Dari Redaksi
S
udah saatnya masyarakat memperhatikan dan meningkatkan solidaritas pada petani. Sebagai tulang punggung produksi pangan, selama ini hakhak petani terabaikan. Padahal pangan adalah hak paling dasar manusia. Tanpa kerja keras petani, pangan akan sulit dipenuhi Di bulan Oktober ini, tepatnya tanggal 16 adalah merupakan tanggal berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Dunia atau dikenal pula dengan World Food Day (Hari Pangan Sedunia/HPS). Pada tahun ini, FAO Head quarters, Roma, Italia akan memperingati HPS dengan tema internasional yang ditetapkan dalam Sidang Konferensi FAO: ”World Food Security: the Challenges of Climate Change and Bio-Energy”. Sedangkan tujuan memperingati HPS tahun ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas dampak dari efek perubahan iklim yang semakin hebat pengaruhnya terhadap pertanian dan dampak dari sumber energi terbarukan yang berasal dari produk pangan. Di Indonesia, peringatan Hari Pangan Sedunia Tingkat Nasional akan diselenggarakan dengan puncaknya pada tanggal 16 Oktober 2008 di Propinsi Jawa Barat. Adapun Tema Nasional HPS ke-28 Tahun 2008 yang telah disepakati dalam rapat interdep adalah: “Ketahanan Pangan, Perubahan Iklim, Bioenergi dan Kemandirian Petani”. Pembaca sekalian, ORGANIS kali inipun mengangkat isu seputar Hari Pangan Sedunia. Di rubrik isu utama kami banyak mengulas mengenai kedaulatan pangan dan kemandirian petani juga penyebab krisis pangan yaitu pemanasan global hingga pangan yang dijadikan komoditi politik.
R E DA KSI Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggung Jawab Direktur Eksekutif AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Ahli Indro Surono, Rasdi Wangsa Staf Redaksi Lidya Inawati, Sucipto Kusumo Saputro Iklan Syarifa Jamilah, Andi Sutejo, Dwi Koernia Distribusi Nurdin Hermawan
Ala m a t R e d a ks i Jl. Kamper, Blok M No.1 Budi Agung, Bogor Telp: +62 251 8316294 E-Mail organicindonesia@organicindonesia.org Website http://www.organicindonesia.org
Hari pangan jangan hanya dijadikan slogan semata. Mari kita bertindak nyata, ubah gaya hidup kita agar ketahanan pangan, kemandirian petani dapat tercapai, dan pemanasan global serta krisis energi dapat teratasi. Selamat Membaca. (**)
ORGANIS diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa LSM, akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fair trade.
2
Foto cover Rifky
DAFTAR ISI Info Organis
Surat Pembaca
hal 4
Ekstrak Strawberry Organik Lebih Efektif Mencegah Kanker
Hal 25
Jendela Konsultasi
Sertifikat Organik untuk Dua Pasar
hal 14 Air Sabun kok Tidak Mempan?
hal 14
Penjaminan Organis
Sistem Penjaminan Partisipatoris (PGS) Visi Bersama, Cita-cita Bersama *)
hal 15
Foto oleh Andrzej Gdula
Foto oleh Wasan Markjang
Profil PPLH Bohorok: Dulu Lahan Terlantar, Sekarang Lahan Organik
hal 18
Isu Utama Kedaulatan Pangan dan Kemandirian Petani
hal 5
Pemanasan Global dan Krisis Pangan hal
Politik Pangan hal
Rumah Organik
8 11
Pangan...Oh... Pangan
hal 28 Agri Bisnis
Ragam
Menguak Geliat Perkembangan Teh di Indonesia
Sabun Susu dari Boyolali
hal 30 Foto oleh Sam Dhargalkar
hal 21
Promosikan produk atau jasa anda di ORGANIS Hubungi Advertising Officer kami di: +62 251 8316294 atau E-mail: organicindonesia@organicindonesia.org 3
SURAT PEMBACA Ingin Bergabung Dengan AOI
Biaya Sertifikasi Beras
Saya tertarik untuk bergabung dengan Aliansi Organis Indonesia (AOI) karena visi misi LSM Petani Center yang berpusat di Makasar, Sulawesi Selatan serupa dengan AOI. Kami ingin bergabung dan melakukan kerjasama kelembagaan dalam program pertanian organik yang mana main stream Petani Center adalah Pertanian Berkelanjutan. Kami tunggu respon AOI. Terima kasih.
Kelompok tani kami ingin mensertifikatkan produk beras organik yang selama ini kami produksi. Bagaimana cara mendapatkan sertifikasi tersebut? Dan berapakah biayanya?
Imansyah Rukka Petani Center petani1center@yahoo.com Makasar, Sulawesi Selatan
Redaksi: Silakan layangkan surat ke PT BIOCert Indonesia yang beralamat di: Jl. Kamper M.1 Budi Agung, Bogor 16165 - INDONESIA Telp.: +62-251-8316294/ 7155103, 0888 9013 776 Fax: + 62-251-8316294 E-mail: biocert@biocert.or.id YM!: biocert_indo@yahoo.com
Redaksi: Terima kasih atas ketertarikannya untuk bergabung dengan AOI. Pada dasarnya kami menyambut baik tawaran kerjasama dari lembaga lain. Bentuk kerjasama seperti apa yang Petani Center inginkan? Untuk bergabung, ada form yang harus diisi dan melalui mekanisme Rapat Umum Anggota.
Siapa Tertarik Kopi Luwak?
Tarmo Kelompok Tani “ORGANIS� Mojokerto; Jawa Timur
Komoditas yang Dapat Disertifikasi BIOCert? Setelah membaca majalah ORGANIS, saya ingin mendapatkan informasi tentang komoditas apa sajakah yang sudah dapat disertifikasi oleh PT BIOCert Indonesia? Apakah terbatas pada tanaman perkebunan, atau termasuk juga tanaman hortikultura seperti tomat dan sayuran lainnya? Terima kasih atas informasinya. Ika Krishnayanti Komp. MPR Jl. Nusa Indah No. A-166 Cilandak, Jakarta Selatan
Saat ini saya membantu para petani kopi di Tapanuli dan tengah kebingungan mencari trader untuk stok kopi-kopi kami dengan spesifikasi sebagai berikut: Jenis: Arabica; Lokasi: Sipirok Tapanuli Selatan, Sumatera Utara; Kualitas: Pure kopi Arabica dan kopi Arabica Luwak (Musang); Jumlah: 20 ton/bulan; Semua Organik hanya dengan kompos; Bisakah AOI membantu me-linkkan dengan para pedagang kopi di Indonesia? Koko (0817832947) Sipirok, Tapanuli Selatan Sumatera Utara Redaksi: Kami bisa membantu dengan menyebarkannya melaui milis kami dan majalah ORGANIS. Semoga dengan dimuatnya informasi dari anda, ada trader yang tertarik untuk membeli.
4
Redaksi: PT BIOCert Indonesia menyediakan jasa layanan sertifikasi untuk komoditas perkebunan dan hortikultura. Namun untuk lebih jelasnya silakan layangkan surat ke ke PT BIOCert Indonesia yang beralamat di: Jl. Kamper M.1 Budi Agung, Bogor 16165 - INDONESIA Telp.: +62-251-8316294/ 7155103, 0888 9013 776 Fax: + 62-251-8316294 E-mail: biocert@biocert.or.id YM!: biocert_indo
Terima kasih atas kiriman saran dan kritiknya. Dan klik di http://www. organicindonesia.org untuk download artikel-artikel ORGANIS versi on-line.
ISU UTAMA
Kedaulatan Pangan dan Kemandirian Petani
Witoro dan Said Abdullah KRKP *)
Walaupun bangsa ini memiliki sumber daya melimpah tetap saja kondisi petani tidaklah menggembirakan...
Kondisi Petani dan Pertanian
Berabad-abad lalu masyarakat telah membangun sistem pertanian yang mampu menjawab kebutuhan, yaitu sistem perladangan dan persawahan. Perladangan merupakan evolusi dari berburu-meramu ke bercocok tanam menetap melalui pembuatan miniatur hutan tropis dengan berbagai tanaman pangan dan bahan bermanfaat lainnya. Sementara, sistem persawahan dikembangkan di lembahlembah sungai di pulau Jawa.1 Para petani telah menorehkan tinta emas sejarah pertanian Nusantara. Kerajaan Majapahit misalnya, pada masanya tercatat mengekspor limpahan hasil padinya ke negara lain. Ketika orang-orang Portugis dan kemudian Belanda datang sesungguhnya 1
pertanian kita sudah mapan. Namun adanya eksploitasi sumber daya pertanian secara besar-besaran melalui sistem perkebunan negara atau sistem tanam paksa oleh Belanda menyebabkan kemunduran. Petani jatuh dalam kemelaratan dan kelaparan serta bersusah payah untuk sekedar hidup. Selesai penjajahan fisik bukan berarti selesai pula permasalahan yang dihadapi. Walaupun bangsa ini memiliki sumber daya melimpah tetap saja kondisi petani tidaklah menggembirakan. Pemerintah Orde Baru pada waktu itu menetapkan Revolusi Hijau sebagai strategi pembangunan pertanian. Modernisasi pertanian ini difokuskan pada peningkatan produksi padi serta distribusinya. Penggunaan benih padi baru yang membutuhkan banyak air dan
pupuk kimia mendorong pemerintah memperbaiki dan memperluas infrastruktur irigasi yang telah ada. Ibarat kilatan cahaya, Revolusi Hijau terang sesaat untuk kemudian gelap. Revolusi Hijau menawarkan kegemilangan, namun dibayangi kemunduran. Pengembangan infra struktur irigasi ini dilakukan dengan sentralistik tanpa melibatkan petani dan masyarakat setempat, juga mengabaikan pengetahuan dan prinsip-prinsip pengelolaan irigasi masyarakat lokal. Model ini menghancurkan keswadayaan dan otonomi kelembagaan petani serta meningkatkan ketergantungan.
Ibarat kilatan cahaya, Revolusi Hijau terang sesaat untuk kemudian gelap
Clifford Geertz, Involusi Pertanian, Bharata Karya Aksara, 1976.
5
Revolusi Hijau juga telah menyebabkan pemusatan penguasaan lahan pertanian, ketergantungan petani terhadap input pertanian pabrikan, kerusakan lingkungan pertanian, konsumerisme, terpinggirkannya peran petani perempuan, dan hilangnya kemandirian petani. Sistem pertanian rakyat yang berkembang dan potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat justru diabaikan. Akses dan kontrol masyarakat terhadap sumber-sumber agraria, pengetahuan dan teknologi lokal, sistem kelembagaan pangan, pengelolaan irigasi, sistem perdagangan lokal, juga sistem pengelolaan cadangan pangan seperti lumbung pangan. Berbagai sub-sistem dalam sistem pangan rakyat bukannya semakin kuat tetapi justru semakin terpinggirkan.
Liberalisasi Pertanian-Pangan
Pada level global, petani dihadapkan pada berbagai kebijakan yang sangat merugikan, yaitu liberalisasi perdagangan. Tak mengherankan jika kemudian para petani di negara berkembang saat ini semakin miskin dan terancam kelaparan. Berbagai kebijakan yang ada umumnya mengadopsi kebijakan ekonomi neoliberal. Kebijakan ini meletakkan “kekuatan pasar�, “pasar bebas� dan “privatisasi� sebagai panglima dalam pembangunan, termasuk dalam membangun sistem
pertanian-pangan pada tingkat nasional dan internasional. Dengan konsep ini, petani dipaksa untuk mengikuti mekanisme pasar sepenuhnya. Perusahaan transnasional, lembaga internasional dan negaranegara maju memimpin pembangunan pertanian-pangan menjadi pertanian industri. Mereka dengan gencar menyatakan bahwa metode bercocok tanam tradisional tidak efisien. Pertanian industri menyebarluaskan pendekatan monokultur dan menciptakan ketergantungan petani akan input luar pertanian yang tinggi. Petani kehilangan kontrol atas sumber daya alam. Petani didorong untuk memproduksi komoditas yang akrab dengan pasar dibanding akrab dengan lingkungan. Akibatnya terjadi berbagai kerusakan lingkungan dan konversi ekosistem. Pengetahuan pertanian modern telah mendegradasi sistem kearifan dan pengetahuan lokal. Petani menjadi penerima pasif paket teknologi dibanding kontrol atas pengetahuan pertanian lokal yang sudah terbukti ratusan tahun mampu mengatasi tantangan dan perubahan. Perusahaan transnasional memonopoli sumber daya genetik dan pertanian, subsidi ekspor untuk pangan dan Berdaulat atas pangan
Foto oleh Wasan Markjang
produk dan input pertanian, termasuk pangan transgenik, pestisida dan pupuk kimia. Kekuasaan yang semakin besar, memungkinkan mereka menguasai pangan dunia dan menggusur peran jutaan petani kecil yang sebelumnya menjadi pelaku mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga maupun nasional. Pada sisi lain, liberalisasi perdagangan pertanian telah meningkatkan impor pangan, mengurangi insentif dan pendapatan petani. Kemiskinan dan kerawanan pangan meningkat yang kemudian mendorong terjadinya urbanisasi di kalangan petani kecil, terutama kaum perempuan petani. Secara global, hal itu juga menyebabkan perubahan status sebagian besar negaranegara sedang berkembang dari negara swasembada bahkan eksportir pangan menjadi negara importir pangan. Saat ini, sekitar 70 persen negara sedang berkembang merupakan pengimpor pangan. Sementara jumlah penduduk kelaparan lebih dari 850 juta orang, dan ironisnya 80% dari mereka adalah petani kecil.
