Redaksi Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggungjawab Direktur Eksekutif AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Ahli Indro Surono, Rasdi Wangsa Staf Redaksi Lidya Inawati, Sucipto Kusumo Saputro, Elisabeth Louise Johnston, Ani Purwati, Lidya Ariesusanty
Desain Grafis Said Abdullah
Iklan Elly Yusnawati, Imam Hidayat
Distribusi Nurdin Hermawan
Alamat Redaksi Jl. Kamper, Blok M No.1, Budi Agung, Bogor. Telp/fax: +62 251 8316294 email: organicindonesia@organicindonesia.org
website: www.organicindonesia.org
Dari Redaksi
Secara historis, kontribusi perempuan yang sangat besar dalam pertanian menjadikan perempuan mampunyai kemampuan alami dalam menjaga kearifan sistem pertanian tradisional yang selaras alam. Namun besarnya tekanan perubahan terhadap sistem pertanian tradisional yang dibungkus dengan gerakan “Revolusi Hijau� telah menghilangkan hak petani perempuan terhadap dunia pertaniannya, bahkan hak kesehatan reproduksinya. Sebelum masa pertanian modern, perempuan menguasai sekitar 60% proses produksi mulai dari seleksi benih hingga panen. Kaum perempuan khususnya keluarga miskin menghidupi keluarga dengan memperoleh pekerjaan selama panen, sehingga menyumbang kepada pemasukan rumah tangga secara berarti. Pertanian modern (revolusi hijau) menggusur perempuan dari peran mereka di sawah, sementara anggapan bahwa lakilaki adalah pemimpin rumah tangga mengakibatkan banyak informasi tentang program ini tidak menyentuh kaum perempuan. Belum lagi tipe padi dan teknologi yang digunakan secara sistematik mengabaikan perempuan, input produksi juga menyimpan residu kimia dalam tubuh perempuan. Sehingga perempuan dipaksa meninggalkan pertanian, namun untuk memenuhi tanggungjawabnya sebagai tiang pangan keluarga mereka menjadi tenaga kerja di luar negeri seperti pekerja seks, pekerja rumah tangga, buruh pabrik, dan lain-lain yang rentan dengan pelecahan dan diskriminasi. Petani perempuan sesungguhnya merupakan pelaku penting dalam kesinambungan dan keberlanjutan kehidupan, sehingga upaya-upaya untuk melestarikan kembali kearifan pertanian, merupakan upaya untuk mengembalikan hak-hak petani yang hilang. Dan pertanian organik merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan hak petani perempuan tidak hanya menyangkut proses pertaniannya, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial-budaya petani. Pertanian organik tidak hanya mengembalikan hak reproduksi terhadap petani perempuan, tetapi juga menjamin kualitas hidup keluarga petani itu sendiri.
Foto Cover: ayip-kinjengdomstudio
Selamat Membaca....
ORGANIS diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa LSM, akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fair trade.
2
Daftar Isi
Isu Utama 5 8
Peran Perempuan dalam Produksi
Jendela Konsultasi
Pangan
14
Sertifikasi untuk Pasar Ekspor
Pertanian Organik Mengembalikan Hak Perempuan Tani
11
Perempuan Tani dan Berkah Pasca Gempa Bantul
Profil
18
Suster Chris Linda & TOS (Tani Organik Seraphine): Coba Pasok Kebutuhan Konsumen Organik di Yogyakarta
Penjaminan Organis 15
Standar Lingkungan dan Sosial: Kriteria Baru Mutu Produk Pertanian
Rumah Organik
Agribisnis 21
Nilam, Semak Pencetak Dolar
Info Organis 25
Mengenal Pangan Olahan Organik
28
Produk Organik Lebih Hemat
Ragam 30
Panen Madu di Hutan Tonangka, Sulawesi Tengah
Ada banyak mata mengawasi produk dan jasa anda. Promosikan produk atau jasa anda di ORGANIS. Hubungi Advertising Officer kami di: +62 251 8316294 atau email ke: organicindonesia@organicindonesia.org
3
Surat Pembaca Dimana Bisa Membeli Organis?
Distributor dan Supplier PO
Di mana saya bisa membeli buletin ORGANIS? Terbitnya kapan? Harganya berapa? Kebetulan saya sering membuka website nya, tapi selalu gagal mendown load. Terima kasih.
Saya tertarik dengan produk organik di Indonesia. Untuk memulai, dimana saya bisa dapat informasi mengenai lokasi pertanian organik, distributor, atau supplier nya?
Evi Kp. Ciseureuh No. 19 RT 004 RW 007 Kel. Ciseureuh Kec. Purwakarta Purwakarta 41118 Redaksi: ORGANIS adalah majalah yang mengupas masalah seputar pertanian dan produk organis, terbit 3 bulan sekali. Untuk sementara kami kenakan biaya cetak @ Rp. 10.000,- + ongkos kirim. Saat ini baru ada pick up point di Koperasi SAHANI Yogyakarta. Namun jika Evi ingin membeli ORGANIS, layangkan surat ke redaksi ORGANIS di: sri@organicindonesia.org
Informasi Fair Trade dan Pertanian Organik (PO) Saya di Aceh dan sedang mendorong petani padi dan cocoa organik. Saat ini sedang mengorganisir mereka. Saya ingin lebih mendalami lagi isu-isu tersebut. Dimanakah saya bisa mendapatkan informasi tersebut? Husaini Ismail husen_dpuw@yahoo.com Redaksi: Aliansi Organis Indonesia [AOI adalah sebuah perkumpulan yang fokus di bidang pertanian organik dan fair trade. Salah satu program AOI adalah memberikan penguatan organisasi tani bagi pertanian organik dan fair trade. Untuk informasi tentang AOI, silahkan kunjungi www.organicindonesia.org atau e-mail saja ke: Rasdi Wangsa [rasdi@organicindonesia.org]
Winarto atmadjawin@hotmail.com Redaksi: Boleh tahu lokasi Bapak dimana? Akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi, distributor dan supplier produk organik yang lokasinya dekat dengan alamat Bapak. Silakan Bapak lihat alamat anggota AOI di website kami, www.organicindonesia.org, siapa tahu ada yang lokasinya berdekatan dengan tempat Bapak tinggal dan dapat Bapak mintai keterangannya.
Kampanye Sosial Makanan Organik Pada Tugas Akhir dan skripsi saya semester ini saya mengajukan Peranan Komunikasi Visual dalam Kampanye Sosial Makanan Organik. Saya ingin mengetahui lebih banyak mengenai makanan organik dan ingin memperoleh bimbingan dari pihak Aliansi Organis Indonesia [AOI] untuk perihal bagaimana membuat kampanye sosial mengenai makanan organik yang baik, efisien dan mengena di masyarakat. Apakah saya bisa menghubungi pihak Aliansi Organis Indonesia [AOI] baik melalui media online maupun survey ke lapangan? Ritta Lestari Jur. Desain Komunikasi Visual Universitas Taruma Negara Jakarta Redaksi: Silakan datang ke sekretariat kami di Bogor. Kami akan dengan senang hati memberikan informasi yang anda butuhkan untuk keperluan skripsi anda tersebut. Terima kasih atas kiriman saran dan kritiknya.Untuk mengunduh artikel-artikel ORGANIS silahkan klik: www.organicindonesia.org
4
Isu Utama
Peran Perempuan dalam Produksi Pangan
Oleh: Agustina M. Purnomo
K
edaulatan pangan merupakan konsep yang sampai saat ini paling tepat dalam mengatasi masalah pangan di Indonesia. Konsep ketahanan pangan yang ada terbukti tidak dapat benar-benar mengatasi masalah pangan. Sebagai buktinya, swasembada beras yang diklaim pemerintah ternyata tidak merubah posisi Indonesia sebagai negara yang masih mengalami kelaparan. Dalam laporan World Food Program (WFP) tahun 2008 disebutkan masih ada empat juta penduduk kelaparan yang sebagian besarnya adalah petani. Tak hanya itu, lebih ironis lagi karena prevalensi gizi buruk meningkat dari tahun 2000 ke 2005. Bagaimana mungkin ada penduduk kelaparan jika produksi lebih besar
daripada konsumsinya? Ini hanya bisa terjadi jika produksi tidak disertai dengan distribusi, akses dan kontrol. Pada sisi yang lain pangan telah menjadi komoditas perdagangan dan politis yang hanya menguntungkan sebagian orang. Kedaulatan pangan merupakan konsep yang memastikan bahwa pangan tetap menjadi hak bagi setiap orang. Setiap orang berhak mendapat makanan yang cukup jumlah dan gizinya serta tersedia setiap saat. Setiap orang, kelompok masyarakat dan negara berhak meng akses dan meng ontrol berbagai sumberdaya produktif. Selain itu juga berhak menentukan kebijakan produksi, distribusi dan konsumsi sesuai dengan kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan budaya khas masing-masing.
