Ats-Tsabat Bulletin Jum’at Group KAMMI Lintas Generasi Edisi 7/09.13 http://azimah-notes.blogspot.com
Taujih: Buah Mengimani Hari Akhir K.H. Rahmat 'Abdullah (Ketua Yayasan IQRO Bekasi)
man terhadap hari akhir (kiamat) secara khusus diulang-ulang, baik dalam Alquran maupun Hadis. Kerap penyebutan itu terkait dengan penguatan komitmen untuk melaksanakan sesuatu atau untuk meninggalkan sesuatu. ''... jika berselisih tentang sesuatu, hendaklah kalian kembalikan itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir... (QS 4:59).
I
tidak ada waktu undur, tidak ada lagi sogok dan suap. Tidak ada lagi press release pemulas citra buruk.
Penyebutan Iman kepada Allah dan hari akhir, efektif bagi mereka yang percaya kepada Allah, Pencipta segala sesuatu dari tiada dan percaya kepada hari akhir, saat
AlQuran berulang-ulang mengantar harapan Rasulullah saw dan para sahabat jauh ke depan, bahwa kemenangan sejati akan mereka capai di akhirat nanti.
''Hari ini Kami tutup mulut mereka, dan yang berbicara kepada Kami adalah tangan-tangan mereka dan yang bersaksi adalah kaki-kaki mereka atas segala yang mereka kerjakan.'' (Qs 36:65). Karenanya, rangkaian amal terkait jenazah bukan hanya berdampak sosial, tetapi juga moral-spiritual.
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
1
Dengan iman terhadap hari akhir, seorang pejuang tidak kenal putus asa. Apa dan berapa saja pengorbanan di jalan Allah, ia sangat yakin akan catatan dan ganjarannya. Bahkan, AlQuran melarang mengatakan mujahid yang syahid di jalan Allah sebagai mati karena mereka memang hidup (QS 2:154/ 3:169). Demikianlah para rasul dan para pengikut tidak merasakan kepedihan dalam perjuangan. Kalau wajah seorang Yusuf AS, remaja yang tampan, telah membuat perempuan-perempuan di Mesir mengirisiris jari-jari mereka tanpa sadar, betapa keindahan surga dan kepastian janji Allah telah membuat para pejuang di jalan-Nya sama sekali tidak merasa rugi, kalah atau siasia. Sebaliknya, mereka yang menzalimi diri sendiri atau sesama harus segera ingat bahwa ada batas usia bagi kehidupan dan ada persidangan yang adil. Sesudah itu kebahagiaan atau kesengsaraan abadi.
Iman terhadap hari akhir menyuburkan sikap tanggung jawab. Mereka yang dipujiNya sebagai orang-orang yang ''... pagi dan petang bertasbih di rumah-rumah Allah'' adalah orang-orang yang tidak terlalaikan oleh aktivitas perdagangan dan jual beli, dari mengingat Allah, menegakkan shalat dan menunaikan shalat, ''Karena mereka takut akan hari saat berguncang-guncangnya hati dan penglihatan... (Qs 24:37).
Iman ini juga menghasilkan, memelihara, dan meningkatkan keikhlasan, keteguhan, dan semangat juang. Keberanian, kesungguhan dan optimisme adalah ciri khas mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir. 'Sesungguhnya yang akan memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat serta tidak takut kepada siapa pun selain Allah ....'' (QS 9:18). Penyiksaan terhadap keluarga Yasir RA sangat brutal, khususnya pembunuhan Sumayah, istri Yasir. Tak ada lagi yang dapat dilakukan selain berdoa dan berharap. Keluarlah kata bersayap Rasulullah, ''Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, tempat kalian berjumpa (esok) di surga.'' Sangat menyentuh dan membuat gairah takwa saat membaca atau mendengar ayatayat Hari Akhir, ''Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Pada hartaharta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.'' (Addzariyat: 14-19).
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
2
PEGIAT KULTURAL MALANG ANALISIS GERAKAN KOMUNITAS MAGMA MENGHAYATI GERAKAN BUMI-ISME KE LANGIT-ISME
Bismillahirahmanirahim “Aku di sini untuk melayani. Aku di sini untuk menginspirasi. Aku di sini untuk mencintai. Aku di sini
Pohon Bonsai MAGMA
untuk menghayati kebenaran.” --Deepak Chopra Hegemoni politik di setiap organisasi, institusi, sampai negara akan selalu menghasilkan konflik internal maupun eksternal. Konflik selalu kita pandang sebagai indikasi
sebuah
keruntuhan.
