Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
1
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Kabupaten Demak Studio Demak 1 1 Perencanaan Wilayah dan Kota UGM
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak. Executive summary ini dapat terselesaikan dengan baik atas dukungan moral dan material dari berbagai pihak sehingga kami mendapatkan pelajaran yang berharga baik dari tahap persiapan survei, survei, hingga pasca survei. Kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak 1; 2. Bapak Doddy Aditya Iskandar, S.T., MCP., Ph.D., Bapak Retno Widodo Dwi Pramono, S.T., M.Sc., Ibu Ratna Eka Suminar, S.T., M., M.Sc., Ibu Beti Guswantari, S.Si.,M.T., dan Bapak Rendy Bayu Aditya, S.T., M.U.P. selaku dosen pengampu mata kuliah Studio Analisis Wilayah yang telah memberikan data, informasi, kritik, dan saran selama proses pembelajaran; 3. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata
i
dan Kebudayaan yang telah memberikan data, informasi, kritik, dan saran yang berguna dalam proses analisis wilayah Kabupaten Demak; 4. Segenap instansi pemerintahan Kabupaten Demak yang telah membantu kami dalam mengumpulkan data sekunder melalui laman resmi maupun publikasi yang telah tersedia; 5. Teman-teman Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2017 yang telah memberikan dukungan ide dan masukan dalam proses pembelajaran kami hingga penyusunan laporan. Kami berharap executive summary yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhir kata, kami menyadari bahwa executive summary ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami selalu terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan kualitas kinerja kami ke depannya.
Sleman, Desember 2019 Tim Penyusun
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Tim Penyusun 1
Ihsan Rafsanjani 45473
2
Alya Nathasya P. 45460
3
Alya Puspita 45461
4
Anisya Febriana 45462
2
1
5
Annisa Nisita N. 45463
5
3
4
6
Nurin Afza 139932
7
Chrysan Easter B. 45466
8
Askif Azikri 45464
7
6
8
iiii
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Daftar Isi
Kata Pengantar Tim Penyusun Daftar Isi Review Kebijakan Fisik Dasar Kependudukan Pola Ruang Struktur Ruang Potensi dan Masalah Isu Strategis Arah Pengembangan
iii
i ii iii 1 2 3 6 14 20 21 26
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Review Kebijakan Tingkat Relevansi Antara RPJP Kabupaten Demak Tahun 2006-2025 terhadap RTRW Kabupaten Demak Tahun 2011-2031 Misi 1 RPJP terhadap RTRW Terdapat 52 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Sedangkan strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 19 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (36%) dan 33 strategi yang kurang relevan (64%).
Misi 5 RPJP terhadap RTRW Terdapat 104 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 27 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (52%) dan 25 strategi yang kurang relevan (48%). Misi 6 RPJP terhadap RTRW Terdapat 78 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 20 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (26%) dan 58 strategi yang kurang relevan (74%).
Misi 2 RPJP terhadap RTRW Terdapat 52 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 21 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (40%) dan 31 strategi yang kurang relevan (60%).
Misi 7 RPJP terhadap RTRW Terdapat 104 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 33 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (32%) dan 71 strategi yang kurang relevan (68%).
Misi 3 RPJP terhadap RTRW Terdapat 78 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 33 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (43%) dan 45 strategi yang kurang relevan (57%).
Misi 8 RPJP terhadap RTRW Terdapat 104 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 51 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (49%) dan 53 strategi yang kurang relevan (51%).
Misi 4 RPJP terhadap RTRW Terdapat 78 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 45 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (57%) dan 33 strategi yang kurang relevan (43%).
Misi 9 RPJP terhadap RTRW Terdapat 78 strategi yang terdapat pada RPJP terhadap RTRW Kabupaten Demak. Strategi arah pembangunan dalam RPJP terdapat 24 strategi yang sesuai dengan kebijakan dan strategi penataan ruang RTRW (31%) dan 54 strategi yang kurang relevan (69%).
1
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
• Sungai Serang Selain itu, Kabupaten Demak juga memiliki potensi cekungan air tanah yang cukup tinggi yakni air tanah dangkal sebesar 166,2 juta m3/ tahun dan air tanah dalam sebesar 4,1 juta m3/th.
Fisik Dasar Kondisi Geografis
Peta Administrasi Kabupaten Demak Sumber : BAPPEDA Demak, analisis kelompok
Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Utara dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat potensial sebagai daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada pada lalu lintas yang cukup ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Secara astronomis, Kabupaten Demak terletak antara 110°27’58” - 110°48’47” Bujur Timur dan 6°43’26” – 7°09’43” Lintang Selatan. Kabupaten Demak terdiri dari 14 kecamatan, 243 desa dan
6 kelurahan dengan luas wilayah 89.743 Ha. Kabupaten Demak berbatasan dengan beberapa kabupaten, diantaranya: • Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa • Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati • Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang • Barat : Kota Semarang
Hidrologi
Sumber-sumber air di wilayah Demak berupa sumber air di permukaan tanah dan air tanah. Sumber air di permukaan tanah berasal dari sungai-sungai, laut dan pantai. Sungai-sungai utama yang terdapat di wilayah Demak adalah sebagai berikut: • Sungai Jagrung • Sungai Tuntang
2
Topografi
Kabupaten Demak mempunyai kelerengan tanah yang bervariasi, yaitu 0% hingga lebih dari 40%. Kabupaten Demak didominasi dengan kelerengan 8% kebawah yang termasuk dalam kategori dataran rendah. Wilayah Kabupaten Demak terdiri atas dataran rendah, pantai serta kawasan perbukitan, dengan ketinggian permukaan antara 0 – 100 meter.
Peta Kelerengan Kabupaten Demak Sumber : BAPPEDA Demak, analisis kelompok
Geologi Struktur Geologi Kabupaten Demak terdiri dari: • Aluvium yang terdapat hampir semua kecamatan di kabupaten Demak • Miosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen • Pliosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen • Plistosen, fasies gunung api terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen • Pliosen, fasies batu gamping yaitu hanya terdapat di Kecamatan Mranggen.
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Klimatologi
Kependudukan
Sebagaimana musim di Indonesia pada umumnya, di Kabupaten Demak hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Curah hujan di Kabupaten Demak berkisar antara 1750 – 2250 mm, diklasifikasi menjadi tiga kelas. Curah hujan tertinggi (2750 – 3250 mm) mendominasi bagian utara wilayah Kabupaten Demak. Sementara jumlah hari hujan paling banyak berada di wilayah Guntur dan curah hujan tertinggi terjadi di Brumbung.
Pertumbuhan Penduduk Jumlah Penduduk 1150000
1140675
1140000
1129298
1130000
1117901
1120000 1110000 1100000
1106328 1094472
1090000 1080000 1070000 Peta Curah Hujan Kabupaten Demak Sumber : BAPPEDA Demak, analisis kelompok
Jenis Tanah
2014
2015
2016
2017
2018
Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Demak Tahun 2014 - 2018 Sumber: BPS Kabupaten Demak dan Hasil analisis penyusun
Penduduk Kabupaten Demak pada tahun 2018 sebanyak 1.140.675 jiwa. Dalam kurun waktu 2014–2018, Kabupaten Demak terus mengalami pertambahan penduduk sehingga dalam kurun waktu lima tahun laju pertumbuhannya 0,11% per tahun. Penjelasan terkait sebabsebab peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Demak akan dibahas dalam sub-sub bab selanjutnya di antaranya fertilitas, mortalitas, dan migrasi penduduk.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Demak di antaranya tanah alluvial hidromof di sepanjang pantai; regosol di sebagian besar Kecamatan Mranggen dan Karangawen; gromosol kelabu tua di wilayah Bonang, Wedung, Kebonagung, Mijen, Karanganyar, Gajah, Demak, Wonosalam, Dempet dan Sayung; serta mediteran di sebagian besar di wilayah Kecamatan Mranggen dan Karangawen.
Fertilitas dan Mortalitas
Peta Jenis Tanah Kabupaten Demak Sumber : BAPPEDA Demak, analisis kelompok
Analisis fertilitas dan mortalitas digunakan untuk menganalisis tingkat kelahiran dan kematian di Kabupaten Demak. Tingkat kelahiran tersebut dianalisis dengan Crude Birth Rate (CBR) sedangkan kematian dengan Crude Death Rate (CDR). Di Kabupaten Demak, dari tahun 2014-2017 diketahui nilai CBR terus menurun yakni sebesar 1,52, sedangkan nilai CDR fluktuatif dengan kecenderungannya turun sebesar 0,62. Secara terori apabila semakin tinggi CBR dan semakin rendah CDR maka dapat memicu peningkatan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Dalam kasus Kabupaten Demak, CBR tersebut turun lebih
3
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak signifikan dibandingkan dengan penurunan CDR, sehingga dapat disimpulkan bahwa fertilitas dan mortalitas bukan faktor utama penyebab peningkatan signifikan jumlah penduduk di Kabupaten Demak.
Tahun
CBR
CDR
2014
14,49
5,94
2015
13,08
5,59
2016
13,07
6,03
2017
12,97
5,78
tetap bertambah secara signifikan. Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2010 diketahui bahwa migrasi keluar terbesar menuju Kota Semarang, sedangkan migrasi masuk terbesar juga berasal dari Kota Semarang. Apabila diamati, rata-rata migrasi tersebut menuju ke daerah-daerah yang memiliki basis industri. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk Demak berpindah untuk mendapatkan peluang pekerjaan dari luar. Apabila dilihat dari migrasi masuk nilai tertinggi diperoleh dari wilayah yang sangat berdekatan dengan Demak, hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan terdapat pengaruh urbanisasi atau perkembangan wilayah di sekitarnya yang membutuhkan tambahan daya dukung dari Kabupaten Demak.
