Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

Page 1


Judul: Dari KAMMI untuk Kampus, Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

Penulis: Kader KAMMI Sholahuddin Al Ayyubi UNS

Editor Alikta Hasnah Safitri

Desain Cover: Hisyam Latif

Buku ini diterbitkan secara mandiri oleh Tim Medkominfo Kammi Uns 2014

Penerbit: Kammi Uns 2014 www.kammiuns.org FB: Kammi Uns Twitter: @KAMMI_UNS 2


Pengantar Menjadi admin website KAMMI Komisariat Sholahuddin Al Ayyubi selama dua tahun terakhir membuat saya berkesempatan membaca satu demi satu tulisan-tulisan kader KAMMI ini sebelum dipublikasikan secara masif ke hadapan para pembaca setia website KAMMI UNS (kammiuns.org). Pada suatu kesempatan, saat saya tengah membaca kembali naskah-naskah yang telah terbit secara online tersebut, saya menemukan suatu dorongan untuk menghimpun tulisan-tulisan kader yang terserak menjadi satu kesatuan utuh yang padu. Bukan hanya sebagai pembuktian pada khalayak bahwa intelektualitas dalam tubuh KAMMI hidup dan tumbuh subur, tapi juga dengan harapan besar bahwa kompilasi naskah ini mampu memberikan sumbangan ide dan gagasan pada bangsa Indonesia sesuai dengan solusi Islam yang kami yakini sebagai tawaran perjuangan. Ragam tulisan yang terserak ini lahir dari kader yang dibesarkan dalam rahim KAMMI, lebih spesifik lagi KAMMI UNS. Meskipun besar dari kultur yang sama, corak pemikiran kader ternyata tak selalu seragam. Dialektika yang terjadi antar sesama kader layak menjadi bahan pembelajaran yang berharga. Bukan hanya agar kita menerima perbedaan, tetapi agar kita terus mendorong 3


lahirnya warna-warni gagasan dari setiap kader tanpa memandang jenjang marhalah maupun tahun angkatan. Gagasan-gagasan yang dihimpun dalam buku ini saya kategorikan dalam tiga tema besar, yakni: Mahasiswa Muslim Negarawan, Membumikan Misi Profetik, dan Menuju Indonesia Madani. Mahasiswa Muslim Negawaran berisi gagasan kader terkait interpretasi atas tafsir status dan peran mereka sebagai mahasiswa, lebih khusus lagi mahasiswa muslim yang memiliki kesadaran kolektif sebagai kader umat sekaligus kader bangsa. Meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal menjadi titik pijak para kontributor buku ini memandang problematika umat yang berkembang di dunia. Mereka mencoba mengurai titik pangkal segala persoalan yang kini dihadapi umat sekaligus memetakan solusi atas permasalahan tersebut sebagai upaya membumikan misi profetik yang telah diwariskan oleh suri tauladan utama, Rasulullah saw. Sebagai way of life yang syumul, Islam dipandang mampu menjadi solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi bangsa. Para kontributor buku ini telah membuktikan bahwa tak ada sekat antara Islam dan negara dengan memberikan ragam perspektif tentang politik, kebangsaan, hingga kepemimpinan yang amat menarik untuk dikaji secara mendalam.

4


Mudah-mudahan, kompilasi tulisan ini mampu menjadi saksi bagaimana kader-kader KAMMI merumuskan ide dan gagasan mereka yang terbingkai dalam semangat keislaman dan keindonesiaan. Tentunya, dengan dijiwai prinsip dan paradigma gerakan KAMMI yang mengakar kuat dalam diri. Selamat membaca!

5


Daftar Isi

MAHASISWA MUSLIM NEGARAWAN 9 Generasi Baru, Generasi Pembaharu 10 Eko Pujianto

Mahasiswa Hebat? Yakin? 16 Alikta Hasnah Safitri

Kaderisasi, Refleksi Proyek Menata Peradaban 20 Cos Ma'arif

Melawan Keberpihakan Media Massa, Peran Generasi Solutif 27 Agus Suroso

Mengenal Muslim Negarawan 33 Alqaan Maqbullah Ilmy

Ammarism Kader KAMMI 39 Zulfikar Ali Ahmad

6


MEMBUMIKAN MISI PROFETIK 44 Melek Realitas 45 M. Fatihul Umam

Problematika Umat 48 Firdaus Zulfikar

Muslim Rohingya, Korban Kapitalis atau Korban Etnis? 52 M. Fatihul Umam

Muhammad, Bisnis dan Da’wah 56 M. Hasan Cahya

Muslim Wajib Kaya! 59 Hafidh Wahyu P.

Nasionalisme-Religius 66 Khalid Shibghatullah R.

Manusia, Dogma Spiritualitas, dan Hilangnya Ruh Peradaban 71 Firdaus Zulfikar

7


MENUJU INDONESIA MADANI 77 Pelacuran Intelektual Menjelang Pilpres 2014 78 Anggel Dwi Satria

Silence Is Betrayal 83 Chaerunisa

KAMMI dan Pemberdayaan Perempuan 89 Hartono

Sumpah Pemuda dan Mainstream Indonesiasentris 95 Alikta Hasnah Safitri

KAMMI: Geliat Pemerhati “Syariah” Sebagai Solusi Krisis Keuangan Global 102 Anggel Dwi Satria

Cukup Satu Saja! 107 Hasan Fahrur Rozi

Cukupkah Satu Saja? (Tanggapan atas Tulisan Hasan Fahrur Rozi: Cukup Satu Saja!) 111 Alikta Hasnah Safitri

8


MAHASISWA MUSLIM NEGARAWAN

9


Generasi Baru, Generasi Pembaharu Eko Pujianto

Setiap pagi di Afrika, seekor kijang terjaga Ia tahu, ia harus berlari lebih cepat dari singa tercepat atau ia akan mati. Dan setiap pagi seekor singa terjaga. Ia tahu ia harus bisa mengejar kijang terlambat atau ia akan mati kelaparan Tak peduli anda singa atau kijang. Ketika matahari terbit, Anda harus mulai berlari! (Cerita Rakyat Afrika) Apa yang teman-teman rasakan ketika status sosial kini telah beralih dari yang semula siswa, kemudian pengangguran (karena menunggu pengumuman penerimaan di Perguruan Tinggi), lalu setelah itu menjadi mahasiswa? Apakah anda bangga?

10


Sebagian orang mengatakan mahasiswa adalah manusia paling cerdas dengan segala talentanya sehingga bisa menyelesaikan masalah apapun di dalam masyarakat. Dan ini saya alami ketika saya kembali ke kampung halaman nan jauh di sana. Ada pula yang mengatakan bahwa dengan menjadi mahasiswa maka pekerjaannya di masa depan akan terjamin dan mendapat penghidupan yang layak. Ada pula yang mengatakan dari pada menganggur dirumah lebih baik jadi mahasiswa saja. Ya, ini bagi orang-orang yang kurang kerjaan. Apakah teman-teman juga merasa demikian? Atau malah biasa- biasa aja? Tetapi yang tidak bisa kita pungkiri bahwa memang dunia mahasiswa sangat berbeda jauh dengan dunia siswa/sekolah. Perbedaan itulah yang saya anggap sebagai suatu karunia atau kelebihan. Tetapi di satu sisi perbedaan itu juga merupakan kelemahan dari seorang mahasiswa. Jadi perbedaan itu ibarat koin logam, kelebihan dan kelemahan adalah dua sisi yang saling berkebalikan. Berawal dari sebuah perenungan malam di sudut tiang mushola sebuah pesantren mahasiswa, ketika kaki saya juga masih merasa awam dengan tanah pijak kota Solo. Kala itu saya sedikit ngobrol dengan beberapa teman baru dan coba membedakan kehidupan di masa SMA dulu dengan kuliah sekarang, sharing pengalaman dan berbagi cerita masa putih abu-abu. Mulai dari peristiwa itulah saya coba pikirkan sebenarnya perbedaan mendasar apa tentang kehidupan saya masa dulu dan masa kuliah sekarang.

11


Seiring berjalannya hari dan sudah beberapa bulan saya di kota solo sebagai mahasiswa berstatus anak rantau, akhirnya sampailah pikiran saya pada sebuah kesimpulan bahwa perbedaan mendasar antara mahasiswa dengan masa–masa sebelumnya adalah “Mahasiswa menentukan sendiri tentang DIRInya mau jadi apa.� Bahwa menurut apa yang saya pahami ketika kita menjadi seorang mahasiswa maka kita sendirilah yang akan mementukan akan jadi apa kita kelak dimasa depan. Mulai dari detik dimana kita menjadi mahasiswa akan banyak sekali rute hidup berupa jalan-jalan cabang yang ada didepan mata. Disitulah peran diri kita untuk menentukan sendiri jalan hidup kita. Kenapa saya katakan mahasiswa menentukan sendiri? Karena orang tua yang semula selalu memperhatikan pola belajar, menyuruh membaca buku, membangunkan saat pagi hari, mengingatkan untuk segera makan. Setelah menjadi mahasiswa, kini tidak akan kita jumpai lagi hal-hal tersebut. Guru mata pelajaran kita yang selalu memarahi kalau kita tidak mengerjakan PR, yang mencari kita saat kita tidak masuk sekolah, kini tidak ditemukan lagi. Kehidupan mahasiswa memang di tuntut untuk mandiri, kritis dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Mulai dari sinilah mahasiswa melatih dirinya untuk menjadi Pemimpin. Bukan tentang memimpin organisasi atau memimpin orang lain, tetapi tentang bagaimana memimpin dirinya sendiri. Mengarahkan akal, hati, dan tindakannya sendiri. Disinilah kelebihan menjadi mahasiswa, mereka bertindak merdeka tetapi mereka juga harus paham 12


aturan dan hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada lagi yang membatasi mereka akan jadi orang baik atau orang jahat, orang yang rajin atau orang malas, orang cerdas atau orang miskin ilmu, orang hebat atau orang biasa saja, orang yang berpengaruh atau orang yang kerdil, orang sukses atau orang yang tak pernah mau mencoba. Terserah pada dirimu sekarang, it’s all about you. Salah satu hal yang saya yakini sebagai prinsip hidup saya salah tentang tujuan saya hidup didunia ini adalah saya ditugaskan menjadi pemimpin di dunia oleh Tuhan saya. Maka dari itu saya katakan mahasiswa adalah fase pertama untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya (The True Leader). Kampus selain menjadi tempat mencari ilmu pengetahuan juga menjadi tempat yang kondusif dalam mencari hikmah yang bermanfaat bagi diri kita, tinggal bagaimana sikap diri kita terhadap hikmah tersebut. Ketika mahasiswa menyadari akan perbedaan hidupnya sekarang ini maka, seharusnya mereka harus segera mempersiapkan diri untuk siap memimpin dirinya sendiri. Apabila tidak, maka yang terjadi adalah sebaliknya, kebebasan itu justru menjerumuskan dirinya pada jurang kegelapan dan kegagalan. Inilah yang saya maksud sisi balik dari koin logam sebagaimana yang telah saya sebutkan sebelumnya. Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi inspirasi ketika kita baru saja menjadi mahasiswa, hal ini sudah saya buktikan dalam hidup saya, diantaranya: 13


o Buatlah mimpi,visi dan misi sejak awal, kalaupun sudah maka kuatkanlah visimu, jangan sampai goyah karena perbedaan keadaan. o Berburulah teman-teman yang baik, dan kalau bisa teman-teman yang senantiasa mengingatkan kita pada kebaikan,cari pula lingkungan tempat tinggal/kos yang kondusif karena pepatah lama mengatakan jika kamu berteman dengan tukang pandai besi maka kamu akan terkena sangitnya, dan itu saya yakini kebenarannya. o Carilah kakak tingkat atau senior yang kita pandang bisa memberikan pertimbanganpertimbangan ketika kita harus menentukan suatu pilihan atau paling tidak bisa kita tanyai tentang informasi-informasi kampus. Bisa dicoba dengan istiqomah mengikuti asistensi atau mentoring atau AAI atau mendekati kakak tingkat program studi. o Cobalah keluar dari ruang kelas kemudian ke tempat-tempat kegiatan mahasiswa atau organisasi mahasiswa, disana kita bisa menambah jaringan teman dan juga tentunya kita bisa melatih jiwa sosial, belajar dari kakak yang berpengalaman dan menginspirasi. Tidak menutup kemungkinan dengan kita ikut seperti ini kita bisa lebih cepat untuk mengabdi kepada masyarakat 14


atau minimal tahu permasalahan yang berkembang dalam masyarakat atau bangsa Indonesia. Mungkin terlalu panjang uraian saya semoga bisa bermanfaat. Pesan terakhir saya adalah bahwa ingatlah hidup ini hanya sekali dan kita sama-sama meyakini bahwa hidup ini adalah persiapan untuk kehidupan abadi kita setelah mati. Mahasiswa adalah pemuda yang merdeka sehingga mereka bisa menentukan sendiri arah hidupnya. Hiduplah dengan penuh makna dan jangan sampai tersia-sia. Terus bergerak. Ingat! Mahasiswa DIRInya mau jadi apa!

menentukan

sendiri

tentang

15


Mahasiswa Hebat? Yakin? Alikta Hasnah Safitri

Setelah melalui proses seleksi yang ketat dalam SNMPTN, akhirnya saat ini kalian akan segera menyandang predikat sebagai mahasiswa. Mahasiswa dalam tahap awalnya memasuki dunia kampus memiliki orientasi awal yang berbeda-beda. Ada yang menganggap kuliah sebagai keharusan penuntasan jenjang pendidikan, ada yang hanya mengejar ijazah sebagai orientasi karir di masa depan, ajang mencari jodoh, ada pula yang mengorientasikan kuliahnya demi penuntasan hasrat intelektual. Termasuk yang manakah diri kalian? Pertanyaan selanjutnya, sudah yakinkah kalian dengan jurusan/ program studi yang kalian pilih? Sebab, kalau kalian tak merasa cocok di awal, bagaimana bisa menjalani masa kuliah dengan penuh tanggung jawab? Ingat, masa kuliah tak akan seindah seperti yang disajikan di layar kaca. Kalian akan disibukkan dengan tugas kuliah, kompleksitas pergaulan dengan rekan kuliah, rekan organisasi, dosen, hingga masyarakat sekitar kampus. Tidak percaya? Merasa hanya kuliah hanya tentang diri kalian sendiri, atau paling banter ya tentang kalian dan orang 16


tua? Proses belajar yang akan segera kalian jalani bukan hanya menyangkut tentang diri kalian, tetapi juga ratusan juta rakyat Indonesia. Saat seleksi masuk perguruan tinggi, ada berapa ratus ribu siswa yang mendaftar? Berapa banyak yang diterima? Kasarnya, jika ada 800 orang yang mendaftar di program studimu, lantas yang diterima hanya 80, kalian pikir berapa banyak kawan kalian yang saat ini sedang berjuang menentukan arah? Dengan perbandingan keketatan tiap orangnya adalah 1:10, kalian memiliki tanggung jawab besar atas 9 orang yang gagal mendapatkan kursi di perguruan tinggi. Jika itu belum cukup, baiknya kalian cari tahu dari mana asalnya subsidi untuk uang kuliah kalian. 20% APBN yang dialokasikan oleh pemerintah untuk pendidikan, termasuk perguruan tinggi dan beasiswa pemerintah diambil dari uang rakyat, tidak peduli seberapa miskinnya ia. Ingat, 70% APBN negara kita berasal dari pajak. Siapa yang membayar pajak? Mereka adalah abang tukang becak, ibu penjual asongan, sopir bus, kenet angkutan umum, dan sesiapapun yang terkena wajib pajak. Ingatlah bahwa anonim manusia yang tak kalian kenal pun turut andil dalam penentuan masa depan kalian (tentu dengan asumsi bahwa dana pendidikan diambil dari pemasukan pajak dan non pajak). Maka, kalian tak hanya bertanggung jawab terhadap satu dua orang, tapi juga ratusan juta rakyat Indonesia. Di awal perkuliahan, hampir pasti kalian akan diingatkan dengan status keren kalian sekarang: (MAHA)SISWA. Organisasi mahasiswa akan mencekoki kalian dengan ragam label, dari mulai agen perubahan, moral 17


force, iron stock, dan lain-lain. Dosen akan mencekoki kalian dengan ragam tuntutan, bisa dengan optimisme ataupun skeptisisme. Kalian sendiri akan mulai membebani diri kalian dengan ragam pragmatisme dan oportunisme yang disajikan di bangku kuliah maupun angan-angan tentang lahan pekerjaan yang hendak kalian garap pasca lulus. Lantas, bagaimana wujud pertanggungjawaban kita pada ratusan juta anonim manusia yang telah meringankan beban kita? Masih enggan untuk serius dalam menekuni kompetensi keahlian yang kita pilih saat ini? Masih apatis untuk sekedar berbaur bersama rakyat dan berusaha memberdayakan mereka? Katanya menjadi mahasiswa artinya juga menjadi kaum intelektual. Ingat, terminologi intelektual bukanlah logika yang sifatnya pasti dan hanya memiliki tafsir tunggal. Namun secara umum, kata intelektual ditafsirkan sebagai kondisi dimana seseorang berkutat secara tekun dan serius pada ilmu profesionalnya, untuk selanjutnya mentranformasikan pengetahuannya sebagai bentuk peran sosialnya dalam menyelesaikan problematika umat. Kaum intelektual adalah sosok yang mencerahkan, demikian kata Gramsci. Konsekuensi logisnya, kaum intelektual wajib memberi fungsi pencerahan bagi orang-orang disekitarnya dengan kapasitas keilmuan yang mereka miliki. Mahasiswa yang terlanjur tercitrakan sebagai kaum intelektual mestinya mampu bergerak di ranah ini, mempertemukan teori dan praksis guna memecahkan berbagai problem sosial yang mengakar di masyarakatnya. Bukan hanya memperkuat ilmu pengetahuan sesuai dengan 18


basis akademis untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga berani untuk peka dan melek pada realitas sosial, serta memberikan kebermanfaatan untuk sesama. Jadi, mau memberikan kebermanfaatan apa kalian selama menjalani studi di kampus?

