Penerbit
Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
Telp: +62-21-5460901
Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.
Redaksi
Desain sampul dan Tata letak Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds. Kartika Magdalena Suwanto, S.Ds.
iv
Jl. M.H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village – Tangerang Banten 15811
Cetakan pertama, Mei 2022
Penulis
Fax: sod.uph@uph.edu+62-21-5460910
Penerbit Fakultas Desain Universitas Pelita Harapan
ISBN: 978-623-7489-70-2 (PDF)
oleh Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.
v
Buku ‘Merancang Logo dan Identitas Visual’ merupakan buku lanjutan dari buku ‘Memahami Produk & Membangun Konsep Desain’ yang merupakan bagian dari bahan pengajaran yang diajarkan dalam kelas ‘Studio Utama 3’ dalam Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan.
Berbeda dengan buku sebelumnya, buku ini tidak hanya merupakan materi dari mata kuliah ‘Studio Utama 3’, melainkan juga untuk ‘Studio Utama 2’. ‘Studio Utama 2’ adalah mata kuliah yang fokus dalam perancangan identitas visual, dimana hal tersebut merupakan hal yang penting untuk dipahami sebelum memasuki perancangan intermedia (yang diajarkan pada Studio Utama 3).
Prakata
Karena materi yang berbeda, buku ‘Merancang Logo dan Identitas Visual’ menjadi dua buku yang berbeda. Selain materi, penulis melihat kebutuhan dan obyektif buku ini juga berbeda, dimana materi ini juga bisa digunakan untuk mata kuliah lain selain ‘Studio Utama 3’, namun tetap merupakan bagian krusial dari materi pembelajaran ‘Studio Utama 3’.
vi
vii
Selamat membaca.
Seperti sebelumnya, buku ini disusun dengan memaparkan terlebih dahulu konsep-konsep dan materi utama dari pembelajaran yang ada. Setelah materi diulas, buku ini memuat studi kasus yang merupakan hasil perancangan yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi dari kelas ‘Studio Utama 3’ pada semester ganjil, tahun akademik 2021/2022.
Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds. April 2022
Penulis berharap dengan adanya buku kedua ini, mahasiswa-mahasiswi desain grafis dapat memahami lebih lanjut perancangan logo dan identitas visual, setidak-tidaknya cara merancang logo dan identitas visual yang digunakan pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan dewasa ini.
Elemen Fotografi
Isi vi1357 1211109887 MorphologicalDesainPendahuluanPrakataLogo
Elemen Tipografi
Elemen Bentuk
Elemen Warna
Matrix
Elemen Ilustrasi
Daftar
Identitas Visual Proses Ekstrasi Identitas Visual
Elemen Grafis Lainnya
Kasus: VereniceRukukuLarkiesBresco Ucapan Terima Kasih Daftar Pustaka 14 1614 18 60483054 7473 ix
Langkah Kerja Perancangan Desain Logo & Identitas Visual LogoKonsep
Studi
Kemampuan seseorang untuk menyadari dan mengenali sebuah brand dibantu dengan brand identity yang mudah untuk diingat dan dikenali (Wheeler, 2009). Dengan adanya pengalaman yang repetitif dan konsisten, sebuah brand identity dapat menjadi sesuatu yang mudah dikenali; hal ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk mempresentasikan sebuah logo dan identitas visual secara konsisten. Wheeler menjelaskan dalam sebuah studi, otak manusia mengenali dan
Buku ini, mencoba menjelaskan dan mengajarkan tahapan proses pembuatan logo dan juga identitas visual. Identitas visual, atau kerap dikenal dengan brand identity, kerap menjadi “tambahan” dari pembuatan logo, padahal, identitas visual memiliki peran tersendiri, dan perancangannya juga tidak kalah kompleks dari perancangan logo yang Ketikasebenarnya.kitaberbicara
1
Pendahuluan
Logo mungkin merupakan salah satu obyek desain yang paling sering dirancang dan juga populer. Logo tidak hanya menjadi sesuatu yang eksklusif milik para desainer grafis, tapi juga menjadi sesuatu yang dibahas oleh khalayak secara umum. Kesederhanaan teknis pembuatan logo membuat logo menjadi obyek yang ‘cepat’ untuk dibuat, dan hal ini kerap membuat logo terkesan menjadi hal yang ‘mudah’ untuk dilakukan.
fungsi dan peran dari logo dan identitas visual, keduanya perlu menjadi sebuah tanda visual yang membuat orang-orang mampu mengidentifikasi: memahami identitaws dari entitas tertentu, seperti produk ataupun merek.
Ada banyak logo yang didesain dengan baik secara teknis, namun tidak semua logo tersebut dapat berfungsi secara komunikasi dengan baik. Logo adalah sebuah tanda visual, yang perlu menandakan hal tertentu. Jika sebuah logo tidak mampu menjadi sebuah alat representasi dan komunikasi, walaupun sebaik apapun bentuk logonya, logo itu bukan merupakan “logo yang baik”.
Dengan demikian, relasi antara perancangan logo dan identitas visual menjadi sebuah kesatuan yang tidak seharusnya dipisahkan. Walaupun proses merancang logo dan identitas visual dapat dilakukan secara sistematis dan berurutan, namun eksplorasi identitas visual bisa saja merubah ‘detail-detail’ visual yang sebelumnya dimiliki, jika memang benar-benar diperlukan.
mengingat bentuk, kemudian mengenali warna dan terakhir elemenelemen pendukung seperti tulisan. Proses kognisi menurut Wheeler dapat dilihat dalam sebagai berikut:
Untuk itu, buku ini mencoba menjabarkan kedua obyek tersebut dalam satu buku, agar dengan memahami satu buku ini, pembaca diharapkan dapat memahami kedua obyek desain tadi sebagai satu kesatuan.
2
Figure 1 Proses Kognisi Sebuah Logo (Wheeler, 2009, p. 52)
Berdasarkan pemahaman mengenai sequence of cognition, kita dapat melihat bahwa logo dipahami dan dilihat secara bertahap dan juga dalam bagian-bagian (yang tetap berhubungan dan berelasi dengan keseluruhan logo itu sendiri). Hal ini melatari pemahaman bahwa sebuah identitas visual perlu dikembangkan dengan dipikirkan korelasinya dengan logo, seperti dengan memperhatikan bentuk dan warna logo sebagai bagian-bagian identitas visual.
1. Wordmark, sebuah logo hanya menggunakan logotype untuk namanya.
3. Emblems, sebuah logo yang logotype dan logogramnya tidak bisa terpisahkan karena relasi keduanya yang menyatu.
5. Abstract/Symbolic Marks, logo (atau logogram) yang menggunakan simbol atau bentuk-bentuk abstrak (non piktorial).
3
Hal yang menarik dari komposisi dari sebuah logo adalah adanya pembedaan antara logogram dan logotype. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan dari kedua elemen tersebut sekaligus menunjukkan bahwa kedua elemen tersebut merupakan dua elemen yang berbeda. Pada prakteknya, penggunaan dan konfigurasi dari kedua elemen ini dapat berubah-ubah berdasarkan kebutuhan.
Desain Logo
Wheeler menjelaskan pembagian atau topologi dari logo sebagai berikut (Wheeler, 2009):
Logo adalah bagian yang penting dalam sebuah identitas visual atau brand. Logo seringkali disebut sebagai wajah dari sebuah brand, hal itu dikarenakan logo seringkali muncul dimana-mana. Ketika kita menyebutkan nama sebuah brand, hal yang diingat oleh orang adalah logo dari brand tersebut. Logo sendiri merupakan sebuah representasi grafis dari sebuah brand (Budelmann et al., 2010). Dalam beberapa situasi, logo juga sering disebut sebagai signature, dimana didalamnya terdapat logotype dan juga logogram (brandmark).
4. Pictorial Marks, logo (atau logogram) yang berbentuk ikonik atau piktorial.
2. Letterforms, sebuah logo yang menggunakan bentuk-bentuk yang membentuk huruf (atau mungkin kata).
Figure 2 Bagian dari Sebuah Brandmark (Sumber: Wheeler, 2009)
Desain Logo
Pertimbangan untuk menggunakan wordmark atau emblem sebagai logo mungkin didasari pertimbangan bahwa logo akan digunakan pada berbagai macam medium, sehingga dibutuhkan sebuah logo yang fleksibel. Fleksibel disini adalah pada logo tersebut, yaitu hanya satu konfigurasi, namun bisa diterapkan pada beragam bidang atau format. Pertimbangan lain yang dari penggunaan logo yang ‘sederhana’ adalah karena produk makanan akan banyak ditampilkan pada desain kemasan. Artinya, desain logo akan lebih sering terlihat menyatu dengan aplikasi atau branding touchpointsnya; dengan demikian terdapat obyek visual lain yang bisa membantu logo untuk merepresentasikan entitas atau komunikannya, seperti penggunaan foto, ilustrasi, maskot, dst.