Kedaulatan pangan
Petani merupakan aktor utama dalam kegiatan budi daya pertanian. Sebuah ranah kehidupan yang terkait langsung dengan pengelolaan sumber daya alam. Petani terutama di negara berkembang, merupakan warga masyarakat yang masih terbelenggu dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan petani adalah kemiskinan struktural, kemiskinan yang terkait dengan terbatasnya akses dan kontrol terhadap sumber daya untuk penghidupan mereka. Oleh karenanya kedaulatan atas sumber penghidupan petani mutlak diperlukan untuk menjamin kehidupan. Kedaulatan pangan merupakan alternatif lain untuk memastikan kekuatan petani mengontrol apa dan bagimana cara petani menanam, serta memastikan bahwa masyarakat memiliki hak untuk menentukan sistem pertanian sesuai karakter ekologi, sosial, ekonomi dan budaya yang mereka miliki sendiri. Konsep kedaulatan pangan berbeda dengan ketahanan pangan. Pada konsep ketahanan pangan tidak dipedulikan dari mana pangan diproduksi dan hak
6
rakyat atas sumber daya produktif. Dalam konsep kedaulatan pangan, hak rakyat tidak terbatas pada akses untuk memperoleh pangan tetapi juga hak untuk memproduksi dan mendistribusikan pangan. Kedaulatan pangan mencakup: pengutamaan produksi pertanian dalam rangka untuk menyediakan pangan bagi rakyat, akses petani kecil dan petani tanpa tanah terhadap tanah, air, benih, dan kredit. Oleh karenanya dibutuhkan reforma agraria, perlawanan terhadap tanaman transgenik, akses terhadap benih, dan usaha untuk melindungi air sebagai barang publik agar dapat didistribusikan secara berkelanjutan. Kedaulatan Pangan merupakan konsep yang dilontarkan oleh gerakan petani internasional Via Campesina tahun 1996. Kedaulatan pangan dapat diartikan sebagai hak setiap orang, kelompok masyarakat dan negara untuk mengakses dan mengontrol berbagai sumber daya produktif serta dalam menentukan sendiri kebijakan produksi, distribusi dan konsumsi pangannya sesuai dengan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya khas masing-masing. Guna mewujudkan kedaulatan pangan maka perlu dirumuskan hal-hal penting terkait kedaulatan pangan, yakni: (i) akses dan kontrol masyarakat terhadap sumber daya produktif baik tanah, air, hutan, daerah tangkapan ikan, dan sumber produksi lainnya melalui reforma agraria sejati; (ii) perlindungan terhadap benih, sebagai landasan pangan dan kehidupan, kebebasan untuk saling mempertukarkan dan menggunakan benih di antara para petani (menolak paten terhadap mahluk hidup dan moratorium terhadap tanaman transgenik); (iii) memprioritaskan produksi pangan untuk pasar lokal dan dalam negeri, berbasis pada sistem produksi yang beraneka ragam dan agro-ekologis yang dikembangkan petani kecil dan keluarga petani; (iv) menjamin harga yang adil untuk para petani kecil melalui perlindungan pasar lokal dan nasional dari impor pangan murah dan dumping; (v) pengakuan dan penghargaan terhadap peran perempuan dalam produksi pangan dan akses dan kontrol yang adil terhadap
sumberdaya produktif; (vi) investasi publik untuk mendukung kegiatan produktif keluarga, dan komunitas; (vii) partisipasi petani, nelayan, masyarakat adat dan kaum miskin lainnya dalam pembuatan kebijakan pangan. Salah satu upaya mewujudkan kedaulatan pangan adalah dengan melakukan pembaruan sistem pangan pada tingkat lokal, daerah dan nasional. Sistem pangan komunitas dapat diartikan sebagai: “sistem pangan di mana produksi, pengolahan, distribusi, dan konsumsi pangan dikembangkan secara terintegrasi untuk meningkatkan kesehatan lingkungan, ekonomi, sosial dan nutrisi oleh suatu masyarakat di suatu lokasi geografis tertentuâ€?. Hal ini mencerminkan suatu pendekatan yang menentukan untuk membangun suatu sistem pangan, yang mencakup keberlanjutan jangka panjang dari aspek ekonomi, lingkungan dan sosial menuju suatu perjuangan ekonomi. Strategi yang diperlukan adalah yang dapat memperkuat kembali sistem pangan komunitas yang ada di masing-masing masyarakat dan berakar pada proses sejarah perkembangan masyarakat desa dan masyarakat adat. Dalam pembaruan sistem pangan komunitas ada empat pilar yang senantiasa diperjuangkan. Keempat pilar tersebut adalah: • Menata ulang sumber-sumber produksi pangan. Tanah, hutan, air, benih, kredit, teknologi dan sebagainya perlu ditata ulang pengelolaannya agar keluarga miskin dan kurang pangan dapat mengelolanya secara lebih produktif dan berkelanjutan • Mengembangan pertanian berkelanjutan. Sumber produksi pangan dikelola untuk budidaya aneka tanaman pangan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan serta mengutamakan penggunaan input lokal baik benih, pupuk maupuan bahan pengendali hama dan penyakit tanaman serta dilakukan dengan padat karya; • Pengembangan perdagangan lokal yang adil. Produksi aneka tanaman pangan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga
Foto oleh SNY
Potret petani Indonesia
sendiri dan komunitas desanya serta sisanya dijual kepada warga desa lain atau warga di sekitar desa dengan cara lebih langsung dan adil antara petani dengan konsumen; • Penguatan pola konsumsi aneka pangan lokal. Kesadaran warga komunitas dan konsumen terhadap produksi aneka pangan lokal selain akan menjamin terpenuhinya kebutuhan makanan sehat dan begizi juga membantu petani untuk mengembangkan usaha taninya dan kesejahteraannya. Keempat pilar tersebut dapat terlaksana dengan baik jika syarat utamanya terpenuhi. Syarat tersebut adalah adanya organisasi yang kuat. Organisasi yang kuat senantiasa melibatkan seluruh elemen desa: para petani, kaum perempuan, pedagang, perangkat desa dan lainnya. Melalui organisasi yang kuat ini bersama-bersama mengembangkan kebijakan dan program pertanian lokal yang demokratis. Terwujudnya kedaulatan pangan menjadi salah satu jalan untuk menciptakan sebuah kemerdekaan. Merdeka dari para penguasa, merdeka untuk menentukan dan mengelola hidup serta kehidupan. Pendekatan ini memungkinkan petani mampu berdiri diatas kakinya sendiri, mandiri dan merdeka! (**) *) KRKP : Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
7
Pemanasan Global dan Krisis Pangan
Foto oleh FlĂĄvio Takemoto
Sri Nuryati Reporter ORGANIS Tidak diragukan bahwa pemanasan global turut berperan dalam menyebabkan krisis pangan, termasuk di Indonesia, karena pemanasan global menimbulkan periode musim hujan dan musim kemarau yang semakin kacau. Pola tanam dan estimasi produksi pertanian serta persedian stok pangan menjadi sulit diprediksi secara baik.
P
ertanian, terutama pertanian pangan adalah sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim ini, khususnya yang mengakibatkan musim kering berkepanjangan, mengingat pertanian pangan di Indonesia masih sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang berarti sangat memerlukan air yang tidak sedikit. Dampak langsung dari pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia adalah
8
penurunan produktivitas dan tingkat produksi sebagai akibat terganggunya siklus air karena perubahan pola hujan dan meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim yang mengakibatkan pergeseran waktu, musim, dan pola tanam. Masalah ini sudah beberapa kali dialami Indonesia dengan El Nino dan La Nina. El Nino selama periode 19971998 sangat mengganggu panen di berbagai wilayah di tanah air. Musim
hujan mundur dari September menjadi November. Tanah di banyak tempat menjadi retak-retak seperti umum dijumpai di wilayah sangat kering di Afrika Sub-Sahara. Kekeringan di berbagai wilayah Indonesia tersebut berdampak pada 426.000 hektar tanaman padi dan mengakibatkan gagal panen di sebagian wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan sejumlah wilayah lumbung padi lainnya dan dapat mengancam kestabilan stok pangan dalam negeri.
Bio Energi: Siapa Diuntungkan?
Perubahan iklim yang merupakan salah satu penyebab kekacauan musim ini terjadi karena energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi yang telah digunakan selama lebih dari 200 tahun mengakibatkan terjadinya akumulasi gas karbonoksida (CO 2 dan Metana (CH 3) di atmosfir. Akumulasi ini kemudian menaikkan suhu rata-rata bumi dan air laut sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Musim penghujan menjadi lebih singkat dengan intensitas yang lebih tinggi sedangkan musim kemarau menjadi lebih panjang. Kebakaran hutan, badai, banjir dan kekeringan terjadi di mana-mana. Kebakaran hutan, banjir, longsor bertubi-tubi berdatangan, dan pada saat yang sama harga energi menjadi tinggi karena Indonesia tidak lagi berstatus sebagai eksportir minyak bumi. Impor lebih besar dari ekspor. Dilema energi ini mengharuskan Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya energi alternatif yang selama ini terabaikan demi masa depan bangsa. Oleh karena itu, negeri ini kemudian mengeksplorasi sumber-sumber energi alternatif yang ternyata banyak ragamnya. Indonesia mempunyai cadangan energi panas bumi (geo-thermal) yang terbesar
di dunia dengan potensi pemanfaatan sebesar 4000 MW, namun baru 5% tergunakan. Cadangan tenaga air, baik mikro maupun makro juga besar. Disamping itu, sumber daya energi nabati (bio-energi) juga melimpah potensinya, diantaranya bio-diesel dari minyak sawit, ethanol sebagai substitusi bensin dari ubi kayu, tebu, dan lain-lain. Tak kalah menariknya adalah penggunaan biji jarak pagar sebagai subtitusi minyak tanah dan juga substitusi minyak diesel dan aftur. Prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi penting tatkala kita ingin memperbesar peran energi air. Jika hutan kita gundul dan menciptakan kerusakan daerah-daerah aliran sungai, tidak mungkin kita mengandalkan tenaga air karena debit air di sungai menjadi tidak berkepastian dan terjadi sedimentasi. Demikian juga pengembangan sumber energi nabati perlu diharmonisasikan dengan program ketahanan pangan, karena sumber nabati banyak diantaranya adalah juga sumber makanan bagi rakyat dan bagi peternakan. Terdapat kemungkinan kompetisi antara penggunaan sumber daya energi dan pangan yang perlu diselesaikan dengan perencanaan yang baik. Yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa penggunaan energi fosil sudah Tebu, salah satu sumber bio-energi
Foto oleh Asadbabil
menciptakan ancaman strategis terhadap masa depan umat manusia. Prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan energi alternatif dan ketahanan pangan perlu didukung oleh pengelolaan wilayah, terutama manajemen daerah aliran sungai. Sumber daya air merupakan kebutuhan paling dasar manusia yang akan menjadi komoditi yang makin langka, baik karena efek perubahan iklim maupun karena pertumbuhan penduduk. Oleh karenanya masa depan bangsa tidak lagi tergantung dari penggunaan energi yang boros, namun dari diversifikasi energi terbarukan dan juga konservasi energi dalam arti luas. Berbagai paradigma baru sumber daya alam tersebut di atas melahirkan keharusan lahirnya kebijakan-kebijakan publik baru yang tidak mudah dilaksanakan karena kesadaran dan pemahaman terhadap hubungan antara energi, iklim, pangan dan tata air belum masuk ke hati sanubari para pengambil keputusan. Jalan yang panjang masih harus kita tempuh bukan saja demi masa depan bangsa, namun demi masa depan manusia dimanapun mereka. Kurangnya informasi dan konsep yang jelas pada masyarakat dalam hal ini petani dalam proses pengembangan bio energi, terutama keterlibatan mereka selaku subyek pelaksana yang akan melakukan proses budi daya dan produksi, juga isu kelangkaan energi bahan bakar akan menjadikan harga-harga kebutuhan hidup yang lain meningkat. Oleh karenanya, ketika solusi pengembangan energi alternatif tidak dapat dirasakan oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia, dalam hal ini petani, maka kondisi ketahanan pangan nasional juga akan semakin memburuk sehingga imbas langsung akan sangat berkaitan erat dengan kedaulatan sebuah bangsa (ketahanan nasional) karena begitu tergantungnya kita pada asing dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri. Pertanyaan-nya sekarang apakah pengembangan bio energi secara besarbesaran merupakan solusi bagi Global Warming atau justru harus menjadi bangsa yang mandiri energi dengan
9
mengembalikan pengelolaaan sumbersumber energi seperti migas pada negara untuk kepentingan rakyat? Lebih jauh lagi kita perlu menganalisa apakah solusi Global warming cukup dengan menanam sejuta pohon atau justru menghentikan eksploitasi sumber daya alam melalui legalisasi Undang Undang penanaman Modal? Apakah prediksi akan tenggelamnya pulaupulau kecil di Minahasa adalah akibat pemanasan global atau justru karena aktivitas pertambangan? Efektif mana insentif karbon untuk berantas illegal logging atau menghentikan izin Hak pengelolaan Hutan pada investor yang bahkan sudah merambah ke hutan lindung?
