Sop inspeksi blok tebangan

Page 1

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP)

PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88 Fakfak Papua Barat Indonesia Telepon (0956)22854


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INSPEKSI BLOK TEBANGAN

I.

No. Dok.

: SOP-0315

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

PENGERTIAN Inspeksi Blok Tebangan adalah proses pemeriksaan, pengecekan dan pendataan terhadap blok tebangan pada akhir masa tebang.

II.

TUJUAN 1. Mengetahui jumlah dan jenis pohon exploitable yang belum ditebang pada setiap petak tebang. 2. Mengetahui jumlah dan jenis pohon yang sudah ditebang namun belum disarad. 3. Mengetahui jumlah dan jenis kayu hasil pembalakan per petak tebang. 4. mengetahui hambatan/masalah operasional atas pohon yang belum atau tidak disarad.

III.

SASARAN 1. Mendapatkan data dan gambaran yang jelas tentang pola operasi pembalakan yang telah dilaksanakan. 2. Dapat membuat analisis yang baik atas ketetapan rencana dan pelaksanaan pembalakan. 3. Mendapatkan besarnya nilai pencapaian penebangan untuk setiap petak tebangan guna perbaikan dalam pembuatan rencana produksi yang akan datang. 4. Mendapatkan data/gambaran mengenai pola penyebaran jalan sarad apakah sudah sesuai dengan rencana jalan sarad yang dibuat.

IV.

PENANGGUNG JAWAB 1. Kepala Bagian Perencanaan dan Kepala Bagian Produksi Kepala Bagian Perencanaan dan Kepala Bagian Produksi bertanggung jawab atas sistem dan metode inspeksi blok yang dilakukan, hasil analisa, rekomendasi serta pelaporannya. 2. Kepala Seksi Inventarisasi dan Kepala Seksi TUK & PUHH Online Kepala seksi Inventarisasi dan Kepala BAgian TUK & PUHH Online bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan kerja dan hasil kerja dari para Blok Inspector di lapangan maupun administratif serta pengawasan.

V.

MASUKAN YANG DIBUTUHKAN 1.Peta Sebaran Pohon, skala 1:1.000. 2.Peta Isoden (Pengelompokan Potensi) skala 1:5.000. 3.Peta Topografi, skala 1:1.000 atau 1:5.000. 4.Peta Jaringan Jalan, skala 1:5.000. 5.Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising (LHC) per petak tebang. 6.Laporan Harian Tebangan dan Penyaradan.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INSPEKSI BLOK TEBANGAN

VI.

No. Dok.

: SOP-0315

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

KELUARAN YANG DIHASILKAN Hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan inspeksi blok adalah : 1. Data mengenai nomor, jumlah dan jenis pohon hasil tebangan pada setiap petak tebangan. 2. Data mengenai jumlah dan jenis kayu yang sudah ditebang namun belum disarad. 3. Data mengenai pohon exploitable yang tidak dapat ditebang dan penyebabnya. 4. Data global mengenai keadaan medan/topografi dari setiap petak tebang yang diinspeksi beserta peta situasinya. 5. Sketsa realisasi jaringan jalan pada petak tebang yang bersangkutan.

VII.

SIKLUS WAKTU PELAKSANAAN Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan inspeksi blok pada setiap petak tebang (100 ha) adalah 25 hari dengan kapasitas kerja rata-rata 4 ha per hari kerja.

VIII. URUTAN KERJA Persiapan data &

Persiapan Peralatan kerja

administrasi

Menuju ke lokasi tebang

Orientasi lapang

Ukur & Pemetaan jalan

Buat analisa & rekomendasi

Buat Laporan & pemetaan hasil inspeksi

Persiapan Tenaga Kerja


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INSPEKSI BLOK TEBANGAN IX.

No. Dok.

