Sop pembuatan & pengukuran petak ukur permanen

Page 1

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP)

PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88 Fakfak Papua Barat Indonesia Telepon (0956)22854


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

1. PENGERTIAN a. Petak Ukur Permanen (PUP) adalah areal dengan tanda batas yang jelas, berbentuk segiempat dengan ukuran 200m X 200m, yang digunakan untuk pemantauan riap tegakan. b. Pembuatan dan pengukuran Petak Ukur Permanen (PUP) adalah serangkaian kegiatan dalam pembuatan dan pengukuran tegakan hutan yang berada di areal petak PUP (seri PUP) untuk mengetahui pertumbuhan riap tegakan setiap tahun.

2. TUJUAN Tujuan dibuatnya PUP adalah untuk pemantauan pertumbuhan dan riap hutan alam di areal bekas tebangan (baik yang dipelihara maupun yang tidak dipelihara) yang digunakan untuk penilaian rencana pengelolaan hutan.

3. SASARAN Sasaran yang diharapkan dari kegiatan pembuatan dan pengukuran petak ukur permanen ini adalah: a. Terbentuknya areal PUP sebagai areal pemantauan riap tegakan hutan. b. Pertumbuhan riap tegakan hutan setiap tahun. c. Jenis dan ukuran tegakan (keliling dan tinggi pohon).

4. PENANGGUNG JAWAB a. Kepala Seksi Litbang dan PUP Kepala Seksi Litbang dan PUP di bawah Kepala Bagian Perencanaan bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pengukuran ulang petak ukur permanen di lapangan sampai dengan proses pelaporan. b. Manajer Camp Manager Camp bertanggung jawab atas kebenaran pelaksanaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan di lapangan


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

5. MASUKAN YANG DIBUTUHKAN Beberapa masukan yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembuatan dan pengukuran petak ukur permanen adalah : (1)

Areal PUP.

(2)

Data pengukuran pohon (keliling dan tinggi pohon) pada areal PUP.

(3)

Peta tata batas Unit Manajemen, bagian hutan, blok, dan petak/anak petak.

(4)

Peta sebaran pohon (hasil ITSP) untuk petak yang terpilih.

6. KELUARAN YANG DIHASILKAN a. Rekapitulasi data hasil pengukuran pohon di areal petak PUP. b. Peta sebaran pohon, yang menggambarkan : 

Nomor, kode jenis pohon dan status pohon (induk, inti, siap tebang, cacat, dll).



Letak pohon dalam polygon tebang.



Informasi keadaan lapangan (sungai, anak sungai, arah sungai, batu).

7. CYCLE TIME Jadwal waktu pembuatan dan pengukuran ulang petak-petak PUP yang sudah dibuat adalah sebagai berikut: (1)

Pembuatan PUP adalah areal hutan bekas tebangan yang kegiatan penebangannya dilaksanakan satu tahun yang telah lewat (Et+1).

(2)

Pengamatan dilakukan setiap tahun (jika masih tercakup dalam satu RKLPH) dan setiap dua tahun (jika mencakup lebih dari dua RKLPH)

8. PROSEDUR KERJA 8.1. PERSIAPAN KERJA Satu regu kerja pelaksanaan kegiatan pembuatan dan pengukuran Petak Ukur Permanen terdiri dari 14 orang dengan pembagian tugas: (1) 1 orang kepala regu, bertugas untuk mengkoordinir team dalam pelaksanaan kerja, mencatat (hasil pengamatan) dan mengontrol regu kerja saat melakukan pengamatan/pengukuran. (2) 1 orang compassman, yang bertugas sebagai pemandu arah dalam pembuatan rintisan jalur dan memegang tali ukur depan (front chainmen). (3) 2 orang perintis/brusher, yang bertugas memperjelas rintisan jalur. (4) 1 orang pemegang tali ukur belakang (back chainmen), yang bertugas mengukur kelerengan dan jarak lapang serta memasang patok Hm dalam jalur pengamatan. (5) 8 orang timber maker yang terdiri dari:


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

2 orang pengenal jenis dan cacat pohon

2 orang mengukur keliling pohon.