Seperti konsep-konsep lainnya, kedaulatan pangan juga sangat tergantung pada pelaksanaannya. Salah satu faktor krusialnya adalah sejauh mana terlaksananya keadilan dan kesetaraan gender dalam pelaksanaan konsep tersebut. Perempuan (hendaknya) mendapat porsi penting karena jumlah, potensi dan masalah-masalah yang dihadapi perempuan dalam program pembangunan sebelumnya termasuk masalah pangan. Data statistik menyebutkan jumlah perempuan di Indonesia tahun 2005 adalah 108.472.769 orang atau 1/2 dari jumlah penduduk Indonesia. Baik secara alamiah atau sebagian besar karena faktor budaya, perempuan memiliki potensi yang berbeda dengan laki-laki dalam mengelola pangan. Mengutip pernyataan 5
Tandziha (2008), setidaknya ada empat potensi perempuan, seperti : 1) perempuan memainkan peran penting dalam strategi keberlangsungan hidup khususnya rumah tangga miskin, 2) 60-80% produksi pangan di negara berkembang dilakukan oleh perempuan, dengan peranan sebagai produsen, penyedia dan pendistribusi pangan di rumah tangga, 3) Pendapatan ditangan perempuan memberikan kontribusi 4 kali keadaan gizi yang lebih baik dibanding ditangan lakilaki, dan 4) rasa sosial, toleransi, ikatan kelompok, jiwa interpreneur (keseimbang an pendapatanpengeluaran), perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan dasar keluarga, terutama bagi anakanaknya, dan pendidik pertama dan utama bagi generasi penerus keluarga, bangsa, dan negara. Dilihat dari sisi masalah, pangan yang dihadapi perempuan erat kaitannya dengan masalah konstruksi sosial budaya tentang status dan peran perempuan dan laki-laki di masyarakat. Sampai saat ini meskipun pengarus utamaan gender (PUG) telah menjadi bagian dalam perencanaan pembangunan dari pusat sampai daerah kenyataannya perempuan masih berhadapan dengan masalah buta huruf, angka kematian ibu yang tinggi, dan masalah kekurangan pangan. Mer ujuk pada empat pilar kedaulatan pangan di atas, secara singkat pilar-pilar tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kegiatan yaitu produksi, konsumsi dan distribusi. Perempuan dapat berperan dalam ketiga bidang tersebut. Pe r a n Pe r e m p u a n d a l a m Produksi Pangan 6
Eliminasi peran perempuan dalam bidang pertanian yang disebabkan karena teknologi di bidang pertanian yang tidak berperspektif gender merupakan kajian klasik. Desakan ekonomis dan politis pada produksi padi menyebabkan produksi padi lebih berorientasi pada peningkatan kuantitas produksi sehingga teknologi dikembangkan pada arah perbanyakan dan percepatan produksi tanpa memperhatikan dampaknya pada eliminasi peran perempuan dalam produksi pangan. Ani-ani diganti dengan parang, sistem penyimpanan padi dari bentuk ikatan diganti dengan penyimpanan dalam bentuk gabah juga berimplikasi pada diperlukannya tenaga laki-laki untuk merontokkan padi dan pengurangan tenaga perempuan untuk mengikat dan menyusun, penumbukan padi oleh perempuan diganti dengan mesin giling yang hanya bisa dioperasikan oleh lakilaki karena memerlukan tenaga besar, dan traktor yang tidak bisa dioperasikan oleh perempuan kerap diperbincangkan sebagai teknologi yang tidak berperspektif gender. Pendekatan lokalitas sosial, budaya, dan ekologis yang menjadi pertimbangan utama kedaulatan pangan seharusnya dapat menghindarkan perempuan dari kejadian serupa. Reforma agraria sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan telah banyak mendapatkan masukan agar memperhatikan akses tanah bagi perempuan terutama memperhatikan Kepala Keluarga (KK) perempuan, janda, dan perempuan tidak menikah. Sayangnya sampai saat ini hal tersebut masih jauh dari harapan. Sebuah studi yang dilakukan penulis di Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Perhutani Kabupaten Kuningan menunjukkan keang g otaan Kelompok Tani Hutan (KTH) ternyata hanya melibatkan laki-laki. Hal ini merupakan indikasi bahwa reforma agraria yang diupayakan masih bias KK laki-laki. Pertanian berkelanjutan yang ditawarkan sebagai konsep yang menjamin kemampuan petani u n t u k m e l a k u k a n a k t iv i t a s produksi terus menerus membuka peluang bagi peran petani perempuan. Penyediaan pupuk, bibit/benih dan pengendalian hama yang selama ini dilakukan oleh industri (pabrik) harus diambil alih oleh petani termasuk petani perempuan. Meskipun penelitian pendahuluan di Tanggerang pada petani hortikultura organik di dataran rendah pada tahun 2009 masih menunjukkan dominasi peran laki-laki dalam proses produksi. Persiapan kompos, pemupukan, penanaman, penyiangan, dan pemanenan dilakukan oleh laki-laki. Hak perempuan atas proses produksi pangan dapat lebih optimal jika teknologi pertanian, sistem agraria dan pola produksi pang an secara keselur uhan memperhatikan keterlibatan perempuan. Tanpa perombakan cara pandang terhadap apa yang sebenarnya dapat dan harus dikerjakan perempuan dan lakilaki, kasus di Tangerang tetap akan berulang. Pe r a n Pe r e m p u a n d a l a m Konsumsi Pangan Peran perempuan yang kuat pada pangan ditunjukkan pada pengaturan konsumsi pangan. Sesuai dengan peran klasik perempuan di ranah domestik, perempuan merupakan pengatur konsumsi, jumlah, jenis dan cara
Perempuan tani istirahat di tepi sawah
pengolahan makanan. Memilih, memasak dan menghidangkan makanan secara kultur patriarkat menjadi tugas perempuan. Namun kenyataannya asupan gizi perempuan lebih rendah dari pada laki-laki (suami dan anak). Konsumsi pangan lokal sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan sehar usnya memperhatikan perempuan tidak hanya sebagai pengatur namun sebagai pengakses konsumsi tersebut. Konsumsi makanan yang beraneka ragam sesuai dengan potensi alam
foto: Ayip/kinjengdomstudio
Padabeunghar K abupaten Kuningan Jawa Barat menunjukkan perempuan memegang peranan penting dalam mendistribusikan hasil panen pada penduduk desa lainnya. Kebiasaan untuk mengirim hasil panen kepada saudara dan tetangga menyebabkan semua orang mendapatkan akses pada makanan bahkan yang tidak pernah mereka tanam. Kebiasaan ini juga berlaku untuk makanan matang, tetangga terdekat akan mendapat kiriman kacang rebus, kripik pisang bahkan sayur asem yang dimasak sore tadi. Dalam lingkup desa dan kerabat, perempuan memiliki akses dan kontrol pada distribusi pangan.
dan budaya setempat baru akan menjamin ketercukupan pangan bagi setiap orang jika kerangka kultural dan struktural yang mengatur akses jumlah dan kualitas makanan menjamin akses dan kontrol pang an bagi perempuan dan laki-laki.
Dalam lingkup nasional dan internasional, kebijakan distribusi hanya bisa dipengaruhi melalui keterlibatan perempuan dalam aktivitas mempengaruhi dan membuat keputusan. Keterlibatan perempuan ini hanya merupakan prasyarat agar setiap keputusan memperhatikan kepentingan perempuan yang sering diabaikan. Ini perlu dilakukan karena tanpa perlindung an yang jelas, perempuan tidak terjamin akan mendapat akses tempat di pasar, kualitas dan harga barang, sarana transportasi, serta fasilitas baik yang disediakan negara maupun masyarakat.
Agustina M. Purnomo, Aktivis Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP)
Peran Per empuan dal am Distribusi Pangan Perempuan sejak di peran domestik mer upakan agen distribusi pangan melalui jaringan pertetanggaan atau kekerabatan. sebuah studi di Desa 7
Isu Utama
Pertanian Organik Mengembalikan Hak Perempuan Tani
Sejarah kedekatan perempuan dengan alam telah berhasil dipetakan oleh Engles yang kemudian diamini Soekarno dalam Sarinah. Disebutkan bahwa perempuan memiliki jasa besar terhadap kemanusiaan karena berhasil menemukan metode bercocok tanam. Hal yang hingga kini menjadi tiang penghidupan bagi manusia di muka bumi akhirnya menempatkan perempuan sebagai pekerja pertanian pertama. Karenanya, tidak ada alasan untuk meminggirkan perempuan dari sektor agraris.
8
H
adirnya pertanian modern (Revolusi Hijau) menggusur perempuan dari peran mereka di sawah, sementara anggapan bahwa laki-laki adalah pemimpin rumah tangga mengakibatkan banyak informasi tentang program ini tidak menyentuh kaum perempuan. Belum lagi tipe padi dan teknologi yang digunakan secara sistematik mengabaikan perempuan, input produksi juga menyimpan residu kimia dalam tubuh perempuan. Sehing ga perempuan dipaksa meninggalkan pertanian, namun untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai tiang pangan keluarga mereka menjadi tenaga kerja pekerja rumah tangga, buruh pabrik, dan lain-lain yang rentan dengan pelecahan dan diskriminasi.
H u l l e r, M e n gg e s e r Pe r a n Tradisional Perempuan Tani Petani perempuan adalah pelaku penting dalam kesinambungan dan keberlanjutan kehidupan, sehingga upaya-upaya untuk melestarikan ke m b a l i ke a r i f a n p e r t a n i a n , merupakan upaya untuk mengembalikan hak-hak petani yang hilang. Secara historis, kontribusi perempuan yang sangat besar dalam pertanian menjadikan perempuan mempunyai kemampuan alami dalam menjaga kearifan sistem pertanian tradisional yang selaras alam. Namun besarnya tekanan perubahan terhadap sistem pertanian tradisional yang dibungkus dengan gerakan “Revolusi Hijau� telah menghilangkan hak petani perempuan.
Revolusi Hijau jug a telah membuat buruh-buruh perempuan tidak lagi terlibat dalam kegiatan pasca panen. Hal ini disebabkan masuknya huller (mesin penggiling bermotor), menggeser peran tradisional perempuan pedesaan sebagai penumbuk padi. Kondisi itu mengakibatkan banyak perempuan pedesaan yang termarginalisasi. Partisipasi tradisional mereka sebagai pekerja di sawah menjadi tersingkir. Konsekuensi dari keadaan itu adalah peran produktif perempuan pedesaan yang telah ting gi par tisipasinya dalam aktivitas ekonomi berubah menjadi lemah bahkan sama sekali ditiadakan. Revolusi Itu‌. Revolusi Hijau adalah satu di antara contoh yang bisa digunakan untuk meng g ambarkan bag aimana ker usakan ekologis yang disebabkan oleh sistem sosial ekonomi telah memarginalkan perempuan. Menurut seorang ekofeminis Vandana Shiva, Revolusi Hijau mer upakan manifestasi pengetahuan reduksionisme yang berpinsip pada maskulinitas, karena menuju
ke monokultur, uniformitas, dan homogenitas. Bentuk pertanian seperti ini mengabaikan pengetahuan lokal dan mengancam keanekaragaman hayati. Lebih lanjut menurut Shiva, reduksionis mencabut kemampuan alam dan potensi kaum perempuan untuk bereproduksi dan beregenerasi serta menggantinya dengan teknologi. Penggunaan bibit varietas unggul Revolusi Hijau merupakan manifestasi pengetahuan reduksionisme yang berpinsip pada maskulinitas, karena menuju ke monokultur, uniformitas, dan homogenitas (Vandana Shiva)
dalam Revolusi Hijau telah mengambil alih pekerjaan yang biasanya dilakukan perempuan. Pe r t a n i a n y a n g c e n d e r u n g monokultur dengan bibit unggul mengabaikan pengetahuan perempuan tentang keanekaragaman tanaman. Jenis pertanian yang demikian juga menyebabkan hilangnya spesies tanaman tertentu karena tidak lagi
dibudi dayakan. Teknologi baru dalam bidang pertanian seperti aniani yang digantikan sabit atau mesin huller membuat beban kerja perempuan bertambah karena alat dan mesin ini relatif lebih berat. Ker usakan lingkungan yang disebabkan oleh Revolusi Hijau di antaranya adalah akibat penggunaan bahan-bahan kimia dalam pupuk dan pestisida. Pupuk kimia yang digunakan secara terus menerus dapat merusak struktur kimia dan biologi tanah sehingga pada masa yang akan datang tanah tidak layak lagi untuk ditanami. Pemakaian pestisida untuk mengusir hama tanaman berdampak pada siklus kehidupan alami, kerusakan lingkungan dan ancaman kesehatan. Pestisida menyebabkan iritasi mata dan kulit, gangguan pernapasan, penurunan daya ingat dan dalam jangka panjang menyebabkan kanker. Mary Mellor yang juga seorang ekofeminis berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah sesuatu yang netral karena hanya melayani pihak yang berkuasa. Faktanya, perkembangan teknologi dalam bidang pertanian justru
foto:ayip/kinjengdomstudio
Satu dari konsekuensi dramatis Revolusi Hijau adalah hilangnya kesempatan kerja dari perempuan miskin pedesaan. Selain itu, Revolusi Hijau yang ditandai oleh adanya mekanisasi di bidang pertanian telah menghapuskan peran ekonomi perempuan yang secara tradisional menjadi bidangnya. Menyemai bibit, menabur pupuk, dan menuai padi adalah pekerjaan perempuan petani. Namun mekanisasi telah menggantikannya. Situasi di atas jelas menandakan bahwa Revolusi Hijau dirancang tidak memperhitungkan aspek gender.
