Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
1
Foto Sampul Petani organik di Desa Dlingo, Boyolali, Jawa Tengah Foto Dokumentasi AOI inspirasi gaya hidup organik
Dari Redaksi, Pengembangan pertanian organik di Indonesia telah berlangsung sejak 1980an. Sebagai bentuk perlawanan terhadap pola intensif program Revolusi Hijau, pada awalnya pengembangan pertanian organik di Indonesia terjadi secara spontan, sporadis dan berjalan lambat dengan diam-diam karena programnya bertolak belakang dengan program Kementerian Pertanian (Kemtan) meskipun selaras dengan program Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Dalam perkembangannya, setelah melihat peluang pertanian organik dalam memecahkan bermacam kesulitan produksi pertanian, pada tahun 2001, secara resmi Kemtan melalui salah satu Subdirektorat Jendral membentuk Otoritas Kompetensi Pertanian Organik (OKPO) dengan program yang terkenal “Go Organic 2010�.
ISSN : 2089 7294
Redaksi Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggung Jawab Direktur Program AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Pelaksana Ani Purwati
Selanjutnya pengembangan pertanian organik membutuhkan kebijakan pemerintah yang lebih komprehensif dan bisa mewakili semua lapisan masyarakat. Namun pengembangan pertanian organik yang memanfaatkan kebijakan subsidi untuk biaya sertifikasi tidak memiliki masa depan karena sistem subsidi hanya bersifat sementara (sesuai situasi darurat). Yang perlu dilakukan juga adalah pengawasan terhadap lembaga sertifikasi organik untuk menjaga kualitas penjaminan organis pihak ke-3.
Staf Redaksi Rasdi Wangsa Lidya Inawati Sucipto K. Saputro
Pengembangan pertanian organik yang ideal juga harus berdasarkan nilai-nilai organik yang tumbuh pada kelompok basis (petani) bukan karena diawasi (disertifikasi) tetapi kesadaran akan masa depan bumi yang lebik baik. Pengembangan pertanian organik yang bijaksana memberi ruang dan membuka peluang terhadap penjaminan komunitas petani agar menjangkau kelompok tani yang memiliki lahan sempit.
Keuangan Endang Priastuti
Untuk mensukseskan pertanian organik sebagai masa depan bangsa, yang perlu diperhatikan juga menyatukan persepsi semua insan dalam memandang kehidupan di alam ini, sesuai dengan kearifan lokal yang ada. Belajar dari alam adalah kata kunci dari pelaksanaan penyelamatan IBU PERTIWI, demikian juga dengan penyelamatan air, penghutanan kembali adalah titik awal dari rehabilitasi ekosistem. Maka hutan alam menjadi referensi utama, dimana terjadinya hutan alam adalah karena adanya pertumbuhan organik bukan karena kimia. Yang tak kalah penting juga semua pihak (pemerintah, LSM, perguruan tinggi, sekolah, swasta dan lain-lain) harus bersatu mendorong proses pertanian organik serta melakukan pendampingan secara intensif. Pendidikan pertanian organik di sekolah juga sangat membantu dalam melakukan penyadaran pentingnya kesehatan dan lingkungan. Juga bisa memperluas informasi pertanian organik bagi masyarakat yang selama ini masih kesulitan mendapatkan informasi dan produk organik. Bagaimana pengembangan pertanian organik di Indonesia sebagai masa depan bangsa, simak selengkapnya di Organis edisi 30 ini. Selamat membaca! diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fairtrade. 2
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Desain Grafis Muhammad Rifai
Marketing Rizki Ratna A. Distribusi Ilyas Alamat Redaksi Jl. Kamper Blok M No.1 Budi Agung, Bogor, Jawa Barat Telp./Fax +62 0251-8316294 E-mail organis@organicindonesia.org Website www.organicindonesia.org
be part of our movement
Daftar isi Dari Redaksi
02
Surat Pembaca
04
Isu Utama
Pendidikan Organik di Sekolah
05 08 11
Jendela Konsultasi
14
Penjaminan Organis
15
Profil
18
Agribisnis
21
Info Organis
25
Bijak di Rumah
28
Ragam
30
Pertanian Organik, Pertanian Masa Depan Kemana Organik Indonesia Mengarah ?
Sertifikasi Mahal, Siapa Pemilik Organik? Deasy, Pilih Organik untuk Kesehatan Anak Sejak Dini Buka Pasar Organik Yuk... Hubungkan Petani dan Konsumen Berkelanjutan Mikroorganisme Lokal untuk Pertanian Organik Kenalkan Hidup Organik Sejak Dini Pertanian Alami Ala Baduy
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
3
Surat Pembaca isinya wakili semua kalangan masyarakat
bermanfaat untuk mahasiswa
Kiat-kiat sederhana budidaya sampai pengolahan organik di majalah
4
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Isu Utama
Oleh : Ni Luh Kartini
�Mari kita bangun sistem pertanian organik terpadu dengan ternak dan biogas�
P
endekatan peningkatan produksi melalui Revolusi Hijau yang telah berlangsung selama 43 tahun, mengajarkan pendekatan berorientasi teknologi dan hasil yang tinggi serta sarat kimiawi tanpa melihat aspek lain seperti ekologi, potensi lokal yang sudah ada di daerah dan kearifan lokal yang sudah dilakukan turun-temurun oleh leluhur. Hal ini merubah sistem hampir semua sub bidang, sehingga benar-benar menyebabkan petani berubah. Petani
merubah cara berpikir, merubah budaya bertani, diikuti dengan perubahan perilaku petani yang memandang sebidang tanah adalah sebuah pabrik yang dapat dimaksimalkan tanpa melihat tanah sebagai sebuah ekosistem yang sangat komplek. Akhirnya mendorong kepekaan petani terhadap pentingnya sumber daya alam pertanian (tanah, air, benih dan lain-lain) semakin menurun dan menyebabkan petani semakin jauh dari alam. Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
5
Isu Utama Revolusi hijau juga telah merubah sistem pertanian Indonesia secara drastis. Sistem pertanian Indonesia pada awalnya adalah multisistem, tradisional, hemat energi, dan mempunyai tingkat keselarasan terhadap alam yang sangat tinggi. Saat ini sistem pertanian Indonesia didominasi oleh mono-sistem yang dinilai lebih maju dan berproduksi tinggi sekalipun menyerap energi dengan masukan biaya semakin tinggi dan merusak sumber daya alam pertanian (SDAP). Sistem ini bukan memperkecil melainkan memperbesar unsur risiko dan ketidakpastian sebagai akibat dari besarnya perubahan lingkungan yang semakin tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan kerusakan lingkungan, maupun kehilangan sumber kehidupan di muka bumi ini. Permasalahan yang menyangkut sumber daya alam pertanian ini tidak begitu menjadi perhatian semua pihak sehingga sistem pertanian organik sangat sulit mendapatkan tempat di hati masyarakat, karena muncul berbagai macam tuduhan dan pertanyaan seperti pertanian organik adalah anti teknologi, pertanian organik adalah pertanian yang kuno/tidak modern, apakah pertanian organik memiliki produktivitas tinggi?, apakah pertanian organik dapat memenuhi kebutuhan pangan yang terus menerus meningkat seirama dengan peningkatan jumlah penduduk? Sangat jarang muncul pertanyaan apakah sistem pertanian konvensional yang sarat dengan teknologi tinggi yang hanya bertujuan pada hasil maksimal mengesampingkan tujuan yang lain (faktor lingkungan, kesehatan, keragaman hayati, konservasi, keselamatan dan keberlanjutan pertanian) akan mampu menjamin keamanan pangan secara berkelanjutan. Teknologi yang dikembangkan dalam pertanian organik adalah teknologi yang 6
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
nTanaman sayur organik
ramah lingkungan dan selalu mengedepankan kearifan lokal. Ada beberapa penerapan teknologi dalam pertanian organik seperti teknologi cacing tanah sebagai pabrik pupuk organik, cacing tanah sebagai pupuk biologis, teknologi mikoriza, teknologi Rhizobium, sistem SRI, pengembangan sistem tumpang sari dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa perlu adanya paket teknologi yang ramah lingkungan dan selalu mengedepankan kearipan lokal.
Langkah-langkah wujudkan organik Untuk mensukseskan pertanian organik sebagai masa depan bangsa, maka yang perlu diperhatikan dan lakukan adalah: Pertama, semua insan menyatukan persepsi dalam memandang kehidupan di alam ini, sesuai dengan kearifan lokal yang ada, seperti di Bali mengenal TRI HITA KARANA (tiga hubungan menyebabkan kebahagian ) yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Hal ini di Bali diterjemahkan dalam bidang pertanian yang diberi nama SUBAK. Satu-satunya dan tidak ada duanya yang dimiliki sebagai tempat hidup bersama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Tunggal/Ida Sanghyang Widhi Wasa yang lainnya adalah BUMI/IBU PERTIWI. Dimana salah satunya adalah komponen tanah serta air yang merupakan jantung kehidupan bagi semua kehidupan di bumi ini. Kerusakan ekosistem dan sumber daya alam pertanian (SDAP) sebagian besar karena ulah manusia.
Foto: Ni Luh Kartini
Belajar dari alam adalah kata kunci dari pelaksanaan penyelamatan IBU PERTIWI, demikian juga dengan penyelamatan air, penghutanan kembali adalah titik awal dari rehabilitasi ekosistem. Maka hutan alam menjadi referensi utama, dimana terjadinya hutan alam adalah karena adanya pertumbuhan organik bukan karena kimia. Hal ini menyebabkan seluruh rangkaian kegiatan yang terkait dengan SDAP termasuk tanah dan air seperti pertanian, perikanan, peternakan harus menggunakan tata cara organik. Bumi beserta isinya yang ditempati bersama ciptaanNya adalah titipan bukan warisan untuk anak dan cucu yang dilahirkan. Memelihara IBU PERTIWI (tanah, air dan semua sumber daya hayati) wajib hukumnya sebagai titipan Tuhan Yang Maha Esa / Hyang Widhi Wasa dan mengembalikan kepada anak cucu dalam kondisi yang lebih baik. Apabila tanah/bumi ini tercemar dan kering kehabisan air, dimanakah generasi penerus hidup untuk mendapatkan sumber kehidupan yang berupa air. Tuhan menciptakan Alam (Bhuwana Agung) dan Manusia (Bhuwana Alit) sudah sangat sempurna dengan keseimbangannya, apabila satu keseimbangan diganggu akan terganggu semuanya. Kedua, pembangunan karakter insani yang terkait dengan pertanian (produsen, konsumen dan distributor) sangat penting dilakukan sebelum melakukan sistem pertanian organik, agar dapat memahami tujuan berubah ke sistem pertanian organik. Selama ini perubahan ke organik hanya dikaitkan dengan masalah ekonomi
Isu Utama bukan masalah keberlanjutan ekosistem dan kesehatan. Perubahan dari sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik perlu proses (jangka waktu) karena saat ini produktivitas tanah sangat rendah. Bahan organik tanah banyak diambil. Seperti setiap panen padi, jeraminya dibakar. Sehingga kalau dihitung pengambilan biomassa dari tanah sawah seluas 1 ha lahan sawah dengan panen 3 kali dalam setahun, dimana hasil gabah kering panen satu kali panen 7 ton/ha dan jeraminya 14 ton (dibakar), kalau dihitung satu kali panen bahan organik yang diambil dari tanah 21 ton/panen. Maka dalam setahun 3 kali panen, bahan yang sudah diambil sebanyak 63 ton/tahun. Bisa dihitung dalam 43 tahun, jumlah bahan organik yang hilang sebesar 43 x 63 ton . Petani perlu persiapan untuk mengembangkan dirinya terkait dengan teknologi yang dapat memanfaatkan sumber daya lokal yang ramah lingkungan. Petani konvensional berubah menjadi petani organik perlu pendampingan yang intensif. Perubahan yang didorong dalam pendampingan ini adalah perubahan prilaku dan perubahan pola berpikir.
