Al-Intima' edisi 04

Page 1

Spirit Kebangkitan Dakwah

Edisi No.004 Tahun 2010 • Infaq Rp 4.900,- (Luar kota tambah ongkos kirim)

Jalan Masih

Panjang amal yang besar, apalagi amal menuju khilafah fil “Sebuahardhi, tidak bisa dihitung hanya dalam satu episode. Kita beramal dalam jutaan episode ...“ K.H. Hilmi Aminuddin



dari redaksi Edisi No.004 Tahun 2010

Spirit Kebangkitan Dakwah

Edisi No.004 Tahun 2010 • Infaq Rp 4.900,- (Luar kota tambah ongkos kirim)

Jalan Masih

Panjang amal yang besar, apalagi amal menuju khilafah fil “Sebuahardhi, tidak bisa dihitung hanya dalam satu episode. Kita beramal dalam jutaan episode ...“ K.H. Hilmi Aminuddin

Majalah Dakwah Islam

Al-Intimã’ Terbit 1 (satu) bulan sekali Infaq Rp 4.900,-

Penerbit Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah Bandung Alamat Redaksi Jl. Cilengkrang II No. 48 Kel. Palasari Kec. Cibiru Bandung Telpon (022) 71196663 e-mail mdi.intima@gmail.com Pemimpin Umum Bahruzin Pemimpin Redaksi M. Indra Kurniawan Sidang Redaksi Setiadi Yazid Taufiq Rizqon Ridwan Nurdin Mufti Rifan Fahrani M. Indra Kurniawan Desain Grafis & Tata Letak Widesain Pemasaran, Iklan & Distribusi Sandi Mulyadi Keuangan Agus Suryana Percetakan Dunia Offset.

Segala puji milik Allah yang dengan karunianya sempurnalah segenap kebaikan. Salawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada pengajar kebaikan, yang menunjukkan manusia kepada kebenaran, pemimpin dan imam kita, panutan dan kekasih kita, Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan benar hingga hari kiamat nanti. Saudara-saudariku, pertama yang ingin kami sampaikan kepada Anda adalah permohonan maaf. Karena kehadiran kami di hadapan Anda belum begitu teratur. Kadang hadir di akhir bulan, kadang hadir di awal bulan. Hal ini tentu saja cukup ‘menggemaskan’ Anda para pembaca, wabil khusus para agen majalah Al-Intima yang sampai saat ini alhamdulillah tidak pernah bosan memberikan dukungan kepada jajaran redaksi dengan saran dan kritik yang membangun. Kami insya Allah terus berupaya memperbaiki diri, agar majalah ini semakin berkualitas. Edisi kali ini mengangkat tema Jalan Masih Panjang, yang diharapkan dapat menjadi tadzkirah bagi para du’at tentang visi dan misi dakwah yang sedang diembannya. Mudah-mudahan bahasan ini menjadi secercah cahaya yang menunjukkan rambu-rambu dalam perjalanan, sehingga tidak ada kebingungan dan keraguan dalam bergerak dan melangkah di medan dakwah yang penuh dinamika. Tidak ada istilah nyantai dan berpangku tangan. Selain tema utama, seperti biasa kami pun menampilkan risalah-risalah pendek dengan berbagai tema. Namun ada beberapa rubrik yang tidak kami tampilkan pada edisi kali ini, karena masalah prioritas tulisan dan keterbatasan halaman. Akhirnya, kami mohon do’a agar jajaran redaksi Al-Intima’ diberi kemudahan dan pertolongan dalam mengemban misi memantapkan prinsip-prinsip Islam; mengokohkan arti beragama yang sebenarnya pada setiap pribadi dan keluarga, baik dalam ucapan maupun perbuatan; membina dengan cara yang benar sesuai dengan Alqur’an dan Assunah dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, ruhiyah, aqliyah dan jasmaniyah; sehingga lahirlah generasi baru yang memahami dan melaksanakan Islam secara baik.

Redaksi menerima tulisan dari pembaca. Setiap tulisan masuk tidak dikembalikan. Lampirkan foto copy identitas yang masih berlaku. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

1


Surat Pembaca Support buat Al-Intima pada Faceebook Majalah Dakwah Islam Al-Intima Eddy Junaedi Subhanallah, SEMANGAT ya.. ^_^ Erwin Abu Adzkiya Lanjutkan!!!....tetap evaluasi untuk kemajuan, 100% full support InsyaAllah...

Deni Sundawi kudu semangat coy soal na saksi, al ijah sdh tdk eksis jadi kader2 sok rada lalieur..... haus akan bacaan tarbiyah optimis harapan masih aya. cari donatur ikhwan anu benghar Merylove Wawan Maju Terus, mari cIptakN iSlam Yg lebIh baik

Fatimah Fath tak kenal lelah untuk berda’wah....

daftar isi taujih

Tatsbitul Khuthuwat - 4

Sunnah

Memahami Sunnah - 26

Nasihat

Aturan Pergaulan Pria Dan Wanita Menurut Islam - 30

harakatuna

Jalan Masih Panjang - 6 10 Bekal Di Perjalanan - 10 Makna Istirahat Bagi Aktivis Dakwah - 14

Syirik

tatsqif

Sekelumit Tentang Khilafah Islamiyah - 16

‘aqidatuna Syirik - 33

kisah

Dakwah Kita Adalah Dakwah Islamiyah - 38

lamhah tarikhkhiyyah

Lintasan Sejarah Israel dan Palestina - 20

2

misykat

Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar - 40

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


ed

i al ti or

Nahnu Du’at Qobla Kulli Syai’ Slogan ini sudah tak asing lagi di telinga kita. Sebuah kalimat penuh makna, yang mencerminkan totalitas, kebanggaan, komitmen, semangat, dan militansi para da’i dalam mengemban wadzifah dakwah. Slogan ini bukan basa-basi, bukan gagah-gagahan. Ia adalah pengingat bagi para aktivis dakwah, bahwa sebagai apa dan menjadi apa pun mereka saat ini—pedagang atau businessman; pejabat atau politisi; pegawai negeri atau professional; buruh atau karyawan; mahasiswa atau pelajar—misi dakwah tidak boleh dilupakan. Nahnu du’at qabla kulli syai’, kami da’i sebelum sebagai yang lainnya. Oleh karena itu, dakwah hendaknya selalu mengalir bersama aliran darah dan tarikan nafasnya. Selalu mengharu biru seluruh relung-relung jiwanya. Menjadi bagian penting dalam gerak langkah hidupnya. Sekurang-kurangnya ada empat konsentrasi aktivitas yang tidak boleh lepas dalam keseharian seorang da’i. Jadi apapun ia. Pertama, nasyrul hidayah, menyebarluaskan hidayah Allah SWT. Apakah secara qoulan (lisan), amalan (amal), atau qudwatan (keteladanan). Kedua, nasyrul fikrah, menyebarluaskan idealisme agar masyarakat memiliki semangat perjuangan dan dukungan kepada kehidupan yang lebih islami. Ketiga, menggiatkan aktivitas amar bil ma’ruf dan nahi ‘anil munkar. Aktivitas ini tidak selalu harus berbentuk ‘kerjakan ini’, ‘kerjakan itu’, ‘jangan ini’, atau ‘jangan itu’. Tapi termasuk pula bentuknya adalah berupaya melakukan konsolidasi, koordinasi, dan mobilisasi seluruh potensi positif konstruktif di tengah-tengah masyarakat agar memberikan kemaslahatan bagi umat, bangsa, negara, kemanusiaan, dakwah, serta melakukan langkah-langkah minimalisasi atau mempersempit ruang gerak kemungkaran. Keempat, memelihara identitas masyarakat Islam. Simbol-simbol keislaman harus dimunculkan, apakah yang bersifat fisik (bangunan masjid, mushola, madrasah, dll) atau aktivitas (pendidikan Islam, majelis ta’lim, film islami, dll). Idealnya simbol-simbol yang yang dimunculkan itu selaras pula dengan ‘urfil mujtama (tradisi masyarakat) yang tidak bertentangan dengan syariah Islam, agar masyarakat dapat terkondisikan dan menerima Islam dengan senang hati. Simbol mungkin bukan perkara yang harus dinomor satukan. Tapi ia penting untuk memelihara substansi, terlebih lagi jika simbol tersebut merupakan tuntutan syar’i. Bergeraklah terus wahai para da’i! Janganlah kau lupakan jati dirimu. Mengalirlah bagaikan air, mengisi seluruh episode kehidupan. Mewarnai bukan terwarnai.

3


Tatsbitul Khuthuwat Oleh: k.h. hilmi aminuddin, lc.

ّ ‫ۚ ل ذّلين َأحسنوا ف ٰهذه ا‬ ‫ك ْم‬ ۗ ‫دل ْنيا َحس َنة‬ ُ ‫ات ُقوا َر َّب‬ ِ َّ‫ُق ْل َيا ِع َبا ِد ذ‬ َّ ‫آم ُنوا‬ َ ‫ين‬ َ ‫ال‬ َ ُ ِ ِ َ ِ‫ِ َ ِ َ ْ َْ ُ ي‬ ٌ َ ﴾١٠﴿ ‫اب‬ ‫ إنما يو ىّف الصابرون َأجره بغ ح‬ ۗ ‫َو َأ ْرض الل واسعة‬ ٍ ‫س‬ َ ِ ِ ْ‫ُ هَّ ِ َ ِ َ ٌ ِ َّ َ ُ َ َ َّ ِ ُ َ ْ َ مُ ِ َ ير‬

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya Hanya orangorang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar: 10)

D

alam ayat di atas, Allah SWT merangsang dan bahkan memerintahkan kita untuk menjadi orangorang yang mencapai manzilah ubudiyah (tingkat penghambaan yang sempurna) dengan penuh kesabaran. Anak tangganya adalah iman, takwa dan ihsan. Rangsangan tersebut menggunakan kata panggilan: “Ya ibaadi..” yang menunjukkan keakraban dan kedekatan hubungan antara makhluk dengan Khaliq. Kalau kita perhatikan ayat-ayat lain yang menggambarkan keakraban hubungan antara Allah dengan para Nabi, selalu menggunakan kata ‘abd. Sebab manzilah ulya (kedudukan tertinggi) bagi makhluk adalah manzilah ubudiyah. Sebagaimana ketika Allah mengisahkan isra mi’raj yang dijalani Rasulullah SAW, ً‫ا‬ ْ ‫الي أ َْسر ٰى ِبع ْب ِد ِه لَ ْيل ِم َن الْم ْس ِج ِد الْ َحرام‬ ِ َّ‫ان ذ‬ َ ‫ُسب َح‬ َ َ ِ َ َ ‫الي َبار ْك َنا َح ْو هَلُ لِ ُن ِر َي ُه ِم ْن‬ ِ َّ‫صى ذ‬ ْ‫ِإ ىَل الْ َم ْس ِج ِد أ‬ َ ‫ال َْق‬ َ ﴾١﴿ ‫ري‬ ‫ۚإنه هو‬ ‫آياتنا‬ ِ ‫يع الْ َب‬ ُ ‫ص‬ ُ ‫الس ِم‬ َّ َ ُ ُ َّ ِ َ ِ َ

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tandatanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Israa: 1)

Demikian pula ketika Allah menggambarkan kedekatan dengan Zakaria dalam 4

surat Maryam ayat 2,

﴾٢﴿ ‫اد ٰى ر َّب ُه ِن َدا ًء َخ ِف ًّيا‬ ‫إذ ن‬ َ َ َ ِْ

(yang dibacakan Ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hambaNya, Zakaria (QS. Maryam:2)

Orang yang mendapat khittob dalam ayat di atas (Az-Zumar ayat 10) adalah orangorang yang diharapkan senantiasa dalam posisi ubudiyah dan senantiasa meningkatkan kualitas ubudiyahnya. Untuk mencapai manzilah ubudiyah, Allah memerintahkan kita agar senantiasa melakukan hal-hal berikut: Pertama, selalu meningkatkan keimanan dengan cara memperdalam aqidah. Karena hal itu merupakan munthalaq (titik tolak) hidup kita. Juga merupakan munthalaq langkah-langkah dakwah kita, bahkan langkah-langkah seluruh sisi kehidupan kita. Kedua, meningkatkan ketaqwaan dengan cara meningkatkan amal. Dalam Al-Qur’an banyak disebutkan bahwa untuk mencapai ketaqwaan harus dengan amal, jihad, mujahadah, dan berjuang. Seluruh ayat yang memerintahkan untuk beramal ujungnya selalu diakhiri dengan la’allakum tattaqun. Ketika Allah memanggil kita dengan panggilan, ۚ ‫ك ْم‬ ُ ‫ات ُقوا َر َّب‬ ِ َّ‫ُق ْل َيا ِع َبا ِد ذ‬ َّ ‫آم ُنوا‬ َ ‫ين‬ َ ‫ال‬

kita diminta untuk meningkatkan ketaqwaan kita dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas amal dan dituntut Al-Intima’ No.004 Januari 2010


!

taujih mengakselerasikan amal kita sehingga mencapai manzilah at-taqwa. Ketiga, senantiasa bekerja dengan ihsan. Konsekwensi dari kualitas amal yang menuju ketaqwaan adalah melahirkan amal yang ihsan. Karenanya setelah memerintahkan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, ayat di atas menyebutkan, ّ ‫ل ذّلين أَحسنوا ف ٰهذه ا‬ ۗ ‫دل ْنيا َحس َنة‬ َ ُ ِ ِ َ ِ‫ِ َ ِ َ ْ َ ُ ي‬ ٌ َ

Ihsan dalam beramal akan dapat dicapai dengan: ikhlashunniyah (ikhlas dalam niat), jaudatul ada (baik dalam pelaksanaan), dan itqonul amal (tekun dalam beramal). Ayat di atas juga menegaskan bahwa peluang berbuat ihsan itu hanya ada di dunia. Kalau di akhirat kita akan menjadi objek ihsan dari Allah. Allah menjanjikan, jika kita mau berbuat ihsan dalam bidang apa pun—tarbiyah (pendidikan), dakwah, siyasah (politik), ta’lim, iqtishad (ekonomi), fann (seni) dan yang lainnya—kita akan mendapatkan hasanah di dunia dan di akhirat.

Doktrin-doktrin rabbani seperti ini harus tertanam dalam lubuk hati kita. Karena tanpa itu kita gampang putus asa. Dalam segala marahil (tahapan-tahapan) dakwah, kita harus memiliki daya tahan dan kesabaran, agar dapat memikul beban dan tanggung jawab. Daya tahan dan kesabaran tersebut harus kita perkokoh. Kata yuwaffa adalah ta’kid (penegasan) dari Allah yang akan menjamin pemenuhan janjinya. Selain itu Allah menggunakan innamaa sebagai adatul hasr (huruf pengikat), artinya sesungguhnya satu-satunya amal yang akan mendapatkan limpahan pahala tak terhitung ‘hanyalah’ sabar. Ruang lingkup amal yang mendapatkan pahala tak terbatas hanyalah sabar. Allah tidak akan menyalahi janjinya. Nilai-nilai seperti ini dalam situasi apapun harus selalu hidup dalam hati. Sebuah amal yang besar—apalagi amal menuju khilafah fil ardhi—tidak bisa dihitung hanya dalam satu episode. Kita beramal dalam jutaan episode, karenanya belum bisa kita

!