2 orang pembuat nomor dan penempelan tag plate/encolin

2 orang pengukur tinggi pohon

(6) 1 orang pembantu umum (tukang masak) Peralatan yang digunakan dalam pembuatan dan pengukuran ulang Petak Ukur Permanen meliputi : a. Kompas b. Hagameter c. Meteran 30 m d. Diameter tape e. Parang f.

Tambang plastik dan tali raffia

g. Alat tulis, buku lapangan dan tally sheet h. Peralatan camping dan logistik i.

Cat berwarna

8.2. Pelaksanaan Kerja 8.2.1. Ketentuan umum a. Tempat untuk pembuatan seri PUP adalah lokasi bekas tebangan yang kegiatan penebangannya dilaksanakan satu tahun lewat (Et+1) b. Syarat lokasi yang dipilih untuk pembuatan seri PUP adalah : 

Betul-betul terkena/terganggu oleh aktifitas eksploitasi hutan

Relatif mudah dikunjungi

Konfigurasi/topografi lapangan relative ringan.

Kondisi hutannya mewakili untuk daerah setempat

Dijaga terhadap gangguan dari luar areal PUP

8.2.2. Pembuatan Seri PUP a. Ukuran (minimal) 200m X 200m. b. Batas dibuat dari 2 sisi, utara – selatan (0º-180 º) dan barat – timur (90º - 270º). c. Batas PUP dibuat dengan rintisan selebar 2 meter dengan cara menebas semua belukar dan pepohonan diameter < 5 cm dan yang berdiameter ≥ 5 cm tidak ditebang dan dicat (polet) sebagai batas PUP. d. Dalam 1 seri PUP terdapat 6 petak pengamatan, dari 6 petak tersebut 3 PUP mendapat perlakuan (pengayaan, pembebasan, dan penjarangan) dan yang 3 PUP lagi tidak mendapatkan perlakuan (dibiarkan tumbuh alami).


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

8.2.3. Pembuatan Petak Pengamatan a.

Ukuran 100m X 100m dalam setiap PUP

b.

Syarat Lokasi : 

Tidak terdapat sungai dengan lebar ≥ 2 m.

Diusahakan mencakup/mewakili areal bekas tebangan (misalnya dalam petak pengamatan terdapat jalan sarad misalnya Tpn,dll) tetapi luasnya, 0.3 ha.

c. Untuk memenuhi syarat tersebut, dapat dilakukan dengan cara: 

Petak pengamatan tidak harus tepat ditengah PUP, tetapi lebar jalur isolasi minimal 25m

Ukuran PUP disesuaikan, tetapi tidak kurang dari 200m X 200m

PUP dibuat saling terpisah, tetapi 1 seri PUP harus terletak dalam 1 petak tebangan

d. Dalam 1 petak pengamatan dibuat/dibagi kedalam 100 plot ukur (PU) dengan jarak datar 10 m X 10 m untuk setiap petak ukur. 8.2.4. Perbaikan Batas PUP a. Pada setiap kali pelaksanaan observasi PUP dilakukan perbaikan batas PUP, yang antara lain berupa kegiatan: 

Pembersihan belukar pada rintis batas PUP (lebar 2 meter) supaya batas-batas PUP tetap terlihat jelas

Perbaikan polet pohon pada batas PUP (warna merah) yang sudah kelihatan tidak/kurang jelas

Perbaikan papan-papan tanda batas yang sudah rusak

Perbaikan patok-patok dalam petak pengamatan yang sudah rusak atau sudah tampak kurang baik

b. Apabila papan nama Seri-PUP sudah kurang baik, maka papan nama tersebut diperbaiki atau diganti. c.Periksa kembali batas PUP yang sudah diperbaiki dan pastikan bahwa kegiatan perbaikan batas PUP, sarana prasarana sudah dilakukan dengan baik dan benar. 8.2.5. Pengamatan Dan Pembuatan Risalah 8.2.5.1. Pengamatan dalam Petak Ukur (PU) 8.2.5.1.1. Pengukuran Keliling Pohon a. Dalam kegiatan pengukuran PUP, dimensi besarnya batang pohon diukur dengan pengukuran keliling setinggi dada, tidak diperbolehkan pengukuran diameter secara langsung.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