yang dapat menghasilkan api 4-6 jam dan pupuk organik 25 liter larutan yang dapat dicairkan 10 kali sehingga petani dapat pupuk cair 250 liter yang siap pakai. Petani Banjar Penyabangan, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali yang menjadi dampingan Yayasan Bali Organic Associataion (BOA) yang jumlahnya 130 KK sudah 100 KK memiliki biogas. Hal ini sangat membantu dalam penyediaan pupuk organik untuk pengembangan pertanian organik. Juga mendorong ekonomi kreatif di tingkat petani seperti membuat jajan dari hasil pertaniannya.
Ketiga, pertanian organik harus dikembangkan secara terpadu dengan ternak dan biogas. Hal ini untuk memudahkan petani dalam penyediaan pupuk organik dan tenaga utuk mengolah tanah, karena ternaknya dapat menggantikan traktor. Adanya biogas, petani sangat terbantu dalam penyediaan gas untuk memasak, sehingga waktu untuk mengerjakan pertanian lebih banyak karena petani tidak mencari kayu bakar. Di Bali sudah dilakukan sistem pertanian organik terpadu dengan ternak dan biogas dalam skala rumah tangga (biogas rumah) dan juga sistem kelompok yang diberi nama SIMANTRI. Dalam skala rumah tangga, satu orang petani punya 3 (tiga) ekor sapi atau 7 (tujuh) ekor babi atau 2000 ekor ayam petelur dapat membangun biogas ukuran 4 (empat) kubik
nPertanian organik terpadu dengan peternakan
nKompor biogas
nPupuk organik
Keempat, mempersatukan persepsi semua pihak yang terkait dengan pertanian organik untuk melakukan 5 hal, yaitu: melestarikan dan melindungi sumber daya alam pertanian (SDAP), meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), menerapkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, peningkatan pengetahuan pasca panen dan akses pasar. Kelima, semua pihak (pemerintah, LSM, perguruan tinggi, sekolah, swasta dan lain-lain) harus bersatu mendorong proses pertanian organik serta melakukan pendampingan secara intensif. Gerakan pertanian organik adalah gerakan moral untuk kehidupan yang
Foto: Ni Luh Kartini
berorientasi kepada pelestarian lingkungan (sumber daya alam) dan kesehatan semua makhluk yang ada di muka bumi ini. Ketika pertanian organik ini hanya dipandang sebagai komoditas ekonomi (antara untung dan rugi), yang terjadi adalah kita akan kehilangan segalanya, karena tidak memandang lagi tanah, air, tanaman sebagai kehidupan. Lupa bahwa tanah sebagai IBU PERTIWI menyusui kita melalui tanaman sebagai produsen yang memberi kita air, makanan dan oksigen. Tanah sebagai IBU PERTIWI keracunan pestisida dan pupuk sintetis maka air susu pasti mengandung racun, maka semua kehidupan yang menyusu pasti terkena racun. Untuk itu selamatkanlah bangsa ini dari bahanbahan pencemar tersebut. (*) Ni Luh Kartini Ketua PS Magister P. Lahan Kering Konsentrasi Pertanian Organik PPs UNUD E-mail: yayasan_boa@yahoo.com Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
7
Isu Utama
Foto:
Dok.
AOI
Oleh : Y.P. Sudaryanto
U
paya pengembangan pertanian yang didasarkan pada kelestarian alam sudah dimulai sejak abad 14 yang lalu. Meskipun motivasi dan spiritnya sungguh bisa berbeda namun roh perjuangannya relatif sama yaitu menjaga dan memelihara masa depan yang lebih baik. Harmonisasi kehidupan antara Sang Pencipta dan CiptaanNya dapat semakin diwujudkan di dunia ini. Konsep-konsep pertanian seperti pertanian biodinamis, biologis dan ekologis merupakan contoh nyata bahwa sejak awal manusia ingin hidup selaras satu dengan yang lain. Banyak tokoh yang dapat disebut Sir Howald Steiner, Masanobo Fukuoka, Agatho, Bill Mollison, dsb. Di Indonesia yang memiliki banyak pulau (hampir 70.000 pulau) dan komunitas suku yang secara tradisional memilih cara bertani sesuai situasi kondisi setempat telah memperlihatkan ketahanan kesuburan tanah alamiah. Sehingga konsep pertanian yang ada memperlihatkan keselarasannya terhadap alam seperti sistem Subak di Bali, sistem pekarangan di Jawa, sistem surjan di daerah tadah hujan, dan cara-cara hidup suku Dayak, Baduy dan Batak. Pertanian di atas masih terpelihara pada zaman Bung Karno yang menghendaki pertanian mandiri berbasis pada kerakyatan tradisional. Bahkan pada 8
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Isu Utama tahun 1955 Bapak Soedarsono (Mantan Menteri Pertanian) menulis buku tentang bercocok tanam biologis yang memberi gambaran secara jelas bagaimana memelihara kesuburan tanah secara alamiah dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada seperti pupuk kandang dan pupuk leguminosa. Bila kita berbicara tentang pengembangan pertanian organis (organik) di Indonesia barangkali lebih tepat kita mulai dari zaman kemerdekaan tahun 1945, yang saat itu juga badan dunia PBB melahirkan konsep “Green Revolution” (Revolusi Hijau) dengan membentuk lembaga FAO (Food and Agriculture of Organitation) dengan slogan : “Sepuluh tahun ke depan tidak ada lagi bayi menangis sebelum tidur karena kelaparan”.
Revolusi hijau itu panca usaha tani Sejak orde lama (Bung Karno) wafat tahun 1970, Indonesia memulai babak baru dalam pengembangan pertanian dan menjadi titik awal adopsi konsep revolusi hijau dengan repelita dalam bidang pertanian yang dikenal dengan konsep panca usaha tani. Dengan dukungan para ahli pertanian saat itu dengan slogan penyuluhan “dipaksa – terpaksa – biasa”, konsep revolusi hijau menjadikan wajah pertanian Indonesia berubah total dari konsep-konsep tradisional menjadi konsep modern dengan basis pembangunan pabrik pupuk urea, TSP, ZA, juga pabrik pestisida, herbisida dan pembangunan infrastruktur jalan, waduk irigasi dan drainase bahkan “revolusi” di bidang pembenihan yang melahirkan benih varietas unggul. Pertanian modern di Indonesia mencapai puncaknya tahun 1984/1985 dengan berhasil swasembada beras yang diakui oleh dunia. Secara sosial budaya pertanian modern berhasil mengubah paradigma petani dari bergantung pada alam menjadi bergantung pada pabrik
dengan sangat ekstrim diyakini bahwa “tidak mungkin bertani tanpa urea dan pestisida”. Petani yang dulunya masih ramah terhadap lingkungan menjadi tidak peduli bahkan membabi buta menggunakan pupuk buatan dan pestisida. Akibatnya terjadi penyalahgunaan pestisida di seluruh Indonesia. Pertanian modern juga berhasil menciptakan monopoli benih yang dulunya banyak sekali varietas lokal (padi ada 8.000 varietas padi lokal) menjadi hanya beberapa varietas saja. Akibatnya terjadi kepunahan dan kemerosotan varietas benih lokal sehingga keanekaragaman hayati sangat terancam yang dapat menimbulkan ketidakstabilan lingkungan.
Perlawanan terhadap pertanian modern Sejak tahun 1980-an, 15 tahun setelah panca usaha tani dilaksanakan, sebuah lembaga swadaya, KRAP (Kelompok Relawan Anti Penyalahgunaan Pestisida) mulai meneliti, mendiskusikan dan menemukan dampak negatif pertanian modern ini. Upaya ini kemudian mempengaruhi munculnya kelompok tani atau lembaga swadaya masyarakat (PAN, BSB, dll) untuk mendorong dan mencari alternatif pengembangan pertanian dengan segala nama seperti pertanian berwawasan lingkungan, pertanian lestari, pertanian alamiah, ataupun pertanian organik.
Gerakan ini masih spontan, sporadis dan berjalan lambat dengan diam-diam karena programnya bertolak belakang dengan program Kementerian Pertanian (Kemtan) meskipun selaras dengan program Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Sejak tahun 1990-an dengan kuatnya isu lingkungan hidup di dunia Internasional dan banyak temuan tentang bahaya pestisida (buku Silent Spring) mempengaruhi cara pandang ahli pertanian bahkan mendorong BAPPENAS untuk melaksanakan Program Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) yang memberi dampak positif dengan diadopsinya program ini oleh Kemtan menjadi program nasional pertanian Indonesia. Bersamaan dengan itu, terjadi kesadaran massal oleh masyarakat petani tentang bahaya pestisida dan kerusakan tanah akibat urea, TSP, dan lain-lain. Terbukti munculnya gerakan pertanian yang tergabung dalam SPTN-HPS Ganjuran, Jaker PO, Biocert, dan lain-lain. Kesadaran bersama itu mendapatkan pembenarannya ketika Juli 1997 di Indonesia mengalami krisis moneter yang mengakibatkan terjadi lonjakan harga-harga sarana produksi pertanian (pupuk, benih, pestisida) sampai 300% sehingga para petani tidak bisa bertani lagi kecuali mulai dengan pertanian organik. Setelah peristiwa ini, banyak kalangan dari pengusaha, perguruan tinggi, pemerintah dan lembaga swadaya
n Audiensi AOI dengan DPD RI dan Kemtan: Bahas penjaminan organik komunitas
Foto: Dok. AOI
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
9
Isu Utama masyarakat lebih serius melihat peluang pertanian organik dan puncaknya pada tahun 2001, secara resmi Kemtan melalui salah satu Subdirektorat Jendral membentuk Otoritas Kompetensi Pertanian Organik (OKPO) dengan program yang terkenal “Go Organic 2010”.