Kepadatan Penduduk
Tabel CBR dan CDR Kabupaten Demak Tahun 2014-2017 Sumber: BPS Kabupaten Demak dan Hasil analisis penyusun
Migrasi Penduduk Angka Migrasi Masuk dan Keluar 10000 9000 8000 7000
8888
8128
9509 8285
9010
9223 8854
9341 9265
7679
6000
Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Demak Tahun 2018 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
5000 4000 3000 2000 1000 0
Kepadatan Bruto (jiwa/km2) 2013
2014
2015
2016
Angka Migrasi Masuk
Angka Migrasi Keluar
Linear (Angka Migrasi Masuk)
Linear (Angka Migrasi Keluar)
2017
Grafik Migrasi Masuk dan Keluar Kabupaten Demak Tahun 2014-2017 Sumber: BPS Kabupaten Demak dan Hasil analisis penyusun
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah angka migrasi di Kabupaten Demak mengalami penurunan dan juga kenaikan secara fluktuatif, namun kecenderungannya (dilihat dari trendline linear) terus meningkat baik migrasi masuk maupun keluar. Secara total besar migrasi keluar lebih besar dari migrasi masuk. Kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Demak, namun pada kenyataannya jumlah penduduk
4
Kepadatan Netto (jiwa/km2)
Kepadatan Fisiologis (jiwa/km2)
Grafik Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Demak Tahun 2018 Sumber: BPS Kabupaten Demak dan Hasil analisis penyusun
Kecamatan yang memiliki kepadatan bruto tertinggi berada di Kecamatan Mranggen yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang, Kepadatan netto tertinggi berada di Kecamatan Bonang yang berada di pesisir pantai. Kondisi tersebut dikarenakan Bonang memiliki luas lahan terbangun yang sempit akibat banyaknya kawasan perikanan. Kepadatan fisiologis tertinggi berada di Kecamatan Mranggen, hal ini dikarenakan di kecamatan tersebut telah banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian untuk lahan terbangun.
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Piramida Penduduk Piramida Penduduk 60 - 64 50 - 54 40 - 44 30 - 34 20 - 24 10 - 14
110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
APK di Kabupaten Demak Tahun 2014-2018 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2014
2015
2016
SD/MI
0-4 80000 60000 40000 20000 Laki-Laki
0
Grafik Piramida Penduduk Kabupaten Demak Tahun 2018 Sumber: BPS Kabupaten Demak dan Hasil analisis penyusun
Mayoritas penduduk Kabupaten Demak tahun 2018 adalah pada jenis penduduk produktif. Peluang jumlah tenaga kerja yang tersedia tergolong tinggi, namun bisa menjadi ancaman karena dapat memungkinkan lonjakan regenerasi serta dapat menjadi aging society.
Dependency Ratio Berdasarkan hasil perhitungan di bawah, Kabupaten Demak memiliki angka ketergantungan sebesar 46,14% hal ini menunjukkan bahwa 100 penduduk berusia produktif menanggung 46 penduduk berusia tidak produktif. Angka tersebut tergolong rendah hal ini dikarenakan usia produktif di Demak jumlahnya mencapai 68,4% dari total penduduk.
Tingkat Pendidikan A. Angka Partisipasi Kasar dan Murni Tahun 2014-2018 Nilai APK Demak lebih tinggi dari APM-nya. Artinya banyak penduduk yang bersekolah di luar usia yang semestinya. Selain itu, apabila dilihat dari grafik terlihat bahwa dari tahun ke tahun angka partisipasi fluktuatif namun cenderung turun, artinya jumlah penduduk yang menempuh pendidikan di Kabupaten Demak menurun dari tahun ke tahun.
2017
SMP/MTS
2018 SM
2014
2015 SD/MI
2016
2017
SMP/MTS
2018 SM
Grafik Angka Partisipasi Kasar dan Murni Sumber: BPS Kabupaten Demak dan Hasil analisis penyusun
20000 40000 60000 80000
Perempuan
APM di Kabupaten Demak Tahun 2014-2018
B. Rata-Rata Lama Sekolah & Harapan Lama Sekolah
Pada tahun 2017, angka rata-rata lama sekolah sebesar 7.47, artinya rata-rata penduduk di Kabupaten Demak bersekolah sampai Kelas 7 menjelang kelas 8 SMP/sederajat. Angka tersebut belum memenuhi standar pendidikan minimal 12 tahun di Indonesia. Akan tetapi berdasarkan indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk Kabupaten Demak, terlihat bahwa terdapat harapan nilai tersebut mencapai 12 tahun meskipun dalam kenyataannya belum tercapai. Perbandingan antara Rata-Rata Lama Sekolah dengan Harapan Lama Sekolah 14 12 10 8
11.62 7.22
11.84 7.44
12.43
7.45
12.44
7.46
12.54
14 12
7.47
10 8
6
6
4
4
2
2
0
2013
2014
Rata-Rata Lama Sekolah
2015
2016
Harapan Lama Sekolah
2017
0
Standar Nasional
Grafik Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah Kabupaten Demak Tahun 2013-2017 Sumber: BPS Kabupaten Demak dan Hasil analisis penyusun
5
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak setiap tahunnya, sedangkan jumlah bukan Angkatan kerja menurun.
C. Tingkat Ijazah Tertinggi yang Dimiliki
Grafik Penduduk Usia Kerja
Tingkat Ijazah Tertinggi Penduduk di Atas 10 Tahun di Kabupaten Demak Tahun 2018 40.00% 30.00%
16.19%
20.00% 10.00%
2018
32.68% 25.75%
4.10%
0.00%
2017
14.51% 2.66%
0.21% 0.84%
3.04%
Belum Pernah Sekolah
Tidak punya
SD/MI/Sederajat
SMP/MTs/Sederajat
SMA/MA/Sederajat
SMK
Diploma I/II
Diploma III/Akademi
Diploma IV/S1/S2/S3
Grafik Tingkat Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Penduduk Kabupaten Demak di Atas 10 Tahun pada Tahun 2018 Sumber: Demak Dalam Angka 2019
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh mayoritas penduduk di Kabupaten Demak tahun 2018 adalah SD dan SMP. Hal ini sesuai dengan data sebelumnya terkait Rata-Rata Lama Sekolah yang menunjukkan bahwa lama sekolah hanya mencapai tingkat SMP. Apabila grafik tersebut dikalkulasikan dapat diketahui bahwa sebesar 78,72% penduduk di Kabupaten Demak belum menempuh pendidikan wajib 12 tahun, bahkan yang dapat mecapai level perguruan tinggi atau setara masih sangat minim. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas sumber daya di Kabupaten Demak, khususnya terkait dengan kemampuan bekerja atau daya saingnya.
Ketenagakerjaan
A. Penduduk Usia Kerja
Angkatan kerja merupakan penduduk yang berada pada usia produktif dan memutuskan untuk bekerja atau mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja merupakan penduduk usia produktif yang memutuskan untuk tidak bekerja karena alasan tertentu seperti menjadi ibu rumah tangga atau sedang menempuh Pendidikan. Berdasarkan grafik diatas, jumlah penduduk usia produktif dan angkatan kerja di Kabupaten Demak mengalami kenaikan
6
2016
Belum pernah sekolah 2015
0
100000
200000
300000
400000
Bukan Angkatan Kerja
500000
600000
Angkatan Kerja
700000
800000
900000
Usia Produktif
Grafik Penduduk Usia Kerja Kabupaten Demak Tahun 2015-2018 Sumber: Demak Dalam Angka 2019 dan Hasil analisis penyusun
B. Angkatan Kerja Grafik Angkatan Kerja 8444
2018
549295 557739
6445
2017
549295 555740
7013
2016
534301 541314
6455
2015 0
534301 540756
100000
200000
Mencari Kerja
300000 Bekerja
400000
500000
600000
Angkatan Kerja
Grafik Angkatan Kerja Kabupaten Demak Tahun 2015-2018 Sumber: Demak Dalam Angka 2019 dan Hasil analisis penyusun
Pada grafik ini terlihat bahwa angka angkatan kerja di Kabupaten Demak meningkat setiap tahun dari tahun 2015-2018. Meskipun probabilitas jumlah penduduk jumlah penduduk yang bekerja dan mencari kerja juga meningkat akan tetapi angka pengangguran semakin meningkat secara signifikan. Fakta tersebut menjadi pendukung asumsi bahwa migrasi keluar memang dipengaruhi oleh kurangnya lapangan pekerjaan di Kabupaten Demak yang juga berdampak pada tingginya angka pengangguran.
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak Pengangguran terbuka adalah keadaan sesorang yang sama sekali tidak bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Demak dari tahun 2015-2018 bersifat fluktuatif dan angka yang paling tinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar 86,2%.
C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 1.425 1.42
E. Persebaran Jenis Pekerjaan Penduduk (Usia >15 tahun) tahun 2017
1.415 1.41 1.405
Persebaran Jenis Pekerjaan Penduduk
1.4 1.395 1.39 1.385
13.59% 2015
2016
2017
2018
Grafik Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Demak Tahun 2015-2018 Sumber: Demak Dalam Angka 2019 dan Hasil analisis penyusun
26.61%
Persebaran Jenis Pekerjaan Penduduk 14.02%
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu. Terlihat pada grafik bahwa angka tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Demak bersifat fluktuatif. Pada tahun 2016 tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Demak tinggi hingga mencapai angka 1,49%.
14.02%
22.15% 22.15%
26.61%
23.62% 23.62%
Pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan
D. Tingkat Pengangguran Terbuka
Industri pengolahan Perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel
Tingkat Pengangguran Terbuka
Jasa kemasyarakatan
100
Lainnya
90
Grafik Persebaran Jenis Pekerjaan Penduduk Kabupaten Demak Tahun 2017 Sumber: Demak Dalam Angka 2018 dan Hasil analisis penyusun
80 70 60
Dari grafik di atas terlihat bahwa mayoritas pekerjaan penduduk Kabupaten Demak adalah di bidang pertanian, kehutanan, perburuan, dan juga perikanan. Hal ini disebabkan karena letak Kabupaten Demak berada dekat pesisir pantai sehingga banyak penduduk bekerja dibidang perikanan dan kondisi tanah yang subur.
