Sop penebangan ramah lingkungan (ril)

Page 1

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP)

PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88 Fakfak Papua Barat Indonesia Telepon (0956)22854


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

I.

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

PENGERTIAN Reduced Impact Logging (RIL) atau pemanenan ramah lingkungan adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi hutan.

II.

MAKSUD DAN TUJUAN Untuk mengurangi pengaruh negatif pemanenan kayu terhadap lingkungan sehingga dapat menciptakan sistem pemanfaatan sumberdaya hutan yang maksimal dan lestari baik secara produksi, ekologi maupun sosial.

III.

PELAKSANAAN a. Tempat

:

Di areal IUPHHK PT. Arfak Indra

b. Waktu

:

Pelaksanaan

RIL

dilakukan

mulai

dari

saat

perencanan,

pelaksanaan, maupun sesudah proses pemanenan kayu. c. Pelaksana

:

Seluruh

tenaga

pelaksana

yang

berkaitan

dengan

kegiatan

perencanaan, produksi dan pembinaan hutan. d. Penanggungjawab :

Manajer Camp dan seluruh Kepala Bagian yang bertanggung jawab terhadap kegiatan perencanaan, produksi dan pembinaan hutan.

IV.

PROSES KERJA A. Perencanaan Pemanenan Kegiatan perencanaan pemanenan meliputi : 1. Pra Perencanaan Pemanenan a. Inventarisari hutan (SOP ITSP) b. Pemetaan Areal (SOP Perpetaan) Melakukan Pemetaan Topografi (toposurvey) guna memberikan gambaran tentang konfigurasi areal kerja dan lokasi pengelompokan potensi pohon yang layak tebang. Pemetaan kontur dan lokasi pohon ini dibuat ke dalam skala 1:1000 s/d 1:5.000 dengan interval kontur 5-10 meter yang dapat dihasilkan dengan cara manual maupun komputerisasi. 2. Penataan Zona areal Hutan Pelaksanaan penataan zona areal hutan dilakukan sesuai prosedur dalam SOP Pelaksanaan Tata Batas HPH dan SOP Penataan Areal Kerja. a. Penataan areal produksi dan non-produksi kayu


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL) 

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

Mengidentifikasikan zona areal non produksi kayu untuk menentukan dan menetapkan luas areal produksi kayu.

Menghitung luas zona areal produksi kayu (Zona Produktif) = Luas Hutan Unit Manajemen – Luas Zona Non Produktif dan selanjutnya luasan ini menjadi dasar dalam menentukan jatah tebang tahunan (AAC).

Zona yang termasuk non produktif antara lain: o

Zona perlindungan dan konservasi.

o

Zona hutan masyarakat dan masyarakat lokal.

o

Zona konservasi keanekaragaman hayati.

o

Zona konservasi satwa liar.

o

Zona penelitian ilmiah.

o

Zona penyangga, meliputi : kawasan cagar budaya, tepi pantai, danau, mata air, areal rawan longsor, hutan lindung, batas HPH persekutuan, dan kanan kiri sungai.

o

Lokasi Sarana dan prasarana.

Jenis areal Penyangga

Lebar minimum areal penyangga

Kawasan cagar budaya

30 meter

Danau, Goba, pantai,mata

Jika lereng < 17 %

=

50 m

air

Jika lereng > 17 %

=

100 m

Kelas 1 ( > 20 m )

=

30 m

Kelas 2 (10-20 m)

=

20 m

Kelas 3 ( < 10 m )

=

10 m

Hutan lindung & batas

Belum ditata batas

= 1.000 m

persekutuan

Sudah ditata batas

=

Kaki Sungai

500 m

Daerah aliran sungai 2 ha, tidak boleh menebang pohon yang

Aliran air

berada dalam jarak 5 m dari setiap sisinya.

b. Manajemen Areal Non Produksi Kayu Pada areal non-produksi kayu dikelola sebagai berikut : 

Tidak boleh menebang di kawasan tersebut atau di zona penyangga.

Mesin-mesin tidak boleh masuk kawasan tersebut, kecuali pada sungai yang diijinkan untuk diseberangi.

Tidak boleh ada pekerjaan tanah atau tumpahan pekerjaan tanah yang jatuh ke dalam kawasan tersebut atau zona penyangganya.

Tidak boleh membuang serpihan penebangan (seperti cabang dan ranting) kedalam kawasan tersebut atau di zona penyangganya.

Bila memungkinkan, pohon-pohon harus ditebang menjauhi zona penyangga dan sungai.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

3. Perencanaan Pemanenan Pelaksanaan perencanaan pemanenan kayu dilakukan sesuai prosedur dalam SOP Pembukaan wilayah Hutan dan SOP Produksi. Kegiatan perencanaan pemanenan meliputi : a. Perencanaan jalan angkutan, dan jalan sarad. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : 

Pengumpulan data-data dasar seperti peta-peta yang diperlukan, peraturan dan perundangan terbaru, rencana biaya-biaya yang akan dikeluarkan, harga kayu terkini, dan data lainnya.