19


Kaderisasi, Refleksi Proyek Menata Peradaban Cos Ma’arif

Universitas adalah tempat untuk memahirkan diri kita, bukan saja di lapangan technical and managerial know how, tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita, di lapangan ideologi, di lapangan pikiran. Jangan sekali-kali universitas menjadi tempat perpecahan. (Soekarno, 1958) Jika kita menelisik roda sejarah, sedari dulu kampus memang telah menjadi tempat pencetak pemimpin bangsa. Kampus menjadi “kawah candradimuka�, tempat menggembleng kaum cendikiawan muda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan nasional. Namun jika kita lihat dengan kaca mata yang berbeda, ternyata catatan sejarah tak selalu bercerita demikian. Ya, tengok saja pada rezim Orde Baru, kampus dan perguruan tinggi di negeri ini ternyata pernah mengalami deideologisasi dan depolitisasi. Mahasiswa haram untuk berpolitik. Mahasiswa tidak diperkenankan andil memikirkan persoalan-persoalan bangsanya. Mahasiswa hanya harus belajar sungguh-sungguh sesuai disiplin ilmunya masingmasing. Sebut saja Soe Hok Gie dan rekan-rekan aktivisnya, 20


mereka yang kritis dan peduli terhadap masalah rakyat dan bangsanya, justru selalu menjadi incaran para intel, bahkan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan subversif. Miris, itulah kata yang dapat menggambarkan kondisi mahasiswa yang hanya akan dicetak sebagai ekor sebuah sistem, yang selalu tunduk dan patuh dengan apa yang akan dilakukan oleh para petinggi pemangku kebijakan. Terlebih lagi, rata-rata mahasiswa sekarang menjadi apolitis bahkan apatis terhadap persoalan rakyat dan bangsanya. Ketika kita melihat realita hari ini, dimana diterapkannya sistem kuliah berbasis SKS, serta biaya kuliah yang kian mahal, dapat dikatakan sebagai bagian dari agenda mengondisikan para mahasiswa menjadi kian pragmatis. Hal tersebut dikarenakan mayoritas mahasiswa hanya peduli kepada dirinya sendiri. Cepat lulus, cepat kerja, dan mungkin ingin cepat kaya raya, itulah pemicu keapatisan mahasiswa hari ini terhadap dunia sosial dan politik. Hanya segelintir mahasiswa yang berani dan sanggup melawan arus pragmatisme yang hegemonik dan kemudian tertarik terjun menjadi aktivis yang peduli akan masa depan bangsa ini. Sehingga, dapat dikatakan pendidikan kali ini mengalami reduksi fungsi yang terjadi seperti pada era politik etis zaman penjajahan, pelajar dan mahasiswa hanya disiapkan menjadi pegawai, buruh atau birokrat dan teknokrat semata. Padahal kita tahu, potensi mahasiswa akan teramat sia-sia jika hanya menjadi pengikut kemudi nahkoda pemerintahan. Mahsiswa harusnya dapat menjadi kaum cendikiawan yang visioner, idealis, berjiwa militan, dan selalu berpegang teguh terhadap asas-asas humanisme universal. 21


Oleh karena itulah, disegala lini dan level bangsa ini pun memiliki urgensi untuk mendapatkan pasokan generasi baru pemimpin yang berkualitas dan berintegritas. Berkebalikan dengan sikap Orde Baru, repolitisasi kampus memang sudah seharusnya dilaksanakan. Mahasiswa harus melek politik, peka terhadap kondisi sosial, dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya akan masa depan bangsa. Politik mahasiswa sifatnya politik moral atau moral force, sebagai pengawal demokrasi, sebagai mata dan telinga rakyat, dan sebagai penyambung lidah rakyat. Mahasiswa akan tetap bisa bersikap kritis lantaran bisa menjaga jarak dari kekuasaan. Maka, komitmen mahasiswa adalah kepada amanat rakyat. Siapa saja yang menindas rakyat, siapa pun yang korupsi, siapa pun yang menginjak-injak HAM dan demokrasi, siapa pun penguasa yang menjadi musuh rakyatnya sendiri, harus siap-siap menghadapi perlawanan mahasiswa. Ya, itulah seharusnya mahasiswa. Sesuai dengan perannya sebagai agent of change, social control, dan moral force, seorang mahasiswa dituntut peka terhadap fenomena sosial yang terjadi disekitarnya. Ketika terjadi ketimpangan pengambilan kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat, maka mahasiswa yang digadanggadang sebagai representasi dari rakyat intelek seharusnya bergerak menentang kebijakan tersebut sebagai konsekuensi dari sebuah negara yang menganut sistem demokrasi. Oleh karena itu, sejalan denga hal tersebut, otoritas kampus juga harus membuka kembali iklim kebebasan 22


mahasiswa untuk berekspresi dan berorganisasi serta menentukan pilihan ideologinya. Kelompok-kelompok diskusi seperti Focus Group Discussion sebagai ajang intelectual exercise, juga dihidupkan kembali. Pers kampus yang kritis dan profesional harus diberdayakan. Student government seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Mahasiswa (DEMA), dan organisasi kampus lainnya harus diberi ruang hidup yang sebenar-benarnya. Bahkan, organisasi dan ormas ekstern pun terkadang juga harus diberi hak untuk bergandengan tangan bersama organisasi intern demi membangun kepekaan politik mahasiswa, dengan syarat organisasi intra mahasiswa dan otoritas kampus harus mampu melakukan filterisasi yang baik terhadap kehadiran organisasi-organisasi tersebut. Singkat kata, kampus harus dibuat kondusif bagi terjadinya dialektika keberagaman pemikiran dan menjadi wahana bagi para mahasiswa untuk melatih diri menjadi calon pemimpin bangsa dan negara di masa depan. Maka, disinilah letak strategis kampus perguruan tinggi sebagai penyuplai calon pemimpin nasional. Berbicara menganai seorang pemimpin, tak ada pemimpin hebat yang terlahir tanpa sebuah proses. Namun terkadang di antara kita yang menganggap sepele tugas proses tersebut. Lantaran menganggap sepele, maka implikasinya banyak orang yang tidak dapat memegang teguh tanggung jawab atau komitmennya sebagai pemimpin. Misalnya, tidak amanah atau tidak dapat dipercaya untuk mengemban tugas dan wewenangnya sebagai pemimpin. Beberapa pemimpin banyak yang mengalami krisis integritas. 23


Hal tersebut terindikasi ketika kita kesulitan menemukan sosok pemimpin yang berkarakter ideal, dapat dipercaya, dan bisa menjadi sosok yang patut diteladani atau sebagai uswatun hasanah. Akibatnya, posisi pemimpin pun kerap diincar sekadar sebagai batu loncatan untuk menunjukkan eksistensinya serta menajamkan pencitraan terhadap publik. Begitu pula kondisi di organisasi kampus, ketika sebuah organisasi hanya dijadikan sebagai pencarian eksistensi, alhasil organisasi kampus hanya menjadi tempat untuk nebeng nama guna mendapatkan gelar sebagai aktivis kampus. Hanya segelintir orang yang mampu tampil ke depan sebagai pemimpin sejati. Lebih ironisnya lagi, dari yang segelintir itu pun nyaris sebagian mereka tidak memiliki etos kepemimpinan yang berkarakter kuat dan cerdas. Yang ada adalah tipe pemimpin lemah, peragu, penakut, tak berani mengambil keputusan tegas dan cepat, tak berani menanggung risiko, dan mudah sakit hati dengan suatu kritikan. Oleh karena iu, maka mahasiswa perlu disadarkan perannya melalui mekanisme pengaderan. Pengkaderanlah yang menjadi salah satu kunci utama guna melahirkan pemimpin yang ideal. Dalam sebuah organisasi kampus, prosesi pengaderan merupakan serangkaian proses dalam rangka pembentukan karakter mahasiswa yang sadar akan tanggung jawab dan perannya dalam masyarakat, dengan pemberian bekal paradigma untuk mencari jalan keluar dari sebuah masalah, serta menemukan solusi atas persoalanpersoalan sosial yang ada disekitarnya.

24


Karena kepemimpinan berawal dari sebuah proses, maka jadilah seorang pemimpin yang terlahir dari sebuah proses kepemimpinan. (Cosma) Kadersisasi adalah nafas utama dalam sebuah pergerakan. kaderisasi adalah proses menciptakan kader atau generasi penerus sesuai kebutuhan zaman yang akan datang. Tiada kehidupan tanpa adanya kaderisasi. Di dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin jilid I dituliskan bahwa “Kader adalah rahasia kehidupan berbagai umat. Sejarah umat adalah sejarah para kader yang militan dan memiliki kekuatan jiwa serta kehendak. Sesungguhnya kuat lemahnya suatu umat diukur dari sejauhmana kesuburan umat tersebut dalam menghasilkan kader-kader yang memiliki sifat-sifat kesatria�. Pengaderan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral akan eksistensi organisasi secara umum, dan kepada Allah SWT secara khusus. Kewajiban, karena dalam setiap pergerakan tidak ingin mengalami kemunduran, bahkan vacuum dimasa depan. Tanggung jawab moral, karena sebuah organisasi punya andil besar dalam membentuk karakter generasi penerus yang mampu hidup pada zaman nya. Tanggung jawab kepada Allah SWT, karena Allah lah yang memilih pundak kita sebagai tempat bersandarnya suatu amanah, dan kepada Allah jugalah amanah itu dipertanggungjawabkan. Oleh karena itulah, proses pengkaderan tidak hanya memerlukan proses yang singkat. Proses pengkaderan itu sendiri haruslah melalui beberapa tahapan, yaitu tahap tahap penerimaan, tahap pengaderan awal, tahap pengaderan 25


lanjutan, tahap pengukuhan dan regenerasi. Itulah mengapa sebagai seorang mahasiswa harus sejak dini menyiapkan dirinya menjadi calon pemimpin bangsa masa depan yang berkualitas dan memiliki integritas melalui sebuah kaderisasi. Hidupnya suatu pergerakan bukanlah sebuah keberhasilan individual. Tugas kita adalah menata peradaban, bukan bermain bersama mesin dan buruh organisasi, karena mereka memiliki hati, mereka memiliki akal. Sebesar apapun suatu bangsa, tak akan menjadi bangsa yang besar tanpa adanya nahkoda pemegang kendali kapal pemerintahan yang tepat. Bagaikan negeri dengan hamparan tanah yang kering, tak akan hijau tanpa sebuah kesejukan kekeluargaan. Layaknya pohon tinggi berakar lapuk, akan mudah roboh oleh angin masalah. Maka, harmonisasi pergerakan haruslah memiliki sinergisitas yang kuat. Bukan hanya sinergis dalam orasi kampanye diawal, namun juga sinergis dalam penjagaan sebuah amanah yang terbentuk sejak, selama, dan hingga akhir amanah itu diemban, yang tercermin dalam sebuah kaderisasi.

26


Melawan Keberpihakan Media Massa, Peran Generasi Solutif Agus Suroso

“Jadi menurutmu demokrasi terpimpin sama sekali bukan demokrasi? Jelas pak, lihat apa yang terjadi dengan pers hari-hari ini, Indonesia Raya atau Harian Rakyat, saya bukan simpatisan komunis tetapi apa yang terjadi terhadap harian rakyat adalah sebuah pelanggaran demokrasi, kita seolah-olah merelakan demokrasi tetapi memotong lidah orang orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah, mereka yang berani menyerang koruptor-koruptor, mereka semua ditahan, lihat apa yang terjadi pada Mochtar Lubis menurut saya itu adalah tanda-tanda kediktatoran�. Diskusi pemikir sekaliber Soe Hok Gie di atas adalah gambaran belenggu rantai kebebasan berpendapat di masa orde lama, pada saat itu kritikan pedas terhadap pemerintahan menjadi sebuah hal yang sangat langka bahkan bagi media masa sekalipun, penerapan sistem demokrasi terpimpin pada tahun 1959 menjadi penjara kebebasan pers menjalankan fungsinya ditengah-tengah pergolakan politik. Tidak jauh berbeda pada masa Orde 27


Baru, kepemimpinan diktator Soeharto seakan melanjutkan kebisuan pers dan media saat itu hanya dihiasi dengan pencitraan untuk mentupi kebususkan pemerintah. Kita mengenal teori bahwa media masa memiliki fungsi sebagai kontrol sosial, media pendidikan bagi masyarakat, da hiburan. Namun bagaimanan dengan wajah media ari ini? Reformasi yang bergulir pada era 1998 ditandai dengan gulingnya rezim Orde Baru seakan menjadi angin segar bagi dunia jurnalistik Indonesia, kebebasan berpendapat, mengevaluasi dan melontarkan kritik pedas terhadap pemerintah seakan menjadi dagangan murahmeriah yang dapat dinikmati semua kalangan tanpa kekhawatiran yang berlebih, semua orang bebas bicara tentang ketidakpuasan, semua orang bebas berekspresi sebagai bukti kebebasan berpendapat. Namun hari ini makna kebebasan berpendapat telah mengalami transformasi makna menjadi kebebasan berkepentingan hingga melahirkan sebuah rezim baru dimana media masa dikuasai oleh orang-orang yang memiliki kepentingan politik. Coba tengok wajah media masa kita hari ini. Kalau boleh dikelompokan menjadi dua “kingdom” besar, pemberitaan media hari ini terbagi menjadi dua macam yaitu “Kingdom Animalia” dan “Kingdom Plantae” sebagai dilatasi dari kepentingan guna akselerasi menggapai pucuk tertinggi kekuasaan. Penjelasannya, pemberitaan bertemakan “Kingdom Animalia” terdiri dari busuknya tatanan sistem perpolitikan 28


negeri ini, saling serang bak penghuni hutan rimba yang tak kenal mana lawan dan mana kawan apapila diserang rasa lapar akan kekuasaan karena sejatinya yang ada hanyalah kepentingan dan kepentingan akan kekuasaan. Akibatnya, sikap apatisme politik yang meraksasa dari sebagian besar masyarakat Indonesia karena masyarakat lebih menganggap politik sebagai banyolan pelawak yang tidak mermutu. Sebuah sistem yang sersusun sangat rapi, pembiasan persepsi dan pencitraan yang membabi buta membuat rakyat semakin bingung menilai mana yang betul-betul benar, benar-benar salah. Sub pembahasan yang kedua adalah “Kingkom Plantae� dimana kejahatan tumbuh subur, mengakar, menjamur, merambat disegala sisi kehidupan. Cobalah tengok bagaimana gencarnya pemberitaan terkait, free sex, tawuran, narkoba menjadi topik pemberitaan tentang remaja kita, seakan-akan itulah sebenarnya profil buram yang mewakili pemuda kita hari ini, jarang tersiar kabar tentang prestasi pemuda yang menginspirasi. Efeknya jelas, media benar-benar menjadi inspirasi kejahatan yang tersistem, menginspirasi pengikisan keluhuran nilai-nilai ketimuran yang selama ini melekat kuat sebagai jati diri bangsa Indonesia. Kesetimbangan Pemberitaan Sebagai alat kontrol sosial dan media pendidikan, media masa seharusnya menyajikan pemberitaan yang berimbang, berimbang disini diartikan sebagai reaksi fusi antara profil media pada rezim sebelum reformasi bergulir 29


dengan masa setelahnya. Reaksi fusi yang dimaksud tentu bukan menggabungkan kedua elemen peyesatan dimana menjadi simbiosis mutualisme yang menguntungkan pihak tertentu pemangku kepentingan, namun kebebasan berpendapat yang murni didasarkan pada pembeberan fakta kejahatan hanya sebatas media informasi dan pencerdasan yang tidak di-blow up secara berlebihan dan terkesan lebay atau bahkan sebagai alat pengalihan isu strategis. Hal yang tidak kalah penting adalah memikirkan efek psikis maupun sosial dari pemberitaan, jangan sampai media masa menjadi inspirasi kejahatan yang semakin menimbulkan persepsi negatif yang berkepanjangan sehingga membunuh kepercayaan masyarakat kepada pemerintah secara menyeluruh. Lebih lanjut lagi perlu adanya pemberitaan tentang program-program pemerintah yang pro-rakyat, profil-profil pemerintah yang sehat dan unggul dari segi kualitas. Hal ini penting untuk membangun mind set masyarakat dan kepercayaan terhadap sistem yang ada, karena saya meyakini banyak sekali kebaikan-kebaikan pemerintah yang telah dilakukan. Namun bukan berarti hal tersebut diartikan sebagai pembenaran terhadap pencitraan yang dilakukan etit politik negeri ini terutama para penguasa media hari ini. Tugas Intelektual Solutif Mahasiswa sebagai kaum yang katanya memiliki tugas sebagai agen perubahan dan wakil rakyat yang sesungguhnya, mengemban tugas pokok pencerdasan masyarakat ditengah-tengah keberpihakan media sebagai alat 30


pengedali sosial untuk kepentingan politik dewasa ini, pencerdasan dilakukan melalui tulisan-tulisan yang mencerdaskan masyarakat sebagai bentuk perlawanan terhadap tatanan sistem yang ada saat ini. Mahasiswa hari ini tidak hanya dituntut untuk ikut memonopoli kritik pemerintah melalui aksi-aksi jalanan, namun juga dituntut sebagai pionir pembawa good news dan sosialisasi program yang memiliki keberpihakan terhadap rakyat. Pembiasaan budaya Membaca, Diskusi, Menulis dilengkapi dengan budaya Berkarya dan Mengabdi menjadi langkah awal pembiasaan membentuk generasi solutif. Sebagai contoh, kebijakan kenaikan harga BBM tidak selalu harus ditanggapi dengan aksi jalanan atau kritik pedas terhadap pemerintah, transformasi cara pencerdasan dapat dilakukan dengan kampanye hemat BBM atau gaya hidup sehat secara masiv, yang pada akhirnya membangun mind set bahwa program ini tak selamanya buruk. Diakhir tulisan ini saya berharap suatu saat nanti media masa kembali menemukan jati dirinya sebagai media kontrol sosial, media pendidikan, dan hiburan yang benarbenar mencerdaskan tanpa ada unsur kepentingan politik yang berlebihan di dalamnya, pandanglah informasi dalam bentuk berita yang diterbitkan itu sebagai barang titipan yang tidak boleh sama sekali ditambah ataupun dikurangi sedikitpun. Kemudian terkhusus kepada rekan-rekan seperjaungan, mahasiswa memiliki tugas lebih sebagai kaum intelektual, tugas mulia sebagai kontrol sosial yang tentu saja tidak mudah, maka milikilah cara pandang yang luas dari 31


berbagai sisi dengan banyak melahap informasi-informasi dari berbagai media masa hari ini, kemudian menyaring dan menuangkannya dalam sebuah tulisan ataupun aksi nyata sebagai media pencerdasan bagi masyarakat. Tulislah sebanyak-banyaknya kebaikan yang menginspirasi, lakukan sebanyak-banyaknya kebaikan sebagai bentuk pengabdian.