Dalam segala marahil (tahapan-tahapan) dakwah,

kita harus memiliki daya tahan dan kesabaran... Kemudian Allah menegaskan, ‫وأ ْرض الل و‬ ۗ ‫اسعة‬ َ ِ َ ِ َّ‫َ َ ُ ه‬

bahwa lahanٌ perjuangan kita seluas bumi Allah ini. Sehingga rasa tanggung jawab dakwah kita tidak terbatas pada negeri atau daerah yang kita tempati, kita harus ikut memikul beban tanggung jawab dakwah di berbagai belahan bumi. Karenanya perlu kerja keras dengan ihsan dan sabar. Ayat ini ditutup dengan, ْ ‫اب‬ ‫إنما يو ىّف الصابرون َأجره بغ ح‬ ٍ ‫س‬ َ ِ ِ ْ‫ِ َّ َ ُ َ َ َّ ِ ُ َ ْ َ مُ ِ َ ير‬

Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan mendapatkan pahalanya tanpa batas. Pahala yang tidak terhitung dan tidak terkalkulasi. Mudah-mudahan kita termasuk orangorang yang sabar. Ketika kita bersabar insya Allah akan mendapatkan limpahan pahala yang tak terhitung, ka maa-in munhamir, bagaikan air yang mengalir deras. Itu didapatkan di dunia dan akhirat.

nilai dalam satu atau dua episode bahwa kita gagal. Memang dalam satu atau dua episode seringkali ada hal-hal yang menjengkelkan. Tapi itu adalah ujian kesabaran, bila kita sabar akan ditepati pahalanya. Jadi jangan sampai terjebak dengan episode-episode tertentu dimana kemungkinan langkah kita memang lemah atau agak meleset sedikit. Ingat bahwa kita adalah suatu gerakan syamilah mutakamilah yang episodenya sangat banyak. Walaupun demikian setiap ada yang terasa meleset sedikit dan terasa kurang, harus dijadikan bahan evaluasi terus menerus agar dapat melangkah lebih ihsan lagi. Inilah landasan-landasan qur’ani yang ingin saya ingatkan kepada antum. Jadi dalam situasi apapun perlu kita renungkan ayat di atas. Sebab ayat tersebut memberikan taujihat rabbaniyah secara ringkas kepada kita untuk tatsbitul khutuwat (mengokohkan langkah-langkah).  5


harakatuna

Jalan Masih

Panjang

Misi gerakan Islam adalah membangun kehidupan berdasarkan disain Allah SWT. Ia berputar sepanjang zaman mengajak manusia menerapkan syariat dalam kehidupan sebagai individu, masyarakat, dan warga negara. Ia terus melaju mengemban misi membimbing umat manusia seluruhnya menuju sistem Islam beserta ajaran-ajarannya.

6

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


D

alam persfektif seperti ini, sejatinya dakwah merupakan wadzifah hadhariyah: tugas peradaban. Oleh karena itu, sejak awal para pengemban dakwah harus menyadari panjangnya jalan yang harus ditempuh dan banyaknya tenaga yang harus dikerahkan. Mereka bahkan harus siap mengorbankan jiwa, harta dan segala yang dimilikinya berupa waktu, tenaga, kesehatan, ilmu dan lainlainnya semata-mata untuk mencari keridhaan Allah.

katan pertama merupakan kewajiban individu-individu muslim secara umum, juga menjadi kewajiban gerakan dakwah. Sedangkan empat tingkatan yang akhir merupakan tugas yang harus diemban gerakan dakwah sebagai sebuah tandzim dakwah yang aktif.

Tahapan dan Urutan Amal

Mihwar Tanzhimi Gerakan dakwah perlu membangun dirinya menjadi sebuah organisasi yang kuat dan solid sebagai kekuatan utama yang mengoperasikan dakwah. Organisasi ini harus diisi oleh orang-orang yang kuat dan tangguh dalam seluruh aspek kepribadian. Untuk itu diperlukan proses pembinaan dan kaderisasi yang sistematis, integral, dan waktu yang relatif panjang. Mereka yang dipilih untuk dikader dan dibina haruslah orang-orang yang terbaik yang ada di masyarakat.

Untuk merealisasikan tujuan yang mulia itu, sebuah gerakan dakwah harus melakukan tahapan-tahapan amal, karena salah satu karakter dakwah adalah at-tadaruj fi al-khutuwat (bertahap dalam langkah). Tahapan-tahapan amal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahapan seruan (di’ayah), pengenalan (ta’rif) dan sosialisasi fikrah (nasyr al-fikrah) kepada masyarakat. 2. Tahapan pembinaan (takwin) dan seleksi pendukung (takhyir al-anshar), penyiapan pasukan/kader (I’dad al-junud) dan mobilisasi barisan (ta’biah ash-shufuf) dari kalangan mad’u. 3. Tahapan aplikasi (tanfidz), kerja (‘amal), dan produksi (intaj). Sedangkan maratibul amal (urutan amal)-nya adalah: 1. Perbaikan individu (ishlah al-fard) 2. Perbaikan rumah tangga (ishlahul albait) 3. Perbaikan masyarakat (ishlah al-mujtama’) 4. Pembebasan negeri (tahrir al-wathan) 5. Perbaikan pemerintahan (ishlah al-hukumah) 6. Penyiapan tegaknya khilafah (bina alkhilafah) 7.Pemanduan dunia (ustadziah al-alam) Tiga ting-

Implementasi

Implementasi tahapan dan urutan amal dakwah tersebut dapat diwujudkan dalam tahapan kerja berikut:

Mihwar Sya’bi Selanjutnya gerakan dakwah harus berupaya membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah. Menciptakan struktur budaya dan adab-adab sosial yang islami, dominasi figur dan tokoh Islam dalam masyarakat serta sebaran kultural yang luas dimana Islam menjadi faktor pembentuk opini publik dan – untuk sebagiannya – tersimbolkan dalam tampilan-tampilan budaya, seperti pakaian, produk kesenian, etika sosial, istilah-istilah umum dalam pergaulan dan seterusnya. Untuk itu sebagai langkah awal gerakan dakwah harus bekerja keras membina komitmen dan kekuatan aqidah pada sebagian be-

7


sar kalangan kaum muslimin. Yaitu ko- ya mengisi institusi-institusi (masyarakat mitmen aqidah yang menandai kesiapan / pemerintahan) yang sudah ada. Dengan ideologi masyarakat Muslim untuk hidup begitu terbentuklah jaringan kader dakdengan sistem Islam pada seluruh tatanan wah di seluruh institusi strategis. Ini mekehidupannya. Serta kekuatan aqidah un- rupakan pranata yang dibutuhkan untuk tuk menampilkannya dalam kehidupan di menata kehidupan bernegara yang Islami. lingkungan secara mempesona. Mihwar Daulah Selain itu pada tahapan ini idealnya geDakwah harus sampai pada tingkat inrakan dakwah mampu mewujudkan suprestitusi negara. Dengan institusi ini gerakmasi pemikiran Islam di tengah masyaraan dakwah dapat merealisasikan secara lekat sehingga muncul kepercayaan umum gal dan kuat seluruh kehendak Allah SWT bahwa secara konseptual Islamlah yang paatas kehidupan masyarakat. ling siap menyelamatkan bangsa dan neNegara adalah sarana, bukan tujuan. gara. Dengan begitu Islam menjadi arah “Kebenaran harus punya negara karena keyang membentuk arus pemikiran nasional. batilan pun punya negara”, demikian ka-

Negara adalah sarana, bukan tujuan. “Kebenaran harus punya negara karena kebatilan pun punya negara”, demikian kata Ibnu Qoyyim. Mihwar Muassasi Gerakan dakwah harus membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaanpekerjaan dakwah di seluruh sektor kehidupan dan di seluruh segmen masyarakat. Wilayah pekerjaan dakwah pada mihwar ini sangat luas dan rumit, karenanya dibutuhkan pengelompokan pekerjaan (ada institusi sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya). Pada tahapan ini dilakukan pula upa-

8

ta Ibnu Qoyyim. Diantara hasil kerja dakwah pada tahapan ini adalah melahirkan SDM yang memiliki keterampilan akademis yang handal untuk dapat mentransformasikan (legal drafting) ajaran-ajaran Islam kedalam format konstitusi, undang-undang dan derivasi hukum lainnya. Serta memasukkan sekelompok tenaga leadership di tingkat negara, yang visioner dan memiliki kemampuan teknis untuk mengelola negara. Merekalah yang menentukan – di tingkat aplikasi – seperti apa wajah Islam dalam kenyataan, dan karenanya menentukan berhasil tidaknya proyek Islamisasi — membangun kehidupan berdasarkan disain Allah SWT. Pada mihwar ini gerakan dakwah wajib berkontribusi aktif mewujudkan kemandirian material yang memungkinkan bangsa kita tetap bertahan begitu kita menghadapi isolasi atau embargo. Mengapa demikian? Karena sejarah mengajarkan, tidak pernah ada sebuah negara yang menyatakan Islam sebagai ideologinya, melainkan ia pasti memasuki hari-hari panjang yang penuh keringat, air mata dan darah. Sejak Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pindah ke Madinah, beliau harus menghadapi 68 kali pertempuran dan meAl-Intima’ No.004 Januari 2010


harakatuna mimpin 28 peperangan diantaranya. Di zaman kita, setidaknya kita belajar dari Iran (1979) dan Sudan (1987). Begitu kedua Negara itu menyatakan diri sebagai Negara Islam, dunia segera bertindak; embargo atau yang aktual, kita dapat belajar dari dari pemerintahan Hamas di Gaza Palestina (2007). Sejarah itu mengajarkan kepada kita, bahwa ada risiko yang harus ditanggung begitu sebuah negara menyatakan Islam sebagai jati dirinya. Oleh karena itu apabila siklus perekonomian tetap dapat berjalan di dalam negeri, maka itu sudah merupakan tanda kesiap-

lesai… Dalam persfektif dakwah sebagai sebuah proyek peradaban, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan oleh gerakan dakwah adalah upaya konsolidasi dengan bangsa-bangsa muslim lain, menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial, pertahanan keamanan, dan peradaban Islam secara umum. Setelah itu berupaya membentuk persekutuan dan koalisi di antara mereka untuk mendirikan lembaga-lembaga keumatan dan mengadakan muktamar antar negara. Berikutnya berupaya membentuk persekutuan bangsa-bangsa muslim.

...gerakan dakwah pun harus mampu membangun koneksi internasional yang akan memungkinkan negeri tetap eksis dalam percaturan internasional, atau

tetap memiliki akses keluar begitu menghadapi embargo atau invasi.

an untuk lebih independen. Jika hal itu bisa diwujudkan dengan semGerakan dakwah pada mihwar daulah ini purna, akan dihasilkan sebuah kesepakatan pun wajib mendukung peningkatan kapa- untuk mengangkat pemimpin yang satu sesitas pertahanan yang tangguh, sebab tan- bagai simbol persatuan umat Islam sedunia. tangan eksternal yang mungkin kita hadapi tidak terbatas pada gangguan ekonomi, ta- Dakwah Syamilah pi juga gangguan pertahanan. Sampai disini gerakan dakwah dapat berSelain itu gerakan dakwah pun harus bicara kepada dunia seperti yang pernah mampu membangun koneksi internasio- Rasulullah SAW katakan pada Heraclius, nal yang akan memungkinkan negeri tetap “Masuklah ke dalam Islam supaya kamu eksis dalam percaturan internasional, atau selamat!” tetap memiliki akses keluar begitu mengContoh lain yang ditampilkan Nabi Suhadapi embargo atau invasi. laiman dalam suratnya kepada Ratu Balqis, ِ Manakala tahapan kerja dan syarat-syaٰ ‫إ ّنه ِم ْن س َل ْيمان وإ ّنه بس ِم الل ِالر‬ ﴾٣٠﴿ ‫الر ِحمي‬ ‫حن‬ ْ َُِِ َ َ َ ُ َُِ rat kesiapan islamisasi itu sudah terpenuhi َّ ِ َ ْ‫هَّ َّ م‬ secara paripurna, pada saat itulah gerakan “Ini (surat) datang dari Sulaiman, dan dakwah dapat menggalang tuntutan po- sesungguhnya (ia datang) dengan nama Allah litik yang ditandai dengan adanya partai- Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (An-Naml: 30). partai politik — bersama publik — yang secara resmi meminta penerapan syariat Namun untuk sampai disini…jalan maIslam di tingkat konstitusi. sih panjang. La haula wa laa quwwata ilTahapan kerja dan pemenuhan syaratla billah. syarat kesiapan islamisasi ini idealnya dapat berjalan secara berurutan. Namun keMaraji’: nyataannya lebih memungkinkan berjalan 1. Dari Gerakan ke Negara, H.M. Anis Matta, Lc. secara pararel. Wallahu a’lam… 2. Menikmati Demokrasi, H.M. Anis Matta, Lc. Sampai disini kerja dakwah belum se- 3. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna 9


‫الطاعة الثبات التجرد االخوة الثقة‬

10 Bekal Di

Dakwah Islamiyah adalah harakatul ishlah wa taghyir perubahan dari jahiliyah kepada Islam; dari syirik kepada Khaliq; dari orientasi dunia kepada orientasi akhirat; dari moyang buatan manusia kepada syariat Allah; dan dari

D

engan begitu dakwah Islamiyah juga merupakan gerakan iqomatuddin (penegakkan agama). Sebuah proses menyeluruh yang mengupayakan terjadinya peralihan struktur ideologi, budaya dan kekuasaan dalam sebuah masyarakat. ْ ُ ُ ‫ۚ َف ِإ ِن‬ ِ َّ‫ل للِ ه‬ ِّ ‫ون ا‬ ُ ُ ّ‫ين كُ ه‬ ُ‫َو َقا ِت ُل م‬ َ ‫ون ِف ْت َن ٌة َو َيك‬ َ ‫وه َح َّت ٰى اَل َتك‬ ُ ‫دل‬ ٌ ْ ﴾٣٩﴿ ‫صري‬ ِ ‫ون َب‬ َّ‫توا َف ِإ َّن ه‬ ْ َ َ‫ان ه‬ َ ‫الل َ ِب َما َي ْع َم ُل‬ “…supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah” (QS. Al-Anfal, 8: 39)

Tentu saja hal ini bukan perkara mudah. Karena demikian banyak waktu dan tenaga yang akan terkuras. Demikian panjang dan terjal jalan yang harus dilalui. Oleh karena itu para pengemban dakwah wajib menyiapkan bekal yang cukup di perjalanan.

Ilmu dan Pemahaman

Bekal utama para pengemban dakwah adalah ilmu dan pemahaman. Muhammad Abdullah Al-Khatib dan Muhammad Abdul Halim Hamid dalam Nazharat fi risalatut ta’lim menyatakan, “Pemahaman yang benar dapat membantu mewujudkan amal yang benar, penerapannya yang tepat, dan dapat memelihara pemiliknya dari ketergelinciran.” Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata: “Barangsiapa yang beramal tanpa didasari ilmu, maka unsur merusaknya lebih ba10

nyak daripada mashlahatnya.” Orang ikhlas yang beramal, tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dan tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, dapat tersesat jauh dari jalan kebenaran.

