Redaksi Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggungjawab Direktur Eksekutif AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Ahli Indro Surono, Rasdi Wangsa Staf Redaksi Lidya Inawati, Sucipto Kusumo Saputro, Elly Yusnawati Desain Grafis Said Abdullah Reporter Ani Purwati, Lidya Ariesusanty Distribusi Nurdin Hermawan
Alamat Redaksi Jl. Kamper, Blok M No.1, Budi Agung, Bogor. Telp/fax: +62 251 8316294 email: organicindonesia@organicindonesia.org
website: www.organicindonesia.org
Dari Redaksi Pembaca sekalian, edisi ke-25 ini adalah edisi terakhir ORGANIS terbit dengan format yang seperti tengah anda baca. Mulai 2010, kami terbit dengan nama Green Trust, dan kami berharap informasi yang akan tersaji tidak kalah menariknya dengan ORGANIS. Di edisi terakhir ini kami banyak mengupas mengenai persoalan ketahanan pangan dan pangan lokal yang adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Dan Meskipun konsep ketahanan pangan telah dikenal sejak tahun 1970an, namun hingga kini pemenuhan kebutuhan pangan masih menjadi persoalan utama di berbagai negara, termasuk Indonesia. Padahal kita tahu dunia mengakui bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tinggi. Dan dengan bermodalkan kekayaan alam tersebut, Indonesia tentu kaya dengan keanekaragaman pangan lokalnya. Dan dengan potensi pangan lokal yang dimiliki hampir di setiap daerah, Indonesia pasti mampu menghadapi badai krisis pangan global yang kini tengah melanda dunia. Diversifikasi pangan perlu dilakukan agar konsumsi pang an utama tidak hanya mengandalkan beras, tapi juga komoditas lainnya yang gizinya tidak kalah dengan beras, seperti jagung, singkong, ubi jalar, sagu dan lai-lain. Selamat membaca!
Foto Cover:Ayip kinjengdomstudio
ORGANIS diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa LSM, akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fair trade.
2
Daftar Isi
Isu Utama 5
Meraih Kedaulatan Pangan dengan Pangan Lokal
9
Memantapkan Ketahanan Pangan
Jendela Konsultasi 15
Buah Jeruk Rontok?
Nasional Menghadapi Krisis Global
12
Lestarikan (kembali) Pangan Lokal Indonesia
Profil 19
Warsiyah: Pemulia Benih, Berhati Mulia
Penjaminan Organis 16
Belajar dari Brenjonk
Agribisnis 22
Dollar di Kaki Gede-Pangrango
Rumah Organik 28
Info Organis 25
“Chiki� Sehat dari Malang
Fast Food vs Slow Food
Ragam 30
Mensiasati Budget untuk Belanja Produk Organik
Ada banyak mata mengawasi produk dan jasa anda. Promosikan produk atau jasa anda di ORGANIS. Hubungi Advertising Officer kami di: +62 251 8316294 atau email ke: organicindonesia@organicindonesia.org
3
Surat Pembaca WE-HASTA tertarik ORGANIS
Ingin Memulai Usaha Organik
Perkenalkan saya Toko dari lembaga Wahana Edukasi Harapan Alam Semesta (WE-HASTA) Mojokerto. Kami tertarik dengan majalah ORGANIS yang dicetak oleh AOI. Apakah kami bisa mendapatkannya secara gratis untuk bahan bacaan di lembaga kami?
Saya ingin menanyakan infomasi pertanian yang berhubungan dengan organik. Saat ini saya ingin membuka usaha di bidang pertanian, perkebunan atau perikanan. Tetapi belum tahu sama sekali dasar dasarnya. Saya berdomisili di Purwokerto Jawa Tengah.Yang ingin saya tanyakan bagaimana cara memulai suatu usaha di bidang organik? Kalaupun ada info produk atau bimbingan, bimbingan yang seperti apa? Dan bagaimana saya mendapatkannya?
Toko WE-HASTA Jl. Tirto Argo 99 Dusun Trawas, Desa Trawas, Kec. Trawas Mojokerto 61375 Jawa Timur Dear Mas Toko, Senang sekali teman-teman di Mojokerto tertarik dengan ORGANIS. Namun mulai tahun 2010, ORGANIS akan lebur dengan SALAM menjadi GREENTRUST (GT). Dan untuk tahun pertama, kami akan tetap berupa free magazine. Jika Mas Toko masih berkenan dengan GREENTRUST.
Mencari Produk Organik Asli Indonesia Salah satu anggota Ekonid (P.T. Peter Cremer Indonesia) sedang mencari beberapa produk organik asli Indonesia yang sudah bersertifikat. Apakah AOI mempunyai sumber yang bisa dihubungi? Paula Yahya Sr. Trade Fairs Executive Perkumpulan Ekonomi Indonesia - Jerman (EKONID) Perwakilan di Indonesia Jl. H. Agus Salim No. 115 Jakarta 10310, Indonesia Dear Ibu Paula, Terima kasih atas e-mail Ibu. Untuk sementara e-mail ibu telah kami distribusikan di milis kami. Semoga banyak temanteman yang akan merespon.
Prasetyo sekar.rahayu9@yahoo.co.id Purwokerto Jawa Tengah Dear Pak Prasetyo, Senang sekali Bapak tertarik dengan pertanian dan informasi organik. Untuk memulai usaha ini mungkin ada baiknya Bapak menanyakan seluk beluk pertanian organik ke Bapak Daryanto. Beliau adalah Ketua Dewan Kehormatan Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan aktif berkegiatan di Kebun Organik Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua Bogor. Jika anda mau, Bapak juga dapat belajar/praktek di Kebun BSB. Untuk itu silakan Bapak berkoordinasi dengan Bp. Daryanto di no: 08121335623.
Pakar Kakao Saya bergerak di bidang ekspor impor produk organik. Ada klien yang menanyakan seputar tanaman kakao. Bisakah saya mendapatkan kontak yang ahli dalam bidang ini? Maria Goreti PT. Larise Trading International - LTI Jl. Parangtritis Km 8.5, Tembi Timbulharjo, Sewon, Bantul Yogyakarta 55186 Dear Maria, Anda dapat menghubungi Bapak Sabirin di Nomor: 08126098202. Semoga dapat membantu.
Terima kasih atas kiriman saran dan kritiknya.Untuk mengunduh artikel-artikel ORGANIS silahkan klik: www.organicindonesia.org
4
Isu Utama
Meraih
Kedaulatan Pangan dengan Pangan Lokal Pada 2008 lalu krisis pangan global telah menjadi sangat serius. Krisis pangan juga nampaknya belum akan segera berakhir. Sedangkan ancaman kegagalan produksi karena banjir di beberapa negara, serta kekeringan parah di negara-negara produsen pangan akan semakin mengkhawatirkan ketersediaan pangan dunia.
B
eberapa pengamat menilai bahwa dampak kelangkaan pangan yang sangat serius dalam skala global sebenarnya merupakan salah satu pelajaran berharga atas berbagai kebijakan di sebagian besar negara yang pada beberapa dekade terakhir cender ung meminggirkan prioritas pembangunan pertanian. Menurut Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), kedaulatan pangan adalah hak setiap orang, kelompok masyarakat dan negara untuk mengakses dan mengontrol berbagai sumberdaya
produktif serta dalam menentukan sendiri kebijakan produksi, distribusi dan konsumsi pangannya sesuai dengan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya khas masing-masing. Konsep ini berbeda dengan konsep ketahanan pangan yang tidak mempedulikan dari mana pangan diproduksi dan hak rakyat atas sumberdaya produktif. Dalam konsep kedaulatan pangan, hak rakyat tidak terbatas pada akses untuk memperoleh pangan tetapi juga hak untuk memproduksi dan mendistribusikan pangan.
