organis edisi 22

Page 1

Redaksi Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggungjawab Direktur Eksekutif AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Ahli Indro Surono, Rasdi Wangsa Staf Redaksi Lidya Inawati, Sucipto Kusumo Saputro, Elly Yusnawati, Ani Purwati Desain Grafis Said Abdullah Iklan Syarifa Jamila, Andi Sutejo, Dwi Koernia Distribusi Nurdin Hermawan

Alamat Redaksi Jl. Kamper, Blok M No.1, Budi Agung, Bogor. Telp/fax: +62 251 8316294 email: organicindonesia@organicindonesia.org

website: www.organicindonesia.org

Dari Redaksi

Perdagangan seharusnya mempunyai potensi untuk memberantas kemiskinan. Namun perdagangan yang selama ini terjadi adalah tidak adil dan justru memperlebar kesenjangan yang telah ada antara kaum miskin dan kaya. Permasalahannya bukan karena perdagangan tersebut merugikan kebutuhan dan kepentingan kaum miskin, namun karena adanya aturanaturan dalam perdagangan yang dimanipulasi secara curang untuk kepentingan pihak-pihak tertentu terutama pihak kaya. Berhadapan dengan situasi semacam ini, maka muncullah gerakan yang memberdayakan produsen marjinal agar dapat memperbaiki kualitas hidup mereka dan para pekerjanya. Gerakan inilah yang kemudian dikenal sebagai gerakan fair trade. Gerakan ini kini telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai sebuah gerakan, fair trade telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan ditandai dengan semakin banyaknya organisasi atau kelompok yang mengadopsi model fair trade. Namun perkembangan ini bukan tanpa tantangan. Kenyataan yang terjadi adalah hingga kini masih banyak masyarakat yang belum menyadari adanya fair trade. Padahal salah satu faktor yang menentukan perkembangan gerakan ini adalah penerimaan masyarakat akan produk-produk tersebut. Misalnya sejauh mana masyarakat konsumen mau mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli produkproduk fair trade yang dihasilkan secara etis dan ramah lingkungan ketimbang membeli produk sejenis yang lebih murah harganya meski dibuat dengan merusak lingkungan dan melanggar HAM kaum buruh. Tanpa adanya penerimaan semacam ini dapat dipastikan fair trade akan sulit tumbuh dan menyebar. Pembaca sekalian, di edisi kali ini ORGANIS akan banyak mengupas mengenai fair trade baik dari sisi peluang maupun tantangan-nya. Bagaimana fair trade dari sisi konsumen? Ini pun akan diurai di rubrik Rumah Organik.

Foto Cover: Agung Prawoto

Selamat Membaca‌.

ORGANIS diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa LSM, akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fair trade.

2


Daftar Isi

Isu Utama 5

Fair Trade dan Free Trade

8

Apa yang Diharapkan dari Fair Trade di Indonesia?

11

Jendela Konsultasi 15

Buah Kakao Lembek dan Berulat?

Pergeseran Tair Trade: Anugrah atau Musibah?

Profil 19

Bertani di Pusat Kota Tingkatkan Kualitas Produk dan Lingkungan

Penjaminan Organis

Agribisnis 22

Pundi-Pundi Ekonomi di Pekarangan

16

Jaminan Lokal untuk Produk Lokal

Rumah

Info Organis 25

Rumah Organik 28

yang Ber-etika?

Fesyen Organik Sudah Ada di bandung, Euy!

Apakah Aku Konsumen

Ragam 30

“Ngala Berkah” di Kaki Gunung Salak”

Ada banyak mata mengawasi produk dan jasa anda. Promosikan produk atau jasa anda di ORGANIS. Hubungi Advertising Officer kami di: +62 251 8316294 atau email ke: organisindonesia@organicindonesia.org

3


Surat Pembaca Ingin Mendaftar Sebagai Anggota AOI Apakah saya (pribadi) dapat mendaftar sebagai anggota AOI? Salam, purwantoprihyono@yahoo.co.id Redaksi: Keanggotaan AOI terbuka bagi siapa saja yang memiliki visi dan misi sama dengan AOI. Jika Bapak ingin menjadi anggota AOI, silakan kirim surat ke bagian keanggotaan AOI yaitu Ibu Ninthyas Eka Wulandari melalui email di ninthyas@organicindonesia.org

Cari Bibit Kedelai Lokal Saya sedang mencari bibit kedelai non hibrida untuk tanam gilir. Adakah yang bisa bantu? Syam Petani Organik, Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat Redaksi: Untuk sementara kami akan sebarkan informasi anda di majalah ORGANIS dan milis kami. Adakah yang mempunyai informasi tersebut di atas?

Jaringan AOI di Sumatera Utara Saya berasal dari Medan dan sekarang berdomisili di Bekasi. Saya tertarik dengan pertanian organik dan ingin sekali membantu para petani yang sebagian besar tinggal di daerah. Namun karena keterbatasan pengetahuan saya dan waktu (saya masih kuliah), bisakah saya mendapatkan informasi-informasi tersebut? Selain itu, saya ingin bertanya apakah jaringan AOI ada di wilayah Sumatera Utara? Saya ingin menerapkannya di Medan. Ferdinan Susilo ferdinand_soesilo@yahoo.com

Redaksi: AOI memiliki anggota di Sumatera Utara [Medan, Dairi, Prapat] yang ber gerak di per tanian or ganik. Untuk informasi lebih lanjuta, Bapak Ferdinan dapat menghubungi Bapak Rasdi Wangsa melalui email di [rasdi@or ganicindonesia.or g]atau hubungi Ibu Sri Nuryati di [sri@organicindonesia.org]. Untuk websitenya silahkan kunjungi: www.organicindonesia.org

Butuh Informasi Beras Organik Saya tinggal di Bogor dan saat ini saya butuh info tentang beras organik (beras putih and beras merah). Bisakah saya mendapatkan informasinya? Juga salah satu suppliernya? Niken dias prasasti niken_diasp@yahoo.com Redaksi: Untuk supplier beras organik wilayah jabodetabek silakan hubungi Ibu Sri Widiastuti di KONPHALINDO. Alamatnya: Kompleks Ruko Permata Pancoran No.15D. Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12780. Telp. 021-79198018, Fax: 012-78880075

Cari Supplier/Petani Kakao Apakah AOI mengetahui petani atau supplier kakao yang bagus? Maria Goretti PT Larise Trading International Jl. Parangtritis KM 8,5 Tembi Timbulharjo, Sewon Bantul Yogyakarta Redaksi: Silakan hubungi Bapak Sabirin di PANSU Medan, No.: 08126098202 Terima kasih atas kiriman saran dan kritiknya.Untuk mengunduh artikel-artikel ORGANIS silahkan klik: www.organicindonesia.org

4


Isu Utama

Fair Trade dan Free Trade

Oleh: I. Gst. Kt. Agung Alit

M

edia massa di tanah air saat ini banyak memberitakan tentang free trade ketimbang fair trade. Kedua istilah tersebut memiliki persamaan yaitu menyangkut aktivitas jual-beli atau trading. Perbedaannya adalah dari segi etika dan cara kerjanya atau bahasa kerennya: mode of production nya. Free trade atau pasar bebas itu melulu memburu laba atau profit, bila perlu menghalalkan segala cara, tidak peduli dengan hal-hal yang berbau kesejahteraan orang banyak. Free trade dalam praktek menjelma dalam bentuk korporasikorporasi raksasa atau investor dari negara-negara kaya/maju. Kehadirannya kerap mengatas namakan pembangunan sehingga mendapat restu dari pemerintah, maupun tokoh-tokoh masyarakat.

Demi profit, negara pun tak segan segan dijungkir balikkan. Dampak free trade bisa dilihat di beberapa daerah yang kaya dengan sumber daya alam, seperti Papua, Aceh, Bali dan masih banyak daerah lainnya di tanah air. Terjadinya per usakan lingkungan dan pemiskinan rakyat/penduduk lokal. Bahkan akibat yang lebih ekstrim lagi yaitu munculnya gerakan separatis memisahkan diri dari NKRI, sebagai ungkapan kekecewaan rakyat atas sumber daya alamnya yang dibabat habis oleh korporasi yang bergandengan mesra dengan pemerintah. Dari sudut beroperasinya, kepentingan para korporasi tertuang jelas dalam kebijakan yang dikeluarkan melalui organisasi supra neg ara se per ti: IMF

(International Monetary Fund), WTO (World Trade Organisation) dan WB (World Bank). Jika negara ikut meratifikasi itu berarti wajib hukumnya untuk mengikuti aturan main yang telah ditetapkan. Tak jarang para korporasi jug a mempunyai saham dalam membidani kelahiran seseorang untuk menjadi pemimpin nasional di suatu negara. Karenanya jika terjadi konflik atau penolakan atas kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut, pemerintah nasional menjadi tidak berkutik, karena sudah menjadi perpanjangan tangan sang kor porasi. Rak yat dide pak, kemudian terhempas dan yang lebih terhempas lagi adalah kaum perempuannya.

5


Dari segi produk yang diperjual belikan, rejim free trade tidak tanggung-tanggung, segala sumber daya alam, sawah, gunung, bukit, pantai dengan pasirnya, hutan, aneka bebatuan, keputusan negara, kuburan dan sebagainya. Segala sesuatu dijadikan komoditi dan masyarakat hanya dilihat sebagai konsumen. Konsekuensinya semua sektor publik dikendalikan oleh kekuatan korporasi. Di Bali bisa dilihat jelas praktek free trade dalam kaitan industri pariwisata seperti dalam biro perjalanan, transportasi, pengunjung, pemandu wisata orang luar negeri, hotel, restoran (dari bahan mentahan, peralatan serta chef-nya), semua orang luar negeri.

Fair Trade: Happiness and Welfare Oriented Menyikapi keberadaan rejim pasar bebas, sejumlah kalangan telah mengambil inisiatif dengan membuat wacana alternatif yang dikenal dengan fair trade (perdagangan yang adil). Fair trade menjadi sikap yang dalam praktek bisnis atau profitnya sangat mempertimbangkan nilai-nilai etik kemasayarakatan. Berikut difinisi fair trade yang dikutip dari web site IFAT: Fair trade is a trading partnership, based on dialogue, transparency and respect, that seeks greater equity in international trade. It

foto: ayip/kinjengdomstusio

Situasi dan kondisi ini harus disikapi bersama, siapapun dan dimanapun anda di tanah air ini,

suku, agama dan apapun jabatan anda mari kita bahu-membahu membangun solidaritas untuk melepaskan tanah air tercinta dari lilitan rejim pasar bebas (free trade).

