Radar Banyuwangi | 25 November 2015

Rujukan Informasi forrmasi TTerkini erkkinii

RABU 25 NOVEMBER TAHUN 2015

Eceran Rp.5.750

HALAMAN 1

Di Hari Guru Nasional (HGN) ke-70 tahun ini, Jawa Pos Radar Banyuwangi hari ini menyajikan laporan guru bisa digugu dan ditiru. Ada sosok guru naik sepeda onthel, kesejahteraan guru, hingga tokoh-tokoh inspiratif guru yang patut diteladani

BACA HALAMAN 3 SAMPAI 18

Refleksi Hari Guru Nasional (HGN) ke - 70

SUDAH SEJAHTERAKAH NASIB GURU KITA? Hari ini merupakan momen penting bagi guru di tanah air, tak terkecuali di Banyuwangi. Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke-70 tahun ini diharapkan bisa menjadi pelecut bagi para pahlawan tanpa tanda jasa untuk lebih berinovasi dalam mendidik anak didik. Kerja keras itu tentunya harus diimbangi dengan kesejahteraan nasib guru. Seperti apa potret guru kita saat ini?

Revolusi Mental Guru MOMENTUM peringatan hari guru tahun ini mendapat perhatian tersendiri dari Dr. Unifah Rosyidi, M. Pd, Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI. Menurutnya, peran guru menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan revolusi mental yang sudah dicanangkan pemerintah.

Menurutnya, guru yang bisa ditiru dan dicontoh merupakan sosok panutan bagi anak didik dan masyarakat di sekitarnya n Baca Revolusi...Hal 19

DARI tahun ke tahun jumlah guru pegawai negeri sipil (PNS) di Banyuwangi terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Kepegawaian dan Diklat (BKD) Banyuwangi, tiap bulan rata-rata 20 guru dinyatakan pensiun.

Jika diakumulasi dalam setahun, maka Banyuwangi kehilangan 240 guru PNS setiap tahunnya.

Meski jumlahnya terus menyusut, bukan berarti Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi dapat dengan mudah mengadakan penambahan jumlah guru n Baca Sudah...Hal 19

SHULHAN HADI/RABA

MENABUNG: Fatmawati setiap hari berangkat dan pulang dari sekolah melintasi jalan sungai, kemarin (24/11).

Seberangi Sungai dan Hutan MENJALANI kegiatan belajar dan mengajar di sekolah yang berada di kawasan terpencil, memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya di SDN 8 Barurejo, Kecamatan Siliragung. Sekolah yang berlokasi di RT 1, RW 2, Dusun

SHULHAN HADI/RABA

PATUT JADI TELADAN: Kurniwan menerima buku dari muridnya di SMP PGRI 3 Pesanggaran.

Sumberurip, Desa Barurejo, itu berada di tengah hutan jati atau warga setempat menyebut Mbaung.

Menjadi guru di sekolah Mbaung, memiliki cita rasa yang khas n Baca Seberangi...Hal 19

ILUSTRASI:REZA FAIRUZ DAN FREDY/RABA

Data Guru di Banyuwangi Total Guru PNS Honorer TK Jumlah sekolah Jumlah guru SD Jumlah sekolah Jumlah guru

: 14.666 : 7830 : 6836 : :

782 1392

: :

828 8586

SMP Jumlah sekolah : Jumlah guru :

167 3413

SMA Jumlah sekolah :

53

Jumlah guru : SMK

721

Jumlah sekolah : Jumlah guru :

67 554

Pesta Sederhana Sambut Adipura BANYUWANGI – Keberhasilan Banyuwangi meraih Piala Adipura untuk kali ketiga selama tiga tahun berturut-turut disambut antusias masyarakat Bumi Blambangan.

Setidaknya itu terbukti dari sambutan hangat yang diberikan masyarakat saat piala lambang supremasi kota terbersih tersebut diarak keliling Kota Banyuwangi kemarin (24/11).

Kirab Piala Adipura kali ini ADIPURA dimulai di kawasan Taman Tirtawangi alias Patung Kuda, Banyuwangi. Puluhan kendaraan, ratusan pesapon, dan sejumlah kesenian tradisional Banyuwangi ikut ambil bagian dalam arak-arakan tersebut n Baca pesta...Hal 19

Berapa Gaji Guru PNS? Golongan 2 (A-D) : Rp 2 juta – Rp 2,75 juta* Golongan 3 (A-D) : Rp 3 juta – Rp 4,5 juta* Golongan 4 (A-C) : Rp 4 juta – Rp 5,5 juta* Berapa Gaji Guru Honorer?

Antara Rp 150 ribu – Rp 750 ribu

*Besaran gaji

tergantung lama masa kerja. Jumlah di atas sudah termasuk tanggungan keluarga dan uang lauk pauk.

BANGGA: Dua model mengenakan busana berbahan baku daur ulang sampah anorganik membawa piala Adipura di Taman Blambangan, Banyuwangi kemarin.

Sumber: Sub Bagian Kepegawaian Dinas Pendidikan Banyuwangi HUMAS PEMKAB FOR RABA

REZA FAIRUZ/RABA

Memulai Adalah Tantangan.. Mewujudkan adalah Perjuangan..

(Cara Baru ber-Partai)

Lebih Dekat dengan Bambang Murdiono, Oemar Bakrie Masa Kini

32 Tahun Mengajar Naik Sepeda Onthel Bambang Murdiono,53, salah satu dari ribuan guru di Bumi Blambangan yang mengabdikan diri pada bangsa dan negara.

Selama bertugas sebagai guru olahraga, bapak dua anak ini tetap eksis dengan sepeda onthelnya ke sekolah.

Selamat hari guru nasional (HGN) ke-70 Semoga tidak ada lagi guru yang masuk penjara!

DISALAMI ANAKANAK: Bambang Murdiono,53 dengan sepeda onthelnya saat tiba di sekolah SDN 2 Kaotan, Rogojampi kemarin (24/11).

Kedatangan piala Adipura dirayakan cukup sederhana Yang penting pesapon tetap bahagia!

DEDY JUMHARDIYANTO, Rogojampi DEDY JUMHARDIYANTO/RABA

SEJUKNYA udara pagi Desa Kaotan, Kecamatan Rogojampi masih terasa segar.

Sang mentari juga masih baru menyingsing.

Jalanan pusat kota Rogojampi juga masih http://www.radarbanyuwangi.co.id

belum sibuk dari lalu lalang kendaraan.

Seorang lelaki berpakaian dinas lengkap warna coklat dengan penuh semangat mengayuh sepeda pancal.

Sepeda onthel warna hitam itu tampak kuno dan usang. Pada boncengan belakang tampak sebuah tas warna hitam yang dijapit. Dengan

tenang dan santai, lelaki tua itu seolah menikmati sejuknya udara pagi dan suasana jalanan kota Rogojampi n Baca 32 tahun...Hal 19 email: radarbwi@gmail.com / beritaraba@gmail.com

rabu 25 November

Halaman 2

TAHUN 2015

Jatuh Dari Tangga, Pekerja Klenger SITUBONDO - Didik, 37, warga Dusun Kandang Utara, Desa Olean, Kecamatan Situbondo mengalami kecelakaan kerja, kemarin (24/11). Dia jatuh dari tangga yang tingginya sekitar lima meter, saat merehab stadion Muhammad Saleh, Situbondo.

Kerasnya benturan membuat Didik pingsan. Beruntung, pria ini lolos dari maut, setelah dilarikan ke RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Hanya sekitar dua jam setelah mendapat perawatan medis, Didik akhirnya benar-benar pulih dan kembali bekerja di stadion.

Data yang yang berhasil dikumpulkan, pekerja ini sebelumnya memperbaiki bagian depan gedung stadion. Sekitar pukul 08.00, Didik menaiki tangga, memperbaiki bagian atas pintu gerbang. Begitu selesai, Didik bermaksud turun dari tangga.

Sayang, tangga tersebut bergeser hingga membuatnya tergelincir.

Didik jatuh tertelungkup ke tanah.

Mengetahui didik terjatuh, rekan kerjanya langsung menghampiri Didik. Demi keselamatan jiwanya, beberapa pekerja kemudian membawa Didik ke rumah sakit. Kendaraan yang digunakan adalah mobil Satpol PP yang saat bersamaan ada di sekitar lokasi. Didik pun dinyatakan tidak mengalami cedera berat oleh tim medis.

Sementara itu, penyebab jatuhnya Didik dari tangga, diduga karena tidak memperhatikan posisi tangga. Tangga aluminium yang dipakai didik kondisinya terbalik.

Sehingga, pada saat turun, tangga yang dinaiki bergeser dan ambruk.

“Saat Didik hendak turun, tiba-tiba tangganya ambruk.

Tangganya sempat menimpa tubuh korban. Mungkin karena terkejut saat terjatuh, dia langsung pingsan,” kata Wito, salah satu rekan kerja Didik. (rri/pri)

NUR HARIRI/JPRS

EVAKUASI: Didik ditolong teman-temannya setelah jatuh dari tangga, di Stadion Muhammad Saleh, Situbondo siang kemarin (24/11).

Temukan Banyak Surat Suara Rusak SITUBONDO - Komisi Pe m i l i h a n U m u m ( K P U ) Kabupaten Situbondo kemarin (24/11) mulai melakukan sortir terhadap kertas surat suara pemilihan bupati dan wakil bupati. Hasilnya, ditemukan banyak surat suara yang rusak.

Salah satu komisioner KPU, Marwoto mengatakan, pada

setiap kardus, pasti ada yang rusak. ”Tadi kami temukan ada sekitar 30-35 kertas suara yang rusak di setiap kardus,” terang pria yang menjabat Divisi Umum, Logistik dan Keuangan, KPU Situbondo itu.

Ada beberapa kategori kertas suara rusak. Diantaranya karena robek, warnanya luntur, ngeflek,

ditemukan noda, serta surat suara yang kusut. ”Semuanya itu harus dilakukan penggantian oleh percetakan,” terangnya.

Marwoto sendiri mengaku belum tahu secara keseluruhan surat suara yang rusak. Sebab, proses pemilahan masih belum selesai.

Diperkirakan sortir baru tuntas dua hari lagi. ”Hari ini masih belum bisa

LAKUKAN PEMILAHAN: Staf KPU melakukan sortir surat suara di Gedung Bhayangkara Jananuraga kemarin.

kita selesaikan,” katanya.

Semua kertas suara yang di­lakkukan pemilahan di­ tem­p atkan dalam kardus.

Se­luruhnya ada 260 kardus.

Masing-masing kardus berisi 2.000 lembar kertas surat suara.

“Total kertas suara yang dicetak sebanyak 518.506 lembar,” jelas Marwoto. (bib/pri) HABIBUL ADNAN/JPRS

pilkada

Ahli Waris Persoalkan Lahan Sekolah

NUR HARIRI/JPRS

RAMAI: Suasana pasar hewan di Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan beberapa waktu lalu. doc.JPRS

Pudjiantoro

Hanya Sebagian Kecil ke HAFASS SITUBONDO – DPC Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) tidak tinggal diam dengan langkah yang dilakukan sejumlah pengurus PAC-nya memilih mendukung pencalonan Hafass (Hamid - Fadil).

Parpol yang memiliki dua kursi ini mengaku akan bertindak untuk menyikapi hal tersebut.

Ketua DPC Partai Hanura, Pudjiantoro mengaku masih akan membicarakan kejadian tersebut dengan seluruh jajaran pengurus partai. “Dalam politik memang bisa saja terjadi seperti ini. Namun, secara organisasi kita tetap harus bertindak,” katanya, kemarin (24/11).

Apakah akan ada sanksi tegas, Pudjiantoro mengaku masih belum bisa memastikan. Yang pasti, kata dia, pengurus PAC yang mendukung HAFASS, bukan belasan sebagaimana yang pernah diberitakan. “Hanya sebagian kecil saja (PAC dukung HAFASS). Artinya, sisanya sebagian besar tetap mendukung keputusan DPC untuk mendukung pasangan nomor tiga (Da-di). Yang harus kita sadari sebenarnya bahwa kita ini sebagai partai pendukung, bukan partai pengusung,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, belasan Pengurus Anak Cabang (PAC) Partai Hanura Situbondo memilih merapat ke HAFASS. Pernyataan sikap mereka disampaikan langsung di Kantor DPC PPP Situbondo, Minggu (22/11) lalu. (bib/pri)

Ada Pungli di Pasar Hewan?

SITUBONDO - Dana retribusi di UPTD Pasar Hewan Situbondo disinyalir ada kebocoran dengan menggunakan kuitansi bodong.

Dugaan ini disampaikan Lembaga Perlidungan Konsumen (LPK) Situbondo, kepada sejumlah wartawan kemarin (24/11).

Menurut Ketua LPK, Zainur Rofiq, penarikan retribusi dilaku­ kan oleh oknum kepada mereka

yang membawa sapi keluar dari pasar hewan. “Setiap sapi biasanya ditarik retribusi antara Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu,” katanya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan, Aries Marhaento membantah kalau ada kuintansi bodong yang terjadi di pasar hewan tersebut.

“Tidak ada kuitansi bodong itu,” tegas Aries Marhaento, kemarin

(24/11).

Dia menjelaskan, dana besar bisanya terjadi pada pengurusan surat jalan ternak. Sebab, selama ini tidak ada peraturannya. Jika surat jalan ternak diproses, maka biayanya bisa mencapai jutaan rupiah. “Tidak ada patokan (karena tidak ada peraturannya), tapi kalau mereka memberi silahkan,” pungkasnya. (rri/pri)

ARJASA - Lahan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Jeding, Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa disoal warga. Dia adalah Irfan, cucu Gedeng Birnu yang tak lain merupakan pemilik lahan sekolah. Gedeng Birnu sendiri sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.

Pria yang tinggal di Desa Gu­ dang, Kecamatan Asembagus ini mengaku heran, karena lahan milik Gedeng Birnu sudah dijual kepada lembaga pendidikan.

Padahal, keluarga Gedeng Birnu tidak pernah menjual lahan seluas tiga hektare tersebut kepada siapapun.

Menurut Irfan, lahan milik kakek-neneknya diduga dijual oleh seseorang yang tidak ber­ tang­gung jawab. “Keluarga kami atau ahli waris tidak pernah men­ jual lahan itu, tetapi ada orang yang menjualnya kelembaga pendidikan,” katanya.

Ditambahkan, mengetahui lahan sekolah sudah dijual oleh seseorang, Irfan langsung mengklarifikasinya kepada pihak desa dan UPT Dinas Pen­ didikan. Namun, dirinya hanya mendapat penjelasan bahwa lahan tersebut sudah dijual.

“Dari klarifikasi itu, saya hanya

diperlihatkan surat jual beli dan tukar guling. Herannya saya, siapa yang mejual dan kalau ada tukar guling, lahan tukar gilingnya terletak dima­n a,” imbuhnya.

Irfan berharap Dinas Pendidi­ kan segera turun untuk mela­ kukan pengecekan agar lahan yang ditempati sekolah itu bisa diselesaikan dengan baik.

“Saya harap Dinas pendidikan mengecek jual-belinya. Karena yang menjual lahan itu bukan ahli waris, tapi orang yang ti­ dak bertanggung jawab,” pung­ kasnya.

Menanggapi dugaan lahan sekolah yang disoal ahli waris itu, Kepala Bidang Sarpras Dinas Pendidikan, Sruwi mengatakan pihaknya belum tahu secara pasti. Dikatakan, selama ini belum ada surat resmi dari pihak sekolah dan UPTD. Dirinya menegaskan, ji­k a ada masyarakat yang mera­sa dirugikan, sebaiknya mela­ yangkan surat resmi ke dinas.

Jika permintaannya dilakukan musyawarah, maka pihak dinas siap memfasilitasinya. “Tapi kalau belum puas, bisa ngajukan gugatan ke pengadilan,” kata Sruwi. (rri/pri)

HABIBUL ADNAN/JPRS

SOSIALISASI: BKD mengadakan sosialiasai kepada PNS di Pendopo bupati, kemarin.

BKD Minta PNS Tetap Netral SITUBONDO – Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Situbondo harus tetap menjaga netralitasnya pada pemilihan bupati dan wakil bupati Situbondo 9 Desember nanti, tanpa terkecuali.

Baik itu Kepala Dinas, Kepala Kantor, Kepala Badan, hingga tingkatan paling bawah.

Pesan tersebut disampaikan Ke­ pala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Situbondo, Akhmad Yulianto. Dia meminta kepada PNS untuk tidak ikut dukung-mendukung salah satu pasangan calon (Paslon).

Yulianto mengatakan, jika ada PNS yang ditemukan mendukung atau melakukan mobilisasi massa, maka diberikan sanksi. Hukuman yang diterima berupa pemecatan. ”Jadi tidak tanggung-tangung, sanksinya langsung pemecatan,” katanya.

Terkait dengan netralitas tersebut, dijelaskan dalam Undang-undang (UU) nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah. Selain itu dikuatkan dengan surat edaran Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reiformasi Birokrasi (Kemen PAN RB). ”Sudah jelas diatur bahwa

setiap PNS harus netral dalam pelaksanaan Pilkada. Untuk itu, saya minta kepada semua PNS agar tidak terpengaruh terhadap ajakan paslon untuk ikut dalam kampanye maupun tahapan yang lainnya,” ujar Yulianto.

Dia menambahkan, PNS memiliki peran yang sangat vital bagi keberlangsungan dan kesuksesan pelaksanaan pil­kada Situbondo.

Karena itu, tim dari Paslon biasanya akan memanfaatkan keberadaan PNS. ”Dalam penggalangan massa mereka cukup bisa diandalkan,” pungkasnya. (bib/pri)

NUR HARIRI/JPRS

KECEWA: Irfan menunjukkan surat keterangan terkait lahan sekolah yang diduga dijual oleh oknum tidak bertanggungjawab.

RADAR BANYUWANGI

Digugu Ditiru

Edisi Speusriual Hari G

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

3

Posisi Sulihtiyono saat ini sebagai pemegang kebijakan tertinggi di dunia pendidikan Banyuwangi memberikannya kesempatan untuk dapat merealisasikan mimpi-mimpinya di masa lalu.

DENGAN pemikiran utama jika pendidikan harus dapat dinikmati semua kalangan tanpa terkecuali, Sulih mengembangkan beberapa program.

Di antaranya adalah pemberantasan buta aksara dan pengentasan siswa putus sekolah.

Maka, mulailah dikembangkannya beberapa kelompok belajar dengan kerja sama di desa-desa untuk membantu masyarakat yang tidak bisa baca tulis. Selaras dengan program mantan Bupati Abdullah Azwar Anas yang ingin memberantas buta huruf di Banyuwangi, dalam waktu kurang dari lima tahun jumlah buta aksara Banyuwangi menurun hingga tertinggal 3 persen dari jumlah penduduk.

Tak hanya buta aksara yang dituntaskan, mereka yang telah bisa membaca dan menulis dikembangkan agar memahami beberapa pengetahuan dasar. Pengalamannya ketika melihat petani yang diakal-akali tengkulak, dan saudara-saudaranya yang tertipu makelar tanah membuatnya berfikir masyarakat tak hanya butuh bisa membaca dan menulis saja.

Sehingga Pusat Kelompok Belajar Masyarakat (PKBM) pun turut digalakkan. Dengan bantuan para guru yang memiliki tujuan yang sama dalam mencerdaskan masyarakat, program yang Sulih kembangkan pun dapat berjalan dengan baik di lapangan. Agar menarik bagi para peserta didik yang rata-rata berusia dewasa, Sulih pun meminta mereka yang di lapangan mengajarkan pendidikan interaktif.

Dengan konsep pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, petugas di lapangan bahkan mengajak para peserta didik belajar dengan didampingi kopi. Yang penting kata Sulih mereka bisa enjoy dan semangat dalam belajar. “Pendidikan mempengaruhi SDM, dan SDM suatu masyarakat dalam Negara akan mempengaruhi kualitas Negara itu sendiri, jadi kami upayakan agar semua dapat memperoleh pendidikan dengan baik,” ujarnya.

Selain program pemberantasan buta aksara beserta kelanjutannya, program pengentasan putus sekolah juga dijadikan Sulih sebagai

Nama Sulihtiyono Lahir Banyuwangi, 11 Oktober 1959 Jabatan Kepala Dinas Pendidikan Bwi Alamat Jl Letkol Istiqlah No 56 Banyuwangi Pendidikan SD Bulurejo (1972) l SMPN Cluring (1975) l SPG 2 Pandan (1979) l IKIP Surabaya (1983) l Jurusan IPS, Untag Bwi (1986) l Magister Manajemen l Univ. Gajayana Malang (2002) Master Pendidikan IPS l Univ. Kanjuruhan (2006) Pendidikan Non Formal Chonbuk Nation University, l Korea (2012) Dalhousie University, l Canada (2013) Pekerjaan Guru (1979-1990) l Kepala Sekolah (1990-1994) l Kasubsi Pendidikan Cabang l Dinas P dan K Purwoharjo (1994-1995) Kepala Cabang Dinas l Purwoharjo (1995-2001) Kasubag Evaluasi Disnaker l (2001-2002) Kasubdin Pradiksar Dispendik l Banyuwangi (2002-2003) Kabag TU Dispendik l Banyuwangi (2003-2004) Kepala Dinas Pendidikan l Banyuwangi (2008-2013) Asisten administrasi umum l Kabupaten Bwi (2013-2015) Kepala Dinas Pendidikan l Banyuwangi (2015-sekarang) LELUASA: Sebagai pemegang kebijakan, Sulihtiyono dituntut cermat dalam menentukan arah pendidikan Banyuwangi.

Sulihtiyono Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi

Prioritaskan

Pendidikan untuk Semua

langkah lain untuk membuat SDM masyarakat Banyuwangi tidak tertinggal. Mereka-mereka yang telah putus sekolah kembali di panggil agar mau masuk ke kelas. Dengan peran RT, RW dan Kelurahan, orang-orang itu di data untuk masuk dalam database.

Ada pula yang di data melalui kedipan teman sebaya, yaitu melalui anak sekolah yang melihat teman-temannya yang tidak bersekolah. Kemudian mereka melaporkan ke pihak sekolah, agar anak-anak itu bisa ditarik lahi ke bangku sekolah. Mereka yang usianya masih bisa masuk ke sekolah regular agan dikumpulkan bersama anakanak sekolah aktif. Sedang yang tidak, akan dimasukkan ke sanggar-sanggar belajar dan PKBM “Untuk biaya tidak usah dirisaukan, asalkan mereka mau kembali ke bangku sekolah, biar kami yang mengatasi biayanya,” tegas Sulih.

Selain program yang masuk dalam Gerakan Masyarakat Pemberantasan Tributa dan Pengangkatan Murid Putus Sekolah (Gempita Perpus), Sulih juga mengupayakan adanya beasiswa untuk berbagai pihak untuk mewujudkan keinginannya menjadikan pendidikan terjangkau bagi semuanya.

Anak yatim, difabel, dan anak kurang mampu yang selama ini menjadi golongan yang sulit menerima akses pendidikan, dientasnya perlahan dengan pemberian beasiswa.

Ke depan, dia berharap seluruh program yang telah dilakukannya dapat terus berjalan dengan baik. Karena itu setiap waktu ada kesempatan, dia selalu menemui jajaran guru yang ada di bawah Dinasnya.

“Dengan sistem among, kita berbicara dari hati ke hati dengan para guru, supaya mereka ikut memahami dan memiliki program-program yang telah berjalan ini, jadi nanti ketika saya sudah tidak di sini, anak yatim, anak kurang mampu, anak putus sekolah, anak difabel dan masyarakat tetap bisa mengenyam pendidikan dengan baik,” pungkas Mantan Kepala SDN 5 Grajagan itu. (fre/als)

GERDA/RaBa

Tak Ingin Melihat Orang Lain Dibohongi AWALNYA, tekad Sulih memang masih ingin melanjutkan cita-citanya supaya bisa menjadi dokter, seperti apa yang dilihatnya ketika masih kecil dulu. Namun sebuah peristiwa yang seringkali terjadi di sekitarnya membuatnya merenovasi total impiannya. Tinggal di sekitar para petani yang bekerja tak kenal waktu, Sulih melihat jika ekonomi para petani ini tak selalu baik.

Terlebih saat mereka yang sudah bekerja keras itu ditipu oleh orang lain. Entah itu tengkulak atau orang pemerintahan sendiri. Sulih yang kala itu masih duduk di bangku SMP berpikir, seandainya orang-orang itu sekolah sepertinya mungkin tidak akan banyak keringat petani yang tersia-sia. Maka sejak itu, bertekadlah dia menjadi seorang guru yang bisa membuat orang lain menjadi pintar.

Selepas SMP, Sulih langsung mendaftar ke sekolah pendidikan guru (SPG). Dipelajarinya berbagai macam ilmu yang dibutuhkannya untuk bisa membuat orang di Desa nya menjadi lebih pintar. Sampai akhirnya selepas SPG, pria yang mendalami silat ini langsung mendaftar untuk menjadi guru. Salah satu sekolah dasar di Desa Glagah Agung, Purwoharjo langsung menjadi tempat penempatan pertamanya.

Program pemerintah yang kala itu menggalakkan SD Inpres membuat Sulih sering berpindah lokasi untuk mengajar. Karena saking inginnya bisa membuat orang sekitarnya menjadi cerdas, Sulih membuat pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) sendiri untuk mengajari petani agar bisa membaca dan menulis. Meski mobil yang diharapkannya ketika bercita-cita menjadi dokter dulu tak kunjung

”

Menjadi guru itu panggilan jiwa, mereka yang tidak terpanggil tidak akan mau melanjutkan pekerjaannya kala itu.

SULIHTIYONO

GERDA/RaBa

terwujud, Sulih muda tetap mengayuh sepeda kumbangnya untuk bisa menjangkau lokasi tempatnya mengajar.

Pernah suatu ketika, seperti yang diceritakannya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi . Sulih ditempatkan di sekolah yang berada di dekat hutan yaitu Curah Jati, Grajagan. Setiap mengajar seringkali murid yang datang ke kelasnya tidak pernah penuh. Karena penasaran, dicarinya murid-muridnya tersebut. Rupanya mereka berada di hutan membantu orang tuanya mencari kayu bakar.