Agar kedaulatan rakyat atas pangan dapat terwujud, maka harus dilakukan reformasi kebijakan global yang menjamin hak asasi atas pangan kepada seluruh manusia. Reformasi ini juga mencakup perwujudan perdagangan yang adil dan pro rakyat serta menghentikan kebijakan dumping untuk menghindari penguasaan pangan satu negara atas negara yang lain. Kebijakan global harus memberikan proteksi terhadap pasar lokal dan melindungi
5
Penguatan Pangan Lokal Berbagai karakter dan potensi yang telah berkembang di tingkat lokal inilah yang sangat mungkin dapat mengatasi persoalan pangan pada tingkat komunitas. Menurut KRKP, sistem pangan komunitas (community-based food systems) memiliki peran penting dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pangan. Community-based food systems menawarkan kepada rakyat suatu peluang dimana mereka dapat meningkatkan pendapatan, penghidupan mereka, dan kapasitas untuk memproduksi, dan secara mendasar suatu jalan lapang dimana mereka d a p a t menjamin ketahanan
pang an mereka pada masa mendatang. Melalui strategi penguatan potensi pangan lokal, daerah rawan p a n g a n p un b i sa m en g a ta si permasalahannya dan mampu menciptakan ketahanan pang annya. Menur ut pakar pertanian dari Universitas Gadjah M a d a ( U G M ) , P r o f. D r. Mochammad Maksum, Msc di Yogyakarta (2007), langkah paling bagus untuk meningkatkan ketahanan pangan adalah dengan mengembangkan sumber pangan lokal selain beras. Selama ini, pengembangan beras sebagai bahan konsumsi utama tunggal telah menggusur potensi pangan lokal hingga akhirnya menimbulkan kerawanan pangan di kawasan tertentu di Indonesia. Fakta menunjukkan, banyak balita kurang gizi di lahan singkong, padahal seharusnya singkong pun bisa dimakan.
foto: ayip kinjengdomstudio
Dengan serbuan beras sebagai menu makanan pokok tunggal, masyarakat menjadi tergantung pada beras, sehingga kalau tidak bisa makan beras terasa tidak punya apa-apa. Maksum mencontohkan, masyarakat Irian dan Sulawesi Utara y a n g
tadinya makan sagu, sekarang menjadi merasa gengsi kalau makan sagu, karena sudah ada beras. Ketika mereka harus makan beras, maka mereka membutuhkan uang yang relatif banyak dari usaha pertanian non beras yang dilakukannya. Kalaupun memiliki usaha pertanian beras, maka akan menghabiskan lahan yang luas, sehingga tidak bisa intensif kalau lahan yang dimiliki adalah lahan marjinal. Padahal kalau makan sagu, tinggal tebang sagu alam dan sekali tebang cukup untuk tiga bulan. Sedangkan singkong dan jagung bisa menggunakan lahan marjinal. Untuk mengentaskan suatu wilayah dari rawan pangan dan meraih kedaulatan pangan kembali, semangat diversifikasi pangan harus dimulai lagi sehingga tidak makin terjebak pada kurangnya
Iles-iles, sumber karbohidrat alternatif
6
foto: ayip kinjengdomstudio
kedaulatan semua orang, komunitas dan negara untuk menentukan sistem produksi, distribusi dan konsumsi pangannya sendiri yang sesuai dengan karakter ekonomi, sosial, budaya dan ekologi masing-masing.
konsumsi yang diindikasikan kenaikan skor pola pangan harapan dari 83 menjadi 100 ditahun 2014.
foto: ayip kinjengdomstudio
Sudah saatnya bagi pemerintah untuk tidak lagi mengidentikkan swasembada pangan sebagai s wa s e m b a d a b e r a s. Ta p i mengaitkannya dengan tradisi dan potensi setempat, sesuai dengan khittah makanan pokok bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
sosialisasi, promosi, dan kampanye mengenai pola pangan beragam, bergizi, dan berimbang harus dilanjutkan. Diversifikasi konsumsi tidak sekedar mengganti beras dengan umbi-umbian, tetapi merupakan upaya perbaikan gizi rakyat.
Dengan demikian, swasembada pangan di suatu daerah bisa diartikan sebagai swasembada sagu, jagung atau yang lain. Tentu saja semuanya merupakan produk pangan lokal. Dengan pemberdayaan dan peningkatan produk pangan lokal, petani sebagai motor penggerak produksi pangan dapat bergerak cepat tanpa harus menyesuaikan diri kembali dengan pola tanam produk yang baru.
Dengan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, dan dengan berimbang, kualitas kesehatan masyarakat akan kian baik. Dampaknya, konsumsi karbohidrat non beras berbasis sumber daya lokal per kapita terangkat. Dari kualitas diharapkan ada peningkatan keragaman
Selain diversifikasi, pemerintah harus mau memikirkan kesejahteraan petani dengan meningkatkan harga pembelian hasil panenya. Jika tidak, seharusnya dibuat suatu pemberdayaan dan fasilitas gratis yang dikhususkan kepada para petani.
Hotong: Makanan pokok masyarakat Tanimbar Kei, Maluku Tenggara
lahan per tanian dan upaya penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Diversifikasi pang an patut didorong guna memutus rantai pangan impor. Ada empat upaya untuk diversifikasi produksi. Pertama, pengembangan pangan karbohidrat berbasis sumber daya lokal, seperti singkong, ubi jalar, sukun, talas, sagu, dan jagung. Kedua, pengembangan produk olahan pangan lokal disesuaikan preferensi konsumen dan keinginan pasar sehingga bisa dinikmati dengan gaya hidup kosmopolitan. Ketiga, melibatkan industri pangan nasional untuk meningkatkan cita rasa dan citra makanan tradisional. Keempat, peningkatan produksi dan ketersediaan sumber pangan protein (ikan, ternak, kacangkacangan) serta zat gizi mikro (hortikultura). (Posman Sibuea, 2009). Diversifikasi konsumsi pangan terkait upaya mengubah selera dan kebiasaan makan. Peningkatan peng etahuan,
79
Di masa lalu, Revolusi Hijau yang diperkenalkan sejak 1960-an memang telah berhasil meningkatkan produksi pertanian pangan yang membuat baik pasokan maupun harga pangan dunia stabil. Namun, Revolusi Hijau melupakan aspek terpenting dalam sektor ini: yakni kesejahteraan petani. Inilah yang harus dikoreksi. Mustafa Abubakar, Direktur Utama Perum Bulog (2009) berpandangan, swasembada pangan tak mungkin lestari tanpa peningkatan pendapatan petani. Swasembada harus berjalan seiring dengan pengurangan kemiskinan di kalangan petani dan warga pedesaan pada umumnya. Paradigma itu membawa tuntutan baru pula bagi Perum Bulog. Pada satu sisi, perusahaan ini dituntut bisa membeli bahan pangan lebih mahal dari sebelumnya. Untuk menjamin kepastian usaha tani mereka, Bulog membeli beras 8
dengan harga 30% lebih tinggi dari biaya produksi bahkan pada musim panen raya ketika harga umumnya merosot. Namun, pada sisi lain, Bulog juga dituntut untuk bisa membeli dalam jumlah lebih banyak agar mampu menjamin pasokan dan distribusi pangan lancar sehingga harganya stabil dan terjangkau oleh konsumen. Produksi Berkelanjutan Untuk menciptakan swasembada pangan yang berkelanjutan, tentu saja dibutuhkan suatu proses yang berkelanjutan pula. Suatu proses yang ramah lingkungan dan mengutamakan keseimbangan alam dengan hasil panen yang optimal, berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi. Kriteria ini tentu saja dapat ditemukan dalam proses pertanian organik yang mengajarkan kemandiri dalam membenihkan benih, membuat pupuk dan pestisida alami, serta menghargai kearifan dan budaya lokal dalam pertanian. Selain itu,
petani menghasilkan produk yang aman bagi konsumen, menyehatkan tanah, dan menjaga keanekaragaman hayati. Melalui proses alami, pertanian organik membuat ekosistem menjadi sehat dan lingkungan lebih terjaga. Akibatnya, pertanian berkelanjutan dapat bertahan dengan adanya pertanian organik itu. Dengan pertanian organik berarti kita kembali ke alam dan meminimalisir praktik-praktik yang merusak alam. S e m e n t a r a i t u D a m ay a n t i Buchori, staf pengajar di Jurusan Hama Penyakit Tanaman IPB (2003), mengatakan bahwa kunci pertanian organik adalah tidak monokultur, tapi diversifikasi pangan dan pemberdayaan tiaptiap wilayah untuk pemberdayaan dirinya. Setiap wilayah dapat menghasilkan untuk kebutuhannya sendiri, bukan untuk menghasilkan kebutuhan nasional. Dengan pertanian organik, tiap-tiap kabupaten maupun provinsi dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. (sumber: www.krkp.org)
Isu Utama
Memantapkan
Ketah anan P
angan
Nasio nal Mengan tisipasi
Krisis Global
9
foto: Sri Nuryati
Arena peringatan Hari Pangan Sedunia ke XXIX di Yogyakarta
H
ari Pangan Sedunia (HPS) yang jatuh pada 16 Oktober 2009 adalah salah satu momen internasional yang diperingati setiap tahun oleh sekitar 190 negara ang g ota Food Ag ricultural Organization (FAO), termasuk Indonesa. Di tingkat internasional, FAO menetapkan tema “Achieving Food Security in Time of Crisis.� Food and Ag ricultural Org anization (FAO) memperkirakan sekitar 854 juta manusia di planet ini mengalami kerawanan pangan dan kurang gizi. Jumlah ini diperkirakan hanya turun menjadi 585 juta pada tahun 2015, tidak sesuai target awal Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pangan Sedunia tahun 1966 sebesar 412 juta. Inilah kenyataan global yang dihadapi dunia. 10
Sementara itu fenomena meroketnya harga pangan terjadi secara global akibat bencana alam maupun konversi pangan ke bioenergi guna mengantisipasi pemanasan global. Harus diantisipasi agar konversi ini tidak terjadi besar-besaran. Misalnya seperti yang dilakukan Amerika Serikat, mengkonversi 23% jagungnya untuk dijadikan bioethanol. Akibatnya, terjadi pengalihan lahan dari kedelai ke jagung, sehingga stok kedelai global menipis dan harga-pun meroket. Jadi pemilihan tema ini menekankan pentingnya memantapkan ketahanan pangan sehubungan adanya krisis global. Baik krisis perekonomian dunia, krisis karena perubahan iklim maupun krisis energi.