b. Keliling setinggi dada diukur tepat pada polet yang sudah dibuat pada tiap pohon termasuk pohon “ingrowth”. c. Pengukuran keliling pohon dilakukan dengan menggunakan pita keliling, dan dibaca sampai skala millimeter dan hasil ukuran dicatat dalam satuan centimeter dengan penulisan sampai satu angka dibelakang tanda koma. 8.2.5.1.2. Pengukuran tinggi pohon a. Terhadap semua pohon yang diukur kelilingnya (termasuk pohon ingrowth), dilakukan pengukuran tinggi pohon dan tinggi pangkal tajuk dan dicatat dalam tally sheet. b. Tinggi pohon diukur dengan menggunakan alat hagameter c. Pengukuran tinggi pohon dan tinggi pangkal tajuk terhadap pohon bercagak atau menggarpu diatur dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Apabila

masing-masing

cabang

dari

pohon

bercagak atau menggarpu dianggap satu pohon (masing-masing cagak/garpu diukur kelilingnya), maka

terhadap

masing-masing

cagak/garpu

dilakukan pengukuran tingggi pohon dan tinggi pangkal tajuk. 2) Apabila

polet

pada

pohon

bercagak

atau

menggarpu berada di bawah pangkal cagak atau pangkal

garpu

(hanya

dilakukan

satu

kali

pengukuran keliling pohon) maka: 

Pengukuran tinggi pohon dilakukan terhadap cagak/garpu

yang

mempunyai

pucuk

tertinggi. 

Pengukuran tinggi pangkal tajuk dilakukan terhadap

cagak/garpu

yang

mempunyai

pangkal tajuk terendah. 

Apabila

pangkal

cagak/garpu

sekaligus

merupakan pangkal tajuk atau berada diatas pangkal

tajuk,

maka

tidak

dilakukan

pengukuran tinggi pangkal/tajuk. 

Apabila

pangkal

bawah

pangkal

pengukuran

cagak/garpu

tinggi

tajuk, pangkal

berada

maka tajuk

di

selain juga


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

dilakukan

pengukuran

tinggi

pangkal

cagak/garpu. 8.2.5.1.3. Pengenalan Jenis dan Penentuan cacat Pohon a. Dalam melakukan penentuan jenis dan cacat pohon harus dalam pengawasan ketua regu b. Untuk jenis yang tidak diketahui, di ambil sample daun, bunga, buah, kulit untuk diidentifikasi. 8.2.5.1.4. Pembuatan Sketsa Posisi Pohon dan Kondisi Lapangan a. Pembuatan sketsa pohon didalam PU berdasarkan system koordinat dimana batas PU merupkan sumbu y (ordinat) dan sumbu sikunya adalah sumbu x (absis). b. Pencacatan kondisi lapangan meliputi konfigurasi lapangan, sungai dan arah sungai, tanah, batuan. c. Informasi kondisi lapangan dan posisi pohon di catat dalam tally sheet. 8.2.5.1.5. Perbaikan Polet a. Polet warna kuning (sebagai tanda letak pengukuran keliling)

yang

tidak/kurang

jelas

harus

selalu

diperbaiki dengan lebar polet berkisar antara 2-3 cm. b. Pada observasi PUP bila dijumpai pohon “ingrowth” maka harus dibuat polet pada batang pohon yang diatur dengan ketentuan: 1) Pohon normal (tidak cacat) yang berdiri tegak, polet dibuat pada ketinggian 1,30 meter dari permukaan tanah. 2) Pohon normal berdiri tegak pada tempat miring, polet dibuat pada ketinggian 1,30 meter dari permukaan tanah yang lebih tinggi. 3) Pohon normal berdiri miring, polet dibuat pada batang sejauh 1,30 meter dari permukaan tanah mengikuti arah condongnya pohon. 4) Pohon rebah, pohon yang berdiri terlampau miring (sudut dengan bidang horizontal ≤ 45º) tidak diperhitungkan. 5) Pohon berbanir : 

Apabila tinggi batas atas cacat bentuk batang pohon akibat adanya banir (ujung


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

banir) sama atau kurang dari 1,10 meter, tinggi polet adalah 1.30 meter. 

