Redaksi Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggungjawab Direktur Eksekutif AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Ahli Indro Surono, Rasdi Wangsa Lidya Inawati, Sucipto Kusumo Saputro,
Staf Redaksi
Elisabeth Louise Johnston, Ani Purwati, Lidya Ariesusanty
Desain Grafis Said Abdullah
Iklan
Elly Yusnawati, Imam Hidayat
Distribusi Nurdin Hermawan
Alamat Redaksi Jl. Kamper, Blok M No.1, Budi Agung, Bogor. Telp/fax: +62 251 8316294 email: organicindonesia@organicindonesia.org
website: www.organicindonesia.org
Cover: ayip-kinjengdomstudio
Dari Redaksi
Padi atau sayuran organik mungkin sudah biasa, tetapi bagaimana dengan ikan organik? Perikanan organik memang belum begitu populer di masyarakat, padahal mengkonsumsi ikan organik jauh lebih sehat bagi tubuh, bahkan dapat mengantisipasi residu (endapan bahan kimia) dalam tubuh. Rasanyapun lebih gurih, serta tahan lebih lama. Cara budidayanya pun cukup mudah, hampir sama dengan memelihara ikan pada umumnya.
Apa saja kriteria ikan organik? Apakah ikan yang berenang bebas di lautan lebih “organik� ketimbang ikan hasil budidaya? Apakah peraturan di akuakultur dapat disamakan dengan peraturan yang ada di sektor pertanian? Istilah “organik� hanya akan digunakan oleh para produsen yang disetujui, dimonitor dan dicatat oleh lembaga sertifikasi organik. Proses akreditasi ini mengharuskan produk organik untuk dimonitor, dicek apakah produk-produk tersebut dikelola sesuai dengan standar organik yang berlaku?
Diedisi kali ini ORGANIS menyajikan Isu Utama seputar perikanan organik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perikanan organik ini antara lain: tidak boleh menggunakan bahan-bahan kimia dan pestisida yang biasa digunakan di perikanan konvensional, ikan yang dipelihara tidak diberi makan dengan bahan-bahan tambahan atau organisme rekayasa genetik, lahan perikanan harus memanfaatkan bahan-bahan lokal, harus memperhatikan ekosistem sekitar, dll.
Selain itu, bagi para pebisnis di bidang pertanian, ada baiknya anda membaca rubrik agribisnis yang kali ini mengangkat rosela organik. Ada juga info mengenai es krim yang terbuat dari ubi ungu! Dimana mendapatkannya? Bagaimana rasanya? Silakan simak di rubrik Info Organis.
ORGANIS diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa LSM,
akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fair trade.
2
si Daftar I
Isu Utama 5
10
Jendela Konsultasi
Sertifikasi Perikanan Organik di Indonesia
14
Kulit Kakao sebagai Pupuk
Mengenal Standar Perikanan Organik
Profil
18
Anak Panti Belajar Organik
Penjaminan Organis
15
Rumah Organik
Agribisnis
21
Rosela, Tanaman Herbal
Bernilai Ekonomis
Info Organis 25
PAMOR Indonesia
Es Krim Ubi Ungu
28
Penjaminan bagi
Konsumen Organik? PERLU!
Ragam
30
Padi Adan dari Krayan, Kalimantan Timur
Ada banyak mata mengawasi produk dan jasa anda. Promosikan produk atau jasa anda di ORGANIS.
Hubungi Advertising Officer kami di: +62 251 8316294 atau email ke: organicindonesia@organicindonesia.org
3
Surat Pembaca
Madu Danau Sentarum
ORGANIS untuk CARITAS MAKASAR
Dimanakah saya bisa mendapatkan produk Madu Danau Sentarum yang asli di Jakarta?
Bisakah kami mendapatkan ORGANIS gratis? Kami adalah lembaga sosial di bidang pelayanan kemanusiaan Keuskupan Agung Makasar.
Cecep Firmansyah Underwriting Individu & Bancassurance BNI Life Insurance Jl. Aipda K.S Tubun No. 67 Petamburan, Jakarta Pusat Telp. (021) 53667676 Ext. 279/Fax. (021) 53667696 E-Mail: cecep@bni-life.co.id Redaksi: Produk madu Danau Sentarum di Jakarta dapat diperoleh di: PT Dian Niaga Jl. Joglo Raya Komp. Perumahan Kebon Jeruk Blok W3 Persil No.17A Jakarta 11630 Telp.: 021-46471016 Fax: 021-5850624 E-Mail: info@maduhutam.com
Petani Jeruk Organik Karo Saya membuka website AOI dan menemukan informasi jeruk organik dari Karo. Dimanakah saya bisa tahu alamat dan nomor telepon petaninya? Mellyana Manuhutu Griya Depok Asri C4 No.6 Depok - Jawa Barat Redaksi: Nama Petaninya Pak Rona, nomor hp-nya: 08526133620. Silakan Ibu menghubungi langsung ke beliau.
Fredi Rante Taruk, Pr CARITAS MAKASAR Jl. Thamrin 5-7 Makasar 90111 Telp. 0411-315744 E-Mail: karina_kams@yahoo.co.id Redaksi: Untuk kelompok tani dan kegiatan-kegiatan sosial ORGANIS bisa didapatkan gratis. Nama dan alamat lembaga Bapak telah kami masukkan dalam mailing list penerima tetap ORGANIS. Silakan ditunggu kehadiran kami tiga bulan sekali. Semoga informasi yang tersaji bermanfaat bagi teman-teman di Makasar.
Mohon Bimbingan Kami petani di Banyuwangi Jawa Timur ingin mengembangkan pertanian organik, mohon bimbingan teknis dan pemasaran. Sugiarto Budi Utomo E-Mail: enggal_jaya08@yahoo.co.id Redaksi: Kami senang Bapak-bapak tertarik dengan pertanian organik.Terkait dengan bimbingan teknis dan pemasaran pertanian organik, silakan kirim e-mail ke Aliansi Organis Indonesia di: organicindonesia@organicindonesia.org, atau telp. ke: 0251-8316294 Terima kasih atas kiriman saran dan
kritiknya.Untuk mengunduh artikel-artikel ORGANIS silahkan klik:
4
www.organicindonesia.org
a Isu Utam
Sertifikasi
Perikanan Organik Di Indonesia
�Pengembangan budidaya organik bisa menjadi upaya promosi konsep hijau (green earth) untuk mengikis global warming....,� Dr. Ir. Ari Purbayanto, MSc.
Budidaya perikanan (akuakultur) telah berlangsung selama 4000 tahun dibeberapa kawasan di dunia. Sejak pertengahan 1980-an, total produksi budidaya perikanan mulai berkembang secara besarbesaran. Tak heran bila produksi budidaya perikanan global mempunyai pertumbuhan tercepat disektor produksi pangan. Bahkan sekitar 430 (97%) spesies air hasil budidaya telah menjadi jenis domestik sejak abad 20 dan diantaranya berkembang dengan cepat. Diperkirakan saat ini budidaya perikanan telah menyediakan 43% dari semua kebutuhan konsumsi manusia.
Kondisi ini sangat mendukung disaat hasil perikanan tangkap
mengalami penurunan beberapa tahun ini sebagai akibat dari penangkapan berlebih (over fishing). Sementara di saat yang sama permintaan pangan laut (sea food) meningkat. Perluasan budidaya perikanan tentu bisa menjadi peluang untuk memenuhi peningkatan permintaan sea food yang tidak bisa dipenuhi perikanan tangkap seperti udang dan salmon.
Namun sayang, perluasan budidaya perikanan ini juga disertai peningkatan metode produksi intensif. Hal ini berakibat fatal pada lingkungan hidup dan pelanggaran hak-hak manusia. Beberapa laporan seperti yang dilansir Greenpeace menyebutkan, praktik budidaya perikanan dengan
perkembangan industri global telah memberikan dampak serius pada lingkungan hidup dan sosial masyarakat khususnya di negara berkembang. Hal ini nampak pada produksi budidaya ikan salmon, tuna dan udang.
Perluasan budidaya udang telah merusak ribuan hektar mangrove dan lahan basah pantai di beberapa negara seperti Philipina, Vietnam, Thailand, Bangladesh, Ekuador dan Indonesia. Padahal mangrove mempunyai peran penting sebagai habitat spesies hewan air, sumber pakan, tempat pemijahan dan berkembang biak, kawasan berkembang ikan-ikan komersial penting, serta melindungi kawasan pantai dari abrasi.
5
Foto: istimewa
bersifat sesaat, namun menimbulkan dampak yang luar biasa merugikan. Karenanya mencegah dampak berkelanjutan maka perlu dilakukan evaluasi pada budidaya ikan.
Dalam budidaya ikan secara organik, lingkungan kolam perlu diperhatikan
Pemberian zat-zat kimia dan obatobatan pada budidaya ikan untuk mengontrol virus, bakteri, jamur dan pathogen lain juga dapat menimbulkan risiko bagi hidupan air disekitarnya. Penggunaan antibiotik yang berlebih akan menimbulkan ketahanan anti biotik pada bakteri dan dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
Pada budidaya udang seringkali digunakan air tawar dari sungai untuk mendapatkan salinitas yang stabil. Akibatnya sumber air bersih menjadi berkurang di sekitarnya. Jika pemompaan air sungai untuk menstabilkan salinitas itu dilakukan secara intensif, juga akan mengakibatkan air asin akan merembes ke daratan sekitarnya dan mengakibatkan air tanah tidak layak konsumsi. Budidaya udang juga dapat meningkatkan salinitas tanah yang berpengaruh pada area pertanian dan menurunkan hasil panen.
Pemberian pakan berlebih pada budidaya ikan dan udang dapat meningkatkan limbah organik dan menurunkan oksigen di perairan. Kondisi tersebut dapat 6
menimbulkan penurunan keanekaragaman hayati di sekitarnya dan meningkatkan beberapa jenis saja seperti sejenis algae sehingga terjadilah algae blooming.
Sementara itu budidaya udang seringkali dilakukan dengan membuat blok-blok kawasan pantai yang biasanya dimanfaatkan banyak orang. Keadaan ini seringkali mengabaikan hak-hak masyarakat atas lahan dengan memindahkan kelompok masyarakat dalam skala besar tanpa kompensasi atau ganti rugi. Perlawanan masyarakat atas pelanggaran hak-hak tersebut juga menimbulkan ancaman dan intimidasi pada mereka.