Bagi Indonesia ada yang dapat dibang gakan soal ketahanan pangan ini, bahwa tahun 2008 yang lalu, Indonesia kembali meraih swasembada pangan, justru di tengah krisis pangan dunia. Maka tantangan kita sehubungan dengan tema HPS 2009 ini adalah bagaimana melestarikan secara berkelanjutan swasembada beras ini. Oleh karena itu perlu adanya penataan penguasaan lahan yang dilandasi efisiensi skala ekonomi. Peningkatan efisiensi usaha dan produktivitas agribisnis pangan untuk meningkatkan daya saing produk di pasar domestik dan internasional dan pengembangan produksi pangan antar propinsi harus mengacu pada kebijakan nasional ketahanan pangan.
Ada sesuatu yang perlu diingatkan bahwa perwujudan ketahanan pangan nasional dimulai dari pemenuhan pangan di wilayah terkecil yaitu pedesaan sebagai basis kegiatan pertanian. Oleh sebab itu pemerintah telah mengintroduksi adanya Desa Mandiri Pangan. Soal kemantapan ketahanan pangan inipun erat kaitannya dengan diversifikasi pangan melalui aneka makanan nusantara sehingga sumber pangan akan tambah melimpah, sumber gizi menjadi lebih lengkap dan aneka makanan pasti membuat ketahanan pangan kita semakin kuat, mantap dan tangguh. Selain beras, Indonesia mempunyai sumber karbohidrat lain. Mulai dari jagung, sagu, singkong, ubi, talas, kentang, serta umbiumbian lainnya. Semuanya bisa dan layak jadi sumber pangan alternatif. Apalagi Presiden sudah m e n g e l u a r k a n Pe r a t u r a n Presiden (Perpres) Nomor 22 tahun 2009 tentang kebijakan percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal. Sebagai tindak
Pisang tongka langit dari Maluku
lanjut d a r i Perpres ini diharapkan agar Gubernur/Bupati / Wa l i k o t a m e n d u k u n g kebijakan Presiden ini melalui penetapa Peraturan Gubernur, Bupati/Walikota dan menyusun database, roadmap dan pengkajian pengembangan pangan local unggulan masingmasing daerah. Kita senang mendengar bahwa dalam rangka Peringatan Hari Pangan Sedunia, banyak daerah yang mengadakan Lomba Cipta Menu Nusantara. Semua menumenu ini perlu dikumpulkan, didokumentasikan bahkan disebarluaskan ke daerah lainnya untuk dicoba. Andaikan sekali saja kita dapat meng ganti
makan nasi dengan pangan non beras lain dalam sehari, maka Indonesia bisa menghemat konsumsi beras sekitar 9,267 ton/hari. Atau dalam setahun bisa menghemat 3,38 juta ton beras. Peringatan janganlah sekedar peringatan.Akan sangat bermakna ketika peringatan usai akan memberi dampak nyata. Misalnya terciptanya kerjasama di seluruh lapisan masyarakat, pihak swasta, pemerintah dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional. Membangun komitmen untuk bersama-sama menghadapi tantangan perubahan iklim dan penyediaan energi terbarukan. Meng adakan diversifikasi pangan melalui aneka makanan nusantara. Kita yakin sumber pangan akan tetap melimpah, sumber gizi menjadi lebih lengkap membuat ketahanan pangan kita semakin kuat, mantap dan tangguh. (disarikan dari: SinarTani Edisi 14)
11
Isu Utama
Lestarikan (Kembali)
Pangan Lokal Indonesia
B
etapa kayanya Indonesia. Apa yang tidak bisa ditanam di Indonesia? Kita semua harus mensyukuri atas semua pemberian
Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yaitu pemberian berbagai macam bahan makanan, laut yang hasilnya melimpah, dan tanah yang subur, sehingga apa yang ditanam bisa tumbuh dan menghasilkan pangan. Indonesia mempunyai kelebihan yang luar biasa bila dibanding dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Apapun yang kita tanam bisa tumbuh bahkan orang Belanda bilang di Indonesia jari ditanam bisa tumbuh. Itu artinya bahwa w i l a y a h Indonesia ini memang benarbenar sangat subur dan kaya akan
12
berbagai macam pangan lokalnya. Pangan lokal sesungguhnya merupakan bentuk kekayaan budaya kuliner kita. Ke a n e k a r a g a m a n n y a y a n g terbentuk atas dasar ketersediaan bahan baku dan kebutuhan lokal, menjadikannya memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan masyarakat akan energi bagi tubuhnya. Seperti halnya umbi-umbian. Saat ini, umbi yang masih kita kenal hanya ubi jalar dan ubi kayu saja. Bagi kita, nama-nama umbi seperti gembili, ganyong, uwi, suweg, gadung, bentoel dan lainlain terdengar asing ditelinga. Apalagi untuk anak-anak, saat ini mereka banyak yang tidak kenal jajanan pasar seperti gatot, tiwul,
foto-foto: ayip kinjengdomstudio
Aneka makanan tradisional berbahan dasar non beras
blendong/blendus/g ronthol, jemblem, combro, cenil, klepon, gempo yang semakin lama semakin tenggelam dengan banyaknya makanan kemasan di warungwarung sekitar. Selama ini makanan umbian masih kurang diminati karena masyarakat menilai pangan umbian saat ini ketinggalan zaman. Akibatnya pangan tersebut jarang sekali disajikan sebagai hidangan seharihari atau sebag ai camilan. Masyarakat kini masih memandang bahwa makanan Barat yang siap saji (fast food) lebih baik, sehat dan higienis. Padahal, makanan tersebut hampir seluruhnya menggunakan bahan baku terigu yang bahan bakunya di impor, seperti pizza atau mie. Siapa bilang umbi-umbian adalah makanan desa, ketinggalan zaman dan tak bergizi. Berdasarkan penelitian, umbi-umbian tersebut memiliki kandungan gizi yang
tinggi. Suweg memiliki kandungan kalsium yang baik bagi pertumbuhan anak, dapat menguatkan tulang dan gigi baik bagi anak maupun orang dewasa. Begitu juga dengan kimpul, selain meng andung kalsium, jug a mengandung kalori yang digunakan oleh tubuh untuk beraktifitas. Sedangkan uwi memiliki fosfor dengan kandungan tinggi yang digunakan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Tidak ketinggalan deng an g adung, umbi ini ternyata mengandung vitamin C cukup tinggi, bagus untuk meningkatkan kekebalan tubuh serta menghindari serangan flu di musim yang mudah berubah seperti sekarang. Untuk umbi ganyong, data Direktorat Gizi Depkes RI
menyebutkan bahwa kandungan gizi Ganyong tiap 100 gram secara lengkap terdiri dari kalori 95,00 kal; protein 1,00 g; lemak 0,11 g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 21,00 g; fosfor 70,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg; air 75 g. Untuk itu, perlu diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini tentang manfaat mengkonsumsi makanan umbi-umbian. Hal ini dapat dilakukan mulai dari keluarga dengan menyajikan makanan lokal, kantin sekolah bahkan pasar swalayan. Sehingga makanan lokal akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan juga bisa diterima secara internasional. Selain itu dengan memanfaatkan berbagai pangan lokal, akan baik bagi stabilitas pangan suatu daerah. Jenis yang semakin banyak memungkinkan masyarakat untuk memiliki alternatif pangan lain selain beras dan terigu. (Sumber: http://bisnisukm.com)
13
Jendela Konsultasi