(Participatory Guarantee System-PGS) maka peluang pasar organik bagi kelompok tani kecil hanyalah penjaminan kepercayaan (self declare) atau penjaminan pihak kedua (lembaga swadaya masyarakat) yang dilakukan dengan sistem pasar “Teikei & direct selling”.
Pasca Go Organic 2010
Akhirnya nilai organik diganti dengan satu lembar kertas sertifikat. Akibatnya setelah Go Organic 2010, yang dicari orang atau penggiat organik adalah sertifikat bukan lagi masa depan bumi yang lestari. Untuk konsumen Bina Sarana Bakti (BSB) sebagian besar lebih senang kalau produk organik ada sertifikat terutama yang dijual lagi ke outlet. Sedangkan konsumen yang langsung mengonsumsi produk organik tidak mempermasalahkan ada tidaknya sertifikat. Bagi mereka yang penting produk organik berasal dari BSB yang konsisten dikirim sesuai order. Konsumen sebenarnya ingin jaminan organik dari BSB. Mereka juga kurang paham bahwa lembaga sertifikasi pihak ke-3 lah yang berhak mengeluarkan sertifikat.
Lahirnya OKPO menggeser semangat dan medan perjuangan gerakan organik. Praktis tidak ada lagi keraguan untuk menggerakkan pertanian organik di Indonesia. Meskipun semangatnya sungguh berbeda, tetapi OKPO berhasil mendorong banyak pihak (pengusaha retail, Pemda, dan para petani, bahkan pengambil kebijakan pertanian) untuk memajukan pertanian organik. Program Go Organic mampu menetapkan 9 lembaga sertifikasi organik dengan memberi subsidi biaya sertifikasi bagi petani daerah. Hal itu mendorong bisnis ekspor produk organik seperti kopi dari Sumatera Utara, beras dari Jawa Tengah, madu dari Kalimantan Tengah, dan lainlain. Kehadiran OKPO sedikit menggeser romantisme organik masa lalu, sebab dukungan bisnis terlalu kuat daripada nilai-nilai organik, kebijakan subsidipun tidak ada arahnya mengingat kelompok tani yang dilepas dari subsidinya tidak mampu lagi memperpanjang sertifikasi (SPOI, 2012). Kelompok petani organik kecil tersingkir dari peluang pasar retail organik karena tidak mungkin mensertifikasikan lahannya. Apalagi pemerintah belum juga mengakui penjaminan organik komunitas
10
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Sementara itu, hampir semua penggiat organik yang besar (termasuk LSM) mengarahkan potensi organik untuk pasar ekspor. Setiap ada berita ekspor perdana produk organik Indonesia menjadi sebuah kebanggaan besar baik pada taraf lokal atau nasional. Jadi produk organik sudah menjadi lahan bisnis bagi pengusaha, pemerintah (daerah), lembaga sertifikasi dan produsen (petani). Akibatnya sinergi ke-4 “stakeholder” ini akan menentukan arah pengembangan pertanian organik ke masa depan Indonesia.
Lembaga swadaya masyarakat yang masih setia mendampingi kelompok tani organik kecil terpaksa menyisir jalan lain yang penuh perjuangan. Idealisme untuk mendorong nilai-nilai organik menjadi basis pembangunan karakter petani terkadang membutuhkan kesabaran dan sesekali benturan paradigma organik itu sendiri. Masihkah jalan ideal ini terbuka? Tidak ada jalan sempit bagi pertanian organik, peluang petani organik kecil tetap saja terbuka lebar asal tetap teguh pada nilai- nilai organik (organis) yang sejati, yang tidak terbatas pada sebuah sertifikat tetapi berbasis pada keterbukaan, kejujuran dan kepercayaan. Pengembangan pertanian organik di Indonesia membutuhkan kebijakan pemerintah yang lebih komprehensif (mewakili semua lapisan masyarakat baik yang kecil maupun yang besar). Namun pengembangan pertanian organik yang memanfaatkan kebijakan subsidi untuk biaya sertifikasi tidak ada masa depannya mengingat sistem subsidi hanya sesuai pada situasi darurat (sementara). Selanjutnya sangat diperlukan pengawasan terhadap lembaga sertifikasi organik untuk menjaga kualitas penjaminan organis pihak ke-3. Pengembangan pertanian organik yang ideal juga harus berdasarkan nilai-nilai organik yang tumbuh pada kelompok basis (petani) bukan karena diawasi (disertifikasi) tetapi kesadaran akan masa depan bumi yang lebik baik. Pengembangan pertanian organik yang bijaksana memberi ruang dan membuka peluang terhadap penjaminan komunitas petani agar menjangkau kelompok tani yang memiliki lahan sempit. (*) Y.P. Sudaryanto Direktur Bina Sarana Bakti Telp : 0251-8257913 E-mail : daryanto_organic@yahoo.com
Isu Utama
n Foto tanam padi oleh siswa-siswi Pelajar SMPN 209 Jakarta Foto: Dok. SMPN 209 Jakarta
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
11
Foto: Dok. SMPN 209 Jakarta
Isu Utama
n Panen padi organik bersama guru dan siswa di SMPN 209 Jakarta
S
ebagai pencetak generasi muda yang berkualitas dengan ilmu dan nilai-nilai luhur bangsa ini, sekolah berupaya mewujudkannya melalui program dan pendidikan yang tepat dengan tujuannya. Program dan pendidikan itu terintegrasi sehingga siswa-siswi tidak hanya mahir dalam bidang studi tertentu, namun juga peduli dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan hidup maupun masyarakat sekitarnya. Alhasil bisa terwujud siswa-siswi dengan pola hidup berkualitas yang selaras dengan lingkungannya. Masuknya program pendidikan lingkungan hidup di sekolah diharapkan mampu mengembangkan warganegara yang memiliki pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan masalah yang berkaitan, menumbuhkan kesadaran agar terlibat secara efektif dalam tindakan menuju pembangunan masa depan yang lebih baik. Pendidikan Lingkungan Hidup memiliki tujuan seperti meningkatkan kesadaran 12
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
yang berhubungan dengan saling ketergantungan ekonomi, sosial, politik, dan ekologi antara daerah perkotaan dan pedesaan; memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap tanggung jawab, dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan meningkatkan lingkungan; menciptakan pola baru perilaku individu, kelompok dan masyarakat secara menyeluruh menuju lingkungan yang sehat, serasi dan seimbang. Dalam mengisi pendidikan lingkungan hidup ini, beberapa sekolah memilih mengembangkan pertanian organik. Diantaranya SMPN 209 Jakarta, SPP DKI Jakarta, SMKN 5 Surabaya Jawa Timur, SMPN 2 Surabaya, SMK 1 Baula Kolaka Sulawesi Tenggara, SMPN 2 Trawas Mojokerto, dan SMAN 1 Trawas Mojokerto. Menurut Irwanto dari Kelompok Petani Brenjonk di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, pendidikan dan pengembangan pertanian organik di sekolah baik untuk penyadaran pentingnya kesehatan dan lingkungan. Juga bisa memperluas informasi pertanian organik bagi masyarakat yang selama ini masih
kesulitan mendapatkan informasi dan produk organik. Selama ini Kelompok Petani Brenjonk menjadi pelatih dan pendamping siswasiswi sekolah dalam mengembangkan pertanian organik di sekolahnya. Ada sekitar 6 sekolah di tingkat SMP-SMA di Mojokerto yang sudah dilatih Kelompok Petani Brenjonk.
Bertani organik di sekolah Pelajar SMPN 209 Jakakarta telah mempelopori inovasi penanaman padi organik dalam pot di atas atap masjid sekolahnya. Bahkan panen padi jenis Ciherang tersebut pada 2011 mendapat perhatian dari staf Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementrian Pertanian. Suhri, guru yang mengenalkan penanaman padi menyatakan, ini merupakan program yang sudah berjalan sejak 2007. Selain untuk mengembangkan program penghijauan lingkungan di sekolah, Suhri juga ingin mengenalkan para siswa tentang bagaimana menanam padi yang belum pernah mereka ketahui.
Isu Utama Dengan mengetahui cara menghasilkan padi sebagai bahan makanan pokok ini, para siswa diharapkan bisa menghargai kerja keras petani yang selama ini memproduksi padi. Selain itu, para siswa juga lebih menghargai makanan yang dikonsumsi. Awalnya ada 50-150 pot tanaman padi. Sekarang sudah berkembang menjadi 400 pot. Rata-rata hasil panennya mencapai sekitar 800 ons gabah kering. Jenis padi yang ditanam seperti Ciherang, Situbagendit, padi Jepang dan Inpari 13. Cara penanaman padi di pot ini cukup mudah dan murah, karena hanya menggunakan pot seharga Rp 5.000 per buah dan biaya fermentasi pupuk hanya Rp 1.000. Bahan seperti tanah dan pupuk kandang bisa didapatkan gratis. “Dalam tiga bulan bisa dipanen dengan produktivitas sekitar 200-300 gram gabah per pot. Dalam setahun minimal tiga kali panen� kata Suhri. Metode ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat perkotaan yang ingin menanam padi organik. Sementara itu, tersedianya lahan yang cukup mendorong tim lingkungan hidup SMKN 5 Surabaya, Jawa Timur juga mengembangkan pertanian organik. Pada 2011 lalu, saat pembinaan dan pemantauan Surabaya Eco School, Muhammad Adharul Imron, siswa kader lingkungan hidup, dalam sebuah media nasional menyampaikan bahwa program pertanian organik sudah dimulai. Para siswa telah mengubah lahan tidur di samping ruang teori menjadi lahan pertanian. Mereka telah menanam sayuran jenis terong, bayam, kangkung dan sawi. Pertanian organik yang mereka buat merupakan langkah lanjutan pemanfaatan kompos organik yang mereka hasilkan. SMKN 5 memiliki rumah kompos dengan produksi besar, mengingat banyaknya sampah daun yang dihasilkan tiap harinya di sekolah. Surabaya Eco School 2011 adalah program lingkungan hidup berkelanjutan untuk sekolah-sekolah di Surabaya. Program yang memadukan kompetisi, pembinaan dan pemantauan ini diselenggarakan
oleh pemerintah kota Surabaya dan Tunas Hijau. Pada tahun 2011 program lingkungan hidup berkelanjutan Surabaya Eco School diselenggarakan, melalui program tersebut telah berhasil mendorong sekolah-sekolah khususnya di Surabaya memiliki berbagai program unggulan lingkungan hidup dengan melibatkan peran serta aktif segenap warga sekolah. Melalui Program Surabaya Eco School 2011 ini juga, siswa-siswi SMPN 2 Surabaya mengembangkan tanaman organik. Diantaranya, budidaya sawi organik. Hani Rizkia, Ketua Tim Lingkungan SMPN 2 Surabaya, mengagendakan program tersebut menjadi program unggulan di program Surabaya Eco School. �Budidaya sawi bisa berjalan karena pihak sekolah juga menyetujui,� tutur Hani. Terlebih perawatan sawi lebih mudah daripada jamur. Tak ketinggalan dengan siswa-siswi di Surabaya, SMK 1 Baula, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, juga telah menerapkan pertanian organik ke dalam proses belajar mengajarnya pada 2012.