Pertanian Organik: Menetralkan Pemanasan Global
Keanekaragaman hayati merupakan kunci dasar ekologi sistem produksi serat dan pangan. Sebagian besar komponen pertanian organik dan berkelanjutan dapat diaplikasikan untuk memperbaiki semua sistem pertanian. Pertanian organik dan berkelanjutan
(sustainable) memberi banyak peluang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menetralkan pemanasan global. Peningkatan efisiensi energi dengan manajemen pertanian yang lebih baik dapat memberi kontribusi positif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Contohnya, pertanian organik mengurangi kebutuhan energi untuk sistem produksi 25-50 persen ketimbang pertanian kimia. Pengurangan gas rumah kaca melalui penyerapan dalam tanah merupakan potensi besar untuk mencegah perubahan iklim. Karbon tersimpan melalui penambahan bahan-bahan organik tanah. Peningkatan penyerapan gas rumah kaca tanah terjadi baik pada hasil yang rendah atau tinggi untuk sistem ternak dan tanaman. Bagaimanapun,  perbaikan tanah sangat penting untuk pertanian di negaranegara berkembang dimana input tanaman seperti pupuk dan pestisida kimia tidak ada lagi, harganya yang tinggipun menjadi penghalang, juga membutuhkan perlengkapan lain dan untuk penerapan yang tepat butuh pengetahuan yang memadai. Petani, tulang punggung produksi pangan
Foto oleh SNY
Foto oleh SNY
Hamparan sawah sumber pangan
Mengurangi tarik menarik antara keamanan pangan, perubahan iklim dan degradasi ekosistem, produksi dan pertanian berkelanjutan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca adalah hal krusial. Dalam hal ini, pertanian organik merupakan strategi multi fungsi dan multi-target, yang mampu memberikan konsep menarik dan telah dikembangkan dengan sukses oleh sejumlah pengembang pemula. Sebagian besar komponen pertanian organik dapat diimplementasikan dalam sistem pertanian berkelanjutan lainnya, dan pertanian organik dapat menjadi starting point untuk intensifikasi produksi pangan ekologis. Orientasi sistem dan konsep partisipatif pertanian organik, dikombinasikan dengan teknologi berkelanjutan, dapat memberi solusi besar dalam menghadapi perubahan iklim. (SNY) Disarikan dari: 1. Global Warming or Global Warning? (Mengupas Sisi tak Terungkap di Balik Pengembangan Bio-energi Kebijakan Energi Alternatif Demi Masa Depan Bangsa, SINARDI, Ketua Forum Perempuan Peduli Lingkungan UNHAS. 2. Kebijakan Energi Alternatif Demi Masa Depan Bangsa, Ir. Sarwono Kusumaatmadja. 3. Pertanian Organik, Rendah Emisi, Mencegah Perubahan Iklim, beritabumi.or.id
10
Politik Pangan
Foto oleh Kalyana Sundaram
Sumber daya pangan kini telah menjadi komoditas politik, karenanya perkuat kemandirian petani!
Rasdi Wangsa Aliansi Organis Indonesia
Pangan dan Komunitas Tradisi
Sebuah realitas sosial memperlihatkan kepada kita bahwa untuk kebutuhan sumber pangannya, komunitas tradisi di Sulawesi Tengah, Per Januari 2000 telah menginventarisasi 41 jenis varietas padi lokal yang telah dikembangkan oleh Tau Taa Wana Bulang (Hal 29.Camang, 2003).1 Komunitas Sarongge-Jawa Barat menanam padi lokal dan sampai sekarang masih sekitar 29 jenis padi lokal
yang biasa mereka tanam (ELSPPAT, 2003).2 Sementara itu di Wilayah Balai Malaris, Loa Panggang, Haratai dan Waja kecamatan Loksado, Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa sebagai sumber makanan setidaknya ada 89 jenis tanaman pangan yang biasa mereka konsumsi sehari-hari (Redhani, 2004).3 Dari gambaran tiga komunitas adat tersebut dapat disimpulkan bahwa betapa komunitas tradisi telah memiliki
mekanisme dan sistem pemanfaatan dan pengelolaaan sumber pangan yang sangat baik dan terbukti sangat efektif dalam menghadapi persoalan kerawanan pangan yang sering menjadi berita di media massa pada beberapa waktu terakhir ini. Pada komunitas Adat Meratus di Loksado misalnya, ketika terjadi gonjang-ganjing krisis ekonomi dan rawan pangan di berbagai tempat di Indonesia pada tahun 1997
Tau Taa Wana Bulang, Bergerak untuk Berdaya. Yayasan Merah Putih Palu, 2003. Laporan Program Lingkungan, ELSPPAT, Bogor, 2003 3 Laporan Program YCHI, Banjarbaru, 2004. 1 2
11
komunitas adat petani tidak terpengaruh sama sekali. Mereka memiliki cadangan pangan dilumbung-lumbung pangan tradisional, yang menurut seorang petani di Balai Haratai, Loksado, kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan padi mereka dapat disimpan hingga berumur 12 tahun. Dari kenyataan ini, dapat disimpulkan bahwa cadangan pangan mereka cukup untuk 12 kali gagal panen. Dengan panen yang dilakukan sekali dalam setahun, berarti mereka tidak akan kelaparan walaupun misalnya mereka gagal panen selama 12 tahun berturutturut. Mengapa kita tidak berkaca dari realitas ini dan mencoba mengadopsi sistem ini?
Politik Global atas Sumber Daya Pangan
Saat ini bioteknologi menjadi jantung perekonomian bagi negara-negara maju dan perusahaan multinasional. Revolusi bioteknologi telah melahirkan perubahan-perubahan yang begitu besar dan cepat bagi kehidupan umat manusia, baik dalam praktek sosial keseharian maupun dalam tatanan sosial politik. Bioteknologi telah menjadi alat yang ampuh bagi kapitalisme global untuk menguasai dunia, termasuk negara-negara Selatan seperti Indonesia yang sebenarnya adalah pemilik, pemasok dan pemelihara material biologi yang merupakan bahan dasar dari bioteknologi tersebut. Dalam praktek sosial keseharian, telah dihasilkan produk-produk transgenik mulai pangan, seperti susu, kedelai, jagung dsbnya sampai ke sandang seperti kapas. Dan mungkin sesaat lagi kita akan melihat manusia transgenik atau manusia kloning. Kompas (17/07/2006) melaporkan bahwa berbagai produk trasngenik telah memasuki pasar Indonesia. Laporan departemen Pertanian Amerika atau USDA menyebutkan impor pangan Indonesia tahun lalu dari AS yang mencapai 600 juta dolar AS, berupa produk transgenic. Lebih lanjut
Sepuluh Perusahaan Benih Papan Atas Dunia. RAFI, berdasarkan informasi dari Kent Group Inc. 1. PIONEER HI-BRED INTL (AS), 1,500 JUTA DOLAR AS 2. NOVARTIS (SWISS), 900 JUTA DOLAR AS 3. LIMAGRAIN (PERANCIS), 525 JUTA DOLAR AS 4. SEMINIS (MEKSIKO), 500 JUTA DOLAR AS 5. ZENECA/VAN DER HAVE (KERAJAAN BELANDA), 460 JUTA DOLAR AS 6. TAKII (JEPANG), 450 JUTA DOLAR AS 7. DEKALB PLANT GENETIC (AS), 320 JUTA DOLAR AS 8. KWS (GERMAN), 315 JUTA DOLAR AS 9. SAKATA (JEPANG), 300 JUTA DOLAR AS 10. CARGILL (AS), 250 JUTA DOLAR AS
diberitakan, USDA dalam laporan yang berjudul “Agriculture Biotechology Report”, menyebutkan, sejumlah produk transgenic asal AS yang diimpor Indoensia, seperti jagung Bt, kedelai toleran herisida berikut bungkilnya, dan sejumlah pangan dari tanaman trangenik. Dalam tatanan sosial politik, sumber daya pangan hayati yang sebagian besar berada di negara-negara selatan menjadi incaran dan dikuasai oleh negaranegara utara yang lebih menguasai bioteknologi tersebut. Dan berbagai persetujuan internasional seperti TRIPs WTO dan CBD menjadi alat bagi penguasaan sumber daya hayati tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Rafi dalam Widyamartaya dan Santosa (2004)4 bahwa kekuatan ekonomi di belakang UU baru pengkaplingan adalah industri bioteknologi. Inilah sebuah konglomerasi yang dipucuki oleh korporasi farmasi khususnya kimia yang mencakup mulai dari benih, hingga
pestisida, dari obat-obatan hingga plastic. Industri tersebut juga dikenal sebagai industri “pemasok genetik” atau lebih tepatnya sebagai “industri hayati”. Lebih lanjut dikemukakan dengan berkembangnya bioteknologi, kalangan industri dan ilmuan tengah memanfaatkan kekayaan intelektual untuk dapat mengendalikan monopoli atas sumber-sumber daya hayati dan pengetahuan masyarakat pertanian selatan untuk kurun waktu selama 1725 tahun. Sebagaimana dilaporkan oleh U.S. PATENT AND TRADEMARK OFFICE (2005)5 bahwa jumlah paten tanaman selama kurun waktu 1977-2004 yang berasal dari AS sebanyak 6.183 paten, dibanding Indonesia hanya 2 paten. Kemudian yang menempati 10 besar paten dari luar AS adalah Belanda (1.436), German (1.267), Inggris (423), Perancis (395), Denmark (381), Jepang (306), Australia (204), Israel (152), Belgia (142), dan Selandia Baru (135).
