Radar Banyuwangi | 21 Agustus 2012

Page 1

SELASA 21 AGUSTUS

21

Pendorong Perubahan dan Pembaruan

TAHUN 2012

Terganggu Asap Pekat selama Tiga Pekan BANYUGLUGUR - Masyarakat Dusun Pesisir, Desa Banyuglugur, Situbondo, mengaku resah selama beberapa pekan terakhir. Itu menyusul adanya asap pekat di permukiman warga akibat batu bara di sebuah kapal di perairan Banyuglugur terbakar. Sangat wajar jika masyarakat merasa terganggu. Pasalnya, kapal tersebut hanya berjarak 300 meter hingga 500 meter dari bibir pantai. Begitu angin bertiup ke arah darat, asap langsung mengepul ke permukiman warga. “Jadi, warga di sini sangat dirugikan dengan kejadian ini. Sudah lebih dari dua pekan masyarakat menghirup asap

batu bara yang terbakar. Kalau dibiarkan, khawatir bisa berdampak terhadap kesehatan warga,” terang Kepala Desa Banyuglugur, Jayadi, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Kades Jayadi mengakui, hingga kini memang belum ada keluhan terkait kesehatan warga, selain sesak sesaat. Meski demikian, semua merasa terganggu dengan kepulan

asap hitam pekat tersebut. “Baunya tidak enak. Sangat menyengat,” ujarnya. Diperkirakan, ada sekitar 400 kepala keluarga (KK) yang merasa terganggu kepulan asap batu bara itu. Kemudian, mereka melapor kepada kepala desa. “Saya sendiri bukan tidak bertindak. Saya sudah menghubungi beberapa pihak agar tidak membiarkan batu bara itu terbakar dekat permukiman warga,” ungkapnya. Menurut Jayadi, salah seorang penanggung jawab kapal sudah melakukan survei. Awalnya, dia berjanji dalam waktu dua hari akan ada pemadaman ■

MENGGANGGU: Asap pekat batu bara terbakar di atas kapal di perairan Banyuglugur, Situbondo.

Baca Terganggu...Hal 27

EDY SUPRIYONO/RaBa

Pasien RSUD Merosot 50 Persen

ADA APA LAGI

Balita Terseret Arus Sungai SONGGON - Sungguh malang nasib yang menimpa Naisa Putri, 3, tahun. Balita asal Malang itu meninggal dunia setelah terseret arus sungai di Dusun Sumberasri, Desa/Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Minggu sore kemarin (19/8). Informasi yang berhasil dikumpulkan wartawan koran ini menyebutkan, insiden itu bermula ketika balita tersebut mudik ke rumah neneknya di Dusun Sumberasri, Desa/Kecamatan Songgon. Nah, sekitar pukul 08.00, Naisa bermain di sungai belakang rumah neneknya bersama dua bocah lain, yaitu Bayu dan Farid. Beberapa jam kemudian, Bayu dan Farid diketahui sudah pulang ke rumah masing-masing. Naisa justru tak diketahui di mana keberadaannya. Kontan, hal itu membuat keluarga panik. Saat itu juga orang tua Naisa, pasangan Yapin Santoso dan Nurul, bersama keluarga berusaha mencari balita itu di sungai. Tak lama kemudian, sekitar pukul 13.30, mendadak ada kabar dari warga Dusun Cemoro Lor, Desa/Kecamatan Songgon, bahwa jenazah Naisa telah ditemukan ■

SITUBONDO - Keinginan berkumpul bersama keluarga saat Idul Fitri tidak hanya dirasakan orang-orang di perantauan. Mereka yang berada di rumah sakit juga ingin merayakan Lebaran di rumah bersama keluarga. Itu bisa dilihat dari jumlah pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoer Rahem, Situbondo. Jumlah pasien rawat inap di rumah sakit milik Pemkab Situbondo itu mengalami penurunan hingga 50 persen. “Banyak yang memaksa pulang karena ingin berlebaran di rumah,” terang Kepala Unit Pengaduan dan

Baca Balita...Hal 27

Pelayanan Informasi RSUD Situbondo, Iir Nadiroh. Menurut Iir, jumlah pasien rawat inap biasanya mencapai 140 hingga Rp 150 orang. Namun, kemarin hanya tinggal 74 orang. “Ruang kelas tiga, Nusa Indah, yang biasanya selalu penuh pasien kini hanya tinggal tiga orang. IGD juga sepi,” kata perempuan asal Jember tersebut. Iir mengakui, keadaan semacam itu merupakan kejadian tahunan setiap menjelang Lebaran. Pasien yang sakit tidak terlalu parah memaksakan diri pulang ■ Baca Pasien...Hal 27

BUDAYA

USIR WABAH DENGAN BARONG ALI NURFATONI/RaBa

NYEKAR: Dua peziarah di depan makam di Desa Bunder, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, kemarin.