Perempuan tani menanam padi dengan cara SRI
9
foto:ayip/kinjengdomstudio
selama panen, sehingga secara signifikan menyumbang kepada pemasukan rumah tangga.
Perempuan tani memanen ubi jalar
menjadikan petani tidak mandiri dan bergantung pada produsen benih, pupuk dan pestisida. Petani yang menanami sawahnya dengan bibit unggul tidak bisa membudi dayakan sendiri benihnya, karena bibit ung gul yang ditanam merupakan hasil rekayasa genetika. Teknik pertanian seperti ini menjauhkan petani dengan alam dan bahkan merusak alam karena menggunakan bahan-bahan kimia yang tidak ramah lingkungan. Revolusi Hijau yang merupakan sebuah upaya meningkatkan produksi pangan dengan meng gunakan perkembangan teknologi telah mengeleminasi perempuan dari dunia pertanian. Penelitian antroplogis perempuan Margaret Mead di suatu negara berkembang menunjukkan bahwa perempuan tidak diberi kesempatan terhadap akses-akses teknik pertanian modern karena adanya anggapan jika perempuan tidak bisa menangani mesin-mesin. Akibatnya peran perempuan dalam pertanian digantikan oleh mesin-mesin yang dioperasikan laki-laki. Penggunaan mesin huller di daerah pertanian di Indonesia telah menggeser peran tradisional
10
perempuan sebagai penumbuk padi. K ajian ekofeminisme ingin menjelaskan persamaan antara penindasan gender dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh dominasi laki-laki. Pembangunan yang bias gender tidak hanya memarginalkan perempuan tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan. Mengapa Pertanian Organik? Ya‌ mengapa pertanian organik? Karena pertanian organik nyatanyata mampu mengembalikan peran produktif perempuan di sektor pertanian dimana mereka terlibat aktif dari mulai mengolah lahan hingga paska produksi. Selain itu juga menjamin hak reproduksi petani perempuan, menjamin kualitas kehidupan dan m e n j a m i n ke b e r l a n g s u n g a n lingkungan mereka. Sebelum masa pertanian modern, perempuan menguasai sekitar 60% proses produksi mulai dari seleksi benih hing ga panen. Kaum perempuan khususnya keluarga miskin menghidupi keluarga dengan memperoleh pekerjaan
Dan yang paling nyata adalah bahwa dalam pertanian organik tidak ada racun yang bisa membunuh petani perempuan baik secara langsung atau tidak langsung. Hal termudah dapat dibuktikan dari bahan dasar pembuatan pupuk org anik, pestisida organik dll. Bahan ini bisa didapat dari alam dan lingkungan sekitar. Dan cara pembuatannya juga mudah, tidak perlu menggunakan bahan kimia sintetis yang justru merusak lingkungan. Pertanian organik menjamin hak reproduksi petani perempuan, karena semua yang melakukan aktifitas pertanian ini adalah petani perempuan sendiri. Sehingga akan sangat dimengerti oleh petani perempuan apa kandungannya, bagaimana membuatnya, apa dampaknya dll. Hal ini berbeda jika petani menggunakan asupan luarnya dari perusahaan yang memproduksi pupuk atau pestisida. Perusahaan tidak pernah menjelaskan bagaimana cara pembuatan, kandungannya apa dan bagaimana dampak negatifnya. Terutama dampak kesehatan terhadap petani perempuan yang menyangkut hak reproduksinya. (SNY)
Isu Utama
Perempuan Tani dan Berkah Paska Gempa Bantul
Just to be is a blessing (yang sudah terjadi adalah berkah). Begitulah kalimat yang menjadi semangat dan ternyata membawa hikmah pada kemadirian petani di Bantul, Yogyakarta, kawasan gempa tiga tahun lalu.
G
empa 27 Mei 2006 telah menghancurkan hampir semua bangunan di Bantul, Daerah Istimewa Yog yakarta (DIY). Kehancuran itu tentu membawa kesengsaraan bagi semua penghuninya. Dari peristiwa itu banyak hikmah didapat, di dunia pertanian, salah satu hikmah yang dapat dipetik adalah tidak perlunya lagi ketergantungan terhadap suplai pupuk kimia dan pestisida pabrikan. Petani telah merasakan bagaimana mereka sering dilanda kesulitan keuangan serta harus menunggu ketersediaan semua bahan tersebut untuk keperluan pertaniannya. Masuknya Lembaga Swadaya M a s y a r a k a t ( L S M) a ta u p u n perorang an yang telah ikut membantu kebangkitan Bantul, pada gilirannya juga memberi dampak bagi kesadaran sebagian
masyarakat Bantul untuk lebih bisa mandiri atau berdaulat. Hal itulah yang ter jadi di masyarakat Dowaluh, Trirenggo, Bantul, DIY. Masyarakat di dusun ini setelah gempa kemudian diperkenalkan pada pertanian organik. Mereka dikenalkan keung gulan dan keuntungan-keuntungan pertanian organik. Baik itu keuntungan finansial, kesehatan, maupun lingkungan. Dari sisi finansial petani dapat menghemat pengeluarannya untuk membeli pupuk maupun pestisida. Dari kesehatan, pertanian organik jelas meminimalkan unsur kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Sisi kesehatan dari pertanian organik kecuali dapat meminimalisir masuknya unsur kimia beracun ke d a l a m tub uh , j ug a m a m p u
meminimalisir ker usakan lingkungan (air, tanaman, dan tanah). Hal itu berarti peningkatan kesehatan manusia maupun, tentu saja, lingkungan. Kesadaran akan manfaat pertanian org anik ini telah dirasakan manfaatnya kini oleh masyarakat Pedukuhan Dowaluh, Trirenggo, Bantul. Mereka merasa bahwa pertanian organik memang memberikan banyak manfaat. Di samping lebih menyehatkan, ternyata sistem pertanian ini semakin mengeratkan hubungan kekerabatan mereka di desa. Pertanian organik mereka kini telah berjalan tiga tahunan. Manfaatnya telah mereka rasakan dengan nyata. Padi yang mereka konsumsi ternyata memang lebih enak, lebih sehat, lebih tahan lama. Mereka juga dapat menghasilkan bekatul yang 11
di Dowaluh ini, diantaranya adalah dasar pupuk cair tersebut. Ada pembuatan pupuk organik. Kaum beragam manfaat pupuk cair ini. ibu di Dusun ini kini sudah mulai “ N u t r i s i b u n g a , i n i u n t u k akrab dengan pembuatan pupuk merangsang tumbuhnya bunga. organik yang bahan bakunya berasal Ada juga nutrisi daun yang untuk dari sampah di sekitar lingkungan merangsang pertumbuhan daun,� mereka. Sampah dari sisa sayuran, papar Ibu Endang panjang lebar buah-buahan atau serasah daun sembari menunjukkan beberapa mereka kumpulkan di sebuah lokasi botol pupuk organik cair yang telah yang letaknya di sisi sanggar berhasil dibuat oleh kelompoknya. kelompok. Di tempat inilah Tidak susah membuat pupuk cair sampah-sampah dari para ibu di ala ibu-ibu di Dowaluh ini, Dusun ini diolah menjadi kompos diantaranya adalah cukup dengan yang kini merupakan salah satu cacahan bunga pisang yang sumber penghasilan kelompok tani dicampur dengan tetes tebu dengan Mereka juga bisa mengelola ternak mereka dengan lebih baik. Jerami mereka. yang dipotong pasca panen lebih “Dalam sebulan kami sehat untuk ternak mereka karena b i s a m e m p e r o l e h t a n p a s e m p r o t a n p e s t i s i d a untung Rp.100.000,-“ pabrikan. Dengan begitu susu dan kata Ibu Endang yang daging ternaknya juga lebih sehat merupakan salah satu dikonsumsi manusia. Pupuk dari anggota seksi kompos kotoran ternak itu pun makin dapat di kelompok tani dikelola dengan maksimal bagi p e r e m p u a n y a n g pengolahan pertanian mereka. mereka namakan N g u d i R a h a r j o . Ibu Endang memperlihatkan pupuk organik cair produksi Sebenarnya tujuan kelompok taninya Kompos dan Tetes Tebu awal para Ibu Di dusun ini, petani perempuan membuat kompos ini perbandingan 1:1. Campuran juga didorong untuk terlibat dalam adalah untuk memenuhi kebutuhan tersebut diaduk rata lalu didiamkan berbagai kegiatan pertanian. pupuk organik para petani di desa selama 1 minggu hingga keluar Kegiatan ini dilaksanakan agar mereka. Tetapi karena banyak airnya. Setelah itu lalu diperas dan p e t a n i p e r e m p u a n d a p a t masyarakat dari luar dusun ini yang disaring dan disimpan dalam wadah meningkatkan pemberdayaan membeli kompos yang dihasilkan bekas botol minuman. Dan jika dirinya dalam organisasi kelompok. oleh kelompok mereka, maka a k a n dipergunakan ting gal Selain itu, pelatihan-pelatihan yang terkadang mereka kehabisan stok dicairkan dengan perbandingan dibentuk pun dilandasi oleh seperti saat kami berkunjung ke tertentu, dan siap digunakan. Selain kebutuhan petani perempuan desa ini, tak ada kompos tersisa. aman bagi lingkungan, penjualan menurut ajuan mereka sendiri. “Biasanya setelah 4 ming gu pupuk cair ini juga merupakan Dengan begitu, dana stimulan yang sampah-sampah ini sudah bisa jadi alternatif untuk menambah kas d i g u l i r k a n d a p a t m e r e k a kompos. Hasil akhirnya akan kelompok mereka. manfaatkan bersama. Dalam berwarna hitam dan lembut seperti kelompok tersebut ada beberapa isu tanah biasa,� tutur ibu Siti yang juga Dengan ketrampilan dan kemauan strategis yang kemudian membuka adalah anggota kelompok tani yang mereka miliki, secara tidak langsung mereka telah akses, partisipasi dan kontrol Ngudi Raharjo. meminimalisir pencemaran melalui kelompok petani perempuan dalam Selain kompos, mereka juga coba pembangunan di desanya, yakni isu membuat pupuk organik cair yang pengelolaan sampah. Dampak ekonomi produktif dan konservasi salah satu bahan dasarnya adalah lainnya adalah sampah tidak lagi sumber daya alam. tetes tebu. “Tidak susah kok dibuang sia-sia melainkan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dan apa Sudah ada beberapa kegiatan yang mencari tetes tebunya, di sekitar sini yang mereka lakukan diharapkan telah dilaksanakan oleh ibu-ibu tani ada banyak pabrik gula� kata Ibu Endang saat ditanya asal bahan akan menyadarkan generasi muda 12
foto: SNY/organis
baik untuk kesehatan karena mengandung vitamin B1-12. Bekatul seperti itu tidak pernah mereka temukan lagi jika padi mereka dimasukkan ke mesin penggiling padi (huller). Dengan cara menumbuk padi, kini mereka dapat menemukan kembali bekatul yang baik untuk kesehatan itu. Selain itu, bekatul yang lembut, yang merupakan kulit ari dari beras itu, juga banyak dicari orang. Hal itu berarti penghasilan tambahan bagi petani.