50 40 30 20 10 0
13.59%
2015
2016
2017
2018
Grafik Pengangguran Terbuka Kabupaten Demak Tahun 2015-2018 Sumber: Demak Dalam Angka 2019 dan Hasil analisis penyusun
7
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Kesehatan
Indeks Pembangunan Manusia Angka Kematian Ibu di Kabupaten Demak Tahun 2014-2018
120 100 80 60 40 20 0
2014
2015
2016
2017
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Demak 72 70 68 66 64 62 60 58
68.95
70.1
70.41
2015
2016
2017
63.38
2013
2018
2014
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Demak
Angka Kematian Ibu
Grafik Angka Kematian Ibu di Kabupaten Demak Tahun 2014-2018 Sumber: Kabupaten Demak Dalam Angka 2018 dan Hasil analisis penyusun
Grafik Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Demak Tahun 2017 Sumber: Kabupaten Demak Dalam Angka 2018 dan Hasil analisis penyusun
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Demak Tahun 2014-2018
IPM Kabupaten Demak mencapai 70,41 pada tahun 2017, mengalami peningkatan 0,31 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan tingkat IPM tersebut, Kabupaten Demak tergolong kategori tinggi dalam hal pembangunan manusia.
8 7 6
IPM
5
No.
4 3 2 1 0
2014
2015
2016
2017
2018
Angka Kematian Ibu
Grafik Angka Kematian Bayi di Kabupaten Demak Tahun 2014-2018 Sumber: Kabupaten Demak Dalam Angka 2018 dan Hasil analisis penyusun
Angka kematian ibu di Kabupaten Demak terlihat fluktuatif sejak tahun 2014-2018 dan meningkat drastis pada tahun 2018. Angka kematian bayi juga fluktuatif, namun menurun pada tahun 2018. Kedua grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat kesehatan di Kabupaten Demak masih belum baik. Apalagi, Demak merupakan salah satu kabupaten dengan angka stunting tertinggi di Jawa Tengah.
8
69.75
1. 2. 3. 4. 5.
Tahun 2013 2014 2015 2016 2017
Indonesia 67,8 68,9 69,55 70,18 70,81
Jawa Tengah 68,3 68,78 69,49 69,98 70,52
Demak 63,38 68,95 69,75 70,1 70,41
Tabel Perbandingan IPM Indonesia, Jawa Tengah, dan Demak Sumber: Badan Pusat Statistik, Hasil analisis penyusun
Dilihat dari tabel di atas, Angka IPM Demak mendekati angka IPM Indonesia dan lebih tinggi dari angka IPM Jawa Tengah. Oleh karena itu, capaian keberhasilan pembangunan di Kabupaten Demak tergolong baik.
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Perekonomian A. Pertumbuhan PDRB Wilayah
120
PDRB ADHK
100
Berdasarkan data di bawah, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Demak mengalami fluktuasi terlihat pertumbuhan PDRB mengalami naikturun dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,24%. Setiap tahunnya terjadi turun-naik dan PDRB tertinggi diperoleh pada tahun 2015 namun pada tahun 2018 terjadi penurunan menjadi 5,37%. Hal ini dapat memberikan informasi bahwa Kabupaten Demak harus meningkatkan produktivitasnya terutama pada sektor unggulan yang dimiliki.
80
60
40
20
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Demak Tahun 2014-2018
0
2013
2014
5.93 5.04
5 4
5.56
5.37
2017
2018
4.29
3 2 1 0
2014
2015
2016
Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Demak Tahun 2014-2018 Sumber: Kabupaten Demak Dalam Angka 2018 dan Hasil analisis penyusun
2017
2018
Grafik PDRB ADHK Kabupaten Demak Tahun 2013-2018 Sumber: Kabupaten Demak Dalam Angka 2019 dan Hasil analisis penyusun
Struktur Ekonomi Kabupaten Demak Tahun 2013-2018
B. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi dapat dilihat dari PDRB ADHK berdasarkan sektor lapangan usaha. Menurut data Kabupaten Demak dalam Angka Tahun 2019, sektor yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap perekonomian Demak adalah industri pengolahan (C). Kemudian disusul oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (A) serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor (G). Sektor C dan G terus mengalami peningkatan, sedangkan sektor A nilainya fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan.
2016
Jasa lainnya Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa pendidikan Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib Jasa perusahaan Real estate Jasa keuangan dan asuransi Informasi dan komunikasi Penyediaan akomodasi dan makan minum Transportasi dan pergudangan Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor Konstruksi Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang Pengadaan listrik dan gas Industri pengolahan Pertambangan dan penggalian Pertanian, kehutanan, dan perikanan
7 6
2015
120 100 80 60 40 20 0
2013 A
B
C
2014 D
E
F
2015 G
H
I
2016 J
K
L
2017 M, N
O
P
2018 Q
R, S, T, U
Grafik Struktur Ekonomi Kabupaten Demak Tahun 2013-2018 Sumber: Kabupaten Demak Dalam Angka 2019 dan Hasil analisis penyusun
9
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
C. Sektor Basis dan Unggulan Berdasarkan analisis Location Quotient, Kabupaten Demak memiliki 7 sektor basis, yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; penyediaan akomodasi dan makan minum; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; dan jasa lainnya. Sedangkan setelah melakukan skoring kinerja perekonomian tipologi klassen, LQ, dan Shift Share, didapatkan kesimpulan sektor unggulan sebagai berikut. SKORING KINERJA PEREKONOMIAN No
Sektor Lapangan Usaha
TIPOLOGI KLASSEN
LQ
SKORING KINERJA PEREKONOMIAN SHIFT SHARE
1
Pertanian, Kehutan- Potensial an dan Perikanan
Potensial
Terbelakang
2
Pertambangan dan Penggalian
Terbelakang
Berkembang
Potensial
3
Industri Pengolahan Berkembang
Berkembang
Berkembang
4
Pengadaan Listrik dan Gas
Terbelakang
Terbelakang
Berkembang
5
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Potensial
Unggulan
Terbelakang
6
Kontruksi
Terbelakang
Terbelakang
Unggulan
7
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Potensial
Unggulan
Unggulan
Transportasi dan Pergudangan
Terbelakang
8
Terbelakang
Unggulan
No
Sektor Lapangan Usaha
TIPOLOGI KLASSEN
9
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Terbelakang
Terbelakang
Potensial
10
Informasi dan Komunikasi
Terbelakang
Berkembang
Unggulan
11
Jasa Keuangan dan Asuransi
Terbelakang
Berkembang
Unggulan
12
Real Estate
Terbelakang
Berkembang
Unggulan
13
Jasa Perusahaan
Terbelakang
Terbelakang
Unggulan
14
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Potensial
Potensial
Terbelakang
15
Jasa Pendidikan
Potensial
Unggulan
Unggulan
16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Terbelakang
Terbelakang
Unggulan
17
Jasa Lainnya
Potensial
Potensial
Unggulan
Tabel Kesimpulan Sektor Unggulan Sumber: Hasil analisis penyusun
10
LQ
SHIFT SHARE
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Pola Ruang Identifikasi Pola Ruang Pertanian sawah irigasi Pertanian sawah non irigasi Pertanian horikultura
Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan permukiman
Kebun Campur Tegalan Permukiman Makam
Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan perikanan Pola Ruang Eksisting
Kawasan peruntukan hutan Kawasan Sempadan Pantai Kawasan Sempadan Sungai Kawasan Lindung
Kolam Tambak Hutan produksi tetap Hutan produksi terbatas
Sungai
Kawasan resapan air Kawasan rawan abrasi Kawasan pantai berhutan bakau
A. Identifikasi Tutupan Lahan
Peta Tutupan Lahan Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
Peta Penggunaan Lahan Existing Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
C. Menentukan Pola Ruang Setiap tutupan lahan tersebut diidentifikasikan ke dalam klasifikasi guna lahan lalu mengerucut menjadi klasifikasi pola ruang yaitu Kawasan lindung dan Kawasan budidaya
Identifikasi pola ruang merupakan peruntukan ruang yang ada dalam suatu wilayah, dilakukan dengan menjabarkan setiap tutupan lahan yang terdapat di Kabupaten Demak meliputi; hutan, Kebun, Kolam, Tegalan, Tambak, Sawah, Sungai, Permukiman, Makam, dan Industri.
B. Identifikasi Penggunaan Lahan Existing Tutupan lahan diklasifikasikan berdasarkan jenis penggunaan lahannya untuk menentukan kesesuaian penggunaan lahan dan perencanaan kegiatan pada lahan sesuai dengan RTRW. Adapun penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Demak meliputi sungai, industri, permukiman, makam, sawah, kebun campur, tegalan, kolam, tambak, hutan produksi tetap, dan hutan produksi terbatas.
Peta Pola Ruang Existing Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
11
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Evaluasi Pola Ruang
B. Analisis Peta Sensitivity Evaluasi Pola Ruang
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis Peta Sensitivitas
Analisis Peta Developability
Evaluasi Pola Ruang Eksisting dengan Peta Developability
Evaluasi Pola Ruang Rencana dengan Peta Developability
Analisis Daya Dukung
DD Permukiman
DD Air
A. Analisis Kesesuaian Lahan Tujuan analisis ini adalah mengetahui apakah suatu lahan cocok untuk fungsi budidaya, penyangga, atau lindung. Peta kesusaian lahan dianalisis dengan menggunakan peta-peta fisik, yaitu peta curah hujan, kelerengan dan jenis tanah. Selanjutnya, 3 atribut dasar tersebut di overlay sehingga menghasilkan jenis kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya dan kawasan lindung.
Peta Sensitivity Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
C. Analisis Peta Developability
Peta Kesesuaian Lahan Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
12
Analisis sensitivity dilakukan dengan metode weighted overlay, di mana indikator yang digunakan meliputi kelerengan, guna lahan, jarak dari permukiman, jarak dari jalan utama, kepadatan penduduk, dan kerawanan bencana. Dengan melakukan analisis ini, kita dapat mengetahui area mana yang layak dibangun. Area yang sensitif berarti tidak layak untuk dibangun, sedangkan yang tidak sensitif layak untuk dibangun. Di Kabupaten Demak, tingkat sensitivitas yang paling umum adalah kurang sensitif.
