Bila Abadi

Page 1

Aldy Istanzia Wiguna

Bila Abadi -tentang nama yang dihapus-

Penerbit Makna Publishing


Aldy Istanzia Wiguna Bila Abadi Aldy Istanzia Wiguna Editor

: Aldy Istanzia Wiguna

Lay-out dan Tata Letak : Aldy Istanzia Wiguna Desain Sampul

: Aldy Istanzia Wiguna

Diterbitkan oleh Makna Publishing maknapublishing@yahoo.com rumahkedua.wordpress.com

Cetakan Pertama, Agustus 2017 15 hlm. ; 11 x 17 cm Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin penerbit

Isi di luar tanggung jawab percetakan

2


Bila Abadi

YANG MEMBERIMU SEMACAM JALAN PULANG

Alir Kebaikan

|4

Hujan

|5

Taman

|7

Bangku

|9

Labirin

| 11

Teman

| 13

Juru Dongeng

| 15

3


Aldy Istanzia Wiguna Alir Kebaikan -semacam awalanAku menulis surat ini ketika lengang dan dakuan-dakuan lain tentang mereka yang hendak memantaskan diri dikembalikan. Lalu bertualang membersamai alir kebaikan dan gemericik suara hujan yang bergemuruh membersamai. Melipat bayang-bayang duka dan setiap ingatan yang menyimpulkan beberapa kebaikan untuk segera ber-istirah sembari membayangkan kenangan-kenangan lain yang menetap di rumah kita. Membersamai detak-detik waktu ketika di awal dan akhir kita tetap bersahaja merekam kebaikan-kebaikan lain dalam hidup yang sempurna juga paripurna dalam satu rasa. Dan kita akan tetap membayangkan kebaikan-kebaikan itu. Saling bersitahan sembari menakar dan mengukur seberapa dalam kabar yang menjelaskan tiap kebaikan dan bertumbuh membersamai diri kita sendiri. Melapangkan hari-hari untuk menyambung setiap kata dalam hakikat kebersamaan yang kelak memberi kita ruang untuk menetap dalam sebagian makna tentang alur dan alir hujan yang selalu membuat dada juga jiwa tenang. Membersamai setiap kabar kebermaknaan hingga berbilang keberagaman dimana awal hingga akhir menjadi senarai rindu yang dikaribkan dalam bilangan demi bilangan entah untuk mengeja kesunyian-kesunyian lain di dada. Tjiparay, 05 Agustus 2017 M / 13 Dzulqa’dah 1438 H 4


Bila Abadi Surat 1 Hujan

Li, pada akhir perjalanan kita pernah mengenang setiap jejak juga tapak kebaikan. Menemani karib perjalanan dimana doa-doa tetap berguguran seperti halnya dedaunan yang ditimpa hujan pagi tadi. Saling melepaskan lalu merelakan alasan-alasan lain tentang kapan dan dimana kepergian akan menyambung catatan-catatan yang tak berhingga di sampingmu. Aku tahu, ada masanya untuk kita tetap bisa bersama juga mengabadikan setiap lembut keterasingan dalam dada. Menunjuk perjalanan-perjalanan lapang tentang hujan dan sehimpun kenangan yang tetap berjarak di dadamu. Melipat kabar dalam sebagian waktu dimana akhirnya musim-musim sederhana itu kembali berduka bersamamu. Membiarkan bayang-bayang juga hakikat tubuhmu merepih hingga menandai kedukaan-kedukaan lain pada senarai waktu dalam beberapa keterasingan yang kelak saling mengembalikan perasaan yang membersamai kepergianmu. Li, ada perasaan-perasaan yang tak bisa diungkapkan ketika derit kopermu meninggalkan semacam nyeri yang utuh di dada ini. Lalu bersetia merekam setiap jarak kenangan, lembut perjalanan atau apa-apa yang saling bersitahan membersamai duka hingga ingatan tentang pertemuan-pertemuan kita yang ringkas dan terlalu cepat ini. Menemukan bayang-bayang ketiadaan untuk mengembalikan tiap amsal dalam dakuan-dakuan tentang mereka yang bersetia dan 5