n Proses panen padi organik di SMPN 209 Jakarta
Melalui program ini, pihak sekolah ingin mengajarkan siswa agar bisa memanfaatkan tanaman secara alami, tanpa menggunakan bahan kimia. Guru SMK 1 Baula Bidang Pengendalian Hama dan Penyakit Nurlina mengatakan, salah satu tujuan sekolah menerapkan pertanian organik yakni agar tanaman yang nantinya dikonsumsi masyarakat dan siswanya sehat karena tidak mengandung bahan kimia sintetis. Selain itu juga, melindungi tanaman dari gangguan hama yang terkena penyakit, serta melindungi para siswanya agar bisa terhindar dari pestisida yang menggunakan bahan kimia. Menurutnya, salah satu keuntungan yang didapatkan bila menerapkan pertanian organik di sekolah adalah, biaya yang digunakan tidak terlalu mahal, mudah untuk dikerjakan, selain itu juga tidak merusak lingkungan sekitar. Lebih lanjut ia menambahkan, salah satu jenis pelajaran pertanian yang diajarkan kepada siswa yakni, pembuatan pupuk bokasi yang dibuat dari sayur dan buahbuahan. Selain itu juga, pestisida yang dibuat dari bahan alami, seperti daun papaya, umbi, gandum dan gamal. (*)
Foto: Dok. SMPN 209 Jakarta
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
13
Jendela Konsultasi
Bagaimana Beralih ke Pertanian Organik Kami ingin mengembangkan pertanian organik di daerah Sumatera. Bagaimana cara untuk beralih ke pertanian organik? Terima kasih Joshua Jakarta
YP. Sudaryanto menjawab: Dalam pertanian organik dikenal istilah “masa transisi” yaitu masa yang diperlukan untuk membebaskan lahan dari segala potensi pencemaran sebelumnya. Syarat dan metodenya ada beberapa yang berbeda tergantung sejarah lahan dan potensi tingkat pencemarannya. Sedangkan cara beralih ke pertanian organik agak sedikit berbeda yaitu berfokus pada pemulihan situasi kehidupan dalam tanah dan kesehatan lingkungan sekitarnya. Ada 2 cara yaitu yang langsung menghentikan penggunaan segala sarana produksi sintetis sejak awal dan ada yang memilih bertahap. Untuk yang langsung dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Biarkan lahan “bero” 1 - 3 bulan untuk memberi kesempatan alam bekerja menurut caranya yaitu melakukan “reaksi“ terhadap situasi apa adanya. Kalau lahan tercemar berat akan ada reaksi alam yang sesuai. 2. Pengolahan lahan sesuai peruntukannya. Setelah 3 bulan, untuk tanaman padi mengikuti tata cara budidaya padi, untuk sayuran dimulai dengan membuat bedengan (1x10 m) dengan sistem olah (Double Digging) untuk menambah bahan organik dan memperluas zona perakaran.
14
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Redaksi Ahli 3. Penanaman kombinasi leguminosa dan tanaman tertentu. Misalnya: sesbania sesban dengan jagung, crotalaria dengan kobis (improved fallow). 4 Penerapan sistem rotasi panjang ( leguminosa-leafcrop-fruithcrop rootcrrop - kembali legum).
Agus Kardinan
Sabirin
Pestisida Nabati
Tanaman Tahunan
Agung Prawoto
YP Sudaryanto
Diah Setyorini
Daniel Supriyono
Diharapkan dengan rotasi tanaman memberi perubahan kondisi iklim mikro dan tanah lebih sehat (pulih).
5. Setelah 3 tahun penerapan rotasi, bebas pilihannya termasuk sistem pendek (legum-non legum). Beralih ke lahan organik berarti memberi kebebasan mahkluk hidup berkembang termasuk mikroorganisme dalam tanah sehingga input pupuk kandang, hijauan, legum, urine, pemulsaan menjadi sangat penting. Tanaman sebagai habitat predator seperti bunga kuning dan lainlain. Penciptaan kebun yang beraneka ragam menjadi syarat kebun sudah beralih menjadi organik. Indikatornya cacing tanah, predator, bahan organik, aneka tanaman, pertumbuhan tanaman yang normal, OPT yang sedikit dan hasil yang stabil.
Standar dan Sertifikasi
Kesuburan Tanah
Sayuran Organik
Padi Organik
Toto Himawan
Hama dan Penyakit Tanaman
Penjaminan Organis
Oleh : Sucipto K. Saputro
P
enjaminan mutu ke depannya merupakan hal yang penting dalam perkembangan pertanian organik di Indonesia. Meski saat ini kondisi standar pemerintah (SNI pangan organik 6729 - 2010) belum wajib (mandatory) diterapkan oleh pelaku organik. Kementerian Pertanian (Kemtan) melalui kelompok kerja pangan organik tengah menyiapkan peraturan menteri pertanian tentang tata cara penerapan sistem pangan organik. Sistem ini dibangun untuk melindungi konsumen dari manipulasi dan penipuan, melindungi produsen karena pengakuan sepihak yang menyesatkan, juga memberi jaminan bahwa produksi sesuai standar organik dan harmonisasi sistem produksi. Jaminan yang dimaksud bahwa pangan organik yang diproduksi diperoleh melalui penerapan SNI sistem pangan organik. Dan itu hanya akan dapat digunakan bagi operator yang mendapatkan sertifikasi dari lembaga sertifikasi yang terakreditasi. Meski kenyataanya tidak sedikit juga pelaku organik yang dari awal sudah menerapkan sistem pertanian organik (private standard) dan melakukan penjaminan sendiri. Khususnya untuk 80% petani kecil yang menghasilkan pangan organik. Lantas apakah ORGANIK milik petani besar? Pernyataan itu bukan tanpa alasan, bukan rahasia lagi jika biaya sertifikasi pihak ketiga itu cukup besar bagi petani kecil. Sehingga banyak upaya yang dilakukan untuk memperkecil biaya sertifikasi, upaya seperti harmonisasi dan equivalensi, sebut saja Internasional Task Force on Harmonisation and Equivalence (ITF), Internasional Social and Environmental Accreditation and labeling Alliance (ISEAL), Certa All, dan IFOAM Family Standar. Selain itu ada pengembangan sistem untuk membantu petani kecil yaitu sertifikasi bagi kelompok petani kecil dengan dasar Sistem Pengawasan Internal (Internal Control System - ICS) dan penjaminan mutu partisipatif (Participatory Guarantee System - PGS). Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
15
Penjaminan Organis Kedua sistem ini dimaksudkan untuk meminimalisir biaya sertifikasi khususnya untuk petani kecil yang memasarkan produknya langsung kepada konsumen pengguna atau melalui rantai supply yang sangat pendek.
Perkembangan sertifikasi organik di Indonesia Di tahun 2009, Indonesia memiliki 7 Lembaga Sertifikasi Pangan Organik (LSPO), kemudian pada tahun 2011 bertambah menjadi 8 LSPO. Namun perkembangan itu tidak berbanding lurus dengan luas lahan yang telah disertifikasi. Menurut data Statistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) 2011, jumlah luas lahan yang telah disertifikasi 90.135,30 hektar (Ha) dan di tahun 2012 menurun 31% menjadi sebesar 62.127,82 hektar (Ha). Menurut Gardjita Budi, Direktur Mutu dan Standardisasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dalam sebuah media nasional, selain pasar domestik, juga banyak permintaan datang dari luar negeri, sehingga ke depannya Kemtan menargetkan penambahan luas lahan organik bersertifikasi sebanyak 10%. Target tersebut mungkin bisa saja berhasil, namun jika melihat kesiapan sertifikasi sebagai satu–satunya yang diakui secara domestik untuk mengembangkan pertanian organik, kok saya meragukan, coba kita lihat beberapa hal yang menjadi ganjalannya.
Biaya sertifikasi Kondisi menurun itu akan terus terjadi karena mahalnya biaya sertifikasi menyurutkan minat petani mendapatkan sertifikasi organik. Saat ini biaya sertifikasi organik berkisar antara Rp 15 juta sampai Rp 40 juta, bergantung kondisi lahan kebun dan pertanian. 16
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Menurut Triyan Aidilfitri, Marketing & Business Support Senior Manager PT Succofindo, biaya yang relatif tinggi mengakibatkan minimnya petani yang menghasilkan produk organik serta petani kecil yang tertarik mengurus sertifikasi organik. Apalagi sertifikasi yang menelan biaya puluhan juta hanya berlaku untuk masa tiga tahun. Sementara itu Direktur Manajemen Tangkolo Farm, Kiki Rizki Effendi, menyatakan, mahalnya biaya sertifikasi membuat para petani enggan melakukan sertifikasi. Kiki mengatakan, Tangkolo Farm yang mempunyai 14 hektar lahan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan di Sukabumi, biayanya terlalu mahal karena sampai 50 juta rupiah. Kami juga harus mengeluarkan berbagai macam biaya termasuk akomodasi penginapan dan kunjungan inspektur ke lapangan. Informasi mengenai sertifikasi organik dari delapan lembaga sertifikasi yang terakreditasi bisa dibilang samar-samar. Dari 8 hanya ada empat
lembaga sertifikasi saja yang mempublikasikan dirinya lewat website (salah satu media informasi). Dalam ISO 65 disebutkan bahwa lembaga sertifikasi harus menyediakan atau mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan sertifikasi, salah satunya harga. Hal ini sebetulnya sebagai kontrol kepada lembaga sertifikasi. Contohnya saja tidak sedikit operator yang mengetahui mekanisme banding dalam proses sertifikasi. Cukup beralasan karena jika ditelisik lagi ke dalam website lembaga sertifikasi di Indonesia, informasi bagaimana proses sertifikasi juga aplikasi tidak terpampang jelas di dalamnya. Mungkin kecilnya informasi ini membuat tidak sedikit produsen bingung. Meski banyak produk organik yang beredar di supermarket maupun toko modern di Indonesia, baik itu bahan mentah maupun produk olahan. Bahkan ada juga restoran organik. Tapi coba saja dilihat di beberapa kemasan produk organik, tidak sedikit produk yang mencantumkan organik itu dengan menuliskan uji laboratorium dari produk tersebut.(*)
Sucipto K. Saputro Program Officer Produksi dan Penjaminan Aliansi Organis Indonesia Telp./Fax : 0251-8316294 E-mail : sucipto@organicindonesia.org
Penjaminan Organis
K
esadaran akan pentingnya hidup sehat dan ramah lingkungan membuat masyarakat mulai melirik produk-produk sehat dan ramah lingkungan seperti produk organik. Yang tak kalah pentingnya, dokter dan ahli gizi juga menyarankan pasiennya untuk menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi produk organik yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis ini. Alhasil konsumen semakin yakin untuk mencari dan mengonsumsi produk organik. Lalu produk organik seperti apa yang konsumen cari? Apakah yang bersertifikat organik atau tidak? Sementara itu beberapa konsumen mengaku mendapatkan produk organik palsu. Produk tersebut berlabel organik namun setelah ditelusuri bukan dihasilkan secara organik. “Saya dan keluarga baru saja mengonsumsi produk organik seperti beras dan sayur-sayuran biar sehat. Ya masih kadangkadang saja,” ungkap salah satu pelanggan outlet organik D’ Natural di Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Buat pelanggan yang tidak mau disebutkan namanya ini, yang penting produk itu berlabel organik. Dia tidak mempermasalahkan apakah produk organik itu bersertifikat organik atau tidak. Bahkan dia belum tahu bila ada tanda khusus (Organik Indonesia) untuk produk organik pada labelnya. Begitupun dengan Nurhadi, konsumen organik dari Bekasi, Jawa Barat ini. Dia tidak mempermasalahkan produk organik yang dikonsumsinya bersertifikat atau tidak. Namun yang terpenting buatnya, produk organik itu bisa dipercaya dengan jelas asal-usulnya, baik petani maupun agen penjualnya. Sehingga bila ada komplain terkait kualitas produk itu bisa tersampaikan dengan benar dan tepat.