Petani memanen padi organik dan akan dipasarkan secara adil

6

contributes to sustainable development by offering better trading conditions to, and securing the rights of, marginalized producers and workers-especially in the South. (fair trade adalah model perdagangan yang berdasarkan pada dialog, keterbukaan dan saling menghormati, yang bertujuan untuk menciptakan keadilan, pembangunan berkesinambungan melalui penciptaan kondisi perdagangan yang lebih fair dan memihak hak-hak kelompok produsen dan pekerja yang terpinggirkan terutama di negaranegara Selatan yang diakibatkan oleh praktek dan kebijakan perdag ang an inter nasional). Dari pengertian ini, ada dua hal yang saya bisa dilihat, yakni: fair trade sebagai gerakan dan fair trade sebagai model/kegiatan bisnis. Fair trade sebagai gerakan lebih banyak


foto:istimewa

Suasana pasar di sebuah mall

menyangkut soal keorganisasian. Fa i r t r a d e a d a l a h g e r a k a n internasional yang berada di bawah organisasi payung yang dulu disebut IFAT (International Fair Trade Assosiation), yang segera berganti nama menjadi: World Fair Trade Or ganization (WFTO). WFTO bertugas merumuskan aturan main dan kriteria yang harus dipenuhi anggota maupun orang atau org anisasi yang ingin bergabung dalam gerakan fair trade. Kegiatan organisasi lebih banyak difokuskan pada kegiatan advokasi kebijakan, terutama kebijakan perdagangan Internasional/World Tr a d e O r ga n i za t i o n (W TO ), advokasi konsumen melalui kampanye dan pembukaan akses pasar untuk ang gota dan memonitoring kegiatan anggota dalam penerapan prinsip-prinsip fair trade. WFTO anggotanya terdiri dari 300 organisasi di sekitar 80 negara di dunia

mewujud nyatakan prinsip-prinsip fair trade yang bisa diakses langsung melalui web site IFAT. Dalam tulisan ini saya singgung beberapa butir penting dari prinsip fair trade yang dijadikan pedoman dalam praktek fair trade, antara lain: dalam kegiatan bisnis harus ada unsur aktif m e m e r a n g i kemiskinan, pembayaran layak dan lancar, tidak mempekerjakan tenaga kerja anak, menghormati lingkung an, k e s e t a r a a n perempuan atau gender, hubungan bisnis yang berkesinambungan dan ada unsur partnership saling

membesarkan. Jadi yang menjadi perhatian para pelaku fair trade adalah dalam kegiatan bisnis atau usaha, lebih mengacu pada norman o r m a ke m a nu s i a a n . D a l a m memproduksi barang, sangat diupayakan menghindari terjadinya eksploitasi baik terhadap sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Profit yang diperoleh bukan melulu untuk memenuhi hasrat atau memiliki melainkan diinvestasikan lagi ke dalam program yang mensejahterakan produsen dan masyarakat. Para fair trader dalam melakoni bisnis sangat menekankan aspek kreativitas, keindahan produk untuk konsumen, dan kebajikan dalam berproduksi. Yang jelas, gerakan fair trade tidak terbatas pada sektor kerajinan saja. Fair trade sebag ai model bisnis bisa diterapkan di segala bidang usaha dimana saja dan kapan saja. Fair trade tidak hanya profit, namun juga happiness and welfare oriented. I. Gst. Kt. Agung Alit Sekjen Forum Fair Trade Indonesia

Fair trade sebagai model bisnis, menyangkut persoalan anggota 7


Isu Utama

Apa yang Diharapkan dari Fair Trade di Indonesia?

Oleh: Maria Goretti Lastiana Y.U.

Sistem fair trade diharapkan bisa mengangkat kedaulatan produsen dalam hal ini adalah petani-petani kecil di seluruh belahan dunia. Harapan dari fair trade sendiri adalah negaranegara maju (pengimpor) lebih peduli dengan produsen dari negaranegara berkembang

8

D

ari pengamatan kaca mata distributor makanan bersertifikat organik dan fair trade, banyak masyarakat luas, di Indonesia khususnya, belum mengenal apa itu fair trade (perdagangan adil) yang mungkin saat ini sering diteriakkan oleh sebagian organisasi yang peduli akan kesejahteraan petani. Masyarakat umum jarang berpikir ulang jika membeli produk pertanian. Yang paling penting adalah bagaimana menekan ongkos serendah mungkin supaya dapur rumah tangga tetap mengebul. Kalau sudah lihat ada kode produksi dan nomor Departemen Kesehatan (DepKes) dan tanggal kadaluarsa dianggap sudah aman untuk dikonsumsi. Padahal bisa jadi bahan produk yang sudah berlabel DepKes tersebut mengandung Genetically Modified Organism/GMO (pangan atau produk pangan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika). Terlebih lagi belum banyak

masyarakat yang tahu mengenai GMO dan bahaya dari GMO itu sendiri. Hanya masyarakat yang sudah sadar akan konsumsi produk organiklah yang mulai menghindari produk-produk GMO. Kenyataan sungguh amat menyakitkan jika dipandang dari sudut petani kecil yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan produk sebaik mungkin, untuk mendapatkan harga yang layak, dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meningkat, apakah bisa? Untuk masyarakat umum yang notabene adalah konsumen terbesar, dapat dikatakan bahwa sosialisasi untuk produk fair Trade memang masih belum mengena. Begitu juga dengan petanipetani kecil di sejumlah desa terpencil Jika ditanya apakah mereka tahu tentang fair trade, mereka justru malah tidak tertarik.


Produk yang beredar di pasaran saat ini memang belum banyak yang mencantumkan atau berlabel fair trade. Namun bagi masyarakat awam sendiri, mau ada label fair trade atau tidak selama harga bisa terjangkau, kenapa tidak? Masalah siapa yang jadi produsen dan bagaimana prosesnya itu ur usan nomor dua. Yang terpenting bisa dikonsumsi, tidak menguras kantong, enak dan mengenyangkan. Mengapa Fair Trade? Fair trade sendiri berarti perdagangan adil baik untuk produsen maupun konsumen. Dengan adanya fair trade diharapkan munculnya harga yang pantas untuk kualitas produk yang bagus dan adanya sikap keterbukaan antara produsen sebagai penghasil dan konsumen sebagai pengguna atau pemakai akan suatu produk tertentu. Fair trade pertama kali muncul di tahun 1988 dengan kopi sebagai produk yang pertama kali diberi label dari Max Havelaar. Konsep dari munculnya fair trade ini adalah menjamin produk yang tidak merusak lingkungan dan memenuhi standar buruh.

Untuk pertanian organik sendiri, para petani belum tertarik untuk mengembangkannya. Hal ini dikarenakan pertanian organik membutuhkan waktu yang sangat lama, khususnya untuk mengolah tanah yang semula dibudi dayakan secara kimiawi. Apalagi dengan fair trade yang sedang “booming� barubaru ini yang kemudian menjadi tren pasar konsumen kelas menengah atas. Bukan itu saja, petani-petani di daerah Polowidi ini juga belum mengenal tentang fair trade dan keuntungan yang bisa didapat dari penerapan fair trade bagi produsen (baca: petani). Sangat disayangkan pula ketika mereka menjual hasil pertanian mereka seperti beras, mereka harus menjual dengan harga rendah kepada Bulog. Anehnya

lagi para petani di desa tersebut yang sebenarnya adalah penghasil beras juga mendapat beras miskin (raskin) dengan kualitas yang mungkin jauh lebih jelek dari hasil produksi sendiri. Namun, di sisi lain sudah cukup banyak petani binaan organisasi atau lembaga yang menjadi anggota Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang sudah mulai menerapkan sistem fair trade dan organik yang mulai sadar akan bahaya lingkungan yang semakin lama semakin rusak dan juga mulai memikirkan kesejahteraan petani. Terlebih lagi jika kelompok tani binaan bisa mendapatkan sertifikat fair trade bertaraf internasional yang menjadi nilai tambah produk yang dihasilkan. Keuntungan dan Kelemahan Fair Trade Dilihat dari sisi keuntungannya sudah pasti fair trade berpihak kepada petanipetani kecil atau produsen untuk mendapatkan penghidupan yang layak dengan harga yang pantas. Disinilah kedaulatan petani sebagai produsen diutamakan. Namun, petani dikatakan sudah melaksanakan fair trade jika sudah membubuhkan sertifikat atau label fair trade pada produknya seperti misalnya Fair trade Labelling Organizations International (FLO). Di pasar international sendiri nama FLO memang sudah dikenal masyarakat secara luas baik di Eropa maupun Amerika. Konsumen di Eropa dan

foto: Ayip/kinjengdomstudio

Sistem fair trade sendiri diharapkan bisa mengangkat kedaulatan produsen dalam hal ini adalah petani-petani kecil di seluruh belahan dunia. Harapan dari fair trade sendiri adalah negaranegara maju (pengimpor) lebih peduli dengan produsen dari negara-negara

berkembang Bagaimana Dengan Petani Kecil? Fair trade yang berkembang di Indonesia belum se penuhnya dirasakan oleh petani-petani kecil seperti misalnya petani di daerah Polowidi, Turi, Sleman, Yogyakarta. Kebanyakan dari petani di daerah ini memang mengembangkan salak pondoh, sayur dan padi. Luas sawah yang dimiliki per keluarga rata-rata sekitar seribu meter. Mereka bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan jika mungkin mereka akan menjual hasil pertanian mereka untuk membeli kebutuhan hidup yang lain.

9


foto: SNY

Karena merekalah maka masyarakat dapat menikmati hasil-hasil pertanian. Makanan dibutuhkan setiap saat dan merekalah tulang pung gung ketahanan pangan. Kalau mereka berhenti menanam berarti berhenti juga kelangsungan hidup manusia.