4
Figure 3 Contoh Desain Logo Makanan, Geraw (Sumber: Setiana dan Wisuna, 2018)
Figure 4 Contoh Desain Logo Makanan, Kalsisoes (Sumber: Soegandi dan Chandra, 2018)
Topologi ini berasal dari kecenderungan-kecenderungan yang ditemukan dalam desain-desain logo. Terkadang terdapat sebuah preferensi topologi dalam sebuah jenis industri tertentu/penggunaan logo pada medium tertentu. Sebagai contohnya, majalah dan fesyen seringkali menggunakan topologi letterform untuk logo mereka. Perusahaan korporat suka sekali menggunakan pictorial mark atau symbolic mark sebagai representasi mereka. Desain untuk aplikasi dan digital juga cenderung menggunakan wordmark atau letterform untuk mempermudah penggunaan logo mereka dalam medium digital. Produkproduk pada umumnya menggunakan wordmark, letterforms atau bahkan emblems untuk logo mereka.
Morphological Matrix
Cara kerja morphological matrix adalah sebagai berikut (Fenech, n.d.):
5
1. Tentukan tujuan atau obyektif desain yang akan dibuat.
2. Cacah obyektif tersebut menjadi komponen-komponen eksplorasi. Buatlah sebuah tabel, dan isilah kolom pertama dengan komponenkomponen tersebut.
3. Isilah kolom-kolom selanjutnya dengan visualisasi yang memiliki hubungan dengan kata kunci atau komponen yang tertera pada kolom pertama.
Morphological Matrix adalah sebuah nama metode eksplorasi visual yang banyak digunakan oleh desainer-desainer, sadar ataupun tidak sadar. Metode eksplorasi ini sebenarnya ‘memaksa’ desainer untuk mengeksplorasi seluas-luasnya sebelum akhirnya mencoba melihat kemungkinan-kemungkinan visual yang ada dari matrix tersebut.
4. Setelah matrix tersebut penuh, coba pasangkan atau sintesakan ideide visual tersebut hingga akhirnya dapat menjadi sebuah logo.
Perlu dipahami bahwa morphological matrix hanya sebuah metode untuk eksplorasi, ada banyak metode lainnya. Perlu diingat juga bahwa contoh pada Figure 1 mungkin terkesan aplikatif pada perancangan pictorial marks, tapi sebenarnya metode ini juga dapat diterapkan untuk topologi lainnya.
Figure 5 Morphological Matrix untuk Perancangan Identitas Visual Fibble (Sumber: Violetta dan Wongso, 2018)
Pada Figure 5 dan Figure 6 dapat dilihat contoh penggunaan morphological matrix untuk membentangkan elemen-elemen visual guna membangun logo, prototype desain kemasan dan juga elemenelemen identitas visual. Hal ini baik untuk dilakukan karena dapat mengumpulkan eksplorasi desain dalam satu wadah yang makin kaya dan membuka kemungkinan-kemungkinan sintesa.
Figure 6 Morphological Matrix untuk Perancangan Identitas Visual Geraw (Sumber: Setiana dan Wisuna, 2018)
Morphological Matrix 6
Proses Ekstraksi Identitas Visual
Umumnya proses perancangan identitas visual dimulai dengan merancang sebuah logo. Hal itu mungkin dikarenakan logo dilihat sebagai sebuah obyek yang banyak ditemukan dan harus mewakili entitas brand dengan baik. Apapun alasannya, perancangan logo dinilai merupakan tonggak perancangan identitas visual. Jika logo merupakan sebuah obyek grafis yang komprehensif, tidak berlebihan jika elemen-elemen identitas visual kemudian diturunkan dan dikembangkan berdasarkan elemen yang muncul dalam logo. Perhatikan kata ‘dikembangkan’, karena elemen-elemen identitas visual bukan merupakan elemen yang diambil dari logo saja. Terkadang perlu penyesuaian dan pengembangkan agar elemen-elemen logo siap menjadi elemen identitas visual. Contoh ekstraksi elemen logo menjadi elemen-elemen identitas visual dapat dilihat pada gambar berikut:
Figure 7 Contoh Logo dan Elemen Visualnya (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Identitas visual, atau kalau menggunakan istilah bahasa Inggris lainnya, brand identity, adalah sistem visual yang bertujuan untuk memastikan adanya konsistensi visual dari tampilan dan kesan dari sebuah merek (brand) atau entitas (Landa, 2011).
7
Identitas Visual
Umumnya, perancangan identitas visual dirancang bersamaan atau setelah logo dihasilkan. Sebagai ‘perpanjangan’ tangan dari apa yang sebuah logo ingin sampaikan dan tunjukan. Dengan demikian, secara konsep dan juga secara visual, identitas visual perlu sejalan dengan logo yang dimiliki sebuah entitas.
Identitas Visual 8
Setelah mendapatkan elemen visual warna dari logo, umumnya warna yang diambil dilihat kembali dan dijabarkan berdasarkan penggunaan, proporsi warna dan juga cara pewarnaannya. Warna yang muncul dalam logo seringkali disebut sebagai primary colors atau corporate colors, sedangkan warna-warna turunannya disebut sebagai secondary colors.
Tipografi juga bisa didapatkan dari logo yang sudah dirancang sebelumnya. Hal pertama yang dapat diangkat adalah typeface yang dipilih. Umumnya semua typeface yang diambil dari logo disebut sebagai primary typeface(s). Typeface utama dari logo merupakan elemen huruf yang signifikan, dan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mencari pasangan huruf jika diperlukan. Jika hal itu dilakukan, umumnya pasangan-pasangan huruf primary typeface disebut sebagai secondary typeface(s).
Elemen Tipografi
Figure 8 Contoh Deskripsi Primary Colors, Color Proportion, Gradient Coloring (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Selain itu jika dibutuhkan tambahan-tambahan warna, desainer dapat mengambil warna-warna yang merupakan turunannya atau warnawarna yang memiliki relasi dari skema lingkaran warnanya (analogus, komplemen, dll). Penggunaan warna-warna ‘baru’ atau secondary colors ini dilakukan ketika dibutuhkan warna-warna lain selain warna primary colors.
Elemen Warna
Figure 9 Contoh Warna dan Deskripsi Secondary Colors (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
9
Figure 10 Contoh Primary Typeface & Secondary Typeface (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Pembahasan mengenai typeface apa yang dipilih merupakan bagian awal dari pembahasan mengenai tipografi. Penjelasan tipografi yang baik dalam sebuah identitas visual mencakup bagaimana typefacetypeface tersebut digunakan
Elemen Bentuk Bentuk merupakan sebuah elemen desain yang penting dalam membangun karakter dari identitas sebuah brand. Dalam pembahasan sequence of cognition sebelumnya, disebutkan bahwa manusia mengingat dan mengenali sebuah logo berdasarkan bentuk dasar yang mudah diasosiasikan terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan penggunaan bentuk-bentuk yang konsisten dalam membangun identitas brand adalah hal yang penting.
Identitas Visual
Figure 11 Contoh Tipografi atau Penggunaan & Penyusunan Typeface (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Bentuk dapat diambil secara literal dari bentuk logogram, namun jika logogram desain cukup kompleks, desainer dapat mencacah atau menyederhanakannya untuk mendapat karakter bentuk apa yang
Figure 12 Contoh Pembahasan Bentuk dan Penggunaan Bentuk (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Fotografi merupakan sebuah obyek grafis kompleks yang banyak ditemukan merepresentasikan sebuah brand. Pertimbangan dan pengolahan fotografi juga menjadi sebuah kebutuhan dewasa ini dengan meningkatnya medium visual melalui media-media digital.
Figure 13 Contoh Karakter Fotografi yang dibangun berdasarkan Citra yang ingin dibangun dan Warna Identitas Visual (Sumber Gambar: century/5398b9dfc07a805cea00067a-7-wa)com/515146/7-ways-to-transform-studio-culture-and-bring-it-into-the-21st-https://www.archdaily.
