Al-Intima' edisi 05

Page 1

Edisi No.005 Tahun 2010 • Infaq Rp 4.900,- (Luar kota tambah ongkos kirim)

Spirit Kebangkitan Dakwah

“Kerja kita adalah kerja kolektif, yang banyak orang tidak memilikinya. Seperti tawasshou bil haqi dan tawasshou bish shobri ... hanya bisa dilakukan dengan jama’ah“ (K.H. Hilmi Aminuddin)



dari redaksi Edisi No.005 Tahun 2010

Edisi No.005 Tahun 2010 • Infaq Rp 4.900,- (Luar kota tambah ongkos kirim)

Spirit Kebangkitan Dakwah

“Kerja kita adalah kerja kolektif, yang banyak orang tidak memilikinya. Seperti tawasshou bil haqi dan tawasshou bish shobri ... hanya bisa dilakukan dengan jama’ah“ (K.H. Hilmi Aminuddin)

Majalah Dakwah Islam

Al-Intimã’ Terbit 1 (satu) bulan sekali Infaq Rp 4.900,-

Penerbit Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah Bandung Alamat Redaksi Jl. Cilengkrang II No. 48 Kel. Palasari Kec. Cibiru Bandung Telpon (022) 92230564 e-mail mdi.intima@gmail.com Pemimpin Umum Bahruzin Pemimpin Redaksi M. Indra Kurniawan Sidang Redaksi Setiadi Yazid Taufiq Rizqon Ridwan Nurdin Mufti Rifan Fahrani M. Indra Kurniawan Desain Grafis & Tata Letak Widesain Pemasaran, Iklan & Distribusi Peni Rusmustikawati, Nanan Nurdin Keuangan Agus Suryana Percetakan Dunia Offset. Redaksi menerima tulisan dari pembaca. Setiap tulisan masuk tidak dikembalikan. Lampirkan foto copy identitas yang masih berlaku. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

Segala puji milik Allah yang dengan karunianya sempurnalah segenap kebaikan. Salawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada pengajar kebaikan, yang menunjukkan manusia kepada kebenaran, pemimpin dan imam kita, panutan dan kekasih kita, Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orangorang yang mengikuti mereka dengan benar hingga hari kiamat nanti. Alhamdulillah….jajaran redaksi Al-Intima’ kini semakin bergairah. Setelah melewati ‘masa-masa sulit’, kami akhirnya bisa bergerak lebih leluasa. Tidak lain karena adanya penataan struktur redaksi, sehingga kerja-kerja yang kami lakukan lebih terarah, terencana dan terdistribusi. Sejak edisi 4 kemarin ada 3 personil baru memperkuat Al-Intima’. Bapak Bahruzin berdiri di depan mengomandani jajaran redaksi. Beliau kami daulat menjadi Pimpinan Umum. Sementara Ibu Peni Rusmustikawati dan Bapak Nanan Nurdin memperkuat Al-Intima’ di bagian Marketing dan Distribusi. Kami mohon do’a dari Anda para pembaca budiman, ikhwan/ akhwat, saudara-saudari, agar Allah SWT berkenan memudahkan seluruh aktivitas kami dalam mengemban misi kebangkitan dakwah ini. Amin Ya Mujibas sailin… Para pembaca budiman, pada edisi kali ini kembali kami angkat tema dakwah Islamiyah: Dakwah Tiada Henti! Melalui bahasan ini kami berharap kita semua dapat lebih termotivasi untuk terus bergerak melakukan nasyrul hidayah dan nasyrul fikrah di tengah-tengah masyarakat. Karena hal ini menjadi langkah awal dan menjadi salah satu syarat tegaknya kehidupan yang lebih islami. Para pembaca budiman, pada edisi kali ini seperti biasa Anda pun dapat menyimak berbagai risalah pendek khas Al-Intima’—dalam rubrik lamhah tarikhiyyah, fiqh, sunnah,tatsqif, aqidatuna, dll. Semuanya kami kemas sebagai bacaan yang ‘siap saji’. Semoga dapat menginspirasi Anda semua dalam membina diri, keluarga, dan masyarakat. Oh iya pembaca budiman, ada hal lain yang perlu kami sampaikan, bagian Marketing banyak sekali mendapat permintaan Al-Intima’ edisi lama, namun karena jumlahnya sangat terbatas dengan terpaksa kami harus membatasi pula jumlah pembeliannya. Keterangan lebih lanjut tentang hal ini silahkan menghubungi (via telp/ SMS) bagian marketing kami Ibu Peni (022-92230564). Akhirnya kami persilahkan Anda menyimak sajian kali ini. Selamat membaca!

1


Mulai edisi ini, redaksi menerika surat pembaca melalui facebook. Kunjungi kami di Facebook: Majalah Dakwah Islam Al-Intima

Armahedi Mahzar kpn ada di malang? ditunggu lho Majalah Dakwah Islam Al-Intima Gimana kalo Pak Armahedi jadi agennya? :) Murti Wahyuni Kpn dtg di Samarinda? kita tgu ya.. Pejuang Jalanan Mantap. Ini yang ditunggu tunggu dari dulu.

Abdul Basit Abdul ass mnrt ana mjlh ni bgus dan mmbri kita smua msukan dan tmbahan ilmu yg slma ni kta blm tau dan mnjdi insprsi bgi umat islam pd ummnya Fhira Nhita Alhamdulillah setelah lama menunggu akhirnya edisi 4 terbit juga. smg ke depannya diberikan kemudahan oleh Allah supaya bisa terbit lebih teratur per bulannya. amiin Irwan Tony ana bisa berlanganan... untuk wilayah sumsel bs ngk?? Majalah Dakwah Islam Al-Intima Sementara ini belum bisa Pak, kecuali antum jadi pengedar disana....

Atriza Umar Assalamualaikum warahmatullah. bagaimana kalau mau jadi pengedar yang di luar Indonesia? Ana pertinya berminat..insya`allah. Majalah Dakwah Islam Al-Intima Luar Indonesia? Dimana pak? Bisa saja...tapi ongkos kirim ditanggung pengedar pak...^_^ Anisatul Muawanah Dicilegon sdh ada agen blm pak, kalo belum ada mau dong!!! Majalah Dakwah Islam Al-Intima Di Cilegon blm ada agen bu, kalo ibu bersedia boleh. Tapi ga bisa konsinyasi....Trus biaya kirim ditanggung agen, gimana? :) Syarif Hidayat sukses utk al intima’

daftar isi taujih • Modal Utama Gerakan Dakwah............................ 4 harakatuna Dakwah Tiada Henti!................................................... 6 Ragam Aktivitas Dakwah Rasulullah........................ 10 tatsqif • Mengenal Sekularisme...................................... 17 lamhah tarikhkhiyyah Lintasan Sejarah Israel dan Palestina (Bagian 2) ...... 20 fiqh • Lahirnya Mazhab-mazhab Fiqih............................. 26 sunnah • Adab Muammalah Tijariah............................... 30 2

Hidup

Sesudah Mati ‘aqidatuna • Hidup Sesudah Mati.................................. 33 thulaby • Agar Beban Ini Terasa Lebih Ringan................ 36 kisah • Abu Hurairah dan Sandal Rasulullah SAW .......... 38 misykat • Akibat Cinta Dunia.......................................... 40 Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


ed

i al ti or

Kebaikan Dakwah Saudaraku, mungkin ada sebagian orang bertanya-tanya kepadamu, apakah gerangan yang membuat kalian begitu gandrung kepada aktivitas dakwah? Mengapa ia menjadi obsesi dan tema sentral dalam setiap perbincangan kalian? Apa yang membuat kalian melupakan rasa penat sehabis bekerja mencari nafkah? Jawablah saudaraku: “Dakwah memang layak digandrungi dan ia terlalu baik untuk diacuhkan atau dilupakan!” Dengan dakwah kami terbimbing untuk menjalani kehidupan rabbaniyyah, kehidupan yang selalu berorientasi kepada Allah SWT. Dengan dakwah kehidupan kami akan selalu diisi dengan belajar dan mengajar Al-Quran yang merupakan sumber kebaikan. “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran, 3: 79) Dengan dakwah hidup kami menjadi berkah dan mendapat kebaikan yang banyak serta melimpah dari Allah SWT. Perhatikanlah ucapan Nabi Isa as tentang dirinya: “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (QS. Maryam, 19: 31) Ibnul Qayyim berkata tentang ayat di atas:

َّ ‫فَ إ‬ .‫ْخ رْيِ َح يْ ُث َح َّل َونُ ْص ُح ُه لِ ُك ِّل َم ْن اِ ْج تَ َم َع بِ ِه‬ َّ ‫ِن َ�ب َرَك َة‬ َ ‫ �َت ْع لِ يْ ُم ُه لِ ل‬:‫الر ُج ِل‬ َ ‫ق‬ :‫] أَ ْي‬١٣ :‫ وجعلين مباركا أينما كنت [مرمي‬:‫ارا َع ِن الْ َم ِس يْ ِح‬ ْ ‫َال �َت َع ىَال إ‬ ً َ‫ِخ ب‬ ِّ ‫ ُم ذ‬،ِ‫ َدا ِع ي ا إ ىَِل اهلل‬،ِ‫ْخ رْي‬ .‫ف َط ا َع تِ ِه‬ ِْ‫ ُم َرِّغ بً ا ي‬،‫َك ًرا بِ ِه‬ َ ‫ُم َع لِّ ًم ا لِ ل‬ ً

“Keberkahan seseorang itu ada pada: pengajarannya terhadap segala macam kebajikan di mana pun ia berada, dan nasehat yang ia berikan kepada semua orang yang ijtima’ (berkumpul) dengannya. Saat menceritakan tentang nabi Isa – ‘alaihissalam – Allah swt berfirman: “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada”. (Q.S. Maryam: 31). Nabi ‘Isa – ‘alaihissalam – menjadi manusia yang membawa berkah adalah karena ia: menjadi guru kebajikan, juru dakwah yang menyeru manusia kepada Allah – subhanahu wa ta’ala -, mengingatkan manusia tentang Allah – subhanahu wa ta’ala -, serta mendorong dan memotivasi manusia untuk taat kepada Allah – subhanahu wa ta’ala.” Demikianlah, dakwah membawa kebaikan kepada kami: kehidupan rabbani dan kehidupan yang berkah.

3


Modal Utama

Gerakan Dakwah Oleh: k.h. hilmi aminuddin, lc.

Kekuatan moral dan spiritual. Itulah yang akan menjadi modal pertama dan utama dalam setiap pergerakan. Mungkin saja landasan moral dan spiritual sebuah pergerakan salah atau batil, tetapi pasti punya semangat. Apatah lagi kita yang mempunyai landasan moral dan spiritual yang benar, yang berasal dari Allah SWT.

K

ekuatan moral dan spiritual yang benar akan menghasilkan azzam (tekad) dan irodah qowiyyah (kemauan yang kuat). Bahkan orang akan muda selamanya dan bergairah terus jika bergerak atas landasan moral dan spiritual yang benar. Dan kita Alhamdulillah telah diberikan karunia itu oleh Allah SWT. Modal yang kedua adalah modal intelektual. Allah sangat merangsang manusia lewat ayat-ayat Al-Qur’an yang berbunyi ‘afala ta’qilun, afala yatafakkarun. Otak yang terpakai oleh manusia hanya sekitar 5% dari volume otak kita. Kemudian kekuatan ini ditambahkan dengan kekuatan pendidikan/tarbiyyah. Modal yang ketiga adalah modal ideology/idealisme, yang dengan adanya ini kita mempunyai visi dan misi. Ini juga merupakan karunia Allah kepada kita berupa pikiran yang baik, bisa mempunyai pandangan jauh ke depan walaupun dalam masa-masa sulit. Selalu menjadi barisan pelopor, barisan perintis dengan kejelasan 4

ideologi ini. Modal keempat adalah modal manhaj/ metodologi. Allah tidak hanya memberikan perintah saja tetapi juga konsepsi dan landasan operasional. Shalat dan haji diperintahkan oleh Allah, tetapi dalam pelaksanaannya Allah mencontohkan melalui Rasulullah. Dalam berjuang dan berjihad pun harus mengikuti Rasul, tidak membeo, tetapi harus mengerti. Qudwah kepada Rasul merupakan kebutuhan, bukan hanya sekedar kewajiban, karena tanpa Rasul Islam tak bisa jalan. Rasulullah yang mencontohkan kepada kita dakwah dan jihad yang jelas, terarah, dan sistemik. Modal kelima adalah modal kefitrahan. Dinul Islam adalah modal besar karena sesuai dengan fitrah manusia, tidak berbenturan dengan kultur manusia, binatang, dan ekosistem. Bahkan Allah menegaskan bahwa semuanya itu adalah jundi-jundi (tentara) Allah. Artinya, kita harus yakin bahwa pergerakan yang bertentangan dengan fitrah manusia Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


!

taujih adalah bertentangan dengan Allah. Karena semuanya bergerak dalam nuansa dan irama yang sama. Semuanya bertasbih kepada Allah. Karena itu, jika perjuangan Islam kompak dengan perjuangan alam / universe, maka perjuangan itu akan berhasil. Pohon, tumbuhan, binatang, cuaca, gejala alam, kesemuanya menjadi teman-teman perjuangan kita. Jika berjuang tanpa fitrah alam, pasti akan gagal. Karena fitrah itu baku dan tetap sepanjang zaman. Ini adalah modal yang sangat besar walaupun kita tidak merasakannya, padahal bantuan Allah lewat alam/nature itu tinggi. Misalnya, bekerja dalam hujan tidak masuk angin, angin dan hujan jadi penyegar. Bahkan kesemuanya itu mengokohkan jika kita berstatus jundullah. Caranya, sesuaikanlah sifat jundiyyah kita dengan jundiyyah angin, binatang, pohon, dan lain-lain. Rasulullah sering dibantu oleh jundi alami ini (tumbuhan, binatang, cuaca, dan lain-lain). Bahkan karomah para sahabat dalam perang Qodisiyah ketika mereka menyeberang sungai mereka berkata: ‘Wahai air, kita sama-sama jundullah, bantulah saya karena sedang melaksanakan tugas’. Akhirnya air yang dalam dan deras itu menjadi dangkal dan tenang untuk dilewati. Modal keenam adalah modal institusional. Kerja kita adalah kerja kolektif, yang banyak orang tidak memilikinya. Kita memperoleh banyak dukungan dari proses-proses jama’i ini. Seperti tawasshou bil haq dan tawasshou bish shobri. Itu hanya bisa dilakukan dengan jama’ah, karena tawasshou ini diperlukan dalam gerakan agar tidak tergelincir. Ba’duhum awliya u ba’din. Kritikan dan peringatan itu perlu. Itu semua hanya bisa dilakukan dalam proses institusionalisasi. Ketika tantangan dakwah berat dan sulit, ada tawasshou

bish shobr sehingga menimbulkan daya tahan. Wama dho’ufu wa mastakanu, serta tawasshou bil marhamah. Ketika seseorang tersebut tidak sendirian, tetapi bersamasama dengan banyak orang, potensinya tidak akan terpuruk. Modal ketujuh adalah modal yang sifatnya material. Sebenarnya Allah telah banyak memberikan modal material ini kepada kita berupa alam semesta beserta segala isinya. Tetapi mungkin kita belum bisa mendayagunakannya. Bahkan dalam QS Al-Hajj 34, Allah berfirman bahwa ‘Telah Aku datangkan segala apa yang kamu butuhkan, wa in ta’uddu ni’matallah laa tuhsuha. Tetapi karena kezaliman dan ketidak proporsionalan kita, sehingga tidak memiliki daya inovatif dan kreatif untuk memanfaatkannya. Menyadari nikmat Allah itu penting. Bagaimana nikmatnya udara, sehari kurang lebih 350 kg kita memakai oksigen untuk tubuh kita, 1/5 nya dipakai oleh otak. Kesadaran memiliki modal dasar itu penting demi irodah qowiyyah dan azzam. Kalau melihat perjalanan dakwah ke belakang, zaman tahun 80-an, zaman Benny Moerdani, bagaimana dakwah itu dikekang, diatur dan dikendalikan. Bahkan menafsirkan QS Al-Ikhlas saja diberangus, sampai akhirnya setelah dikejar-kejar, temanya diganti menjadi syarat sahnya wudhu. Justru di masa-masa sulit itulah dakwah berkembang dan berekspansi karena punya modal banyak. Pada saat itu para muwajih tidak dijemput dengan mobil, tetapi banyak yang berjalan kaki karena keadaan ekonomi yang sulit. Cari tempat acara dauroh juga sulit. Halaqoh di kebun binatang, di taman, di lapangan, di kebun raya, tanpa whiteboard. Itu semua karena kita punya kesadaran bahwa kita kaya, yang menyebabkan kita selalu menjadi barisan perintis dan barisan pelopor.

