Radar Banyuwangi | 25 Oktober 2015

Page 1

25 OKTOBER TAHUN 2015

Eceran Rp.5.750

HALAMAN 29

Tarif Feri Turun BANYUWANGI - Sejak pukul 00.00 tadi malam (25/10) tarif penyeberangan di Pelabuhan ASDP Ketapang-Gilimanuk mengalami penurunan harga. Penurunan tarif feri itu berlaku untuk semua penumpang dan golongan kendaraan yang menggunakan jasa pelayaran rute Ketapang–Gilimanuk. Turunnya tarif penyeberangan

itu karena harga ha bahan bakar minyak (BBM (BBM) jenis solar mengalami penurunan. penuru Dasar turunnya tarif penyeberangan peny di Selat Bali itu adalah adal Surat Edaran Direktorat Jenderal Jen Perhubungan Darat (Dir (Dirjen Hub Hubdat) Menteri Perhubungan Perhu RI Nomor: TU.47/X/OPP-GM/2015 n TU.47/X/OPP B Baca Tarif...Hal 35

Penurunan Tarif Penyebe Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Ketapang-Gilimanu v Penumpang n Dewasa n Anak-anak

: 7.500 m menjadi 7.000 : 5.500 m menjadi 5.000

v Kendaraan n Golongan I ( Sepeda Pancal) : 8.500 M Menjadi 8.000 n Golongan II (Motor ) < 500 Cc : 24.500 Menjadi 24.000 n Golongan III (Motor ) > 500 Cc : 37.500 Menjadi 37.000 v Golongan Iv ( Panjang Sampai 5 M) n Kendaraan Penumpang : 148.000 Menjadi 146.000 n Kendaraan Barang : 133.000 Menjadi 131.000 v Golongan V ( Panjang >5m S/D 7m ) n Kendaraan Penumpang : 277.000 281.000 Menjadi 2 n Kendaraan Barang : 227.000 Menjadi 2 223.000

RENDRA KURNIA/RABA

ATRAKSI: Salah satu pemain kesenian jaranan menyemburkan minyak ke arah obor saat tampil di lapangan Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kemarin.

Seni Barong Penuh Atraksi di Glagah Peringatan HUT Jatim ke-70 Meriah GLAGAH - Rangkaian peringatan hari ulang tahun Provinsi Jawa Timur yang ke-70 tahun kemarin diawali penampilan kesenian barong di lapangan Kecamatan Glagah, Banyuwangi, siang kemarin (24/10). Grup

seni barong prejeng dari Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, tampil penuh atraksi akrobatik mendebarkan. Sejak pukul 14.30 barong sudah mulai keluar dan menari di panggung di tengah lapangan Kecamatan Glagah. Dengan iringan gamelan khas, barong tersebut bergoyang mengikuti irama musik tradisional bertalu-talu. Tidak lama, giliran jaranan butho muncul

dengan tarian dan atraksi. Pemain seni jaranan itu adalah anakanak yang didandani dengan wajah menyerupai leak bali. Selanjutnya, giliran sepasang penari yang menari bersama kelompok tari jaran goyang. Pertunjukan itu dilanjutkan dengan penampilan tari pitik-pitikan. Nah, salah satu pemain unjuk kebolehan dengan atraksi menyemburkan api lewat mulut.

v Golongan V (Panjang >7 S/ S/D 10m) n Kendaraan Penumpang : 468.000 Menjadi 461.000 nK Kendaraan d Barang B : 374 374.000 000 Menjadi 368.000 -Kendaraan 10m S/D 12m Barang : 493.000 Menjadi 485.000 -Kendaraan Lebih 12m S/D 16m : 744.000 Menjadi 733.000 -Panjang Lebih Dari 16m : 1.104.000 Menjadi 1.087.000 SUMBER : ASDP KETAPANG

Acara terus berlanjut hingga malam hari ditutup penampilan janger humor dengan lakon Ontrang-Ontrang Kutha Latheng. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, M. Yanurato Bramuda, mengatakan pelaksanaan peringatan HUT Provinsi Jatim di Banyuwangi itu adalah sebuah penghargaan n Baca Seni...Hal 35

RENDRA KURNIA/RABA

KUCUR

NGOPAI

Paling Benci Alasan Tertidur

KALIPURO - Ratusan warga berbondongbondong datang ke mata air tawar di Pantai Watudodol Jumat malam lalu (23/10). Mereka menjalani kegiatan tahunan mandi air kembang di mata air Watudodol pada malam 10 Suro kalender Jawa. Ratusan warga tersebut merupakan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Yayasan Al-Hikam, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Mereka mandi di sumber air itu untuk menolak bala serta menyucikan jiwa dan raga di bulan Suro. Kegiatan mandi itu dilaksanakan sejak sore. Oleh karena itu, ratusan santri sudah mulai berdatangan ke Pantai Watudodol sejak sore hari. Acara diawali dengan melakukan larungan. Setelah melakukan prosesi larungan, seluruh santri kembali pulang ke rumah masing-masing n

MENJADI Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, bagi Siti Nur Cholisah, 21, merupakan pengalaman yang berkesan. Selain menemukan kebersamaan dengan keluarga baru, dia juga bisa mengasah kemampuan kepemimpinan. Namun, ada satu hal yang membuatnya benar-benar jengkel dan tidak bisa menoleransi n

BERSIH-BERSIH: Para santri Ponpes Yayasan AlHikam menunggu giliran disiram air kembang di mata air Watudodol, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jumat malam lalu (23/10).

Baca Mandi...Hal 35 TAUFIK FERDIANSYAH/RABA

Suasana Dusun Kampung Tengah, Desa Bangsring, saat Puncak Kemarau Tiba

Tidak Pernah Mandi, Cukup Diseka demi Hemat Air

Baca Paling... Hal 35 CHIN JULLIEN/RABA

http://www.radarbanyuwangi.co.id

Mandi Tengah Malam di Sumber Watudodol

Kemarau panjang kali ini menyebabkan warga Dusun Kampung Tengah, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, menderita. Setiap kemarau tiba, warga kampung itu selalu kesulitan mendapatkan air bersih. Bagaimana suasana kampung itu? TAUFIK FERDIANSYAH, Wongsorejo MENUJU Dusun Krajan I atau biasa warga sebut Kampung Tengah, Desa Bangsring, Wongsorejo, memang membutuhkan perjuangan. Jarak

TAUFIK FERDIANSYAH/RABA

BUTUH AIR: Warga Dusun Kampung Tengah, Desa Bangsring, Wongsorejo, berebut mendapatkan air bersih bantuan dari BPBD Jumat lalu (23/10).

dari jalan raya Situbondo hanya tujuh kilometer ke arah barat. Namun, jalan yang belum diaspal, penuh batu, dan berdebu, menyebabkan perjalanan menuju Dusun Kampung Tengah sangat lama dan melelahkan. Saat Jawa Pos Radar Banyuwangi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi melintasi jalan makadam itu, pemandangan yang kami temui adalah kering kerontang. Pohon-pohon tampak kering. Begitu juga kebun dan lahan pertanian di sekitar jalan makadam tersebut, terlihat sangat gersang. Meski hanya berjarak tujuh kilometer dari jalan raya, menuju Kampung Tengah membutuhkan waktu sekitar dua jam n

Tarif feri KetapangGilimanuk turun Lebih murah dan dijamin bebas asap Belasan pejudi diringkus polisi Sekali-kali dihukum kerja paksa padamkam kebakaran hutan