Produk kesehatan dan madu diperdagangkan dengan Fair Trade

Amerika pun memang sang at mempercayai organisasi tersebut dalam menangani pemberian sertifikat fair trade untuk produsen dari negara berkembang khususnya (Third World Countries). Konsumen Eropa dan Amerika sudah sadar penuh mengenai harga yang layak untuk produsen yang harus bersusah payah menghasilkan produk dengan kualitas terbaik. Selain itu, beberapa petani di Eropa dan Amerika memang sudah berkembang dan memiliki kedaulatan penuh disamping kesejahteraan mereka juga terjamin. Namun demikian, di Indonesia sendiri untuk mendapatkan label fair trade juga tidak mudah. Bukan karena tidak adanya organisasi fair trade yang mau membantu namun karena biaya administrasi yang tidak sedikit. Untuk pendaftaran saja di FLO, produsen harus membayar uang registrasi setidaknya 2000-2500 Euro (sekitar 28-30 juta rupiah) belum lagi ditambah yang lain-lain sampai keluarnya

sertifikat tersebut. Untuk petani Indonesia sendiri, hal tersebut bisa jadi sangat memberatkan. Belum lagi jika ditambah dengan pengajuan sertifikat organik. Wah, bukan main mahalnya! Bisa jadi hal inilah yang menyebabkan beberapa kelompok tani di beberapa Fair Trade menjamin produk yang tidak merusak lingkungan dan memenuhi standar buruh wilayah di Indonesia mengurungkan niatnya untuk mendaftar atau mengajukan sertifikasi. Bagi beberapa petani yang telah melakukan kegiatan fair trade dan organik, mereka mungkin akan berpikir bahwa 'sertifikat tidak perlu' karena hanya akan menambah beban biaya dengan membayar sejumlah uang yang tidak sedikit. Lebih baik uang untuk sertifikasi digunakan untuk kepentingan pokok yang lain apalagi disaat krisis seperti ini. Saat tidak dilanda krisis pun mereka sudah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup!

foto: SNY

Padahal kalau dilihat lebih detil lagi, petani seharusnya tidak pernah kekurangan namun justru berlebih. Mengapa? Produk hortikultura organik

10

Dengan uraian diatas timbullah refleksi yang dapat digali kembali, apakah benar setelah ada fair trade, nasib petani atau produsen jauh lebih maju? Apakah memang sistem fair trade sudah berkembang dan menjangkau kelompok tani sampai ke pelosok Indonesia? Apakah fair trade selalu ditandai dengan sertifikat? Apakah kita sudah menerapkan sistem fair trade ketika membeli suatu produk tertentu? Apakah kita juga peduli deng an nasib petani sebag ai produsen? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya sebagian dari yang mungkin timbul seiring dengan perkembangan fair trade yang ada di Indonesia. Mungkin butuh waktu juga bagi masyarakat dan petani untuk sama-sama belajar dan memahami kondisi untuk beralih ke sistem yang adil bagi kedua belah pihak.

Lalu, bagaimana dengan Anda sendiri?

Maria Goretti Lastiana Y.U. Direktur Fair World Indonesia


Isu Utama

Pergeseran Fair Trade: Anugerah atau Musibah?

Fair Trade atau perdagangan yang adil adalah sebuah pendekatan alternatif bagi model atau tata perdagangan internasional ala konvensional. Ia merupakan suatu gerakan internasional yang mencoba memberikan jaminan, terutama bagi produsen kecil dan menengah di negara-negara miskin dan sedang berkembang, agar mendapatkan kontrakkontrak yang adil (fair deal) yang mencakup harga yang pantas bagi produk-produk mereka, kontrak-kontrak pembelian jangka panjang, dukungan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan serta peningkatan produktifitas.

I

ndonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Tak terhitung betapa banyak sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk mengangkat kesejahteraan rakyatnya. Mulai dari minyak, hutan, laut, hasil pertanian, hasil pertambangan, hingga budi daya flora dan fauna eksotis, semua merupakan komoditi yang laku untuk diperdagangkan di pasaran lokal maupun internasional. Beberapa komoditi bahkan merupakan produk berkualitas nomor satu di pasaran dunia dan hanya terdapat secara endemik di Indonesia. Seharusnya, dengan potensi ini rakyat Indonesia bisa lebih sejahtera dalam bidang perekonomian dan perdagangan. Sayangnya, ternyata fakta di lapangan berbicara lain dengan yang diharapkan.

Dari berbagai hal yang menghambat pertumbuhan perekonomian dan perdagangan, salah satu yang bisa diambil contoh adalah tentang betapa tidak adilnya mekanisme pasar terhadap penentuan harga produk, terutama produk hasil pertanian. Dalam kaitannya dengan masalah pertanian, petani sebagai pihak produsen selalu dalam pihak yang tidak mempunyai daya tawar. Tak hanya itu, kualitas produk juga turut menurunkan daya saing mereka di pasaran lokal maupun internasional akibat dari teknik bercocok tanam “seadanya“ yang disebabkan oleh mahalnya biaya operasional. Diluar itu, para spekulan dan tengkulak seakan menciptakan jaring yang mengikat erat seluruh potensi petani dan menghisap hasil keringat mereka. Tak ayal, merebaknya praktek ini “menstabilkan“ 11


tujuan untuk memberdayakan mereka untuk mengambil peran aktif dalam pasar global untuk mencapai kesetaraan dalam perdagangan internasional.

foto: SNY

Pengertian Fair Trade sendiri menurut FINE (FLO-IFADNEWS-EATA): Fair Trade adalah pendekatan alternatif dari perdagangan konvensional, berupa kemitraan dagang, yang didasarkan pada dialog, transparansi dan rasa saling menghargai, dalam upaya untuk mencari keadilan yang lebih besar dalam perdagangan internasional.

yang pantas (premium price) untuk produsen. Lalu, “Mengapa produk fair trade harganya lebih mahal?� Ini karena ada prinsip premium price. Fair trade didefinisikan sebagai gerakan sosial yang berbasis pasar yang tujuannya adalah mengurangi kemiskinan global dan meningkatkan kemakmuran. Gerakan ini memperjuangkan harga yang adil dan perlindungan sosial untuk produsen.“Saya membeli produk FT untuk kemajuan orang yang nun jauh disana,� begitulah kira-kira alasan konsumen pembeli produkproduk fair trade.

Produk pertanian diperjualibelikan secara adil

Sekarang fair trade sudah menjadi brand images ketimbang menjadi gerakan

kemelaratan dan kebodohan diantara para petani. Fenomena ini, tidak hanya dialami oleh Indonesia saja. Faktanya, hal ini juga terjadi dihampir seluruh negara berkembang. Berlatar belakang problem ini, dewasa ini dikenal suatu sistem perdagangan alternatif yang disebut fair trade.

Jadi fair trade merupakan alternatif dari mainstream perdagangan yang sudah ada. Dengan membeli produk fair trade dapat tercipta sistem perdagangan yang lebih adil. Ada jaminan upah yang adil, harga

Apa sih Fair Trade itu?

Fair trade mempunyai strategi untuk mengantar produsen dan pekerja marginal dari posisi ekonomi yang 'ringkih' sampai pada posisi ekonomi yang aman dan dapat mandiri. Fair trade juga mempunyai 12

foto: SNY

Fair trade mungkin kata yang belum familiar di telinga kita. Fair trade adalah gerakan sosial dan pasar untuk menghilangkan kemiskinan global dan memperkenalkan keberlanjutan kegiatan ekonomi. Kegiatan fair trade biasanya mempunyai fokus untuk mengirim produk dari negara berkembang ke negara maju. Produk yang dikirim biasanya meliputi kerajinan tangan, kopi, gula, teh, buah-buahan sampai bunga.

Produk pertanian diperjualibelikan secara adil

Intinya, fair trade adalah sebuah mekanisme kerjasama ekonomi yang berbasiskan dialog, keterbukaan dan saling menghargai dalam mencari kesetaraan di dalam perdagangan dunia. Mekanisme ini memberikan kontribusi terhadap ekonomi yang berkelanjutan dengan menawarkan kondisi pertukaran yang lebih baik dan mengamankan hak dari produsen dan pekerja marginal. Produsen dan pekerja marginal di negara-


foto: SNY

Produk pertanian organik di kios SAHANI

negara berkembang yang mengikuti mekanisme fair trade akan mendapatkan keuntungan yang setimpal atas produknya yang dijual di negara maju. Selain keuntungan dalam bentuk uang, mekanisme fair trade juga menantang para produsen untuk meningkatkan/mengembangkan pengetahuan dan kemampuan pengembangan produk. Semakin tinggi kualitas produk yang mereka hasilkan maka standar hidup mereka jug a akan semakin meningkat. Bagi konsumen produk fair trade, merupakan sebuah kesempatan untuk berperan lebih jauh tidak hanya menggunakan atau membeli sebuah produk. Seorang konsumen dalam mekanisme ini diharapkan mempunyai tanggung jawab untuk memperkenalkan mekanisme ini lebih luas. Perkembangan Fair Trade di

Indonesia dan Dunia Di Indonesia, fair trade baru muncul pada tahun 1980-an dengan melibatkan UKM-UKM yang memproduksi barang-barang kerajinan. Pada pertengahan 1990an, gerakan fair trade Indonesia berkembang pada komoditi pertanian khususnya pertanian organis. Perkembangan ini ditandai dengan berkumpulnya beberapa ornop di tahun 1996 di Yogyakarta yang difasilitasi oleh Oxfam GB Indonesia. Tindak lanjutnya didirikanlah Konsorsium Masyarakat Fair Trade (KMFT) pada Oktober 1997 dengan agenda pertama menentukan langkah strategis program fair trade dan merintis pendirian toko bersama sebagai media untuk mempraktekkan fair trade yang diberi nama SAHANI (Sahabat Niaga Petani) sebagai ujung tombak KMFT untuk melawan sistem perdagangan yang

tidak adil. Awalnya, SAHANI adalah sebagai toko fair trade yang menjual produk kerajinan dari kulit dan beras. Namun sejak Oktober 1999, SAHANI melakukan spesifikasi produk dan hanya menjual produk beras organik. SAHANI kemudian menjadi sarana bagi gerakan fair trade di Indonesia deng an melibatkan para petani dalam melawan sistem perniagaan yang tidak adil. “Perkembangan fair trade sekarang tidak hanya produk. Sudah ada fair trade untuk wisata seperti di Afrika. Sekarang sudah ada konstitusi yang Fair Trade. Dan kini muncul lagi standar IMO tentang Social fair trade,� kata Wisnu Caroko, Direktur Yayasan Setara Bogor saat menjadi nara sumber di Seminar Fair Trade yang digelar AOI. Cara sederhana untuk menciptakan 13


PRINSIP Fair Trade menurut IFAT: - Menciptakan kesempatan bagi para produsen miskin - Transparansi dan akuntabilitas - Membangun kemampuan capacity building (produsen) - Pembayaran dengan harga yang adil (Premium Price) - Kesetaraan gender - Kondisi kerja yang aman

identitas produk dan menjadi bukti bahwa produk tersebut memenuhi kriteria fair trade adalah pelabelan. Untuk itu maka perlu dibuat standar fair trade yang sesuai dengan kondisi lokal.