!

Pada saat itu para muwajih tidak dijemput dengan mobil, tetapi banyak yang berjalan kaki

karena keadaan ekonomi yang sulit. Cari tempat acara dauroh juga sulit.

5


Dakwah

Tiada Henti!

Dakwah adalah aktivitas menyeru manusia dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik agar bersedia beriman kepada Allah SWT seraya mengingkari semua yang di abdi selain-Nya, serta bersedia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

A

ktivitas dakwah mengandung banyak sekali keutamaan. Ia adalah tugas utama para nabi dan rasul; Allah SWT menyebutnya sebagai perkataan atau amal yang terbaik; sementara dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW menyebutnya sebagai aktivitas yang layak diganjar dengan pahala yang besar. Dakwah adalah penyelamat manusia dari azab Allah dan merupakan jalan menuju terwujudnya khairu ummah.

Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)

Dakwah merupakan pekerjaan yang mulia, karena ia disandarkan kepada manusia-manusia teladan sepanjang zaman, yakni para nabi dan rasul alaihimussalam. Allah SWT mengisahkan dalam Al-Qur’an tentang Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa alaihimussalam yang tak kenal henti dalam menjalankan tugas berdakwah di sepanjang hayatnya. Kini, pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun kita dapat mewarisi pekerjaan dan tugas mulia mereka, sehingga kita bisa berharap semoga Allah SWT berkenan memuliakan kita.

6

Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)

Dakwah adalah amal yang terbaik, karena ia merupakan aktivitas mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa dakwah, kehidupan amal shalih tidak akan berlangsung. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushilat, 41: 33) Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: “Allah swt menyeru manusia: ‘Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, mematuhi perintah dan larangan-Nya, serta mengajak hambahamba Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia kerjakan.’ (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468) Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para da’i akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim).

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


harakatuna “Wahai Ali, sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang dengan usaha kedua tanganmu, maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya (lebih baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).

َّ ‫ ((إ‬:‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬ ‫ِن‬ ِ ‫الس َم َو‬ ‫ني َح ىَّت‬ َّ ‫اللَّ َه َو َم لاَ ئِ َك تَ ُه َوأَ ْه َل‬ َ ‫ات َوالأَْ َر ِض‬ ‫وت لَ يُ َص لُّ و َن َع لَى‬ َ ُْ‫َّم لَ َة يِف ُج ْح ِر َه ا َو َح ىَّت الح‬ ْ ‫ال ن‬ َْ‫َّاس خ‬ ‫ال ْ�ي َر)) (رواه الرتمذي عن أيب‬ ِ ‫ُم َع لِّ ِم ال ن‬ .)‫أمامة الباهلي‬

ُ ‫َال َر ُس‬ َ ‫ق‬ :‫ول اهللِ صلى اهلل عليه وسلم لِ َع لِ ٍّي‬ َ ‫(( َ�ف َواللَّ ِه لأَ​َ ْن َ�ي ْه ِد َي اللَّ ُه ب‬ ً ‫ِك َر ُج‬ ‫ال َخ ْ�ي ٌر لَ َك‬ َّ ‫ح ُر‬ ‫ال�ن َع ِم)) (رواه البخاري‬ ْ ُ‫ِم ْن أَ ْن يَ ُك و َن لَ َك م‬ )‫ومسلم وأمحد‬

Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah SWT menunjuki seseorang dengan (dakwah)mu maka itu lebih bagimu dari unta merah.” (Bukhari, Muslim & Ahmad). Ibnu Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan: “Unta merah adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.” Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah swt, lebih besar dan lebih baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya. Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:

ً ‫ لأَ​َ ْن َ�ي ْه ِد َي اهللُ َع لَى يَ َديْ َك َر ُج‬،‫« يَ ا َع لِ ُّي‬ ‫ال‬ َّ ‫َخ ْ�ي ٌر لَ َك مِمَّ ا َط لَ َع ْت َع لَيْ ِه‬ ‫الش ْم ُس » (رواه‬ )‫احلاكم يف املستدرك‬

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili). Berapakah jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa besar kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka semua! Keagungan balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan untuknya tetapi juga karena terus menerus itu mengalir kepadanya meskipun ia telah wafat. Sabda Rasulullah saw berikut ini:

‫إِْس لاَ ِم ُس نَّ ًة َح َس نَ ًة َ�ف ُع ِم َل هِبَ ا‬ ْ ‫(( َم ْن َس َّن يِف ال‬

‫َ�ب ْع َد ُه ُك تِ َب لَ ُه ِم ثْ ُل أَ ْج ِر َم ْن َع ِم َل هِبَ ا َواَل‬ ‫إِْس لاَ ِم‬ ُ ‫َ�ي ْ�ن ق‬ ْ ‫ُص ِم ْن أُ ُج و ِر ِه ْم َش ْي ٌء َو َم ْن َس َّن يِف ال‬ ‫ُس نَّ ًة َس يِّـ ئَ ًة َ�ف ُع ِم َل هِبَ ا َ�ب ْع َد ُه ُك تِ َب َع لَيْ ِه ِم ثْ ُل‬ ‫ُص ِم ْن أَ ْو َزا ِر ِه ْم‬ ُ ‫ِو ْز ِر َم ْن َع ِم َل هِبَ ا َواَل َ�ي ْ�ن ق‬ ‫َش ْي ٌء)) (رواه مسلم َع ْن َج رِي ِر بْ ِن َع بْ ِد اللَّ ِه‬ .)‫رضي اهلل عنه‬

“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu 7


Dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat

itu dirasakan oleh orang lain

setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikit pun pahala mereka yang mencontoh nya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).

Dakwah dapat menyelamatkan

kita dari azab Allah swt (AnNajatu minal ‘Azab)

Dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dakwahnya (mad’u). Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT sehingga ia terhindar dari adzab-Nya. Tersebutlah sebuah daerah yang bernama “Aylah” atau “Eliah” sebuah perkampungan Bani Israil. Penduduknya diperintahkan Allah untuk menghormati hari Jumat dan menjadikannya hari besar, namun mereka tidak bersedia dan lebih menyukai hari Sabtu. Sebagai hukumannya Allah SWT melarang mereka untuk mencari dan memakan ikan di hari Sabtu, dan Allah membuat ikan-ikan tidak muncul kecuali di hari Sabtu. Sekelompok orang kemudian melanggar larangan ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di hari Sabtu masuk ke dalam perangkap. Lalu mereka mengambilnya di hari ahad dan memakannya. Sementara orangorang yang tidak melanggar larangan Allah terbagi menjadi dua kelompok yaitu mereka yang mencegah kemunkaran dan mereka yang diam saja. Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan mereka yang berdakwah mengingatkan saudara-saudaranya yang melanggar larangan Allah. Dialog ini disebutkan 8

dalam Al-Quran: Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu , dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS. Al-A’raf, 7: 163-165). Perhatikan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika ditanya mengapa mereka menasehati orang-orang yang melanggar perintah Allah: 1. (‫) َم ْع ِذر َ ًة إِلَى رَب ِّ ُك ْم‬ 2. (‫)وَلَ َعلَّهُ ْم ي َ َّتقُو َن‬ “Kami berdakwah agar menjadi argumentasi & penyelamat kami dihadapan Allah swt. Mudah-mudahan mereka bertaqwa”. Perhatikan pula bahwa yang secara tegas diselamatkan oleh Allah dari adzabNya adalah orang-orang yang melarang perbuatan maksiat. Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar adalah kontrol sosial yang harus dilakukan oleh kaum muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh kebaikan. Kebatilan yang mendominasi kehidupan akan menyebabkan turunnya teguran atau adzab dari Allah swt. Rasulullah saw bersabda: Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


‫(( َم ثَ ُل الْ َق ائِ ِم َع لَى ُح ُد و ِد اللَّ ِه َوا لْ َواقِ ِع فِ ي َه ا‬

‫اب‬ َ ‫َك َم ثَ ِل َ�ق ْوٍم ْاس �َت َه ُم وا َع لَى َس ِف ي نَ ٍة فَ أَ َص‬ َ ‫َ�ب ْع ُض ُه ْم أَ ْع لاَ َه ا َوَ�ب ْع ُض ُه ْم أَ ْس َف لَ َه ا ف‬ ‫ين‬ َ ‫َك ا َن الَّ ِذ‬ ‫يِف أَ ْس َف لِ َه ا إِذَا ْاس �َت َق ْوا ِم ْن ا لْ َم ا ِء َم ُّروا َع لَى َم ْن‬ ‫َ�ف ْو َ�ق ُه ْم َ�ف َق الُ وا لَ ْو أَنَّ ا َخ َر ْ�ق نَ ا يِف نَ ِص ي بِ نَ ا َخ ْرقًا‬ ‫ِن َ�ي �ْت ُرُك و ُه ْم َو َم ا أَ َرا ُد وا‬ ْ ‫َومَْل ُ�ن ْؤ ِذ َم ْن َ�ف ْو َ�ق نَ ا فَ إ‬ ُ ‫َه ل‬ ِ َ‫َك وا م‬ ‫ج ي ًع ا َوإ ِْن أَ َخ ُذ وا َع لَى أَيْ ِدي ِه ْم نجَ​َ ْوا‬ ِ َ‫َونجَ​َ ْوا م‬ )‫ج ي ًع ا)) (رواه البخاري‬

“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang melanggarnya seperti kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan ada sebagian yang mendapat tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air harus melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita melubangi bagian bawah milik kita dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang akan melubangi, mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari).

‫َّب َص لَّ ى اللَّ ُه‬ ِّ ِ‫َع ْن ُح َذ ْ�ي َف َة بْ ِن الْ يَ َم ا ِن َع ْن ال ن ي‬ َ ‫َع لَيْ ِه َو َس لَّ َم ق‬ ‫ (( َوالَّ ِذي َ�ن ْف ِس ي بِيَ ِد ِه لَ تَ ْأ ُم ُر َّن‬:‫َال‬ ِ ُ‫وف َولَ �َت ْ�ن َه ُو َّن َع ْن ا لْ ُم نْ َك ِر أَ ْو لَ ي‬ ِ ‫بِالْ َم ْع ُر‬ ‫وش َك َّن‬ ‫اللَّ ُه أَ ْن َ�ي ْ�ب َع َث َع لَيْ ُك ْم ِع َق ابً ا ِم نْ ُه مُثَّ تَ ْد ُع ونَ ُه‬ َ ‫اب لَ ُك ْم)) (رواه الرتمذي وق‬ :‫َال‬ ُ ‫َ�ف لاَ يُ ْس تَ َج‬ .)‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫َه ذَا َح ِد‬

Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad Saw beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau Allah akan menurunkan hukuman dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).

harakatuna Dakwah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah

Rasulullah saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan kader secara khusus adalah jalan satusatunya menuju terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah saw melakukan tarbiyah, mencetak kaderkader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar). Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw ini adalah juga jalan yang harus kita tempuh untuk mengembalikan kembali kejayaan umat. Imam Malik bin Anas ra berkata:

ِ ‫ُح‬ ‫ُح بِ ِه أَوَّلهَُ ا‬ َ ‫آخ ُر َه ِذ ِه األَُّم ِة إِالَّ مِبَ ا َص ل‬ ُ ‫الَ يَ ْص ل‬ “Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang digunakan untuk memperbaiki generasi awalnya”. (Nashiruddin Al-AlBani, Fiqhul Waqi’ hlm 22).

Umat Islam harus memainkan peran dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar dalam semua kondisi, baik ketika memperjuangkan terbentuknya khairu ummah maupun ketika cita-cita khairu ummah itu telah terwujud. Allah swt berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran, 3: 110). Jadi, sudah sepantasnya kita tanamkan dalam diri sebuah tekad: Dakwah Tiada Henti!

Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang digunakan untuk

memperbaiki generasi awalnya (Imam Malik)9


Ragam Aktivitas Dakwah Rasulullah oleh M. Indra Kurniawan, s.ag

‫الل ِأُ ْسوة حس َنة‬ ‫ول‬ ‫ك ْم ف رس‬ ُ َ‫ان ل‬ ّ َ‫ه‬ ِ َ ‫لَ َق ْد َك‬ ُ َ ِ‫ي‬ ٌ َ َ ٌ َ ً ‫الل َك ِث‬ ‫ريا‬ ‫ان ي ْرجو‬ ‫لِم ْن َك‬ َ ْ‫الل َ َوالْي ْو َم آ‬ ّ َ َ‫ال ِخ َر َو َذ َك َر ّه‬ َ‫ه‬ َ ُ َ َ َ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab, 33:21).

J

ika kita telusuri lembaran sirah Nabi Muhammad SAW, tentu kita akan temukan bahwa bentuk aktivitas dakwah yang beliau lakukan di sepanjang masa kenabiannya sangat bervariasi. Kita dapat mengetahui macam-macam tindakan, metode, dan strategi beliau yang dinamis dalam menyeru manusia ke jalan Allah. Hal ini perlu menjadi perhatian kita karena didalamnya banyak mengandung teladan dan inspirasi. Disamping itu ada satu isyarat penting yang perlu kita sadari dari apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tersebut, bahwa aktivitas dakwah Islamiyah hendaknya mampu bergerak terus menerus secara dinamis dan progresif. Diantara contoh aktivitas, tindakan, metode, dan strategi dakwah yang beliau lakukan adalah sebagai berikut: 10

Dakwah fardhiyah

Dakwah dengan pendekatan pribadi ini dimulai dengan mengajak para anggota keluarga dan para sahabat yang terdekat. Beliau menyeru mereka kepada Islam, juga menyeru siapa pun yang dirasa memiliki kebaikan, yang sudah beliau kenal secara baik dan mereka pun mengenal beliau secara baik, yaitu mereka yang memang diketahui mencintai kebaikan dan kebenaran, dan mereka mengenal kejujuran dan kelurusan beliau. Diantara sahabat yang masuk Islam dengan pendekatan dakwah fardhiyah adalah istri beliau, Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah bin Syuhrahbil Al-Kalby, anak paman beliau, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


harakatuna Abu Bakar sangat bersemangat dalam berdakwah kepada Islam. Ia melakukan dakwah fardhiyah sehingga beberapa orang berhasil ia ajak masuk Islam, yaitu Utsman bin Affan Al-Umawy, Az-Zubair bin AlAwwan Al-Asady, Abdurrahman bin Auf, Sa’id bin Abi Waqqash Az-Zuhriyah dan Thalhah bin Ubaidillah At-Taimy. Masih banyak lagi as-sabiqunal awwalun (yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam) yang terekrut dengan pendekatan dakwah fardhiyah ini. Ibnu Hisyam menghitung jumlah mereka lebih dari 40 orang.