Peta developability dibuat berdasarkan weighted overlay peta sensitivity, namun dengan skor yang terbalik. Dari hasil weighted overlay tersebut, dapat ditentukan daerah yang dapat dikembangkan dan tidak dapat dikembangkan. Pada area yang kurang sensitif dan tidak sensitif, area tersebut dapat dikembangkan (developable). Sedangkan area yang yang dikategorikan sensitif dan sangat sensitif, area tersebut tidak dapat dikembangkan (undevelopable). Berdasarkan peta developability, sebagian besar area yang ada di Kabupaten Demak dapat dikembangkan.
Peta Developability Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
D. Evaluasi GL Existing dengan Peta Developability Hasil evaluasi menunjukkan persentase lahan yang sesuai sebesar 98,28% dan yang tidak sesuai sebesar 1,72%. Tingkat tidak sesuai yang tinggi kebanyakan dipengaruhi oleh pola permukiman di kawasan penyangga/lindung dan kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana longsor, banjir, dan tsunami idealnya mempunyai pola ruang hutan lindung, sementara di Kabupaten Demak masih banyak ditemukan pola ruang sawah, semak belukar, kebun, bahkan permukiman pada kawasan tersebut.
D. Analisis Daya Dukung Daya Dukung Permukiman
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 luas minimal rumah sederhana (dengan asumsi 1 keluarga terdiri dari 4 orang) adalah 36m2 atau 9m2 per jiwa. Sehingga apabila mengikuti standar diatas kebutuhan lahan di Kabupaten Demak pada tahun 2039 yaitu 1.167.316 jiwa × 9 m2. Kebutuhan lahan permukiman di Kabupaten Demak pada tahun 2039 menggunakan asumsi yaitu: • Untuk 1 rumah dihuni oleh 4 orang • Kebutuhan lahan untuk satu rumah yaitu 60m2 • Jumlah penduduk Kabupaten Demak tahun 2039 sebesar 1.167.316 jiwa Sehingga apabila dijumlah dengan luas lahan permukiman saat ini dengan kebutuhan lahan permukiman pada tahun 2039 maka didapat: 15.767 Ha + 39,96 Ha = 15.806 Ha Peta Evaluasi Guna Lahan Existing Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
D. Evaluasi GL Rencana dengan Peta Developability Hasil evaluasi menunjukkan persentase lahan yang sesuai sebesar 92% dan yang tidak sesuai sebesar 8%. Nilai kesesuaian terendah ada pada kawasan peruntukan perikanan, sebab pada peta dapat diketahui bahwa 6,52% kawasan perikanan terletak pada kawasan rawan bencana abrasi.
Dari analisis ini diketahui bahwa daya dukung lahan permukiman di Kabupaten Demak bernilai 5,15 yang nilainya >1 sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Demak mampu untuk menampung penduduk di wilayahnya.
Daya Dukung Air
Ketersediaan air di Kabupaten Demak yaitu 1.115.056.775 m3/tahun, sedangkan kebutuhan airnya sebesar 1.825.080.000 m3/tahun. Nilai Daya Dukung Air diperoleh dari ketersediaan air dibagi total kebutuhan air. Hasil menunjukkan daya dukung air Kabupaten Demak sebesar 0,61 yang berarti air yang tersedia tidak mampu mencukupi kebutuhan air Kabupaten Demak (standar = 1).
Peta Evaluasi Guna Lahan Rencana Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
13
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
B. Identifikasi Agregasi Fasilitas
Struktur Ruang Identifikasi Struktur Ruang A. Identifikasi Agregasi Permukiman Identifikasi agregasi permukiman dilakukan untuk menentukan simpulsimpul perkotaan atau pusat pelayanan yang ada di Kabupaten Demak. Tahap penentuan simpul tersebut adalah sebagai berikut Identifikasi peta kawasan perkotaan berdasarkan status yang ditetapkan oleh BPS Kabupaten Demak
Identifikasi kawasan permukiman berdasarkan peta guna dari Bappeda Kabupaten Demak
Overlay peta kawasan perkotaan dan kawasan permukiman
Penentuan simpul perkotaan pada agregasi pusat-pusat permukiman yang diidentifikasi dengan batas kecamatan
Diperoleh peta simpul perkotaan Kabupaten Demak
Dilakukan analisis ketetanggan
Dari hasil analisis diketahui bahwa dari dari 14 kecamatan yang ada, hanya Guntur dan Bonang yang tidak memiliki kawasan perkotaan, sehingga di kedua kecamatan tersebut tidak terdapat simpul perkotaan. Kemudian dilakukan analisis ketenggaan untuk menentukan permukiman perkotaan tersebar secaea mengelompok, acak atau merata. Adapun hasil analisis menunjukkan indeks ketetanggaan Kabupaten Demak bernilai 1,267. Nilai tersebut menunjukkan bahwa persebaran permukiman di Kabupaten Demak berpola acak (tersebar tidak merata).
14
Penentuan pusat-pusat permukiman di perkotaan berdasarkan agregasi fisik bangunan dengan batas kelurahan
Agregasi fasilitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana simpul perkotaan yang dilayani oleh fasilitas yang ada. Untuk menentukan agregasi ini, dilakukan overlay persebaran fasilitas dengan kumpulan permukiman perkotaan. Dengan begitu, maka terlihat fasilitas-fasilitas yang berada didalam area simpul layanan permukiman.
Peta Agregasi Fasilitas Sumber: Hasil analisis penyusun
C. Identifikasi Agregasi Jaringan Penghubung Agregasi jaringan penghubung dilihat dari overlay simpul permukiman dan jaringan jalan. Simpul permukiman yang dilalui oleh jalan arteri memiliki hierarki 1, sedangkan yang dilalui oleh jalan kolektor memiliki hierarki 2, dan yang dilalui jalan lokal memiliki hierarki 3. Data tersebut kemudian diolah dengan pertimbangan skalogram agar dapat dilakukan scoring terhadap setiap simpul dengan indikator fasilitas dan jaringan jalan. Peta Simpul Permukiman Sumber: Hasil analisis penyusun
Peta Agregasi Jaringan Penghubung Sumber: Hasil analisis penyusun
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
D. Analisis Skalogram Guttman
E. Analisis Sentralis Marshall
Analisis Skalogram Guttman menggunakan pendekatan ada (1) dan tidak ada (0) suatu fasilitas tanpa pertimbangan jumlah dari jenis fasilitas tersebut. Untuk menentukan hierarki dari suatu simpul, perlu dicari jumlah orde dari intervalnya. Hasil pemeringkatan adalah sebagai berikut. Perkotaan
Jumlah
Orde
Mranggen
8
I
Karangawen
5
Sayung Karangtengah
Analisis Indeks Sentralis Marshall dilakukan dengan menggunakan angka jumlah fasilitas yang ada kemudian ditentukan bobot pada masingmasing fasilitas. Adapun melalui analisis sentralis Marshall didapat data sebagai berikut. Perkotaan
Indeks
Orde
Mranggen
585,04
I
III
Karangawen
112,83
III
4
IV
Sayung
76,56
IV
5
III
Karangtengah
75,50
III
Demak
7
I
Demak
338,52
I
Wonosalam
3
V
Wonosalam
33,32
V
Dempet
5
III
Dempet
71,50
III
Kebonagung
7
I
Kebonagung
79,89
I
Gajah
2
V
Gajah
19,46
V
Karanganyar
5
III
Karanganyar
56,95
III
Mijen
4
IV
Mijen
24,33
IV
Wedung
3
V
Wedung
50,42
V
Tabel Orde Perkotaan berdasarkan Analisis Skalogram Sumber: Hasil analisis penyusun
Tabel Orde Perkotaan berdasarkan Analisis Sentralis Marshall Sumber: Hasil analisis penyusun
Berdasarkan data diatas maka diperoleh hasil hierarki perkotaan I – V. Perkotaan Mranggen, Demak, dan Dempet memiliki orde tertinggi yaitu orde I, sedangkan orde terendah diperoleh Wonosalam, Gajah, dan Wedung.
Berdasarkan data diatas maka diperoleh hasil hierarki perkotaan I – V. Hierarki tertinggi berada di Perkotaan Mranggen dengan orde I, kemudian disusul Perkotaan Demak dengan orde III, sementara perkotaan lain berada di orde V.
15
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
F. Kategorisasi Hierarki Perkotaan Setelah melakukan analisis skalogram dan sentralitas kemudian dibandingkan denngan kriteria suatu pusat kegiatan untuk menentukan skala layanan (PKN, PKW, PKL, PPK, PPL). Kriteria yang akan digunakan mengacu pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Perkotaan Mranggen
Skalogram
Sentralis Marshal
Klasifikasi Pelayanan
I
I
PKL
Karangawen
III
III
PPK
Sayung
IV
IV
PPK
Karangtengah
III
III
PPK
Demak
I
I
PKL
Wonosalam
V
V
PPL
Dempet
III
III
PPK
Kebonagung
I
I
PPK
Gajah
V
V
PPK
Karanganyar
III
III
PPK
Mijen
IV
IV
PPK
Wedung
V
V
PPL
Tabel Perbandingan Hasil Analisis Skalogram Guttman, Marshall dengan pertimbangan Matriks Penentuan Pelayanan Sumber: Hasil analisis penyusun
Dari pertimbangan hasil analisis Skalogram, Marshall, dan Matriks Penentuan Pelayanan didapat bahwa Perkotaan Mranggen dan Perkotaan Demak termasuk ke dalam PKL. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pada hasil analisis Skalogram dan Marshall, didapat bahwa Perkotaan Mranggen termasuk kedalam ordo I. Sedangkan untuk Perkotaan Demak termasuk kedalam ordo I (skalogram) dan III (Marshall).