Pembatasan wilayah perencanaan.

Evaluasi kemungkinan lokasi trase jalan.

Perencanaan jaringan jalan.

Penentuan lokasi jalan (jalan punggung, lereng, dan lembah).

b. Pembuatan rencana pemanenan Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : 

Perencanaan lokasi TPn.

Perencanaan jaringan jalan sarad.

Perencanaan arah rebah pohon dan arah penyaradan.

c. Operasi sebelum pemanenan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : 

Pembuatan jalan sesuai spesifikasi jalan dengan drainase yang bagus.

Pembuatan jembatan dan gorong-gorong serta konstruksi lainnya.

d. Persiapan lapangan sebelum pemanenan Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: 

Penandaan lokasi TPn.

Penandaan jalan sarad.

Penandaan arah rebah pohon.

B. Operasi Pemanenan Kayu Pelaksanaan operasi pemanenan kayu dilakukan sesuai dengan SOP produksi. 1. Supervisi operasi pemanenan a. Pemantauan pekerjaan pemanenan dilakukan oleh Pengawas yang diberi wewenang. b. Pengontrol pelaksanaan adalah mandor yang bertanggungjawab kepada Pengawas dan bertugas memastikan pekerjaan penebangan dan penyaradan berlangsung dengan benar dan sesuai prosedur. c. Pelaksanan penebangan dilakukan oleh operator chainsaw dibantu helper sedangkan pelaksanaan penyaradan adalah operator traktor yang juga dibantu helper.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

d. Setiap pekerja yang terlibat harus tahu tugas dan tanggung jawabnya, prosedur dan standar kerja yang diharapkan. e. Pertemuan dilakukan secara terjadwal antara masing-masing pihak yang terlibat dalam proses produksi, baik bersifat briefing harian sebelum masuk lokasi kerja, mingguan, maupun bulanan. 2. Operasi penebangan Yang perlu dilakukan dalam operasi penebangan adalah : a.Pemeriksaan chainsaw Chainsaw diperiksa setiap sore agar siap digunakan esok hari. Pemeriksaan meliputi : 

Rantai gergaji.

Bilah gergaji.

Kopling.

Saringan minyak dan saringan bahan bakar.

Busi.

Sistem pembuangan asap.

Rem rantai dan pelindung pegangan depan.

b. Pembukaan TPn dan jalan sarad 

Dilakukan sebelum penebangan dimulai.

Alat yang digunakan adalah peta rencana pemanenan dan chainsaw.

c.Penebangan Teknik menebang untuk berbagai tipe pohon : Teknik menebang pohon normal : o

Buat potongan datar sedalam 1/4 -1/3 Ø pohon pada ketinggian maksimum 50 cm. Kemudian buat potongan atap/miring dengan sudut 45° terhadap potongan datar untuk takik rebah.

o

Buat potongan datar dari belakang takik rebah setinggi 5 – 10 cm dari potongan datar takik rebah dengan meninggalkan engsel sebesar 1/10 – 1/6 Ø pohon.

Teknik menebang pohon miring : o

Takik rebah dibuat sesuai dengan arah rebah yang diinginkan.

o

Takik balas dibuat dengan 2 atau 3 kali penusukan untuk pohon besar.

o

Penusukan pertama pada sebelah kiri takik balas.

o

Penusukan kedua pada sebelah kanan takik balas.

o

Penusukan ketiga dilakukan pada pohon berdiameter besar dari arah depan takik balas.

o

Gunakan baji untuk membantu mengarahkan arah rebah pohon.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

Teknik menebang pohon besar : 

Buat takik rebah sesuai arah rebah yang diinginkan.

Buat lubang pusat dengan cara memutar gergaji ke bagian tengah batang pohon.

Buat takik balas setinggi 10 – 20 cm di atas takik rebah.

Teknik menebang pohon berbanir : 

Buat takik rebah sesuai arah rebah yang diinginkan.

Hilangkan banir disamping kiri dan kanan takik balas.

Buat takik balas sebagaimana lainnya.

Teknik pemotongan batang : 

Pemotongan batang harus tegak lurus sumbu batang, dan tidak boleh melebihi 10º terhadap sumbu vertikal batang.

Untuk memotong batang yang melengkung/memiliki tegangan : (1) potong pada bagian yang mengalami tekanan, kemudian (2) potong bagian yang mengalami regangan.

3. Operasi penyaradan dan pelaksanaan kegiatan di TPn a.Pembuatan TPn 

Ukuran TPn ± 900 m2, dan dimaksimalkan penggunaanya.