Sepuluh Perusahaan Farmasi Papan Atas Dunia. Wall Street Journal, 7 Maret 1996. 1. GLAXO WELLCOME (INGGRIS), 11,80 JUTA DOLAR AS 2. MERCK (AS), 10,96 JUTA DOLAR AS 3. NOVARTIS (SWISS), 10,94 JUTA DOLAR AS 4. HOECHST (GERMAN), 9,42 JUTA DOLAR AS 5. ROCHE (SWISS), 97,82 JUT ADOLAR AS 6. BRISTOL- MYER SQUIBB (AS), 7,81 JUTA DOLAR AS 7. PFIZER (AS), 7,07 JUTA DOLAR AS 8. SMITHKLINE BEECHAM (KERAJAAN INGGRIS), 6,60 JUTA DOLAR AS 9. JOHSON & JOHSON (AS), 6,30 JUTA DOLAR AS 10. PHARMACIA & UPJOHN (SWEDIA), 6,26 JUTA DOLAR AS
Enclosures of the Mind, RAFI. Kapling-Kapling Daya Cipta Manusia. Diterjemahkan oleh A. Widyamartaya dan JD Bowo Santosa, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Jogjakarta, 2004. 5 PLANT PATENTS. JANUARY 1, 1977 -- DECEMBER 31, 2004. March 2005. U.S. PATENT AND TRADEMARK OFFICE. OFFICE OF ELECTRONIC INFORMATION PRODUCTS / PTMD. A PATENT TECHNOLOGY MONITORING DIVISION REPORT 4
12
Foto oleh Shahnur A. Alam
Petani di negara dunia ketiga
Dan berdasarkan kepemilikannya terbagi menjadi perusahaan AS sebanyak 5.371 paten, pemerintah AS sebanyak 15 paten dan individu AS sebanyak 1.893 paten. Dari data ini memperlihatkan bahwa sumber daya hayati berupa tanaman yang merupakan milik negara-negara selatan telah dikuasai oleh negara-negara utara beserta korporasi dan individu yang selalu melakukan manuver-manuver dalam berbagai perundingan internasional untuk melindungi kepentingan-kepentingan mereka. Dengan kepemilikan patenpaten tersebut, korporasi-korporasi papan atas dunia menguasai perdagangan atas produk-produk industri hayati di dunia. Oleh Rafi dalam Widyamartaya dan Santosa (2004), dikemukakan bahwa angka penjualan sepuluh korporasi agrokimia mencapai 23,6 milyar dolar AS, atau 81 % dari seluruh penjualan di sector agrokimia pada tahun 1995. Kemudian, nilai industri benih komersial kurang lebih mencapai 15 miliar dolar AS per tahun. Korporasi menguasai sebesar 5,250 miliar dolar AS atau 37 % pasar dunia.6 Dalam
industri farmasi, angka penjualan korporasi tidak termasuk penjualan produk bukan obat. Sementara itu, diperkirakan nilai total seluruh pasar farmasi kurang lebih mencapai 197 milyar dolar AS per tahun. Korporasi mendominasi keseluruhan, yaitu kirakira sebesar 43 %. Lalu kemudian benar-lah suara dari forum antar pemerintah tanggal 7-14 April 2008 dalam The International Assessment of Agricultural Science and Technology (IAASTD) di Johannesburg, South Africa yang dalam laporannya menyebutkan bahwa dibutuhkan pemikiran yang mendalam atas pendekatan pembangunan pertanian. Diakui bahwa kekurangan kapasitas pasar untuk mengantarkan kesejahteraan dan keamanan pangan untuk kaum miskin dan pemerintah atau Negara berkeinginan untuk meninjau beberapa peran perdagangan yang tidak adil tersebut. Laporan pertemuan itu menekankan keinginan untuk mereformasi beberapa hukum kekayaan intelektual pada paten dan penemuan tanaman, untuk tidak membiarkan
mereka membahayakan penelitian baru dan inovasi pertanian. Laporan tersebut juga mengkritik dominasi perusahaan multinasional atas benih dan pasar pupuk. Laporan itu mengundang untuk mengimplementasikan strategi agroekologi, terutama untuk mewujudkan keberlanjutan lingkungan dan kesangsian umum dan kontroversi mengenai tanaman transgenetik, dan adalah jawaban pasti untuk sebuah paradigma baru, fokus pada peran petani dan khususnya pada petani miskin. Dari gambaran tersebut diatas, jelaslah bahwa sumber daya pangan telah menjadi komoditas politik, terutama banyak dikuasai oleh perusahaanperusahaan trans nasional. Oleh karenanya, menjadi sesuatu yang penting bagi kita untuk memperkuat kemandirian pertanian Indonesia. Dalam konteks yang lebih jauh lagi adalah memperkuat kemandirian petani kita dalam melakukan praktekpraktek produksi maupun pemasaran produk pertanian. (**)
Enclosures of the Mind, RAFI. Kapling-Kapling Daya Cipta Manusia. Diterjemahkan oleh A. Widyamartaya dan JD Bowo Santosa, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Jogjakarta, 2004.
4
13
JENDELA KONSULTASI menerbitkan satu sertifikat dengan menjelaskan standar yang diacu [SNI, EU Regulation].
Air Sabun kok Tidak Mempan? Pohon mangga saya kok di sebagian daun bagian bawahnya banyak semut ya? Sehingga di daun-daun tersebut (yang ada semutnya) bagian atasnya menjadi seperti ada jelaga dan itu selalu terjadi ketika musim hujan. Bagaimana cara mengatasinya? Saya sudah mengatasinya dengan memakai air sabun, namun tidak mempan.
Sertifikat Organik untuk Dua Pasar Jika saya ingin mendapatkan sertifikat organik produk kayu manis untuk pasar dalam negeri dan Uni Eropa bagaimana caranya? Apakah saya harus melakukan aplikasi dua kali? Apakah harus ada dua buah sertifikat (untuk pasar nasional dan Uni Eropa)? Ariel D. Desa Banjarbaru Banjarmasin Kalimantan Selatan
Pradipto W. Kampung Semplak Bogor
Agung Prawoto menjawab: Proses sertifikasi organik untuk pasar dalam negeri dan ekspor sama. Pemohon sertifikasi dapat mengajukan sertifikasi sekali ke lembaga sertifikasi yang mampu memberikan sertifikat organik untuk kedua pasar tersebut. Nanti lembaga sertifikasi akan menggunakan SNI dan EU Regulation sebagai standar acuan untuk inspeksi dan sertifikasi. Banyaknya sertifikat yang diterbitkan untuk proses sertifikasi tersebut, tergantung pada lembaga sertifikasi masing-masing. Sertifikat dapat diterbitkan terpisah tergantung standar yang diacu, atau dapat pula
Sabirin menjawab: Mestinya dengan air sabun (ingat sabun colek) yang disemprotkan pada bagian bawah daun akan memulihkan daun menjadi mengkilat kembali. Kalau dengan sekali tidak mempan coba ulangi beberapa kali, mudahmudahan akan bersih. Akan lebih baik kalau ada bahan tanaman yang berperan sebagai pestisida nabati seperti daun nangka belanda yang ditumbuk atau daun sereh wangi yang juga ditumbuk. Nah, kemudian tambahkan air sabun tersebut lalu disemprotkan. Biasanya akan bersih. Selamat mencoba.
Sabirin Tanaman Tahunan
14
Agung Prawoto Standar dan Sertifikasi
Toto Himawan Hama dan Penyakit Tanaman
Agus Kardinan Petisida Nabati
YP Sudaryanto Sayuran Organik
Daniel Supriyono Padi Organik
Diah Setyorini KesuburanTanah & Pemupukan
PENJAMINAN ORGANIS SISTEM PENJAMINAN PARTISIPATORIS (PGS) VISI BERSAMA, CITA-CITA BERSAMA *)
Foto oleh RSW
Standar disusun dan disepakati secara internal
Lidya Inawati & Sucipto KS
Tim SMPP*) AOI
D
isamping sistem penjaminan mutu yang dilakukan oleh pihak ketiga (lembaga sertifikasi) dengan standar bakunya, terdapat sistem penjaminan lain untuk kondisi dan pasar tertentu. Bentuk dari sistem ini adalah penjaminan partisipatif yang sesuai untuk pasar lokal. Sistem penjaminan mutu partisipatif ini adalah salah satu bentuk sistem penjaminan mutu yang menggunakan standar yang disusun dan disepakati secara internal (disusun sendiri oleh produsen dan konsumen). Kredibilitasnya dipastikan melalui partisipasi semua pihak, baik mereka yang terlibat dalam produksi organik maupun mereka yang terlibat dalam mengkonsumsi produk organik (konsumen organik). Metode Sistem Penjaminan Partisipatif ini sangat beragam, disesuaikan dengan lokasi, dan sistem sosial serta budaya dimana sistem tersebut diterapkan.
Namun prinsip-prinsip intinya relatif sama.
Filosofi PGS Tumbuh dari Filosofi Organik
Program PGS mengharuskan adanya pendekatan ekologis yang mendasar terhadap pertanian yang tidak menerapkan pemakaian pupuk atau pestisida kimiawi sintetis maupun organisme rekayasa genetika, dan lebih lanjut menunjang para petani dan pekerja dalam sebuah wadah ketahanan ekonomi jangka panjang dan keadilan sosial. Fokus utama untuk pasar lokal atau langsung bagi program-program PGS mendorong pembentukan komunitas, perlindungan lingkungan dan dukungan bagi perekonomian setempat.
Nilai-Nilai Mendasar
Sistem Penjaminan Partisipatoris memiliki suatu tujuan yang sama
dengan sistem sertifikasi pihak ketiga dalam menyediakan suatu jaminan yang kredibel bagi konsumen yang membutuhkan produk-produk organik. Perbedaannya terletak pada pendekatannya. Sesuai dengan namanya yaitu adanya partisipasi langsung dari petani atau bahkan konsumen dalam proses penjaminannya, bukan hanya dianjurkan namun dapat pula bersifat wajib. Sasaran layanan sistem PGS adalah lahan pertanian kecil serta pasar lokal dan langsung. Keikut-sertaan aktif dari sejumlah pihak yang berkepentingan selain berdampak pada proses pemberdayaan juga berdampak pada adanya berbagi tanggung jawab dari seluruh komponen yang terlibat didalam sistem penjaminan partisipatoris (PGS). Hal ini mengharuskan program-program PGS menempatkan pengetahuan dan peningkatan kapasitas
15
- tidak hanya bagi produsen namun juga bagi konsumen. Keterlibatan langsung ini memungkinkan program-program PGS secara teknis tidak sulit diterapkan dan benar-benar menuntun petani kecil menuju suatu sistem produksi organik. Berbeda dengan program sertifikasi yang ada saat ini yang dimulai dari gagasan bahwa petani harus membuktikan bahwa mereka memenuhi syarat untuk memperoleh sertifikasi, maka program PGS menggunakan suatu pendekatan berbasis integritas yang dimulai dengan suatu landasan kepercayaan. Landasan kepercayaan tersebut dibangun dengan transparansi dan keterbukaan, dan dipertahankan dalam suatu lingkungan yang mengurangi tingkat hirarki dan administratif.
Elemen Dasar
1. Visi Bersama Kekuatan mendasar dari Sistem Penjaminan Partisipatoris terletak pada visi bersama yang dimiliki oleh petani dan konsumen dalam prinsipprinsip inti yang memandu program tersebut. Walaupun tingkat keikutsertaan anggota dari program PGS mungkin beragam, namun program ini dapat berkembang pesat karena adanya kesadaran aktif terhadap: mengapa, bagaimana dan yang paling penting SIAPA yang dilayani.
2. Keikutsertaan Sistem Penjaminan Partisipatoris didasarkan pada suatu metodologi yang mengisyaratkan keterlibatan yang kuat dari mereka yang berminat dalam produksi dan konsumsi produkproduk organik. Prinsip dan peraturan bagi produksi organik disusun dan diterapkan dengan kontribusi dari seluruh pihak yang berkepentingan - baik produsen, konsultan maupun konsumen. Kredibilitas dari mutu produk merupakan konsekuensi dari keikut-sertaan.
diperuntukkan bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
3. Transparansi Seluruh pihak yang berkepentingan, termasuk petani, harus memahami dengan tepat bagaimana mekanisme penjaminan secara umum, prosesnya dan bagaimana suatu keputusan dibuat. Ini bukan berarti bahwa setiap orang perlu mengetahui seluk beluknya melainkan lebih pada suatu pemahaman mendasar tentang cara kerja sistem tersebut. Setiap orang sebaiknya mengetahui kriteria tentang bagaimana keputusan mengenai status organik dibuat, terutama alasan mengapa sejumlah lahan pertanian tidak dapat dianggap sebagai lahan organik untuk sementara waktu. Hal ini menyiratkan bahwa sejumlah dokumen tertulis mengenai PGS haruslah tersedia dimana dokumen tersebut
4. Kepercayaan – “pendekatan berbasis integritas� Sistem penjaminan partisipatif mencerminkan kemampuan masyarakat untuk menunjukkan kepercayaannya melalui penerapan mekanisme kontrol sosial-budaya yang berbeda. Sistem ini juga menyediakan informasi yang diperlukan untuk menjamin integritas organik dari petani organik mereka. Dengan demikian maka dalam sistem penjaminan ini beragam mekanisme yang spesifik budaya (lokal) untuk menunjukkan dan mengukur integritas organik juga diterapkan.