Ta’lim

As-sabiqunal awwalun masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah SAW menemui mereka dan mengajarkan agama di rumah Arqam bin Abil Arqam al-Makhzumi. Ta’lim yang beliau lakukan tidak lain merupakan upaya binaa-u syakhshiyah al-Islamiyah ad-da’iyah (pembentukan pribadi-pribadi da’i muslim) dan binaa-ul jama’ah (membentuk komunitas inti). Moenawar Chalil dalam bukunya Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad berkomentar tentang aktivitas dakwah nabi SAW pada tahapan ini: “Adapun tindakan dan siasat Nabi yang demikian itu sedapat mungkin dan bahkan seharusnya dibuat sebagai cermin dan dipergunakan sebagai contoh oleh siapa-siapa yang telah siap untuk menyiarkan agama Islam kepada orang lain, terutama sekali oleh para pemuka, pemimpin, alim ulama, dan mubaligh Islam. Karena jika tindakan dan siasat Nabi saw yang sepenting itu tidak ditiru, jangan harap seruan dan yang digerakkannya akan berhasil dan memperoleh buah yang memuaskan…”

Tabligh

“Dan berilah peringatan kepada kerabatkerabatmu yang terdekat”, (QS. AsySyu’ara’: 214) Setelah turun ayat di atas, Rasulullah SAW segera mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa orang dari Bani Al-Muthalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya 45 orang. Tabligh pertama Nabi ini tidak berjalan sesuai harapan, karena Abu Lahab segera angkat bicara merusak suasana dan tidak memberikan kesempatan kepada Nabi untuk berbicara. Meskipun begitu, tabligh ini membuahkan hasil yang patut disyukuri, yakni adanya deklarasi penjagaan dan perlindungan dari Abu Thalib. S y a i k h S h a fi y y u r r a h m a n A l Mubarakfury dalam bukunya Ar-Rahiqul Makhtum, mengatakan bahwa setelah Nabi SAW merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi dalam menyampaikan wahyu dari Allah, maka suatu hari beliau berdiri di atas bukit Shafa, lalu berseru, “Wahai semua orang!” Nabi SAW kemudian menyampaikan tentang kenabiannya dan mengingatkan kaumnya tentang akhirat. Beliau juga meminta dukungan dari mereka untuk mengemban amanah dakwah. Aktivitas tabligh ini merupakan langkah awal dalam tahapan dakwah jahriyyah (terang-terangan) dalam rangka nasyul mabadi’ wa ta’alimil Islam (menyiarkan prinsip-prinsip ajaran Islam). Dengan aktivitas ini seruan Islam terus bergema di seantero Makkah. Bahkan ketika turun ayat, ْ ‫ني‬ ‫فاصدع بما تؤمر و َأ رْع‬ َ ‫ش ِك‬ ِ ْ‫ض َع ِن الْ ُم ر‬ ْ ِ َ ُ َ ُْ َ ِ َ ْ َ

Maka sampaikanlah olehmu secara terangterangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-

Tabligh pertama Nabi ini tidak berjalan sesuai harapan, karena Abu Lahab segera angkat bicara merusak suasana dan tidak memberikan kesempatan

kepada Nabi untuk berbicara.

11


orang yang musyrik (QS. Al-Hijr: 94),

Rasulullah langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai.

Pawai dakwah

Variasi aktivitas dakwah lain yang dilakukan oleh Nabi adalah pawai dakwah. Tindakan ini dilaksanakan atas usul Umar bin Khattab. Pada suatu pagi, Umar bin Khattab ra datang ke rumah Arqam, menanti kedatangan kaum muslimin, setelah mereka hadir di tempat itu dan berbaris, Umar meminta Nabi berjalan di muka barisan dan di belakang beliau berjalan Umar dan Hamzah. Kedua sahabat inilah yang mengepalai pawai kaum muslimin. Kedua sahabat itu berjalan dengan menyelempangkan panahnya sambil membawa pedang terhunus. Dalam pawai itu, keduanya membaca, “Laa ilaaha illallah, Muhammadur rasulullahu”. Kaum muslimin dibelakangnya membaca pula bersama-sama. Umar berkata dengan suara keras, “Barangsiapa yang berani mengganggu salah seorang yang ada di belakangku, tentu pedangku itu akan memotong lehernya, setidak-tidaknya akan berkenalan dengannya.” Rute pawai ini dimulai dari rumah Arqam, melewati rumah Umar, kemudian melewati rumah Nabi SAW dan terus berjalan mengelilingi kampung-kampung yang berdekatan dengan Masjidil Haram. Kemudian mereka masuk ke dalam masjid

dan berthawaf mengelilingi Ka’bah dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara keras, diperdengarkan kepada kaum musyrikin. Sesudah shalat, akhirnya pawai itu dibubarkan dengan tidak ada gangguan dari kaum musyrikin Quraisy. Mereka hanya bisa tercengang melihat pawai itu.

Dialog

Hal lain yang dilakukan Nabi SAW dalam perjuangan dakwahnya adalah kegiatan dialog. Dalam sejarah dicatat bahwa beliau pernah berdialog dengan para tokoh Quraisy dan juga dengan kalangan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Salah satu contoh adalah dialog Nabi SAW dengan Utbah bin Rabiah yang diutus kaum Quraisy untuk membujuk Nabi. Dialog tersebut berakhir dengan kemenangan telak di pihak Nabi, karena Utbah takluk dan terpengaruh oleh Al-Qur’an surah Fushilat ayat 1 sampai 13 yang dibacakan kepadanya. Ia mendengar ultimatum yang menggoncangkan segenap perasaannya, yaitu: Jika mereka berpaling Maka Katakanlah: “Aku Telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”. (QS. Fushilat: 13) Ketika mendengar ayat tersebut Utbah menutup telinganya dengan kedua belah tangan seolah-olah hendak disambar petir. Setelah itu ia kembali ke tengahtengah kaumnya dan mengusulkan supaya Muhammad SAW dibiarkan saja dan tak usah diganggu! Metode dialog juga dilakukan Nabi

Saat pawai Umar berkata dengan suara keras, “Barangsiapa yang berani mengganggu salah seorang yang ada di belakangku, tentu pedangku itu akan memotong lehernya,

setidak-tidaknya akan berkenalan dengannya.”

12

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


harakatuna ketika berada di Madinah, terutama bagaimana harus menjawabnya. Maka dilakukan dengan kalangan Yahudi dan turunlah firman Allah SWT sebagai Nasrani. Diriwayatkan oleh Sa’id bin tuntunan kepada Rasulullah untuk Mansur yang bersumber dari ‘Ikrimah menjawabnya: bahwa ketika turun ayat 85 surat Ali “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa Imran,“Barangsiapa mencari agama selain di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, akan diterima (agama itu) daripadanya, Kemudian Allah berfirman kepadanya: dan dia di akhirat termasuk orang-orang “Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah yang rugi.”, berkatalah orang-orang dia. (apa yang telah kami ceritakan itu), Yahudi kepada Nabi Muhammad SAW, Itulah yang benar, yang datang dari “Sebenarnya kami ini muslimin (orang- Tuhanmu, Karena itu janganlah kamu orang Islam)”. Mendengar ungkapan termasuk orang-orang yang ragu-ragu.” kaum Yahudi tersebut, Nabi Muhammad (QS. Ali Imran: 59-60). bersabda: “Allah telah mewajibkan kaum Setelah mendengar firman Allah SWT ini, muslimin berhaji ke Baitullah”. Orang- Uskup Najran dan wakilnya ini tetap merasa orang Yahudi itu menyanggah: “Tidak ragu dan membantahnya. Maka turunlah diwajibkan (berhaji ke baitullah) kepada firman Allah SWT selanjutnya,“Siapa kami”. yang membantahmu tentang kisah Isa Saat itu turunlah firman Allah SWT, sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka Katakanlah (kepadanya): “Sesungguhnya rumah yang mula-mula “Marilah kita memanggil anak-anak kami dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua Kemudian marilah kita bermubahalah manusia. Padanya terdapat tanda-tanda kepada Allah dan kita minta supaya la’nat yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Allah ditimpakan kepada orang-orang yang barangsiapa memasukinya (Baitullah) dusta. Sesungguhnya Ini adalah kisah yang menjadi amanlah dia; mengerjakan haji benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak adalah kewajiban manusia terhadap Allah, disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan Allah, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 61-62). mengingkari (kewajiban haji), Maka Muhammad SAW mengajak utusan Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak Nasrani Najran itu melakukan mubahalah, memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. masing-masing pihak diantara orang-orang Ali Imran: 96-97). yang berbeda pendapat berdo’a kepada Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab Allah dengan bersungguh-sungguh, agar At-Thabaqat yang bersumber dari al-Azraq Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak bin Qais, bahwa ketika Uskup Najran dan yang berdusta, tetapi mereka tidak berani wakilnya menemui Nabi Muhammad SAW dan memilih membayar jizyah (sejenis dan mendengar penjelasan beliau tentang pajak untuk jaminan perlindungan) sebagai agama Islam, mereka berkata: “Kami telah tanda tunduk kepada pemerintahan lebih dahulu masuk Islam sebelum Anda”. Madinah. Ini menjadi bukti kebenaran Nabi SAW bersabda: “Kalian telah Nabi Muhammad SAW. berdusta, karena ada tiga hal yang menghalangi kalian masuk Islam, yaitu: Kunjungan Dakwah Kalian mengatakan bahwa Tuhan Dalam sirah dicatat, setelah Abu Thalib mempunyai anak; Kalian makan daging dan Khadijah wafat, kota Makkah semakin babi; dan kalian bersujud kepada patung”. tidak kondusif bagi aktivitas dakwah. Kedua orang Nasrani itu bertanya: “Kalau Rasulullah SAW kemudian berupaya begitu siapakah bapaknya Isa?”. Pada saat mencari lahan baru untuk dijadikan itu Rasulullah SAW tidak mengetahui basis dan pusat penyiaran Islam dengan 13


melakukan kunjungan dakwah ke Thaif. Beliau berharap dapat memperoleh dukungan dari penduduknya. Terlebih lagi di Thaif ada Bani Tsaqif yang merupakan kerabat ibunda Nabi. Selain itu Thaif juga merupakan daerah ekonomi yang potensial, mengingat ia adalah daerah pertanian dan banyak menyimpan sumber daya alam. Sehingga jika Thaif menjadi pusat dakwah, Rasulullah dan sahabatnya pasti mendapat kemudahan hidup yang sangat membantu mereka dalam menyebarkan dakwah yang tentu memerlukan banyak biaya. Thaif juga merupakan daerah yang strategis, berada di puncak gunung. Kondisi ini dapat melindungi siapa saja yang tinggal disana. Namun sayang, penduduk Thaif menolak mentah-mentah dakwah Nabi. bahkan mereka menyakiti dan menghinakan beliau. Akhirnya Nabi kembali lagi ke Makkah, dan dapat memasukinya setelah mendapat jiwar (suaka) dari salah seorang tokoh musyrikin Quraisy bernama Muth’im bin Adiy.

Dakwah dalam perayaan dan hari besar

(Madinah) dari suku Khazraj: As’ad bin Zurarah dan Auf bin Harits bin Rifa’ah bin Afra’ dari bani Najjar, Rafi’ bin Malik bin Al-Ajlan dari Bani Zuraiq, Quthbah bin Amir bin Hadidah dari Bani Salamah, Uqbah bin Amir bin Naby dari Bani Ubaid bin Ka’b, Jabir bin Abdullah bin Ri’ab dari Bani Ubaid bin Ghanm. Kepada mereka Rasulullah SAW menjelaskan hakikat Islam dan dakwahnya, mengajak mereka kepada Allah dan membacakan Al-Qur’an. Mereka kemudian saling berkata, “Demi Allah, kalian tahu sendiri, memang dia benarbenar seorang nabi seperti yang dikatakan orang-orang Yahudi. Janganlah mereka mendahului kalian. Segeralah memenuhi seruannya dan masuklah Islam!” Mereka pun berharap dakwah beliau ini bisa menjadi sebab untuk meredakan konflik yang kerap terjadi di Madinah antar suku Aus dan Khazraj. Sekembalinya ke Madinah, mereka membawa risalah Islam dan menyebarkannya di sana. Sehingga tidak ada satu rumah pun di Madinah melainkan sudah menyebut nama Muhammad Rasulullah.

Mengirim Mubaligh

Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Nabi Salah satu bentuk dakwah Nabi saw SAW pergi ke tempat-tempat musim adalah bi’tsatu du’at (pengiriman da’i). berkumpul orang-orang Arab, yaitu pasar Beliau mengutus Mush’ab bin Umair dan yang diadakan beberapa kali pada setiap Abdullah bin Ummi maktum ke Madinah tahun, misalnya Pasar Ukaz yang diadakan untuk mengajarkan Islam. Maka, penyiaran selama bulan Syawal, Pasar Majannah agama Islam di Madinah makin hari makin yang berlangsung sesudah bulan Syawal bertambah pesat kemajuannya. selama 20 hari. Selain itu selama musim haji diadakan perayaan di Pasar Zil Majaz. Pengokohan dan pembentukan Selain mendatangi pasar-pasar, Nabi saw struktur penyiapan basis massa juga mendatangi tempat-tempat suku pendukung Kindah, suku Bani Kalb, suku Bani Amir Pada tahun ke 13 dari nubuwah, tepatnya bin Sha’sha’ah, Muharib bin Khashafah, pada bulan Juni 622 M, lebih dari 70 Fazarah, Ghassan, Murrah, Hanifah, muslimin penduduk Yatsrib datang ke Sulaim, Bani Nashr, Bani Al-Bakka, Al- Makkah untuk melaksanakan haji. Mereka Harits bin Ka’b, Udzrah dan Hadramy. datang bersama rombongan haji dari Namun tak seorang pun di antara mereka kaumnya yang masih musyrik. Selama di yang memenuhi seruan beliau. perjalanan mereka saling bertanya-tanya, Namun pada musim haji tahun ke “Sampai kapan kita membiarkan Rasulullah 11 dari nubuwah, tepatnya pada bulan berkeliling, diusir dan dilanda ketakutan di Juli 620 M, dakwah Islam memperoleh gunung-gunung Makkah?” Setibanya di Makkah mereka diam-diam benih-benih yang baik. Suatu malam dengan ditemani Abu Bakar dan Ali, menjalin komunikasi dengan Rasulullah beliau menemui 6 orang pemuda Yatsrib dan bersepakat untuk bertemu di bukit 14

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


harakatuna Aqabah pada malam hari. Rasulullah SAW telah melihat dari mereka semangat, hasrat yang menggelora, keberanian, iman dan ketulusan dalam mengemban tanggung jawab. Karenanya beliau meminta mereka untuk berbai’at dalam rangka pengokohan dukungan kepada dakwah. Klausal baiat yang disampaikan Rasulullah adalah: 1. Untuk mendengar dan taat tatkala bersemangat maupun malas 2. Untuk menafkahkan harta (di jalan Allah) tatkala sulit maupun mudah 3. Untuk menyuruh mereka beramar ma’ruf nahi munkar 4. Untuk tegak berdiri karena Allah dan tidak merisaukan celaan orang yang suka mencela 5. Hendaklah kalian menolongku jika aku datang kepada kalian, melindungiku sebagaimana kalian melindungi diri, istri dan anak-anak kalian, dan bagi kalian adalah surga. Setelah itu Rasulullah SAW menetapkan dari mereka 12 orang naqib (ketua/ pemuka) yang bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan kalausal-klausal baiat itu pada kaumnya masing-masing. Mereka adalah As’ad bin Zurarah bin Ads, Sa’d bin Rabi bin Amr, Abdullah bin Rawahah bin Tsa’labah, Rafi’ bin Malik bin Al-Ajlan, Al-Barra’ bin Ma’rur bin Shahr, Abdullah bin Amr bin Haram, Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais, Sa’d bin Ubadah bin Dulaim, Al-Mundzir bin Amr bin Khunais, Usaid bin Hudhair bin Sammak, Sa’d bin Khaitsamah bin Al-Harits, Rifa’ah bin Abdul Mundzir bin Subair.

Bentrokan pertama antara muslimin dengan musyrikin terjadi di Nikhlah, yaitu antara kelompok ekspedisi Abdullah bin Jahsy dengan sebuah kafilah Quraisy.