Apabila tinggi ujung banir lebih dari 1,10 meter, polet dibuat 20 cm di atas ujung banir.

6) Batang cacat setinggi 1,30 meter : 

Apabila batas-bawah cacat batang berada pada ketinggian di bawah 1 meter, maka polet dibuat 20 cm di atas batas-batas cacat batang.

Apabila batas-bawah cacat batang berada pada ketinggian 1 – 1.5 meter, maka polet dibuat 20 cm di bawah batas-bawah cacat batang.

Apabila batas-bawah cacat batang berada pada ketinggian di atas 1,5 meter, maka polet dibuat pada ketinggian 1,30 meter

7) Pohon Bercagak : 

Apabila batas-bawah cacat batang (bentuk tidak normal akibat adanya cagak) berada pada ketinggian di bawah 1,0 meter, maka polet dibuat 20 cm di atas batas-bawah cagak.

Apabila batas-bawah cacat batang (bentuk tidak normal akibat adanya cagak) berada pada ketinggian 1 - 1.5 meter, maka polet dibuat 20 cm di bawah batas-bawah cagak.

Apabila batas-bawah cacat batang (bentuk tidak normal akibat adanya cagak) berada pada ketinggian di atas 1,5 meter, maka polet dibuat pada ketinggian 1,30 meter.

8) Pada pohon menggarpu, pembuatan polet sama dengan pohon bercagak. 8.2.5.1.6. Perbaikan Nomor Pohon a. Nomor pohon yang tidak/kurang jelas, harus selalu diperbaiki pada saat pelaksanaan observasi PUP agar selalu jelas. b. Pada observasi PUP bila dijumpai pohon “ingrowth” maka harus dibuat nomor pohon pada batang pohon yang diatur dengan ketentuan:


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

Nomor pohon “ingrowth” merupakan kelanjutan dari nomor pohon terakhir dalam petak pengamatan tersebut (misalnya pohon terakhir pada pengukuran sebelumnya tercatat nomor 301, maka nomor pohon “ingrowth” dimulai nomor 302, dst).

Pada pohon bercagak atau menggarpu, apabila pada masing-masing cabang cagak/garpu dibuat polet, maka tiap cabang dianggap 1 (satu) pohon dan diberi nomor dengan menambahkan huruf sesuai urutan alfabet. Contoh: 

Pohon cagak: Misalkan pohon sebelumnya bernomor 301 Pohon cagak tersebut diberi nomor : 302 A untuk cagak ke-1 302 B untuk cagak ke-2 Pohon berikutnya bernomor 303

Pohon menggarpu : Misalkan pohon sebelumnya bernomor 301 Pohon menggarpu tersebut diberi no: 302 A untuk cabang ke-1 302 B untuk cabang ke-2 302 C untuk cabang ke-3 Pohon berikutnya bernomor 303

c. Nomor pohon dibuat dengan menuliskan nomor pohon pada batang pohon dengan cat warna kuning d. Nomor pohon dituliskan pada ketinggian ± 1.5 meter, kecuali pada tempat tersebut terdapat polet maka nomor pohon dituliskan pada tempat 20 cm di atas atau di bawah polet. e. Ukuran angka nomor pohon disesuaikan dengan besarnya batang dengan ukuran terkecil di atur sedemikian rupa agar nomor tersebut terbaca jelas sampai jarak 10 meter dengan menghadap satu arah. 8.2.5.1.7. Pengamatan Tanaman Pengayaan a. Diamati kondisi pertumbuhan dan persentase hidup dan mati hasil pengayaan atau anakan alami. b. Data hasil pengamatan terhadap tanaman pengayaan dicatat dan dibuat rekapnya. 8.2.5.1.8. Pembuatan Herbarium