Menurutnya, produk organik yang bersertifikat atau yang belum bersertifikat namun jelas asal-usulnya penting untuk mencegah pemalsuan produk organik. Dari pengalamannya, Nurhadi pernah mendapatkan produk organik yang palsu. Sebagai penjual produk-produk sehat dan organik, Sherly pemilik dari D’Natural di Surabaya, Jatim, lebih memilih produk organik yang bersertifikat. Hal ini untuk melindungi konsumen dan menjawab pertanyaan atau komplain dari pelanggan yang kritis dan tidak percaya akan keaslian produk organik. Ada sekitar 10-20 orang pelanggan yang komplain akan kualitas atau keaslian produk organik. Untuk menjawabnya, Sherly tinggal menunjukan bahwa produk organiknya bersertifikat dan bisa dipertangunggjawabkan. Sementara itu Hira Jhamtani, pemilik toko Satvika Boga yang menjual produk-produk organik mengungkapkan bahwa sedikit sekali konsumen yang menanyakan sertifikat produk organik. “Yang mereka tanyakan biasanya adalah produk dari mana dan bagaimana kami tahu itu organik. Faktor kepercayaan menjadi lebih penting bagi mereka,” jelas Hira. Buat Hira, produk bersertifikat tujuannya baik, tapi kenyataan di lapangan memperlihatkan kesulitannya. Misalnya, ada petani sayur yang saat diminta mengirim sayur ke toko, mengatakan bahwa dia sedang tidak menanam karena tidak ada proyek. Jadi mereka menanam jika sudah ada pembeli yang memesan. Artinya petani menjadi petani bila ada pembeli partai besar, ungkap Hira. (*)
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
17
Profil
A
ktivitas yang padat tak membuat Deasy Novianti melupakan kesehatan. Baginya kesehatan adalah utama agar bisa selalu fit dalam beraktivitas. Jadwal kerja yang padat dengan situasi lingkungan yang berbeda-beda membuatnya berhati-hati agar kondisi tubuhnya bisa selalu menyesuaikan diri, sehat dan tidak mudah sakit. Caranya dengan menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Dengan makan makanan yang sehat membuat tubuh mendapat asupan nutrisi yang baik sesuai kebutuhan tubuh. Presenter cantik inipun memilih mengonsumsi bahan makanan organik. Sejak 2007, ketika awal menyusui anak pertamanya, Deasy (33) memutuskan memilih menu makanan organik karena lebih sehat tanpa mengandung pestisida kimia yang berbahaya untuk tubuh. Seperti diketahui pestisida kimia tidak baik bagi kesehatan tubuh manusia. Terutama bagi konsumen dengan pola makan makanan mentah. Telah dilaporkan pula bahwa residu pestisida bisa masuk ke ASI sehingga ibu-ibu dilarang untuk menyusui anaknya. Dapat dibayangkan bila seorang bayi meminum ASI yang tercemar pestisida maka sejak usia bayi dia telah mengalami peracunan. Dengan menghindari makanan toksik yang berpestisida juga bisa membantu mencegah kegemukan selain dengan menjaga pola konsumsi secara keseluruhan. Tak heran bila Deasy semakin mantap memilih menu makanan organik terutama sayur-sayuran sebagai menu pendamping ASI saat menyusui bayi yang disayanginya. Selain membuat tubuh dan bayinya lebih sehat, Deasy pun ingin mengenalkan anak-anaknya tentang produk organik sejak dini. “Saya ingin anak-anak saya mendapat asupan makanan yang sehat sejak dini dengan mengonsumsi organik melalui pola makan yang diterapkan orang tua, anak dan keluarga,� ungkap ibu dari 2 orang anak ini. Meski tidak terjadi secara instan, namun Deasy mengaku ada perbedaan sebelum dan sesudah mengonsumsi organik. 18
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Deasy Novianti Foto: Kapanlagi.com
Profil
Foto: Dok AOI n Aktivitas Deasy Novianti sebagai narasumber di talkshow AOI pada 2011
Sebelum mengonsumsi organik, Deasy sering mengalami gangguan tenggorokan dan flu. Tapi setelah mengonsumsi organik, dirinya jadi jarang sakit atau gangguan tenggorokan lagi. Menurutnya, menu makanan organik dengan pengolahan yang benar akan menghasilkan asupan nutrisi yang diperlukan tubuh. Alhasil tubuh menjadi fit dan sehat. Selain telah membuktikannya sendiri, pendapat Deasy tersebut juga diperkuat para pakar seperti ahli gizi. Salah satunya Mae-Wan Ho, ahli pangan dan gizi mengatakan bahwa penyebab sakit adalah lingkungan dan sosial. Maka yang berperan penting dalam menjaga
kesehatan fisik dan mental seseorang adalah gizi permulaan dan perawatan dari orang tua. Tak heran jika Deasy rela mengonsumsi menu organik yang awalnya dirasa kurang enak karena tanpa penyedap. Yang terpenting dia bisa memberikan asupan gizi yang sehat buat bayinya sejak dini. Namun setelah mengonsumsi organik dengan pola masak yang tepat, Deasy akhirnya bisa merasakan bahwa menu organik juga enak selain nilai gizinya lebih baik. Anak pertamanya yang saat ini berusia 5,5 tahun juga lebih sehat dan jarang sakit. Kalaupun sakit, dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, Jazmeen Indira Arkani, anak Deasy yang pertama ini lebih cepat sembuhnya.
Nilai lebih buat organik Melihat manfaat produk organik bagi kesehatan ini, harga bukanlah menjadi
masalah. Sudah selayaknya produk organik lebih mahal daripada produk non organik. Bagi Deasy dan konsumen lain yang mengetahui manfaat pangan organik pasti tidak akan sayang membayar lebih mahal untuk memberi nilai lebih produk organik. Mereka akan menyadari bahwa biaya kesehatan yang harus dibayarkan bila sakit karena mengonsumsi makanan yang tidak sehat akan lebih besar daripada biaya membeli produk organik. Buat Deasy, ini adalah pilihan bagi konsumen. Ingin membayar lebih mahal untuk produk organik dan sehat atau membayar lebih murah untuk produk non organik namun tidak sehat. Dengan uang yang pas-pasan, konsumen juga bisa mengatur konsumsinya. Bila ingin mengonsumsi produk organik tidak harus setiap hari, tapi seminggu sekali dulu. “Tidak berat kok kalau melihat manfaat produk organik,� jelas Deasy. Selain karena bermanfaat untuk kesehatan, Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
19
Profil Deasy juga telah mempelajari mengapa produk organik itu mahal. Saat menjadi salah satu narasumber di talkshow yang diselenggarakan Aliansi Organis Indonesia (AOI) 2011 lalu, Deasy mengungkapkan bahwa penyebab
produk organik mahal karena praktik pertanian organik memerlukan kerja keras, kesabaran, kecekatan dan ketrampilan yang lebih dari petani. Mulai dari menyiapkan pupuk organik, lahan, benih, perawatan tanaman dari hama dan tanaman pengganggu. Para petani organik tidak menggunakan bahan-bahan kimia sistetis dan memperlakukan tanaman dan lingkungan secara hati-hati. Tak ayal produk yang dihasilkan dan lingkungan sekitarnya bebas dari pencemaran bahan-bahan kimia sintetis seperti pestisida. Sayangnya produk organik hanya ditemukan di tempat-tempat khusus
seperti swalayan. Deasy masih sulit mendapatkannya di pasar tradisional. Dia juga mesti teliti memilih produk organik meski berlabel organik, apalagi yang tidak berlabel. Kadang produk organik yang berlabel pun masih membuatnya ragu karena bentuknya yang bagus. Yang Deasy tahu bentuk produk organik tidak begitu bagus. Maka untuk lebih aman, Deasy memilih produk organik berlabel (bersertifikat) atau yang dijual di swalayan karena pasti melalui proses quality control (pengawasan kualitas). Produk organik yang biasa dikonsumsi Deasy seperti beras, sayur-sayuran, kecap, gula, garam, telur dan biskuit.(*)
“Statistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) 2012� barometer perkembangan pertanian organik nasional
Kami hanya mencetak 200 pcs. so, dapatkan
25%
discount
bagi 50 pembeli pertama
Aliansi Organis Indonesia (AOI) kembali menerbitkan SPOI untuk yang ke-5 kalinya. SPOI 2012 ini memuat data-data statistik pertanian organik Indonesia, trend pertanian organik, informasi dan pengetahuan mengenai pertanian organik, dan database pertanian organik Indonesia terkini. Berminat? Hubungi Rizki Ratna : rizki@organicindonesia.org / market@organicindonesia.org Telp./Fax : 0251- 8316294 Hp. : 0857-21519878 20
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Nama Buku : STATISTIK PERTANIAN ORGANIK INDONESIA 2012 Jumlah Halaman : 70 hal + xiv Harga : @ Rp.100.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Foto: Dok AOI
n Display produk organik
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
21
Foto: Dok. AOI
Agribisnis
n Aneka produk organik
Oleh : Enny Setyowati
P
roduk organik pada masa ini memang bukan hal yang baru. Masyarakat mengerti apa dan kegunaan produk organik, tetapi pengetahuan dan pengertian ini tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menjadikan produk organik ini sebagai kebutuhan untuk dikonsumsi. Masyarakat masih terbentur dengan harga yang “sedikit mahal�, akses untuk memperoleh produk dan keraguan akan keaslian produk organik. Dilema inilah yang sering dihadapi oleh para pelaku penyedia produk (dalam hal ini petani) untuk menghasilkan produk organik. Hal tersebut merupakan satu tantangan dalam pemasaran produk organik di masyarakat, baik pemasaran pada pasar lokal, retail maupun skala ekspor. Hal–hal mendasar yang harus diperjuangkan dalam hal ini adalah: 22
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
a. Membuat produk organik ini dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. b. Membuat para penyedia produk organik/petani bersedia membudidayakan produk organik. c. Menyelematkan alam dan lingkungan melalui pertanian organik. d. Peningkatan ekonomi masyarakat. Salah satu pengembangan yang efektif saat ini adalah dengan mulai memasarkan produk organik. Tetapi lagi-lagi pasar lokal tidak mampu untuk menampungnya karena harganya yang relatif lebih tinggi dan kalah bersaing dengan harga produk non organik. Untuk terobosan, cara yang paling efektif dengan membuka jaringan pemasaran sendiri. Mengaca pada hal inilah Warung Hijau Trukajaya bergerak
untuk membantu petani membuka jaringan produk organik kepada masyarakat. Untuk mempermudah
Agribisnis jaringan pemasaran ada beberapa langkah stategis yang harus ditempuh:
1. Penyiapan produsen Penyedia produk dalam hal ini petani harus disiapkan dengan benar baik pola pikir maupun tindakan mereka bahwa membudidayakan produk organik ini menguntungkan. Semua masyarakat membutuhkan. Berbarengan itu pula, harus disadarkan bahwa persaingan pemasaran produk ini sangat ketat. Tidak mudah memang untuk tahap ini, apalagi untuk petani pemula dengan
sistem organik. Selain biaya produksi yang bertambah, penurunan hasil akan berakibat pada kenaikan harga barang yang mungkin tidak dapat diterima pasar. Maka harus diberi pengertian bahwa harga produk mahal tidak masalah asalkan berkualitas. Petani harus mampu memberikan efek “kepercayaan� akan produk yang dihasilkan kepada konsumen. Artinya petani sendiri secara jujur mampu menjalankan dan menjamin produk yang mereka hasilkan benarbenar organik. Entah berapa persen kadar organiknya, yang terpenting adalah kejujuran kepada konsumen. Penyiapan selanjutnya adalah membangun kesadaran kepada petani bahwa yang dihasilkan ini tujuannya tidak hanya di pasar lokal semata, tetapi akan dapat menembus pasar lebih luas. Mengingat saat ini yang memiliki daya beli produk organik ini adalah kalangan menengah ke atas, maka pemasarannyapun pasti di supermarket yang berkelas seperti supermarket, outlet khusus dan lain-lain. Untuk kualitas, kuantitas dan mungkin juga ukuran produk memang harus mengikuti permintaan konsumen atau pasar.