Membangun daulah Islamiyah

Muhammad Al-Ghazaly dalam fiqhus sirah menyebutkan bahwa sejak Rasulullah tinggal menetap di Madinah, beliau sibuk mencurahkan perhatian untuk meletakkan dasar-dasar yang sangat diperlukan guna menegakkan tugas risalahnya, yaitu: 1. Memperkokoh hubungan umat Islam dengan Tuhan-nya. 2. Memperkokoh hubungan intern umat Islam, yaitu antara sesama kaum muslimin. 3. Mengatur hubungan antara umat Islam dengan kalangan non muslim. Ketiga hal itu diwujudkan Rasulullah SAW dengan: 1. Pembangunan masjid sebagai pusat dakwah dan ibadah. 2. Mempersaudarakan antara kaum anshor (muslimin Yatsrib) dan muhajirin (muslimin Makkah). 3. Penandatanganan Piagam Madinah

Jihad fi sabilillah

Bentuk aktivitas dakwah Rasulullah yang lain adalah jihad fi sabilillah. Awalnya Rasulullah mengirim beberapa ekspedisi kecil yang bertugas melakukan patroli di sekitar daerah gurun sahara yang berdekatan, sekaligus melakukan pengawasan terhadap lalu lintas kafilah yang bergerak dari Makkah ke Syam dan sebaliknya. Mereka mengamati keadaan berbagai kabilah yang tempat pemukimannya terpencar di sana-sini. Bentrokan pertama antara muslimin dengan musyrikin terjadi di Nikhlah, yaitu antara kelompok ekspedisi Abdullah bin Jahsy dengan sebuah kafilah Quraisy. Mulai saat itu Quraisy mulai sadar ancaman kaum muslimin terhadap kehidupan perekonomian mereka, karena hubungan dagang dengan Syam harus melalui daerah Madinah. Maka terjadilah peperangan demi peperangan: Badr, Uhud, Ahzab, dll.

15


Perjanjian Politik

Sebuah perjanjian politik yang dilakukan Nabi SAW dalam perjuangan dakwahnya adalah perjanjian Hudaibiyah. Berkenaan dengan momentum fenomenal ini turunlah firman Allah SWT: Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (QS. Al-Fath: 1). Perjanjian ini disebut sebagai ‘kemenangan yang nyata’ karena membawa keuntungan yang besar pada dakwah Islamiyah. Meskipun pada awalnya sebagian besar sahabat—diantaranya Umar dan Ali—merasa kecewa dengan isi perjajian itu karena dianggap merugikan ummat Islam, padahal dalam memutuskan isi perjanjian ini Rasulullah tidak mengajak berunding para sahabatnya dan sempat menimbulkan kegaduhan di antara sahabat Nabi sendiri, kecuali Abu Bakar AshShididdiq yang tetap mantap dengan segala isi perjanjian ini. Klausal perjanjian yang ditandatangani di tengah perjalan umroh ini diantaranya mengandung kesepakatan gencatan senjata selama 10 tahun dan kesepakatan kebebasan untuk melakukan koalisi dengan kabilah manapun.

Menyebar Surat-surat Dakwah

Perjanjian Hudaibiyah menjadi awal babak baru dakwah Islamiyah. Dikukuhkannya gencatan senjata memberikan kesempatan yang amat luas bagi kaum muslimin untuk menyebarluaskan Islam. Semangat mereka bertambah sekian kali lipat dalam aktivitas ini. Rasulullah SAW sendiri mulai melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir, diantaranya adalah surat kepada Najasyi raja Habasyah,

16

Muqauqis raja Mesir, Kisra raja Persia, Kaisar Romawi, Al-Mundzir bin Sawa pemimpin Bahrain, Haudzah bin Ali AlHanafy pemimpin Yamamah, Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassany pemimpin Damaskus, Jaifar dan Abd bin Al-Julunda pemimpin Uman. Dengan surat-surat itu Nabi SAW telah menyampaikan dakwah kepada sekian banyak raja di muka bumi. Di antara mereka ada yang beriman dan sebagian lain ada yang ingkar. Tapi setidaknya suratsurat tersebut telah berhasil memasygulkan pikiran orang-orang kafir dan membuat mereka mengenal nama beliau dan Islam. Demikianlah aktivitas, tindakan, metode, dan strategi dakwah Rasulullah SAW. Semoga menjadi inspirasi bagi kebangkitan dakwah di masa kini. Dakwah Tiada Henti!  Maraji: 1. Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury 2. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Moenawar Chalil 3. Sirah Nabawiyah, Prof. DR. Rawwas Qal’ahji 4. Fiqhus Sirah, Muhammad Al-Ghazaly

Dengan surat-surat itu Nabi SAW telah menyampaikan dakwah kepada sekian banyak raja di muka bumi. Di antara

mereka ada yang beriman dan sebagian lain ada yang ingkar.

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


tatsqif

M e n g e n a l

Sekul arisme Sekular berasal dari kata latin saeculum yang artinya zaman ini atau masa kini. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suatu kondisi ideal dimana masyarakat terbebas dari pengaturan pengendalian relijius dan pandangan-pandangan dunia metafisis.

D

alam kamus Advanced, Sekularisme disebut sebagai faham yang mempercayai bahwa kehidupan duniawi ini tidak mempunyai keterkaitan dengan ajaran agama atau lembaga keagamaan. Sedangkan sekularisasi adalah aksi untuk mewujudkan sekularisme, pembebasan manusia “pertama-tama dari agama dan kemudian metafisika yang mengatur nalar dan bahasanya” Itu berarti terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian relijius dan relijius semu, terhalau dari pandanganpandangan dunia tertutup, terpatahkannya semua mitos supranatural dan lambanglambang suci…”

1. Penidak-keramatan alam Pembebasan alam dari nuansa keagamaan (roh-roh animistis, dewa-dewa dan magic). Juga memisahkan alam dari Tuhan. Sehingga manusia boleh berbuat bebas terhadap alam, memanfaatkannya menurut kebutuhan-kebutuhan dan rencana-rencananya.

Komponen

3. Dekonsekrasi nilai-nilai Menurut kaum secular semua karyakarya budaya dan system nilai itu bersifat relatif, begitu pun agama.

Unsur-unsur yang melingkupi dimensi sekularisasi adalah:

2. Desakralisasi Politik Penghapusan legitimasi sacral kekuasaan politik. Artinya kaum secular tidak menghendaki munculnya pemimpin atau penguasa atas dasar anggapan ‘kekeramatan’ dan kesakralan. Jadi mereka menolak para pemimpin agama dan nabinabi.

17


Oleh: ibnu siraj

tatsqif Latar Belakang Sekularisi

Awal bergulirnya sekularisasi adalah akibat westernisasi (pembaratan) ajaran Nabi Isa. Sebagaimana diketahui pada awalnya ajaran Nabi Isa itu masih orisinil, yakni ajaran tauhid. Banyak orang tidak menyenanginya sehingga pengikut Nabi Isa selalu dikejar-kejar dan hidup tertekan mencapai rentang waktu 200 tahun lamanya. Dalam rentang waktu yang demikian panjang itulah ajaran Nabi Isa mengalami berbagai macam penyimpangan. Pada masa Kaisar Constantin (306-337 M) memerintah terdapat dua kubu pengikut Nabi Isa: (1) Pengikut Arius yang menolak faham Trinitas dan (2) Pengikut Athanasius yang mendukung faham Trinitas. Untuk mengambil jalan keluar dari pertentangan itu diadakanlah Konsili Nicea pada tahun 325 M. Tapi konsili ini diakhiri dengan voting dan Pengikut Arius dinyatakan kalah setelah sang Kaisar menyatakan mendukung pengikut Athanasius. Sejak itulah terjadi pembaratan ajaran Nabi Isa. Agama yang bersih itu kini telah tercemari oleh mitologi (ajaran dewadewa) Yunani. Semakin lama semakin jauh dari orisinalitasnya. Munculah dari agama yang tidak murni lagi itu bid’ah-bid’ah, misalnya munculnya tokoh-tokoh atau pemimpin-pemimpin agama yang menguasai masyarakat atas dasar legitimasi sacral. Atau munculnya pemimpin agama—dengan tanpa pijakan yang jelas—bersikap otoriter menentukan kebenaran. Al-Qur’an merekam kondisi ini dalam surat At-Taubah ayat 31,

ْ ْ ً ْ ْ ‫ه ورهب‬ ‫اتخذوا أحب‬ ِ ‫الل‬ َ‫ون ّه‬ ُ َ‫ار مُ َ ُ ْ َ ه‬ ِ ‫انم َأر َبابا ِمن ُد‬ َ َ ْ َ ُ َ َّ ً ْ ‫والمسيح‬ ‫ابن م ْر‬ ‫اح ًدا‬ ِ ‫ي َو َما أُ ِم ُروا ِإ ّاَل لِ َي ْع ُب ُدوا ِإ َلا َو‬ َ َ‫َ ْ َ ِ َ َ َ م‬ ٰ‫ه‬ ۖ ٰ‫ه‬ ْ ‫ون‬ َ َ ‫اَل ِإ‬ َ ‫ل ِإ ّاَل ُه َو ۚ ُسب َح‬ َ ‫ش ُك‬ ِ ْ‫ان ُه َع َّما ي ُ ر‬ “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain

Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Maksud dari “menjadikan orangorang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” adalah mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahibrahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal. Dalam sejarah kita ketahui bagaimana kalangan gereja mempertahankan kebenaran tindakannya membakar para saintis penganut heliosentris, seperti Copernicus dan Bruno. Agamawan Kristen pada saat itu seolah-olah menganggap teori Geosentris yang disampaikan Ptolomeus sebagai wahyu suci yang tidak boleh berubah. Inilah yang membangkitkan semangat sekularisasi di dunia Barat. Dari latar belakang histories semacam inilah mereka beranggapan bahwa agama harus dipisahkan dari urusan kekuasaan bahkan harus dipisahkan dari kehidupan. Namun yang dianggap menjadi tonggak sejarah muncul dan berhasilnya gerakan sekularisasi adalah Revolusi Perancis (1789 M). Sejak saat itu mulailah bermunculan kaum intelektual secular yang ide-idenya menjungkirbalikkan nilai-nilai keagamaan, seperti: Spinoza, Darwin, Nietzhe, Durkheim, Freud, Marx.

Sekularisasi di dunia Islam

Dari uraian di atas kita mengetahui bahwa bagi Barat, kemunculan sekularisasi merupakan realitas sejarah dan sebuah proses panjang guna menggapai sistem kehidupan yang dianggap mapan.

Dalam sejarah kita ketahui bagaimana kalangan gereja mempertahankan kebenaran tindakannya membakar para saintis penganut heliosentris, seperti

Copernicus dan Bruno.

18

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


Orientalis datang untuk melakukan penelitian tentang bangsa-bangsa Timur demi kepentingan tuannya. Akan tetapi menurut Ali Juraisah, sekularisasi di dunia Islam merupakan produk dari system penjajahan politik dan pendidikan. Sekularisme menyebar ke dalam tubuh ummat Islam melalui beberapa media: 1. Imperialisme dan Kolonialisme Ketika persekutuan raja-raja Kristen di Eropa berhasil mengalahkan kaum muslim di Andalusia dan kaum Moor (muslimin Afrika Utara), mereka kemudian mengirim delegasi dan pasukan penjajah ke seluruh kawasan yang dikuasai oleh ummat Islam. Ketika mereka mengirim tentara ke Asia Tenggara (Malasysia, Indonesia, dan Filifina), mereka berangkat dengan semangat menumpas kaum Moro (Muslim). Di beberapa daerah jajahannya mereka berhasil menggusur penerapan hukum Islam dan menggantinya dengan hukum Barat dan menundukkan pola pikir dan pola hidup ummat ke bawah system Barat yang sekuler itu. 2. Kristenisasi Pada setiap ekspedisi kolonialisasi, di antara para prajurit selalu terdapat pendeta-pendeta Kristen misionaris. Dengan tersebarnya ajaran Kristen langkah-langkah awal menuju sekularisasi agama Islam menemukan jalannya. 3. Orientalisme dan pengiriman mahasiswa muslim untuk belajar di dunia Kristen Orientalis datang untuk melakukan penelitian tentang bangsa-bangsa Timur demi kepentingan tuannya, sehingga memudahkan proses penjajahan, pembaratan dan sekularisasi. Sedangkan melalui pengiriman mahasiswa mereka berupaya menanamkan ideologi sekuler melalui materi dan metodologi kajian khas Barat.

Ciri-ciri Sekularisme

1. Meyakini bahwa nilai-nilai Islam harus dibedakan dari nilai-nilai kehidupan

dunia dalam seluruh aspeknya 2. Menganggap bahwa segala institusi politik yang ada pada peradaban kaum muslimin masa lampau adalah cerminan dan tradisi, tidak berhubungan nilai-nilai syar’i. 3. Penerapan syariat Islam akan merugikan pemeluk agama non Islam dan karenanya menjadi ancaman bagi persatuan. 4. Menganggap bahwa syariat Islam itu terbelakang, primitif dan ketinggalan zaman. 5. Mengambil ajaran Islam melalui prinsip pragmatisme dan utilitarianisme. 6. Menyebarkan faham-faham keraguan terhadap Islam untuk kepentingan politiknya sendiri. 7. M e n g g a y a n g g e r a k a n - g e r a k a n kebangkitan Islam dengan berbagai cara.

Islam Versus Sekularisme 1. Penidak-keramatan Alam Jika yang dimaksud dengan pengertian Penidak-keramatan itu adalah mencampakkan ketakhayulan, kepercayaan animistis dan magis serta tuhan-tuhan palsu dari alam, maka ini adalah sejalan dengan Islam. 2. Desakralisasi Politik Desakralisasi politik telah dikenal sejak awal dan dimulai dengan Islam itu sendiri. Karena Islam itu didasarkan atas kekuasaan Tuhan dan otoritas suci Nabi Muhammad yang tak lain berasal dari otoritas Ilahi itu sendiri. Kesetiaan, kepatuhan, dan loyalitas mereka yang sesungguhnya adalah kepada Allah dan kepada Nabi-Nya tanpa menyertakan yang lainnya (lihat 3: 79-80, 9: 31, dan 6: 57). 3. Dekonsekrasi Nilai-nilai Islam menolak secara total ‘dekonsekrasi nilai-nilai’ disematkan kepada ajaran Islam. Di dalam Islam tidak akan dijumpai proses “evolusi nilai-nilai’ atau ‘relativisasi nilainilai’ (lihat QS. 5: 3). 19


Lintasan Sejarah

Israel & Palestina K Bagian Kedua

onflik Israel dan Palestina sesungguhnya berawal dari persekongkolan antara kaum imperialis Barat dengan bangsa Yahudi Zionis lebih dari setengah abad yang lalu, mereka bahu membahu sekuat tenaga merampas tanah Palestina dengan klaim-klaim agamis maupun historis. Padahal peristiwa panjang ribuan tahun yang terjadi di atas bumi para nabi ini memperlihatkan bahwa bangsa Palestina adalah pewaris sah tanah Palestina, baik dilihat dari aspek agamis maupun aspek historis. Sejarah Israel dan Palestina menjadi menarik untuk dicermati karena dapat menguak tentang lemahnya klaim Yahudi atas ‘tanah yang dijanjikan’. Selain itu sejarah ini akan menyadarkan umat Islam tentang pertarungan antara al-haq dengan al-bathil yang akan senantiasa terjadi sepanjang waktu. Untuk itu umat Islam dituntut untuk terus memupuk persatuan dan rasa persaudaraan di antara mereka.