Keikhlasan

Selain ilmu dan pemahaman, bekal lain yang harus disiapkan para pengemban dakwah adalah keikhlasan. Sehingga amalnya tidak tercampuri oleh keinginan-keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti menginginkan keuntungan materi, kedudukan, harta, ketenaran, tempat di hati manusia, pujian dari mereka, menghindari cercaan mereka, mengikuti bisikan nafsu, atau ambisi-ambisi lainnya yang dapat dipadukan dalam satu kalimat, yaitu melakukan amal untuk selain Allah, apa pun bentuknya. Para pengemban dakwah hendaknya mengorientasikan perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah dan mengharap keridhaan-Nya, tanpa memperhatikan keuntungan materi, prestise, pangkat maupun gelar. Dengan begitu ia menjadi ‘tentara aqidah’, bukan tentara kepentingan yang hanya mencari kemanfaatan dunia. ‫قل إن صلت ونُسكي ومحياي ومم‬ ‫ب‬ ِّ ‫ات للِ هَّ ِ َر‬ ِ‫ُ ْ ِ َّ َ اَ يِ َ ُ ِ َ َ ْ َ َ َ َ َ ي‬ ْ َ ِ‫ۖ وب ٰ َذل‬ ُ‫يك هَل‬ ‫ت َوأ َ​َنا أ َّ​َو ُل‬ ُ ‫ك أُ ِمر‬ ِ َ َ ‫﴾ اَل َش ِر‬١٦٢﴿ ‫ني‬ َ ‫الْ َعالَ ِم‬ ﴾١٦٣﴿ ‫الْ ُم ْس ِل ِمي‬ Al-Intima’ No.004 Januari 2010


harakatuna

‫الفهم اإلخالص العمل الجهاد التضحية‬

Perjalanan oleh M. Indra Kurniawan, s.ag

(gerakan perbaikan dan perubahan). Perbaikan dan tauhid; dari penyembahan makhluk kepada penyembahan kezaliman tirani kepada keadilan Islam; dari hukum nenek perilaku tercela kepada perilaku terpuji. Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (QS. Al-An’am, 6: 162-163)

Stamina Amal

Peradaban Islam mustahil terwujud dengan amal tak beraturan, sporadis, reaksioner, temporer dan tambal sulam. Apalagi sekedar menebar slogan mentereng dan propaganda kosong. Oleh karena itu, para pengemban dakwah wajib membekali diri mereka dengan stamina amal yang kuat. Karena mereka akan melakukan amal secara berkesinambungan, tanpa lelah dan tanpa bosan. Ingatlah, sungguh tiada tempat sedikitpun bagi orang-orang yang malas dan berpangku tangan dalam barisan dakwah. ‫وقل اعملوا ف‬ ُ‫ول‬ ُ‫ك ْم َو َر ُس ه‬ ُ ‫الل ُ َع َم َل‬ َّ‫سيرَ َ ى ه‬ َ َ ُ َ ْ ِ ُ َ ٰ ِ ْ ‫اد ِة‬ َ ُ‫ َو َس ر‬ ۖ ‫ون‬ َّ ‫ب َو‬ ِ ‫ون ِإ ىَل َعالِم الْ َغي‬ َ ‫ت ّ ُد‬ َ ‫َوالْ ُم ْؤ ِم ُن‬ َ ‫الش َه‬ ْ ْ ُ ‫فينبئ‬ ﴾١٠٥﴿ ‫ون‬ ُ ِّ َ ُ َ َ ‫كم ِب َما كُ ْن مُت َت ْع َم ُل‬

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa

yang telah kamu kerjakan (QS. At-Taubah, 9: 105)

Ruhul Jihad

Tanpa jihad, dakwah tidak akan pernah hidup. Urutan jihad yang pertama yang dituntut dari para pengemban dakwah adalah pengingkaran hati terhadap kemaksiatan pada Allah, dan puncaknya adalah berperang di jalan Allah ta’ala. Diantara keduanya ada jihad dengan lisan, pena, tangan, dan kata-kata yang benar di hadapan penguasa yang zalim. )‫( األية‬... ۚ ‫الل ِ َح َّق ِج َها ِد ِه‬ ِ ‫َو َج‬ َّ‫اه ُدوا يِف ه‬

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (QS. Al-Hajj, 22: 78)

Ibnu Abbas ra berkata tentang pengertian jihad, “Jihad adalah menguras potensi dalam membela agama Allah, dan tidak takut cercaan orang yang mencerca dalam melaksanakan agama Allah.”

Muqatil berkata,

Makna jihad adalah “Bekerjalah untuk Allah dengan sebenar-benar kerja, dan beribadahlah dengan sebenar-benar ibadah.”

Ibnul Mubarak berkata,

“Jihad adalah mujahadah terhadap jiwa dan hawa nafsu.”

DR. Sa’id Ramadhan Al-Buthi berkata, 11


“Jihad adalah mencurahkan potensi dalam rangka meninggikan kalimat Allah, dan membentuk masyarakat muslim. Sedangkan mencurahkan tenaga dengan melakukan perang adalah salah satu jenis dari jihad. Tujuan jihad adalah membentuk masyarakat yang islami, dan membentuk Negara Islam yang benar.”

Tadhiyah

At-Tadhiyah adalah mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segalagalanya demi mencapai tujuan. ْ ْ ‫إن الل اشت ٰى من المؤمنني أَنف‬ ‫ه‬ ُ ُ‫س مُه َوأ َْم َوالَ مُه ِبأ َّ​َن لَ م‬ َ ُ ْ َ ِ ِ ْ ُ ْ َ ِ َ َ‫ِ َّ هَّ َ ْ ر‬ )‫ ( األية‬... ۚ ‫الْ َج َّن َة‬

Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (QS. At-Taubah, 9: 111)

Marilah kita teladani Abu Bakar yang rela mengorbankan seluruh hartanya pada masa peperangan Tabuk. Begitu pula Shuhaib Ar-Rumi rela melepas apa yang dimiliki ke tangan kaum musyrikin untuk membela agama Allah hijrah dari Makkah ke Madinah. ْ ْ ‫ومن الناس م ْن يشي نف‬ ِ ‫ض‬ ُ ‫الل‬ َّ‫ات ه‬ َّ‫ۗ َو ه‬ ِ‫الل‬ َ ‫اء َمر‬ َ ‫س ُه اب ِت َغ‬ َ ْ َ ِ ْ‫َ ِ َ َّ ِ َ َ ر‬ ﴾٢٠٧﴿ ‫ر ُءوف ِبالْ ِعبا ِد‬ َ َ ٌ

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.(QS. Al-baqarah, 2: 207)

Taat pada Qiyadah

Amal harakah islamiyah adalah amal jama’i. Ada jundi (prajurit) dan ada qiyadah (komandan). Keduanya terikat dalam perjuangan dilandasi kesamaan visi, misi, dan program. Sikap taat —karena Allah— kepada qiyadah adalah keharusan dalam sebuah amal jama’i. Apa yang akan terjadi jika program dan tugas dakwah yang telah direncanakan diterima oleh telinga yang tidak mampu

mendengar, semangat yang melempem, serta hati yang berkecenderungan untuk membantah dan sombong? Tentu saja proyek-proyek besar akan mandeg seketika, amal-amal mulia akan mengalami kelumpuhan dan terkubur tanpa ada seorang pun yang melayatnya. Kita tentu tahu ibrah agung dalam peperangan Uhud, bagaimana Rasulullah saw memerintahkan para pemanah untuk tidak meninggalkan posisi mereka apa pun yang terjadi. Akan tetapi tatkala mereka melihat kemenangan seolah-olah telah berpihak pada kaum muslimin, mereka turun meninggalkan posisinya dan melanggar perintah Rasulullah saw. Akhirnya terjadi serangan balik dari musyrikin yang menyebabkan 70 orang muslimin syahid. Pelajaran ini menegaskan tentang wajibnya ketaatan. Karena itu para pengemban dakwah harus senantiasa siap melaksanakan perintah qiyadah dan mewujudkan dengan segera, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas.

Tsabat

Tsabat artinya teguh beramal sebagai mujahid dalam memperjuangkan tujuannya, betapa pun jauh jangkauan dan lama waktunya. Seorang pengemban dakwah hendaknya tetap dalam keadaan seperti itu sampai bertemu Allah SWT. Niscaya ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu hidup mulia atau mati syahid. ٌ ۖ ‫الل َ َع َل ْي ِه‬ ‫ال‬ َّ‫اه ُدوا ه‬ َ ‫ص َد ُقوا َما َع‬ َ ‫ِم َن الْ ُم ْؤ ِم ِن‬ َ ‫ني ِر َج‬ ْ‫ه‬ ْ ْ ْ‫فم ه‬ ‫ۖ َو َما َب َّدلُوا‬ ‫ن ْم َم ْن َي ْن َت ِظر‬ ُ ِ َ ُ ‫ض ٰى َن ْح َب ُه َو ِم‬ َ ‫نم َمن َق‬ ُ ً ْ ﴾٢٣﴿ ‫َتب ِديل‬

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), (QS. Al-Ahzab, 33: 23)

Tingkatan ukhuwah yang paling rendah adalah salamatush dan yang tertinggi adalah itsar (mengutamakan 12

‫الطاعة الثبات التجرد االخوة الثقة‬ Al-Intima’ No.004 Januari 2010


Tajarrud

Tajarrud artinya totalitas atau bersungguh-sungguh pada suatu urusan. Di antara tanda-tanda sikap tajarrud yang harus dimiliki para pengemban dakwah adalah: Pertama, mampu mensikapi manusia atau segala sesuatu dengan timbangan dakwah. Apakah ia berhak mendapatkan loyalitas atau berhak mendapatkan permusuhan. ‫ك ْم أُسوة حسنة ف إ ْبراه‬ ‫ين‬ ُ َ‫ت ل‬ ِ َّ‫مي َو ذ‬ َ َ‫َق ْد ك‬ ْ ‫ان‬ َ ‫ال‬ َ ِ َ ِ ِ‫ْ َ ٌ َ َ َ ٌ ي‬ ْ ْ ْ ‫ون‬ ُ ‫آء ِم ْن‬ َ ‫كم َو ِم َّما َت ْع ُب ُد‬ ُ ‫َم َع ُه ِإ ْذ َقالُوا لِ َقو ِم مِه ِإ َّنا ُب َر‬ ْ ْ ْ ‫كم‬ ‫ك ْم وبدا بيننا وبين‬ ُ ‫الل ِكَ َف ْر َنا ِب‬ َّ‫ون ه‬ ِ ‫ِمن ُد‬ ُ ُ َ َ َ َ​َ َ َ َ َ ً ... ‫الل ِ َو ْح َد ُه‬ َّ‫اء أ َ​َبدا َح َّت ٰى ُت ْؤ ِم ُنوا ِب ه‬ َ ‫او ُة َوالْ َب ْغ‬ َ ‫الْ َع َد‬ ُ ‫ض‬ )‫( األية‬

Sesungguhnya telah ada suri tauldan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al-Mumtahanah, 60: 4)

Kedua, tidak merasa berat mempersembahkan jiwa di jalan Allah ta’ala dan mengatur segala urusannya serta seluruh kehidupannya sejalan dengan hukum-hukum dan perintah-perintah Allah ta’ala. Para pengemban dakwah harus mampu menegakkan al-haq di dalam jiwa, nurani, dan kehidupan mereka, dalam bentuk aqidah, akhlak, ibadah, dan perilaku sehari-hari. Hasan Hudhaibi berkata: “Wahai Ikhwan, tegakkanlah Islam di dalam hatimu, tentu ia akan tegak di bumimu.”

Menjaga Ukhuwah

Ukhuwah adalah kekuatan iman yang menumbuhkan perasaan simpati, emosi yang tulus, kecintaan, kasih sayang, penghargaan, penghormatan, dan saling percaya antar orang-orang yang terikat dengan

akidah tauhid dan manhaj Islam. Ukhuwah dapat menumbuhkan sikap saling tolong menolong, saling mengutamakan orang lain, saling mengasihi, saling memaafkan, saling berlapang dada, saling menanggung, dan saling mengokohkan. Tingkatan ukhuwah yang paling rendah adalah salamatush shadr (bersihnya hati dari buruk sangka) dan yang tertinggi adalah itsar (mengutamakan orang lain). Seandainya para pengemban dakwah mengalami penurunan dari tingkatan ukhuwah yang paling rendah —yaitu salamatush shadr— maka perpecahan akan muncul dan pertentangan akan semakin meluas. Kedua hal ini dapat mengantarkan jama’ah dakwah pada kekalahan dan kehancuran. ‫ب‬ َ‫الل َ َو َر ُس ه‬ َ ‫از ُعوا َف َت ْف‬ َّ‫يعوا ه‬ َ ‫ولُ َو اَل َت َن‬ ُ ‫َوأ َِط‬ َ ‫ش ُلوا َو َت ْذ َه‬ ْ ُ ‫ريح‬ ﴾٤٦﴿ ‫ين‬ َّ‫ۚ ِإ َّن ه‬ ‫بوا‬ ِ ‫الص‬ ُ ِ‫اص ر‬ ُ ِ ْ ‫ۖ َو‬ ‫كم‬ َّ ‫الل َ َم َع‬ َ ‫اب ِر‬

Taatlah kepada Allah dan rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar., QS. Al-Anfal, 8: 46)

Tsiqah

Bekal terakhir yang harus disiapkan para pengemban dakwah adalah tsiqah, yakni rasa puasnya seorang prajurit atas komandannya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menumbuhkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan, dan ketaatan. Para prajurit dakwah hendaknya selalu waspada dan berhati-hati terhadap musuh-musuh yang selalu berupaya menimbulkan friksi internal demi memenangkan pertarungan melawan al-haq. Untuk itu para pengemban dakwah harus menjaga dan memperkokoh tsiqah-nya pada pemimpin agar dakwah terus bergulir mencapai tujuannya. Wallahu a’lam.  Maraji’ Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, Muhammad Abdullah Al-Khatib & Muhammad Abdul halim Hamid.

shadr (bersihnya hati dari buruk sangka) orang lain)

‫الفهم اإلخالص العمل الجهاد التضحية‬

13


Makna Istirahat bagi Aktivis Dakwah

oleh: syamsuddin kadir

”Kesabaran adalah himpunan semua makna keberanian, keteguhan, kejujuran, tekad dan wawasan jauh ke depan” (Ust. Rahmat Abdullah)

D

akwah memang selalu menawarkan banyak hal. Ada kepenatan, kelelahan, keletihan, dan kelemahan. Jalan dakwah selalu menawarkan proposal kepada aktivisnya. Ada ujian ketidaksabaran, cepat lelah, mudah putus asa bahkan mudah untuk berpindah jalan. Tidak mudah memang, tetapi begitulah dakwah ini memberi kita tantangan. Di mana semuanya dituntut untuk membawa bekal, semacam keikhlasan, totalitas dan kesabaran.

Filosofi Istirahat Para Aktivis Dakwah

Aktivis dakwah, idealnya merupakan nama harum bagi hari-hari kita zaman ini. Karena istilah ini dibangun di atas fakta-fakta yang berakar ke masa lalu, ketika dakwah ini bermula. Di gubug-gubug gang sempit lahirnya. Berpeluh di kendaraan umum dalam rute-rute panjang aktivisnya. Menapak jalan-jalan kota, desa dan perkampungan tanpa uang dan sepatu. Bahkan para aktivisnya mengorbankan nikmat tidur untuk agenda dakwah dengan pulang dalam keadaan lelah tanpa digaji dan dibayar. Memberikan seluruh tenaga, pikiran dan kesempatan untuk mengisi acara-acara pengkaderan di atas rasa lelah, lapar dan dahaga. Haus dan lapar jadi kata yang sering dieja oleh kamus hi14

dup para pengusungnya. Jauh dari hingar bingar sanjungan dunia dan manusia. Semua itu terjadi karena mereka menggantinya dengan kesenangan menghirup sepuas hati telaga al-Qur’an, dakwah serta filosofi perjuangan para nabi dan para sahabat di masa lalu. Keikhlasan yang ’naif’ Nabi Ibrahim ra. yang rela –demi melaksanakan perintah Allah- meninggalkan isteri dan anaknya di lembah yang tak bertanaman di dekat rumah Allah yang dihormati (Qs. Ibrahim: 37) menghasilkan bukan hanya turunan nasab yang konsisten, tetapi juga turunan fikroh yang militan. Begitulah perjuangan dakwah jika dilalui dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan totalitas. Ibnu ’Umar ra., tokoh sahabat yang terkenal sangat waro’, pernah ditanya, ”apakah para sahabat Rasulullah dahulu tertawa?” Pertanyaan sederhana, tapi menyiratkan kebutuhan informasi yang akurat tentang karakter sebuah generasi terbaik. Ibnu ’Umar ra pun menjawabnya dengan jawaban seobjektif mungkin, ”Ya, mereka tertawa, tapi iman di dada mereka laksana gunung.” Begitu jawaban Ibnu ’Umar ra. Perhatikan, apa yang melatarbelakangi pertanyaan kepada Ibnu ’Umar ra tersebut. Para sahabat adalah kumpulan manusia pemilik keberanian dan pengorbanan yang tak ada bandingnya. Orang yang bertanya pada IbAl-Intima’ No.004 Januari 2010


harakatuna nu ’Umar ra, tertarik untuk menanyakan sisi kemanusiaan generasi terbaik itu. Dan ternyata, begitulah jawaban Ibnu ’Umar ra. Singkat, padat dan dalam maknanya. Para sahabat terkenal sangat giat dalam beramal. Umar ra. bahkan mengatakan, ”Aku sangat benci melihat seorang kalian yang menganggur, tidak melakukan amal dunia dan tidak melakukan amal akhirat.” Hari demi hari yang mereka lalui selalu bermakna peningkatan dan pengembangan dari sebelumnya. Ibrahim al-Harbi pernah menceritakan perihal iman generasi Tabi’in, Ahmad bin Hambal. ”Aku telah hidup bersama Ahmad bin Hambal 20 tahun. Selama musim kemarau dan hujan, musim panas dan dingin. Aku tak pernah mendapatinya, kecuali ia lebih baik dari hari kemarin.” (Manaqib Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Jauzi, hal. 140) Meski demikian, para sholihin itu tetap

perlu kita ingat adalah bahwa peristirahatan itu bisa bermanfaat dengan dua syarat. Pertama, dilakukan dalam waktu sementara dan temporal. Kedua, tidak keluar dari batas-batas yang dibenarkan oleh syari’at. Melanggar kedua syarat ini berarti substansi peristirahatan akan hilang atau bahkan memunculkan akibat kebalikannya. Karena tanpa kehati-hatian, peristirahatan dan sebuah jeda bisa berubah menjadi kelemahan, kemalasan, bahkan keterjerumusan pada tipu daya syaitan. Artinya, peristirahatan harus tetap patuh pada aturan syari’at. Canda misalnya, tidak boleh dicampur dengan dusta. Peristirahatan, hanya variasi hidup yang penting dari rutinitas. Ia juga ibarat garam dalam makanan. Penting tapi tidak boleh berlebihan. Tokoh Ulama Kuawait, Syekh Jasim Muhalhil mengistilahkan hal ini dengan ”waktu turun mi-