Foto: Dok. AOI
Sayur mayur organik n
Kemampuan petani untuk menghasilkan produk secara kontinu / berkesinambungan juga sangat memegang peranan. Masyarakat atau pasar membutuhkan produknya secara berkelanjutan dengan jenis yang bervariasi dan jumlah yang mungkin sedikit. Kemampuan untuk membudidayakan tanpa mengenal atau tergantung dengan musim dan cuaca sangat penting. Kontinuitas dan keanekaragaman permintaan produk ini dapat disiasati dengan berkelompok. Masing-masing petani bisa memiliki spesialisasi produk yang digabungkan untuk sebuah pemasaran. Penjaminan kepercayaan (trust), kualitas yang sesuai dengan permintaan, kontinuitas, dan keaneka-
ragaman produk ini bila disatukan akan mempermudah petani untuk membentuk pemasaran yang mampu bersaing. Penentuan lokasi dan segmen pasar dimana akan menjual produk ini juga menjadi kunci penting, karena kalau produk tidak terjual tidak ada artinya bagi petani. Penentuannya harus jelas siapa saja yang akan dijadikan target konsumen. Setelah itu lihat dimana mereka biasanya berkumpul, menghabiskan waktunya dan berbelanja. Jawaban menjadi penentu. Bijaksana kalau kita memasarkan atau menjajakan produk-produk ini di tempat dimana target ini biasa berkumpul, seperti mengambil ikan dengan jala. Yang pasti produk organik untuk saat ini belum 100% diterima di pasar lokal. Selain harga, informasi atas produk ini juga terbatas bila dijajakan di pasar lokal. Diperlukan tempat khusus dimana konsumen bisa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang produk ini. Untuk itu penyelenggara pasar (market) ini harus mampu memberikan ruang dan waktu untuk memberikan semua informasi kepada konsumennya. Warung Hijau Trukajaya menggunakan sistem pesan antar, dimana konsumen bisa memesan produk yang dikehendaki. Harapannya dengan proses ini konsumen memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi langsung kepada petugas dan pengantar barang sebagai jaminan dan pertanggungjawaban atas produk yang diberikan, selain juga memberikan kemudahan bagi mereka yang tidak memiliki cukup waktu untuk mendatangi outlet. Selain itu pemasaran produk dengan bekerjasama dengan supermarket terdekat adalah salah satu penjaringan konsumen dimana mereka sering berkumpul. Selanjutnya perlu juga ada kegiatan yang memudahkan konsumen dengan melakukan sekali kunjungan semua kebutuhan terpenuhi. Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
23
Agribisnis 2. Inovasi dalam proses pemasaran Ketika beberapa produk organik sudah merambah ke pusat-pusat perbelanjaan jangan cepat puas. Pengembanganpengembangan mulai harus diperhatikan, diantaranya: a. Harga Buat harga yang terjangkau, artinya dengan kemasan yang lebih kecil dan harga yang rendah. Konsumen cenderung memilih harga rendah walaupun dengan jumlah dan kemasan yang kecil. Kepandaian memainkan nominal harga juga ikut berperan, misalnya produk dengan harga Rp 9.900,- akan cepat laku dibanding dengan bandrol harga Rp 10.000,- walaupun kalau dipikir terpautnya hanya 100, dan nilai uang ini untuk sekarang sangat kecil. Beberapa konsumen akan suka berbelanja dengan harga-harga yang relatif rendah dan biasanya akan membeli dalam jumlah yang lebih banyak, misalnya barang yang sama dengan ukuran yang lebih sedikit dijual dengan harga Rp 2.000,- dan Rp 5.000,- dengan ukuran yang lebih banyak, pasti akan cepat laku yang Rp 2.000,- dan beberapa kosumen cenderung akan membeli lebih dari 1 walaupun tidak butuh.
24
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
b. Kemasan Berikan kemasan semenarik mungkin, dimana produk yang ditawarkan terlihat jelas kepada konsumen, sehingga konsumen bisa memilih langsung tanpa harus banyak membuka. Selain itu kemasan produk organik juga harus memperhatikan lingkungan, artinya kemasan yang diberikan tidak hanya menarik untuk dilihat tetapi juga ramah lingkungan, menjamin tidak merusak produk dan aman bagi kesehatan. Bila dimungkinkan cantumkan beberapa informasi penting tentang produk yang dikemas, serta pihak-pihak yang bertanggung jawab atas produk tersebut. Hal ini berguna untuk menjamin keaslian produk kita. c. Kualitas Berikan kualitas yang sepadan dengan harga produk, dalam hal ini yang terpenting adalah kualitas sesuai standar yang diberlakukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Keanekaragaman jenis juga memberikan dampak, jangan puas dengan jenis yang sudah dihasilkan. Secara bertahap tambahkan jenis produk, atau juga dapat dilakukan dengan mengombinasikan beberapa bahan dalam sebuah kemasan untuk satu komoditi baru.
d. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung Sarana dan prasarana pendukung untuk proses pemasaran ini dengan memperhatikan faktor promosi, dimana memperkenalkan produk kepada konsumen sampai mereka tertarik untuk mengonsumsinya. Meskipun produk sudah menguasai pasar, tetapi promosi dan pencarian konsumen baru tetap harus dilakukan. Ada masanya konsumen akan mengalami kejenuhan, ketika satu konsumen mengalami titik jenuh, konsumen yang baru sudah siap. Brosur– brosur, informasi dari mulut ke mulut dan lain-lain bisa digunakan untuk menarik konsumen. Keberhasilan sebuah pengembangan memang tidak bisa lepas dari sistem organisasi yang baik dari para penyedia pasar. Oleh sebab itu manajemen pengaturan pengelolaan unit pemasar harus diperhatikan. Ketika semua sudah menjalankan perannya dengan baik, maka pasar akan terbuka dan berjalan sesuai tujuan. (*)
Enny Setyowati Staff Warung Hijau Trukajaya Jl. Cemara II No. 65, Salatiga-Jawa Tengah Telp. : 0298-322433 E-mail : truka@indo.net.id
Info Organis
Oleh : Sutriyono
M
ikroorganisme adalah mahluk hidup renik [mikroskopik] yang terdapat dan telah hidup beberapa waktu di suatu lokasi tertentu. Mikroorganisme Lokal (MOL) sangat berguna dalam dunia pertanian karena sangat kuat dan efektif. Pertanian organik atau alami menganjurkan penggunaan MOL karena mikroorganisme terbaik adalah yang berasal dari lingkungan setempat [ spesifik lokasi ].
Mengapa MOL penting ? Pertanian hanya akan menghasilkan panen yang baik jika lahan yang diberdayakan memiliki kondisi tanah yang sesuai untuk jenis tanaman yang dibudidayakan. Mikroorganisme memainkan peranan penting dalam pengolahan tanah sehingga sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Bersama binatang kecil di dalam tanah, mikroorganisme secara harmonis memperbaiki kondisi tanah dan membantu pertumbuhan tanaman. Mereka membantu menghancurkan bahan organik dalam tanah menjadi nutrisi yang siap diserap oleh tanaman yang di budidayakan.
Mikroorganisme mempunyai dua fungsi penting dalam pertanian antara lain: 1. Mikroorganisme menguraikan senyawa organik komplek menjadi nutrisi yang siap diserap oleh tanaman. 2. Mikroorganisme menghasilkan zat-zat yang berguna seperti antibiotic, enzim, dan asam laktat yang mampu menekan pertumbuhan penyakit dan memdukung kondisi tanah yang sehat.