Zionisme: Tonggak Berdirinya Negara Israel

Istilah Zionisme berasal dari akar kata Zion (nama bukit tempat dibangunnya baitul maqdis) yang pada masa awal sejarah Yahudi menjadi sinonim dengan penyebutan untuk kota Yerusalem. Kata ini mempunyai arti khusus bagi orang Yahudi terutama sejak terjadinya penghancuran Baitul Maqdis, untuk mengekspresikan kerinduan memiliki sebuah tanah air. Tahun 1896 M, di Berlin Theodore Hertzel menerbitkan sebuah buku berjudul Negara Yahudi yang berisi seruan agar orang Yahudi yang bertebaran di manamana bertemu. Maka pada 29 Oktober – 11 Nopember 1897, di kota Pall, Swiss, diselenggarakanlah Konferensi Zionisme Internasional pertama 20

yang merekomendasikan berdirinya Negara Yahudi di Palestina. H e r t z l begitu piawai mengembangkan ideologi zionisme, karena ia sangat menguasai senjata terpenting abad 20, yakni media massa, lobi, dan public relations. Dalam Theodore Herzl rangka merebut pengaruh, Hertzel beraudiensi dengan Paus di Roma, dengan Kaisar Wilhelm di Jerman, dengan Ratu Victoria di Inggris, atau bahkan dengan Sultan Turki di Istambul. Hertzel menemui Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Islam waktu itu. Mereka menawarkan berbagai tawaran yang menggiurkan kepada sultan asalkan mengizinkan bangsa Yahudi menetap di Yerusalem. Ada tiga rayuan yang disampaikan Hertzel: 1. Yahudi menawarkan 120 juta frank Swiss untuk digunakan membangun armada laut kekhalifahan Turki. 2. Yahudi siap melunasi hutang-hutang luar negeri Kesultanan Turki. 3. Yahudi siap memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta lira emas Tawaran manis itu ditolak mentahmentah oleh Sultan Abdul Hamid, karena beliau mengetahui rencana sesungguhnya di balik tawaran beracun itu. Bahkan menurut

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


lamhah tarikhkhyiyyah beberapa catatan, Sultan sampai meludahi wajah Hertzel. Hertzel pun mampu memobilisir dana dari para hartawan Yahudi seperti Moses Hess atau Baron de Rothchilds di London. Selain itu, setiap cabang gerakan Zionis di berbagai penjuru dunia selalu dianjurkan untuk menerbitkan koran atau majalah yang memuat artikel mengenai perjuangan mereka. Mereka mencoba menyebarkan citra dan opini positif mengenai gerakan zionisme.

Studio Film MGM

Sementara itu di Hollywood tiga serangkai Yahudi Melvyn, Goodwyn dan Meyer mendirikan studio film MGM yang terkenal itu. Tokoh lain, Adolfh Zuckor, merupakan pionir terpenting perkembangan industri film Amerika Serikat yang kini menguasai dunia. Dengan peranan mereka sebagai perintis industri, maka tidak aneh jika sutradara, bintang film, bisnismen maupun produser film Hollywood sebagian besar berasal dari kalangan Yahudi. Saat ini diantaranya David Geffen, Steven Spielberg dan Jeffry Katzenberg bersama-sama membentuk studio baru “Dreamworks”, merupakan pendukung setia zionisme. Berkat lobi-lobi dan pembentukan opini yang intens, maka pada 9 Mei 1916, terwujudlah persetujuan “SykesPicot” antara Perancis dan Inggris yang berisi pembagian wilayah-wilayah kekuasaan Usmani yang berhasil mereka rebut, Palestina kemudian

diletakkan di bawah mandat Inggris. Usaha untuk menghancurkan kekhalifahan Utsmani dan merampas tanah Palestina juga dilakukan dengan menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Muslim. Di dalam hal ini peranan Inggris amatlah penting. Kepada Syarif Husein, Penguasa Mekkah saat itu, pemerintah Inggris menjanjikan kemerdekaan bagi negara-negara Arab dan berdirinya Khilafah Islamiyah Arabiyah yang dipimpin tokoh Mekkah atau Madinah, bila berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah dari dalam. Pada 10 Juni 1916 Syarif Husein memproklamasikan pemberontakan Arab terhadap kekuasaan Khalifah Turki Utsmani. Tapi ternyata Inggris mengkhianati janjinya, bahkan yang terjadi adalah wilayah Arab dibagibagi menjadi negara-negara kecil dan Syarif Husein sendiri dibuang ke Syprus. Pada 2 Nopember 1917 lahir apa yang disebut perjanjian Balfour yang menyatakan Inggris akan berusaha keras mewujudkan cita-cita berdirinya negara nasional Yahudi di Palestina. Perjanjian Balfour tersebut kemudian diperkuat oleh keputusan Majelis Umum PBB pada 24 Juli 1922 yang melegalisasi mandat Inggris atas Palestina. Orang-orang Yahudi dari berbagai negara mulai bergerak menduduki Yerusalem (Al-Quds) pada tahun 1929. Pada tahun ini kaum Muslimin Palestina menyelenggarakan pertemuan besar untuk mendukung berdirinya Badan Pembela Masjid Al-Aqsha. Pada musim panas tahun yang sama orang-orang Yahudi melancarkan demonstrasi pamer kekuatan, yang kemudian dibalas dengan demonstrasi tandingan kaum Muslimin yang lebih besar. Suasana di Al-Quds memanas, puncaknya adalah pecahnya bentrokan antara kaum Muslimin yang tidak bersenjata dengan kaum Yahudi yang dipersenjatai

Masjidil Aqsho, Palestina 21


lamhah tarikhkhyiyyah Inggris. Peristiwa ini disusul dengan bentrokan-bentrokan lain dan penangkapan besar-besaran penduduk Palestina oleh Inggris. Pada 23 Agustus 1929 meletuslah perlawanan yang dikenal dengan Revolusi Buraq. Inggris segera mematahkannya, pada 17 Juni 1930, Gubernur Jenderal Inggris di Palestina menghukum gantung 3 pejuang Palestina yang terlibat perlawanan tersebut. Namun hal ini tidak membuat perlawanan kaum Muslimin berhenti, pada 25 Nopember 1935, Izzudin Al-Qassam dengan beberapa rekannya menemui syahadah setelah pertempuran hebat melawan Inggris di Junain. Selain perlawanan bersenjata, bangsa Palestina pun melawan dengan cara melaksanakan pemogokan menyeluruh di Palestina selama kurang lebih 6 bulan sebagai bentuk protes dipersenjatainya Yahudi oleh Inggris. Tetapi pemogokan ini berhenti setelah adanya campur tangan beberapa pemimpin Arab atas desakan Inggris, teman sepersekongkolan mereka. Pada 15 Mei 1947 Majelis Umum PBB membentuk Komisi Khusus untuk urusan Palestina. Komisi Khusus ini menyelesaikan tugasnya pada bulan Agustus 1947 dan

22

menghasilkan sejumlah laporan, antara lain berisi pentingnya Yahudi mempunyai satu negara di Palestina dan mengamankan nasib imigran Yahudi yang semakin bertambah. Sedangkan masalah Arab, menurut komisi ini perlu didirikan sebuah negara Arab Palestina merdeka. Pada 29 Nopember 1947 Majelis Umum PBB mengeluarkan keputusan No. 181 tentang pembagian Palestina berdasarkan hasil penelitian Komisi Khusus untuk urusan Palestina. Sejak 10 Februari 1948 penguasa Inggris mulai mengukur beberapa daerah dan menyerahkan bumi Palestina kepada orang Arab dan Yahudi sebagai pelaksanaan keputusan PBB. Akibat pembagian wilayah tersebut seluruh kaum muslimin Palestina melancarkan demonstrasi dan penolakan serta bantahan terhadap hasil penelitian internasional PBB tersebut. Demonstrasi-demonstrasi serupa dilancarkan di Mesir, Suria, Libanon dan negara-negara Arab lainnya. Sementara itu, bentrokan-bentrokan keras terus terjadi. Pada bulan Maret 1948 Dewan Keamanan PBB bersidang untuk mempelajari situasi dan menyerukan supaya PBB meletakkan Palestina di bawah perwalian PBB sementara dan

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


Penjajahan Yahudi atas Palestina didasari klaim-

klaim serta mitosmitos relijius dan historis.

menghentikan rencana pembagian Palestina. Tapi, tanggal 15 Mei 1948, Yahudi malah memproklamasikan negara Israel. Sekaligus juga tanda berakhirnya mandat Inggris. Esoknya, 16 Mei 1948, pasukan Arab (Mesir, Suriah, Iraq, Yordania, dan Libanon) memasuki Palestina, namun tanpa kekuatan dan perlawanan yang berarti, kecuali 10.000 pasukan relawan Organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dikirim pemimpinnya, Hasan Al-Banna untuk membebaskan Palestina. Kehadiran pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun ini bukan hanya menggetarkan Israel, tapi juga menimbulkan kekhawatiran negara-negara Arab. Mereka khawatir, kemenangan dan keperwiraan pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun bukan saja berdampak di Palestina, tapi juga di negara-negara Arab. Mereka tidak mau kehilangan pengaruh di tengah-tengah rakyatnya. Akhirnya negara-negara Arab berkomplot untuk memusnahkan pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun. Atas desakan Inggris pasukan Al-Ikhwan AlMuslimun akhirnya ditarik mundur oleh Mesir, selanjutnya para aktivisnya dijebloskan ke penjara dengan tuduhan akan merencanakan kudeta militer. Perang ini akhirnya dimenangkan Yahudi dan mengakibatkan kekalahan besar bagi bangsa Arab. Akan tetapi perlawanan terhadap Yahudi tidak berhenti dan tidak akan pernah berhenti. Perlawanan tersebut saat ini diantaranya dimotori oleh Harakah Muqawwamah Al-Islamiyah (HAMAS) yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Yasin (alm) pada hari Selasa, 15 Desember 1987, yang juga merupakan salah satu sayap organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun di Palestina.

Klaim-klaim Yahudi atas Palestina

Penjajahan Yahudi atas Palestina didasari klaim-klaim serta mitos-mitos relijius dan historis. Secara relijius mereka menganggap bahwa Allah telah menjadikan Palestina sebagai “Tanah yang dijanjikan�. Sedangkan relasi historis mereka dengan Palestina, adalah karena mereka pernah berkuasa, bermukim disana dan punya hubungan psikis dan spiritual dengan negeri ini. Akan tetapi kaum muslimin tetap konsisten pada pendirian bahwa Yahudi tidak berhak sama sekali atas negeri ini. Alasannya adalah, pertama, dari sudut pandang agama, wilayah ini diberikan pada bangsa Yahudi di saat mereka menjunjung tinggi bendera tauhid dengan penuh konsisten di bawah kepemimpinan para rasul dan pemuka agama mereka. Adapun apabila mereka melenceng dari kebenaran dan berupaya mendistorsinya, bahkan membunuhi para Nabi serta membuat keonaran di muka bumi, hilanglah keabsahan relijius yang mereka klaimkan. Yang berhak atas negeri ini justru adalah kaum Muslimin, karena mereka adalah pewaris panji tauhid. Jadi, persoalannya tidak terkait dengan bangsa, keturunan, dan nasionalisme. Namun erat hubungannya dengan persoalan ikut tidaknya seseorang dengan ajaran tauhid. Allah memberitahu Ibrahim bahwa 23


keimanan dan kepemimpinannya tidak dapat dipegang oleh mereka yang zalim dari keturunan dan anak cucunya. Karena, sekali lagi, persoalannya terkait dengan konsistensi terhadap manhaj dan ajaran Allah. Kalau persoalannya adalah masalah garis keturunan, maka Bani Israel tidak berhak mengklaim bahwa mereka adalah satu-satunya yang berhak atas kepemimpinan. Pasalnya, Ismail as dan keturunannya pun berhak atas janji yang diberikan pada Ibrahim. Alasan kedua, menanggapi klaim dari sisi historis, maka sesungguhnya pemerintahan Bani Israel di Palestina sangatlah singkat yang tidak lebih dari 4 abad di sebagian wilayah Palestina dan bukan seluruhnya. Sedangkan pemerintahan Islam berlangsung disana selama 12 abad (636-1917 M) yang sempat dijeda oleh peperangan Salib untuk beberapa masa. Selain itu sebagian besar bangsa Yahudi telah meninggalkan wilayah Palestina, dan terputus kontak mereka dengan negeri ini selama 18 abad (sejak 135 M hinga abad 20), sedangkan penduduk pribumi asli Palestina asli—yang kemudian masuk Islam—belum pernah meninggalkan negeri ini selama 4500 tahun yang lalu hingga tiba waktu pendeportasian besar-besaran yang dilakukan para kriminal Zionis pada tahun 1948 M. Satu hal lagi, sesungguhnya lebih dari 80% Yahudi di zaman ini tidak jelas hubungannya sama sekali dengan Bani Israel, baik keturunan maupun sejarah. Hal itu karena sebagian besar Yahudi kontemporer adalah bangsa Yahudi Khazar yang berasal dari kabilah Tatar, Turki kuno yang berdiam di wilayah Kokaz dataran tinggi Georgia (selatan Rusia). Mereka berkonversi dengan Yahudi pada

abad 8 SM di bawah pimpinan rajanya Bolan.Tahun 740 M saat kerajaan mereka runtuh, tersebarlah mereka ke berbagai penjuru Rusia dan timur Eropa. Mereka kemudian disebut Yahudi Askhenazi. Golongan Yahudi ini adalah penganut sekte sesat Qabalisme. Golongan yang lain adalah Yahudi Sephardim, berasal dari kerajaan Yahuda yang berpegang pada Taurat Musa, saat ini mereka paling menderita akibat berkembangnya gerakan zionis. Mereka akhirnya terusir dari kampung halamannya di berbagai negara Arab. Ketika beremigrasi ke Israel pun mereka menjadi warga negara kelas dua dan mendapat perlakuan diskriminatif dari Yahudi Askhenazi yang menguasai politik dan ekonomi negara. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Israel pada bangsa Palestina adalah murni tindakan kriminal. Dan tidak pantas bagi kita masyarakat dunia, khususnya kaum muslimin, diam seribu bahasa. Maroji: 1. Hakim, Agus. 1989. Perbandingan Agama. Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan 2. Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, Sikh. Bandung: CV. Dipenogoro 3. Hafidh, ’Ali. 1998. Beberapa Bagian dari Sejarah Madinah. Jeddah: King Fahd 4. National Library 5. Katz & Friends, Prof. Jacob. 1997. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme. 6. Surabaya: Pustaka Progressive 7. Kelompok Studi dan Pencinta Dunia Islam. 1989. Inthifadhah: Gerakan Perlawanan 8. Islam Palestina. Jakarta 9. Maulani, Z. A. 2002. Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia. Jakarta: Daseta 10. Shaleh, DR. Muhsin Muhammad. 2002. Palestina: Sejarah, Perkembangan, dan 11. Konspirasi. Jakarta: Gema Insani Press.

...sesungguhnya lebih dari 80% Yahudi di zaman ini tidak jelas hubungannya sama sekali dengan Bani Israel, baik keturunan

maupun sejarah

24

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


25


fiqh

Lahirnya Mazhab-mazhab Fiqh

M

Oleh: ibnu siroj

enurut Abdul Wahhab Khallaf, lahirnya mazhabmazhab fiqh dipengaruhi oleh tiga faktor: (1) Perbedaan dalam penentuan sumber-sumber tasyri’, (2) Perbedaan dalam pembentukan hukum, dan (3) Perbedaan dalam sebagian prinsip-prinsip bahasa yang diterapkan dalam memahami nash-nash. Perbedaan dalam penentuan sumbersumber tasyri’ Pertama, perbedaan dalam ke-tsiqahan terhadap suatu hadits dan perbedaan pertimbangan yang digunakan dalam mentarjih (menguatkan) suatu riwayat atas riwayat yang lain. Ke-tsiqah-an para ulama terhadap hadits didasarkan pada kepercayaan pada rawirawinya (periwayat hadits) dan kepercayaan pada teknis (kaifiyat) periwayatannya. Contoh: Mujtahid Iraq, yakni Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya, berhujjah dengan hadits-hadits mutawatir dan masyhur, serta merajihkan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh perawi-perawi terpercaya

dari kalangan ahli-ahli fiqh. Sedangkan Mujtahid Madinah, yakni Imam Malik dan sahabat-sahabatnya merajihkan apa yang menjadi pendapat penduduk Madinah dan meninggalkan semua hadits ahad yang berbeda dengannya.Sementara mujtahid yang lain berhujjah dengan segala macam hadits yang diriwayatkan oleh perawiperawi yang adil dan terpercaya, baik dari kalangan ahli fiqh atau yang lainnya. Kedua, perbedaan dalam menilai fatwafatwa sahabat. Abu Hanifah dan para pengikutnya berpedoman pada fatwafatwa sahabat tersebut secara keseluruhan. Sedangkan Asy-Syafi’i menganggap bahwa fatwa-fatwa sahabat tersebut adalah produk ijtihad yang tidak ma’shum (terpelihara dari kekeliruan). Maka boleh mengambilnya atau berbeda dengan fatwa-fatwa mereka. Ketiga, perbedaan dalam masalah qiyas sebagai tasyri’. Kalangan Syi’ah dan Dhohiriyah tidak membenarkan berhujjah dengan qiyas, dan tidak mengganggap qiyas sebagai sumber tasyri’. Sedangkan mayoritas mujtahid berpendapat sebaliknya.