Aldy Istanzia Wiguna tetap bersitahan mengembalikan ikhtiar-ikhtiar panjang tentang apa dan siapa yang tetap merumuskan alasan-alasan lain mengapa hujan kali ini turun lebih lebat dari biasanya. Merekam tiap tanya dalam doa-doa lapang tentang kebaikan dan kehidupan yang tidak akan pernah selesai menafsirkan bayang-bayang ketiadaan dalam sebagian rumus perjalanan yang menetap dan bersitahan bersama, lalu kembali merekam tanda-tanda tentang kepulangan bahagia. Li, ada masanya untuk kita tetap membaca tanda. Membiarkan satu per satu bulir hujan turun menemani kepergian yang sudah digariskan-Nya. Melewati beragam ingatan juga kenangan yang kini masih bisa kita cium lewat bau basah hujan yang turun tepat di beranda rumah kita. Melewati beragam perasaan haru ketika detakdetik tak terlupakan itu menjadi semacam catatan lain tentang apa dan siapa kita sesungguhnya. Merawat ingatan-ingatan asing yang tertelan begitu saja sementara masing-masing rasa diantara kita kini utuh membayangkan kebaikan-kebaikan dalam hidup yang selalu menawarkan pertemuan bersama perpisahan. Merangkai kebaikan di sepanjang catatan keberjarakan tentang hikayat perkawanan kita yang selalu ringkas dalam kenangan namun abadi dalam catatancatatan lain di luar sana. Aku hanya bisa merapalkan doa semoga kelak kepergianmu tetap membawa manfaat dan maslahat seperti halnya hujan yang selalu bersetia menumbuhkan pepohonan dan tetumbuhan yang kelak darinyalah saripati kebaikan tetap bisa kita rengkuh dalam jarak panjang ketakberhinggaan yang bertualang.

6


Bila Abadi Surat 2 Taman

Nis, adakalanya kita masih bisa memandang jejak juga tapak yang tak pernah sengaja kita tinggalkan di taman ini. Menyusuri rindu di sepanjang doa-doa yang bersitahan membersamai. Memeluk begitu erat setiap pertanyaan, jawaban juga ikhtiar panjang kita tentang soalan-soalan sederhana yang saling membuka sebagian sebab juga kata-kata tentang kapan dan dimana kita akan merumuskan setiap rengkuh kebaikan ini. Menawarkan alir kesunyian dalam sebagian pertanda tentang apa yang mesti kita ringkas ketika pertemuan dan perpisahan menjadi semacam jalan yang centang perentang tepat di hadapan kita. Saling memeluk hingga akhirnya kita kembali dalam diam. Mempertemukan hari-hari lapang ketika dakuan-dakuan kita atas keabadian menjadi semacam tafsir yang menolak setiap bentuk kesedihan. Menunjuk lalu mengabadikan catatan-catatan tentang lusinan kebermaknaan dimaan kepulangan menjadi seperti rindu. Nis, aku ingin kita tetap menjadi masing-masing. Merawat tiap-tiap kabar dimana perjalanan-perjalanan lapang adalah doa yang tidak pernah selesai kita rapalkan. Menjaga lalu memeluk kita ketika di awal dan akhir kita sama-sama mengerti bahwa perpisahan begitu karib menyapa setiap jalan pertemuan kita. Mendekat lalu kembali menyederhanakan amsal-amsal lain dalam hidup ini. Memetakan kepulangan di barisan panjang perjalanan yang menanti kita untuk 7


Aldy Istanzia Wiguna tetap bersitahan dan sabar dalam memahami arti perjalanan hingga perpisahan. Membiarkan jarak tetap menjauh namun hati kita dan segala kenangan tentangnya tetap mendekat. Mengkaribkan setiap perjalanan dalam ikhtiar panjang kita tentang sekawanan rasa juga alir kebaikan lain yang berhitung dalam diam. Mencipta amsal demi amsal dimana gerak perjalanan adalah jawaban sederhana yang tak pernah usai mengakrabi kerinduan dalam setiap doa panjang ini. Nis, aku doakan semoga engkau bisa pulang dan mengabdikan apa yang kau dapatkan di tanah perantauan itu. Menjadikan penjelas ketika sekolah tetap menjadi taman yang menyenangkan. Taman yang kelak kau kenang sebagai tempat segala kebaikan bermula. Tempat senyum paling tulus pernah diabadikan ketika pada satu dua jarak kebaikan ada yang mendekat dalam diam. Memetakan hari-hari lapang dimana perjalanan adalah ingatan paling sederhana tentang tenun kebaikan yang merentang panjang. Membahasakan satu dua alamat perpisahan dalam doa-doa lapang tentang kita yang akan saling menjaga meski jarak berjauhan. Tetaplah menjadi dirimu yang sederhana, terbuka juga tetap menjadi pribadi paling mengagumkan ketika akhirnya semesta mendukung jalan panjang impianmu. Ingatlah, bahwa pada saatnya nanti langkah-langkah itu akan saling menguatkan juga merekatkan. Langkah yang kelak akan diuji ketika kita sama-sama paham bahwa menuntut ilmu lebih menggoyahkan hati daripada pergi menuju medan perang. Ya, sebab ada gerak yang kelak meneguhkan bahwa itu semua ialah perjalanan.