: SOP-0315

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

INSTRUKSI KERJA 1. Persiapan administrasi & data a. Sesuai

laporan penebangan, dilakukan penandaan terhadap pohon yang sudah

ditebang diatas peta penyebaran pohon dalam skala 1 : 1.000. b. Membuat peta isoden atas pohon-pohon yang belum ditebang sebagaimana hasil deliniasi pada butir VIII.A.1. c. Membuat peta dengan skala 1 : 5.000 yang berisi

informasi mengenai topografi,

jaringan jalan dan isoden potensi butir VIII.A.1. 2. Persiapan peralatan kerja a. Kompas (merk suunto). b. Clinometer (merk suunto). c. Meteran 30 meter. d. Alat tulis. 3. Persiapan tenaga kerja Tenaga yang dibutuhkan adalah 1-2 orang per petak tebang dengan kualifikasi minimal cruiser yang mampu mengenali jenis pohon dan memahami operasional produksi (berpengalaman). 4. Orientasi Lapang a. Orientasi lapangan dilakukan secara rutin sesuai perkembangan tebangan pada petak tebang yang bersangkutan. b. Orientasi dilakukan secara fleksibel, yaitu dengan mengikuti arah jalan sarad maupun jalur cruising dengan sasaran seluruh wilayah tebangan dapat teridentifikasi kondisinya. c. Beberapa informasi yang perlu dikumpulkan adalah : Nomor, jenis, dimensi dan cacat dari pohon yang belum ditebang. d. Kondisi medan di sekitar pohon yang belum ditebang guna evaluasi kelayakan dan alternatif penebangan dan penyaradannya. e. Nomor, jenis, dan dimensi dari pohon yang sudah ditebang tapi belum disarad. f. Kondisi medan sekitar pohon yang sudah ditebang namun belum disarad, guna mencari alternatif penyaradannya. 5. Pengukuran jalan sarad Di sela-sela melakukan orientasi, juga melakukan pengukuran jalan sarad dengan berpedoman kepada jalan sarad/jalan cabang sebagai titik ikatannya, untuk kemudian dipetakan. 6. Membuat Analisis dan Rekomendasi Analisis dan rekomendasi yang dibuat meliputi : a. Pohon-pohon yang yang sudah tidak dapat ditebang b. Pohon-pohon yang masih dapat ditebang, disertai alternatif penyaradannya. c. Alternatif penyaradan atas pohon-pohon yang sudah ditebang tapi belum disarad. 7. Laporan hasil analisis dan rekomendasi


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INSPEKSI BLOK TEBANGAN

No. Dok.

: SOP-0315

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

Kasie Inventarisasi dan Kasie TUK melaporkan hasil analisis dan rekomendasi dari butir VIII.A.6. kepada Kabag Produksi untuk digunakan sebagai : a.

Bahan feed back untuk perbaikan kualitas timber cruising kepada Kabag Perencanaan.

b.

Informasi dan rekomendasi kepada Kabag Produksi guna pembuatan rencana tindak lanjut (activity plan) atas petak tebang yang telah selesai diinspeksi.

Untuk menindaklanjuti hasil laporan Kasie Inventarisasi dan Kasie TUK & PUHH Online, selanjutnya Kabag Produksi membuat laporan hasil inspeksi blok sesuai format terlampir dengan dilampiri peta situasi dengan skala 1:5.000, yang ditujukan kepada Manager Camp, Kabag Perencanaan, dan Kabag Bina Hutan.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INSPEKSI BLOK TEBANGAN

No. Dok.