foto:SNY/organis
di kampung ini untuk mencintai dan akrab dengan lingkungannya, menjadikan mereka lebih kreatif, dan tahu cara hidup yang lebih sehat. Itik dan Kelinci Kemauan ibu-ibu di Dowaluh ini juga diimbangi dengan dukungan dari pemerintah daerahnya. Dinas peter nakan Bantul ter nyata menyambut baik ide peningkatan pemberdayaan petani perempuan melalui dana stimulan yang dapat dimanfaatkan bersama. Salah seorang anggota kelompok tani yang memanfaatkan dana tersebut adalah Ibu Sabar yanti. Ibu Sabaryanti dan beberapa ibu di kelompok tani Ngudi Raharjo sejak Januari 2009 lalu menerima dana hibah untuk usaha beternak itik. Ada sekitar 120-an ekor itik yang dibagi ke dalam 2 kandang. Bergantian dengan teman satu
kelompoknya, ia memberi makan itik-itiknya 3 kali sehari. Pakan yang diberikan terdiri dari bekatul, jagung giling, konsentrat dan terkadang keong. Memang belum terasa hasilnya, namun ia dan teman-teman sekelompoknya minimal memperoleh 5 butir telur itik perbulan atas hasil upayanya memelihara ternak itik tersebut. Cukup untuk menambah asupan protein bagi anggota keluarganya. Ada juga ibu yang lebih memilih untuk beternak kelinci guna menambah penghasilan keluarganya. Kelinci-kelinci ras tersebut dipelihara guna diambil kotoran dan air seninya. Limbah sisa tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Idealnya memang peternakan mampu mendorong pertanian, demikian pula sebaiknya. Dan pupuk dari hewan lucu ini, termasuk air seninya, adalah aset
berharg a untuk kesuburan tanaman. Mungkin inilah yang membuat ia tekun memelihara kelinci-kelinci ras-nya tersebut. Setiap hari air seni dari hewan peliharaannya tersebut dikumpulkan di botol-botol plastik bekas kemasan minuman. “Selain air seninya, kotoran dan sisa-sisa pakan saya kumpulkan dan saya jadikan kompos untuk tanaman,� ujarnya “Untuk sementara saya tidak akan menjual kelinci-kelinci ini, akan saya perbanyak dahulu,� katanya saat berbincang d e n g a n O RG A N I S d i a k h i r Pebruari 2009. (SNY)
13
Jendela Konsultasi Sertifikasi untuk Pasar Ekspor
m e n g a j u k a n s e r t i f i k a s i ke BIOCert untuk pasar nasional dan atau ekspor. BIOCert akan segera mengirimkan form aplikasi untuk diisi dan dilengkapi oleh pemohon. Sebagai pemohon, Anda harus memiliki dan memahami standar dari tujuan pasar produk Anda. Kemudian standar tersebut dijabarkan dalam sistem mutu organik Anda dalam bahasa yang mudah dipahami dan diterapkan.
Bisakah kami mendapatkan informasi lengkap mengenai penggunaan sertifikat organik untuk pasar ekspor? Apa saja yang harus kami persiapkan? Prosedur apa saja yang harus dipenuhi? Dan informasi apa saja yang sekiranya dapat kami pelajari? Wahyu Widhi W Dian Niaga Jakarta T : +62 21 585 1929 F : +62 21 585 0624 email: info@maduhutan.com Agung Prawoto menjawab: Prosedur sertifikasi untuk pasar ekspor sama dengan untuk sertifikasi pasar nasional. Produsen/prosesor dapat
14
Durian Belum Berbuah Bagaimana cara membuat pohon durian saya berbuah karena sudah lima tahun namun belum pernah berbunga apalagi berbuah. Rahmat Nur Kelompok Tani Maju Jaya Nanggung, Bangunjaya, Bogor Sabirin menjawab: Biasanya memang ada tanaman durian sambung atau katanya bibit unggul yang sesudah umur lima tahun belum berbuah juga. Coba perbaiki lagi pemberian pupuk kandangnya (bisa kotoran sapi atau kambing). Agak sabar memang menunggunya .
Penjaminan Organis
Standar Lingkungan dan Sosial: Kriteria Baru Mutu Produk Pertanian
D
alam kehidupan sehari-hari, sering sekali mutu menjadi pembicaraan. Membawa mutu dalam obrolan ringan ketika berbelanja menjadi keasyikan tersendiri, yang tanpa disadari tak hanya harga yang menjadi tolak ukur dalam menentukan pilihan. Lantas apa yang menjadi parameter dalam menentukan mutu produk? Apakah ukuran, warna, kemulusan, penampilan produk dan segudang pendekatan secara organoleptik lainnya? Sangat sulit memang menjelaskan mutu dalam satu definisi yang tepat. Karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda, tergantung dari sisi mana melihatnya. Bagi beberapa orang, produk dengan mutu yang baik dapat berupa makanan
dengan rasa yang enak atau tomat yang sama ukurannya, higienis, tidak merusak lingkungan, atau mungkin karena harganya yang terjangkau. Meskipun begitu ISO 9000 mengartikan; mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh produk atau jasa, yang menunjukan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ditentukan (tersurat) maupun yang tersirat. Untuk menjaga mutu yang baik diperlukan sebuah pengawasan dan pengontrolan. Dengan kata lain keberadaan mutu dapat terjaga jika ada sebuah acuan. Acuan tersebut menjelaskan banyak aturan agar produk yang dihasilkan sesuai yang diharapkan. Beberapa kalangan menyebut acuan tersebut dengan sebutan standar. Maka pantaslah standar menjadi dasar yang
dikeluarkan produsen untuk menjag a mutu produk ag ar konsumen dapat terlindungi dengan baik. Menurut PP No 102 tahun 2000, Standar adalah spesifikasi teknis yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa standar dibentuk berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari para pemangku kepentingan, yang terlibat pada 15
proses pencapain kesepakatan dan akhirnya ditetapkanlah sebuah standar. Standar itu sendiri haruslah transparan, tidak memihak, serta efektif dan relevan. Nantinya diharapkan agar semua yang berkepentingan dapat meng etahui perkembangannya, menyalurkan kepentingannya dan memfasilitasi perdagangan secara adil.
yang berkerja sama dengan NASA untuk menyediakan makanan yang aman untuk ekspedisi luar angkasa. Selanjutnya dalam perkembangannya adopsi sistem H AC C P s e m a k i n b a n y a k dilakukan. Modifikasi dilakukan agar dapat diterapkan sesuai
Mutu, Penting dalam Pertanian Perkembang an dunia pertanian dewasa ini dan mendatang diwarnai dengan berbagai persaingan. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas dan seberapa rendahnya harga produk, namun lebih pada mutu produk pertanian yang dihasilkan, dan tidak menutup kemungkinan kemudahan mendapatkannya, serta ketetapan dan kecepatan waktu. Deng an kata lain produk pertanian tidak akan mampu bersaing jika mutu tidak sesuai dengan tuntutan konsumen saat ini. Mutu memang sudah menjadi bagian penting dalam pertanian, sehing ga seiring dengan bertambahnya pengetahuan konsumen, produk pertanian pun semakin hari dituntut untuk lebih bermutu tinggi. Mari kita lihat salah satu aspek mutu yaitu keamanan produk pertanian. Berawal dari Good Agriculture Practices (GAP), sebuah tindakan yang dilakukan untuk melakukan pertanian yang baik. Tak berselang lama lahirlah Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Awalnya sistem ini digunakan sebuah perusahaan 16
kebutuhannya. Hing ga kini HACCP digambarkan sebagai suatu sistem yang dapat d i g u n a k a n u n t u k mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya yang signifikan terhadap produk. Seperti tak mau ketinggalan, konsumen pun kini terlibat aktif di pasar. Aspek lingkungan dan sosial menjadi perhatian konsumen. Sebut saja gerakan konsumen etis, mereka memperhatikan bag aimana pertanian itu dijalankan, apakah produk yang dihasilkan merusak lingkungan, dan apakah menganggu stabilitas sosial ekonomi pertanian. Aspek itu pun kini menjadi bagian dalam sebuah mutu produk. Dan sebagai respon dari hal tersebut munculah beberapa inisiatif global yang membangun
tanggung jawab lingkungan dan sosial. Pertanian Organik adalah salah satunya. Sistem pertanian ini mengedepankan keseimbangan alam, untuk mencapai keberlanjutan pertanian. Namun tak hanya itu inisiatif yang berkembang, skema Fair trade, UTZ certifier, dan Rainforest Alliance mer upakan sedikit contoh dari banyaknya inisiatif yang muncul di tingkat global. Standar Lingkungan dan Sosial Produk Pertanian Seiring dengan perkembangan inisiatif-inisiatif global, semakin banyak pula jumlah standar dan kriteria yang akan diterapkan di negara-negara produsen, termasuk Indonesia. Meski sebenarnya memiliki fungsi dan tujuan yang baik untuk perkembangan pertanian di negara-negara produsen, namun berdasarkan pengalaman dari inisiatif global yang pernah hadir di negara ini, penerapan standar dan prinsip inisiatif tersebut justru menuai banyak persoalan, antara lain: Petani kebingungan dengan banyaknya standar lingkungan dan sosial. Selain itu, standar dan kriteria dari inisiatif global ditentukan secara sepihak oleh koalisi pembuat inisiatif tersebut–yang terdiri dari importir, blender dan packer dari negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika–berdasarkan kebutuhan mereka, kurang memperhatikan kondisi lokal di negara produsen. Permasalahan lain, konsumen bingung untuk memilih sertifikasi mana yang dijadikan acuan. Coba bayangkan, dalam satu toko terdapat 3 jenis sertifikasi yang sama-sama mengusung nilai lingkungan dan sosial! (SKS)
Mengenal Beberapa Standar Global Fair Trade Tahun 1960, ATO mulai mendistribusikan produk fair-trade, walau sukses ATO cukup kesulitan mencapai pasar konvensional. Dalam memperluas pasar fairtrade ditahun 1988 solidaridad menemukan terobosan baru yaitu menciptakan sertifikasi pada produk fairtrade agar keaslian dapat dijamin dan dipercayai konsumen. Sertifikasi tersebut membentuk label yang disebut max havelaar. DE A TR R I FA Tahun 1997, organisasi internasional sepakat membentuk Fairtrade labeling organization (FLO). Tujuannya sebagai payung dari misi untuk mengatur standar fair-trade, inspeksi, peningkatan kapasitas produsen dan harmonisasi pergerakan fair trade. Untuk menghindari konflik kepentingan antara badan pembuat standar dan pensertifikasi, maka Tahun 2002, FLO membuka organisasi sertifikasi bagi pergerakan fair-trade yang dinamakan FLO-CERT. yang bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas sistem fairtrade, menjamin produsen, trader dan retailer yang tunduk terhadap standar fairtrade. Elemen dasar dari skema fairtrade adalah: - Harga premium didapatkan bagi produsen yang menerapkan standar fairtade - Produsen kecil harus merupakan anggota koperasi yang demokrasi - Produsen kecil harus berkomitmen pada integritas lingkungan - Produsen harus patuh pada standar dasar International Labour Ourganization (ILO) TM
UTZ
CERTIFIED
UTZ Kapeh
Good Inside
Dalam bahasa Maya, UTZ berarti bagus. Dibentuk pada tahun 1997 dengan nama UTZ Kapeh. Dan diharapkan dapat memperbaiki mata rantai perdagangan selain memperhatikan nilai lingkungan dan sosial. UTZ mengadopsi standar GLOBAL-GAP, sebuah lembaga yang mengembangkan harmonisasi standar dengan menerapkan prosedur good agriculture practice dalam pertanian yang terintegrasi dalam manajemen pengolahan dan bertanggung jawab pada keselamatan pekerja. UTZ menambahkan beberapa kriteria yaitu sosial dan prosedur ekonomi dalam rantai perdagangannya atau sering disebut juga skema chain custody. Sama halnya dengan Fairtrade, UTZ juga memberikan kepastian harga premium pada produsen yang patuh terhadap standarnya. Meskipun berbasis kontrak namun harga premium bisa saja berubah pada tahun berikutnya, tergantung dari produsen yang mengimplementasikan standar tersebut. Beberapa elemen kunci dalam standard UTZ diantaranya: produsen mengerti dan setidaknya menerapkan standard dasar ILO, mengatur penggunaan bahan kimia, memiliki peta lahan dan rekaman kegiatan bertani, serta memperhatikan manajemen air dan lahan pertanian.
