktek dalam mata kuliah yang penulis pernah laksanakan. Setelahnya, penulis membahas mengenai cara membangun konsep dengan cara memahami pasar & konsumen. Bagian terakhir, penulis menjelaskan mengenai cara membuat creative brief dan fungsi dari creative brief.

Penulis berharap adanya buku ini dapat membantu proses pembelajaran mahasiswa-mahasiswi, baik secara terpadu, maupun secara independen. Dengan demikian, berusaha untuk memahami produk ketika mendesain dapat dilakukan tanpa banyak kebingungan yang berarti.

Membangun Konsep SWOT Maslow’sAnsoffPositioningAnalysisMatrixMatrixHierarchy

Studi

Terima Kasih Daftar Pustaka ix

Cara Produk

Memahami

of Needs

Creative Brief

Kasus: VereniceSorgumeeSavamieBresco

Daftar Isi vi1358 1311108 15 46383022 5453 MengapaPendahuluanPrakataDesain Membutuhkan Konsep

Ucapan

Menurut penulis, pembelajaran dalam kelas-kelas desain memiliki tantangan-tantangan tersendiri karena mengukur hasil pembelajaran mahasiswa-mahasiswi tidak mudah untuk dilakukan. Pemahaman umumnya tercermin dari hasil desain yang dibuat, namun memiliki desain yang baik belum tentu berarti mahasiswa-mahasiswi memahami apa yang dipelajari di dalam kelas.

Pandangan ini yang mendorong penulis untuk mencoba dengan lebih konsisten dan sistematis merancang, menjalankan, dan mengevaluasi pembelajaran dan materi yang diajarkan didalam kelas ‘Studio Utama 3’ ini. Karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, penelitian tindakan kelas ini tidak dilakukan secara formal dan terdokumentasi dengan rinci, namun apa yang dievaluasi menjadi basis untuk pengembangan dan penyesuaian kembali praktek mata kuliah ‘Studio Utama 3’ selanjutnya.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang meneliti kondisi pembelajaran dalam kelas yang digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran didalam kelas (Sukardi, 2015).

Pendahuluan

Seperti yang sedikit disinggung dalam prakata buku ini, pembahasan yang dilakukan dalam buku ini merupakan sebuah pengembangan lebih lanjut dari materi pembelajaran yang dikumpulkan dan persiapkan oleh penulis dalam mata kuliah ‘Studio Utama 3’.

1

2. Fase merancang logo dan identitas visual sebagai manifestasi dari pemahaman akan produk.

kelas yang dilakukan oleh penulis berlangsung dari empat tahun yang lalu, dan telah melalui empat angkatan dalam Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan. Dari keempat siklus tersebut, materi yang diajarkan dalam mata kuliah tersebut mengalami penyesuaian dan pengembangan, yang akhirnya dikumpulkan dan disajikan dalam buku ini.

4. Fase merancang desain medium promosi sebagai bentuk implementasi dari desain kemasan dan juga implementasi lanjut dari desain logo dan identitas visual.

1. Fase memahami produk dan membangun konsep desain dalam bentuk creative brief.

Secara konvensional, fokus ‘Studio Utama 3’ adalah memahami dan mempelajari produk-produk makanan yang kemudian dikembangkan desain kemasan dan juga medium promosi dari produk tersebut. Pada pelaksanaannya, terbagi atas empat fase:

Detail praktis dan proporsi fokus dari keempat fase tersebut berubah menyesuaikan kondisi perkuliahan dan juga bentuk pembelajaran yang Penelitiandilakukan.tindakan

3. Fase merancang desain kemasan sebagai implementasi dari desain logo dan juga identitas visual dari produk.

2

Namun hal ini juga tidak menandakan bahwa desain yang baik adalah semata-mata desain yang memiliki konsep. Konsep yang dibangun secara tidak koheren tentu bukanlah konsep yang dapat membantu menjelaskan desain yang tengah dirancang. Konsep yang baik mampu tampak dalam desain, dan menjadi sebuah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari desain itu sendiri.

Untuk bisa memahami mengapa desain membutuhkan konsep, kita harus mencoba memahami secara esensial apa itu desain. Desain bukanlah seni, terlepas dari banyak perspektif dan opini yang mencoba menunjukkan letak persamaan antara keduanya, pada akhirnya keduanya bukanlah hal yang sama.

Secara sederhana desain tidak bisa dipahami sebagai seni atau sebagai ‘seni murni’. Bahkan desain sendiri pernah mendapatkan label ‘seni terapan’ atau ‘seni komersial’. Kedua istilah tersebut muncul sebagai upaya justifikasi keberadaan desain yang memiliki perbedaan dengan apa yang dikenal sebagai ‘seni murni’ itu sendiri. Perbedaan paling mendasar adalah desain dipahami sebagai sebuah obyek yang memiliki fungsi, namun tetap tanpa melupakan aspek-aspek yang dimiliki oleh seni, seperti aspek estetis.

Upaya untuk menjustifikasi desain sebagai suatu hal yang berbeda dari seni murni adalah dengan adanya konsep. Hal ini tidak berarti seni murni tidak memiliki konsep, hanya saja pemahaman konsep disini adalah sebuah argumentasi yang didasari data-data dan penilaian rasional (atau obyektif), bukan atau tidak hanya sebuah dorongan personal (atau subyektif).

Mengapa MembutuhkanDesainKonsep

3

Mengapa Desain Membutuhkan Konsep

4

1. Tahapan pravisual, dimana desainer mengumpulkan data dan juga menganalisis data dalam sebelum masuk ke tahapan menggagas visual.

3. Tahapan pasca-visual, dimana desainer mengimplementasikan desain yang telah dihasilkan kedalam medium-medium dimana desain tersebut diproduksi atau publikasikan.

2. Tahapan visual, dimana desainer masuk kedalam tahap membuat visual untuk desain mereka, baik secara membuat thumbnail, sketsa kasar, sketsa komprehensif, sampai ke gambar digital.

4. Tahapan pravisual ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam mendesain, dan buku ini akan membahas mengenai tahapan pravisual yang dilakukan secara sederhana. Bentuk luaran yang umumnya dihasilkan dalam tahap ini adalah sebuah dokumen yang disebut sebagai creative brief, yang menggambarkan mengenai konsep desain tersebut dengan jelas.

Dalam memulai sebuah proyek desain, seringkali terdapat fase riset yang akan digunakan sebagai dasar dalam mendesain (Ambrose & Harris, 2011). Riset disini adalah istilah yang kerap digunakan, namun sederhananya, riset disini berbicara mengenai mengumpulkan dan juga memahami data-data. Berdasarkan data-data tersebut, desainer mulai menentukan pendekatan-pendekatan solusi apa yang dapat dikerjakan.

Hal ini juga sejalan dengan elaborasi dari metodologi desain yang kerap ditemukan dalam buku-buku atau literatur-literatur mengenai desain. Berbagai literatur desain membahas beragam tahapan dalam mendesain, namun secara sederhana, tahapan mendesain dapat disederhanakan menjadi tiga tahap (Hananto, 2020):

Bagian ini akan membahas beberapa cara yang dilakukan oleh maha siswa-mahasiswi dalam memahami produk. Pada prakteknya, bagian ‘Cara Memahami Produk’ dan bagian ‘Membangun Konsep’ adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan, namun dalam buku ini, kedua bagian tersebut dipisahkan karena berisi metode-metode atau konsep-konsep yang sedikit berbeda.

Studi literatur dapat dilakukan terhadap produk-produk atau merekmerek yang ada. Hal ini dapat dilakukan karena produk atau merek yang sudah ada ini dapat dijadikan referensi atau pembanding dalam proyek desain yang desainer akan lakukan.

Dalam memahami produk, seorang desainer secara sederhana harus mencari sebanyak-banyaknya data mengenai produk tersebut. Bagian ini akan sedikit mengulas beberapa metode yang dapat digunakan untuk memahami sebuah produk.

Studi literatur baiknya dilakukan pertama-tama sebelum pengumpulan data lainnya, karena pada dasarnya studi literatur memampukan pengumpul data untuk mempelajari dan mengumpulkan data-data yang memang sudah tersedia dan ada.

