2 minute read
Drone Buatan Anak Bangsa
PESAWAT TANPA AWAK KARYA ANAK BANGSA puna male puna male puna male puna male puna male puna male T H E B L A C K E A G L E
Advertisement
Inovasi teknologi yang paling cocok untuk mengisi tema kali ini mungkin hanya sebatas karya anak bangsa yang merupakan hasil kolaborasi pembentukan konsorsium antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kementrian Pertahanan, TNI AU, ITB, Dan beberapa perusahaan yang ikut mendukung karya bangsa kita ini. Sebut saja Elang Hitam (Puna Male) atau Black Eagle sebuah UAV Drone (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat udara tanpa awak. Drone ini memiliki ukuran panjang 8.65 meter, lebar 16 meter, dan tinggi 2,6 meter. Dengan ukuran yang dimilikinya, drone ini diklaim mampu mengangkut muatan seberat 1300 kilogram. Black Eagle juga dilengkapi dengan mesin yang memiliki kecepatan 235 km/jam. Diperkirakan Black Eagle mampu melakukan penerbangan 24 jam dengan ketahanan maksimum 30 jam penerbangan. Lebih hebatnya lagi, si Elang Hitam ini juga mampu terbang sejauh 250 kilometer dari jarak pengendalinya dan memiliki daya jelajah 20.000 kaki dari permukaan laut. Masya Allah! Selain itu ia juga dilengkapi dengan SAR (Synthetic Aperture Radar), sebuah teknologi yang mampu mendeteksi kondisi cuaca maupun titik panas yang menjadi sumber terjadinya kebakaran hutan. Kepala Mentri Pertahanan, Marsda Julexi Tambayong mengatakan, “Diharapkan bisa tercipta karya-karya anak dalam negri yang bisa memperkuat pertahanan negara,” ujarnya. Dan tak kalah pentingnya, apakah kalian menyadari bahwasannya dengan hasil atau pencapaian ini membuktikan bahwa sumber daya lokal juga dapat bersaing untuk membuat produk berteknologi tinggi, Ini bisa meningkatkan kepercayaan diri bangsa sekaligus mengurangi impor untuk kebutuhan pertahanan. Black Eagle sendiri dapat digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap perbatasan yang rawan ancaman, juga dalam kasus-kasus seperti terorisme, penyelundupan, pembajakan, kasus illegal fishing, dan lain sebagainya. Selain itu, drone ini diharapkan mampu dijadikan sebagai alutsista
(alat utama sistem pertahanan) bagi pertahanan Indonesia terutama dalam pelaksanaan mata-mata. Dikabarkan, pemerintah tertarik dengan amunisi presisi buatan Turki untuk menambah daya serang drone terebut. Indonesia tertarik memperoleh amunisi berpemandu buatan Roketsan untuk mempersenjatai kendaraan udara tak berawak (UAV) Elang Hitam. Indonesia mencari perlengkapan persenjataan untuk kendaraan udara tak berawak, sehingga memiliki permintaan tinggi untuk pengadaan amunisi pintar mini MAM-L dan MAM-C, sistem senjata utama seperti yang terpasang di UAV Turki. Amunisi presisi ringan MAM (Mini Akıllı Mühimmat) atau Smart Micro Munition adalah amunisi pintar berpandu laser yang diproduksi oleh pabrikan pertahanan Rokestan. Senjata ringan ini telah terbukti efektif ketika digunakan Bayraktar TB2, UAV buatan Turki yang lebih kecil, di Suriah dan Libya. Setelah 2 tahun berselang, dari perencanaan pembuatan hingga melalui beberapa tahap perizinan dan juga melalui tahap uji coba, PUNA MALE Black Eagle ditargetkan agar telah mendapatkan sertifikasi, sehingga dapat diproduksi dan dipasarkan ke luar negeri. Sebagai warga Indonesia, tentunya kita patut bangga, sob. Semoga ke depannya, Elang Hitam ini dapat memperkuat pertahanan negara tercinta ini, ya.
6 FITUR PUNA MALE UMMANNED ARIAL VEHICLE (UAV) PESAWAT TANPA AWAK KARYA ANAK BANGSA INDONESIA
DAPAT TERBANG DENGAN KETINGGIAN 20.000 KAKI
MAKSIMUM JANGKA TERBANG SELAMA 30 JAM MEMILIKI MESIN DENGAN KECEPATAN 235 KM/JAM
JARAK PENGENDALINYA (REMOTE) SEJAUH 250 KM
DAPAT MENGANGKAT MUATAN 1.300 KG/ 1,3 TON SISTEM (SAR) YANG DAPAT MENDETEKSI TITIK PANAS KEBAKARAN