Partisipasi langsung produsen - konsumen Foto oleh SNY
Privasi dan informasi perdagangan milik produsen yang terkumpul selama penyelenggaraan PGS harus diperlakukan secara rahasia. Namun kerahasiaan seperti itu sebaiknya tidak dipergunakan untuk menyetujui prinsip transparansi. Hal ini tampaknya bertentangan dengan transparansi namun suatu garis harus ditarik antara privasi dan informasi perdagangan, disisi lain harus ada akses terhadap informasi.
5. Proses Pembelajaran Selain memberikan lebih dari sebuah sertifikasi, tujuan dari PGS adalah menyediakan alat dan mekanisme untuk membantu masyarakat dan perkembangan organik melalui peningkatan mata pencaharian dan status petani. Penting kiranya bahwa proses penjaminan memberikan kontribusi terhadap pembentukan jaringan pengetahuan yang dibangun oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam produksi dan konsumsi produk organik. Keterlibatan petani, konsultan dan konsumen dalam menguraikan serta menegaskan prinsip dan peraturan tidak hanya mengarah pada pembentukan kredibilitas dari produk organik, namun juga menuju pada suatu proses pembelajaran permanen yang dapat membangun kapasitas masyarakat yang terlibat. 6. Kesetaraan Kesetaraan berarti berbagi kekuatan. Pembuktian mutu organik dari suatu
16
Mekanisme untuk membuktikan kepatuhan para petani terhadap norma-norma yang telah ditetapkan yang dapat mendorong keikut-sertaan, organisasi serta memungkinkan proses pembelajaran bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Mekanisme untuk mendukung petani agar menghasilkan produk organik dan diakui sebagai petani organik, serta mencakup penyuluh lapangan, surat kabar, kunjungan lapang, situs jaringan dll. Dokumen utama, misalnya ikrar petani yang menyatakan persetujuan mereka terhadap norma-norma yang telah ditetapkan. Segel atau label yang memberikan bukti mengenai status organik.
Foto oleh SNY
Sayur di lahan organik
produk atau proses tidak ditujukan hanya pada beberapa pihak saja. Untuk mewujudkan mutu organik dari suatu produk atau proses, idealnya, semua yang terlibat dalam proses penjaminan partisipatoris memiliki tingkat tanggung jawab dan kapasitas yang sama.
Fitur-fitur Utama
Norma yang dibentuk oleh pihak yang berkepentingan melalui suatu proses yang demokratis dan partisipatoris, namun makna tentang keorganikan produk harus sesuai dengan yang dipahami bersama. Norma tersebut sebaiknya merangsang kreativitas yang merupakan karakteristik dari petani organik, bukan malah menghambatnya.
Prinsip dan nilai: meningkatkan mata pencaharian dan kesejahteraan keluarga petani serta memajukan pertanian organik. Sistem dan prosedur pengelolaan dokumen – Tidak banyak kertas kerja yang diperlukan bagi petani namun selalu terdapat cara-cara dimana mereka diminta untuk menunjukkan komitmen dan integritas organik mereka. Caracara tersebut harus didokumentasikan oleh PGS.
Konsekuensi yang jelas dan telah diuraikan sebelumnya bagi petani yang tidak memenuhi standar, tindakan tersebut akan dicatat dalam sebuah basis data dan dapat dipublikasikan karena beberapa alasan tertentu. *) Disadur bebas dari: Participatory Guarantee System: Case Studies for Brazil, India, New Zealand, USA. Published in Germany by IFOAM. Februari 2006 **) SMPP= Sistem Manajemen Mutu Partisipatif
Potret petani di Indonesia Foto oleh SNY
Organisasi akar rumput – Integritas organik seharusnya dirasakan sebagai hasil dari dinamika sosial dari seluruh pihak yang berkepentingan. Sesuai bagi pertanian skala kecil: Sifat keikut-sertaan dan struktur horizontal dari sistem tersebut memungkinkan terbentuknya kredibilitas melalui mekanisme yang jauh lebih tepat dan tidak terlalu mahal. Mekanisme tersebut sesungguhnya menyoroti, menerapkan dan mendorong konsumen untuk mendukung petani kecil.
17
PROFIL
Dulu Lahan Terlantar, Sekarang Lahan Organik
Kebun percobaan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bohorok di Desa Timbanglawang, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara eksis sejak awal Desember 2005. Dengan kerja keras, kebun yang hanya seluas 1,3 hektar disulap menjadi lahan pertanian produktif serta pusat pengembangan pertanian organik.
Syafrizaldi ESP*) Medan
Y
enni Lucia, Manager Pengembangan Program PPLH Bohorok menyatakan kebun percobaan ini mulai dikelola dengan membuat drainase di sekeliling kebun serta menanam kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) dan pohon gamal (Gliricidia sepuim) sebagai pagar hidup. ‘Dulu, lahan ini terlantar bekas sawah dan kolam’ katanya sambil tersenyum. Hanya jalan setapak kecil yang menjadi penghubungan jalan utama dengan kebun percobaan. Di kiri kanan jalan
18
tumbuh berbagai tumbuhan obat, mulai dari kumis kucing, brotowali, mahkota dewa, terong dan berbagai jenis bunga, termasuk rosela. Samping kiri kanan jalan setapak kebun percobaan itu ditumbuhi rerumputan hijau. Di pintu masuk ada sebuah gapura rindang dari bambu yang dirambati berbagai jenis bunga. Nampak delapan karung pupuk kandang tersusun rapi dekat gapura, siap untuk dipindahkan ke lahan. Sebuah kolam terhampar di sisi kanan jalan. Kolam itu penuh ditumbuhi lontar
(Cyperus papyrus). “Itu kolam biofiltrasi” kata Yenni. Kolam biofiltrasi merupakan sebuah kolam khusus yang dibuat untuk menyaring air sungai dari bahan pencemar. “Air yang masuk ke kebun adalah air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan kolam ikan” ujar Yenni menambahkan. Kolam biofiltrasi nyaris seperti rawa berukuran lebih kecil. Lebarnya hanya 6 meter dengan panjang 10 meter, di bagian pinggir kolam ada pematang seperti pematang sawah. Air dari luar kebun masuk langsung kedalam kolam melalui
Foto oleh Syafrizaldi
PPLH Bohorok:
Larikan tanaman dibuat teratur dengan bedengan. Pada larikan ini telah tumbuh berbagai macam tanaman sayur. Sementara tanaman tua tumbuh rapi sebagai peneduh sekaligus bahan untuk pestisida nabati. Di kebun percobaan ini tanaman tumbuh dengan pola tumpang sari, berselang-seling. “Terdapat lebih dari 25 jenis sayuran dan lebih dari 50 jenis tanaman obat”, ucap Yenni. Untuk mempertahankan kesuburan tanah, bedengan sayuran selalu dirotasi dengan tanaman kacang-kacangan. Foto oleh Syafrizaldi
Bangunan kantor di PPLH Bahorok ini dibuat bertingkat, bagian bawahnya digunakan sebagai gudang benih serta tempat penyimpanan alat-alat. Di dekatnya terdapat satu unit penampung air yang dibangun dengan tiang-tiang besi bewarna hijau setinggi 5 meter. “Air itu untuk keperluan minum dan mencuci”, kata Pak Miskun yang sehari-hari bertugas mengelola kebun percobaan itu.
Di bagian belakang kebun, sekumpulan tanaman membentuk pulau dalam sebuah kolam. Pulau tanaman ini disebut aquaponic, cara bertani yang menggabungkan antara budi daya ikan dengan tanaman. Tanaman dan ikan saling membantu pertumbuhan masing-masingnya dimana nutrisi tanaman tersedia dari kotoran ikan yang larut di dalam air sementara ikan juga memperoleh nutrisi dan oksigen yang dihasilkan tanaman.
Disamping bangunan air ada stasiun cuci yang digunakan untuk berbagai keperluan. Selain mencuci hasil panen, stasiun ini juga digunakan untuk mencuci alat-alat pertanian yang telah digunakan.
Pemandangan kebun percobaan ini sebagai lahan pertanian diperkuat dengan 6 orang yang sedang bekerja di lahan. Mereka ada yang sedang mencacah rumput untuk dijadikan kompos, menyiangi bedengan, ada pula
Kolam bio filtrasi
satu saluran parit dari tanah. Air hanya menggenangi 20 sampai 30 centimeter dari permukaan lumpur. Di dalam kolam, lontar ditanam rapi. Informasi wikipedia menyebutkan bahwa secara alamiah, lontar mampu mengurai bahan-bahan organis. Proses penguraian ini dibantu oleh bentuk batangnya yang panjang serta serapan akar berserabut panjang. “Kolam biofiltrasi juga mampu mengurangi zat toksin dari dalam air”, jelas Yenni. Petunjuk lain dari wikipedia menerangkan bahwa lontar juga dipakai oleh masyarakat Arab untuk mempercepat proses pembekuan darah pada luka. Bahkan, naskah-naskah kuno ditulis di atas daunnya. Memasuki pekarangan menuju bangunan utama terhampar sebuah kolam besar. Jembatan bambu melintas diatas kolam itu. Panjangnya hampir dua puluh meter. Di pertengahan jembatan dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk seperti shelter dimana markisa merambati tiangtiangnya. Jembatan ini memperindah bantuk kolam yang dipenuhi ikan mas dan nila. Di tengah kolam tumbuh genjer dan eceng gondok, termasuk tanaman lontar yang tertata sepanjang sisi jembatan.
Salah seorang pekerja di PPLH Bahorok Foto oleh Syafrizaldi
Kolam dihiasi juga dengan 8 buah rakit, masing-masing berukuran satu meter persegi. “Rakit itu untuk penelitian kami”, kata Sarti, Mahasiswa Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Menurut Sarti, mereka sedang melakukan penelitian serangga yang berpengaruh untuk perlindungan tanaman.
19
yang sedang memberi makan ternak. “Lebih dari seratus orang telah bekerja di kebun, bergantian. Umumnya berasal dari masyarakat sekitar sini”, ungkap Yenni sambil menunjuk ke arah para pekerja. Di tengah hamparan kebun terdapat sawung dari bambu dengan tiang penyangga yang kuat. Lantai sawung juga terbuat dari bambu, berada sekitar satu meter dari permukaan tanah. Dindingnya hanya setinggi 50 centimeter, sementara lainnya dibiarkan terbuka hingga udara bebas mengalir. “Setiap kali pertemuan selalu dilaksanakan disini”, ungkap Yenni.