16
Evaluasi Performa Struktur Ruang A. Evaluasi Hierarki Perkotaan dengan RTRW Berdasarkan analisis, diketahui bahwa dari 12 simpul perkotaan dua di antaranya memiliki klasifikasi pelayanan yang berbeda dengan rencana yang ditetapkan oleh RTRW Kabupaten Demak Tahun 2011-2031, yaitu Gajah dan Wedung. Berdasarkan analisis kedua perbedaan tersebut menunjukkan hasil yang lebih rendah dari arahan RTRW, hal ini dimungkinkan terjadi sebab RTRW merupakan rencana, sehingga wajar apabila kondisi existing belum mencapai rencana yang telah ditetapkan. Meskipun begitu perbedaan tersebut juga dapat dikarenakan adanya perbedaan data fasilitas-fasilitas yang tersedia di perkotaan, sebab penyusun laporan ini menggunakan data fisik serta data input manual dari Google Maps.
B. Evaluasi Tingkat Aksesibilitas Evaluasi aksesbilitas menggunakan geoprocessing berupa buffer untuk menentukan jarak jangkauan kemudahan pelayanan suatu fasilitas. Setelah itu, masing-masing jenis fasilitas di-overlay untuk menentukan agregasi permukiman dengan aksesbilitas yang paling tinggi. Semakin gelap suatu agregasi permukiman, maka tingkat aksesbilitas fasilitas semakin tinggi. Analisis aksesbilitas di Kabupaten Demak menunjukkan bahwa permukiman di perkotaan Demak mempunyai aksesbilitas paling tinggi.
C. Evaluasi Tingkat Konektivitas 1. Indeks Alpha (ι) Kabupaten Demak memiliki indeks alpha 0,105 yang berarti masih jauh dari angka maksimal yang bisa dicapai. Rendahnya angka indeks alpha ini mengindikasikan masih banyak simpul yang belum terhubung secara optimal. 2. Indeks Beta (β) Nilai indeks beta di Kabupaten Demak adalah 1,08. Semakin mendekati angka 1, konektivitas semakin baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jumlah simpul dan jaringan yang ada memiliki efisiensi yang tinggi.
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak 3. Indeks Gamma (Îł) Nilai indeks gamma berkisar antara 0 hingga 1. Nilai 1 berarti seluruh jaringan terkoneksi sempurna. Nilai indeks gamma di Kabupaten Demak yaitu 0,43. Hal tersebut menandakan bahwa terdapat beberapa simpul yang belum terhubung, misalnya simpul di Kecamatan Karangawen dan Kebonagung.
B. Evaluasi Tingkat Mobilitas Metode pengukuran yang digunakan dalam analisis mobilitas adalah metode detour index. Nilai detour index digunakan untuk menghitung efisiensi jaringan jalan yang menghubungkan antara satu simpul dengan satu simpul lainnya. Nilai detour index semakin mendekati 1 (satu) maka semakin efisien jaringan jalan yang menghubungkan kedua simpul tersebut. Dari perhitungan, terdapat beberapa jaringan penghubung kecamatan yang belum efisien, yaitu Mijen-Wedung, Wonosalam-Mijen, Demak-Wonosalam, Sayung-Karangtengah, dan Karangawen-Mranggen.
C. Evaluasi Tingkat Interaksi Besarnya interaksi antarsimpul dapat dianalisis melalui perhitungan model gravity. Untuk perhitungan tersebut diperlukan data jumlah penduduk yang dibedakan menjadi penduduk daerah asal dan daerah tujuan. Selain kedua aspek tersebut untuk perhitungan juga diperlukan aspek lain yaitu jarak antarsimpul. Perhitungan ini menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk perkotaan merupakan kepatadan penduduk per kecamatan dikali dengan luas lahan perkotaan yang diperoleh dari peta overlay permukiman dan perkotaan. Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa simpul perkotaan yang paling banyak berinteraksi dengan simpul lainnya adalah Demak. Kemudian disusul oleh Wonosalam dan Mranggen. Demak dan Wonosalam memiliki tingkat interaksi yang tinggi karena letaknya strategis di pusat kota, sedangkan Mranggen memiliki interaksi yang tinggi karena lokasinya berdekatan dengan kota Semarang yang tak lain adalah magnet pertumbuhan di sekitarnya. Sedangkan simpul perkotaan yang memiliki interaksi terendah adalah Wedung, hal tersebut dikarenakan simpul kota Wedung secara fisik terlihat bahwa letaknya berada pada daerah paling pesisir Kabupaten Demak sehingga keterjangkauan dengan simpul lainnya rendah.
Kapasitas Sarana Wilayah A. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Demak menurut SNI 031733-2004 jumlahnya tidak memenuhi standar. Hanya pada tingkat pendidikan TK yang jumlahnya sudah memenuhi kebutuhan menurut SNI. Sarana pendidikan pada tingkat diatasnya belum memenuhi dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Demak. Sarana Pendidikan tingkat SMP yang ada di Kabupaten Demak letaknya terpusat di beberapa kecamatan saja dan banyak terletak di bagian barat yang dekat dengan Semarang. Sarana Pendidikan setingkat SMA di Kabupaten Demak paling banyak jumlahnya di Kecamatan Demak yang sekaligus menjadi pusat dari Kabupaten Demak. Sarana Pendidikan
Jumlah Sarana Tersedia
Standar Jumlah Penduduk
Jumlah Kebutuhan Sarana
Keterangan
TK
985
1.250
912
Memenuhi
SD Sederajat
494
1.600
712
Belum memenuhi
SMP Sederajat
84
4.800
237
Belum memenuhi
SMA Sederajat
93
4.800
237
Belum memenuhi
Tabel PJumlah Sarana Pendidikan Kabupaten Demak Sumber: Hasil analisis penyusun
B. Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan di Kabupaten Demak menurut SNI 03-1733-2004 jumlahnya sudah memenuhi standar yang dibutuhkan. Dari peta sebaran sarana kesehatan, dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang ada terpusat di Kecamatan Demak yang juga merupakan pusat dari Kabupaten Demak. Sarana kesehatan yang ada letaknya tidak menyebar, bagian-bagian pinggiran Kabupaten Demak hanya sedikit memiliki sarana kesehatan.
17
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak Dari peta sebaran sarana kesehatan, dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang ada terpusat di Kecamatan Demak yang juga merupakan pusat dari Kabupaten Demak. Sarana kesehatan yang ada letaknya tidak merata, sebab bagian-bagian pinggiran Kabupaten Demak hanya sedikit memiliki sarana kesehatan.
D. Sarana Perekonomian
Peta Sebaran Sarana Kesehatan Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
C. Sarana Peribadatan Sarana peribadatan di Kabupaten Demak menurut SNI 03-1733-2004 jumlahnya sudah memenuhi standar. Kabupaten Demak yang juga dikenal sebagai kota wali yang kental dengan budaya dan juga keagamaannya, sehingga sudah semestinya sarana peribadatan di Kabupaten Demak sudah memenuhi standar. Sarana Peribadatan di Kabupaten Demak letaknya menyebar dan jumlahnya banyak di seluruh Kabupaten Demak, seperti yang terlihat pada peta sebaran peribadatan berikut ini.
18
Sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten Demak diantaranya berupa koperasi, pasar swalayan dan pasar tradisional. Apabila dilihat berdasarkan peta sebaran sarana perekonomian, sarana yang ada telah menjangkau sebagian besar kecamatan di Kabupaten Demak dengan baik. Namun, masih terdapat beberapa wilayah kabupaten yang belum terjangkau dengan baik, misalnya Kecamatan Gajah dan Kecamatan Wedung walaupun jumlah sarana perekonomian yang ada sudah memenuhi SNI.
Peta Sebaran Sarana Perdagangan Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
E. Sarana Pariwisata
Peta Sebaran Sarana Peribadatan Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
Demak terkenal akan wisata religinya, seperti Masjid Agung Demak dan Museum Masjid Agung Demak, Makam Sultan Fatah, dan Makam Sunan Kalijaga. Selain itu, terdapat wisata lain yang cukup terkenal di Kabupaten Demak, yaitu Pantai Morosari dan Taman Ria. Adapun tempat wisata yang berpotensi di Kabupaten Demak, yaitu Pantai Istambul, Makam Terapung Syekh Mudzakir, Desa Wisata Tlogoweru, Agrowisata Belimbing dan Jambu Merah Delima, dan Pantai Glagah Wangi.
Peta Sebaran Sarana Pariwisata Sumber: BAPPEDA, hasil analisis penyusun
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Kapasitas Prasarana Wilayah A. Prasarana Air Bersih Di Kabupaten Demak sebanyak 83,54% rumah tangga sudah dapat mengakses sumber air minum bersih (berasal dari air kemasan, air isi ulang, leding, dan lain-lain), 23,33% dapat mengakses sumber air minum layak (berasal dari leding, air hujan, sumur), dan 82,89% dapat mengakses air layak (gabungan dari air minum bersih dan air minum layak). Angka tersebut tergolong tinggi dan mengindikasikan bahwa mayoritas penduduk Demak sudah terhubung dengan akses air. Akan tetapi, Berdasarkan data cakupan layanan PDAM Kabupaten Demak, hanya sebesar 25,92% dari total jumlah penduduk yang menggunakan air bersih PDAM.
B. Prasarana Persampahan Pengelolaan dan penyediaaan sarana pengolahan dan pembuangan akhir sampah adalah merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Demak. Saat ini hanya 5 kecamatan dari 14 kecamatan yang memiliki TPS, 28 TPS sampah di Kecamatan Demak, 2 TPS sampah di Kecamatan Wonosalam, 1 TPS sampah di Kecamatan Karangtengah, 3 TPS sampah di Kecamatan Sayung dan 1 TPS sampah di Kecamatan Mranggen. Masih ada tiga TPS sampah yang belum aktif, yaitu 1 di Kecamatan Karangtengah, 1 di Kecamatan Sayung, 1 di Kecamatan Demak dan TPS yang tersedia tersebut adalah TPS jenis bak terbuka. TPA sampah yang tersedia di Kabupaten Demak adalah TPA Kalikondang dan TPA Candisari. Pada tahun 2018, volume sampah yang terangkut baru mencapai 69,92%. Hal ini menunjukkan bahwa sarana persampahan di Kabupaten Demak masih belum memadai.