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

a. Apabila dari suatu kegiatan observasi dijumpai adanya penambahan nama jenis pohon yang belum diketahui

nama

herbarium

guna

daerah,

dikumpulkan

keperluan

spesimen

determinasi

nama

botaninya. b. Spesimen herbarium diambil dari potongan bagain pucuk ranting dengan mengikutsertakan beberapa daun yang tua atau agak tua (daun tidak lepas dari ranting). c. Apabila dijumpai bunga dan atau buah pada suatu ranting, sebaiknya spesimen herbarium diambil dari ranting tersebut. d. Pada pohon ranting spesimen herbarium ditalikan label nomor dengan menggunakan potongan kertas karton yang ditulisi nomor dengan pensil. e. Spesimen herbarium dimasukkan pada lipatan kertas koran, kemudian dimasukkan dalam kantong plastik besar.

Satu kantong plastik dapat diisi beberapa

spesimen herbarium. f.

Kedalam kantong plastik yang sudah berisi spesimen herbarium dituangkan alkohol hingga semua kertas koran didalamnya kelihatan basah.

g. Kantong plastik ditutup rapat (menggunakan selotip) hingga alkohol di dalamnya tidak dapat keluar. h. Spesimen herbarium disimpan untuk dikirimkan ke laboratorium

botani

untuk

dideterminasi

nama

latinnya. 8.2.6.

Pemeliharaan Perlakuan pemeliharaan dilakukan khusus untuk 3 PUP yang sudah dipilih sebelumnya untuk diberi perlakuan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi :


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

a. Pembebasan

1) PUP yang diberikan perlakuan pembebasan adalah PUP no. 1,2, dan 3 Utara

Selatan

PUP

PUP

PUP

Tegakan

No. 1

No. 2

No. 3

dipelihara

PUP

PUP

PUP

Tegakan tidak

No. 4

No. 5

No.6

dipelihara

(1)

PUP yang diberikan perlakuan pembebasan adalah PUP No. 1, 2, dan 3

(2)

Perlakuan pembebasan selalu diterapkan pada setiap kali observasi PUP sampai tajuk tegakan menutup rapat sehingga tumbuhan bawah sudah terhambat pertumbuhannya.

(3)

Semua belukar dan liana yang ada di dalam PUP yang dicadangkan untuk mendapatkan perlakuan pemeliharaan tegakan ditebas/dihilangkan.

(4)

Semua anakan pohon dari jenis-jenis non komersial (kecuali jenisjenis endemik/langka/dilindungi) yang diameternya sama atau kurang dari 5 cm di dalam PUP No. 1, 2, dan 3 ditebas/dihilangkan.

(5)

Kegiatan pembebasan dilakukan setiap tahun.

b. Penjarangan (1)

Penjarangan dilakukan dengan mematikan jenis non komersial (kecuali jenis endemik/langka/dilindungi) yang tajuknya mengganggu perkembangan tajuk pohon jenis komersial.

(2)

Pelaksanaan penjarangan dilakukan dengan cara penerasan.

(3)

Kegiatan penjarangan pertama dilaksanakan 5 (lima) tahun sesudah pembuatan PUP.

8.2.7. Beberapa Teknik Pengukuran Dalam Pengambilan Data PUP 8.2.7.1. Cara Pengukuran Tinggi Pohon Pengukuran tinggi pohon pada kegiatan PUP dilakukan dengan menggunakan alat hagameter dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)

Pencatat data berdiri disamping pohon yang akan diukur untuk memudahkan melihat dan mencatat nomor pohon, serta


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

memudahkan pengukur dalam mencari pohon yang akan diukur. (2)

Pengukur mengambil jarak tertentu dari pohon-pohon yang akan diukur sehingga pangkal batang pohon, pucuk pohon, pangkal tajuk dan pangkal cagak/garpu (apabila pohon bercagak/menggarpu) kelihatan jelas.

(3)

Jarak tempat pengukur berdiri dari pohon ditaksir, kemudian skala pada alat hagameter disesuaikan dengan jarak tersebut (dengan memutar pemutar skala, yaitu jarak 15 m, 20 m, 25 m dan 30 m).