Studi literatur adalah sebuah bentuk secondary research dimana pengumpul data mempelajari literatur-literatur untuk mengumpulkan data-data yang berguna (Martin & Hanington, 2012). Literatur yang dicari alangkah baiknya adalah literatur-literatur ilmiah yang memang kualitas isinya baik, dengan demikian kita bisa lebih percaya bahwa informasi dalam publikasi tersebut itu baik dan tidak salah.

Studi Literatur

Sebagai contoh, jika ingin merancang desain untuk sebuah produk kopi, ada baiknya desainer sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kopi. Hal ini dilakukan agar desainer tidak ‘buta’ dan tidak bingung ketika berkomunikasi lebih lanjut dengan pihak-pihak yang terlibat, seperti klien.

Cara Memahami Produk

5

Wawancara kepada klien umumnya dilakukan untuk mendapatkan gambaran-gambaran mengenai arahan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. Jika klien juga merupakan orang yang ahli dalam bidang atau area tersebut, kita juga dapat mengkonfirmasikan lebih lanjut informasiinformasi mengenai produk tersebut guna memiliki pemahaman yang benar dan sudah terklarifikasi.

Hal ini yang menyebabkan wawancara idealnya merupakan pengumpulan data yang baik dilakukan setelah sudah ada studi literatur. Apabila pengumpul data melakukan wawancara tanpa memiliki pemahaman yang cukup, maka pertanyaan yang ditanyakan bisa saja pertanyaanpertanyaan mendasar dan tidak perlu ditanyakan. Selain itu, pengumpul data akan kesulitan untuk menggali lebih lanjut apa yang sebenarnya perlu digali. Pengumpul data bisa merasa sudah memiliki data yang unik dan menarik, namun akan sangat disayangkan jika ternyata data tersebut itu sesuatu hal yang generik dan sudah pernah dijajaki oleh desainer-desainer lain ketika merancang untuk produk serupa.

Wawancara adalah sebuah metode pengumpulan data dimana pengumpul data dapat berinteraksi langsung dengan narasumber atau responden wawancara (Martin & Hanington, 2012). Wawancara yang dapat dilakukan dalam konteks pengumpulan data ini ada beragam. Wawancara dapat dilakukan kepada pihak klien atau kepada pihak yang merupakan ahli dalam bidang tersebut.

Survey

Berbicara mengenai survey, hal-hal mendasar mengenai populasi, sampel, dan juga teknik sampling menjadi hal-hal yang perlu diketahui

Wawancara

Cara Memahami Produk 6

Survey adalah pengumpulan data mengenai pendapat, penilian, persepsi dan sikap terhadap seuatu hal (Martin & Hanington, 2012). Survey dewasa ini kerap dianggap sebagai hal yang mudah untuk dilakukan dengan banyaknya mekanisme-mekanisme digital dan daring yang ada, namun walau demikian, jika pertanyaan-pertanyaan survey tidak dipersiapkan dan dirancang dengan baik, maka survey dapat menjadi sesuatu yang sia-sia dilakukan.

Data yang dikumpulkan dalam survey juga baiknya data-data yang mudah dikuantifikasi, mengingat salah satu kriteria dari pengumpulan data dengan survey adalah jumlah responden yang besar. Survey dapat dilakukan untuk memahami pandangan orang-orang secara umum mengenai sebuah produk atau merek. Dengan demikian, kita dapat memiliki gambaran mengenai persepsi yang ada mengenai sebuah produk atau merek.

7

Cara Memahami Produk

agar responden survey dapat representatif dan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Menentukan populasi dari survey dapat dilakukan dengan mengacu kepada literatur yang sudah ada.

Perlu diingat di dipahami bahwa mengidentifikasi dan menganalisis pasar adalah kompetensi yang dimiliki oleh keilmuan lain diluar desain. Namun memahami pasar dan konsumen merupakan sebuah pengetahuan yang dapat mensupplementer kemampuan seorang desainer dalam memahami audiens dan target komunikasi yang perlu dibuat. Dengan demikian, bagian ini akan coba menjelaskan secara sederhana beberapa konsep mendasar dalam marketing atau bisnis untuk bisa menjadi sebuah landasan dan juga strategi konseptual dari komunikasi yang ingin dibangun.

Sebagai seorang desainer komunikasi visual, memahami kepada siapakah desain dan komunikasi yang dirancang ini ditujukkan adalah hal yang penting untuk diketahui. Dalam konteks perancanganperancangan untuk sebuah brand dan juga branding touchpoints, memahami pasar sebagai audiens merupakan hal yang kerap dilakukan.

Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen dan pemetaan yang kerap dilakukan dalam swot:

8

Membangun Konsep

SWOT adalah singkatan dari strength, weakness, opportunity, dan juga threat. SWOT analysis adalah sebuah kerangka analisa yang dilakukan untuk mengevaluasi posisi kompetitif dari perusahaan atau produk dengan menilai faktor positif dan negatif secara internal dan juga eksternal (Kenton, 2021).

SWOT Analysis

9

Sebagai contoh, A adalah produk es krim dengan bahan dasar unik dan memiliki aspek positif karena bahan dasarnya. Sayangnya, A memiliki rasa yang kurang enak karena A tidak menggunakan pemanis buatan. A mulai dijual dengan cara dititipkan pada beberapa toko sejak awal tahun 2020, dimana pandemi COVID-19 mulai muncul hadir Indonesia. Karena beberapa faktor, bahan dasar dari A mendapatkan subsidi pemerintah dan dapat dibeli dengan harga lebih murah dibandingkan sebelum pandemi.

Dari data-data tersebut, perusahaan umumnya dapat mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan atau yang menjadi perhatiannya. Tidak semua hal dalam SWOT dapat diterjemahkan menjadi keputusan desain,

Membangun Konsep

Kondisi diatas dapat dipetakan dalam matriks SWOT sebagai berikut:

Positioning Matrix

namun ada hal-hal yang bisa menjadi pertimbangan untuk strategi komunikasi dan juga strategi desain itu sendiri. Sebagai contoh:

Instrumen lain yang kerap digunakan adalah positioning matrix yang mencoba memetakan sebuah perusahaan, produk, atau brand dengan melihat faktor-faktor tertentu dan membandingkannya dengan kompetitor-kompetitornya (Product Positioning - How Your Product Fits in the Market, n.d.). Hal ini dilakukan dengan membuat sebuah diagram kartesius dan menaruh kata kunci pada sumbu aksis dan ordinatnya.

1. Jika bahan dasar A adalah hal yang unggul dan positif, hal itu dapat menjadi salah satu karakteristik dari A. Namun hal ini perlu dilihat lebih lanjut apakah bahan dasar A itu benar-benar unik dan khas (tidak digunakan oleh produk-produk serupa pada umumnya).

5. Seperti yang dapat dilihat pada contoh, analisis dengan SWOT tidak semuanya memiliki relasi langsung dengan perancangan atau pertimbangan visual. Karenanya, seorang desainer tidak bertanggungjawab sendiri dalam mengidentifikasi atau membuat SWOT dari sebuah produk atau perusahaan. Namun walau demikian, desainer dapat menggunakan kerangka berfikir SWOT dan menggunakannya secara eksklusif untuk desain dengan membahas strength, weakness, opportunity, dan threat dari perspektif desain semata.

4. Kondisi pandemi COVID-19 yang membuat beberapa toko yang menjual A turun menjadi hambatan dari penjualan A. Dengan demikian, perusahaan perlu mencari solusi lain untuk tetap dapat menjual A. Hal ini bisa dilakukan dengan memulai penjualan secara daring dengan menggunakan online marketplace.

2. Jika rasa dari A itu tidak enak, maka hal itu tidak dapat menjadi hal yang positif dan diangkat. Hal ini harusnya menjadi perhatian bagi perusahaan untuk merubah resep produk A agar dapat menanggulangi rasa yang kurang enak tersebut.

3. Harga dari bahan dasar A yang menurun membuat biaya produksi A juga menurun. Dengan demikian, keuntungan dari penjualan A dapat meningkat. Peningkatan keuntungan tersebut dapat dialokasikan untuk hal-hal lain, seperti inovasi produk, meningkatkan strategi pemasaran, dst.

Membangun Konsep 10

Figure 1 Contoh Positioning Matriks (Sumber: management-framework/product-strategy/product-positioning)https://startinfinity.com/product-

2. Jika kita ‘menyukai’ positioning dari brand kita, dan positioningnya cukup unik (berada di pojok), maka kita dapat menggunakan positioning itu menjadi pesan utama dari strategi komunikasi yang akan Membuatdilakukan.