Di Indonesia, pengembangan budidaya udang yang mendapat dukungan pemerintah dan keamanan juga tanpa disertai kompensasi yang sesuai seperti yang terjadi di Sumatra, Maluku, Papua dan Sulawesi.
Berbagai kondisi ini menunjukkan bahwa pola yang intensif tidak efektif dan berkelanjutan. Hasil yang menguntungkan hanya
Pentingnya Budidaya Ikan Organik Seharusnya sistem produksi perikanan budidaya menjadi solusi tanpa menimbulkan masalah baru. Untuk itu perlu sekiranya suatu sistem produksi perikanan budidaya yang ramah lingkungan dan mengutamakan hak-hak sosial masyarakat sehingga benar-benar bisa mengangkat harkat hidup orang banyak. Untuk menghasilkan sistem dan produk yang berkelanjutan tersebut setidaknya harus menggunakan bahan-bahan yang berasal dari proses berkelanjutan juga seperti organik.
Selain ramah lingkungan, bahanbahan organik diharapkan bisa menghasilkan produk-produk hasil panen budidaya ikan yang berkualitas dan bebas dari zat-zat sintetis yang berbahaya. �Dengan peradaban bangsa yang semakin maju, masyarakat juga semakin sadar untuk mendapatkan produk ikan yang berkualitas tinggi meski harus membayar mahal,� tutur Dr. Ir. Ari Purbayanto, MS. yang adalah Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), dan juga anggota Komisi Standar (Komstan) Aliansi Organis Indonesia (AOI).
“Meski sebagian besar masyarakat dunia, khususnya Indonesia, bisa dikatakan belum membutuhkan produk organik tersebut, namun pengembangan budidaya organik
penting sebagai stimulan atau pemacu bagi masyarakat untuk mengkonsumsi produk berkualitas dan ramah lingkungan itu. Terlebih lagi produk organik tidak selalu mahal karena bisa dikembangkan sendiri dan tidak harus membeli� lanjut Ari.
Selain itu pengembangan budidaya ikan secara organik bisa dikatakan lebih pada kepentingan edukasi atau pendidikan kepada petani dan masyarakat pada umumnya. Bahwa disaat lingkungan hidup dan bumi secara global mengalami berbagai perubahan akibat pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change), sangat penting bagi masyarakat untuk menjaga kualitas hidupnya.
�Pengembangan budidaya organik bisa menjadi upaya promosi konsep hijau (green earth) untuk mengikis global warming dengan mengurangi penggunaan bahanbahan kimia, bom dalam penangkapan ikan dan sebagainya,� ungkap Purbayanto. Namun
tentu
saja
pen gembangan budidaya ikan seperti halnya budidaya pertanian organik tidak bisa dilakukan secara sporadis (serta merta). Semua harus melalui tahapan dan batas kemampuan
satu wilayah tertentu sehingga sampai pada tahap optimum untuk menghasilkan produk terbaiknya. Seperti halnya pengembangan konvensional yang sporadis dan menyeluruh sehingga menimbulkan berbagai masalah lingkungan, maka pengembangan organik yang sporadis dan menyeluruh juga dikhawatirkan akan berdampak buruk seperti perluasan hama.
�Kita tidak bisa mengubah pola seratus persen, tetapi harus ada pemetaan untuk kalangan tertentu. Setidaknya kita mempromosikan agar ada keseimbangan dalam aktifitas hidup yang sudah banyak merusak ini,� terangnya lagi.
Sementara itu, data Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (2006) menyebutkan, Indonesia sebetulnya terlambat menggalakkan usaha budidaya ikan dan udang organik. Sebab di beberapa negara, seperti Vietnam, telah lama mengembangkan dan memproduksi udang organik. Apalagi, antusiasme masyarakat d u n i a u n t u k
mengkonsumsi makanan organik, termasuk udang, semakin bertambah.
Usaha budidaya udang organik di Indonesia yang mulai dipacu pada 2006, baru dilakukan pada areal sekitar 500 hektar tersebar di Bekasi (Jawa Barat), Brebes (Jawa Tengah), dan Sidoarjo (Jawa Timur).Udang yang dikembangkan yakni jenis windu. Bibit udang yang disebarkan dalam setiap hektar berkisar 5.000 ekor sampai 10.000 ekor. Volume produksi dalam sekali panen berkisar 200-300 kilogram per hektar, dan setiap kilogram berisi 20 ekor. Dirjen Perikanan Budidaya menargetkan tahun 2009 mencapai 42.810 hektar dengan produksi minimal 50.200 ton senilai Rp 25 miliar.
Usaha pengembangan udang organik ini akan dipusatkan di Provinsi Sulawesi Selatan, Jatim, Jateng, Jabar, Nusa Tenggara Barat, serta Kalimantan Timur. Lahan yang digunakan adalah lokasi tambak tradisional. Selain itu, pembudidaya setempat sudah bertahun-tahun terbiasa dengan membudidayakan udang windu. Perlu Standar dalam Sertifikasi Organik Hingga saat ini kebutuhan akan pangan organik termasuk ikan organik dari masyarakat menunjukkan adanya peningkatan meski hanya pada kalangan tertentu. Sebagai upaya promosi merubah pola hidup yang memiliki banyak kendala di tengah-tengah derasnya budidaya konvensional dan tingginya kebutuhan pangan, keberadaan
7
budidaya organik sangat penting dalam menjaga kualitasnya. Untuk itu perlu adanya standar terukur bagi budidaya organik tersebut melalui upaya sertifikasi organik.
Dengan adanya sertifikasi organik diharapkan produsen termasuk budidaya perikanan bisa melakukan budidaya organik menurut standar yang disepakati bersama sebagai organik. Sehingga bisa menghasilkan produk berkualitas sesuai harapan konsumen yang bersedia membayar mahal (harga premium) untuk produk tersebut. Produsen pun bisa mendapatkan harga produk organik yang lebih tinggi.
Sertifikasi juga untuk meyakinkan sekaligus melindungi konsumen dari produk organik palsu. Sehingga konsumen akan mendapatkan jaminan bahwa produk organik itu sehat dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. 8
Standar mengacu pada dokumen IFOAM dan Nature, dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan Indonesia
Berbeda dengan pertanian organik yang telah memiliki standar dalam sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang sudah ada seperti BIOCert, budidaya perikanan organik di Indonesia belum ada standar dalam sertifikasi maupun lembaga yang bisa mengeluarkan sertifikasi itu.
Draf Standar Umum Saat ini, menurut Purbayanto, Komisi Standar AOI yang telah membidani berdirinya BIOCert sebagai lembaga sertifikasi pertanian organik, pada Selasa malam (16/6) baru selesai menyusun draf umum tentang standar budidaya perikanan organik menuju upaya sertifikasi setelah melewati pembahasan sejak
akhir tahun 2008 lalu saat Rapat Umum Anggota (RUA) di Yogyakarta.
�Draf standar yang mengacu pada dokumen IFOAM dan Nature dengan menyesuaikan kebutuhan di Indonesia itu siap dilaunching. Untuk tahap ini sudah memadai,� kata anggota Komstan AOI dari bidang perikanan ini.
Draf umum standar budidaya perikanan organik itu meliputi bagaimana budidaya dilakukan, berapa jarak lokasi budidaya perikanan organik dengan konvensional. Lalu pakan apa yang diperbolehkan, yaitu pakan dari biota perikanan yang tidak dimanfaatkan manusia agar tidak ada istilah kanibalisme, pakan dari produk sampingan perikanan lain seperti hasil tangkap sampingan yang tidak dimanfaatkan, ikan hama yang alami dan bukan hasil rekayasa genetik.
Ikan budidaya organik juga diberi makan yang memadai dan tidak melebihi dari kapasitas makannya, ikan mengalami proses pemijahan alami tanpa mengalami stimulan dan tekanan serta pemanenan ikan tanpa mengalami stress. Saat panen, ikan harus segera dimatikan agar tidak stress dan mempengaruhi kualitas daging.
Terlebih lagi ikan mudah mengalami pembusukan bila saat mati banyak menggelepar-gelepar. Seperti ikan mas yang besar harus segera dimatikan dengan menusuk pada bagian otak dengan cepat. Sedangkan ikan kecil harus segera tidak disadarkan dengan cepat melalui pendinginan. Tentu saja pengembangan budidaya perikanan organik tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya dan merusak lingkungan. Seperti halnya kawasan mangrove yang selama ini mengalami kerusakan akibat perluasan budidaya perikanan konvensional. Sebagai tahap awal, draf standar perikanan organik masih terbuka
untuk penambahan dan perbaikan. Tentang draf standar yang mengacu pada dokumen IFOAM dan Nature tersebut secara keseluruhan atau disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan Indonesia. Dan menurut Purbayanto, SNI mengijinkan hal itu.
“Budidaya perikanan organik tidak menggunakan bahanbahan berbahaya dan merusak lingkungan�
Diharapkan selanjutnya draf standar budidaya perikanan organik itu dapat diangkat sampai mendapat Standar Nasional Indonesia (SNI) selain terbentuknya lembaga sertifikasi perikanan organik yang bisa memberi parameter tidak hanya kualitatif tapi juga kuantitatif. Namun proses itu juga membutuhkan upaya lobi pada Direktur Teknis Perijinan, Direktorat Perikanan Budidaya, Departemen Perikanan dan ilmu Kelautan. Sehingga instansi
pemerintah tersebut bisa mengangkat dan membentuk Panitia Teknis (Pantek).
Setidaknya bulan-bulan akhir tahun ini, AOI bersama Dr. Ir. Ari Purbayanto, MS. akan mengajukan draf standar budidaya perikanan organik ke instansi pemerintah pemerintah. Sehingga tahun depan sudah ada pembahasan minimal standar budidaya perikanan. Selanjutnya Pantek menggodok draf standar budidaya perikanan dengan lebih spesifik dan melakukan koordinasi dan advokasi untuk pengajuan ke Badan Standar Nasional (BSN) yang akan menghasilkan standar budidaya perikanan organik. Kedepan menurut Purbayanto, standar perikanan tangkap organik juga bisa diwujudkan. Sementara ini standar perikanan tangkap organik masih mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi ketimbang budidaya perikanan organik karena meliputi kawasan laut yang lebih luas dengan berbagai parameter yang mempengaruhi. Seperti darimana ikan bermigrasi, ada tidaknya cemaran di perairan asal migrasi, bagaimana kondisi sungai-sungai yang bermuara di perairan laut setempat, dan lain-lain.