Tabel 1. Contoh kasus perbedaan pendapat Ahli Hadits dan Ahli Ra’yi Kasus

Pendapat Ahli Hadits (Fuqaha Hijaz)

Pendapat Ahli Ra’yi (Fuqaha Irak)

Zakat 40 ekor kambing adalah 1 ekor kambing

Harus membayar zakatnya dengan wujud satu ekor kambing sesuai yang diterangkan hadits dan dianggap belum memjalankan kewajiban apabila dibayar dengan harga yang senilai.

Muzaki wajib membayar zakatnya itu dengan 1 ekor kambing atau dengan harga yang senilai dengan seekor kambing.

Zakat fitrah itu 1 sha’ tamar (kurma) atau sya’ir (gandum)

Harus membayar zakatnya dengan 1 sha’ tamar sesuai yang diterangkan hadits dan dianggap belum memjalankan kewajiban apabila dibayar dengan harga yang senilai.

Muzaki wajib membayar zakat fitrah itu dengan 1 sha’ tamar atau dengan harga yang senilai dengan 1 sha’ tamar tersebut

Mengembalikan kambing yang terlanjur diperas air susunya, harus dikembalikan dengan denda 1 sha’ tamar

Harus menggantinya dengan membayar 1 sha tamar sesuai yang diterangkan hadits dan dianggap belum memjalankan kewajiban apabila dibayar dengan harga yang senilai.

Menggantinya dengan harga yang senilai dengan ukuran air susu yang diperas berarti telai menunaikan kewajiban.

26

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


Tabel 2. Sebab-sebab terpenting ikhtilaf antar Ahli Hadits dan Ahli Ra’yi Realita yang dihadapi Ahli Hadits

Realita yang dihadapi Ahli Ra’yi

Memiliki kekayaan atsar-atsar (hadits dan fatwa sahabat) yang dapat digunakan dalam membentuk hukum-hukum dan dijadikan sandaran

Tidak memiliki kekayaan atsar sehingga berpegangan atas akal mereka, berijtihad untuk memahami ma’qulnya nash dan sebabsebab pembentukan hukum. Dalam hal ini mereka mengikuti guru mereka Abdullah ibn Mas’ud ra.

Menghadapi realita masyarakat yang cenderung homogen tanpa terjadinya hal-hal yang berpengaruh pada sumber-sumber tasyri’.

Menghadapi realita terjadinya fitnah yang membawa pada pemalsuan dan pengubahan hadits-hadits. Karenanya mereka sangat hati-hati dalam menerima riwayat hadits, mereka menetapkan bahwa hadits haruslah masyhur di kalangan fuqaha’.

Muamalat, aturan, dan tata tertib yang ada di Hijaz sangat dipengaruhi oleh generasi-generasi Islam terdahulu yang memang tinggal di daerah tersebut.

Kekuasaan Persia banyak meninggalkan aneka ragam bentuk muamalat dan adat kebiasaan, serta aturan tata tertib, maka lapangan ijtihad menjadi demikian luas di Irak. Para ulama biasa melakukan pembahasan dan menuangkan pemikiran.

Perbedaan dalam pembentukan hukum Para mujtahid terbagi menjadi 2 kelompok: 1. Ahli Hadits Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ulama-ulama Hijaz, mereka mencurahkan diri untuk menghafal haditshadits dan fatwa-fatwa sahabat, kemudian mengarahkan pembentukan hukum atas dasar pemahaman terhadap haditshadits dan fatwa-fatwa tersebut. Mereka cenderung menjauhi berijtihad dengan ‘pendapat’ dan tidak menggunakannya kecuali dalam keadaan sangat darurat. 2. Ahli Ra’yi Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah mujtahid-mujtahid Irak. Mereka memiliki pandangan yang jauh tentang maksud-maksud syariat. Mereka tidak mau menjauhi ‘pendapat’ karena pertimbangan keluasan ijtihad, dan mereka menjadikan ‘pendapat’ sebagai lapangan luas dalam sebagian besar pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan pembentukan hukum. Akan tetapi pembagian ini tidak berarti bahwa fuqaha Irak tidak menggunakan hadits dalam pembentukan hukum, dan juga tidak berarti bahwa fuqaha Hijaz tidak berijtihad dan menggunakan ra’yu. Karena kedua kelompok ini—rahimahumullah— pada dasarnya sepakat bahwa hadits adalah hujjah syar’iyyah yang menentukan dan

ijtihad dengan ra’yu, yakni dengan qiyas, adalah juga hujjah syar’iyyah bagi hal-hal yang tidak ada nashnya. (Lihat Tabel 1) Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui bahwa Ahli Hadits memahami nash-nash ini menurut apa yang ditunjuk oleh ibarat-ibaratnya secara lahiri, dan mereka tidak membahas illat tasyri (sebab disyariatkan). Sedangkan Ahli Ra’yi memahami nash-nash tersebut menurut maknanya dan maksud disyariatkannya oleh Sang Pembuat Syariat, Allah SWT. (Tabel 2) Perbedaan dalam sebagian prinsipprinsip bahasa yang diterapkan dalam memahami nash-nash. Misalnya fuqaha berbeda pendapat tentang kata ‘quru’ dalam ayat 228 surat Al-Baqarah: “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menunggu tiga kali quru’…” Kata ‘quru’ adalah lafaz musytarak (mempunyai arti lebih dari satu) yang bisa berarti suci atau bisa berarti haid. Sebagian ulama Hijaz berpendapat bahwa iddahnya wanita yang ditalak adalah 3 kali suci. Sedangkan ulama-ulama Irak berpendapat bahwa iddah wanita yang ditalak adalah tiga kali haid. Contoh lain adalah perbedaan pendapat tentang kata ‘aulaamastumunnisaa-a..’ dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 43. Sebagian ulama memahami kata itu dengan makna hakiki yaitu: ‘menyentuh wanita’. Sedangkan sebagian yang lain 27


memahami kata itu dengan makna majazi yaitu: ‘menyetubuhi wanita’.

Aisyah memberitahukan bahwa Rasulullah menyatakan hal yang sebaliknya.

Perbedaan pendapat di kalangan para sahabat Pada masa Nabi masih hidup seluruh permasalahan tasyri’ kembali pada beliau. Oleh karena itu perbedaan pendapat lebih mudah dipertemukan. Mereka memahami dan puas atas apa yang diputuskan bagi mereka. Jika ada yang kurang mereka fahami maka Nabi yang akan menjelaskannya. Sampai disana selesailah permasalahannya. Setelah Rasulullah wafat, para sahabat tinggal berpencar di beberapa negeri yang berjauhan dan mereka menjadi panutan masyarakat setempat. Sementara itu permasalahan semakin berkembang, dan merekalah yang menjadi tumpuan pertanyaan. Mereka pun menjawab sesuai dengan hafalan dan kemampuan istinbath mereka. Seandainya jawaban mereka itu belum memenuhi harapan, maka mereka berijtihad dan berusaha mengetahui illat yang dijadikan pertimbangan Rasulullah dalam menentukan hukum melalui penelaahan beberapa hadits. Perbedaan pendapat di kalangan sahabat timbul diantaranya disebabkan hal-hal berikut: Pertama, seorang sahabat mendengar suatu putusan atau fatwa hukum, sedangkan yang lain tidak, sehingga mereka berijtihad. Ijtihadnya ada beberapa kemungkinan:

c. Hadits yang ada tidak dianggap kuat, maka ijtihadnya tidak ditinggalkan Umar bin Khattab berpendapat bahwa tayamum itu tidak mencukupi bagi orang junub yang tidak menemukan air. Lalu Ammar menyampaikan kepadanya hadits Nabi yang menyatakan bahwa tayamum sudah mencukupi. Tapi Umar tidak segera menerima hadits itu sebagai hujjah sampai hadits itu menjadi masyhur dari beberapa jalur sanad, lalu orang pun banyak menggunakannya.

a. Ijtihadnya sesuai dengan hadits Ibnu Mas’ud pernah memutuskan perkara wanita yang ditinggal mati suaminya yang belum menentukan jumlah maharnya. Beliau memutuskan perkara itu dengan ra’yunya karena tidak mendapatkan keterangan dari hadits. Keputusannya tersebut ternyata dikuatkan oleh Ma’qil Ibn Yasr yang bersaksi bahwa Rasulullah pun pernah memutuskan hal yang sama. b. Ijtihadnya diralat karena ditemukan hadits Abu Hurairah pernah berpendapat bahwa orang yang junub pada pagi hari di bulan Ramadhan tidak wajib berpuasa. Pendapat itu kemudian diralatnya setelah 28

d. Tidak ada hadits yang didengar sama sekali Ibnu Umar menyuruh para wanita agar mandi dengan menguraikan rambutnya. Tapi Aisyah menyangkalnya. Kedua, mereka melihat Rasulullah melakukan sesuatu, sebagian menganggapnya sebagai suatu bentuk qurbah (ibadah) sementara sebagian yang lain menganggapnya sebagai ibahah (kebolehan). Jumhur berpendapat bahwa lari-lari kecil ketika thawaf adalah sunnah. Tapi Ibnu Abbas berpendapat bahwa tindakan tersebut adalah karena pengaruh ekstern, yaitu untuk menanggapi perkataan orang musyrikin yang mengatakan bahwa kaum muslimin terhinggapi penyakit panas Yatsrib. Ketiga, perbedaan karena salah faham Ibnu Abbas menceritakan bahwa ketika perjalanan haji Rasulullah sampai di masjid Dzulkhulaifah, beliau shalat dua rakaat. Disitulah Allah mulai mewajibkan haji. Kemudian beliau berihram. Hal itu terdengar oleh para sahabatnya dan dihafalkannya. Setelah itu beliau naik unta, ketika unta itu bangkit dan mulai melangkah beliau kemudian bertalbiyah. Hal ini pun disaksikan oleh sebagian sahabat yang berdatangan berkelompokkelompok, mereka kemudian mengatakan bahwa Rasulullah bertalbiyah ketika beliau beranjak ke arah tujuannya. Ketika Nabi sampai di puncak Al-Baida’ beliau masih bertalbiyah. Hal itu diketahui sahabat lain yang kemudian mengatakan bahwa Nabi Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


fiqh bertalbiyah ketika sampai di puncak AlBaida’. Keempat, perbedaan karena lupa Ibnu Umar pernah berkata bahwa Rasulullah pernah mengerjakan ibadah umrah pada bulan Rajab. Aisyah mendengar itu, lalu mengatakan bahwa Ibnu Umar lupa. Kelima, perbedaan penalaran Ibnu Umar pernah menyampaikan hadits Rasulullah bahwa seorang mayat disiksa oleh sebab tangis dan ratap keluarganya. Aisyah kemudian meralatnya bahwa yang dikatakan Nabi bukan bermaksud seperti itu. Menurut Aisyah Nabi bersabda: “Keluarganya menangisinya, padahal ia sedang disiksa di dalam kuburnya.” Ibnu Umar mengira bahwa siksaan tersebut disebabkan oleh tangisan keluarganya. Keenam, perbedaan dalam memahami

illat hokum Seperti tentang berdirinya Nabi ketika ada jenazah yang lewat. Sebagian berpendapat bahwa itu karena penghormatan beliau. Sebagian lagi berpendapat bahwa itu karena tidak senang jenazah lewat di atas kepalanya. Hal ini khusus bagi mayat kafir. Ketujuh, perbedaan dalam mengkompromikan dua pendapat yang berbeda Rasulullah memberi dispensasi kawin mut’ah pada perang Khaibar, kemudian melarangnya, dan memperbolehkannya lagi pada Perang Authas, kemudian melarangnya lagi. Ibnu Abbas berkata: “Dispensasi itu karena adanya darurat, dan larangan itu karena hilangnya darurat. Sedangkan jumhur berpendapat bahwa dispensasi itu adalah sebagai kebolehan dan larangan itu sebagai penghapusan.

Kesimpulan Dari uraian yang ringkas di atas dapat kita simpulkan bahwa adanya perbedaan pendapat atau lahirnya mazhab-mazhab fiqh adalah sebuah keniscayaan dengan alasan berikut ini: 1. Perbedaan kapasitas intelektual dalam memahami dan menangkap kedalaman makna-makna dalil serta dalam mengambil putusan hukum. 2. Perbedaan dalam hal keluasan ilmu para ulama. Maka sangat mungkin ada suatu hadits atau ilmu tertentu yang sampai kepada beberapa ulama tertentu dan belum sampai kepada ulama yang lain. Sehingga Imam Malik berkata kepada Abu Ja’far: “Sesungguhnya para sahabat Rasulullah telah mendatangi berbagai kota, dan setiap kaum itu memiliki ilmu tertentu. Maka jika seseorang ingin menggiring mereka kepada satu pendapat, niscaya upaya ituhanya akan menimbulkan kekacauan.” 3. Perbedaan lingkungan juga menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pola penerapan hukum. Itulah sebabnya Imam Syafi’i memberikan fatwa lama (qaul qadim) di Irak, kemudian memunculkan fatwa baru (qaul jaded) ketika berada di Mesir. 4. Perbedaan tingkat ketenangan hati dalam menerima suatu riwayat. Maka terkadang Anda melihat perawi tertentu dianggap tsiqah oleh Imam Fulan sementara tidak demikian menurut Imam yang lain, karena informasi tertentu yang mungkin tidak diketahui oleh yang pertama. 5. Perbedaan dalam menentukan tingkat kekuatan dalil kepada hukum tertentu. Maka mungkin ada ulama yang mendahulukan perbuatan sahabat atas khabar ahad, sementara yang lain tidak melihatnya demikian. Maraji’: 1.Beda Pendapat, Bagaimana Menurut Islam?, DR. Toha Jabir Fayyadl Al-‘Ulwani, 2. Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam, Abdul Wahab Khallaf, 3. Lahirnya Mazhab-mazhab Fiqh, Syah Waliyullah Al-Dahlawy, 4.Risalah Pergerakan IM, Hasan AlBanna, 5. Fiqh Syafi’i, Musthofa Diibul Bigha, 6. Bulughul Maram, A. Hassan, 7. Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq

29


Adab Muamalah Tijariyah Bisnis, tijarah, atau berdagang adalah pekerjaan yang menyenangkan dan menguntungkan. Tapi, di sisi lain pekerjaan ini acapkali menimbulkan fitnah, baik berupa pertengkaran, percekcokan, bahkan sampai pembunuhan.