Saluran drainase harus dibuat dan mengalir ke areal stabil yang bervegetasi.

Jumlah TPn dibuat optimal (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit).

b. Pembuatan jalan sarad 

Pembuatan jalan sarad dilakukan setelah pembukaan jalan sarad dan penebangan sudah selesai (dalam wilayah kecil dalam petak).

Hindarkan sedapat mungkin gali timbun dalam pembuatan jalan sarad.

Dibuat selurus mungkin mengikuti kontur, menghindari daerah curam, lembab/paya dan tanah yang labil.

Apabila tidak bisa menghindari sungai/kali/alur, harus jembatan sementara.

Kemiringan maksimum 25˚ atau 46%.

Percabangan jalan membentuk sudut 45˚-60˚ dengan belokan membentuk sudut tumpul.

Arah sarad diutamakan naik atau ke samping lereng dan tidak memasuki areal kawasan lindung.

Jarak sarad rata-rata 250-350 m dengan spasi jalan 50-100 m dan lebar jalan maksimum 4 m.

kayu kecil dan cabang-cabang yang tidak digunakan, dimanfaatkan untuk melindungi permukaan jalan sarad.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

c.Penyaradan 

Penyaradan dilakukan setelah jalan sarad siap digunakan, dimulai dari log terdekat.

Penyaradan pada medan yang menanjak, perlu diterapkan teknik winching berantai, yaitu dengan cara :  Traktor berjalan menuruni lereng, kemudian menarik log (posisi traktor diam).  Setelah log yang ditarik berada dekat traktor, kemudian kabel winch dikendurkan.  Sambil mengendurkan kabel winch, traktor bergerak menuju TPn (tanpa melakukan kerja tarik).  Setelah traktor sampai di TPn, winching dilakukan kembali sampai log tiba di TPn.

Teknik penyaradan pada belokan tajam digunakan sistem langsir untuk mengurangi kerusakan pada tegakan tinggal dan tanah.

Bila harus menyeberangi sungai/kali/alur yang kecil, gunakan jembatan sementara .

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyaradan :  Jangan menyarad saat hujan atau tanah basah  Jangan mengoperasikan traktor ke luar dari jalan sarad.  Usahakan pisau traktor tidak menyentuh/mengupas tanah dan melukai pohon di kiri kanan jalan sarad.  Penyaradan tidak boleh memasuki kawasan lindung.

C. Pemeliharaan dan K-3 1. Perbaikan dan pemeliharaan alat berat Pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan adalah dengan melakukan : a. Perawatan harian (daily maintenance) b. Perawatan berkala (periodic service) c. Overhaul (top and general) d. Rekondisi e. Program Pemeriksaan mesin f.Program pemeriksaan undercarriage 2. Kesehatan camp a.Penempatan gudang bahan bakar dan oli 

Lokasi gudang BBM dan oli harus mempunyai drainase yang baik, dan terletak ≥100 m dari desa/camp/pemukiman dan 50 m dari sungai.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL) 

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

Bila gudang bbm harus berlokasi di dermaga, maka :  Harus sejauh mungkin dari laut, selama penggunaan selang pompa masih memungkinkan.  Bangunannya harus baik dan tahan bocor, sehingga bila terjadi tumpahan dapat dipompa ke tempat pembuangan sampah.

Tangki bahan bakar, tempat pengisian bbm dan areal pemeliharaan kendaraan harus

diletakkan

pada

tempat

yang

drainasenya

baik,

di

TPn

atau

persimpangan jalan pada kawasan yang boleh ditebang. 

Jangan membuang oli bekas di areal pemanenan kayu.

Oli tersebut harus

dikumpulkan dan dibuang ketempat pembuangan utama. b. Penempatan lokasi pembuangan sampah dan limbah beracun 

Tempat pembuangan sampah diletakkan setidaknya 100 m dari batas banjir maksimum dan 1 m diatas tinggi air tanah maksimum.

Lokasi tempat pembuangan sampah harus diberi tanda yang jelas (termasuk dalam bahasa daerah) dan lubang sampah harus dipagari.

Bahan-bahan beracun harus dikumpulkan di kontainer yang disegel.

Semua limbah padat harus dimasukkan ke dalam lubang sampah dan dipendam segera setelah pemanenan kayu di areal tersebut selesai.

Jangan meninggalkan sampah dimana-mana dan berserakan.

Jangan membuang sampah ke dalam sungai.

c.Penyediaan air bersih. 

Camp-camp harus disuplai dengan air bersih dari sungai yang mengalir, air hujan atau sumur.

Air disimpan dalam tangki dan penyimpanan air harus disaring dengan baik.

Air bersih yang tersedia harus steril dan higienis.