Cara eksplorasi mikroorganisme lokal Bahan terbaik untuk membiakan mikroba adalah nasi tetapi tidak boleh terlalu lembut dan lengket, karena bakteri aerobik [yang memerlukan udara] tidak bisa hidup di lingkungan seperti itu. Dengen cara sebagai berikut:
MIKROBA 2 Cara pembuatan: Ambil nasi perak 100 gram dan masukan ke dalam piti, selanjutnya gali tanah di bawah pohon bambu
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
25
Info Organis SOLUSI PERTANIAN BERKELANJUTAN PERANAN MIKROORGANISME TANAH DALAM PENYEDIAAN UNSUR HARA
Lactid Acid Bacteria L
20 cm, nasi yang sudah disiapkan masukan ke dalam lubang tersebut dan ditutup dengan daun bambu yang kering, setelah 7 hari nasi tersebut akan tumbuh jamur berwarna kuning, putih, hijau, merah. Ambilah nasi tersebut dan masukan ke dalam stoples pas di tengah, masukan pula gula merah sebesar ibu jari tutuplah stoples dengan kertas, setelah 12 jam gula akan meleleh menandakan mikrobanya banyak, selanjutnya tambahkan gula merah 100 gram difermentasi selama 10 hari. Ini disebut MIKROBA 2. Catatan: Menggunakan gula merah /molase sebab gula merah mengandung mineral, kalsium [Ca], potassium [K], besi [Fe], dan magnesium [Mg].
MIKROBA 3 Cara pembuatan: Ambil larutan mikroba 2 , campur dengan air perbandingan 1 cc: 1 liter air. Campuran ini kita gunakan untuk membasahi bekatul dengan tingkat kebasahan 60 %, kemudian taruh di atas tanah/ubin dengan ketebalan 15 cm dan ditutup jerami agar tidak kena hujan / panas , fermentasi selama 5 hari sudah jadi.
MIKROBA 4 Cara pembuatan: Ambil tanah gunung dengan
26
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
ketinggian 750 dpl dengan maksud untuk mendapatkan mikroba yang tahan dingin lebih kuat, lalu tambahkan tanah lahan yang akan digarap dengan perbandingan 2:1:1 [ 2 kg mikroba 3, 1kg tanah gunung, 1 kg tanah lahan] campurlah menjadi satu dan difermentasi selama 5 hari. Selanjutnya mikroba 4 siap kita tebarkan ke lahan, namum akan lebih baik apabila aplikasinya ditambah dengan arang sekam, dengan perbandingan 3 kg mikroba 4:1 kg arang sekam. Dosis satu hektar membutuhkan 1,5 ton MIKROBA 4. Pemakaian mikroba selama 3 tahun berturut-turut akan memperbaiki kondisi lahan pertanian sehingga Ekosistem akan hidup kembali. Hal itu akan menghasilkan bahan makanan yang sehat yang tidak mengandung bahan berbahaya beracun. (*)
actid Acid Bacteria atau Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan mikroorganisme yang bersifat anaerobik, umumnya mereka dibiakan dalam media cair yaitu air cucian beras dan susu, di lingkungan yang tidak beroksigen. Bakteri itu memecah gula menjadi asam laktat. BAL memecah mineral yang terserap dalam tanah dan tidak mudah larut, sehingga mudah diserap oleh tanaman. BAL sangat efektif dalam memperbaiki ventilasi udara di tanah, memicu pertumbuhan tanaman buah, sayuran. Jika tanaman menyerap BAL maka ia akan meningkatkan toleransi terhadap penyakit dan bertahan terhadap hujan [cekaman biotik dan abiotik].
Bakteri asam laktat dari kacang buncis Bahan: Kacang buncis, gula merah Alat: Blender, botol steril Cara pembuatan: 1. Buncis dikukus, tambahkan sedikit gula merah, lalu diblender. 2. Waktu jus buncis hangat tuangkan ke dalam botol steril, selanjutnya botol ditutup dan disimpan dalam kulkas. 3. Selama disimpan cairan dan padatan dalam botol akan terpisah. Cairan dalam botol adalah bakteri asam laktat [ BAL] murni. Metode ini bermanfaat untuk memisahkan BAL yang dapat hidup pada suhu 100C. (*)
Info Organis
BAL sebagai Pupuk Probiotik Cara menggunakan BAL
A
sam laktat digunakan dengan pengenceran 1000 x [1cc : 1 lt air]. Kebanyakan mikroorganisme bersifat aerobik maka dengan menggunakan
BAL yang bersifat anaerobik kita bisa memperoleh keadaan yang seimbang. Contoh Kompos akan lebih baik apabila kita tambahkan BAL karena asam laktat [asam organik] dapat mencegah
kerusakan kompos. Mikroba yang dihasilkan dari BAL merupakan pembajak yang kuat, dapat masuk ke dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. (*)
Agens Antagonis
Mekanisme antagonis adalah akibat persaingan makanan dan tempat tumbuh, pengrusakan dinding sel patogen dan bersifat antibiosis. Trichoderma spp menghasilkan toksin gliotoksin, Trichodermin, enzin kitinase dan beta 1,3glukonase yang dapat menekan pertumbuhan patogen tular tanah (cendawan yang dapat menyebabkan tanaman menjadi sakit) seperti penyakit layu Fusarium sp, Pseudomonas sp, Phitum sp, Sclerotium sp, Rhizoktania sp pada tanaman cabai, tomat, melon, semangka, pisang, kentang, kobis, jeruk, JAP pada karet dan lain-lain.
Foto: Dok. Sutriyono
J
amur Trichoderma spp, merupakan agen hayati yang banyak diteliti oleh para ahli tentang kemampuannya untuk mengendalikan jamur dan bakteri perusak tanaman yang bermanfaat dalam pertanian organik juga. Spesies yang banyak adalah Trichoderma viride, Trichoderma Hamantum, Trichoderma harsianum. Jamur ini merupakan jamur saprofit yang hidup di tanah dan mudah dieksplorasi, diproduksi massal dengan media buatan. Jamur Trichoderma spp dapat menjadi hiperparasit pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit. Trichoderma spp juga bisa digunakan sebagai dekomposter pembuatan kompos, karena mempercepat pelapukan bahan organik. Trichoderma spp merupakan cendawan mikroskopis yang termasuk dalam kelas Deuteromicetes. Koloninya berwarna hijau muda sampai dengan hijau tua yang memproduksi konidia berbentuk globus sperti buah anggur dengan pertumbuhan yang cepat.
n Kenalkan organik dengan berkunjung di pameran organik.
Teknis aplikasi bisa dengan perendaman benih, atau menyiramkan spora yang telah dilarutkan dengan air ke tanah di sekitar leher akar tanaman, atau langsung dicampur dengan pembuatan pupuk bokashi. Trichoderma spp sangat efektif pada tanah masam, pH netral, perkecambahan yang terhambat, dan bahkan tidak berkecambah pada kondisi basa. (*) Sutriyono Anggota Kelompok Tani JATI JAYA Ds. Sawangan, Kec. Kebasen Kab. Banyumas, Jawa Tengah Hp: 081380810713
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
27
Bij ak di Rumah
G
aya atau cara hidup organik (organis) tidak hanya makanan saja akan tetapi mencakup seluruh area kehidupan. Memberi contoh dan belajar untuk menyesuaikan bersama adalah pembelajaran yang perlu dilakukan secara konsisten, dan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan setiap anggota keluarga. Kebiasaan gaya hidup yang sehat, organik serta berkelanjutan dapat dibangun sedini mungkin dalam keluarga inti yang terdiri bapak – ibu dan anak-anak. Masa pembelajaran bisa dimulai dengan cara sederhana dalam perilaku keseharian di rumah dengan cara sederhana yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Investasi terbesar kita ada di pola konsumsi anak dan remaja yang merupakan generasi penerus, di tengah maraknya kebiasaan konsumsi instan tanpa memperhatikan aspek keamanan, nilai nutrisi, dampak terhadap lingkungan dan berkeadilan untuk semua unsur yang terlibat di dalamnya. Yang perlu diperhatikan dalam melangkah menuju gaya hidup organik diantaranya: Kebutuhan - Untuk semua area kehidupan, menentukan kebutuhan merupakan keputusan utama. Semakin mudah seseorang mengetahui kebutuhannya akan memudahkan dalam membuat keputusan. Kebutuhan seseorang ada batasnya, sedangkan keinginan tidak terbatas. Dengan mengetahui serta memutuskan kebutuhannya akan memudahkan seseorang untuk tahu pola konsumsi dirinya. Berubah – Perubahan perilaku yang menjadi contoh dari anggota keluarga yang sudah menyadari akan pentingnya gaya hidup organik merupakan unsur yang penting. Terutama untuk anggota keluarga yang balita, usia sekolah dan muda, dengan contoh yang terlihat dalam keseharian akan memudahkan anggota keluarga menjadikan kebiasaan dengan adanya contoh yang dilakukan konsisten. Dukungan – Dukungan semua anggota keluarga sangat dibutuhkan, dari pasangan serta anak. Semua merupakan partner untuk bersama merubah kebiasaan yang 28
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Kenalkan organik n dengan berkunjung di pameran organik Foto: Dok. AOI
Oleh : Bibong Widyarti
Terapkan cara hidup organik di semua lini sejak dini, karena hidup organik tidak hanya makanan akan tetapi mencakup tubuh, pikiran serta jiwa yang mengusung perilaku organik ada atau telah menjadi kebiasaan. Selain dukungan keluarga inti, bisa diluaskan dengan dukungan sekitarnya misalnya kelompok, komunitas dan lain-lain. Kreatifitas dan kepekaan – Kreatifitas dibutuhkan dimana dengan semakin cepatnya kehidupan yang serba instan. Tentunya dibutuhkan kreatifitas untuk menyiasati semua sesuai dengan sumber daya yang tersedia, baik waktu, ruang dan material. Kepekaan secara disadari
melatih semua panca indra yang ada, sehingga membuat diri kita terhubung dengan alam sekitarnya yang akan membantu menciptakan tanggung jawab, keseimbangan dan kedamaian. Sikap konsisten - Selain contoh, sikap konsisten sangat dibutuhkan. Sesuai dengan berjalannya waktu akan terlihat hasilnya setelah semua dilakukan secara konsisten. Semua perilaku yang organik dapat berjalan tanpa paksaan sehingga
tetap bisa dilakukan dengan senang hati penuh gairah serta bertanggung jawab. Secara garis besar, kebutuhan dalam keseharian bisa digolongkan dalam dua bagian : Pangan dan Non Pangan (Kebutuhan pribadi seperti sandang, perlengkapan harian, dan jasa).