Buah Jeruk Rontok Mengapa hampir semua buah jeruk di dusun kami, Kerinci, Jambi gagal panen? Kami menanam jeruk lokal, namun saat buah berukuran hampir sekepalan tangan anak kecil, rontok semua? Dan ini menimpa hampir di semua petani jeruk di dusun kami? Bp. Usman Dusun Keluru, Danau Kerinci, Jambi Sabirin menjawab: Gugurnya buah-buah jeruk yang ada di Kerinci mestinya dilihat lebih teliti. Pertama: coba lihat buah-buah yang jatuh, apakah ada gerekan atau mulus? Untuk meyakinkannya coba dibelah. Apakah ada sejenis ulat atau belatung atau bersih. Jika ada ulat seperti belatung (calon lalat), maka dapat diyakini bahwa jeruk-jeruk yang ada pasti terserang lalat buah. Untuk memutus siklus hidupnya dapat secara serempak teman-teman petani jeruk yang ada mengumpulkan buah-buah yang rontok tersebut dengan membenamkan kedalam tanah. Mudah-mudahan lalat buah akan mengecil serangannya. Kedua : coba cek kondisi batang tanaman jeruk itu sendiri, periksa batangnya Apakah Nampak ada busuk batang atau mengering? Jika ini terlihat, maka dapat dipastikan tanaman/batang jeruk Bapak terserang penyakit kanker batang. Inilah yang mengakibatkan buah-buah jatuh berguguran sebelum masak. Jika ini yang menyebabkan, Bapak bisa minta rumus buat Bubur Bordo (Bordeux). Ketiga: periksa bagian akar tanaman jeruk tersebut, bila perlu bongkar satu batang untuk dijadikan objek belajar. Periksa bagian akarnya, apakah ada yang busuk dan berwarna coklat? Atau apakah akar tampak mati jaringannya? Jika benar seperti itu kondisinya, maka kemungkinan besar jeruk Bapak terserang penyakit jamur akar. Untuk antinya coba hubungi Dinas Pertanian terdekat dengan meminta Jamur Trichoderma sp sebagai pengobat terhadap tanaman jeruk yang ada. Semoga bermanfaat.
14
Penjaminan Organis
BELAJAR DARI BRENJONK
Oleh: Aziz Aminuddin Rezim sertifikasi sudah mulai menyerbu Indonesia, dan selalu petani kecil yang tidak berdaya yang menjadi korbannya. ini lebih banyak disebabkan karena masalah klasik, yaitu “biaya yang mahal serta prosedur yang njlimet�.
Awal November 2008 menjadi hari yang cukup menggembirakan bagi hampir semua pihak yang akrab dengan pertanian organis, terutama bagi petani gurem, dimana Aliansi Organis Indonesia (AOI) mengadakan Wo r k s h o p N a s i o n a l S i s t e m Manajemen Mutu Partisipatif (SMMP) di Yogyakarta, yang merupakan hasil usaha kawankawan AOI untuk menyelamatkan para petani gurem. Ternyata masih ada secercah harapan bagi petani kecil untuk turut berpartisipasi dalam rezim sertifikasi ini. Berbekal skema sertifikasi yang dihasilkan dari Workshop Nasional di Yogyakarta tersebut, KATARI
bersama b e b e r a p a anggota AOI diwilayah Jawa Timur mulai menyusun strategi untuk uji coba PAMOR ini. Dimulai dengan lokalatih yang dilakukan pada Februari 2009 dengan peser ta dari wakil produsen ( ke l o m p o k t a n i ) , ko n s u m e n , pendamping (LSM) serta praktisi pendidikan, ditetapkanlah 4 kelompok tani: Brenjonk (Trawas), Panteso (Seloliman), KTO Agro 15
dengan dokumentasi dan pengorganisasian, sehingga tidak ada kendala yang berarti dalam proses mendapatkan sertifikasi organik mengingat kelompok kami sudah mulai menerapkan sistem pertanian organis sejak 2001�.
Foto-foto: Slamet “Brenjonk�
Alasan mendasar dari pentingnya Brenjonk mengajukan sertifikasi PAMOR adalah untuk memperluas pasar dan menambah kepercayaan konsumen terhadap produk organik mereka. Sebelum adanya sertifikat organik, mereka menjual produk mereka dengan menjemput bola yang artinya mereka har us berkeliling menjajakan produk-produknya kebeberapa tempat wisata seputar k e c a m a t a n Tr a w a s s e r t a menitipkannya ke beberapa toko di seputar wilayah Mojokerto dan Surabaya berdasarkan k e p e r c a y a a n . Ju g a d e n g a n mempromosikan produk-produk mereka di beberapa seminar atau kegiatan.
Sayuran di Mini Green House sistem vertikultur mendapat sertifikat organik PAMOR Indonesia
R i n g g i t ( Pa s u r u a n ) , s e r t a Kelompok Tani Tanuse (Batu) sebagai peserta awal uji coba PAMOR di wilayah Jawa Timur. Dari uji coba PAMOR terhadap 4 kelompok tani di wilayah Jawa Timur tersebut, hanya 1 kelompok tani yang berhak mendapatkan sertifikat organik untuk produkproduknya, yaitu Kelompok Tani Brenjonk yang petaninya tersebar diwilayah kecamatan Trawas dan kecamatan Pacet Mojokerto. Pada tahap awal ini ada 7 orang anggota petani Brenjonk yang memperoleh sertifikat organik dengan 30 macam produk yang terdiri dari
16
produk sayuran, jamur, buahbuahan, padi dan kopi. Kelengkapan dokumentasi dan proses budidaya yang sesuai standar organik PAMOR adalah persiapan yang harus mereka jalani dan lengkapi sebelum melakukan pengajuan sertifikasi. Namun hal tersebut bukan kendala bagi mereka. Menur ut penuturan anggota petani Brenjonk “kami sudah menunggu adanya sertifikasi yang murah dan mudah ini sejak lama, dan kami sudah terbiasa
Kendala Kendala yang umum dihadapi oleh 3 kelompok tani lain yang gagal mendapatkan sertifikasi PAMOR umumnya dikarenakan sistem pendokumentasian yang tidak lengkap; tidak semua anggota
ke l o m p o k tani dapat membuat dokumentasi sistem budidaya pada lahan mereka karena keterbatasan alat dan kemampuan para petani dalam baca tulis. Pada kasus sertifikasi PAMOR Indonesia ada tantangan lain, dimana para petani har us mengajukan sertifikasi dalam 1 kelompok tani yang berjumlah minimal 5 orang petani dan semuanya sudah melakukan praktek organik (dalam sertifikasi PAMOR bersifat tang gung renteng-red). Tanggung renteng juga nantinya berlaku untuk mekanisme sanksi ketika salah satu orang dalam kelompok diketahui melakukan
pelanggaran, yang berakibat pencabutan sertifikat organik. Membantu Petani Kecil Perkembangan PAMOR Indonesia wilayah Jawa Timur cukup menggembirakan, hal ini terlihat dari adanya beberapa kelompok tani disekitar Malang dan Mojokerto yang tertarik untuk mendapatkan sertifikat organik dari PAMOR Indonesia. Untuk wilayah Malang misalnya, ada kelompok tani perempuan yang tergabung dari kumpulan ibu-ibu PKK dan melakukan budidaya organik dalam polybag dan lahan pekarangan disekitar r umah mereka, juga ada kelompok ibu-ibu pembuat produk olahan (jajanan) yang tergabung dalam �Lily Organic�. Perkembangan ini didapat karena PAMOR Wilayah (PAWIL) Jatim terus melakukan sosialisasi terkait sertifikasi alternatif ini baik dalam pertemuan tidak resmi maupun secara personal. Dari pertemuan dengan pihak perwakilan Dinas Pertanian Kota Malang dan Kabupaten Malang, serta akademisi dari Universitas Brawijaya beberapa waktu lalu juga didapat respon yang baik dimana mereka mencoba untuk meng ajukan kelompok tani
dampingan mereka untuk memperoleh sertifikasi PAMOR. Dan untuk wilayah Mojokerto akan ada 2 kelompok ibu-ibu yang membudidayakan sayuran organik dalam Mini Greenhouse yang d i d a m p i n g i ke l o m p o k t a n i Brenjonk dan nantinya diarahkan pada sertifikasi PAMOR. Melihat perkembangan tersebut, dapat dikatakan bahwa sudah banyak produsen organik disekitar Jawa Timur yang peduli dan membutuhkan sertifikasi yang �mudah, murah dan terpercaya�. PAMOR Indonesia diharapkan d a p a t m e n j awa b p e r s o a l a n sertifikasi organik untuk para pejuang petani kecil di Indonesia umumnya. Dengan semangat melindungi petani-petani kecil itu juga PAWIL Jawa Timur akan segera menyiapkan SOP (Standard Operating System) untuk budidaya pertanian, perikanan, peternakan dan produk olahan, dimana SOP ini mengacu pada Standar Organik AOI dan SNI Organik yang bersifat teknis. SOP ini diharapkan akan memudahkan para petani memahami teknik budidaya organik sesuai standar dan bersifat lokal wilayah Jatim yang kemudian memudahkan mereka mendapatkan sertifikasi PAMOR, serta akan mempercepat laju gerakan Pertanian Organis untuk kedaulatan petani.