Sulih pun meminta anak-anak tersebut untuk kembali ke sekolah. Tapi bukannya mendapat dukungan, dia justru dianggap sebagai pengganggu. Orang tua para siswa itu tetap tidak mengijinkan anak-anaknya bersekolah dan berseru jika sekolah tidak membuat mereka kaya. Bahkan nasib gurunya pun tidak jauh lebih baik daripada murid-muridnya.

Mendengar itu, Sulih pun kembali teringat tekadnya yang memang ingin membuat orang lebih pintar, mengingat masa kecilnya.

Jadi tetap diyakinkannya para orang tua yang bekerja di hutan itu supaya mereka mau kembali masuk ke kelas. Meski sulit, akhirnya anak-anak itu pun mulai datang lagi satu persatu ke sekolah.

Meskipun dengan sepeda kayuhnya dia harus beberapa kali keluar masuk hutan, terjatuh-jatuh di kubangan jalan yang berair, Sulih melihat ini sebagian dari pengorbanan kecil yang harus dia lakukan. “Menjadi guru itu panggilan jiwa, mereka yang tidak terpanggil tidak akan mau melanjutkan pekerjaannya kala itu,” kata Sulih. (fre/als)

Sulihtiyono

FREDY RIZKI/RaBa

Dibesarkan Ilalang Sawah LAHIR sebagai bungsu dari enam bersaudara, Sulihtiyono kecil dapat dikatakan memperoleh perhatian yang berlebih dari orang tuanya.

Hari-harinya dipenuhi dengan aktivitas anak petani pada umumnya.

Berangkat ke sawah di pagi hari hingga petang, menunggangi kerbau pembajak sawah dan bermain di sekitar ilalang sawah.

Suatu waktu ketika melihat seorang dokter yang memiliki rumah bagus dan mobil, Sulih kecil berkeinginan untuk bisa seperti itu. Dan ayahnya, Sudjono mengatakan jika dirinya harus sekolah jika ingin menjadi dokter.

Karena tidak ada satupun di dunia ini yang bisa dikejar tanpa belajar, begitu yang disampaikan Sudjono kepada Sulih. Maka dikirimlah Sulih kecil menuju

rumah neneknya di Desa Bulurejo, Purwoharjo, untuk bersekolah.

Karena kala itu di tempatnya tinggal yaitu wilayah perkebunan Sungai Lembu, Pesanggaran belum ada sekolah yang berdiri. Sejak itu, Sulih tinggal bersama neneknya untuk bersekolah.

Akan tetapi tetap saja, tak ubahnya aktivitas ketika bersama orang tuanya.

Sulih tetap pergi ke sawah untuk membantu neneknya.

Menyiangi ilalang yang tumbuh di sekitar sawah, menjaga sawah dari kawanan burung dan ikut membawa karung-karung gabah saat panen tiba menjadi aktivitasnya selain sekolah.

Namun dibalik hatinya dia percaya meski tumbuh di ilalang sawah, karena ilmu yang dipelajarinya dia yakin bisa menjadi dokter atau lebih. (fre/als)

Ingin Program Buta Aksara Tuntas JIKA mungkin citacita menjadi dokter yang pernah diimpikannya dulu tidak menjadi kenyataan, setidaknya keinginan untuk membuat orang mau bersekolah dan menjadi pintar telah dilewati.

Terakhir, sebelum purna jabatan nanti keinginan terakhirnya adalah dapat mengentaskan putus sekolah, menghapuskan buta aksara dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Setidaknya hal itu akan menjadi pemanis bagi perjuangannya Selama

puluhan tahun menjadi seorang guru.

“Pendidikan harus meningkat kualitasnya, tidak hanyan dijangkau semua orang tapi mereka yang masuk ke dalamnya akan menjadi benar-benar pintar, buta aksara harus habis sampai ke tingkat paling dasar,” kata suami dari Titin Sunalik tersebut.(fre/als) KOMITMEN TINGGI: Sulihtiyono dalam acara kepramukaan beberapa waktu lalu. Sulih bertekad menjadikan Banyuwangi bebas buta aksara.

EKO/RaBa

RADAR BANYUWANGI

4

Digugu Ditiru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

Edisi Speusriual Hari G

PAUD, TK, dan SD Tunas Zaitun

Guru Adalah Kurikulum Hidup

PGRI KABUPATEN BANYUWANGI TOHA/RABA

MEMBEKALI siswa dengan ilmu pengetahuan bukanlah suatu hal yang sulit, namun mendidik dan membentuk siswa untuk memiliki karakter dan kepribadian yang positif tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan kemauan, komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk terus belajar dan mengembangkan diri dalam membimbing dan yang paling penting menjadi teladan bagi para siswa. Karena, menjadi guru bukan sematamata profesi namun panggilan.

Membangun karakter sejak dini inilah yang menjadi urutan pertama pada misi para pengajar PAUD, TK, dan SD Tunas Zaitun Banyuwangi.

Sekolah yang berlokasi di Perumahan Mendut Regency ini memiliki empat misi, yaitu Building Character, Building Intelligences, Building Self-motivated,Creativity and Courage, dan Building Social Caring; demi mewujudkan visi, yakni terbentuknya pribadi-pribadi pemimpin yang berkarakter dan siap merubah dunia ini menjadi lebih baik kelak.

Direktur Tunas Zaitun, Miss Ewaldine Melanie menjelaskan, untuk mendidik dan membangun karakter membutuhkan nilai-nilai yang jelas sebagai landasan apa yang diajarkan dan ditanamkan

KELUARGA BESAR

Selamat Hari Guru

ucapan Ke-70 PGRI

KASIH SAYANG: Mrs Melanie bersama siswa-siswi SD Tunas Zaitun terlihat akrab.

pada anak didik, serta perilaku dan sikap seperti apa yang ingin dibiasakan pada mereka.

Oleh karena itu membutuhkan kerjasama serta komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua sehingga terdapat ‘bahasa’ yang sama dalam mendidik anak baik di rumah maupun di sekolah. “Akademik memang penting namun karakter tak kalah penting, karena nyatanya banyak sekali orang pintar yang sayangnya tak diimbangi dengan karakter yang baik,� kata wanita yang akrab disapa Miss Mel ini.

Dalam proses belajar mengajar, selain membangun karakter para pengajar Tunas Zaitun juga membangun Intelligences, yakni kecerdasan majemuk yang terdapat pada tiap anak didik. Adapun 9 dasar kecerdasan tersebut adalah

kecerdasan linguistik, logika matematika, natural, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal dan spiritual. “Kecerdasan tiap-tiap anak berbeda-beda, guru harus mengerti apa yang menjadi kecerdasan tiap siswa di kelasnya. Itu sebabnya kami membatasi jumlah siswa dalam kelas,� ujar Miss Mel. Misi ketiga sekolah Tunas Zaitun ini adalah membangun kemandirian, kreativitas dan keberanian. Keteladanan guru pada titik ini memegang peranan yang sangat penting.

Melanie mengatakan sikap seorang guru dalam aksi maupun reaksi hingga tutur kata diserap dan direkam oleh tiap anak didik. “Oleh karena itu saya suka menyebut bahwa tiap guru itu adalah kurikulum yang hidup. Anak membutuhkan

model dari pembelajaran yang diterimanya,� katanya.

Pada misinya yang terakhir, sekolah Tunas Zaitun juga membangun social caring (kepedulian sosial) pada para siswa, yaitu menunjukkan kepedulian dan perhatian pada lingkungan serta menjadi dampak di kehidupan bersosialisasi dimulai dari scope terkecil yaitu keluarga, masyarakat, kota hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain melalui kegiatan field trip, sekolah juga mengajak siswa untuk melakukan beberapa kegiatan, seperti berkreasi menggunakan bahan yang ramah lingkungan, melakukan penghijauan di lingkungan sekolah, mengundang siswa dari sekolah lain untuk melakukan pemeriksaan gigi, dan sebagainya. (*/als)

Drs H Teguh Sumarno, MM Ketua

+

% + "

, - .

!

"

' ( & )

# $

% &

& ) % * ( " +

! "

!

# "

$

!

!

# % &

'

&( )

**+ !

&

,

$ ,

$ # % )

!

%

#

-, .

#

- . !

- " "

. %

"

!

"

!

! / &

-/"&

. 0

# 0

- .

- .

%

( )

%

/"&

!

1 $ )

/"&

! !

1

!

!

!

2

/ & ! - /&. (

& ! # -( .

3 /

1 $ & ! -1$&.

&

- 4 .

!

! $

!

) # !

! ) ' # ) # ! , 5

# 6

6 6 5 ) % &

)

, 3# 7

! ) &' # 8 -

9 . $ &

5 ) & 5 ) : !

!

- ! . ) ;

5

%

! !

<

&

"

&

!

!

&

&

&

9

&

!

& ! - & . ) ,

=>*? =>*@

5 *

' 9 A % =>*@ 5 = ; A , =>*?

5 & A ;

, A # =>*? 1

< -> . B=* =? #&# < >C** C+=+=

/0."0 &0,0 ,

! ,

) =>*

! "#! $% & '(!

) !

Pemimpin Redaksi/Penanggung jawab: Rahman Bayu Saksono Wakil Pemimpin Redaksi/Korlip: Syaifuddin Mahmud Redaktur: Ali Sodiqin, A.F. Ichsan Rasyid Staf Redaksi: Sigit Hariyadi, Niklaas Andries, Ali Nurfatoni, Chien Jullien Anisa, Taufik Ferdiansyah, Fredy Rizki Manunggal Fotografer: Galih Cokro Buwono Editor Bahasa: Minhajul Qowim Lay Out/Grafis: Khoirul Muklis (Koordinator), Cahya Heriyanto, Ramada Kusuma Atmaja J

.',10

=

0,10203

Pemasaran dan Pengembangan Usaha: Elly Irwan Suryanto, Gerda Sukarno Prayudha Iklan: Sidrotul Muntaha, Dian Effendi Administrasi Iklan: Fitria Arifiana Event: Benny Siswanto Keuangan: Citra Puji Rahayu Kasir: Widi Ukiyanti, Piutang: Anissa Windyah Sari Administrasi Pemasaran: Anisa Febriyanti Perpajakan: Cici Irma Setyani Corporate Lawyer Jawa Pos Group: Dr. Harris Arthur Hedar SH MH Direktur: Samsudin Adlawi

Wartawan Radar Banyuwangi dilarang menerima uang maupun barang dari sumber berita.

J Wartawan

7 0 ! # ,

) #/&/' 2#20, ,'710,'5

3 0

, & &

) ' #

& , D ' # ,

),E 2#20, ,'710,'5

& ;

# (3% ) % ,' 3,),&, &,'% 3

7 ,

#

) ' #

#

( $2 /3,# &2%/3' 5321

6

, 3 9 # # 6 ',' /

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Agus Baihaqi Staf Redaksi: Shulhan Hadi, Dedy Jumhardiyanto Pengembangan Usaha: Abdul Aziz Iklan: Thomy Sila Acrhdiansyah, Eko Budiyono Pemasaran: Wahyu Nugroho Administrasi: Titin Wulandari Kantor Genteng: Ruko Madania, Jl Hasyim Asyâ&#x20AC;&#x2122;ari No 06 Genteng Telp : (0333) 845860

# ,

# 9 6 6 5321

! ) 2 # ,

3# 7,#& '

) , # ,

) ;,#, ,31', /3#,%, 5321

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Edy Supriyono Staf Redaksi: Nur Hariri, Habibul Adnan Fotografer: Rendra Des Kurnia Lay Out/Grafis: Pemasaran: Samsuri Administrasi: Dimas Ayu Dewi Fintari Kantor Situbondo: Jl. Wijaya Kusuma No. 60 Situbondo, Telp : (0338) 671982.

Radar Banyuwangi dibekali dengan kartu pers yang dikenakan selama bertugas.

J

3 &

# ) ) % ,' 3,),&, &,'% 3

/ # ! # ,

) 1& #(2 ,0,) ,$ ,3 5321

Penerbit: PT Banyuwangi Intermedia Pers.

SIUPP:1538/SK/Menpen/SIUPP/1999.

Alamat Redaksi/Iklan: Jl. Yos Sudarso 89 C Banyuwangi, Telp: (0333) 412224-416647 Fax Redaksi: 0333-416647, Fax Iklan/Pemasaran: (0333) 415153, Website: www.radarbanyuwangi.co.id. Email: radarbwi@gmail.com, beritaraba@gmail.com, artikelradarbwi@gmail.com. Rekening: Giro Bank Mandiri Nomor Rekening 1430002019030. Surabaya: Yamin Hamid, Graha Pena Lt .15, Jl Ahmad Yani 88 Telp. (031) 8202259 Fax. (031) 8295473. Jakarta: Gunawan, Jl Raya Kebayoran Lama 17, Telp (021) 5349311-5, Fax. (021) 5349207.

Percetakan: Temprina Media Grafika, Jl Imam Bonjol 129 Jember Telp (0331) 320300

Materi iklan/advertorial di luar tanggung jawab Radar Banyuwangi

RADAR BANYUWANGI

Digugu Ditiru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

Alvie LuluilLuluil Akyun, Akyun Calon Guru Alvie

Zafira Kirana Surachman

Penyanyi yang Ingin

Siswi SDN 4 Penganjuran

Jadi Guru

SUKSES membuat album Kluncing Using, Alvie Luluil Akyun berusaha meraih cita-citanya sebagai seorang guru. Gadis yang saat ini menginjak usia 19 tahun ini memiliki pengalaman saat dia menempuh sekolah.

Penembang lagu Ketiban Ndaru ini mengaku menyesal karena saat sekolah dulu sering mengabaikan perintah sang guru. Banyak sekali tugas serta nasihat yang diberikan oleh gurunya terabaikan. Maka untuk menebus rasa bersalahnya itu, gadis kelahiran Muncar ini sedang meneruskan kuliahnya semester satu di UT Purwoharjo dengan jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). “Aku merasa bersalah sekali saat dulu sering mengabaikan perintah guru baik dalam tugas maupun nasihat,” kata salah satu bintang penyanyi asal Muncar ini.

Alvie mengatakan kedua orang tuanya sangat mendukung cita-citanya untuk menjadi seorang guru. Support yang

Doakan

ORANG TUA adalah guru pertama dan utama. Peranan orang tua dalam kehidupan keluarga, khususnya dalam kaitan dengan anak-anak tidak hanya sebatas melahirkan, memberikan makan dan menyediakan tempat tinggal. Tetapi juga menyediakan pendidikan yang baik dan memadai.

Jika orang tua dan pendidik kompak dalam memberikan pendidikan kepada buah hatinya, maka hasilnya juga akan terlihat. Orang tua yang bertindak sebagai guru di rumah memberikan porsi terbesar dalam menentukan tumbuh kembang sang anak. Seperti yang terjadi pada Zafira Kirania Surachman.

Zafira adalah contoh dari anak hasil didikan orang tua yang berhasil. Di usianya yang masih belia dia telah mampu mengumpulkan banyak sertifikat dan tropi dari berbagai lomba yang dia ikuti. Tidak hanya hanya jago kandang, siswi SDN 4 Penganjuran kelas 2A ini juga mampu menunjukkan taringnya di luar kandang. Kepercayaan diri anak pasangan Andri Ali Surachman dan Indah Dwi Wijiastuti ini adalah hasil paduan binaan guru dan orang tua.

Saat ditemui dirumahnya di kawasan perumahan Mendut Hijau Blok F-9, Zafira mengakui peran orang tua dan gurunya di sekolah memberikan andil dalam membentuk kepribadiannya. Kedua orang tua saya adalah guru di rumah. Mereka memberikan kebebasan untuk belajar dan berkreasi. “Untuk akademik saya belajar di sekolah dan guru-guru saya di SDN 4 Penganjuran semuanya baik sekali. Insyaallah balasannya masuk surga,” kata Zafira.

Kedua orang tuanya, Andri Ali Surachman dan Indah Dwi Wijiastuti, turut terharu atas bakat anaknya. Meski sibuk dengan pekerjaannya, namun ujian kepercayaan yang diberikan kepada putrinya telah berhasil ditunjukkan dengan prestasi yang gemilang. “Sejak kecil dia punya talenta, makanya terus kita kembangkan agar talentanya bisa keluar, yang penting dia berani maju saat berkompetisi,” kata ketua RT di Mendut Hijau ini. (*/als)

lahir Banyuwangi, 15 November 1996 usia 19 tahun hobi Menyanyi orang tua Supardi dan Sutiyem PENUH PIALA: Zafira Kirania Surachman berfoto bersama piala-piala hasil kompetisi di berbagai daerah.

sekolah

n n n

Guru

Masuk Surga

diberikan kepadanya melebihi apa yang diperkirakan. Mengajar adalah salah satu kegiatan yang membuat hidup Alvie penuh gairah.

Baginya, mengajar apalagi menjadi seorang guru menjadi salah satu cita-cita yang ingin diraihnya.

“Selama kita mencintai pekerjaan kita dan menjalankannya dengan hati, pekerjaan menjadi guru ini menjadi sangat berarti. Guru adalah pekerjaan mulia,” pungkasnya. (*/als)

Tentang Alvie Luluil Akyun

n

5

SDN 7 Tembokrejo Muncar SMPN 1 Muncar SMAN 1 Muncar Sekarang sedang menempuh kuliah di UT Purwoharjo jurusan PGSD

Nama Lahir Alamat Orang tua Sekolah Hobi Kakak

: Zafira Kirania Surachman : Banyuwangi, 5 Mei 2008 : Perum Mendut Hijau F-9 Banyuwangi : Andri Ali Surachman & Indah Dwi Wijiastuti : SDN 4 Penganjuran Banyuwangi : Menari dan Mewarnai : Rayehan Abhista Rabbani

PRESTASI Juara 1 Lomba Foto Kategori B Dalam Acara Valentine Ceriah Satu Hati di Situbondo 2015; Juara 1 Lomba Kalender 2015 Dalam Acara Ajang Kreasi Bersama La Tulipe di Sun East Mall 2015; Juara 1 Lomba Foto Close Up Free Expression Kategori B Dalam Acara Top Model Sophie Martin 2015 di Bondowoso; Juara 2 Lomba Foto Close Up Free Expression Kategori B Dalam Acara Gebyar Semarak Wahana Dirgantara 2015; Juara 3 Top Model Yunior Dalam Acara Semarak Wahana Dirgantara 2015; Juara Umum Lomba Kreasi Anak Piala Wakil Bupati Banyuwangi 2015, dll.

TOHA/RABA

Demi Transparansi Pendidikan di Banyuwangi

Dispendik Gelar Pelatihan Tata Kelola BOS

TRANSPARAN: Pelatihan tata kelola BOS untuk meningkatkan kemampuan pengelola untuk pencapaian mutu pembelajaran yang lebih baik.

SERIUS: Peserta pelatihan tata kelola BOS di SMK PGRI Rogojampi Senin (23/11) lalu.

DINAS Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi melaksanakan pelatihan tata kelola BOS dana (Bantuan Operasional Sekolah) untuk seluruh SD dan SMP. Pelatihan ini digelar Senin (23/11) lalu di SMK PGRI Rogojampi.

Setidaknya ada 252 peserta yang mengikuti pelatihan ini. Mereka berasal dari perwakilan SMPN Negeri dan SMP Swasta, setiap sekolah diwakili kepala sekolah, komite, dan bendahara.

Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, melalui pengelola BOS Kabupaten Banyuwangi Nuriyatus Sholeha mengatakan, pelatihan ini mencakup materi pengelolaan BOS yang baik, sekolah sehat, aman, sehat dan menyenangkan. Tujuan pelatihan tata kelola BOS ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pengelola SMP untuk pencapaian mutu pembelajaran yang lebih baik; serta meningkatkan pengetahuan pengelola SMP mengenai sekolah sehat dan aman dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan.

Nuriyatus mengatakan, materi pelatihan terdiri dari modul tata kelola, penyusunan RKAS, penggunaan dana, laporan keuangan, dan best practice pengelolaan BOS. Sementara untuk modul sekolah aman, ramah anak dan menyenangkan terdiri dari sekolah aman secara fisik, sekolah aman secara mental. Untuk modul sekolah sehat terdiri dari Pendidikan kesehatan (UKS), pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat.

Pada tahun lalu, kata dia, Banyuwangi di wakili SMPN 1 Srono menjadi juara tiga tingkat nasional dalam tata kelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dan tahun 2015 ini, diwakili SDN 4 Penganjuran dengan menggondol juara 5 nasional. “Dengan begitu, pengelolaan dana BOS di Banyuwangi dinilai transparan,” ujarnya.

Sebab, pada penilaian di tingkat nasional itu, tahapan penilaian sangat ketat, mulai dari verifikasi yang disidang di tingkat nasional. Setelah itu, hasil verifikasi wajib dipresentasikan oleh sekolah. Presentasi ini sekaligus untuk menyakinkan dan membuktikan kepada tim juri. Penilaian ini berjalan secara tertutup. Ada empat komponen pokok tentang pengelolaan dana BOS di sekolah. Yaitu perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, serta dampak yang ditimbulkan. (*/als)

FOTO-FOTO: TOHA/RABA

PENGANTAR: Pengawas sekolah saat memberikan pengarahan kepada peserta tata kelola dana Bantuan Operasional Sekolah.

PENGELOLA BOS: Nuriyatus Sholeha.

TINGKATKAN MUTU: Peserta pelatihan bertekad untuk mengelola dana BOS dengan baik.

TOHA/RABA

Edisi Speusriual Hari G

RADAR BANYUWANGI

6

Digugu Ditiru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

Edisi Speusriual Hari G

PGRI Cegah Kriminalisasi Guru BANYUWANGI - Tepat 25 November 1945 atau seratus hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, para guru yang berasal dari puluhan organisasi menggelar kongres di Surakarta, Jawa Tengah (Jateng). Hasilnya, para guru tersebut bersepakat membentuk satu-satunya wadah organisasi guru, yakni Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Sebagai penghormatan atas dedikasi guru dan PGRI, pemerintah RI melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan hari kelahiran PGRI, yakni 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Sejak saat itu, setiap tanggal 25 November diperingati Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun (HUT) PGRI secara bersama-sama.

Tidak dapat dimungkiri, peran guru dalam perjalanan bangsa ini sangatlah

besar. Bahkan sejak masa penjajahan pun, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik dan masyarakat.

Meski demikian, seiring arus globalisasi dan kemajuan teknologi seperti saat ini, peningkatan kapasitas kalangan pendidik tersebut merupakan suatu keniscayaan.

Hal itu juga diakui Ketua PGRI Banyuwangi, Teguh Sumarno.

Menurut Teguh, para guru perlu mendapat pembinaan sesuai tugas pokok fungsi (tupoksi). Pembinaan perlu dilakukan dalam konteks keilmuan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi. â&#x20AC;&#x153;Para guru juga harus menerapkan komitmen-komitmen akademik masuk dalam jiwa

masing-masing,â&#x20AC;? ujarnya. tidak boleh mengesampingkan kemamTeguh menjelaskan, pembinaan yang puan bersosialisasi. Dalam perilaku sesuai dengan tupoksi guru itu antara sosial, guru harus terus membangun lain menyangkut konteks hubungan baik antar keilmuan. Kon teks sesama, antar pegawai, keilmuan itu sendiri maupun hubungan demeliputi proses pemngan anak didik. â&#x20AC;&#x153;Sebelajaran, akademik, dan orang guru secara sosial nilai target kemampuan. harus diterima semua â&#x20AC;&#x153;Sesuai Undang-Undang pihak,â&#x20AC;? cetusnya.

(UU) Nomor 14 Tahun Dan yang tidak kalah 2005 tentang guru dan penting, imbuh Teguh, ilmu, dosen, guru harus berpikiran, dan sumber daya pendidikan Strata 1 (S-1) manusia (SDM) guru sangat DOK.RABA dan dosen harus Srata tergantung pada karakteTeguh Sumarno 2 (S-2). Standar ini akan ristik yang bersumber dari berpengaruh terhadap guru karena Tuhan Yang Maha Esa (YME). Karena itu, keilmuan, wawasan, dan keteram- para guru harus selalu berdoa sebagai pilannya,â&#x20AC;? kata dia. wujud kristalisasi bahwa Tuhan-lah yang Teguh menambahkan, para guru juga akan mengubah seseorang menjadi besar,

DEDY JUMHARDIYANTO/JPRG

PRODUKSI TURUN: Purnomo menuang air nira kelapa untuk dibuat gula merah, kemarin (24/11).

Produksi Gula Merah Menurun ROGOJAMPI - Musim kemarau yang berkepanjangan, ternyata berdampak terhadap usaha rumahan gula merah. Para perajin gula di wilayah Kecamatan Rogojampi, mengaku produksinya sejak dua bulan terakhir menurun.

Dibanding sebelum musim kemarau, produksi gula merah itu turun hingga 50 persen. Hal

itu, karena perolehan air nira dari pohon kelapa menyusut. â&#x20AC;&#x153;Turunnya cukup drastis, sampai 50 persen,â&#x20AC;? cetus Purnomo, 29, salah satu penderes air nira asal Dusun Kedunen, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, kemarin (24/11).

Sebelum kemarau, terang dia, air nira kelapa yang dipanjat dari

Sudah Tepatkah Norma Perhitungan Anda

?

Pemerintah lndonesia menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan pemungutan pajak. Berdasarkan sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Bagaimanakah cara Anda selaku Wajib Pajak menentukan jumlah pajak yang seharusnya Anda bayar?

Penghasilan Kena Pajak adalah dasar untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif pajak, akan diperoleh jumlah pajak yang terutang. Ada beberapa cara untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. Untuk Wajib Pajak (WP) dalam negeri, perhitungan Penghasilan Kena Pajak dapat dibedakan menjadi : a) Perhitungan penghasilan neto dengan cara biasa (WP Badan dan OP yang menyelenggarakan pembukuan); b) Perhitungan penghasilan neto dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto (WP Orang Pribadi menyelenggarakan pencatatan); c) Perhitungan penghasilan neto dengan cara penerapan Norma Perhitungan Khusus jenis usaha WP tertentu (Pasal 15 UU PPh, seperti perusahaan pelayaran & penerbangan, asuransi luar negeri).