Namun untuk mengantisipasi itu bisa juga dengan melakukan budidaya ikan laut tangkap dengan melokalisir ikan laut di teluk yang dibatasi dengan jaring seperti yang sudah dilakukan di Jepang. (Ani Purwati)
9
a Isu Utam
Mengenal Standar Perikanan Organik
Mulai tahun 1950-1990 penangkapan ikan di dunia meningkat lima kali lipat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan rerata konsumsi ikan dan juga penggunaan ikan sebagai pakan mulai meningkat. Di negara industri, rerata konsumsi per orang per tahun mencapai (59 pon) dan itu berarti tiga kali lebih banyak ketimbang negara berkembang yang hanya 20 pon/orang /tahun. Pada awal tahun 1950-an, 80 persen penangkapan ikan dunia ditempati oleh negara maju. Sedangkan saat ini mereka hanya menangkap sekitar 36 persennya. Sementara negara berkembang
10
sekitar 64 persen. Namun dengan teknologi yang mendukung, hasil tangkapannya jauh lebih besar negara maju.
Sebuah prestasi besar! Namun dibalik itu banyak hal yang terjadi karenanya, lihatlah Thailand yang memiliki industri akuakultur terbesar di dunia. Negara ini telah kehilangan setengah hutan mangrovenya sebagai kompensasi adanya peternakan udang. Negara lain seperti Kolombia dan Kanada
juga terkena dampak akibat padatnya peternak salmon yang menghasilkan sampah, pupuk dan pakan, serta sekitar 27 juta ton ikan tidak layak jual yang ditangkap secara tidak sengaja yang kemudian mati dan dilempar keluar kapal, yang dihasilkan dari kegiatan perikanan tersebut.
Perkembangan Perikanan Organik Potensi perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Secara keseluruhan mencapai 65 juta ton, yang terdiri dari 7.3 juta ton pada sektor perikanan tangkap dan 57.7 juta ton pada sektor
perikanan budidaya. Namun jika tidak dilakukan budidaya perikanan yang berkelanjutan nantinya ditakutkan bakal lebih banyak kerugian yang didapatkan.
Perkembangan perikanan organik di Indonesia cukup meningkat, walau saat ini masih berkonsentrasi pada udang organik. Padahal jika melihat potensi perairan Indonesia yang cukup besar, sangat mungkin jika Indonesia dapat menghasilkan banyak sumberdaya perikanan berlabel organik
Jika dilihat di tingkat internasional perikanan organik meningkat 25% tiap tahunnya. Peningkatan itu pun baru 0,01% dari produksi perikanan secara global. Dan saat ini yang masih menjadi pasar terbesar untuk produk-produk perikanan tersebut adalah Eropa. Dan belakangan ini meningkat juga
permintaan dari negara-negara seperti Jepang dan Amerika.
Prinsip Perikanan Organik Seperti apa perikanan organik itu? Perikanan organik adalah usaha untuk mencoba mengurangi beberapa masalah yang muncul dengan maraknya industri perikanan. Pada prakteknya perikanan organik memerlukan sikap kesadaran yang lebih, dalam melihat produksi ikan dengan proses yang berkelanjutan dan tidak menyebabkan polusi terhadap lingkungan.
Proses produksi perikanan secara berkelanjutan, dewasa ini memang dibutuhkan. Jika nantinya proses indutrialisasi perikanan berkembang, maka diharapkan industri tersebut memperhatikan sebuah budidaya yang menguntungkan banyak hal. Tidak
saja mutu ikan yang baik untuk dikonsumsi manusia namun lingkungan yang juga dapat dirasakan sekitarnya juga terbawa baik.
Mungkin Eropa yang terlebih dulu merasakan kerusakan lingkungan akibat budidaya perikanan yang tidak ramah lingkungan (ketika berkembangannya budidaya ikan salmon di negera-negara Eropa red). Pengrusakan biota laut sebagai pakan ikan dan juga campuran pakan ikan yang dihasilkan dari nutrisi yang tidak ramah lingkungan adalah salah satu penyebab pencemaran lingkungan seperti kandungan oksigen yang menurun pada air dan juga limbah tumpukan pakan yang mengotori lingkungan sekitar.
11
Cukup Baru Organik di sektor perikanan memang sesuatu yang cukup baru dan juga masih menyimpan banyak pertanyaan. Dan hal ini menjadi semakin kompleks ketika dalam penerapannya banyak perbedaan pandangan antara petani, stake holder yang terkait, dan certifier antara satu daerah dengan daerah lainnya. Lihat saja Produksi perikanan budidaya di Indonesia yang digolongkan atas jenis budidayanya antara lain: Budidaya Laut, Budidaya Tambak, Budidaya Kolam, Budidaya Karamba, Budidaya Jaring Apung, Budidaya Sawah (DKP 2007).
Jika melihat hal tersebut, maka setiap jenis budidaya perikanan memiliki pandangan yang berbedabeda terkait stake holdernya. Oleh karena itu maka menjadi penting sebuah prinsip dan kriteria yang menjadi landasan pengembangan di sistem budidaya perikanan organik.
Standar Perikanan Organik IFOAM Salah satu kriteria yang banyak menjadi acuan di sektor perikanan organik adalah dari Internasional Federation of Organic Agriculture Movement (IFOAM). Beberapa kriteria penting diantaranya adalah: 1. Masa Konversi ! Konver si merupakan proses perubahan ekosistem akuatik dari konvensional menjadi organik. Masa
12
harus diberikan untuk menghindari gangguan permanen hingga terbentuknya ekosistem yang stabil bagi spesies tersebut.
konversi (periode transisi) adalah waktu yang diperlukan antara saat memulai pengelolaan secara organik sampai tahap sertifikasi produk.
! Produk akuakultur sangat bervariasi tergantung pada sifat biologi dari organisme, teknologi yang digunakan, kondisi geografis, status kepemilikan usaha, waktu, dan lain lain. Aspek ini harus dipertimbangkan dalam menentukan masa konversi.
2. Kondisi Dasar ! Teknik pengelolaan harus dilakukan berdasarkan kebutuhan fisiologis dan etik. Organisme-organisme yang dipelihara harus diberi kesempatan untuk berperilaku alami, dan seluruh teknik pengelolaan khususnya pada tingkat produksi dan kecepatan tumbuh, diperhatikan langsung untuk menjamin k e s e h a t a n d a n kesejahteraannya. ! Ketika memperkenalkan spesies baru, perawatan
3. Lokasi Unit Produksi ! Lokasi unit produksi harus dapat menjaga kesehatan lingkungan akuatik sekitarnya dan termasuk daratan.
4. Area Pengumpulan ! Ikan liar dan organisme yang hidup menetap di lokasi pengumpulan terbuka disertifikasi sebagai produk organik jika dihasilkan dari lokasi yang bebas polusi, memiliki lingkungan yang stabil dan berkelanjutan.
5. Kesehatan dan Keselamatan ! Kesehatan hewan-hewan akuatik dilakukan melalui teknik manajemen penyembuhan yang baik khususnya ketika proses penyelamatan yang mempengaruhi produksi dan kecepatan pertumbuhan. ! Memilih pengobatan yang m e m p e r h a t i k a n
kesejahteraan jasad hidup akuatik.
6. Breeding ! Proses breeding dilakukan dengan sedikit mungkin mengganggu tingkah laku alami dari binatang tersebut. Metode breeding alami sebaiknya digunakan pada proses ini
7. Nutrisi ! Pakan perikanan organik disediakan dengan memperhatikan mutu yang baik, dan nutrisi yang diberikan harus melihat kebiasaan ikan. Pakan hanya diberikan berdasarkan kebutuhannya untuk menghindari makanan berlebih dan mengotori lingkungan.
! Sumber bahan pakan dihasilkan dari proses produksi secara organik dan dari biota liar laut namun bukan untuk dikonsumsi manusia.
8. Pemanenan ! Pemanenan dilakukan dengan tingkat stres serendah mungkin, dan tidak memberikan efek negatif
9. Transportasi Biota Hidup ! Pengangkutan harus pada jarak dan frekuensi yang seminimal mungkin dengan memperhatikan mutu air, suhu, dan kandungan oksigen.
dan juga dilakukan dengan teknik yang memperhatikan fisiologi biota.
Prinsip-prinsip perikanan organik kini telah dikembangkan dibanyak negara seperti Eropa dan Amerika. Tahun 2005 USDA (United State Department of Agriculture) telah membentuk komisi untuk membahas standar perikanan organik dan saat ini USDA telah menetapkan standar perikanan organik yang wajib digunakan bagi pengembangan perikanan organik di Amerika. Bagaimana dengan Indonesia? (Sucipto Kusumo)
10. Mematikan Biota Hidup ! Proses pematian dilakukan dengan meminimalisir stres
13
Jendelatasi Konsul
Kulit Kakao sebagai Pupuk Organik? Maaf sebelumnya, perkenalkan nama saya Krisna, saya ada beberapa pertanyaan: 1. Bagaimana agar hasil kakao dapat meningkat dan tidak mengalami kebusukan pada buah? 2. Apakah kulit kakao dapat di jadikan pupuk organik? Krisna E-Mail: krisnaonitauna@yahoo.com
Sabirin Menjawab: 1. Produktivitas tanaman kakao dapat ditingkatkan dengan beberapa cara: Cara pertama yang tidak memerlukan perubahan tanaman utama yakni dengan melakukan perbaikan terhadap cara-cara budidaya yang dijalankan/diterapkan, meliputi: pemangkasan, dengan pemangkasan maka tanaman kakao akan dapat mengoptimalkan hasil assimilasi dari proses fotosintesis untuk diubah menjadi sumber yang mampu meningkatkan produksi.
14
Kemudian sanitasi, yakni dengan mengubur sisa-sisa kulit buah panen (yang terserang hama PBK) dan membuang buah-buah yang busuk tetapi masih menggantung di cabang-cabang tanaman; kemudian pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan mengolah bahanbahan organik yang ada di bawah pohon kakao atau sampah-sampah lain yang ditambahkan kotoran ternak (apa saja, kotoran babi juga bagus) dan berikan minimal setiap pohon 3-5 kg setiap 4 bulan sekali. Dengan cara pertama ini, yakni dengan pemangkasan, sanitasi dan pemupukan, mudah-mudahan produktivitas tanaman kakao yang ada akan segera meningkat. Khusus untuk buah-buah yang busuk, dengan menerapkan Pemangkasan yang benar dan rutin, kemudian membuang buah-buah yang ada di pohon dengan menguburnya, mudah-mudahan untuk periode musim panen kedepan sudah tidak akan banyak buah-buah kakao yang busuk.