17
Profil
Warsiyah
Pemulia Benih Berhati Mulia
P
Sekitar pukul 09.30 WIB, seorang laki-laki setengah baya keluar dari dalam rumah, tepat di depan para hadirin yang telah menunggu. “Pagi ini kita akan melakukan seleksi padi hasil persilangan. Karena lahannya sempit, maka bapak dan ibu bisa dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berangkat dulu bersama saya, sementara kelompok lainnya tetap tinggal di sini. Nanti akan ada tambahan informasi tentang penyilangan jenis sayur-sayuran dari Pak Nurkilah,� jelas laki-laki yang telah siap dengan peralatan ke sawahnya ini.
18
Foto: Ayip kinjengdomstudio
agi itu begitu cerah. Hangat matahari pagi tertahan tenda biru yang memayungi halaman yang dihiasi tanaman mangga dan kelapa hijau. Nampak beberapa orang duduk di kursi-kursi yang tersedia di halaman yang diapit oleh dua buah rumah.
T
ak lama kemudian, para hadirin yang tak lain adalah para petani dari Aliansi Petani Indonesia (API) yang sedang melakukan pelatihan penyilangan benih di Indramayu, Jawa Barat, siap dengan kelompoknya masingmasing. Satu kelompok kemudian berangkat ke sawah bersama lakilaki yang menjadi pemandu itu. Dia adalah Warsiyah, seorang petani Indramayu yang bersama kelompok taninya telah berhasil melakukan penyilangan benih sendiri. Setelah berjalan sejauh kurang lebih 500 meter, akhirnya Warsiyah dengan kelompok petani pertama yang terdiri sekitar 15 orang sampai di lahan persawahan. Laki-laki berusia 52 tahun ini langsung menjelaskan bagaimana melakukan seleksi tanaman padi hasil persilangan. Saat itu lahan Warsiyah ditanami padi hasil persilangan yang siap panen. Inilah salah satu a k t i f i t a s Warsiyah bersama
kelompok petaninya di Desa Kalensari. Selain bertani, mereka juga melakukan penyilangan benih sendiri dan berbagi ilmu tentang benih dan pertanian dengan kelompok petani lain dari berbagai daerah. Bagi petani, benih merupakan hal terpenting dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Tanpa benih, kemampuan petani dalam memproduksi pang an akan terhambat. Maka tak heran jika petani berupaya untuk mendapatkan benih kembali, setelah sekian lama sering dikuasai oleh perusahaan benih atau lainnya. Putuskan Silangkan Benih Menurut Warsiyah, kegiatan pemuliaan varietas tanaman ini
berawal dari kegiatan diskusi antara petani dengan Yayasan Field (Farmers Initiative Ecological Livelihood and Democracy) Indonesia pada 2002. Yayasan Field Indonesia memperkenalkan pemuliaan tanaman, sebagai salah satu pengetahuan harus dikuasai petani karena melihat permasalahan yang dihadapi petani. Petani kini terbiasa mengkonsumsi berbagai asupan luar, mulai benih, pupuk, serta racun pembunuh hama untuk usaha tani mereka. Ongkos produksi menjadi mahal dan pertanian tidak lagi mampu menjamin kualitas penghidupan petani. Sementara banyak pengorbanan yang dilakukan petani, disisi lain pemerintah dengan mudah menerima berbagai kebijakan lembaga ekonomi internasional yang memperlancar kepentingan ekonomi global. Padahal ini berakibat pada makin terpuruknya petani. “Sebelum tahun 1970an yang namanya varietas lokal sangat beragam. Tapi setelah adanya revolusi hijau hanya tinggal beberapa macam varietas lokal saja dan diganti dengan varietas bar u dari proyek pertanian itu,� kata Warsiyah.
19
Menurutnya, dulu ketika petani membutuhkan benih tidak harus ke kios untuk membeli, tetapi tinggal mengambil di lapangan untuk kebutuhan budidaya. Sekarang setelah varietas milik masyarakat diotak-atik atau dimuliakan oleh para ahli lalu didaftarkan atau dipatenkan, pemerintah mengakui bahwa varietas tersebut hasil kerja pemulia, walaupun varietas tersebut berasal dari masyarakat. Akhirnya petani dibuat tergantung dengan kebutuhan akan benih. Apalagi dengan perhitungan yang dilakukannya, ternyata uang petani di Kabupaten Indramayu yang masuk ke perusahaan, diperkirakan mencapai Rp 14.750.000.000,- per musim (luas lahan 118.000 ha, kebutuhan benih 25 kg/ha dan harga benih Rp 5.000,- per kg). Suatu nilai yang terhitung besar bagi petani. Kurangi Ketergantungan Petani Dengan menjadi pemulia varietas tanaman, dia berharap dapat mengurangi sifat ketergantungan petani dengan merubah budaya tani yang praktis menjadi petani
kreatif dan mandiri, memperbanyak keragaman varietas tanaman, memanfaatkan varietas lokal yang masih ada, menguasai ilmu dan teknologi serta bisa swasembada benih khususnya di Indramayu, tutur Warsiyah. Sifat ketergantungan petani pada pihak lain hanya membuat petani t i d a k m a n d i r i d a n mu d a h terpengaruh oleh fluktuasi kondisi sarana produksi yang tidak menentu. “Suatu saat petani akan kelabakan karena sulit mendapatkan benih atau pupuk. Selain karena petani tidak mampu menjangkau harga pupuk dan benih yang melambung tinggi, juga karena kedua sarana pokok produksi pertanian itu tidak ada di pasar,� kata Warsiyah. “Sementara itu harga hasil produksi mereka juga jauh di bawah yang diharapkan. Akibatnya petani tidak mampu mencapai keuntungan yang layak dan tetap dalam kehidupannya yang serba pas-pasan dan apa adanya. Lain halnya bila petani bisa mandiri. Petani bisa menghasilkan benih
berkualitas sesuai harapan dan kondisi daerah masing-masing. Biaya produksi dapat lebih kecil dengan hasil lebih tinggi. Selain untuk kebutuhan sendiri juga bisa menjadi bahan tukar menukar benih dengan petani lain,� katanya panjang lebar. Tukar menukar benih lokal merupakan budaya petani sejak nenek moyang. Hal ini baik untuk dilakukan kembali oleh petani. Salah satunya adalah hasil pemuliaan atau penyilangan benih sendiri. Menurut Warsiyah, tukar menukar benih bisa dikategorikan sebagai langkah sosial tanpa ada proses jual beli. Selain itu juga bisa merupakan langkah bisnis dengan adanya proses jual beli. Namun langkah bisnis ini mempunyai jalan yang r umit se per ti daftar sertifikasi. Sampai saat ini, Warsiyah belum melakukan langkah bisnis ini.