Siapakah yang wajib menyelenggarakan pembukuan? Siapakah yang wajib menyelenggarakan pencatatan? Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan Wajib Pajak sangatlah penting untuk dapat mengenakan pajak yang adil dan wajar dan sesuai dengan kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Untuk dapat menyajikan informasi yang dimaksud, Wajib Pajak perlu menyelenggarakan pembukuan. Namun disadari bahwa tidak semua Wajib Pajak tidak mampu menyelenggarakan pembukuan.

Wajib Pajak Badan wajib untuk menyelenggarakan pembukuan. Bagaimana dengan Wajib Pajak Orang Pribadi? a) Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun sebesar Rp 4,8M (empat miliar delapan ratus juta rupiah) atau lebih, wajib menyelenggarakan pembukuan; b) Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp 4,8M (empat miliar delapan ratus juta rupiah) wajib menyelenggarakan pencatatan, kecuali Wajib Pajak yang bersangkutan memilih menyelenggarakan pembukuan; c) Wajib Pajak Orang pribadi yang wajib menyelenggarakan pencatatan (poin b), dan menerima/memperoleh penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang EHUVLIDW ÂżQDO PHQJKLWXQJ SHQJKDVLODQ QHWR GHQJDQ PHQJJXQDNDQ 1RUPD 3HUKLtungan Penghasilan Neto Bagaimanakah cara penggunaan Norma Perhitungan Penghasilan Neto? Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan angka persentase Norma Perhitungan dengan peredaran/penghasilan bruto dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dalam 1 (satu) tahun pajak. Secara ringkas perhitungan dengan menggunakan penghasilan neto adalah sebagai berikut : a) Wajib Pajak dengan proses pencatatan akan memperoleh peredaran bruto / omzet dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas b) Penghasilan neto = Peredaran bruto x norma c) Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Penghasilan neto â&#x20AC;&#x201C; Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) d) Pajak terutang = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto wajib memberitahukan penggunaaan Norma Perhitungan kepada Direktorat Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal Tahun Pajak yang bersangkutan. Pemberitahuan tersebut dianggap disetujui, kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan untuk menggunakan Norma Perhitungan.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan penggunaan Norma Perhitungan, dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan Norma Perhitungan Penghasilan Neto dibuat dan disempurnakan terus-menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Untuk Tahun Pajak 2015 ke belakang, norma perhitungan yang digunakan berdasarkan KEP-536/PJ/2000. Sedangkan untuk Tahun Pajak 2016 dan seterusnya, DJP telah menerbitkan PER-17/PJ/2015, Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Norma Perhitungan Penghasilan Neto pada tanggal 10 April 2015.

Berapakah angka persentase Norma Perhitungan Anda? Sudah tepatkah Norma Perhitungan Anda? Anda bisa berkonsultasi dengan Account Representative (AR) di KPP Pratama tempat Anda terdaftar. Konsultasi perpajakan dan segala bentuk pelayanan tidak dipungut biaya, karena #PajakMilikBersama

Informasi lebih lanjut dapat berkonsultasi dengan Account Representative Saudara di Kantor Pelayanan Pajak dimana Saudara terdaftar atau hubungi Kring Pajak 1500200.

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III.

45 pohon kelapa mampu menghasilkan lima jeriken yang berisi 35 liter per jeriken. Tapi saat ini, dari 45 pohon kelapa itu hanya dapat tiga jeriken berisi 35 liter nira kelapa per jeriken. â&#x20AC;&#x153;Tiga jeriken itu kadang tidak penuh,â&#x20AC;? katanya.

Pada musim kemarau tahun lalu, jelas dia, air nira kelapa masih ada dan penyusutannya tidak terlalu banyak. Tapi pada tahun ini, air nira jauh di bawah rata-rata normal. â&#x20AC;&#x153;Hasil air nira kelapa menurun, berpengaruh terhadap produksi gula merah,â&#x20AC;? ujarnya.

Salah satu perajin gula merah asal Dusun Kedunen, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Holidah, 27, mengatakan selama dua bulan terakhir terjadi penurunan produksi gula merah. Dan penurunan itu, terjadi terus menerus. â&#x20AC;&#x153;Kemarau debit air berkurang, ternyata itu juga

berpengaruh terhadap hasil air nira kelapa,â&#x20AC;? cetusnya.

Holidah menyebut selama ini memproduksi gula merah dari air nira kelapa hingga 27 kilogram.

Tapi selama kemarau ini merosot cukup tajam. â&#x20AC;&#x153;Sekarang itu produksi gula dalam sehari hanya 18 kilogram,â&#x20AC;? jelasnya.

Sejak dua tahun terakhir, para perajin gula merah di beberapa desa yang ada di Kecamatan Rogojampi, seperti Desa Blimbingsari, Patoman, dan Bomo, tidak lagi menggunakan bahan pengawet atau sulfit.

Sebab, hasil produksi gula merah itu sebagian besar dikirim ke pabrik. â&#x20AC;&#x153;Kalau yang nonpabrik masih ada, tapi sangat jarang,â&#x20AC;? ungkap Sutomo, 40, perajin gula merah nonsulfit (NS) asal Dusun Blibis, Desa Patoman, Kecamatan Rogojampi.(ddy/abi)

sukses, dan hebat.

Disinggung mengenai masih adanya oknum guru yang tersandung kasus kriminal, Teguh menyatakan bahwa PGRI Banyuwangi sebenarnya telah intens melakukan upaya mencegah hal tersebut. Dia mengaku selalu mengimbau para guru menjauhi perbuatan yang menjurus ke tindakan kriminal. â&#x20AC;&#x153;Tetapi mengingat jumlah guru kita mencapai 10 ribu orang lebih, wajar jika ada kekurangan,â&#x20AC;? akunya.

Dijelaskan, langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah tindakan kriminal adalah, kalangan guru harus melakukan proses akademik yang sesuai standar, pembinaan sesuai kurun waktu, bobot kemampuan harapan, dan lain-lain. â&#x20AC;&#x153;Yang tidak kalah penting, guru harus bersyukur.

Kalau guru bersyukur, insya-Allah tidak akan ada kriminalisasi,â&#x20AC;? tegasnya.

Selain itu, kata Teguh, PGRI Banyuwangi selalu mendengungkan komitmen-komitmen akademik masuk di jiwa guru. Dengan memahami jati dirinya, kata teguh, para guru akan berubah lebih baik dari dalam dirinya sendiri, tanpa dipaksa pihak mana pun.

Meski lebih menitikberatkan upaya preventif untuk mencegah kriminalisasi guru, imbuh Teguh, PGRI Banyuwangi juga menyiapkan â&#x20AC;&#x153;perantiâ&#x20AC;? untuk melakukan pendampingan kepada para guru yang tersandung hukum, yakni melalui Lembaga Konsultan dan Bantuan Hukum (LKBH) PGRI Banyuwangi. â&#x20AC;&#x153;Namun demikian, pencegahan tetap yang utama,â&#x20AC;? pungkasnya. (sgt/aif)

Digugu Ditiru RADAR BANYUWANGI

pesial Edisi SG Hari uru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

7

Mujib, S.Pd,MM Kepala SMAN 1 Giri

Manfaatkan

IT Melalui Sistem IDS

P

erkembangan teknologi informasi (TI) mutlak harus disesuaikan lapisan masyarakat tak terkecuali siswa. Bekerja sama dengan salah satu operator seluler, SMAN 1 Giri mengembangkan program Integrated Digital School (IDS) untuk melipat seluruh informasi pendidikan agar mudah diakses semua pihak.

Melalui program IDS ini, kegiatan belajar siswa dilayani melalui fasilitas IT seperti absensi dengan detector wajah yang di pasang di tengah sekolah. Alat ini dapat mengirimkan data siswa yang masuk ke sekolah beserta perincian waktunya hanya dengan satu detik menatap alat tersebut.

Dengan program itu, kepala sekolah dan guru tidak perlu repot-repot mengabsen siswa satu per satu. Sebab, data dari alat tersebut sudah terintegrasi dengan perangkat komputer di ruang kepala sekolah dan ruang guru.

Tak hanya itu, data materi sekolah serta ujian sekolah juga bisa diakses setiap siswa dari perangkat smart phone mereka. Kepala sekolah juga dapat mendeteksi sejauh mana materi yang diberikan kepada siswa, serta bagaimana serapan yang diterima siswa bisa dipantau melalui program IDS. Sistem IDS, kata Mujib, memudahkan sekolah untuk melihat transparansi nilai, uang sekolah, nilai dan informasi lainnya.

Sehingga semua pihak dengan mudah melakukan evaluasi jika ada kesalahan yang terjadi. “Kita bisa melihat jadwal sekolah serta perubahannya, nilai siswa bisa diakses dari komputer. Semua bisa diakses warga sekolah,” terangnya. (fre/afi)

PIALA: Jawara OKI bersama Pembina dan kepala SMAN 1 Giri.

GEMAR MEMBACA: Buku merupakan sumber ilmu.

SUASANA MENDUKUNG: Rindang dan sejuk di SMAN 1 Giri membuat siswa betah untuk menimba ilmu.

Layani Siswa Super Cerdas dengan Sistem SKS SEKOLAH Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Giri memberikan pelayanan khusus dan istimewa kepada siswa yang memiliki kecerdasan super atau siswa super cerdas.

Kepada siswa super cerdas itu, SMAN 1 Giri itu mengoptimalkan sistem sekolah berbasis Satuan Kredit Semester (SKS).

Kepala SMAN 1 Giri, Mujib menjelaskan, SMAN 1 Giri bisa meluluskan siswa hanya dalam waktu empat semester atau dua tahun saja kepada siswa super cerdas. Ada 20 siswa super cerdas dengan perbandingan 10 dari jurusan IPA dan 10 dari jurusan IPS yang sudah menyelesaikan pendidikan dengan nilai baik meskipun lebih cepat dari teman-temannya.

Dari 19 siswa dari 20 siswa tersebut berhasil melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang cukup terkenal di Indonesia.“70 persen di antaranya mengikuti sistem masuk PTN tanpa tes, sisanya ikut SBMPTN,”kata Mujib. (fre/afi)

Luangkan Waktu Siswa untuk Dekat dengan Tuhan UNTUK memberikan pembelajaran Agama kepada siswa, setiap hari, Mujib menerapkan waktu 30 menit untuk membaca Al-quran, asmaul asma as maul u husna hussna n bagi bag a i siswa muslim, dan menyanyikan Indonesia meny me nyan anyi yika kan n la lagu gukkkebangsaan eban eb angs gsaa aan n In ndo done nesiia Raya dan membaca kepada Rayad d anm an m emba em baca cakkkarya arya ar yallliterasi iter it eras asii ke kepa pada da semua siswa. Se Sekitar pukul para siswa Seki k ta t rrpu puku kull 06.15, 06.1 06 15, 5,p par araasi sisw swaa dibiasakan pukul dibiasakkan a tadarus tad darus Al-quran, Al-qu q raan, np ukul u 06.25 06.

6.25 25 membaca husna b bersama. memb me mbaca as aasmaul maul husnab ersama.

Pada Pada d pukul pukkul u 6.30, 6.3 .30, 0, siswa sisswa wa menyanyikan menya yany nyik ikan an lagu bersama-sama lagu la gu Indonesia gu Ind ndon o es on esia ia Raya ia Ray ayaa be bers rsam rs amaam a-sa asama sa m ma sebelum masuk Begitu se ebe belu lum um ma masu sukk ke su k kkelas. elas el ass. Be eg giitu tiba tiba ib ba di kelas, k la ke las, s mereka s, mer erek ekaa diberi ek db di be eri r waktu wakktu lagi laag gi untuk u tu un uk membaca m mb me mbac a a buku ac buku yang yang ang disediakan an dise di se sedi edi d akan akkan di di perpustakaan perp pe rp pusstaakaaaan n kelas. kel e as as.. “Kita “K Kit itaa berusaha b ru be rusa saha sa ha menyeimbangkan kebutuhan meny me nyyeiimban mb baan ngk gkan an antara ant ntar araa ke kebu butu bu tuha tu han ha n akademis dan akad ak adem em miss dan dan spiritual, spi p ri r tu ual a , supaya ssu upaya paya pa y jiwa jiw wa d da an karakter dapat dengan kara ka rakt kte kt err ssiswa iswa is w d wa apat ap at ttumbuh um mbu buh h de eng ngan baik, Mujib. baaik b ik,,” kkata ataa Mu at M ujijij b. b (fre/afi) ( re (f e/a afi fi))

ONLINE: Sistem absensi siswa menggunakan scanner wajah.

CBT: SMAN 1 Giri siap melaksanakan Ujian Nasional berbasis Komputer.

POJOK MEMBACA: Biasakan siswa membaca minimal 10 menit perhari.

Gagas Perpustakaan Kelas Agar Siswa Berpaling Sejenak dari Gadget gerakan perpustakaan kelas sejak 28 Oktober 2015. Dengan cara meletakkan buku-buku non pelajaran di sudut khusus ruang kelas.

Selama kurang lebih 15 menit mulai pukul 06.30 sampai 06.45 para siswa ini diarahkan untuk membaca buku tersebut.

Perpustakaan ini dikelola pengurus kelas dan buku bacaan ini berasal sumbangan rutin dari para siswa.

Selain dari siswa, wali murid juga ikut menyumbang buku bacaan bagi anak-anaknya di setiap kelasnya. “Harapan kita tentunya supaya siswa tidak malas membaca, selain itu bisa memecah ketergantungan mereka kepada smart phone,” ujar Mujib. (fre/afi)

KEBIASAAN siswa sekarang yang tidak bisa jauh dengan perangkat ponsel pintar membuat SMAN 1 Giri merasa perlu mengambil sikap agar siswa tidak terkena dampak negatif dari ponsel pintar itu. Bersama para guru, Mujib menggagas

DAFTAR SISWA LULUS 4 SEMESTER (2 TAHUN) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Nama Lorna Asprila Juwita Novayanti Nur R Maria Wahyu D Prama Pradipta A Yosefine Fetik R Chanis Elisian Noverando Bagus P Dina Shabrina W Dyati Galuh P Nurdia Dwi Cahyani Dimas Wahyudi Wahyu Hari Wibowo Al Viyah Nurul K Cindi Clara Chesar Devy Marienda P M Galuh Okta P M Yusuf Ismail Resthiya Faradhila S Resty Putri Adinda Sinta Kurniawati

Kelas XI MIA XI MIA XI MIA XI MIA XI MIA XI MIA XI MIA XI MIA XI MIA XI MIA XI IIS XI IIS XI IIS XI IIS XI IIS XI IIS XI IIS XI IIS XI IIS XI IIS

Diterima Unesa Unair ITS Unibraw Unej UGM Unibraw IPB UM ITS UGM Unibraw Unibraw Unesa Unibraw UM Unibraw Unesa UM Unair

Siap Selenggarakan UN CBT UJIAN Nasional (UN) berbasis komputer menjadi salah satu resolusi dan masalah dalam dunia pendidikan. Setiap sekolah ingin mengadakan ujian ini namun tak semuanya mampu.

SMAN 1 Giri berupaya memenuhi hal tersebut dengan mempersiapkan SDM dan infrastrukturnya.

Mulai dari operator komputer yang dilatih untuk dapat menangani sistem ini, kemudian menyediakan 100 lebih personal computer (pc) serta penyediaan genset untuk mengantisipasi situasi listrik saat ujian berlangsung. Agar tidak kaget, para siswa juga dibiasakan mengerjakan ujian tengah semester dan ujian semester menggunakan computer base test (CBT). (fre/afi)

Tentang Kepala SMAN 1 Giri Nama Tempat, Tanggal Lahir Istri Anak

: : : :

Riwayat Pendidikan

:

Mujib, S.Pd,MM Bojonegoro, 10 Juli 1966 Nurul Lailiah Alif Akbar S Bimli Akbar S Gama Akbar S Rahma Safira A

■ SDN Cangakan, Kanor, Bojonegoro 79 ■ SMPN Barunejo, Bojonegoro 82 ■ SMAN Sumberejo, Bojonegoro 85 ■ D3 Pendidikan Kimia IKIP Malang 88 ■ S1 Pendidikan Kimia, UT-UPBJJ Jember 96 ■ Magister Manajenen, Unisma, Malang 15

Riwayat Pekerjaan

:

Guru kimia SMAN Rogojampi 1989 - 1994 Guru Kimia SMAN 3 Banyuwangi 1994-2007 Kepala SMAN Rogojampi 2007-2009 Kepala SMAN Darussholah Singojuruh 2009-2010 SMAN 2 Genteng 2010-2011 SMAN 1 Genteng 20122015 SMAN 1 Giri 2015

an

hk

a ud

em

em

an

DS

m

I

t ys

s

k uk

j

un

jib

,H

iri

1G N A SM ar. la gaj a ep en : K ar m E IM laj L T be A m RE ste y s

en

m

d Mu

FOTO-FOTO FREDY RIZKI MANUNGGAL/RABA

RADAR BANYUWANGI

8

Digugu Ditiru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

Edisi Speusriual Hari G

Drs Sunari MM Kasi Pendidikan Masyarakat

Pendidikan Non Formal Bisa Tekan Pengangguran OBSESI Dinas Pendidikan Banyuwangi sesuai visi misi Pemkab Banyuwangi melalui seksi Pendidikan Masyarakat untuk menekan angka pengangguran sangat serius dilakukan. Melalui pendidikan nonformal diharapkan tingkat turn over dapat ditekan dengan memberikan keterampilan atau kecakapan hidup yang memadai sehingga mereka yang menganggur atau mengalami turn over dapat kembali mandiri.

Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat Dinas Pendidikan Banyuwangi, Drs Sunari, MM mengatakan dalam usaha memenuhi keinginan, harapan dan kebutuhan masyarakat tersebut, pemerintah menerbitkan beberapa kebijakan tentang pendidikan nonformal, antara lain UU Sisdiknas pasal 26 ayat (1) ditegaskan bahwa Pendidikan Nonformal (PNF) diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal.

Sunari mengatakan, karena begitu strategisnya fungsi PNF tersebut, sehingga Pemkab melalui Dispendik komitmen terus mengembangkan perluasan akses layanan, peningkatan mutu dan daya saing, serta responsif terhadap dinamika dan perkembangan kebutuhan masyarakat yang diakomodir melalui pendidikan nonformal, “Jangan sampai ada yang nganggur, tapi ayo belajar sebagai wujud syukur, terus bekerja dan ibadah agar makmur,” kata Sunari.

Lebih lanjut ia mengatakan dalam pasal 26 ayat 3 dalam UU tersebut ada beberapa macam pendidikan nonformal (PNF) yang dapat diselenggarakan yang meliputi program pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,

pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (antara lain yang kini tengah dikembangkan adalah Pendidikan Keluarga, pendidikan Kegotongroyongan, kesigapan dan kemandirian warga).

Satuan PNF yang diselenggarakan sekarang ini berupa Lembaga kursus & lembaga pelatihan (LKP), Kelompok belajar, Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan Majelis taklim, serta satuan PNF sejenis (Rumah Pintar/ Home Schooling/rumah belajar, Lembaga bimbingan belajar/bimbel, Balai Belajar Bersama, serta bentuk lain yang berkembang di masyarakat.

Saat ini di Banyuwangi, terdapat 78 LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan); 59 PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat); 3 Home Schooling; 1 Rumah Belajar, 1 rumah pintar, 2 Balai Belajar Bersama, 28 Majelis Taklim; 279 Kelompok Belajar, dan 259 Lembaga Bimbingan Belajar, dan 16 TBM (Taman Bacaan Masyarakat), diantara lembaga tersebut disamping berstatus nonformal, juga sebagian besar berstatus Informal, dan masing-masing lembaga/ Satuan PNF tersebut sekurang-kurangnya membuka 2 layanan program. “Keberadaan lembaga non formal ini dalam rangka untuk meningkatkan kecakapan hidup,” cetusnya “Pembangunan pendidikan non-formal antara lain bertujuan agar terwujud kelembagaan kursus dan pelaksanaan kursus para profesi yang bermutu dan berorientasi kecakapan hidup khususnya bagi penduduk penganggur usia produktif untuk dapat bekerja dan atau berusaha secara produktif, mandiri,

dan profesional,” katanya.

Selain itu Jenis PNF yang tengah dikembangkan Pemerintah adalah Pendidikan Keluarga, yang sasarannya lebih pada semua orang tua (keluarga) peserta didik dari setiap satuan pendidikan baik formal maupun nonformal agar lebih berperan dalam pendidikan. Pada Pembinaan pendidikan keluarga tersebut lebih pada upaya Pemkab Banyuwangi dalam meningkatkan peranan orang tua secara konkrit dan terukur dalam mendidik putra putrinya, sehingga terjadi peningkatan sinkronisasi sekaligus mutu pendidikan terhadap peserta didik/ anak oleh Lembaga satuan pendidikan dan orang tua (Keluarga) terutama dalam meningkatkan pendidikan dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya, sehingga memacu terbentuknya karakter dan akhlak peserta didik untuk agar lebih siap dalam mengarungi kehidupan, baik kesiapan untuk pendidikan lebih lanjut, memasuki dunia kerja atau berwirausaha mandiri. (*/ als)

Wawancara Khusus Kasi Dikmas JP-RABA : Anda mengatakan bahwa pendidkan Nonformal (PNF) berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal, dapat dijelaskan?

Sunari : UU yang menyatakan begitu, ya memang dalam membangun sumberdaya manusia baik melalui jenjang dan jenis pendidikan yang tidak memungkinkan dilakukan melalui pendidikan formal, maka menjadi tugas pendidikan nonformallah yang melakukan.

JP-RABA :Kronkritnya?

Sunari : Siswa yang ingin meningkatkan kemampuan akademiknya akan menambah dengan mengikuti bimbel/les, karena usia 30 tahun (atau diatas usia sekolah) tidak mungkin ia sekolah SMA, maka sebagai gantinya ia dapat mengikuti Paket C setara SMA, untuk menunjang mobilitasnya seseorang siswa/ mahasiswa perlu melengkapi dengan mengikuti kursus mengemudi yang tak mungkin ia dapatkan disekolah/kampus, demikian juga keterampilan/kecakapan hidup, pemberantasan buta aksara dst nah peranan strategis PNF hadir disini.

JP-RABA : Untuk konteks kekinian apa yang urgen pada PNF? Sunari : Semua urgen … ha…ha…, PNF harus aplikatif dan inovatif, yakni desain program layanannya harus tajam dan memenuhi kebutuhan riil masyarakat yang sedang berkembang secara dinamis JP-RABA : Contohnya dapat dijelaskan?

Sunari : Kalau sekitar Pantai Boom akan dibangun Marina Bay, yang berarti menjadi pintu transit dan masuk wisatawan asing, maka secara umum perlu Community development atau menyiapkan/membangun masyarakatnya di Kampung Mandar khususnya dan Banyuwangi umumnya, yakni minimal

dikembangkan kursus bahasa asing dan lainnya dengan pola-pola yang lebih kreatif dengan icon “Pantai Inggris”, dan kursus kuliner oleh-oleh “Lemuru Banyuwangi”, dan Pelatihan “kampong mandar ramah” misalnya, sekaligus menunjang program pariwisata dan industri kreatif.

JP-RABA : Prinsip kursus dan pelatihan yang terkait dengan itu?

Sunari : Pelatihan kerja tidak hanya ditujukan untuk mereka yang masih belum bekerja, tapi pelatihan keterampilan kerja juga dapat diberikan kepada orang yang sudah bekerja untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya dalam pekerjaan atau usahanya JP-RABA : Prinsip sasaran kursus dan pelatihan kecakapan yang terkait dengan itu?

Sunari : Pelatihan kecakapan/kerja tidak hanya ditujukan untuk mereka yang masih belum bekerja, tapi pelatihan tersebut juga dapat diberikan kepada orang yang sudah bekerja untuk meningkatkan kemampuan kecakapan/kinerjanya dalam pekerjaan atau usahanya JP-RABA : Prinsip kursus dan pelatihan yang terkait dengan itu?

Sunari : Pelatihan kerja tidak hanya ditujukan untuk mereka yang masih belum bekerja, tapi pelatihan keterampilan kerja juga dapat diberikan kepada orang yang sudah bekerja untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya dalam pekerjaan atau usahanya.(*)

BERMUTU: Peserta pelatihan Bahasa Inggris saling berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris

Mengenal Lebih Dekat Nama Lahir

Karir:

FOTO-FOTO: TOHA/RABA

Tumbuhkan Industri Kreatif Inovatif JP-RABA : Bagaimana menurut Anda peran PNF dalam mendorong industri kreatif?

Sunari : PNF erat kaitannya dengan pembentukan industri kreatif, Pada perkembangannya PNF tidak hanya berupa tempat/kursus/sanggar kegiatan belajar saja, tapi pendidikan nonformal akan menjadi tempat dimana inovasi dalam peningkatan sumber daya manusia yang berdaya saing Internasional.

JP-RABA : Selain itu dalam skala nasional?

Sunari : Pendidikan keterampilan hidup memiliki pengaruh besar dalam perkembangan industri kreatif sebagai bagian dari berkembangnya ekonomi kreatif di Indonesia. Perkembangan industri kreatif dipengaruhi oleh lembaga yang mengajarkan tentang keterampilan hidup seperti kursus maupun pelatihan.

JP-RABA : Dalam skala sederhana/lokal?

Sunari : Dalam pembelajaran di

lembaga kursus maupun pelatihan, setiap warga belajar akan diajarkan keterampilan yang digunakan bekal dalam hal peningkatan sumber daya manusia atau dalam bahasa sederhananya sebagai bekal mata pencaharian, sebagai pekerja ataupun wirausaha.