8


Bila Abadi Surat 3 Bangku

Ri, pada amsal-amsal lain kita pernah belajar tentang bangku yang bergegas ditinggalkan. Mencatat lalu mengabadikan sebagian rasa dimana perjalanan-perjalanan lapang ini adalah doa yang tetap setia menemukan rumahnya untuk pulang. Menenun jalan lain dimana ia tetap mengabadikan perhitungan-perhitungan menakjubkan atas angka-angka sederhana yang melompati perjalanan bahagia. Saling merayakan sembari sesekali menggenapkan amsal-amsal yang tiada di sepanjang perjalanan. Menemukan bahasa belukar ketika dalam sebuah perayaan kita masih menemukan bangku-bangku kosong yang ditinggalkan begitu saja. Mencari lalu mencatat dalam diam ketika fragmen-fragmen keterasingan hanyalah doa yang tetap saja setia memeluk setiap lakon impian kita. Mewujudkan bahagia pada amsal sederhana ketika keterangan-keterangan saling berhimpun mempertanyakan kapan dan dimana kita akan lantang bersuara. Ri, ada masanya untuk kita memilih jalan mana saja yang bisa kita tempuh ketika senarai doa-doa mendekatkan kita kepada-Nya. Saling bersitahan sembari mengendapkan makna dalam gempita juga gemerlap perjalanan yang sejatinya menjadi alasan-alasan asing tentang kapan dan dimana ia akan menguji kita. Menunjuk setiap perjalanan dimana catatan-catatan lapang tetap mendaku kita agar tetap terbiasa mengabadikan jalan-jalan lain menuju-Nya. Tentu, 9


Aldy Istanzia Wiguna kita akan sama-sama mengingat, mengupayakan, lalu berusaha agar bisa menghadirkan kebaikan-kebaikan lain di sepanjang perjalanan itu. Menemukan aneka makna tentang belukar perjalanan dalam doa-doa yang direntang bersama, lalu dirapalkan dan diabadikan di setiap muasal kebaikan yang menunjuk perayaan-perayaan lain dan keterasingan yang tetap setia membersamai. Membaca hingga kita saling mengembalikan pada beberapa amsal keabadian sendirian. Ri, tentu engkau akan mengerti bahwa perjalanan-perjalanan sunyi ini akan tetap mendekatkan dirimu. Mendaku sebagian muasal dan perayaan-perayaan membahagiakan ketika langkah pertamamu itu tetap bersetia menguji kebaikan. Menukar bayang-bayang yang tak pernah bias ketika akhirnya gerak demi gerak kebaikan menjadi satu dari sekian banyak perasaan yang menyederhanakan. Pulang dan tetap bersitahan dalam doa-doa lapang dimana perjalanan kita adalah catatan penyederhanaan tentang waktu yang mengikat dan saling melepaskan rindu juga doa-doa. Mengingat betapa panjang dan ringkas perjalanan yang nanti akan kita lalui bersama. Menulis pucuk-pucuk harapan dimana semesta adalah dakuan yang takkan pernah usai membayangkan betapa ajaibnya hidup yang kita jalani sendiri. Merumuskan ulasan-ulasan lain tentang gegap gempita hari dalam bayang-bayang pelajaran yang kelak mengembalikan dirimu dengan sempurna. Berhitung dalam setiap tautan ikhtiar yang kelak mengembalikan nama-nama untuk mencatat siapapun kita dalam diam di sana. Lalu kembali menjadi cahaya benderang di hari ini.

10


Bila Abadi Surat 4 Labirin

Sa, aku terkenang perjalanan-perjalanan lain yang kelak akan kita tempuh. Perjalanan yang tak pernah bisa diukur dengan kata-kata juga kalimat perpisahan yang menyederhanakan setiap rumus juga jalan pertemuan. Mengabadikan perasaan-perasaan lain ketika ada diantara kita yang memutuskan pulang mencari cahaya pada setiap labirin ujian di depan mata. Membiarkannya tetap tenang lalu kita dan kata akan berbaris menggenapkan catatan-catatan sederhana di ujung sana. Merapikan keterasingan lalu merawat amsal-amsal lain dalam dakuan-dakuan tentang mereka yang mencatat keajaiban kita kelak. Memanusiakan alasan-alasan lain yang bertumbuh pada tiap doa yang tak pernah usai kita rapalkan. Lalu bertumbuh menjadi satu dua catatan keniscayaan yang sama-sama mengabadikan riak makna dalam temali pencarian yang tak pernah selesai untuk kita tandai hingga ujung dari setiap muasal ialah kebaikan yang abadi. Sa, dalam tenun doa-doa aku ingin mengajakmu membayangkan hari-hari lain di luar sana. Hari yang dulu pernah merekam setiap jejak pengabdianmu, jejak pembelajaranmu, juga jejak tentang apa dan siapa yang mengutuhkan dirimu sebagai manusia sejati di hari ini. Jejak yang kelak membuat dirimu tetap bercahaya dalam satu dua jalan pengharapan yang bertumbuh dan bahagia. Menemukan jalan-jalan lain dimana kesunyin adalah pertanda yang bertualang 11


Aldy Istanzia Wiguna dan menyederhanakan keberangkatan kita. Mempertemukan setiap hakikat untuk mempertanyakan jawaban-jawaban tentang cara dan ingatan sederhana dalam lawatan pencarian kita kemudian. Tetap menjadi muasal keberangkatan dimana kebaikan dan keburukan masih sibuk memperebutkan tempat di jalan-jalan panjang hingga keterasingan yang tetap membaca dakuan-dakuan kita. Menetap lalu membayangkan masing-masing amsal yang kini tetap abadi. Sa, tentu akan ada masanya untuk kita saling mengenang. Menitip dan menanyakan kebaikan-kebaikan lain dalam hidup ini. Pulang lalu menafsirkan keberangkatan dimana dakuan-dakuan kita atas kapal kepulangan masih saja mencatat beberapa ejaan tentang apa yang patut kita perjuangkan dalam hidup yang singkat dan juga ringkas ini. Merapalkan tautan-tautan lain dalam doa-doa panjang yang bersambung kepada-Nya. Meluruskan tiap jejak langkah dan hitungan-hitungan sederhana tentang angka-angka yang kembali mengajarkan kita untuk tetap menjadi pribadi yang rendah hati dan tulus mengeja kebaikan-kebaikan di sepanjang perjalanan itu. Dan kita akan tetap memetakan kemudahan, menafsirkan perayaan, lalu bertualang menyimpulkan tenun kemenangan. Menggerakkan hati untuk saling mengabadikan diri sendiri. Melipat keberjarakan juga dakuan-dakuan sederhana tentang kapan dan dimana kita akan saling merumuskan diri. Mencatat segala bentuk tualang dimana awal dan akhir perjalanan menjadi ketersambungan yang tak akan pernah putus meski kita tahu jarak pertemuan ialah perpisahan.

12


Bila Abadi Surat 5 Teman

Id, pada akhirnya perjalanan-perjalanan itu akan semakin utuh di ujung harimu. Melepas lalu mengembalikan serangkaian tafsir atas dakuan-dakuan lapang yang menunjuk keberhasilan. Merahasiakan apa yang berangkat dalam diam. Menafsir kemudahan-kemudahan pada setiap jejak tentang keterangan dan ketenangan yang kembali meringkas alasan-alasan lain dalam hidup yang demikian sunyi ini. Saling mendaku hingga mengembalikan alasan sederhana ketika ada isyarat demi isyarat yang utuh mempersatukan dua perasaan menjadi satu. Abadi dalam doa-doa panjang yang saling merangkul ketika akhirnya perjalanan-perjalanan itu menemukan ujungnya. Lalu, ada yang bersitahan membersamai kebaikan-kebaikan lain di hidup ini. Memudahkan serangkaian pertanda dimana keajaiban dan keniscayaan menjadi semacam alamat akhir atas ikhtiar tanpa jeda yang merumuskan tualang-tualang lain untuk bersama kini. Id, bilamana hidup menunjukkan kebaikan-kebaikannya kepadamu. Aku ingin engkau tetap bersyukur dan rendah hati terhadap orangorang di sekelilingmu. Menjawab lusinan pertanyaan ketika angka demi angka berderet mengabadikan kebaikan-kebaikan utuh dalam diri sendiri. Menjawab sebagian pertanyaan dimana dakuan-dakuan kita adalah jawaban panjang yang melapangkan segala kebaikan di ujung sana. Merayakan hari-hari menakjubkan dalam doa-doa kita 13


Aldy Istanzia Wiguna yang tak kunjung usai dirapalkan. Menjadi bagian dari kebaikan di sepanjang perjalanan keterasingan yang menyemarakkan hari-hari kita untuk mendekat dan mendaku sebagian kemenangan di ujung perayaan yang mengembalikan tautan-tautan penuh makna ketika akhirnya akad terucap dalam sebaris doa sederhana yang kembali mengantarkanmu untuk tetap berbahagia bersama. Merangkai apa saja yang bisa dirangkai ketika keajaiban-keajaiban itu tumbuh. Id, kelak kita akan sama-sama menyuarakan bahagia dalam dada. Utuh membayangkan hari-hari asing yang kembali melingkupi apa saja yang berangkat kemudian di depan sana. Saling merangkul dan melengkapi hakikat-hakikat ketakberhinggaan dalam segala dakuan tentang perjalanan-perjalanan lapang di hari kemudian. Mencipta lalu mengabadikan sebagian tenun kebaikan untuk merahasiakan apa yang kembali membersamai kata. Menikmati hari-hari panjang yang melapangkan, merumuskan ketiadaan lalu meramu bahagia agar kelak ia tetap utuh membersamai. Mencatat lalu menafsirkan ruang-ruang lain yang mempertemukan senandung kebaikan dalam segala doa tentang bahagia bersamanya. Menikmati catatan demi catatan ketika akhirnya pertautan itu semakin melapangkan setiap rancang bangun kebaikan yang telah disusun bersama. Aku tahu, akan ada banyak rasa yang berhimpun membersamai. Menikmati bayang-bayang kebaikan dimana perjalanan adalah senarai rindu yang tak pernah kunjung selesai untuk dituntaskan. Lalu kembali berjalan dan meniadakan hari-hari genap dalam doa-doa sendiri.

14


Bila Abadi Juru Dongeng

Aldy Istanzia Wiguna, lahir di Bandung, 20 Maret 1991, telah menyelesaikan pendidikan akhirnya di Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Bale Bandung. Dan kini menjadi staf pengajar di Pesantren Persatuan Islam 20 Ciparay sebagai guru bahasa Indonesia. Beralamatkan di Jln Moch Ramdhan RT 05/12 Desa Mekarsari Ciparay Kab. Bandung Jawa Barat 40381. Karyanya tergabung dalam 48 buku antologi dan 12 karya solo, diantaranya Sebenar Ayah, Di Saat Sempit dan Lapang (GP Publishing, 2013), Kepada Tuan Sapardi (Kaifa Publishing, 2013), Karena Kita Adalah Hujan (Nulisbuku, 2013), Perempuan Yang Berjuang (Camar Publishing, 2013), Pada Hujanlah (Pustaka Hamazah, 2014), Tembang Sebelum Pulang (Nulisbuku, 2014), Pada Sebuah Alamat (Nulisbuku, 2014), Sihir Hujan (Makna Publishing, 2014), Hikayat Pergantian Musim (Infinite Publisher, 2015), Surat Untuk Presiden (Nulisbuku, 2015), Hikayat Buah Apel (Reybook, 2016), Dunia Lengang (Nulisbuku, 2016) dan Hanya Isyasat (GP Publishing, 2016).

Beberapa karya lainnya sedang dalam proses terbit. Penulis bisa dihubungi via facebook melalui akun Aldy Istanzia Wiguna, atau melalui akun twitter di @puisi21, atau melalui blog di huruftakselesai.wordpress.com

15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.