R

asulullah SAW telah menetapkan adab dan tata cara dalam segala aktivitas, termasuk berbisnis. Kali ini kita telusuri bagaimana taujihat (arahan) Rasulullah dalam bermu’amalah tijariyah. Tidak ada unsur penipuan di dalamnya

َ ‫أَ َّن َر ُس‬ ‫ َم َّر َعلَى ُصْ�ب َرِة َط َعا ٍم فَأَ ْد َخ َل يَ َد ُه‬B ‫ول اللَّ ِه‬ ِ ‫َال ( َما َهذَا يَا َص‬ َ ‫ال َ�فق‬ ً َ‫فِي َها َ�فنَالَ ْت أَ َصابِ ُع ُه َ�بل‬ ‫اح َب‬ َّ َ ‫ ق‬.‫ول اللَّ ِه‬ َ ‫الس َم ُاء يَا َر ُس‬ َ ‫ ق‬.)‫الط َعام‬ ‫َال‬ َّ ‫َال أَ َصاَ�بتْ ُه‬ َّ ‫ال َج َع ْلتَ ُه َ�ف ْو َق‬ َّ ‫َّاس َم ْن غ‬ َ َ‫(أَف‬ ‫َش‬ ُ ‫الط َعا ِم َك ْى َ�ي َرا ُه الن‬ )‫َ�فلَيْ َس ِم ىِّن‬

Rasulullah SAW melewati tumpukan makanan, kemudian memasukkan tangan ke dalamnya dan menyentuh sesuatu yang basah. Beliau bersabda: “Apakah ini hai penjual makanan?” “Itu terkena hujan ya Rasulullah.” “Tidakkah kamu menjadikannya di atas, sehingga ia dapat dilihat orang-orang? Barangsiapa menipu kami, maka bukanlah golongan kami.” (HR. Muslim)

Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut.

ُ ‫َال َر ُس‬ َ ‫َال ق‬ َ ‫أَ َّن أَبَا ُه َرْ�ي َرَة ق‬ )‫اج ُشوا‬ َ َ‫ (الَ َ�تن‬B ‫ول اللَّ ِه‬

30

Dari Abu Hurairah ra: sungguh Rasulullah bersabda: “janganlah kalian melakukan Najsy (menaikkan harga dengan niat menarik orang lain agar membeli).” (Muttafaq Alaih).

Memberikan hak pembatalan bagi pembeli jika merasa tertipu

َ ‫وع َ�فق‬ ِ ‫ذ َ​َك َر َرُج ٌل لِ َر ُس‬ ‫َال‬ ِ ُ‫ أَنَُّه خُْي َدُع ىِف الُْ�بي‬B ‫ول اللَّ ِه‬ ُ ‫َر ُس‬ ْ ‫ « َم ْن بَاَ�ي ْع َت َ�فق‬B ‫ول اللَّ ِه‬ َ ‫ُل الَ ِخ‬ » ‫البَ َة‬ Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Seorang lakilaki bercerita kepada Rasulullah SAW bahwa ia telah tertipu dalam jual beli. Maka Rasul bersabda: ‘Jika engkau berjual beli, maka katakanlah La khilab (tidak ada penipuan).” (Muttafaq Alaih).

Tidak boleh menjelekkan bisnis saudaranya, agar orang lain membeli kepadanya.

َ ‫ ق‬B ‫َّب‬ ‫َال « الَ يَبِ ْع َ�ب ْع ُض ُك ْم‬ ِّ​ِ‫َع ِن ابْ ِن ُع َم َر َع ِن الن ى‬ ‫ض َوالَ خَْي ُط ْب َ�ب ْع ُض ُك ْم َعلَى ِخ ْطبَ ِة‬ ٍ ‫َعلَى َ�بيْ ِع َ�ب ْع‬ »‫ض‬ ٍ ‫َ�ب ْع‬

Dari Ibnu Umar ra: Sungguh rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


sunnah menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain, dan janganlah meminang pinangan saudaranya kecuali bila saudaranya telah member izin kepadanya.” (Muttafaq Alaih).

menjadi tanggungannya. Rasulullah SAW memuji seorang muslim yang memiliki perhatian terhadap pelunasan utangnya.

Dalam kenyataan sering terjadi percakapan-percakapan seperti berikut: “Bapak batalkan saja jual beli bapak dengan si fulan, saya akan jual barang yang sama kepada bapak dengan harga yang lebih murah dan lebih bagus kualitasnya…”

‫خياركم أحسنكم قضاء للدين‬

Barang yang dibeli harus jelas wujudnya. Rasulullah SAW melarang pembelian yang tidak jelas wujudnya, karena kemungkinan besar di dalamnya terdapat pihak yang dirugikan.

ُ ‫َال َر ُس‬ َ ‫َال ق‬ َ ‫َع ْن َعبْ ِد اللَّ ِه بْ ِن َم ْس ُعوٍد ق‬ « B ‫ول اللَّ ِه‬ » ‫َرٌر‬ َّ ‫الَ تَ ْشَ�ت ُروا‬ َ ‫الس َم َك ىِف الْ َما ِء فَإِنَُّه غ‬

Dari Ibnu Mas’ud ra: Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian membeli ikan di dalam kolam, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat unsur penipuan.” (HR. Ahmad)

Pedagang dan pembeli harus berlapang dada.

‫رحم اهلل رجال مسحا إذا باع وإذا اشرتى وإذا‬ ‫اقتضى‬ “Allah merahmati seorang hamba yang berlapang dada dalam membeli, membayar, dan ditagih.” (HR. Bukhari)

Segera melunasi tunggakan yang

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang bagus dalam melunasi utangnya.” (HR. Hakim).

Tidak ada pelunasan utang yang lebih bagus, sampai-sampai dipuji Rasulullah, kecuali dilakukan sesuai dengan janji yang telah disepakati, tidak menahannahan uangnya apabila sudah tersedia. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan menjadikannya sebagai perbuatan zalim apabila seseorang menunda-nunda pembayaran utang padahal uangnya sudah tersedia. Di sisi lain, Rasulullah SAW mendo’akan orang yang berazam dengan setulus hati untuk membayar utangnya dengan tepat, agar Allah SWT memudahkannya dan memberinya rizki untuk melunasi utangnya itu. Memberi tenggang waktu apabila pengutang belum mampu membayarnya.

‫َم ْن أَنْ َظ َر ُم ْع ِس ًرا أَ ْو َو َض َع َعنْ ُه أَ َظلَّ ُه اللَّ ُه ىِف ِظلِّ ِه‬

“Barangsiapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar utang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah menjadikan penangguhan itu sebagai shadaqah.

Rasulullah SAW mendo’akan orang yang berazam dengan setulus hati untuk membayar utangnya dengan tepat, agar Allah SWT memudahkannya dan

memberinya rizki untuk melunasi utangnya itu.

31


sunnah ‫معسرا فله بكل يوم صدقة قبل أن حيل‬ ً ‫من أنظر‬ ‫الدين فإذا حل الدين فأنظره كان له بكل يوم‬ ‫مثاله صدقة‬ “Barangsiapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar utang, maka baginya setiap hari sesuai dengan utang itu pahala shadaqah, sebelum jatuh tempo. Apabila sudah jatuh tempo, dan masih ditangguhkan, maka baginya setiap hari pahala shadaqah seperti dua kali jumlah utangnya.” (HR. Hakim).

Bisnis tidak boleh mengganggu aktivitas seorang muslim dalam taat kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya.

‫ َوَر ِضيتُ ْم‬، ‫اب الَْ�ب َق ِر‬ ُْ‫ َوأَ َخذم‬، ‫إذَا َ�تبَاَ�ي ْعتُ ْم بِالْ ِعينَ ِة‬ َ َ‫ْت أَ ْذن‬ ِْ‫ َوَ�ت َرْكتُ ْم ج‬، ‫بِالزَّْرِع‬ ‫ال َها َد َسلَّ َط اللَّ ُه َعلَيْ ُك ْم ذاًُّل اَل‬ ‫َ�ينْ ِزُع ُه َح ىَّت َ�ت ْرِج ُعوا ىَإل ِدينِ ُك ْم‬

“Jika kalian berjual beli dengan linah, dan mengambil ekor-ekor sapi (kiasan menyibukkan diri beternak) dan kalian puas dengan bercocok tanam sementara kalian

meninggalkan jihad, Allah akan meliputi kalian dengan kerendahan, yang tidak dapat dicabut kecuali dengan kembalinya kalian kepada din kalian.” (HR. Hakim)

Jual beli linah adalah seseorang (A) yang membeli barang dari saudaranya (B) dengan harga tidak cash, kemudian si B membeli kembali barang itu dengan harga yang lebih murah, sementara si A masih punya utang. Allah SWT memuji orang-orang yang tetap istiqomah di jalan Allah, tidak terganggu oleh aktivitas bisnisnya.

ٌ ‫الل ِو ِإ َقام‬ ‫ِرجال اَل ُت ْل ِههي ْم ِتجارة و اَل ب ْي ٌع ع ْن ِذ ْكر‬ ّ َ‫ه‬ َ ِ َ َ َ ِ َ َ َ ِ ٌ ْ ‫الصلة وإيتاء الز َكاة يخافون ي‬ ً ‫يه‬ ‫ف‬ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ّ ِ ِ ُ َ​َ​َ​َ َ َ ُ َ َ ۙ ِ َّ ِ َ ِ َ ِ َ‫َّ ا‬ ‫ال ْبصار‬ َ ‫القلوب و‬ ُ َ ْ‫ْ ُ ُ ُ َ أ‬

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. 24: 37). Sumber: Ishlah, No. 19/Tahun II, 1994.

“Barangsiapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar utang, maka baginya setiap hari sesuai dengan utang itu pahala shadaqah, sebelum jatuh tempo. Apabila

sudah jatuh tempo, dan masih ditangguhkan, maka baginya setiap hari pahala shadaqah seperti dua kali jumlah utangnya.” (HR. Hakim).

32

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


’aqidatuna

Hidup

Sesudah Mati Diantara bentuk iman kepada hari akhir—selain mengimani akan terjadinya hari kiamat—adalah mengimani kematian dan kejadian-kejadian sesudahnya. Hal ini perlu kita ketahui dan kita yakini agar menjadi tadzkirah dalam kehidupan di dunia ini. Iman kepada kematian

Iman kepada kematian meliputi empat hal: 1. Mengimani bahwa mati adalah satu keniscayaan bagi seluruh makhluk di dunia ini (29: 57; 28: 88) 2. Mengimani bahwa setiap makhluk umurnya terbatas. Ia tidak akan melewati dari batas yang telah ditentukan. Allah SWT telah menentukannya dan telah menetapkan penyebab kematiannya (3: 145; 7: 34). 3. Mengimani bahwa ajal seseorang merupakan perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah saja (31: 34). 4. Mengimani bahwa manusia mengalami berbagai pengalaman mengerikan saat dijemput kematian (6: 61; 56: 8385). Orang yang zalim tatkala datang kematian, ia menyesal dan minta untuk dikembalikan ke dunia (23: 99-100). Dan alangkah dahsyatnya peristiwa sakaratul maut mereka (6: 93). Sementara orang yang saleh akan mengalami peristiwa sebagaimana disabdakan Nabi: “Seorang hamba yang mu’min manakala memasuki pintu akhirat dan meninggalkan

dunia, ia didatangi malaikat dari langit dengan muka yang cerah secerah matahari, membawa kain kafan dan balsam dari surga. Setelah malaikat tersebut duduk setentang pandangan, maka hadirlah malaikat maut duduk di dekat kepalanya, seraya berkata, ‘Wahai jiwa yang tenang, keluarlah engkau menuju ampunan dan keridhoan Allah.’ Maka keluarlah jiwa itu seperti keluarnya tetesan air dari mulut kendi. Kemudian malaikat maut mengambilnya, dan setelah ruh itu dipegang oleh malaikat maut, maka malaikat yang lain bergegas memegangnya pula, kemudian mereka memasukkannya ke kafan berbalsam tersebut. Maka keluarlah ruh itu dalam keadaan sangat wangi seperti kesturi terwangi yang terdapat di dunia. Lalu malaikat itu naik membawa ruh tersebut.” (HR. Ahmad)

Kejadian di alam kubur

Setelah ruh dibawa oleh malaikat, ruh akan dikembalikan lagi ke jasadnya. Lalu ia didatangi dua malaikat yang menyuruhnya duduk. Si mayit diuji oleh keduanya dengan pertanyaan: Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Siapakah laki-laki yang diutus kepadamu itu? Siapakah yang mengajarimu? 33


’aqidatuna Seorang mu’min akan dapat menjawabnya, karenanya ia kemudian diberi tempat tidur dari surga dan dibukakan baginya pintu menuju surga. Dikirimkan kepadanya bau harum surga, sementara ruang kuburnya diperluas sejauh pandangan. Sedangkan orang kafir dia tak akan mampu menjawab pertanyaan, maka ia diberi tempat tidur dari neraka dan dibukakan baginya pintu menuju neraka. Kemudian dikirim kepadanya hawa panas dan racun-racun neraka. Sementara ruang kuburnya dipersempit dan menggencetnya sampai tulang belulangnya remuk. Di dalam hadits lain (Bukhari & Muslim) dari Anas bin Malik diceritakan bahwa manakala seorang hamba diletakkan di dalam kubur dan ditinggal para pengantarnya, terdengarlah suara terompah para pengantar itu. Kemudian datanglah dua malaikat mendudukkannya dan bertanya tentang Muhammad saw. Jika ia tidak dapat menjawab pertanyaan itu dipukullah ia dengan gada dari besi dengan pukulan yang sangat keras sampai ia menjerit dengan jeritan yang didengar oleh seluruh makhluk selain jin dan manusia. Azab kubur terbagi dua: Pertama, azab yang terus menerus (lihat QS. 40: 46). Kedua, azab yang tidak terus menerus, yaitu azab untuk sebagian pelaku kemaksiatan dari orang-orang muslim. Azabnya dapat terhenti karena do’a, sedekah dan amalamal lain.

Kebangkitan dari Kubur

Kebangkitan dari kubur terjadi saat sangkakala ditiup oleh Israfil. Al-Qur’an menyebutkan bahwa peniupan sangkakala

itu terjadi tiga kali: 1. Tiupan untuk mengguncang alam (QS. 27: 87) 2. Tiupan untuk kehancuran dan kebinasaan (QS. 39: 68) 3. Tiupan untuk bangkit dari kubur (QS. 39: 68)

Pengumpulan Manusia

Umat manusia akan dibangkitkan dari kubur dalam keadaan seperti digambarkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Aisyah bahwa Rasulullah bersabda: “Manusia pada hari kiamat akan digiring dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan, dan tidak dikhitan”. Dalam hadits Shahih Muslim dari Miqdad bin Al-Aswad, ia mendengar Rasulullah bersabda: “Pada hari kiamat matahari didekatkan kepada makhluk sampai jaraknya satu mil, sehingga manusia berkeringat sesuai amalnya…” Pada saat itu Nabi memberi syafaat kepada umat manusia agar Allah segera memberi keputusan setelah sebelumnya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa tidak sanggup memberikan syafaat.

Penghisaban

Semua makhluk akan dibawa ke hadapan Allah dengan bershaft (QS. 69: 18 dan QS. 18: 48). Kemudian terjadilah hisab (perhitungan amal), Allah memberitahukan kepada makhluknya tentang amal baik dan amal buruk mereka dan mereka diingatkan tentang apa yang telah mereka lupakan (QS. 88: 25-26; QS. 58: 6; QS. 14: 47-51). Dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar disebutkan Rasulullah SAW bersabda: “Pada hari kiamat seorang mu’min akan

Setelah ruh dibawa oleh malaikat, ruh akan dikembalikan lagi ke jasadnya. Lalu ia didatangi

dua malaikat yang menyuruhnya duduk. Si mayit diuji oleh keduanya dengan pertanyaan: Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Siapakah laki-laki yang diutus kepadamu itu? Siapakah yang mengajarimu? 34

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


Mizan adalah neraca atau timbangan yang

dipasang pada hari kiamat untuk menimbang amal para hamba. didekatkan kepada Rabbnya Azza wa Jalla, lalu Dia menutupinya seraya menunjukkan dosa-dosanya. Kemudian Allah bertanya: ‘Apakah engkau mengakui ini?’ Si mu’min menjawab, ‘Ya’ Allah berfirman: ‘Aku telah menutupinya di dunia, dan hari ini aku memaafkannya.’ Kemudian kepada si mu’min diberikanlah lembaran catatan kebajikannya, sedang orang kafir dan munafik akan dipanggil di hadapan para makhluk, ‘Mereka adalah para pendusta terhadap Rabb mereka’”

Mizan

Mizan adalah neraca atau timbangan yang dipasang pada hari kiamat untuk menimbang amal para hamba. Ini dilakukan setelah penghisaban, karena penghisaban dilakukan untuk menetapkan segala amal, sedang mizan dilaksanakan untuk mengetahui ukurannya. Tak ada seorang manusia pun yang diurugikan, bahkan amalan seberat biji sawi pun pasti Allah mendatangkan pahalanya (QS. 21: 47; QS. 101: 6-9).