Lalu, tidak semua konsumen mau membeli untuk kesejahteraan orang lain. “Pengalaman kami ketika FLO mempunyai program

foto: a yip/kin je

ngdom studio

“Dan saat merumuskan standar, ini yang sering menjadi persoalan. Ketika kami merumuskan aplikasi standar fair trade di Indonesia, standar perlindungan lingkungan dan g ender itu cender ung menyesuaikan dengan konteks lokal. Sehingga menjadi berbedabeda,” ungkap Wisnu yang memang sudah lama

berkecimpung di dunia fair trade ini. Kesadaran produsen tentang dirinya sendiri masih kurang. Jadi penerapan sertifikasi di produsen masih terkendala biaya dan budaya produksi. Mampukah produsen menghandle biaya sertifikasi? Terkait pola relasi produsen dan bapak angkat (First Buyer), relasi ini seringkali merugikan produsen. Bisakah fair trade mengubah ini atau ini sekedar lip service saja?

Buah tomat organik siap di bawa ke pasar

14

sertifikasi fair trade kopi Gayo di Aceh. Dua tahun lalu saya bertemu produsen kopi gayo, mereka bilang biaya sertifikasi yang dikeluarkan belum bisa ditutup dari keuntungan karena meningkatnya harga produk m e r e k a ,” u n g k a p W i s nu mengomentari mahalnya biaya sertifikasi fair trade. Sejauh mana sertifikasi sosial bisa menjamin pasar yang lebih baik? “Harga yang lebih mahal, mungkin iya,” tambah Wisnu. Jadi keuntungan deng an adanya harg a yang meningkat belum tentu bisa menutup biaya sertifikasi fair trade yang telah dikeluarkan. Fair trade awalnya memang didesain untuk konsumsi negara-negara di Utara yang kesadaran sosialnya sudah lebih tinggi daripada negara Selatan. “Secara nasional apakah anda yakin konsumen kita sudah sadar sosial? Standar organik saja belum, apalagi standar sosial untuk orang lain?” tanya Wisnu di akhir presentasinya. Jadi kalau memang telah terjadi pergeseran fair trade, ini anugerah atau musibah? (SNY)


Jendela Konsultasi Buah Kakao Lembek dan Berulat Pohon coklat saya buah kakaonya/bijinya busuk dan terasa lembek. Dan jika buah kakao tersebut saya belah terdapat ulat kecil didalamnya (Saya lampirkan foto dari buah coklat saya tersebut). Ada apa dengan buah kakao saya? Bagaimana caranya agar buah coklat saya tidak berulat dan lembek lagi? Pak Hadi Dusun Banyunganti Kidul, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Jawa Tengah.

Sabirin menjawab: Berdasar gambar-gambar yang ada sudah nyata itu serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao) dan untuk mengendalikannya ada beberapa cara. Yang paling praktis adalah: lakukan pemangkasan rutin, panen setiap minggu, lakukan pembersihan/sanitasi pada kulit-kulit buah selepas panen dengan cara membenamkan kedalam tanah (sehingga ulat/larva mati), dan lakukan pemupukan seperti biasa. Bisa juga dengan kondomisasi atau sarungisasi buah-buah yang masih muda (seukuran batere senter). Mungkin itu dapat membantu dan selamat mencoba!.

Ingin Memperluas Pasar Ekspor Saya memperoleh pertanyaan dari salah satu calon pembeli madu hutan organik Danau Sentarum. Mereka mencoba untuk memasarkan madu hutan ke pasar wholesales di Amerika. Apakah BIOCert mempunyai link dengan NOP USDA? Apakah sertifikat organik BIOCert yang sekarang diperoleh oleh APDS dan juga untuk rumah produksi di Dian Niaga Jakarta dapat digunakan untuk pasar di Amerika? Atau kami harus up-grade sertifikat yang juga bisa digunakan untuk di Amerika dan negara-negara lain? Wahyu Widhi W. Dian Niaga Jakarta, T : +62 21 585 1929, F : +62 21 585 0624, email : info@maduhutan.com, website : www.MaduHutan.com

Agung Prawoto menjawab: BIOCert bekerjasama dengan ICEA [lembaga sertifikasi internasional dari Italia] dalam skema Cert All, yaitu aliansi lembaga sertifikasi organik di kawasan Asia, dapat memberikan layanan inspeksi dan sertifikasi untuk pasar nasional dan ekspor [Jepang, EU, AS]. Apabila produsen dan prosesor telah disertifikasi organik oleh BIOCert untuk pasar nasional dan ingin memperluas pasarnya untuk ekspor, produsen dan prosesor tersebut dapat mengajukan sertifikasi ekspor kepada BIOCert. Pada saat inspeksi tahunan, BIOCert akan melakukan inspeksi dan sertifikasi untuk pasar nasional dan ekspor. Standar yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pasarnya. Misalnya untuk pasar nasional dan ekspor [AS dan EU], maka inspeksi dan sertifikasi menggunakan SNI, EU Regulation dan USDA NOP.

15


Penjaminan Organis

Jaminan Lokal untuk Produk Lokal

Merupakan hal yang lazim, ketika ada yang bertanya bagaimana makanan yang kita jual dibuat. Pembeli ingin memastikan bahwa makanan yang dibelinya tidak mengandung bahan yang berbahaya dan tidak layak dikonsumsi. Setiap orang berhak untuk mengetahui seperti apa makanan yang mereka konsumsi.

16

U

ntuk menjawab tuntutan k o n s u m e n , produsen organik di seluruh dunia telah meng embangkan berbag ai metode penjaminan untuk produk organik mereka. Penjaminan penting untuk bisa memberitahukan kepada konsumen produk mana yang dihasilkan secara organik dan atau produk mana yang dihasilkan secara konvensional. Bukan tanpa alasan, untuk produsen, harga premium menjadi daya tarik tersendiri. Dan sebaliknya, untuk harga premium yang dibayar

, konsumenpun menginginkan adanya jaminan bahwa produk yang mereka beli sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai cara ditempuh para produsen untuk meyakinkan konsumen-nya bahwa produk yang dihasilkan-nya adalah benar organik. Per tama, produsen menjamin produknya sendiri (self-claim). Cara lain yang banyak ditemui diantaranya adalah penjual, toko atau LSM-lah yang menjamin keorganikan produk. Dua sistem penjaminan inilah yang banyak berkembang di Indonesia. Sementara itu untuk produk-produk yang dijual kepasar global, lebih mensyaratkan adanya penjaminan dari pihak ketiga (lembaga sertifikasi). Sistem penjaminan ini menuai banyak kritikan terutama produsen kecil karena sistemnya yang kaku, rumit,


Foto: Lisa Johnston

Selain biaya yang tidak sedikit bila petani tidak berkelompok, birokrasi yang rumit dan sistem yang kaku membuat banyak petani kecil di Indonesia sulit untuk mendapatkan sertifikat organik. Rendahnya mutu produk juga menjadi kendala bagi petani kecil dalam mengakses pasar yang lebih luas (nasional dan ekspor). Kalaupun produk sudah mendapatkan sertifikat organik harganya akan mahal karena petani

Petani memanen sayur organik

harus menutupi biaya sertifikasi. Dampaknya adalah banyak konsumen lokal (menengah kebawah) tidak dapat membeli produk organik. Petani Butuh Penjaminan Seperti yang terjadi di negara berkembang lainnya, petani-petani di Indonesia membutuhkan adanya penjaminan alternatif, yaitu penjaminan yang dirancang dan diimplementasikan oleh produsen dengan melibatkan konsumen. Merujuk apa yang sudah dilakukan oleh negara berkembang lainnya yang mempunyai masalah sama dengan Indonesia, pada lokakarya nasional sistem penjaminan partisipatif atau Participator y Guarantee System (PGS) yang dilakukan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), dihasilkankanlah inisiatif mengenai penjaminan ini. Lokakarya ini dihadiri 55 orang yang berasal dari organisasi petani, petani, konsumen, pedagang dan lembaga-lembaga yang selama ini terlibat dalam pengembangan isu organik. Karena inisiatif ini bersifat lokal maka istilah yang digunakanpun meng gunakan bahasa lokal. Partisipan yang terlibat dalam workshop ini memilih istilah PAMOR Indonesia (PenjAminan Mutu ORganis Indonesia) untuk penjaminan partisipatif ini. Kritik terhadap sistem sertifikasi organik yang tidak fleksibel dan berbiaya mahal menimbulkan hambatan serius bagi keluarga petani kecil untuk mendapatkan sertifikasi organik. Isu-isu inilah yang menjadi latar belakang munculnya diskusi mengenai insiatif ini. Apa dan Bagaimana PAMOR PAMOR Indonesia merupakan sistem penjaminan yang menjadi alat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekologis setempat,

Foto: ayip

membutuhkan banyak kertas kerja dan berbiaya tidak murah. Sehing ga melalui workshop penjaminan alter natif yang diadakan di Torres, Brazil tahun 2004, IFOAM memunculkan ide sebuah sistem penjaminan alternatif. Sistem ini kini sudah banyak dikembangkan terutama di negara berkembang. Sistem penjaminan ini bersifat lokal, untuk pasar lokal dan dikembangkan secara partisipatif oleh banyak pihak terutama produsen dan konsumen. Sistem penjaminan partisipatif (PGS) ini tidak hanya menjamin kredibilitas produksi organik tetapi juga membangun pasar alternatif untuk produsen kecil dan konsumen lokal.

mendorong pengolahan dan produksi berskala kecil, dan mengembangkan inisiatif pasar lokal dimana pembeli setempat dapat menentukan produk organik dan mempercayai sumber dan integritas dari produk organik tersebut. Seperti di banyak negara lain yang sudah mengimplementasikan sistem penjaminan, penjaminan ini har us mudah, murah dan sederhana, mekanismenyapun harus partisipatif . Untuk mendapatkan pengakuan PA M O R , p e t a n i h a r u s berkelompok minimal 5 orang. Petani yang ingin terlibat harus menandatangani surat pernyataan bahwa mereka ingin melakukan pertanian organik. Untuk memastikan bahwa standar dilakukan dengan benar, kelompok melakukan pemeriksaan ke lahan petani. Peninjauan lahan dilakukan petani dalam satu kelompok. Petani yang satu menilai lahan petani yang lain demikian sebaliknya. Pendokumentasian hasil peninjauan lahan dilakukan oleh petani sendiri. Dokumentasi tersebut menjadi acuan bagi 17