Membangun Konsep 11

Ansoff matrix atau Ansoff model adalah sebuah model untuk membantu pemasar untuk mengidentifikasi peluang pengembangan bisnis melalui melihat pasar dan mengembangkan produk (Hanlon, 2021). Berikut adalah empat strategi pemasaran berdasarkan matriks Ansoff:

Positioning matrix dapat digunakan untuk melihat lebih jelas kondisi dan juga posisi dari sebuah produk, perusahaan, atau brand. Dengan memahami positioning dari sebuah produk, hal ini dapat digunakan untuk dua hal:

1. Jika kita tidak ‘menyukai’ positioning dari brand kita, sebuah brand dapat membuat strategi komunikasi yang dapat mencoba megubah positioning.

Ansoff Matrix

positioning matrix bukan pekerjaan seorang desainer seorang diri. Diperlukan pengumpulan data, seperti dengan meakukan studi dokumentasi, melakukan observasi dan wawancara, dst. Seperti SWOT analysis, positioning matrix dapat diadaptasi secara visual untuk memetakan sebuah desain dan membandingkannya dengan desaindesain lain.

1. Jika sudah ada produk dan sudah ada pasar, maka diperlukan sebuah strategi pemasaran untuk dapat membuat orang-orang memilih produk atau brand kita dibandingkan kompetitor. Sebagai contoh anda ingin menjual minuman kopi, dimana sudah ada pasar yang jelas untuk minuman kopi. Dengan demikian, anda perlu menciptakan strategi pemasaran yang tepat untuk menarik perhatian pasar akan produk anda.

2. Jika sudah ada pasar, namun belum ada produk, maka diperlukan pengembangan produk seperti membuat varian, atau membuat produk-produk baru yang berhubungan dengan produk yang sudah ada di pasar. Sebagai contoh anda mengidentifikasi bahwa ada pasar untuk produk minuman kopi, tapi tidak banyak kopi kekinian yang menarik. Dengan demikian, anda dapat mengembangkan produk-produk kopi kekinian dengan harapan dapat membuat pasar yang sudah ada jadi membeli produk anda.

3. Jika belum ada pasar, namun sudah ada produk, maka diperlukan pengembangan pasar dengan cara membuat segmentasi pasar untuk mengidentifikasi pasar yang dapat dijajaki, atau membuat jalur pemasaran dan penjualan baru. Sebagai contoh, anda memiliki sebuah produk permen rasa cabai, sesuatu yang tidak pernah ada dan dipasarkan sebelumnya. Anda tidak tahu apakah pasar akan menyukai produk itu atau tidak. Dengan demikian, anda mencoba membangun sebuah strategi komunikasi dan pemasaran untuk bisa menyukai dan menerima produk permen rasa cabai anda.

Membangun Konsep 12

Dari matriks Ansof terdapat empat strategi yang dapat dilakukan oleh pemasar dan pemilik bisnis:

5. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, matriks Ansoff merupakan sebuah instrumen dalam menentukan sikap dan menentukan strategi bagi para perusahaan.

Maslow’s hierarchy of needs adalah sebuah teori motivasi dalam psikologi yang memetakan kebutuhan manusia menjadi lima tingkat berdasarkan tingkat kebutuhannya (McLeod, 2020). Pada tingkatan terendah, terdapat kebutuhan-kebutuhan mendasar, seperti makanan, minum, istirahat, kehangatan. Pada tingkatan selanjutnya terdapat kebutuhan psikologis seperti kebutuhan sosial, relasional, dan juga rasa pencapaian. Pada tingkatan terakhir terdapat kebutuhan untuk mencapai akutalisasi diri, dimana seseorang mampu mencapai dan memenuhi ‘panggilan dan potensinya’.

4. Jika belum ada pasar dan belum ada produk, maka strategi diversifikasi perlu dilakukan dengan mencoba membuat sesuatu yang berbeda (different) dengan tujuan dapat mengembangkan pasar yang akhirnya mau menerima dan membeli produk atau brand tersebut. Pada tahun 1969 diluncurkan produk teh yang dijual dalam kemasan botol. Produk ini merupakan produk ‘pertama’ yang melakukan hal demikian. Awalnya produk tersebut dinilai tidak berguna dan tidak akan berhasil, namun seiring berjalannya waktu, para peminum teh mulai melihat bahwa produk teh yang dijual dalam kemasan botol ini praktis (tidak perlu diseduh atau dibuat), mudah dibawa, dan rasanya enak. Akhirnya publik mulai membeli produk tersebut dan tercipta pasar dari produk tersebut.

Membangun Konsep 13

6. Sebagai seorang desainer komunikasi visual, hal ini dapat berguna untuk memahami ketika kita perlu merancang untuk sebuah produk, kita dapat melihat produk dan pasar yang ada untuk mengklarifikasi kebutuhan dan strategi, serta menentukan arah komunikasi yang akan dibuat.

Maslow’s Hierarchy of Needs

Membangun Konsep 14

Walau bagan tersebut telah banyak memiliki kritik dan pengembangan, namun Maslow mengajarkan bahwa secara mendasar memahami bahwa setiap orang memiliki kebutuhan (dan ada tingkatan atau prioritas tertentu dalam memenuhinya). Dengan memahami bagan tersebut, seorang desainer dapat memahami ketika ia harus mengkomunikasikan sesuatu kepada sebuah segmen pasar, ia dapat melihat pada tingkatan apa pesan dari komunikasi tersebut disampaikan. Sang desainer juga dapat menyesuaikan kembali pesan dari komunikasi berdasarkan kondisi segmen pasar agar pesan dapat menjadi lebih relevan dan lebih efektif.

Figure 2 Bagan Maslow’s Hierarchy of Needs (Sumber: https://www.simplypsychology.org/ Modelmaslow.html)inimenjelaskan

bahwa ketika manusia sudah dapat memenuhi kebutuhan mendasarnya, ia baru akan memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat selanjutnya. Walau tidak mutlak, namun secara umum Maslow memetakan kebutuhan manusia seperti model yang ia ilustrasikan.

1. Who: identifikasikan target audiens secara detail, seperti jangkauan umur, gender dan seks, kemampuan ekonomi, dan juga latar belakang budaya.

4. Where: sejauh mana tahapan atau proses perancangan tersebut akan dilakukan?

Figure 3 Pertanyaan-pertanyaan Mendasar Sebuah Creative Brief (Sumber: Ambrose dan Harris, Ambrose2011)dan

Creative brief adalah sebuah dokumen yang mencantumkan tujuan dan juga kebutuhan sebuah pekerjaan desain (Ambrose & Harris, 2011). Sebuah creative brief bisa diberikan oleh klien, namun tidak jarang creative brief dibuat oleh tim desain; siapapun yang menyiapkan atau menginisiasi, pada akhirnya creative brief perlu disepakati oleh kedua belah pihak. Informasi mendasar terkait sebuah creative brief dapat dilihat pada Gambar 3.

Creative Brief

5. How: apa solusi desain yang akan diberikan?

15

Harris menjelaskan lebih lanjut mengenai empat W dan satu H yang perlu dijelaskan terkait creative brief:

3. Why: alasan mengapa perlu dilakukan desain tersebut. Apa yang merupakan alasan dan juga tujuan dari proses perancangan yang akan dilakukan?

2. What: apa produk, jasa, perusahaan atau sosok yang akan menjadi subyek dari (desain) komunikasi visual yang akan dijalankan.

4. Apa penilaian atau persepsi yang seharusnya audiens miliki terhadap brand atau subyek desain? Ketika dibandingkan jawaban dari nomor 4 dan nomor 3, maka dapat dilihat seberapa relevan dan seberapa mendesakkah problem komunikasi yang ada.

3. Apa penilaian atau persepsi audiens terhadap brand atau subyek desain? Hal ini digunakan untuk memahami kondisi nyata dari sebuah brand agar pesan yang ingin dibawakan dalam komunikasi visual dapat lebih relevan bagi audiens.

7. Apa emosi yang ingin dibangun dengan audiens melalui komunikasi visual tersebut? Perasaan-persaan tertentu dapat membantu mendorong agar audiens memiliki hubungan atau relasi mendalam dengan sebuah brand.