Para sahabat terkenal sangat giat dalam beramal. Umar ra. bahkan mengatakan, ”Aku sangat

benci melihat seorang kalian yang menganggur, tidak melakukan amal dunia dan tidak pula amal akhirat.” berada di tengah-tengah, antara kekeras- numnya seorang pejuang”, yang akan mean dan kelembutan, antara disiplin bekerja ngembalikan stamina atau menghidupkan dan istirahat. Seperti juga Rasulullah SAW. tenaga yang lebih besar dari sebelumnya. menyifatkan dirinya dengan istilah ’adha- Hasan al-Banna menyebutnya dengan unghuuku al-qattal’, orang yang gemar terta- kapan, ”Mujahid sejati adalah yang tidak wa tapi juga gemar berperang. tidur sepenuh kelopak matanya, dan tidak Senyum sebagai bagian dari peristirahat- tertawa selebar mulutnya”. Itulah makna an dan kelembutan, dalam pandangan me- peristirahatan dan perhentian hakiki. Ya, reka, bahkan menjadi salah satu sifat is- ”hiburlah jiwa kalian, sesaat barang sesaat. timewa manusia yang tak dimiliki bina- Karena jiwa itu bisa berkarat, seperti besi tang. Ibnu Taimiyah mengulas hal ini de- yang bisa berkarat”, kata Ali bin Abi Thongan uraian menarik: ”manusia itu hewan lib ra. Sungguh menggugah jiwa kita seyang bicara dan bisa tertawa. Tak ada yang bagian sya’ir nasyid ’Sekeping Hati’ milik membedakan manusia dengan hewan, ke- group nasyid Saujana: cuali sifat-sifat kesempurnaan. Sebagaimana bicara menjadi salah satu sifat-sifat ke’Mengharap senang dalam berjuang Bagai merindu rembulan di tengah siang sempurnaan manusia, demikian juga tertaJalannya tak seindah sentuhan mata wa. Maka jika yang bicara itu lebih sempurPangkalnya jauh ujungnya belum tiba na dari yang tidak bicara, begitu pula yang Tapi jalan kebenaran tertawa itu lebih sempurna dari yang mamTak akan selamanya sunyi pu tertawa”. (Fatawa Ibnu Taimiyah 6/121). Ada ujian yang datang melanda Kita perlu istirahat. Jiwa, fisik, akal bahAda perangkap menunggu mangsa  kan ruh kita butuh istirahat. Tentu, yang 15


tatsqif

Sekelumit Tentang

Khilafah Islamiyah B Oleh: ibnu siraj

ahkan Al-Jurjani menganggap Adanya kepemimpinan bahwa kedudukan Imam adalah ke(imamah/khilafah) adalah pentingan kaum muslimin yang paling utama dan tujuan agama yang paling ijma kaum muslimin. agung. Anggapan seperti ini cukup berBerkenaan dengan hal alasan karena dalam pandangan Islam — menurut Sa’id Hawwa — imam itu adaini Ibnu Khaldun berkata: lah pewaris kenabian yang bertugas mem“Jabatan imam ini wajib bimbing manusia kepada kitab dan sunnah ditegakkan. Kewajibannya (2:151); Memberantas berbagai kerusakan di muka bumi (8:39) dengan menegakkan di dalam hukum Islam keadilan dan Syariah Allah. Khalifah / Imamah udzma adalah sebutdikenal sebagai ijma para an bagi pemimpin tertinggi daulah Islamsahabat dan tabi’in. Para iyah yang mencakup seluruh umat Islam sahabat Rasulullah, ketika sedunia meliputi kepemimpinan agama dan politik. Al Juwaini berkata, “Al ImaRasulullah SAW meninggal mah adalah kepemimpinan tertinggi (riyaasah taammah) dan kepemimpinan umum dunia, bersegera (zi’aamah ‘aammah) berkaitan dengan mamemilih penggantinya salah umum maupun khusus dalam hal pemeliharaan agama dan dunia, menjamin dan membaiat Abu penjagaan wilayah, pengurusan kepentingBakar sebagai Khalifah an rakyat, dan menegakkan dakwah agama dengan hujjah dan pedang ”. Berbeda dedan menyerahkan ngan Paus dalam agama Kristen Katolik, segala urusan ummat yang kepemimpinannya hanya mencakup kerohaniaan. kepadanya. Demikianlah, kepemimpinan Imamah Udzma ini disebut Khalifah sampai kapan pun, (pengganti) karena kedudukannya sebapenerus/pengganti tugas kenabian. Pasetelah itu, manusia tidak gai da masa Umar bin Khattab istilah Khalifah boleh dibiarkan kacau diganti dengan istilah Amirul Mu’minin. tanpa adanya imam. Ini Kewajiban Menegakkan Khilafah menegaskan keijma’an Menegakkan khilafah adalah fardhu kifayah, sama seperti seperti jihad dan semakaum Muslimin dalam camnya. Jika ada yang menegakkannya maka gugurlah kewajiban ini bagi yang lainpersoalan mengangkat nya. Tetapi jika belum ada yang menegakImam”. 16

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


Pengangkatan Khalifah dilakukan oleh ahlul hilli wal ‘aqdi ... beberapa contoh teknis

pengangkatan yang berbeda dilakukan para sahabat. kannya maka seluruh kaum muslimin berkewajiban menegakkannya. Menurut Sa’id Hawwa seluruh kaum muslimin berdosa jika tidak menegakkannya, karena mereka menjadi sasaran perintah Allah ini dan berkewajiban menegakkannya. Dasar Kewajiban Menegakkan Khilafah Islamiyah 1. Sunnah fi’liyah dari Nabi kita, Muhammad SAW sangat jelas menunjukkan hal kewajiban menegakkan khilafah ini. Dari untaian sejarahnya kita dapat mengetahui bahwa adanya daulah (negara/kepemimpinan/khilafah) adalah sebuah keniscayaan guna mendukung misi dakwah Islamiyah sebagai rahmatan lil alamin. 2. Begitupun sunnah para sahabat, seperti dikemukakan di atas, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa para sahabat Rasulullah, ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, bersegera memilih penggantinya dan membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah dan menyerahkan segala urusan ummat kepadanya. 3. Pentingnya tegak khilafah juga dikarenakan banyak kewajiban agama (contoh: ekonomi non riba, penegakkan akhlakul karimah, hukum hudud, jihad membela sesama muslim, dll) yang tidak akan sempurna kecuali dengan adanya Khilafah. 4. Al-Qur’an menegaskan bahwa kaum muslimin wajib taat kepada ALLAH, Rasul dan Ulil Amri (QS. An-Nisaa: 59). Secara tersirat ini menunjukkan tentang perlunya eksistensi kepemimpinan bagi masyarakat Islam. 5. Selain itu, banyak hadits Nabi menyebutkan tentang urgensi kepemimpinan, diantaranya adalah HR. Thabrani: Laa yahillu li tsalaatsatin yakuunuuna bi ardhi falaatin illaa ammaruu ‘alaihim ahadahum (Tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu tempat di permukaan bumi ini kecuali salah seorang dari mereka

itu menjadi pemimpin). Syarat-syarat Imamah Kubro (Khilafah) 1.Islam (QS. Ali Imran: 28) 2.Laki-laki; ini berdasarkan sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Ahmad: Lan yufliha qoumun asnaduu amrohum ilamro-atin (Tidak akan beroleh kejayaan suatu kaum yang menyerahkan urusannya [kepemimpinan negara] kepada wanita). 3.Baligh; tidak gila, tidak kurang akal, dan bukan anak kecil sehingga dapat diberi beban tanggung jawab. 4.Berilmu; memiliki ilmu yang dapat menunjang tugasnya sebagai pemimpin. 5.Adil; terhindar dari kekejian atau halhal yang merusak maru’ah.Tidak cacat mental atau indera yang dapat mengganggu dan mengurangi kinerjanya.

Pengangkatan Khalifah

Pengangkatan Khalifah dilakukan oleh ahlul hilli wal ‘aqdi / Ahlu Asy-Syuro. Ada beberapa contoh teknis pengangkatan yang berbeda, yang dilakukan oleh para sahabat. Pengangkatan Abu Bakar: Pembai’atan Abu Bakar terkenal dengan peristiwa Saqifah; setelah wafatnya Rasul terdengar kabar bahwa kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah untuk mengangkat Sa’ad bin Ubadah sebagai Khalifah. Kemudian Umar, Abu Bakar, dan Abu Ubaidah mendatanginya; Abu Bakar menawarkan Umar atau Abu Ubaidah menjadi Khalifah, tetapi mereka malah bersepakat memilih Abu Bakar. Esoknya dilakukan pembaiatan umum oleh kaum muslimin. Pengangkatan Umar bin Khattab: Pembaiatan Umar bin Khattab diawali dengan pengajuan dari Abu Bakar menjelang wafatnya kepada para sahabat, setelah disetujui lalu dibuat surat pengajuan itu dan dibacakan dihadapan kaum muslimin, mereka ditanya kerelaannya. 17


Menurut Hasan Al-Banna Khilafah adalah lambang kesatuan Islam dan bentuk formal ikatan antar bangsa muslim; ia adalah identitas Islam; ia adalah tempat

rujukan bagi pemberlakuan hukum Islam.

Pengangkatan Utsman bin Affan: Pembaiatan Utsman bin Affan diawali dengan pengajuan nama-nama calon Khalifah dari Umar menjelang wafatnya, mereka adalah Ali, Utsman, Abdurrahman, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Saat Umar meninggal, Miqdad mengumpulkan enam anggota majelis syuro di rumah Aisyah, Thalhah tidak hadir. Hasilnya, majelis menunjuk Abdurrahman bin Auf menjadi penanggungjawab pemilihan Khalifah; disetujui pula ketentuan bahwa calon tidak boleh ada kaitan kekeluargaan dengan Khalifah. Selama tiga hari tiga malam Abdurrahman menemui para sahabat. Pada hari keempat ia mengumpulkan kaum Muhajirin, Anshar, kubaro, tokoh-tokoh, para sahabat senior, dan para pemimpin prajurit. Mereka diminta pendapatnya tentang Khalifah pengganti Umar, akhirnya disepakati Utsman menjadi Khalifah. Pengangkatan Ali bin Abu Thalib: Pembaiatan Ali bin Abu Thalib diawali dengan pencalonan Ali oleh beberapa sahabat Muhajirin dan Anshar. Ali awalnya menolak, tapi mereka terus mendesak. Ali akhirnya mengajak mereka ke masjid untuk memusyawarahkannya kepada kaum muslimin. Ternyata mereka sepakat mengangkat Ali sebagai Khalifah. Kesimpulannya, bagaimanapun teknisnya, pemilihan pemimpin haruslah disepakati atau dipilih oleh ummat. Oleh karena itu Umar bin Abdul Aziz sempat menolak pencalonan dirinya sebagai Khalifah dengan cara ditunjuk oleh Khalifah sebelumnya (Abdullah Sulaiman) tanpa persetujuan ummat.

Masa bertugas Khalifah

Tidak ada ketentuan langsung dari nash tentang hal ini, tetapi ulama berijma’ bah18

wa masa bertugas Khalifah adalah sepanjang hidup. Meskipun demikian ia bisa dipecat jika terbukti cacat dalam hal keadilan atau cacat badan.

Penegakkan Khilafah Masa Kini

Menurut Hasan Al-Banna Khilafah adalah lambang kesatuan Islam dan bentuk formal dari ikatan antar bangsa muslim; ia adalah identitas Islam; ia adalah tempat rujukan bagi pemberlakuan hukum Islam. Menurutnya, fikrah tentang Khilafah dan upaya untuk mengembalikan eksistensinya, hendaknya menjadi agenda utama umat. Namun langkah menuju ke arah sana membutuhkan persiapan yang harus diwujudkan. Langkah-langkah Penegakkan Khilafah menurutnya harus diawali dengan adanya konsolidasi antara bangsa-bangsa muslim, menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial, pertahanan keamanan, dan peradaban Islam secara umum. Setelah itu membentuk persekutuan dan koalisi diantara mereka untuk mendirikan lembaga-lembaga keumatan dan mengadakan muktamar antar negara. Terakhir adalah membentuk persekutuan bangsa-bangsa muslim. Jika hal itu bisa diwujudkan dengan sempurna, akan dihasilkan sebuah kesepakatan untuk mengangkat imam yang satu (Khalifah). Memperhatikan realita saat ini — dimana ummat belum terkondisikan dengan nilai-nilai Islam secara baik — langkah-langkah diatas pun tentunya harus diawali dengan perbaikan dan pembinaan individu, pembentukan keluarga, bimbingan kepada masyarakat, dan perbaikan pemerintahan. Sehingga tingkatan amal yang dituntut dari seorang muslim secara individu maupun kolektif adalah: 1. Ishlahul Fardhi (perbaikan individu). 2. Takwin baitul muslim (pembentukan keAl-Intima’ No.004 Januari 2010


tatsqif luarga muslim). 3. Irsyadul Mujtama’ (membimbing masyarakat) 4. Tahrirul Wathan (membebaskan negeri) 5. Ishlahul Hukumah (perbaikan pemerintahan) 6. Binaul Khilafah (penyiapan khilafah) 7. Ustadziyatul ‘Alam (menjadi guru bagi masyarakat global)

Langkah-langkah kongkrit

Ustadz Ahmad Sarwat—pengisi rubrik Syariah dan Kehidupan di warnaislam. com—merinci langkah-langkah kongkrit penyiapan Khilafah sebagai berikut: 1. Menegakkan khilafah itu adalah membangun aqidah dan fikrah umat. Karena mustahil khilafah itu bisa tegak kalau umatnya beraqidah lemah dan berfikrah sesat. 2. Menegakkan khilafah adalah membangun pribadi muslim yang mengenal Allah dan Rasul-Nya serta berjiwa Qurani serta menjadikan rasulullah SAW sebagai teladan. 3. Menegakkan khilafah adalah melahirkan generasi qurani yang dimulai dari membangun rumah tangga Islami, yang mana rumah itu bersinar dengan cahaya bacaan Al-Quran. 4. Menegakkan khilafah adalah mempraktekkan syariah yang dimulai dari individu, kemudian berkembang kepada komunitas kecil, lalu kepada komunitas yang lebih besar lagi hingga berdirinya sebuah sistem ekonomi di suatu negeri. 5. Menegakkan khilafah adalah mendirikan lembaga pendidikan Islam yang melahirkan generasi baru dan menggantikan generasi yang sudah rusak. Baik berupa pesantren, madrasah, sekolah, kampus, perguruan tinggi atau pun lembaga pendidikan lainnya. 6. Menegakkan khilafah adalah menghimpunpara pengusaha muslim untuk membangun sebuah jaringan ekonomi yang bisa memenuhi kebutuhan dasar konsumtif dan produktif buat umat Islam. 7. Menegakkan khilafah adalah memproduksi dan menyiapkan para sarjana, ilmuwan, cendekiawan, ulama dan para

ahli yang menguasai bidangnya secara profesional, untuk mengganti yang selama ini sudah berjalan tapi seadanya. 8. Menegakkan khilafah adalah membangun infra struktur yang dibutuhkan umat Islam, baik yang terkait dengan produksi, industri atau pun pengolahan kekayaan alam. 9. Menegakkan khilafah adalah membangun di tengah umat sebuah budaya nabawi, kebiasaan dan sikap syar’i, akhlaq qur’ani, sikap mental ukhrawi,dan life style ruhani, yang semuanya berasal dari Quran dan Sunnah. 10. Menegakkan khilafah adalah membangun sebuah sistem hukum, undang-undang dan peraturan berasarkan Quran dan Sunnah, yang dimulai dari membangun SDM Islami di bidang itu. Karena sebagus apapun produk hukum, bila orang-orangnya justru cacat hukum, tidak akan ada artinya. 11. Menegakkan khilafah itu adalah melakukan semua pekerjaan besar di atas, yang tidak mungkin dikerjakan sendirian atau oleh hanya segolongan kecil dari segelintir kelompok umat Islam saja. Tetapi harus melibatkan semua elemen umat, yaitu 1,5 milyar umat Islam, di mana satu sama lain saling kenal, saling bantu dan saling melengkapi Dengan demikian tugas kita saat ini adalah bergerak dan terus bergerak; beramal dan terus beramal seraya terus membekali diri sampai Allah menentukan takdirnya. Insya Allah Khilafah akan kembali tegak. Rasulullah SAW bersabda:“Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa kekhalifahan atas manhaj kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa kerajaan yang buruk/zalim (mulkan ‘aadhon) selama beberapa masa, selanjutnya datang masa kerajaan dictator (mulkan jabariyyan) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan (terulang lagi) khilafah ‘ala minhajin nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian.” (HR. Ahmad, al-Bazzar, dan Thabrani). Allahu Akbar! Wa li-LLAHil-hamd! 19