Foto: Ayip kinjengdomstudio
Menur ut Warsiyah, deng an perkembangan industri di bidang p e r b e n i h a n , b u d ay a t u k a r menukar benih telah tergerus, hilang ditelan jaman. Hanya sebagian kecil petani yang masih melakukannya. Sebagian besar lebih senang menggunakan benih hibrida produksi perusahaan.(Ani Purwati) Berbagai jenis benih padi lokal koleksi Pak Warsiyah digunakan sebagai indukan persilangan
20
Agribisnis
DOLLAR di KAKI GEDE-PANGRANGO Kumis kucing Ciwaluh menjadi produk pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi sekaligus melestarikan sumberdaya hutan berbasis masyarakat.
21
G
ede-Pangrango memang kaya akan keanekaragaman hayati. Namun siapa sangka, tepat di kaki kedua gunung tersebut tersimpan potensi alam yang mampu meraup Dollar, kumis kucing! Adalah Ciwaluh, sebuah Kampung yang terletak di kaki Gunung GedePangrango. Kawasan ini hanya dapat dicapai dengan meng gunakan sepeda motor selama kurang lebih 15 menit dari jalan raya yang menghubungkan Bogor-Sukabumi. Jalan setapak yang berliku , naik turun, tebing yang curam, belum lagi tanah becek adalah rute yang harus dilewati, dan ini memerlukan keahlian khusus bagi para pengendara motor jika tidak mau terjerembab ke tanah. Namun pemandangan indah berupa persawahan yang hijau dan a l i r a n s u n g a i ya n g j e r n i h sepanjang perjalanan menuju kampung tersebut mampu mengobati “sport� jantung selama naik motor tersebut. Di sepanjang gigiran jalan yang dilalui sudah tampak semak kumis kucing yang tumbuh baik secara liar atau sengaja di tanam. Memang, sudah sejak dulu kumis kucing yang ada di kampung yang merupakan
salah s a t u kawasan penyang g a Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) ini tumbuh secara alami. Namun baru dua tahun lalu kumis kucing di kampung ini diusahakan secara organik, itupun di lahan seluas kurang lebih 15 hektar di kontur tanah yang berbukit.
Kumis kucing bukan satu-satunya komoditi yang dihasilkan oleh penduduk di Kampung Ciwaluh ini, mereka juga bertani padi, kopi dan kapulaga. Sedangkan sumber pendapatan utama mereka adalah padi. Perdu kumis kucing di wilayah ini tumbuh sebagai tanaman sela diantara pohon kopi dan kapulaga.
Proses Pengeringan Pengaruhi Kualitas Di Ciwaluh, proses pengeringan kumis kucing segar ini masih bersifat tradisional. Kumis kucing yang sudah dipanen dikeringkan dengan cara dijemur di panas matahari selama sehari penuh sampai kering dan setiap 4 jam dibolak balik agar proses pengeringannya merata. Jika belum kering kumis kucing disimpan di tempat pelayuan (di kampung ini, mereka menggunakan saung sederhana dari bambu berukuran 2 x 3 meter yang diselubungi plastik yang di dalamnya tersusun rak–red) untuk mengangin-anginkan kumis kucing tersebut. Kualitas kumis kucing organik di Ciwaluh ini dibagi atas 2 grade yaitu Grade A dan Grade B. Kualitas kumis kucing grade A mempunyai ciri: daun yang sudah dikeringkan berwarna dominan hijau dengan kadar batang 5% dan kadar air 12%. Kumis kucing dengan kualitas Grade B berciri fisik daun dan batang kumis kucing kering dominan berwarna kecoklatan dan kadar batangnya 20%. Setiap panen, per kepala keluarga rata-rata menghasilkan 20 kg kumis kucing segar atau sekitar 4 kg kumis kucing kering. Perbedaan kualitas tersebut adalah akibat pengeringan yang tidak sempurna. Selain itu musim juga mempengaruhi hasil dan kualitas kumis kucing kering. Jika musim kemarau rata-rata kumis kucing yang dihasilkan berkualitas grade A karena pengeringan berlangsung sempurna (penyinaran matahari berlangsung seharian-red). Sebaliknya jika musim hujan, hasil panen biasanya berada di kualitas grade B. Curah hujan yang berlebih seringkali mengakibatkan proses pengeringan berlangsung lebih lama sehingga hasilnya lebih banyak berwarna kecoklatan.
22
Foto: SNY. Kumis kucing banyak tumbuh di sela-sela tanaman kopi dan kapulaga warga CIwaluh
Potensi kumis kucing di kawasan ini, tepatnya di desa Wates Jaya, Cigombong, Bogor ini pun akhirnya dilirik oleh Telapak, sebuah Lembag a Swadaya Masyarakat (LSM) yang kemudian mendampingi para petani di Kampung Ciwaluh tersebut. Para petani disana diajak melakukan budidaya kumis kucing (Orthosiphon spp.) secara organik.Telapak kemudian mencoba mengangkat kumis kucing Ciwaluh menjadi produk pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi sekaligus melestarikan sumberdaya hutan berbasis masyarakat.
Ke s e m p a t a n d a t a n g ke t i k a perusahaan farmasi perancis L'Hebier du Diois yang tengah mencari produsen kumis kucing organik untuk bahan baku. Untuk memuluskan kerjasama, Telapak sebagai pendamping petani di Ciwaluh menggandeng PT. Poros Nusantara Utama (PNU) yang tidak lain adalah unit usaha Telapak untuk bermitra sebagai pemasar. Dari sinilah peran PNU mencoba menawarkan
kumis kucing kepada perusahaan Perancis tersebut. Gayungpun bersambut, L'Hebier du Diois datang ke kampung Ciwaluh untuk mengunjungi lahan kumis kucing di kaki gunung ini. Setelah ter jadi persetujuan kerjasama antara PNU dan perusahaan perancis L'Hebier du Diois, dimulailah usaha melengkapi
Foto: SNY
Sertifikat Organik Mulanya kumis kucing di Kampung Ciwaluh hanya di jual secara lokal ke tengkulak. Harga yang diperoleh pun sangat rendah hanya sekitar Rp. 2.000,sampai Rp. 3.000,- per kilogram kumis kucing kering. Tentu saja dengan harga serendah itu petani tidak tertarik menjadikan kumis kucing sebagai sumber penghasilan mereka. Daun kumis kucing dipanen untuk kemudian dikeringkan
23
syarat-syarat untuk ekspor termasuk s e r ti f i k a s i organik (sekalipun masyarakat Ciwaluh sejak dulu bertani alami ternyata tidak mudah untuk mendapatkan status organik dari lembaga sertifikasired). Setelah melalui proses panjang, akhirnya pada April 2009, kumis
kucing Ciwaluh mendapatkan sertifikat organik dari Control Union (CU). Sejak saat itu maka resmilah kumis kucing Kampung Ciwaluh sebagai Kumis Kucing organik. Dua bulan berikutnya tepatnya Juni 2009, sebanyak 2,5 ton kumis kucing yang telah berstatus organik tersebut diekspor ke Perancis. Dan dengan adanya sertifikat organik, tingkat pendapatan petani kumis kucing di kaki g u nu n g i n i t e n t u s a j a meningkat. Jika dibanding sebelum disertifikasi kumis kucing kering dihargai sama rata tanpa memperhatikan kualitas, namun setelah disertifikasi harga di tingkat petani naik 4-5 kali lipat sehingga menjadi sekitar Rp.12.000/kg untuk grade B dan Rp. 15.000/kg untuk grade A.
24
Menembus Pasar Jerman & Belanda Dengan pengembangan Horticulture Partnership Support Program (HPSP) oleh Telapak bekerjasama dengan Proyek Indonesian-Netherlands Association (INA) memberi dukungan berupa materi, inovasi teknologi dan jejaring pasar bagi kelompok tani dampingan Telapak. Keberhasilan petani kumis kucing di Kampung Ciwaluh memperoleh sertifikat organik dan ekspor ke pasar Eropa, memunculkan keyakinan bahwa produk Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional. Eropa yang cukup dikenal memiliki standar ekspor yang ketat berhasil di tembus oleh kumis kucing dari Kampung Ciwaluh. Kini kumis kucing Ciwaluh oleh Telapak dan PT Poros Nusantara Utama tengah diupayakan untuk menembus pasar Je r m a n d a n B e l a n d a ! . ( E l l y Yusnawati)
Info Organis
“Chiki� Sehat
dari Malang
Chiki, dengan rasanya yang gurih dan renyah sudah lama menjadi salah satu jajanan favorit anak-anak Indonesia. Semakin hari semakin bertambah pula jenisjenis makanan ringan ini, dengan menawarkan berbagai rasa, bentuk dan warna yang tentu saja menggoda selera anak-anak.