: SOP-0315

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

Lampiran : Pengertian Dasar dalam Kegiatan Inspeksi Blok

1. Nilai LHC diperoleh dari hasil sensus atas pohon hidup sesuai metode ITSP 100% yang petak tebang yang dimaksud. 2. Pohon exploitable adalah pohon yang berdasarkan batasan jenis, sifat kayu, diameter, kondisi kayu, dan tempat tumbuhnya (medan) dinilai/dianggap dapat ditebang/diproduksi. 3. Pohon hasil inspeksi blok dikatakan exploitable apabila pohon yang dimaksud masih berdiri atau sudah ditebang & masih memenuhi persyaratan / batasan jenis, sifat kayu, kondisi kayu, diameter serta tempat tumbuh untuk dapat diproduksi. 4. Nilai yang dicantumkan adalah angka absolut sesuai jumlah pohon yang dicacah (sensus) di lapangan. 5. Dari hasil perhitungan, akan diketahui % pencapaian penebangan terhadap LHC total maupun LHC exploitable. 6. Re-felling adalah penebangan ulang terhadap pohon yang sudah diinspeksi. Re-felling tersebut dikerjakan oleh operator chainsaw sesuai instruksi dari mandor tebang yang telah berkoordinasi dengan block inspector. 7. Re-felling dapat dilakukan pada pohon exploitable maupun un-exploitable (yang masih mungkin untuk ditebang). 8. Total felling merupakan penjumlahan dari hasil tebangan (felling) dan penebangan ulang setelah dilakukan inspeksi (re-felling).

Cara pengisian format Laporan hasil Inspeksi Blok 1. Kolom Nomor

= cukup jelas

2. Nomor Petak

= cukup jelas

3. Kolom LHC 

LHC total

= merupakan hasil sensus (ITSP) pada satu petak tebang

LHC expl.

= merupakan hasil seleksi dari LHC total untuk pohon-pohon yang dinilai/dianggap exploitable berdasarkan jenis, sifat, diameter dan medan.

4.

Kolom felling  Blok merupakan kumulatif hasil penebangan dari petak tebangan dan bukan hasil tebangan saat pembuatan jalan & tumbang baying.  PWH merupakan kumulatif hasil tebangan dari kegiatan pembuatan jalan & tumbang bayang terhadap pohon exploitable.  Total cukup jelas

5.

Kolom Inspeksi Blok (exploitable)  STT (Sehat Tidak Tebang)


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INSPEKSI BLOK TEBANGAN

No. Dok.

: SOP-0315

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

adalah jumlah pohon produksi yang masih berdiri atau belum ditebang pada petak yang sudah habis (selesai tebangan) yang ditemukan saat dilakukan inspeksi.  TTS (Tebang Tidak Sarad) adalah jumlah pohon exploitable yang sudah ditebang saat diinspeksi pohon tersebut masih tertinggal di hutan (belum disarad). 6.

Kolom Inspeksi Blok (un-exploitable)  Cacat adalah pohon yang tidak ditebang setelah dilakukan inspeksi karena pohon tersebut cacat (tajuk, batang, banir, gerowong, dll) dan karena kesalahan taksasi diameter (aktual diameter lebih kecil dari yang dilaporkan).  Medan adalah pohon yang tidak dapat ditebang setelah dilakukan inspeksi karena pohon tersebut berada pada medan yang berat atau sulit untuk dijangkau.  Reject alam adalah pohon yang sudah ditebang tapi tidak dapat dimanfaatkan karena kondisi pohon gerowong / lubang yang diketahui setelah pohon ditebang/ditusuk (padahal sebelum ditebang pohon tampak sehat).  Total BI adalah total Hasil blok inspeksi (cukup jelas)

7.

Kolom Problem adalah permasalahan utama (akar permasalahan) yang menyebabkan prosentase pencapaian tebangan rendah atau permasalahan lain yang berkaitan dengan kegiatan inspeksi blok.

8.

Kolom activity plan adalah rencana tindak lanjut untuk memecahkan problem yang dihadapi.

9.

Kolom PIC (Personal in Charge) adalah penaggung jawab activity plan dengan menunjuk orang bukan tim.

10. Kolom DD (Due Date) adalah batas waktu penyelesaian activity plan hingga mencapai target yang diinginkan. 11. Kolom Progress merupakan perkembangan hasil terakhir dari target yang diinginkan.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.