Lintasan Sejarah

Israel & Palestina K Bagian Pertama

onflik Israel dan Palestina sesungguhnya berawal dari persekongkolan antara kaum imperialis Barat dengan bangsa Yahudi Zionis lebih dari setengah abad yang lalu, mereka bahu membahu sekuat tenaga merampas tanah Palestina dengan klaim-klaim agamis maupun historis. Padahal peristiwa panjang ribuan tahun yang terjadi di atas bumi para nabi ini memperlihatkan bahwa bangsa Palestina adalah pewaris sah tanah Pales-

nya dari Babilonia untuk menghindari tekanan Raja Namruz. Orang-orang Assiria dan Kan’an menyebut para muhajirin ini dengan sebutan Ibrani, yang menurut bahasa Aramy atau Siryany artinya; orang yang menyeberang, karena mereka hijrah dari Babilonia ke Kan’an (Palestina) dengan melintasi sungai Eufrat. Sejak itu kelompok muhajirin dan seluruh turunannya menjadi suatu bangsa yang dinamai bangsa Ibrani.

Sejarah Israel berawal dari hijrahnya Ibrahim as. bersama pengikutnya... mereka disebut Ibrani, artinya orang yang menyeberang (hijrah melintasi sungai Eufrat). tina, baik dilihat dari aspek agamis maupun aspek historis. Sejarah Israel dan Palestina menjadi menarik untuk dicermati karena dapat menguak tentang lemahnya klaim Yahudi atas ‘tanah yang dijanjikan’. Selain itu sejarah ini akan menyadarkan umat Islam tentang pertarungan antara al-haq dengan al-bathil yang akan senantiasa terjadi sepanjang waktu. Untuk itu umat Islam dituntut untuk terus memupuk persatuan dan rasa persaudaraan di antara mereka.

Asal-usul Israel dan Yahudi

Sejarah Israel berawal dari hijrahnya Ibrahim as. (1900 SM) bersama pengikut-

Sekilas Tentang Kan’an

Sebelum melanjutkan uraian tentang asal-usul Israel dan Yahudi, mari kita ulas sejenak tentang Kan’an yang dijadikan tempat hijrah Nabi Ibrahim. Cikal bakal bangsa Kan’an datang dari jazirah Arab pada 2500 SM. Mereka kemudian membangun tidak kurang dari 200 kota dan desa di sana, seperti Pisan, Alqolan, Aka, Haifa, al-Khalil, Usdud, Bi’ru Alsaba’, dan Betlehem. Mayoritas penduduk Palestina sekarang, khususnya di pedesaan, merupakan keturunan kabilah bangsa Kan’an, Umuriyah, dan Filistin. Nama Palestina diambil dari salah satu nama bangsa pelaut yang bermukim

PERJALANAN SEJARAH BANGSA 1900 SM

20

Hijrahnya Ibrahim as bersama pengikutnya dari Babilonia ke Kan’an. Yusuf as menganjurkan agar anak cucu Ya’qub as (cucu Ibrahim dari Ishaq as) pindah ke Mesir. 1300sm di Mesir terjadi penindasan Bangsa Yahudi. Mereka ke Kan’an dipimpin Musa & Harun as dan tahun 1042 SM terbentuk pemerintahan pertama Bangsa Yahudi.Al-Intima’ No.004 Januari 2010


lamhah tarikhkhyiyyah di wilayah-wilayah pesisir yang berasimilasi dengan bangsa Kan’an. Bangsa Filistin kemungkinan datang dari daerah barat Asia kecil dan wilayah laut Ijah sekitar abad 12 SM.

Bani Israel atau Yahudi

Setelah mangkatnya Ibrahim, tugas kepemimpinan bangsa Ibrani dipegang oleh putranya, Ishak as. Selanjutnya Ishak digantikan oleh puteranya yang bernama Ya’qub as. Nabi Ya’kub mempunyai nama kehormatan; ISRAEL, artinya: Hamba Allah yang amat taat. Beliau mempunyai 12 orang putera: Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Bunyamin. Anak cucu Ya’kub kemudian menjadi suatu bang-

Bani Israel bersama Musa

Allah kemudian mengutus Musa dan Harun (abad 13 SM) untuk membebaskan Bani Israel dan mengajak Fir’aun bertauhid. Tetapi Fir’aun menolak mentah-mentah seruan Musa tersebut. Bahkan penindasan malah semakin menjadi-jadi. Musa kemudian mengajak Bani Israel berhijrah menuju Kan’an. Fir’aun mencoba mencegah, tapi akhirnya ia diazab Allah SWT dengan ditenggelamkan di Laut Merah. Sedangkan Bani Israel selamat mendarat di gurun Sinai. Dari Sinai mereka melanjutkan perjalanan melewati padang belantara Syur yang tandus. Kemudian ke Sana, Mara, Elim, dan Thursina. Disinilah watak kolokan Bani Israel mulai nampak, mereka meng-

Nabi Ya’kub mempunyai nama kehormatan; ISRAEL, artinya: Hamba Allah yang amat taat. sa yang disebut Bani Israel (anak cucu Israel). Di antara putera Ya’kub, yang paling banyak keturunannya ialah Yahuda, maka Bani Israel pun dibangsakan kepada Yahuda dengan sebutan YAHUDI. Atas anjuran Yusuf as — yang pada saat itu menjadi pejabat di pemerintahan Fir’aun — semua anak cucu Ya’kub berhijrah ke negeri Mesir. Di sana mereka diperlakukan dengan baik oleh Pharao (Fir’aun) zaman itu. Akan tetapi berabad-abad kemudian muncullah Pharao yang tidak menyenangi mereka, ia bernama Thotmosis. Dia sangat khawatir terhadap perkembangan bangsa Israel dan juga tidak suka pada agama tauhid yang dianutnya. Karena kedengkiannya tersebut Bani Israel dihinakan menjadi budak.

gerutu, mengomel, serta menyesali Musa dan Harun yang telah membawa mereka hijrah dari Mesir. Meskipun demikian, dalam perjalanan hijrah tersebut Allah SWT tetap memberikan berbagai macam kemudahan bagi Bani Israel, diantaranya berupa naungan awan untuk melindungi dari panas dan menurunkan manna-salwa sebagai makanan ketika lapar. Tapi di sini pula kebodohan Bani Israel terkuak: 1. Sewaktu di perjalanan berjumpa dengan orang-orang Assiria dan Kan’an penyembah berhala, mereka minta kepada Musa agar dibuatkan patung-patung seperti yang mereka lihat untuk disembah. 2. Di gurun Sin Bani Israel kembali mengomel dan menggerutu karena kehausan,

ISRAEL ( 1900 SM - 640 M) 721 SM

Bangsa Asiria menyerang & menghancurkan Kerajaan Israel. Tahun 606 SM Babilonia menaklukan negara Yahuda. Pemuka mereka di buang ke Babilonia

539 SM

Persia menaklukan Babilonia. Bangsa Yahudi boleh kembali ke Palestina 330 SM. Alexander Agung (Yunani) mengalahkan Persia. Bangsa Yahudi berganti tuan. 301 SM. Sebagian wilayah Yunani direbut Mesir. Palestina termasuk didalamnya 199 SM. Assiria merebut Palestina dari Mesir 142 SM. Bangsa Yahudi memerdekakan diri dari 21 Assiria


Manakala diajak berjihad memasuki Palestina mereka berkata: “Hai Musa, kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua... maka Allah menyuruh Musa pergi ke lereng gunung Horeb dan memukul batu gunung itu dengan tongkatnya sehingga keluarlah 12 mata air. 3. Di Thursina Musa dan Bani Israel mendirikan perkampungan. Setelah itu Musa pergi selama 40 hari ke bukit Thursina untuk mendapatkan wahyu dari Allah berupa Taurat (perundang-undangan). Akan tetapi kepergian Musa ke bukit Thursina dimanfaatkan oleh seorang fasik bernama Samiri, yang mengajak Bani Israel menyembah patung anak sapi. 4. Ketika diajak untuk beriman kepada Taurat yang diturunkan Allah kepada Musa, mereka malah ragu-ragu dan ingkar seraya berkata, ”Wahai Musa, kami tidak akan pernah percaya kepadamu, kecuali kami bisa melihat Allah secara langsung dengan jelas..” (lihat QS. Albaqarah ayat 55). 5. Manakala diajak untuk berjihad memasuki Kan’an (Palestina) mereka menolak dengan ungkapan yang tidak sopan, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an, Mereka berkata: “Hai Musa, kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS. Al-Maidah, 5: 24) Nabi Harun wafat sebelum sampai di Kan’an, tugas beliau sebagai Imam Bani

Israel diserahkan Musa kepada Eliazar (putera Harun). Tidak lama setelah itu Musa pun wafat, beliau berwasiat kepada Bani Israel agar meneruskan cita-cita memasuki negeri Palestina (Kan’an).

Raja-raja Israel

Kepemimpinan Eliazar diganti Yusya. Ia kemudian menggerakkan Bani Israel keluar dari gurun Sinai untuk memerangi bangsa Kan’an dan Filistin penyembah berhala yang tinggal di sana. Setelah Bani Israel berhasil mengalahkannya, negeri itu kemudian dibagi menjadi 12 wilayah. Raja mereka yang pertama adalah Thalut yang memerintah kira-kira antara 1042-1012 SM. Selanjutnya Dawud memerintah lebih kurang 40 tahun lamanya (1012-972 SM). Ia diganti oleh anaknya Sulaiman yang memerintah selama lebih kurang 40 tahun juga (972-937 SM). Pada masa pemerintahan Sulaiman inilah didirikan Haikal (Baitul Maqdis) di atas bukit Moria (Sion/Zion). Pengaruh kekuasaan Sulaiman pada saat itu sangat luas, meliputi daerah antara pinggiran sungai Eufrat sampai ke laut Merah. Kebesaran zaman Sulaiman inilah yang diimpikan orang-orang Israel saat ini dengan melakukan gerakan zionisme. Setelah mangkatnya Sulaiman, timbulah sengketa dan perpecahan. Golongan Yahuda dan Benyamin memilih Rahbeam (anak Sulaiman) untuk menggantikan ayahnya menjadi raja. Sementara 10 golongan yang

PERJALANAN SEJARAH BANGSA 63 SM

Palestina 22 jatuh ke tangan Romawi

70 M

Pemberontakan bangsa Yahudi dipatahkan Romawi 132-135. Pemberontakan Yahudi kembali dipatahkan Al-Intima’ No.004 Januari 2010 Romawi. Yerusalem diporakporandakan.


lamhah tarikhkhyiyyah lain lebih memilih Yerobeam dari turunan suku Efraim. Karena tidak menemukan titik temu, kerajaan Israel akhirnya terpecah menjadi dua. Golongan Yahuda membentuk kerajaan sendiri yang mereka namai kerajaan Yahuda, berpusat di Yerusalem, dengan rajanya Rahbeam. Walaupun kerajaannya lebih kecil dari kerajaan Israel, kerajaan Yahuda memiliki kelebihan: a. Mereka menguasai Palestina sebagai ibu kota pusaka raja Dawud. b. Baitul Maqdis berada di daerah mereka. c. Tabut tempat tersimpannya Taurat Musa berada dalam wilayah mereka. Yerobeam, raja Israel, tidak senang melihat pengaruh kekuasaan kerajaan Yahu-

nyerang Palestina. Orang-orang terkemuka dibuang ke Babilonia. Ada upaya-upaya untuk merebut kemerdekaan, tetapi perlawanan ini dipatahkan dan dibalas dengan kejam oleh Babilonia. Kota Palestina dihancurkan, Baitul Maqdis diratakan dengan tanah, Tabut pusaka Musa dengan Tauratnya dihancurkan, ribuan orang terbunuh, selebihnya dijadikan budak. Sebagian dapat meloloskan diri ke luar negeri, di antaranya ke tanah Arab, tepatnya Yatsrib (Madinah). Peristiwa duka ini sudah diperingatkan Musa kepada bani Israel sebelum beliau wafat, bahwa jika mereka menyimpang dari Taurat mereka akan mendapatkan hu-

Pengaruh Sulaiman sangat luas, meliputi Eufrat sampai ke laut Merah... Kebesaran inilah yang diimpikan orang-orang Israel dengan zionisme. da yang tetap mendalam pada hati semua rakyat, karena setiap sembahyang mereka tetap menghadap ke Palestina (Baitul Maqdis). Lalu Yerobeam membuat patung lembu emas untuk sesembahan rakyat Israel, sebagai ganti ibadah biasa, menyembah Yehoah (Allah) sambil berkiblat ke Baitul Maqdis.

Kehancuran Israel, Yahuda, dan Taurat

Kira-kira pada tahun 721 SM bangsa Assiria menyerang kerajaan Israel yang berpusat di Samaria. Seluruh negeri mereka hancurkan, ribuan orang Israel mati terbunuh, orang-orang terkemuka ditawan dan dibuang ke Assiria. Pada tahun 606 SM negara Yahuda menemui nasib yang sama. Tentara Babilonia di bawah pimpinan Nebukadnezar me-

kuman dari Allah (wasiat ini tertera dalam Kitab Ulangan: XXVIII; 15, 21, 25, 26).

Kembali ke Palestina

70 tahun lamanya bangsa Yahudi menjadi budak buangan di Babilonia, sampai negeri Babilonia ditaklukkan Persia di bawah kekuasaan Cirus (539 SM). Pada tahun inilah Kaisar Persia membolehkan mereka kembali ke Palestina. Akan tetapi musnahnya Taurat dan pembuangan 70 tahun itu telah merubah bentuk dan pandangan hidup bangsa Yahudi, mereka kehilangan pedoman. Pada tahun 330 SM, Alexander Agung dari Macedonia (Yunani) mengalahkan Raja Persia, Darius III. Bangsa Yahudi pun berganti tuan. Pada tahun 301 SM negerinegeri jajahan Yunani sebagian dapat direbut oleh Kerajaan Mesir. Palestina jatuh

ISRAEL ( 1900 SM - 640 M) 640 M

Akhir kekuasaan Romawi di Palestina. Yerusalem di serahkan tanpa perang kepada Umar Al-Khattab ra.