• Behavioral: Tingkah laku dan bagaimana orang-orang berinteraksi atau beraktivitas dalam konteks subyek desain.

5. Apa informasi atau data yang krusial dalam membawa perubahan (dari nomor 3 menuju nomor 4)? Cantumkan fakta atau data yang ketika diketahui mampu membantu perubahan persepsi.

6. Apa esensi dari brand yang akan memberikan pesan atau komunikasi tersebut? Esensi dapat dituliskan dalam bentuk kata kunci, dimana kata kunci ini dapat digunakan sebagai pembeda yang menunjukkan keunikan dan kekhasan dari brand tersebut.

8. Medium apa yang akan membantu mencapai tujuan atau obyektif desain tersebut? Untuk menghubungkan brand dengan audiens diperlukan sebuah medium-medium interaksi atau titik temu tertentu. Dalam branding, titik temu ini dikenal sebagai brand

Creative Brief 16

2. Siapa audiens utama dari perancangan tersebut? Desain komunikasi visual pasti mengandaikan setiap obyek perancangannya memiliki audiens tersendiri. Umumnya pembahasan mengenai audiens dapat dipisahkan menjadi tiga hal:

• Demografik: karakteristik umum dari sebuah populasi seperti umur, gender, pendapatan, tingkat pendidikan, agama, ras, statu pernikahan, dst.

• Psikografik: atribut-atribut yang berhubungan dengan kepribadian, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, maupun gaya hidup.

1. Apa tujuan dari perancangan yang akan dilakukan? Setiap proyek desain pasti memiliki tujuan konkret dari yang akan dilakukan.

Pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendetail dapat dilihat dalam contoh design brief oleh Robin Landa (Landa, 2011):

10. Apa pesan utama yang perlu disampaikan kepada audiens? Pertanyaan ini ditanyakan pada fase-fase akhir creative brief karena jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dipercaya dapat memberikan arahan (dan juga batasan) mengenai satu-satunya pesan yang perlu audiens dapatkan dari desain yang dihasilkan.

9. Promises, apa janji yang diberikan klien terhadap konsumen atau audiensnya?

3. Mission, selain kepentingan finansial, apa tujuan dari klien melakukan bisnis tersebut.

11. Audience Goal, apakah klien ingin memiliki audies lain? Apakah

Hal-hal lain yang mungkin diperlukan untuk membuat creative brief dapat dilihat dari rangkaian pertanyaan yang diberikan oleh Adams & Morioka (Sean & Morioka, 2004)

11. Apa yang kita harapkan audiens lakukan? Pertanyaan ini mengacu kepada tindakan praktis yang kita harap dilakukan audiens. Aktivitas ini juga dapat menjadi indikator keberhasilan dari proses komunikasi visual yang dilakukan dalam proyek tersebut.

7. Client Goals, apa rencana klien dalam beberapa tahun mendatang?

1. Positioning, perbandingan antara posisi klien dengan kompetitornya.

4. Composition, apa struktur internal dari perusahaan klien.

10. Current Audience, siapa audiens klien (dapat dijawab dengan menjelaskan demografis, geografis, psikografis, dan juga behavioralnya).

Creative Brief 17

5. Culture, apa budaya perusahaan yang ada dalam klien yang menunjang purpose dan mission?

2. Purpose, apa lingkup dari bisnis atau aktivitas klien.

touchpoints.

9. Apa saja elemen-elemen krusial yang perlu diperhatikan dalam eksekusi? Berapa budget yang diperlukan? Pertanyaan ini berhubungan dengan apa saja komponen-komponen yang perlu dipikirkan dalam proses desain dan juga meninjau kembali kemampuan klien atau tim desain dalam menghasilkan elemen tersebut.

6. Personality, bagaimana tabiat dan sikap klien dalam berhubungan dengan pihak-pihak eksternal?

8. Growth, apa kesempatan terbesar klien dalam mengembangkan bisnis dan juga citranya?

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, barulah desainer dapat menyiapkan sebuah creative brief yang dapat digunakan sebagai dasar dalam perancangan. Secara sederhana, terdapat empat hal yang perlu dicantumkan dan dijelaskan dalam sebuah creative brief:

12. Perception, apakah persepsi dan penilaian audiens klien sekarang terhadap brand klien?

3. Audiens, setelah mengetahui entitas dan pesan yang akan dibuat, desainer perlu mengetahui dan menjelaskan mengenai target audiens mereka. Penjabaran dan penjelasan mengenai audiens dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti deskripsi demografis-geografis-psikografis, menggunakan persona, ataupun

1. Karakteristik Entitas, Market Position bahkan unique selling point (USP), dalam membuat sebuah proyek desain, perlu dipahami entitas dari brand/produk/perusahaan yang akan menjadi komunikator. Hal ini juga dapat mengacu pada keunggulan dan kelebihan dari sebuah entitas dibandingkan kompetitorkompetitornya (market position). Sebuah USP harus dapat dipercaya dan kredibel oleh para audiens, hal ini berarti sebuah USP tidak bisa lepas dari harga, kualitas, reputasi, servis, material atau fungsi dari produk atau entitas tersebut.

13. Desired Perception, apa persepsi audiens yang diinginkan oleh klien?

audiens klien sekarang sudah sesuai dengan apa yang ia kehendaki?

14. Competition, apa perbedaan klien terhadap kompetitornya? Hal ini dapat lebih mudah dijawab dengan mengacu kepada jawaban dari pertanyaan positioning.

15. Response, apa respon audiens yang diinginkan oleh klien?

16. Objective, apa tujuan dari kegiatan komunikasi visual tersebut?

2. Pesan, dalam konteks desain komunikasi visual, pesan adalah sebuah hal yang menjadi pokok dari perancangan yang akan dilakukan. Sebuah identitas, kemasan, dan media promosi menyuarakan sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh kompetitor. Pesan ini dapat ditentukan langsung oleh pihak klien, namun jika pesan tersebut bukan merupakan USP atau bahkan sesuatu yang bukan sang entitas, maka sebaik apapun desain yang dihasilkan, pada akhirnya audiens akan kecewa karena pesan yang diberikan adalah sesuatu yang tidak nyata.

Creative Brief 18

4. Obyektif Desain, secara sederhana menjelaskan mengenai apa saja yang akan dirancang dan kapan perancangan tersebut akan diberikan. Dalam beberapa situasi, indikator berhasil atau tidaknya dari sebuah proyek desain juga dijabarkan atau dijelaskan dalam creative brief.

Pada dasarnya creative brief perlu dapat menjelaskan kepada klien dan tim desain basis dan obyektif dari proyek perancangan yang akan dilakukan. Mengenai format ataupun struktur membuat creative brief sendiri tidak terdapat sebuah aturan baku; namun gambaran umur mengenai apa yang perlu dibahas dapat dilihat pada pertanyaanpertanyaan yang diberikan oleh ketiga pustaka tersebut.

berdasarkan statistik yang dimiliki oleh perusahaan (atau di lakukan oleh tim desain). Intinya adalah menentukan secara konkret kepada siapa pesan ini akan disampaikan.

Creative Brief 19

Oleh Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni

Studi BrescoKasus:

23

“Hits Different!” kuat menyuarakan bahwa kopi ini berbeda dari kopi lainnya dari segi rasa dan kualitas.

Keunikan Bresco Menggunakan biji kopi ekselsa yang jarang digunakan secara keseluruhan dalam minuman kopi, dan memiliki rasa seperti wine.

Creative Brief

Gambar 1. Biji Kopi Ekselsa (Super Adventure, 2019)

Penjelasan Singkat Tentang Produk

Apa itu Bresco?

Bresco adalah produk kopi fermentasi siap minum yang menggunakan biji kopi ekselsa Aceh. Bresco memiliki rasa yang unik yaitu menyerupai wine dan mengandung alkohol sekitar 5-8%.

Asal Usul Nama Bresco Nama Bresco adalah singkatan dari proses pembuatan yang unik dari produk ini yaitu BREw, SC (singkatan dari saccharomyces cerevisiae atau kandungan ragi yang digunakan dalam proses fermentasi), dan CO Taglineffee.kami

Bresco

Karakteristik Bresco

Gambar 3. Proses Uji Coba Bresco di Laboratorium (Dokumentasi Penulis, 2021)

Tujuan utama produk dikonsumsi lebih untuk sensasi. Kopi fermentasi merupakan produk yang seringkali dikonsumsi di waktu luang dan saat istirahat santai. Kopi ini jarang dikonsumsi sebagai ‘teman kerja’ mengingat harga yang lebih mahal dari standard kopi biasanya, dan tingkat kafein yang lebih rendah.

