Radar Banyuwangi | 20 Mei 2012

Page 1

20 MEI

29

TAHUN 2012

Laporan Perjalanan Direktur Radar Banyuwangi Choliq Baya ke Eropa (10)

Menikmati Hangatnya Mentari di Gunung Salju Titlis Berada di daerah bersalju tak selalu kedinginan, meski suhunya mencapai 1 derajat celsius. Kami malah kegerahan saat menuju puncak gunung bersalju Mount Titlis di Swiss yang sangat terkenal dengan keindahan alamnya itu. Munculnya mentari yang bersinar cukup terik, justru membuat tubuh kami berkeringat. SUHU udara Kota Bern, ibu kota Swiss, pagi kemarin cukup sejuk dan nyaman. Pada saat musim semi seperti se-

karang ini, suhunya berkisar antara 15-20 derajat Celsius. Di pagi itu, kami rombongan Jawa Pos Group akan mengunjungi Mount Titlis, puncak gunung bersalju yang cukup terkenal keindahannya karena salju abadi. Informasi dari travel yang menangani perjalanan kami, termasuk dari ramalan cuaca yang saya lihat di televisi, suhu udara di Titlis hari itu bakal mencapai 1 derajat Celsius. Untuk menghindari hawa dingin yang bakal menyergap, kami telah mempersiapkan diri agar tidak kedinginan. Yaitu, memakai celana dan kaus rangkap tiga, masih ditambah lagi mantel, lengkap sarung tangan, syal dan penutup kepala. Sebab, pengalaman saat kami menikmati

salju di Great Wall, Beijing, China, beberapa tahun lalu, dengan memakai baju rangkap tiga lengkap aksesori yang lain, ternyata masih tetap kedinginan. Jadi, saya harus sedia payung sebelum hujan daripada kedinginan di jalan. Setelah sarapan pagi di hotel, jam 9 kami berangkat mengendarai bus didampingi Budiman, Sekretaris Kedubes RI untuk Swiss. Sekitar satu jam lebih 15 menit kami tiba di Engelberg, kawasan terbawah di kaki pegunungan Alpen. Dari tempat parkir bus, terlihat kereta gantung berseliweran menuju puncak Titlis. Kami pun ingin cepat-cepat naik ke Titlis yang tingginya mencapai 3238 meter di atas permukaan laut itu ■ Baca Menikmati...Hal 39

SALJU: Penulis bermain ski di puncak gunung Titlis, Swiss.

JAWAPOS FOTO

GALIH COKRO/RaBa

KECEMPLUNG: Motor Kawasaki Ninja 250-R di dasar sungai Mojoroto, Kecamatan Giri, Banyuwangi, kemarin (atas). Warga menonton motor tersebut dari atas jembatan (kiri).

Ninja Terjun Bebas BANYUWANGI - Warga sekitar Lingkungan Mojoroto, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi, sempat geger kemarin (19/5). Sebab, motor Kawasaki Ninja 250R yang dinaiki Tika, 19, warga Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, terjun bebas ke sungai dengan kedalaman sekitar enam meter.

Tika yang juga kecemplung ke dasar sungai sempat tidak sadarkan diri hingga 45 menit. Meski begitu, cewek berkulit hitam itu ternyata hanya mengalami luka ringan; dahi dan tangan tergores. “Mau lewat jembatan, motornya meluncur ke sungai,” cetus Riska, warga sekitar lokasi ■ Baca Ninja...Hal 39

Temukan Bayi di Baluran SITUBONDO

Tarif Sewa Bantaran Naik SITUBONDO - Ratusan warga Kabupaten Situbondo yang menyewa lahan di bantaran sungai sebagai tempat tinggal kini mengaku resah. Sebab, harga sewa bantaran kini naik berlipat-lipat. Tidak sedikit warga yang bingung hendak membayar. Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, tarif baru bantaran sungai tersebut memang sangat memberatkan. Namun, dirinya tak bisa berbuat banyak karena itu disebut-sebut sudah sesuai peraturan daerah (perda). “Dulu dalam setahun kita cukup mengeluarkan uang Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu. Sekarang sudah ada rumusnya, dikalikan per meter dikalikan 12 bulan, jadi harganya berjuta-juta. Kita tak tahu dapat uang dari mana,” terang bapak dua anak tersebut ■ Baca Tarif...Hal 39