Baca Tidak...Hal 35 email: radarbwi@gmail.com / beritaraba@gmail.com


RADAR BANYUWANGI

BERITA UTAMA

30 ADA APA LAGI

Jawa Pos

Minggu 25 Oktober 2015

Belasan Pejudi Diringkus Polisi KALIBARU - Judi rupanya masih menjadi salah satu penyakit masyarakat yang laten saat ini. Banyak pelaku perjudian yang sudah berurusan dengan petugas, tapi itu rupanya tidak mengendurkan nyali para pelaku lain. Hal itu tampak dari penangkapan sebelas pejudi di sebuah rumah di Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, dini hari ke-

marin (24/10). Mereka yang ditangkap polisi itu adalah Miso, 43, Wiwid, 33, Tohari, 38, Agus Nardi, 35, dan Paidi, 41. Semua adalah warga Dusun Barurejo, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru. Pejudi lain adalah Supriyadi, 35, warga Dusun Krajan, DesaTegalharjo, Kecama-

tan Glenmore, Niwari, 43, Ahmad Suri, 28, Budianto, 20, dan Gunawan, 35. Semua warga Dusun Barurejo, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru. Yang terakhir bernama Andreas, 22, warga Dusun Tegalgondo, Desa Kajarharjo, Kecamatan Kalibaru. Dari tempat kejadian, polisi

mengamankan barang bukti berupa empat bungkus kartu domino, lima ponsel Nokia, uang tunai Rp1.625.000, dan karpet warna hijau ukuran dua meter X empat meter yang digunakan alas duduk para pejudi. Polisi juga menyita selembar kalender yang digunakan alas kartu domino n Baca Belasan...Hal 35

CHIEN JULLIEN/RABA

KIAN MAHAL: Sayur sawi di lapak pedagang Pasar Banyuwangi kemarin.

Stok Menipis, Harga Sawi Putih Meninggi BANYUWANGI - Harga sejumlah jenis sayur meningkat pada musim panas kali ini. Sebut saja wayur sawi putih. Sayur tersebut mengalami kenaikan cukup signifikan, yakni melonjak sekitar 75 persen. Sayur yang didatangkan dari wilayah Malang dan sekitarnya itu semula hanya Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram (Kg). Namun, sepekan terakhir harganya melonjak menjadi Rp 10 ribu per Kg. Selain itu, stok sayur putih di pasaran Banyuwangi dan sekitarnya mulai berkurang. “Stoknya mulai berkurang. Mungkin karena musim panas,� ujar Misnawati, 52, pedagang di Pasar Banyuwangi, kemarin (24/10). Padahal, akhir-akhir ini sayur tersebut banyak dicari kalangan pengusaha rumah makan. Meski demikian, stok sayur putih itu tidak sampai langka. Namun, sesuai hukum ekonomi, minimnya stok menyebabkan harga komoditas tersebut melonjak. Sementara itu, harga komoditas sayur lain yang masih tinggi adalah wortel. Baik wortel impor maupun wortel lokal, saat ini relatif mahal. Bahkan, harga wortel impor bisa menembus angka Rp 24 ribu per Kg. Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin, harga wortel impor itu sejalan dengan fluktuasi dolar. Normalnya harga wortel impor berada di kisaran Rp 15 ribu per Kg. Meski harga wortel impor naik, penjualan komoditas tersebut tergolong stagnan. Sebab, wortel impor menjadi komponen wajib bagi konsumen kalangan tertentu. Sementara itu, harga wortel lokal melesat ke angka Rp 17 ribu per Kg kemarin. Padahal, pekan lalu harga wortel lokal masih di kisaran Rp 7.000 per Kg. Komoditas lain yang sedang naik harga adalah bawang putih. “Harga bawang putih kini Rp 21 ribu per Kg. Harga cabai mengalami tren penurunan akhir-akhir ini. Ratarata harganya Rp 15 ribu,� tandas Misnawati. (cin/c1/bay)

SITUBONDO

Lingk. Parse Dawuhan Dijual cepat Rumah Modern Minimalis PLN Gg. 1 Rt.II/Rw.II Ling. Parse Dawuhan LT:198, LB:138 3KT, 2KM Garasi IMB SHM Hub. 085640256802 / 081356354608

RENDRA KURNIA/RABA

KERJA: Petani mengupas kulit jagung di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, kemarin (24/10).

Banyuwangi Tetap Lumbung Pangan Nasional BANYUWANGI - Komitmen masyarakat meningkatkan pembangunan sektor pertanian, khususnya hortikultura, diapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim). Hal itu menyebabkan Banyuwangi tetap menyandang predikat sebagai lumbung pangan di Jawa Timur dan nasional. Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (PKP) Banyuwangi, Ikrori Hudanto menjelaskan, hal ini karena Banyuwangi mampu menyumbang produksi yang tinggi. Misalnya, kata dia, produktivitas ke-

Hlg STNK P 2841 VK an Urik, Lingk. Papring RT. 1/4, Kel. Kalipuro

BANYUWANGI

BANYUWANGI

BANYUWANGI

Depan Kampus UBI

Suzuki Ertiga

Toyota Fortuner

Nissan Datsun Go+

Toyota Kijang

Dijual Ertiga GL Th ‘012, Abu-abu Istimewa Hrga 132 Jt Nego Bisa Cash/Kredit atau Tukar Tambah Hb. 08123453975

Dijual Toyota Fortuner Diesel Manual Th ‘012 TRD, Putih, Nopol Cantik Hrga 322,5 Jt Nego Bisa Cash/Kredit atau Tukar Tambah Hb. 082142194111

Datsun Go+ Panca Promo DP Ringan , DP Mulai 14 Jutaan Hubungi Melinda 081 232 327 111 PIN BB 26393CC5

Jual Kijang Solar Th 2002 Akhir Plat: N & Th 1997 Abu-abu Plat P Body Kaleng Brg Istw, STNKPanjangDua-duanyaHub:081336666171 / 081358937333

Dijual Tanah Strategis Luas 76.280 m, SHM, Dpn Kampus UBI Jl. Raya Srono, Sraten Berminat Hub: 0811351308 / 08533678256

Olehsari Djl Tanah Pnggr Jalan Raya Olehsari Luas 400 m2, SHM, Hub: 087806620001 TP

Dijual Tanah luas 335m2 SHM. diblkg TMP Banyuwangi Hub. 0811394175

BANYUWANGI Honda Jazz

Hlg STNK P 5398 WH an Anis Fauziyah, Dsn. Maduran RT. 1/4, Ds. Rogojampi

Depan Puritama

Jazz ‘05 vtec AT 94 Jt Htm Plat L Sgt Bgs TV/ DVD/Camera, Pajak Baru 085102853738

Hlg STNK P 5148 XA an Jemmy Setyawan, Perum Mendut Blok N 19 RT. 3/4

Djl lahan dpn puritama sblh R.mkan surya psr.putih L365 hrg.nego H:0811301405

Masih belum laku? Hubungi HP: 08123353502

J

Pemasaran dan Pengembangan Usaha: Elly Irwan Suryanto, Gerda Sukarno Prayudha Iklan: Sidrotul Muntaha, Dian Effendi Administrasi Iklan: Fitria Arifiana Event: Benny Siswanto Keuangan: Citra Puji Rahayu Kasir: Widi Ukiyanti, Piutang: Anissa Windyah Sari Administrasi Pemasaran: Anisa Febriyanti Perpajakan: Cici Irma Setyani Corporate Lawyer Jawa Pos Group: Dr. Harris Arthur Hedar SH MH Direktur: Samsudin Adlawi

Wartawan Radar Banyuwangi dilarang menerima uang maupun barang dari sumber berita.