2. Seperti telah disinggung diatas bahwa semua bahan organik yang ada di kebun dapat diolah menjadi pupuk organik. Silahkan saja membuat pupuk organik dari kulit buah kakao (sebaiknya diremukkan dahulu atau digiling) untuk mempermudah pelapukan dan lebih cepat menjadi kompos. Apalagi dengan memberi pupuk kandang (kotoran babi) yang disusun berlapis-lapis dan jangan lupa menyiramnya dengan air untuk mempercepat pengomposan.
nan Penjami tasi Konsul
PAMOR Indonesia
(PenjAminan Mutu ORganis Indonesia)
Penjaminan yang Murah, Mudah dan Kredible
Ketika produk organik memasuki pasar, sistem penjaminan mutu “informal� tidak cukup untuk menjembatani gap antara produsen dan konsumen terutama dalam persoalan jarak. Sertifikasi pihak ketigapun menjadi pemain yang memegang peranan penting di pasar organik.
Meski demikian, banyak petani organis khususnya di negara berkembang yang kebanyakan adalah petani skala keci, sulit untuk mendapatkan penjaminan pihak ketiga ini. Faktor biaya sertifikasi, prosedurnya yang rumit dan sistem yang kaku menimbulkan hambatan serius bagi petani berskala kecil untuk bisa mendapatkannya.
PAMOR Indonesia (PenjAminan Mutu Organis Indonesia) dibentuk untuk menjawab kebutuhan penjaminan mutu untuk produk organik bagi petani organik skala kecil ditengah permintaan pasar akan mutu produk dan tuntutan konsumen akan jaminan atas integritas organik yang menjadi dilema tersendiri bagi petani. Selain persoalan biaya, prosedur yang sulit dan sistem yang kaku, sistem penjaminan/sertifikasi yang diakui saat ini hanya terfokus pada produk ekspor sehingga membuat pemasok pasar lokal terabaikan. Padahal di negara berkembang seperti Indonesia, kebanyakan pemasok pasar lokal adalah petani kecil yang notabene adalah pendukung utama kegiatan pertanian khususnya pertanian organik. Isu ini kemudian memunculkan ide dari banyak pihak yang menaruh perhatian besar pada pertanian organik untuk membangun sistem penjaminan alternatif yang sesuai untuk petani kecil, mudah, murah dan mempunyai keberterimaan yang tinggi di masyarakat.
15
Konsep PAMOR ditelurkan oleh banyak pihak baik produsen, konsumen, pedagang maupun pemerintah yang menaruh perhatian besar pada gerakan pertanian organik. Idenya atau gagasannya dimulai dengan banyaknya negara berkembang yang mempunyai persoalan yang sama dengan yang dihadapi Indonesia. Tahun 2008 Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang salah satu kegiatannya adalah memfasilitasi akses pasar petani melalui sertifikasi, mempunyai inisiatif untuk membangun konsep ini. Gagasan ini diawali dengan melakukan serangkaian studi baik studi literatur maupun studi lapangan. Studi literatur dilakukan dengan melihat dan menganalisis studi kasus dari 4 negara yang sudah melakukan penjaminan mutu partisipatif terlebih dahulu.
Foto: Ayip/kinjengdomstudio
Berangkat dari studi literatur ini, dilakukan studi lapangan yang berlokasi di empat wilayah yakni Jawa Tengah (Boyolali), Jawa Timur, Jawa Barat (Bogor) dan Lampung. Empat wilayah ini dipilih karena selain melakukan produksi organik juga sudah
Suasana diskusi petani organik di Tegal
16
memasarkan produknya sehingga masalah penjaminan sudah mulai menjadi hal yang penting bagi mereka. Penggalian data yang mendapat penekanan pada studi lapangan ini adalah mengenai praktek organik yang sudah dilakukan, serta model penjaminan apa yang sudah diakses dan masalah pemasaran yang mereka hadapi.
Kendala di Pasar Salah satu temuan penting di lapangan adalah masalah mutu produk organik yang belum bisa memenuhi permintaan pasar. Ini mengakibatkan produk organik yang dihasilkan petani banyak yang tidak diterima oleh pasar. Belum lagi tuntutan dari konsumen agar petani dapat menunjukkan integritas keorganikan produknya. Memang selama ini penjaminan yang diakses petani adalah sistem penjaminan pihak pertama dan kedua yang sangat mengandalkan kepercayaan dari konsumen. Tetapi kesadaran konsumen yang semakin tinggi untuk masalah jaminan ini, karena tidak semua konsumen dapat melihat langsung ke lahan petani, memerlukan
adanya institusi yang mereka percayai untuk menjamin. Seperti yang disebutkan sebelumnya, rezim sertifikasi yang ada saat ini banyak menimbulkan perdebatan terutama di produsen skala kecil dan konsumen lokal. Produsen kecil terkendala dengan biaya sertifikasi, demikian juga dengan konsumen harus dibebankan biaya tinggi untuk menutupi biaya sertifikasi jika mereka membeli produk organik yang tersertifikasi.
Temuan-temuan ini kemudian didiskusikan didalam workshop lokal yang di lakukan pada tiap wilayah studi. Peserta yang hadir beragam, mulai dari produsen organik, konsumen, LSM, pedagang, dan pemerintah setempat. Tujuan workshop lokal i n i a d a l a h u n t u k mensosialisasikan temuan di lapangan dan mencari solusi bersama-sama. Pada acara ini hasil studi literatur mengenai studi kasus negara yang mempunyai masalah sama dan solusi mengenai penjaminan yang mereka bangun dipresentasikan. Peserta workshop lokal sepakat bahwa perlu ada penjaminan alternatif yang dibentuk secara partisipatif dan tidak hanya menyentuh persoalan label atau pengakuan saja. Lebih dari itu dapat menjawab persoalan mutu, dan menjadi obor harapan dalam memperkuat gerakan organik. Penjaminan Produk Organis Selain rangkaian studi dan workshop lokal tadi, pada November 2008 diadakan workshop nasional mengenai sistem penjaminan alternatif atau sistem penjamian mutu partisipatif ini. Agenda workshop nasional ini dalam rangka mensosialisasikan hasil studi dan
workshop sistem penjaminan mutu partisipatif. Peserta yang mengikuti acara ini terdiri dari banyak pihak yang berasal dari berbagai wilayah seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Tujuannya adalah mengumpulkan pengalaman bersama dari banyak pihak dalam rangka mendukung insiatif penjaminan partisipatif ini. Gagasan yang muncul dalam workshop nasional ini mencakup bahwa sertifikasi organik seharusnya: o Difokuskan terhadap petani kecil o Dapat diperoleh dengan biaya yang lebih murah o Dapat diterima secara nasional o Memiliki integritas organik bertaraf tinggi o Mudah dipahami dan kredibel.
Penjaminan yang dibangun atas inisiatif banyak pihak ini kemudian disepakati dengan nama PAMOR Indonesia (PenjAminan Mutu Organis Indonesia). Pilihan nama PAMOR ini menggambarkan penjaminan bagi produk organis dan dari sisi bahasa lebih mudah dipahami dari pada menggunakan bahasa asing yang selama ini dikenal dengan PGS (Participatory Guarantee System). Selain nama, disepakati juga sistem dan mekanisme PAMOR tersebut. Sementara untuk perangkat PAMOR seperti panduan pelaksanaan PAMOR, dokumen yang dibutuhkan disiapkan oleh panitia inti yang dibentuk pada workshop ini. Anggota panitia inti terdiri dari beragam profesi, pedagang, konsumen, produsen, LSM yang kemudian dinamakan PAMOR Nasional. PAMOR Nasional ini bertugas untuk menyiapkan seluruh perangkat untuk menjalankan PAMOR
seperti panduan, dokumen yang diperlukan, dan sebagainya. Sementara untuk menjalankan PAMOR dibentuk PAMOR wilayah. Mereka ini merupakan perpanjangan tangan PAMOR Nasional dalam menerapkan PAMOR di lapangan. PAMOR wilayah dibentuk untuk mempermudah kelompok tani dalam berkoordinasi mengenai seluruh rangkaian kegiatan PAMOR.
Lebih dari Sebuah Pengakuan Agar model penjaminan ini benar-benar dapat di pahami dan dijalankan maka tahun 2009 model PAMOR mulai diuji cobakan diempat wilayah yang secara sukarela melakukannya. Empat wilayah tersebut adalah Bogor, Boyolali, Bantul dan Malang. Tujuan lain dari uji coba ini adalah untuk mengumpulkan masukanmasukan dari lapangan atas konsep ini. Sebelum uji coba dilakukan, wilayah yang ingin melakukan uji coba ini melakukan pelatihan mengenai standar dan dokumen lain yang ada didalam PAMOR.
Selain melahirkan konsep, dan menyiapkan perangkat PAMOR, lobby dengan pemerintah juga dilakukan, karena yang terjadi saat ini adalah bahwa panjaminan yang diakui oleh pemerintah adalah penjaminan dari lembaga sertifikasi. Harapannya lobby dengan pemerintah dapat memberikan peluang bagi sistem penjaminan yang dibangun oleh banyak pihak termasuk produsen, konsumen, pedagang, LSM ini diakui di tingkat nasional seperti yang dilakukan oleh negara berkembang lain yang sudah lebih
dahulu menerapkan s i s t e m penjaminan partisipatif ini.
Pada akhirnya cita-cita PAMOR ini lebih dari sebuah pengakuan, tetapi sebagai alat dan mekanisme untuk mendukung masyarakat yang berkelanjutan dan perkembangan organik dimana mata pencaharian dan status petani dapat ditingkatkan. PAMOR juga merupakan proses penjaminan yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan jaringan pengetahuan yang dibangun oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam produksi dan konsumsi produk organik. Keterlibatan dari petani, konsumen dan pihak lain dalam PAMOR ini tidak hanya mengarah pada pembentukan kredibilitas dari produk organik saja, namun juga mengarah pada suatu proses pembelajaran permanen yang dapat membangun kapasitas dari semua pihak yang terlibat. (Lidya Inawati)
17
Profil
Anak Panti
Belajar Organik Tak masalah dengan kotoran yang melekat di tangantangan, karena mereka mendapat ketrampilan istemewa yang bisa menjadi mata pencaharian mereka nantinya. Selain itu, mereka juga bangga karena dapat menyediakan sayuran segar dan bergizi yang dapat mereka santap saat makan bersama.