24

Gambar 2. Saccharomyces Cerevisae (Cotoia, 2020)

Manfaat Bresco Probiotics:

Antioxidants: Zat yang dapat mencegah atau memperlambat kerusakan sel akibat radikal bebas.

Reduce cardiac and coronary disease: Mengurangi resiko penyakit jantung dan jantung koroner.

Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni

Pleasurable:

Innovative: Produk menciptakan sesuatu yang unik dan berbeda.

Membantu melindungi dan memelihara kesehatan sistem pencernaan, terutama lambung dan usus.

Bresco 25

Ghalkoff: Ghalkoff wine coffee adalah varian minuman wine yang terbuat dari kopi organik Robusta Lampung yang diolah melalui proses fermentasi lanjutan selama minimal 1 tahun dengan menggunakan mikroba khusus. Ghalkoff wine coffee adalah wine inovasi baru, pertama dan satusatunya yang tidak mengandung alkohol.

Gambar 4. Ghalkoff, Kuwi, Konuku ( Ghalkoff 2018, Shopee n.d., Konuku n.d.)

Ketiga kompetitor merupakan penghasil produk kopi fermentasi tanpa alkohol. Bresco merupakan satu-satunya produk minuman kopi fermentasi yang mengandung alkohol didalamnya.

Kuwi: Ready To Drink - Fermented Cold Brew Wine Coffee

Konuku: Konuku wine coffee adalah coffee liqueur pertama produk asli Indonesia. Kopi asli Arabika Gayo dengan cita Rasa Wine yang Sangat nikmat. Bahan 100% Kopi Arabica Gayo, 0% Alkohol.

Kompetitor Bresco

Penjelasan Tentang Brand

SWOT Strength:ANALYSIS

Proses pembuatan tergolong mudah dan juga mudah ditiru. Hal ini mengakibatkan munculnya kompetitor dengan cepat dalam jangka waktu dekat untuk kedepannya.

Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni

26

Opportunity:

Kompetitor sangat sedikit, cenderung tidak ada kompetitor langsung. Hal ini memberi kesempatan besar untuk produk ini berkembang sebagai pionir.

Menggunakan biji kopi ekselsa yang memiliki citarasa kuat. Memiliki rasa yang menyerupai wine. Menggunakan botol kaca dengan tiga pilihan ukuran, dan penutup cork yang kedap udara.

Weaknesses:

• Demografis: Pria dewasa muda dengan rentang usia 21-30 tahun, yang belum atau telah menikah.

• Psikografis: Gaya hidup sibuk dan membutuhkan waktu santai.

• Behavioristik: Mengutamakan kesenangan, gemar mencoba hal serta mendapatkan pengalaman baru.

Segmentasi Produk

Threat:

• Geografis: Perkotaan besar dengan populasi padat.

Tidak tahan lama karena rasa mudah berubah jika terekspos dengan oksigen.Menggunakan banyak gula.

• Mudah pecah dan serpihannya berbahaya;

Packaging

Bresco 27

• Mudah di sterilisasi, jadi aman dan saniter;

• Tidak akan bereaksi dengan produk.

Bresco adalah minuman hasil fermentasi, dan memiliki tingkat Ph yang rendah (asam). Karena itu, Bresco membutuhkan botol yang kuat akan kandungan didalamnya. Berdasarkan hasil riset, kami memutuskan penggunaan botol kaca dan tutup yang kedap udara.

• Mengurangi sampah plastik;

Gambar 5. Alternatif Botol Kaca yang Dapat Digunakan (Toko Online Kaca Dimana Mana: Shopee Indonesia, n.d.)

Kekurangan penggunaan botol kaca:

• Memiliki nilai estetika tinggi;

Bresco ingin menghadirkan alternatif baru dalam menikmati kopi dengan rasa dan sensasi yang diperoleh melalui proses fermentasi serta mengenalkan biji kopi ekselsa ke masyarakat yang lebih luas. Selain itu juga ada keinginan untuk menawarkan cara baru menikmati kopi yaitu kopi dengan sensasi rasa wine.

• Lebih berat.

Kelebihan penggunaan botol kaca:

• Dapat digunakan ulang (reuse);

Advertising Objectives

• Memiliki ketahanan yang baik, cocok untuk bahan yang asam karena tidak memiliki pengaruh korosi dan pada perubahan cuaca;

Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni

Kopi fermentasi tergolong sebagai kopi yang mahal dan ekslusif karena proses pembuatannya memakan waktu yang lama yaitu sekitar 3 minggu dan rasa yang tercipta sangatlah unik. Saat ini, kopi fermentasi ini belum ditemukan di Indonesia karena menggunakan biji kopi yang kurang umum dikenal masyarakat yaitu biji kopi ekselsa. Selain itu, kopi ini memiliki proses fermentasi yang berbeda yaitu biji kopi di brew terlebih dahulu kemudian kopi yang telah berubah menjadi bentuk cair baru difermentasi sehingga mengandung alkohol.

Tone and Manner

Sebagai young adults, mereka berada di usia yang sangat eksploratif dan selalu ingin mencoba yang baru. Mereka cenderung lebih mencari kesenangan dan kebahagiaan.

28

Bold:

Exclusive:

Kopi fermentasi memiliki sensasi yang berbeda yaitu rasa dan aroma wine yang kuat. Hal ini mengundang para pecinta kopi dan wine maupun alkohol untuk mencoba hal yang baru.

Kata Kunci Bresco

Lively:

Studi SavamieKasus:

Oleh Frederick Christoper - Hannah Christian - Nivelle Aruana

Latar Belakang Produk

Ketela pohon atau yang biasa disebut sebagai singkong atau ubi kayu merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika ang berasal dari keluarga euphorbiaceace (Pemerintahan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan 2014). Singkong merupakan tanaman umbi - umbian yang dapat dengan mudah ditemukan di seuruh Indonesia. Singkong memiliki manfaat dan kasiat yang cukup banyak, salah satunya adalah sebagai pengganti karbohidrat yang biasa kita temukan pada nasi serta tinggi akan serat dan vitamin lainnya. Kandungan kalori dalam singkong yang cukup tinggi sangat mudah dicerna dalam tubuh sehingga membuat kita yang mengkonsumsinya menjadi cepat kenyang (Info Budaya 2017).

Judul Bab

Apa Itu Mie Singkong?

Singkong sendiri sudah banyak cara pengolahannya menjadi bahan pangan, salah satunya adalah diolah menjadi tepung yang bernama tepung mocaf atau tepung singkong. Tepung mocaf memiliki kegunaan yang sama dengan tepung terigu pada umumnya, hanya saja tepung mocaf sama sekali tidak memiliki kandungan gluten. Gluten merupakan protein lengket serta elastis, sering dijumpai pada gandum yang merupakan bahan utama tepung terigu. Gluten sendiri jika dikonsumsi terlalu banyak dapat mengganggu kesehatan, salah satunya adalah penyakit celiac. Tepung mocaf yang terbuat dari singkong merupakan jalan keluar untuk penderita penyakit celiac yang ingin mengkonsumsi makanan yang terbuat dari tepung.

Savamie 31

Selain dari segi kesehatan, alasan Savamie memilih menggunakan singkong sebagai bahan utama produk adalah untuk membantu mendorong perekonomian dan pertumbuhan pasar dari petani lokal singkong Indonesia. Savamie ingin pasar singkong dan petani lokal dapa bertumbuh dan tidak kalah saing dengan pasar global yang sedang marak di Indonesia. Ditambah jumlah impor gandum di Indonesia yang lama kelamaan menjadi besar dan banyak jumlahnya, sehingga Savamie mencari cara bagaimana mengganti tepung terigu dengan tepung yang lebih sehat dan dengan bahan yang mudah dicari. Maka dari itu lahirlah Savamie, mie sehat yang terbuat dari singkong asli Indonesia.