P
erkembangan jajanan ini kini malah meresahkan para ibu, terutama ibu-ibu yang peduli dengan kesehatan dan melek informasi. Tidak semua jajanan tersebut aman dan sehat, belakangan ini banyak pihak yang resah dengan kandungan dalam penganan-penganan ringan favorit anak-anak ini. Wa r n a - w a r n a m e r i a h y a n g ditampilkan jajanan ini, jika berasal dari pewarna makanan yang baik tentu tidak menjadi masalah. Pun rasa gurih yang dihasilkan, jika berasal dari bahan baku yang baik, juga tak masalah. Masalah baru muncul, jika warna, rasa dan keawetan penganan ini berasal dari bahan-bahan buatan yang berbahaya.
Bahan tambahan yang sering digunakan pada jajanan anak antara lain rhodamin B (warna merah) dan methanil yellow (kuning). Padahal, keduanya biasa digunakan sebagai pewarna tekstil. Menurut konsultan gizi dari RS Internasional Bintaro, Sri Durjati Boedihardjo, MD, MSc., Ph.D seperti yang dimuat Kompas CyberMedia, Rabu 15 Nov 2006, konsumsi tinggi bahan pewarna tadi bisa memicu diare, alergi, sampai kanker atau kerusakan ginjal. Sebagai pengawet, formalin lah yang sering digunakan. Sebetulnya, formalin digunakan untuk membunuh bakteri pembusuk atau untuk mengawetkan jasad mahluk hidup, tapi disalahgunakan untuk meng awetkan makanan. Bila dikonsumsi dalam konsentrasi
25
tinggi, formalin dapat memengaruhi kerja saraf. Bahan tambahan lain yang harus diwaspadai adalah MSG (Monosodium Glutamat, bumbu penyedap masakan) dan pemanis buatan. “Meski efek MSG berbedabeda pada setiap anak, tergantung usia, tapi untuk amannya, sebaiknya tidak usah diberi MSG. MSG bisa berdampak ke gangguan di hati, menimbulkan gangguan alergi, depresi, bahkan mengganggu keseimbangan fungsi otak. MSG juga sebaiknya tidak dikonsumsi ibu hamil, karena bisa masuk ke plasenta,� jelas Durjati. Sementara pemanis buatan, pada tingkat tertentu bisa menjadi karsinogen. Jajanan Sehat Ditengah kekhawatiran ini, tertiup angin segar dari Malang. Di kota ini mulai dikembangkan jajanan anak yang sehat. Lily Go To Organic Food lah pembawa angin segar ini. Sejak Bulan April tahun 2009 ini, Kelompok ini mulai memproduksi Chiki sehat. Pertemuan dalam seminar mengenai pangan dengan guru-guru TK se-Malang, menginspirasi kelompok yang
dimotori Dr. Lily Agustina MS. Ini u n t u k mu l a i m e m p r o d u k s i penganan anak yang sehat. Dalam seminar bersama gur u-gur u tersebut, disosialisasikan mengenai makanan organik dan bagaimana mencetak generasi cerdik cerdas melalui makanan sehat. Dra. Ariana Soesilawati, sebag ai ko o rdin ato r p ro duk dalam lembaga ini, melontarkan ide membuat chike sehat. Chiki menjadi pilihannya, karena penganan inilah yang umumnya digemari anak-anak. Bu Nana (panggilan Dra. Ariana), mulai terlibat dipeng olahan pang an organik dan sehat ini sejak 3 tahun lalu dibimbing oleh Dr. Lily. Kepergian ayah beliau karena kanker pita suara yang didiagnosa dokter karena terlalu banyak mengkonsumsi MSG, membuatnya makin gencar memperjuangkan makanan sehat yang bebas
Snack aneka rasa banyak dijual di toko makanan
26
MSG. Ditambah keluarganya yang sensitif akan MSG ini karena asma (setiap mengkonsumsi MSG, asma mereka kambuh), sehing g a membuatnya berpikir keras akan peng g anti bahan tambahan makanan ini. Bumbu, yang merupakan pemeran utama dalam membuat chiki menjadi gurih, disemprotkan bersama minyak dan mentega setelah tepung jagung ditambah air diolah dengan extruder (mesin pencetak chiki). Bumbu ini biasanya didominasi oleh MSG, sehingga rasa gurih tercipta. Dan di bumbu inilah Bu Nana dan kawan-kawan memutar otak untuk menciptakan snack enak namun sehat. Penyedap Rasa dari Ceker Ayam MSG ini kemudian diganti dengan menggunakan penyedap rasa yang terbuat dari ceker ayam. �Dijamin semua proses dan bahannya adalah sehat dan beberapa adalah organik,� demikian ujar Bu Nana.
to fo :a yi p n ki je ng oi ud st m do
Selain bumbu yang sehat, chiki ini juga tidak meng gunakan pewar na buatan. Chiki yang tampil dengan tiga rasa; cokelat, keju dan Balado juga dibuat dari bahanbahan pilihan. Untuk warna cokelat diambil dari susu cokelat yang digunakan.
perjalanan ternyata tidak ada yang sanggup untuk memenuhi kebutuhan akan jagung organik ini, juga karena harga jagung organik yang mahal sehingga pabrik tak m a m p u m e m e nu h i b a h a n baku ini.
Mempertimbangkan hal tersebut, takaran bahan baku dikurangi dengan tidak mengurangi kualitas bahan baku. Misalnya keju yang digunakan masih tetap sama tetapi takarannya tidak sebanyak formulasi sebelumnya. �Rasanya memang jadi agak berbeda,� lanjut Bu Nana, �Namun bagaimana lagi, kemampuan pasar baru sampai tingkat ini, karena konsumennya adalah anak-anak, dan kita tahu uang jajan anak-anak seperti apa,� sambungnya lagi. Strategi kedepan, kualitas akan tetap dipertahankan formulasi awal dengan target pasar yang berbeda, lebih menyasar kelas menengah keatas. Pemesanan memang belum kontinyu, agen-agen belum melakukan pemesanan ulang. Namun inilah yang dimaknai sebagai perjuangan oleh ibu-ibu yangtergabung dalam Lily Go to Organik ini. Bahwa produk ini tidak hanya sekedar industri makanan, namun juga dengan hadirnya produk ini, diharapkan anak Indonesia dapat menjadi generasi cerdas dan sehat.
Warna dan rasa dari chiki ini memang tidak setajam chiki-chiki yang dijual bebas lainnya. Terkadang anak-anak kurang menyukai snack ini karena kalah gurih dengan yang lain. Karena itulah sosialisasi akan kandungankandungannya gencar dilakukan Bu Nana dan kawan-kawan. Sosialisasi dan diskusi dengan sekolah-sekolah yang ada di Malang telah dilakukan, dari merekalah pesanan akan penganan ini datang. Perjalanan chiki ini tidaklah semulus tampilannya yang dikemas alumunium foil. Awalnya bahan baku utamanya adalah jagung org anik, namun seiring
lebih murah dan tambahan hadiah langsung dalam kemasan.
Cuma Rp.500,-per Bungkus Produk yang dijual dengan harga Rp. 500 per bungkus ini awalnya d i j u a l d e n g a n h a r g a R p. 1000/bungkus. Deng an perbedaan pada bahan baku, namun ternyata kemampuan pasar tdak dapat menerima harga tersebut, dan juga banyaknya pesaing dengan tawaran harga
Ada sebuah mimpi yang terlontar dari Mulut Bu Nana. Bahwa di masa depan, Indonesia akan bebas MSG. Dalam impiannya ada pihakpihak, apakah itu pemerintah, lembaga non profit ataupun swasta dapat memberikan subsidi untuk penyedap rasa yang sehat bagi masyarakat tidak mampu. Karena konsumen produk ini ternyata banyak dari kalangan tersebut. (Lidya Arie)
27
Rumah Organik
FAST vs SLOW
M
akanan fast food umumnya kaya lemak jenuh dan lemak trans, tinggi kalori, rendah serat, berlimpah gula, dan bahkan menggunakan bahan tambahan makanan sintetis untuk menjadikan warna, tekstur, dan cita rasanya sehingga menggugah selera. Semua bahan tersebut sangat kurang bersahabat bagi kesehatan. Hasil penelitian Dr. Frederik Nystrom dkk dari University Hospital of Linkoping, Swedia menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan siap saji selama sebulan tanpa olahraga, akan meningkatkan kadar ALT 28
FOOD
(alanine aminotransferase) dalam tingkat yang membahayakan dan dapat menyebabkan kerusakan hati.
sistem pertanian monokultur, yakni hanya membudidayakan tanaman atau hewan yang dibutuhkan industri fast food.