23


menjadi jajahan Mesir. Tahun 199 SM Assiria merebut Palestina dari kerajaan Mesir, mereka menguasainya selama setengah abad, sampai tahun 142 SM. Pada tahun inilah bangsa Yahudi berhasil merebut kemerdekaan dari tangan Assiria. Tetapi tidak sampai seabad, karena tahun 63 SM mereka telah jatuh menjadi jajahan bangsa Romawi. Pada masa-masa penjajahan Romawi inilah Allah SWT mengutus Isa as. Para sejarawan berselisih pendapat mengenai tahun kelahiran Nabi Isa. Di dalam Injil Matius 2: 1 disebutkan bahwa kelahiran Isa adalah pada masa Herodes, jadi paling lambat kelahirannya terjadi pada 4 SM, tahun matinya Herodes. Sedangkan Lukas menghubungkan kelahiran Isa dengan masa sensus penduduk di zaman Kirenius wali negeri

dan berupaya menangkap Nabi Isa beserta pengikutnya. Tetapi mereka telah menyingkir dan bersembunyi di bukit Gesmani. Pada saat itu orang-orang Yahudi karena kedengkian mereka, menyebarkan isu bahwa Isa akan melakukan pemberontakan kepada Romawi dan mengangkat dirinya sebagai Raja Yahudi. Maka terjadilah upaya penangkapan Isa, dan terjadilah peristiwa kontroversial: penyaliban Isa. Pada tahun 70 M, Bani Israel pernah mencoba memberontak kepada Romawi, tapi tidak berhasil. Komandan militer Romawi, Titus, berhasil mematahkan pemberontakan itu. Pada tahun 132-135 M bangsa Yahudi kembali memberontak, tapi lagi-lagi gagal. Pemimpin Romawi Julius Cyprus akhirnya memporak-porandakan Yerusalem. Di

Romawi berkuasa di Palestina sampai 640 M, ketika tentara Islam mengusir mereka. Kota Yerusalem diserahkan secara resmi kepada Khalifah Umar bin Khattab tanpa peperangan. di Syiria. Ini berarti Isa lahir pada 6 atau 7 M, sewaktu Yudea dan Samaria langsung diperintah oleh Roma. Namun seruan dakwah Nabi Isa yang mengajak Bani Israel berpegang teguh pada ajaran Musa diingkari dengan penuh kedengkian. Pada tahun 33 M diadakan perayaan Paskah tahunan di Bait Allah (Baitul Maqdis). Maksud dari perayaan ini adalah untuk memperingati diselamatkannya bangsa Israel dari penindasan Raja Fir’aun. Akan tetapi perayaan ini sudah jauh dari maksud semula, karena telah berubah menjadi pesta perniagaan yang diwarnai perjudian. Bahkan pintu gerbang Bait Allah diberi patung burung Garuda sebagai lambang kebesaran kekaisaran Romawi. Hal ini amat menghina dan mengotori kesucian bait Allah. Oleh karena itu Nabi Isa bersama para pengikutnya menyerbu Bait Allah dan memporak-porandakan arena perniagaan tersebut. Kerusuhan ini menimbulkan kemarahan penguasa Romawi. Pasukan Romawi kemudian merangsek ke Bait Allah 24

atas puing kota ini, Kaisar Romawi, Hendrian I membangun kota baru yang dinamakan Elia Capitolina yang kemudian dikenal dengan nama Elya. Bangsa Yahudi dilarang memasuki kota Yerusalem selama 200 tahun kemudian. Jumlah populasi mereka pun sangat jarang di sepanjang 18 abad berikutnya. Sementara itu, penduduk pribumi dari keturunan Kan’an dan mereka yang berasimilasi dengan mereka dari kabilah-kabilah Arab tetap langgeng di sana, mereka tetap berkelangsungan hidup setelah kehengkangan bangsa Yahudi hingga saat sekarang ini. Bangsa Romawi berkuasa di Palestina sampai tahun 640 M, yakni sampai datangnya tentara Islam mengusir mereka. Kota Yerusalem kemudian diserahkan secara resmi kepada Khalifah Umar bin Khattab tanpa peperangan. Di bawah pemerintahan Islam seluruh warga masyarakat diperlakukan dengan adil dan diberi kebebasan beribadah sesuai agamanya masing-masing. Saat itu Yahudi, Kristen dan Islam dapat hidup berdampingan dengan damai. Al-Intima’ No.004 Januari 2010


25


sunnah

Memahami Sunnah Oleh: h. u. saifuddin ASM.

“Sungguh telah ada pada Rasulullah itu teladan yang baik bagi orang-orang yang mengharap ridha Allah dan kebahagiaan hari akhir serta dzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya” (QS. 33: 21) Sumber Sunnah

Dalam rangka menjadikan Rasulullah sebagai uswah hasanah—sebagaimana diungkapkan dalam ayat di atas—setiap muslim harus memahami betul tentang sumbernya. Sunnah Nabi adalah sumber uswah hasanah. Ia dapat diketahui melalui beberapa hal, yaitu: (1) Perkataan (Qawliyah), (2) Perbuatan (Fi’liyah), (3) Persetujuan (Taqririyah), (4) Rencana (Hammiyah), dan (5) Penghindaran (Tarkiyah). Sunnah memiliki beberapa nama antara lain: (1) Sunnah, yang berarti tradisi, contoh, kebiasaan, (2) Hadits, yang berarti perkataan, peristiwa, baru, (3) Khabar, yang berarti berita, (4) Atsar, yang berarti bekas. Sumber sunnah yang pertama ialah qawliyah, yakni segala perkataan yang disabdakan Rasulullah SAW yang didengar oleh sahabatnya dan disebarluaskan kepada masyarakat. Dalam kitab-kitab hadits sunnah qawliyah ini ditandai dengan kata-kata seperti Qaala, yaquwlu, qawlu, sami’tu yaquwlu. Sumber sunnah yang kedua ialah fi’liyah, yakni perbuatan Rasulullah SAW yang dilihat oleh sahabatnya dan diceritakan kepada kaum muslimin dari kalangan tabi’in, kemudian disebarluaskan kepada genera-

si berikutnya hingga sampai kepada para penyusun kitab hadits. Kalimat yang biasa digunakan untuk menjelaskan sunnah fi’liyah ini adalah kaana Rasulullah (adalah Rasulullah), Ra-aytu Rasulullah (saya melihat Rasulullah). Sumber sunnah yang ketiga ialah taqririyah, yaitu perbuatan sahabat yang diketahui Rasulullah SAW dan beliau tidak melarangnya, kemudian peristiwanya diberitakan kepada kaum muslimin. Contoh sunnah taqririyah ini adalah pelaksanaan shalat qiyamu Ramadhan. Sumber sunnah yang keempat ialah hammiyah, yaitu rencana Rasulullah SAW, tapi belum sempat dilaksanakan. Contohnya adalah sunnah melaksanakan shaum pada tanggal 10 Muharram. Sumber sunnah yang kelima ialah tarkiyah, yaitu suatu perbuatan yang dimungkinkan untuk diperbuat Rasulullah SAW, dan beliau memerlukannya tapi beliau sendiri tidak melakukannya. Contohnya adalah Rasul menghindarkan diri dari menggunakan tenaga dalam (kesaktian yang bisa dipelajari) dalam peperangan, atau memanggil pasukan jin; beliau juga menghindarkan diri dari pengobatan-pengobatan supranatural, dlsb.

Sumber sunnah yang pertama ialah qawliyah, yakni segala perkataan yang disabdakan Rasulullah SAW yang didengar oleh sahabatnya dan disebarluaskan kepada masyarakat.

26

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


sunnah Sunnah Ditinjau Dari Beberapa Aspek

Ada sebuah pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak kita, apakah segala perkataan, perbuatan, persetujuan, rencana, dan penghindaran itu wajib dijadikan uswah oleh kaum muslimin? Mari kita simak penjelasan berikut ini: Sunnah ditinjau dari aspek Tasyri Ditinjau dari aspek Tasyri, sunnah terbagi menjadi dua: (1) Sunnah Tasyri dan (2) Sunnah Ghair Tasyri. Sunnah tasyri ialah segala perilaku Rasulullah yang berkaitan dengan hukum; sehingga menjadi syariat atau sumber nilai pokok setelah Al-Qur’an. Contoh sunnah Tasyri ialah segala perilaku yang disengaja Rasulullah SAW dalam shalat, ibadah haji, dan ibadah-ibadah yang lainnya. Jika perilaku itu tidak disengaja, maka tidak termasuk tasyri. Contoh: Jika pada suatu waktu Rasulullah bersin atau batuk dalam shalat, maka itu tidaklah termasuk syariah. Sedangkan sunnah ghair tasyri ialah segala perilaku Rasulullah SAW yang tidak berkaitan dengan hukum atau syariah. Perilaku Rasulullah SAW tergolong kepada ghair tasyri apabila memenuhi kategori berikut ini: 1. Perilaku itu berkaitan dengan tabiat manusiawi. Misalnya makanan yang biasa dimakan Rasulullah adalah kurma, roti, daging kambing dan daging unta. Itu semua adalah kebiasaan Rasulullah yang berkaitan dengan tabiat manusiawi, karenanya tidak menjadi sunnah tasyri. 2. Perilaku itu terjadi tanpa ada kesengajaan, seperti bersin, batuk, berjalan, berdiri, duduk yang bukan dalam ibadah. 3. Perilaku itu dikhususkan untuk Nabi. Contoh: shaum tanpa buka, nikah dengan wanita yang menghibbahkan diri tanpa mahar, beristri lebih dari empat.

Sunnah ditinjau dari aspek Ta’abbudi Ditinjau dari aspek ta’abbudi (ibadah), sunnah Nabi terdiri dari dua: (1) Sunnah ta’abbudi dan (2) Sunnah ghair ta’abudi. Sunnah yang bersifat ta’abudi ialah perilaku Rasul yang bersifat ritual atau upacara ibadah. Contoh: Gerakan dan bacaan shalat, gerakan thawaf, praktek sa’i, do’a makan, do’a naik kendaraan, do’a masuk WC, do’a hubungan suami istri, mengqasar shalat sewaktu musaafir. Sedangkan perilaku Rasul yang bersifat ghair ta’abbudi contohnya adalah frekuensi Rasul menggauli istrinya, mengganjal perut ketika lapar, melawan musuh dengan pedang, berkendaraan unta. Sunnah ditinjau dari aspek frekuensinya Perilaku Rasul itu ada yang dilakukan secara rutin dan ada pula yang sesekali saja, baik yang bersifat ta’abbudi maupun ghair ta’abbudi. Perilaku ta’abbudi yang rutin misalnya: shalat fardhu, shalat tahajud, shaum Ramadhan, shaum senin dan kamis. Sementara yang bersifat tidak rutin contohnya: ziarah qubur, shalat dhuha. Sunnah ditinjau dari Amar dan Nahy Sunnah terbagi dua, ada perintah (amar) dan ada larangan (nahy). Perintah pun terbagi dua, ada yang wajib dan ada pula yang bersifat anjuran. Perintah yang wajib misalnya perintah zakat, perintah taqwa, perintah iman, dll. Amar yang bersifat anjuran contohnya perintah qurban, perintah aqiqah, perintah sedekah. Larangan juga terbagi dua, ada larangan keras yang menunjukkan haram dan ada yang menunjukkan larangan ringan. Nahy yang keras seperti larangan zina, larangan ghibah, lerangan khianat. Nahy ringan seperti larangan minum dan makan sambil berdiri.

Sunnah tasyri ialah segala perilaku Rasulullah yang berkaitan dengan hukum; sehingga menjadi

syariat atau sumber nilai pokok setelah Al-Qur’an.

27


Sunnah Rasulullah ada yang dilakukan secara tetap tanpa ada pilihan lain, dan ada pula yang memberikan alternatif.

Dalam membagi waris tidak ada pilihan kecuali bagian laki-laki dua kali bagian perempuan. Kebiasaan dan adat tidak bisa mengubahnya. Berbeda dengan pernikahan, Rasul tidak menetapkan bagaimana proses pernikahan harus dimulai; boleh diawali lamaran dari pihak wanita, ada yang melalui lamaran calon mertua, dll. Sunnah ditinjau dari aspek rinciannya Perilaku Rasul yang termasuk sunnah itu terdiri dari yang mujmal (global) dan yang mufashal (rinci). Contoh: dalam berpakaian Rasul hanya menjelaskan aturan yang global, (1) Menutup aurat, (2) Indah, (3) Berbeda antara pakaian wanita dengan pakaian pria, (4) Tidak berlebihan. Adapun masalah yang indah itu seperti apa, modenya bagaimana, tidak berlebihan itu seperti apa, tidak dijelaskan secara rinci.

harus dilakukan dalam keadaan bagaimana pun, kapan pun, dan di mana pun. Kebiasaan dan adat tidak bisa mempengaruhi atau mengubahnya. Beda halnya dengan praktek pernikahan, Rasul tidak menetapkan ketentuan baku bagaimana proses pernikahan harus dimulai; boleh diawali lamaran dari pihak wanita, ada yang melalui lamaran calon mertua, ada yang diawali dari pihak laki-laki, dll.

Sunnah ditinjau dari maknanya Ditinjau dari aspek maknanya, sunnah Nabi itu ada yang harus dicontoh tanpa penafsiran, tanpa analogi, tanpa tinjauan aqliyah; ada juga yang harus dikaji maknawinya. Sunnah yang harus dicontoh secara harfiyah tanpa takwil, memiliki syarat antara lain: (1) Termasuk sunnah tasyri, (2) Bersifat ta’abbudi, dan (3) Dijelaskan secara rinci. Contoh: Dalam ibadah shalat terdapat hal-hal yang harus diikuti secara harfiyah misalnya adalah bagaimana Rasul melaksanakan shalat. Sedangkan mode pakaian dan tempat shalat, tidak mesti dicontoh secara langsung, melainkan maknanya saja.

SUNNAH YANG TAMPAK KONTRADIKSI

Sunnah ditinjau dari ketetapan atau tidaknya Sunnah Rasulullah ada yang dilakukan secara tetap tanpa ada pilihan lain, dan ada pula yang memberikan alternatif untuk dipilih. Contoh: Dalam membagi waris tidak ada pilihan kecuali bagian laki-laki dua kali bagian anak perempuan. Hal semacam ini 28

PENDEKATAN MEMAHAMI Kadang-kadang kita menemukan beberapa hadits yang nampaknya kontradiksi antara yang satu dengan yang lainnya. Sebetulnya bila dikaji lebih mendalam, yang nampak kontradiksi itu belum tentu benarbenar berlawanan. Oleh karena itu perlu ditempuh beberapa pendekatan. Pendekatan Kompromi Pendekatan kompromi (thariqatul jam’iy) ialah suatu pendekatan dalam mencari kesimpulan hukum dari dua atau beberapa sunnah yang terlihat secara lahiriah bertentangan, dengan cara mengkom-promikannya hingga tidak berlawanan. Contoh: Dalam hadits riwayat empat ahli hadits disebutkan bahwa jika air melebihi dua kullah, tidak mungkin menjadi najis. Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu daud, Tirmizi, dan Nasa’iy disebutkan bahwa air dapat menjadi najis oleh sesuatu yang bisa merubah rasa, atau bau, Al-Intima’ No.004 Januari 2010


sunnah atau warnanya. Dalam hadits yang pertama tidak terdapat pengecualian, sedangkan hadits yang kedua menyatakan bahwa air yang berubah warna, bau atau rasa, tetap menjadi najis, apakah lebih dari dua kullah ataukah kurang. Jika dikompromikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Air yang melebihi dua kullah tidak menjadi najis walau terkena najis, kecuali jika berubah warna, rasa, atau baunya. Dengan demikian kedua hadits tersebut tetap berlaku dan dijadikan dasar. Pendekatan Nasikh wal Mansukh (yang menghapus dan yang dihapus) Pendekatan ini berfungsi memilih hadits yang paling akhir di antara hadits yang isinya berlawanan satu sama lain. Untuk mengetahuinya tentu saja harus mempelajari tawarihul mutun atau sejarah disampaikannya hadits. Suatu hadits itu nasikh dan mansukh diketahui dengan cara; ada penjelasan dari Rasul secara langsung, ada yang dijelaskan sahabat, ada yang ditemukan karena sejarah datangnya hadits, ada pula karena terdapat kata yang menunjukkan sebagai nasikh hadits yang sebelumnya. 1. Hadits yang menjadi nasikh karena penjelasan dari Rasul Contohnya hadits riwayat Muslim yang membolehkan berziarah kubur dan membolehkan menyimpan daging qurban melebihi tiga hari. Hadits tersebut merupakan nasikh dari hadit riwayat Muslim yang lain yang menyebutkan larangan menyimpan daging qurban lebih dari tiga hari. 2. Hadits yang berlawanan dan terjadi nasikh mansukh karena ada penjelasan para sahabat Contohnya: Ada hadits yang menyebutkan bahwa tidak wajib mandi kecuali keluar air mani. Sementara ada hadits lain yang menyebutkan bahwa wajib mandi karena jima’ walaupun tidak keluar mani. Hadits ini diperjelas oleh kata-kata sahabat

yang menyebutkan bahwa tidak ada kewajiban mandi bagi yang jima’ tanpa keluar mani itu hanya merupakan rukhshah pada masa awal Islam, sedangkan masa berikutnya Nabi memerintahkan sahabat untuk mandi. 3. Hadits yang berlawanan dan terjadi nasikh mansukh karena ditemukan yang mutakhir melalui sejarah Contoh: Hadits riwayat Abu Daud menyebutkan bahwa membekam dan dibekam itu membatalkan shaum. Sedangkan dalam hadits lain riwayat Ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah pernah berbekam dalam keadaan shaum. Setelah diteliti melalui sejarah hadits, ternyata hadits yang pertama disabdakan Rasul pada tahun 8 Hijriyah dan hadits yang kedua terjadi pada 10 Hijriyah. Maka yang berlaku adalah hadits yang kedua. Pendekatan Tarjih Pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah dengan cara memilih mana hadits yang lebih kuat. Contoh: Dalam hadits riwayat Baihaqi diterangkan bahwa Rasulullah SAW membaca qunut di waktu shalat shubuh hingga beliau wafat. Sedangkan menurut riwayat Abi Malik Al-Asyjaiy yang diriwayatkan Ibn Majah dan Nasa’i, Ahmad dan dishahihkan Tirmizi, Rasulullah SAW membaca qunut ketika rakaat terakhir itu di setiap shalat selama satu bulan. Kemudian turun QS. 3: 128, berikutnya Rasulullah tidak membaca qunut sama sekali, baik ketika shalat shubuh maupun shalat lainnya. Setelah diselidiki ternyata dalam hadits Baihaqi di atas ditemukan pembawa riwayat yang bernama Sa’id Al-Maqbari yang dianggap matruk (ditinggalkan ahli hadits) oleh Daruquthni. Maka dengan pendekatan tarjih hadits yang dijadikan dasar adalah hadits yang menerangkan bahwa qunut itu bukan shubuh saja, melainkan tiap waktu tatkala dalam keadaan darurat. Wallahu a’lam. 