AnalisaStrengthsSWOT

Tentang Produk

Judul Bab

Nilai Produk

Mie singkong ini memiliki nilai produksi sebesar Rp 8000 rupiah yang tentunya lebih mahal dari produk mie kering lainnya karena pengolahan tepung singkong menjadi mie lebih sulit dibandingkan dengan tepung gandum. Maka dari itu mengingat target market Savamie yang

Frederick Christoper - Hannah Christian - Nivelle Aruana

Gluteen free (lebih sehat), tekstur tetap kenyal seperti mie gandum

Savamie merupakan mie sehat yang terbuat dari tepung singkong, sehingga menjadikan produk Savamie tidak mengandung gluten namun masih memiliki citra rasa yang sangat mirip dengan mie tepung gandum. Nama Savamie sendiri diambil dari dua kata yakni ‘cassava’ yang berarti singkong atau ketela pohon dalam bahasa Indonesia, dan ‘mie’ yang berarti adonan tipis dan panjang yang terbuat dari tepung. Sementara analog, menurut KBBI memiliki arti sama atau serupa, merujuk kepada produk Savamie yang tidak menggunakan tepung gandum melainkan singkong sehingga produk savamie terlihat sama dengan produk mi gandum namun juga tidak.

Sedikit lambat dalam pengolahan dan menghasilkan sedikit bau singkong

Bahan dasar mudah didapatkan, produk ini masih bisa memilik variasi ke depannya

Ada mie sehat alternatif lain seperti mie rendah lemak, mie dari kalu jamur, mie shirataki, dsb.

ThreatsOpportunityWeakness

32

Judul Bab

Savamie diambil dari penggabungan salah satu bahan pokok yakni cassava, yang dalam bahasa Indonesia berarti singkong, serta kata ‘mie’ sebagai olahan produknya. Savamie merupakan produk yang cukup baru di pasar Indonesia, sehingga konsep visual untuk brand ini lebih ditujukan untuk menarik perhatian pasar serta membangun kepercayaan. Setelah melakukan analisa brand, konsep, dan pasar, Savamie menentukan tiga kata kunci yang menjadi acuan terhadap perancangan desain, yakni authentic, organic, dan hearty. Ketiga kata kunci ini didasari atas target audience Savamie yang memiliki kisaran umur 26-32 tahun.

Creative Brief Target Audiens

Brand Value

Gambar 1 Cassava Pictures (Sumber: Unsplash)

Savamie merupakan produk mie kering alternatif yang lebih sehat karena menggunakan singkong sebagai bahan utamanya. Singkong sendiri memiliki cukup banyak manfaat seperti rendah kolesterol, sumber serat, gluten-free dan lain-lain. Bahan yang digunakan dalam produk Savamie juga sering dijumpai di pasar tradisional Indonesia sehingga mudah didapatkan. Hal ini mendukung bahan lokal yang didapat dari para petani Indonesia diharapkan dapat membantu dan meningkatkan daya Namasaing.

Secara demografis memili usia 26-32 tahun yang sedang bekerja atau pun sudah berkeluarga. Tinggal di perkotaan seperti Jabodetabek. Memiliki gaya hidup menengah ke atas dan memiliki pendidikan yang baik seperti sadar akan pentingnya hidup sehat. Behavior Baru ingin memulai hidup sehat dan juga yang sudah menjalani hidup sehat dari konsumsi makanan. Memiliki waktu untuk memasak.

Savamie 33

Savamie merupakan brand mie kering lokal berbahan dasar singkong yang memberikan manfaat kesehatan seperti gluten-free. Savamie hadir dengan kualitas tinggi dan harga yang lebih terjangkau dibandingkan brand mie lokal lainnya.

Judul Bab

Savamie dikenal brand lokal yang memanfaatkan bahan lokal berkualitas tinggi dan memiliki daya saing seperti global brands

Personality

Organik, inovatif, authentic, warm, local pride, healthy life

Posisi Brand

Promises

Savamie hadir untuk semua kalangan pria dan wanita yang ingin memulai hidup sehat

Desired Perception

Kompetitor

34

Purpose Brand

Target Market

Saat ini belum banyak produsen mie berbahan dasar singkong sehingga Savamie tidak memiliki banyak kompetitor. Direct: Ladang Lima dan Mie Srioca. Indirect: Mie Burung Dara, Mie Telur 3 Ayam, Mie Kering cap Atoom (mie gandum)

Savamie menjadi brand yang dikenal menghadirkan alternatif mie kering dengan kualitas tinggi, variasi beragam, enak serta mempromosikan gaya hidup lebih sehat.

4. Membantu menekan impor dan meningkatkan penggunaan sumber daya lokal

Misi

Frederick Christoper - Hannah Christian - Nivelle Aruana

1. Mendorong konsumsi alternatif mie sehat dengan bahan dasar singkong kepada pasar Indonesia

2. Mempromosikan gaya hidup sehat lewat bahan makanan

3. Memberikan variasi mie kering organik pada pasar mie

Savamie menjadi alternatif mie gandum yang enak dan sehat untuk dikonsumsi jangka panjang

Gambar 3 Deskripsi Gambar (Sumber: Freepik)

tone and manner

Savamie 35

Judul Bab

Gambar 2 Husband-Wife Cooking (Sumber: Getty Image)

Melihat pendekatan high quality namun masih dapat dijangkau maka tone yang akan dituju sedikit mengarah ke yang lebih gelap atau warm tone dengan menggunakan aksen terang di beberapa visual. Copy writing juga menggunakan Bahasa Indonesia sepenuhnya agar lebih menonjolkan sisi brand lokal yang bangga dengan bahasa sendiri. Katakata yang digunakan juga tidak terlalu anak-anak atau gaul melainkan tetap menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi dengan pemilihan kata yang lebih santai.

Strengths

Masih baru dan tidak secara signifikan berbeda dari brand lain

Analisa SWOT BRAND

Belum dikenal masyarakat, kalah saing dengan brand yang telah lebih dulu dikenal. Perlu gencar mempromosikan gaya hidup sehat di masyarakat Indonesia yang masih kurang tertarik.

Menjadi penyedia alternatif mie yang lebih sehat dengan kualitas yang tinggi namun harga lebih rendah di pasar dengan sedikit kompetitor

ThreatsOpportunityWeakness

Memiliki daya saing dengan mie gandum karena memiliki audience tersendiri

Judul Bab

Frederick Christoper - Hannah Christian - Nivelle Aruana

36

Studi SorgumeeKasus:

Oleh Jessica Priscilia, Ria Melati, Yosephin

Karakteristik Produk Sorgumee Produk Sorgumee ini memiliki karakteristik yang menyerupai dengan spaghetti, dengan ketebalannya yang menyerupai serta tekstur yang kenyal. Panjang mi Sorgumee sekitar 20 cm, sehingga lebih relatif pendek dibandingkan spaghetti. Mi Sorgumee memiliki diameter 1 mm sebelum dimasak dan 2 mm sesudah dimasak,, sehingga melebar sekitar 2 kali lipat jika dimasak. Cara masak juga sama seperti mi pada umumnyam yaitu direbus di air mendidih dengan kurun waktu sekitar 10 menit. Produk Sorgumee ini tidak termasuk bumbunya, jadi hanya bahan baku minya yang ditawarkan.

About the Brand Penjelasan Singkat Tentang Produk

Sorgumee 39

Judul Bab

Apa itu Produk Sorgumee? Sorgumee merupakan produk bahan baku mi siap masak. Berbeda dengan kebanyakan produk mi lainnya, Sorgumee tidak mengandung tepung terigu sehingga dapat menjadi alternatif yang lebih sehat dan rendah kalori daripada produk mi gluten lainnya. Keunikan Sorgumee berasal dari bahan utamanya, yaitu tepung sorgum yang diproduksi dari tanaman sorgum asli yang mengandung serat, komponen bioaktif, zat gizi yang tinggi yang mampu mengatasi masalah penyakit tertentu.

Pada era pandemi ini, kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin meningkat, sehingga produk Sorgumee dapat dinilai cukup relevan yang dapat dilihat dari fokus dan tujuan produk tersebut. Akan tetapi, di Indonesia sendiri masih cukup jarang ditemukan produk pangan sehat, terutama produk makanan jenis retail. Oleh karena itu, melalui proses perancangan identitas visual dan kemasan yang kuat dan menarik, Sorgumee berharap dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia dan meningkatkan kesadarannya akan pentingnya kesehatan, terutama bagi para ibu rumah tangga yang memiliki kegemaran memasak.