Gerakan Organik Tidak Egois
Adalah Pak Aziz, 38 tahun, yang bekerja di kebun percobaan selama 3 tahun belakangan. Ia tinggal tidak jauh dari lokasi kebun percobaan. Dulunya ia hanya petani yang menanam padi secara konvensional. Namun sekarang sudah banyak menimba ilmu bertani secara organik. “Bertani organik itu tidak boleh egois”, katanya membuka percakapan di sela rintik hujan dekat ruang penyimpanan bibit PPLH Bohorok. Pola bertani organik merupkan satu sistim pertanian yang mengandalkan sumber daya lokal. Pada umumnya, bertani secara organik tidak mendatangkan input dari luar lahan, terutama bahan-bahan kimia buatan pabrik. Lahan dimanfaatkan secara optimal untuk membantu berkembangnya musuh alami (berbagai jenis fauna pemangsa hama, terutama dari jenis serangga). Untuk itu, tanaman berbunga menjadi sangat penting dalam menyediakan habitatnya. Di kebun percobaan, tanaman bunga tersusun rapi di berbagai tempat. Lavender ditata sejajar dengan kolam utama dekat pintu masuk kebun. Sementara itu, bibit tanaman zodia berjejer rapi di tepi ruang penyimpanan bibit. Tanamantamanan ini berguna sebagai tanaman pemikat serangga. “Kalau pakai pestisida kimia, kita malah membunuh semua serangga. Padahal, tidak semua serangga itu mengganggu pertumbuhan
20
tanaman. Dan banyak diantara mereka yang membantu pertumbuhan dan melindungi tanaman”, ungkap Aziz. Selain itu, juga dikembangkan berbagai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pestisida nabati dan pupuk hijau. Pohon nimba ditanam sebagai tanaman sela dan peneduh, pohon gamal bermanfaat sebagai pengalih perhatian serangga, daunnya sekaligus dapat dipakai sebagai bahan dasar pestisida nabati. Sementara suren, pinang dan tanaman obat lainnya tumbuh pada pinggir pematang sebagai penghalang terhadap kontaminasi bahan kimia dari luar kebun percobaan. “Fungsinya mirip kolam biofiltrasi, tapi ini untuk tanah dan udara”, kata Aziz. Ada sekitar 26 ekor itik bermainmain dekat kolam di dekat rumah kompos. Selain bertelur, kawanan itik itu menghasilkan kotoran yang penting untuk perkembangan tanaman dan nutrisi kolam ikan. Rumah kompos di kebun percobaan hanyalah sebuah bangunan setengah permanen. Tiangnya terbuat dari kayu dan bambu, sementara lantai dan sebagian dindingnya sudah dibeton. Ruangan di bangunan ini disekat-sekat sedemikian rupa dengan menggunakan bilah-bilah bambu. Terdapat 4 sekat ruangan,
dimana masing-masing sekat memiliki fungsi masing-masing. Bahan hijauan dicacah dengan menggunakan parang. Pencacahan sendiri dilakukan dengan tenaga manusia. Setelah bahan hijauan halus barulah dimasukkan ke sekat. Karbetta Karo Sekali, 40 tahun, praktisi pertanian organik di wilayah Kabupaten Karo menjelaskan bahwa teknologi sederhana dapat digunakan untuk mempercepat proses penguraian, yakni dengan menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL). Bahan MOL dibuat dari pembusukan berbagai jenis buah, air kelapa, air cucian beras serta bahan-bahan yang mengandung gula lainnya. Bahan-bahan ini dicampur dan dibiarkan membusuk selama hampir 2 minggu sebelum dicampurkan dengan bahan dasar kompos. “Kotoran hewan juga hewan mengandung bakteri yang baik untuk proses penguraian”, ungkap Karbetta. Pertanian organik sering diartikan hanya sebatas teknik bertani yang tidak menggunakan bahan kimia. “Padahal, organik itu sebuah gerakan”, kata Yenni mengakhiri bincang-bincangnya. (**) *) Environmental Service Program
Lahan dengan sistem tumpang sari Foto oleh Syafrizaldi
AGRI BISNIS
Menguak Geliat Perkembangan Teh di Indonesia
Foto oleh SNY
Lidya Ariesusanty PILI-Green Network
“Better to be without food for three days, than to be without tea for one.� Ancient Chinese
T
eh memang sudah mengakar pada kebudayaan Cina, negara yang juga dipercaya sebagai tempat lahirnya teh. Asal-usul teh yang banyak diikuti adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung yang hidup sekitar tahun 2737 Sebelum Masehi. Teh ini lahir secara tidak sengaja, ketika Kaisar Shen Nung sedang merebus air dikuali di bawah rindangan pohon. Secara kebetulan, angin bertiup cukup keras dan menggugurkan beberapa helai daun pohon tersebut dan jatuh kedalam
rebusan air dan terseduh. Sewaktu sang Kaisar meminum air rebusan tadi, ia merasa bahwa air yang diminumnya lebih sedap daripada air putih biasa, dan menjadikan badan lebih segar. Daun teh lah yang terseduh kedalam rebusan air sang Kaisar, dan sejak saat itu teh mulai dikenal dan disebarluaskan, hingga muncul tradisi minum teh di negara ini. Lain di Cina, lain di Jepang; di negara yang memiliki tradisi minum teh
dengan durasi 4 jam ini, percaya bahwa teh bermula dari potongan kelopak mata pendeta Budha bernama Daruma. Tradisi minum teh kemudian muncul di berbagai negara setelah teh diperkenalkan ke dunia luar melalui jalur sutra. Bahkan di Irak, sesibuk apapun, warga Irak akan menyempatkan diri berkumpul dan meminum teh bersama. Inggris pun demikian, bahkan di negara yang mengenal teh sejak tahun 1652 ini menganggap teh sebagai minuman
21
bangsawan. Karena itulah harga teh menjadi tinggi disana. Pada dasarnya ada 3 kelompok utama teh: Black Tea (Teh Hitam); teh yang melalui proses fermentasi secara penuh, Oolong Tea (Teh Oolong); teh yang dalam pengolahannya hanya melalui setengah proses fermentasi, biasa juga disebut gabungan teh hijau dan teh hitam, dan Green Tea (Teh Hijau), teh yang dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi. Di Indonesia sendiri jenis teh yang paling populer adalah Jasmine Tea (teh wangi melati), yaitu Teh Hijau yang dicampur bunga melati sehingga menimbulkan aroma atau wangi yang khas.
Harga Teh Dunia
Harum dan manfaat teh yang dahsyat mengangkatnya menjadi komoditas unggulan dunia. Sistem perdagangan yang diterapkan pada teh, adalah lelang. Sistem lelang memang relatif transparan untuk memperoleh harga tertinggi agar terjadi keseimbangan supply dan demand teh dunia terutama ketika over produksi. Harga teh dunia sangat dipengaruhi oleh hasil lelang teh di Mombassa (Kenya), Colombo (Srilanka) dan Kalkuta (India). Jumlah peserta dalam lelang biasanya dibatasi, karena itu seringkali memungkinkan perusahaan-perusahan melakukan perjanjian harga sebelum pelaksanaan lelang, dan cenderung memberikan dampak penentuan harga yang tidak layak bagi para petani.
Kondisi tipikal pada sektor perkebunan: petani merugi. Tak lepas dari keadaan itu, di Indonesia pun terjadi hal yang sama. Dengan keterpurukan harga teh Indonesia tahun-tahun belakangan ini, memberikan dampak besar bagi para petani. Bahkan kali ini tidak hanya petani yang merugi, perusahaan besar seperti PTPN pun ikut merasakan dampaknya.
Indonesia ini menurun dari beberapa tahun silam.
Keterpurukan komoditas yang 74% diantaranya dihasilkan dari Jawa Barat ini, terlihat pada penurunan nilai ekspor. Menurut data Dewan Teh Indonesia (DTI), ekspor teh pada tahun 2005 adalah 100.000 ton, pada tahun berikutnya menurun menjadi 95.000 ton, dan 83.000 ton di tahun 2007. Diperkirakan setiap tahun nilai ini turun sebesar 5%.
Mutu....
Turunnya jumlah teh yang di ekspor juga terjadi pada harga teh Indonesia yang cenderung lebih rendah dibandingkan harga rata-rata dunia. Pada tahun 2007, harga teh Indonesia hanya 1.2 USD, bandingkan dengan harga rata-rata dunia yang mencapai 1.95 USD. Lebih mengiris hati lagi jika dibandingkan dengan harga teh Srilanka di tahun yang sama, mencapai 3.4 USD. Srilanka memang menempati posisi pertama di pangsa pasar dunia, bersama Kenya, diikuti Cina, India, Vietnam dan Indonesia. Posisi
Indonesia, yang mengenal teh sejak tahun 1686 dari seorang Belanda bernama Dr.Andreas Cleyer, ternyata produksi tehnya tiap tahun meningkat. Produksi di tahun 2006, 140.000 ton, kemudian meningkat menjadi 149.000 ton tahun 2007.
Dan kembali, kita dihadapkan pada masalah klasik komoditas Indonesia, mutu. Penolakan teh Indonesia dan penetapan harga yang rendah, disebabkan oleh mutu yang rendah pula. Produksi dan pemasaran menjadi masalah utama dalam teh, menurut DTI. Warisan kolonial yang berkembang melalui sistem tanam paksa ini, ternyata kurang terperhatikan. Terbukti, perkebunan kita lalai untuk melakukan peremajaan tanaman teh, sehingga mutu teh Indonesia menjadi rendah,. Padahal di negara asalnya, tersebut legenda, bahwa teh terbaik dipetik oleh ĂŹperawan bersarung tangan putih dengan menggunakan gunting emas.ĂŽ Faktor lain yang disebut-sebut sebagai penyebab keterpurukan teh adalah fasilitas, teknologi dan tata niaga yang kurang mendukung. Selain itu juga, turunnya harga teh, disebabkan adanya impor teh. Mudahnya teh diimpor, karena bea masuk ke Indonesia untuk teh tergolong rendah hanya 5%. Sedangkan untuk Indonesia, ekspor ke beberapa negara lain bisa mencapai 25%. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula; mungkin kalimat ini tepat untuk kondisi teh Indonesia. Ketika kita sedang berduka dengan harga dan produksi yang buruk, citra teh Indonesia ternoda. Adanya upaya pencampuran atau blending teh impor kualitas rendah untuk diekspor dengan merk Indonesia cukup marak belakangan ini, terutama teh dari Vietnam dan Cina.
Foto oleh Sanja Gjenero
22
Permasalahan pelik pada sektor teh ini menjadi perhatian banyak pihak di negara kita. Berbagai upaya dilakukan
etis semakin luas dan kuat bahkan mampu mengancam keberlanjutan produk sebuah perusahaan dengan aksi boikot yang dilakukannya. Mulailah muncul beberapa inisiatif tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility - CSR). Beberapa inisiatif CSR yang muncul dalam sektor teh antara lain: Integrated Sustainability, 3P (Profit, Planet, People), Sustainable Tea, Fair Trade dan Ethical Tea Partnership (ETP). Pada perkembangannya, muncul pula inisiatif standar dan sertifikasi, termasuk di Indonesia. Namun menurut kajian The Business Watch Indonesia, sertifikasi sosial dan lingkungan di tingkat global bagi sektor teh Indonesia memang menjadi kebutuhan yang penting, namun kesiapan standar-standar yang mengakomodasi kepentingan semua stakeholder teh di negara ini menjadi kebutuhan yang jauh lebih mendesak, demi tercapainya kesejahteraan para petani dan pekerja.
Foto oleh Elaine Tan
oleh pemerintah, asosiasi teh, peneliti, bahkan oleh praktisi. Pemerintah berupaya mempromosikan teh, terutama di tingkat nasional untuk menaikkan pamor teh, yang masih dianggap minuman inferior di nusantara. Peneliti dan asosiasi teh melakukan kajian mengenai permasalahan. Menurut para peneliti, faktor yang berpengaruh terhadap percepatan pengembangan industri hilir teh: (1) Pajak Pertambahan Nilai, (2) insentif investasi; (3) harmonisasi tarif, dan (4) konsistensi dukungan. Dengan demikian, percepatan pengembangan industri hilir teh di Indonesia betulbetul sangat tergantung pada kebijakan dan political will dari pemerintah.
usaha memajukan teh dan semua hal yang terkait dengan teh. Di tingkat internasional, konsumen mendesak perusahaan-perusahaan besar agar menghasilkan produk dengan caracara yang etis. Para konsumen ini menghendaki bahwa pembeliannya tersebut dapat membantu para produsen kecil dan pekerjanya. Gerakan konsumen
Jalur perdagangan teh mulai dari petani hingga ke pabrik teh wangi cukup panjang. Jika teh ditolak perusahaan besar, perusahaan swasta setempatlah yang menerima, namun dengan harga jauh lebih rendah, dapat mencapai Rp. 400 dari harga Rp. 600 - 800. Dapat dibayangkan, dengan jalur yang panjang, harga rendah, mutu ditolak, akan makin menderitalah petani kita.