Elemen Fotografi
tampak dalam logo tersebut. Bentuk juga dapat diambil dari logotype. Ketika kita sadar bahwa jenis huruf memiliki karakter bentuk tersendiri, kita dapat menggunakan dan mengangkat bentuk-bentuk yang khas dalam logotype untuk menjadi elemen bentuk dari identitas visual.
Identitas Visual 10
Identitas Visual 11
Penjelasan mengenai ilustrasi yang konsisten dengan identitas visual umumnya dilakukan dengan memberikan contoh-contoh ilustrasi. Hal itu dilakukan karena setelah membahas mengenai elemen-elemen yang lebih mendasar, seperti bentuk dan warna, umumnya ilustrasi dapat terlihat representatif dan konsisten dengan identitas visual jika memang dibangun atas elemen-elemen yang sebelumnya telah diperkenalkan.
Figure 14 Contoh Ilustrasi yang dibangun dari Warna dan Bentuk Elemen Identitas Visual (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Elemen Ilustrasi Elemen gambar lain yang banyak ditemukan dewasa ini adalah ilustrasi. Ilustrasi disini dipahami sebagai gambar (bukan foto) yang menjelaskan atau menggambarkan sesuatu. Ketika fotografi menangkap dan menampilkan cuplikan kehidupan sehari-hari, ilustrasi menkonstruksi elemen-elemen untuk membuat gambaran kehidupan itu.
Pembahasan fotografi umumnya dilakukan dengan membahas nilai-nilai yang ingin dikomunikasikan melalui foto tersebut, kemudian dengan penjabaran karakteristik atau teknis foto, subyek yang ditampilkan didalam foto, dan juga pengaturan atau pengolahan foto yang mungkin dilakukan. Variabel-variabel tersebut umumnya dijelaskan agar fotografer maupun desainer yang perlu merancang sesuatu untuk entitas tersebut.
Perlu diingat bahwa identitas visual dapat muncul karena adanya konsistensi dan repetisi dalam penggunaan elemen-elemen visual yang dimiliki sebuah brand (Hananto, 2019). Konsistensi tidak berarti elemen yang dimiliki harus digunakan secara sama persis. Karena hal tersebut mungkin akan menciptakan sifat monoton dalam brand tersebut Cara implementasi elemen-elemen visual dari sebuah brand perlu memperhatikan medium atau format dari obyek desainnya. Obyek-obyek desain dimana seseorang dapat bersinggungan atau berinteraksi dengan sebuah brand disebut sebagai brand touchpoints (Wheeler, 2009).
Identitas Visual 12
Elemen Grafis Lainnya Elemen grafis merupakan elemen-elemen identitas visual yang dapat dikatakan bentuk-bentuk gabungan atau majemuk yang bukan merupakan ilustrasi. Terkadang elemen grafis dari sebuah identitas visual merupakan bentuk dari logogram yang diperbesar dalam bidang desain. Logogram yang diulang menjadi pola juga merupakan bentuk umum dari elemen grafis.
Dengan memiliki elemen-elemen visual yang beragam dan koheren, seorang desainer memiliki banyak kemungkinan untuk mengimplementasikan identitas visualnya. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi desainer, tapi juga merupakan sebuah potensi untuk dapat menghasilkan visual-visual yang konsisten namun tidak monoton.
Figure 15 Contoh Elemen Grafis berupa pola yang diambil dari Logogram (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Figure 16 Contoh Penerapan Elemen Visual Ubibu pada Beragam Merchandise (Sumber: Kristella, 2018)
Pada contoh Figure 24, terlihat bahwa pada obyek-obyek tertentu, desainer menggunakan stiker lingkaran yang menampilkan logonya; namun ia menggunakan ilustrasi utuh untuk membuat scarf dan bagian dari ilustrasinya sebagai stiker. Hal ini menjadi mungkin karena dari awal perancangan terdapat pertimbangan akan bagaimana menanamkan elemen-elemen visual pada berbagai brand touchpoints.
Identitas Visual 13
Bagian ini akan mengulas sedikit langkah kerja yang dilakukan dalam merancang sebuah logo dan juga identitas visual sebagai satu proses yang menyatu. Langkah kerja ini dilandaskan oleh logika berfikir secara sistematis, dimana desain dimulai dengan sebuah konsep, kemudian dimanifestasikan menjadi sebuah logo, dan kemudian logo tersebut dikembangkan lebih jauh menjadi sebuah identitas visual.
Figure 17 Logika Berfikir Perancangan Logo & Identitas Visual (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)
Dalam membuat desain, pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan atau membuat visual tersebut merupakan salah satu bagian yang penting dan tidak bisa dipisahkan. Konsep desain merupakan sebuah landasan, bukan alasan dalam membuat desain. Dengan demikian, sebuah konsep perlu menjadi pijakan yang kuat dan jelas sebelum membuat desain, tidak dibuat sembari proses visualisasi dilakukan.
Langkah Kerja Perancangan Desain Logo & Identitas Visual
14
Konsep
• Setelah melihat kondisi pasar, apakah produk anda dapat menjadi sebuah produk yang dicari dan diterima oleh pasar?
1. Pelajari produk
Berikut adalah tahapan penyusunan konsep, khususnya dalam merancang logo dan identitas visual untuk sebuah produk:
• Jika iya, bagaimana memposisikan produk anda dibanding para kompetitor?
Langkah Kerja Perancangan Desain Logo Identitas Visual
• Pelajari apa saja bahan dasar utama dari produk tersebut, dan apa khasiat dari produk tersebut.
4. Setelah mempelajari dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, anda harusnya dapat mengidentifikasi karakteristik produk yang memang unik dan dapat dikomunikasikan menjadi basis konsep perancangan anda.
• Pelajari apakah sudah ada kebutuhan atau demand mengenai produk tersebut? Jika sudah, bagaimana pasarnya? Seperti apa para konsumennya?
• Pelajari seperti apa bentuk, rasa, tekstur, aroma dari produk tersebut.
2. Pelajari pasar
• Pelajari apakah sudah ada produk serupa dengan produk yang kalian angkat. Jika ada, apa bedanya? Bagaimana produk tersebut merepresentasikan dirinya? Serupa disini bukan berarti sama, bisa saja bahan dasar serupa tapi bentuk beda, atau bentuk sama tapi bahan dasar serupa, atau bahan dan bentuk beda namun memiliki tujuan atau khasiat yang serupa, dst.
&
• Setelah membandingkan produk anda dengan produk-produk lain, apa kelebihan produk anda? Apa kelemahan produk anda?
15
• Jika tidak, bagaimana menciptakan sebuah konsep yang dapat menarik perhatian dibanding para kompetitor?
3. Identifikasi keunggulan produk dari pasar
Typeface dan tipografi
Logo
Langkah Kerja Perancangan Desain Logo
& Identitas Visual
16
2. Dari kata-kata kunci tersebut, carilah tanda-tanda visual yang merupakan ikon, indeks, dan simbol.
6. Elemen grafis lainnya
5. Ilustrasi
3. Bentuk
Proses penjabaran identitas visual dapat dilakukan seperti yang telah diulas sebelumnya dalam buku ini. Setelah mendapatkan logo utama, elemen-elemen dalam logo tersebut dapat dijabarkan dan juga dikembangkan menjadi komponen-komponen identitas visual sebagai
2.1.berikut:Warna
3. Dari tanda-tanda visual, kembangkan visual-visual dalam bentuk morphological matrix. Hal ini dilakukan untuk melihat atributatribut visual dari setiap tanda visual dan meninjau kemungkinankemungkinan visual yang ada (baik secara individual maupun gabungan atau sintesa).
Setelah merumuskan konsep anda, anda dapat mulai membuat sebuah logo dengan langkah-langkah berikut:
1. Pilihlah kata-kata kunci berdasarkan konsep anda.
4. Fotografi
Identitas Visual
Oleh Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni
Studi BrescoKasus:
Morphological matrix kata kunci “lively”
Alternatif 1
Bresco
19
Logo Design Penjelasan Tentang Logo
Perancangan logo dominan dengan kesan bersemangat dan berani. Huruf ‘O’ pada logotype Bresco berbentuk biji kopi untuk menggambarkan keunikan Bresco yang terletak pada biji kopi ekselsa. Penggunaan bentuk organis sebagai pada latar belakang logotype untuk merepresentasikan Bresco sebagai kopi yang siap dinikmati (berbentuk cair). Pada area sekitar huruf terdapat garis-garis berwarna putih sebagai buih dari kopi. Pemilihan warna biru pada tulisan Bresco untuk memberi warna baru pada brand kopi dan menampilkan kesan yang lebih modern karena kopi fermentasi merupakan produk yang baru dikembangkan. Sedangkan pemilihan warna coklat tua didasarkan pada warna kopi Bresco yaitu coklat gelap.