HIDUP MAHASISWA, INDONESIA !

HIDUP

RAKYAT

32


Mengenal Muslim Negarawan Alqaan Maqbullah Ilmi

Frasa yang unik. Tersusun atas dua kata yang tidak main-main. Muslim dalam artian sebenarnya adalah sebuah status kebanggaan, yang telah membuat banyak orang rela mati untuk mempertahankannya. Ini adalah sifat mulia yang pertama sebagaimana dikatakan seorang sahabat. “Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta, maka aku tidak peduli unta mana yang aku kendarai.” Yang merupakan pengingat kita atas sabda nabi, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apa bila ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulahyang terbaik untuknya.” HR. Muslim Kata ‘muslim’ bertemu dengan pelengkapnya, negarawan. Sebagaimana kata muslim yang tidak otomatis melekat pada setiap orang yang ber-KTP Islam, begitupun kata negarawan tidak akan melekat pada sembarang orang yang berkecimpung di politik praktis. Negarawan adalah janji setia, dia adalah kontribusi yang murni. Paduan dari dua kata ini pun tidak main-main. Tidak akan bisa sembarangan 33


orang boleh hanya dengan menyablon itu di jaket kebanggaannya kemudian mengatakan KAMMI “Muslim Negarawan�. Hari ini kita mengenal banyak sosok negarawan hadir di tengah kita. Orang-orang yang kepemimpinannya benarbenar dicintai rakyatnya. Ingatlah bagaimana dulu Ahmadinejad pernah menggemparkan dunia. Masih ramai sampai sekarang, bagaimana Jokowi dielu-elukan menjadi capres ideal. Dan tentu kita pun harus mengakui, bagaimana kematian Hugo Chavez telah menjadi air mata dunia. Namun kita tidak akan bisa bangga mengatakan bahwa mereka bagian dari kita. Ya, karena hari ini tidak ada sang Muslim Negarawan. Muslim negarawan itu berprinsip kemanusiaan Perjalanan yang sangat panjang melewati benua, berhari-hari mungkin atau lebih entah di zaman itu kala melewati gurun pasir. Sebuah perjalanan yang tidak akan siasia ketika seorang Yahudi mengadukan nasibnya pada sang kholifah atas kedzaliman gubernur Mesir, Amru Bin Ash, yang mengusir gubug yang berdiri lebih dulu dari istana di depannya. Ya, perjalanan itu tidak sia-sia karena al-faruq menghadiahkan sebatang tulang kepada amru bin ash. Tulang yang tergoreskan dengan kuat pedang Umar Bin Khothob seakan berisikan pesan,�luruskanlah perilakumu, sungguh kita semua akan kembali menjadi seperti ini�. Pesan yang membuat amru berkeringat begitu deras ketakutan. Dan 34


inilah sang muslim negarawan, dia berasal dari golongan muslimin namun perilakunya adil kepada seluruh rakyatnya. Muslim negarawan itu gesit Kehancuran demi kehancuran dari segenap kekuatan muslim atas serangan luar, telah menjadikan seorang pria yang pendiam ini kemudian mengambil sikap. Dia berkeliling untuk kemudian menyatukan kembali beberapa daerah. Mensolidkan pasukan untuk kemudian berangkat membebaskan negeri para nabi, Palestina. Kegesitannya dalam mengambil keputusan telah sedikitnya memberikan pengaruh bahwa kekholifahan islam masih ada dan bukan sekadar ada, namun nilai luhurnya pun masih hidup dengan terbukti sifat perang nabi pun masih dipertahankannya. Dia mempertahankan peribadatan gereja sebagaimana ketika umar pertama kali membebasakan tanah ini. Ya, panglima ini adalah Sholahudin Al-Ayubi. Jelaslah dia adalah sang muslim negarawan itu. Andai dia menunggu dan tidak inisiatif, pasti negeri yang tersisa pun akan lenyap sehingga bahkan palestina pun tidak akan pernah terbebaskan lagi saat itu. Muslim negarawan itu kontributif Dia bersama teman-temannya memanjat benteng musuh. Sebuah resiko yang sangat besar diambil oleh para prajurit yang bahkan sebelumnya sang jenderal pun memilih untuk mundur. Dalam pengepungan cukup lama itu, prajurit pemberani ini berinisiatif untuk membuka gerbang benteng 35


dengan menyerang langsung penjaganya. Dan akhirnya, terbukalah kesempatan umat muslim memenangkan peperangan. Padahal dalam perang sebelumnya dia adalah jenderal tertinggi. Kemenangan-kemenangan yang diciptakannya telah membuat sang kholifah gusar. Bukan karena takut akan dikudeta, tapi dia mendengar rakyatnya berkata,”jika Kholid Bin Walid yang memimpin, pastilah kita menang”. Dan inilah ketakutan umar, jangan sampai aqidah umat islam terhengkang. Menjelang akhir pertempuran surat pemecatan pun dikirim. Dan apa jawabannya, “Aku terima keputusan itu. Sungguh aku tidak berperang untuk Umar. Tapi aku berperang untuk Tuhannya Umar.” Bayangkan, dia tidak hanya dapat meredam sakit hatinya atas pemecatan yang tidak logis di tengah prestasinya yang gemilang. Namun, cita-citanya untuk mati syahid masih terus dikejarnya meski takdir memberikan peristirahatannya di atas kasur. Muslim negarawan itu aku Pesan sang raja sangat dipatuhi oleh sang guru untuk mendidik sang pangeran. Setiap bulan sang murobbi itu membawanya ke tempat yang jauh. Menatap dinding yang tebal, kemudian membacakan sebuah hadits: “Konstantinopel akan jatuh di tangan seorang pemimpin yang sebaik-baik pemimpin, tentaranya sebaik-baik tentara, dan rakyatnya sebaik-baik rakyat.” (Al Hadis)

36


Ya, hadits inilah yang membuat sang anak nakal kemudian menjadi semangat belajar. Dia mempelajari semua ilmu. Dia naik tahta di saat masih muda. Dia mengumpulkan semua anak muda terbaik di zamannya. Dididik dengan menyebar para ulama di tengahnya. Membekali dengan beragam ilmu silat. Menguatkan dengan hadirnya seorang ilmuwan yang membuatkan meriam terbesar saat itu. Mungkin dia adalah raja sekaligus panglima yang berpikir di luar logika. Bagaimana mungkin kapal-kapal perang berlayar melewati gunung yang bahkan itu hutan. Namun dialah sang al-fatih, penakluk kota dengan pertahanan paling sempurna, konstaninopel. Bayangkan telah ratusan tahun berkli-kali umat muslim mencoba menembusnya namun gagal. Kisah ini mungkin sangat masyhur, namun kembali pada awal pembacaan hadits tadi, tahukah kalian apa yang ada dalam hati muhammad kecil kala itu,�aku lah pemimpin itu, tentaraku lah para penakluk itu dan itu akan terjadi pada masa rakyatku� ya, aku, aku dan aku. Namun kata aku juga tidak hanya mimpi. Kerja keras yang nyata dan juga contoh darinya. Setelah penaklukkan Konstantinopel, pasukan muslim melaksanakan shalat Jum’at untuk yang pertama kalinya di Konstantinopel. Shalat itu dilakukan di Gereja Aya Sophia yang telah dialih-fungsikan menjadi masjid. Kemudian dicarilah muslim yang paling tepat untuk menjadi imam shalat Jum’at itu. Raja memerintahkan seluruh yang hadir di masjid untuk berdiri. Kemudian raja berkata, “Siapa di 37


antarakita yang sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan shalat fardhu walau sekali, silahkan duduk!” Mahasuci Allah, Tidak ada satu pun yang duduk! Kemudian, Raja pun berkata, “Siapa di antara kita yang sejak balgih hingga kini pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib, silahkan duduk!” Lalu sebagian pasukan mujahidin duduk sehingga tersisa sebagian kecil. Lalu, raja bertanya lagi: “Siapa di antara kalian yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggalkan shalat thajud walaupun satu malam, silahkan duduk!” Kemudian seluruh pasukan yang tersisa pun duduk, kecuali satu orang, yaitu Muhammad Al-Fatih, Sang pembebas konstantinopel. Ya, dan silahkan semua pembaca sekalian berteriak dalam hatinya bahwa muslim negarawan adalah aku.

38


Ammarism Kader KAMMI Zulfikar Ali Ahmad

“Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berlehaleha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.� (Kredo Gerakan KAMMI) Beberapa waktu yang lalu saya membaca buku yang ditulis oleh M Natsir berjudul Dibawah Naungan Risalah. Buku tersebut berisi akan kisah-kisah sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang membuka pola pikir dan wacana baru terkait posisi kita sebagai pemuda. Tak pelak, sosoksosok para pemuda pengemban risalah peradaban itu muncul dalam benak saya secara bergantian. Tentulah kita kenal sosok Abdurrahman bin Mu’awiyyah. Keturunan terakhir Daulah Umawwiyah ini melihat bagaimana daulah Abbasiyah mengeksekusi adiknya yang berumur 13 tahun saat pelarian dari pasukan khusus 39


Abbasiyah. Maka diusianya yang ke 19 ia terus berlari dari kejaran Abbasiyah. Didalam kondisi itulah darah muda mulai merekonstruksi pikirannya. Ia berpikir keras terkait mimpi dan obsesinya. Maka setelah 5 tahun di pelarian dan pengasingan idenya semakin tajam. Meminjam istilah Muhammad Elvandi yakni “dari kesendirian menuju peradaban�, ide itulah yang menggerakkannya untuk menyeberang ke tanah Andalus, mengumpulkan hati-hati manusia dan singkat cerita pada umur 34 tahun ia memimpin Andalusia. Membuat peradaban yang setara dengan Daulah Abbasiyah dengan Baghdadnya. Maka itulah salah satu kisah tentang satu jiwa mengubah negara. Abdullah bin Ummi Maktum, sosok sahabat biasa yang sudah tua dan buta. Namun sosok ini mempunyai kedudukan yang istimewa dimata Rasululllah. Bagaimana tidak, lewat sahabat inilah Rasulullah ditegur langsung oleh Allah SWT seperti tertulis dalam surat Abasa. Bahkan sampai Rasulullah ketika bertemu langung dengannya menyapa dengan sapaan khusus untuk Abdullah bin Ummi Maktum. Sosok sahabat ini mendapat kepercayaan dari Rasulullah akan berbagai urusan. Siapa yang mengetahui bahwa saat Rasulullah pergi Haji hingga berakhir dengan perjanjian Hudaibiyah, Abdullah bin Ummi Maktum menjadi Gubernur Madinah. Padahal masing ada namanama tenar yang lain yang ada di Madinah. Namun Rasulullah lebih memilih Abdullah bin Ummi Maktum. Ammar bin Yasir, seorang pemuda biasa diawalnya. Setelah masuk Islam kemudian banyak siksaan yang menghampirinya dengan ujian terbesar adalah saat seluruh 40


keluarganya disiksa. Ayah ibunya dibunuh dengan keji di depan matanya sendiri karena mempertahankan aqidahnya. Lantas siapa yang tidak gentar dan tidak takut setelah melihat semua itu? Setelah dipaksa oleh kaum kafir Quraisy barulah ia mengakui bahwa tuhannya adalah Latta Uzza. Saat ditanya Rasulullah, apakah hatimu ikhlas saat mengucapkannya? Ia menjawab tidak. Dan begitulah, dalam hal ini diperbolehkan Rasululllah dalam dua kondisi. Pertama adalah karena kondisi yang sangat mendesak dan terpaksa. Yang kedua adalah ia tidak ikhlas dan mengiyakan dengan apa yang ia ucapkan. Maka kemudian Ammar menjadi salah satu sosok penting penyebaran Islam di Madinah dan dunia. Kontribusinya dalam Islam tidak diragukan lagi. Inilah Ammarism yang saya pahami. Beda Ammar beda pula dengan Bilal bin Rabbah. Bilal bin Rabbah, sosok budak berkulit hitam dari Habasyah milik Umayyah bin Khalaf. Saat diketahui ia masuk Islam, maka dengan bertubi-tubi siksaan datang kepadanya. Tentulah kita masih ingat kisah penyiksaan Kaum KAfir Quraisy kepadanya. Bagaimana batu besar yang panas ditindihkan keatas tubuhnya yang diikat diatas pasir panas gurun. Dalam kondisi itulah Ia justru mengatakan Ahad, Ahad, Ahad. Di kondisi disiksa beliau masih memegang teguh aqidahnya. Sejarah Islam menuliskan bahwa kontribusi kejayaan Islam tidak hanya dimiliki oleh orang-orang besar sekaliber Abu Bakar Ash-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, atau Abdurrahman bin Auf. Kontribusi orang-orang yang dianggap lemah seperti 41


Ammar, Bilal, dan Abdullah bin Ummi Maktum juga tidak bisa dianggap sebelah mata. Orang-orang yang dianggap lemah ini di tangan dingin dan didikan Rasulullah menjadi orang yang terbaik. Mau berkontribusi dengan sadar dan ikhlas untuk Islam ini dengan segala kemampuan yang dimiliki. Karena memang perjuangan dalam Islam ini menawarkan surga, sesuatu yang riil dan tampak begitu dekat bagi orang yang beriman dan sesuatu yang dianggap tidak kogis bagi kaum munafik dan kafir. Mewariskan Nilai Umar bin Khattab dan Bilal bin Rabbah berbeda, Usman bin Affan dan Abdullah bin Ummi Maktum berbeda, Abu Bakar Ash Siddiq dan Ammar bin Yasir berbeda. Masing-masing person sahabat Rasulullah tidak bisa disamakan. Begitu pula dalam KAMMI ini. Kapasitas masing-masing kader dakwah ini berbeda-beda dan tidak bisa disamakan. Kejayaan pengukiran di sejarah KAMMI tidak bisa dipandang hanya dari sisi Ketua Umum dan Kepala Bidangnya. Banyak kontribusi yang diukir justru dari kader-kader yang kurang dikenal. Mungkin karena tidak ingin dikenal, mungkin juga karena kurangnya ukhuwah yang digaungkan organisasi dakwah ini. Yang jelas, masing-masing kader harus meningkatkan kapasitas dirinya secara sadar. Karena kebangkitan itu bukan hanya kebangkitan satu orang, tetapi kebangkitan satu generasi. Dan semangat meneruskan 42


perjuangan itu harus semakin ditingkatkan dalam diri masing-masing kader agar ammarism gerakan KAMMI semakin menguat. Itulah inti kaderisasi yakni terkait “pewarisan nilai”. Tulisan ini saya akhiri dengan kutipan khatimah GBHO KAMMI “Terus bergerak untuk menyadarkan umat dan senantiasa menciptakan perbaikan dengan seluruh makna yang terkandung di dalamnya, adalah jati diri KAMMI yang sesungguhnya. Keyakinan terhadap kebenaran hanya bisa dibuktikan oleh perjuangan yang tidak terhenti untuk merealisasikannya. KAMMI adalah ruh baru di tubuh umat yang dilahirkan sebagai fajar kebangkitan umat. KAMMI seharusnya merupakan “anugerah Allah bagi Indonesia”. Hanya kepada Allah semata kami berserah diri dan memohon pertolongan-Nya. Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah.