Jika anda mampir ke Panti Asuhan Sinar Melati II yang lokasinya berada di Dusun Padasan, Desa Pakembinangun, Pakem, Sleman, DIY, pada Minggu sore, anda dapat melihat banyak kesibukan disana. Ada yang menggali kompos, menyortir bibit, mempersiapkan bedeng untuk ditanam, dan lain sebagainya. Di depan setiap bedeng nampak tonggak kayu yang ditempeli papan putih kecil bertuliskan nama murid (yang sedang mengerjakan bedeng itu), dan apa saja yang ditanam. Ada beraneka macam sayur disana, sebut saja kacang panjang, terong, ubi jalar dan cabai.
Bertani untuk Masa Depan Selama 4 bulan terakhir, 25 orang penghuni panti ini (usia SD-SMA), berkumpul setiap minggunya untuk mengerjakan kebun seluas 600 hektar yang berada di depan dan di belakang gedung sekolah panti mereka. Tak 18
Sementara anak-anak memanen wortel di kebun, Mas Joko dan Mas Slamet, dua guru yang menjalankan program livelihood di panti, menceritakan bagaimana cara menyiapkan wortel untuk dijual. “Daun bagian atas dipotong, jangan dibuang karena ini bisa diberikan ke ternak sebagai pakan. Kalau tidak punya ternak bisa dibuat kompos,� ujar Joko. Penghuni panti inipun sudah diajari cara membuat kompos dari sisasisa dapur dan kebun. Kompos, kotoran dan urin kambing dipakai untuk memupuk kebun-kebun mereka. Selain itu mereka juga belajar prinsip rotasi tanaman dan cara bercocok tanam sesuai musim. “Anak anak ini belum pernah mendengar tentang organik. Mereka datang untuk melakukan kegiatan saja. Kita ajak mereka main-main dan belajar tanammenanam. Kita tidak menekankan istilah khusus (pertanian organik, red),� ujar Joko.
Walaupun sebagian besar latar belakang orang tua anak-anak penghuni panti ini adalah bertani, namun anak anak ini tidak pernah memiliki pengalaman bertani. Orang tua mereka lebih menghargai proses belajar mengajar di sekolah ketimbang bertani karena menurut mereka pekerjaan sebagai petani adalah pekerjaan yang berat dan berupah rendah. Untuk menunjang masa
depan mereka, anak-anak di panti ini diharapkan memiliki ketrampilan. Dan melalui program ini diharapkan ketrampilan yang mereka peroleh (pertanian secara alami red) dapat lebih dihargai. “Ada yang ingin menjadi petani, namun ada juga yang tidak mau. Tetapi yang penting, mereka mempunyai kesempatan mencoba bertani, dan mereka akan ingat, 'aku pernah menanam. Aku punya ketrampilan,' � ujar Joko.
Anak panti asuhan sedang merawat kebun organik
Mereka yang Berjasa Joko dan Slamet, dua guru yang sudah sejak lama bekerja sebagai petani organik di Desa Cangkringan, sekitar 5 km dari Desa Pakembinangun, mulanya belajar pertanian organik di sebuah kebun percontohan di Bogor. Selain mengajar pertanian alami di panti, mereka juga adalah petani organik di lahan mereka sendiri. Hasil kebun mereka sebagian dijual ke restoran Milas (restoran organik di Jogjakarta - red) dan sebagian lagi untuk memenuhi pesanan para konsumen organik di kota gudeg ini.
Ratna Fatillah dan Woro Yuniati, dua guru lain di panti ini juga pernah bekerja dibeberapa program pendidikan lingkungan hidup untuk anak anak di seluruh Indonesia. Mereka menerangkan bahwa tujuan dan metodologi pembelajaran sangat tergantung pada ketertarikan anak anak sendiri. “Kita mau anak anak ini mempunyai ketrampilan agar mereka bisa dapat uang nanti. Jadi rencana kita untuk mengajar tergantung apa yang mereka
Foto: Lisa Johnston
masalah dengan kotoran yang melekat di tangan-tangan mereka karena anak-anak ini mendapat ketrampilan istimewa yang bisa menjadi mata pencaharian mereka nantinya. Selain itu, mereka juga bangga karena dapat menyediakan sayuran segar dan bergizi yang dapat mereka sajikan saat makan bersama.
inginkan. Kalau kita suruh suruh, mereka akan cepat lelah dan tidak mau ikut. Jadi kita tanya dulu, mau menanam apa sekarang?� ujar Woro.
Sebelum berkecimpung dipanti ini, Ratna dan Woro telah menjalankan program pendidikan lingkungan hidup di Sanggar Cerdas, sebuah lembaga masyarakat di Desa Pakembinangun. Mereka bekerjasama dengan Ben Brown, seorang penduduk desa. Di Sanggar Cerdas inilah mereka bersama masyarakat mulai membahas perihal keberlanjutan panti tersebut, khususnya dalam hal bagaimana memenuhi kebutuhan makanan para penghuni panti. Selama ini panti menerima donasi beras dan makanan pokok, namun terkadang mereka masih kekurangan sayur segar dan protein. Selain itu, Ben, Ratna, dan Woro juga sering melihat anak anak panti tidak mempunyai kegiatan teratur diluar sekolah. Dan untuk memenuhi kebutuhan ini, mereka mempunyai ide memulai program pertanian organik. Ben kemudian mengajukan rencana program ke Yayasan Losari, sebuah lembaga swadaya masyarakt yang bergerak
19
Banyak perubahan terlihat di panti ini. “Dulu, semua anak takut memegang tanah dengan tangan. Mereka takut ada kotoran hewan. Tapi sedikit demi sedikit, mereka mulai mengerti tentang pupuk, dan sampai sekarang hampir semua
Salah satu keuntungan yang nyata adalah seorang tetangga panti yang memiliki tanah yang tidak terpakai, mempersilakan pihak panti mengelola tanahnya, seluas 500 m2, dengan sayuran organik. Harapan Ben, selain menghasilkan sayuran dari kebun sendiri, merekapun dapat memulai pengolahan pasca panen. Sehingga mereka dapat menyediakan jasa (jika ada kelebihan panen dan tidak dapat cepat dijual-red) untuk petani di desa tersebut. “Ini bisa membuat keterkaitan antara program ini dan masyarakat disini,” ujar Ben.
Foto: Lisa Johnston
Ketrampilan Lain Selain mendapat ketrampilan, anak anak juga belajar bekerjasama dan membangun rasa percaya diri. “Kami ingin anak anak mempunyai ketrampilan, bukan hanya pertanian, namun ketrampilan lain juga,” ujar Pak Sigit, sang pengelola panti. Seiring berjalannya program ini, ketrampilan lain yang ingin dipelajari anak-anak panti juga telah dikenalkan. Misalnya, program peternakan. Saat ini beberapa anak laki laki SMA di panti ini diajari membuat desain dan Anak panti asuhan mengamati kebun organik kandang kambing yang terbuat dari bambu. berani memegang tanah dan rajin Kambing-kambing inilah yang bekerja di bedeng,” ujar Ratna. nantinya sebagai penyedia pupuk Satu perubahan lagi yang kelihatan kandang bagi kebun-kebun organik menurut Ratna, dulu anak laki-laki di panti ini. dan perempuan selalu terpisah jauh dan tidak mau berinteraksi. Pak Sigit menerangkan bahwa Sekarang, mereka sudah tidak orang-orang di desa ini sudah terpisah dan terbiasa kerja bersama banyak mengetahui tentang pertanian konvensional, namun di kebun. Untuk memastikan sukses dan kelanjutan program ini, pertanian organik ada sesuatu yang “Kuncinya adalah tetap harus ada baru bagi mereka. Harapannya, ketertarikan dan keterlibatan dari petani di sekitar panti akan melihat kesuksesan dan keuntungan masyarakat sekitar sini,” ujar Ben.
20
Anak panti membuat kandang kambing
Foto: Lisa Johnston
di bidang perkembangan masyarakat keberlanjutan, dan mereka setuju untuk mendukung program ini selama dua tahun. Rencananya, sebelum program ini habis, anak anak di panti sudah mampu memproduksi sayur untuk dijual sehingga hasilnya dapat mencukupi kebutuhan panti.
berkebun organik yang diterapkan di panti tersebut dan akan tertarik untuk menerapkan prinsip-prinsip organik di kebunnya sendiri. “Produk organik dapat dijual dengan harga yang lebih mahal, dan dari sisi kesehatan jelas pangan organik lebih sehat,” ujar Pak Sigit menambahkan. Menurut Ben, tanah kebun panti belum bisa disebut 'organik' karena sudah lama dicampur dengan bahan-bahan kimia yang tidak bisa cepat hilang. “Tanah di sini masih ada DDT. Memang butuh waktu lama untuk mengembalikan kesuburan tanah tanah di sini, tapi dengan ini kita mulai sudah mulai memproses kesuburan tanah ini kembali,” ujar Ben.
Program ini adalah contoh sederhana bagaimana kita dapat mengatasi masalah seperti kerusakan lingkungan, kesehatan masyarakat, dan peningkatan ekonomi lokal. Anak anak di Panti Asuhan Sinar Melati II sudah sepatutnya bangga dengan hasil kerjasama dan kemampuan mereka di bidang pertanian organik. Terbukti dengan kebun alami di panti ini sudah mulai membawa banyak manfaat bagi masyarakat sekitar Pakembinangun. (Elisabeth Louise Johnson)
is Agribisn
Rosela
Tanaman Herbal Bernilai Ekonomis
Di Indonesia nama rosela sudah dikenal sejak tahun 1922. Bahkan ada yang mengisahkan kalau pada tahun 1576 seorang ahli botani asal Belanda bernama M. de L'Obel menemukan tanaman ini ditanam di halaman sebuah rumah di Pulau Jawa. Padahal rosela berasal dari India. Diduga tanaman ini dibawa oleh pedagang India saat datang ke Indonesia sekitar abad ke-14. Mungkin karena belum diketahui khasiatnya, dulu rosela belum dikenal seperti sekarang.