Pendekatan Nasikh wal Mansukh (yang

menghapus dan yang dihapus) berfungsi memilih hadits yang paling akhir. 29


Aturan Pergaulan

Pria dan Wanita

Menurut Islam Oleh: ABU HANIFAH

P

ada tahun 2006 Synovate melakukan penelitian tentang fenomena seks bebas di kalangan remaja. Penelitian dilakukan kepada 450 responden putra-putri usia 15-24 tahun di empat kota besar; Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya. Hasilnya cukup mencengangkan! Robby Susatyo—Manager Director Synovate—mengemukakan data berikut ini: 1. Sekitar 16 % remaja di empat kota itu mengaku sudah berhubungan intim saat berusia antara 13-15 tahun. 2. 44 % responden lainnya mengaku mulai ‘mencicipi’ seks sejak usia 16-18 tahun. Sampai disini kita dapat menghitung bahwa 50 % responden mengaku telah berhubungan seks saat mereka belum lagi lepas akil baligh. 3. Sekitar 35 % responden mengaku mengenal seks pertama kali dari film porno. Sisanya mengaku mengetahui seks dari pengalaman sesama teman. 4. 40 % responden mengaku pertama kali melakukan hubungan seks di rumah mereka; 26 % mengaku senang melakukannya di tempat kos; 26 % lainnya se30

nang melakukannya di kamar hotel. Sangat memprihatinkan. Inilah yang terjadi pada sebagian remaja di negeri ini. Kita tidak tahu persis fakta sesungguhnya; namun tentu saja kita berharap mudah-mudahan kenyataan yang sebenarnya tidak separah yang dikemukakan hasil penelitian. Guna menekan dan mempersempit ruang gerak budaya permisifisme, menurut saya tidak ada pilihan lain, kecuali berusaha menegakkan dan menjungjung tinggi akhlak Islam. Untuk itu setiap kita hendaknya merasa bertanggung jawab untuk mewujudkannya.

Rambu-rambu Islam tentang pergaulan

Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna). Agama mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui tentang seluk beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram dan teratur. Diantara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengeAl-Intima’ No.004 Januari 2010


nasihat ••• nai tata cara pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela: Pertama, hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas. Perhatikanlah firman Allah berikut ini, ْ ْ ْ ْ ۚ ‫وج مُه‬ ُ ّ ‫ني َي ُغ‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ُق ْل لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن‬ َ ‫ار مِه َو َي ْح َفظُ وا ُف ُر‬ َ ‫ضوا ِمن أَب‬ ْ ٌ ٰ ‫﴾ َو ُقل‬٣٠﴿ ‫ون‬ َ ِ‫َذل‬ َّ‫ ِإ َّن ه‬ ۗ ‫ك أ َْزكَ ٰى لَ مُه‬ َ ‫ص َن ُع‬ ْ ‫الل َ َخ ِبري ِب َما َي‬ ْ ْ ْ ‫ار ِه َّن َو َي ْح َف ْظ َن‬ ِ ‫لِ ْل ُم ْؤ ِم َن‬ ُ ‫ات َي ْغ‬ ِ ‫ص‬ ْ ‫ض‬ َ ‫ض َن ِمن أَب‬ ﴾٣١﴿ )‫ ( األية‬... ‫وج ُه َّن‬ َ ‫ُف ُر‬

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih baik bagi mereka…katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya…” (QS. 24: 3031).

Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Karena itu jagalah mata agar terhindar dari tipu daya syaithan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud). Kedua, hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana islami. Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman, ْ‫ه‬ ْ ۖ ‫نا‬ ُ َ‫ين ه‬ َ ‫ت َّن ِإ اَّل َما ظَ َه َر ِم‬ َ ‫ين ِز‬ َ ‫َو اَل ُيب ِد‬

perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…” (QS. 24: 31).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman,

‫ني‬ ‫يا أَيا النبي قل لَزواجك وبناتك ون‬ َ ‫سا ِء الْ ُم ْؤ ِم ِن‬ َ ِ َ َ ِ َ َ َ َ ِ َ ْ ِ‫َ هّ ُ َ َّ ِ ّ ُ ُ ْ أ‬ ْ‫ر‬ ٰ ْ ٰ ْ‫ه‬ ‫ع ْف َن َف اَل‬ َ ِ‫ َذل‬ ّۚ ‫يب َن‬ َ ‫ُي ْد ِن‬ ِ ‫ني َع َل‬ ِ ِ‫ي َّن ِمن َج اَل ِب ه‬ َ ‫ك أ َْد ىَن أ َْن ُي‬ ْ ً ‫ورا ر ِح‬ ً ‫الل ُ َغ ُف‬ ﴾٥٩﴿ ‫يما‬ َّ‫ان ه‬ َ َ‫ۗ َوك‬ ‫ُي ْؤ َذي َن‬ َ

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan juga kepada istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. 33: 59)

Dalam hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus diperhatikan, beliau bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki-laki lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh lakilaki berkumul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam satu kain.” (HR. Muslim) Ketiga, tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina (QS. 17: 32) misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Nabi bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad). Keempat, menjauhi pembicaraan atau

•••

“…dan janganlah mereka menampakkan

“Wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud) 31


nasihat ••• “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada

•••

menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).

cara berbicara yang bisa ‘membangkitkan selera’. Arahan mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah, ِ ‫يا نساء النب‬ ‫ي لَ ْس ُت َّن كَ أَحد من الن‬ ‫ات َق ْي ُت َّن َف اَل‬ َّ ‫ ِإ ِن‬ ۚ ‫سا ِء‬ ّ ِ َّ َ َ ِ َ َ ِّ َ ِ ٍ َ ً‫ْ ا‬ ٌ ْ ّ‫تخضعن بالقول فيطمع ذ‬ ‫الي ف َق ْل ِب ِه َمرض َو ُق ْل َن َقول‬ ِ‫َ ْ َ ْ َ ِ ْ َ ِ َ َ ْ َ َ َ ِ ي‬ َ ْ‫ر‬ ً ﴾٣٢﴿ ‫عوفا‬ ُ ‫َم‬

“Hai para istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti perempuan lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara hingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf.” (QS. 33: 32)

Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang berbicara dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana dia berbicara dengan suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3) Kelima, hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk memberikan teladan kepada umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati dari bisikan syaithan. Wallahu a’lam. Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal ini, beliau bersabda: “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani). Keenam, hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria 32

dengan wanita dalam satu tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata: “Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, “Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud). Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa pria dan wanita memang harus menjaga batasan dalam pergaulan. Dengan begitu akan terhindarlah hal-hal yang tidak diharapkan. Tapi nampaknya rambu-rambu pergaulan ini belum sepenuhnya difahami oleh sebagian orang. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasehati mereka dengan baik. Tentu saja ini harus kita awali dari diri kita masing-masing. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan menjauhkannya dari perbuatan tercela dan perbuatan yang tidak terpuji. Amin. Maraji 1. Modul Paket Studi Islam Khairu Ummah, Drs. Ahmad Yani, LPPD Khairu Ummah: Jakarta Pusat 2. Etika Islam, Miftah Faridl, Pustaka: Bandung 3. T a r b i y a t u n Nisa, Ishlah No. 2/Th. I/Syawal 1413 H

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


’aqidatuna

Syirik Syirik adalah menjadikan sesuatu sebagai sekutu Allah dalam halhal yang merupakan hak murni Allah. Seperti menjadikan tuhan atau beberapa tuhan selain Allah yang disembah, dita’ati, dimintai pertolongan, dicintai atau lainnya. Semua ini tidak ada yang berhak mendapatkannya selain Allah. Macam-macam Syirik 1. Syirik besar a. Menyembah tuhan selain Allah (benda angkasa, benda mati, binatang, manusia dan makhluk ghaib. b. Berdo’a dan memohon pertolongan kepada orang mati c. Menjadikan selain Allah sebagai pemilik hak membuat syariat 2. Syirik Kecil a. Bersumpah dengan selain Allah (‫الحلف‬ ‫)بغير اهلل‬

‫ أو أشرك‬- ‫ ومن حلف بغري اهلل فقد كفر‬...

“Dan barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, sungguh ia telah kafir atau syirik”.1

b. Memakai gelang dan benang

penangkal (‫)لبس الحلقة والخيط‬

‫ أن النيب صلى اهلل عليه‬، ‫عن عمران بن حصني‬ ‫ أراها‬:‫ قال‬- ‫وسلم أبصر على عضد رجل حلقة‬ ‫ من‬:‫ ((وحيك ما هذه)) ؟ قال‬:‫ فقال‬- ‫من صفر‬ ‫ ((أال إهنا ال تزيدك إال وهنًا‬:‫الواهنة تزيدك قال‬ ‫ ما أفلحت‬، ‫ انبذها عنك لو مت وهي عليك‬، ))‫أبدًا‬ “Dari Imran bin Hushain, bahwasanya Rasulullah saw melihat pada tangan seseorang sebuah gelang, lalu beliau bersabda: “Celaka kamu, apa ini?” Ia menjawab: “Untuk menjaga diri dari penyakit wahinah.” 2 Beliau bersabda: “Ingatlah, ia tidak menambahmu selain kelemahan, buang jauh ia darimu, sesungguhnya jika kamu mati dan ia masih ada padamu, kamu tidak akan beruntung selamanya” 3

33


’aqidatuna c. Mengalungkan jimat /tamimah (‫تعليق‬ ‫)التمائم‬

‫من تعلق متيمة فقد أشرك‬

“Barangsiapa menggantungkan tamimah, ia telah syirik”. 4

d. Ruqyah (mantera atau jampi)5 (‫)الرّقى‬

‫أن عبد اهلل بن مسعود رضي اهلل عنه رأى يومًا‬ :‫ ما هذا ؟ فقالت‬:‫يف عنق زوجته خيطًا فسأهلا‬ ‫ فجذبه فقطعه‬..‫خيط رقى يل فيه من احلمى‬ ‫ لقد أصبح آل عبد اهلل أغنياء‬:‫ ثم قال‬، ‫فرمى به‬ ‫ مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليه‬، ‫عن الشرك‬ ))‫ ((أن الرقى والتمائم والتولة شرك‬:‫وسلم يقول‬ ‫ وكنت أختلف‬، ‫ لقد كانت عيين تقذف‬:‫فقالت‬ :‫ فقال عبد اهلل‬، ‫إىل فالن اليهودي فإذا رقى كنت‬ ‫ فإذا‬، ‫ كان ينخسها بيده‬، ‫إمنا ذلك عمل الشيطان‬ ‫ إمنا كان يكفيك أن تقويل كما كان‬، ‫رقى كف عنها‬ ‫ ((أذهب‬:‫رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم يقول‬ ‫ ال شفاء‬، ‫ واشف أنت الشايف‬، ‫البأس رب الناس‬ ))‫ شفاء ال يغادر سقمًا‬، ‫إال شفاؤك‬ “Bahwasanya pada suatu hari, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melihat pada leher istrinya ada kalung (bermantera), lalu ia bertanya: “Apa ini?” Istrinya menjawab: “Kalung yang dipakai untuk memanterai saya sakit demam...”. Lalu Ibnu Mas’ud mencabut, memutus dan membuangnya seraya berkata: “Pagi ini keluarga Abdullah terbebas dari syirik, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Ruqyah, Tamimah, dan Tiwalah6 adalah syirik”. Istrinya berkata:

“Tadinya mataku mengalirkan air, dan aku mendatangi si fulan yang beragama Yahudi untuk mengobatinya dengan mantera, jika ia mengobatinya dengan mantera, mataku tidak mengalirkan air”. Abdullah berkata: “Itu tidak lain adalah perbuatan setan, ia menusuk matamu dengan tangannya, jika engkau mengobatinya dengan mantera, ia tidak menusuknya, cukuplah bagimu mengucapkan seperti yang diucapkan Rasulullah saw: “Hilangkanlah penyakit ini wahai Tuhan Manusia, sembuhkan ia, Engkau adalah Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit”.7

Jampi atau ruqyah itu ada yang dibolehkan oleh Islam, menurut Imam Suyuthi para ulama bersepakat bahwa ruqyah diperbolehkan, jika memenuhi tiga syarat, yaitu: (1) Menggunakan Al-Qur’an, atau nama-nama dan sifat-sifat Allah, (2) Dengan bahasa Arab dan dapat difahami maknanya, (3) Berkeyakinan bahwa ruqyah tidak mempunyai pengaruh dengan sendirinya, akan tetapi karena taqdir Allah. Berkenaan dengan hal ini mari kita simak hadits berikut: “Dari Auf bin Malik al-Asyja’i, ia berkata: Pada masa jahiliyah kami menjampi, lalu kami bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana pandangan anda tentang hal itu?”. Lalu beliau bersabda: “Tunjukkan kepadaku jampi-jampi kalian, tidak apa-apa selama tidak mengandung syirik”.8

e. Sihir (‫)السحر‬ “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa membuat suatu simpulan tali, lalu meniupnya (sebagaimana dilakukan tukang sihir), maka

menurut Imam Suyuthi para ulama bersepakat bahwa ruqyah diperbolehkan, jika memenuhi

tiga syarat, yaitu: (1) Menggunakan Al-Qur’an, atau nama-nama dan sifat-sifat Allah, (2) Berbahasa Arab dan dapat difahami maknanya, (3) Berkeyakinan bahwa ruqyah tidak mempunyai pengaruh dengan sendirinya, akan tetapi karena taqdir Allah. 34

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


“Siapa yang mendatangi peramal lalu ia menanyakan sesuatu dan membenarkannya, maka tidak diterima

shalatnya selama 40 hari”

dia telah melakukan sihir, dan barangsiapa melakukan sihir, ia telah syirik, dan barangsiapa menggantungkan suatu benda (jimat), niscaya Allah menjadikan dia selalu bergantung pada benda itu”.9

f. Tanjim / Ramalan Perbintangan (‫)التنجيم‬

‫من اقتبس شعبة من النجوم فقد اقتبس شعبة من‬ ‫السحر‬ “Barangsiapa mengutip ilmu (pengetahuan) dari bintang, ia telah mengutip satu cabang dari sihir, ia bertambah sesuai dengan tambahan yang dikutip”.10