Sumber Rujukan: M.Natsir. Dibawah Naungan Risalah Muhammad Elvandi. Satu Jiwa Merubah Negara GBHO KAMMI Muktamar VII

43


MEMBUMIKAN MISI PROFETIK

44


Melek Realitas Muhammad Fatihul Umam

Inspirasi sejarah yang diambil pada akhirnya adalah instrumen untuk memahami realitas lalu merekayasa masa depan. Karena kaidah sejarah itu akan selalu sama, maka saat ini pemuda yang mempunyai inspirasi sejarah yang cukup akan lebih mudah memahami konstelasi dunia. Namun sekarang kita hidup di belantara permasalahan Indonesia yang kian rumit. Seperti korupsi yang semakin menjamur di semua lini, ketahanan pangan yang semakin terkikis, tiba-tiba muncul serangkean teror di Solo yang mengarah pada polisi tetapi setelah dikaji masih bias apa motif dan kepentingan yang tersemat di dalamnya karena masih sebegitu umum. Semakin saya berpikir terkadang saya semakin skeptis, tak jarang terombang ambing dalam kesesatan berpikir. Siapapun yang memasukinya dan mencoba masuk tidak hanya linglung untuk memulai, bahkan tidak lagi tahu sedang dimana berada. Semangat pemuda untuk mengulangi kejayaan sejarah umat tetap membara, namun tidak jelas bagaimana sorongan langkah pertama. Realitas problematika dunia lebih dari sekedar kesimpulan ‘karena kurang iman’. 45


Sehingga proyek penyelesaiannya tidak juga seputar ‘menjaga hati dan ketakwaan’.(Muhammad Elvandi, Lc) Kemajuan umat tidak dibangun dengan dugaan, perkiraan dan angan-angan. Ia membutuhkan matematika sosial. Memahami realitas dengan perkiraan, berarti membuat proyek perbaikan yang bersifat percobaan. Adakah pasien yang sudi ditangani dokter yang tak teruji? Beranikah melahap obat dari analisis serampangan atau artikel kesehatan serabutan? Pemuda, tempat umat meletakan tanggungan hidupnya, perlu membaca arah zaman ini dengan sistematis, ilmiah dan jika perlu dengan detail. Seperti proyek hijrah misalnya, prolog Rasulullâh untuknya adalah analisis geopolitik kota Madinah. Analisis mendetail tentang jumlah masyarakat yang mampu baca-tulis. Komposisi suku, antara Aus, Khazraj dan Yahudi. Dominasi ekonomi, tingkat kemandirian pangan, pusat pertemuan sosial, tokoh-tokoh jujur dan liciknya, cuaca dan kuantitas airnya. Karena semua solusi umat akan bergantung dari sana. Dalam seluruh momen besar hidup Rasulullah, berserakan strategi analisis realitas tersebut. Itulah yang dinamakan Fiqhul Wâqi [fikh realitas]. Pembacaan sistematis berarti membuat peta realitas yang bersifat global dalam pikiran pemuda. Peta itu diklasifikasi atas kategori persoalan besar umat lalu mencari inti permasalahan di masing-masingnya tanpa harus masuk ke detail dahulu. Inti permasalahan tersebut lebih bersifat

46


akut dan berakar atas masalah-masalah yang menjadi turunannya Peta persoalan umat ini akan membentuk pemahaman utuh atas situasi dunia, atas problematika kontemporer, atas kebutuhan zaman. Jika pemuda mampu memahami inti masalah dalam setiap kategori persoalan umat maka pikirannya tidak terpedaya dan teralihkan untuk sekedar menghadapi hilir sungai masalah yang remeh saat hulunya terus memproduksi limbah pada sungai umat. Itu semua kerja-kerja besar yang menanti pemuda. Jika sejarah telah memberi inspirasi dan energi untuk merancang kerja-kerja unggulan, maka realitas memberi lahan konkret untuk memulainya. Sejarah memberi alat untuk memikirkan rencana kerja unggulan, dan hari ini saatnya menggunakan tajamnya peralatan itu. Karena ‘’apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan’’ kata WS Rendra.

47


Problematika Umat Firdaus Zulfikar

Islam adalah agama yang mengatur seluruh hajat manusia, mulai dari kita bangun tidur, hingga tertidur lagi, mulai dari hal yang sangat sepele seperti (maaf) buang air kecil hingga hal yang sangat besar, misalnya tentang hukum ketatanegaraan. Semua ciri ini mengindikasikan bahwa Islam adalah agama yang syumul (menyuluruh) karena mengatur segala hal di kehidupan ini. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang mengutamakan ke perfeksionitas. Segalanya harus sempurna dan teratur. Dan dapat kita simpulkan pula, bahwa pemeluk agama ini akan mendapatkan suatu “kesempurnaan� baik masalah duniawi maupun ukhrowi nya. Namun,apa yang kita temui sekarang adalah sebaliknya. Islam yang seharusnya menjadi pelita bagi gelapnya dunia malah tak berdaya ketika harus menghadapi arus globalisasi dan pembodohan massal yang disebut dengan ghazwul fikr. Pemeluk agama ini menjadi kehilangan identitasnya sebagai agent of change seperti umat terdahulu yang mampu menaklukkan penjuru dunia dengan gagahnya. 48


Seperti Umar ibn Khottob yang membuka Syam dan Persia, menaklukkan sepertiga dunia dengan dakwah islam, Sholahuddin Al Ayyubi, sang pembebas al Quds, Muhammad Al Fatih dengan penaklukkan konstantinopelnya. Seakan pada saat itu, Islam mencapai titik puncak peradaban dan kegemilanganya. Tetapi apa yang kita lihat saat ini adalah sebaliknya, Islam menjadi sangat kecil, bahkan tidak punya daya tawar di mata percaturan dunia. Yang kita lihat sekarang adalah dimana umat islam (terutama pemudanya) lebih mengidolakan berhala (atau dalam bahasa inggris disebut idol yang berarti idola atau sesembahan) yang diciptakan oleh musuh islam sendiri. Atas nama lifestyle pemuda muslim sekarang lebih senang mengidolakan artis pujaan mereka daripada mengulas kisah kisah nabi terdahulu, tergerus pemikiran mereka oleh belaian syai syair cinta buata nan memabukkan, dan parahnya,semua hal yang dilakukan para musuh islam, justru mereka terima secara lapang dada dan secara tidak sadar otak mereka telah dicuci oleh musuh musuh islam, dimandulkan rasa kritis mereka akan masalah umat, juga dimarjinalkan rasa kepedulian mereka terhadap agamanya. Hal ini yang menyebabkan Islam begitu kecil di mata dunia. Hal ini pula yang menyebabkan Islam tidak punya tajinya lagi sebagai peradaban yang maju dan diperhitungkan. Negara muslim pamornya kalah dengan negara bermanhaj sekuler dan komunis. Sebut saja 49


Indonesia, negara yang notabene mayoritas penduduknya adalah muslim terbanyak di dunia, malah terkenal akan kebobrokan dan korupsi para pejabat pejabatnya. Di belahan bumi yang lain, kita familiar dengan yang namanya Palestina, Suriah, Rohingnya dan masih banyak lagi dimana banyak negara muslim yang tertindas. Di sektor ekonomi misalnya, satanic finance yang mulai menggerogoti aset aset kekayaan negara umat islam, membodohi umat muslim dengan fiat money, sistem ribawi kapitalis yang dianggap sebagai pemecah masalah yang nyatanya malah menguntungkan dari sang pemilik modal. Di sektor sosial budaya, sudah menjadi hal umum bahwa ketika seorang individu memiliki status sosial sebagai “muslim� di banyak negara menjadi momok, penyematan embel embel teroris penebar teror sudah menjadi hal lumrah di dunia internasional. Di sektor informasi, media media asing merajalela, mengirimkan informasi informasi yang tidak seimbang dan menyudutkan kaum muslim, mendzholimi lewat berita agaknya sudah menjadi makanan sehari hari awak media internasional. Sebut saja CNN, ABC, FOX News yang notabene adalah milik kaki tangan zionis yahudi. Raksasa hiburan luar negri pun tak kalah getol merecoki pemikiran remaja remaja muslim, sehingga pikiran mereka tak lepas dari hingar bingar hiburan semu dan lifestyle yang sengaja diciptakan oleh musuh musuh islam dan buntutnya, rasa peka dan kepedulian mereka terhadap nasib umat menghilang. Sekilas, terlihat kondisi yang sangat memprihatinkan yang terjadi pada umat muslim saat ini tetapi, tetap ada 50


harapan bagi para pengusung perubahan, pengusung panji Islam yang tidak akan pernah mundur sedikitpun dalam menegakkan kalimat Robbani. Dan hal pertama yang harus kita lakukan, adalah dengan Ishlah (perubahan). Perubahan konstruktif yang mendasar dan menyeluruh dimulai dari diri kita sendiri, lalu keluarga kita, masyarakat kita, dan negara kita, dan bukan sebuah kemustahilan kita bisa membenahi wajah dunia ini dengan Islam dengan rumus ishlah ini. Dan yang tidak kalah penting adalah, sesungguhnya yang menjadikan umat muslim lemah seperti sekarang ini adalah ketiadaan identitas danworldview yang terlanjur salah. Kita semua menyadari, butuh waktu yang tidak sebentar dan kesabaran yang luar biasa untuk menjadikan kembali islam sebagai ustadziyatul ‘alam (guru peradaban) seperti di masa masa kejayaanya yang lalu. Pun selalu ada waktu untuk berbenah dan berubah karena harapan itu masih ada, Karena Alloh tidak akan pernah mengingkari janji-Nya bagi kemenangan dakwah, seperti janji Alloh pada Nabi Musa as. Ketika memenangkan tirani atas fir’aun yang termaktub dalam Al Qur’anul kariim. Janganlah berputus asa wahai pemuda Islam, teruslah optimis, karena sesungguhnya mimpi adalah kenyataan di hari esok

51


Muslim Rohingya, Korban Kapitalis atau Korban Etnis? Muhamad Fatihul Umam

Berangkat dari tesis Samuel P.Huntington yang The Clash of Civilization (Benturan Antar Peradaban), hari ini semakin nyata bahwa benturan antara peradaban barat, peradaban timur dan peradaban muslim kini tidak dapat di hindarkan lagi. Logika kapitalis yang semakin memaksakan pengaruhnya dan dominasinya ini adalah sumber permasalahan dunia. Hal ini dikuatkan oleh George Soros dalam bukunya, Zaman Kenisbian, yang mengatakan bahwa dunia tidak akan damai dan sejahtera manakala Amerika masih ada dan memaksakan sistemnya di pakai di negaranegara di dunia khususnya negara berkembang. Huntington lalu mengidentifikasi suatu pergeseran utama dari kekuasaan ekonomi, militer, dan politik dari Barat ke peradaban-peradaban dunia yang lain. Pergeseran utama itu terjadi melalui munculnya dua “peradaban penantang�: Peradaban Sino atau timur dan peradaban Muslim. Menurut Huntington, peradaban Sino di Asia Timur tengah menegaskan diri dan nilai-nilainya dalam kaitan 52


dengan peradaban Barat. Penyebab penegasan diri peradaban Sino adalah pertumbuhan ekonominya yang cepat. Dia percaya tujuan khusus China dengan bertindak demikian adalah untuk menegaskan kembali dirinya sebagai penguasa regional negara-negara lain di kawasan itu. Sejarah China dan negara-negara itu adalah sejarah tentang struktur komando hierarkis, struktur yang menyiratkan pengaruh ajaran Konfusius (menekankan penguasaan diri, kepatuhan pada hierarki sosial, dan ketertiban sosial dan politik) di balik peradaban Sino. Struktur ini bertolak belakang dengan individualisme (kepercayaan akan pentingnya kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat) dan pluralisme yang dinilai tinggi di Barat. Fenomena Rohingya yang sekarang kita lihat ini adalah satu dari serangkaian benturan yang sudah di ramalkan sebelumnya. Saya lebih tertarik untuk melihat akar permasalahan Rohingya dari sudut pandang ekonomi dan politik berangkat dari fenomena sebelumnya yang terjadi di Irak, Afganistan, Iran, Kuwait dan beberapa negara timur tengah lainya. Opini publik dan isu yang di bangun untuk melegitimasi penyerangan toh ujung-ujungnya adalah pada kandungan mineral atau minyak yang ada di negara tersebut. Kita tidak bisa menutup mata bahwa isu senjata pemusnah masal yang di gelontorkan ketika mau menyerang Irak itu belum terbukti sampai sekarang. Dugaan ini semakin kuat setelah saya mendapatkan informasi dari Kang Jusman Dalle dalam diskusi yang di lakukan KAMMI Daerah Bandung (Selasa 31 Juli 2012). Di Arakan ini terdapat sumber minyak yang amat melimpah, 53


China telah membangun jalur pipa minyak sepanjang 620 mil dari Kyaukpyu Port-Arakan ke Provinsi Yunan (China) dengan investasi sebesar 2,5 miliar dollar AS. Tidak lagi menjadi sebuah rahasia umum bahwa Aung San Suu Kyi telah terlihat akan maju di Pilpres tahun 2015 nanti, dan peluang menangnya amat sangat besar. Untuk menyambut hal tersebut, maka Arakan harus disterilkan, karena kemenangan Suu Kyi di awal pada pemilu sela di awal tahun ini didukung penuh oleh AS dan Eropa, yang artinya menjadi ancaman bagi kepentingan rezim lama di Arakan. Kebijakan ekonomi Suu Kyi nanti akan lebih pro kepada Barat yang selama ini telah memberinya dukungan melawan junta militer. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa ASEAN diam melihat fenomena di Arakan? Pemerintah Indonesia selaku pimpinan ASEAN seakan menutup mata, Barat juga mengapa tidak sefrontal ketika memperjuangkan HAM seperti sebelum-sebelumnya? Pahadal jelas-jelas bahwa Barat juga punya kepentingan di Arakan-Myanmar. “Inilah bukti dominasi China� Saat ini, penguasa ekonomi terbesar memang salah satunya adalah China. Bahkan Amerika pun telah berhutang 1,132 triliun dollar AS kepada Tiongkok. Apalagi negara-negara di ASEAN, baik impor maupun ekspor nya sangat tergantung kepada China. Ketika kita cermat melihat, sebenarnya pola-pola yang di bangun tidaklah jauh berbeda dengan pola yang di lakukan dan menimpa negara-negara timur tengah. 54


Sehingga bisa di katakan kebiadaban yang terjadi di rohingya adalah bermotif pada ekonomi buka pada latar belakang etnis atau agama, hanya tentang siapa yang mengorbangkan dan siap yang dikorbankan. Dan di akhir saya sampaikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah jauh dari Myanmar dan negara-negara yang lain. Saat ini Amerika telah membangun pangkalan militer di Australia dan berita terakir pula Amerika akan membangun kedubes sekaligus armada militer terbesar ke-3 di dunia di Jakarta . Maka jika ini benar terjadi, jangan salahkan kalau indonesia hanya menunggu waktu untuk menjadi Myanmar atau rohingya berikutnya.

55


Muhammad, Bisnis dan Da’wah Muhammad Hasan Cahya

Di era kini, siapa yang mau mencontoh dan mengambil peran dalam bisnis sekaligus berdakwah? Tidak semua “mau dan bergerak� mewujudkannya. Lantas, mengapa peran ini harus kita ambil? Lihat dan tengoklah Nabi kita, Muhammad Saw yang tumbuh dan berkembang dalam bisnis. Lihatlah proses, karakter dan sifat yang beliau terapkan dalam bisnis. Ternyata beliau sanggup dan mampu berbisnis dengan kebenaran, kejujuran, kepekaan, dan sifat amanhanya tapi tetap bisa memperoleh hasil yang optimal. Singkatnya, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Berbisnis sekaligus berdakwah. Empat sifat yang dimiliki Nabi itu menjadi poros penting kesuksesan dalam bisnis. Pertama, Sidiq/jujur. Nabi terkenal sekali sebagai orang jujur dalam berdagang. Nabi seorang marketer yang jujur dan hebat. Bahkan termasuk negosiator bisnis yang ulung dan sampai musuh beliau pun percaya kepada beliau dalam hal bisnis. Kedua, Tablig/penyampai(komunikatif). Hebatnya Nabi, beliau mampu menyampaikan keunggulan maupun 56


kelemahan produknya secara cerdas dan mampu menarik perhatian tentunya disertai kejujuran. Ketiga, Amanah/dipercaya. Menjadi orang yang dipercaya relasi memang susah. Tapi Nabi telah mencontohkan. Bahkan ketika beliau menjadi pedagang, Nabi selalu mengembalikan hak milik atasannya entah berupa hasil jualnya ataupun barang sisa. Sederhana sebenarnya. Keempat, Fathanah/cerdas dan bijaksana. Nabi Muhammad adalah pebisnis yang cerdas yang mampu memimpin perusahaannya dengan memahami dan mengenal tugas serta tanggung jawabnya dengan bijak. Dari empat hal tersebut, manakah yang telah kita miliki? Semua, dua, satu, atau belum sama sekali? Nabi memang diutus bukan sebagai pebisnis/pedagang tetapi beliau mampu mencontohkan bagaimanakah seharusnya bisnis itu. Sebelum menikah dengan Khadijah pun, beliau juga sukses menjadi seorang “direktur pemasaran “ di “Khadijah Corporation”. Dan karena itulah Khadijah menjadi cinta dan timbul rasa kasih sayang karena kejujuran dan integritas beliau. Nabi juga pernah berkata, “berdaganglah kamu, sebab dari sepuluh bagian penghidupan , Sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang”. Sahabat–sahabat Nabi juga pebisnis ulung. Tengoklah, Abu Bakar, Khalifah pertama yang berbisnis bahan pakaian. Umar bin Khattab, penakluk Persia dan Byzantium, pernah 57


berbisnis jagung. Ustman bin Affan, konglomerat terkenal dan hebat dalam bidang tekstil. Belum lagi sahabat yang lain seperti Abdurrahman bin Auf, Abu Hanifah,dll yang tak diragukan lagi kapsitasnya. Dari semua sahabat Nabi tersebut, mereka selain juga berbisnis juga sangat aktif berdakwah. Hebat!! Dan ternyata bisnis mampu mendongkrak dan mendukung akivitas dakwah kita. Tidak percaya?? Ya lakukanlah agar percaya.