Rainforest Alliance Berawal dari pertemuan kecil para pecinta lingkungan dan kekhawatiran akan hilangnya 20 hektar hutan hujan setiap menitnya dan 2000 spesies yang mati setiap harinya, maka dirasa perlu untuk meredam geliat itu dengan membentuk gerakan Rainforest Alliance pada tahun 1987, yaitu sebuah aliansi untuk melindungi lingkungan dan kehidupan liar yang bergantung pada perubahan penggunaan lahan, bisnis, dan kebiasaan konsumen dengan memberikan sertifikasi bahwa pebisnis ataupun produsen melakukan produksi dengan memperhatikan nilai-nilai lingkungan dan kemanusiaan. Rainforest Alliance (RA) melakukan sertifikasi pada wisata alam dan pertanian. Untuk sertifikasi di bidang pertanian, RA menggunakan standar Suistainable Agriculture Network (SAN) sebuah NGO yang berjaringan di Amerika Utara. Pada tahun 1996, di Guatemala, untuk pertama kalinya Rainforest mengimplementasikan standarnya pada produk kopi berlabel “ECO-OK”. Awalnya sertifikasi Rainforest berlabel “ECO-OK” namun saat ini berganti menjadi “Rainforest Certifier”. Itu pun dibarengi dengan berkembangnya beberapa produk pertanian yang disertifikasinya seperti: kopi, kakao, teh dan pisang. Kriteria standar yang ditonjolkan adalah penekanan pada integritas pertanian efektif, keanekaragaman hayati, dan konservasi dan tidak lupa menekankan produsen untuk patuh pada standar dasar International Labour Organization (ILO).
17
Profil
Suster Chris Linda & TOS (Tani Organik Seraphine): Coba Pasok Kebutuhan Konsumen Organik di Yogyakarta
Kebun yang dikelola secara organik di kawasan Sleman ini ternyata dikelola oleh seorang Suster. Suster Chris Linda namanya. Kebun dengan luas 1,5 hektar ini terletak tepat disisi Jalan Lingkar Utara Yogyakarta. Bersama 5 karyawan dan beberapa anggota kelompok tani dari daerah sekitar, suster Chris Linda coba memasok kebutuhan produk organik bagi para konsumen di sekitar kota pelajar ini
18
B
u k a n pertama kali saya bertemu Suster Chris Linda yang selalu ber pakaian biarawati dengan sepatu boot karet warna hitamnya. Sewaktu saya bekerja di Dian Desa, sebuah LSM lingkungan yang berbasis di Yogyakarta, kami menjadi langganan sayur organiknya. Namun hari itu saya datang ke kebun terlambat, karena baru saja ibu-ibu dari sebuah kelompok konsumen mengambil sayur dari kebun Suster Chris tersebut. Padahal saya juga ingin meginterview mereka tentang mengapa mereka selalu membeli sayur dari kebun suster tersebut.
Suster Chris Linda (50 th) mulai bertani di tempat asalnya, Katikuloku, Kabupaten Waikabupak, Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak berusia 38 tahun. Awalnya, suster
Chris tidak sengaja bertani organik, dan saat itu beliau belum mengerti apa itu organik. Yang beliau inginkan adalah hanya ingin mengenal lebih mendalam mengenai pertanian lokal agar dapat mengajar di PKP (Pendidikan Ketrampilan Putri), sebuah sekolah ketrampilan perempuan yang saat itu dipimpin oleh Pak Muji. Menurutnya, kala itu pertanian lokal belum organik, karena masih memakai pestisida kimia, walau hanya sedikit, karena untuk mendapatkannya harus menempuh perjalanan sekitar 22 km dari desa tempatnya mengajar. Di tempat asalnya, NTT, banyak lahan luas yang tidak tergarap dengan baik. Perempuan menjadi sasaran untuk diajari bertani karena pada saat bercocok tanam, peran mereka sangat penting, dan dengan pekerjaan itu pula mereka merasa dihargai. Selain itu, dari sisi ekonomi, dengan bercocok tanam mereka dapat memperoleh insentif tambahan untuk keperluan dapur mereka. Belajar dari Bina Sarana Bhakti (BSB) Bogor Di tempatnya mengajar beliau juga mendapat bimbingan dari Pak Muji
tentang bagaimana bertani yang baik, yang tidak merusak alam dan yang berkelanjutan. Pak Muji juga sempat menyarankan agar Suster Chris belajar bertani organik di Bina Sarana Bhakti, sebuah pusat pelatihan pertanian organik di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Di BSB beliau mendapat pendidikan dan pengalaman untuk dapat bertani organik secara mandiri. Beliau juga sempat melakukan Praktek Ker ja Lapangan (PKL) di Cengkareng, Jakarta Barat. Di Cengkareng itulah awal beliau mencoba memanfaatkan tanah untuk dikelola sebagai lahan pertanian. Namun karena hasilnya kurang memuaskan, beliau mengembalikan lahan tersebut ke sang empunya. Dan saat itu sempat terpikir olehnya untuk bertugas di Timor Timur, namun niat suci itu urung dilakukannya karena Timor Timur masih bergejolak. Untungnya, beliau diminta Yayasan Seraphine Jawa, sebuah lembaga sosial, untuk datang ke Yogyakarta guna mengerjakan lahan tidur yang lokasinya tepat di depan Monumen Jogja Kembali, tempatnya bertani hingga saat ini. Pada 12 September 2004, dimulailah awal pengerjaan kebun organik ini.
Foto: LSJ/organis
Awalnya hanya beliau seorang diri yang mengerjakan lahan tersebut. Beliau sendiri yang menggali dan meratakan lahan, kemudian juga mengayak pasir dan batu. Tiga bulan kemudian baru
dibangunlah gubuk pembibitan, lalu atas kebaikan Yayasan Seraphine pula maka dibuatlah pagar bambu untuk keamanan kebun tersebut. Ingin Membuat Pupuk Sendiri Lima tahun telah berlalu, kini sudah ada lima karyawan yang menemaninya mengolah kebun organik ini. Ada dua orang ibu yang masing-masing bertugas menyiangi rumput, membantu menanam dan membantu di bagian pemasaran. Sedangkan yang seorang lagi bertugas di kebun p emb ib ita n , men a n a m d a n menerima tamu-tamu yang datang ke kebun. Lalu ada tiga orang lelaki, yang satu bertugas di bagian pemasaran, sedangkan dua yang lain bertugas melakukan pemupukan dan membuat bedengbedeng tanaman. Mereka yang bekerja di kebun organik ini datang sendiri ke Suster, dan Suster dengan senang hati mengajarkan kepada mereka cara dan prinsip-prinsip pertanian organik. Namun walau sudah dibantu lima karyawan, pemanfaatan lahan dan tingkat produksi di kebun seluas 1,5 hektar ini dirasa masih belum optimal. Karenanya salah satu harapan Suster Chris yang ingin dicapainya adalah dapat menambah jumlah karyawan di kebun organiknya tersebut. Lahan organik yang dikelolanya kini tampak menarik dengan bedeng-bedeng yang ditanami aneka jenis sayur, buah, dan bahkan ada ternak ayam, kambing, dan lele. Ternak tidak hanya berfungsi
Suster Chris Linda menunjukkan ternak kambingnya
19
Foto: LSJ/organis
di kebunpun sangat menyenangkan, mereka dapat melihat langsung ke kebun dan dapat memetik sendiri. Menurutnya, memperkenalkan sayur organik ke konsumen cukup mudah “Terkadang memang harga sayur organik relatif lebih mahal, namun setelah saya jelaskan mengapa harganya lebih mahal, mereka dapat menerima kemahalan harga tersebut. Mereka mengerti, jika kita sakit kan biaya perawatan justru akan lebih mahal,” ujar Suster. Lahan yang digunakan Suster Chris Linda menanam sayur organik
sebagai penyedia pupuk kandang, mereka juga dapat dijadikan indikator musim. Jika musim sedang tidak menentu, Sang Suster dapat mengenalinya dari perilaku ayam-ayamnya tersebut. Selain tanaman pangan, ada juga beragam tanaman yang berfungsi sebagai anti-hama/pestisida alami. Seluruh operasional kebun organik ini didapat dari para pemerhati organik yang mendukung pengembangan kebun Sang Suster. Jika ada kebutuhan, Suster membuat proposal dan mencari donor yang mau membantu. “Donor saya temui di gereja, saya minta mereka menyumbang untuk kebun saya. Hal ini berjalan dengan sistem persahabatan saja” ujar Suster. Begitu juga dengan para konsumen yang sering memesan produk organik darinya. Senang Konsumen Datang Ke Kebun Ketika ditanya bag aimana pendapatnya tentang kesadaran konsumen terhadap organik, beliau 20
menjelaskan, “Untuk umum, mereka mengerti organik karena konsep sudah umum. Kebanyakan dari mereka sudah tahu manfaat sayur organik untuk kesehatan, hanya bingung dimana harus membelinya. Kebanyakan konsumen tidak mengerti pertanian organik sehingga mereka kemudian mencari di mall saja. “ Suster Chris senang sekali jika ada kelompok konsumen yang datang langsung ke kebunnya untuk membeli produknya. Biasanya mereka menghubungi Suster untuk memesan apa saja yang dapat dipanen, tergantung kebutuhan mereka. Jika akan panen ikan lele, biasanya Suster menghubungi mereka dan menawarkannya. Bagi Suster Chris, banyak keuntungan yang dapat dipetik dari pola seperti ini karena sayur yang dipanen dapat langsung habis. Dan dari sisi konsumen, manfaat juga dapat dipetik karena mereka bisa mendapatkan sayuran yang lebih segar ketimbang jika mereka membeli di super market. Suasana
TOS (Tani Organik Seraphine) Kendala di pemasaran adalah salah satu tantangan yang kini dihadapi kebun organik suster Chris ini. Sebelum dipasarkan, produkproduk organik seperti sayur, buah, dan beras dari kebun suster ini terlebih dahulu diberi label TOS ( Ta n i O r g a n i k S e r a p h i n e ) . Beberapa produk sayur dan buah dari kebun ini dapat dijumpai di beberapa super market di Yogyakarta seperti di Superindo dan Indogrosir. Namun sayangnya pembayaran di wara laba tersebut baru dapat dilakukan dua bulan sekali. Dan ini sangat merepotkan bagi suster karena keterbatasan modal yang dimilikinya. Pernah pula dicoba memasarkan ke Carrefour, namun waralaba ini mensyaratkan adanya sertifikasi organik sehingga produk TOS tidak dapat diterima. Dan hingga kini persoalan tersebut masih belum bisa diatasi karena semakin banyak tuntutan dari super market, padahal semakin banyak konsumen yang ingin membeli produk organik. (LSJ)
Agribisnis
Nilam, Semak Pencetak Dolar Berbicara masalah komoditi ekspor non-migas, minyak atsiri dari nilam merupakan salah satu andalan. Bahkan negeri kita tercatat sebagai pengekspor minyak nilam terbesar di dunia. Meski populer di pasar internasional, anehnya minyak atsiri nilam kurang akrab di telinga kita. Apalagi masih sedikit yang mengenal sosok tanaman nilam dengan baik. Padahal ini peluang bisnis di masa depan.