40

Jessica Priscilia, Ria Melati, Yosephin

Judul Bab

Gambar 1. Tampilan asli produk sesudah dimasak (Dokumentasi Brigitta Angelina, 2021)

Gambar 2. Foto referensi produk sebelum dimasak

Kenapa sih harus Produk Sorgumee?

Bayam merupakan sayur yang kaya akan nutrisi yang dikenal memiliki banyak manfaat dalam mengatasi kesehatan, seperti menjaga kesehatan mata, mengatasi anemia, menjaga kesehatan tulang, meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker.

Konjac Glucomanan

Sorgum adalah tanaman biji-bijian yang menyerupai tanaman jagung ataupun gandum. Sorgum memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat mengatasi berbagai masalah penyakit, seperti diabetes, penyakit jantung, meredakan radang, mencegah kanker, melancarkan pencernaan, serta banyak dimanfaatkan orang-orang sebagai makanan diet karena dibuktikan dapat menurunkan berat badan berlebih.

Kandungan Produk Sorgumee Komposisi dari produk Sorgumee yaitu dari tepung sorgum, tepung beras, konjac glucomannan, telur, kansur, air, emulsifier. Sorgumee kemudian juga mengekuarkan varian rasa, yaitu dengan tambahan buah bit dan bayam.

Buah bit dikenal sebagai tanaman yang kaya akan nutri yang mampu mengatasi berbagai masalah penyakit tertentu, seperti anemia, kolestrol, serta mampu memperbaiki performa otak, memperkuat sistem peredaran darah, dan memberikan tenaga.

Judul Bab

Konjac glucomannan adalah tanaman konjac yang lama sebelumnya sudah digunakan dalam pengobatan Cina tradisional untuk mengatasi berbagai masalah, salah satunya diare. Glucomannan merupakan zat yang mengandung banyak serat larut yang menarik air dalam tubuh serta dapat membantu proses pencernaan.

Sorgum

Bayam

Buah Bit

Sorgumee 41

Penjelasan Mengenai Brand

POSITIONING

Sorgumee sebagai brand lokal mie dengan level pasar menengah ke atas. Sorgumee melengkapi kebutuhan pangan yang sehat dengan pemilihan dan gabungan dari bahan premium sehingga memiliki keunikannya sendiri dibandingkan dengan brand mie lainnya.

42

Menjadi brand mie sehat terbaik dan terbesar yang dapat meningkatkan gizi dan mutu masyarakat Indonesia di masa depan.

Berorientasi pada standar yang tinggi dalam peningkatan kualitas mutu dan tenaga kerja, serta memiliki kebijakan untuk sifat keterbukaan terhadap pelanggan sehingga saling membangun kepercayaan antara konsumen dan brand.

PURPOSE

Memberikan gizi dan mutu yang tinggi dan berkualitas sehingga diharapkan dapat mengusung atau memperbaiki pola hidup yang lebih masyarakat. Selain itu juga untuk mengembangkan produk lokal dan memberikan kenikmatan melalui produk pangan yang sehat namun tetap enak.

Memiliki potensi yang baik dalam menjadi sebuah alternatif pangan yang lebih sehat dan bernutrisi tinggi, tetapi juga memberikan rasa kelezatan.

Creative Brief

Mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kualitas, memperbanyak varian, memberikan kesadaran kepada masyarakat terkait pola hidup yang sehat, serta dalam beberapa tahun kedepan menjadi brand mie terkemuka yang dapat menembus hingga ke pasar regional Asia Tenggara.

CLIENT GOALS

Jessica Priscilia, Ria Melati, Yosephin

CULTURE

MISSION

GROWTH

Judul Bab

DESIRED PERCEPTION

Secara psikografis, ibu rumah tangga tersebut sehari-harinya memasak untuk keluarganya dan mengutamakan gaya hidup yang

behavorial, ibu rumah tangga tersebut memiliki aktivitas yang cukup padat dibandingkan ibu rumah tangga lainnya

Judul Bab PERSONALITY • Healthy • Family-Oriented • Local

Secarasehat

AUDIENCE GOAL

PROMISES

Sorgumee 43

• Memiliki tekstur dan bentuk yang umumnya berbeda dengan brand mie analog lainnya.

COMPETITION

• Memiliki keunikannya tersendiri yang berasal dari penggabungan beberapa bahan yang jarang ditemukan pada produk mie kompetitor lainnya.

Menampilkan kualitas terbaik dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal sebagai brand mie premium, berkelas, dan juga bersaing, baik secara rasa dan kualitas produk dengan brand mie yang lain.

Secara demografis, yaitu bu rumah tangga umur 30-45 tahun yang tinggal di perkotaan dengan pendapatan menengah keatas

Meningkatkan mutu dan kesehatan dengan produk yang telah diuji dan tidak perlu takut akan adanya kandungan bahan-bahan kimia berbahaya sehingga aman untuk dikonsumsi.

OBJECTIVE

Kata Kunci yang Merepresentasikan Brand

HEALTHY

PREMIUM

Sorgumee memiliki pendekatan yang family-friendly, yaitu ramah, ceria dan mengajak (pembeli) untuk membeli produk Sorgumee. Tampilan yang ramah ini diharapkan dapat memotivasi pembeli untuk mengkonsumsi produk Sorgumee ini.

44

Bahan dasar Sorgumee memiliki kualitas tinggi dan harga mahal, sehingga harga produk tinggi, oleh karena itu menggunakan keyword premium untuk merepresentasikan citra brand/produk yang berkualitas.

Sorgumee difokuskan untuk orang-orang yang memilki alergi atau masalah kesehatan lainnya, oleh karena itu menggunakan keyword healthy yang merepresentasikan produk Sorgumee yang akan menjadi pilihan yang tepat bagi orang-orang yang memiliki masalah kesehatan tersebut.

Jessica Priscilia, Ria Melati, Yosephin

FAMILY-FRIENDLY

Keywords

Meningkatkan brand awareness untuk memperluas jangkauan brand agar dikenal lebih luas dan menarik perhatian pembeli baru dengan tampilan visual yang lebih menarik.

Judul Bab

Studi Kasus: Verenice

Oleh Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite

What is Verenice?

About The Product

Penjelasan Singkat Tentang Produk

Keunikan

Brand es krim homemade ini adalah Verenice. Nama Verenice terinspirasi langsung dari identitas pencipta, Verencia Berenis. Nama ini dipilih guna memberikan kesan yang personal dan mendalam serta mempererat relasi antara produk dengan pencipta. Terlebih, nama Verenice sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu jujur. Melalui ini Verenice ingin membangun brand yang mengusung tinggi nilai kejujuran serta citra yang adventurous, homemade, nutritious dan premium.

Bermula dari kegemarannya memakan es krim, mahasiswi Program Studi Teknologi Pangan bernama Verencia Berenis membuat satu produk es krim inovatif berbahan dasar susu almond dan ekstrak bunga telang. Kedua bahan tersebut diyakini memiliki nutrisi yang baik untuk kesehatan. Dengan ini, masyarakat tidak perlu merasakan khawatir jika ingin mengonsumsi es krim dengan jumlah yang banyak.

Verenice 47

Bahan Dasar

Berbahan dasar bunga-bungaan dan susu almond yang menjadikan produk ini memiliki nutrisi yang tinggi dan bisa dikonsumsi sehari-hari tanpa memikirkan efek samping yang merugikan bagi kesehatan tubuh.

Verenice merupakan sebuah es krim homemade yang berkualitas premium serta menggunakan bahan-bahan yang terbukti kualitas dan nutrisinya dengan rentang harga untuk menengah-keatas.

Bahan dasar es krim ini terdiri dari susu almond, air, ekstrak bunga (10%), penstabil- gelatin, pengemulsi - mono-digliserida (MDG), gula, skim milk powder.

VereniceBerenis. sendiri merupakan nama dari bahasa Latin yang memiliki arti jujur. Dengan ini brand mencerminkan dan menjunjung tinggi nilai kejujuran dari kualitas produk yang digunakan.

Creative Brief

Penjelasan Singkat Tentang Brand

Mission

Mempromosikan kesadaran hidup sehat melalui pilihan makanan yang bijak serta memperkenalkan kepada masyarakat bahan produksi es krim telahyang dibuktikan manfaatnya untuk kesehatan agar dapat lebih banyak diolah ke dalam produk makanan lainnya.