58


Muslim Wajib Kaya! Hafidh Wahyu P

Orang kaya nanti di akhirat hisabnya lama. Untuk apa hidup terlalu kaya? ‘Sederhana’ lebih baik daripada hidup kaya. Asumsi itu banyak berkembang di kalangan umat Islam. Menjadi kaya itu berat tanggungjawabnya, hisab di akhirat berat, dan lain sebagainya. Intinya, hidup melarat seolah lebih baik daripada hidup kaya. Pengaduan Si Miskin “Ya Rasulullah,” ujar sahabat Rasul yang miskin suatu hari, “Orang-orang kaya telah memborong semua pahala dan tingkat-tingkat yang tinggi serta kesenangan yang abadi.” “Mengapa demikian?” Rasul shallallahu ‘alaih wa salam balik bertanya. “Mereka shalat sebagaimana kami, dan shaum sebagaimana kami, dan mereka memerdekakan budak, sedang kami tidak memerdekakan budak.” Maka Rasul pun mengajarkan para sahabat yang miskin sebuah amalan yang dapat mengejar pahala sahabat 59


yang kaya, yaitu dengan membaca tasbih (Subhanallah), takbir (Allahu Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) selesai shalat 33 kali. Apakah kisah ini selesai sampai di sini? Ternyata tidak! Beberapa waktu kemudian, para sahabat yang miskin itu mengadu lagi kepada Nabi shallallahu ‘alaih wa salam. Apa pasal? “Ya Rasulullah, saudara-saudara kami yang kaya mendengar perbuatan kami, maka mereka berbuat sebagaimana perbuatan kami.” Ternyata sahabat yang kaya pun juga mengamalkan dzikir yang diajarkan Rasul kepada sahabat yang miskin. Apa jawab Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaih wa salam? “Itulah kurnia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” Kekayaan Rasul dan Para Sahabat Tapi bukankah Rasul mengajarkan kita untuk hidup zuhud dan sederhana? Bukankah Rasul saja hidupnya sangat sederhana? Yang menjadi kesalahpahaman adalah makna zuhud. Zuhud bukan berarti miskin. Zuhud dan miskin itu sangat berbeda! “Zuhud itu adalah kamu meninggalkan perbuatan yang tidak berfaedah untuk akhiratmu.” Ujar Ibnu Taimiyah, ‘ulama’ kenamaan di abad pertengahan. Artinya, jika saat ini kekuatan ekonomi adalah kebutuhan umat untuk bangkit maka memperkuat ekonomi individu juga bagian dari 60


zuhud. Mudahnya, zuhud itu meninggalkan dunia karena pilihan sendiri. Miskin itu ditinggal dunia. Setelah itu, kita lihat sekilas mengenai kehidupan Rasul dan para sahabat. Pada saat pernikahan antara Khadijah dan Nabi Muhammad berlangsung (saat itu Muhammad belum menjadi nabi), Muhammad memberikan mahar kepada Khadijah sebanyak 20 ekor unta. Tahukah kamu, seekor unta sebanding dengan Rp 13 juta. Jika dua puluh? Ya sekitar 260 juta rupiah. Itu baru mas kawin, belum harta yang lain. Tahu Abu Bakar radhiallahu ‘anhu –semoga Allah meridhainya-?? Beliau adalah salah satu sahabat Rasul yang dijamin masuk surga, sekaligus khalifah pertama pasca Rasul wafat. Saat seorang sahabat, Bilal, disiksa oleh majikannya yang bernama Umaiyah ibn Khalaf (Bilal adalah budaknya Umaiyah) karena ke-Islamannya, Abu Bakar membeli Bilal dengan harga 9 uqiah emas. Tahukah kamu, 1 uqiah = 31,7475 gram emas. Setelah menjualnya, Umaiyah mengatakan bahwa sebenarnya harga Bilal lebih murah dari itu. Maksudnya, Umaiyah ingin membuat Abu Bakar nyesel udah mengeluarkan uang sebanyak itu buat membeli Bilal. Apa jawaban Abu Bakar? “Jika kamu menjualnya dengan harga 100 uqiah pun saya akan beli!” Ibnu ‘Umar berkata, “Di awal ke-Islaman Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, seluruhnya 40.000 dirham habis untuk memerdekakan budak dan menolong agama.” Tahukah kamu, 1 61


dirham sama dengan 2,975 gram perak. Berapa harga 1 gram perak sekarang? Kalikan dengan 40.000. Tapi ingat, ini beliau keluarkan pada saat awal ke-Islamannya. Itupun yang diketahui. ‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu, salah satu sahabat Rasul terjamin jannah (surga) sekaligus khalifah kedua umat Islam. Beliau memiliki 70.000 aset properti (ladang pertanian) senilai masing-masing (masing-masing lho ya!) sekitar 160 juta rupiah. Pendapatan dari properti bisa mencapai 40 juta x 70.000 lokasi dengan total penghasilan mencapai 2,8 triliun rupiah. ‘Utsman ibn ‘Affan radhiallahu ‘anhu. Sahabat terjamin jannah sekaligus menantu Rasul ini punya simpanan 151 dinar. Sebagai pengingat, 1 dinar = 4,25 gram emas. Berapakah harga 1 gram emas jika dikalikan 4,25. Kalikan lagi dengan 151 deh. ‘Utsman juga mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar dan beberapa sumur senilai 200.000 dinar. Berikutnya, ada sahabat Zubair ibn Awwam radhiallahu ‘anhu. Sebagai catatan, beliau juga sahabat yang dijamin masuk jannah. Kekayaan beliau mencapai 50.000 dinar. Beliau juga mempunyai 1.000 ekor kuda perang. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf radhiallahu anhu juga salah satu sahabat yag dijamin masuk jannah (surga) sekaligus pebisnis yang handal. Banyak yang menggelari beliau ‘sahabat Nabi terkaya’. Beliau pernah menyumbang 500 ekor kuda untuk kepentingan perang. Bayangkan, 1 ekor saja berapa 62


harganya, ini 500 ekor. Dalam satu kali pertemuan (ingat! Baru satu kali pertemuan), beliau pernah berinfaq sebesar 40.000 dinar. Beliau juga pernah lho menyumbangkan seluruh barang yang dibawa kafilah dagangnya kepada penduduk Madinah. Padahal kafilah dagangnya diangkut 700 ekor unta, Yang perlu diingat, kekayaan mereka 100% halal. Tidak mengenal istilah bunga, riba, dan lainnya. Karenanya, harta mereka berkah dan seolah rezekinya terus mengalir. Kaya dan Hidup Sederhana!! Meskipun memiliki kekayaan yang berlimpah. Para sahabat adalah orang-orang yang zuhud dan memilih hidup sederhana. Rasul shallallahu ‘alaih wa salam tidur hanya beralaskan pelepah kurma. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf nampak serupa dengan pelayannya saat bersanding bersama. Jadi kita bisa ambil kesimpulan. Sebagai seorang muslim, dari segi kepemilikan harta, kita harus punya banyak harta. Namun dari segi gaya hidup, kita harus tetap zuhud dan sederhana, hanya menggunakan harta seperlunya saja dan tidak perlu bermewah-mewah. Sisa harta yang kita miliki bisa dijadikan ladang pahala. Jadi, seorang muslim memang wajib kaya. Tidak hanya kaya hati, kaya iman, kaya batin, namun juga kaya iman sekaligus kaya harta.

63


“Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam dan di waktu siang.” {HR. Muslim} Memang benar, harta kekayaan kita bisa menjadi bumerang bila kita tidak menggunakannya sebagaimana aturan dalam syariat Islam, apalagi dari hasil usaha yang haram. Namun ingat kisah pengaduan sahabat Rasul yang miskin tadi? Pada kenyataannya, sahabat yang kaya memiliki kelebihan dibandingkan yang miskin kan? Sampai sahabat yang miskin iri. Resiko berbanding lurus dengan hasil yang dicapai. Lantas, bagaimana jika kita memilih mempunyai harta secukupnya agar tanggung jawab di akhirat ringan. Bukankah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaih wa salam saat jadi Nabi memiluh hidup dengan sedikit harta walaupun bisa hidup kaya? Rasul memang saat menjadi pemimpin di Madinah hanya memiliki harta yang pas-pasan. Namun beliau punya pengaruh kekuatan politik, ekonomi, budaya, ideologis yang kuat, baik skala lokal, regional, maupun internasional. Nah, bisa tidak kamu seperti itu? Bukankah demi keberlangsungan dakwah Islam, kita memang harus punya berbagai ‘akses’ agar dakwah berjalan lancar? Selain itu, kita pasti paham jika dakwah butuh modal, tidak bisa tidak. Banyak pihak penentang Islam dari dulu 64


sampai sekarang yang berusaha memojokkan Islam dengan berbagai cara. Mereka melakukannya tentu dengan sokongan dana yang besar. Menguasai media, mengeruk keuntungan untuk kebathilan, untuk menjatuhkan Islam, mereka lakukan dengan modal yang tidak sedikit. Dari fakta ini, kita harus sadar bahwa menjadi kaya itu ‘wajib’ demi keberlangsungan dakwah Islam dan agar dunia tidak dikuasai oleh orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” {QS. Al Hujurat (49) : 15}

Referensi: Kurniawan, J. Endy. Think Dinar!

65


Nasionalisme-Religius Khalid Shibghatullah Rabbani

“Saya berafiliasi kepada islam yang berpedoman terhadap pemikiran yang luas, holistik, integral, komprehensif. karena saya yakin Islam itu mencakup semua aspek kehidupan. dimanapun kita, nilai-nilai Islam itu ada disekitarnya. saya memilih Islam ini bukan karena nenek moyang saya ataupun ada orang yang membuat saya terpengaruh untuk masuk kepadanya, tetapi saya melihat sematamata Islam merupakan jalan hidup saya. dan saya dibutuhkan oleh umat ini. rangkaian dari untaian kata-kata yang semoga bisa memberikan inspirasi besar bagi saya, kamu, dan kita semua tentunya.� Inilah cita-cita sekelompok orang untuk mendapatkan kemenangan sejati. Membangun kehidupan yang islami adalah sebuah proyek peradaban raksasa. Proyek besar yang bertujuan merekontruksi pemikiran dan kepribadian manusia muslim, agar ia berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah dan rujukan islam. Kemudian membawa manusia muslim baru itu ke dalam kehidupan nyata dengan kesadaran barunya, untuk menata ulang seluruh sektor kehidupan masyarakat agar hidup dengan budaya, sistem, hukum, dan institusi yang mengejawantahkan kehendak Allah SWT. 66


Umat islam yang baru tersebut menjadi model yang representatif dari kehendak-kehendak Allah SWT, keluar dari dirinya sendiri, melampaui wilayah kepentingan spesifiknya, untuk menyebar bunga hidayah dan rahmat kepada seluruh umat manusia, menciptakan taman kehidupan yang seimbang, dimana setiap orang menemukan keamanan yang diciptakan oleh keadilan dan kenyamanan yang dilahirkan oleh kemakmuran; merasakan kemudahan yang diciptakan oleh pengetahuan dan harapan serta optimisme yang dilahirkan agama. Pekerjaan-pekerjaan besar untuk menyelesaikan proyek besar itu harus dilalui dengan 4 tahap, yaitu: Pertama, membangun sebuah organisasi kuat dan solid sebagai kekuatan utama yang mengoperasikan sistem peradaban itu. Inilah yang biasa mereka sebut mihwar tandzhimi. Organisasi adalah tulang punggung sistem, sehingga ia harus kuat memikul beban berat dalam waktu yang panjang. Maka supaya tulang punggung ini kuat, ia juga harus diisi orang-orang kuat, unggul, dan tangguh dalam seluruh aspek kepribadiannya, sebab merekalah sesungguhnya pemimpin umat atau lokomotif yang membawa gerbong panjang umat ini. Dan untuk mencetak pemimpin-pemimpin umat itu, mereka memerlukan proses pembinaan dan kaderisasi yang sistematis, integral, dan dengan waktu yang relatif panjang. Orang-orang yang dipilih untuk dibina dan dikader haruslah orang-orang yang terbaik yang ada dalam masyarakat, yaitu mereka yang memiliki bakat , intelegensi, dan kesiapan dasar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar dan memikul amanah yang berat. 67


Dengan demikian kaderisasi menjadi mutlak, karena ia adalah mesin yang mencetak pemimpin-pemimpin umat. Kedua, membangun kekuatan basis sosial yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung sistem peradaban tersebut. Inilah yang biasa mereka sebut mihwar sya’bi. Kalau basis organisasi bersifat elitis dan ekslusif, maka besis sosial bersifat massif dan terbuka. Kalau organisasi berorientasi pada kualitas, maka basis sosial berorientasi pada kuantitas. Kalau organisasi meretas jalan, maka masyarakatlah yang akan melaluinya. Kalau pemimpin melihat ke depan dengan pikiran-pikiran yang jauh ke depan, maka massa menjangkau ke depan dengan alternatif tangga-tangganya yang banyak. Kalau pemimpin hebat mendapatkan dukungan publik yang luas, maka akan terbentuklah sebuah dukungan yang dahsyat. Kalau organisasi dibentuk melalui rekruitmen kader, maka massa dibentuk melalui opini publik. Kalau kader pemimpin dibentuk melalui pengkaderan yang baik, maka massa dibentuk melalui media massa dan figur/ tokoh publik. Yang ingin mereka capai di tahap kedua ini adalah terbentuknya opini publik yang islami, struktur budaya dan adab-adab sosial yang islami, dominasi figur dan tokoh islam dalam masyarakat. Keempat, membangun berbagai institusi dalam berbagai sektor kehidupan untuk mewadahi pekerjaanpekerjaan sistem peradaban pada segenap sektor dan lapisan masyarakat. Inilah yang biasa mereka sebut mihwar muassasi. Di sini sistem memasuki pekerjaan yang sangat luas dan kompleks, karena itu diperlukan pengelompokan 68


sektor pekerjaan. Pada konteks ini mereka membutuhkan, seluruh intitusi sosial untuk mewadahi aktivitas sosial; seluruh intitusi ekonomi untuk mewadahi aktivitas ekonomi; seluruh intitusi politik untuk mewadahi aktivitas politik; begitu juga dengan militer, baik yang ada di masyarakat umum maupun yang ada di pemerintahan. kalau dalam tahap sebelumnya mereka menyebar kader ke tengah masyarakat, maka dalam tahap ini mereka menyebar kader ke seluruh institusi yang ada. kalau dalam tahap sebelumnya mereka melakukan mobilitas horizontal (masyarakat), maka dalam tahap ini mereka melakukan mobilitas vertikal (pemerintahan). Kader-kader peradaban haruslah mampu mengisi struktur yang ada pada lembaga-lembaga tinggi negara: Legislatif, Ekskutif, dan Yudikatif. Juga institusi bawah, seperti RT, RW, ataupun lurah. Kader-kader peradaban juga harus mampu mengisi struktur yang tersedia pada lembaga-lembaga ilmiah, ekonomi, dan sosial serta militer. Dengan begitu terbentuklah kader pada seluruh institusi strategis yang merupakan pranata yang dibutuhkan untuk menata kehidupan bernegara yang islami. Terakhir, kalau basis sosial bertujuan membentuk opini publik yang islami, maka basis intitusi ini bertujuan untuk memberikan politik terhadap opini publik itu. Hingga pada akhirnya sistem peradaban ini sampai pada institusi-institusi tertinggi negara dibutuhkan untuk merealisasikan seluruh kehendak SWT pada kehidupan masyarakat secara legal dan Inilah yang biasa mereka sebut mihwar daulah.

harus yang Allah kuat.

69


Begitulah sekiranya empat tahap ekskalasi sebuah proyek besar dalam membangun sistem peradaban. Gejala kebangkitan global yang realitasnya dihampir semua negara yang mayoritas penduduknya muslim, dakwah sedang dalam proses “menegara�. Mark Juergenmayer menyebut fenomena ini dengan “Nasionalisme Religius�.

70


Manusia, Dogma Spiritualitas, dan Hilangnya Ruh Peradaban Firdaus Zulfikar

Memaknai Peradaban Maju Manusia, dalam sejarahnya mengalami perkembangan intelegensia yang sangat luar biasa. Dari masyarakat yang primitif dalam tataran teknologi, kemudian bertransformasi menjadi makhluk yang cerdas mencipta. Anugerah akal yang diberikan oleh Sang Pencipta mampu dimanfaatkan manusia dalam mengembangkan berbagai hal, termasuk dalam bidang sains dan iptek. Lahirlah para cendekiawan dan juga ilmuwan yang mahir dan expert dalam bidangnya masing masing. Mereka kemudian menemukan berbagai macam penemuan dan juga inovasi yang perkembanganya bak peluru yang meluncur dari moncong senapan, cepat dan tak bisa dihentikan. Perkembangan teknologi ini yang kemudian mudah bagi orang awam menyebutnya sebagai penyebab munculnya suatu peradaban yang maju. Apa yang kita bayangkan ketika kata “peradaban� disebut? Apakah suatu hal yang kemudian ada hubunganya dengan bentuk fisik bangunan? Apakah suatu “peradaban 71


maju” berarti gedung pencakar langit yang tinggi, pendidikan yang maju dan pesat, tatanan hukum dan sosial yang mapan? Jika hanya itu yang menjadikan parameter “peradaban maju”, maka itu jauh dari tepat. Peradaban maju, dalam maknanya seringkali mendapatkan arti sebuah “kemajuan dalam bidang iptek”. Pola pikir ini secara tanpa sadar terbentuk karena kita sering berinteraksi dengan pelaku “peradaban maju”, yaitu Barat. Barat dengan teknologinya yang maju dan berkembang secara pesat mampu membius dan mengaburkan pemaknaan kita terhadap peradaban maju. Perkembangan komputer saja, misalnya dewasa ini mengalami akselerasi yang bergitu cepat. Namun, apa yang dilupakan barat dalam gemerlap “peradaban maju” yang mereka elu-elukan adalah “adab” itu sendiri. Ketika teknologi mereka berkembang dan iptek mereka mengalami perkembangan yang sangat pesat, peradaban Barat mulai meninggalkan adab mereka. Adab yang sering diejawantahkan sebagai norma dan nilai kini menjadi hal yang langka di barat. Sangat mudah menemukan gejala pengikisan norma dan nilai ini. Coba saja kita tengok kasus kehamilan diluar nikah yang terjadi di amerika misalnya, fenomena baby boom di Amerika cukup untuk menjadi bukti kebobrokan akhlak kaum frank. Akibat Meninggalkan Agama Kegagalan Barat untuk menjadikan agama sebagai fungsi kontrol terhadap perkembangan peradaban maju 72


mereka agaknya disebabkan oleh ketakutan mereka akan intervensi yang dilakukan gereja pada abad pertengahan. Aufklarung, masa itu kemudian disebut sebut sebagai the dark ages of europe. Pada masa itu, Eropa dipimpin oleh sistem teokrasi yang diwakili oleh otoritas gereja. Dalam kepemimpinanya, otoritas gereja mempunyai kekuatan memimpin yang superior. Dibawah Sang Paus kepala negara dipilih, dibawah seorang Paus pula hukuman mati dapat dijatuhkan kepada umat Kristiani yang melakukan heresy atau penyimpangan. Dalam pelaksanaan hukuman mati, gereja mempunyai intitusi khusus yang dilengkapi banyak peralatan penyiksaaan keji guna pelaksanaan inkuisisi. Inkuisisi dilakukan tanpa pandang bulu, entah dia merupakan seorang tokoh masyarakat, budak, teknokrat, bahkan ilmuan sekalipun pernah mencicipi siksaan keji yang dipraktekkan oleh inkuisisi. Ilmuan sekaliber Galileo dan Copernicus pun harus merasakan hukuman mati gereja karena penemuan penemuan mereka dianggap telah menyimpang dari apa yang menjadi stereotip gereja. Sistem teokrasi inilah yang melahirkan mainstream agama kristiani baru yaitu Kristen Protestan. Sebut saja Martin Luther, Pendeta Jerman yang mengkritik keras penjualan surat pemgampunan dosa yang marak dilakukan oeh otoritas gereja pada saat itu.. Ketakutan terhadap otoritas gereja ini yang kemudian menjadikan worldview para pemikir barat menjadi anti-agama, sekuler lebih tepatnya. Hemat mereka, ilmu pengetahuan dan sains tidak akan bisa berjalan harmonis apabila ada 73


unsur agama atau unsur “sakral� didalamnya, sehingga mereka menihilkan agama dan unsur unsur spiritualitas dalam diskursus keilmiahan mereka. Kebencian para pemikir barat terhadap agama memang menjadi hal yang wajar apabila kita lacak latar belakang mereka sebagai mantan orang yang notabene pernah “tertindas� oleh peraturan gereja yang sering tidak masuk akal. Bahkan saking bencinya, filsuf kenamaan asal Jerman, Friedrich Nietzsche mengaku telah membunuh tuhan. Tidak kalah lancangnya, Karl Marx, si pencetus teori marxisme mengatakan bahwa agama merupakan candu bagi masyarakat. Mainstream pemikiran yang memisahkan ilmu pengetahuan dari agama atau jamak disebut sebagai worldview sekuler inilah yang kemudian menjadi ruh perkembangan teknologi di Eropa, entah kemajuan itu dalam hal iptek, hukum, tatanan sosial politik, dan sebagainya. Kosong, tanpa Ruh Kosong tanpa ruh adalah frasa yang kiranya dapat mewakili kondisi perkembangan peradaban barat dewasa ini. Materialistik, adalah landasan filosofis para pemikir barat mengenai peradabanya. Material atau benda wujud menjadi parameter kemajuan peradaban sebuah bangsa, sehingga norma nilai dan juga agama dipinggirkan. Dalam benak mereka semua hal itu relatif dan juga profan, tidak ada hal di dunia ini yang sakral. Tuhan dan agama hanya menjadi alat pemuas batin bagi manusia yang lemah. Jika menginginkan kemajuan, pergilah ke tempat tempat penelitian dan juga laboratorium, bukan ke gereja! 74