Areal camp harus mempunyai drainase yang baik, sehingga air tidak menggenang dan menjadi tempat nyamuk bertelur/jadi sarang nyamuk.

d. Penyediaan fasilitas tambahan 

Klinik kesehatan.

Sarana pendidikan.

Sarana rekreasi.

Sarana peribadatan.

3. Keselamatan kerja a.Pakaian pelindung dan perlengkapan keselamatan kerja


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

Pelaksana Pemanenan

Opterator chainsaw Operator traktor Operator loader Helper

Pakai

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

Pakaia

Sarun

n yg

g

mudah

tanga

dilihat

n

Sepatu Boot

Celan a Pelindung

-an yg melekat

√ √

Pelin Pelin-

Penu-

dung

dung

tup

teli-

kepala

muka

nga

b. Standar minimum perlengkapan keselamatan kerja chainsawman 

Tanda yang jelas pada tombol ON – OFF.

Pegangan pengaman.

Rem rantai dan penangkal rantai.

Sistem pembuangan yang menjauhkan asap dari operator.

Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

c.Standar minimum perlengkapan keselamatan kerja operator traktor 

Struktur pelindung menggelinding (Roll Over Protection Structures/ROPS).

Struktur

pelindung

kejatuhan

benda

(Falling

Object

protection

Structure/FOPS). 

Tempat duduk dan sabuk pengaman.

Belakang

tempat

duduk

atau

kerangkanya

dipasangi

anyaman

kawat

pengaman. 

Alarm kendaraan.

Pegangan pengaman penarik kipas, tali kipas, sabuk dan daun-daun kipas.

Positif, alat penghenti mesin yang tidak berputar balik.

Tabung pemadam kebakaran yang dipasang kuat dan mudah dilepas.

Sistem pembuangan yang dilengkapi dengan penangkap percikan api

Kotak P3K.

D. Kegiatan pasca pemanenan kayu 1. Pada jalan sarad a. Pembuatan sudetan pada jalan sarad dengan interval 20-30 m, yang dibuat ke arah bagian dalam tegakan yang tidak rusak atau ke semak-semak. b. Memasang serasah dan rintangnan melintang pada larian air permukaan sebagai usaha pengendalian erosi.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

c. Membelokkan saluran air dari jalan sarad agar air tidak langsung masuk ke sungai.

2. Pada jembatan penyeberangan sementara

a. Mengangkat semua batang kayu dari alur/sungai kecil. b. Mengangkat semua batang kayu yang dipakai untuk jembatan sementara sehingga air sungai dapat mengalir kembali dengan lancar. 3. Pada tambang batu (quarry) a. Mengembalikan lapisan tanah bagian atas ke quarry. b. Merehabilitasi quarry dengan penanaman. 4. Pada TPn a. Mengembalikan serasah dan lapisan atas tanah ke bekas TPn. b. Menebarkan kulit kayu dan cabang kecil ke bekas TPn. c. Merehabilitasi bekas TPn dengan penanaman. 5. Pada Camp dan bengkel yang sudah tidak digunakan dengan membersihkan semua sampah di areal camp dan bengkel serta mengubur semua limbah padat ke dalam tanah. 6. Melakukan Pemeliharaan jembatan dengan melakukan inspeksi secara rutin minimal 2 kali setahun. 7. Melakukan Pemeliharaan terhadap : a. Drainase jalan dengan : 

Meratakan semua jalan secara teratur.

Memadatkan kembali tanah yang renggang

Menambah material pembuat jalan secara periodik.

b. Gorong-gorong, dengan melakukan inspeksi dan pemeliharaan secara teratur. c. Jembatan, dengan menginspeksi minimal 2 kali setahun, untuk memastikan : 

Sungai dalam keadaan bersih dari sampah.

Struktur jembatan tetap stabil.

Tembok/dinding sayap pelindung berfungsi dengan baik dan tidak dalam bahaya erosi.

Tidak terjadi pengikisan pada pondasi jembatan.

Permukaan penutup jembatan dalam keadaan baik.

Jembatan dapat dilewati dengan mudah


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENEBANGAN RAMAH LINGKUNGAN (RIL)

V.

No. Dok.

: SOP-0313

Revisi

: 04

Terbit

: 27/09/2011

URUTAN KERJA Pra Perencanaan Pemanenan

Perencanaan Pemanenan

Penataan zona areal hutan

Perencanaan Pemanenan

Supervisi operasi pemanenan kayu

Operasi Pemanenan

Operasi Penebangan

Operasi penyaradan & Operasi di TPn

Repair & Maintenance alat berat dan prasarana lain

Pemeliharaan, dan K-3

Kesehatan Camp

Keselamatan kerja

Pasca Pemanenan Kayu

Mencegah Kerusakan Lebih Lanjut pada Areal Hutan yang Ditinggalkan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.