Logo Final
Terdapat perubahan pada proporsi huruf terutama pada counter huruf B dan R yang sudah dibuat proporsional. Warna coklat yang digunakan juga dibuat lebih gelap agar kontras dengan warna biru pada logotype.
Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni
20
Konsep Logo
Bresco Alternatif 2
Morphological matrix kata kunci “bold”
21
Logo Final
Konsep Logo
Untuk alternatif kedua, perancangan identitas visual lebih dominan dengan kesan yang berani dan eksklusif. Warna yang digunakan adalah tone dari warna biru dan hijau. Penggunaan huruf kapital dan warna pada logo menggambarkan kesan pemberani dan mengacu pada laki-laki. Typeface yang digunakan memiliki kesan yang tegas, namun memiliki swash yang eksklusif pada huruf B. Swash adalah pengganti dari terminal atau serif huruf yang dikembangkan untuk membentuk kemewahan pada huruf. Logo alternatif kedua ini memiliki tekstur yang kasar, identik dengan laki-laki maskulin dan kesan suara yang berat.
Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni
Terdapat perubahan pada huruf B yang telah disesuaikan dengan huruf lainnya agar logotype terlihat balance.
22
Alternatif 3
Bresco
Morphological matrix kata kunci “exclusive”
23
Logo Final Bresco
Logo Final
Penjabaran konsep logo final
24
Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni
Konsep Logo
Logo ini menekankan kesan yang berani dan pewarnaan yang lebih warm dibandingkan alternatif lainnya. Pemilihan typeface dengan posisi logotype yang tebal dan terstruktur mengarahkan ke target audiens dewasa muda pria yang pekerja keras. Pewarnaan merah gelap pada logo berdasarkan warna produk kopi yang menyerupai warna merah wine.
Primary SecondaryLogoLogo
Bresco 25
Secondary logo Bresco hanya terdiri dari satu warna yaitu warna krem. Logo hanya digunakan pada latar berwarna gelap dan tidak boleh digunakan pada prime design panel.
Berdasarkan alternatif-alternatif yang telah ditampilkan, tim penulis memutuskan untuk memilih logo pada alternatif pertama sebagai logo final Bresco. Pemilihan logo tersebut atas pertimbangan logo yang kuat menampilkan Bresco sebagai brand kopi dengan adanya biji kopi sebagai huruf O dan juga warna coklat pada logo yang merepresentasikan warna asli kopi Bresco. Selain itu, warna biru yang digunakan untuk logotype juga cukup khas.
CMYK: C0 M3 Y61 K0
NAVY CMYK: C91 M55 Y19 K4
HEX: #61311F
CREM E
Primary Brand Colors
HEX: #096397
BROWN
ORANGE
CMYK: C41 M76 Y81 K55
BLU E CMYK: C63 M2 Y5 K0
26
RGB: R253 G245 B235 HEX: #FCF5EB
RGB: R9 G9 B151
RGB: R97 G49 B3 1
RGB: R62 G193 B229 HEX: #3EC1E5
Pemilihan warna biru pada tulisan Bresco untuk memberi warna baru pada brand kopi dan menampilkan kesan yang lebih modern dimana kopi fermentasi merupakan produk yang baru dikembangkan. Sedangkan pemilihan warna coklat tua didasarkan pada warna kopi Bresco yaitu coklat gelap.
Pemilihan warna sekunder sebagai warna pada desain kemasan untuk menciptakan kontras dengan warna pada logo. Warna navy menampilkan kesan yang mature dan juga eksklusif sedangkan warna oranye untuk menampilkan kesan yang warm seperti warna biji kopi. Selain itu, kedua warna juga memiliki kontras yang kuat.
Secondary Brand Colors
CMYK: C2 M63 Y82 K0 RGB: R235 G119 B5 5 HEX: #eb7737
Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni
Aa
AaBbCcDdEeFfGgHhIiJjKkLl M mNnOoPpQqRrSsTtUuVv WwXxYyZz0123456789
Aa
27
Typography
Vision
Bresco
Hind Siliguri
AaBbCcDdEeFfGgHhIiJjKk LlMmNnOoPpQqRrSsTtUu VvWwXxYyZz0123456789
Pada desain kemasan, typeface Vision digunakan untuk teks yang berukuran besar sedangkan Hind Siliguri untuk teks berukuran kecil seperti body text.
Elemen visual
Elemen visual yang digunakan memiliki karakteristik goresan kasar untuk merepresentasikan kesan lively dengan pertimbangan target audiens yaitu dewasa muda yang gaya hidupnya bebas dan eksploratif. Karakteristik tersebut juga dibuat agar tetap senada dengan karakteristik dari logo.
Dewasa Muda
Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, Vanessa Leoni
Biji Kopi Buih Kopi Aroma Kopi
28
Elemen visual ditampilkan juga merepresentasikan brand Bresco sebagai kopi yang dapat memberikan sensasi baru dan unik seperti bentuk yang menyerupai aroma kopi, biji kopi, garis-garis berupa buih kopi dan dewasa muda dengan gesture yang dinamis.
Studi
LarkiesKasus:
Oleh Angel Cristina, Sherina Lie
Larkies BRAND ALTERNATIVE 1BRAND ALTERNATIVE 1 -> Visual Identity Reference : 31
Larkies adalah cemilan cookies yang praktis untuk menjalani kegiatan sehari-hari secara fleksibel. Oleh karena itu pertimbangan bahan dasar lapisan yang dipilih untuk mempertahankan kualitas di dalam kemasan adalah aluminium foil. Bahan ini dapat melindungi produk dari kontaminasi bahan kimia atau air, serta berfungsi sebagai penghambat udara, sehingga rasa dari Larkies akan tetap segar dan produk akan lebih tahan perancanganlama.produk tersebut. Sesuai dari pendekatan kata kunci, alternatif ini membawakan karakteristik garing sesuai dengan tekstur produk cookies tersebut dengan memperlihatkan serpihan cookies dan tipografinya yang tergolong san serif namun disebarkan secara tidak rapi dan tekstur yang bergerigi.
Angel Finalized Logo
-> Logo Concept
Cristina, Sherina Lie ->
32
Warna yang digunakan adalah warna kuning dan coklat, warna kuning merupakan warna yang paling menarik perhatian, menghadirkan sosok yang menyenangkan dan fun (Indizone, 2021) dengan warna coklat yang memberikan kesan, aman dan mengandung unsur bumi yang membantu mewakili produk yang organik sustainable (C. Jones, 2015). Bentuk yang digunakan merupakan penggabungan bentuk organik dan geometris .Bentuk organik adalah bentuk dengan tampilan alami serta tampilan yang mengalir dan melengkung, bentuk ini membantu mewakili kesan sustainable, bercampur dengan bentuk geometris untuk mewakili kesan fun, yang menyampaikan makna yang dikaitkan dengan aktivitas kesenangan dan kebahagiaan.
BRAND ALTERNATIVE 2BRAND ALTERNATIVE 2 -> Visual Identity Reference : Larkies 33
-> Logo Concept
-> Finalized Logo
Konsep yang diangkat pada alternatif ini adalah fun dan explore sehingga menggunakan typeface yang dimodifikasi karena dapat menggambarkan konsep fun dan explore melalui rupa dari bentuk tiap huruf yang berbeda dan eksploratif. Bentuk cenderung melengkung karena terinspirasi dari bentuk Larvae, pendekatan pengolahan logo ini berasal dari keyword explore. Kemudian logo dikombinasikan dengan warna - warni yang berasal dari keyword fun dan sustainable, dimana warna yang berbeda ini memiliki satu kesatuan karena penggunaan intensitas warna yang sama. Penggabungan kedua ini membentuk logo yang menarik dan mempresentasikan Larkies sebagai brand baru yang berbeda dari brand cookies lainnya karena adanya kandungan Larva di dalamnya tanpa menggambarkan bahwa Larva adalah serangga yang menjijikan.