Ada juga yang menyebutkan kalau tanaman berkhasiat ini berasal dari Afrika. Anggapan ini juga sulit dibantah karena kenyataannya memang rosela banyak tumbuh
disana. Penyebaran rosela bisa dikatakan tidak lepas dari peran para budak Afrika. Benih tanaman rosela dibawa oleh para budak dan kemudian tumbuh di berbagai belahan dunia, di antaranya Sudan, Mexico, Jamaica, Brazil, Panama, hingga beberapa negara bagian Amerika dan Australia. Tanaman berbentuk perdu ini sering ditemukan di Indonesia pada musim hujan. Saat itu akan terlihat hamparan kelopak bunga
kuning dan merah rosela yang bermekaran. Bunga rosela dengan keindahannya biasa dipakai sebagai tanaman hias taman luar ruangan, tanaman pagar, dan tanaman hias dalam ruangan berupa bunga rangkai. Tanaman ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu: (i) Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela 21
berkelopak bunga kuning yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku pulp dan karung goni; dan (ii) Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosela berkelopak bunga merah yang kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil kelopak bunga dan bijinya sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan.
Bunga rosela merah (Hibiscus sabdariffa Lynn), dikenal dengan berbagai nama, antara lain, Jamaican Sorrel (India Barat), Oseille Rouge (Perancis), Quimbombo Chino (Spanyol), Carcade (Afrika Utara), dan Bisap (Senegal), Vinagreira, Zuring, Carcade, atau Asam Citrun (Indonesia). Dalam
bahasa Melayu, tanaman ini dikenal dengan nama asam paya, asam kumbang atau asam susur. Sebelumnya nama rosela merah jarang dikenal orang lantaran kalah pamor dibanding dengan nama kenaf yaitu bahan untuk karung goni.
Mengandung Antioksidan Tinggi Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai tanaman hias yang tak dihiraukan, sekarang tanaman ini dikenal dengan banyak khasiat yang bermanfaat bagi manusia. Hampir seluruh bagian, terutama kelopak bunga, biji, daun dan akar tanaman rosela bermanfaat sebagai obat dan perawatan kesehatan tubuh.
Di Indonesia, penelitian tentang uji komponen zat gizi dan aktivitas antioksidan pada kelopak rosela pernah diteliti oleh Ir Didah Nurfaridah pada tahun 2005. Dalam penelitiannya tersebut, staf pengajar di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, ini menemukan bahwa kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering rosela jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing dan bunga knop. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi gossypetin, antosianin, dan glucoside hibiscin.
Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak bunga rosela, dan bersifat antioksidan. Semakin pekat warna merah pada 22
kelopak rosela, rasanya akan semakin asam. Dan kandungan antosianinnya semakin banyak. Dengan demikian, kandungan antioksidannya juga semakin banyak. Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak rosela dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit kronis yang ditemui saat ini banyak yang disebabkan oleh radikal bebas yang berlebihan. Di antaranya kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, hingga kanker.
Maka tak heran jika rosela berkhasiat antara lain untuk menghambat pembentukan kanker, mencegah penyakit jantung dan stroke, menormalkan kadar gula darah, asam urat dan kolesterol dalam tubuh, mengurangi dampak nikotin, membasmi virus TBC dan mengurangi ketergantungan terhadap narkoba, memperkuat pembuluh darah, mengurangi kadar lemak dalam tubuh, mengatasi batuk, sakit tenggorakan, sariawan, dan maag akut, mempercepat pertumbuhan otak pada anak-anak karena mengandung OMEGA 3 dan memacu pertumbuhan DNA.
Sementara itu dalam 100 gram kelopak bunga rosela mengandung unsur-unsur, seperti berikut: kalori 49 kal, H2O 84,5%, protein 1,9 gram, fats 0,1 gram, karbohidrat 12,3 gram, fiber 1,2 gram, kalsium 0,0172 gram, phospor 0,57 gram, besi 0,029 gram, B-karotene 3 gram, asam askorbat 0,14 gram, abu 6,90 gram, thiamine 0,117 mg, riboflavin 0,277 mg (zulfandewantara.com).
Kandungan asam amino pada kelopak bunga rosela mampu menyuplai kebutuhan 18 dari 22
jenis asam amino pada tubuh manusia. Dua jenis asam amino yang terdapat dalam kelopak bunga rosela adalah arginie dan lysine.
Selain itu, terdapat beberapa senyawa penting, seperti campuran asam sitrat dan asam malat. Kandungan asam askorbat dan betakarotin yang tinggi merupakan sumber antioksidan yang sangat efektif dalam menangkal berbagai radikal bebas.
Foto:Ina
Bertanam Rosela Organik Rosela dapat hidup di ketinggian 0-900 m di atas permukaan laut. Rosela tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 m dpl. Pertumbuhan Rosela dapat optimal di kisaran 20-34 derajat celcius. Rosela merupakan tanaman semusim, hanya mengalami satu kali masa produktif.
pupuk kompos. Jarak tanam diusahakan tidak berdekatan yaitu 1x1 m2. Rosela juga dapat ditanam di media polibag untuk lahan yang sempit/terbatas. Tanaman akan tumbuh bergantung dari media tanam dan ruang yang tersedia. Media polibag bisa dijadikan media penyiapan benih hingga umur 1 bulan (15-20 cm).
Untuk tanah yang subur dan mendapat sinar matahari yang optimal, rosela ditanam dengan jarak 1x1m. Tanah diberi kompos/pupuk kandang sebanyak 20 gram disekitar lubang tanam. Tinggi pohon rosela dapat mencapai 2-3 m dengan lebar tajuk 1-1,5m. Biji ditanam langsung sebanyak 1-2 biji tiap lubang tanam. Untuk lebih optimal biji dapat dibuat kecambah terlebih dahulu dengan merendamnya selama 1 hari kemudian ditutup
Kebun rosela
Rosela dapat ditanam pada lahan terbuka. Lahan dibuat alur/bedengan setinggi 15-20 cm. Kemudian tanah diberi pupuk alami seperti pupuk kandang atau
kain atau kapas basah selama 1-2 hari. Hal ini untuk mencegah biji membusuk di lubang tanam atau dimakan serangga/semut.
Rosela mulai berbunga pada bulan ke-4 hingga ke-6. Sebenarnya bagian yg dimanfaatkan dari rosela adalah kelopak bunganya yang berwarna merah menyala. Bunga rosela setelah mekar kelopaknya akan layu dan jatuh menyisakan kelopak yang kian hari kian memerah, kelopak ini dapat dipanen pada minggu ke 3-4 yang terlihat dengan maksimalnya bentuk dan ukuran kelopak (+/- 56 cm).
Hama yang mudah menyerang rosela adalah semut merah, belalang, ulat daun dan kutu putih. Untuk mengatasinya disemprot dengan pestisida alami yakni buah mengkudu busuk yang dicampur air dan disaring untuk menjauhkan dari semut dan belalang. Yang paling merugikan adalah virus akar yang dapat mematikan rosela hingga daunnya menguning dan kemudian mati dalam beberapa hari, cara mengatasinya yakni dengan mencabut dan membakar seluruh tanaman agar tidak menular ke tanaman yang lain. Saat panen, kelopak rosela harus dipetik dengan menggunakan gunting di bagian tangkai bunganya agar lebih mudah dan tidak merusak batang pohonnya. Bagian biji diambil dengan mengiris bagian belakang kelopak dan mendorong bagian bijinya dari arah belakang sehingga biji terpisah dari kelopaknya, kelopak kemudian dicuci bersih dan dijemur dengan sinar matahari selama 3 hari. Panen dilakukan secara bertahap setiap 2 minggu, panen dapat diulang hingga 4-5 kali.
Prospek Ekonomi Tinggi Bagi Hervina Wiranansyah (25), rosela mempunyai prospek ekonomi tinggi dengan khasiat 23
kesehatan besar. Dengan penanganan yang ramah, rosela, tanaman yang tumbuh subur di tepi jalan laksana rumput liar ini bisa menjadi produk yang menjanjikan. Peminatnya terus meningkat. Hasil olahannya berupa teh dari kelopak bunga yang dikeringkan dan sirup rosela selalu habis di pasaran.
Di lahan seluas satu hektar di sekitar tempat tinggalnya di kawasan Darmaga, Bogor, Jawa Barat, ibu muda alumni Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor ini mengembangkan rosela secara organik sejak Maret 2008. Dengan menggunakan pupuk kandang dan pestisida alami serta tanaman sela kacang-kacangan, Vina bisa menghasilkan tanaman rosela berkualitas tanpa merusak alam sekitarnya.
�Bagi saya yang penting kesehatan. Tanaman rosela yang berkasiat bagi kesehatan itu akan semakin berkasiatmelalui proses tanam organik,� kata perempuan yang murah senyum ini.
Selain itu dia juga ingin menjaga kelestarian alam. Meski belum semua orang melakukan sistem organik ini, namun setidaknya bisa menjadi penyeimbang alam yang sudah mengalami penurunan daya dukung ini. Vina juga berharap masyarakat sekitarnya bisa mengikuti langkahnya, meski mereka pernah meremehkan upaya organiknya.
Sebelum mengembangkan rosela, pada tahun 2006 Vina mengembangkan sayur-sayuran secara organik. Meski lahannya tidak pernah mengalami asupan 24
bahan-bahan sintetis secara intensif, namun Vina banyak mengalami kendala dan hasilnya tidak memuaskan. Kemudian
Vina memutuskan beralih mengembangkan rosela. Menurutnya, rosela mempunyai peluang pasar yang besar.
Ternyata benar, dengan ketekunan, satu hektar lahan rosela yang dikelola secara organik ini, bisa menunjukkan hasil yang memuaskan. Diapun mengeringkan kelopak bunga rosela menjadi teh seduh dan sirup. Pengeringannya secara alami dengan menggunakan sinar matahari. Dengan bantuan sinar matahari yang normal, sekitar tiga hari, kelopak rosela ini bisa kering sempurna.
Vina memasarkan produknya ini ke beberapa swalayan di Bogor. Ternyata, produk olahan roselanya selalu habis. Saat ini dengan merekrut tiga tenaga kerja, Vina bisa menyuplai 20 swalayan di seputaran Bogor, Jawa Barat.
Dalam waktu dua minggu sekali Vina dapat mengirimkan teh rosela
kering ke masing-masing swalayan sebanyak 20 bungkus. Untuk jenis rosela merah, setiap bungkusnya berukuran 50 gram dengan harga 10.000 rupiah, sedangkan untuk jenis rosela hitam, dibandrolnya dengan harga 8.000 rupiah untuk ukuran 35.