Bahkan
ada
yang
mengatakan konflik akan membuat kita pecah. Namun, apabila kita bisa memandang konflik dari sisi lain, maka akan kita temukan berbagai macam manfaat. Asalkan managemen konflik tersebut tetap hidup di dalam organisasi. Beberapa perusahaan besar justru memelihara konflik dalam membangun organisasinya untuk menghasilkan strategi yang signifikan. Exxon mobile dengan kebijakannya “Healthy Disrespect” memanfaatkan konflik untuk menguji setiap strategi yang akan dilaksanakan hingga setiap celah dapat diatasi, minimal diantisipasi. Disinilah, terdapat celah yang dapat kita gunakan untuk memutarbalikkan peran konflik dalam hegemoni dunia politik saat ini, khususnya dalam dunia KAMMI. Kita mengenal Magma adalah komunitas intelektual yang aktif menggerakkan kaderkader KAMMI Malang Raya untuk kritis dalam memandang wacana politik dan kondisi internal KAMMI. Komunitas Magma selalu mengekspos peran kulturalnyaguna menjadi jembatan yang akan menyemaikan dinamika politik di tubuh KAMMI dan
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
3
selalu tanggap memberi reaksi ketika tidak ada wadah yang dapat menampung aspirasinya. Tetapi beberapa orang justru menganggap Komunitas Magma adalah sebuah ancaman yang harus dimusnahkan. Tidak penting dan membuang-buang energi belaka. Bagi penulis, ini sangatlah ironis. Sebab, pernyataan itu muncul tanpa adanya telaah mendalam, tabayun, dan melihat semua dari sisi-sisi yang mungkin tidak bisa dilihat. Komunitas Magma Dibonsai! Komunitas Magma sebagai bagian dari pegiat diskusi forum KAMMI kultural bagaikan pohon bonsai yang tumbuh dan dipotong oleh tuannya. Ironis sekali ketika para pemimpin KAMMI tidak bisa melihat Magma sebagai ruang untuk menyemarakkan dinamika politik KAMMI. Sehingga, konflik internal dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk menanggulangi atau mengantisipasi konflik eksternal yang ada. Sebuah peluang yang dapat dijadikan metode “Healthy Disrespect� dalam kemantapan sebuah organisasi. Penolakan terhadap eksistensi kekritisan Komunitas Magma tampak jelas terlihat di group facebook Kader KAMMI se-Malang Raya. Kekritisan dinilai sebuah penolakan dan ketidakpatuhan seorang Jundi (red:bawahan) terhadap Qiyadahnya (red:atasan). Bahkan ada yang membuat pernyataan “Perlu diadakan Training Kejundian selain daripada ke-Qiyadahan�. Tragisnya, yang menyatakan hal tersebut adalah salah seorang pemegang kebijakan dalam tataran KAMMI Malang. Seorang kader harus dilatih untuk menjadi bawahan. Begitukah? Bukankah latihan kepemimpinan dilaksanakan guna mendidik managemen diri dan organisasi, melatih bagaimana harus menyelesaikan konflik, membuat SWOT, melatih berkomunikasi, dan menjadi pemimpin di manapun kita berada. Pelatihan kepemimpinan bertujuan agar kita mampu menjadi pemimpin untuk diri sendiri sekaligus menjadi pemimpin untuk umat dan dengan jelas mengetahui kapan harus bertindak sebagai jundi dan kapan bertindak sebagai qiyadah. Itupun tanpa harus memberangus kekritisan seorang kader!
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
4
Barisan Kultural = Barisan Sakit Hati? Kini, kita mengenal terminologi kultural dan struktural. Ada yang mengatakan barisan kultural itu barisan “sakit hati”. Mereka yang menyebut begitu, kadangkala tidak berpikir “Mengapa mereka sakit hati?” Pertanyaan itu wajib diselesaikan dan dituntaskan sampai ke akarnya. Ya kalau tidak bisa minimal bisa terhapuslah istilah itu. Ada sebagian kelompok yang menunggu Komunitas Magma untuk berkontribusi di dunia nyata dan tidak hanya aktif dan mengkritik di dunia maya. Hal itu ditanggapi langsung oleh anggota besar Komunitas Magma dengan mengadakan bakti sosial di Malang Selatan. Dana yang diperoleh dikumpulkan dari beberapa donatur dari malang dan sekitarnya untuk melakukan aksi sosial kepada masyarakat. Hal ini tidak bisa dianggap remeh dan kecil. Dengan adanya kembali Departemen Sosial Masyarakat (Sosmas) yang sempat hilang di KAMMI Malang periode sebelum 2013, dan adanya kader Komunitas Magma yang mengisi pos tersebut menjadi awal terobosan menjaga keharmonisan pengurus KAMDA lama (red:struktural) dengan yang baru (red:kultural) sehingga tidak ada lagi yang namanya “barisan sakit hati” dalam tubuh KAMMI. Semua Konflik harus dimainkan dan dimanagemen dengan indah dan harmonis. Dengan terpilihnya Rizal Faizin Rahman sebagai Ketua Umum KAMMDA Malang, penulis berharap KAMMI Malang Raya dapat mewujudkan cita-cita KAMMI yang telah dirumuskan dalam Musyawarah Daerah 2013 (Musyda) dan cita-cita semua kader KAMMI se-Malang Raya. Komunitas Magma akan terus aktif untuk menyemaikan budaya kritis dan analitis kader KAMMI Malang Raya apabila KAMDA tidak dapat mengisiThe Empty Room of Club (ruang kekritisan kader). Bukan hal kecil dan bukan sesuatu yang mudah dicapai. Namun, asal dilakukan azzam dan kerja keras InsyaAllah tidak ada yang tidak bisa dilakukan, seperti yang pernah diungkapkan Ust Rahmat Abdullah :
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
5
Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam kehidupan di jalan dakwah Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja Tentu kita tidak akan mendapatkan ganjaran yang hebat Di situlah letak hikmahnya Yakni bagi seorang da'i harus sungguh-sungguh dan sabar Dalam meniti jalan dakwah ini Perjalanan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang lemah, dan Pengorbanan yang sedikit
Alhamdulillah, Astaghfirullahall’adzim, subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa Anta, astaghfiruka wa’atubuilaika~ Malang, 20 September 2013 Rizky~Jund
Editor : Alikta (pegiat kultural KAMMI Daerah Solo)
Ats-Tsabat dan Gerakan Kultural
T
ak ada zaman yang lahir dari stagnasi pemikiran. Arus gagasan itu melekat dalam ruang waktu kesejarahan, lahir dari gagasan genuine para pemikir yang mengelaborasi pengetahuan yang diperolehnya dari pengajaran dan sumber asing dengan kondisi bangsa yang mulai menemukan kesadaran kebangsaannya. Tak terkecuali bagi ruang waktu kesejaharan sebuah bangsa bernama Indonesia.