Desain kemasan alternatif 2 menggunakan background berwarna hitam sehingga logo akan terlihat lebih kontras dan dapat stand out. Kata kunci explore digambarkan dengan ilustrasi di luar angkasa dan dengan pemilihan warna - warni dan cerah menggambarkan fun dari sisi psikologis. Penggunaan karakter Larkies pada kemasan menggunakan pendekatan gaya flat illustration, gaya ini memberikan kesan minimalis yang akan memadu mata konsumen agar dapat memahami konten desain (Widyana, 2016). Karakter yang digambarkan pada alternatif 2 ini merupakan karakter yang terinspirasi dari wujud larvae. Agar lebih ramah dan fun, karakter digambarkan dalam bentuk kartun. Karakter larvae ini sedang mengenakan tas punggung dengan gestur melompat. karakter ini bertujuan untuk mengkomunikasikan Larkies adalah produk yang asik dan menarik, memberikan kesan fun dan explorer sesuai dengan keyword
Angel Cristina, Sherina Lie
34
BRAND ALTERNATIVE 3BRAND ALTERNATIVE 3
Larkies 35
Konsep logo alternatif ketiga terinspirasi dari bentuk Larkies sendiri, typeface yang digunakan memiliki stroke yang cenderung terlihat flowing namun kasar, hal ini bertujuan untuk merepresentasikan logo Larkies yang memiliki kandungan larva di dalamnya. Warna pada logo berasal dari warna cookies yang dikombinasikan dengan warna oranye. dengan menggambarkan energetic, attention-grabbing dan diharapkan memunculkan rasa antusias terhadap produk. Penyesuaian warna mengikuti target market yang memiliki kegiatan aktif, suka hal yang menantang dan hal-hal baru.
Angel Cristina, Sherina Lie
36
-> Finalized Logo
-> Logo Concept
Kombinasi warna ketiga adalah ungu, sebagai warna komplementer, yang berdasarkan psychology color merupakan misteri (Cherry, 2021), dimana warna ini bertujuan menggambarkan rasa Larva di dalamnya yang berbeda dan menjadi misteri para konsumen. Pengaplikasian elemen pada desain kemasan menggunakan pendekatan ilustrasi dengan karakter larva yang berekspresi menginginkan cookies dengan liur di mulutnya, ekspresi dari larva bertujuan untuk mengubah mindset konsumen ketika melihat produk, konsumen akan memiliki tendensi menjadi penasaran karena visual yang ditampilkan.
R#643B18100G 59 B 24 C 0% M 16% Y
K
-> Visual Elements Warna
C 0% M 28% Y
ALTERNATIVE 21 36% 55% 53% 31% 30% K 61%
-> Visual Concept
K
ALTERNATIVE11 R#722A15114G 42 B
Mengingat bahwa Larkies adalah produk cookies berbahan dasar “Black Soldier Fly Larvae”, maka pendekatan konsep visualnya diangkat dari konsep fun dan dinamis. Maka sebagian besar perancangan konsep visual logo serta elemen visualnya bersifat bulat dan memiliki kontras pemilihan warna yang berkesan memberikan perhatian.
Pemilihan warna utama yang digunakan merupakan kumpulan corak warna coklat sampai warna kuning yang memiliki sifat kontras bernuansa kekeluargaan yang ramah dan seru agar dapat menarik perhatian dan memiliki kesan warna cookies.
# FFC648 R 255 G 198 B 72 C 0% M 22% Y 72% K 0% Larkies 37
# AF6227 R 175 G 98 B 39 C 0% M 30% Y
Shapes
Angel Cristina, Sherina Lie
38
Illustration
Elemen bentuk tetap mempertahankan konsep identitas visual pertama yang menekankan kebulatan Larkies. Maka dari itu rancangan elemen visual memiliki karakteristik bulat organik dan geometrik, bergelombang seperti tumpahan air.
Dalam ilustrasi ini, dibuat karakter yang memakai kostum “Black Soldier Fly Larvae” yang menekankan gaya dari konsep identitas visual alternatif pertama yang cenderung bersifat bulat tanpa memiliki ujung yang tajam, lalu karakter ini memiliki gaya yang muda, seru, dan bersemangat. Proses style ilustrasi yang digunakan pada alternatif ini adalah style gambar digital manual yang bersifat bulat.
Larkies 39
kemasaan yang digunakan dapat menampung delapan cookies untuk satu atau dua orang yang dapat mudah dibawa kemanapun karena ringan.
Tipografi - Cookie Crisp
Pemilihan tipografi juga didasarkan pada penerapan konsep alternatif pertama. Jenis tipografi ini memiliki sudut yang bulat, sans-serif. tipografi ini bertujuan untuk memvisualisasikan kesan yang hangat dan fun yang bersifat dinamis.
Aplikasi Kemasan
C 25% M 0% Y 2% K 22%
ALTERNATIVE 2ALTERNATIVE 2
R#643B18250G 170 B 66
R#22844434G132 B 68
Desain yang menekankan pada tekstur bulat soft yang mengesankan ramah, menyenangkan, desain ini bertujuan untuk menunjukan bahwa produk cookies Larkies bukan hanya sekedar cookies biasa, namun memberikan sensasi eksplorasi yang menyenangkan.
R#F3F5F3243G 245 B 243
C 38% M 0% Y 25% K 48%
C 1% M 0% Y 1% K 4%
# 86C6C2
# 9DC35F
Lie 40
# BFB5D9
C 10% M 14% Y 0% K 15%
C 0% M 31% Y 30% K 5%
C 15% M 0% Y 39% K 24%
-> Visual Elements Warna
R 242 G 164 B 165
R 157 G 195 B 95
# F2A4A5
C 27% M 29% Y 0% K 33%
R#6561AB101G 97 B 171
Warna yang digunakan pada alternatif kedua yaitu warna - warna cerah yang berasal dari keyword fun dan sustainable dimana warna ini dari primer dan sekunder ini memiliki satu kesatuan karena penggunaan intensitas warna yang sama yaitu soft.
R 191 G 181 B 217
R 134 G 198 B 194
Angel Cristina, Sherina
-> Visual Concept
C 0% M 31% Y 72% K 2%
Bentuk yang ditekankan dalam alternatif desain merupakan shape form yang berbentuk larvae yang diminimalkan yang memiliki unsur bulat agar lebih dinamis dengan karakter ilustrasi. Cara mengaplikasikan elemen bentuk ini yaitu particle warna - warni yang dikomposisikan secara tersebar namun secara lebih dekat.
Pada alternatif ini, pendekatan yang dibuat menggunakan karakter Larkies dengan pendekatan gaya flat illustration, gaya ilustrasi datar bulat yang memberikan kesan minimalis yang akan menarik perhatian dan memadu mata konsumen dalam melihat produk. Karakter tersebut diangkat dari Larvae, yang sedang mengenakan tas ransel berpetualang dengan gestur melompat, penggunaan karakter dalam alternatif ini bertujuan untuk mengkomunikasikan bahwa Larkies merupakan produk yang asik dan menarik.
Shapes
Larkies 41
Illustration
Dalam fotografi ini, alternatif ini menggunakan pemakaian foto yang berintensitas warna sesuai dengan warna logo, fotografi yang ditekankan disini memiliki kontras cerah sehingga terlihat jelas, alasan mengapa identitas visual ini memberikan penampakan fotografi cookies asli tersebut untuk memberikan tampak depan produk yang ada didalam supaya konsumen mengetahui isi dari produk tersebut.
Photography
Tipografi - Neufreit
Pemilihan tipografi juga didasarkan pada penerapan konsep alternatif 2. Jenis font tipografi yang digunakan merupakan sans-serif, yang memiliki sudut yang bulat bergelombang. font ini tidak digunakan secara mentahmentah, dimodifikasi dengan elemen elemen visual konsep alternatif ini. Tujuan pemakaian tipografi ini untuk memvisualisasikan kesan yang hangat dan fun yang bersifat dinamis.
Angel Cristina,
Sherina Lie 42
Larkies 43
Konsep desain yang ditekankan pada alternatif ketiga dimulai dari produknya sendiri Larkies yang merupakan cookies berbahan dasar serangga, sehingga dalam alternatif ini dikuatkan esensi cookies tersebut dari gaya bulat dan bertekstur bergerigi-gerigi yang memberikan kesan serpihan-serpihan cookies. Sisi yang ditampilkan pun adalah perasaan menyenangkan, yang unik dan berdinamis dimana elemen-elemennya yang ditampilkan berkarakteristik bergerigi.
Aplikasi Kemasan
-> Visual Concept
Kemasaan yang digunakan dapat menampung sepuluh cookies untuk satu atau dua orang yang dapat mudah dibawa kemanapun karena ringan dan efektif.