moditas dengan volume yang lebih banyak dan kualitas baik. “Semoga penghargaan ini semakin memotivasi para kelompok tani dan masyarakat petani agar lebih berinovasi dalam mengembangkan hortikultura,� jelasnya. Banyuwangi juga dianggap mampu mengurangi kemiskinan melalui pertanian. Hal tersebut ditunjukkan melalui penghargaan yang diperoleh salah satu kelompok masyarakat pertanian dalam lomba anti poverty program (APP) atau program anti kemiskinan tingkat provinsi September 2015 lalu. (cin/c1/bay)

BANYUWANGI

SITUBONDO

Pemimpin Redaksi/Penanggung jawab: Rahman Bayu Saksono Wakil Pemimpin Redaksi/Korlip: Syaifuddin Mahmud Redaktur: Ali Sodiqin, A.F. Ichsan Rasyid Staf Redaksi: Sigit Hariyadi, Niklaas Andries, Ali Nurfatoni, Chien Jullien Anisa, Taufik Ferdiansyah, Fredy Rizki Manunggal Fotografer: Galih Cokro Buwono Editor Bahasa: Minhajul Qowim Lay Out/Grafis: Khoirul Muklis (Koordinator), Cahya Heriyanto, Ramada Kusuma Atmaja

pertanian. Menurut Ikrori, ada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani Banyuwangi. Hal itu ditandai dengan sejumlah prestasi yang dicapai kelompok tani. Baru-baru ini kelompok tani asal Glenmore meraih juara dua dalam lomba agrobisnis tanaman pangan dan hortikultura kelompok agrobisnis jagung tingkat provinsi Jawa Timur. Capaian tersebut sangat membanggakan di tengah musim panas kering yang melanda. Ternyata petani menunjukkan kemampuannya memproduksi ko-

BANYUWANGI

Luas 335 m2 STNK

delai Banyuwangi yang mencapai 1,9 ton per hektare (ha) melebihi produktivitas provinsi dan nasional yang ratarata mencapai 1,2 ton per ha. “Tidak hanya hortikultura, tapi padi kita juga memiliki produktivitas tinggi,� terang Ikrori dihubungi via telepon seluler kemarin (24/10). Produktivitas padi di Banyuwangi melampaui provinsi 5,9 Ton dan nasional 5,2 Ton per ha. “Produktivitas padi kita mencapai 6,6 ton per hektare,� imbuh Ikrori. Hal itu tidak lepas dari komitmen petani Banyuwangi membangun sektor

J Wartawan

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Agus Baihaqi Staf Redaksi: Shulhan Hadi, Dedy Jumhardiyanto Pengembangan Usaha: Abdul Aziz Iklan: Thomy Sila Acrhdiansyah, Eko Budiyono Pemasaran: Wahyu Nugroho Administrasi: Titin Wulandari Kantor Genteng: Ruko Madania, Jl Hasyim Asy’ari No 06 Genteng Telp : (0333) 845860

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Edy Supriyono Staf Redaksi: Nur Hariri, Habibul Adnan Fotografer: Rendra Des Kurnia Lay Out/Grafis: M. Fatah Yasin Pemasaran: Samsuri Administrasi: Dimas Ayu Dewi Fintari Kantor Situbondo: Jl. Wijaya Kusuma No. 60 Situbondo, Telp : (0338) 671982.

Radar Banyuwangi dibekali dengan kartu pers yang dikenakan selama bertugas.

J

Penerbit: PT Banyuwangi Intermedia Pers. SIUPP:1538/SK/Menpen/SIUPP/1999. Alamat Redaksi/Iklan: Jl. Yos Sudarso 89 C Banyuwangi, Telp: (0333) 412224-416647 Fax Redaksi: 0333-416647, Fax Iklan/Pemasaran: (0333) 415153, Website: www.radarbanyuwangi.co.id. Email: radarbwi@gmail.com, beritaraba@gmail.com, artikelradarbwi@gmail.com. Rekening: Giro Bank Mandiri Nomor Rekening 1430002019030. Surabaya: Yamin Hamid, Graha Pena Lt .15, Jl Ahmad Yani 88 Telp. (031) 8202259 Fax. (031) 8295473. Jakarta: Gunawan, Jl Raya Kebayoran Lama 17, Telp (021) 5349311-5, Fax. (021) 5349207. Percetakan: Temprina Media Grafika, Jl Imam Bonjol 129 Jember Telp (0331) 320300

Materi iklan/advertorial di luar tanggung jawab Radar Banyuwangi


RADAR BANYUWANGI

Jawa Pos

Minggu 25 Oktober 2015

31

*38 4)/%2 -2Suku Oseng dalam Foto FESTIVAL Kopi Sepuluh Ewu yang diselenggarakan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, pada 20 Oktober lalu juga dimeriahkan lomba foto On the Spot. Lomba foto yang diadakan di Genjah Arum itu mengusung tema human interest dengan tema aktivitas sehari-hari masyarakat suku Oseng dan puncak acara festival kopi pada malam hari, yaitu kegiatan sepanjang acara tersebut. Ratusan fotografer sangat antusias dalam lomba tersebut. Tidak hanya fotografer lokal, fotografer dari luar daerah, seperti Bali, Situbondo, dan Jember, juga hadir di arena. Dari lomba tersebut diambil 3 foto terbaik dan 5 foto favorit.

Juri lomba juga didatangkan dari luar daerah, di antaranya Dwi Oblo (fotografer National Geografik), Poriaman Sitanggang (fotografer profesional/founder majalah Zoom X), WS. Rahadi (fotografer), dan juri kehormatan, Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), serta Sigit Pramono (Ketua Masyarakat Fotografi Indonesia). Dalam hal ini beberapa fotografer dari luar daerah seperti Nanang Sukrisna berharap agar nanti dengan foto-foto terbaik, Banyuwangi bisa semakin dikenal masyarakat luas, dan berharap akan ada di tahun-tahun berikutnya. Inilah foto-foto yang dinobatkan sebagai juara. (rnd/c1/als)