Pegerakan politik yang berlangsung dalam lintasan sejarah itu telah melahirkan landasan ideologis yang ternarasikan secara dinamis dalam tulisan-tulisan yang lahir dan menjadi ruh pergerakan baru di zamannya, dimulai sejak Tirtoadhisoerjo tahun 1903 menerbitkan Koran sendiri (Medan Prijaji, Potri Hindia dan lainnya). Dilanjutkan dengan Tjokroaminoto yang mengkritik adat berjongkok di hadapan pemerintah Hindia dan Kasunanan,
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
6
Soewardi Soerjaningrat yang mengecam perayaan ulang tahun kerajaan Belanda dalam tulisannya yang masyhur, Als ik eens Nederlander was (Seandainya Saya Seorang Belanda), serta tulisan Misbach yang mengecam kapitalisme dengan mengumandangkan panggilan jihad guna melawan penindasan terhadap kapitalisme. Gagasan melalui media massa itu menjadi archetype pergerakan setelahnya, menjadi ruang kontestasi kaum intelektual dimasanya dalam menyuarakan kritiknya akan budaya lama yang berkembang serta menyuarakan dengan lantang gagasan perubahan dan modernisasi. Tulisan-tulisan yang lahir kala itu adalah lambang artikulasi perjuangan kaum pergerakan, wujud ekspresi kultural kaum intelektual bumiputera melawan kolonialisme sekaligus menemukan rumusan ideal bagaimana perjuangan itu mestinya dilakukan. Maka tak pelak, perang gagasan, pertempuran wacana, dan konfrontasi pemikiran menjadi hal yang lumrah terjadi. Sikap berani menyuarakan gagasan itu, oleh Tjokro, disebut sebagai sikap ksatria: Ksatria yang melawan adat yang mengikat, demi terciptanya tatanan ideal sebuah pemerintahan yang ayem-tentrem dibawah pemerintah yang berkuasa. Term „ksatria ala Tjokro‟ yang kemudian mendapat kritik dari Marco. Baginya, konsepsi mengenai satria sejati adalah ia yang tanpa takut sedikitpun menyuarakan isi hatinya, menyerang segala sesuatu yang salah berdasar apa yang ia yakini dan
mengumandangkannya tanpa tedeng alingaling. Maka tak heran, beberapa orang yang menyuarakan „gagasan‟ dan „kritiknya‟ dengan lantang itu harus menjalani pembuangan di tanah asing agar supaya ketentraman dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Di era kini, kritik dan gagasan pembaruan bukanlah hal yang tabu. Sayangnya pertarungan pikiran dan konfrontasi ide seolah menjadi hal yang dihindari, karena dirasa tidak relevan, dianggap hal yang siasia, serta mengarahkan diri pada absolutisme dan totalitarianisme. Ats-Tsabat, bulletin sederhana ini, hadir bagi pembaca sekalian untuk menjadi bagian dari wujud ekspresi kultural para kader KAMMI mengekspresikan gagasannya secara tertulis, menjadi catatan sejarah bagi perjalanan panjang organisasi yang kita cintai bersama ini. Karena kami meyakini, pertarungan pikiran dan konfrontasi ide bukanlah hal yang tabu, kedua hal tersebut adalah proses pendewasaan menuju kematangan organisasi. Sebuah ikhtiar agar kita tak terjebak pada kemandulan pikir dalam setiap aksi.
-Redaksi Bulletin Ats-Tsabat-
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
7
GALLERY Poster DM1 Karya Kader Terbaik KAMMI
KAMMI Kom. Juanda
KAMMI Kom. Uin Suka
KAMMI Kom. UNS
KAMMI Kom. UNJ
Bulletin Ats-Tsabat/ Edisi 7/09.13
8