LONG WEEKEND

SITUBONDO - Warga Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, dikagetkan dengan penemuan bayi di Pos PHPA Bitakol, kawasan hutan Taman Nasional Baluran, Situbondo, pagi kemarin (19/5). Bayi berjenis kelamin perempu a n itu ditemukan Farida, 19, warga Desa Alasrejo RT 1, RW 2, Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Banyuputih. Awalnya, Farida yang sehari-hari menjual alat-alat dapur itu hendak sarapan di sebuah warung. Saat berjalan kaki, dia penasaran terhadap sesuatu yang dibungkus kain di atas meja Pos PHPA Bitakol hutan Baluran. Akhirnya, dia menghampiri bungkusan tersebut. Tak disangka, barang yang dibungkus kain tersebut adalah bayi perempuan yang kira-kira masih berumur lima hingga sepuluh jam. Farida langsung melaporkan kejadian tersebut ke polisi terdekat. Setelah bayi tersebut dibawa ke Puskesmas Banyuputih, ternyata bayi dengan berat 2,5 kilogram tersebut masih hidup. Dokter Roekmi dari Puskesmas Banyuputih mengatakan, banyak orang yang berniat mengadopsi

Padam Enam Kali Sebulan SITUBONDO - Musim layangan yang berlangsung di Kota Santri, Situbondo, ternyata membawa dampak tak nyaman bagi para pelanggan listrik PLN. Pasalnya, sering kali aliran listrik padam setelah kawat pengambek layangan itu menyentuh kabel di tiang PLN. Seperti yang terjadi siang kemarin (19/5), pelanggan PLN di RT 02 RW XI, Dusun Kampung Barat, Kota Situbondo, tidak bisa menikmati aliran listrik selama beberapa jam. Listrik padam sejak pukul 11.15 dan baru menyala kembali sekitar pukul 15.00 sore kemarin. Sebelumnya, pada Selasa lalu (8/5) aliran listrik juga padam dari sekitar pukul 10.30 hingga pukul 19.00. Keadaan ini tentu sangat mengganggu kenyamanan pelanggan. Sebab, listrik padam dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Manajer PT. PLN Rayon Panarukan, Hari Santoso mengungkapkan, kasus listrik padam akibat pengambek layangan itu cukup banyak. Dalam kurun waktu sebulan, sedikitnya terjadi enam kali. “Makanya itu harus benar-benar di-

tanggulangi karena benar-benar mengganggu,” katanya saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya kemarin. Menurut Hari, PLN sudah beberapa kali melakukan operasi ke sejumlah titik yang kerap menjadi tempat bermain layang-layang menggunakan pangambek. “Petugas kita sampai kejar-kejaran ■

Baca Padam...Hal 39

EDY SUPRIYONO/RaBa

MERUGIKAN: Setumpuk benang layang-layang diamankan di PLN Situbondo kemarin.

Konsumen Elpiji 3 Kg Kelimpungan NUR HARIRI/RaBa

TIDUR PULAS: Bayi yang ditemukan di kawasan hutan Baluran digendong di Puskesmas Banyuputih, Situbondo, kemarin.

setelah melihat bayi perempuan tersebut. Namun, pihak kepolisian belum mengizinkan warga mengadopsi bayi yang masih merah tersebut. Hingga siang ke-

marin bayi tersebut masih dirawat di Puskesmas Banyuputih. Itu dilakukan demi menjaga kesehatannya ■ Baca Temukan...Hal 39