C. Prasarana Jaringan Jalan Jaringan jalan di Kabupaten Demak terdiri dari jalan arteri primer, kolektor primer, lokal primer dan jalan lingkungan. Untuk jaringan jalan arteri merupakan jalur pantura yang membelah Kabupaten Demak dari Kota Semarang menuju Kabupaten Kudus. Berdasarkan jenis permukaan jalan, jaringan jalan diklasifikasi menjadi aspal, kerikil, beton dan tanah. Jaringan jalan di Kabupaten Demak didominasi oleh jalan beton yang mencapai 407.116 km atau 95,45% dari total keseluruhan panjang jalan.
Berdasarkam kondisi jalan, jaringan jalan di Kabupaten Demak pada umumnya memiliki kondisi baik mencapai 388.943 atau 91,19% dari total keseluruhan jalan. Walaupun kondisi rusak berat mencapai 19.021 atau 4,46%
D. Prasarana Transportasi Sarana transportasi umum yang ada di Kabupaten Demak berupa terminal Tipe A di Kecamatan Demak, terminal tipe B di Kecamatan Mranggen, dan terminal tipe C di Kecamatan Karangawen. Selain terminal, juga terdapat stasiun kereta api dengan tipe C di Kecamatan Mranggen. Berdasarkan SNI 03-1733-2004, jangkauan sarana transportasi yang ada belum cukup baik menjangkau di Kabupaten Demak secara keseluruhan. Masih terdapat kecamatan yang belum berada di jangkauan pelayanan sarana transportasi
E. Prasarana Listrik Pada Kabupaten Demak, 249 desa/kelurahan di 14 setiap kecamatan telah mendapatkan peneranganlistrik dari PLN. Jumlah pelanggan listrik pada tahun 2018 sebanyak 281.392, pelanggan dengan daya tersambung sebanyak 348.517.355 (VA), dan energi terpakai sebesar 67.981.485 (KWh). Selain itu dari grafik jumlah pelanggan terus meningkat dari tahun 2014 hingga 2018. Jumlah Pelanggan 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 2014
2015
2016
2017
2018
Grafik Jumlah Pelanggan Listrik Sumber: Kabupaten Demak dalam Angka 2019
19
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Potensi dan Masalah
Pohon Potensi Memiliki potensi wisata
Terdapatnya potensi pengembangan pantai dan hutan mangrove
Akibat Permasalahan Sebab
Berkembangnya wisata religi
Memiliki potensi industri
Menjadi penyangga pangan nasional
Luasnya lahan pertanian dan perkebunan
Terdapat potensi pengembangan sektor perikanan
Kontribusi sektor industri tertinggi dan terus meningkat
Aksesbilitas dengan daerah lain baik.
Menarik investasi
Sejarah pusat penyebaran agama Islam di Jawa
Terletak di pesisir pantai utara
Dominansi guna lahan tak terbangun
Dekat dengan Kota Semarang (pusat pertumbuhan)
Dilalui jalan nasional pantura
Pohon Masalah Pertumbuhan ekonomi tidak stabil Mengurangi produktivitas dan kualitas hidup masyarakat
Tidak optimalnya pengelolaan sumber daya.
Tidak adanya industri pengolahan yang memberikan added value produk Pariwisata tidak berkembang optimal. Ketimpangan status jalan dan tingkat interaksi di Demak bag. Utara dan Selatan
Jangkauan pelayanan air baku kurang
Aksesbilitas dan akomodasi wisata religi kurang mendukung
Sarpras tidak merata/tidak memenuhi standar kebutuhan.
20
Produksi sektor perikanan fluktuatif Kenaikan air laut dan penurun an muka tanah
Produksi pertanian, perkebunan fluktuatif dan tidak optimal
Kekeringan
Abrasi
Pengaruh climate change dan kondisi geografi
Alih fungsi lahan tidak terbangun menjadi industri dan permukiman
Pembangunan tidak merata
Pengangguran terbuka tinggi.
Pembangunan ke arah Semarang
Skill dan daya saing SDM rendah Tingkat pendidikan rendah (mayoritas tidak menempuh pendidikan wajib 12 tahun).
Banjir rob
Pengaruh perkembangan daerah lain (Semarang)
Kesadaran masyarakat agraris untuk menempuh pendidikan rendah.
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Isu Strategis
•
Isu 1: Pengaruh Wisata Religi Terhadap Daya Tarik Kabupaten Demak sebagai Kota Wali
•
Alya Nathasya Putri (45460)
•
Kabupaten Demak dilewati oleh jalur pantura sehingga banyak dilewati atau dikunjungi oleh masyarakat dari luar daerah. Selain itu, Kabupaten Demak memiliki daya tarik tersendiri. Kabupaten Demak merupakan wilayah yang menjadi tempat berdirinya kerajaan islam pertama yang ada di Pulau Jawa. Kerajaan ini bernama Kerajaan Demak dimana kerajaan ini memiliki peranan penting dalam penyebaran agama islam di Pualu Jawa yang disebarkan oleh Wali Songo. Dari sejarah tersebut menyebabkan Kabupaten Demak memiliki peninggalanpeninggalan berupa makam Raja Demak, makam Sunan Kalijaga, masjid agung, serta kerajinan seni islam berupa rebana dan kaligrafi. Peninggalan-peninggalan ini menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi objek wisata Kabupaten Demak. Pariwisata merupakan salah satu hal yang menjadi fokus pemerintah Kabupaten Demak karena pariwisata dinilai berpotensi dan layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dalam perumusan RTRW Kabupaten Demak tahun 2011-2031 yang disebutkan bahwa tujuan penataan ruang Kabupaten Demak adalah mewujudkan ruang wilayah daerah berbasis sektor pertanian dan perikanan yang unggul dengan didukung sektor perdagangan dan jasa, industri, usaha mikro kecil menengah, dan pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersier masyarakat. Sektor pariwisata juga menjadi daya tarik tersendiri dari suatu daerah sehingga dapat menarik para pendatang dan dapat meningkatkan perekonomian daerah. Upaya-upaya yang direkomendasikan untuk memaksimalkan objek wisata adalah: • Peningkatan Atraksi Perlu terus adanya inovasi agar atraksi yang ditawarkan di objek wisata terus berkembang. • Peningkatan Infrastruktur dan pelayanan pariwisata
Menambah fasilitas rumah makan dan jumlah penginapan. Peningkatan Aksesibilitas Memperbaiki kualitas jalan menuju tempat wisata, penyediaan transportasi wisata. Peningkatan Informasi dan Promosi Branding Menggunakan teknologi (sosial media) untuk promosi, pembuatan event/festival. Pembentukan Manajemen Pariwisata Membuat rencana pengembangan objek pariwisata sehingga objek wisata religi berupa situs budaya dan sejarah maka akan terus terjaga
Isu 2: Peluang dan Tantangan Pengembangan Kawasan Industri untuk Mendukung Demak sebagai Kantong Industri Jawa Tengah Alya Puspita (45461) Mulai tahun 2018 Kabupaten Demak telah ditetapkan sebagai kantong Industri di Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan perindustrian di kabupaten tersebut dinilai progresif dan menguntungkan. Saat ini kontribusi sektor tersebut menempati peringkat keempat di Jawa Tengah setelah Kabupaten Kudus, Kabupaten Semarang, dan Kota Semarang. Untuk internal kabupaten industri telah menyumbang nilai PDRB ADHK terbesar, 29,26%. Tak heran apabila pengembangan industri masuk ke dalam arah pengembangan dan strategi RTRW dan RPJP. Menurut RTRW, akan dilakukan pengembangan kawasan industri dengan memperhatikan efektivitas ruang. Sedangkan di dalam RPJP, untuk mewujudkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi maka diposisikan industri sebagai sektor unggulan. Untuk mewujudkannya Kabupaten Demak tengah membangun kawasan industri baru (perluasan dari sebelumnya) di Kecamatan Sayung, yang berdekatan dengan Semarang, sebesar 523% dari luas eksisting 569 Ha. Dalam pengembangan kawasan industri tersebut terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan. Dari segi opportunity-strength terdapat comparative advantages untuk tumbuh dan bersaing dengan daerah lainnya secara ekonomi; namun dari threat-strength diketahui terdapat aspek mobilization akibat lokasi strategisnya yang juga sekaligus menuntut optimalisasi agar tidak kalah dari Semarang; kemudian dari opportunity-weakness terdapat divestment berupa
21
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak belum cukupnya fasilitas serta sumber daya manusia dalam menghadapi investasi masuk, sebab saat ini 78% penduduk Demak belum menempuh pendidikan tinggi atau keahlian khusus; serta dari threat-weakness terdapat aspek demage terkait ancaman alih fungsi lahan serta kebencanaan, menurut Suryanti (2015), hal tersebut dikarenakan kawasan industri terletak di area yang rawan penurunan tanah hingga 1,5 m serta terancam tergenang banjir dan rob. Selain menggunakan analisis SWOT isu ini juga dianalisis dengan causal loop dan terbukti bahwa industri tetap dapat dikembangkan karena dapat mendatangkan keuntungan yang sangat besar namun agar tidak terhambat perlu dilakukan perbaikan sebagai berikut. • Terkait comparative advantages perlu ditingkatkan misalnya dengan menambah ciri khas industri daerah melalui penggunaan bahan baku lokal. • Terkait mobilization dan damage control perlu dibangun infrastruktur seperti jalan dan tol tanggul laut untuk meminimalisasi ancaman rob dari laut yang juga memperparah penurunan lahan. Selain itu juga perlu pembatasan kawasan industri secara tegas. • Terkait divestment perlu adanya peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan.