Hadits ini tentu saja tidak ditujukan kepada orang-orang yang mempelajari astronomi, akan tetapi ditujukan kepada orang yang mempelajari perbintangan dengan menganggapnya menjadi tahu halhal ghaib. g. Tiwalah / pelet (‫)التولة‬ h. Perdukunan dan Ramalan (‫الكهانة‬ ‫)والعرافة‬

‫ مل تقبل‬، ‫ فسأله عن شيء فصدقه‬، ‫من أتى عرافًا‬ ‫له صالة أربعني يومًا‬ “Siapa yang mendatangi peramal lalu ia menanyakan sesuatu dan membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari” 11 “Barangsiapa mendatangi dukun, lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, niscaya ia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad”.12

i. Bernadzar untuk selain Allah(‫النذر لغير‬ ‫)اهلل‬ Contoh nadzar yang mengandung kemusyrikan adalah bila seseorang mendatangi kuburan orang salih lalu berkata: “Wahai tuanku, jika Allah

mengembalikan orang yang hilang, atau si sakit sembuh, atau hajatku terpenuhi, maka untukmu emas sejumlah sekian, atau makanan sedemikian, atau lilin dan minyak sekian.” j. Menyembelih / Berqurban untuk selain Allah (‫)الذبح لغير اهلل‬

‫ ودخل النار رجل‬، ‫((دخل اجلنة رجل يف ذباب‬ ‫ وكيف‬:‫ قالوا‬- ‫ أي بسبب ذباب‬- ))‫يف ذباب‬ ‫ ((مر رجالن على قوم هلم‬:‫يا رسول اهلل ؟ قال‬ ‫ فقالوا‬، ‫ ال جيوزه أحد حتى يقرب إليه شيئًا‬، ‫صنم‬ ‫ ليس عندي شيء أقرب‬:‫ قال‬.‫ قرب‬:‫ألحدمها‬ ‫ فخلوا‬، ‫ فقرب ذبابًا‬..‫ قرب ولو ذبابًا‬:‫ قالوا له‬، ..‫ قرب‬:‫ وقالوا لآلخر‬، ‫ فدخل النار‬، ‫سبيله‬ ‫ ما كنت ألقرب ألحد شيئًا دون اهلل عز‬:‫فقال‬ ))‫ فدخل اجلنة‬، ‫ فضربوا عنقه‬، ‫وجل‬ “Dari Thariq bin Syihab: Bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Ada seseorang masuk surga karena lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena lalat”. Para sahabat berkata: “Bagaimana itu terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ada dua orang melewati satu kaum yang memiliki berhala, tidak boleh seorangpun melewati mereka sehingga mempersembahkan sesuatu sebagai kurban. Mereka berkata kepada salah seorang diantara keduanya: “Persembahkan kurban”. Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai apa-apa”. Mereka berkata: “Persembahkan kurban meskipun seekor lalat.”...Setelah ia mempersembahkan lalat, mereka mengijinkannya berlalu, kemudia ia pun (kelak) masuk neraka. Mereka berkata kepada yang lain: “Persembahkan kurban”. Ia menjawab: “Saya tidak akan mempersembahkan apa pun kepada selain Allah”. Lalu mereka memenggal lehernya, kemudian ia pun masuk surga”. 13

35


’aqidatuna Syirik yang pertama kali terjadi di bumi adalah syirik kaum Nabi Nuh, penyebabnya adalah ghuluw terhadap orang-orang shalih.

k. Thiyarah / Berperasaan sial karena melihat, mendengar atau bertemu sesuatu (‫)الطيرة‬

‫ ((من ردته‬:‫أن النيب صلى اهلل عليه وسلم قال‬ ‫ فما‬:‫ فقالوا‬، ))‫الطرية عن حاجته فقد أشرك‬ ‫ اللهم ال خري إال‬:‫ ((أن تقول‬:‫كفارة ذلك ؟ قال‬ ))‫ وال إله غريك‬، ‫ وال طري إال طريك‬، ‫خريك‬

“Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mengurungkan hajatnya karena thiyarah, berarti telah syirik”. Para sahabat bertanya: “Apa kaffarat (penebusnya)nya?” Beliau bersabda: “Hendaklah salah seorang dari mereka berkata: “Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali dari-Mu, tidak ada Tuhan selain diri-Mu”. 14

Islam Menutup Pintu-pintu Kemusyrikan

Selain melarang perbuatan-perbuatan di atas, Islam pun mencegah umatnya melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menghantarkan kepada kemusyrikan, diantaranya adalah: 1. Ghuluw (berlebih-lebihan) dalam mengagungkan dan menyanjung Nabi saw (‫)الغلو في تعظيم النبي صلى اهلل عليه وسلم‬

، ‫ال تطروني كما أطرت النصارى عيسى ابن مريم‬ ‫ فقولوا عبد اهلل ورسوله‬، ‫إمنا أنا عبد‬

“Janganlah kalian melebih-lebihkan aku, sebagaimana umat Nasrani melebih-lebihkan Isa bin Maryam, aku tidak lebih adalah hamba-Nya, maka katakanlah: “Hamba Allah dan Rasul-Nya”. 15

2. Ghuluw terhadap orang-orang shalih 36

(‫)الغلو في الصالحين‬ Syirik yang pertama kali terjadi di bumi adalah syirik kaum Nabi Nuh, penyebabnya adalah ghuluw terhadap orang-orang shalih. Mereka menyembah Wadd, Suwa’, Ya’uq dan Nasr16, menurut Ibnu Abbas ini adalah nama-nama orang shaleh dari kaum Nabi Nuh, tatkala mereka meninggal dibuatlah patung-patungnya sebagai kenangan. Akan tetapi saat orang-orang yang mendirikan patung itu meninggal dan ilmu agama dilupakan orang, barulah patung-patung tadi disembah. 3. Mengagungkan kuburan (‫)تعظيم القبور‬ Bentuk pengagungan kepada kuburan yang dilarang oleh Nabi saw diantaranya adalah: (1) Menjadikan kuburan sebagai masjid, (2) Shalat menghadap kuburan, (3) Memberi penerangan dan lampu di kuburan, (4) Membangun dan mengecat kuburan, (5) Menulisi kuburan, (6) Meninggikan kuburan, (7) Menjadikan kuburan sebagai tempat berkumpul sebuah perayaan.17  Maraji 1. HR. Tirmidzi, diriwayatkan juga oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban dan Al-Hakim serta Al-Thayalisi 2. Wahinah : penyakit yang membuat lengan menjadi lemah. 3. HR. Ahmad dan Ibnu Majah 4. HR. Ahmad 5. Kalimat atau gumaman tertentu yang biasa dilakukan oleh masyarakat jahiliyyah dengan keyakinan bisa menangkal bahaya, dengan meminta bantuan jin, atau menyebut nama-nama asing dan kata-kata yang tidak dapat difahami. 6. Tiwalah : sesuatu yang dibuat dengan anggapan hal tersebut menjadikan suami istri mencintai pasangannya (pelet). 7. HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah 8. HR. Muslim dan Abu Daud 9. HR. An-Nasa’i 10. HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad 11. HR. Muslim dan Ahmad 12. HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Darimi 13. HR. Ahmad 14. HR. Ahmad 15. Muttafaqun ‘alaihi 16. QS. Nuh, 71: 23 17. Lihat Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At-Tamimi, Yayasan Al-Sofwa, hal. 113 dan Hakikat Tauhid, Yusuf Qaradhawy, Rabbani Press, hal. 127.

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


37


’’kisah

Ustadz Hasan Al-Banna berpidato dalam muktamar mahasiswa Muslimin Kairo, tahun 1938. Salah satu anggota muktamar pekik, “Hidup Hasan Al-Banna!” Meski pekikan itu tidak mendapat sambutan para hadirin, sejenak, sehingga seluruh mata hadirin tertuju pada beliau. nada tinggi, “Wahai Ikhwan, tidak akan ada lagi orang yang dalam dakwah kita. Dakwah kita adalah dakwah Islamiyah tauhid. Dakwah tidak akan menyimpang dari akidah ini. Wahai kalian lupa pada prinsip-prinsip yang kita yakini. Pekikan kita teladan kita)!”. Allah SWT berfirman,

ً ‫ص ُلّوا ع َل ْي ِه وس ِلّموا ت َ ْس ِل‬ ﴾٥٦﴿ ‫يما‬ َ َ ُ َ َ

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam

W

ahai akhi, pelajaran apakah yang antum dapatkan dari potongan kisah ini? Nilai apakah yang dapat antum ambil?

Ketegasan dan Kemantapan Akidah

Perhatikanlah wahai akhi, begitu tegasnya Ustadz Hasan Al-Banna mengantisipasi munculnya bibit penyakit figuritas dalam dakwah dan penyimpangan dalam akidah. Sikap seperti ini menyadarkan kita bahwa para du’at hendaknya bersikap preventif dalam upaya mengarahkan pemahaman dan melindungi akidah umat. Kecintaan pada sesuatu adalah fitrah. Terlebih lagi jika dilandasi ghirah keislaman. Ustadz Hasan Al-Banna sendiri dalam ushulu ‘isyrin berkata: “Cinta kepada orang-orang yang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji perilaku baiknya adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt...”. Akan tetapi kecintaan dan luapan semangat jangan sampai membuat kita lupa pada prinsip-prinsip akidah. Kecintaan, kebanggaan, penghormatan dan penghargaan harus kita tempatkan secara proporsional dengan memperhatikan akidah, syariah, dan akhlak Islam. 38

Dakwah Islamiyah Rabbaniyah

Karekteristik dakwah Islamiyah yang mesti kita jaga dengan sungguh-sungguh adalah bahwa dakwah ini bersifat rabbaniyah; menyeru, mengajak, berorientasi, dan menisbatkan dirinya pada Rabbul ‘alamin. Bukan mengajak pada person, thariqat, mazhab, jam’iyyah, hizb atau tandzim tertentu yang kemudian melupakan substansi untuk mengajak pada Allah; berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW sesuai dengan pemahaman para salafu shalih. ٰ ۖ ‫اتبع ِني‬ ‫ۚ عل بصرية أَنا ومن‬ ‫قل ٰهذه سبيل أَدعو إل الل‬ َ َ َّ ِ َ َ َ ٍ َ ِ َ َ‫ُ ْ َ ِ ِ َ ِ يِ ْ ُ ِ ىَ هَّ ِ َ ى‬ ْ ﴾١٠٨﴿ ‫ني‬ َّ‫ان ه‬ َ ‫ش ِك‬ َ ‫َو ُسب َح‬ ِ ْ‫الل ِ َو َما أ َ​َنا ِم َن الْ ُم ر‬ “Katakanlah, ‘inilah jalanku. Aku dan orangorang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata.” (QS. Yusuf, 12: 108)

Semoga Allah senantiasa membimbing dan melindungi kita dari tipu daya setan yang selalu berupaya menjauhkan kita dari jalan kebenaran. Amin Ya Rabbal ‘alamin. 

Al-Intima’ No.004 Januari 2010


yang diselenggarakan di kantor Syubbanul terlalu bersemangat hingga meneriakkan namun Ustadz Hasan Al-Banna diam Kemudian beliau berseru dengan meneriakkan pekikan untuk seseorang Rabbaniyah yang berlandaskan akidah Ikhwan, luapan semangat jangan membuat adalah, “Ar-Rasul Qudwatuna (Rasulullah ِ َ ‫آم ُنوا‬ ِ َّ‫يا ذ‬ َّ‫ِإ َّن ه‬ َّ ‫ّون َع ىَل‬ َ ‫ص ُل‬ ّ‫ َيا َأ ُ َه‬ ّۚ ‫الن ِبي‬ َ ‫ين‬ َ ‫الل َ َو َم اَل ِئك َت ُه ُي‬ َ ‫ال‬ untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Dakwah Kita

adalah

Dakwah Islamiyah

39


misykat

Amar Ma’ruf & Nahi Munkar ُ ّ‫وف َو َل َت ْن َه و َّن َع ِن مْالُ ْن َك ِر َأو َل ي س ِّل َط َّن َه‬ ِ ‫َل َت ْأ ُم ُر َّن ب مِْالَ ْع ُر‬ ‫الل َع َل ْي ُك ْم‬ َ ُ ْ ُ ‫اب َل ُك ْم‬ ُ ‫ِش َرا َر ُك ْم َق َي دْ ُع و ِخ َي ا ُر ُك ْم َف ال ُي ْس َت َج‬ Hendaklah kamu beramar ma’ruf dan bernahi munkar. Kalau tidak, makaAllah akan menguasakan atasmu orang-rang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orangorang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). HR. Abu Dzar

ِ ْ‫َِّإن َأ ْف َض َل ج‬ ‫ال َه ا ِد َك ِل َم ُة َع دْ لِ ِع ْن دَ َإ َم ا ِم َج ا ِئ ْر‬ Jihad paling afdhol ialah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim dan kejam. HR. Aththusi dan Ashhabussunan.

ِ َّ‫اس َم ْن ِز َل ًة ِع ْن دَ ه‬ ‫الل َي ْو َم ْا ِلق َي ا َم ِة اَ ْم َش ا ُه ْم ِف ي اَ ُر ِض ِه بِال َّن ِص ْي َح ِة خِ َل ْل ِق ِه‬ ِ ‫ِا َّن اَ ْع َظ ُم ال َّن‬ Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak berkeliling di muka bumi dengan nasihat kepada manusia (makhluk Allah). HR. Athahawi

ُ َّ‫الل َص َل ى ه‬ َ ‫َق‬ ِ َّ‫ال َر ُس ْو ُل ه‬ ِ ‫الل َع َل ْي ِه َو َس َل م َأ ْن ُت ُم ْال َي ْو َم َع َل ى َب ِّي َن ةٍ ِم ْن َر ِّب ُك ْم َت ْأ ُم ُر ْو َن ب مِْالَ ْع ُر‬ ‫وف‬ َ ُ‫َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْا مُل ْن َك ِر َو جُ َت ِاه د‬ ِ َّ‫ون ِف ي َس ِب ْي ِل ه‬ ِ ‫الل ُث َّم ت َْظ َه ُر ِف ْي ُك م َس ْك َرت‬ ‫َان َس ْك َر ُة ا ْل َع ْي ِش‬ َ ُ‫ َو َس ُت َح َّول‬، ‫َو َس ْك َر ُة ْا َجل ْه ِل‬ ‫ َف ِإ َذا‬.‫ َي ْف ُس ُق و ِف ْي ُك ْم ُح ُّب الدُّ ْن َي ا‬،‫ون ِا َل ى َغ ْي ِر َذ ِل َك‬ ِ َّ‫ُك ْن ُت ْم َذ ِل َك َل ْم َت ْأ ُم ُر ْوا بمِ َْع ُر ْو ِف َو َل ْم َت ْن َه ْوا َع ْن ُم ْن َك ِر َو َل ْم جُ َت ِاه دُ ْوا ِف ي َس ِب ْي ِل ه‬ ،‫الل‬ َ ُ‫ون ْا َأل َّول‬ َ ‫الس ا ِب ُق‬ ِ ‫َوا ْل َق ا ِئ ْم ْو َن َي ْو َم ِئ ٍذ بِا ْل ِك َت‬ ‫ون‬ َّ ‫الس ِر َوا ْل َع َل ِن‬ ُّ ‫اب َوب‬ ِّ ‫ِالس َن ِة ِف ى‬

40

Pada suatu hari Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya: “Kamu kini jelas atas petunjuk Robmu, meyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan berjihad di jalan Allah. Kemudian muncul di kalangan kamu dua hal yang memabukkan, yaitu kemewahan hidup (lupa diri) dan kebodohan. Kamu beralih kesitu dan berjangkit di kalangan kamu cinta dunia. Kalau terjadi yang demikian kamu tidak akan lagi beramar ma’ruf, nahi munkar dan berjihad di jhalan Allah. Di kala itu yang menegakkan Al Qur’an dan sunnah, baik dengan sembunyui maupun terang-terangan tergolong orang-orang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam. HR. Al Hakim dan Attirmidzi.

Al-Intima’ No.004 Januari 2010




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.