Apabila kita mau jujur dan objektif, realita ini (tidak pedulinya lagi orang barat terhadap tuhan dan spiritualitas agama) memang terjadi dalam kehidupan masyarakat Barat. Worldview sekuler agaknya terbukti berhasil mencuci otak mereka yang sudah terlanjur alergi terhadap agama, sehingga bukan hal aneh lagi apabila para mahasiswi cerdas perguruan tinggi kenamaan di Amerika mempunyai sikap bak pelacur di malam hari. Paparan realitas yang sudah saya sebutkan diatas sekiranya mampu membuat kita merenung lagi, bagaimana kita memaknai “peradaban maju”. Peradaban maju, bukan melulu dinilai dari hal yang bersifat materiil, konkrit, empiris. Akan tetapi, peradaban maju adalah kombinasi antara kemajuan materiil yang diwakili oleh kemajuan teknologi dan kemantapan spiritualitas agama, seperti dasar kata peradaban “adab” yang menurut KKBI berartikehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, akhlak. Para Pendahulu Kita Marilah sejenak kita melakukan perjalanan waktu untuk mundur beberapa abad kebelakang, melihat bagaimana para pendahulu kita membangun sebuah “peradaban maju” yang hakiki. Ketiga dinasti pasca khulafaurrasyidinmampu menjadi refleksi bagaimana islam tampil sebagai kultur perkembangan iptek yang ideal. Tanpa harus meninggalkan nilai nilai syariat, iptek maju dimasa ketiga dinasti tersebut. Sebut saja nama nama termasyhur dalam bidangnya seperti Ibnu Sina yang kemudian karya monumentalnya “the canon medicine” menjadi 75


pakem rujukan ilmu kedokteran modern, Al Khawarizmi dengan aljabarnya, dan masih banyak lagi ilmuwan islam yang menemukan banyak penemuan penting tanpa meninggalkan jati dirnya sebagai seorang muslim yang harus menaati syari’at islam. Bukti diatas menunjukkan bahwa islam kompatibel dengan berbagai macam perkembangan dan kemajuan teknologi. Dengan kekhasan dan ajaran yang holistik, islam mampu menempatkan diri sebagai pendukung kemajuan, bukan malah menjadi pengebiri kemajuan.

76


MENUJU INDONESIA MADANI

77


Pelacuran Intelektual Menjelang Pilpres 2014 Anggel Dwi Satria

“Menempatkan pengetahuan dan bangunan keilmuan hanya sebagai komoditi kekuasaan belaka�- Michael Faucault (1978)Rupanya potret politik kita menuju pemilu 2014 mulai ditaburi kerikil tajam. Tidak hanya pemain politikus saja yang bermain, tetapi juga lembaga-lembaga survei yang mengatasnamakan lembaga independen juga seperti udang di balik batu. Salah satunya adalah Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang bertendensi untuk mematikan parpol lain dalam pesta demokrasi ini. Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Minggu (20/10), menuai perdebatan. Sejumlah pengamat politik di negeri ini pun angkat bicara. Mereka menilai survei LSI itu bertendensi. Bahkan, dianggap sebagai upaya penggiringan opini untuk mengerucutkan pemilih,bahwa ada figur tertentu yang pantas dipilih rakyat pada 2014. Dalam pemaparannya, peneliti LSI, Adjie Alfaraby pernah mengatakan jika pemilu digelar sekarang maka Partai Golkar bakal meraup suara terbanyak yakni 20,4 persen, disusul PDIP 18,7 persen, dan Partai Demokrat 9,8 78


persen. Gerindra meraih 6,6 persen, PAN 5,2 persen, PPP 4,6 persen, PKB 4,6 persen, PKS 4,4 persen, Hanura 3,4 persen, Nasdem 2 persen, PBB 0,6 persen, dan PKPI 0,3 persen. Yang belum menentukan pilihan sebanyak 19,4 persen. Berdasarkan survei itu pula hanya ada tiga calon presiden (capres) riil,yakni Aburizal Bakrie (Golkar dan koalisinya), Megawati Soekarnoputri (PDIP dan koalisinya), serta pemenang konvensi Partai Demokrat. Sedangkan Jokowi (PDI-P) dan Prabowo (Gerindra) hanya dianggap sebagai capres wacana sehingga posisi kedua sosok tersebut ‘dihilangkan’ dalam survei tersebut (lihat di http://www.shnews.co). Dalam survei tersebut LSI menggunakan tiga ukuran/indeks pertama, capres dicalonkan tiga parpol teratas dalam perolehan suara pemilu. Kedua, capres merupakan pengurus struktural partai. Ketiga, capres dicalonkan secara resmi oleh parpol. Tentu saja banyak pihak terkejut membaca hasil lembaga survei yang diketuai Denny JA tersebut. Tak sedikit pengamat mengatakan bahwa survei tersebut sangat tendensius karena mencoba merongrong opini publik ke arah konstruksi pemikiran lembaga survei. Titik Krusial Pengakuan Denny JA dalam pernyatannya di dalam sebuah media publik bahwa menghimbau agar publik tidak mempersoalkan hasil survei LSI karena tiap lembaga survei memiliki teknis metodologi tersendiri yang akan 79


dipertanggungjawabkan. Sungguh ini sebuah pernyataan yang invalid. Pasalnya, survei, kita tahu merupakan alat rekam persepsi yang digunakan untuk mengukur sejauhmana respons publik terhadap realitas yang ada dengan menggunakan standar metodologi yang obyektif dan akurat menurut kaidah saintifik. (baca: KBBI). Karena survei merupakan alat untuk merekam persepsi publik, maka hasilnya sedapat mungkin mencerminkan kebenaran umum dengan penjelasan yang bisa diterima oleh logika kebanyakan. Karena itu ketika simpulan survei menunjukkan kuantifikasi yang berbeda dari kecenderungan pengetahuan publik maka di sinilah kita bisa mempertanyakan sejauhmana independensi lembaga tersebut dalam mennyimpulkan hasil surveinya? Formulasi capres riil dan wacana dalam format riset LSI langsung menunjukkan bahwa riset ini sejak awal sudah dikendalikan oleh logika partisan yang diwakili oleh konstruksi pertanyaan restriktif tanpa memberikan ruang yang luas bagi obyektifitas penilaian publik. Misalnya, asumsi bahwa Prabowo dan Jokowi hanya bakal menjadi capres wacana adalah asumsi prematur yang menciderai basis rasionalitas publik karena proses politik pada kenyataannya masih terus berjalan dengan segala kemungkinan. Politik pun masih terbuka untuk hitungan beberapa bulan ke depan, apalagi politik memiliki kelenturannya tersendiri. Artinya, peluang masih terbuka bagi capres yang berada di posisi buntut sekalipun untuk terus menggalang sosialisasi secara efektif.

80


Dalam kasus Jokowi, sekalipun ia belum dipastikan mendapat tiket oleh partainya sebagai capres, namun frekuensi dukungan publik yang bergema terhadapnya selama ini mestinya masuk dalam sensitifitas pertimbangan survei. Publik bahkan jajaran internal PDIP pun juga belum bisa memastikan apakah Megawati akan maju sebagai capres. Rekayasa Murahan Tak mengeherankan jika banyak anggapan yang menduga hasil survei LSI hanyalah simulasi rekayasa murahan atas nama survei publik untuk menyederhanakan kompetisi politik yang mendukung klien tertentu. Perhitungannya tentu saja dengan membaiat Megawati sebagai capres diharapkan kompetitor dari partai lain lebih mudah membangun strategi pemenangan politiknya ketimbang jika harus berhadapan dengan Jokowi yang di survei-survei lain justru menempatkan figur ini sebagai capres unggulan. Tidak ada yang salah dengan eksistensi konsultan politik apalagi di era demokrasi modern seperti saat ini. Namun masalahnya adalah ketika kepentingan partai dijadikan justifikasi untuk menggiring persepsi publik lewat sentuhan propaganda media maka prinsip saintifik politik akan tereduksi menjadi sebatas iklan politik kelompok pemesan yang tengah mencoba meraih keuntungan untuk mengakali kecenderungan pemilih.

81


Cara seperti inilah yang dibenci oleh Michael Faucault (1978) karena menempatkan pengetahuan dan bangunan keilmuan hanya sebagai komoditi kekuasaan belaka. Kita tahu hasil survei LSI yang mirip juga pernah dirilis sekitar bulan Maret 2013, ketika LSI menyodorkan formasi Jokowi sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan capres Aburizal Bakrie. Formasi ini pun dinilai janggal dan tidak akurat karena dalam sejarah politik dalam pemilu dua partai ini memiliki histori politik yang berbeda bahkan bersebrangan. Nampak, bahwa LSI berupaya mengontrol logika publik agar pilihan politik ke depan bisa menguntungkan partai/kelompok kepentingan tertentu. Dengan politik survei seperti ini, pembangunan demokrasi bisa terancam mandek, karena ruang kontestasi politik diisi oleh kultur hegemoni politik kapital yang bersifat jangka pendek dan menyesatkan. Ini sebuah pelacuran intelektual dalam bingkai demokrasi yang tidak mendidik rakyat selain menjadikan rakyat sebagai boneka kepentingan para penguasa. Rakyat tidak boleh berhenti untuk bersikap kritis karena itu diperlukan pula analisis tandingan dari pakar/ilmuwan politik independen untuk menerjemahkan setiap hasil-hasil survei yang ada sehingga bisa menyelamatkan logika publik. Nampaknya KAMMI ke depan harus menggagas sebuah lembaga survei politik nasional sebagai upaya membayar lunas janji konstitusi negara; ikut mencerdaskan bangsa. Semoga! 82


Silence Is Betrayal Chaerunisa

“Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka‌â€? Negeri khatulistiwa. Ya, negeri ini memang kaya dengan sumber daya alamnya. Sebagai contoh antara lain keanekaragaman flora dan fauna, populasi, latar belakang sejarah, dan masih banyak lagi kekayaan yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Namun sayangnya, fakta ini belum bisa meratakan kemakmuran masyarakat secara optimal. Selain itu lebih dari setengah abad atau tepatnya 67 tahun Indonesia merdeka secara de facto dan de jure dan seharusnya ini menjadi usia dimana masyarakat Indonesia mampu menyukseskan pembangunan nasional secara mandiri. Disinilah dibutuhkan sosok seorang pemimpin yang mampu menyukseskan pembangunan nasional tanpa dipengaruhi pihak asing dan meratakan kemakmuran masyarakat yang kian hari semakin tak karuan. Sosok pemimpin yang bertanggung jawab atas rakyatnya lah yang dibutuhkan saat ini Pada kalimat di paragraf pertama tergambar bahwa definisi dari pemimpin yang sebenarnya adalah orang yang 83


bertanggung jawab dengan orang-orang yang berada di bawah pimpinannya. Seorang pemimpin harus mempunyai karakter yang melekat kuat pada dirinya. Tanpa karakter, seorang pemimpin hanyalah seonggok manusia tak berdaya yang menjadikan dirinya perahu yang terombang-ambing di deburan ombak lautan. Ditinjau dari segi bahasa, karakter adalah kepribadian yang membedakan seseorang dari orang lain dan bersifat relatif tetap. Seorang pemimpin yang berkarakter bisa mempengaruhi lingkungannya. Dalam suatu telaah terhadap 100 tokoh yang berpengaruh di dunia, Muhammad Saw diakui sebagai tokoh yang menduduki peringkat pertama di dunia. Kedudukan beliau di peringkat pertama dapat dilihat dari berbagai aspek, misalnya saja sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau dalam menyebarkan agama Islam yang tentunya memberikan pengaruh yang banyak pada orang banyak. Dalam tulisan ini, saya menjadikan Nabi Muhammad sebagai contoh figur pemimpin yang ideal. Kepribadian Muhammad Saw yang patut dijadikan contoh adalah ketangguhan beliau untuk menjadi pribadi yang tidak dipengaruhi keadaan masyarakat di sekitarnya. Aspek kepribadian yang menonjol pada dirinya adalah kejujuran, hal ini ditunjukkan dengan gelar al amiin (orang yang dipercaya). Kepribadian seperti itu merupakan landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup dan kokoh memegang suatu prinsip dalam menjalani kehidupannya. Kepribadian yang mulia, membuat Muhammad Saw menjadi seorang leader dan manajer yang handal. Seorang 84


leader selalu tampil di muka, menampilkan keteladanan, dan kharisma yang mampu mengarahkan, membimbing dan menjadi panutan. Dalam konteks ini, seorang pemimpin harus tampil di muka karena pemimpin yang akan menjadi panutan atau teladan bagi orang yang dipimpinnya, sehingga pengikutnya juga bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Muhammad Saw selalu sabar mengahadapi musuh-musuhnya, sehingga kisah tersebut bisa dijadikan pelajaran bagi pengikutnya. Muhammad Saw dikatakan sebagai manajer yang handal karena beliau pandai dalam mengatur perencanaan, menjalani, memimpin, dan mengawasi dengan baik. Dalam sebuah penyusunan strategi, beliau selalu merencanakan dengan matang sampai sedetaildetailnya. Sebagai pemimpin strategi, beliau juga eksekutor strategi yang handal. Beliau juga memberikan contoh bagaimana seorang pemimpin dapat menjalani tugasnya dengan baik dan tidak hanya terucap di mulut saja, seperti kebanyakan pemipmpin di jaman sekarang. Seorang pemimpin yang baik haruslah berpikiran, bersikap dan berkata benar. Artinya adalah dalam kepemimpinan seorang pemimpin dituntut untuk berani mengambil keputusan dan memerintah dengan benar. Pemimpin yang berpegang teguh pada kebenaran akan disegani, dihormati, dan dipatuhi oleh rakyatnya karena rakyatnya akan percaya kepadanya dalam setiap kebijakan dan peraturan yang diputuskan. Kasus korupsi marak terjadi di negeri kita adalah salah satu contoh akibat dari pemimpin yang tidak jujur sehingga hal ini dapat mengakibatkan rakyat tidak percaya lagi pada pemimpinnya dan terjadi ketidakadilan di pemerintahannya. Namun beda halnya jika 85


seorang pemimpin mencintai kebenaran, maka dia juga akan mencintai keadilan dan kasus korupsi tidak akan terjadi. Contohnya saja jika seorang pemimpin yang jujur, ketika melihat ketidakjujuran dalam suatu peristiwa, maka dia akan segera menindaklanjuti hal tersebut dengan mengambil kebijakan yang adil seperti menghukum orang yang bersalah walaupun mereka adalah keluarga atau kerabat dekatnya dan tidak menerima suap. Pemimpin yang mencintai kebenaran, keadilan dan kejujuran, akan menaruh perhatian besar terhadap nasib dan kepentingan orang yang dipimpinnya serta tidak akan berlaku semena-mena. Pemimpin yang seperti ini akan selalu dirindu rakyatnya karena keadilannya dan akan selalu dekat serta mengetahui suka dan duka orang-orang yang dipimpinnya. Sifat lainnya yang melekat pada Muhammad adalah amanah (dapat dipercaya). Artinya adalah seorang pemimpin harus mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan menyampaikan apa yang harus disampaikan. Sesuatu yang harus disampaikan bukan untuk dirubah, dikurangi atau ditambahi namun disinilah esesi dari ke-orisnal-an atau kebenaran suatu peristiwa atau hal yang lainnya. Selain itu pemimpin berusaha menempatkan dirinya sebagai anggota atau bagian dari anggota lainnya. Disinilah pentingnya peran saling mempercayai antara pemimpin dan anggota organisasinya. Pemimpin yang dipercaya, mampu mempercayai orang lain, dan memiliki kepercyaan diri merupakan pemimpin yang bertanggung jawab. Pemimpin tidak suka menyalahkan orang laindengan maksud lari dari tanggung jawab. Dengan demikian, pemimpin yang dapat 86