(4)

Knop (4) pada hagameter ditekan sehingga jarum penunjuk di skala dapat bergoyang bebas.

(5)

Melalui lubang visir hagameter dibidikkan pada pangkal pohon dan setelah bidikan tepat, knop (5) ditekan kemudian hasil bidikan dibaca pada skala.

(6)

Hasil bidikan dicatat dalam tally sheet (form.: PUP-005-DPH) pada kolom 3, dengan catatan sebagai berikut :



Apabila jarum tepat pada angka 0 (nol) atau berada di sebelah kiri angka 0 (nol), maka hasil bidikan bernilai minus (-).



Apabila jarum berada di sebelah kanan angka 0 (nol), maka hasil bidikan tersebut bernilai plus (+).

(7)

Knop (4) ditekan kembali, sehingga jarum penunjuk pada skala dapat bergoyang bebas.

(8)

Melalui lobang visir hagameter dibidikkan pada pucuk pohon dan setelah bidikan tepat, knop (5) ditekan kemudian hasil bidikan dibaca pada skala.

(9)

Hasil bidikan dicatat di kolom 4, dengan catatan bahwa hasil bidikan terhadap pucuk pohon bernilai plus (+) baik jarum berada disebelah kiri maupun disebelah kanan angka 0 (nol).

(10) Tinggi pohon (kolom 5) adalah hasil penjumlahan bilangan pada kolom 4 ditambah bilangan pada kolom3. (11) Pengukuran cagak/garpu

tinggi

pangkal

(apabila

pohon

tajuk

dan

bercagak

tinggi atau

pangkal

menggarpu)

dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana pengukuran tinggi pohon. (12) Tinggi pangkal tajuk (kolom 7) adalah ahsil penjumlahan bilangan pada kolom 6 ditambah bilangan pada kolom 3.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP (13) Tinggi

pangkal

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

cagak/garpu

(kolom

9)

adalah

hasil

penjumlahan bilangan pada kolom 8 ditambah bilangan pada kolom 3. 8.2.7.2. Cara Pengukuran Jarak Datar (1)

Kegiatan

pengukuran

lereng

pada

pembuatan

PUP

menggunakan clinometer dengan satuan persen (%).

Jarak Lapangan

Jarak datar

(2)

Pada tempat-tempat kemiringannya berat, pengukuran jarak datar dilakukan melalui pengukuran besarnya lereng, yaitu dengan prosedur sebagai berikut: (a) Dibuat tongkat (diameter Âą 1 cm) setinggi mata pengukur lereng. (b) Pangkal tambang-ukur dipegang pengukur lereng. (c) Ujung tambang-ukur dipegang pemegang tongkat dan dibawa maju sepanjang obyek pengukuran (jarak lapangan) (d) Tongkat didirikan pada titik obyek pengukuran, dan besarnya lereng diukur (oleh pengukur lereng) dengan cara membidik ujung galah. (e) Jarak lapangan yang harus diukur dapat dihitung dengan rumus matematik sebagai berikut :

Jarak Datar = Jarak Lapangan x Cosinus 

Keterangan: - Jarak lapangan - (alpha) yang

: Jarak yang terukur diatas permukaan tanah di lapangan : sudut yang terbentuk anatara garis menunjukkan jarak lapangan (lereng) dengan bidang horizontal.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

8.2.7.3. Cara Mengukur Lereng Jarak 10 Meter Teknik pengukuran lereng hampir sama dengan cara pengukuran jarak datar, yaitu dengan prosedur sebagai berikut: (1)

Dibuat tongkat (diameter Âą 1 cm) setinggi mata pengukur lereng

(2)

Pangkal tambang-ukur dipegang pengukur lereng

(3)

Ujung tambang-ukur dipegang tongkat dan dibawa maju sepanjang 10 meter jarak datar (tanda titik sudut plot 10 m x 10 m).

(4)

Tongkat didirikan pada titik obyek pengukuran, dan besarnya lereng ukur (oleh pengukur lereng) dengan cara membidik ujung galah.