JP-RABA : Apa harapan anda dengan prospek PNF? Sunari : Pentingnya PNF dalam membangun ekonomi kreatif perlu dimaksimalkan. Selain dukungan pemerintah, pihak masyarakat pun juga harus mengapresiasi mereka agar ekonomi kreatif di daerah ini dapat berkembang dengan baik.

Pengembangan ekonomi kreatif berbasis pendidikan nonformal haruslah diperbarui dengan adanya inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan.

JP-RABA : Bagaimana dukungan anggaran terhadap PNF? Sunari : He he.., kalau ditingkatkan anggarannya oleh pengambil

kebijakan, biasanya ciri khas saya tidak menolak, … tapi kita ini harus tetap berkarya, ada atau tidak ada, cukup atau tidak cukup anggaran, diluar dinas sana saya biasa tidak pakai anggaran … ha…ha, “ojo wedi kangelan lan kentekan cara dalam bersumbangsih, kata senior kita”.

JP-RABA : Yang perlu ditekankan?

Sunari : PNF berperan penting dalam pengembangan keterampilan untuk daya saing dalam hal ekonomi kreatif. Potensi lokal, kemampuan dasar maupun kreativitas anak bangsa merupakan kekuatan utama dalam membentuk industri kreatif untuk menumbuhkan ekonomi kreatif di negeri ini JP-RABA : Kondisi Lembaga satuan PNF di banyuwangi saat ini bagaimana?

Sunari : Perlu saya sampaikan dulu, bahwa ciri umum PNF adalah penuh keterbatasan sumberdaya, namun demikian kita berbangga diantara

: Drs Sunari, MM : Banyuwangi 5 Juli 1963

mereka pada berprestasi hingga level nasional, bahkan standarisasi mutu melalui Evaluasi kinerja (EK) oleh Direktorat Dikmas, akriditasi oleh BAN ada dapat A, beberapa B, dan sebagian C. yang belum ter-EK dan terakriditasi juga banyak, di Desember nanti kita program penguatan lembaga PKBM, 2016 mereka kita support & fasilitasi menuju standar mutu JP-RABA : Inovasi PNF? Sunari : Baik lembaga Pembina PNF yakni bidang PNF Dispendik maupun para lembaga satuan PNF perlu berinovasi agar efektif dalam mencapai tujuannya. (*)

1. Staf Kandep Dikbud Kec. Kabat 1987 2. Kepala Urusan Tata Usaha Kandep Dikbud Kec. Singojuruh 1992 3. Penilik Pembinaan Generasi Muda Kec. Sempu 1998 4. Pembantu Pimpinan Kanwil Depdikbud Prop. Jatim 2000 5. Penilik Pendidikan Luar Sekolah bidang Pemuda & PAUD Kec. Sempu 2002 6. Kasi PLS Dinas Pendidikan, Pemuda & Olahraga Kab Banyuwangi tahun 2011 7. Kasi PAUD Non Formal Dispendik Kab Banyuwangi tahun 2011 8. Kasi Bina Potensi Masyarakat Linmas Sat Polisi Pamong Praja Banyuwangi tahun 2014 9. BKasi Dikmas (Pendidikan Masyarakat) Dispendik Banyuwangi ( 2015-sekarang)

Jabatan Diluar Dinas: 1. Direktur Institut bumi Hijau, institusi yang mengembangkan Kajian dan aplikasi online pencatatan perolehan nilai Komitmen terukur (membangun/edukasi dan mengukur komitmen ) perorangan dan institusi atas karya/prestasi/jasanya dalam lingkup Pembangunan bangsa berkarakter lingkungan, Pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan performa mutu lingkungan 2014-sekarang 2. Koordinator Pimpinan kolektif BKM, Org warga Pelaksana Tridaya P2KP(Pemberdyaan ekonomi, sosial, dan lingkungan) 2004-sekarang -Pengalaman 1. Guru Les Matematika SD/SMP/SMA 1983-1986 2. Guru SMP/SMA pelajaran matematika 1984-1986 3. Pengajar D-II PGSD UT mata kuliah Matematika 2002-2005 4. Pengajar S-1 PAUD UT mata kuliah Perspektif Global dan Metodologi Penelitian 2006-2010 -Penghargaan 1. Dana Beasiswa dari Kemendiknas, inovasi pendidikan wawasan hutan bagi masyarakat tepian hutan 2007 2. Penilik berprestasi tingkat provinsi Jatim tahun 2010

RADAR BANYUWANGI

Digugu Ditiru

Edisi Speusriual Hari G

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

9

SMA Negeri 1 Pesanggaran

Batik Smanggar Jadi Ikon Sekolah

BERBEDA dengan sekolah lain, SMA Negeri 1 Pesanggaran justru menjadikan batik sebagai ikon sekolah. “Batik dipilih sebagai ikon karena sudah menjadi kegiatan intra sekolah sejak tahun 2012. Dapat dipastikan semua siswa di sekolah ini memiliki kemampuan dasar membatik yang baik,“ ujar Drs Suradi, Kepala SMA Negeri 1 Pesanggaran.

Di sekolah ini, setidaknya dalam sekali seminggu dilaksanakan kegiatan pelatihan membatik. Meski membutuhkan keahlian khusus, tapi para siswa terlihat enjoy mempraktekkan setiap detail proses membatik. “Seni membatik adalah pelajaran dan juga kreasi olah rasa. Anak-anak sangat antusias,“ ujar Totok Carol Shandy, guru bidang seni budaya yang juga merangkap sebagai pengajar membatik.

Menurut Totok, batik juga masuk dalam pokok bahasan seni kriya Nusantara yang memang tepat untuk diajarkan di sekolah. Bahkan, ada alasan lain kenapa membatik diajarkan di SMA Negeri 1 Pesanggaran.

“Meski bukan sekolah kejuruan, tidak ada salahnya jika kami mencetuskan kegiatan intra sekolah membatik, agar anakanak juga memiliki keterampilan yang bisa berguna dikemudian hari,“ tegas Totok.

Saat ditanya mengenai kendala yang dihadapi sekolah saat pertama kali mengajarkan

RENDRA KURNIA/JP-RaBa

DIAN EFFENDI/JP-RaBa

KARYA NYATA: Siswa SMK Gajah Mada memperlihatkan alat yang dipamerkan dalam Gelar Teknologi tepat guna tingkat nasional ke 17 di Nangroe Aceh Darussalam, Oktober lalu.

TELITI: Dalam setiap pewarnaan batik, para siswa memiliki kreasi atau ide yang dituangkan dalam setiap desain.

membatik. Hal tersulit adalah mencari kebutuhan bahan baku dan peralatan. Untuk memecahkan persoalan itu, pihak sekolah harus bolak-balik ke Solo atau Jogjakarta yang notabene merupakan sentra batik nasional.

Namun, kendala itu kini sudah bisa diatasi. Karena saat ini di Banyuwangi sudah banyak toko yang menjual bahan dan alat batik. “Setelah adanya Banyuwangi Batik Festival, banyak toko yang menjual bahan dan alat batik,“ jelas Totok.

Kini, tangan-tangan terampil siswa SMA Negeri 1 Pesanggaran sudah bisa

IKON: Siswa SMAN 1 Pesanggaran mengenakan batik hasil karyanya sendiri.

mengerjakan beberapa desain batik. Seperti Gajah Oling, Kangkung Setingkes, dan Paras Gempal.

Untuk terus memacu kreativitas menghasilkan karya batik terbaik, pihak sekolah mewajibkan setiap kelas untuk membuat desain batik sendiri, yang mana mulai dari desain hingga pengerjaan harus dibuat secara berkelompok sesuai dengan kelasnya masing-masing.

“Awalnya setiap siswa membuat desain. Selanjutnya diseleksi untuk menentukan desain yang terbaik. Atau masing-masing desain dipadukan. Sehingga menghasilkan kombinasi

yang baik untuk desain baju seragam batik setiap kelas,“ ungkap Intan Juniarni Subroto, 16, siswa kelas XI IPA 3.

Bahkan, kini batik-batik karya SMA Negeri 1 Pesanggaran yang lebih dikenal dengan sebutan Batik Smanggar mulai banyak diminati konsumen, baik umum maupun dari sekolah lain.

Hebatnya, Putri Dewi Ayuni, siswa kelas XI IPS 1, berhasil menyabet juara 3 dalam ajang Banyuwangi Batik Festival 2015.

Saat itu, gadis cantik tersebut tampil memukau mengenakan batik Smanggar yang murni merupakan hasil karya siswa dan guru SMA Negeri 1 Pesanggaran. (*/als)

MEMBIMBING: Kepala SMA Negeri 1 Pesanggaran, Drs Suradi (Kiri) bersama jajaran guru melihat langsung proses membatik.

SMK Gajah Mada

Duta Jatim di Pameran Teknologi Tepat Guna Nasional REMOTE control peralatan rumah tangga dan sistem pelacakan posisi pengaman kendaraan berbasis Android karya siswa Jurusan Teknik Elektronika SMK Gajah Mada Banyuwangi adalah alat yang dipamerkan oleh Provinsi Jawa Timur dalam Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkat Nasional ke 17, di Nangroe Aceh Darusalam (NAD), pada 7-12 Oktober lalu.

Fungsi dari dua alat tersebut bisa dibilang adalah sebuah jawaban akan kebutuhan masyarakat modern yang ingin segala sesuatu bisa dilakukan dengan cepat dan praktis. Hanya dengan memanfaatkan handphone Android, seseorang bisa mengoperasikan peralatan rumah tangga dari jarak jauh.

Sekilas, alat ini memang terkesan lebih sederhana dibanding peralatan lain yang dipamerkan dalam ajang tersebut, tapi yang menarik justru terletak pada kecanggihan dan manfaat penggunaan alat ini dengan sistim pengoperasiannya sangat mudah.

Dalam proses perancangan

alat ini, sebenarnya pemrograman Android dan mikrokontroller merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa teknik elektronika yang merupakan hasil pengembangan kurikulum di SMK Gajah Mada Banyuwangi.

Kepala Program Teknik Elektronika SMK Gajah Mada Banyuwangi, Abdul Shobir ST, menjelaskan bahwa keahlian Teknik Elektronika disekolahnya menerapkan tiga metode pembelajaran. “Yakni Discovery Based Learning, Problem Based Learning, dan Project Based Learning,” ujarnya.

Shobir menambahkan, saat di kelas XII, metode pembelajaran dititik beratkan pada Project Based Learning, hal ini mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya

belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek akan memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. “Dengan penerapan itu, siswa kami berhasil membuat beberapa karya hebat yang mendapat kepercayaan dari Pemprov jatim melalui BPM-PD Kabupaten Banyuwangi untuk mewakili Jatim dalam kegiatan Gelar Teknologi tepat guna tingkat nasional ke 17,” jelas Drs Jamhari MPd, Kepala SMK Gajah Mada Banyuwangi. (*/als)

POLIWANGI

POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

Mengucapkan

BPC GAPENSI KABUPATEN BANYUWANGI

Selamat Atas Penghargaan Piala Adipura Kategori Kota Sedang Diberikan Oleh Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbana kepada Pj Bupati Banyuwangi Zarkasi pada Senin (23/11)

Selamat Atas Penghargaan Piala Adipura Kategori Kota Sedang Diberikan Oleh Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbana kepada Pj Bupati Banyuwangi Zarkasi pada Senin (23/11)

Syaiful Bahri

Ir. H. Asmuji, MM

Ketua

S

AT

Direktur

BA N Y U WA N G I I KT YA MU BHA K T I P RA J A

Mengucapkan

Selamat Atas Penghargaan Piala Adipura Kategori Kota Sedang Diberikan Oleh Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbana kepada Pj Bupati Banyuwangi Zarkasi pada Senin (23/11)

RUMAH ANDA BELUM LAKU? PASANG SAJA

Dr H Ir Guntur Priambodo, Mm

IKLAN JITU

Kepala Dinas

0333 412224

email : radarbwi@gmail.com

Digugu Ditiru RADAR BANYUWANGI

10

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

pesial Edisi SG Hari uru

Dra. Hj. Wahyu Handayani, MSi Kepala SMPN 3 Banyuwangi

Guru Harus Miliki

Profesionalisme Prophetic

Menjadi pendidik sebenarnya bukanlah cita-cita Dra. Hj. Wahyu Handayani MSi ketika masih anak-anak. Dokter adalah profesi yang dulu pernah dia idamkan. Namun setelah lulus SMA 3 Kediri tahun 1983, orang tuanya justru mengarahkan dia meneruskan pendidikan keguruan di Universitas Negeri Jember.

WAHYU akhirnya mengambil fokus pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Meski awalnya menjalani setengah hati, akhirnya kelahiran Kediri 5 Februari 1965 lalu ini lulus sarjana pendidikan tahun 1990.

Pada tahun yang sama, Wahyu memulai karir sebagai guru di SMA PGRI Genteng. Tujuh tahun kemudian, dia resmi menyandang status guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan Kementerian Agama sebagai guru di MTs Negeri Muncar.

Setelah itu, dia dimutasi ke instansi induk Dinas Pendidikan dengan tugas ke SMP Genteng. “Hinga akhirnya lolos seleksi calon kepala sekolah pada Oktober 2012. Tahun 2014 diangkat sebagai kepala sekolah di SMP 3 Banyuwangi ini,” jelas warga Dusun Resomulyo, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng itu.

Perjalanan menjadi tenaga pendidik yang tidak singkat tersebut membuat dia mendapat banyak hal berharga yang melebihi apa yang pernah dicita-citakan. Menurutnya, berkecimpung di dunia pendidikan penuh tantangan yang tidak ada hentinya. “Mungkin kalau pekerjaan lain bisa di pause kapan saja. Tapi kalau jadi pendidik, hal itu tidak bisa.

Tantangan terus menunggu di depan.

Bahkan saya sering sulit tidur, mikir apa yang akan saya beri ke anak-anak (didik) besok,” ucapnya.

Apalagi tugas sebagai pendidik di negara ini, kata dia, lebih berat

PELAYANAN: Staf sekolah melayani tamu yang berkunjung di SMPN 3 Banyuwangi.

FOTO-FOTO: GERDA SUKARNO/RABA

dibandingkan dengan negara lain. Ia berani berkata seperti itu, setelah mengikuti studi banding dan benchmarking pendidikan ke Singapura dan Malaysia tahun 2012 lalu. Di negara-negara maju, pendidik hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan. Berbeda dengan pendidik di Indonesia yang selain mentransfer ilmu pengetahuan juga memiliki tanggung jawab dalam permasalahan sosial dilingkungan pendidikan.

Karena itu, prioritas pendidikan tidak hanya mengenai akademik, tetapi juga nonakademik, khususnya yang menyangkut masalah moralitas atau akhlak.“Pendidikan di Banyuwangi cukup mengalami kemajuan signifikan dalam kualitas akademik. Tetapi yang perlu terus dikawal dan ditingkatkan adalah kualitas nonakademik. Bidang olahraga dan seni menunjukkan prestasi yang cukup membanggakan. Tetapi masalah moral dan ahlak harus mendapat perhatian khusus juga,”jelasnya.

Dia juga sangat prihatin, tatkala melihat kenyataan terkait penularan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Menurutnya, seluruh elemen memiliki peran dalam menangani pendidikan moral bagi peserta didik.

Pihaknya sangat berharap setiap instansi pendidikan memiliki program antisipasi preventif, agar hal semacam itu bisa dicegah lebih dini. Salah satu

BERPRESTASI: Siswa membawa piala penghargaan hasil kompetisi berbagai bidang yang diraih SMPN 3 Banyuwangi.

caranya bisa dilakukan dengan sosialisasi guidance terhadap perilaku siswa. Wahyu mengakui, dunia pendidikan yang lebih modern tidak selalu baik. Salah satu dampak yang mencolok adalah perkembangan psikologis siswa. “Kalau dulu itu pendidikan cenderung kontinyu. Dari grade pertama, ya loncat ke grade dua.

Prosesnya runut. Tapi sekarang tidak, dari grade satu kalau kita mampu, bisa langsung lompat ke grade tiga atau empat. Itu tidak masalah selagi kita mampu. Yang masalah ini ketika perkembangan psikologis siswa yang tidak runut. Usia remaja tingkahnya kalah orang dewasa,” bebernya.

Wahyu kerap kali meminta pendidik di lingkungan kerjanya selalu mengawasi sekaligus mengawal perubahan psikologis yang tampak pada siswa.

Contoh kecil, perkembangan psikologis pada siswa contohnya adalah siswi meluruskan rambut, mengecat kuku, dan memendekkan rok. “Perkembangan psikologis juga harus runut. Kalau ada siswi yang rambutnya dicat atau dandan seperti orang dewasa, ini patut dicurigai,” katanya.

Lembaga pendidikan tidak hanya mendorong generasi penerus untuk berprestasi, tetapi turut menanamkan budi pekerti. Di SMPN 3 Banyuwangi, langkah preventif tersebut telah dilakukan.

Diantaranya dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi layanan pendidikan, mengefektifkan kegiatan ekstrakulikuler, mengefektifkan fungsi dan peran guru Bimbingan Konseling (BK), guru agama, serta menyelenggarakan kegiatan keagamaan lewat program Islamic Center. “Lewat kegiatan

Islamic Center, siswa SMP 3 Banyuwangi dibiasakan untuk melaksanakan pembiasaan ibadah salat, bacaan kalimat tayyibah dan belajar mengaji,” bebernya antusias.

Wahyu berharap, calon-calon pendidik maupun yang sudah lama mengabdi sebagai pendidik, untuk terus meningkatkan loyalitas secara

total mengenai layanan mutu pendidikan, khususnya di Banyuwangi.

Sebagai wujud profesionalisme yang prophetic yakni profesi guru sebagai pekerjaan yang bukan hanya sekedar melaksanakan tugas kedinasan tetapi juga harus dengan semangatmewarisi tradisi para nabi menjadi pencerah dan mengubah mindset. (cin/bay)

Prestasi Siswa SMP 3 Banyuwangi Tahun 2015 NO

PRESTASI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Juara II (Wajid) Juara I (regu) Juara III Zona I Juara V (Adam) Juara XIV Kab (Alda) Juara VIII (M. Rizki M) Juara II (Dimas Satrio) Juara X (Ike Sintiani) Juara I (Safia Nur) Juara II (Ayu) Juara V (Alya) Harapan I (Alda) Juara IV Juara II (Ghislin, Elza) Juara I Juara I Juara IV Juara III (Alya) Juara V Juara III

EVEN

PENYELENGGARA

Kejuaraan Pencak Silat Futsal Liga Pendidikan Indonesia (LPI) Olympiade Matematika Olympiade IPA (Sains) Olympiade Sains Nasional IPA Kejurda Kartika Cup Provinsi Jatim Olimpiade sains Nasional Matematika Pencak Silat Putri Kategori Seni FLS2N Vocal Group Membaca Cerita Story Telling FL2SN Tari Lomba Teater Pawai Lampion Pawai Sepeda Hias Karnaval Pelajar Bercerita Fabel Membaca Cerita Banyuwangi Eco School

Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Banyuwangi Memorandum Timur Kabupaten Jember Dinas Pendidikan dan Olahraga Banyuwangi Universitas Malang OSN Kabupaten dan Dinas Pendidikan OSN Kabupaten dan Dinas Pendidikan KONI Jawa Timur OSN Kabupaten dan Dinas Pendidikan O2SN Kabupaten Banyuwangi MGMP Kabupaten Banyuwangi Perpustakaan Daerah Banyuwangi MGMP Kabupaten Banyuwangi Dinas Pendidikan Kab Banyuwangi Provinsi Jatim PSP Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi MGMP Kabupaten Banyuwangi MGMP Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi

Mochamad Rifai Kepala SMAN Darossholah

Sekolah Ideal Bisa Jamin Kesejahteraan Warganya

G

ISTIMEWA

PRESTASI: Dua siswa SMPN 1 Cluring berhasil menjadi juara 1 dalam OSN tingkat Kabupaten Banyuwangi

SMPN 1 Cluring

Rujukan Sekolah Berbasis Keluarga CLURING- Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga (DPPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI dan Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi menunjuk SMPN 1 Cluring sebagai sekolah rujukan berbasis keluarga. Penunjukan itu, menjadi kebanggaan bagi keluarga besar SMPN 1 Cluring.

Apalagi program dalam DPPK sudah berjalan di sekolah yang beralamat di Jalan Basuki Rahmat, Desa/Kecamatan Cluring. “Kami mengelola seperti dalam keluarga,” cetus Kepala SMPN 1 Cluring, Sudarman.

Melalui sekolah berbasis keluarga itu, hubungan guru dan murid, ibarat orang tua dengan anak.

Selama proses belajar dan mengajar, siswa tidak sekadar dianggap sebagai peserta didik yang harus dibimbing, tapi sebagai anak sendiri yang harus diarahkan dengan sebaik mungkin.

“Hubungan guru dan murid itu seperti orang tua dengan anak,” katanya.

Wali murid siswa, diberi kesempatan besar untuk ikut berkontribusi dalam pengembangan sekolah dan siswa.

Termasuk transfer keilmuan yang dimiliki pada para siswa. “Wali murid ke sekolah tidak hanya urusan administrasi, bila memiliki

UNGGUL: Kepala SMPN 1 Cluring, Sudarman (kiri) menyerahkan piala pada pemenang Olimpiade.

kelebihan dalam keilmuan bisa ditularkan pada siswa di ruang kelas,” ungkapnya.

Program sekolah berbasis keluarga yang telah diterapkan itu, terang dia, untuk menciptakan sekolah yang aman dan nyaman dalam pembentukan karakter pada peserta didik. Selain itu, SMPN 1 Cluring bisa menjaga kepercayaan dari masyarakat sebagai sekolah yang berkualitas. “Melalui program ini, banyak prestasi yang diraih oleh siswa SMPN 1 Cluring,” cetus Sudarman.

Melalui program sekolah berbasis keluarga itu, selama tahun 2015 ini banyak prestasi yang diraih. Dalam Olimpiade IPS tingkat Kabupaten Banyuwangi yang digelar SMAN 1 Genteng, SMPN 1 Cluring berhasil menjadi juara 1, 3, 5, dan ditetapkan sebagai juara umum.

“Itu juara umum yang keempat secara berturut-turut,” katanya.

Prestasi lain selama 2015 ini, dua siswa SMPN 1 Cluring, Dewangga

Sarti Satria dan Bima Gumilah Arisandi, berhasil menjadi juara 3 kompetisi sains se-eks Krasidenan Besuki dan Lumajang. “Ini sangat membanggakan,” ujarnya.

Kesebelasan sepak bola SMPN 1 Cluring, menjadi juara III tingkat Jawa Timur dalam Semboro Cup di Jember. “Sultan Jalu dan Lucky Candra berhasil menjadi juara 2 tingkat nasional O2SN,” ungkapnya.

Bukan hanya itu, siswi SMPN 1 Cluring, Dwi Sri Wahyuni, keluar sebagai juara 3 kader kesehatan remaja tingkat Provinsi Jatim.

“Kantin SMPN 1 Cluring mewakili Banyuwangi dalam lomba penataan produk Sosro tingkat Jawa Timur,” ujarnya.

Prestasi yang diraih SMPN 1 Cluring tidak hanya unggul dalam bidang akademik, namun bidang non akademik juga berprestasi hingga tingkat nasional. “Semua ini hasil kerja keras para guru yang dibantu anggota komite, dan dukungan dari para wali murid,” katanya.(abi)

AGASAN membentuk sekolah berlabel Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) dan sistem kredit semester (SKS), tidak jauh dari peran Mochammad Rifai saat bertugas sebagai Kepala SMPN 1 Genteng (2006-2008) dan SMAN 2 Genteng (2011-2014). Pikirannya progresif, membuat sekolah yang dipimpin selalu ada perubahan yang signifikan, baik infrastruktur maupun suprastrukturnya.

Menurut Rifai, sekolah yang ideal itu yang benarbenar bisa menjamin kesejahteraan semua warganya, khususnya siswa sebagai peserta didik. Kalau tingkat kesejahteraan sudah terwujud, tahap berikutnya disiplin dan komitmen dikuatkan.

Kepala SMAN Darussholah itu sekarang sedang menggagas program integrasi dengan pondok pesantren. Telah dipersiapkan kelas khusus yang diberi nama kelas cemerlang dan kelas tahfidzul quran. Kelas ini menjadi istimewa karena ‘quality assurance dan target assurance’ jelas yaitu bisa dengan lancar baca, tulis, dan menerjemahkan Alquran. Sedangkan kelas tahfidzul Quran diisi siswa yang berminat menghafal Alquran.

Berkenan dengan peran pendidikan, Rifai menegaskan negara kalau ingin lebih cepat mencapai tujuan membangun masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur harus fokus membangun pendidikan yang bermutu. Selanjutnya, kualitas pendidikan menjadi ukuran kemajuan suatu bangsa. Deretan gunung emas sebagai modal kekayaan alam yang berlimpah, belum bisa menjamin kemakmuran bangsa tanpa dibarengi tingkat kualitas SDM yang memadai. Eksistensi dan gengsi bangsa, hanya dapat dijawab dengan menyiapkan generasi yang berkualitas.

Semua itu di pundak guru amanah bangsa ini dibebankan. Makanya, kualitas guru juga menjadi sebuah keniscayaan. Mutu murid mencerminkan mutu guru, mutu guru mencerminkan mutu pendidikan, dan mutu pendidikan mencerminkan mutu bangsa.

Memasuki era MEA 2016 dan APEC 2020, akan memunculkan berbagai macam tantangan sekaligus membuka peluang. Kehadiran MEA sudah di depan mata dalam sebuah keniscayaan yang tidak mungkin kita tolak. Juga tidak perlu kita sikapi dengan rasa resah, galau, dan khawatir yang berlebih. Optimistis saja, sambil menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam menghadapi deregulasi perdagangan dalam konsep pasar bebas masyarakat ASEAN itu.