dipercaya adalah orang yang mampu melaksanakan tugas dan pekerjaanya dengan baik serta mempunyai kedudukan yang spesial di hati rakyatnya. Fathanah. Ya, seorang pemimpin haruslah pandai. Bisa dibayangkan kalau seorang pemimpin yang bodoh, maka ia akan dengan mudah dipengaruhi, dan mudah ditipu orang lain. Pemimpin yang cerdas akan mampu memberikan petunjuk, nasihat, bimbingan, nasihat dan arahan bagi rakyatnya. Selain itu, sifat cerdas yang dimiliki pemimpin dapat memberikan keputusan yang bijak dengan meminimalisir resiko yang akan dihadapi. Kecerdasan dengan pengetahuan yang memadai, akan mengantarkan seseorang menjadi pemimpin yang berpandangan luas. Kita adalah manusia yang dikaruniakan akal oleh Allah Swt, sehingga kita wajib untuk menggunakannya untuk memimpin. Dengan mengembangkan pikirannya, berarti manusia akan memperoleh pengetahuan, yang jika diintensifkan maka akan berkembang menjadi keterampilan dan keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif. Dengan karakter yang kuat, seorang pemimpin dapat membuat pemerintahannya sebagai pemerintahan yang kokoh karena dia dapat memegang teguh prinsip hidupnya. Namun terbesit sebuah tanda tanya besar di benak saya “Adakah sosok pemimpin seperti Nabi Muhammad? Yang perangainya dapat menjadi pengaruh hampir di seluruh umat di dunia? Dan masih adakah api semangat anak-anak 87


muda generasi penerus bangsa yang akan merubah negeri ini menjadi lebih baik?� . Jawabannya adalah “Ya! Kita pasti bisa!.� Sudah menjadi kewajiban kita umat manusia yang disebut-sebut sebagai khalifah di bumi untuk menjadikan negerinya damai, aman dan sentosa. Sudah menjadi tugas kita generasi muda untuk mewujudkan hal ini menjadi kenyataan. Mulai lah untuk mendidik diri kita sendiri menjadi sosok pemimpin yang akan membawa negeri ini menjadi lebih makmur, gemah ripah loh jinawi, mulailah bergerak untuk menjadi panutan yang memiliki follower terbanyak, dan jangan lupa untuk menjadikan diri ini lebih bermanfaat untuk orang lain . Ketika negeri ini gaduh oleh suara politisi jahat, ketika negeri ini gaduh oleh tangisan anak-anak kecil yang kelaparan dan ketika negeri ini gaduh oleh teriakan rakyat miskin, dan apakah kalian akan bungkam? Silence is betrayal.. Ya, diam adalah sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan kepada orang-orang yang tersakiti dan disakiti. Pengkhianatan kepada negeri yang memang selayaknya dibela hak nya. Pengkhianatan kepada para pahlawan yang sudah merebut kemerdekaan Indonesia. Serta pengkhianatan kepada diri sendiri, karena kita sudah sepantasnya untuk bersuara. Bersuaralah atau negeri ini akan jatuh kepada para bedebah. Jika ada 1000 pasukan, maka aku berada diantara mereka. Jika ada 100 pasukan, maka aku termasuk mereka. Jika ada 10 pasukan, maka aku juga termasuk mereka. Dan jika hanya ada 1 pasukan, maka dia adalah aku. 88


KAMMI dan Pemberdayaan Perempuan Hartono

Isu kesetaraan gender kini kembali mencuat seiring dengan pembahasan RUU kesetaraan dan keadilan gender (KKG). Dalam konfrensi CEDAW yang kemudian diratifikasi menjadi UU NO 8 tahun 2008, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menjadikan pengarusutamaan Gender dalam segala aspek pembangunan. Untuk memdukung terwujudnya pembangunan berwawasan gender tersebut pemerintah mengeluarkan Permendagri Nomor 15 tahun 2008 menegaskan agar setiap daerah mengembangkan kebijakankebijakan, program, maupun kegiatan pembangunan yang responsif terhadap persoalan gender. Peraturan pemerintah tersebut merupakan langkah yang diambil untuk melegitimasi pelaksanaan pembangunan berwawasan gender. Keadilan dan kesetaraan gender belum begitu membumi ditengah-tengah masyarakat. Masih banyak dari mereka yang salah dalam memakanai gender. Berangkat dari kondisi tersebut pelaksanaan gender dalam pembangunan mengalami polemik, banyak pihak yang kontra maupun yang pro. Sama halnya dengan pembahasan 89


RUU KKG ini, banyak aktivis Islam yang berbondongbondong melakukan penolakan dengan berbagai dalil dan alasan. Melihat kondisi yang seperti ini lantas bagaimana sikap KAMMI sebagai organisasi Islam yang didominasi generasi muda dari kelompok intelektual, apakah akan menolak atau mendukung? KAMMI di usianya yang hampir dua dekade ini sudah semestinya membumikan gerakanya kedalam masyarakat, hal ini menjadi mutlak untuk dilaksanakan jika KAMMI ingin mentrasformasikan gerakanya dalam konteks keindonesiaan. Gerakan dakwah muslimah KAMMI semestinya mampu bersinergi dengan gerakan perempuan lain dalam menyikapi isu-isu universal tentang perempuan. Dalam kondisi ini KAMMI memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi motor penggerak perjuangan perempuan di Indonesia bahkan didunia Islam. Untuk menuju kesana kader KAMMI harus memiliki kompetensi dasar terlebih dahulu, sehingga di medan juang nantinya tidak terseret oleh arus. Kompetensi kompetensi tersebut diantaranya: o Pembinaan kader Pembinanaan ini merupakan hal yang sangat mutlak diperlukan dalam mencetak seorang kader. Yang menjadi titik tekan dalam pembinaan ini adalah bagaimana para muslimah mampu mendidik keluarganya untuk menjadi keluarga yang menegakkan 90


Islam. Peranan ini sangatlah strategis dalam gerakan perempuan sebab masih banyak para perempuan di negeri ini yang terkotak dalam budaya patriarki. “Perempuan tak perlu bersekolah tinggi, tak perlu pintar�. Paradigma seperti itu masih banyak di masyarakat unk itu perlu dirubah, mereka harus disadarkan. Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar dikeluarga dalam mendidik anak-anaknya. Bagaimana mungkin akan terlahir sebuah generasi yang hebat, cerdas bila sang ibu tidak memiliki pengetahuan yang luas. Ingat seorang pemimpin yang besar lahir dari rahim seorang ibu yang luar biasa, memiliki pengetahuan yang luas dan visioner. o Pengembangan pemikiran KAMMI tampil sebagai gerakan intelektual untuk menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat, wajib melakukan kajian-kajian masalah perempuan, bagaimana menyelesaikan permasalahanya. Tentunya dalam hal ini kajian-kajian yang KAMMI lakukan haruslah berdasar pada al Quran, hadist, siroh, dan ijtihad para ulama. Dalam melakuakan gerakan pembebasan perempuan KAMMI haruslah mempunyai ideologi dan konsep yang jelas agar tidak terseret oleh ideologi gerakan lain yang lebih ekstrim, baik kiri maupun kanan. Secara teknis kajian-kajian yang dapat dilakukan bisa perempuan dalam politik, hak-hak perempuan dalam kesehatan, pendidikan dan masih banyak lagi yang bisa dibahas. Sekali lagi KAMMI harus memiliki konseptualisasi kesetraan dan 91


keadilan gender yang jelas berdasarkan Al-Quran, hadist, siroh dan ijtihad para ulama, hal ini sangat diperlukan untuk berkomunikasi dengan gerakan pemikiran gender yang lain sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan bukan hanya sangkalan dari pemikiran para Feminis. o Penyebaran pemikiran (nasyru al –fikroh) Kajian dan hasil pemikiran KAMMI tentang konsep gender perlu di sebarkan ditengan tengah masyarakat agar mereka menjadi tau. Semakin banyak mereka yang tau akan semakin banyak dukungan dalam memperjuangkan gerakan ini. Disamping itu sebuah gagasan perlu untuk di uji seberapa efektif untuk menyelesaikan suatu persoalan, dan seberapa luas konsep tersebut diterima sebagai sebuah kebenaran. o Advokasi masalah-masalah perempuan Sebuah gagasan hanya akan menjadi sebuah anganangan jika tidak dibarengi langkah tuk menggapainya. Untuk itu sebuah advokasi sangat diperlukan. Advokasi dalam hal ini dapat dilakukan seara langsung maupun advokasi kebijakan. Advokasi langsung dapat dilakukan dengan melibatkan diri secara langsung dalam pembinaan PSK, penanganan perdagangan perempuan, kesehatan ibu dan anak dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan. Dalam advokasi kebijakan, KAMMI dengan kekuatan dan mobilitasnya diarahkan untuk mendorong sebuah kebijakan yang responsif gender. Hal-hal seperti ini perlu dilakukan KAMMI 92


untuk mengakarkan gerakanya dan membuktikan bahwa gerakan yang dilakukan adalah konkrit. o Pemberdayaan perempuan Hal yang harus dilakukan setelah empat hal diatas adalah membuat para perempuan berdaya untuk membuktikan bahwa gerakan yang KAMMI lakukan benar benar nyata. Perempuan memiliki peranan yang signifikan dalam keluarga untuk menopang perekonomian terlebih lagi pada keluarga miskin. Untuk itu kemandirian perempuan merupakan kan yang perlu untuk dipersiapkan, sebab tak selamanya disamping seorang wanita senantiasa ada laki-laki yang akan mencukupi kebutuhanya. Bila kita mau membuka mata, diluar sana masih banyak para wanita yang melakukan kegiatan menyimpang guna mencukupi kebutuhanya. Karena sudah didak punya cara lain dan tak punya ketrampilan yang dipunya hanyalah yang ada pada dirinya, seorang ibu terpaksa menjadi PSK untuk membelikan obat suaminya, membiayar sekolah anak-nakanknya, dan masih banyak kisah memilukan yang lain. Melihat kondisi ini, KAMMI mempunyai peran untuk mencarikan solusinya. Dengan pemikiran dan jaringanya KAMMI harus mampu memdorong terwujudnya pemberdayaan perempuan. Secara teknis hal yang bisa dilakukan KAMMI adalah memberikan pelatihan-pelatihan ketrampilan, melakuka pendampingan, pemberian motivasi dan juga menghubungkanya dengan pihak-pihak yang yang terkait. 93


Dengan pemberdayaan ini perempuan yang seharian disibukan dengan urusan rumah juga mampu berkarya dan membantu menopang perekonomian keluarga hingga terbentuk keluarga Islami.

Referensi : Mansour Fakih.1999. Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Yogyakarta: pustaka pelajar Sri Samiatri Tarjana, dkk. 2011. Pergeseran Paradigma Pembangunan Pemberdayaan Perempuan menuju Pengarusutamaan Gender. Solo: CakraBooks Amin Sudarsono. Ijtihad Membangun Basis Gerakan. Jakarta: Muda Cendekia

94


Sumpah Pemuda dan Mainstream Indonesiasentris Alikta Hasnah Safitri

Refleksi Sumpah Pemuda dan Karakter Pemuda Indonesia Lahirnya sumpah pemuda 84 silam bukan saja merupakan batu pijakan dari rangkaian proses sejarah yang bertonggak pada kejemuan akan realitas penjajahan yang sarat dengan penderitaan dan kesengsaraan, akan tetapi merupakan hasil pergolakan sekaligus pembuktikan kualitas dan karakter pemuda Indonesia kala itu. Sumpah Pemuda membuktikan kuatnya karakter pemuda kita sebagai pemuda yang Visioner dan Pemberani. Para pemuda kita telah melompati mainstream pemikiran kedaerahan, kesukuan, bahkan melampaui batas-batas rasial yang membelenggu, membiarkannya merambah dalam wilayah-wilayah universal, penolakan kolonialisme, dan keinginan mewujudkan kesetaraan manusia. Keberanian meneriakkan dengan lantang dan mengambil sikap melawan entitas penjajah bukan merupakan hal yang main-main, mereka dengan berani telah menyatakan persatuan bangsa

95


Indonesia dan sebuah cita-cita mulia untuk mendirikan sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Mari kita cukupkan romantisme sajarah tentang heroisme pemuda dalam periode yang lalu. Pertanyaannya, bagaimana dengan kondisi pemuda kita hari ini? Kebudayan bangsa Indonesia yang bernilai luhur dan agung begitu saja terkikis akibat hegemoni budaya asing. Konflik horizontal yang marak terjadi pun semakin memperlihatkan dengan gamblang disentegrasi bangsa. Jika menilik lagi sejarah, barangkali memang pemuda (dalam hal ini mahasiswa) mulai mabuk akan demonstasi pada 1998. Letih dengan demonstrasi, mahasiswa mabuk label keilmiahan kemudian mengingkari semangat angkatan ’98 untuk berteriak dan turun ke jalan memperjuangkan rakyat. Kini, bukannya menempa pikir dalam kajian dan diskusi untuk mencari solusi, mahasiswa malah asyik masyuk menjadi event organizer. Beberapa mengklaim bahwa mereka memberi solusi pada permasalahan bangsa, nyatanya solusi tersebut terongrong dalam ego dan sikap elitis, selesai dalam ruang-ruang seminar dan kajian akbar. Menjamurnya berbagai lembaga dan organisasi mahasiswa, mulai dari BEM, DEMA, Pers Mahasiswa, hingga Unit Kegiatan Mahasiswa telah membentuk spektrum yang mencerminkan karakter mahasiswa dalam skala yang relatif lebih luas, sayangnya hal ini pun berdampak pada lemahnya konsolidasi visi dan orientasi sehingga terjadi dikotomi dan pelepasan tanggung jawab

96


mengemban amanah reformasi yang telah dititipkan oleh generasi sebelum kita. Merefleksi Sumpah Pemuda 84 tahun silam semestinya bisa menumbuhkan spirit dan semangat membangun karakter baru untuk berpikir visioner melampaui mainstream pemikiran umum sehingga dengan berani kita bisa memberikan sumbangsih ide, gagasan, dan tindakan untuk perbaikan bangsa ini ke depan. Pada hakikatnya, mahasiswa haruslah memiliki karakter yang ideal, kuat dan cerdas. Akan tetapi bagaimanakah cara menumbuhkan karakter ideal tersebut? Apakah ia akan tertanam melalui seminar satu dua hari saja? Atau melalui kontribusi konkrit dengan pengadaan eventevent kepemudaan serta beribu lembar karya ilmiah? Ataukah, karakter itu akan muncul saat kita memilih untuk menempuh alternatif gerakan pecinta lingkungan dan pengabdian pada masyarakat? Agaknya, pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi suatu hal yang sukar untuk dijawab lewat tiga sampai lima lembar kertas saja, melainkan harus melalui penelaahan yang panjang dan kontinyu sehingga dapat ditemukan pola kontruksi karakter mahasiswa yang ideal untuk menjawab tantangan zaman. Mainstream Indonesiasentris Indonesiasentris mengacu pada nilai-nilai dan pandangaan yang mengacu pada sudut pandang Indonesia. 97


Sentrisme Indonesia ini adalah suatu bentuk reaksi terhadap sikap elitis dan cara pandang parsial, salah satunya di bidang pendidikan. Paulo Freire menyatakan bahwa pendidikan kita saat ini jelas menerapkan gaya bank. Pendidikan kini bukan lagi diletakkan sebagai proses memerdekakan manusia dari penjajahan kebodohan, kebutaan akan hidup dan kehidupan. Ruang-ruang pendidikan seperti sekolah dan universitas kini menjadi pabrik yang mencetak generasi terbaik bangsa sebagai pekerja, buruh di negeri sendiri. Terbatasnya sikap keindonesiaan menyebabkan keterpurukan pemuda dalam menjelaskan interpretasi dan eksplanasi, sehingga mereka cenderung membuat generalisasi berdasar narasi besar yang abstrak semata. Jarang pemuda kita membuat konsep yang berbeda dari narasi umum yang ada. Seolah apabila sedang bicara tentang nasionalisme maka kita bicara soal bertempur dan melawan musuh. Padahal ada bentuk-bentuk lain dari perjuangan dalam rangka nasionalisme. Pada akhirnya, perlu kita sadari bersama bahwa masing-masing pihak mempunyai cara sendiri tentang bagaimana berjuang. Solusi yang bisa diupayakan untuk merekonstruksi karakter mahasiswa yang ideal adalah dengan menanamkan mainstream Indonesiasentris pada pola pikir yang berbasis pada kesadaran. Seringkali kita masih terhegemoni dengan romantisme sejarah bahwasanya mahasiswa adalah tonggak sejarah perubahan bangsa yang telah menumbangkan kekuasaan tiran dan memperjuangkan nasib rakyat. Dan tentu saja, kini 98


kita melihat dengan nyata bahwa sejatinya, kita pun telah dikhianati oleh segelintir oknum yang kala itu memperjuangkan nasib kita. Kesadaran mengenai realita sejarah bermakna bahwa mahasiswa kini harus mampu mengenali dirinya secara utuh sehingga mampu menentukan langkah dan arah geraknya sendiri, tak mesti menunggu untuk ditunggangi kepentingan-kepentingan yang akan memposisikan dirinya sebagai bidak-bidak catur yang tak punya daya dan upaya untuk bergerak sesuai nuraninya. Dalam masyarakat industrial seperti sekarang ini, yang mengatur bukan lagi orang tetapi sistem sehingga perseorangan harus menyesuaikan diri terhadap sistem yang berlaku. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa rasionalitas modern telah menempatkan individu sebagai pihak yang otonom dan bebas, sehingga mereka dapat mengambil tindakan atau keputusan terlepas dari kewibawaan institusi. Representasinya tercermin dari sifat konsumerisme dan gaya hidup hedonisme yang kini memiliki arti penting dalam praktek bermasyarakat. Karakter mahasiswa ideal harus peka dalam menghadapi tantangan ini dan mampu menempatkan diri sebagai director of change. Bukan bermaksud untuk latah dengan kembali mengulang stigma (semoga saja belum usang) bahwa mahasiswa adalah ‘Agen Perubahan’, pemegang tahta tertinggi dalam kancah pendidikan. Namun, seiring berkembangnya jaman, lapuk pula-lah slogan itu. Sebuah paradigma baru (yang entah siapa pembuatnya) mengantar orientasi berpikir mahasiswa untuk menjadi si kaya yang bodoh dan sombong. Sombong karena berani 99


berkoar didepan umum dengan janji akan menaklukan dunia di tangannya, tapi akhirnya binasa sebelum melangkah ke medan laga. Konstelasi ini harus dijawab oleh setiap individu dengan menumbuhkan karakter yang utuh, tanpa terdistorsi kepentingan-kepentingan personal maupun golongan tertentu. Semestinyalah ada penerusan dari kesadaran individual menuju kesadaran kolektif. Gambaran tentang masa depan tidak saja berkaitan dengan kesadaran individu, melainkan juga secara sosial/ kolektif dengan jalan mengintegrasikan diri dalam sebuah komunitas masyarakat yang yang mempunyai agenda kebajikan di tengah masyarakat luas. Sehingga individu-individu yang terhimpun dapat saling mengeksplorasi pikiran tentang Indonesia di masa yang akan datang. Pada Akhirnya, Mari berbenah Upaya untuk membangun karakter pemuda Indonesia bukanlah semata-mata kerja seorang teoritisi. Proyek ini merupakan tanggung jawab setiap elemen sosial yang melibatkan kerja proaktif baik dari kalangan aktivis maupun akademisi. Upaya selanjutnya adalah bagaimana menginstutisionalkan kerja-kerja teknis dalam upaya penanaman mainstream Indonesiasentris dalam diri pemuda Indonesia.