Sekali seduh kita bersaudara

Juara 3 | Nilai 2250 | Syafiudin

Juara 1 | Nilai 2500 | Nanang Sutrisno

Juara Favorit | Alif Kurnia Rizkyawan

Juara 2 | Nilai 2280 | Kurnia

Juara Favorit | Budi Utomo

Juara Favorit | Sandy Hariyono

Juara Favorit | Fajar Mujianto

Juara Favorit | Syamsul Arifin


RADAR BANYUWANGI

BUDAYA

34

Jawa Pos

Minggu 25 Oktober 2015

Lelaki Ibukota Oleh Redy Kuswanto*

K

AU menyesap kopi hitam yang hanya tinggal separuh, berharap mampu meluruh rasa yang berkecamuk, seperti cahaya pagi menjilati embun di pucuk dedaun. Ada rasa kehilangan yang mengentak, berpilin dan menorehkan rindu. Ada rindu yang membaur dalam kesepian. Ada sepi seumpama sahara yang datang dalam kesendirian. Dan kesendirian ini–yang kau maknai serupa kebebasan–benarkah yang mencipta bahagia? Kemarin malam dan beberapa malam sebelumnya, kau kerap menghabiskan waktu di luar rumah di hiruk pikuk ibukota. Hanya untuk mencari senang, berharap bisa menamukan tenang. Sepulang dari tugas rutin seorang konsultan keuangan, kau berkemas mematut diri lantas menuju tempat yang belakangan menjadi akhir pelampiasan; menyita waktu di sebuah bar yang hingar berhias lampu temaram dan beraroma kemaksiatan. Lantas, kau pulang di larut malam atau bahkan ketika fajar hampir menjelang. Pagi ini kau bangun lebih awal dari semburat fajar. Menghirup udara segar di teras depan rumah berteman secangkir kopi panas dan beberapa surat kabar. Kau begitu ingin menganggap wajar berbagai rasa yang berjejal. Dan kau tahu, ini bukan karena Ajeng–isteri tercinta–yang meninggalkanmu dalam suasana meradang. Seharusnya, kepergiannya memberimu kebebasan untuk menikmati alunan waktu dalam kesendirian setelah sekian lama bersitegang. Tidak karena itu. Sebab kau sangat tahu, selama ini kau tak pernah merasa berada dalam kekangan apalagi tekanan, bahkan ketika kau harus menikmati waktu penuh nada tinggi dan teriakan-teriakan sejak pagi hingga petang. Lalu kau menerka-nerka, mungkinkah jejalan rasa ini karena Rosa? Sejak tiga hari lalu kalian menghabiskan malam bersama tanpa ada yang berusaha memporakporandakan keindahannya. Yah, perempuan belia nan elok itu telah membawamu memuncak menuju bentang langit tiada batas. Kau berani mematahkan keyakinanmu. Bukan, bukan karena dia! Sebab, sejak hubungan dengan perempuan tercintamu bergerak ke arah berlawanan lalu akhirnya menjadi biasa-biasa saja, kau banyak bertemu perempuan semacam Rosa, walau barangkali tidak dari kelas yang setara. Kini kau merasa janggal, bagaimana kau bisa begitu lekat dengan perempuan belia yang sama sekali tak pernah berpikir tentang masa depan? Jelaslah ini bukan jalinan kasih. Tak ada kekasih kedua dan kesekian. Kau merasa tak layak jika hal itu terbersit di benak. Sebab, selama dua tahun mendayung bahtera rumah tangga dalam berbagai riak, hanya ada satu perempuan yang layak mendengar bisikan mesra setiap kau bangun di awal pagi. Dialah Ajeng, perempuanmu, istri terkasihmu. Gegas kau beranjak masuk, meninggalkan sisa kopi dan serakan koran. Kau ingat pesan Ajeng, harus menghubunginya sebelum jam delapan pagi ini. Barangkali perempuanmu ingin menyampaikan keinginan yang pernah disampaikannya, lagi dan lagi, mengadopsi anak dari keluarga tantenya. Atau mungkin tentang keinginan yang lain, lagi dan lagi, yang juga pernah ia sampaikan, meminang sepupunya, yang ia yakini bisa memberikan keturunan. Oh, bukankah ini biang dari segala ketidakharmonisan itu? Pembicaraan panas semacam itu hampir ratusan kali kalian lakukan. Hasil dari percakapan itu hanyalah sebuah pertengkaran yang berbuntut ketegangan. Pada akhirnya, ketegangan berlarut hingga saling menyalahkan dan saling menuduh bahwa kalian tak mampu memberikan keturunan. Mandul! Tuduhan yang belum berdasar, tetapi selalu saja mencipta percik api perang. Itu pula yang menyebabkan Ajeng terpaksa harus pulang ke rumah orang tuanya hampir sepekan berselang. Haruskah kau dan dia kini bicara dan mengulang apa yang kerap kalian lakukan? Haruskah kau kembali menyulut api pertengkaran yang sebenarnya belum padam dari puncak masalah yang kesemuanya hampir seragam? Kau menimbang. Mungkin ada baiknya kau mengabaikan pesan perempuanmu dan mengakui sebagai kealpaan, atau memenuhinya dengan resiko meneruskan perang? Mengapa ada ragu, ada resah dan ada takut? Bukankah kau lelaki yang tegar dan mandiri, hidup berkecukupan tanpa harus menyusahkan siapapun? Bukankah kau suami yang baik dan bijak, yang mampu memberikan segala kebutuhan bagi sang isteri? Berbagai rasa yang tidak jelas maknanya masih berjejal di rongga dada. Namun, sesaat seolah lenyap manakala telepon genggam di tanganmu bergetar. Ada senyum yang mengembang yang datang begitu tiba-tiba dari wajah yang selebihnya agak tegang. “Aku sudah bilang, aku akan menghubungi kamu!” Ada nada protes walau tidak untuk menghindari dan tidak untuk menampiknya. “Tahu ini jam berapa, Bang?” “Tindakanmu sudah melanggar kesepakatan. Jangan bertingkah seperti anak kecil. dasar polisi gila!” “Kau bilang, aku hanya adikmu, Bang?” Kau tertawa panjang tanpa suara, menyimak nada suara yang merajuk di seberang sana. “Ingat, aku Tidak mau menghancurkan rumah tanggaku.” Kau merebahkan tubuhmu di spring bed yang dingin. Tatapanmu menerawang

di langit-langit kamar tidur. “Sesuatu yang istimewa?” Kali ini tawamu lepas, membahana di ruangan itu. “Pagi ini? Tidak bisa. Nanti malam jam delapan bagaimana?” Ruangan ber-AC itu terasa tidak nyaman lagi, terasa menusuk setiap pori-pori di tubuhmu. Mungkinkah ketidaktegasanmu akan menciptakan pertengkaran baru dan menambah tumpukan rasa kecewa bagi perempuan tercintamu? Ah, betapa kau ingin menyelesaikan semua sengketa. Betapa kau ingin memiliki bahagia seperti bahagia mereka. Kau tekan nomer-nomer yang sudah kau hafal di luar kepala. “Halo, Ros. Aku ke kamarmu sekarang.” Nada suaramu ringan tanpa beban. *** “Om bilang mau tinggal di rumah, kenapa berubah pikiran?” Perempuan belia berkulit sawo itu membelai rambutmu tak henti. Ada senyum mengembang di bibirnya yang merekah bersemu jingga. Tentu, perempuan lampai bermata jernih itu teramat bahagia ada dalam pelukan lelaki menjelang 40 tahun dan sukses sepertimu. “Tante Ajeng masih di Banyuwangi? Bagaimana kalau tiba-tiba dia pulang? Kau memainkan rambut perempuan dalam pelukmu, memilin dan melepaskannya berulang-ulang. Senyummu membias walau tidak begitu kentara. Tiga malam kalian menciptakan kemesraan, mereguk kebahagiaan dan menikmati keindahan. Tiga malam berlalu tanpa terasa, begitu cepat. Tetapi kalian masih ingin bersama. “Aku bahagia di sini,” jawabmu datar, sebab kau sendiri tak yakin dengan apa yang baru saja kau ucapkan. Bahkan kau tidak paham, apa arti ucapanmu. Kau belum juga menemukan jawaban atas suasana hatimu. Mungkinkah kesepian? Benarkah sedang rindu, lalu pada siapa? Bahkan kini ada rasa aneh menyeruak dalam dada, seperti rasa bimbang yang berlebih. Kau melepaskan dekapan, memberikan tanda agar Rosa tak bersuara. Tanganmu meraih hand phone, ada panggilan dari perempuanmu. Kau terhenyak dalam senyap. Suara dan sapaan manis itu, betapa telah lama kau rindukan. Ini sebuah keajaiban,