Sementara itu produk olahan bunga rosela berupa sirup dalam botol berukuran 250 mili liter seharga 8.000 rupiah. Setiap hari Vina bisa menghasilkan sekitar 100 botol sirup rosela. Vina mengaku kedua jenis produk olahan rosela itu mempunyai khasiat yang sama. Tergantung dari konsumen memilih produk olahan yang mana. �Hasilnya lumayanlah, bisa memberi untung juga,� kata Vina.
Untuk menjaga permintaan pasar pada produk roselanya di tengahtengah produksi rosela lain yang dikembangkan secara konvensional, Vina berupaya mempertahankan kualitas produk olahannya. Dia akan menyortir dan
hanya akan memakai kelopak bunga rosela yang masih berkualitas baik. Sedangkan yang sudah menunjukkan pemudaran warna karena mengalami kemunduran kualitas, tidak akan diolah atau disajikan dalam bungkus rosela kering. (Ani Purwati)
Info Organis
Es Krim Ubi Ungu
Hari itu merupakan hari pertama Adi Kharisma (50) membuka gerai produk makanan dan minuman segar berbahan baku ubi ungu di kawasan Kota, Jakarta Barat. Adi nampak sibuk melayani pengunjung Pasar Pagi, Mangga Dua, Jakarta Barat yang ingin menikmati minuman segar berbahan dasar ubi ungu hasil buatannya.
Dengan gerai bernama Sweet Purple berukuran sekitar 2x2 meter berwarna serba ungu, bergambar ubi ungu dan aneka produk minuman segarnya yang berasal dari ubi ungu (es krim, es burger, es jus, ayam ubi atau ayubi burger),
Adi berhasil menarik para pengunjung yang berbelanja di pusat grosir ternama di Jakarta itu untuk menghampirinya.
“Wah apaan ini, es dari ubi? Boleh juga nyobain,” kata seorang pengunjung. “Ada apa saja?” tanyanya lagi.
“Ada es krim, es burger, es jus susu kedelai. Semuanya dari ubi. Selain rasanya yang khas, bahan ubi ini juga bagus untuk kesehatan. Terutama jenis ubi ungu, bisa untuk mencegah kanker,” jelas Adi yang terjun langsung melayani pembeli.
“Coba jus ubi nya ya,” kata pengunjung itu.
Dengan sigap pria yang tinggal di kawasan Bintaro, Jakarta Barat itu, meracik bahan-bahan minuman dari ubi ungu itu. Pertama dia buka es susu kedelai dari bungkus plastik, memasukkannya ke dalam blender, kemudian menuangkan air putih secukupnya. Perlahan dia menyalakan blender. Setelah bongkahan es susu kedelai hancur, dia memasukkan es ubi ungu yang berbentuk lingkaran berdiameter sekitar 5 cm dengan tebal 1 cm. Lalu dia menyalakan blender lagi.
Setelah semuanya halus di dalam blender, Adi menuangkannya ke dalam gelas dan menyerahkannya kepada pengunjung itu. Dengan harga 10 ribu rupiah, pengunjung itu pun bisa menikmati segelas
25
Foto: Ani Purwati
untuk menciptakan usaha melawan fast food yang bermanfaat pula dalam melestarikan benih, hewan, dan budaya lokal. Pada 2006 dan 2008, Adi berkunjung ke Italia untuk aktif dalam kegiatan itu.
Pak Adi siap melayani pembeli
minuman segar dan sehat berbahan baku ubi ungu.
Sebelum meraciknya menjadi aneka macam makanan dan minuman, Adi telah mengolah dan membekukan ubi ungu di rumahnya. Dia terlebih dulu mengupas dan merebus ubi ungu. Lalu menghaluskan dan membekukannya dalam bentuk es. Selain itu Adi juga mengolah ubi ungu menjadi bahan campuran roti dan nasi.
Produk Menarik Berkualitas Tinggi Kreativitas Adi untuk mengolah ubi ungu menjadi bermacam produk makanan dan minuman tak lepas dari tekadnya untuk menghasilkan produk yang menarik dan tetap berkualitas tinggi serta memajukan sebuah usaha itu sendiri. Adi pun tidak meniru kreatifitas orang lain. Dia lebih mengutamakan keaslian gagasan untuk menghasilkan produk yang menarik dan memiliki tempat tersendiri di hati konsumen.
26
Adi sadar, tidak mudah bagi masyarakat perkotaan untuk mendapatkan bahan pangan ubi ungu ini meski banyak manfaatnya, Kalaupun ada, biasanya tidak menarik untuk dikonsumsi karena hanya direbus. Padahal, masyarakat perkotaan umumnya senang yang serba praktis, termasuk dalam memilih makanan.
Perilaku masyarakat inilah yang dijadikan Adi sebagai tantangan untuk meraih peluang usaha. Kini, dengan kreativitasnya, ubi ungu dapat menjadi makanan yang memenuhi selera masyarakat.
Untuk lebih optimal dalam usaha ubi ungunya, tak tangungtanggung, Adi pun mantap meninggalkan usahanya sebagai distributor makanan dan minuman di Bali. Dia pun mengesampingkan gelar akademisnya yang berasal dari San Francisco State University, Amerika Serikat.
Adi juga memutuskan untuk bergabung dengan kelompok masyarakat dunia yang bergerak di bidang slow food. Sebuah gerakan
Selain menciptakan kreatifitas bentuk produk, Adi juga harus bisa menjaga konsistensi kualitas produk ubi ungu yang berkhasiat dalam kesehatan ini. Untuk itu, Adi terjun langsung ke ladang untuk menanam ubi ungu selain beberapa ubi lainnya. Jenis ubi ungu yang dikembangkan adalah jenis Jepang. Selain kualitas warna ungunya bagus, kualitas rasanya juga stabil bila teknik budidayanya diterapkan secara tepat.
Di atas lahan seluas satu hektar miliknya di Bali, Adi berupaya menyediakan bahan baku ubi ungu. Dengan teknik budidaya yang dipilihnya adalah organik.
Untuk menciptakan satu integritas usaha ubi ungu yang selaras dengan upaya kegiatan slow food, Adi mengembangkan teknik budidaya ubi ungu secara organik. Baginya, teknik budidaya organik merupakan budidaya tanaman yang menjaga benih dan budaya lokal.
Lebih dari itu, budidaya tanaman secara organik merupakan budidaya yang terintegrasi mulai dari pembibitan, penanaman, dan pemupukan. Semuanya harus dilakukan dalam satu kesatuan yang saling berkaitan dan mendukung. Mulai penanaman hingga pengolahan menjadi produk yang berkualitas (hulu sampai hilir) juga harus diperhatikan sehingga bisa meningkatkan nilai jual dari produk itu. “Dengan teknik secara organik, berarti tidak menggunakan bahan-
bahan kimia. Sehingga khasiat ubi ungu untuk mencegah kanker bisa optimal,� jelas Adi.
Menurut Adi, menghindari konsumsi segala bentuk bahan kimia merupakan upaya untuk mencegah kanker. Dari berbagai informasi yang diketahuinya, bahan-bahan kimia termasuk yang digunakan dalam berladang ataupun bertani (pestisida, herbisida, pupuk) dapat memacu pertumbuhan kanker. i ub isi i t Ro
gu un
Seperti laporan hasil penelitian 2007 lalu yang melibatkan 700 orang dewasa yang memiliki atau tidak mengidap tumor otak, sekelompok peneliti Perancis menemukan bahwa para pekerja pertanian dengan pajanan tinggi pestisida memiliki risiko dua kali lipat lebih besar untuk terkena kanker otak, dibandingkan kelompok lainnya yang tidak menghadapi atau terkena pajanan pestisida. Meski perlu pembuktian lebih lanjut, namun hasil penelitian itu setidaknya memberikan peringatan akan adanya dampak buruk pada kesehatan.
Selain itu, dr. Indarsih, staf klinik Holistik yang bertempat di komplek kantor Sekretariat Kabupaten Sragen menyebutkan bahwa bila seseorang mengkonsumsi makanan non
organik dalam jangka panjang, zatzat racun dalam produk non organik (bahan-bahan kimia) tersebut akan tertimbun dalam jaringan lunak atau dalam medis disebut subcutan. Zat yang tertimbun dalam subcutan tersebut dalam jangka panjang akan diakumulasi oleh tubuh. Setelah mencapai kadar tertentu, zat-zat tersebut dapat menyebabkan mutasi sel yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker dan penurunan kecerdasan.
Ubi Ungu Mencegah Kanker Tak heran bila Adi terjun dalam budidaya organik untuk menghindari zat-zat kimia pemicu kanker. Soalnya, pilihan terhadap pengembangan ubi ungu menjadi aneka konsumsi yang menarik juga karena khasiatnya yang bisa mencegah kanker. Ketertarikan dan kegigihan Adi pada produksi aneka bentuk makanan dan minuman ubi ungu ini berawal dari kisah tragis keluarganya. Selama tujuh tahun sejak 1995, tujuh anggota keluarga dekatnya meninggal secara berturut-turut. Dia pun terpacu untuk mempelajari seluk beluk kanker.
Hasil penelusurannya tentang kanker menunjukkan bahwa penyakit kanker lebih banyak disebabkan oleh faktor konsumsi makanan dan lingkungan. Pilihan paling mungkin adalah menjaga dan mengontrol asupan makanan yang masuk ke tubuh. Asupan yang dipilih harus benarbenar bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Ubi ungu, dalam pengamatan Adi, merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung antioksidan dan bermanfaat untuk mencegah kanker. Hal itu karena, ubi ungu mengandung serat pangan alami yang tinggi, prebiotik, kadar Glycemic Index rendah, dan oligosakarida. Pigmen warna ungu pada ubi ungu bermanfaat sebagai antioksidan karena dapat menyerap polusi udara, racun, oksidasi dalam tubuh, dan menghambat penggumpalan sel-sel darah. Bernilai Kesehatan dan Ekonomi
Perlahan tetapi pasti, usaha makanan dan minuman berbasis ubi ungu yang dibangun Adi mulai menunjukkan hasil. Meski mengaku cukup sulit menjelaskan kepada konsumen akan manfaat dan kualitas produk ubi ungu yang tanpa bahan kimia, omzet usaha dari mengolah ubi ungu itu, menurut Adi, relatif lumayan. Setidaknya, membuat Adi berani meninggalkan usaha lamanya yang telah mapan. Dari biaya produksi yang dikeluarkan secara keseluruhan, Adi bisa mendapatkan 25% keuntungan bersih. Dengan bahan baku ubi ungu dari proses budidaya organik, susu kedelai organik, tanpa pengawet dan pengembang, Adi berupaya menghasilkan produk fungsional yang berkualitas untuk kesehatan. Meski belum sepenuhnya menggunakan bahan organik (gula), Adi berharap aneka makanan dan minuman ubi ungu hasil kreatifitasnya tetap bisa bernilai dan memberikan fungsi kesehatan. (Ani Purwati)
27
Rumahs Organi
Penjaminan bagi Konsumen Organis? PERLU!
Oleh: Bibong Widyarti Cara hidup sehat sekarang sudah merupakan kebutuhan dan menyadarkan kita tentang pentingnya kesehatan serta semua yang berhubungan dengan keseimbangan di alam ini. Perkembangan pertanian organik sudah meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran para pelaku pertanian serta upaya menghadapi pemanasan global. Akan tetapi ada satu hal yang seakan terlupa, yaitu bagaimana dengan si “konsumen “ yang seringkali terabaikan suaranya walaupun konsumen juga merupakan unsur penting.
Dengan makin banyaknya skema sertifikasi dan penjamian, dan semakin luasnya informasi produkproduk organik, maka baik secara langsung maupun tidak, hal ini tentunya berdampak pada kebingungan konsumen untuk menentukan pilihannya sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya intrumen sertifikasi atau penjaminan tersebut. 28
Ada beberapa hal yang menjadi dasar dalam penyadaran serta hambatan konsumen tentang produk organik diantaranya: o Pemahaman yang rancu. Ada banyak sekali istilah yang sulit dipahami orang awam, dan seringkali menjadi rancu seperti sayur organik hidro ponik, bahwa sebuah produk yang bebas pestisida dan pupuk sintetis sudah disebut produk organik. o Klaim organik yang makin kabur; Mengapa masalah ini menjadi semakin mencuat saat ini? Dimana sebenarnya hubungan produsen konsumen terjalin atas dasar kepercayaan dan kejujuran? Dengan semakin mudahnya dan tidak adanya kontrol serta sanksi maka rawanlah produk yang benarbenar organik. Benarkah uang yang dikeluarkan dan dibayarkan konsumen sesuai dengan produk yang diperolehnya atau hanya
memperoleh produk “organik� yang diragukan ? Apalagi dalam kondisi saat ini, dimana harga juga menjadi salah satu faktor penghambat membeli produk organik. Kalau tidak, siapa yang mengaturnya? Bagaimana sanksinya? Kemana konsumen organik bertanya? Belum lagi dengan semakin banyaknya label yang tercantum, bermacam sertifikat atau penjaminan yang ada baik dalam maupun dari produk impor. Sementara itu labellabel tersebut kurang disosialisasikan secara terbuka kepada publik.
Penjaminan, Apakah Tetap Dibutuhkan? Tentunya ya, baik berupa Penjaminan Pihak ke-1 , ke-2 atau ke-3. Karena masalah penjaminan akan berhubungan secara langsung maupun tidak dengan tingkat kepercayaan terhadap keorganikan suatu produk. Kalau memang untuk pasar lokal tentunya penjaminan pihak pertama atau
kedua sudah mencukupi, sedangkan untuk pasar regional dan internasional tentunya dibutuhkan penjaminan pihak ketiga.
Dalam masalah penjaminan tentunya dibutuhkan kejujuran, keterbukaan antara produsen konsumen, tidak hanya masalah penggunaan pestisida serta pupuk sintetis saja, tetapi juga mencakup cara pergiliran tanaman dan lain sebagainya. Yang cukup kritis juga adalah masalah Organisme Rekayasa Genetika (GMO), bagaimana konsumen awam mengetahuinya? Meskipun untuk saat ini produk sehari-hari seperti sayur mayur beberapa konsumen cukup percaya pada produsen yang memang sudah dikenali dan terpenting sudah dipercaya, walaupun segmen pasarnya terbatas misalnya seperti dikalangan komunitas tertentu.
Tips Mengenali Produk Organik 1. Kenali dan tentukan petani produk organik yang anda percayai terutama untuk kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur dan beras di sekitar anda. Dapat juga dilakukan kunjungan ke kebun produksi untuk memperkuat keyakinan bahwa produknya dihasilkan dengan kaidah organik. Biasanya produsen organik yang baik akan bersikap terbuka, bagaimana produk hasilkan dan tidak keberatan lahannya dikunjungi
2.
Baca, cermati, pelajari dan kenali label organik yang tercantum, siapa yang menjamin, pilih yang anda percaya dan berkompeten
3. 4.
5.
6.
7.
Carilah info pada mereka yang sudah menjadi konsumen organik
Beli dan konsumsi produk organik segar, untuk meminimalkan proses-proses pengolahan, hemat kemasan
Pilih produk lokal, jenis lokal , produk yang sedang musim, sehingga banyak hal yang dapat dihemat seperti transportasi (sehingga jejak karbon lebih kecil), memperkuat ekonomi lokal, biasanya produk asli setempat mempunyai ciri khas tersendiri sesuai dengan kondisi setempat
Sesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran masing-masing konsumen, bila kita belanja di komunitas atau pasar tani pilihlah kualitas yang terjangkau misalnya bentuk curah bila harganya terjangkau kenapa tidak. Bila ingin yang kualitas pertama atau premium tentu harganya lebih tinggi selain ukuran juga dibutuhkan biaya untuk kemasan, label yang menarik dan lain sebagainya. Sedangkan yang curah atau kualitas dibawahnya tentu tidak perlu kemasan yang menarik
Gunakan semua panca indra, menjadi konsumen organik akan melatih dan membuat indra kita lebih peka, baik indra pengecapan, indra penciuman dan sebagainaya. Produk organik biasanya dari
8.
segi organoleptik warna dan rasa lebih kuat, padat dan renyah
Bergabunglah dan belanjalah melalui komunitas semisal pasar tani organik sehingga mendapat beberapa kelebihan diantaranya memperoleh informasi, dimana produsen dan konsumen dapat berinteraksi langsung, produk langsung dari produsen yang terpercaya, kualitas sesuai kemampuan, harga terjangkau, produk dalam keadaan segar, hemat biaya transportasi karena belanja dilakukan bersama, juga hemat kemasan. Cara hidup organis tidak hanya sekedar hubungan perdagangan jualbeli, ataupun hubungan konsumen produsen akan tetapi mempunyai makna yang lebih dalam yaitu hubungan antar sesame manusia serta hubungan manusia dengan alamnya yang kesemuanya berjalan sinergi sebagai suatu kesatuan yang saling berkaitan dengan dasar nilai-nilai kehidupan yang hakiki yaitu kejujuran, kepercayaan serta kesetaraan. (*)
29
Ragam
Putih, hitam dan merah Padi Adan dari Krayan Padi adan putih, hitam dan merah atau dalam bahasa lokal pade adan buda, hitem dan sia, merupakan bibit lokal hasil budidaya masyarakat di daerah dataran tinggi Borneo khususnya Kecamatan Krayan Selatan dan Krayan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Pola pertanian tradisional di kawasan ini adalah pola pertanian organik yang dipadukan dengan peternakan kerbau dan memanfaatkan air jernih dari gunung untuk irigasi persawahan. Hutan yang masih alami dan belum rusak menjamin bahwa lahan dan air yang mengalir ke persawahan di dataran tinggi ini adalah air yang murni, jernih dan bebas dari bahan-bahan kimia.
Beras adan ini sudah dikenal di banyak konsumen, baik itu ditingkat lokal dan nasional maupun di luar negeri. Melihat permintaan konsumen akan beras organik dari Krayan yang semakin hari semakin meningkat, mendorong Koperasi Serba Usaha Tana Tam Krayan Hulu (KSU-TTHK) untuk lebih memperhatikan mutu beras, bibit, cara tanam, pasca panen, penggilingan hingga ke proses pengemasan untuk dipasarkan.
Beras dengan ciri khas aroma, cita rasa dan tekstur yang halus ini mempunyai ciri khas tersendiri. Bulirnya kecil dan harum, rasanya juga enak. Sehat dikonsumsi karena zat yang terkandung didalamnya, khusus beras adan merah, kaya vitamin B2. Sedangkan beras adan hitam kaya akan mineral (ferum, posporus dan calcium), kandungan proteinnya juga sangat tinggi sedangkan lemaknya kurang. (Sri Nuryati - disarikan dari leaflet WWF Indonesia). 30
Tips Konsumsi Produk Organis Sesuai Budget 1.
2.
3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Bergabunglah dalam kelompok CSA/Komunitas Pendukung Petani Organik. Produk-produk di supermarket biasanya lebih mahal dan tidak segar ketimbang yang dibeli langsung dari petani, meskipun berlabel organik.
Jangan membeli makanan 'jadi', karena lebih mahal ketimbang membuat sendiri dari bahan-bahan mentah.
Makan semua bagian buah dan sayur, termasuk bonggol bunga kol dan brokoli, juga kulit kentang. Semua itu adalah makanan berkualitas bagus, jangan dibuang percuma!
Buat daftar belanja, dan berpegang teguhlah pada daftar tersebut. Jangan tergoda untuk membeli barangbarang yang tidak perlu.
Belilah daging organik dalam potongan yang lebih murah dan usahakan lebih kreatif di dapur. Pertimbangkan mengkonsumsi sedikit daging dengan membuat penganan dengan bahan-bahan berprotein tinggi. Tanamlah buah dan sayuran di kebun anda sendiri, walau hanya tanaman obat-obatan di dalam pot.
Ciptakan kelompok konsumen organik sehingga dapat membeli produk dalam jumlah banyak. Selain turut menjaga lingkungan, harganyapun lebih murah ketimbang membeli sendiri-sendiri Usahakan semua (dari tanaman obat hingga buah-buahan) mudah didapat dari sekitar rumah anda.
Jika masih mempunyai ruang di halaman rumah, peliharalah ayam dan lebah.
(Sri Nuryati-dari berbagai sumber)
31
t Bu on cashew Cashews are not only a tasty and healthy addition to your diet. They also benefit an entire community and the environment.
t Bu on cashew
To order: Jaringan Pengembangan Kawasan Pesisir (JPKP) Buton, Sulawesi Tenggara C.P: Farida (0813 41709417), Bp. Adula Dambo (0812 3077 1374) e-mail: jpkpbuton@yahoo.co.id