ilam merupakan salah satu dari 150-200 spesies tanaman penghasil minyak atsiri. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 40-50 jenis, tetapi baru sekitar 15 spesies yang diusahakan secara komersial. Perdu ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembab serta mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif. Batang berkayu berwarna keunguan dan memiliki daun berwarna hijau berbentuk lonjong. Sebagai tanaman perkebunan, nilam memiliki prospek ekonomi yang cukup cerah. Dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak
N
atsiri lainnya (Indonesia memiliki sekitar 200 species tanaman yang menghasilkan minyak atsiri), nilam mempunyai keunggulan tersendiri sebagai unsur pengikat (fixatif) yang terbaik untuk wewangian (parfum). Hal ini disebabkan karena daya lekatnya yang kuat sehingga aroma wangi tidak mudah hilang karena tercuci atau menguap, dapat larut dalam alkohol dan dapat dicampur dengan minyak esteris lainnya.
Semak tropis yang tingginya bisa mencapai 1 meter ini merupakan penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak nilam dikenal 'berat' dan 'kuat' dan telah berabadabad digunakan sebagai wangiwangian (parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi Timur. Julukannya beragam, Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth, alias Pogostemon menthe. Aslinya adalah dari Filipina, namun sudah dikembangkan pula di Malaysia, 21
Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia. Umumnya, masih didominasi perkebunan rakyat berskala kecil. Varietas lainnya, Pogostemon heyneanus, berasal dari India juga disebut nilam Jawa atau nilam hutan karena banyak tumbuh di hutan di Pulau Jawa. Ada lagi Pogostemon hortensis, atau nilam sabun (minyak atsirinya bisa untuk mencuci pakaian). Banyak terdapat di daerah Banten, Jawa Barat, sosok tanamannya menyerupai nilam Jawa, namun tidak berbunga.
Prospek ekspor minyak nilam dimasa datang masih cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetika, trend mode serta belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam
penghasil uap (boiler) yang diteruskan ke dalam tangki reaksi (autoklaf) selanjutnya uap akan menembus bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan untuk dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan sistem penyulingan. Minyak nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan penyulingan yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk menyuling nilam saja (tidak boleh berganti-ganti dengan bahan baku lain). Pengikat Aroma Wangi Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani ini dalam pengelolaannya melibatkan
Foto: Sri Nuryati/organis
Dan walaupun tanaman nilam telah dibudi dayakan selama hampir 100 tahun, namun sampai sekarang teknologi pengolahan hasilnya masih tertinggal sehingga mutu minyak yang dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor sosial ekonomi petani.
Penyulingan Uap Kering Di Indonesia minyak nilam juga disuling dari kerabat dekat nilam yang asli dari Indonesia, nilam Jawa (Pogostemon heyneani), yang memiliki kualitas lebih rendah. Minyak nilam yang baik umumnya memiliki kadar PA di atas 30%, berwarna kuning jernih, dan memiliki wangi yang khas dan sulit dihilangkan. Minyak nilam jenis ini didapat dengan menggunakan teknik penyulingan uap kering yang dihasilkan mesin
Tanaman nilam dikeringkan sebelum di ekstrak
22
Foto: Sri Nuryati/organis
Penyumbang Devisa Ternyata, negara kita yang kaya akan beragam kekayaan hayati ini adalah eksportir terbesar minyak yang menurut kebanyakan orang aromanya bersifat menenangkan. Badan Pusat Statistik mencatat ekspor minyak nilam Indonesia pada 2006 mencapai 1,3 ton senilai US$18,865,165. Kira-kira 80% kebutuhan minyak nilam dunia dipasok oleh Indonesia.
Tanaman nilam dan hasil esktrak berupa minyak nilam
“Untuk mendapatkan mutu yang baik, pengeringan bahan baku nilam lebih baik tidak langsung pada sinar matahari dan penyimpanan bahan tidak lebih dari 1 minggu karena akan menurunkan produksi minyak nilam,� kata Setyana, salah seorang penyuling nilam di Desa Musuk, Boyolali, Jawa Tengah yang juga adalah staf di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) LESMAN Boyolali. Pantas saja, sepanjang sisi depan dan samping rumahnya nampak berjejer gantungan daun nilam kering. Minyak dengan aroma kuat ini memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika. Prospek ekspor minyak ini dimasa datang masih cukup besar sejalan dengan semakin
tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetika, trend mode serta belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetika. Industri kosmetika adalah sektor yang paling banyak memanfaatkan minyak atsiri sebagai campuran parfum. Peran minyak atsiri dalam campuran itu bukan hanya memberi keharuman, tetapi juga sebagai pengikat bau atau fixative parfume.
Pada tahun 1986-1997, harga minyak nilam berkisar antara Rp.20.500,-Rp. 40.00 0 , -/ k g sedangkan pada tahun 1997-1999, pernah mencapai Rp.1.100.000,- Rp. 1.400.000,-/kg dan pada tahun 2004 harga minyak nilam menjadi Rp.162.000,-/kg. Pada 2007 harganya mencapai Rp1,2-juta/kg.
Foto: Sri Nuryati/organis
banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja. Teknologi pengolahan minyak nilam ditingkat petani ini pada umumnya masih tradisional, hal ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan faktor terbatasnya teknologi yang diakses sehingga minyak yang dihasilkan mutunya masih rendah.
Saat ini harga minyak nilam Indonesia di pasaran dunia sangat berfluktuasi. Merebaknya informasi berfluktuasinya harga minyak atsiri khususnya nilam di Indonesia bukan merupakan hal yang baru. Alasan klasik, masalah mutu dan alat penyulingan dikambing hitamkan.
Alat Penyuling Minyak Nilam Sederhana
23
Keruan saja laba penyuling juga membumbung lantaran biaya produksi 'cuma' Rp.350.000,-/kg.
Dan meski harga minyak nilam saat ini (2009) 'cuma' Rp.300.000,/liter, Setyana tetap membeli daundaun nilam kering, sebagai bahan baku untuk menghasilkan minyak nilam, dari para petani di desanya. Alasannya adalah untuk optimalisasi lahan cengkeh di desanya. Memang, di sepanjang jalan desa tempatnya tinggal yaitu
Foto: Sri Nuryati/organis
Harga menjulang itu lantaran Aceh, sentra nilam terbesar, dilanda tsunami pada 25 Desember 2005. Saat ini harga sekilo minyak nilam di tingkat penyuling Rp.600.000,- Rp.800.000,- Hal ini adalah karena produksi minyak nilam Indonesia tidak stabil dan mutunya tidak tetap serta beragam.
R p. 2 0 0 . 0 0 0 , - m en j a d i R p 1.500.000,-/liter.
Limbah Penyulingan digunakan sebagai pupuk
Tetap Menyuling Walau Harga Anjlok Ekspor minyak nilam itu antara lain pasokan dari penyuling skala kecil seperti Setyana. Dalam satu bulan ia dapat memproduksi 24 kg minyak nilam untuk dipasok ke pengepul di Purwokerto, Jawa Tengah dan Bogor. Posisi petani dan penyuling menengah ke bawah memang tidak dapat berbuat banyak karena masih pada posisi tawar rendah. Sampai pada saat yang paling kritis di tahun 2007 dimana para petani dan penyuling mulai fr ustasi dan akan meninggalkan bisnis minyak atsiri, persediaan ditingkat sentra produksi langka dan terjadilah lonjakan harga yang luar biasa dari 24
Desa Musuk, Boyolali, Jawa Tengah ini nampak jajaran tanaman cengkeh di sepanjang jalan desanya. “Saya ingin mengoptimalkan lahan-lahan di bawah naungan pohon-pohon cengkeh tersebut,� kata Setyana. “Dan saya tetap membeli daun nilam kering dari para petani walau dengan resiko rugi,� tambahnya. Pantas saja Setyana berkata seperti itu. Dalam sekali proses produksi, untuk menghasilkan 1 kg minyak ia membutuhkan 50 kg daun nilam ke r i n g. S e d a n g k a n d e n g a n peralatan suling kelompoknya ia membutuhkan 150 kg daun nilam kering yang jika setelah disuling hanya menjadi 3 kg minyak nilam yang harga sekilonya adalah
Rp.300.000,- Bandingkan dengan ongkos produksi (kayu bakar, upah tenaga kerja, listrik, dll.) yang berjumlah Rp. 1.100.000,-/suling yang bisa memakan waktu 8 hingga 12 jam! Bandingkan dengan harga di tahun 2007 yang bisa mencapai Rp.1.500.000,-/liter! Manfaat Lain Limbah dari hasil penyulingan minyak nilam yang terdiri dari ampas daun dan batang yang berkisar 40-50% dari bahan baku mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman. Selanjutnya air sisa hasil penyulingan minyak nilam setelah dipekatkan juga masih dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi. Selain itu minyak nilam juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Limbah hasil penyulingan daun ini mempunyai kadar hara yang tinggi dan juga berpotensi sebagai bahan baku pupuk organik yang baik. Teknologi pengomposan yang cepat dan efisien akan menghasilkan pupuk organik kompos yang bermutu tinggi. Selain sebagai sumber bahan pupuk organik, limbah nilam juga berpotensi sebagai mulsa. Secara umum pemulsaan dapat memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh terutama dalam menurunkan suhu tanah yang tinggi dan sebagai sumber hara. (SNY)
Info Organis
Mengenal Pangan Olahan Organik . . . k i n a ...org . . k i n a g ..non or
Dan seiring dengan semakin pesatnya permintaan pangan organik, masyarakat internasional pun angkat bicara mengenai
pangan organik. Mereka mengeluarkan pedoman persyaratan internasional, seperti aturan Codex Alimentarius C o m m i s s i o n ( C AC ) y a n g meneg askan bahwa pang an organik harus terbebas dari penggunaan bibit GMO (Genetic Modified Organism) dan teknologi iradiasi untuk mengawetkan produk. Dengan demikian semua proses produksi dilakukan secara alami, dari budi daya hingga ke pengolahanya (from the form to the table).
foto:www.minority-speak.com
D
ewasa ini pangan olahan organik berkembang dengan pesat. Di dalam laporan terbarunya (2003), International Trade Centre menyatakan bahwa nilai perdagangan produk pertanian organik di pasar mainstream menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pasar produk organik dunia -baik makanan dan minumanmencapai 38,6 Milyar US Dolar pada tahun 2006 atau meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2000 sebesar 18 Milyar US Dolar. Eropa dan Amerika Serikat adalah pasar utama produk organik. Sementara pasar Asia, pada tahun 2006, diperkirakan mencapai 780 Juta US Dolar.