Momen Hari Guru Nasional (HGN) 2015 ini Rifai berharap menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat guru. Inspirasi untuk menumbuhkan semangat, dedikasi dan loyalitas yang tinggi dalam menjalankan tugas profesional. High and uncompromising commitment (komitmen tinggi tanpa kompromi) harus menjadi motto guru sepanjang masa kalau ingin kemajuan bangsa ini segera terwujud.(abi)

DATA DIRI Mochammad Rifai Lahir di Lumajang 13 April 1962.

Lulus S1 dari FKIP UJ tahun 1987 dan S2 dari Universitas Kanjuruhan Malang tahun 2006.

Pernah mengikuti sort cource manajemen pendidikan di Universitas Al-Fatih Turkey dan Nanyang University Singapura tahun 2008.

Penerima penghargaan Best Praktice Kepala Sekolah dari Direktorat PMPTK tahun 2008.

RADAR BANYUWANGI

Edisi Speusriual Hari G

Digugu Ditiru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

11

FOTO-FOTO DIAN EFFENDI/RaBa

KERJASAMA: Penandatanganan kerjasama antara SMK PGRI 1 Giri dengan Alfamart (atas).

Kadispendik Sulihtiyono memotong pita Alfamart Class (kanan).

SMK PGRI 1 Giri, Banyuwangi

SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi saat ini menjadi satu-satunya SMK yang telah resmi menjalin kerjasama dengan Alfamart. Salah satu retail yang tersebar di Indonesia itu memberi kepercayaan kepada SMK ini karena melihat potensi yang dimiliki. Selain itu, predikat sebagai salah satu sekolah kejuruan potensial se-Jawa Timur juga menjadi alasan utama Alfamart untuk menjalin kerjasama.

Tentu, manfaat besar telah didapat SMK PGRI 1 Giri, selain memberi kesempatan kepada siswa jurusan pemasaran untuk mendapatkan pelatihan di Alfamat Class, saat ini ada 15 siswa sekolah tersebut yang sudah direkrut untuk menjadi karyawan Alfamart setelah lulus nanti.

“Ke depan, kami yakin akan menambah jumlah siswa yang bisa direkrut Alfamart. Segala fasilitas pelatihan hingga toko Alfamart juga telah didirikan disekolah kami. Sehingga anakanak bisa memperdalam ilmu pemasaran di sini,” ujar Drs Achmad Soedarto MM, Kepala SMK PGRI 1 Giri, Banyuwangi.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart), telah meresmikan program pendidikan ritel yang akan diimplementasikan bagi siswa siswi SMK PGRI 1 Giri, Banyuwangi pada Kamis (9/11).

Penandatanganan kerjasama pendidikan ritel Alfamart Class untuk SMK ini disaksikan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiyono.

Menurut Sulihtiyono, program Alfamart Class ini merupakan inisiatif yang baik dari perusahaan swasta untuk meningkatkan

Gandeng Alfamart dan Axioo

Demi Serap Lulusan Siap Kerja

RAMAI: Suasana Alfamart Class di SMK PGRI 1 Giri.

WELCOME: SMK PGRI 1 Giri membuka program Axioo Class hasil kerjasama dengan Axioo.

kualitas pendidikan siswa sekolah menengah dan bisa menjadi alternatif yang baik bagi siswa siswi SMK PGRI 1 Giri.

“Program Alfamart Class ini cukup komprehensif, tidak hanya membekali para siswa dengan kemampuan akademis namun juga diimbangi dengan keterampilan praktik, “ Ujar Sulihtiyono.

Dalam kerjasama tersebut, Alfamart menghibahkan laboratorium business centre berupa mini toko Alfamart sebagai media praktik belajar bagi siswa. “Melalui program ini nantinya lulusan SMK mempunyai pilihan untuk bekerja langsung di industri ritel atau membuka usaha ritel secara mandiri,“ ujar Branch Manager Alfamart Jember, Danny Febrianto Dengan kerjasama ini

diharapkan dapat menjadi solusi terbaik untuk kedua belah pihak.

“Di satu sisi sekolah terbantu meningkatkan kompetensi dan mempersiapkan siswanya menghadapi dunia kerja, disisi lain kami juga memperoleh tenaga kerja yang kompeten dan mampu menjawab kebutuhan perusahaan,“ terang Danny.

Untuk Banyuwangi sendiri, SMK PGRI 1 Giri merupakan sekolah pertama yang melakukan kerjasa dengan Alfamart. “Adanya kerjasama dengan Alfamart ini, kedepan lulusan sekolah ini akan mendapat kepastian lapangan pekerjaan dari Alfamart,” tambah Achmad Soedarto.

Bahkan beberapa waktu sebelumnya, SMK ini juga menjalin kerjasama dengan produsen komputer Axioo.

Dalam kerjasama tersebut siswa

jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) SMK PGRI 1 Giri mendapat pelatihan merakit dan memberbaiki komputer atau produk dari Axiooo. Selanjutnya para siswa kelas khusus Axioo juga mendapat jaminan untuk bekerja di perusahaanperusahaan yang bekerjasama dengan Axioo.

Ditangan Drs Achmad Soedarto MM, SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi menjadi sekolah kejuruan yang jelas memberikan jaminan kerja kepada setiap siswanya. Selain dua perusahaan tersebut, semua jurusan yang ada di sekolah ini juga sudah memiliki komitmen dengan perusahaan-perusahaan yang akan memberikan kesempatan praktik kerja industri (Prakerin) maupun kesempatan kerja langsung kepada lulusan SMK ini. (*/als)

LANGSUNG BELI: Kadispendik Sulihtiyono borong beberapa barang di Alfamart Class.

Tahun Depan Buka Jurusan Patiseri SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi mulai tahun depan akan menambah satu jurusan baru.

Berarti dengan masuknya Jurusan Patiseri, total ada 6 jurusan yang ada di SMK tersebut.

Sebelumnya, SMK ini memiliki jurusan Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Teknik Komputer Jaringan, dan Tata Boga dengan jumlah siswa lebih dari seribu orang. “Kami memasukkan jurusan Patiseri karena melihat peluang kerja

pada bidang ini sangat besar dan sedang berkembang baik di Banyuwangi,” ujar Drs Achmad Soedarto MM, Kepala SMK PGRI 1 Giri, Banyuwangi.

Jurusan Patiseri merupakan kompetensi keahlian yang mempelajari seni kuliner. Patiseri merupakan salah satu pengetahuan dalam pengolahan dan penyajian berbagai jenis kue baik kue tradisonal maupun modern.

Dibukanya Kompetensi keahlian ini bertujuan untuk menyediakan

tenaga kerja untuk memenuhi permintaan pasar kerja yang menginginkan tenaga kerja terampil.

Lapangan pekerjaan bagi tamatan jurusan patiseri adalah perhotelan, restoran, coffe shop, toko bakery, atau membuka lapangan kerja sendiri, dan dapat melanjutkan ke perguruan tinggi di semua jurusan. Bahkan untuk menunjang berdirinya jurusan baru tersebut pihak SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi saat ini

telah membangun lab standar internasional khusus jurusan ini.

Bahkan, Achmad Soedarto optimistis dengan dibukannya jurusan baru ini tahun depan, maka dikemudian hari kebutuhan para ahli di bidang pembuatan kue juga sangat dibutuhkan di Banyuwangi.

“Potensi pariwisata di Banyuwangi sangat menunjang profesi tersebut.

Apalagi kedepan banyak investor perhotelan yang membuka usaha disini,” jelasnya. (*/als)

Grashella Adenia Fatimah

MENJANJIKAN: Ke depan, SMK PGRI 1 Giri akan membuka jurusan Patiseri.

Peringkat 7 LKS Administrasi Perkantoran se-Jatim MESKI ditinggal kedua orang tuanya merantau ke Kalimantan, tak menyurutkan semangat Grashella Adenia Fatimah, 18, siswa kelas XII Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Giri, Banyuwangi, untuk terus mendulang prestasi.

Pada 2 November lalu, gadis asal Desa Kenjo, Kecamatan Glagah, itu berhasil meraih peringkat 7 dalam lomba kompetensi siswa bidang adeministrasi perkantoran se-Provinsi Jawa Timur.

Sebelumnya, dia berhasil menjadi yang terbaik dalam seleksi yang diselenggarakan oleh MKKS SMK negeri dan swasta se-Kabupaten Banyuwangi.

“Alhamdulillah saya bisa mewakili Banyuwangi untuk bersaing di tingkat provinsi,” ujar Grashella.

Saat ditanya kiat untuk bisa berprestasi dalam bidang perkantoran, dia mengakui bahwa hal yang membuatnya bersemangat untuk memperdalam jurusan tersebut karena termotivasi ingin merubah nasib dan harapannya untuk menjadi pekerja kantoran dikemudian hari.

Meski setiap hari dia harus pulang pergi dari Desa Kenjo ke tempatnya sekolah, tapi semangat Grashella tak pernah surut dan layak untuk dicontoh siswa lainnya. (*/als)

SIAP MELAYANI: Karyawan Alfamart Class diambil dari siswa SMK PGRI 1 Giri.

Digugu Ditiru RADAR BANYUWANGI

12

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

pesial Edisi SG Hari uru

Hamami Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Banyuwangi

Gara-gara Tidak Sengaja Pilih Sekolah M

ENJADI seorang guru sejak usia 19 tahun, Hamami, 55, sempat tidak kepikiran dengan pekerjaannya saat ini. Karena awalnya, pria yang dibesarkan dari keluarga petani ini justru ingin menjadi seorang penyuluh pertanian. Perubahan minatnya itu justru terjadi karena kesalahannya memilih sekolah lanjutan tingkat atas.

Awal 1976, setamat dari SMP, Hamami sudah membulatkan keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke salah satu SMA di Kecamatan Genteng. Tak sengaja, sebelum mendaftar dirinya ikut mengantarkan temannya mendaftarkan diri di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) 2 Pandan. Melihat sekolah tersebut jauh lebih bersih dari SMA yang dia tuju, Hamami yang menyukai kebersihan dan keindahan akhirnya memilih SPG sebagai sekolahnya.

Setelah lulus, dirinya baru paham jika anak yang bersekolah di SPG diharuskan mengajar. Maka mulailah Hamami memulai tugasnya sebagai seorang guru. Meski awalnya dimulai dengan ketidaksengajaan tapi akhirnya dia pun mulai menemukan dunia di bidang pendidikan. Dengan harapan dapat turut membuat generasi penerus bangsa lebih cerdas.

Selain itu, kecintaannya kepada keindahan pun diaplikasikannya dalam bentuk mengatur ekosistem bangunan sekolah dasar. Dimana program sekolah adiwiyata dikembangkan sedemikian rupa. Ini agar sekolah menjadi tempat yang membetahkan bagi siswa. Bukan tempat yang menakutkan, sehingga siswa semangat berangkat ke sekolah. (fre/als)

Lembaga Pendidikan Inklusif PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK JUMLAH

29 89 44 30 192

Pendidikan di BWI Nyaman untuk Semua FOTO-FOTO FREDY RIZKI MANUNGGAL/RABA

TELATEN: Mengajarkan tulis menulis kepada siswa tuna rungu.

Biodata N Nama TT TTL Ja Jabatan

: Hamami : Banyuwangi, 10 September 1960 : Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Banyuwangi

Riwayat Pendidikan Ri ■ SD 1 Yosomulyo, (tahun 1972) ■ SMPN Genteng (tahun 1975) ■ SPGN 2 Banyuwangi, Pandan (tahun 1979) ■ Universitas Jember Fakultas Pendidikan (tahun 1981) ■ IKIP PGRI Banyuwangi tahun (tahun 1983) ■ Universitas Wijaya Putra (tahun 2003)

Riwayat Pekerjaan Ri

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kec. Bangorejo (tahun 2000) Kepala UPTD Gambiran (tahun 2004)

Kepala Seksi SMA Dinas Pendidikan

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (tahun 2011)

PRESTASI PRESTASI SISWA PK DAN INKLUSIF KAB. BANYUWANGI u BK

ALAT PERAGA: Cara gur

ran kepada ABK. memberikan pembelaja

Ingin Semua Orang Bekerja Sama Demi Pendidikan SETELAH lebih dari 30 tahun menjadi seorang guru, Hamami memperoleh kesempatan menjadi pegawai struktural yang dapat ikut merangkai sebuah kebijakan.

Maka pengalamannya selama ini di lapangan, dimana dia melihat dinamika dunia pendidikan ingin diperbaikinya secara perlahan. Dia melihat bahwa pendidikan tidak hanya dititik beratkan kepada guru, namun juga kepada masyarakat, pemerintah dan keluarga.

Karena itu, diupayakannya di Bidang Pendidikan Dasar yang menjadi wewenangnya, Hamami dapat membuat inovasi agar pendidikan jauh lebih baik. Pertama dari faktor guru, Hamami berpendapat, kualitas, loyalitas, dan dedikasi guru harus dimaksimalkan.

Dengan berbagai jenis pelatihan dan diklat untuk pengembangan mutu guru.

Kedua, adalah perhatian orang tua yang serius untuk

ikut mengawasi anak-anaknya.

Baik di dalam jam belajar maupun selepasnya.

Ditambah dengan bimbingan dan deteksi bakat anak yang dilakukan orang tua.

Kemudian diimbuhi dengan kontrol mereka saat anak belajar di rumah serta pengawasan saat anak bermain. Terakhir adalah kepedulian masyarakat yang menurut Hamami tidak bisa dilepaskan dari tumbuh kembang karakter anak.

Hamami yakin, dengan mengajak orang tua berperan lebih besar dalam pendidikan anak, dengan mengikutsertakan peran masyarakat serta dukungan pemerintah, mereka semua akan dapat ikut menjaga generasi bangsa. “Dalam pembelajaran tripusat pendidikan harus bekerja sama aktif, supaya karakter siswa dapat terbentuk dengan baik,” ujar Mantan Kepala UPTD Gambiran itu. (fre/als)

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9

NAMA Diyang gusti pangayom M Koirul Anam Dedi Miswar M Koirul Anam Moh Jaenuri Novikojaima Renita Setianingrum Bagus Rehan

JENIS LOMBA Bulutangkis 1 SDLB Balap kursi roda SD Cipta baca puisi SDLB Cipta baca puisi Lompat jauh Lari 100 m SMALB Catur tunanetra SMALB Pantomim Lari 100m tuna grahita SMP

TETAP SEMANGAT: Ketua Inklusi Banyuwangi, Hamami bersama guru dan siswa ABK.

KEJUARAAN Juara 1 Nasional Juara 2 Nasional Makasar Juara 1 Provinsi Juara 2 Provinsi FLS2N Juara 1 Provinsi OSN Juara 2 Provinsi Juara 2 Provinsi Harapan 2 Provinsi Juara 3 Provinsi

PERATURAN Bupati Banyuwangi no 68 tahun 2012 tentang pendidikan inklusif menjadi sebuah indikasi bahwa pendidikan di Banyuwangi harus dapat menjangkau semuanya. Tak terbatas siswa normal, kaya atau pintar saja. Kemudian terbentuk pula Pokja Pendidikan Inklusif no 188/261/ kep.429.011/2014. Ditambah dengan berdirinya organisasi pendukung lainnya, termasuk sekolah penyelenggara dan sekolah pilot.

Hamami sendiri memperoleh peran sebagai ketua Pokja Pendidikan Inklusif yang bertugas memastikan seluruh anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat menjangkau akses pendidikan di sekolah reguler. Maka, sejak dikeluarkannya Perda tersebut hingga Banyuwangi mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Inklusif pada tahun 2014 lalu, dia pun berupaya agar sekolah inklusif tak hanya menjadi slogan. Dan pendidikan inklusiflah yang menjadi resolusi dalam pekerjaannya di Dinas Pendidikan.

Berbekal dengan misi Bupati Banyuwangi tentang dunia pendidikan “Mewujudkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan bidang Pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya” yang sejalan dengan misi Dinas Pendidikan. Hamami memulai dengan membuka beberapa sekolah pilot inklusif sebagai permulaan program tersebut. Di setiap kecamatan, disediakannya satu sampai empat sekolah yang dapat menjadi rujukan bagi para ABK. Sekolah pilot ini menyediakan kesempatan bagi semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan/bakat istimewa, untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Selain itu sekolah pilot inklusif juga menyediakan guru pembimbing khusus (GPK) untuk mendidik para ABK sesuai dengan kemampuan mereka.

Di Banyuwangi sendiri tersedia sekitar 192 sekolah piloting inklusif. Agar program ini berjalan dengan baik, pada tahun anggaran 2014 Pemkab Banyuwangi telah mengucurkan anggaran sebesar Rp 600 juta untuk pemberian insentif bagi 120 orang GPK dan tahun 2015 sejumlah 900 juta untuk175 GPK. Pemberian insentif itu, menurut Hamami, memiliki dampak yang cukup baik bagi pengembangan sekolah Inklusif di Banyuwangi.

Karena Banyuwangi sendiri masih kekurangan sekitar 850 GPK, keberadaan insentif dari pemerintah tersebut cukup praktis membuat para guru tertarik untuk menjadi pengajar yang akan membimbing para ABK. “Dengan insentif, semakin lama banyak guru yang ingin menjadi GPK, tapi saya menginginkan mereka ingin menjadi GPK bukan karena insentif, tetapi panggilan hati,” kata Hamami.

Hamami juga menjelaskan, ke depan pada tahun ajaran 2016-2017 dirinya berharap program menyediakan pendidikan inklusif untuk seluruh sekolah yang ada di Banyuwangi dari jenjang PAUD hingga SMA. Prestasi yang ditampilkan para siswa ABK yang bersekolah di sekolah reguler diharapkannya menjadi gambaran bagi masyarakat, bahwa ABK pun dapat mengukir keberhasilan yang sama dengan mereka yang normal. (fre/als)

RADAR BANYUWANGI

Digugu Ditiru Digugu Ditiru

Edisi Speusriual Hari G

Edisi Speusriual13 Hari G Jawa Pos

Rabu 25 November 2015

FOTO-FOTO DIAN EFFENDI/RaBa

SEMANGAT : Pengurus OSIS SMA Negeri 1 Glagah menjadi garda terdepan dalam setiap pelaksanaan program sekolah.

SMA Negeri 1 Glagah

Ganesha Smart School Berkonsep Adiwiyata Miliki Program Pendidikan Inklusif “PENDIDIKAN inklusif bertujuan agar semua anak bisa belajar bersamasama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Dengan itu, anak berkebutuhan khusus dapat belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya,” ujar Drs Sucahyo Pinardi MPd, Koordinator Pendidikan Inklusif SMA Negeri 1 Glagah.

Sejak tahun 2010, SMA Negeri 1 Glagah, Banyuwangi menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan menampung semua murid di kelas yang sama. Di sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru.

Memang, sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.

Pada sekolah inklusif seperti di SMA Negeri 1 Glagah ini, setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.

Konsep pendidikan inklusif

HEBAT: Siswa Inklusif SMA Negeri 1 Glagah mendapat bimbingan dari Sucahyo Pinardi

muncul dimaksudkan untuk memberi solusi adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Sucahyo untuk menjadikan SMA Negeri 1 Glagah menjadi salah satu sekolah Inklusif, karena semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan memperoleh pendidikan yang bermutu. Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya. Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak. Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.

“Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah,” tambah Sucahyo.

Manfaat pendidikan inklusif diantaranya adalah membangun kesadaran dan konsensus pentingnya pendidikan inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.

Oleh karena itu, SMA Negeri 1 Glagah sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sangat memperhatikan hal-hal sebagai berikut, menyediakan

kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan. Mengelola kelas yang heterogen. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dan melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.

“Untuk pendidikan inklusif dengan kategori Cerdas Istimewa (Gifted), angkatan pertama sejumlah 12 orang, Angkatan ke 2 sejumlah 7 orang. Angkatan ke 3, berjumlah 16 orang. Angkatan ke 4 sejumlah 10 orang dan semua diterima di Perguruan Tinggi Negeri.dan angkatan ke 5 sejumlah 14 siswa, dan sekarang masih duduk di kelas XII. Di program Akselerasi tersebut mereka lulus hanya dalam waktu 2 tahun,” jelas Sucahyo.

Sedangkan mulai 2013, SMA Negeri 1 Glagah menerima siswa yang berkatagori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), yakni Wahyu Nurrohman kelas XII IPS, dengan ketunaan Verry Low Vision. Fitri Ayu Wulandari kelas X IPS, dengan Tuna Netra.

“Kami bekerja sama dengana sekolah sumber yaitu SMALB Kabupaten Banyuwangi,” pungkas Sucahyo, yang juga menjadi tim pengembang Pendidikan Inklusif (TP2I) Provinsi Jawa Timur. (*/als)

Dennis Deviandoni

Lolos SEA YLP di Amerika Serikat SIAPA yang tidak bangga memiliki siswa sepandai Dennis Deviandoni. Siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Glagah ini pada April lalu menjadi satu di antara enam pelajar se Indonesia yang berhak mengikuti South East Asia Youth leadership Program (SEA YLP) di Illinois dan Washington DC, Amerika Serikat.

Bersama 60 siswa se-Asia Tenggara yang mengikuti program selama 24 hari di Negeri Paman Sam, Dennis kebetulan juga mendapat program untuk memperjuangkan hak kaum difabel. “Di sana (Amerika Serikat), hak-hak kaum difabel sangat diperhatikan. Hal itu sangat penting untuk ditiru di Indonesia,” ujarnya.

Sepulang dari Amerika, bersama 6 siswa lainnya, Dennis tetap melanjutkan program SEA YLP dengan kegiatan Green lantern

Project yang telah dimulai di Tanggerang, Banten pada 1 sampai 5 November lalu. Program yang berfokus pada bidang lingkungan hidup tersebut akan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Glagah melalui program Adiwiyata.

Anak pasangan Sony Agustian dan Wiwik Ambartutik asal Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, tersebut juga banyak menorehkan prestasi lain, seperti menjadi alumni Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Mataram, NTP pada tahun 2014, dan di Jogjakarta pada tahun 2015.

“Juara 3 Nopel, Olimpiade Teknik Kimia Institut Teknologi Surabaya 2015, Juara 1 OFI, Olimpiade Fisika Universitas Negeri Malang tahun 2014 juga pernah diraihnya,” jelas Sucahyo Pinardi, Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Glagah. (*/als)

CERDAS : Dennis Reviandoni saat melakukan kegiatan di ruang praktik.

DI BAWAH komando Drs Sudiwinoto MSi, SMA Negeri 1 Glagah Banyuwangi semakin berbenah dengan mengedepankan konsep sekolah yang baik dan nyaman. Karena itu, berbagai gagasan dan tindakan yang telah ditempuh untuk menuju sekolah Adiwiyata Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggencarkan sosialisasi Adiwiyata kepada seluruh warga sekolah.

Dengan Slogan “Melati Berseri” (melangkah pasti menuju sekolah bersih, elok, rapi, sehat, rindang, dan indah) menjadikan warga SMA Negeri 1 Glagah berpartisipasi dengan cara melangkah bersama untuk mencapai slogan tersebut.

“Contohnya, guru di sekolah ini wajib menyampaikan segala informasi terkait Adiwiyata kepada seluruh siswa,” ujar Sudiwinoto.

Untuk wali kelas juga memiliki kewajiban untuk menata lingkungan kelas dan sekelilingnya bersama siswa dikelas tersebut. Misalnya mengelola dengan baik “Sekam” (sampah, energi, keanekaragaman hayati, air, dan makanan. Contohnya, mengelola sampah yang ada dikelas dengan konsep reuse, reduce, dan recycle.

Sedangkan untuk energi, misalnya efisiensi penggunaan listrik di sekolah dengan

B I O D A T A

Nama : Drs. Sudiwinoto, M.Si Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 27 Juli 1962 Alamat : Jalan Pandan , RT. 02 / 03 Desa Kembiritan, Genteng Nama Istri : Juariyah Anak : 1. Dody Sidiq Ramadhana 2. Deno Basith Shafarna 3. Dimas Abdi Ghana Irjaba

mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan. “Kalau keanekaragaman hayati adalah menanam tumbuhan di lingkungan kelas masingmasing,” jelas Mantan Kepala SMA Negeri 1 Glenmore ini.

Sudiwinoto juga menggambarkan tentang pemanfaatan air di sekolah maupun imbauan kepada seluruh warga sekolah untuk tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung pengenyal, pengawet dan pewarna. Untuk itu, keberadaan makanan yang dijual di kantin maupun koperasi sekolah juga harus memenuhi standar tersebut.

Dari semua itu, peran siswa adalah yang paling dominan. Karena dengan peran aktif seluruh siswa akan memudahkan SMA Negeri 1 Glagah meraih predikat sebagai sekolah adiwiyata provinsi. Yang jelas, saat ini seluruh siswa sudah terbiasa dengan pelaksanaan untuk menuju Adiwiyata. dengan digencarkannya sosialisasi dan

praktik langsung setiap hari, akhirnya membuat para siswa rajin menjaga kebersihan maupun melaksanakan setiap detail program sekolah adiwiyata.

Peran serta komite sekolah sebagai mitra juga sangat besar peranannya terhadap kegiatan Adiwiyata di sekolah ini. Sudiwinoto bahkan sudah merancang beberapa kegiatan, seperti menanam pohon bersama wali murid dan melibatkan masyarakat sekitar untuk membuat taman sekolah yang pengelolaannya juga akan melibatkan wali murid.

“Nah, taman tersebut dalam satu bulan juga akan diberi penilaian, sehingga semangat untuk menjadikan sekolah Adiwiyata Provinsi tak akan pernah pudar,” tandasnya.

Dengan keterlibatan seluruh elemen sekolah, menjadi sesuatu yang mudah bagi SMA yang terkenal dengan kecerdasan para siswanya ini untuk meraih predikat sekolah Adiwiyata provinsi yang dicitacitakan. (*/als)

Pemilihan Putra Putri Smansa

Ajang Membentuk Karakter Siswa CARA lain yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Glagah untuk membentuk karakter pribadi siswa yang kuat dan tangguh adalah dengan menggelar pemilihan Putra dan Putri Smansa (Pulsa). “Ajang pemilihan yang dilakukan sejak tahun 2008 tersebut mampu memotivasi siswa untuk saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik,” ujar Drs Sudiwinoto MSi, Kepala SMA Negeri 1 Glagah.