Foto: Lisa Johnston Konsumen dan produsen bisa langsung bertransaksi produk organik dilahan

p e n g u r u s ke l o m p o k u n t u k mengajukan aplikasi PAMOR ke PAMOR wilayah. PAMOR wilayah dapat dibentuk oleh perwakilan konsumen, produsen dan LSM pendamping dan dibentuk secara par tisipatif. Kelengkapan dokumen diperiksa oleh PAMOR Wilayah. Jika ada kasus tertentu mereka dapat memeriksa langsung ke lahan. Keputusan pemberian penjaminan PAMOR ditentukan oleh PAMOR Wilayah dan meminta PAMOR nasional untuk mengeluarkan label PAMOR. Karena penjaminan ini menekankan partisipasi maka anggota PAMOR baik di nasional maupun wilayah melibatkan produsen, konsumen, LSM dan juga Trader. Akses Untuk Konsumen Lokal Di negara berkembang, untuk menutupi biaya sertifikasi oleh pihak ketiga, mengandalkan pasar ekspor. Banyak produk yang 18

disertifikasi tersebut tidak tersedia untuk konsumen lokal. Karena harga yang tidak dapat dijangkau oleh konsumen lokal terutama menengah kebawah.PGS menawarkan akses bagi konsumen lokal untuk mendapatkan produk organik dengan harga yang layak. Di dalam PGS partisipasi antar konsumen merupakan salah satu syarat yang harus di penuhi. Sehing ga transaksi untuk mendapatkan produk organik dapat dilakukan secara langsung tanpa perantara. Sebagai contoh di Brazil, petani dan konsumen bersama-sama membuat harga yang adil untuk produk pisang. Dengan menjual langsung ke konsumen, produsen menyadari mereka mendapatkan harga layak untuk produk mereka dibanding ketika mereka menjual ke pengecer. S e m e n t a r a ko n s u m e n j u g a menyadari bahwa mereka membayar lebih murah dibanding ketika mereka membeli pisang

konvensional di toko eceran. Gerakan organik dapat diperkuat dengan mempertemukan apa yang menjadi kebutuhan bagi petani kecil dan konsumen lokal. Sehingga PGS tidak hanya menjadi sistem penjaminan saja namun lebih jauh menjadi sarana dan pelengkap untuk menguatkan gerakan organik itu sendiri. Karena kita tidak ingin di masa depan organik hanya menjadi gerakan masyarakat kelas menengah keatas dan berpendidikan saja, tanpa bisa menguntungkan petani kecil dan konsumen lokal. (LIN)


Profil

Bertani Organik di Pusat Kota

M

emasuki kawasan Ampera, Jakarta Selatan, pada pukul 8.00 WIB, yang nampak adalah padatnya kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalanan. Rumah, galeri, restoran dan pertokoan berjejer rapat di sepanjang jalan. Di salah satu sisinya terbentang Jalan Kenang a deng an komplek perumahan mewah di sisi kanan kirinya. Sejenak berkunjung di salah satu rumah yang tertutup rapat dengan pagar sekitar tiga meter. Terlihatlah pemandangan hijau yang menyejukkan.

Di halaman rumahnya seluas sekitar 8x8 m itu, terbentang taman hijau yang segar. Mulai dari rumput hijau yang subur, tanaman di pot-pot besar dari tanah liat, tanaman di pinggir halaman, tanaman di pot-pot kecil 19


Te r n y a t a t a n a m a n y a n g mempercantik taman di halaman rumah Regina Tumboimbela (36) itu tidak semuanya tanaman hias. Sebagian besarnya tidak lain adalah sayur-sayuran, buah, dan tanaman obat. Mulai dari kangkung, bayam, cabe, markisa, pepaya, mint, kailan, kacang panjang, buncis, terong, basil, sawi, pakcoi, tomat, sirih dan sebagainya yang bisa tumbuh di kawasan kota Jakarta. Ibu dua orang anak itulah yang mengembangkan taman produksi pangan dan obat yang sehat itu. Dengan metode organik yang ramah lingkungan tanpa pupuk dan pestisida kimia buatan, Regina mencoba menghasilkan produk sehat untuk dimasak di dapur kesayangannya. “Awalnya saya ingin memasak dengan terlebih dulu memetik bahannya sendiri. Saya juga ingin memasak bahanbahan yang sehat,� ungkap Regina. Ditambah kondisi dimana menurutnya produk pangan sehat dan bersih yang diharapkannya belum bisa tersedia di pasar, maka Regina semakin terdorong untuk menanam sendiri di halaman dan pekarangan rumahnya. Pada 2003, akhir nya Regina memulai menanam sayur-sayuran sendiri di taman penghias rumahnya. Metode tanam yang dipilihnya adalah organik. Bagi Regina, metode organik adalah menghargai dan menjaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat. Sebuah metode yang menghasilkan produk dalam 20

jumlah yang tidak besar tapi cukup dan seirama dengan siklus serta ke m a m p u a n a l a m d i sekitarnya. Regina menyadari kondisi rumahnya yang ada di pusat kota Jakarta dengan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti pencemaran udara di kota, lingkungan yang kurang bersih karena masih ada yang membuang sampah sembarangan, dan Tanaman disekitar rumah membuat sejuk dan asri sebagainya. Sehingga baginya, seperti ditergen, pembersih lantai dalam metode organik di tengah dan sebagainya. Salah satunya kota ini, yang terpenting bukan adalah dengan mengelola sampah. hanya produknya yang bersih dan sehat, tapi bagaimana cara berpikir Sampah rumah tangga harus manusia untuk mau melakukan dikelola dengan memisahkan metode-metode organik yang antara yang organik dan nonramah lingkungan. Bagaimana organik. Sampah organik dapat manusia sebagai individu peduli diolah menjadi kompos. Sampah untuk menciptakan lingkungan non-organik dapat diserahkan ke yang bersih dan sehat. Bagaimana pemulung untuk didaur ulang. b i s a m e m b e r i c o n t o h d a n Selain didaur ulang, sampah nonmendorong warga sekitarnya organik yang terbuat dari plastik peduli lingkungan dan mau dan steroform harus dikurangi melakukan tindakan ramah pemakainnya karena tidak dapat lingkungan yang sama. terurai dan akan mencemari tanah. Begitu pun pemakaian diterjen bisa dikurangi, meski belum bisa ditinggalkan karena belum ada produk penggantinya yang ramah lingkungan. Sedangkan pembersih lantai dapat menggunakan bahanbahan alami seperti serai.

Tidak Perlu Mahal Maka bertani organik di rumah sendiri tidak perlu mahal, cukup dengan memanfaatkan bahan yang ada dan membersihkan lingkungan sekitar dari sampah dan zat-zat berbahaya limbah rumah tangga,

Kompos yang ada dapat digunakan sebagai media tanam di pot-pot dan mengolah tanah agar menjadi s u b u r. S e t e l a h t i g a b u l a n mempersiapkan lahan dengan mengolah sampah dan tanah itu, Regina mulai menanam. Pertama kali tanam, dia membeli bibit lokal dari temannya yang sudah mengembangkan pertanian organik di daerah Cipanas, Bogor,

Foto: Ani Purwati

yang tersusun di rak di dinding pagar, tanaman hias dengan bunga yang indah, pohon mangga di tengah halaman, sampai tanaman markisa yang menjalar di atas di depan teras sampai dinding pagar sehingga menyerupai atap.


Ja w a B a r a t . K a r e n a h o b i memasaknya, terkadang bahannya tidak tersedia dan hanya ada di luar negeri, maka dia juga mengimpor bibit seperti terong besar dan basil dari Eropa dan Australia. Untuk penanaman berikutnya, ibu yang beraktifitas sebagai pelatih dan pembicara tentang kepedulian lin gkun g a n in i, mela kuka n pembibitan sendiri di pot-pot kecil yang tersusun rapi di rak kayu atau besi di tembok pagarnya, baik di pekarangan ataupun halaman rumahnya dan di pot besar yang ada di atas lahan tamannya.

Sementara itu, di tengah taman ada pohon mangga dan hamparan rumput hijau. Dengan adanya pohon mangga yang cukup besar, binatang-binatang liar seperti tupai dan burung masih dapat berkeliaran bebas di sekitar rumah Regina. Kondisi ini seiring dengan metode organik yang menghargai siklus alam, sehingga berbagai bentuk kehidupan yang alami dan liar dibiarkan hadir untuk mempertahankan siklus alam. Pada hamparan rumput hijau di tamannya, Regina juga membuat biopori untuk pengomposan sampah organik dan melakukan filtrasi air tanah. Dengan biopori ini, semakin banyak air hujan yang terserap menjadi air tanah yang digunakannya dalam penyiraman tanaman sayur di tamannya. Selain dengan cara biopori, pengolahan kompos juga dilakukannya di dalam drum. Air lindi yang dihasilkan dari pengomposan di dalam drum itu digunakannya sebagai pupuk cair untuk tanaman hiasnya seperti anggrek di media batu apung dan daun pakis.

Foto: Ani Purwati

Penanaman yang dilakukannya, selain di pot juga langsung di atas lahan tamannya. Di sekeliling tembok pagarnya, berbagai jenis tanaman sayur, obat dan buah ditanam secara berselingan. Dengan penanaman ini, keasaman tanah bisa dijaga dan hama yang ada bisa dihindari. Selain itu, hama juga bisa dihindari dengan tanaman yang bisa mengusirnya seperti kemangi yang ditanam di antara sayur lain dan menggunakan pestisida alami seperti cabe, laos,

serei, bawang putih, tembakau. Untuk memulihkan kondisi tanahnya setelah penanaman, Re g i n a b e r s a m a b e b e r a p a pekerjanya membiarkan tanahnya selama seminggu dengan menambahkannya kompos sebelum melakukan penanaman selanjutnya.