B ANYUWANGI - Kenaikan harga elpiji ukuran tiga kilogram (kg) ternyata benar-benar membuat kalangan konsumen kelimpungan. Tidak hanya itu, para pengecer bahan bakar gas itu juga turut merasakan dampak negatif. Sebab, permintaan konsumen turun. Para pedagang makanan matang juga merasakan dampak serupa. Akibat kenaikan harga elpiji 3 Kg, penghasilan mereka turun. Sebab, peningkatan

biaya produksi dagangannya tidak diimbangi peningkatan harga jual kepada konsumen. Seperti diungkapkan M. Riyadi, penjual mi ayam di tepi Jalan Pierre Tendean, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi. Dia mengaku tidak bisa berbuat banyak atas kenaikan harga elpiji tersebut. “Ya saya terpaksa tetap membeli elpiji walaupun harganya naik,” ujarnya kemarin (19/5) ■ Baca Konsumen...Hal 39

32 Tahun Rahmat Jadi Tukang Cukur di eks Stasiun KA Situbondo

Tak Mau Pindah karena Tempat Bersejarah GALIH COKRO/RaBa

LANCAR: Tidak terlihat antrean kendaraan di Pelabuhan Ketapang kemarin (19/5).

Waspadai Puncak Antrean

Stasiun kereta api Situbondo sudah 12 tahun tak beroperasi. Namun, Rahmat, 72, masih setia membuka usaha jasa potong rambut di lokasi sepi itu.

KALIPURO - Puncak arus balik long weekend di pelabuhan penyeberangan Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, diprediksi akan berlangsung hari ini (20/5). Sebab, para pelancong yang sejak Kamis lalu (17/5) berlibur ke di Pulau Dewata, Bali, besok (21/5) harus mulai bekerja seperti biasa. Sementara itu, pantauan wartawan koran ini di Ketapang kemarin (19/5) menunjukkan, arus penumpang di pelabuhan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali itu cukup lancar bahkan cenderung sepi ■ Baca Waspadai...Hal 39 http://www.radarbanyuwangi.co.id

NUR HARIRI, Situbondo

KERIPUT pipi dan otot tampak jelas di tangannya. Itu sudah menggambarkan betapa Rahmat sudah tidak muda lagi. Namun, dia masih setia menjual jasa mencukur rambut di usia senjanya itu. Di pinggir sawah, depan bangunan tua eks Stasiun KA Situbondo,

Rahmat, warga Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, itu memulai usahanya sejak awal tahun 1980. Hingga kini, bapak lima anak itu mengaku bahagia menjalani pekerjaannya sebagai tukang cukur. Bangunan tua, bekas stasiun KA, yang dibangun di zaman Belanda dan kini seolah mati itu dijadikan tempat singgah oleh Rahmat. Dia rutin memboyong peralatan cukur seadanya ke tempat tersebut. Tempat usahanya hanya berada di bawah pohon mangga dekat stasiun tua tersebut. Tidak ada stan atau tenda yang menaungi tempat usahanya. Rahmat sudah bertahan selama 32 tahun dengan alat-alat cukur tradisionalnya. Sudah lama dia bekerja ditemani gunting rames, gunting biasa, pisau cukur, silet, dan alat

Gara-gara layanglayang, listrik padam enam kali sebulan

Merusak objek vital negara, inilah teroris model baru

Motor Ninja terjun bebas ke sungai

Kerjaan ninja memang loncat sana loncat sini

NUR HARIRI/RaBa

TRADISIONAL: Rahmat mencukur rambut pelanggan di depan stasiun.

tradisional lain. “Saya pakai alat cukur tradisional karena lebih ala-

mi,” tutur Rahmat meyakinkan ■

Baca Tak Mau...Hal 39 email: radarbwi@gmail.com/radarbwi@jawapos.co.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Radar Banyuwangi | 20 Mei 2012 by alsod - Issuu