(5)

Dalam pelaksanaan pengukuran, hasil pengukuran lereng diberi nilai positif (+) apabila lereng datar atau naik (tanah menanjak), dan diberi tanda negatif (-) di depan angka hasil pengukuran apabila lereng menurun.

9. PENCATATAN DAN PELAPORAN a. Data hasil pengukuran dan pengamatan yang telah diperoleh untuk selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metoda untuk mengetahui dinamika pertumbuhan tegakan dan riap tegakan di areal bekas tebangan. b. Hal-hal yang perlu dicatat antara lain : 1) Nomor PUP dan nomor seri PUP 2) Nomor pohon 3) Jenis pohon (Nama daerah dan latin) 4) Hasil pengukuran pohon (tinggi dan keliling pohon) 5) Tinggi tajuk dan tinggi cagak/garpu 6) Hasil kegiatan dan pengamatan terhadap kegiatan pemeliharaan tanaman pengayaan c. Laporan kegiatan pemantaun pengukuran petak ulang permanen diserahkan kepada instansi kehutanan bersama laporan TPTI.



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

DATA HASIL PENGUKURAN KELILING POHON Nomor Seri PUP Nomor PUP No. Plot 10 x 10 m

Nomor Pohon

Jenis Pohon

(1)

(2)

(3)

Nama Anggota Regu: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. ………………………… 4. ………………………… 5. …………………………

6. 7. 8. 9. 10.

: :

…………………….…. ……………………..… Pengukuran Tinggi Ukur Keliling (m) (cm) (4) (5)

………………………… ………………………… ………………………… ………………………… …………………………

Keterangan (6)

……., Tgl. …………… Ketua Regu

_________________ NPK. ………………………


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

DATA HASIL PENGUKURAN TINGGI POHON Nomor Seri PUP Nomor PUP No. Plot 10 x 10 m

Nomor Pohon

Tinggi Pohon (m)

(1)

(2)

(3)

Nama Anggota Regu: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. ………………………… 4. ………………………… 5. …………………………

6. 7. 8. 9. 10.

: :

…………………….…. ……………………..…

Tinggi Pangkal Tajuk (m) (4)

………………………… ………………………… ………………………… ………………………… …………………………

Tinggi Cagak/garpu (m) (5)

Keterangan (6)

……., Tgl. …………… Ketua Regu

_________________ NPK. ……………………


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

DATA HASIL PENGAMATAN TANAMAN PENGAYAAN Nomor Seri PUP Nomor PUP No. Plot 10 x 10 m

Nomor Anakan

(1)

(2)

Nama Anggota Regu: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. ………………………… 4. ………………………… 5. …………………………

Asal Anakan (3)

: :

…………………….…. ……………………..…

Nama Anakan Nama Daerah

Nama Latin

Fam.

(4)

(5)

(6)

6. 7. 8. 9. 10.

………………………… ………………………… ………………………… ………………………… …………………………

Pengamatan Ke-… 3 4 1 2 th. th. th. … th. … …. …. (7) (8) (9) (10)

……., Tgl. …………… Ketua Regu

_________________ NPK. ……………………


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGUKURAN PUP

No. Dok.

: SOP -0110

Revisi

: 04

Terbit

: 19/11/2011

TALLY SHEET PENGUKURAN TINGGI POHON Nomor Seri PUP Nomor PUP

No. Plot 10x10m

No. Pohon

Bidikan Terhadap Pangkal Pohon

(1)

(2)

(3)

Nama Anggota Regu: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. ………………………… 4. ………………………… 5. …………………………

: :

…………………….…. ……………………..…

Bidikan Terhadap Pucuk Pohon

Tinggi Pohon (m)

Bidikan Terhadap Pangkal tajuk

Tinggi Pangkal Tajuk (m)

(4)

(5)

(6)

(7)

6. 7. 8. 9. 10.

………………………… ………………………… ………………………… ………………………… …………………………

Bidikan Terhadap Pangkal Cagak / Garpu (8)

Tinggi Pangkal Cagak / Garpu (m) (9)

Ket. (10)

……., Tgl. …………… Ketua Regu

_________________ NPK. ……………………


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.