Positioning

Verenice merupakan sebuah es krim homemade yang berkualitas premium serta menggunakan bahan-bahan yang terbukti kualitas dan nutrisinya dengan rentang harga untuk menengah - ke atas.

Culture

Nama Verenice muncul dari nama sang pemilik/produsen yaitu Verencia NamaBerenis.Verenice juga dapat dijadikan akronim dari Veren’s Ice dan Verencia

Mengusung gaya hidup yang sehat dan berkualitas guna meletakkan kebiasaan masyarakat akan konsumsi pangan tepat pada pemilihan produk yang digemari oleh berbagai kalangan usia.

Purpose

Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite

48

Gambar 1. Personality Matrix (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)

Personality (Matrix)

Nutritious, Adventurous (Playful), Premium, Homemade

Menyediakan pilihan es krim yang dapat dinikmati dan sehat, tanpa perlu khawatir tentang bahan-bahan pemanis yang berlebihan. Dapat dikonsumsi dalam frekuensi yang lebih banyak.

Promises

Client Goals

Menampilkan Verenice sebagai pilihan es krim yang tepat karena kandungannya yang sehat dan bernutrisi sehingga penikmat tidak perlu mengkhawatirkan dampak buruk jika makan es krim ini secara berkala.

Growth

Verenice ingin mengembangkan bisnisnya dengan terus meningkatkan mutu dan varian menu, serta meningkatkan tanggung jawab sosial terkait gaya hidup yang sehat. Menjadi brand es krim terkemuka di Indonesia, dan menembus pasar regional Asia Tenggara dalam beberapa tahun ke depan.

Verenice 49

Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite

• Menggunakan bahan dari bunga sebagai pewarnaan alami.

Kebutuhan masyarakat dalam memenuhi keinginannya untuk mengkonsumsi hidangan penutup (es krim) tanpa perlu khawatir akan bahan-bahan pemanis yang berlebihan.

• Geografis: Kota-kota besar

Audience Goal

•Strength:Merupakan es krim yang unik karena terbuat dari susu almond sebagai pengganti susu sapi sehingga jauh lebih sehat.

SWOT Analysis

Kebutuhan Demand Pasar

• Psikografis: Remaja dan pemuda/i yang gemar menikmati hidangan penutup, tanpa melupakan kesehatan mereka, serta gemar dan tertarik untuk mencoba hal-hal baru (explore).

• Terdapat tekstur yang berbeda dari es krim lainnya.

Desired Perception

• Warnanya terbatas pada ketersediaan bunga yang aman untuk diolah & dikonsumsi.

• Behavioral: Remaja dan pemuda/i yang sering melakukan aktivitas sehari-hari di luar rumah.

•Weakness:Menimbulkan aftertaste yang sedikit sepet.

• Ekonomi: Kalangan menengah hingga menengah ke atas

50

Objective

Mengkomunikasikan bahwa Verenice merupakan homemade es krim yang menyajikan produk yang sehat dengan harga yang terjangkau.

• Demografis: Remaja dengan rentang usia 17-23 tahun.

Brand lokal yang ingin menampilkan kesan yang playful dengan kualitas yang premium layaknya global brands.

Competition Gambar 2. Competition Matrix (Sumber, 2021)

Toko Gelato karena memiliki sangat banyak varian rasa seperti Legato Gelato, Latteria, Cold Moo, Gaya Gelato.

•Opportunity:Eskrimsendiri banyak disukai oleh masyarakat luas.

• Menjadi hidangan penutup sekaligus cemilan dengan harga terjangkau, enak, dan menyegarkan.

Verenice 51

•Threat:Sulit menyaingi es krim dengan rasa yang manis dan beragam.

• Sulit dipasarkan di tengah pandemi.

Praktek desain merupakan sebuah praktek yang organik. Saking organiknya, pemahaman praktek seorang dengan desainer lain memiliki perbedaan-perbedaan karena pemahaman praktek yang terus bertumbuh dan berkembang.

Apa yang dicantumkan dalam buku ini bukan satu-satunya perspektif yang benar atau tepat. Penulis juga memilih dan memilah sumber materi yang memang memiliki resonasi dengan perspektif penulis, dan seiring berjalannya waktu, tentu penulis akan mendapatkan materi dan perspektif-perspektif baru.

53

Seorang desainer tidak pernah boleh menutup mata dari dunia, baik itu dunia praktis, maupun dunia-dunia teoritis; dunia desain, dan juga dunia-dunia diluar dunia desain itu sendiri.

Harapan penulis, para pembaca dapat memahami hal tersebut, dan memahami bahwa pemahaman yang pembaca miliki bukanlah pemahaman mutlak, utuh, dan sempurna. Selalu ada kesempatan untuk belajar, dan selalu ada kesempatan untuk berkembang, baik dengan membaca, maupun terus melakukan praktek desain itu sendiri.

Penutup

Setelah selesai membaca buku ini, penulis berharap para pembaca dapat memiliki ide atau gambaran lebih lanjut mengenai kenapa memahami produk atau entitas desain merupakan hal yang krusial. Memahami konteks sebelum memulai perancangan juga merupakan hal yang berguna untuk dilakukan bagi seorang desainer.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Desain dan juga Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan atas kesempatan dan juga segala dukungan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan buku ini.

Ucapan Terima Kasih

Tidak terkecuali, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Faculty of Science and Technology (FAST) Universitas Pelita Harapan, khususnya dosen dan mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan yang telah berkolaborasi dalam mata kuliah ‘Studio Utama 3’ dan memberikan banyak kesempatan bagi penulis serta mahasiswa-mahasiswi penulis untuk melakukan praktek desain dengan produk-produk inovasi mereka.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap tim dosen yang pernah terlibat dan juga seluruh mahasiswa-mahasiswi yang pernah mengambil ‘Studio Utama 3’. Kegiatan pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan dalam mata kuliah tersebut telah mendorong, menginspirasi, dan terus memotivasi penulis untuk bisa menyelesaikan buku ini.

54

McLeod, S. (2020). Maslow’s Hierarchy of Needs. SimplyPsychology.Org. https://www.simplypsychology.org/maslow.html

Education. International Conference on Multimedia, Architecture and Design, 1(October), 234–239. https://eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/ Hanlon,imade/article/view/370A.(2021).

Martin, B., & Hanington, B. (2012). Universal Methods of Design: 100 Ways to Research Complex Problems, Develop Innovative Ideas, and Design Effective Solutions. Rockport Publisher.

Sukardi, H. M. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan Pengembangannya (F. Hutari, Ed.; 3rd ed.). Bumi Aksara.

What is the Ansoff Model? Smartinsights.Com. Kenton,ansoff-model/www.smartinsights.com/marketing-planning/create-a-marketing-plan/https://W.(2021). Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) Analysis. Investopedia. https://www.investopedia.com/terms/s/swot.asp

Product Positioning - How Your Product Fits in the Market. (n.d.). Startinfinity.Com. Retrieved August 8, 2021, from Sean,positioningcom/product-management-framework/product-strategy/product-https://startinfinity.A.,&Morioka,N.(2004).

55

Landa, R. (2011). Graphic Design Solutions (4th ed.). Wadsworth Cengage Learning.

Methodology as Design

Daftar Pustaka

Logo Design Workbook: a hands-on guide to creating logos. Rockport.

Ambrose, G., & Harris, P. (2011). Packaging the Brand. AVA Publishing. Hananto,https://doi.org/10.5040/9781350096516B.A.(2020).CriticalofDesign

Brian Alvin Hananto menyelesaikan Sarjana (S1) dalam Desain Komunikasi Visual pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan, dan Magister (S2) dalam Desain Produk pada Program Studi Magister Desain Produk Universitas Trisakti. Sekarang, Brian tengah mengajar dan melayani pada almamater S1nya. Selain mengajar, Brian juga terlibat dalam beberapa kegiatan penelitian, pengabdian kepada masyarakat, pameran, dan juga publikasi. Saat menerbitkan buku ini, Brian sedang melakukan studi lanjut Doktoral pada Program Studi Doktor Manajemen Universitas Pelita Harapan.

57

Biodata Penulis

desaingrafis.uph.edu

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.