Alat sederhana bisa digunakan untuk menghijaukan

N i l a i Ta m b a h Ya n g Ekonomis Selain keindahan dan kenyamanan, pemilik warung hijau “Eat for Health� dengan produk sehat ramah lingkungan di bilangan Jakarta Selatan ini, akhirnya bisa memetik dan

memasak bahan dari taman rumahnya. Dia pun merasakan nilai ekonomi yang cukup memuaskan. Hanya karena ingin peduli pada lingkungan yang bersih dan sehat, dia sekeluarga bisa mengkonsumsi produk yang sehat dan murah. Sebagai ibu rumah tangga, Regina juga bisa menghemat biaya belanja sayur, buah dan obat karena bisa diproduksi sendiri di taman rumahnya. Regina yang bersuamikan seorang wiraswasta ini juga mendapatkan nilai tambah dari penjualan sayur organiknya. Produk organik yang melebihi tingkat konsumsi keluarganya dijual ke teman-teman dan keluarga di sekitar rumahnya. Dengan jarak pengiriman yang pendek dan tanpa pengemasan, sayuran yang dijualnya bernilai rata-rata 6000 rupiah per kilonya. Dengan cara pemasaran door to door atau mulut ke mulut, Regina bisa mengirimkan rata-rata 5 kg sekali kirim. “Dengan hasil penjualan yang kecil itu, saya sudah bisa mendapat keuntungan. Tapi keuntungan terbesarnya adalah dapat mengkonsumsi produk sendiri dan p e d u l i l i n g k u n g a n ,� j e l a s perempuan yang berpenampilan sederhana itu. (ANP)

21


Agribisnis

Pundi-pundi Ekonomi di Pekarangan Rumah

Oleh: Hanif Yahya

P

ekarangan rumah merupakan lahan tanah yang sering diabaikan pemanfaatannya. Pe m i l i k r u m a h s e r i n g k a l i berasumsi bahwa lahan yang ditinggalinya merupakan bagian dari rumah secara keseluruhan. Memang demikian adanya, s e h i n g g a a c a p k a l i menelantarkannya, kalaupun ditanami, hanya beberapa pepohonan kecil, sedikit rerumputan dan perdu untuk menutupi lahan tersebut. Tak ada yang salah dari perlakuan seperti ini. Paling tidak dari sudut pandang lingkungan, masih terdapat beberapa tanaman yang menaungi lahan pekarangan. Mungkin pemilik lahan hanya memandang dari segi estetika. Bahwa halaman seyog yanya 22

melengkapi tampilan rumah, sehingga jenis tanaman yang ditanam juga tidak jauh dari keinginan mempercantik tampilan rumah. Kondisi ini semakin jamak, jika dikaitkan dengan luas lahan, terutama di lingkungan perkotaan. Rata-rata rumah di perkotaan memiliki luas yang cukup untuk mendirikan rumah saja. Hampir mustahil untuk menata aneka tanaman apakah yang bernilai estetika, apalagi memiliki nilai tambah, secara ekonomis, kesehatan dan lingkungan. Begitupun di daerah pinggiran, dan pedesaan masih terdapat cukup lahan di areal rumah warga. Disinilah terbuka peluang untuk memanfaatkan lahan yang masih

ada, menanaminya dengan tanaman yang memiliki nilai tambah terutama yang bernilai ekonomis kesehatan. Tanaman yang bernilai ekonomis kesehatan, demikian kami menyebutnya. Tanaman ini dapat diolah secara sederhana. Menghasilkan uang dari penjualan produk jadinya, serta mampu menyelesaikan keluhan penyakit tertentu, baik yang dialami keluarga, maupun warga lingkungan sekitar. Pengobatan Swadaya Selama 3 tahun belakangan ini, bersama teman-teman yang tergabung dalam wadah Patra Mandiri, Kabupaten Langkat, dikembangkan sistem pengobatan swadaya. Ada suatu prinsip yang


dipegang teguh dalam mengembangkan inisiatif pengobatan ini, yaitu bahwa masyarakat harus mampu berperan aktif dalam mengatasi masalah kesehatan keluarganya. Bertolak dari hal inilah, fungsi pekarangan dan lahan harus dapat dioptimalkan. Lahan tidak melulu ditanami tanaman bernilai estetika saja, tetapi juga diisi dengan aneka tanaman berkhasiat obat.

Sebagai pengembang tangan pertama, sejak awal menggunakan tanaman obat dalam bidang pengobatan. Mengiringi tindakan penyembuhan dengan terapi pijat akupresur yang dilakukannya terhadap masyarakat yang datang sebagai pasien, ia selalu m e m b e r i k a n a s u p a n j a mu . Biasanya cerita berlanjut dari ruang tamu rumahnya, ke pekarangan Mereka menjadi praktisi pijat akupresur sekaligus memproduksi jamu herbal di kediamannya masingmasing

Dengan luasan pekarangan sekitar 15 sampai 30 meter persegi saja, sudah memadai untuk dijadikan ke b u n y a n g m e n g h a s i l k a n . Biasanya di daerah pinggiran dan pedesaan, selain halaman pekarangan, di belakang rumah juga masih tersisa luas lahan yang mencukupi untuk dikembangkan menanam aneka jenis tanaman pepohonan yang memiliki khasiat pengobatan.

yang banyak ditumbuhi aneka tanaman berkhasiat obat. Pada awalnya, pasien yang meminta pertolongan pengobatan, selalu diberikan tugas untuk mencari sendiri jenis tanaman yang memiliki khasiat penyembuhan. Kalaupun ada yang diberikan jamu, masih berupa tanaman segar, yang langsung dicarikan di lahan pekarangan rumahnya sendiri

Sosialisasi awalnya dilakukan tanpa teknik khusus. Kebetulan salah s e o r a n g wa r g a m a s y a r a k a t setempat, Sang Sepuh, cukup luwes membantu penyebar luasan ide pemanfaatan tanaman pekarangan.

Secara perlahan inisiatif mengembangkan tanaman berkhasiat obat berlangsung. Tanaman yang pada awalnya tumbuh secara liar di pekarangan, kemudian ditata dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Kebun mini sebagai sumber jamu herbal mulai dikembangkan. Etalase mini herbal segar ini juga menyediakan pasokan bibit bagi mereka yang memerlukannya. Berbagai produk siap saji diproduksi dan dikemas, sehingga memenuhi permintaan dalam skup pemasaran yang lebih luas. Ja m u H e r b a l d a n P i j a t Akupresur Sudah cukup banyak jumlah pasien yang kemudian sembuh, dan melanjutkan interaksi dengan kegiatan pengobatan alternatif ini.

Foto: Hanif Yahya

Sang Sepuh Inisiatif lokal pemanfaatan lahan pekarangan, yang kemudian mengkristal menjadi gerakan terarah, tidak serta merta terjadi. Diperlukan proses, mulai dari sosialisasi secara terus menerus kepada masyarakat, diskusi mendalam merumuskan langkahlangkah penyebar luasan kepada masyarakat, meliputi kegiatan pelatihan manfaat tanaman sebagai obat, pengolahan lahan secara ramah lingkungan, menyertakan diri dalam pameran, pembuatan buku khusus tanaman obat, dan berbagai kegiatan yang mendukung perkembangan bidang ini.

ataupun ke lahan pekarangan, kebun dan tegalan di sekitar rumahnya. Bahan jamu inilah yang kemudian dimintakan kepada pasien tersebut untuk direbus terlebih dahulu dan diminum secara rutin sesuai takaran tertentu.

Akupresur dan ramuan obat tradisional banyak dilirik masyarakat

23


Foto: Hanif Yahya Tapak Liman Obat Alternatif Penyembuh Penyakit Gangguan Hati

24

Keberadaan kebun-kebun tanaman obat mini di berbagai lingkungan cukup memberikan contoh nyata bagaimana mengelola tanaman yang biasa diabaikan menjadi cukup bernilai dari sisi penyembuhan penyakit dan m em p erk ua t p em b erd aya a n potensi ekonomi masyarakat. Tapak Liman Penyembuh Hati Ada banyak ragam tanaman berkhasiat obat yang dapat digunakan mengatasi berbagai penyakit. Untuk gangguan fungsi hati misalnya, atau yang lazim

Foto: H anif Ya hya

Mereka menjadi teman sejalan seide dalam meng embangkan gerakan pemanfaatan lahan pekarangan. Penyebar luasan ide dan gerakan bersama teman-teman memberikan dampak cukup signifikan. Teman-teman dalam gerakan ini juga mengembangkan kebun mini di pekarang an r u m a h n y a m a s i n g - m a s i n g. Perlahan didorong kebutuhan pemenuhan suplai jamu herbal, masing-masing teman berhasil mengembangkan tanaman pekarangan dengan aneka jenis tanaman obat. Sebagai informasi, model pengembangan diri ala sang Sepuh, juga diadopsi temanteman dalam gerakan. Mereka menjadi praktisi pijat akupresur sekaligus memproduksi jamu herbal di kediamannya masingmasing. Peningkatan sektor pendapatan r umah tang ga terlihat cukup berarti. Dari sekedar keinginan memperkenalkan tanaman berkhasiat penyembuhan, menjadi guliran bola salju, yang memberikan dampak berangkai.

disebut He patitis, dapat menggunakan tapak liman. Tapak liman merupakan tanaman terna, yang banyak tumbuh liar di halaman. Gunakan akar segar berikut umbinya. Cara yang lazim dilakukan, adalah dengan merebus akar tersebut sebanyak 120 – 180 gram. Kemudian air rebusan disaring dan diminum setiap hari selama 4 – 5 hari. Hepatitis juga dapat diatasi dengan mengkonsumsi Temulawak, yang sudah berupa simplisia, digiling halus, dan dimasukkan ke dalam kapsul. Dosis peng gunaan sebanyak 3 x 1 kapsul sehari, selama 12 minggu. Pengobatan dengan tanaman obat merupakan upaya memperbaiki organ-organ hati yang rusak, mengurangi peradangan, membersihkan zat toksik, membantu fungsi hati serta menghambat perkembangan virus. Jadi mengapa harus menunggu menguak rahasia kesehatan alami di pekarangan rumah anda? Hanif Yahya Pengamat Kesehatan Alternatif dan Tanaman Obat di Medan


Info Organis

Fesyen Organik Sudah Ada di Bandung, euy!

Oleh: Lidya Ariesusanty

“Fashion is not something that exists in dresses only. Fashion is in the sky, in the street, fashion has to do with ideas, the way we live, what is happening.� Coco Chanel (Perancang Busana asal Perancis, 1883-1971)

Q

uote yang datang dari perancang busana kenamaan asal negara yang menjadi kiblat fesyen dunia ini memberikan gambaran akan filosofi fesyen yang sangat luas. Fesyen tidak hanya pada apa yang kita pakai saja, tapi jauh lebih luas lagi. Roda perkembangan fesyen berputar sangat cepat, setiap tahun tren berganti. Menjelang akhir tahun perancang-perancang kenamaan berkumpul untuk meramalkan tren fesyen tahun berikutnya. Beberapa pakar memprediksi tren mode 2009 ini cenderung akan kembali ke alam. Seperti pada Bali Fashion Week (BFW) 2008, beberapa desainer dan pemerhati dunia fashion terkemuka dari berbaga negara berkumpul dan membahas mengenai proyeksi tren 2009. Untuk warna, para perancang sepakat kembali ke warna-warna

alam, seperti warna ungu muda, coklat tanah dan hitam. Sedangkan Asosiasi Perancang Pe n g u s a h a M o d e I n d o n e s i a ( A P P M I ) m e n g g e l a r Fa s h i o n Exploration (FE) 2008 di C e n d r awa s i h Ro o m , Ja k a r t a Convention Center (JCC) pada 3-4 Desember 2008. Acara yang digelar juga untuk menguak tren yang akan dijabarkan untuk tahun 2009 ini mengangkat tema overture in harmony yang artinya membuka hal-hal baru dan menyegarkan dalam menggali nilai budaya ragam hias di Indonesia dengan tidak melupakan aspekaspek kekinian dalam satu harmoni. Kembali ke alam? Mari kita telisik lebih lanjut mengenai fesyen yang kembali ke alam ini. Kembali ke alam dapat berarti menggunakan bahan25