Bahkan, menurut Karinka Bella Prasetya, 16, dia harus berjuang ekstra keras hingga berhasil menjadi Putri Smansa 2015. Saat itu dia bersama Muhammad Ravin,17 berhasil menyingkirkan 126 kontestan lainnya. “Pemenang adalah yang memiliki kroteria Brain, Beauty and Behavior,” jelas Karinka.

Dalam pemilihan tersebut, dari seluruh peserta, awalnya akan dikerucutkan menjadi 10 besar putra dan putri.

Dalam tahap ini para siswa yang berhasil lolos juga akan mendapat pelatihan tata rias, tabble manner, kepemimpinan, public speaking, dan diberi pengetahuan tentang pariwisata.

“Setelah itu, kami akan diseleksi sehingga hanya tersisa 5 besar putra putri.

Dalam tahap ini yang menjadi inti penilaian adalah Wiraga

PILIHAN : Putra Putri Smansa 2015, Muhammad Ravin dan Karinka Bella mengapit Guru Idola, Bambang Hendro Wiyoso.

(cara jalan), kesesuaian busana, dan visi misi maupun pendapat pribadi peserta tentang sekolah,” tandas Ravin.

Penentuan Putra-Putri Smansa ditentukan setelah di 3 besar. Yang mana pemenang akan menjadi duta Smansa dalam berbagai kegiatan, baik di dalam maupun di luar

sekolah.

Seperti tugas sekolah yang diberikan kepada Putri Smansa 2015, Karinka Bella Prasetya.

Saat liburan sekolah bulan Desember nanti dia akan mengikuti program Siswa Mengenal Nusantara yang diselenggarakan di Bengkulu selama 14 hari. (*/als)

Digugu Ditiru RADAR BANYUWANGI

14

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

pesial Edisi SG Hari uru

Dra. Hj. Setyaningsih, MM

Emmy Tri Astuti

Kepala SDN 4 Penganjuran

Kepala SDN 1 Lateng

Perbanyak Ekskul dan Ngaji Bareng

FOTO-FOTO: FREDY RIZKI/RABA

MENDUKUNG: Emmy Tri Astuti bersama para siswa berprestasi di cabang pencak silat.

Perbanyak Ekskul untuk Kembangkan Karakter Siswa MELIHAT banyaknya potensi nonakademis anak didiknya saat mengajar, Emmy Tri Astuti merasa perlu memfasilitasi potensi tersebut. Apalagi ketika ada beberapa siswanya kemudian dapat menjadi juara di bidang nonakademis seperti seni dan olahraga. Maka dia menggagas 28 program ekstrakurikuler di SDN 1 Lateng yang dipimpinnya.

Program ini, kata Emmy, digagas sesuai dengan pengembangan Permendikbud nomor 23 tahun 2015, tentang budi pekerti

yang kemudian dikembangkan dengan memaksimalkan program ekskul. Dampak program yang dikembangkan itu adalah mengalirnya prestasi dari beberapa cabang ekskul di sekolahnya.

Seperti silat, futsal, tari, bola volley, dan bola basket.

Para siswa diberi kebebasan mengekspresikan dirinya melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

Para siswa itu akhirnya mampu meraih prestasi tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi. Untuk mendukung agar kualitas siswa

yang mengikuti ekstrakurikuler terjaga, Emmy tak segan mengundang pelatih profesional di Banyuwangi.

Sehingga, dia menjamin siswanya yang aktif di ekstrakurikuler akan memperoleh materi terbaik bagi perkembangan prestasi mereka. “Kita seimbangkan antara pendidikan akademik dan nonakademik. Mereka yang aktif mengikuti ekstrakurikuler menjadi siswa yang lebih bertanggung jawab, sebenarnya itulah tujuan dari pengembangan ekstrakurikuler,” ujar Emmy. (fre/bay)

MENINGKATKAN prestasi dan memperkuat akhlak menjadi prioritas Dra Hj Setyaningsih MM. Begitu menjabat sebagai Kepala Dasar Negeri (SDN) 4 Penganjuran, dia langsung menargetkan bisa meraih prestasi selama sebulan.

Dibentuklah satu tim kecil yang terfokus pada pengembangan diri anak didik.

Dengan begitu, hasilnya nanti bisa dirasakan langsung oleh sekolah yang besertifikat sebagai Sekolah Pembina ini. Dalam tahun 2015 ini, prestasi siswa sudah menyejajarkan diri di tingkat nasional. Di antaranya siswa sekolah ini meraih gelar Juara I renang O2SN di Makassar. Saat ini pun, salah satu siswa sedang mengikuti babak final Asian Sains and Mathematic Olumpiade for Primary School (ASMOP) di Malaysia. Sedangkan di tingkat kabupaten, sekolah ini sudah berhasil mengoleksi 43 prestasi. Untuk level Provinsi Jawa Timur, sudah 24 prestasi diraih sekolah tersebut.“Prestasi itu penting, namun akhlak juga lebih penting,” tegas Setyaningsih yang sudah mengajar sejak tahun 1982 itu.

Tak mengherankan, jika siswa SDN yang dulu populer dengan sebutan SD Brawijaya ini mengikuti ngaji bareng selama satu jam. Dengan begitu, akhlak mulia terbentuk sejak usia dini.

Selain itu, SDN 4 Penganjuran kini sedang menuju Adiwiyata Nasional.

Ditambah lagi, prestasi lain yang diraih adalah 10 besar sekolah Pembina dalam lomba Budaya Mutu Tingkat provinsi, Juara V lomba tata kelola dana BOS tingkat nasional, dan juara 2 lomba Jeding Rijig tingkat kabupaten. (*/bay)

Tentang NAMA LENGKAP Dra. Hj. Setyangingsih, MM TTL Banyuwangi, 13 November 1962 SUAMI H Soewarno, ST

Nama Emmy Tri Astuti

ANAK 1. Tirta Wijaya Negara, ST 2. Bayu Jaya Permana, AMd

Tempat, Tanggal Lahir Malang, 5 Desember 1962

IKUT MENGAJAR: Emmy Tri Astuti berinteraksi dengan siswa di dalam kelas SDN 1 Lateng.

Jabatan Kepala SDN 1 Lateng

GERDA SUKARNO/RaBa

Sunoto Prayitno SPd Kepala SMPN 1 Songgon

Jadi Percontohan Sekolah Tanggap Bencana KEINGINAN untuk selalu menambah bangunan di sekolah terus diwujudkan di SMPN 1 Songgon. Sunoto Prayitno memiliki modal dasar untuk memimpin SMPN 1 Songgon, dengan melakukan upaya pendekatan kepada pemerintah.

Dengan visi mewujudkan siswa yang unggul, berprestasi, berbudaya, berakhlakul karimah, Kasek Sunoto Prayitno berupaya meningkatkan kualitas pendidikan siswa.

Sunoto yang kelahiran Kabupaten Situbondo ini mengatakan, SMPN Songgon 1 kini telah menjadi sekolah percontohan tanggap bencana di Banyuwangi.

Status sekolah percontohan tanggap bencana ini diakui oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Jawa Timur. Selain itu, sekolah ini masuk dalam pilot proyek pelaksana kurikulum 2013.

Sunoto juga menjalankan program Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS), yaitu sekolah yang menyelenggarakan pendidikan keluarga dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga tahun 2015.

“Keterlibatan pemerintah, pihak sekolah, dan masyarakat, terutama wali murid sangat penting untuk kemajuan pendidikan kita,” ujar alumnus jurusan pendidikan fisika Universitas Negeri Jember (Unej) itu.

Sejauh ini, Sunoto juga telah menjalankan program 3-Ka yaitu logiKa, estetiKa, dan etiKa untuk siswa SMPN 1 Songgon.

Program ini dilakukan agar mereka mampu mengontrol intelegensi, emosi, dan spiritualnya, “Kita biasakan siswa salat Dhuha setiap pagi. Ekstra kurikuler kita jalankan semua, dan selalu mengikuti Olimpiade sains,” ujarnya.

Sementara itu, sebelum dipercaya mengemban tugas sebagai kepala SMPN 1 Songgon, Sunoto pernah bertugas sebagai kepala SMPN 3 Songgon satu atap (satap) pada periode 2009 hingga tahun 2014. (*/bay)

WAHYU NUGROHO/JPRG

Hartono MPd Kepala SMPN 1 Genteng

Kandidat Pertukaran Kasek se-Indonesia HARTONO MPd sudah memulai karir sebagai pendidik sejak tahun 1992 di SMPN Bangorejo 1 Banyuwangi. Dengan gelar sarjana bahasa Inggris, dia dituntut untuk mampu mengajar pelajaran seni budaya dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) di era Orde Baru saat itu.

Menurut Hartono, bekal tambahan kedua pelajaran itu, akhirnya kian membuat wawasan dunia pendidikan bertambah. Lima tahun berselang yakni pada tahun 1997, dia ditugaskan ke SMPN 1 Purwoharjo, dan langsung menjabat sebagai pembina OSIS serta Kesiswaan. “Dari situ, saya belajar karakter anak,” tuturnya.

Pada akhir tahun 1997, Hartono bersama beberapa guru bahasa Inggris mendapat kesempatan mengikuti short course selama tiga bulan di Universitas Malaya, Kuala lumpur, Negara Malaysia. Kemudian pada tahun 1999, Hartono memperoleh gelar juara 2 guru teladan tingkat Provinsi Jawa Timur. “Akhir tahun 2009, saya WAHYU NUGROHO/JPRG

diangkat menjadi kepala SMPN Muncar 4 Satu Atap (Satap),” ujar penggemar sepeda santai dan tenis lapangan ini.

Selanjutnya, Hartono ditugaskan sebagai Kepala SMPN 2 Tegaldlimo pada tahun 2012 hingga 2014.

Nah, sejak tahun 2014 lalu, dia akhirnya dipercaya menjadi kepala SMPN 1 Genteng. “Saya akan pertahankan prestasi sekolah mantan RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) ini,” tambah lelaki yang jadi kandidat pertukaran kasek se-Indonesia yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Hartono berpesan kepada seluruh rekan seprofesinya, dalam rangka Hari Guru Nasional ke-70 ini, guru telah menemukan kesejahteraannya sebagai guru. Guru juga telah mendapat tanda jasa sehingga tidak boleh cepat puas dengan penghargaan profesinya. “Mari kita antar cita-cita siswa sesuai dengan kemampuan mereka,” pungkasnya. (*/bay)

Digugu Ditiru RADAR BANYUWANGI

pesial Edisi SG Hari uru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

15

Sumarno Polhut KPH Perhutani Banyuwangi Utara

Ngajar Dulu Sebelum Patroli Hutan RENDRA KURNIA/RABA

DEKAT ALAM : Sumarno (seragam polhut) mengajarkan siswa mengenal dan selalu menjaga kelestarian hutan di halaman SD Fillial 2, Sumber Nanas, Desa/Kecamatan Kalipuro.

Lintasi Jalan Berliku 8 Km Dalam Hutan SEKOLAH Dasar (SD) Fillial Kalipuro 2 letaknya memang sangat jauh. Posisi sekolah ini masuk wilayah Dusun Sumber Nanas, Kelurahan/Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Berada di dalam hutan dengan jarak sekitar 8 Kilometer dari jalan utama desa, membuat kampung ini bisa dibilang terisolasi.

Bukan tanpa alasan, untuk menuju kampung ini jalan yang harus dilalui tidak mudah. Tidak beraspal dan berliku-liku. Tidak jarang kita juga menemukan tanjakan yang sangat tinggi saat melintasi jalan yang dikelilingi tanaman pohon pinus di dalam hutan ini.

Wakil Kepala KPH Perhutani

Banyuwangi Utara, Fajar Arief Wicaksono mengatakan, SD Fillial 2 Kalipuro ini merupakan sekolah transit bagi anakanak Dusun Sumber Nanas.

Untuk selanjutnya, mereka melanjutkan ke sekolah induk SDN 2 Kalipuro.

Dengan adanya sekolah di tengah hutan ini, Fajar berharap anak-anak di dalam hutan Dusun Sumber Nanas memiliki kegiatan sebelum melangkah ke masuk kelas 3 di sekolah induk. ”SD fillial ini merupakan sebuah harapan bagi anak-anak Sumber Nanas untuk meraih cita-citanya setinggi mungkin,” ujar Fajar.

Untuk segi pengajaran, Fajar mengatakan bahwa guru-guru yang mengajar

di SD Fillial 2 Kalipuro tidak kalah dengan guru-guru SD negeri. Sebab, meski bukan murni seorang pengajar, para guru dadakan dari Perhutani ini selalu di-upgrade ilmunya dalam segi pengajaran bersama guru-guru sekolah negeri yang ada di sekolah induk. ”Dari segi pelajaran maupun kurikulum sekolah, para guru itu tidak ketinggalan dari sekolah negeri lainnya. SD ini selalu mengikuti kurikulum,” kata Fajar.

Fajar menambahkan, selain ilmu sekolah umum yang diberikan kepada anak-anak.

Secara khusus karena sekolah ini berada di tengah hutan, tidak jarang para guru juga memberikan pelajaran di luar kelas dengan memberikan

pengertian fungsi hutan dan jenis-jenis pohon apa saja yang ada di dalam hutan.

Harapannya, selain agar anakanak Dusun Sumber Nanas ini nanti bisa menjadi orang sukses. Harapan lain, generasi penerus bangsa ini nanti juga ikut berperan menjaga hutan agar tetap lestari.

Dengan datangnya hari guru ini, Perhutani berpesan kepada para pengajar SD Fillial 2 Kalipuro untuk tetap semangat dan tanpa pamrih memberikan pengajaran kepada anak-anak Dusun Sumber Nanas. ”Insyaallah, apa yang dilakukan oleh Pak Guru SD Fillial ini bisa menjadi amal ibadah di akhirat nanti. Tetap semangat dan selalu ikhlas,” pungkasnya. (tfs/bay)

SUMARNO adalah seorang warga Dusun Sumber Nanas, Kelurahan/Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Dia tercatat sebagai anggota Polisi Hutan (Polhut) KPH Perhutani Banyuwangi Utara. Patroli hutan adalah kegiatan sehariharinya. Ratusan hektare hutan dia lewati untuk memastikan bahwa hutan dalam kondisi aman dari tindak pidana, maupun dari kecelakaan lainnya.

Di tengah kesibukannya sebagai Polhut, ternyata Sumarno juga bertindak sebagai pengajar di SD Fillial Kalipuro 2 yang posisinya di tengah hutan Dusun Sumber Nanas. Setiap pagi, sebelum melaksanakan kegiatan patroli hutan rutin, Sumarno terlebih dahulu menuju ke sekolah filial. Sekolah ini memiliki tujuh anak-anak setempat yang sedang menuntut ilmu.

Ya, isinya hanya tujuh orang siswa. Karena sekolah tersebut hanya menerima siswa-siswi kelas 1 dan kelas 2. ”SD Fillial ini adalah sekolah terdekat yang ada di Sumber Nanas.

Kalau sudah naik ke kelas 3, anak-anak harus sekolah SDN 2 Kalipuro, jaraknya sekitar 5 Kilometer dari Sumber Nanas,” ujar pria berusia 49 tahun ini.

Sumarno tidak sendirian mengajar. Biasanya, dia bersama temanya yang juga staf Perhutani yakni Doni Handomo, 33 secara

FAMILIAR: Siswa didampingi orang tua menyalami guru di SD Fillial 2, Sumber Nanas, Desa/Kecamatan Kalipuro.

bergantian menjadi seorang pengajar di SD yang dibangun oleh Perhutani tersebut.

Adanya SD Fillial tersebut dirasa sangat membantu bagi warga Sumber Nanas. Ada sekitar 116 kepala keluarga (KK) di dusun tengah hutan ini.

Mereka pasti memilih SD Fillial sebagai tempat belajar awal bagi anak-anaknya. ”Selain mempermudah jarak, sekolah di sini juga gratis. Mulai dari buku dan baju sekolah, pihak Perhutani yang menyediakan,” kata pria asli Dusun Sumber Nanas ini.

Dari tujuh murid yang dididik oleh Sumarno, tidak semuanya normal. Ada dua murid berkebutuhan khusus yang dididik setiap harinya. Meski begitu, tidak ada perbedaan dari segi mengajar maupun memberikan arahan selama proses belajar berlangsung.

Menurut Sumarno, dua anak

berkebutuhan khusus tersebut awalnya memang agak canggung. Namun, berkat kesabaran para pengajar, akhirnya murid tersebut bisa berbaur dan nyaman belajar bersama rekan-rekannya. ”Awalnya sulit, kadang nangis.

Tapi lama kelamaan, mereka bisa membaur,” jelasnya.

Menjadi seorang pengajar di SD yang berdiri sejak tahun 1993 itu, bukanlah paksaan atau perintah. Sebagai warga asli Dusun Sumber Nanas, Sumarno merasa terpanggil untuk bisa mendidik anak-anak kecil yang ada di kampungnya.

Bisa dikatakan, hampir seluruh warga yang usianya tidak terlalu tua dipastikan adalah lulusan dari SD Fillial 2 ini. Bahkan, orang tua dari siswa saat ini, ternyata dulunya adalah murid Sumarno. ”Orang tua dari anak-anak ini juga mantan murid saya,” terangnya. (tfs/bay)

INFO DISPERINDAGTAM

Gratiskan 60 Sertifikat Hak Cipta dan Merek BANYUWANGI-Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan (Disperindagtam) Kabupaten Banyuwangi melakukan berbagai fasilitasi kepada usaha industri kecil menengah (IKM) dan seni budaya. Kali ini fasilitasi diberikan untuk pengurusan perolehan sertifikat hak kekayaan intelektual (HKI) bidang hak merek dan hak cipta.

Kesempatan fasilitasi kali ini bisa dimanfaatkan oleh 60 usaha IKM dan seniman maupun budayawan. Sebab, Disperindagtam memberikan fasilitasi pengurusan sebanyak 30 hak merek dan 30 hak cipta sekaligus. Penjaringan sertifikasi hak cipta dan hak merek tersebut telah dilaksanakan sejak bulan April 2015. Mereka yang akan mendaftarkan hak cipta dan hak mereknya masih punya kesempatan

AKBAR KONSTRUKSI N

KA AHLI MENGERJA

hingga Desember 2015.

Kepala Disperindagtam Kabupaten Banyuwangi Ir. Hary Cahyo Purnomo, MSi mengatakan, kegiatan fasilitasi hak merek dan hak cipta itu dimaksudkan untuk mempertinggi ilmu pengetahuan dalam bidang teknik serta seni budaya sebagai ilmu pengetahuan untuk kepentingan negara dan masyarakat.

Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat serta peran penegak hukum tentang perlindungan hak cipta serta persaingan yang tidak jujur dalam mempromosikan ilmu pengetahuan seni sastra dan budaya lokal. “Dasar hukum kegiatan fasilitasi adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang hak merek,” ungkapnya.

BANYUWANGI Rogojampi Indah Concrong

BAJA BERAT

081 234 555 255

BANYUWANGI

BANYUWANGI

BANYUWANGI

BANYUWANGI

STNK

Staff / Karyawan

Toyota Yaris

Honda Brio

Isuzu Panther

Hlg STNK P 4057 WG an Haeroni, Dsn. Cantuk Kidul RT. 3/3, Ds. Cantuk, Sngjrh

Dibutuhkan Staff Untuk Posisi Cook L / P, S M A / S d r j t , Pe n g a l a m a n M i n 2 Th, Bawa/Kirim Lamaran Ke Ijen Resor t and Villas Ds. RanduagungLicin-Banyuwangi H: 081558104576

DIJUAL Toyota Yaris/all new Avanza tahun 2010 pth/htm PMK hrg 139 juta nego brg istw bisa cash/kredit hub (0333) 631526 – 635176, 0811351148

DIJUAL Honda Mobilio/Brio satya tahun 2014 pth PMK hrg 167/117 juta nego brg istw bisa cash/kredit hub (0333) 631526 – 635176, 0811351148

Dijual Touring th 011 hitam hrg 165 jt nego bisa cash/kredit atau tukar tambah Hb. 08123453975

Daihatsu Terios

Truck Fuso

Honda CRV

DIJUAL Terios/All New Xenia tahun 013 htm PMK hrg 139/119 juta nego brg istw bisa cash/kredit hub (0333) 631526 – 635176, 0811351148

DIJUAL Truck Fuso tahun 81/82/83/84/85 hrg 75/77,5/80/82,5/125 juta nego brg istw bisa cash/kredit hub (0333) 631526 – 635176, 0811351148

Dijual New CRV tahun 013 hitam hrg 310 jt nego bisa cash/kredit atau tukar tambah Hb. 082142194111

Hlg STNK P 2471 EM an Ariwanto Basyuni Jl. Irian Jaya Rw01/02 Mimbaan Stb Dijual 2 Unit Rumah di perumahan Rogojampi Indah Concrong LB/LT 84/89 dan 80/85 lok strategis investasi masa depan bagus jalan menuju bandara Hub. 081 358 832 078

Hlg STNK P 2411 YL an Nur Aminah, Dsn. Krajan RT. 1/6, Ds. Pakistaji, Kabat Hlg STNK L 1360 VH an Teguh Prasetio, Simo Gunung Barat Tol 2-A/18, Surabaya

BANYUWANGI

Hlg STNK P 4750 XM an Nurhariri, Jl. Citarum No.46 RT. 2/4, Panderejo

Mitsubishi Fuso

BANYUWANGI

Hlg STNK P 2125 VD an Wiwik Harimurti, Jl Mendut IX No. 28 RT. 2/1, T. Baru

Ruko The Lagoon

Hlg STNK P 3319 VM an Muhamad Amin Hidayat, Jl. KH. Harun No. 6 RT. 2/2,T. Kayu

Dijual/Dikontrakkan Ruko The Lagoon Jl. Yos Sudarso Blok 7/8 B.wangi Hub: Drs. Heldiansyah Nawawi 0811348054

Hlg STNK P 2388 WC an Mohamad Sayidi, Dsn. Krajan RT. 2/4, Songgon

Djl 1 Unit Fuso Mitsubishi ‘82 Hubungi 081231457220

Dump Truk Dijual 2 Unit Dump Truk Mitsubishi 125 HD 12/13 Hub: 081358339500

PURWOHARJO - BANYUWANGI

PAHE 110rb

P A K E T

persyaratan administrasinya komplit dan benar, maka akan didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM Dirjen HKI di Jakarta,”terangnya.

Setiap tahun, Disperindagtam Kabupaten Banyuwangi memberikan fasilitasi pengurusan sertifikat hak cipta dan hak merek secara cumacuma. Pada tahun 2014, Disperindagtam juga memberikan fasilitasi sebanyak 30 hak cipta dan 30 hak merek. Seluruh biayanya ditanggung APBD Kabupaten Banyuwangi. Tahun ini, fasilitasi serupa juga diberikan oleh Disperindagtam. “Ini sebagai bentuk komitmen kami untuk memberikan perlindungan hukum terhadap produk dan karya seni budaya Banyuwangi,” tegas Hary. (*)

BANYUWANGI

Hlg STNK B 9980 IG an Mulia Baru,Jl. Tmn Permata Indah II Blok M No. 1/46 Jkrta Utara

Antara Lain :

DINDING KACA / SOFT RON ALUMUNIUM COMPOSIT PANEL / ALUCOPAN / ACP JENDELA PINTU KACA / KARTEN WOLT GUDANG / PABRIK POM BENSIN TERAS / KANOPI RUMAH SEKOLAH / AULA PAGAR TERALIS, DLL

Hary menambahkan, Banyuwangi telah memiliki sertifikat budaya hak kekayaan intelektual dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu sebagai bentuk prestasi daerah terhadap keseriusan kepada hak cipta dan hak merek terhadap potensi daerah untuk memperoleh produk perlindungan hukum. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi memfasilitasi pengurusan perolehan sertifikat hak cipta dan hak merek tersebut secara gratis.

“Fasilitasi gratis ini dalam rangka optimalisasi perlindungan hukum terhadap dunia rekaman seni musik, budaya, dan produk lainnya,”tandasnya.

Sebagai tindak lanjutnya, kata Hary, Disperindagtam membuka penjaringan sejak April hingga Desember 2015. Pendaftar diminta melengkapi persyaratan administrasi yang telah ditentukan.“Apabila sudah

H E M A T

2 baris / 7x muat

Harga sudah termasuk PPN 10%

Promo ini tidak termasuk iklan lowongan Khusus untuk tanah, rumah, mobil, percetakan, salon, tokoh bangunan, bengkel, toko baju/sepatu, anekakebutuhan, restoran, pengobatan Jadwal pemuatannya berurutan, tidak boleh berganti materi

CALL CENTER

Mitsubishi Pajero

Radar Banyuwangi

0333 412224 Radar Situbondo

0338 671982 03 Radar Genteng Ra R

0333 845860 03

DIJUAL Mts Pajero Exeed tahun 2010 htm PMK hrg 269 juta nego brg istw bisa cash/kredit hub (0333) 631526 – 635176, 0811351148

RADAR BANYUWANGI

16

Digugu Ditiru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

Edisi Speusriual Hari G

FOTO-FOTO: SMKN Banyuwangi For RaBa

LIVE DI TIVI : Pengisi acara di Jatim Berkarya (Jawara).

SMKN BANYUWANGI

Tahun Depan Miliki TV Streaming BANYUWANGI – Siapa yang tidak kenal dengan Sekolah menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Banyuwangi.

Sekolah yang sudah mengantongi Adiwiyata Nasional ini. Sri Hiodayati, MPd Kepala SMKN Banyuwangi rencananya Januari tahun depan akan meluncurkan Tv Streaming.

Program ini berawal dari Tv Edukasi.

Program ini akan yang ditayangkan dalam pemancar media elektronik tersebut berupa materi pembelajaran sekolah yang sudah di visualisasi.