Foto oleh Sam Dhargalkar
Proses rehabilitasi, sebagai salah satu solusi menurut peneliti, asosiasi dan pemerintah, membutuhkan biaya yang cukup besar, sebesar Rp. 360 miliar. Nilai ini untuk rehabilitasi 50% perkebunan di Indonesia. Para praktisi, dan tak lepas pula konsumen juga tak ketinggalan dalam
23
Grafik 1. Skema jalur perdagangan teh
Fair Trade & Organik
Fair trade; sistem perdagangan yang adil dan berkesetaraan, dan sertifikasi lainnya untuk teh memang sedang marak di ranah internasional. Teh adalah salah satu produk fair trade yang berkembang paling pesat. Terdapat beberapa prinsip dari Fair Trade: Perdagangan langsung dengan organisasi petani, memotong jalur yang tidak perlu di tingkat menengah; prinsip keadilan untuk petani, pekerjaan dan kehidupan yang layak untuk pekerja; asosiasi pekerja dan petani dengan struktur pengambilan keputusan secara demokratis; penambahan premium untuk komunitas dan pengembangan
Foto oleh Elaine Tan
bisnis; pertanian berkelanjutan dan manajemen praktis pertanian, termasuk pembatasan penggunaan agro-kimiawi. Ketika konsumen melihat produk dengan label Fair Trade, dijamin petani mendapat harga yang pantas dan keuntungan lainnya dari sistem Fair Trade. Namun apakah sistem ini sudah menyentuh Indonesia? Kembali pada kajian dari The Business Watch Indonesia, kesiapan standar-standar yang mengakomodasi kepentingan semua stakeholder teh lah yang harus disiapkan terlebih dahulu. Seperti pada kakao dan komoditas lainnya, isu organik juga hangat menyentuh teh. Teh organik mulai diterapkan perusahaan-perusahaan, seperti PTPN dan beberapa perusahaan swasta. Dapat dilihat di sepanjang jalur perkebunan teh di Rancabali, plangplang berwarna merah bertuliskan: area bebas pestisida. Organik menjadi salah satu solusi juga, mengingat petani yang kesulitan membeli pupuk dan pestisida. Namun proses ini tentu tidaklah mudah, dalam setiap sistem tentu ada proses. Begitu juga dengan proses perubahan dari perkebunan teh konvensional menjadi perkebunan teh organik. Seperti yang dilakukan oleh Kabupaten Singgalang, yang mulai memproduksi teh organik. Geliat-geliat ini tidaklah sia-sia, menurut Asosiasi Teh Indonesia (ATI), jumlah teh yang diekspor tahun ini diperkirakan akan meningkat menjadi 95.000 ton dengan produksi 145.000 ton. Angka ini diprediksi dari nilai yang
24
sudah ada hingga Agustus ini. Harga teh Indonesia pun mulai meningkat menjadi 1.4 USD. Harga yang dapat dibilang cukup ideal agar bisa menutup biaya produksi dan menghasilkan laba meski sedikit. Angin segar lain muncul dari sisi kualitas, teh Indonesia dinilai memiliki kandungan zat kimia lebih sedikit ketimbang teh buatan Cina, India, atau Srilanga, papar Rachmat Badrudin, mantan Ketua ATI. Prospek teh pun masih terbuka, meski Uni Eropa sebagai pasar teh Indonesia terbesar memberlakukan syarat yang ketat. Per tanggal 18 Agustus 2008, harga teh mencapai 1.5 USD/kg dan kecenderungan di pasar dunia akan terus membaik. Komposisi teh yang diekspor saat ini adalah 40% teh hijau dan 60% teh hitam. Berita baik pun muncul untuk petani, unit pengolahan rakyat yang hanya menghasilkan teh hijau, bisa menjadi peluang di sektor pengolahan pucuk sebesar 40%. Peluang ini muncul karena ternyata teh hijau kita mutunya sangat bagus dimata konsumen luar negeri, tapi karena produksinya masih terbatas, sulit untuk meningkatkan ekspor. Teh hitam Indonesia pun mengandung katekin yang lebih tinggi dibandingkan teh hijau Jepang maupun Cina. Harapan masih ada pada sektor teh Indonesia. Hal buruk dan traumatis, seperti tanam paksa, tak berarti menjadi momok untuk perkembangannya. (**)
INFO ORGANIS
Ekstrak Strawberry Organik Lebih Efektif Mencegah Kanker Foto oleh Andrzej Gdula
Strawberry organik merupakan strawberry non-pestisida. Rasanya manis asam, enak, dan tentu saja bergizi tinggi. Studi terbaru menunjukkan bahwa ekstrak strawberry organik lebih efektif mencegah perkembang-biakan sel kanker ketimbang ekstrak strawberry konvensional.
Sri Nuryati Reporter ORGANIS
U
kurannya mungil dengan bentuk yang cantik, warnanya merah menyala, membuat siapa saja akan tergoda untuk menyantapnya. Cita rasanya asam segar, cocok dijadikan bahan jus, selai, topping kue atau dimakan segar sebagai buah meja. Manis dominan asam menjadikan buah ini digemari banyak kalangan.
Bukan hanya karena rasanya, tetapi juga manfaatnya bagi kesehatan. Tanaman herba asal Chili, Amerika ini memang kaya manfaat. Vitamin C yang tinggi berperan dalam meningkatkan produksi hormon seks dan memperlancar aliran darah menuju organ intim. Kandungan lain seperti anti anaemic dan reconstituent juga baik untuk menjaga stamina tubuh.
Strawberry (Fragaria spp) sangat kaya akan nutrisi, setiap 100 gr strawberry mengandung 0,8 gr protein; 0,5 gr lemak; 8 gr karbohidrat dan energi 37 kkal. Sedangkan mineral potensial yang terkandung didalamnya adalah kalsium 28 mg; fosfor 27 mg; zat besi 0,8 mg; magnesium 10 mg; potassium 27 mg; selenium 0,7 mg; vitamin A 60 SI; vitamin C 0,03 mg dan 17,7 mg asam folat.
25
memiliki aktivitas antioksidan dua kali lipat lebih tinggi dari anggur merah, lima kali lipat dari apel dan pisang, dan sepuluh kali lipat dari semangka.
Dapatkah strawberry mencegah kanker?
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan, strawberry berpotensi mencegah kanker. Para ilmuwan percaya, strawberry juga memperlambat tumbuhnya sel kanker, bahkan membunuhnya sampai tuntas. Meski begitu, penelitian terhadap hewan dan sel manusia ini masih dilakukan di laboratorium. Perlu penelitian lebih lanjut.
Foto oleh Matthew Bowden
Menurut American Cancer Society, vitamin C didalam strawberry dapat menurunkan resiko kanker saluran pencernaan. Beberapa senyawa fitokimia yang terdapat pada buah strawberry diantaranya adalah antosianin, asam ellagik, katekin, kuaerferin dan kaemferol. Antosianin tergolong dalam komponen flavonoid yang merupakan pigmen pemberi warna merah pada strawberry. Antosianin memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah serta melindungi terhadap masalah-masalah yang disebabkan oleh diabetes. Selain zat gizi, strawberry juga mengandung senyawa fitokimia yang disebut etlagic acid, yaitu suatu persenyawaan fenol yang berpotensi sebagai anti karsinogen dan anti mutagen. Senyawa karsinogen yang memicu timbulnya kanker tersebar luas di ingkungan kita. Senyawa fitokimia ini juga mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan berguna sebagai anti virus.
Mengapa strawberry baik untuk Anda?
Mengandung banyak vitamin C, terutama bila sepiring kecil penuh Anda habiskan. Juga mengandung vitamin B dan mineral mangan. Yang penting, strawberry tinggi serat, tetapi rendah lemak dan kalori.
Bagaimana strawberry memelihara kesehatan Anda?
Gizinya yang didominasi vitamin C, juga mangan, berfungsi sebagai
26
antioksidan. Bahan-bahan ini menjadi barier (pencegah) tubuh dari rusaknya sel akibat radikal bebas (produk sampingan tubuh selain hasil dari polusi, stres dan diet yang tidak sehat). Rusaknya sel berakibat melorotnya kekebalan tubuh hingga kita jadi penyakitan dan cepat tua. Meski tubuh memproduksi sendiri antioksidan, tambahan dari makanan juga perlu. Strawberry merupakan sumber antioksidan terbaik. Sebuah penelitian menunjukkan, strawberry
Strawberry dan Kesehatan jantung
Flavonoid, inilah bahan aktif yang terkandung dalam strawberry. Sifatnya melindungijantung,memeliharakesehatan pembuluh darah, mempertahankan suplai darah dan oksigen ke otot jantung. Caranya, mencegah terjadinya timbunan lemak di dinding arteri, sehingga menghindari munculnya plak. Di samping itu, strawberry juga mencegah darah mudah membeku. Semua itu berlaku bila setiap hari Anda mengkonsumsi sekurangnya 8 strawberry. Foto oleh Zsuzsanna KiliĂĄn
Foto oleh SM Jet
Dapatkah melawan peradangan dan melambatkan penuaan?
Penelitian terakhir mengungkapkan, ekstrak strawberry mengurangi dan mencegah peradangan. Riset di laboratorium memperlihatkan bahwa ekstrak strawberry sama efektif, bahkan lebih efektif, dibandingkan dengan obat anti radang pada umumnya. Peradangan merupakan faktor terbesar terjadinya banyak penyakit seperti serangan jantung, artritis, kanker, dan gangguan pencernaan. Penelitian pada hewan juga menunjukkan, strawberry memperlambat penuaan otak. Dalam penelitian, binatang-binatang yang diberi makan strawberry menunjukkan kemajuan dalam proses pembelajaran, penampilan, dan memori dibandingkan dengan binatang yang tidak makan strawberry.
Strawberry organik lebih efektif mencegah kanker
Menurut catatan kuno, strawberry digunakan sebagai alat diuretis dan homostestis berbalis. Peneliti dari Swedia telah membuktikan bahwa strawberry dapat menyembuhkan
penyakit gout, kandungan ellargic dalam strawberry juga dapat mengurangi resiko penyakit kanker. Para peneliti Ilmu Pertanian, Universitas Swedia dan Universitas Lund membandingkan lima ekstrak strawberry organik dengan ekstrak strawberry konvensional untuk mengetahui kemampuannya menahan perkembang-biakan sel kanker usus dan payudara manusia. Hasilnya, mereka menemukan ekstrak strawberry organik lebih efektif dalam mencegah perkembang-biakan dua jenis sel kanker itu dari pada strawberry konvensional. Ekstrak strawberry organik mengurangi perkembang-biakan sel pada dosis antara 0,025 hingga 0,5 persen dari berat kering ekstrak volume pembiakan sel. Pada konsentrat tertinggi, ekstrak organik dapat mencegah perkembang-biakan sel kanker usus (HT29) hingga 60 persen dan sel kanker payudara (MCF-7) hingga 53,1 persen. Nilai itu setara dengan ekstrak strawberry konvensional 49,7 persen untuk sel kanker usus dan 37,9 persen untuk sel kanker payudara. Perbedaan yang signifikan dalam statistik.
Ekstrak yang paling efektif untuk mencegah perkembang-biakan sel mengandung 48 persen lebih askorbat dan lima kali lebih dehydroaskorbat. Vitamin C adalah askorbat ditambah dehydroaskorbat. Strawberry organik juga mengandung zat antioksidan dan askorbat yang relatif lebih tinggi dibandingkan dehydroaskorbat. Kompos sebagai suplemen tanah juga dapat menambah jumlah bahan antioksidan dalam strawberry. Ekstrak strawberry yang kaya vitamin C dan antioksidan, tercampur dengan mitogen aktif protein kinase (MAPK) menandakan aliran pembelahan sel, transformasi dan perkembangbiakan sel kanker. Manfaat strawberry organik juga ditemukan pada buah lainnya. Buah plums kuning organik ditemukan kaya asam phenol ketika tumbuh secara alami di lahan rumput atau sekitar clover (tanaman genus Trifolium) dibandingkan buah plums yang tumbuh secara konvensional. Plums dan ekstrak clover menyebabkan apoptosis (kematian sel) dan mengurangi kemungkinan hidup sel kanker pada hati manusia. (**)
27
RUMAH ORGANIK
Pangan...Oh... Pangan Foto oleh Ove Tøpfer
Bibong Widyarti Konsumen Organik
S
etiap akan memasuki Hari Pangan Sedunia masalah pangan pastinya selalu menjadi berita hangat, dibahas dan dibahas…Jika dipikir, masalah pangan memang merupakan kebutuhan dasar manusia, merupakan hal sensitif apalagi dipengaruhi adanya masalah perubahan iklim yang sudah pasti mempengaruhi produksi pangan. Belum lagi jumlah penduduk yang terus meningkat, namun disisi lain ketersedian lahan pertanian malah menjadi semakin terbatas.