Rentetan pertanyaan diatas, umum dilontarkan ketika berbicara mengenai fesyen organik ini. Memang belum banyak yang tahu mengenai produk organik yang satu ini. Umumnya ketika orang berbicara organik, yang terlitas adalah sayuran, makanan olahan, dan daging-yang juga belum terlalu akrab dengan telinga masyarakat. Di Bagian Manakah Fesyen Organik Itu? Fesyen organik dimulai dari bahan bakunya. Kapas, sebagai bahan baku utama, disasar terlebih dahulu. Tanaman asli Afrika Selatan ini, telah banyak dikembangkan kearah organik. Kebun-kebun kapas organik banyak berkembang di Peru, India, Tanzania, Amerika Serikat dan beberapa negara penghasil kapas lainnya. Pe r ke b u n a n k a p a s o r g a n i k menggunakan dasar pengolahan secara biologi dibandingkan ketergantungan pada bahan kimia. Dimulai dengan memperbaiki kualitas tanah, karena tanah bukan hanya sebagai media tanam saja tapi juga dilihat sebagai sistem kehidupan. Sistem tanam pun diperhitungkan dengan baik, waktu tanam,

lingkungan, sistem irigasi dan lainnya. Tak lupa dan yang terpenting adalah hama. Kebun dibuat sedemikian rupa agar siklus alami terjadi disana, predator, hama, tanaman ada dengan porsinya masing-masing. Umumnya petani kapas organik menggunaan predator alami untuk mengusir hama, melakukan perputaran tanaman, intercropping dan pestisida alami, seperti minyak nilam. Setelah bahan baku yang organik, bagaimana dengan proses pembuatannya? Sejak 16 tahun yang lalu the International Association Natural Textile Industry, yang didirikan di Jerman, telah membuat standar tekstil ramah lingkungan. Walaupun pergerakannya masih merayap namun kemajuan kearah produk fesyen organik atau fair trade telah tercium harum

Bahan baku dan proses telah organik, namun pergerakan tidak hanya berhenti disitu saja. Isu fairtrade pun berkembang di sektor ini. Sisi sosial turut diperhatikan, bagaimana kehidupan para petani kapas, pekerja perkebunan kapas, peker ja pabrik tekstil dan masyarakat sekitar perkebunan dan pabrik. Umumnya pabrik tekstil membutuhkan tenaga kerja yang besar dan bekerja menggunakan sistem shift karena mengejar terget produksi. Pabrik tekstil konvensional biasanya memberi peker janya upah dibawah

minimum rata-rata namun dengan pekerjaan yang cukup berat. Istilah yang biasa digunakan untuk tempat atau pabrik ini adalah sweatshop. Fairtrade yang mengambil peranan disini, menjamin semua sisi yang ada pada proses hulu-hilir fesyen seimbang dan berkelanjutan. Kesejahteraan pekerja diperhatikan, pendidikan pun tak luput disoroti. M e m i l i h P r o d u k Te k s i l Organik? Sebelum langsung memilih, perlu kiranya kita mengetahui beberapa kriteria akan produk ini. Kriteria secara khusus memang belum ditentukan, namun beberapa lembaga telah menentukan kriteria khusus dari produk organik ini. Interstoff Asia Essential, bekerjasama dengan Ms Sachiko Inoue, salah satu ahli tekstil t e r n a m a d a r i Je p a n g y a n g bekerjasama dengan perusahaan t e k s t i l Je p a n g t e r k e m u k a , menciptakan dan menentukan sistem pelabelan atau kriteria yang diimplementasikan mulai dari pameran Musim Semi 2008. Kriteria ini akan mempermudah produsen dan konsumen dalam memilih produk tekstil, terutama yang organik dan mengikuti kaidah fair trade. Foto:http://dimanchechezmoi.files.wordpress.com

bahan alami, bahan-bahan yang diproses alami atau mengikuti desain alami. Dan umumnya jika berbicara mengenai bahan alami, proses alami, akan terucap juga kata organik, walaupun tidak selalu. Apakah ada fesyen yang organik? baju organik? celana organik? Apakah mungkin warna-warna pakaian kita ini berasal dari pewarna organik dan bukan pewarna sintetis? Bagaimana bisa? Bagaimana dengan harganya?

Produk benang organik

26


Kriteria ini terbagi menjadi empat katagori: Label Hijau-kain yang dibuat dari bahan baku bersertifikasi organik atau ramah lingkungan, seperti kapas organik, bambu, serat kapas, kedelai atau kertas. Label Coklat-kain yang dibuat dengan proses yang sudah sesuai standar dan tersertifikasi ramah lingkung an. Peng olahan, kontaminasi dan polusi udara, air, suara dan sumber energinya telah terkontrol.

foto: Care Organik

Label Biru-kain yang dibuat dengan proses akhir yang sudat tersertifikasi ramah lingkungan, seperti melalui pencelupan non toksik dan alami.

Outlet Care menjual fesyen organik

Label Perak-kain yang dibuat dari bahan baku bersertifikasi organik atau ramah lingkungan, menggunakan proses pengolahan dan proses akhir yang ramah lingkungan. Sertifikasi menjadi sering tampak dari label produk organik dan fairtrade. Untuk menjamin bahwa proses ini benar-benar terjadi,

terawasi dan berkelanjutan, konsumen memang sebaiknya memilih produk yang telah bersertifikasi. MADE-BY: K ancing Bir u Penjamin Produk Fesyen Organik Banyak konsumen yang merasa tidak yakin, jika produk yang dibeli hanya mencantumkan organik dan fairtrade saja tanpa ada tanda tersertifikasi. Namun jangan khawatir, ada label payung yang dapat menjamin kebenaran itu semua, MADE-BY. MADE-BY, sebuah label payung yang memulai kegiatannya di pasar Belanda, memiliki tanda kancing biru. Jika terdapat tanda tersebut, dapat dipastikan bahwa produk tersebut organik dan terser tifikasi fair trade. MADE-BY menyediakan fasilitas Track and Trace, dimana konsumen dapat melacak dari mana asal produk yang mereka beli, bagaimana prosesnya dan siapa yang memproduksinya. Telah banyak label fesyen yang tergabung dalam label payung ini, termasuk label yang diusung oleh Bono, vokalis U2, EDUN. Bono dan istrinya bekerjasama dengan salah satu perancang untuk memproduksi pakaian y a n g m e n j a m i n kesejahteraan pekerjanya, dimulai dari perkebunan hingga pabrik. CARE Organik: Label Fesyen Organik dari Bandung Yang cukup membanggakan, munculnya perancang busana muda asal Bandung yang mulai membangun label fesyen fair trade. Yudi Mulyawan memproduksi

pakaian dengan label CARE, mengusung kepedulian terhadap lingkungan. Dimulai dari bahan bakunya yang organik hingga tenaga kerjanya. "Untuk mengurangi jejak karbon," alasan yang diungkapkan Yudi meng gunakan sumber daya manusia dari sekitar rumah produksinya. Yudi mulai mengenai istilah organik dan fair trade sejak 2 tahu lalu, ketika ia masih bekerja pada salah satu label fesyen di Bali. Merintis hal positif, tetap tak luput dari kesulitan dan tantangan. Menur ut Yudi, bahan baku organik, sangat sulit didapat di Indonesia. "Memang ada beberapa kain organik yang ditawarkan, namun tidak bisa dijamin apakah itu betul-betul organik atau hanya ucapan si produsen saja, baru satu yang telah tersertifikasi dengan jelas" jelas Yudi. Bahan baku yang sulit dan mahal sangat berpengaruh pada harga jual produk CARE organik. karena konsumen belum banyak yang sadar akan pentingnya organik dan fairtrade jadi masih kurang penghargaan terhadap produk yang dijual lebih mahal dari produk konvensional. Padahal produk CARE organik ini dijual berkisar antara 150-200 ribu saja, tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan pesan, ramah lingkungan dan keberlanjutan yang ada dibalik produk ini.

Lidya Ariesusanty PILI-Green Network

27


Rumah Organik

Apakah Aku Konsumen yang Ber-etika?

Oleh: Bibong Widyarti

K

ejadian-kejadian yang belum lama merebak seperti kontaminasi melamin pada susu, yang terkena dampaknya adalah konsumen. Kita memang tidak bisa mengintervensi suatu proses produksi namun kita harus terkena dampaknya. Sebagai konsumen etis atau konsumen organik, ada nilainilai yang menentukan bagaimana cara kita membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Sebagai konsumen kita harus memilih, membeli, mengkonsumsi barang yang diproduksi oleh sumber-sumber yang konsisten dengan prinsip-prinsip etis. Konsumen etis harus memperhatikan bagaimana suatu produk dihasilkan. Misalnya dari aspek lingkungan, kejujuran, keterbukaan dan sebagainya. 28

Dua ratus Juta penduduk Indonesia merupakan peluang untuk merintis pasar produk-produk fair trade. Apa yang kita pilih, sebutir permen misalnya, sudah membuat langkah yang akan menentukan kualitas/masa depan kehidupan ini.

Sebagai konsumen kita dapat menolak untuk membeli barang yang diproduksi secara tidak etis. Kita dapat menentukan produk yang akan atau tidak akan kita beli. Bukannya kita tidak mau didikte, tetapi konsumen mempunyai kekuatan untuk menentukan apa yang akan kita keluarkan atau kita terima. Misalnya, di pertanian organik, ada produk teh yang diproduksi secara organik. Atau seorang Ibu di Jakarta Selatan yang menanam sayur di rumahnya untuk dikonsumsi sendiri. Kendala yang paling banyak ditemui adalah masalah sosialisasi. Walau dikatakan tahun 2010 kita “go organic� tetapi langkahnya sudah sampai mana? Organik dan fair trade masih cukup asing buat m a s y a r a k a t k i t a . Pe r t a m a :

sosialisasi dan infor masi mengenai kedua hal tersebut masih terbatas, baik istilah, jenis produk, ketersediaan barang dan lokasi di mana produk tersebut dapat diperoleh. Kedua: ada kesenjangan dalam masalah standar, baik berupa aturan, acuan, dan jaminan tentang produk. Saat ini jaminan ke konsumen belum berupa adanya sertifikasi. Jaminan yang ada masih berupa jaminan personal atau jaminan pihak kedua (yang mendampingi). Kalaupun sudah sertifikasi masih dalam lingkup terbatas. Menggugah Kembali Tentang Nilai Nilai kehidupan seperti keterbukaan, jujur, dan kerjasama, mengapa ingin


ingin digugah? Karena selama ini nilai-nilai tersebut sudah pudar. Misalnya: keterbukaan antara produsen-konsumen-pedagang, standar, kualitas dan sebagainya. Atau, sikap jujur dan kerjasama dalam penentuan harga, dan tidak saling menindas.