ALTERNATIVE 3ALTERNATIVE 3
R#3F352E63G53 B 46
C
C 0% M 4% Y 7% K 75%
# 742B89 116 G 43 B 137 8% M 37% Y 0% K 46%
C
Warna pada identitas ini sesuai dari konsep alternatif visual tiga dimana ada kombinasi antara warna fun dan cookies. Penggabungan warna ini bertujuan menggambarkan logo dengan warna yang energetik, memberikan perhatian dan menarik rasa antusias terhadap produk.
Angel Cristina,
-> Visual Elements Warna
R 250 G 165 B 62 0% M 33% Y 74% K 2%
Sherina Lie 44
C
# FAA53E
R
Shapes
R#F4F2F1244G 242 B 241 0% M 1% Y 1% K 4%
Bentuk yang ditekankan dalam alternatif tiga ini terinspirasi dari bentuk - bentuk organis dan memiliki tekstur kasar, yang berasal dari keyword sustainable, dimana larva sendiri berasal dari alam dan juga bagian dari ekosistem kehidupan.
Larkies 45
Illustration
Photography
Pendekatan Ilustrasi dalam draft alternatif ini Menggunakan pendekatan ilustrasi vektor dengan karakter larva yang berekspresi menginginkan cookies dengan liur di mulutnya, ekspresi dari larva bertujuan untuk mengubah mindset konsumen ketika melihat produk, konsumen akan memiliki tendensi menjadi penasaran karena visual yang ditampilkan.
Dalam fotografi ini, alternatif ini menggunakan gaya teknik layer mask dari foto yang diberikan oleh Delvin Kho tersebut, fotografi yang ditekankan disini memiliki kontras cerah, dengan suasana yang menyenangkan dan rasa berpetualang, fotografi ini memiliki warna gradient cahaya kuning yang berasosiasi dengan psikologi warna
Final :
Namun karena ilustrasi sebelumnya memiliki identitas yang masih masalah dimana secara form itu tidak mirip dengan “Black Soldier Fly Larvae” maka diubah dengan gaya ilustrasi digital manual, dengan memiliki ekspresi yang sesuai dengan konsep identitas visual alternatif ini, yaitu ceria dan menyenangkan.
Tipografi - Black Burger
Angel Cristina, Sherina Lie
menyenangkan. Alasan mengapa identitas visual ini memberikan penampakan fotografi cookies asli tersebut untuk memberikan tampak depan produk yang ada didalam supaya konsumen mengetahui isi dari produk tersebut.
Pemilihan tipografi juga didasarkan pada penerapan konsep alternatif dua. Jenis font tipografi yang digunakan merupakan sans-serif, yang memiliki sudut yang bulat bergelombang. font ini tidak digunakan secara mentah-mentah, dimodifikasi dengan elemen elemen visual konsep alternatif ini. Tujuan pemakaian tipografi ini untuk memvisualisasikan kesan yang hangat dan fun yang bersifat dinamis.
46
Aplikasi Kemasan
Kemasan yang digunakan dapat menampung sepuluh cookies untuk satu atau dua orang yang dapat mudah dibawa kemanapun karena ringan dan efektif.
Studi RukukuKasus:
Oleh Caroline Heliawanto & Melanie Xaviera
Rukuku
ExplorationLogo
Natural
Tone and Manner keseluruhan adalah untuk terlihat alami dan terlihat mahal atau elit. Untuk mendapatkan tampilan seperti ini terutama yang alami, beberapa logo dibuat menggunakan ikon-ikon bahan-bahan Rukuku (karena bahan-bahan tersebut adalah bahan alami). Akhirnya berdasarkan kata kunci menyeluruh yaitu atau tone and manner yang bersifat alami, ada 3 pendekatan lagi yang dibangun; tampilan yang natural, tampilan yang playful, dan tampilan yang minimalis.
49
Untuk pendekatan natural, ilustrasi yang digunakan terlihat seperti gambar botani dan terlihat sangat realistis. Untuk penggunaan warna, warnanya yang digunakan adalah warna yang cukup gelap warnawarna tersebut mencerminkan kesan realistisnya dengan earthy tones yang pada dasarnya cukup gelap (warna di kehidupan nyata jarang terlihat cerah dan berani). Melalui pendekatan ini, logo sebagian besar menggunakan tipografi serif karena memiliki tampilan elegan yang tampak mempromosikan.
Karena pendekatan ini tidak seserius dan dibandingkan pendekatan natural, tipografi yang dipilih adalah kombinasi antara tipografi serif (memberi kesan natural), dan tipografi serif (lebih playful). Walaupun warna yang digunakan masih bernuansa earthy, namun warna earthy tones ini sedikit lebih terang dari yang digunakan untuk natural approach. Ilustrasinya sendiri masih merupakan ilustrasi namun tidak bersifat terlalu realis seperti pendekatan yang natural dan justru dalam bentuk garis-garis.
50
Natural x Playful
Playful
Caroline Heliawanto, Melanie Xavieria
Untuk mendapatkan tampilan yang cukup playful, typeface yang dipilih untuk pendekatan ini adalah typeface sans-serif. Pendekatan yang playful ini dirancang untuk menonjolkan hasil gambar atau ikonikon Rukuku. Dapat dilihat bahwa untuk pendekatan ini ilustrasi yang digunakan berbentuk vektor dan juga memiliki warna-warna yang cukup baik. Warna yang dipilih untuk pendekatan ini juga mulai terkesan lebih lebar dan variatif. Warnanya memiliki warna yang lebih lively.
Final Logo
Final ChristmasLogoLogo
Untuk logo Natal, logo normal Rukuku ditambahkan sebuah topi santa kecil pada huruf kapital R-nya. Untuk musim Natal, logo ini tersedia dalam warna merah selain hijau, krem, dan hitam putih yang biasanya digunakan untuk logo reguler. Warna merah digunakan karena warna tersebut merupakan warna yang identik dengan hari perayaan Natal.
Rukuku 51
Logo yang dipilih sebagai logo final diambil dari pendekatan yang playful Rukuku. Logo ini menggunakan typeface Moret sebagai dasar logo untuk menulis nama brand, Rukuku dengan cara titlecase. Beberapa perubahan dan penyesuaian dilakukan terkait ikon gabungan daun ruku-ruku dan bit pada huruf ‘U’. Alternatif sebelumnya menggunakan lebih banyak ‘U’ untuk menampilkan ikon-ikon ini tetapi pada logo terakhir kedua ikon digabungkan agar tidak terkesan mengganggu. Ada juga beberapa penyesuaian minor pada typeface termasuk penyesuaian pada kerning dan juga pada beberapa huruf (seperti bagian atas melengkung dari k).
Ada berbagai macam cara untuk merepresentasikan Rukuku maupun kata natural. Oleh sebab itu terdapat 3 pendekatan berbeda yang telah dipilih untuk mengeksplorasi kata kunci tersebut.
Dalam menentukan identitas visual yang cocok bagi Rukuku dilakukan beberapa analisis. Pertama dilakukan analisis bahan dan komposisi dari produk. Setelah itu, data dikumpulkan dan dijadikan acuan dalam pembuatan identitas visual. Oleh karena itu, identitas visual dari Rukuku banyak menggunakan unsur-unsur daun ruku-ruku dan bit. Selain melakukan analisis komposisi, dilakukan juga analisis target market. Target market Rukuku dibagi menjadi dua yaitu, target market primer yang merupakan orang dewasa dengan usia 25-35 tahun dan untuk target market sekunder yang merupakan anak-anak muda dengan usia 18-24. Pembagian target market dilakukan agar memusatkan fokus pada pasar primer yang merupakan peluang terbesar dalam membeli, namun tidak mengabaikan peluangnya ketertarikan pasar sekunder kepada produk (Cameron, 2019). Akibat target market primer yang merupakan orang dewasa, salah satu pilihan identitas visual adalah desain yang terlihat minimalis dan elegan. Namun, brand makanan sehat cenderung menggunakan visual vintage atau elegan, sehingga seringkali warnawarna gelap membuat produk terlihat sehat secara negatif (pahit). Oleh sebab itu dipilihlah alternatif identitas visual dengan tampilan yang lebih playful dan trendy dengan warna terang agar memberikan kesan bahwa makanan sehat pun tetap lezat. Dengan demikian, ketiga pilihan identitas visual memiliki kelebihannya masing-masing.