Berziarah Masal KABAT - Warga yang tinggal di Desa Bunder, Kecamatan Kabat, mempunyai tradisi unik saat memasuki hari kedua Idul Fitri. Tradisi itu disebut dengan istilah Lebaran Kuburan. Sebab, di hari kedua Lebaran, sebagian besar warga beramai-ramai berziarah ke pemakaman umum desa setempat. Di lokasi pemakaman, mereka serentak berdoa dan menggelar selamatan di makam leluhur masing-masing. Yang menarik, usai makan bersama, mereka juga melakukan salam-salaman di makam tersebut. Awalnya, begitu kentungan di desa tersebut dibunyikan, ratusan warga langsung berduyunduyun menuju pemakaman. Mereka membawa berbagai sarana selamatan, seperti nasi dalam ancak, minuman, dan tikar sebagai alas. Rani, warga yang tinggal di Surabaya, selalu menyempatkan diri mengikuti tradisi tersebut. Selain sebagai ajang berkumpul, tentu saja sebagai pengingat bahwa azal manusia kapan saja bisa menjemput. “Mendoakan keluarga yang sudah meninggal dan bersilaturahmi dengan warga lain,” ungkapnya. Salah satu sesepuh desa, Sucipto menuturkan, tradisi tersebut biasanya diakhiri dengan bersalam-salaman. Tradisi tersebut setiap tahun pasti dilakukan. “Tiap hari kedua Lebaran, doa bersama seperti ini selalu dilakukan,” jelasnya. (ton/c1/bay)

GLAGAH - Upacara adat Barong Ider Bumi kembali digelar warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, siang kemarin (20/8). Selain untuk melestarikan tradisi masyarakat setempat, acara tahunan yang digelar setiap 2 syawal tersebut bertujuan mengusir wabah pageblug. Upacara adat yang sudah digelar turun-temurun sejak abad ke-19 tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Tak heran, ribuan warga dari Banyuwangi dan sekitarnya maupun turis luar daerah dan wisatawan mancanegara memadati sepanjang jalan Desa Kemiren siang itu. Mereka berbaur untuk menyaksikan ritual yang diyakini mampu mengusir wabah yang sangat mematikan tersebut. Sesepuh adat Desa Kemiren, Djohadi Timbul mengatakan, ritual adat Barong Ider Bumi itu ber-

Baca Usir...Hal 27

GALIH COKRO/RaBa

IDER BUMI:Warga mengarak barong keliling kampung di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kemarin.

ALI NURFATONI/RaBa

SEBARIS: Belasan penganut Islam Kejawen Aboge salat Id di Masjid Baitul Muttaqin, Dusun Bongkoran, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, kemarin (20/8).

Salat Id tanpa Speaker BANYUWANGI - Pemerintah melalui Kementerian Agama resmi menetapkan 1 Syawal 1433 H bertepatan dengan tanggal 19 Agutus 2012. Namun, kelompok Islam Kejawen Aboge (Alif Rebo Wage) di Dusun Bongkoran, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, baru merayakan Lebaran pagi kemarin (20/8).

Belasan kaum muslim Aboge tersebut menunaikan ibadah salat Idul Fitri di Masjid Baitul Muttaqin di Dusun Bongkoran. Hanya 14 orang yang mengikuti salat sunah berjamaah itu. Rinciannya, 13 pria dan cuma satu perempuan. Mereka sudah berusia lanjut, yaitu rata-rata di atas 50 tahun ■ Baca Salat...Hal 27

Relawan Penjaga Perlintasan KA di Masa Lebaran

Upah Terbatas, Palang Bambu Bikin Sendiri Agus Rahmadi, 49, rela mengorbankan momen spesial berlebaran bersama keluarga demi menjaga keselamatan orang banyak. Dengan imbalan tak seberapa, dia rela menjaga perlintasan KA tak berpintu di jalan raya Gendoh siang dan malam. SIGIT HARIYADI, Singojuruh

LELAKI berbadan kekar berdiri di atas kerikil rel Kereta Api (KA) tepat di tepi jalan raya Gendoh, Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, tehttp://www.radarbanyuwangi.co.id

mula sekitar tahun 1840-an. Kala itu, masyarakat Desa Kemiren terserang wabah ganas bernama pageblug. “Saking ganasnya, warga yang terserang pada sore hari akan langsung tewas pada malam hari. Tidak hanya itu, wabah pageblug ternyata juga menyerang pertanian warga (Kemiren),” ujarnya. Hingga akhirnya beberapa sesepuh Desa Kemiren berziarah ke makam Buyut Cili di desa tersebut untuk mendapatkan petunjuk cara memberantas pageblug. “Bertepatan dengan hari pertama Idul Fitri, ada sesepuh warga yang mendapat wangsit dari Buyut Cili. Masyarakat Kemiren diimbau mengadakan arak-arakan barong. Barong itu harus diarak dari rumah pemangku barong lalu keliling kampung,” papar Timbul ■

ngah hari itu (18/8). Kaus usang warna hitam yang dia kenakan tampak basah di bagian punggung. Basah itu bukan karena air, melainkan peluh yang mengucur dari tubuhnya akibat terik mentari. Tangan kanan pria berambut gondrong tersebut memegang sepotong bambu yang di ujungnya dipasangi bendera berwarna hijau. Sesekali laki-laki tersebut mengangkat tangan kiri hingga jarinya menempel di alis. Mirip gaya monyet “Sun Go Kong” dalam film Kera Sakti yang sedang mengincar lawan. Namun, jangan salah menganggap laki-laki bernama Agus Rahmadi itu sedang bergaya ala Sun Go Kong. Rahmadi itu sedang memantau kereta yang akan melintas di perlintasan tak berpalang pintu tersebut. “Beginilah. Saat musim

Kalau selama ini kurang menghibur, mohon maaf lahir batin

SIGIT HARIYADI/RaBa

TERIK: Agus Rahmadi menyetop pengguna jalan di perlintasan KA Gendoh, Singojuruh, Minggu siang (19/8).

mudik, kereta sering terlambat. Jadi, saya harus terus-menerus memantau kapan kereta akan melintas. Sebab, jika saya baru tahu

saat kereta sudah terlalu dekat dengan jalan raya, akibatnya bisa fatal,” ujarnya ■

Baca Upah...Hal 27 email: radarbwi@gmail.com/radarbwi@yahoo.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.