mendapatkan satu kejutan di waktu yang sama sekali tak pernah kau harapkan. Rasa rindu dan haru menyergap dalam sekejap. Ingin rasanya kau menghambur dalam peluk perempuan terkasihmu yang lekat dan hangat. “Semalam ada pesta di rumah relasi hingga larut, Mas bangun kesiangan. Hari ini harus ke golf bersama teman kantor hingga sore. Sekarang di spa. Oya, kapan pulang?” “Sejak kapan di spa ada musik dangdut?” “Mungkin mereka ingin suasana yang beda.” “Saya punya berita bagus, Mas.” Perempuan bersuara lembut itu seakan mengabaikan kalimatmu. “Besok saya pulang. Saya sadar, apa yang kita ributkan sejak dulu, tidak pernah ada artinya. Saya harus melupakan keinginan untuk mengadopsi anak dan tak akan memaksamu lagi bertemu Mira, sepupu yang pernah saya ceritakan itu.” “Kenapa pikiranmu berubah? Bosan dengan pertengkaran kita?” “Dokter bilang saya subur. Tidak mandul. Ayah dan Ibu juga sudah saya beri pengertian; kita bisa punya anak dari darah daging kita. Kita masih terlalu muda untuk menyerah. Yang kita perlukan, harus banyak menghabiskan waktu bersama, itu saja.” Barangkali ini saatnya kau tahu apa itu bahagia. Bukan hanya karena isteri tercintamu bisa memahami bahwa pertengkaran itu tak ada artinya, dan dia pulang dengan bendera damai. Lebih dari itu, mungkin benar kalian bisa mempunyai keturunan. Inilah, yang selama ini menjadi sumber api kemelut berkepanjangan. Kau tatap wajah perempuan belia dalam pelukanmu. Tiba-tiba saja kau merasa ada sesuatu yang aneh menyeruak. Bagaimana kau bisa menghabiskan waktu bersama perempuan berumur belasan? Kau tak mencintainya, tidak juga menyayanginya, tetapi kau masih ingin bersamanya. Ada tasa takut kehilangan yang begitu dalam menghujam. *** “Cuma mengingatkan, ini sudah jam tuhuh. Ingat, macet!” “Siap, Komandan gila! Aku … bawa yang Thai saja ya. Haha. Aku tahu seleramu, kalau Tidak, mana mungkin kamu suka om-om sepertiku.”

Rosa tak peduli dengan apa yang baru saja didengarnya. Bibirnya hanya menebar senyum bias tak menciptakan makna. Kembali kalian berpelukan. Rosa tak ingin menyianyiakan semua keindahan. Kapan lagi dia dapat kesempatan untuk merenda keindahan bersama lelaki sempurna idaman para perempuan? Ia luruh dan pasrah dalam pelukan. “Hati-hati, Ros. Jangan pernah tinggalkan warna merah di tubuhku. Bukan aku tak suka atau takut isteriku melihatnya. Hanya saja, jam delapan aku harus bertemu Roby. Aku tak mau membuat masalah dengan polisi gila itu.” Sepenggal kalimat yang didengar Rosa dari mulutmu tak terlalu ditanggapi. Ia tetap dalam bergairah semula. Perempuan belia itu tahu betul harus bersikap bagaimana. Ia benarbenar buta dan tuli untuk saat ini. Ia larut dalam lumatan kenikmatan, begitu abai jika sepasang mata mengintai tajam. Bahkan, kau dan perempuan hijau itu tak sadar ketika satu timah panas tanpa suara bersarang di kepalamu yang berambut legam. Sesaat kau menahan napas, memejam dan merasakan sakit yang menghujam, lalu diam. Aku telah menghilangkan nyawamu dengan senang, tentu bukan tanpa alasan. Ia yang selama ini kau sebut adik dan melihatmu begitu bahagia, tak pernah merasa senang. Aku tak rela melihatnya ragu dan gamang. Aku paham, dia hanya lelaki muda yang kau butuhkan kadangkadang dan layak jika ia merasa terbuang. Bukan, bukan aku yang memiliki rasa itu. Aku hanya tak tega melihatnya rapuh, bagai bahtera tak bernahkoda dalam brutalnya gelombang. Kau terlalu memanfaatkan peluang. Terlebih sejak kau banyak menghabiskan waktu bersama perempuan belia yang tak lain hanyalah si Jalang. Lelaki belia yang selalu kau sebut adik itulah yang menginginkan nyawamu melayang. Ia yang lama terbelenggu gamang dan begitu hafal tabiatmu bak kuda liar tanpa kekang, ingin menyudahi kisahmu. Kepergianmu akan membuat ia lebih tenang tanpa terbebani bimbang. Dan aku … aku adalah makhluk sejenismu yang kini tertawa girang, senang tanpa harus selalu berhadapan denganmu sebagai penghalang. Pada akhirnya nanti, aku dan dia yang kau panggil gila, bisa saling menyimpan rasa sayang. *) Juara I lomba menulis novel remaja.

SAJAK FERNANDA ROCHMAN ARDHANA

Irama Hujan Mengupas Sembilu Hujan malam ini, seperti riang berceloteh menepuk dadaku kusisipkan air mata genangi ruang paling beku mengurai kisah lembut nan syahdu namamu terukir pada bentangan ungu dari seraut jingga yang pernah menanak kerlingan padu Ada sisa berpaling dari tatapan biru pada penghujung altar yang mengupas sembilu meranggas di antara dentingan waktu rintih tiada pernah lepas mengakar garis persemaian Tuhan pada jejiwa satu, tanpa menyatu

Tangan-Tangan Bersembahyang Dalam kepasrahan, baitbait berkumandang dari seribu puja dituang tangantangan tengadah

ada harapan menumbuhi rapalrapal dedoa menyeret rapi pemikiran berkubang keyakinan bahwa Tuhan Maha Pemurah lagi Penyayang Bebunyi tasbih menggema di linangan petang di pojokpojok surau dipenuhi anakanak gembala tengahtengah digumuli anakanak trotoar tua dan renta berdiri melapang kaki di barisan depan muda-mudi mengekor tapak punggungnya

Inikah buahku yang kini bertanak sepi? meraja di separuh dada perempuan namun gigil di puncak persemaian lalu bersaksi serasa kehilangan menyeru mimpi yang tiada menjulang

beradu temu

Aku hanya perlu menarikan hasrat pada kubangan hidup yang penuh matamata kerahasiaan bergumul teka-teki yang lindap dikerubuti tarian fana berwujud pesona nominal dan martabat

Kontemplasi Seremoni Penghabisan

Di kala tangantangan bersembahyang mengencani surausurau tempat Tuhan bersemayam koruptor sibuk mengerling di pelataran beriring malingmaling sendal bertuan

Di Atas Ladang Persemaian

Di Separo Dada Perempuan

Benar, aku menumbuh pulau di atasnya dari impian yang berselubung di garis batas nyata dan khayal— luas persemayaman kelana kita

Kebimbanganku bagai menerpa lautan lepas bersenandung di atas bebukit gelombang memecah riak susunan ombak menyisir jauh batas cakrawala ruang tenggelam dan pudar, membinasa petang

Dan kau mulai berpijak dengan kakimu menari, berlatar desis kerumun dedaunan serta desau angin yang memutar haluan seraya menyanyikan kidung senja memecah hening palung batinku yang mengurung segenap hasrat

Lalu kau turut menumbuh seribu mimpi mewujud untaian kasih yang terpuja di atas ladang persemaian; cinta

: Ngaben Samudera memulangkan tubuhnya wujud seutuh abu tumpahan tirta menenggelamkan sisa pecahan api yang mengarak renung Memoriku mengurai kisahnya balung memutih dihimpit kayu paras memucat disengat terik seremoni kepergian tiada lekas menyungging perih antar kasta gigih raga membujur pasrah dan kaku diretas bara: tatap paling purna Sementara aku masih mengembarai dosa mendulang prahara di linangan luh

debarku gigil ditabuh samsara, sekian purnama tersapu dari balik dian menuju pekat biakan musim memberi cermin waktu selerang hitamku kelak berganti kerut turut mengabu

Biak Ajal dari Jemari Di antara dekap butir peluru dapatkah kuingat rautmu, yang? kembang kempis cuping hidungmu diretas lara menopang ladang keluh mengkal berpasak Tempias darah melingkari sekujur raga tertikam senyum ajal dibiak lentik jemari menuang pelor labuhi kerat dada tangis jerit memecah lajur Aku yang gigil dihujat waktu menyusul kematian tanpa nalar saksi dengan pembaringan bisu dan kaku kutatap raut sesalmu, yang singkap debur pilu menanak batin terombang-ambing bara durja sesaat *) Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) mukim di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.