Kesehatan adalah salah satu alasan terbesar memilih makanan organik. selain itu pangan organik juga lebih 25
Foto: SKS/organis
Aneka produk organik yang terdapat di salah satu outlet yang menjual produk organik
ramah lingkungan, karena bebas dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang dapat merusak struktur tanah serta mencemari air dan udara di sekitarnya.
Jepang yang memasarkan produk pangan organik yang beragam seperti buah–buahan, sayuran, pangan olahan dan masih banyak lagi.
Berdasarkan pandangan itu, di seluruh dunia saat ini terjadi kecenderungan untuk memilih bahan-bahan pangan organik (organic foods). Meski hanya sebagian kecil, konsumen di Indonesia sudah ada yang melirik makanan organik. Namun sayangnya hal tersebut kurang diimbangi dengan produsen makanan olahan organik lokal, karena sebagian besar produk olahan hanya didapat dari produk impor.
A p a i t u Pa n g a n O l a h a n Organik? Pangan olahan organik adalah makanan atau minuman yang berasal dari pangan segar organik hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan yang diizinkan. Untuk menghasilkan pangan segar organik, perlu dilakukan budidaya, pasca panen, pengolahan, pelabelan hingga pemasaran yang memenuhi prinsip-prinsip pangan organik yang sesuai dengan SNI 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik.
Dan sayangnya sebagian besar pemasaran produk org anik dilakukan di tingkat pengecer kecil yang khusus. Contohnya Jusco dan Daiei, sebuah toko terkemuka di 26
Bahan baku segar organik haruslah dari produsen organik. Banyak
anggapan bahan organik memiliki tanda-tanda khusus. Lihat saja komentar beberapa responden akan bahan organik seperti bolongbolong, tidak mulus, memiliki rasa yang lebih enak, pulen dan masih banyak lagi. Kita tidak boleh begitu saja percaya akan hal itu, kita harus benar-benar memastikan bahwa produk tersebut adalah organik. Untuk itu perlu ada jaminan bahwa bahan baku yang didapatkan adalah organik. Jaminan itu bisa didapat dari produsen maupun pihak lain y a n g b e r ko m p e n t e n u n t u k menjaminannya (sertifikasi organik). Mengolah produk organik dan non organik haruslah dipisahkan peralatannya. Apabila alat tersebut digunakan juga untuk mengolah bahan non organik, maka pencegahan yang dilakukan yaitu dengan memberikan prioritas
untuk pengolahan produk organik dahulu kemudian selang beberapa saat dilanjutkan dengan pengolahan non organik. Mereka biasanya mencuci alat yang akan digunakan, apabila digunakan berbarengan dengan bahan non organik. Bila terjadi kontaminasi dan pencampuran produk, lot produksi yang bersangkutan harus dipisahkan dan tidak dapat diklaim sebagai produk organik.
Foto:SKS/organis
“LILI” Toko Pangan Olahan Organik Tradisional dari Malang Di Indonesia kini sudah banyak toko yang khusus menjual produk organik. Sebut saja Healthy Choice, Kemchick, Sutera Organik, dan masih banyak lagi out let-out let yang kini menjualkan produkproduk organik. Di Jawa Timur, tepatnya di Malang, ada juga toko yang mencoba memasarkan pangan olahan tradisional organik. LILI, Sekilas terdengar seperti nama seseorang. Memang betul Lili adalah nama seorang dosen Universitas Brawijaya Malang yang memprakarsai dan membangun toko ini. Kekhasan Toko LILI terletak pada konsepnya yang
mengangkat makanan olahan tradisional organik. Lihat saja tagline nya “go to traditional organic foods” Beragam makanan olahan organik lokal terdapat di toko ini. Kue kering, kue basah, makanan ringan dan juga beragam jajanan pasar lainnya. Ada juga bahan setengah jadi seperti tepung telo (ubi jalar), tepung pisang dan masih banyak lagi. Menurut penuturan Bu Nana, salah seorang pengelolanya, makanan-makanan tersebut mereka olah sendiri, seperti kue semprong yang baru saja dimasak dan mereka sajikan. Kue renyah ini terbuat dari bahan baku tepung ubi jalar, nampak pada permukaan kue yang berwarna ungu, ciri khas warna ubi jalar. Toko LILI lebih banyak membuat sendiri tepungtepung tersebut. Mereka senang jika menggunakan tepung dari umbi-umbi lokal. Selain organik, toko ini pun sama sekali tidak meng gunakan tepung terigu sebagai bahan dasarnya. Dalam pemenuhan kebutuhannya saat ini toko LILI medapatkan pangan segar organik yang digunakan dalam pangan olahan organik dari daerah sekitar. Mereka tidak pernah kesulitan mencari bahan organik. Jelas saja karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Jawa Timur (Jatim) saat ini sudah mengembangkan per tanian org anik seluas 15.500 hektar atau 25% dari total lahan pertanian di daerah itu yang mencapai 62.000 hektar. Produksi dari lahan tersebut kiranya
cukup sebagai persediaan bahan baku segar. Hanya saja bahan tambahan (seperti zat pengawet yang diizinkan) harus dicari dari beberapa daerah diluar kota Malang tutur Bu Nana. Dalam pembuatannya, pangan olahan organik ini tidak menggunakan bahan tambahan kimia seperti bahan pengawet dan juga MSG. “Untuk membuat berbagai macam makanan olahana, kami sama sekali tidak mempergunakan bahan-bahan pengawet dan penambah rasa” tutur Bu Nana. Pelabelan Menurut BP-POM 2004, pangan olahan organik minimal meng andung bahan pang an organik 95% dari total volume atau berat produk, tidak termasuk garam dan air. Serta bahan yang sama tidak boleh berasal dari pencampuran bahan organik dan non-organik. Pelabelan pun memiliki beberapa ketentuan seperti informasi dalam daftar ingridien tampil dengan warna yang sama dan dengan jenis serta ukuran huruf yang sama seperti informasi dalam daftar ingridien yang lain. Dalam label dan iklan produk olahan organik dilarang memuat keterangan yang menyatakan kelebihan pangan olahan organik dari pangan non organik. Jadi klaim bahwa produk organik lebih menyehatkan atau sejenisnya dilarang dicantumkan dalam label dan iklan produk olahan organik. (SKS)
Salah satu sudut toko LILI, Malang
27
Rumah Organik
Produk Organik Lebih Hemat!
''You are what you eat'' Begitu ungkapan yang kerap kita dengar. Mengacu pada ungkapan itu, seyogyanya kita bersikap bijaksana dalam mengkonsumsi makanan. Jangan asal makan, sebisa mungkin pilihlah bahan makanan yang dapat mendukung kesehatan Anda, bukan malah sebaliknya.
sehingga dapat mencegah penyakit lebih awal.
P
ernyataan di atas bukan meng ada-ada, hal itu telah dibuktikan oleh Ibu Bibong Widyarti yang telah menjadi konsumen organik selama belasan tahun. Menurut ibu dua orang anak ini, dengan mengkonsumsi produk organik yang dihasilkan melalui proses alami, kesehatan badannya menjadi lebih baik. Badan lebih sensitif terhadap serangan penyakit 28
Peng gantian atau substitusi produk pangan dengan yang alami juga bermanfaat untuk meningkatkan pola hidup sehat dan pembakaran lemak (fat burner). Misalnya dengan mengganti konsumsi gula pasir menjadi gula aren yang mengandung karbohidrat sederhana sehingga dapat menstabilkan gula darah. Gula aren diproduksi melalui proses yang lebih sederhana dan hemat energi serta tidak dicampur dengan bahan-bahan kimia.