Tip’s ? Pilihan saat ini menentukan kehidupan yang akan datang ? Buat keputusan berdasarkan kerangka etika dan komitmen sosial

budaya dan lingkungan ? Konsumsi berdasarkan kebutuhan secukupnya saja ? Tinggalkan produk yang dihasilkan dari proses yang tidak beretika ? Pilih produk pertanian organis ? Jadilah konsumen yang aktif, baca label/keterangan produk

Mengenalkan, Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Konsumen tentang “Fair Trade� Karena kesadaran konsumen tentang fair trade masih kurang. Kita perlu bersama-sama mensosialisasikan fair trade kepada petani, konsumen dan pedagang. Konsumen seringkali tidak mengetahui kualitas dari produk yang dijual. Apakah kualitasnya sudah sesuai dengan harga? Apakah harga bisa menutupi ongkos produksinya? Kita perlu pikirkan untuk membangun sistem yang lebih adil. Membangun Kekuatan Konsumen sebagai Kekuatan Membeli Secara Positif Konsumen mempunyai kekuatan, konsumen dapat menentukan kebutuhan dan keinginannya. Bukan setelah ada masalah baru teriak-teriak semisal soal daging sampah atau pengawet formalin. Mengapa kita baru sadar setelah ada kejadian? Mengapa sebelum ada kejadian kita tidak teriak bahwa kita tidak mau mengkonsumsi barang-barang yang memang tidak layak

a ew im :Ist o t Fo

? Utamakan produk lokal ? Gunakan produk yang minimal kandungan bahan-bahan sintetisnya,

kemasan dan proses pengolahannya.

dikonsumsi. Konsumen harus disadarkan bahwa dia punya kekuatan. Keterlibatan Konsumen Sebagai Stake holder Kami sebagai konsumen ingin dilibatkan dalam isu organik dan fair trade. Paling tidak konsumen bisa terlibat dalam titik-titik kritis agar kami bisa mengetahui bagaimana produk itu. Edukasi, sosialisasi tentang “fair trade� ini menyangkut: o Informasi, proses: Sebagai orang awan kita sering tidak tahu banyak soal produksi. Jika kita tahu informasinya, maka kita dapat membantu dalam proses sosialisasinya. o Pengertian dalam bahasa awam: Tidak perlu bahasa aneh-aneh, cukup bahasa yang sederhana. o Label, jenis, kualitas, penjaminan produk: Saat ini banyak label yang beredar, akibatnya konsumen menjadi bingung. Untuk hasil pertanian, penjaminan yang dapat digunakan adalah penjaminan pihak pertama dan kedua. Konsumen Menentukan Pilihan Pada dasar nya seseorang (konsumen) dapat menentukan pilihan serta melakukan perilaku

konsumen mana yang akan dipilihnya. Ini yang sekarang tidak ada. Sekarang semua serba seragam. Jika air dalam kemasan ya merek A. Mengapa kita tidak dapat membuat pilihan sendiri? Saya perlu produk merek A karena kebutuhan saya itu. Bukan karena brand image! Kita perlu mendapatkan kualitas produk sesuai harga yang kita bayar. Dibutuhkan Kesadaran, Konsistensi serta Perilaku yang Penuh Untuk menjadi konsumen yang berkelanjutan dibutuhkan ketiga h a l t e r s e b u t d i a t a s. D a r i pengalaman saya yang sudah tujuh tahun menjadi konsumen yang berkelanjutan, saya jungkir balik mencari berbagai macam produk, baik beras, teh, dan sebagainya. Semua itu butuh konsistensi. Namun konsumen tidak mempunya informasi dimana produk tersebut dapat diperoleh. Disisi lain para petani masih kesulitan menjual produknya. Bibong Widyarti Konsumen organik tinggal di Depok, Jawa Barat

29


Ragam PAMOR (PenjAminan Mutu Organis) Loka karya nasional bertajuk “Membangun Penjaminan Mutu Partisipatif ” ini merupakan rangkaian kegiatan studi, yang dilakukan oleh AOI (studi dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung – Red). Studi tersebut berusaha mengupas kenyataan mengenai bagaimana penjaminan mutu organis ditingkat petani sesungguhnya seperti bagaimana sulitnya penerapan standar dan mahalnya penjaminan mutu bagi petani kecil

PAMOR beranggotakan beberapa utusan dari masingmasing daerah dan dari berbagai stakeholder. Tercatat perwakilan PAMOR saat ini adalah: Ibu Bibong yang mewakili konsumen; Halim Gurning, St. Wangsit, dan Supia yang merupakan wakil dari LSM; Isro yang mewakili Trader; Teh Omistriah dan Sdr. Yuli yang merupakan wakil dari petani. Mereka-mereka itulah yang akan bertugas untuk membuat beberapa perangkat/aturan yang akan mempermudah PAMOR dalam melakukan tugasnya.(SKS)

Penjaminan Mutu Global di Tingkat Nasional

foto: AOI

Seiring dengan perkembangan global, semakin banyak juga jumlah standar dan skema yang akan diterapkan di negara-negara produsen termasuk di Indonesia. Meski sebenarnya memiliki fungsi dan tujuan yang baik untuk perkembangan di negara-negara produsen, namun penerapan standar dan prinsip skema tersebut justru menuai beberapa persoalan antara lain: banyaknya skema sertifikasi ditingkat global membingungkan petani kecil dan mahalnya sertifikasi terutama bagi petani kecil, khususnya Indonesia.

Kegiatan yang dilaksanakan pada 5-6 Nopember 2008 di Yogyakarta ini menjadi tonggak awal dimana beberapa LSM, petani individu, perwakilan kelompok tani, pemasar dan konsumen duduk bersama, berbicara mengenai penjaminan mutu partisipatif. Sebanyak 45 peserta dari beberapa daerah di Indonesia terlibat aktif dalam diskusi di Yogyakarta ini. Difasilitasi oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), peserta menyepakati beberapa pandangan mengenai sebuah penjaminan mutu bersama. Mereka bersama-sama menyepakati untuk membangun sebuah penjaminan mutu yang dibangun secara bersama- sama dengan dilandasi nilai kejujuran, adil, percaya, dan kedaulatan. Tercetuslah Penjaminan Mutu Organis (PAMOR) sebagai nama penjaminan tersebut. Mekanisme kerja PAMOR terdapat pada empat bagian yaitu petani, kelompok tani, PAMOR tingkat wilayah (PAYAH) dan PAMOR tingkat nasional (PANAS).

30

foto: SKS

Peserta loka karya Membangun Penjaminan Mutu Partisipatif

Suasana diskusi Penjaminan Mutu

Ketidaksiapan sistem nasional juga tertinggal jika dibandingkan dengan cepatnya perkembangan model dan skema-skema penjaminan produk pertanian berkelanjutan, seperti fair trade, dan organik. Untuk itu perlu adanya inisiatif bersama dalam merespon berbagai perkembangan dan skema-skema baru penjaminan mutu global di tingkat nasional. Berdasar hal itu maka pada tanggal 14 Januari 2009, AOI men yelen g g a ra ka n diskusi seh a ri b er tema “Kompleksitas Skema Penjaminan Mutu Pertanian Global: Peluang atau Ancaman Bagi Indonesia?” di IPB International Convention Center (IICC) .


Sebagai nara sumber diskusi Bapak Suprapto dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) Jakarta dan Theresia Widiyanti dari Busines Watch Indonesia (BWI) Solo, Jawa Tengah. Diskusi diikuti oleh 12 peserta dari multi stakeholder seperti BSN Jakarta, Balai Penelitian Tanah Bogor, Asosiasi Spesial Kopi Indonesia Jakarta, Yayasan Bina Sarana Bhakti Bogor, dan lembaga lainnya. Harapannya diskusi ini menjadi awal untuk membentuk sebuah inisiatif bersama. (SKS)

disampaikan oleh salah seorang staf pemasar dari LESTARI. Dan ada juga perwakilan dari konsumen organik yang menyampaikan bagaimana membangun organisasi konsumen organik. Kegiatan setengah hari ini dimeriahkan dengan pameran produk (baik segar maupun olahan) organik yang dihasilkan oleh petani-petani organik di Kampung Cijulang.

Sabtu-Minggu,10-11 Januari 2009, Aliansi Organis Indonesia (AOI) Bogor, ELSPPAT (LSM di Bogor yang bergerak di pendampingan masyarakat pedesaan, dan LESTARI (pemasar organic di Bogor) menggelar acara bertajuk “Sura Raya Tani Alami” di Kampung Cijulang, Desa Sukaharja, Bogor. Kegiatan ini merupakan acara tahunan, yang terdiri dari: Temu Petani-Konsumen dan Upacara Adat “Sedekah Bumi”. Temu petani-konsumen organik, yang digelar di salah satu halaman rumah warga di Kampung yang terletak 75 km dari Ibu Kota Jakarta ini dihadiri oleh sekitar 50 peserta yang terdiri dari petani, konsumen, pemasar organik dan unsur pemerintah daerah ini mendiskusikan permasalahan seputar upaya membangun gerakan pertanian organik di tingkat petani yang disampaikan oleh seorang petani organik setempat, lalu disampaikan juga bagaimana membangun pasar alternatif produk organik yang

foto: SNY

“Ngala Berkah” di Kaki Gunung Salak

Aneka hasil bumi yang diacara Sedekah Bumi di Cijulang

Dan dengan ditemani hujan yang tidak begitu lebat, peserta diajak mengunjungi kebun organik dan dapat panen langsung di kebun petani di kawasan kaki Gunung Salak ini. Dihari kedua, kegiatan lebih pada ritual adat yang mereka (masyarakat Desa Cijulangred) namakan sebagai “Sedekah Bumi.” Acara ini merupakan ungkapan syukur kaum tani atas kelimpahan tanah yang subur dan hasil bumi yang melimpah yang diwujudkan dengan mempersembahkan hasil bumi berupa sayuran, buahbuahan dan umbi-umbian (sikep hejo buah beti). Juga sebagai perayaan menyambut pergantian awal tahun baru 1 Sura/Muharam.

foto: SNY

Yang menarik adalah, setelah pembacaan doa, masyarakat yang mengikuti dan menyaksikan ritual ini saling berebut mengambil hasil persembahan yang digantungkan di tiang-tiang yang terbuat dari bambu untuk ngala berkah (bahasa Sunda yang artinya mendapatkan berkah-red). (SNY) Suasana acara Sedekah Bumi di Cijulang

31


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.