RADAR BANYUWANGI

Jawa Pos

Minggu 25 Oktober 2015

BERITA UTAMA

35

KEBAKARAN KAWASAN LINDUNG KEBAKARAN hutan akhirnya terjadi di Bumi Blambangan tadi malam (24/10). Kobaran api terlihat dengan jelas menjilatjilat di kawasan hutan lindung Banyuwangi Utara sekitar pukul 20.15 tadi malam. Namun sayangnya, lokasi persis kebakaran hutan itu masih belum bisa diketahui secara pasti. Hingga berita ini ditulis tadi malam, Badan Penanggulangan Bencana Daertah Banyuwangi menyatakan belum tahu berapa luas hutan yang terbakar. Namun, lokasi titik api diperkirakan masuk kawasan hutan lindung Banyuwangi Utara. Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, Eka Muharram mengatakan, sebenarnya laporan sudah masuk di BPBD Banyuwangi sejak siang. Namun, titik api belum bisa dipantau karena hanya terlihat asap. Warga melaporkan ada suara letupan seperti hutan bambu terbakar. Petugas berusaha memantau lokasi kejadian dari wilayah Perkebunan Kaliselogiri.(bay) RENDRA KURNIA/RABA

Hanya Berlaku Rute Lintas Provinsi n TARIF... Sambungan dari Hal 29

Surat edaran itu berisi penyesuaian tarif penyeberangan lintas Ketapang-Gilimanuk. Yang mendasari munculnya surat edaran terbaru tersebut adalah Peraturan Menteri Perhubungan RI (Permenhub RI) Nomor: PM 63 Tahun 2015 Tanggal 26 Maret 2015, Surat Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nomor AP 701/1/5/DJPD/2015. Selain itu, ada juga Surat Direksi PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Nomor: OP.007/3/8/ ASDP-2015 tanggal 15 Oktober 2015. Keputusan Direksi PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Nomor: KD.98/ OP.404/ASDP 2015 tanggal 13 April 2015 juga menjadi dasar turunnya tarif penyeberangan, baik penumpang maupun kendaraan, di lintas pelayaran Ketapang-Gilimanuk itu. Manajer Operasional PT. Indonesia

Ferry (Persero) ASDP Ketapang, Wahyudi Susianto, mengatakan turunnya tarif penyeberangan di KetapangGilimanuk ini merupakan bentuk penyesuaian tarif karena BBM jenis solar mengalami penurunan harga. Bila sebelumnya harga solar Rp 6.900 per liter, saat ini harga turun menjadi Rp 6.700 per liter. ”Sudah otomatis, kalau harga BBM turun, tarif penyeberangan juga turun. Kalau naik, ya tarif penyeberangan ikut naik,” jelas Wahyudi kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin. Wahyudi menambahkan, nominal penurunan tarif penyeberangan yang berlaku untuk semua golongan itu bervariasi. Jika dipersentase, nilai penurunan yang paling tinggi terjadi pada tarif penumpang dan kendaraan roda dua. Sementara itu, kendaraan roda empat dan besar lainnya nilai penurunannya tidak terlalu signifikan. ”Tarif penumpang dan kendaraan roda dua turun Rp

500,” tambahnya. Penurunan terbanyak terjadi pada kendaraan barang yang memiliki panjang lebih dari 16 meter dari Rp 1.104.000 menjadi Rp 1.087.000. Penurunan tarif terendah adalah golongan penumpang dan kendaraan roda dua. Penurunan hanya Rp 500. ”Penumpang dewasa dan anakanak turun Rp 500. Sepeda dayung dan kendaraan roda dua juga hanya turun Rp 500,” terang Wahyudi. Naik-turunnya tarif penyeberangan di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk itu, jelas Wahyudi, tergantung harga BBM di pasaran. Jika harga BBM mengalami penurunan kembali, bukan tidak mungkin tarif penyeberangan di Ketapang-Gilimanuk akan mengalami penurunan lagi. Begitu juga sebaliknya, jika harga BBM naik, tarif penyeberangan juga akan menyesuaikan. ”Penyesuaian tarif ini hanya berlaku untuk penyeberangan lintas provinsi,” pungkasnya. (tfs/c1/bay)

RENDRA KURNIA/RABA

LEBIH MURAH: Kendaraan siap masuk kapal melalui dermaga ponton Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, kemarin.

Doakan Negara Dijauhkan dari Malapetaka Wajib Tepat Waktu saat Rapat n MANDI... Sambungan dari Hal 29

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan istighotsah bersama di Ponpes Yayasan Al-Hikmah di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, sejak pukul 22.00. Usai melakukan istighotsah, seluruh santri yang datang dari berbagai daerah di Indonesia itu melakukan prosesi terakhir. Ada yang berasal dari Bojonegoro, Semarang, Jakarta, Bali, dan kota lain. Prosesi terakhir yang mereka

jalani adalah mandi di mata air tawar di Pantai Watudodol. Selain santri, ada juga beberapa warga sekitar yang hadir. Dengan telanjang dada warga dan santri itu menunggu guyuran air dari pengasuh Ponpes Yayasan AlHikam, yakni KH. Mas Saifullah Ali Bagiono sejak pukul 24.00. Menurut Pengasuh Ponpes Yayasan Al-Hikmah, KH Mas Saifullah Ali Bagiono, kegiatan itu dilakukan untuk menyambut tahun baru Islam. Sesuai kitab kuno, di bulan Suro sangat perlu sekali diadakan ruwatan nusantara seperti yang dilakukan

pada Jumat malam itu. ”Kita mendoakan agar Indonesia diselamatkan dari malapetaka. Pemerintahan yang baru mudahmudahan memberikan perubahan berupa kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. Saat ditanya terkait ritual mandi di sumber air tawar Watudodol, Bagiono mengatakan hal itu untuk membersihkan jiwa dan raga manusia. Mandi kembang air tawar itu juga bertujuan agar dalam setahun mendatang berjalan lancar, mulai urusan rezeki, kesehatan, hingga terhindar dari bahaya. ”Man-

di kembang air tawar Watudodol ini sebagai simbol motivasi diri, bahwa keilmuan yang diajarkan adalah sah,” pungkasnya. Sementara itu, dalam prosesi mandi kembang di air tawar Watudodol itu berlangsung tengah malam sekitar pukul 24.00. Tentu saja Pantai Watudodol yang biasanya sepi pada malam hari itu berubah menjadi ramai. Sekitar 200 orang lebih berkumpul di mata air tawar di Pantai Watudodol. Mereka hanya telanjang dada dan menunggu air disiramkan oleh pengasuh ponpes. (tfs/c1/bay)

n PALING... Sambungan dari Hal 29

Hal yang dibenci yakni jika rapat molor akibat menunggu anggota yang terlambat datang. Apalagi, jika alasan yang dikemukakan anggota itu sangat tidak rasional dan terkesan meremehkan. “Alasan yang paling sering disampaikan adalah ter-

tidur,” ujar gadis yang menyukai warna hitam dan merah itu. Menurutnya, on time dalam rapat adalah wajib. Sebab, menentukan waktu rapat BEM tidak mudah. Dirinya harus mencari waktu yang benar-benar pas agar seluruh anggota bisa bersua bersama. “Kita harus cari satu waktu yang seluruh anggota sedang free. Seharusnya kita

bisa menghargai waktu yang terbatas itu,” tegas perempuan yang akrab disapa Lisa itu. Usai melaksanakan kegiatan yang menguras tenaga dan pikiran, Lisa biasanya mengajak anggota BEM santai bersama. “Paling sering menikmati alam. Cari suasana yang tenang. Kita bisa bercanda sepuasnya,” katanya. (cin/c1/bay)