Mengkonsumsi makanan pokok selain beras putih (beras merah, sagu, umbi-umbian) sesuai dengan kebiasaan pola makan daerah tertentu di Indonesia juga dapat membakar lemak tubuh sehingga dapat mencegah kanker dan kegemukan. Para penderita kanker atau autis, disarankan untuk mengkonsumsi pangan organik ini. Organik Tidak Lebih Mahal Menurut Ibu yang adalah lulusan dari sebuah perguruan tinggi ternama di Bogor ini, beras organik yang berharga Rp.12.000,- hingga Rp.13.000,/kg memang termasuk mahal bila dibandingkan dengan harga b e r a s ko nve n s i o n a l y a n g harganya hanya sekitar
Foto:SKS/organis
S e h i n g g a menurutnya, harga produk organik yang mahal itu relatif. Tidak hanya dilihat dari selisih uang Rp.75.000,saja. Dengan harga beras organik yang sekian tersebut, dapat menghemat Konsumen berkunjung langsung ke lahan petani apel pengeluaran lain. Misalnya karena Rp.6.000,-/kg. Tapi jika ditelaah makanan yang dikonsumsi sehat lebih dalam, mengkonsumsi beras dan mengandung nilai gizi yang organik ternyata lebih hemat. lebih tinggi seperti organik, maka tidak perlu membeli multi vitamin “Di keluarga kami misalnya, dalam tambahan lain. Atau karena satu bulan kami mengkonsumsi makanan yang dikonsumsi sehat, beras organik sebanyak 15 kg. Dulu maka badanpun menjadi lebih sewaktu masih mengkonsumsi sehat dan terhindar dari penyakit beras konvensional, kami harus sehingga tidak perlu berobat . membeli sebanyak 20 kg,” kata Bu Bibong. Selain berhemat, mengkonsumsi beras organik juga menghemat air “Meng apa kebutuhan beras untuk mencuci beras. Untuk konvensional lebih banyak? Ini membersihkan beras organik karena beras organik lebih tahan cukup dengan mencucinya dua lama dan tidak cepat basi karena kali. Berbeda dengan beras kadar airnya sedikit. Berbeda konvensional yang bisa berkali-kali dengan beras konvensional yang untuk membersihkannya. berkadar air lebih tinggi sehingga akan cepat basi dan sering Dengan mengkonsumsi beras terbuang. Dalam sebulan yang organik juga bisa menghemat terbuang bisa mencapai 5 kg!” energi listrik karena dalam sehari jelasnya lagi. cukup sekali memasak dan bisa tahan lama. Sementara Memang selisih antara biaya mengkonsumsi beras konvensional konsumsi beras organik dengan dalam sehari bisa dua kali masak konvensional cukup signifikan, karena tidak tahan lama. Rp.75.000,-/bulan. “Tapi dengan jaminan keamanan dan kesehatan D e m i k i a n p u l a p i l i h a n dimana beras organik tidak mengkonsumsi sayuran organik. menggunakan pemutih, pewangi Untuk mendapatkan produk dan nilai nutrisi yang lebih baik, organik termasuk sayuran dan juga tanpa menggunakan zat-zat sebagainya bisa melalui Pasar Tani kimia dalam produksinya, apakah yang khusus menjual produksebanding dengan selisih harga produk org anik dan hanya Rp.75.000,- itu?,” ungkap ibu yang berlangsung dalam periode waktu tinggal di Depok, Jawa Barat ini. tertentu (seminggu sekali). Dengan
membeli langsung dari petaninya di forum tersebut kita bisa mendapatkan harga produk organik yang lebih murah. Dalam sebulan, budget Rp.500.000,sudah bisa mencukupi kebutuhan pangan empat orang anggota keluarga selain beras (untuk sayursayuran, lauk pauk dan sebagainya). Memilih produk organik juga menunjukkan kepedulian pada lingkungan hidup. Melalui proses yang ramah lingkungan, tanpa bahan-bahan kimia buatan, organik berperan menurunkan 50% per ubahan iklim dan menjadikan tanah lebih sehat. Tingkatkan Peran dengan Komunikasi Selain menempuh langkah substitusi dan etika konsumen yang peduli lingkungan hidup, seorang ibu tetap bisa menjalankan peran utama yang sangat penting dalam keluarganya yaitu memenuhi kebutuhan pangan yang sehat bagi keluarganya di tengah kondisi global seperti saat ini dan kesibukan ibu yang juga berkarier . Langkah nyatanya yaitu dengan menjalin komunikasi yang baik antara ibu dengan anggota keluarga lain (anak-anak dan suami) misalnya: selalu memberi penjelasan tentang kebiasaankebiasaan yang mengarah pada produk yang sehat dan ramah lingkungan pada anggota keluarga, menanamkan kebiasan seperti memenuhi kebutuhan pangan sesuai kebutuhan, membaca label produk, memilih produk yang berukuran lebih besar sehingga hemat harg a dan bungkus, membawa tas sendiri untuk belanja, membawa bekal makanan dari rumah dan sebagainya sejak dini. (ANP)
29
Ragam Panen Madu di Hutan Tonangka, Sulawesi Tengah Mentari pukul 09.00 WITA terasa menyengat saat rombongan kami menuju lokasi praktek panen madu hutan lestari. Melintasi kampung Tonangka ke arah Timur, lalu berbelok ke arah Selatan menyusuri sungai ke arah hulu. Di sepanjang sungai terlihat aktivitas para pendulang emas dadakan. Ada yang dengan alat dulang sederhana namun ada pula yang menggunakan mesin. Jika dihitung, jumlah mereka mungkin lebih dari seratus orang! Mereka terdiri dari perorangan, beberapa kelompok kecil sampai kelompok besar yang menggunakan mesin pompa air. Kegiatan dadakan ini merupakan tantangan baru bagi kelompok petani madu di dusun Tonangka, Sulawesi Teng ah. Mereka har us mampu mengkomunikasikan dengan para pendulang emas dadakan ini agar kegiatan mendulang yang mereka lakukan tidak menggunakan merkuri yang dapat
Tiga orang petani madu langsung mempersiapkan perlengkapan untuk panen. Salah seorang petani nampak mengambil bambu kering yang banyak tersedia di sepanjang pinggiran sungai, lalu memotongnya menjadi ukuran 1 meter dan membelahnya menjadi ukuran kecil-kecil, kemudian mengikatnya menjadi satu ikatan. Bagian luar ikatan bambu itu kemudian dilapisi dedaunan dari tumbuhan hutan disekitar. Sementara itu, petani lain terlihat tengah memanjat batang pohon dengan menggunakan bambu yang berukuran sekitar 15 meter. Dengan cekatan ia kemudian menyambung sebatang lagi untuk mencapai cabang pohon dimana sarang lebah madu hutan itu berada. Selanjutnya, batang bambu yang telah diselimuti daun dan dilengkapi dengan sebotol minyak tanah yang dicampur dengan ramuan tertentu (sekitar 300 ml), dikirim keatas melalui seutas tali. Asap putih menyeruak diantara dedaunan pohon menuju sarang lebah yang berukuran cukup besar. Tidak berlangsung lama, perlahan lebah-lebah mulai berterbangan meninggalkan sarangnya karena semakin banyak asap yang mengurung sarang tersebut. Kemudian pemotongan sarang madupun dilakukan dengan hanya memotong sebagian sarang saja. Teknik panen dengan menyisakan sebagian sarang lebah semacam itu dinamakan teknik panen lestari. Dengan teknik tersebut diharapkan sarang masih dapat dipanen lagi karena sang lebah masih akan datang lagi ke sarang tersebut.
foto: Rasdi Wangsa/organis
Panen kali ini menghasilkan kira-kira 2 botol bir. Namun jika dipanen seluruhnya, mungkin bisa menghasilkan 5 hingga 6 botol. Ini memang karena pada bulan seperti ini tidak begitu banyak hasilnya. Lain lagi jika panen dilaksanakan pada bulan AgustusNovember, hasil madu akan lebih banyak. (RSW) Madu yang telah dipanen petani
Kios Organik di Ganjuran mencemari air sungai yang pada akhirnya akan mencemari kualitas madu hutan melalui lebah yang meminum air sungai tersebut. Tak lama berselang, rombongan kami akhirnya tiba dibawah sebuah pohon sejenis nangka-nangkaan (artocarpus) yang tingginya sekitar 50 meter. Dan di sebuah dahannya nampak tergantung sebuah sarang lebah madu hutan apis dorsata yang siap untuk dipanen.
30
Gereja Ganjuran yang terletak di desa Ganjuran, Yogyakarta dengan gerbang unik bercirikan ornamen tradisional Bali ternyata menyimpan sisi nyata kearifannya. Para pedagang kecil dipersilahkan berjualan dengan difasilitasi beberapa kios kecil yang berjejer di sepanjang sisi kanan pintu masuk gereja. Dari sederet kios tersebut nampak sebuah kios yang khusus berjualan produk organik. Ada beberapa produk organik dijual di kios kecil tersebut. Sebut saja kacang
hijau, tepung beras merah, beras hitam, emping melinjo, bahkan pupuk organik. “Ini adalah pupuk untuk tanaman,” kata perempuan pemilik kios yang usianya sudah lebih dari 50 tahun. “Ini dari Tirtosari,” tambahnya. Namun dari sekian banyak produk organik yang ditata, yang mendominasi adalah beras: ada merah organik, pandan wangi, rojo lele, menthik wangi, dll.
Namun kini ia aktif di kelompok tani organiknya sembari mengelola lahan seluas 5.000 meter persegi. Awal keterlibatannya dengan kelompok tani organik ini adalah melalui sebuah LSM LESMAN. “Dahulunya saya memang sudah bertani organik, nah karena ada Revolusi Hijau kita diharus-haruskan,” katanya mengawali perbincangan. “Setelah ketemu LESMAN, tahun 1997, barulah kami didampingi,” tambahnya.
foto: Sri Nuryati/organis
Menurutnya, pada masa Revolusi Hijau, setelah panen tak ada yang tersisa “panen-blas, panen-blas,” begitu ungkapnya. Namun setelah kembali ke pertanian organik, ada yang dapat disimpan. “Jaman dulu, mbok (ibu-red) saya kalau ke sawah selalu menggendong rabuk (pupuk–red). Tidak berlenggang saja. Dan itu dikerjakan setiap hari,” katanya. Toko di Ganjuran yang menjual produk beras organik
Ibu yang juga bertani organik di sawahnya ini dalam sehari terkadang mampu menjual hingga 50 kg beras organik. Namun tidak jarang juga tak sekilo beraspun laku terjual. Dan walau gurat ketuaan tersirat dari wajahnya, paling tidak hingga saat ini ia masih mampu menghidupi dirinya dan seorang anak dan cucunya. Namun yang pasti ia tetap setia menjualkan produkproduk organik petani di desanya dan desa-desa sekitar desanya tersebut. (SNY).
Belajar dari Bu Ginem Namanya Ibu Ginem (54 tahun), sehari-hari bekerja sebagai petani di Desa Dling o, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah. Penebas adalah bagian dari cerita hidupnya.
foto: Rasdi Wangsa/organis
Sistem yang dipakainya dalam menjualkan produkproduk organik yang didapat dari desa-desa sekitar Ganjuran seperi Gendon, Sabrang, Gresik, Mejing ini adalah sistem konsinyasi/titip, “tidak ada modal,” katanya. “Kalau laku ya baru dibayar,” tambah ibu yang sudah lebih dari 3 tahun berjualan organik di kawasan Gereja Ganjuran ini.
Perempuan tani sedang menanam padi di sawah
Pola tanam padi-padi-polo wijo yang kini diterapkannya juga ada maksudnya. “Dengan pola itu tanah juga diistirahatkan selama 1 bulan. Dan ternyata penyakit yang ada di dalam tanah juga mati. Dan kalau ditanami akan subur. Dan itu sudah mengurangi pemupukan,” ungkapnya. Dan satu lagi manfaat yang bisa dipetik dari cara bertani dengan sistem organik yang diterapkannya, ternyata disisi sawahnya disisakan sedikit lahan untuk ditanami sayuran yang dapat dipetik untuk kebutuhan sehari-harinya guna mengurangi biaya hidup keluarganya. (SNY)
31
Borneo Forest Honey
HADIR UNTUK
KEBAIKAN
This extraordinary honey was gathered using sustainable, traditional methods from the tropical peatland forest of Lake Sentarum National Park in West Kalimantan (Borneo), Indonesia. This honey is a product of the Lake Sentarum Honey Collectors' Association. Bee researchers hail Lake Sentarum honey, produced by the tropical Asian honey bee apis dorsata, as one of the best forest honeys in Indonesia, if not in the world. Contact: Asosiasi Periau Danau Sentarum (Bapak AM Erwanto) Address: Jl. Batang Leboyan, Dusun Semangit, Desa Nanga Leboyan, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat Phone: 081345280653