100


Pada tingkatan nasional misalnya, para aktivis dan kaum intelektual yang bergerak di gerakan akar rumput harus melampaui mainstream karakter perjuangan mahasiswa pada umumnya yang sebatas melakukan aksi turun ke jalan tanpa merumuskan solusi yang konkrit, menulis sejumlah proyek ilmiah namun tak memberikan kontribusi yang berarti pada masyarakat, serta terus menerus memberikan sumbangan materi pada masyarakat miskin tanpa disertai dengan upaya pengabdian sosial. Perjuangan untuk menumbuhkan karakter Indonesiasentris pada diri pemuda merupakan hal yang sangat penting, karena dengan perhatian pada konfigurasi tatanan pewaris masa depan Indonesia akan menjadi jalan untuk menumbuhkan ulang semangat visioner dan pemberani yang dimiliki oleh pemuda Indonesia dalam momentum 84 tahun silam saat mereka mengikrarkan sumpah pemuda. Beberapa di antara kita mungkin memaknai sumpah pemuda dengan menjadikannya sebagai ritual yang kosong dengan hanya sekedar berucap SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA di jejaring sosial, mungkin pula hanya sekedar menjadikannya pelengkap tema-tema diskusi, atau bisa jadi kita mengambil momentum ini hanya sebagai tema aksi. Tanpa pernah kita benar-benar merefleksikan releansi semangat sumpah pemuda untuk menjawab tantangan masa depan bangsa Indonesia. Inilah saat kita berbenah, Pemuda Indonesia.

101


KAMMI: Geliat Pemerhati “Syariah” Sebagai Solusi Krisis Keuangan Global Anggel Dwi Satria

“Geliat Para Pemerhati Ekonomi Syariah” Geliat memunculkan kembali alternatif keuangan berbasis syariah sering sekali diwacanakan oleh para kalangan baik akademisi, ataupun praktisi. Mulai dari para ulama yang diminta ikut mengembangkan ekonomi Islam (islamic banking/iB) yang dinilai sebagai alternatif terbaik dalam tatanan keuangan Internasional saat ini. Pasalnya, kondisi perekonomian saat ini, khususnya Eropa, masih berusaha bangkit dari krisis keuangannya. Selain itu, pada diskusi-diskusi tersebut disampaikan pula perlu wawasan lebih mendalam mengenai nilai-nilai Islam untuk memajukan dunia bisnis, pertumbuhan sosial dan ekonomi dunia.[1] Begitu juga yang disampaikan oleh Ketua Amjaad Development Khalid Hilal Alyahmadi menyatakan bahwa saat ini ekonomi global terus berjuang di tengah salah satu sistem keuangan terburuk dalam sejarah, maka dibutuhkan suatu sistem keuangan alternatif untuk menjaga stabilitas 102


perekonomian dunia (Republika, 8/5). Melihat buruknya kondisi keuangan saat ini, tentu tidak terlepas dari kuatnya para pemegang kepentingan dalam hal ini. Pasar keuangan seolah menjadi kasino bagi para kaum elite internasional yang bisa membuat uang jutaan dollar hilang dalam sekejap. Fenomena tersebut sebenarnya hanyalah sedikit dari dampak kegiatan spekulatif masayrakat yang bermain di tengah pusaran pasar keuangan. Dampak yang cukup signifikan yang mengakibatkan krisis keuangan global juga terjadi karena keserakahan dan ketidakpedulian terhadap kebutuhan sistem alternatif atau sistem kuangan yang menempatkan “etika dan keadilan� menjadi landasannya. Kalau kita melihat beberapa dekade terakhir, sistem atau prinsip-prinsip syariah telah diterapkan kembali dalam konteks industri keuangan syariah kontemporer yang telah mengalami pertumbuhan fenomenal. Selama dua tahun terakhir dunia perbankan syariah dunia meningkat 30 persen, yakni sebesar 1,7 triliun dollar AS.[2] Disamping itu pula, Duta Pusat Keuangan Syariah Malaysia (MIFC), Nazrin Shah mengatakan tatanan ekonomi global membutuhkan perubahan drastis dan menggarisbawahi perlunya prinsip-prinsip syariah untuk mengganti nilai-nilai kapitalis. Hal itu dilakukan karena krisis ekonomi saat ini terjadi karena sistem kapitalis. Diantaranya karena tingkat suku bunga yang sangat menjerat para nasabah lembaga keuangan.[3] Program ekonomi Islam yang didasari pada prinsipprinsip syariah sebenarnya menawarkan jalan keluar. Dunia 103


sedang mencari nilai-nilai yang lebih adil. Sistem ekonomi yang didasarkan pada riba telah membuktikan kegagalannya. Ekonomi syariah pun diyskini dapat menggiring perekonomian menuju keamanan dan keadilan. Kepala Bank Sentral Oman Hamood bin al Sangour Zadjali menyarankan bahwa bank syariah perlu menawarkan pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah (UKM). UKM memerlukan akses ke keuangan syariah dan jendela perbankan syariah (Republika, 8/5). Potensi-potensi inilah yang dapat mengembangkan eksistensi keberadaan perbankan syariah. Dominasi perbankan konvensional dalam pembiayaan usaha kecil menengah khususnya di negara berkembang telah meredupkan keberadaan perbankan syariah. Hal ini dikarenakan akses perbankan konvensiaonal yang lebih mudah, sosialisasi yang begitu masif baik media cetak maupun di media televisi, serta saran edukasi yang belum menjangkau ke kalangan masyarakat secara umum dan masif. Peran KAMMI Sebagai basis gerakan eksternal sosial politik yang berlandaskan nilai-nilai ke-Islam-an perlu rasanya untuk mengambil peran dalam menyebarkan nilai-nilai Islam pada semua aspek di masysrakat salah satunya ekonomi. Terlebih khusus KAMMI adalah basis gerakan kaum intelektual kampus yaitu mahasiswa muslim. Mahasiswa sebagai agen perubahan pada tatanan kondisi sosial masyarakat. Sudah seharusnya gerakan KAMMI ini menjadi lebih strategis dalam jangka waktu yang panjang (visioner). KAMMI dapat 104


mengambil peran untuk bersinergi dengan pemerintah dalam melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat. KAMMI dapat merekonstruksi tatanan masyarkat dengan mengambil sampel miniatur dalam sekup mikro untuk melakukan sosialisai dan sarana edukasi bagi masyarakat setempat. Seperti mengambil sekup terkecil di dasalah satu desa mojosongo. Disamping interaksi dalam hal pemberian pembelajaran Al Quran (TPA), rasanya perlu memperluas ranah sekup pembelajaran masyarakat setempat mengenai ekonomi syariah. Contohnya, pendampingan atau pembinaan terkait akses UKM ke perbankan syariah bukan jasa-jasa keuangan konvesial yang tidak jelas. Sehingga masyarakat lebih banyak terlibat dalam kegiatan perbankan syariah, pasar modal syariah, manajemen aset syariah, ekuitas swasta syariah dan lainnya. Gerakan seperti itu bukan hal yang mudah, paling tidak KAMMI Shoyyub memulai dengan mendesain sebuah gerakan sosial berkelanjutan dengan jangka waktu lima bahkan sepuluh tahun kedepan. Tidak berlebihan apabila penulis mengatakan dalam 10 tahun kedepan ada desa kecil menjadi percontohan sebagai desa “madani�. Seperti apa yang disebutkan dan selalu ada pada poin rekomendasi untuk KAMMI Shoyyub dalam mewujudkan masyarakat madani. Semoga!

[1] Konferensi Oman Islamic Economic Forum 2013 di Muscat, Oman

105


[2] “Laba Bank Muamalat http://www.antaranews.com [3] “Institusionalisasi http://www.lontar.ui.ac.id

Naik”.

Syariah”.

2013.

2013.

106


Cukup Satu Saja! Hasan Fahrur Rozi

Sebagai rakyat, satu hal yang saya minta dari pemimpin negarawan, pikirannya! Demikian hal ini saya ucapkan untuk mengantar harapan besar pada sosok pemimpin negarawan. Sosok yang diharapkan mampu memiliki fungsi kepemimpinan dalam upaya mencapai tujuan bernegara secara utuh. Sebagai rakyat, boleh kita menuntut kejujuran, keadilan, komitmen, integritas, ataupun hal-hal positif lain. Namun, banyaknya tuntutan ini akan dengan mudah dilupakan olehnya yang meimiliki kekuasaan legitimasi sebagai pemimpin negarawan. Untuk itu, kalau boleh saya minta, satu hal saja yang akan saya minta, pikiran pemimpin negarawan. Keputusan pemimpin negarawan menjadi hal yang sangat strategis dalam menciptakan kesejahteraan ataupun kehancuran. Bermula dari hal ini, maka landasan dalam membuat keputusan perlu dijadikan fokus utama untuk dikawal. Sebagai manusia pemimpin negarawan juga memiliki prosedur perilaku yang sama dengan kita. Melalui proses berpikir dalam kognisi dengan mengasosiasikan berbagai 107


pengalaman dan hasil pembelajaran akan menghasilkan suatu pemikiran yang kemudian dapat dirasakan melalui afeksi. Ketika proses berpikir dan merasa sudah mendapat kesatuan untuk bertindak, maka dorongan kuat akan dimunculkan oleh konasi dalam bentuk motivasi hingga pada akhirnya terciptalah suatu perilaku tampak. Seperti inilah sederhananya ilmu psikologi bicara mengenai proses perilaku manusia. Dari hal tersebut, tidakkah kita sadari pengambilan keputusan sangat dikontrol oleh pengalaman dan pembelajaran yang akan menjadi bahan utama dalam membuat keputusan? Bayangkan! Jika lingkungan pemimpin negarawan menuntutnya untuk mengambil keuntungan berupa uang dari kepemimpinannya, maka uang pula yang akan menjadi fokus pikirannya. Selanjutnya, sudah dapat ditebak, korupsi, permainan bawah meja, ataupun hal lain yang dapat memberikan uang adalah pemikiran terbaik untuk kemudian diwujudkan dalam kebijakan. Mengerikan, bukan? Sayangnya, hal mengerikan ini sudah menjadi rahasia umum di negara kita tercinta. Untuk menjadi seorang pemimpin di tingkat kabupaten, calon Bupati harus menghabiskan ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Lantas bagaimana jika kekuasaan legitimasi yang diharapkan memiliki tingkat lebih tinggi? Tak perlu logika berat untuk menjawabnya. Ini baru masalah uang. kepentingan-kepentingan pihak

Belum lagi lain yang

dengan hendak 108


menunggangi. Jika “penunggang� ini terus menjadi fokus pikiran, maka kebijakan akan diarahkan pula pada kepentingan tersebut. Hal ini akan menjadi pengalaman yang disimpan dalam memori dan akan menjadi bahan baku dalam membuat kebijakan. Berlandaskan logika dan pengetahuan sederhana inilah wajar kiranya saya meminta satu hal saja dari pemimpin negarawan, yakni pikirannya. Pikiran pemimpin negarawan hanya untuk rakyatnya. Biarkan rakyat yang menjadi pengalaman dan pembelajaran sebagai bahan baku berpikir dalam memproses keputusan. Sehingga rakyatlah yang akan dipikirkan untuk mendapat kesejahteraan, rakyatlah yang akan dipikirkan untuk mendapat keadilan dan rakyatlah yang akan mengantarkan pemimipin negarawan mencapai kesempurnaan hakekatnya. Sekali lagi, kejujuran, keadilan, komitmen, integritas, kepedulian, tak akan kumintakan lagi dari sosok pemimpin negarawan. Saya yakin mereka hanya akan membuat janjijanji diplomatis untuk memenuhi banyaknya kriteria-kriteria yang saya harapkan. Maka, saya hanya meminta satu, yakni pikiran mereka untuk rakyat. Lakukan permintaan sederhana itu secara berkelanjutan, niscaya kejujuran, integritas, komitmen, kepedulian akan terwujud tanpa harus berat menanggung janji-janji yang dibuat hanya untuk melegakan hati. Apapun yang terjadi disetiap kembalikan pikiranmu untuk rakyat!

langkahmu,

109


Apapun resiko yang harus menghalangimu, kembalikan pikiranmu untuk rakyat!

110


Cukupkah Satu Saja? (Tanggapan atas Tulisan Hasan Fahrur Rozi: Cukup Satu Saja!) Alikta Hasnah Safitri

“Kembalikan pikiranmu untuk rakyat!� adalah akhir dari rangkaian gagasan yang Hasan sampaikan dalam tulisannya berjudul Cukup Satu Saja! beberapa waktu silam. Dalam tulisan tersebut, Hasan memaparkan (dan jelas mengarahkan para pembacanya) untuk kembali melakukan refleksi panjang dalam menilai sebuah kepemimpinan. Titik tekan yang ia ambil adalah bahwa dalam memutuskan suatu perkara, landasan dalam mengambil sikap itu lah yang perlu dipertimbangkan dengan matang, terlebih bagi seorang pemimpin yang keputusannya menyangkut hal-hal strategis yang berdampak bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, seorang pemimpin haruslah memiliki wawasan dan pengalaman yang memadai serta kemerdekaan pikir guna mengerahkan segenap daya dan upaya yang dimilikinya demi kesejahteraan rakyat. Saya sepakat dengan apa yang Hasan sampaikan. Nalar seorang negarawan mestinya memang dilandasi kemerdekaan dalam pikiran, sikap, dan tindakan. Buah 111


gagasannya terlepas dari intervensi meskipun tidak bebas seenaknya sendiri. Hal ini tentu saja telah tergambar jelas dalam Kredo Gerakan KAMMI yang sejatinya telah merangkum bagaimana independensi kader semestinya diterapkan: Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkehendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan. Akan tetapi, jika yang kita bicarakan adalah kepemipinan, satu kriteria saja jelas tidak cukup. Kalau bicara soal kriteria, maka kita akan dihadapkan pada begitu banyak faktor yang saling terkait satu sama lain, kesemuanya membentuk rangkaian sebab-akibat yang tak bisa diputus seenaknya. Orang yang memiliki kemerdekaan pikir tentulah harus memiliki wawasan yang luas, orang yang memiliki wawasan luas haruslah bersikap jujur, kejujuran pun perlu dilandasi keberanian dan kemauan untuk berkorban, demikian seterusnya. Saya meyakini bahwa seorang pemimpin sejati bukanlah dia yang ditetapkan oleh suara mayoritas, bukan ia yang tampil menawan karena kuasa modal yang dimiliki, terlebih diangkat hanya karena popularitas. Tanpa iman yang teguh, kewibawaan pemimpin hanya akan jadi bahan olokolok. Pemimpin ada, bukan hanya untuk melayani, tetapi juga memberikan pengaruh. Bukan hanya mau mendengar keluhan, tapi juga berpikir keras untuk menyelesaikan persoalan. Bukan sekedar beretorika, tapi memberi bukti nyata yang bisa dirasa. 112


Bagi saya pribadi, kapasitas pemimpin terletak pada kemampuannya membedakan antara yang haq dan yang batil. Hal ini tercermin pada sikapnya yang adil dalam mengambil setiap keputusan. Tak semua yang terlihat lemah pantas dilindungi dengan keberpihakan mutlak, dan tak semua yang terlihat garang layak untuk disalahkan secara membabi buta. Konstelasi politik di negeri ini patut menjadi pelajaran. Keadilan melompat jauh menembus segala batas yang nampak di permukaan. Menembus batas-batas itu dengan mengenyahkan segala keegoisan dan kehendak untuk mapan dengan kondisi sosial adalah sebuah keniscayaan bagi aktivis pergerakan. Sebab, seorang aktivis adalah ia yang tumbuh dalam keyakinan, keberanian, dan kehendak kuat untuk bersikap idealis, serta bersedia mendarmabaktikan hidupnya demi kepentingan umat yang jauh lebih besar. Pertanyaannya: Sanggupkah kita? Billahi Fii Sabilil haq Fastabiqul Khairat.

113


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.