Acara Ditutup Pertunjukan Seni Janger n SENI... Sambungan dari Hal 29

Jarak Permukiman ke Pemakaman Sekitar 10 Km n TIDAK... Sambungan dari Hal 29

Setelah melintasi perkebunan pohon jati yang sudah kering, akhirnya kami sampai kampung yang kami tuju. Kampung Tengah ternyata terletak di kawasan Perhutani Banyuwangi Utara. Kedatangan tim pembawa air bersih gratis tersebut tampaknya sudah ditunggu warga Kampung Tengah. Beberapa jeriken sudah disiapkan warga di depan rumah masing-masing. Setelah mengetahui kedatangan kami diikuti truk pengangkut air berisi 5.000 liter air bersih, warga langsung berbondong-bondong menuju tandon air di tengah kampung demi mendapatkan air. Tanpa aba-aba, warga Kampung Tengah yang sudah membawa jeriken kosong menata rapi jeriken sesuai urutan kedatangan. Jika datang lebih awal, jeriken mereka akan ditaruh di tempat yang paling depan. Tampaknya warga Kampung Tengah sudah biasa dengan situasi kemarau seperti saat ini. ”Setiap tahun begini, kalau musim kemarau pasti sulit air. Sumber air di sini kering. Mau mengebor sumur di sini juga muspro, pasti tidak keluar air,” kata Sugianto, 36, warga yang mengan-

tre air bersih kemarin. Sugianto mengatakan, saat musim kemarau tiba warga harus benar-benar mengirit air yang mereka dapat. Sebenarnya air juga bisa didapat selain dari mata air yang mengalir dari Kali Selogiri. Namun, jarak yang harus ditempuh warga cukup jauh. Warga harus menempuh puluhan kilometer agar mendapatkan air bersih. ”Selain harus turun ke kota, menuju Kali Selogiri di barat kampung jaraknya 10 Km,” tambahnya. Jika warga ingin mendapatkan air dengan cara ke Desa Bangsring maka mereka harus mengeluarkan biaya tambahan. Warga harus membayar sewa kendaraan menuju Desa Bangsring. Satu orang bayar Rp 2.500. ”Tapi jaraknya ya jauh. Sampean tahu sendiri kan untuk menuju Kampung Tengah dari Desa Bangsring jauhnya bagaimana, dan medannya bagaimana,” celetuk Aqsi, 60 warga lain. Saat musim kemarau seperti ini, air seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang sangat berharga. Bahkan, warga pun menjadi jarang salat saat musim kemarau tiba seperti ini, karena warga tidak punya air untuk wudu. Mandi juga jarang dilakukan warga. Me-

reka lebih banyak yang bilas atau istilah Jawa-nya seko. Hal itu dilakukan demi mengirit air yang mereka punya. ”Kalau yang punya air banyak salatnya ya lancar. Kalau tidak punya air untuk wudu ya tidak salat dulu,” kata Aqsi. Sekadar diketahui, di Dusun kampung Tengah ada sekitar 55 kepala keluarga (KK) dengan jumlah warga sekitar 450 orang. Seluruh warga di kampung tersebut berprofesi sebagai buruh tani dan kebun. Di sana juga tidak terdapat satu sekolah pun. Anak-anak harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk menuju Desa Bangsring saat hendak sekolah. Tidak hanya itu, tempat pemakaman umum di desa tersebut juga tidak ada. Jadi kalau ada warga yang meninggal dunia, warga secara gotong royong harus membawa jasad itu ke tempat pemakaman umum (TPU) Bangsring yang jaraknya sekitar 10 Km dari Kampung Tengah. ”Kalau ada orang meninggal dunia, ya dipikul bareng-bareng ke timur secara bergantian,” ujar Nurhayati, warga lain. Terkait masalah air, warga memang hanya mengandalkan sumber air yang mengalir di pipa kecil yang bersumber dari

Kali Selogiri. Jika aliran Kali Selogiri kering seperti saat ini, warga pun harus gigit jari untuk sementara waktu. Terkait aliran listrik, warga hanya mengandalkan listrik tenaga surya. Kepala Desa Bangsring, Singhan, mengatakan di Desa Bangsring ada empat titik yang selalu mengalami kesulitan air bersih saat kemarau. Kampung Tengah merupakan daerah yang paling parah. Selain lokasinya cukup jauh dan susah ditempuh, jarak mata air ke Kampung Tengah juga cukup jauh. ”Meski di bor sedalam-dalamnya tetap tidak keluar air. Kita sudah pernah mencoba,” kata Sighan. Dia menambahkan bahwa jalan satu-satunya mengatasi krisis air bersih tersebut adalah dengan pipanisasi dari Kali Selogiri. Tujuannya, agar warga Kampung Tengah tidak mengandalkan bantuan air bersih dari BPBD saja. ”Pipanisasi memang jalan satu-satunya. Pihak-pihak terkait, seperti Dinas Pengairan, saya kira perlu membantu pengadaan pipa air di sini. Sudah tiga bulan ini warga tidak Jumatan karena tidak ada air,” pungkas Kades berkumis tebal itu. (c1/bay)

Itu menunjukkan bahwa Banyuwangi adalah kabupaten yang cukup konsisten dalam menjaga kesenian dan kebudayaan. Menurut Bramuda, seni janger sebagai acara penutup dalam peringatan itu adalah sebuah bukti penguatan budaya lokal. Sebab, seni janger saat ini terkesan menjadi seni yang mati suri. “Kita ucapkan selamat untuk Provinsi Jatim, semoga selalu berkembang menjadi yang terbaik di Indonesia, terutama dalam pelestarian seni dan budaya daerah,” ujarnya. Acara HUT Provinsi Jatim tersebut dihadiri beberapa perwakilan anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Daerah Pemi-

RENDRA KURNIA/RABA

PERTUNJUKAN: Seni Barong Prejeng tampil menghibur warga di Lapangan Kecamatan Glagah, Banyuwangi, siang kemarin.

lihan (Dapil) Jatim III yang meliputi Kabupaten Situbondo,

Bondowoso, dan Banyuwangi. (fre/c1/bay)

Tidak Ada yang Lolos Gerebekan n BELASAN... Sambungan dari Hal 30

Keberhasilan petugas meringkus belasan pejudi itu tak lepas dari informasi warga. Masyarakat yang resah memberitahukan adanya permainan judi itu ke polsek setempat. Mendengar begitu banyak warga yang terlibat, Kapolsek Kalibaru AKP Bambang SP dibantu anggota langsung melakukan penggerebekan. “Semua titik keluar di-

jaga anggota, sehingga tidak satu pun pelaku yang berhasil lolos. Mereka sempat mencoba kabur tapi dihadang anggota,” jelas Kapolsek Bambang SP. Sementara itu, sang pemilik rumah, Yanto, sedang tertidur saat penggerebekan berlangsung. Pemilik rumah, kata Kapolsek Bambang, sejauh ini hanya berstatus sebagai saksi. Sebab, dia tidak terindikasi terlibat dalam permainan judi itu. Bahkan, saat permainan itu digelar, pemilik rumah tidak berada di lo-

kasi. “Informasi yang masuk, pesta judi itu sudah digelar sejak Kamis malam. Setelah dipantau ternyata judi itu terus berjalan. Makanya kami langsung gerebek,” tegasnya. Sementara itu, para pelaku perjudian kartu domino itu tergolong licin. Untuk mengelabui petugas, mereka membagi zona permainan menjadi dua. Sayang, akal-akalan itu berhasil dibongkar. Seluruh pelaku kini mendekam di sel tahanan Mapolsek Kalibaru. (nic/c1/bay)


Jawa Ja wa P Pos os

Barang Barang yang Biasa Dijual

Non Dapur

Alat Dapur

1. Gayung/cebok 2. Sikat WC 3. Ember 4. Bantal 5. Sapu 6. Pengepel lantai 7. Cantolan baju 8. Kemucing, dll.

1. Wajan 2. Penyaring santan 3. Serok 4. Sutil 5. Panci 6. Cobek 7. Tutup nasi 8. Piring plastik, dll.

Minggu Min gg 25 Ok ggu Oktob Oktober tober tob er 20 2015

Mainan Anak-Anak 1. Bola plastik 2. Kursi mini 3. Boneka karet 4. Celengan 5. Mobil-mobilan 6. Lego, dll.