menjadi terganggu. Tidak hanya itu, karena Jalan Pantura Semarang – Demak merupakan Jalan Nasional yang strategis dalam menghubungkan daerah-daerah sekitar, sehingga jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut pada jam-jam tertentu dan pada hari libur nasional sangat banyak jumlahnya sehingga dapat menimbulkan kemacetan. Dengan adanya Tol Tanggal Laut Semarang – Demak nantinya dapat memberikan dampak bagi Kabupaten Demak baik dari segi aksesibilitas maupun dari segi kebencanaannya (dalam hal ini adalah banjir rob). Untuk mengatasi dampak negatif yang dapat terjadi di kemudian hari akibat dari adanya pembangunan Tol Tanggul Laut Semarang – Demak, perlu dilakukan perencanaan pembangunan tol yang ramah lingkungan agar ekosistem alam di sekitar jalan tol dapat terjaga kelestariannya. Selain itu, pembangunan jalan tol ini juga harus memperhatikan dari segi konstruksinya mengingat pada Kecamatan Sayung saat ini sudah mengalami penurunan muka tanah yang cukup parah sehingga harus memperhatikan dari segi konstruksinya agar pembangunan Jalan Tol Tanggul Laut Semarang – Demak tidak memperparah penurunan muka tanah yang sudah terjadi sebelumnya. Selanjutnya, dalam melakukan pembebasan lahan, para stakeholder perlu mematuhi regulasi yang ada agar pembebasan lahan ini dapat berjalan dengan lancar sehingga pembangunan jalan Tol Tanggul Laut dapat selesai sesuai dengan target yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Isu 3: Dampak Proyek Strategis Nasional Tol Tanggul Laut Terhadap Aksesibilitas dan Kebencanaan
Isu 4: Potensi dan Kendala Pengembangan Kabupaten Demak sebagai Penyangga Pangan Nasional
Anisya Febriana (45462)
Annisa Nisita N. (45463)
Pembangunan Tol Tanggul Laut Semarang – Demak merupakan infrastruktur fisik yang akan dibangun dari Kaligawe – Demak sepanjang 27 km. Pembangunan jalan tol ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas di Jawa Tengah sehingga dapat memudahkan distribusi barang dan jasa. Dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi dapat membangkitan perekonomian masyarakat Kabupaten Demak. Selain itu, pembangunan ini juga untuk mendukung kawasan industri yang berada di perbatasan Semarang dan Demak. Jalan Tol Semarang – Demak terintegrasi dengan tanggul laut yang berfungsi sebagai penahan banjir rob yang selalu datang tiap tahun apabila sedang pasang air laut atau musim hujan. Banjir rob yang kerap kali datang menggenangi Jalan Pantura membuat aksesibilitas masyarakat Demak maupun para pengendara yang melewati Jalan Pantura
Pangan merupakan kebutuhan yang pertama dan utama bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Kebutuhan pangan berbanding lurus dengan jumlah penduduk, sehingga meningkatnya jumlah penduduk perlu diimbangi dengan penyediaan pangan yang cukup. Kenyataannya, produksi hasil pertanian dan kontribusi terhadap pendapatan daerah maupun nasional kian menurun (BPS, 2017). Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki fungsi sebagai daerah penyangga pangan nasional. Salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang menghasilkan produk pertanian dengan sangat baik adalah Kabupaten Demak. Kualitas hasil pertanian seperti buah, padi, sayur, dan palawija dinilai unggulan, sehingga Demak ditetapkan sebagai salah satu dari
22
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak sepuluh penyangga pangan nasional oleh Kementrian Pertanian. Namun, sektor pertanian Kabupaten Demak menemui beberapa kendala yang berpotensi menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Setiap tahun, Kabupaten Demak mengalami bencana kekeringan. Embung dan sumur kekurangan pasokan air bahkan mengering sehingga menyebabkan beberapa lahan pertanian kekurangan pasokan air dan gagal panen. Selain kekeringan, Kabupaten Demak dihadapkan dengan alih fungsi lahan pertanian. Sejak tahun 2003-2010 telah terjadi konversi lahan pertanian berupa sawah dan tegalan seluas 489,59 ha (Rokhmah, 2012). Apabila hal tersebut terus terjadi, produktivitas pertanian di masa mendatang akan kian menurun. Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian, saat ini terdapat aturan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Demi mempertahankan statusnya sebagai penyangga pangan nasional, Kabupaten Demak harus menempuh upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang mengancam sektor pertaniannya, antara lain: • Mematuhi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) serta RTRW Kabupaten Demak 2011-2031; • Meningkatkan produktivitas pada lahan pertanian melalui pengadaan infrastruktur pendukung kegiatan pertanian, terutama pengairan. Sosialisasi, pelatihan bagi tenaga kerja, dan penyerapan tenaga kerja yang berada di sekitar lahan pertanian pangan juga penting untuk dilakukan guna meningkatkan efisiensi produksi pertanian pangan; • Permasalahan sosial dan kependudukan dapat diatasi melalui programprogram seperti penggalakan wajib belajar 12 tahun serta sosialisasi terkait pola asuh kepada calon orang tua; • Ancaman kekeringan perlu dipetakan untuk mengetahui tingkat kerentanan lahan pertanian; • Dalam memproduksi produk pangan sebaiknya mengacu pada skala prioritas jenis tanaman hemat air (sesuai arahan Rencana dan Program Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Demak); • Diversifikasi pangan harus digalakkan kembali, misalnya dengan menginventarisasi dan mengevaluasi sumber-sumber pangan karbohidrat non-konvensional seperti umbi-umbian yang banyak tumbuh di hutan-hutan dan lahan-lahan perkebunan.
Implikasi Banjir Rob Terhadap Sosial Ekonomi dan Permukiman Askif Azikri (45464) Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk terus bertambah dan kegiatannya pun juga meningkat seperti menghasilkan zat polutan yang berakibat kepada kenaikan suhu di seluruh permukaan bumi. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah mencairnya es di kutub utara maupun selatan sehingga menaikkan tinggi permukaan air laut yang dapat menenggelamkan daratan yang ada. Berdasarkan laporan dari IPCC, pada kurun waktu 100 tahun sejak tahun 2000, permukaan air laut akan naik 15-90 cm dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm. DLHK Kabupaten Demak juga mengutarakan bahwa terjadi penurunan permukaan tanah sebesar 15 cm per tahunnya. Kabupaten Demak merupakan kabupaten yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang juga mengalami climate change seperti banjir rob. Selain disebabkan oleh cimate change, juga disebabkan oleh kegiatan yang berada di kawasan pesisir tersebut seperti pembangunan industri dan beban jalan pantura yang berakibat kepada penurunan permukaan tanah. Dalam beberapa tahun terakhir, sebanyak 10 desa di Kecamatan Sayung terendam oleh banjir rob dan bahkan beberapa desa sudah tenggelam akibat banjir rob ini. Berdasarkan metode kerentanan oleh Hahn et al (2009) memberikan gambaran mengenai dampak yang ditimbulkan terhadap sosio-ekonomi dan permukiman masyarakat dengan melakukan pembobotan sesuai dengan standar yang berlaku. Hasil perhitungan dengan skoring dari metode ini yang meliputi aspek tingkat pendidikan, rasio ketergantungan, rata-rata jumlah anggota keluarga, perumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, pendapatan, mata pencarian, dan permukiman yang terkena dampak menunjukkan hasil bahwa Kabupaten Demak khususnya kawasan pesisir sebagian besar mengalami kerentanan terhadap banjir rob. Apabila hal ini dibiarkan maka penduduk dengan mata pencarian berupa nelayan dan pertanian akan kehilangan sumber pendapatannya dan juga akan mengancam kawasan industri yang merupakan sektor kontribusi terbesar di PDRB ADHK akan mengalami penurunan. Dalam mengatasi hal tersebut ada beberapa rekomendasi yang dapat ditearapkan seperti pembangunan tol tanggul laut yang dapat menahan dan mengurangi abrasi serta arus gelombang laut. Kemudian juga dapat menanam hutan bakau yang memilki akar yang kuat sehingga dapat menahan arus gelombang laut dan abrasi sehingga potensi banjir rob dapat berkurang.
23
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Kesiapan Masyarakat Kabupaten Demak Ditinjau dari Perspektif Pendidikan untuk Menghadapi Transformasi Struktural Ekonomi Chrysan Easter Bhanuwati (45466) Kabupaten Demak mengalami transformasi struktural dilihat dari kontribusi PDRB ADHK sektor primer yang mendominasi yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan yang terus menurun diiringi dengan kontribusi PDRB ADHK sektor sekunder dan tersier yang mendominasi yaitu industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran yang semakin meningkat. Akan tetapi, pendapatan per kapita masyarakat sebagai dampak dari adanya transformasi struktural justru digolongkan sebagai daerah yang tertinggal jika dianalisis dengan analisis tipologi klassen yang juga membandingkan pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak dengan provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut menyebabkan Kabupaten Demak mengalami unbalanced transformation. Selain itu, pengelolaan SDM Kabupaten Demak tidak optimal sehingga kualitas SDM di Kabupaten Demak kalah saing dengan wilayah lain. Kualitas SDM di Kabupaten Demak dilihat berdasarkan standar penjaminan mutu Kementrian Pendidikan, yaitu: angka melek huruf, persebaran sarana pendidikan sesuai SNI, ijazah tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak putus sekolah, jumlah anak yang belum menempuh wajib belajar 9 tahun dan mindset masyarakat agraris Kabupaten Demak yang menganggap skill upgrading tidak diperlukan. Dalam hal ini, transformasi struktural yang ada di Kabupaten Demak akan berpotensi memunculkan sektor-sektor informal sebagai imbas skill masyarakat Kabupaten Demak yang belum memenuhi syarat untuk bekerja di sektor sekunder dan tersier. Menurut Radarsemarang (2017), sebanyak 5000-an penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor informal. Selain itu, adanya mindset untuk tidak melakukan skill upgrading juga dapat berpotensi munculnya poverty trap (Iswanto, 2008). Menurut data Kabupaten Demak Dalam Angka 2019, jumlah penduduk miskin Kabupaten Demak sebanyak 141.100 jiwa atau sekitar 12,5% dari total penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya dan penanganan khususnya secara spasial untuk mengatasi kemungkinan dampak yang akan terjadi tersebut. Upaya yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: • Membangun sarana pendidikan di lokasi yang strategis. • Membuat pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. • Memperbaiki dan meningkatkan kualitas saramna infrastuktur jalan.
