STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP)
PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88 Fakfak Papua Barat Indonesia Telepon (0956)22854
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN PENGHITUNGAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL
No. Dok
: SOP-0112
Revisi
: 04
Terbit
: 24/09/2011
A. PENGERTIAN Penghitungan kerusakan tegakan tinggal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan penebangan yang dilakukan dalam suatu blok itu berdampak terhadap tegakan yang tinggal dalam blok tersebut. B. METODE PELAKSANAAN 1.
Penentuan Lokasi penghitungan kerusakan tegakan tinggal. Biasanya disesuaikan dengan lama waktu setelah penebangan atau per blok RKT Tebangan
2.
Pembuatan plot contoh pada areal bekas tebangan dengan ukuran 100 x 100 m dengan jarak antar jalur selebar 20 cm
3.
Menyiapkan data LHC ITSP pada plot contoh tersebut
4.
Plot contoh dipilih pada petak tebang yang dekat dengan jalan sarad
5.
Data yang dicatat pada plot contoh adalah semua pohon berdiameter ≥20 cm yang masih tinggal di dalam plot contoh setelah penebangan. Dipisahkan menurut jenis kerusakan masing-masing.
Ada beberapa tingkat bentuk kerusakan yang terjadi pada individu pohon menurut Elias (1993), yaitu sebagai berikut : 1. Tingkat Kerusakan Berat a. Patah Batang b. Pecah Batang c. Roboh, tumbang atau miring sudut <45° dengan permukaan tanah d. Rusak tajuk (>50% tajuk rusak), juga didasarkan atas banyaknya cabang pembentuk tajuk patah e. Luka batang/rusak kulit (>½ keliling pohon atau 300-600 cm kulit mengalami kerusakan) f. Rusak banir/akar (>½ banir atau perakaran rusak/terpotong) 2. Tingkat Kerusakan Sedang : a. Rusak tajuk (30-50% tajuk rusak atau 1/6 bagian tajuk mengalami kerusakan) b. Luka batang/rusak kulit (¼-½ keliling pohon rusak atau 150-300 cm kulit rusak) c. Rusak banir/akar (1/3 -1/2 banir/akar rusak atau terpotong) d. Condong atau miring (pohon miring membentuk sudut >45° dengan tanah) 3.
Tingkat Kerusakan Ringan : a. Rusak Tajuk (<30% tajuk rusak)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN PENGHITUNGAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL
No. Dok
: SOP-0112
Revisi
: 04
Terbit
: 24/09/2011
b. Luka batang/rusak kulit (¼-½ keliling dan panjang luka <1,5 m atau kerusakan sampai cambium dengan lebar lebih dari 5 cm, lebih kurang sepanjang garis sejajar sumbu longitudinal dari batang) c. Rusak banir/akar (¼ banir rusak atau perakaran terpotong) C. METODE PENGHITUNGAN 1. Jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm yang mengalami kerusakan dihitung jumlahnya 2. Selanjutnya jumlah pohon berdiameter ≥20 cm pada plot yang sama sebelum dilakukan penebangan juga dihitung dengan melihat data hasil ITSP pada plot tersebut 3. Kemudian cari data jumlah pohon yang ditebang dalam plot tersebut. 4. Kerusakan tegakan tinggal kemudian dihitung berdasarkan persentase jumlah pohon yang rusak terhadap jumlah pohon yang seharusnya tinggal dan sehat. 5. Untuk menghitung tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : K
= Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal (%)
R
= Jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm yang mengalami kerusakan (pohon/Ha)
P
= Jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm sebelum penebangan (pohon/Ha)
Q
= Jumlah pohon yang ditebang (pohon/Ha)
6. Adapun kriteria kerusakan tegakan berdasarkan prosentase kerusakan tegakan tinggal yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Tegakan tinggal disebut rusak ringan jika kerusakan < 25% b. Tegakan tinggal disebut rusak sedang jika kerusakan antara 25%-50% c. Tegakan tinggal disebut rusak berat jika kerusakan > 50%
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN PENGHITUNGAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL
No. Dok
: SOP-0112
Revisi
: 04
Terbit
: 24/09/2011
D. ALUR PENGHITUNGAN
PEMBUATAN PLOT CONTOH
PENGHITUNGAN TEGAKAN
HASIL PENGHITUNGAN (R)
LHC ITSP (P)
K (PROSENTASE KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL)
LHP (Q)