ExplorationVisual
Concept
Selain analisis terhadap pasar, dilakukan juga riset mengenai bahan utama seperti daerah asal dari daun ruku-ruku yang akhirnya menjadi dasar untuk membuat elemen grafis. Tidak hanya itu, dilakukan juga
Caroline Heliawanto, Melanie Xavieria
52
analisis untuk menentukan kemasan yang akan digunakan. Menurut Morr, dalam membuat kemasan yang baik harus mempertimbangkan produk yang akan dipasarkan, target market produk tersebut, dan bagaimana kepribadian target market produk tersebut (Morr, 2016). Berdasarkan hasil analisis, beberapa kemasan yang sesuai untuk Rukuku adalah tabung silinder, pouch, dan juga kemasan plastik satuan akibat terbuat dari lapisan alumunium. Kelebihan dari menggunakan tabung silinder adalah produk menjadi tidak mudah hancur namun kekurangan kemasan ini adalah biaya produksi menjadi mahal sehingga berpengaruh.
Pendekatan pertama adalah ‘Earthy Elegan’. Pendekatan ini merupakan pendekatan paling sesuai dengan kata kunci ‘natural’ dan juga cocok dengan target market primer. Pertama, warna earthy sangat cocok dengan konsep natural seperti produk Rukuku sendiri. Kedua, dengan target market dewasa yang menengah atas, konsep elegan tampak pas. Dengan tampilan yang elegan, kukis Rukuku dapat terlihat elit dan premium sesuai harganya.
Rukuku 53
Earthy Elegant
Trendy and Fun
Caroline Heliawanto, Melanie Xavieria
54
Gaya kedua adalah ‘Trendi dan Fun’. Target market Rukuku juga termasuk generasi milenial yang sering mengikuti tren dengan baik. Selain itu pendekatan ini pada umumnya cocok untuk target pasar perkotaan yang gaya hidupnya selalu up to date. Maka dari itu, gaya kedua ini diharapkan mendekati pasar tersebut melalui mengikuti salah satu tren desain terkini yaitu ilustrasi kartun (Graphic Mama, 2021). Walau tidak terkesan “natural”, penggunaan ilustrasi dari bahan-bahan kukisnya menunjukkan bahan-bahan natural yang digunakan melalui gayanya sendiri. Gaya ini dianggap unik untuk digunakan pada merek kukis karena sebagian besar merek makanan yang bersifat sehat menggunakan gaya vintage atau dewasa. Dengan demikian, menjadi unik dengan gaya ini mungkin dapat membuat brand lebih menonjol di antara rak-rak karena palet warnanya yang cerah dan typeface pilihan yang tebal.
Rukuku 55
Fresh and Playful
Pendekatan terakhir adalah gaya fresh dan playful. Karena Rukuku dianggap sebagai makanan sehat, ide untuk membuat visualnya terlihat segar sepertinya ide yang tepat. Dengan demikian gaya ini seolah-olah menghidupkan kembali visual produk dan memberikan kesan bahwa kukis Rukuku enak dan tidak sekadar sehat (karena makanan sehat bisa berkonotasi negatif seperti memiliki rasa yang tidak enak).
Final
Identitas visual yang akhirnya dipilih adalah pendekatan playful alternatif pertama. Pendekatan ini tampaknya sesuai dengan target pasar namun tetap membuat brand tampak eksklusif dan mahal. Selain itu, pendekatan lain kurang pas dimana pendekatan trendi tampak di luar jangkauan dan konteks, dan pendekatan elegan tampak terlalu gelap dan suram. Karena Rukuku merupakan makanan sehat dan berwarna gelap, menggunakan pendekatan dengan warna palet gelap akan membuat makanan sehat terkesan pahit dan tidak enak. Selebihnya pendekatan elegan cukup sering digunakan pada brand makanan-makanan sehat.
Caroline Heliawanto, Melanie Xavieria
ABCDEF
Pemilihan typography menjadi suatu hal yang cukup fatal dalam pembentukan identitas visual dari sebuah brand. Terutama karena typeface yang dipilih akan muncul di semua media. Typeface utama yang digunakan pada logo sendiri adalah Moret Bold. Typeface ini memiliki kesan yang seru namun terdapat beberapa masalah dalam kerning. Selain itu, typeface ini tidak terlihat terlalu indah ketika digunakan dalam capital case. Oleh sebab itu ketika menggunakan typeface ini, diusahakan untuk selalu menggunakan title case. Untuk type pairingnya, Rukuku menggunakan jones dan beraneka macam variasinya. Jones merupakan typeface sans-serif geometris dan sedikit mirip dengan Arial. Typeface yang dapat dibilang cukup simpel ini tentunya menjadi cocok bagi tulisan-tulisan yang berupa paragraf karena memiliki readability yang cukup baik. Oleh sebab itu Jones digunakan untuk hal-hal seperti body text atau informasi-informasi lainnya.
abcdefABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYBoldZghijklmnopqrstuvwxyz1234567890
Jones
IdentityVisual
56
GHIJKLMNO PQ RSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz1234567890 Typography
Moret
Bentuk-bentuk awal pada tahap eksplorasi konsep, elemen-elemen visual ini masih merupakan random organic elements atau shapes. Kemudian, bentuk-bentuk abstrak atau organis ini dibuat kembali menjadi bentuk-bentuk yang terinspirasi dari bahan-bahan asli cookies Rukuku (lemon, coklat, daun ruku-ruku, bit, dan lain-lain). Elemen visual tersebut menjadi tampilan utama dari identitas visual brand dan akan sering terlihat di berbagai macam media.
Color Rukuku 57
Warna memainkan peran penting dalam branding terutama karena biasanya satu warna menjadi identik pada satu warna. Warna-warna yang digunakan tampak serupa dengan earthy tones pada dasarnya namun warna yang akhirnya digunakan sedikit lebih berani dan lebih cerah untuk dapat menunjukkan kesan playful. Untuk rasa reguler ada beberapa sayuran yang digunakan tetapi juga sedikit warna lain yang senada seperti kuning, oranye, dan pink. Sama layaknya pada rasa-rasa lain, warna yang menjadi dominan adalah warna yang sesuai dengan rasanya. Contohnya untuk rasa lemon, warna kuning cukup sering digunakan. Meskipun memiliki warna dominan yang berbeda-beda tergantung pada rasanya, warna hijau jelas merupakan warna utama dari Rukuku karena bahan dasar dari produk adalah daun ruku-ruku yang terdapat pada semua cookies. Dengan demikian, setiap rasa akan menggunakan sedikit warna hijau.
Visual Elements
Christmas Visual
Terdapat beberapa elemen tersendiri yang menjadi unik untuk season Natal, seperti ornamen-ornamen pohon Natal yang bergantungan, Elves, pohon natal, snowflakes, dan snowman. Walaupun ada sedikit tambahan elemen ini, elemen visual utama tetap dipertahankan (karena menjadi kekhasan dari brand) dengan tambah elemen-elemen atau ilustrasi Natal ini. Warna pada elemen-elemen Natal ini sedikit berbeda dari warna elemen-elemen visual utama karena dimaksudkan untuk memberikan nuansa Natal, seperti warna merah maupun putih salju. Ilustrasi juga dirancang dengan gaya visual yang seragam dengan elemen sebelumnya.
Caroline Heliawanto, Melanie Xavieria
58
Studi Kasus: Verenice
Oleh Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite
Verenice
Gambar 2. Moodboard (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)
Morphological Matrix
61
Gambar 1 Morphological Matrix (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)
Visual Identity
Penjelasan Tentang Identitas Visual Brand
Moodboard
Alternatif 1 :
62
Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite
Logo menampilkan kesan yang adventurous dari typeface-nya yang organis dan tidak kaku karena tidak sejajar dengan baseline-nya. Typeface yang dibuat secara manual ini juga memberikan kesan homemade, tetapi tetap terlihat premium karena ketebalannya yang konsisten dan penggunaan uppercase pada semua hurufnya hingga terlihat lebih tegas.
Warna Tipografi
Ilustrasi
Konsep Logo
Logo Design Elements
Konsep Logo
Warna Tipografi
Alternatif 2 :
Logo Design Elements
Logo menampilkan kesan yang adventurous dari tata letak logotype yang dinamis. Pada logo juga dapat dilihat penggunaan brush yang ingin menampilkan tekstur dari es krim Verenice yang merupakan salah satu keunggulan dari brand ini yaitu memiliki tekstur es krim yang unik.
Verenice 63
Ilustrasi
Warna Tipografi
Konsep Logo
Alternatif 3 :
Logo Design Elements
Ilustrasi
Logo menampilkan kesan yang adventurous dari tata letak logotype yang naik-turun, tidak flat, sehingga terlihat lebih dinamis. Berbeda dengan kedua logo sebelumnya, logotype dengan tipografi seperti ini memiliki sudut yang lebih kaku/kotak, tetapi tidak terlalu tajam. Elemen ini digunakan untuk mencerminkan tekstur es krim Verenice yaitu lembut tapi tetap memiliki tekstur saat makan.