Pangan Makan yang disadari tidak hanya mengenyangkan saja tetapi juga mempunyai kekuatan untuk perkembangan seseorang secara holistik. Bahan pangan yang baik dapat ditelusuri dari lahan pertanian hingga terhidang di piring makanan (from farm to table). Mengajak anak dan remaja melakukan kebiasaan makan sehat dan memenuhi kecukupan gizi tidaklah mudah. Hal terpenting yang harus dibangun adalah kesadaran akan pentingnya makanan, serta contoh nyata perilaku orang tuanya. Banyak cara yang dapat dilakukan tanpa memaksa, melainkan dengan membangun komunikasi dua arah tentang perilaku makan yang organik, diantaranya: o Menu yang diatur setidaknya dengan putaran 3 minggu yang disesuaikan dengan musim, disesuaikan juga dengan menu baru dan makanan kesukaan atau favorit keluarga, dengan memasukan variasi makanan asli Indonesia. o Keluarga inti diajak bersama untuk menentukan kesepakatan tentang pemilihan bahan pangan, mempersiapkan hidangan serta dimana untuk mendapatkannya. o Membiasakan sejak dini anak membawa bekal makanan dari rumah sehingga mengurangi akan asupan makanan yang tidak diketahui asal usulnya serta kualitasnya. Perubahan sederhana untuk variasi makanan atau asal bahan pangan dapat membantu pintu eksplorasi pada anak –anak kita, secara umum bisa dilakukan dengan berbagai bentuk, warna, rasa dan tekstur makanan yang diolah sedemikian rupa. o Belanja secara komunitas yang menghasilkan produk organik dapat membangun kesadaran keluarga untuk bersama melihat kegiatan pertanian organik.
o Memutuskan bersama untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan sehingga makanan tidak berujung di tempat sampah karena tidak terkonsumsi, o Cara mengonsumsi makanan yang baik juga sangat perlu diterapkan dalam keseharian, seperti makan dengan cara duduk bersama di meja makan, menguyah secara perlahan sambil menikmati makanan, tidak menikmati makanan sambil menonton tv. o Tidak membiasakan menggunakan makanan sebagai hukuman ataupun keberhasilan. Dukung untuk lebih banyak konsumsi buah dan sayuran serta air putih. o Berkebun merupakan salah satu cara untuk membangun kesadaran akan pentingnya kehidupan. Yang bisa dimulai dengan cara-cara sederhana di rumah. Mengenalkan sejak dini akan produk pertanian serta bagaimana untuk memperolehnya. Sesuaikan kegiatan dengan usia anggota keluarga, seperti perilaku menanam tomat atau cabe di wadah atau halaman rumah akan membantu anak memahami proses menghasilkan makanan.
produk akan menyulitkan karena adanya kekuatan iklan produk. Membiasakan serta memberi contoh cara berbelanja konsumen cerdas perlu diterapkan.
Non pangan
Penentuan kebutuhan merupakan kuncinya. Ajaklah keluarga untuk mengenal berbelanja di pasar, mulai dari pasar tradisional, pasar harian, pasar produk khusus, pasar komunitas / pasar modern hingga belanja online. • Diskusikan bersama terkait masingmasing produk non pangan dan jasa yang ada. Ajaklah keluarga untuk menjadi konsumen cerdas, jadikan semua menjadi pembelajaran sehingga bisa dibentuk menjadi dasar penerapan kehati-hatian. • Memperhatikan label, SNI, panduan penggunaan produk, masa kadaluarsa , garansi, kontak atau layanan konsumen, • Aspek lingkungan dan berkeadilan juga mulai diperkenalkan sejak dini seperti kemasan yang minimal, hemat energi dan sebagainya. (*)
Berbelanja atau shopping sudah merupakan kebiasaan keluarga modern yang tidak bisa dihindari. Pemilihan
Bibong Widyarti Konsumen organik Telp : 021-99853282 E-mail : bibong.w@gmal.com
Foto: Dok. AOI
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
29
Ragam Nampaknya tiada lagi yang diresahkan... dan juga tak digelisahkan… Kecuali dihayati, secara syahdu bersama… selamanya bersama..selamanya… …Begitulah suara Ahmad Albar lagu Huma di atas Bukit. Syahdu terdengar dari headset sembari mengendalikan laju roda dua menuju desa di balik gunung Kendeng yang penuh dengan ragam cerita warga pikukuh Sunda. Oleh : Eman Sulaeman
D
alam perjalanan, terlintas ingatan saya tentang produk organik, makanan sehat untuk orang kaya? Pertanian organik. Masyarakat Baduy belum tentu mengerti dua kata tersebut, dua kata yang mulai banyak diperbincangkan setelah kegagalan revolusi hijau mulai terasa oleh banyak orang hingga terapannya yang mulai berkecambah saat ini. Di pasaran kota-kota besar, produk organik lebih banyak dikonsumsi kalangan kantong tebal saja. Itulah ungkapan perasaan saya untuk memulai mencari pembelajaran mengenai pertanian alami ala Baduy yang memproduksi makanan sehat untuk keluarganya, tentu mereka bukan bagian dari kalangan kantong tebal. Tulisan ini saya buatkan untuk sekedar belajar menggali pengetahuan dari masyarakat Baduy.
30
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
Sesampainya di penghujung jalan terpampang ucapan selamat datang di kawasan Baduy. Terminal Ciboleger, sebuah terminal kecil untuk angkutan umum jurusan Ciboleger-Rangkasbitung, jenis angkutan umum disini berupa mobil ELF yang biasa disebut Pe’es. Rute yang diambil bukan melalui Rangkasbitung, tetapi dari arah timur, Bojongmanik, 15 menit saja waktu tempuh saya. Kp. Kaduketug Baduy luar, ditempuh dengan melewati beberapa anak tangga dari Ciboleger yang menjadi pembatas antara hunian masyarakat Baduy dengan non Baduy. Semula kiri-kanan berjejer warung-warung dan rumah warga bukan Baduy, setelah melewati anak tangga, yang terlihat barisan rumah panggung
Ragam beratap rumbia berdinding bilik bambu rapih berjejer, hampir di tiap teras rumah kaum hawa mengerjakan tenun kain dengan alat sederhana dari kayu. Berdampingan dengan rumah Jaro (sebutan kepala kampung) itulah rumah Salman, seorang kepala keluarga masyarakat Baduy. Lelaki itu memiliki dua orang anak, perempuan semua. Pekerjaan dan kepercayaannya lekat dengan pertanian. Sebelumnya saya memang sudah ada janji untuk datang sekedar berbagi cerita, banyak hal yang kami bincangkan: tentang musim durian beberapa bulan lalu, saya dan dia kerjasama berjualan, juga rencanarencana musim cengkeh yang sebentar lagi tiba. Episode utama ialah cerita panen padi huma. Berikut saya bagikan cerita Salman mengenai proses atau tahapan dalam bertani alami ala masyarakat Baduy, semoga berguna untuk semua. NARAWAS, kegiatan permulaan membuka ladang huma. Meminta ijin kepada karuhun (nenek moyang) dan meminta kepada dedemit penunggu lahan/hutan untuk tidak mengganggu orang dan tanamannya. Dalam kegiatan ini dilakukan puji-pujian dengan manteramantera tertentu oleh Kokolot (sesepuh) melalui pembakaran kemenyan dan jampi-jampi. NYACAR, membersihkan lahan yang akan digarap. Sebelumnya meminta rajah (do’a) kepada Kokolot dalam bentuk rimpangan Panglay (Leumpuyang) untuk disembur-semburkan ke segala penjuru di tengah-tengah lahan garapan. NUKUH, berupa kegiatan untuk merapikan pepohonan/tegakan yang berada di areal garapan agar naungannya tidak mengganggu tanaman padi yang akan ditanam. Setelah dilakukan kegiatan ini, lahan didiamkan saja setengah bulan lamanya. NGAHURU, membakar lahan. Sebelumnya
ada ritual yang dilakukan. Dalam kegiatan ini petani terus memantau, tidak boleh meninggalkan lahan, agar api terkendali. Jika saja ada yang meninggalkan lahan, hukuman adat akan diterimanya. NGADURUK, hampir mirip saja dengan ngahuru bedanya kegiatan ini membakar dalam skala kecil, seperti sisa-sisa ilalang yang belum terbakar. NYASAP, membalik-balikan tanah sisa pembakaran untuk dijadikan pupuk alami agar kelak padi sehat. Setelahnya lahan didiamkan satu bulan penuh lamanya. NGASEUK, menanam benih padi. Pada kegiatan inilah yang sangat ramai, riuh anak kecil dan tembang-tembang bertabuhan irama angklung. Perempuan memasukan benih di tanah, laki-laki yang menancapkan kayu jadi lubangannya. Setelahnya benih didiamkan empat puluh hari. NGIRAB SAWAN, sebagai penanda awal perawatan benih setelah umur empat puluh hari. Mengambil tuwak awi (air bambu) untuk disemburkan ke berbagai penjuru lahan, mengambil satu tangkai padi sebagai syarat pepujian harapan. NGUBARAN KU SAMBARA PUPUUNAN, sebagai kegiatan perawatan padi agar sehat pertumbuhannya. Beberapa dedaunan yang digunakan sebagai penyerbuk dan pengendali hama diantaranya: daun tamiang, daun hanjuang, daun pacing, daun bangban, daun kihura, daun saray dan daun bingbin. Dedaunan tersebut di atas diiris-iris untuk disebarkan pada padi huma, tiga kali setiap minggunya.
NGUBARAN KU CANGKUDU, perawatan saat tanaman padi berumur empat setengah bulan. Ramuan yang digunakan: cangkudu, laja, reundeut careut, abu dan air cuka, dicampurkan lalu disebar ke seluruh huma hingga rata, dilakukan tiga kali setiap minggu. NGARAWUN, berupa membakar sejenis dedaunan yang bau untuk mengusir hama, dedaunan yang digunakan: daun walang, daun haringin, daun kitahi, daun pongporang, dan daun kihiang. MIPIT, memanen dua puluh tujuh buah tangkai padi sebagai syarat panen segera dimulai, dengan mengikat beberapa tangkai dalam tiga jenis ikatan: ikatan tujuh tangkai, sembilan tangkai, dan sebelas tangkai. Lalu digantungkan pada pucuk daun aren yang ditanam di tengah lahan, lalu membakar gaharu sambil membaca pujian. Setelahnya didiamkan tiga hari untuk selanjutnya padi dipanen. NGETEM, kegiatan yang paling dinanti, PANEN RAYA. Semua bergembira, tua-muda memetik tangkai padi dengan alat dari kayu diberi besi tajam seperti pisau, alat yang dinamakan eteman. Saat ini banyak pepujian didendangkan perempuan. Eman Sulaeman Koperasi Hanjuang Jl. Raya Labuan KM.03 Kp. Saruni RT 01/01 Majasari Pandeglang 42216 Banten Tlp (0253) 206042 http://koperasi-hanjuang.blogspot.com
NGUBARAN KU KALAPA HEJO, airnya kelapa hijau diberi jampi-jampi, disemburkanlah ke segala arah, jampi-jampi didapat dari Kokolot. Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)
31
32
Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)