Hasil karya masing-masing bidang keahlian serta memuat potensi budaya dan wisata Banyuwangi. Melalui Tv Streaming tersebut, informasi untuk siswa maupun masyarakat bisa lebih cepat dan akurat diterima. (*) KE BELANDA: Pemenang Jaura I Film Dokumentertingkat nasional yang akan go Internasional.

DI BALURAN: Juara 2 dan 3 karya tulis dalam Bird Watching.

KEBANGGAAN: Penerimaaan anugerah Adiwiyata Mandiri.

NYAMAN: Salah satu ruangan hotel yang bisa digunakan untukmasyarakat umum.

Miliki Hotel, Toko, Bank Sendiri Prestasi SMKN 1 Banyuwangi 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Penyaji Terbaik Festival Music Tradisi Remaja Juara I Festival Operet Jatim Juara I Aktor Terbaik Juara I Kompetesni siswa SMK Juara I Debat Bahasa Inggria Juara II Karaya tulis ilmiah Juara III Karya tulis Ilmiah Juara I Lintas Alam Putri Adiwiyata Nasional 2013 Adiwiyata Mandiri 2014 Sekolah Sahabat Bumi 2015

DENGAN konsisten menjaga kebersihan lingkungan SMKN Banyuwangi bersama semua dewan guru terus mengembangkan prestasi.

Karena Sekolah Kejuruan, pengembangan bidang usaha terus dikembangkan. Di lahan hampir empat hektare, SMKN

Nasional Propinsi Propinsi Kabupaten Kabupaten Propinsi Propinsi Porpinsi

Banyuwangi ini memiliki laboratorium atau tempat praktik terlengkap.

Contohnya, untuk bidang keahlian akuntasi ada Bank Pinjaman Siswa (BPS), untuk Pemasaran atau Tata niaga juga memiliki supermarket mini hingga tempat praktik

Bagikan Voucher Pendidikan di Hari Guru

JANGAN REMEHKAN : Juara I Lintas Alam Putri tingkat Jawa Timur.

Langsung Bisa Kirim Siswa ke luar Negeri

JUARA I: Penyerahan penghargaan duta HIV AIDS kategori Poster.

SEKOLAH Adiwiyata Nasional ini adalah satu di antara tiga sekolah di Indonesia yang menggunakan kurikulum 2013 (K-13) walau sebelumnya hanya menyelenggarakan satu semester saja. Masih ditambah lagi, saat ini SMKN Banyuwangi berstatus outlet on job training (OJT). Dengan demikian sekolah tersebut sudah memiliki Kerja

sama dengan berbagai perusahaan di Malaysia.

OJT ini dimulai sejak 2008 namun SMKN Banyuwangi masih menggunakan jasa orang lain untuk mengirimnya, sudah lima tahun terakhir ini, sekolah satu-satunya yang memiliki bidang keahlian seni tari ini bisa mengirim langsung keluar negeri. Bahkan, SMK lain bisa menyalurkan melalui OJT SMKN Banyuwangi. (*)

percetakan bagi bidang keahlian Multimedia.

Termasuk Hotel dengan kapasitas 14 kamar. Terdiri dari dua kelas yakni standard dan deluxe. Semua fasilitas itu tidak sekadar untuk praktik saja tetapi juga untuk masyarakat umum. (*)

HANYA CONTOH: Voucher pendidikan yang akan dibagikan kepada 50 siswa hari ini.

HARI ini merupakan hari ulang tahun guru yang ke 70. SMKN Banyuwangi memiliki cara tersendiri dalam merayakannya. Seperti biasa, diawali dengan upacara pagi hari. Namun kali ini terlihat berbeda, karena semua komponen upacara atau petugas upacara adalah guru.

Karena berhari jadi, Guru- guru SMKN Banyuwangi memberikan hadiah berupa santunan kepada 50 siswa yang berhak menerimanya. Santunan ini tidak berupa dana cash tetapi berbentuk voucher Pendidikan. Tujuannya supaya tepat sasaran, kalau dana cash terkadang dipergunakan siswa untuk yang lainnya. “Voucher ini akan ditukar untuk pembayaran Sekolah,” ujar Sri Hidayati, MPd. (*)

Digugu Ditiru RADAR BANYUWANGI

pesial Edisi SG Hari uru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

17

SMP Tri Bhakti Gandeng Polsek Tegaldlimo

THOMY SILA/JPRG

FOTO BARENG: Para guru SMP N 3 Muncar berkumpul di depan kantor sebelum menggelar peringatan HGN dan HUT ke-70 PGRI.

SMP N 3 Muncar

Kumpulkan Beras untuk Siswa Kurang Mampu MUNCAR – Untuk merayakan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-70 PGRI yang jatuh pada 25 November hari ini, SMPN 3 Muncar menggelar sejumlah kegiatan. Mulai tryout untuk kelas IX, bakti sosial pengumpulan beras yang dibagikan untuk siswa yang kurang mampu, dan puncak acara ditutup dengan kegiatan upacara bendera.

Ketua Ranting PGRI SMPN 3 Muncar, Drs Sujoko MPd mengatakan, untuk kegiatan HGN

tingkat Jawa Timur yang bertempat di Pandaan tanggal 22 November lalu, pihaknya juga mengirim perwakilan. Sujoko berharap, dengan mengikuti HGN, kompetensi guru semakin bisa ditingkatkan.

Tujuannya, untuk mencapai guru yang profesional.

Sujoko menambahkan, HUT PGRI dan HGN ini bertemakan memantapkan soliditas dan solidaritas PGRI sebagai organisasi profesi guru yang kuat dan

bermartabat.

Sujoko menambahkan, untuk mengisi HGN dan HUT ke-70 PGRI pihak sekolah memang mengisi dengan beberapa kegiatan.

Tujuannya untuk peningkatan kualitas dan memupuk karakter siswa lebih baik lagi. “Kalau hanya masalah nilai, itu masalah gampang. Yang penting perilaku, karakter, dan kualitas siswa benar-benar kita perhatikan saat ini,” pungkas Sujoko. (*/als)

TEGALDLIMO – Ada hal yang berbeda di SMP Tri Bhakti Tegaldlimo dalam memperingati Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-70 PGRI yang jatuh hari ini, 25 November 2015.

SMP Tri Bhakti yang ada di Jalan Kalipahit, Kedalrejo, Kecamatan Tegaldlimo, ini mengadakan Memorandum Of Understanding (MoU) dengan Kepolisian Sektor (Polsek) Tegaldlimo.

Kepala SMP Tri Bhakti Mahmud Yunus IM, M.Pd.I mengatakan, selain untuk memperingati HGN dan HUT PGRI ke-70, MoU ini untuk perpanjangan kontrak dengan penambahan bidang alih tangan masalah bimbingan konseling, serta untuk penguatan pengembangan managerial sekolah dengan pihak terkait.

Yunus menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan, mengkondisikan peserta didik yang sadar peraturan, juga dalam rangka memberikan pemahaman tentang norma hukum dalam masyarakat.

Yunus menambahkan, kegiatan ini juga untuk menciptakan peserta didik yang mandiri dan mampu menyelesaikan masalah pribadi yang dapat diterima semua pihak berdasarkan norma agama dan masyarakat.

“Kegiatan dalam MoU ini meliputi pembinaan dalam kegiatan upacara bendera Senin pagi dan Nasional, penyuluhan hukum dalam kegiatan MOS, pelatihan kedisiplinan berbaris pengembangan diri P2KS dan penangan masalah kasus khusus yang diluar kewenangan sekolah,” pungkasnya. (*/als)

THOMY SILA/JPRG

SERAH TRIMA MoU: Mahmud Yunus dan Kapolsek Kecamatan Tegaldelimo AKP Hery Pornomo.

Restu Hary Rosdiyantoro, Siswa SMAN 1 Genteng

Torehkan Seabrek Prestasi Matematika JIKA kebanyakan pelajar membenci pelajaran matematika karena dianggap sukar dan sulit untuk dikerjakan, justru anggapan itu ditanggapi berbeda oleh Restu Hary Rosdiyantoro. Siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Genteng ini malah menganggap matematika sebagai pelajaran yang paling mengasyikkan.

“Bagi saya, pelajaran matematika sangat menarik dan menantang. Kalau kita mendalaminya, jiwa kita akan lebih sabar dan telaten,“ ujarnya.

Kecintaannya terhadap matematika bahkan membuatnya merasa kecanduan untuk terus mengikuti berbagai ajang perlombaan yang diselenggarakan mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Hebatnya, selama mengikuti berbagai ajang lomba, dia sering meraih predikat terbaik.

Yang terbaru, siswa yang memiliki cita-cita kuliah di ITB Bandung tersebut berhasil menjadi yang terbaik dalam ajang Match and Logic Competition (MLC) regional Besuki, yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga

GERDA SUKARNO/RABA

BULAT BULAT: Salah satu narasumber memperagakan cara menggosok gigi yang baik dan benar.

Bekali Dokter Kecil Dengan Ilmu Kesehatan BANYUWANGI – Sebentar lagi semester genap akan usai.

Itu berarti beberapa kegiatan perlombaan akan dilaksanakan. Baik di tingkat kecamatan hingga nasional.

Salah satunya adalah dokter kecil. Untuk mempersiapkan kader tiwi sada tersebut, sekolah sudah mempersiapkan bekal jauh-jauh hari. Kemarin (24/11) bertempat di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kepatihan diselenggarakan pelatihan kader tiwi sada/dokter kecil.

Bekerja sama dengan Puskesmas Sobo, sebanyak 10 lembaga sekolah yakni SDN Kepatihan, SDN 1 Karangrejo, SDN 2 krangrejo, SDN 3 karangrejo, SDN 4 Karangrejo, SDN 1 Panderejo, SDN 3 Panderejo, SDN 1 Kertosari, SDN 2 Kertosari dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum.

Dari sepuluh lembaga tersebut, ditunjuk masingmasing satu guru Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang turut mendampingi. Kepala SDN Kepatihan, Endahwati, selaku tuan rumah mengatakan, agenda ini sebenarnya sudah lama dilaksanakan, dan rutin tahunan. “Tidak hanya intern sekolah tetapi juga melibatkan stakeholder dan masyarakat sekitar,” ujar Endahwati.

Sebanyak 284 siswa dicekoki materi kesehatan, di antaranya gigi dan mulut, Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), Kesehatan Telinga, Penyebaran Menyakit menular dan lain sebagainya. Diharapkan dari masing-masing siswa yang mewakili sebagai dokter kecil ini kedepan tidak hanya siap mengikuti perlombaan saja.

Tetapi juga bisa menjadi contoh bagi teman sebaya di sekolah masing-masing. Tentang hidup sehat, termasuk memberikan pertolongan jika ada teman yang mengalami luka. (*/als)

DIAN EFFENDI/JP-RABA

Surabaya, Minggu (15/11) lalu. Bahkan seminggu sebelumnya, dia juga berhasil masuk 50 besar nasional MLC Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta.

Seabrek prestasi lain yang pernah didapat oleh anak pasangan H. Panhari dan Hj. Rosidah, asal Desa Bubuk, Kecamatan Rogojampi, itu di antaranya meraih Juara I Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) tahun 2015, Juara II Rangking I Try Out UAN tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Jawa Pos Radar Banyuwangi.

“Kalau untuk juara II atau III sih banyak,“ jelas Restu, sambil menunjukkan seabrek piagam penghargaan yang diraihnya.

Prestasi alumni SMP Busthanul Makmur ini tentu membuat bangga kedua orang tuanya. “Sejak kecil dia memang suka Matematika, bahkan saat SMP dia juga sering mendapat juara. Kami sangat bangga dan bersyukur,“ ungkap H. Panhari, yang menjabat Kepala Desa Bubuk, Kecamatan Rogojampi. (*/als)

RADAR BANYUWANGI

18

Digugu Ditiru

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

Edisi Speusriual Hari G

Dra. Hj. Rasilah Handayani

Anis Laswaningrum, SPd, MPd

Pendiri PAUD Berlian

Relakan Rumah

SDN KEBALENAN

Andalkan Samroh

untuk

dan

Gamelan BANYUWANGI – Pertama kali bertugas mengajar ditempatkan di Kabupaten Sampang, Madura pada 1 Juli 1979. Selanjutnya Anis Laswaningrum, SPd, MPd kembali ke tanah kelahirannya, yakni Banyuwangi pada tahun 1982 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Singotrunan 5.

Saat ini, Anis yang lulus S-2 di Universitas Kanjuruhan Malang dipercaya mengelola SDN Kebalenan. Sekolah yang beralamat di jalan Airlangga ini sudah Adiwayata Provinsi.

Berkat tangan dingin Anis, SDN Kebalenan yang semula kumuh, kini menjadi asri nan-indah.

Sekolah ini mengandalkan Green House untuk mempersiapkan menuju Adiwiyata Nasional.

Bersama dewan guru lainnya, SDN Kebalenan berhasil mengantarkan salah satu siswanya meraih juara I Karate Tingkat Nasional.

Bukan hanya itu, pada Pekan Seni Pelajar (PSP) Jawa Timur berhasil juara III berkolaborasi dengan SDN 1 Lateng dan SDN 4 Penganjuran.

Kesenian samroh dan gamelan menjadi andalan sekolah.

Melalui gamelan, emosi siswa bisa terkontrol melalui alunan musik. “Dengan begitu emosi dan karakter siswa bisa dicetak melalui gamelan,” ujar Anis.

Masih kata Anis, apa yang sudah diraih sekarang ini akan terus dipertahankan. Ke depan tentunya akan meraih sebanyak-banyak prestasi. Salah satu harapannya adalah bisa mempertahankan peringkat nilai ujian nasional (UN) untuk sekolah pada peringkat II kecamatan. (*)

IRWAN/JP-RaBa

SEMANGAT: Handayani mengajari anak-anak PAUD Berlian menyanyi.

GERDA SUKARNO/RaBa

MENUJU ADIWIYATA NASIONAL: Anis Laswaningrum, SPd, MPd.

MESKI telah purna dari pegawai negeri sipil, namun tak menyurutkan semangat Dra. Hj. Rasilah Handayani, untuk terus berkiprah di dunia pendidikan.

Perempuan kelahiran 6 Juni 1951 itu tak kenal lelah mengajar anakanak. Kini mantan guru Sekolah Dasar (SD) itu momong anak-anak balita di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berlian di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar.

Bersama mendiang suaminya Drs. Hendych Suwardi, Handayani mendirikan PAUD Berlian pada tahun 2007. PAUD itu di bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan dan Sosial Suwardi Suryaningrat atau disingkat Surya. Handayani merelakan rumah kuno, yang telah dihuni keluarganya selama puluhan tahun untuk ruang kelas PAUD. Ada bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 1928 dan 1932.

Ruang-ruangannya diberi nama tokoh pahlawan pendidikan dan emansipasi wanita. Ruang kelas diberi nama Ki Hajar Dewantara.

Sedangkan ruang kantor dinamai RA. Kartini. Selain bangunan kelas, perpustakaan, ruang praktikum, kantor, dan fasilitas belajar lainnya, ada juga taman bermain dan halaman parkir yang lapang.

Tempat parkir tersebut diberi nama Sritanjung. Tidak tanggungtanggung, total luas bangunan dan

Kelas PAUD

tanah yang dimanfaatkan untuk PAUD Berlian itu mencapai 2500 meter persegi. Rencananya di atas tanah seluas itu juga akan dibangun musala Al Majid dan taman pendidikan Qur’an (TPQ).

Saat ini, PAUD Berlian mengasuh 27 siswa yang terbagi dalam dua kelas. Mereka diajar oleh empat orang guru perempuan. puan. Tak hanya itu, anak-anak ak balita dari taman posyandu (pos pos pelayanan terpadu) juga menjadi njadi asuhan para guru PAUD Berlian erlian tersebut.

“Alhamdulillah siswa wa PAUD Berlian telah meraih banyak ak prestasi. Belum lama ini, ada siswa yang memenangkan juara 1 lomba balok dan juara 1 menyanyi Hari Ibu,” ungkap Handayani.

Ibu dari dr.

Hartin Nita Wulansari dan Kartika Chandra Ningrum Dyah Primiari, SPsii itu menambahkan,, proses belajarmengajar di PAUD D Berlian mengikuti kurikulum.

Pembelajaran

disesuaikan umur dan sesuai juklak dengan mengikuti perkembangan psikologis anak. Misalkan dalam rangka pengenalan, kata perempuan yang akrab disapa Bunda Han itu, anak diajak ke sawah untuk praktek menanam.

“Setelah empat tahun, siswa PAUD siap masuk Taman Kanak-Kanak (TK). Tetapi sekarang juga menyiapkan siswa yang mampu langsung masuk SD,” kata Bunda Han. (*)

Handayani

Purwanto, SPd, MPd UPTD Kecamatan Banyuwangi

Berharap GTT Sejajar Guru PNS BANYUWANGI – Pria yang lahir pada 25 Juli 1963 ini memulai karir sebagai tenaga pengajar sejak 1 Maret 1983. Purwanto, SPd, MPd saat itu mengawali karirnya dengan mengajar di SDN Watukebo 5, Wongsorejo.

Hingga saat ini, Purwanto dipercaya menjabat sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) Kecamatan Banyuwangi. Lulusan S-1 IKIP PGRI dan kemudian melanjutkan S-2-nya di Universitas Kanjuruhan Malang tersebut memilki berbagai pesan dalam memperingati Hari Guru (HGN) ke-70.

Suami dari Elharis Juwindawati ini sangat mengapresiasi perjuangan guru melalui PGRI terhadap Guru Tidak Tetap (GTT) - baik yang K-2

maupaun non K-2 - agar segera diangkat menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sebagai Kepala UPTD kecamatan Banyuwangi, Purwanto telah memberikan tiga poin penting sebagai solusi bagi pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten terkait GTT. Di antaranya, membuat regulasi untuk GTT bisa mengikuti sertifikasi selayaknya guru PNS. Solusi yang kedua, membuat regulasi atau aturan tentang penetapan Upah Minimun GTT sebesar Upah Minimun Regional (UMR).

Solusi yang terakhir adalah GTT dibuat system Tenaga Harian Lepas (THL) sebagaimana di kalangan

Pemkab. “Harapan itu bukan tidak mendasar,” terang Purwanto. Karena kinerja GTT sebenarnya boleh dibilang lebih berat atau minimal sama dengan guru PNS. Kedua, lanjut Purwanto, jumlah tenga pendidik di Banyuwangi belum seimbang dengan quota anak didik yang ada. Sedangkan proses belajar mengajar harus tetap berjalan.

Pada peringatan HGN ke-70, dia berharap guru-guru di kalangan bawah naungan UPTD Banyuwangi bisa lebih bekerja maksimal dan profesional sesuai dengan keinginan wali murid.

“Terutama menghindari kekerasan dan perbuatan asusila kepada siswa,’’ pesan Purwanto. (*)

ISTIMEWA

PENGHARGAAN: Gubernur Soekarwo menyalami Direktur Desy education Handoyo Saputro.

Handoyo Saputro MSi, M.MPd, Direktur Desy Education

Membangun Masyarakat Mahir Berbahasa Inggris SEBENARNYA, banyak hal yang bisa diperbuat untuk turut serta memajukan dunia pendidikan yang dapat disinergikan dengan perkembangan pariwisata Banyuwangi. Seperti gagasan yang disampaikan Handoyo Saputro, Direktur Desy Education Banyuwangi.

Pria asal Desa Balak, Kecamatan Songgon, ini berharap instansi terkait memberikan perhatian lebih terhadap masyarakat di sekitar destinasi wisata yang ada di Banyuwangi.

“Utamanya pembekalan kemampuan berbahasa Inggris untuk berkomunikasi kepada wisatawan asing yang berkunjung ke tempat wisata tersebut,“ ujar Handoyo.

Menurutnya, Program Kursus Bahasa Asing Berbasis

APRESIASI PERJUANGAN GURU: Purwanto, Kepala UPTD Kecamatan Banyuwangi.

GERDA SUKARNO/RaBa

Desa yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi di masa kepemimpinan mantan Bupati Abdullah Azwar Anas, sangat efektif dan harus terus dilanjutkan.

“Selanjutnya, sasaran peserta lebih difokuskan ke desa yang memiliki destinasi wisata, baik itu wisata alam, wisata budaya, atau wilayah yang menjadi sentra kerajinan,“ harap alumnus S2 Universitas Negeri Surabaya ini.

Dengan berfokus kepada sasaran tersebut, diharapkan akan mempermudah masyarakat untuk menguasai bahasa Inggris. Sehingga masyarakat akan mudah berkomunikasi dengan turis asing.

“Misalnya untuk

bertransaksi, menjadi guide, atau kegiatan sosial ekonomi yang berkaitan langsung dengan dunia pariwisata,“ jelasnya.

Bahkan, para pelaku usaha transportasi, seperti sopir angkot, sopir taksi, atau kusir Delman juga layak diberi kesempatan mengikuti kursus Bahasa Inggris. Karena pekerjaan mereka menurut Handoyo juga berkaitan langsung terhadap dunia pariwisata.

“Tak perlu yang susahsusah, kita ajari mereka ngomong bahasa Inggris sesuai dengan profesinya masing-masing. Untuk memperdalamnya, mereka akan bisa dengan sendirinya.

Kunci komunikasi adalah kemauan dan keberanian,“ pungkas Handoyo. (*/als)

RADAR BANYUWANGI

Jawa Pos

Rabu 25 November 2015

BERITA UTAMA

19

Mengikuti Simposium Internasional Onkologi di Singapura (4)

Wakil Asia Mengandalkan Terapi Radiasi yang Presisi Kalau perwakilan Amerika mengandalkan teknologi robotic dalam pembedahan kanker, pakar Singapura sebagai representasi perwakilan Asia mengandalkan terapi radiasi yang super presisi. Berikut laporan Bayu Saksono yang baru pulang dari Singapura.

SESI pertama paparan dilanjutkan tanya jawab simposium internasional onkologi 2015 bertajuk “Minimally Invasive Oncology: State of The Art” selesai pada siang hari. Salah satu yang jadi bintang sesi pertama ini adalah teknologi robotic dalam pembedahan

laparoskopi (operasi satu lubang kecil), yang disampaikan Dr Melissa Hogg, asisten profesor Gastrointestinal Surgical Oncology Division, University of Pittsburgh School of Medicine, USA. Menjelang sesi makan siang, giliran perwakilan Asia yang disampaikan oleh Dr Daniel Tan Yat Harn MBBS FAMS yang merupakan Direktur Medis fasilitas Asian American Radiation Oncology Singapore.

Daniel Tan Yat Harn juga diberi kesempatan menjelaskan metode ini kepada para jurnalis dan medical representatif dari berbagai negara selama sekitar 30 menit di ruang tersendiri. Kali ini, Daniel juga didampingi Prof Dr Dwight E. Heron dari Amerika, dan CEO Gleneagles Hospital Dr Vincent Chia.

Menurut Daniel, pengobatan tumor

BAYU SAKSONO/RABA

TANYA JAWAB: Prof Dr. Dwight E. Heron (kiri) memberikan keterangan bersama pakar onkologi di RS Gleneagles Singapura, Sabtu lalu (21/11).

tidak hanya butuh akurat dan konsisten.

Akurat itu, kata dia adalah tepat sasaran.

Namun, akurat itu belum tentu

konsisten. Sebaliknya, konsisten itu adalah terus menerus tetapi belum tentu tepat sasaran.

Karena itu, kata Daniel, yang diperlukan dalam pengobatan tumor adalah metode pengobatan yang presisi.

Pengobatan radiasi tubuh secara presisi ini artinya tepat sasaran dan konsisten. Untuk melakukan terapi radiasi, kali ini tidak hanya ditembakkan ke seluruh tubuh. ‘’Ibaratnya kita menggunakan senapan mesin otomatis, sasaran akan mati. Tetapi kerusakan dan kesakitan yang ditimbulkan akan luar biasa dampaknya. Berbeda dengan radiasi yang presisi, yang ditembak itu dijamin tepat sasaran langsung ke tumornya saja, sehingga mereduksi sakit dan kerusakan tubuh,’’ jelasnya.

Agar presisi, Daniel dan timnya bekerja keras di ruang Asian American Radiation Oncology, Gleneagles Hospital Singapore. Ada dua ruangan untuk

proses radiasi. Yang satu berpintu warna pink, satu, lagi punya pintu warna kuning. Saya hanya mendugaduga, mungkin pintu pink untuk pasien perempuan, dan pintu kuning untuk pasien laki-laki.

Dalam ruangan itu, mereka menggunakan metode Stereotic Body Radiation Therapy (SBRT) untuk menjinakkan bermacam tumor.

Sebelum disinari, setiap pasien akan memakai semacam topeng plastik berlubang-lubang persegi. Dengan bantuan alat radiasi ini, posisi tumor akan diketahui secara presisi.

Selanjutnya, tindakan medis yang akan dilakukan akan lebih mudah dilakukan. Apakah keputusannya nanti akan dilakukan terapi radiasi, operasi pengangkatan, dan seterusnya, semua akan jauh lebih mudah.(bersambung)

Perjuangkan Nasib Guru Honorer n SUDAH...

Sambungan dari Hal 1

Selain jatah terbatas dari Kementerian Pengadaan Aparatur Negara (Kemenpan), adanya PP No 48 tahun 2005 tentang pengangkatan pegawai honorer membuat Dispendik harus memutar otak supaya proporsi guru dan siswa tetap seimbang.

Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono mengatakan, ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menangani problem tenaga pendidik tersebut. Pertama adalah dengan melakukan merger terhadap sekolahsekolah yang memiliki jumlah murid sedikit dengan sekolah terdekat.

“Tujuannya agar jumlah guru yang ada dari dua sekolah bisa dimaksimalkan sehingga kebutuhan tercukupi,’’ kata Sulih.

Kedua, lanjut Sulih, dengan melakukan sistem multy grade.

Seorang guru dimungkinkan untuk mengajar lebih dari satu kelas dalam satu waktu pelajaran.

Langkah terakhir, merekrut beberapa mahasiswa sukarelawan yang baru lulus perguruan tinggi untuk menjadi guru.