24
Pengaruh Urban Sprawl Kota Semarang Terhadap Perkembangan Pembangunan Demak Ihsan Rafsanjani Indra (45473) Pola interaksi yang terjadi antarwilayah berlangsung dalam seluruh aspek kehidupan. Selain itu, interaksi antar wilayah akan memunculkan gerakan penduduk dari kedua tempat sebagai bentuk nyatanya. Kota Demak sebagai kota satelit Kota Semarang di Provinsi Jawa Tengah memiliki keterhubungan dengan Kota Semarang yang memiliki hierarki diatasnya. Kecenderungan pergerakan penduduk dari kota besar ke kota satelitnya atau sebaliknya menimbulkan beberapa dampak, mulai dari mengespansi daerah pinggiran perkotaan sebagai preferensi tempat tinggal dengan alasan harga lahan yang masih terjangkau di daerah kota satelit dibanding kota besar. Hal tersebut menimbulkan terbentuknya kawasan dengan fungsi baru yang berperan sebagai daerah sub-urbanisasi sebagai bentuk pengembangan dari pusat kota terdekatnya. Sebagai sebuah kota dengan pengembangan baru, kawasan sub-urbanisasi dan kota satelit masih memiliki ketergantungan dengan kota induk berupa pelayanan infrastruktur serta sektor mata pencahariannya. Urban sprawl atau yang dikenal dengan pemekaran kota yang merupakan perubahan perdesaan menjadi perkotaan. Perubahan tersebut disebabkan semakin berkembangnya penduduk dan semakin tingginya arus urbanisasi. Hal tersebut menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan khususnya perumahan dan fasilitas sosial ekonomi lainnya. Faktor-faktor yang juga menjadi pendorong gerak urban sprawl (Daldjoeni,1992:172) adalah : 1. Adanya gangguan yang berulang seperti macetnya lalu lintas, polusi, dan gangguan bunyi-bunyian yang menimbulkan rasa tidak nyaman; 2. Harga tanah, pajak maupun sewa di luar pusat kota yang lebih murah jika dibandingkan dengan pusat kota; 3. Keinginan untuk bertempat tinggal di luar pusat kota yang terasa lebih alami. Dalam paparan fenomena pengaruh urban sprawl Kota Semarang terhadap Kabupaten Demak menunjukan dampak positif dan negatif dari perkembangan Kota Semarang. Kabupaten Demak sebagai wilayah pinggir Kota Semarang berpotensi mengalami peningkatan keterjangkauan sarpras dan kenaikan nilai perekonomian secara tidak langsung, namun disamping itu Kabupten Demak juga berpotensi terkena dampak pencemaran lingkungan dan pergeseran mata pencaharian penduduk yang dapat meningkatkatkan bertambahnya angka
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak pengangguran oleh fenomena urban sprawl Kota Semarang. Apabila dilihat dari paparan fenomena tersebut, stakeholders yang memiliki keterkaitan dengan Kabupaten Demak khususnya Pemerintah Demak perlu mengambil langkah-langkah pengawasan dan pelaksanaan yang dilakukan sebagai upaya preventif mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari fenomena urban sprawl Kota Semarang: • Pemerintah perlu melakukan kontrol perencanaan terhadap perkembangan Kota Semarang khususnya perkembangan sektor industri dengan memperhatikan berbagai aspek lingkungan. • Pemerintah juga perlu membatasi izin migrasi penduduk dengan berlebihan serta memfokuskan pembangunan fokus perkecamatan agar fasilitas untuk masyarakat terjangkau secara keseluruhan. • Memberikan kewajiban untuk terus menempuh pendidikan untuk usia dini untuk mengentaskan angka putus sekolah. • Konsisten terhadap perencanaan LP2B untuk mengantisipasi dampak pencemaran lingkungan di Kabupaten Demak. • Memfokuskan pembangunan merata perkecamatan untuk meminimalisir dampak disparitas yang diakibatkan oleh urban sprawl Kota Semarang. • Stakeholders yang tinggal ataupun berkaitan dengan pengembangan Kabupaten Demak juga perlu ikut serta dalam aksi sosial seperti, melakukan advokasi dan sosialisasi terhadap developer sebagai pelaku utama fenomena urban sprawl yang terjadi pada Kabupaten Demak.
Isu 8: Pengaruh Ketersediaan Air terhadap Tingkat Daya Dukung Penduduk Kabupaten Demak
dengan kelompok masyarakat lain yang tingkat ekonominya lebih baik. Wilayah Kabupaten Demak juga sering mengalami kemarau panjang dan kekeringan menyebabkan terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat terjadinya kekurangan air pada musim kemarau. Diharapkan dengan menganalisis kawasan ini Kabupaten Demak dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya air agar penduduknya dapat menikmati ketersediaan air yang bersih dan mencukupi. Maka dari itu, dalam kajian isu strategis ini, penulis akan mencoba menganalisis pengaruh kuantitas dan kualitas air terhadap tingkat daya dukung penduduk di Kabupaten Demak. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk merencanakan strategi pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di Kabupaten Demak. Berikut adalah rekomendasi penulis yang dapat dipertimbangkan: • Masyarakat petani sebaiknya mengikuti pola tanam yang sudah disesuaikan dengan jumlah hari hujan pada daerah masing-masing. • Perlu penguatan kelembagaan pengelolaan air, dalam hal ini PDAM, baik di bidang sumber daya manusia maupun infrastruktur agar dapat meningkatkan kinerjanya secara optimal. • Pemerintah sebaiknya menyediakan infrastruktur terkait sistem penyediaan air bersih pada daerah yang memiliki jenis tanah grumusol dan mediteran (daya serap air rendah). • Pemerintah bidang pertanian turut membantu masyarakat dalam menyediakan dan mewujudkan sistem pengairan pertanian berupa irigasi teknis pada Kawasan pertanian.
Nurin Afza Binti Mohmad Soib (139932) Air memiliki peranan yang vital dalam kehidupan makhluk hidup sehari-hari. Bagi manusia, kebutuhan air menyangkut dua aspek, yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Menurut Widyastuti (2006) banyak faktor yang berpengaruh terhadap kualitas air baik alami maupun non alami (anthropogenic factor). Faktor alami yang berpengaruh terhadap kualitas air adalah iklim, geologi, vegetasi, dan waktu, sedangkan faktor non alami adalah manusia. Kabupaten Demak antar wilayah yang tergolong sulit untuk mendapatkan air bersih. Hal ini disebabkan hampir seluruh sumur masyarakat berair payau dan asin karena adanya intrusi air laut. Untuk mendapatkan air bersih, penduduk miskin di wilayah tersebut harus melakukan upaya yang lebih besar dibandingkan
25
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Arah Pengembangan Fisik Dasar Salah satunya dengan membangun infrastruktur guna untuk meningkatkan kualitas wilayah dan juga penduduk Kabupaten Demak. Pembangunan ini juga sebagai upaya untuk meminimalisir kerugian yang terjadi akibat dari bencana. Hal ini dilakukan dengan adanya pembangunan tol tanggul laut yang berguna untuk mencegah terjadinya banjir rob yang selalu terjadi setiap tahunnya di Kabupaten Demak. Tol tanggul laut merupakan proyek strategis nasional yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dari Semarang – Surabaya.
Kependudukan Penduduk usia produktif di Kabupaten Demak yang didominasi oleh penduduk yang berusia produktif, maka diperlukan peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM diharapkan dapat meningkatkan produktivitas Kabupaten Demak. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat dengan cara menambah sarana pendidikan, meningkatkan kualitas pengajar, dan meningkatkan aksesibilitas ke sarana pendidikan. Dapat juga dilakukan dengan menambah lapangan pekerjaan, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penggunaan teknologi, dan meningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Ekonomi Upaya pemerataan ekonomi di Kabupaten Demak dapat dilakukan dengan meningkatkan aksesibilitas antar kecamatan dan masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Demak lebih dikembangkan dan mengoptimalkan setiap potensi yang ada. Selain itu juga melakukan optimalisasi terhadap sektor yang paling banyak berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Demak. Sektor yang berkontribusi paling besar di Kabupaten Demak adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor ini seharusnya dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Sektor lain yang juga memiliki potensi untuk dikembangkan adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Karena sektor ini paling unggul di Kabupaten Demak dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di sekitaran Kabupaten Demak.
26
Sosial dan Budaya Peningkatan kualitas dan ketersediaan infrastruktur pendukung untuk kegiatan kesehatan, berupa penambahan tenaga kesehatan karena di Kabupaten Demak sekarang sangat kurang tenaga kesehatan yang jumlahnya tidak sebanding dengan penduduk Demak sendiri. Selain peningkatan jumlah sarana pendidikan juga dilakukan peningkatan aksesibilitas untuk dapat dengan mudah mengakses sarana pendidikan sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM Kabupaten Demak. Peningkatan kualitas SDM yang ada akan meningkatkan kualitas angkatan kerja di Kabupaten Demak. Hal ini juga dapat mempengaruhi penurunan terhadap jumlah pengangguran terbuka. Selain itu, tetap harus ada penyediaan lapangan kerja yang mencukupi bagi masyarakat Kabupaten Demak.
Struktur Ruang Pemerataan terhadap fasilitas-fasilitas yang ada sehingga tidak hanya terpusat di pusat Kabupaten Demak sehingga tidak terjadi ketimpangan antar daerah. Selain itu perlu adanya peningkatan interaksi antar perkotaan di Kabupaten Demak terutama di bagian utara dengan cara meningkatkan status jalan.
Pola Ruang Pembangunan disesuaikan dengan kriteria pola ruang yang ideal dan mengurangi alih fungsi lahan dengan mempertahankan lahan pertanian yang ada. Mengurangi pembangunan di daerah-daerah rawan bencana seperti abrasi dan banjir rob.
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
27
Executive Summary Studio Analisis Wilayah Kabupaten Demak
Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2019
28