Penyeragaman pola makan akibat membanjirnya franchise fast food di seluruh dunia juga sungguh mengkhawatirkan. Bukan hanya karena akibat buruknya terhadap kesehatan setelah kita menyantapnya, tetapi juga bisa mengancam keseimbangan alam akibat penyeragaman pola makan yang berujung pada penyeragaman sistem pertanian. Menjamurnya gerai fast food di seluruh dunia lambat laun bahkan dapat memaksa dunia menerapkan
Industri fast food yang semakin merajalela membuat sistem pertanian harus tunduk pada tuntutan industri tersebut untuk serba cepat dan instan. Akibatnya penggunaan pupuk dan pestisida sintetis menjadi makin gila-gilaan. Selain membahayakan kesehatan manusia, hal ini juga mengancam ekosistem alam karena berisiko memusnahkan makhluk lokal pendukung sistem pertanian seperti cacing, katak, serangga dan ikan.
Food menawarkan budaya konsumsi produk lokal yang sehat dan ekonomis atau murah, tanpa bahan tambahan dan kimia, serta menghargai keselarasan alam dalam pola tanam dan keanekaragaman hayati. Inilah salah satu manfaat Slow Food menurut Ellen di Jakarta yang memutuskan menjadi anggota dari Slow Food Indonesia di sela persiapan perayaan ulang tahun Slow Food yang jatuh pada tanggal 10 Desember lalu di Jakarta.
Berkembangnya makanan fast food juga dapat mengancam kelestarian pangan lokal dan ketahanan pangan. Industri fast food memaksa penduduk dunia menyantap makanan yang seragam. Contohnya, ayam goreng (fried chicken) dari ayam ras telah menyisihkan ayam kampung yang lebih alami karena umumnya dipiara secara organik. Agar cepat besar, ayam ras dipiara intensif dengan pakan formula khusus, suntikan hormon, dan antibiotik. Contoh lain, industri fast food dengan bahan tepung terigu seperti roti dan donat menggiring penikmat makanan lokal lebih banyak menghabiskan terigu atau gandum. Slow Food: Angkat Pangan Lokal Menjawab tantangan di atas, timbul sebuah gerakan yang dinamakan Slow Food. Slow
Fin, anggota Slow Food Jakarta juga membuktikan khasiat dengan mengkonsumsi produk ala Slow Food. Awal tahun lalu, dokter telah memvonis ibu rumah tangga ini dengan kanker yang telah tersebar di sebagain besar bagian tubuhnya. Harapan untuk hidup tiga bulan hanya 30 persen. Namun setelah menerapkan pola makan secara Slow Food dengan proses memasak tradisional seperti kukus dan rebus serta menghindari segala macam bentuk makanan yang berasal dari makhluk hidup (telur, susu, daging, ikan), minyak goreng, gula pasir, tepung terigu, pada Juli lalu hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa sel kanker di tubuh Fin mengecil atau hanya ada di sebagian kecil tubuhnya. Proses pengolahan bahan-bahan makanan memang sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pangan. Inilah alasan Bibong sebagai konsumen produk organik masuk sebagai anggota Slow Food. Proses pengolahan
S l o w Fo o d d a p a t mempertahankan kualitas bahanbahan makanan organiknya. Dari segi ekonomi menurut Ellen, Slow Food juga lebih murah ketimbang produk fast food karena mengusung produk lokal dan menghindari produk impor. Sehingga pergerakan Slow Fo o d t u r u t m e n g a n g k a t kepentingan bangsa juga, yaitu mengangkat budaya bangsa dan meningkatkan pendapatan negara dengan tidak melakukan impor. �Dengan mengangkat pangan lokal ini, Slow Food dapat meningkatkan kemampuan Bangsa Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan,� ungkap Adi Kharisma sebagai K o o r d i n a t o r S l o w Fo o d Indonesia. Menurut pemegang proyek Slow Food Internasional untuk produk susu dari kecipir ini, Slow Food dengan ketahanan pangan erat sekali. Slow Food konsisten menggunakan benih lokal dan sistem penanaman yang berkelanjutan hingga pengolahan. Namun sayang, kebijakan Pemerintah Indonesia belum sepenuhnya mendukung. Sebagian besar kebijakan justru mengarah pada upaya impor dalam memenuhi kebutuhan pangan bangsa ini. Bahkan saat ini garampun harus impor. Padahal dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia bisa memproduksinya sendiri, katanya mengakhiri perbincangannya dengan ORGANIS. (Ani Purwati)
29
Ragam
Mensiasati Budget untuk Belanja Produk Organik
Harga-harga bahan makanan semakin mahal. Itu pula yang membuat Anda berpikir apakah sejumlah uang yang selama ini Anda alokasikan untuk membayar pembelian bahan makanan organik pantas dikeluarkan. Artikel yang dilansir dari Prevention ini akan menyertakan beberapa makanan yang takkan sia-sia jika diganjar dengan uang lebih, ditambah beberapa tips untuk menghemat uang.
Buah dan sayuran organik yang 'ramah' bagi dompet Anda Jika Anda ingin mengganti konsumsi buah dan sayuran yang biasa ke buah dan sayuran organik, pilihan paling tepat untuk Anda beli adalah: (1) jenis yang memiliki residu pestisida terbesar dan (2) jenis yang paling sering Anda makan. Dari tes laboratorium yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, diketahui bahwa bahkan setelah dicuci, beberapa buah dan sayuran tetap membawa kandungan pestisida yang lebih tinggi dibanding jenis lainnya. Di antara tahun 2000-2005, yayasan Environmental Working Group (EWG) menganalisa hasil lebih dari 51.000 tes mengenai residu dari bahan makanan non organik. Berdasarkan data yang terkumpul, mereka menyusun sebuah daftar tentang buah dan sayuran yang terkontaminasi. Yang paling parah antara lain peach atau persik, apel, seledri, stroberi, ceri, pir, anggur, bayam, kentang, dan selada. Idealnya, semua bahan makanan yang Anda beli haruslah organik, tapi jika Anda belum bisa, fokuskan saja pada jenis yang selalu Anda makan.
30
Apakah pantas memboroskan uang untuk susu? Susu organik harganya lebih mahal, tapi tentu saja uang yang Anda keluarkan tidak sia-sia. Penelitian terkini telah me-nunjukkan penemuan yang menakjubkan pada susu organik. Jika dibandingkan dengan susu non organik, susu organik mengandung: beta-karoten 75% lebih banyak, vitamin E 50% lebih banyak—yang bisa jadi anti oksidan untuk menambah kekebalan tubuh dan melawan kanker serta kelainan jantung, antioksidan lutein dan zeaxanthin 2-3 kali lebih besar, asam conjugated linoleic (CLA) lebih banyak, yang bisa menambah kekebalan tubuh, mengurangi lemak perut, menurunkan risiko diabetes, dan menyehatkan pembuluh darah dan asam lemak omega-3 70% lebih banyak, serta
Beli yang sedang musim Anda bisa membeli produk-produk organik yang sedang musim, terutama produk lokal. Pada saat itu biasanya harganya lebih murah, bahkan sampai setengah harga. Bukan saja hal ini menguntungkan keuangan Anda, tapi Anda juga membantu petani produk organik lokal. Selain itu produk yang Anda beli masih segar dan sangat layak untuk dikonsumsi. http://www.hanyawanita.com
31
dengan semangat tahun baru kami berubah!
Berminat? Hubungi Redaksi GREENTRUST Jl. Kamper Blok M No.1,Budi Agung, Bogor Telp. 0251-8316294 E-mail: greentrust@gmail.com