Ketiga cara itu memang cukup ampuh membantu menyesuaikan kebutuhan guru. Karena terbentur kebutuhan yang lebih besar, akhirnya para kepala sekolah memberanikan diri mengangkat guru tidak tetap (GTT) atau yang dikenal dengan sukwan untuk mengajar di tempat mereka.

Kehadiran GTT ini berdampak dengan berkuranganya dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang mereka miliki karena harus membiayai gaji GTT. Keberadaan para GTT atau

honorer memiliki dampak yang cukup besar bagi kestabilan jumlah guru yang ada di Banyuwangi. Meski kesejahteraan mereka tidak sebanding dengan para guru PNS yang penghasilannya dapat menyentuh Rp 10 juta dalam sebulan, namun dedikasi para guru honorer ini tidak bisa dipandang sebelah mata. “Justru seringkali mereka (GTT) harus menyelesaikan pekerjaan lebih berat dengan tanggung jawab yang sama seperti guru PNS,’’ kata Sulih.

Tidak adanya perintah dari atas terkait masalah kesesuaian gaji, turut mengusik perhatian Dispendik. Kendati sementara ini belum ada kejelasan untuk gaji para guru honorer yang jumlahnya lebih dari 6000 orang itu, akan tetapi Dispendik mengupayakan dengan adanya

insentif bagi beberapa honorer yang berperan aktif di dunia pendidikan, seperti menjadi operator sekolah dan guru pendidikan inklusif.

Agar para honorer tak berkecil hati, Sulih mengatakan jika kemungkinan tahun depan akan ada peraturan pemerintah yang mencakup kebijakan terkait gaji honorer. Meski belum tahu bagaimana isinya, Sulih memperkirakan akan ada penyetaraan gaji bagi para guru yang saat ini hanya menerima gaji antara Rp 150 ribu sampai Rp 500 ribu itu mirip dengan UMR bagi para pekerja.

“Kita tunggu PP-nya, nanti kemungkinan gaji para guru honorer bisa disetarakan. Mungkin nanti bukan diambil dari dana BOS lagi, tapi disediakan pemerintah. Yang jelas jangan

berkecil hati, angka guru PNS yang terus pensiun cukup tinggi, jadi nanti mungkin tenaga honorer bisa menggantikan,” jelas Sulih.

Lalu bagaimana dengan peran guru-guru PNS dengan penghasilan mereka yang boleh dibilang sangat-sangat sejahtera?

Menurut Sulih, pengawasan terhadap guru PNS sekarang lebih diperketat. Kinerja mereka akan terus disorot baik oleh internal sekolah, dispendik, maupun masyarakat.

Sebab, guru PNS tak lagi bernasib seperti bapak Oemar Bakrie zaman dulu. Mereka kini sudah bisa mengikuti perkembangan zaman karena sudah lebih sejahtera. Selain itu ada banyak ujian kompetensi bagi para guru PNS yang dilakukan Dinas Pendidikan seperti Uji

Kompetensi Guru (UKG), pembuatan Sasaran Kerja Pegawai (SKP), hingga kewajiban memenuhi jam untuk mereka yang memiliki sertifikasi.

Cara-cara tersebut, menurut mantan Kepala SDN Grajagan, itu dilakukan supaya para guru PNS tetap bekerja dan berinovasi secara maksimal. Sehingga mereka tidak terlena dengan tingginya penghasilan yang mereka nikmati saat ini. “Kita juga membuat banyak perkumpulan untuk konsolidasi para guru mulai dari Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) supaya komunikasi para guru ini tetap baik. Di sana mereka juga bisa memecahkan masalah pendidikan termasuk pengembangan kinerja mereka,” kata.

Agar tetap terkontrol, Dispendik berencana membuka layanan

hotline terkait keluhan masyarakat baik mengenai layanan dinas pendidikan maupun kinerja guru.

Sehingga nantinya layanan yang ada dapat menjadi metode pengawasan bersama supaya guru dan dispendik dapat lebih bertanggung jawab.

Ke depan, Sulih berharap para guru dapat lebih profesional saat bekerja. Sehingga, konsep guru masa depan bukanlah sosok guru keras yang ditakuti siswa, tapi seorang pengajar yang cerdas serta peka terhadap perkembangan sosial dan Iptek yang ada di sekelilingnya. “Guru ke depan harus lebih mendidik dan ramah, kuat dalam intelegensi, dan spiritual. Jadi tidak lagi menggunakan model lama, penghasilannya sudah besar, tinggal pekerjaannya,’’ tegasnya. (fre/aif)

Pemerintah Perhatikan Kesejahteraan Guru Pagi Ngajar Siswa SD, Sore SMP n REVOLUSI...

n SEBERANGI...

Sambungan dari Hal 1

Sambungan dari Hal 1

Pernyataan Unifah itu disampaikan dalam seminar sehari di Kampus Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) Senin lalu (24/11). Seminar dihadiri 700 hingga seribu guru yang tergabung dalam PGRI Banyuwangi. Seminar ini mengambil tema “Revolusi mental tenaga kependidikan sertifikasi guru di Banyuwangi”.

Selain mengulas revolusi mental guru, Unifah juga menyentil soal kesejahteraan guru. Menurutnya, kesejahteraan guru sekarang ini belum sebanding dengan peran strategis yang diembannya. Saat ini masih cukup banyak guru dan pendidik - khususnya yang bukan guru PNS gajinya masih jauh di bawah upah minimum regional.

Padahal, lanjut dia, tanggung jawab moral guru untuk men-

Salah satu guru yang mengajar di sekolah itu, adalah Fatmawati Nadziroh, 26. Guru program Banyuwangi mengajar sejak 2014, merupakan satu-satunya guru perempuan yang ada di SDN pelosok. Untuk ke sekolah tempatnya mengajar dengan jarak sekitar 20 kilometer dari rumahnya di Dusun Sumbergayam, Desa Dasri, Kecamatan Gambiran, jalan yang dilalui sebagian jalan di tengah hutan. Selama mengajar di sekolah tengah hutan itu, Fatmawati menyebut ada tiga musim, yakni musim jalan berdebu, jalan berlumpur, dan musim ulat. “Kalau kemarau seperti ini hanya debu, tapi kalau hujan jalannya penuh lumpur, belum lagi musim ulat di pohon jati,” ungkapnya.

Guru lain yang mengajar di sekolah itu, Mulyanto, 55. Guru asal Dusun Sepanjang Wetan, Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, itu setiap hari harus melewati jalan tanah di tengah hutan. “Kalau musim hujan jalan becek, waktu bisa lama,” katanya.

Sejak diangkat menjadi PNS tahun 2010, Mulyanto mengaku jatuh hati dengan tempat menga_ jarnya ini. Selain jauh dari suasana bising, kultur masyarakatnya juga khas dan masih sangat menjunjung tinggi gotong royong.

“Saya tidak mau dipindah, saya ingin tetap di sini,” ucapnya.

TOHA/RABA

WUJUDKAN REVOLUSI MENTAL: Ketua PB PGRI Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd (dua dari kanan) dalam seminar sehari di kampus Uniba, Senin lalu (24/11).

cerdaskan anak bangsa cukup berat. Kondisi ini menjadi ironi di dunia pendidikan. “Satu sisi harus kita akui pemerintah terus mengangkat kesejahteraan guru, termasuk memberikan tunjangan sertifikasi bagi mereka yang sudah memenuhi syarat,” bebernya.

Di balik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan untuk menghasilkan tunas-tunas bangsa yang ber-

kualitas. Sebab, di pundak guru, pendidik, dan tenaga kependidikan, masa depan bangsa ini dibebankan.

Selanjutnya, untuk meningkatkan motivasi secara berkelanjutan di kalangan guru, semangat untuk terus belajar dan bekerja lebih cerdas harus tetap ada.

Selain itu, harus ada upaya mendorong inovasi dan kreativitas guru dalam menciptakan sekolah yang kondusif, baik bagi para

pendidik, peserta didik dan tenaga kependidikan lainnya. “Revolusi mental merupakan konsep peningkatan kualitas manusia untuk memajukan Republik Indonesia. Dengan demikian, sebagai pendidik generasi bangsa, guru pun perlu meningkatkan kualitasnya agar masyarakat menjadi lebih baik,” tegas Unifah yang juga Direktur Diktendik dan Sergu itu.(aif)

Bangga Bisa Sekolahkan Anak sampai Perguruan Tinggi n 32 TAHUN...

Sambungan dari Hal 1

Lelaki paruh baya ini tampak tak terlalu tergopoh-gopoh.

Maklum pagi itu jarum jam masih menunjukkan pukul 05.30. Lelaki tua pegayuh sepeda onthel itu tak lain adalah Bambang Murdiono, warga Kampung Candian, Dusun Maduran RT 03/ RW 01, Desa/Kecamatan Rogojampi.

Bapak dua anak ini sehariharinya adalah seorang guru di SDN 2 Kaotan, Kecamatan Rogojampi. Jarak dari rumah menuju sekolah hanya ditempuh sekitar 20 menit perjalanan dengan sepeda onthelnya. Meski usianya sudah setengah abad lebih, suami Munawiyah, 50, ini tergolong guru sederhana.

Fisiknya terlihat masih sehat dibanding lelaki lain seumurnya.

Maklum, sejak kali pertama mengajar dan diangkat sebagai PNS guru di lingkungan Pemkab Banyuwangi tahun 1983 silam, ayah Desy Dwi Lestari, 24, ini sudah terbiasa mancal sepeda. “Saya jadi guru olahraga. Apapun aktivitas yang saya lakukan harus berkaitan dengan olahraga agar menginspirasi anak didik, termasuk bersepeda ini,” ungkap Bambang ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi di SDN 2 Kaotan, kemarin.

Kali pertama diangkat menjadi guru PNS tahun 1983, Bambang ditempatkan di SDN 1 Watukebo.

Kala itu, masih belum banyak guru yang memiliki sepeda motor,

apalagi mobil. Hampir semua guru menggunakan sepeda onthel sebagai sarana transportasi menuju sekolah.

Jarak rumah menuju sekolah SDN 1 Watukebo sekitar empat kilometer. Berangkat pagi, pulang siang hari. Sepeda onthel itulah yang setia menemani Bambang.

“Saya tujuh tahun ngajar di SDN 1 Watukebo, selanjutnya pidahpindah dan sampai di SDN 2 Kaotan ini,” ungkapnya Selama berpindah di tujuh sekolah SD, semuanya masih dalam lingkup di Kecamatan Rogojampi. Kendati perjalanan dari rumah menuju sekolah lumayan jauh, Bambang tak bisa lepas dari sepeda onthel kesayangannya. “Kuncinya bangun subuh, dan disiplin,” imbuhnya.

Seiring bergulirnya waktu dan perubahan zaman yang kian pesat, Bambang tidak silau dengan gemerlapnya dunia. Ayah Murli Tutaheba, 22, ini masih tetap konsisten menggunakan sepeda onthel tuanya untuk aktivitas sehari-hari ke sekolah.

Meski kerap kali ditegur dan diiming-imingi oleh teman-teman seprofesinya untuk kredit motor dan mobil, alumnis sekolah guru olahraga (SGO) Probolinggo tahun 1983 ini masih teguh pendiriannya naik sepeda onthel.

Sebetulnya dengan gaji guru yang didapat setiap bulan apalagi sebagai guru yang sudah mendapat tunjangan sertifikasi - bukan hal yang sulit bagi

Bambang untuk sekadar kredit motor. Baginya ke sekolah naik motor bertentangan dengan hati dan jiwanya sebagai seorang pendidik. Dengan naik sepeda pancal, Bambang harus memberi suri teladan yang baik bagi anak didiknya. “Guru itu kan digugu dan ditiru, bagaimana anak-anak bisa nggugu dan niru (percaya dan mencontoh), kalau kita sendiri sebagai guru tidak memberi teladan,” ujarnya.

Lain dari itu, pilihan tetap menggunakan sepeda onthel adalah bagian dari cerminan hidup hemat dan sederhana yang diterapkan dalam hidup berkeluarga.

Dia selalu mengingatkan pada kedua anaknya dan anak didiknya akan pentingnya mensyukuri nikmat. “Kalau kita punya sepeda onthel, bagaimana kita bisa mensyukuri nikmat itu dengan memanfaatkan sebaik-baiknya,” terangnya Lebih dari itu, gaji yang diterima setiap bulan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara sisa gaji dan tunjangannya ditabung guna mempersiapkan kebutuhan biaya kuliah kedua anaknya. “Alhamdulillah, kedua anak saya bisa kuliah. Anak pertama sudah lulus sarjana dan kerja. Anak kedua masih semester tujuh di Universitas Brawijaya Malang,” ujarnya bangga.

Meski kini sudah banyak guru yang naik motor dan mobil, Bambang tetap hidup sebagai

guru yang sederhana dan apa adanya. Bahkan, Bambang kerap bertemu dengan alumni siswa yang pernah diajarnya dengan mengenali sepeda onthelnya.

“Jadi anak-anak itu tahu dan mengenali saya dari sepeda onthel ini,” kenangnya terkekeh-kekeh.

Sementara itu, di lingkungan sekolah tempatnya mengajar, kehadiran Bambang dikenal sebagai sosok guru yang bersahaja, sederhana, taat beribadah dan displin. Tak jarang, juga sering dipanggil sebagai “Oemar Bakrie” masa kini. Meski harus ngonthel, Bambang terkenal guru yang rajin datang lebih awal dan pulang paling akhir dibanding guru lainnya.

Tidak itu saja, Bambang juga rutin berpuasa hari Senin dan Kamis. “ Saya salut dengan Pak Bambang, panas menyengat seperti ini masih bersepeda dalam kondisi berpuasa,” tutur Wahyudi ,50, salah satu dewan guru.

Bahkan, berkat ketekunan dan kedisiplinannya, Bambang pernah dua kali ditawari untuk dipromosikan menjabat sebagai kepala sekolah SD. Namun, kesempatan itu tidak pernah diambil karena hanya ingin menjadi guru biasa.

Jika dari segi umur dan kepemimpinan, Bambang tergolong guru senior di Kecamatan Rogojampi. “Mungkin karena rajin puasa Senin, Kamis, dan bersepeda. Pak Bambang ini sehat dan masuk terus ke sekolah, jarang absen,” tandasnya. (aif)

Pria yang mengawali karir sebagai guru swasta di berbagai sekolah itu menyampaikan para guru muda jagan sampai kalah semangat dengan para guru yang sudah tua. “Jangan merasa tersisih jika ditugaskan di daerah pinggiran, ini tugas mulia yang sebenarnya,” cetusnya.

Guru lain di sekolah itu, Nur Cahyono, 27. Cahyono ini guru yang asli sekitar SDN 8 Barurejo. Selain menjadi guru sukwan, pemuda ini beternak sapi. “Saya ingin mengabdi di kampung sendiri,” katanya.

Cahyono menyebut, dibandingkan siswa dari SD lain, para siswanya relatif lebih sehat dan bugar. Hal itu karena kualitas air minum di daerahnya cukup baik, yakni langsung dari sumber air. “Sampean amati, meski pelosok anaknya bersihbersih, karena airnya memang dari sumber,” terangnya.

Selama mengajar olahraga, Cahyono mengaku potensi terbesar anak didiknya itu di bidang atletik, khususnya lari. Selain itu, ada kegiatan yang paling digemari para siswa mulai kelas I sampai kelas VI, yakni jalanjalan di sekitar lingkungan hutan.

“Anak-anak kalau lari bisa juara,” katanya.

Selain guru-guru yang mengabdi di daerah Mbaung, kegigihan beberapa guru di daerah pelosok lainnya juga patut diapresiasi.

Adalah Kurniawan Prasetiyo Hadi, 32, guru yang tinggal di RT 06/ RW 02 Dusun Krajan,

Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran.

Sehari-harinya, Kurniawan menghabiskan waktunya menjadi guru di dua seolah berbeda. ”Saya kalau pagi di SDN 7 Kandangan, sorenya di SMP PGRI 3 Pesanggaran (Kandangan),” ujarnya.

Kurniawan yang juga anggota Kader Konservasi Taman Nasional Meru Betiri menuturkan, para pemuda yang memiliki jiwa petualangan sudah saatnya mencoba menjadi tenaga penggerak dan pemberdayaan di lingkungan yang jauh dari kemapanan. Salah satunya melalui tenaga pendidikan di tempat-tempat pelosok.

“Saya jika punya kesempatan justru ingin mengajar di Sukamade, teman-teman petualang ayo coba menjadi guru,” ajaknya.

Bagi Kurniawan, alasan dia memutuskan untuk mengabdi sebagai seorang guru di daerahnya karena melihat pendidikan merupakan salah satu alat pembangunan yang cukup ampuh. “Saya bisa seperti saat ini karena jasa para guru. Saya ingin melanjutkan itu. Generasi di sini harus bisa membuka mata bahwa dia lahir di hamparan surga,” ujarnya.

Dia berharap anak muda di daerahnya yang berkeinginan menjadi guru akan lebih banyak pada masa mendatang. “Kalau bisa guru untuk sekolah di sini ya sebagian orang sini, biar lebih baik dan semangat,” cetusnya. (sli/abi/aif)

Penilain Tahun Ini Sangat Ketat n PESTA...

Sambungan dari Hal 1

Dari kawasan Patung Kuda, iring-iringan peserta konvoi bergerak menuju wilayah Kota Banyuwangi sebelah barat, tepatnya melalui jalan Brawijaya, Gajah Mada, Hayam Wuruk, dan jalan MH Thamrin hingga simpang empat Lateng. Selanjutnya, rombongan peserta kirab bergerak menyusuri jalan-jalan utama di pusat kota Banyuwangi, yakni jalan PB Sudirman, jalan Ahmad Yani, jalan Adi Sucipto dan kembali ke kawasan Taman Tirtawangi.

Setelah itu, giliran wilayah timur Kota Banyuwangi dilalui iringiringan peserta kirab. Dari taman Tirtawangi, rombongan melaju menyusuri jalan Kepiting, jalan Kolonel Sugiono, jalan MT Hariyono, jalan Pierre Tendean, dan finish di Taman Blambangan.

Meski tidak semeriah sambutan

yang diberikan masyarakat saat piala Adipura diraih pada tahun 2013 dan 2014 lalu, tidak sedikit warga yang keluar rumah untuk menyaksikan kirab Piala Adipura kali ini. Bahkan, tidak sedikit pula warga yang mengacungkan jempol ketika iring-iringan peserta kirab melintas.

Sementara itu, tasyakuran terhadap keberhasilan Banyuwangi meraih Piala Adipura tahun 2015 diselenggarakan di Taman Blambangan. Pesta sederhana itu dihadiri para pesapon, Penjabat (Pj) Bupati, Zarkasi; Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Arief Setiawan; Plt. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH), Chusnul Hotimah; dan sejumlah kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Pj. Bupati Zarkasi menyampaikan terima kasih kepada 350-an pesapon yang telah bekerja keras menjaga kebersihan di Banyuwangi.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para anggota Dasawisma (Dawis) dan seluruh elemen masyarakat kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini.

Zarkasi menambahkan, penilaian Adipura tahun ini sangat ketat. Terbukti, di antara 38 kabupaten dan kota se-Jawa Timur (Jatim), hanya 15 kabupaten dan kota yang berhasil menyabet penghargaan tersebut. “Kami berharap tahun depan Banyuwangi mencapai prestasi yang lebih baik lagi,” harapnya.

Sementara itu, Kepala DKP, Arif Setiawan menambahkan, satu-satunya kekurangan Banyuwangi adalah ketersediaan tempat pembuangan akhir (TPA).

Satu-satunya TPA yang dimiliki Banyuwangi, yakni TPA Bulusan dinilai tidak memenuhi syarat.

“Menurut peraturan perundangundangan, TPA minimal 8 hektare (Ha) dengan sistem sanitary landfill,” kata dia.(sgt/aif)

20

Jawa Pos Rabu 25 November 2015

SIGIT HARIYADI/RABA

DISAMBUT HANGAT: Cabup Anas bersalaman dengan para pedagang di Pasar Banyuwangi kemarin (24/11).

Janji Revitalisasi Pasar Tradisional 14

GI

LA RI

HA

pendirian pasar modern, seperti Alfamart dan Indomaret, di Bumi Blambangan.

Menurut Anas, saat ini desain Pasar Banyuwangi tengah digarap.

Dia berharap, desain pasar induk di pusat Kota Penyu tersebut rampung tahun depan. “Nanti pasar ini akan dibangun dengan dana sharing Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan anggaran pemerintah pusat,” cetusnya.

Dalam kunjungan kali ini, Anas mendapat sambutan hangat pedagang dan pengunjung pasar.

Tidak sedikit warga yang meminta berfoto bersama, menyampaikan harapan agar Anas kembali terpilih sebagai bupati atau sekadar bersalaman. “Saya yakin Pak Anas kembali terpilih. Pak Anas sudah cocok jadi bupati Banyuwangi,” kata salah satu

pedagang kue, Saikonah, 45.

Berbeda dengan kubu Dahsyat yang memanfaatkan jatah kampanye di wilayah Daerah Pemilihan (Dapil) Banyuwangi I dan II, kemarin kubu Sumantri Soedomo-Sigit Wahyuwidodo (Su-Si) tidak memanfaatkan jatah kampanye di Dapil III dan IV. Berdasar jadwal kampanye yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banyuwangi, pasangan Dahsyat mendapat jatah kampanye di Dapil Banyuwangi II dan Banyuwangi III. Pasangan Su-Si mendapat alokasi lokasi kampanye di wilayah Dapil Banyuwangi IV dan Banyuwangi V. Sekadar diketahui, wilayah Dapil Banyuwangi I meliputi enam kecamatan, antara lain Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah, Licin, dan Banyuwangi.

Dapil Banyuwangi II meliputi Kecamatan Kabat, Rogojampi, Singojuruh, dan Songgon. Dapil Banyuwangi III meliputi Kecamatan Srono, Cluring, Muncar, dan Tegaldlimo. Selain itu, Kecamatan Purwoharjo, Gambiran, Pesanggaran, Siliragung, dan Bangorejo, masuk wilayah Dapil Banyuwangi IV. Empat kecamatan lain, yakni Genteng, Sempu, Glenmore, dan Kalibaru, masuk Dapil Banyuwangi V. (sgt/c1/afi)

Moderator Debat Cabup Observasi BWI BANYUWANGI - Dua kali debat publik antar pasangan calon (paslon) peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Banyuwangi 2015 digeber di Bumi Blambangan.

Debat pertama telah digeber Jumat malam (20/11) di Gedung Wanita Paramitha Kencana. Debat kedua akan digeber di tempat yang sama tadi (23/11).

Acara debat pertama akan ditayangkan secara tunda oleh JTv Banyuwangi pada pukul 19.30 Rabu (25/11) mendatang. Sedangkan debat tadi malam ini ditayangkan secara langsung JTv Surabaya. Dua panelis yang bertugas menyajikan materi pada debat kali ini adalah Sugihartoyo dan Abdul Kholiq Syaraat.

Sementara itu, debat publik ketiga bakal digeber di Jakarta dan disiarkan langsung oleh TvOne. Debat akan digelar di studio stasiun televisi swasta nasional itu.

Informasi yang berhasil dikumpulkan Jawa Pos Radar Bany-

SIGIT HARIYADI/RABA

Indiarto Priadi

uwangi, debat terbuka yang digeber di Jakarta itu akan dipimpin salah satu presenter kenamaan, yakni Indiarto Priadi.

Pria asal Surabaya yang menjadi presenter berita sejak 1996 itu didaulat sebagai moderator debat publik Pilbup Banyuwangi.

Sebelum menjalankan tugas memimpin debat, Indiarto telah melakukan observasi di Bany-

CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

AT

S

BANYUWANGI - Calon bupati (cabup) Abdullah Azwar Anas berkunjung ke dua pasar tradisional, Pasar Banyuwangi dan Pasar Blambangan, kemarin (24/ 11). Anas sengaja datang ketika kondisi pasar tidak terlalu ramai, tepatnya menjelang tengah hari.

Menurut Anas, dia sengaja datang ketika kondisi pasar cenderung sepi. Sebab, dia ingin bertemu dan mendengar aspirasi para pedagang atau kios pasar.

“Kalau ke depan kami terpilih kembali, pasar termasuk bagian yang perlu direvitalisasi karena posisi Pasar Banyuwangi strategis, berada di tengah-tengah antara pendapa dan alun-alun (Taman Blambangan),” ujarnya.

Anas mengatakan, pasar-pasar di Banyuwangi perlu didorong menjadi lebih baik dan terutama harus bersih. Dia mengaku senang lantaran saat masuk ke Pasar Banyuwangi dan Pasar Blambangan kemarin, kondisi kedua pasar tersebut jauh lebih bersih dibandingkan empat tahun lalu.

Anas mengatakan, pasar merupakan tempat transaksi ekonomi masyarakat tradisional.

Revitalisasi pasar perlu dilakukan.

Itu seiring kebijakan yang dia tempuh saat menjadi bupati Banyuwangi periode 2010-2015 lalu. Kala itu Anas melarang

BA N Y U WA N G I I KT YA MU BHA K T I P RA J A

GOLPUT BUKAN PILIHAN, JANGAN LUPA RABU 9 DESEMBER 2015!

uwangi pada saat debat pertama digeber. Dia terlihat menonton langsung pelaksanaan debat yang digelar di Gedung Wanita Banyuwangi tersebut.

Jawa Pos Radar Banyuwangi sempat berbincang dengan pria kelahiran 26 Januari 1967 tersebut. Menurut dia, kedatangannya ke Bumi Blambangan dalam rangka mengenal kedua pasangan calon yang akan menjual visimisi pada debat yang akan dia pimpin. “Ya, saya berupaya mengenal semua pihak yang akan menjual visi-misi,” ujarnya.

Bukan hanya berupaya mengenal kedua paslon, Indiarto datang ke kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini dalam rangka mengetahui kondisi sosial, politik, dan ekonomi setempat.

“Harapannya, saya dapat memberikan pertanyaan sebaikbaiknya, sehingga bisa diterima masyarakat Banyuwangi,” pungkasnya. (sgt/c1/afi)

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI