Aldy Istanzia Wiguna
Sajak Kalah -manuskrip puisi-
Aldy Istanzia Wiguna
SEPILIHAN SAJAK
2
Bahagia
|3
Mengalah
|4
Menang
|5
Pulang
|6
Bayang
|7
Doa
|8
Hujan
|9
Duka
| 10
Luka
| 11
Kawan
| 12
Lelah
| 13
Tenang
| 14
Sajak Kalah Bahagia Aku bahagia pada alasan-alasan sederhana tentang temaram. Lalu pulang menyudutkan kata ketika sepilihan narasi kemenangan tetap kita bayangkan pada sudut-sudut kekalahan di ujung mata. Pulang lewat alasan-alasan yang bersitahan ketika perayaan hanyalah isak tangis yang mengiringi perjalanan. Meringkas segenap tanda dalam beberapa makna membahagiakan. Hingga, pad akhirnya kita akan kembali mewasiatkan diri untuk menggenapkan doa-doa yang tak kunjung selesai kita rapalkan sampai hari-hari bahagia itu tiba. 2016
3
Aldy Istanzia Wiguna Mengalah Tengah kita upayakan menjelaskan kabar dimana mengalah tetap kita pilih. Mengalirkan sulur-sulur bahagia pada beberapa sebab tentang doa-doa yang menjelma jeda tanpa leka. Merumuskan satu alasan sederhana dimana tualang adalah kebencian yang menulis dan merumuskan beberapa kabar sederhana. Mencatat kesahajaan kita tentang kapan dan dimana serta baik dan buruk hingga akhir dari setiap pertanyaan hanyalah jawaban sederhana yang kemudian pulang membariskan lenguh panjang mengartikan satu catatan. 2016
4
Sajak Kalah Menang Ia menang ketika hidup tetap tidak adil padanya. Mencium bau bebungaan dimana perayaan-perayaan tanpa batas membuat dia asing hingga akhir tualang mengajarkan kebaikan itu. Mencatatkan masing-masing amsal dimana jeda tanpa duka adalah kenyataan yang membuat masing-masing perjalanan bahagia. Menafsir setiap bacaan dimana lompatan bahagia adalah pelajaran yang tidak akan pernah selesai untuk memukimkan jeda sejenak. Bersitahan pada masing-masing tanggal yang tetap mengasingkan diri kemudian. 2016
5
Aldy Istanzia Wiguna Pulang Aku pulang membawa setumpuk kekalahan. Membaca pelajaranpelajaran usang ketika lisan tak lagi berucap manfaat. Menuliskan hikayat asing dimana pelajaran-pelajaran berikutnya adalah angin yang menyepi pada beberapa ruang kebaikan. Menarasikan entah hingga perjalanan-perjalanan tanpa ruang adalah kita yang masih mengeja indah di ujung kemenangan. Menuakan masa silam dalam beberapa catatan tentang kekalahan yang membuat kita mengerti bahwa untuk menjadi seperti itu kita tetap belajar dalam sunyi. 2016
6
Sajak Kalah Bayang Ada yang melangkah mundur menuutpi bayang-bayang sendiri. Lalu memerdekakan resah, melawan tualang-tualang genap pada masing-masing masa sederhana. Melangkah sendiri tanpa ada lagi bayang-bayang kabar yang dimaknai sendiri. Melawan setiap duka lalu membayangkan sejenak tentang hidup yang selalu riuh untuk sama-sama kita abadikan nanti. Bersitahan pada tautan tenang di sepanjang alasan-alasan suara tentang meringankan langkah hingga akhir perjalanan tetap membebani duka dalam satu kenangan. 2016
7
Aldy Istanzia Wiguna Doa Kita akan tetap bersuara lelah sembari berbisik saat sujud tetap ditegakkan. Melawan beragam makna dimana perjalanan panjang di ujung pelajaran adalah muasal keberanian. Mengutuhkan doadoa di sepanjang bebayang harap yang memuasalkan tanda pada masing-masing jarak tanpa detak. Melawan keresahan untuk tetap berpulang menafsirkan tualang dalam keindahan hidup kita nanti. Bersitahan membacakan kemenangan hingga akhir kekalahan pada masing-masing doa yang berbisik untuk selalu dikuatkan nanti. 2016
8
Sajak Kalah Hujan Ia turun ketika luka ini tak kunjung mengering. Menafsir setiap alasan dimana catatan tentang nyeri masih saja membekas di sana. Belajar untuk bersitahan pada masing-masing relung dimana kata dan kita adalah utusan menyederhanakan kenangan. Mengalahkan rasa untuk sama-sama mencatat bahagia di kemudian hari. Tetap menggenapkan bahagia, membayangkan kemenangan, lalu pulang membawa kekalahan ketika hujan pertama turun di ujung catatan. Menyendiri pada masing-masing ruang yang kelak berbahagia. 2016
9
Aldy Istanzia Wiguna Duka Ada yang menangis sebab lawan lebih kuat dari kita. Merenung dan terlelap ketika jalan kekalahan mesti ia tempuh. Tertunduk di sepanjang simpul ketika belajar tetap mengutuhkan kita agar samasama menguatkan kemenangan. Belajar untuk tidak menyerah di ujung kata-kata yang menyimpulkan kebaikan. Lalu menarasikan keberangkatan, memuasalkan beberapa jeda, bertualang atau kita tetap membahagiakan pada masing-masing rumus tentang siapa dunia. Melawan kekalahan lewat belajar yang tak kunjung usai. 2016
10
Sajak Kalah Luka Ada yang terluka menyimpulkan kemenangan di ujung jalan. Lalu meringkas alasan-alasan menyederhanakan tentang doa dan tafsir membanggakan. Melipat cahaya dalam dakuan semesta tentang kita dan kata yang sama-sama membahagiakan. Bersitahan pada setiap pembelajaran tentang mendaku bahagia untuk kembali melarung doa hingga akhir perjalanan kita tetap merayakan. Mengantarkan kehendak dimana perjalanan-perjalanan senyap adalah duka yang meminta dikembalikan pada senarai luka yang masih dikisahkan. 2016
11
Aldy Istanzia Wiguna Kawan Ia mendekat dalam bayang-bayang kesempurnaan. Lalu pulang ketika pada titik tertentu kita tidak pernah bisa kembali. Bertutur tentang alasan-alasan memudahkan yang mengembalikan hidup di sepanjang jalan kesunyian. Mengantarkan aneka rupa bahagia pada bebayang makna dimana perjalanan dan pelajaran adalah tentang kita menjadi kawan dan lawan. Membiarkan kegelisahan pada tiap ruang dimana kebaikan adalah bahasa sederhana yang kemudian tetap diberangkatkan sebelum akhirnya kita bertualang sendiri. 2016
12
Sajak Kalah Sejarah Aku diingat pada bayang-bayang asing di ujung jalan. Merdeka di sepanjang kemenangan tentang memberangkatkan bahagia lewat simpul dan senyuman. Memerdekakan resah dimana tualang dan masa silam hanyalah ingatan yang mampir sejenak. Kembali dari sisa-sisa usia paling tua, mengarak tanggal-tanggal penting, atau kita akan singgah pada beberapa bangunan tua tempat kejayaan masa silam sempat direkam. Menari dalam bahasa-bahasa terbaik di ujung perjalanan ketika aku tetap menjadi pelupa sendirian. 2016
13
Aldy Istanzia Wiguna Lelah Kita pernah merasa lelah ketika mengejar ketertinggalan ialah sebab yang mendekatkan duka. Mendoakan setiap kemudahan di sepanjang jalan yang menepi bersama. Mengutuhkan langkah pada beberapa catatan tentang sunyi yang tak pernah selesai menguji kita. Mengembalikan kebaikan-kebaikan di ujung masa silam dan catatan yang bersitahan bersama. Mendekat dalam beberapa doa di setiap kesimpulan ketika akhir perasaan adalah jarak yang kembali menjadi entah sebelum akhirnya tualang kembali kita abadikan. 2016
14