64
Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite
Warna Tipografi
Logo Design Elements
Ilustrasi :
Konsep Logo
Logo ini menekankan kesan homemade dan adventurous. Typeface yang digunakan juga fun dan casual sehingga cocok dengan anak muda. Tulisan dengan gerak naik turun memiliki esensi yang sama dengan logo sebelumnya yaitu memberi kesan adventurous. Goresan halus di atas di atas adalah simplikasi dari bentuk es krim dan goresan tersebut ingin menunjukkan sisi kelembutan es krimnya. Dengan goresan manual tersebut, kesan homemade juga lebih terasa.
Alternative 4
Verenice 65
Chosen Alternative
Penjelasan Tentang Alternatif Final
66
Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite
Finalized Logo
Tata letak
Tata letak dalam desain kemasan primer disusun di pusat. Hal ini dapat dilihat mulai dari tutup lingkaran yang menggunakan logo sekunder, tata letak pada fotografi dan tipografi dalam penutup wadah keseluruhan, serta penempatan logo primer dalam cup eskrim.
Sistem Desain
Tata letak centering yang relatif kaku dapat diimbangi dengan tata letak ilustrasi pada cup es krim yang disusun dengan sistem eksploratif. Penyusunan dapat disesuaikan pada ilustrasi yang ada, namun tetap harus mengelilingi logo primer sebagai identitas pada kemasan bagian cup es krim.
Sistem desain harus ditetapkan agar antar kemasan dalam satu brand tetap memiliki visual yang berkesinambungan. Sistem ini dapat dipaparkan dalam aspek-aspek seperti, tata letak, logo, tipografi, warna, fotografi, dan ilustrasi.
Verenice 67
1. Tutup lingkaran bagian atas; pada bagian ini, logo yang ditampilkan adalah logo sekunder. Penempatan logo pada bagian tutup lingkaran ini adalah salah satu upaya untuk tetap menghadirkan identitas brand pada kemasan. Hal ini dilakukan agar brand dapat tetap terlihat dari sudut pandang atas.
2. Penutup wadah es krim (bagian depan); bagian ini merupakan prime design panel dari kemasan es krim secara keseluruhan. Maka dari itu, penggunaan logo primer harus ditetapkan guna menampilkan secara langsung brand dari eskrim, Verenice.
Logo dalam desain kemasan primer harus ditemukan pada 4 bagian seperti berikut:
68
3. Penutup wadah es krim (bagian belakang); terdapat juga logo berwarna putih pada bagian belakang kemasan. Hal ini ditujukan agar brand tetap dapat dikenali meskipun sewaktu-waktu kemasan dilihat dari bagian belakang.
Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite
Logo
4. Cup es krim; logo primer berwarna putih juga ditemukan pada kemasan bagian ini. Cup es krim yang kelak akan digunakan sebagai pot bunga juga harus memiliki identitas brand, sehingga ketika logo primer tidak dapat ditemukan pada penutup kemasan, logo pada cup es krim tetap dapat mewakili brand Verenice secara keseluruhan.
Typeface sekunder pada desain ini adalah Avenir yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang lebih serius dan formal.
Penamaan pada varian es krim harus berbahasa Inggris dan ditentukan dengan kata sifat positif yang disesuaikan dengan initial dari bunga yang digunakan dalam es krim.
Tipografi yang digunakan dalam desain didominasi dalam penamaan dari varian yang disajikan. Penamaan dan gramatur menggunakan tipografi yang ditulis secara manual. Pendekatan ini diharapkan dapat meneyimbangin logo primer yang juga ditulis dengan cara manual. Penulisan varian dengan pendekatan hand writing ini juga menjaga dan meningkatkan kesan homemade dari es krim. Penamaan varian diharuskan menggunakan lowercase pada semua huruf. Ini menjadi salah satu cara untuk menampilkan hierarki pada kemasan agar tidak menyaingi tampilan dari logo primer yang menggunakan uppercase
69
Tipografi
Verenice
Warna primer pada masing-masing kemasan ditentukan berdasarkan warna khas dari bunga yang digunakan. Sebagai contoh: Es krim berbahan dasar bunga telang, akan menggunakan warna vibrant blue, sedangkan warna vibrant pink digunakan ketika es krim menggunakan bunga rosela sebagai bahan dasarnya.
Warna sekunder digunakan sebagai warna pelengkap dan untuk memberikan aksen pada desain kemasan. Warna sekunder ditentukan melalui roda warna yang bersifat komplementer dari warna khas bunga. Namun untuk memperkaya warna yang digunakan kelak, warna sekunder juga dapat ditentukan dari sebelah kanan atau kiri warna komplementer bunga. Warna sekunder yang telah ditentukan kemudian diberi tint agar menampilan warna yang lebih muda/pastel.
70
Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite
Warna
Subjek dari fotografi ini tidak lain adalah 1 sendok es krim yang dipotret dengan sudut 15-30 derajat dari eye-level.
Penggunaan fotografi dalam kemasan ditujukan untuk memberikan visual kepada konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
#0065c5 #f f 949e #ed3576 #c5d02d #f89f1b #76cfee #91278f #f89f1b #139a47 #f f 949e
Fotografi juga boleh digabungkan dengan sketsa tipis untuk merepresentasikan proses pembuatan es krim yang dibuat dari 0.
Fotografi yang ditampilkan pada penutup wadah es krim diharapkan dapat menampilkan tekstur dan warna khas dari es krim.
Fotografi
Verenice 71
Penggunaan ilsutrasi yang telah menampilkan bentuk-bentuk bahan dasar es krim (seperti gambar yang di samping) sebaiknya tidak digabungkan dengan fotografi dalam 1 desain. Dengan ini, komposisi dari masing-masing desain dalam setiap bagian dapat terjaga dengan baik.
Ilustrasi
Ilustrasi dalam desain varian menyesuaikan dengan bunga yang digunakan sebagai alternatif pewarna alami pada es krim. Menggunakan ilustrasi yang berbeda-beda dalam setiap variannya dapat membuat konsumen merasakan kesan (feel) yang berbeda dalam setiap varian produk yang dibeli.
Elizabeth, Helena Calista, Patricia Frite
73
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap tim dosen yang pernah terlibat dan juga seluruh mahasiswa-mahasiswi yang pernah mengambil ‘Studio Utama 3’. Kegiatan pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan dalam mata kuliah tersebut telah mendorong, menginspirasi, dan terus memotivasi penulis untuk bisa menyelesaikan buku ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Desain dan juga Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan atas kesempatan dan juga segala dukungan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan buku ini.
Ucapan Terima Kasih
Tidak terkecuali, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Faculty of Science and Technology (FAST) Universitas Pelita Harapan, khususnya dosen dan mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan yang telah berkolaborasi dalam mata kuliah ‘Studio Utama 3’ dan memberikan banyak kesempatan bagi penulis serta mahasiswa-mahasiswi penulis untuk melakukan praktek desain dengan produk-produk inovasi mereka.
Budelmann, K., Kim, Y., & Wozniak, C. (2010). Brand Identity Essentials. Rockport Publisher.
Brand Dalam Sosial Media. Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur (SENADA) 2019, 2, 56–61.
Landa, R. (2011). Graphic Design Solutions (4th ed.). Wadsworth Cengage Learning.
Daftar Pustaka
74
Wheeler, A. (2009). Designing Brand Identity (3rd Ed.). John Wiley & Sons.
Fenech, R. (n.d.). Morphological Matrix. Robfenench.Co.Uk. https://www. Hananto,robfenech.co.uk/morphological-matrix/B.A.(2019).IdentitasVisualDigital
75
Biodata Penulis
Brian Alvin Hananto menyelesaikan Sarjana (S1) dalam Desain Komunikasi Visual pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan, dan Magister (S2) dalam Desain Produk pada Program Studi Magister Desain Produk Universitas Trisakti. Sekarang, Brian tengah mengajar dan melayani pada almamater S1nya. Selain mengajar, Brian juga terlibat dalam beberapa kegiatan penelitian, pengabdian kepada masyarakat, pameran, dan juga publikasi. Saat menerbitkan buku ini, Brian sedang melakukan studi lanjut Doktoral pada Program Studi Doktor Manajemen Universitas Pelita Harapan.
76
desaingrafis.uph.edu