Buku Catatan Amal

Selesai penghisaban dan penimbangan amal, maka masing-masing hamba mengambil buku catatan amalnya lalu membacanya. Ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan ada pula yang mengambilnya dengan tangan kiri dan dari belakangnya. Orang yang mengambil kitab dengan tangan kanannya menandakan ia diridhai Allah, sedangkan mereka yang menerima dengan tangan kiri atau dari belakang mereka menandakan Allah murka kepadanya (QS. 69: 19-29)

Shirat

Ia adalah jembatan di tengah-tengah neraka jahannam yang dilalui oleh semua manusia dari generasi paling awal hingga generasi paling akhir. Barangsiapa yang berhasil melintasinya, ia selamat dari

neraka. Hal ini akan berlangsung setelah manusia meninggalkan tempat hisab. Orang mu’min akan selamat melewatinya hingga masuk ke surga sedang calon penghuni neraka akan jatuh ke dalam neraka (QS. 19: 71-72). Dalam hadits Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa kelompok yang pertama kali melintasi shirat adalah Nabi Muhammad beserta ummatnya. Ketika itu tidak ada yang berbicara kecuali para rasul yang berdo’a, ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Sementara di jahannam terdapat besi-besi pengait seperti duri sa’dan yang besarnya hanya Allah yang tahu. Besi-besi pengait itu akan menyambar manusia sesuai amalnya. Disebutkan pula bahwa shirat itu adalah jembatan licin yang menggelincirkan. Tapi orang-orang mu’min melintasinya dengan cepat. Ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti terbangnya burung, dan ada pula yang seperti larinya kuda yang bagus. Ada yang selamat, ada yang terluka dan ada yang tersangkut dan jatuh ke neraka jahannam.

Qantharah

Setelah orang-orang yang beriman berhasil melintasi shirat dan selamat dari neraka, dan sebelum mereka masuk surga, mereka ditahan di atas sebuah qantharah (jembatan) antara surga dengan neraka. Sebagian mereka kemudian menuntut balas kepada sebagian yang lain berkaitan dengan kezaliman yang telah dilakukan antara mereka di dunia, barulah mereka dipersilahkan memasuki surga.. Terjadi perbedaan pendapat tentang qantharah. Ada yang mengatakan ia adalah ujung dari shirat yang dekat dengan surga. Ada pula yang berpendapat bahwa ia itu adalah jembatan lain selain shirat. Demikianlah, Semoga Allah selalu membimbing kita di dunia dan di akhirat. Amin. Maraji: Dasar-dasar Aqidah Islam, Lajnah Ilmiyyah WAMY

35


thulaby

Agar Beban Ini Terasa

Lebih Ringan

(Sebuah Refleksi Untuk Aksi) oleh Syamsudin Kadir

Semakin tua usia gerakan ini semakin berat pula beban yang dibawanya. Karena semakin lama gerakan ini bekerja, semakin lengkap pula wilayah garapnya. Mihwar (renstra) atau marhalah (fase) berubah, agenda yang menjadi fokuspun menjadi berubah bahkan sangat merumitkan kita. Itulah mungkin rahasianya mengapa Ustadz Anis Matta Lc. mengatakan, “semakin tua usia kita bersama dakwah maka semakin berat pula beban yang akan kita pikul�.

K

arena tabiatnya, beban amanah yang kita pegang akan beriringan dengan wilayah garap gerakan yang semakin luas. Hal ini pula yang menyebabkan kita merasa perlu untuk melakukan rekruitmen sebanyakbanyaknya, agar beban gerakan yang semakin berat ini, bisa terasa lebih ringan di pundak kita, karena kita mempunyai tempat untuk membagi amal dan peran. Karena itu pulalah semakin lama kita bersama di ruang indah gerakan ini semakin pahamlah kita akan pentingnya tolong menolong (ta’awun). Agar tak ada lagi yang kemudian merasa ia menanggung beban dan amanah ini sendirian. Serapih apapun pembagian kerja yang telah kita lakukan, hal itu harus tetap dalam bingkai tolong menolong. Ia sama sekali tidak boleh melepaskan diri darinya. Agar beban dan amanah ini bisa kita tanggung bersama. 36

Adapun ta’awun itu akan terlaksana jika kita menunaikan sikap-sikap di bawah ini: Pertama: Saling menanggung beban (takaful). Artinya bahwa harus ada semangat untuk menanggung beban gerakan ini secara bersama-sama. Tak ada qiyadah (pemimpin) yang kemudian kita paksa menanggung beban sendirian. Begitu pula tak ada jundi (kader) yang boleh merasakan dirinya menanggung beban dan amanah sendiri. Jadi antara qiyadah dan jundi haruslah bekerja dalam bingkai takaful (saling menanggung), hal inilah yang akan membuat beban dan amanah sedikit terasa ringan. Sekali lagi, jangan sampai ada seorang saudara kita yang merasa putus asa dengan beban dan amanah gerakan karena ketidaksigapan kita dalam membantu amanah-amanahnya. Tentulah hal ini bukan berarti setiap saudara harus selalu menggantungkan dirinya dengan Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


pertolongan dari saudaranya yang lain. Kedua: Saling mengasihi (tarahum). Hal ini patut untuk kita tumbuhkan. Karena seorang muslim dengan muslim yang lain ibarat satu tubuh. Yang bila salah satu dari organ tubuh ini sakit maka semuanya akan merasa gelisah. Hal ini berarti kita tidak akan pernah tega meilhat saudara kita kelelahan sendiri tanpa ada sedikitpun bantuan dari kita dan yang lainnya. Hal inipun menegaskan pada kita bahwa sebenarnya amanah apapun yang sedang dipegang oleh seorang saudara kita, maka ia pada kadar tertentu juga adalah amanah kita. Jadi tak ada pembagian secara mutlak. Meskipun hal ini harus dibarengi dengan indhibat ‘alal amanah (disiplin terhadap amanahnya). Ketiga: Sedarah sedaging (talahum). Yakni kita merasakan bahwa saudara kita itu sama halnya dengan diri kita dalam haknya sebagai saudara. Bahkan kita sebisa mungkin bisa mengutamakan saudara kita atas diri kita. Tak ada toleransi bagi egoisme pada wilayah ini. Egoisme hanya akan membuat kita merasakan keterpisahan yang jauh dengan saudara kita. Tiga hal ini yang harus ada agar semangat tolong menolong kita semakin terasa. Karena beginilah islam mengajarkan kita. Dan beginilah contoh yang diberikan oleh Rosul dan para sahabatnya. Penumbuhan sikap ini kemudian terasa semakin mendesak. Karena kita sudah memahami bahwa gerakan ini sudah semakin luas wilayah garapnya, maka resiko dan tantangan yang akan kita laluipun semakin besar. Sehingga resiko dan tangtangan itu tak akan pernah bisa dilalui kecuali dengan bekerja sama. Tetapi sekali lagi, semua ini bukan sama sekali dimaksudkan agar kita semua bisa saling menuntut satu sama lainnya, karena merasa diri mempunyai hak pada diri saudara

yang lainnya. Apalagi bila kita menuntut salah satu saudara kita untuk mengerjakan kerja-kerja kita yang sebenarnya kerja itupun belum secara optimal kita lakukan. Bila hal ini yang terjadi maka kekacauanlah yang terjadi. Lagi-lagi hal ini perlu ditegaskan karena ta’awun itu ada dalam rangka ada’ul wajib (melaksanakan kewajiban) dan takhfiful a’ba (meringankan beban). Artinya bahwa masing-masing kita dituntut mengerjakan kewajibannya dan kemudian menolong meringankan beban saudara kita yang lainnya. Mulai sekarang jangan lagi ada di antara kita yang merasa dirinya bekerja sendiri memikul beban dan amanah ini. Karena sesungguhnya beban dan amanah ini adalah beban an amanah kita bersama. Rasa kebersamaan itulah yang secara otomatis akan mengurangi beban dalam diri kita. “Orang yang merasakan kebersamaan dalam shaff akan terbebas dari beban-beban batin. Ia merasakan bahwa alam semesta itu adalah junud, semua alam membantu” (Sayyid Qutbh). Wallahu A’lam.

37


’’kisah

Abu Hurairah dan Sandal Rasulullah SAW Suatu hari Rasulullah SAW memberikan sandal beliau kepada Abu Hurairah seraya berkata, “Hai Abu Hurairah, pergilah kamu, bawa sandalku ini. Lalu, siapa saja yang kamu temui di balik tembok ini, yang telah menyatakan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah, dengan sepenuh keyakinan hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya, dia akan masuk surga.”

38

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010


M

aka yang pertama-tama ditemui Abu Hurairah ialah Umar bin Khattab. Dia bertanya, “Apa maksud sepasang sandal ini, Hai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab: “Ini sandal Rasulullah SAW. Beliau menyuruh aku membawanya (dengan pesan), siapa saja yang aku temui telah menyatakan, bahwasanya tida Tuhan melainkan Allah dengan sepenuh keyakinan hatinya, maka aku beri kabar gembira, dia bakal masuk surga.” Mendengar hal itu, tiba-tiba Umar menghantamkan tangannya ke dada Abu Hurairah sampai ia jatuh terduduk, seraya berkata, “Kembali, hai Abu Hurairah!”. Maka Abu Hurairah pun kembali menemui Rasulullah SAW setengah menangis, sementara Umar membuntutinya. “Kenapa kamu hai Abu Hurairah?” Tanya Rasul kepada Abu Hurairah. Ia menjawab, “Saya bertemu Umar, lalu saya beritahu dia

apa yang telah tuan perintahkan kepadaku, tapi tiba-tiba dia memukul dadaku sampai aku jatuh terduduk, seraya menyuruh aku kembali.” “Hai Umar,” Rasul bertanya kepada Umar, “Kenapa kamu melakukan seperti ini?” Umar menjawab, “Ya Rasulullah, aku tebus engkau dengan ayah bundaku, benarkah engkau menyuruh Abu Hurairah membawa sandalmu (dengan berpesan), barangsiapa yang dia temui telah menyatakan tiada Tuhan melainkan Allah dengan sepenuh keyakinan hatinya, maka dia beri kabar gembira bakal masuk surga?” “Benar,” jawab Rasul. Maka Umar menyarankan, “Jangan lakukan itu. Karena saya benar-benar khawatir orang-orang akan mengandalkan kata-kata itu saja. Sebaiknya, biarkanlah mereka beramal.” Akhirnya Rasulullah SAW pun bersabda, “Kalau begitu, biarkan mereka.”

Kisah ringkas di atas diambil dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim. Hadits ini memuat implikasi teoritis dan pelajaran fiqih dakwah yang sangat penting untuk difahami dan diamalkan oleh para pengemban dakwah di masa kini. Dari hadits ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa realita pemahaman masyarakat kadang-kadang mengharuskan kita untuk sabar dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan tahapan ini atau itu dalam berdakwah. Kita hendaknya menyampaikan dakwah hanya kepada orang yang telah siap mendengarkan dan menghargainya serta memahami di mana posisi dari perkara yang diserukan dalam Islam secara keseluruhan. Sudah seharusnya pula kita menyampaikan dakwah pada saat yang tepat, pada tempat dan kerangka yang bisa memperjelas hakekat dan arti sebenarnya dari perkara yang diserukan tersebut, serta dapat menghilangkan keraguan yang mungkin terjadi. Jangan sampai dakwah menimbulkan kesalahfahaman orang terhadap system Islam, karena ada masalah-masalah yang baru bisa difahami setelah memahami dulu masalah-masalah lainnya. Maka Nabi SAW menyetujui pandangan Umar untuk mencegah tersebarnya kabar gembira seperti di atas di kalangan orang banyak saat itu. Meskipun akhirnya Abu Hurairah menyampaikan juga hadits ini, tentu saja ketika dia tahu telah tiba saatnya yang tepat bagi kaum muslimin untuk memahaminya secara tuntas. Semoga Allah senantiasa menolong kita dalam mengemban amanah dakwah ini. Amin…. 39


misykat

Akibat Cinta Dunia ُ ‫« يُوشِكُ ا ُألمَمُ َأنْ َتدَاعَى عَ​َل‬:  ِ‫رَسُول اللَّه‬ ‫يْكمْ كَمَا‬ ‫َق َال‬ ُ

ٍ‫قِلةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذ‬ َّ ْ‫ئِل وَمِن‬ ٌ ‫ َفَق َال َقا‬.» ‫َتدَاعَى ا َألَكَلُة إِلَى َقصْعَتِهَا‬

ُ َ‫بَل َأنُْتمْ يَوْمَئِذٍ كَثِريٌ وَل‬ ُ‫كِنَّكمْ ُغَثاءٌ كَُغَثاءِ السَّيْ ِل وَلَيَنْ ِزعَنَّ اللَّه‬ ْ « ‫َق َال‬

ُ ‫مِنْ صُدُو ِر عَدُوُِّكمُ الْمَهَابَ َة‬ .» َ‫مِنْكمْ وَلَيَْقذَِفنَّ ا َّللهُ فِى ُقُلوب ُِكمُ الْوَهَن‬

» ِ‫َرَاهِيَة الْمَوْت‬ ‫ « حُبُّ الدُّنْيَا وَك‬:‫رَسُول ا َّللهِ وَمَا الْوَهَنُ َق َال‬ ‫ئِل يَا‬ ُ َ ٌ ‫َفَق َال َقا‬ “Akan datang suatu masa, bangsa lain akan memperebutkan kamu, ibarat orang-orang yang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya: “Apakah lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit, ya Rasulullah?” Dijawab oleh beliau: “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarah buih yang terapung-apung di atas air bah. Sementara dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa.” Sahabat bertanya: “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu cinta dunia dan takut mati” (HR. Abu Daud)

‫يَنْظرُ كَيْفَ َتعْمَُلونَ َفاتَُّقوا الدُّنْيَا‬ ُ ‫لِف ُكمْ فِيهَا َف‬ ُ ‫إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسَْت ْخ‬ ِ‫ئِيل َكانَتْ فِى النِّسَاء‬ َ ‫وَاتَُّقوا النِّسَاءَ َفِإنَّ َأ‬ َ ‫وَّل فِْتنَةِ بَنِى إِسْرَا‬ “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (enak dipandang), sementara Allah telah menjadikan kamu sebagai khalifah (untuk mengatur) di dalamnya. Allah akan melihat apa yang kamu kerjakan, maka hati-hatilah kepada dunia dan hati-hatilah kepada wanita, sesungguhnya awal terjadi kekacauan yang melanda Bani Israil adalah masalah wanita”. (HR. Muslim)

ِ‫هيبة اإلسالِم وإذا َترَكَت األمرَ باملعروف‬ َّ ‫إذا‬ ُ ‫عظمَتْ أمتى الدنيا ُن ِزعَتْ منها‬ ‫بركة الوحى‬ ُ ْ‫والنهىَ عن املنك ِر حُ ِرمَت‬

“Apabila umatku mengagungkan dunia, maka dicabutlah kehebatan Islam darinya. Kemudian apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, maka terdindinglah keberkahan wahyu”. (HR. Tirmidzi)

40

Al-Intima’ No.005 Februari-Maret 2010




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.