FOTO-FOTO: FREDY RIZKI & CIN JULIEN/RaBa

36

SAERAH-SAERAH, SAE-SAE MURAH-MURAH....: Penjual barang-barang kebutuhan rumah tangga dengan memakai mobil bak terbuka dengan mudah kita jumpai di seluruh pelosok Banyuwangi.

Geliat Bisnis Toko Kromongan Keliling

dari kue hingga cetakan

TOKO kelontong mobile ini memang unik. Selain sistem penjualannya yang dilakukan dengan cara jemput bola, keunikan lain adalah ringtone-nya yang khas. Hampir setiap kemunculan toko kromongan keliling itu ditandai dengan suara ringtone yang berisi ajakan menghampiri pikap berisi alat-alat rumah tangga tersebut. Uniknya, ada beberapa kalimat yang memicu kontroversi di kalangan masyarakat. Saat ringtone berisi suara pria tersebut menyebutkan satu per satu peralatan rumah tangga berupa alat cetak. “Yang butuh-butuh cetakan ini juga ada. Cetakan agar-agar, putu, dan kue-kue, hingga cetakan anak ada di sini,” cuplikan salah satu kalimat ringtone tersebut. Ferdy Rusdian, 30, salah satu penjual kromongan keliling yang ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi mengatakan, cuplikan kalimat tersebut sampai saat ini dianggap tabu oleh warga di beberapa wilayah. “Wajar itu dibilang tabu. Tapi sebenarnya maksud dari ringtone

ini tidak lebih dari mengundang masyarakat,” ujar Ferdy ditemui di perumahan kawasan Stendo, Kelurahan Tukangkayu, pekan lalu. Meski demikian, kata Ferdy, ada kalimat ajakan lain yang berkonotasi positif. Misalnya, “Daripada ngomongin orang, lebih baik di sini ngomongin kromongan ya, Bu”. “Ringtone ini sifatnya mengundang. Yang mau datang hanya untuk lihat-lihat saja tidak beli tidak apa-apa,” cetus Ferdy. Ringtone berdurasi kurang dari 10 menit tersebut memang berisi gurauan khas rumah tangga. Salah satunya adalah “Yang butuh-butuh alat stainless, seperangkat alat dapur, bisa untuk maskawin”. Tentu saja kalimatkalimat candaan tersebut membuat orang yang pertama kali mendengar tertawa terpingkal-pingkal. “Ya ampun… masa bisa dipakai maskawin,” kekeh salah satu pelanggan toko kromongan Ferdy. Meski demikian, sebagian besar ringtone itu menjelaskan peralatan rumah tangga yang diangkut pikap tersebut. (cin/c1/als)

AYO, AYO, AYO...: Setiap hari pikap ini berkeliling dari kampung ke kampung.

MENURUT informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Banyuwangi, usaha toko kelontong keliling yang mulai muncul dua tahunan lalu itu mengalami penurunan omzet pada tahun ini. Jika pada tahun 2014 omzet sehari bisa mencapai 1,5 juta, tahun ini omzet harian paling bagus Rp 750 ribu. Belum ada imbas berarti terkait penurunan omzet tersebut. Saat ini yang tengah menjadi persoalan kalangan usaha kromongan itu adalah persaingan harga. Untuk menarik pelanggan, beberapa pen-

gusaha kelontong ada yang mematok harga lebih rendah dari harga rata-rata. “Ya kalau umumnya Rp 10-11 ribu dapat barang tiga, tempat lain ada yang menjual dengan harga Rp 9.000,” ucap Ferdy. Tentu hal itu akan menjatuhkan pedagang lain. Ia tidak bisa memprediksi apakah persoalan tersebut bisa diselesaikan oleh para pengusaha kelontong. “Yang terjadi saat ini beberapa kawan malah menantang akan menurunkan harga lebih rendah lagi dengan jumlah barang yang sama,” katanya. (cin/c1/als)

TINGGAL AMBIL: Tumpukan bantal dan barang lainnya di salah satu gudang pedagang kromongan di Kalipuro.

HASAN, 75, salah seorang penjaga gudang penyimpanan mendrengan mengatakan, di beberapa wilayah di Banyuwangi, usaha itu ternyata dikembangkan satu orang. Dia adalah Haji Salam, seorang pengusaha yang tinggal di wilayah Wongsorejo. Dia sudah sekitar 1,5 tahun mengikuti pekerjaan tuannya itu. Dia pun tahu bahwa Haji Salam memiliki tiga gudang besar di wilayah Rogojampi, Alas Buluh, dan Kalipuro. Masing-masing gudang itu, kata Hasan, diisi sekitar 8 sampai 9 armada mobil mendrengan. Barang dagangan itu disuplai dari Surabaya dan Malang. Hasan pun menunjukkan ruangan-ruangan di dalam gudang yang berisi berbagai macam peralatan rumah tangga. Barang-barang itu dipisah berdasar jenis-jenis barang. Sehingga, saat pedagang akan mengambil, mereka sudah tahu ke mana harus mencari barang yang mereka butuhkan. “Semua pedagang di gudang Kalipuro ini berasal dari beberapa wilayah Wongsorejo. Jadi Haji Salam sendiri yang memilih. Tapi barang-barangnya, termasuk mobil, disimpan di sini semua. Sebelum di Banyuwangi, Haji Salam sudah aktif di Situbondo,” terang Hasan. (fre/c1/als)

JEMPUT BOLA: Seorang pembeli memilih alat-alat kebutuhan dapur yang datang di depan rumahnya.

BISNIS kromongan atau mendrengan (dalam istilah Madura) yang menjajakan berbagai jenis peralatan rumah tangga seperti hanger, bantal, piring, payung dan lainlain, itu semakin lama semakin lihai menggapai peluang. Awalnya mereka menjual barang seharga Rp 10 ribu dapat 3 buah. Kemudian dari Rp 10 ribu naik menjadi Rp 12 ribu dan naik lagi menjadi Rp 15 ribu dapat 3. Kini, mereka menyediakan jasa kredit! Karena berpikir rugi ketika berkeliling hanya berjualan, mereka menambah rutinitasnya berkeliling sambil menagih. Harga barang yang dikreditkan bervariasi, mulai Rp 25 ribu sampai Rp 100 ribu. Pembeli pun bebas memilih barang yang akan mereka kredit. Asalkan sanggup membayar dengan cicilan yang sudah disepakati setiap kali mobil mendrengan melewati halaman rumah mereka. Sekitar pukul 09.00 sampai 15.00 dipastikan mobil pikap yang dimodifikasi menjadi toko kelontong keliling itu berteriak-teriak dengan segala rayuan demi menarik pelanggan. Tetapi, bagi pelanggan yang berutang, tentu suara-suara itu terdengar tidak menyenangkan. (fre/c1/als)

DITIMBANG: Seorang pekerja tengah menimbang serai di gudang.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.