Apa tindakan “konsumen“?
kita
sebagai
Masalah pangan bukanlah hal yang sepele karena diperlukan perencanaan jangka panjang. Untuk mengatasinya perlu ada perubahan pola konsumsi serta kebiasaan. Contohnya: kita tadinya mandiri, dengan ketersediaan lahan
28
serta ketrampilan bertani dan berternak sehingga kebutuhan akan pangan dapat dipenuhi dan bahkan, jika berlebih dapat diperjual belikan. Namun lihatlah yang terjadi saat ini, semua beralih ke pola ketergantungan maksimal dimana semua kebutuhan dipenuhi dari luar. Kembali lagi sebagai konsumen organik, yaitu gerakan dan pilihan yang menurut sebagian orang di perkotaan merepotkan, terbatas, susah dan mahal. Menjadi konsumen organik memang perlu upaya baik materi maupun sikap dalam melakukannya. Kita seakan diajak kembali untuk bersama bersikap seimbang terhadap segala hal, baik untuk manusia-nya, alam lingkungannya, maupun jiwa-nya. Kebutuhan dengan banyak pilihan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang
bukan sekedar hanya keinginan saja. Ketersediaan pangan yang terkadang membuat kita sebagai konsumen terbelenggu, tidak punya pilihan lain namun kita butuh. Contoh saja masalah kecap, kelihatannya sepele…Karena termakan iklan yang gencar, maka jika tidak membubuhkan kecap ke dalam masakan yang kita masak serasa kurang pas, kurang enak, kurang afdol. Namun mau pakai ternyata kedelenya mengandung GMO, lantas bagaimana? Terlebih di kemasan daftar kandungan tidak tertera lengkap komposisi yang terkandung didalamnya…aduh pusing! Itu baru masalah kecap! Belum yang lainnya. Di media sekarang marak terlihat iklan produk luar negeri. Mengapa mesti memilih apel Fuji, pepaya Bangkok/
Hawai, durian Bangkok, bahkan hingga ke beras. Kemana larinya produk lokal Indonesia seperti Salak Pondoh, Belimbing Depok, Nanas/Talas Bogor, Ubi Cilembu, Jeruk Garut, Apel Malang, Anggur Bali, dan lainnya?
Burger atau Arem-arem?
Terkadang kita tidak menyadari bahwa apa yang dipilih ternyata mempunyai dampak yang luas ke semua aspek kehidupan. Coba kita renungkan bersama, misalnya: Apakah yang akan kita bawa sebagai penganan dalam perjalanan pulang kampung. Burger atau arem-arem? Apa sih yang penting dari burger yang hanya berupa roti yang diisi daun selada, irisan tomat, selembar daging dan keju? Lihat si arem-arem yang berupa nasi yang diisi oncom, lalu digulung menjadi lontong. Satu orang memang tidak ada bedanya, tetapi jika berjuta orang, berapa kilo gram daging, keju, tomat yang mengandung GMO yang dibutuhkan? Dan berapa banyak minyak sawit yang dibutuhkan untuk menggoreng? Juga berapa biaya royalti, berapa energi yang terbuang, berapa banyak sampah plastik atau styrofoam yang jadi wadahnya? Sedangkan produk lokal si ”arem-arem” yang merupakan makanan asli lokal, produk skala rumahan, semua bahan bakunya asli lokal ya…oncom, beras, cabai dan bungkusnya yang berupa
Foto oleh Emre Nacigil
www.acehforum.or.id
daun, semua serba organik, mudah menyatu kembali dengan alam. Kalau semua yang dipilih membuat kita tergantung pada negara lain, bagaimana dengan anak cucu kita nanti? Kapan kita akan mandiri secara pangan?
Sadari Apa yang Kita Konsumsi
Konsumen adalah kita semua, dan kendali ada ditangan kita. Jika kita dapat merubah pola konsumsi kita, maka produk lokal dari negeri tercinta ini akan dapat berkembang sesuai dengan keistimewaan dan keragamanannya. Disamping itu kitapun dapat berperan dalam perkembangan pertanian berkelanjutan dengan segala kearifan lokal yang ada.
Makanan tidak sekedar untuk makan, tetapi juga untuk sehat dan seimbang. Bukan karena setelah kita sakit dan bermasalah, baru kita memperhatikan pangan kita. Sebaiknya kita sadari bersama apa yang kita konsumsi. Pilihan kita saat ini akan menentukan masa depan anak cucu kita, dan pola konsumsi itu adalah sebuah proses. (**)
Apa yang dapat kita lakukan?
• Kenalkan aneka ragam bahan pangan dalam keluarga, sehingga pola konsumsi yang sehat terbentuk dalam keluarga • Gunakan menu-menu lokal, atau makanan rumahan sebagai pilihan makanan sehari-hari • Hindari makanan yang melalui proses yang panjang seperti makanan instan, makanan berpengawet, dan lain-lain • Utamakan kebutuhan dari pada keinginan • Pilih pangan lokal, yang menggunakan bahan baku lokal • Variasikan dalam pembuatan/ pengolahannya sehingga dapat mengurangi konsumsi individual bahan pangan impor • Biasakan membaca label, minta informasi pada produsen bila label tidak lengkap.
Buat perbedaan dengan hal sederhana…. 29
RAGAM Sabun Susu dari Boyolali
K
ecamatan Boyolali, utamanya Desa Musuk, terkenal dengan peternakan sapi perahnya. Di Desa tersebut, setiap keluarga rata–rata memiliki 3–4 ekor sapi. Setiap ekor sapi di desa tersebut mampu menghasilkan 10–12 liter susu setiap harinya, dan dalam sehari, sang pemilik sapi dapat memerah susu dari sapisapi tersebut hingga dua kali. Sehingga jika dikalkulasi, berarti setiap peternak mampu menghasilkan sekitar 60– 100 liter susu/hari. Namun sayangnya saat ini susu-susu tersebut hanya dijual kepada para pengumpul dengan kisaran harga 2.500 – 3.000 rupiah/liter.
Membangun Kepercayaan Produsen-Konsumen
P
ada tanggal 12–13 Agustus 2008, Aliansi Organis Indonesia (AOI) bekerja sama dengan Yayasan LESMAN, Boyolali, mengadakan kegiatan “Loka Karya Sistem Foto oleh SKS Penjaminan Mutu Lokakarya lokal di Boyolali Partisipatif ” yang diadakan di Boyolali, Jawa Tengah. Acara tersebut bertujuan membangun kepercayaan antara produsen dan konsumen untuk membentuk dan menyepakati ukuran relatif suatu produk. Kegiatan di Boyolali ini dihadiri oleh sekitar 25 orang petani dan merupakan rangkaian dari beberapa loka karya sistem penjaminan mutu partisipatif lokal yang akan berujung pada sebuah Loka karya Nasional Sistem Penjaminan Mutu Partisipatif yang akan diselenggarakan pada bulan Nopember yang akan datang di Jogjakarta. Kegiatan serupa juga diadakan di PPLH Seloliman Trawas, Jawa Timur pada tanggal 30 Agustus 2008 dan di Bogor, 20 September 2008. (SKS)
Foto oleh SKS
Pak Marjono dengan sabun susu-nya
Adalah Marjono, seorang petani di Kabupaten Boyolali, Kecamatan Musuk, Desa Gendosari yang sudah 3 bulan ini disibukkan dengan temuannya, “sabun susu”, yaitu sabun yang berbahan baku susu sapi. Pembuatannya tidak begitu sulit, bagian susu yang digunakan untuk membuat sabun susu ini adalah krim susu. Dan krim susu ini bisa didapat dengan membiarkan susu hasil perahan selama beberapa jam. Krim akan mengapung diatas cairan susu. Namun dari satu liter susu hanya 1⁄4 bagian saja yang bisa menjadi krim susu. Kemudian, krim tersebut dicampur dengan beberapa bahan kimia. Setelah tercampur, lalu dituang kedalam cetakan. Setelah didiamkan selama kurang lebih 2–4 minggu, jadilah sabun susu batangan yang siap digunakan. Belum banyak peternak sapi di desa tersebut yang memanfaatkan peluang ini, padahal keuntungan yang diraih cukup menggiurkan. “Jika saya memanfaatkan susu ini untuk dijadikan sabun susu, satu liter susu menghasilkan 24 batang sabun susu. Saya menjual Rp.3.000–Rp.4.000/batangnya, keuntungannya besar bukan?” ungkap Pak Marjono kepada ORGANIS. (SKS)
30
Kabar dari Petani Kakao Organik Simeulue, Aceh
S
i m e u l u e adalah sebuah pulau kecil yang terletak di ujung Barat pulau Sumatera. Pulau ini dapat dijangkau dengan pesawat yang berpenumpang Foto by RSW maksimal 12 orang. Kakao, salah satu produk penting di Pesawat kecil inilah pulau kecil ini yang menjadi salah satu sarana transportasi andalan masyarakat Simeulue. Dari bandara Polonia Medan, pulau kecil ini bisa ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam. Pulau ini juga dapat dicapai dengan menggunakan feri dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat selama kurang lebih 9-12 jam.
Foto by RSW Foto by RSW
Pertemuan, disela rutinitas
Sejak Juni 2008, bekerja sama dengan Care Internasional Program Simeulue (CI-PS), Aliansi Organis Indonesia (AOI) mengembangkan program pengembangan ICS (internal control system) untuk membangun sistem pengawasan mutu produk pertanian yang dihasilkan oleh petani-petani yang selama ini didampingi oleh CI-PS. Salah satu hasil penting dari program ini adalah disepakatinya organisasi ICS yang bernama “Araban Organik Simeulue’ (AOS). Dengan 21 orang anggota, organisasi ini menjadi wadah bagi anggota kelompok tani untuk membangun sistem pengawasan mutu produk kelompok, sekaligus menjadi alat untuk melakukan pemasaran bersama yang diyakini akan memperkuat posisi tawar petani menghadapi pasar yang seringkali tidak adil. Sebagai langkah awal, AOS memfokuskan diri pada produk kakao yang menjadi salah satu produk penting di pulau kecil ini, selain kelapa dan cengkeh yang telah ada sejak lama. Budi daya kakao organis dengan teknik polikultur menjadi satu strategi penting dalam menjaga kelestarian lingkungan agro ekosistem di kawasan ini. Pertemuan, pelatihan, lokakarya Pertanian Organis, yang salah satunya dilaksanakan pada 25-26 Agustus 2008 yang digelar disela-sela rutinitas keseharian petani secara perlahan menumbuhkan pemahaman dan kesadaran petani untuk terus mengembangkan diri dalam membangun sistem pertanian yang lebih baik ke depan. Bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan jangka pendek tetapi lebih jauh sampai kepada tujuan-tujuan jangka panjang, terutama terkait keberlanjutan kehidupan pulau kecil ini di masa depan. (RSW)
Mutu Kakao Organis dan ICS “PBUT (Pemasaran Bersama Usaha Tani) akan segera memperoleh Sertifikat Cacao Organik,” begitu yang terlontar dari salah satu peserta pelatihan (Anggota Koperasi PBUT)
Latihan inspeksi ke lahan anggota PBUT.
yang memang berharap kelompoknya bisa segera mendapat sertifikat kakao organik. Bukan tanpa alasan, sebagian besar petani telah sejak lama mengembangkan sistem budi daya kakao organik, selain karena alasan lingkungan dan kesehatan yang belum begitu terasakan oleh petani maka alasan ekonomi melalui perbedaan harga dengan kakao nonorganik pun menjadi pelepas dahaga ditengah oase jargonjargon pertanian organis yang selama ini mereka dengar dari berbagai ceramah, seminar, lokakarya pertanian organis. Untuk dapat memperoleh sertifikat tersebut, PBUT harus memperkuat sistem pengawasan mutu kakao yang diproduksi oleh anggotanya. Sistem pengawasan ini mulai dari persiapan lahan sampai ke produk kakao tersebut diterima oleh konsumen atau pedagang pembeli kakao. Semua proses ini harus dicatat oleh petani dan akan diperiksa oleh lembaga sertifikasi untuk dasar pemberian sertifikat.
Foto by RSW
Buah kakao organik di lahan TC Bitra, Sayum Sabah.
Selama empat hari, bertempat di Training Center Sayum Sabah-BITRA, sekitar 25 orang petani berdiskusi tentang bagaimana mengembangkan sistem pengawasan internal tersebut. Ada beragam masukan dari nara sumber dan fasilitator. Namun yang terpenting dalam diskusi tersebut adalah apakah sistem itu dapat diterapkan oleh petani atau tidak. ”Kalau itu tidak bisa diterapkan, sia-sialah diskusi empat hari ini,” kata beberapa petani peserta diskusi yang diinisiasi oleh AOI dan Yayasan BITRA Medan pada 18-21 Agustus 2008 yang lalu. (RSW)
31