Sop pengukuran erosi

Page 1

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP)

PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88 Fakfak Papua Barat Indonesia Telepon (0956)22854


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN EROSI

I.

No. Dok. Revisi

: SOP-0515 : 00

Terbit

: 19/11/2011

PENGERTIAN  Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya demikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut, dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber-sumber air lainnya, penyimpanannya serta pengalirannya dihimpun dan didata berdasarkan hukum-hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut.  Erosi tanah adalah proses hilangnya atau terangkutnya bagian tanah oleh air yang mengalir di permukaan.  Erosi percikan adalah pemindahan permukaan tanah yang diakibatkan oleh percikan butir-butir air hujan.  Tata air adalah suatu keadaan yang menggambarkan tentang kuantitas, kualitas (sedimentasi) dan penyebaran air menurut waktu dan tempat serta pengaruhnya terhadap kondisi yang bersangkutan.  Sedimen adalah setiap material atau fragmental yang terangkut melalui proses suspensi maupun pengendapan oleh air atau angin.

II.

TUJUAN Untuk pedoman tata cara kerja pada tahapan pelaksanaan pengukuran dan pengolahan data erosi tanah di areal pengusahaan hutan.

III.

RUANG LINGKUP Diterapkan dalam kegiatan pengukuran dan pengolahan data erosi tanah pada jalan sarad TPk, TPn dan lokasi bekas tebangan di areal IUPHHK PT. Arfak Indra

IV.

DASAR DAN ACUAN a. Keputusan Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Nomor : 058/Kpts/V/1995 tentang Pedoman Pembangunan Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) di Areal Pengusahaan Hutan. b. Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. 1995 Petunjuk Teknis Pembangunan dan Pengolahan Data Stasiun Pengamat Arus Sungai di Areal Pengusahaan Hutan.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN EROSI V.

No. Dok. Revisi

: SOP-0515 : 00

Terbit

: 19/11/2011

KETENTUAN a. Lokasi pengukuran erosi tanah harus terletak di dalam daerah yang secara langsung terkena dampak oleh kegiatan PWH, penebangan, penanaman dan pemeliharaan tanaman. b. Pembuatan plot pengamatan dilakukan segera setelah aktivitas kegiatan yang ada pada lokasi tersebut selesai. c. Metode pengukuran erosi yang dipergunakan adalah pengukuran erosi dengan sistem benang yang dibuat seri. d. Dalam satu seri petak terdiri dari 3 (tiga) plot contoh benang, dengan luas masing-masing plot  9 m2. e. Tata waktu kegiatan pengamatan dalam plot ukur harus dilakukan pada periode yang sama (satuan minggu atau bulanan)

VI.

PERSIAPAN a. Tim Survey Tim survey untuk menetapan lokasi titik pengukuran erosi tanah dilakukan bersamaan waktunya dengan pelaksanaan survey penetapan lokasi SPAS. Tim survey terdiri dari 6 (enam) orang dengan pembagian tugas sebagai berikut : -

1 orang ketua tim dari BP DAS

-

2 orang pemegang alat clinometer dan waterpast

-

1 orang pemasang patok

-

1 orang pemasang benang

-

1 orang pengukur

b. Peralatan 

Penyiapan peta kerja dan peta topografi

Peralatan yang digunakan antara lain: -

buku lapangan, alat-alat tulis, tally sheet

-

kompas

-

benang nilon

-

spidol hitam permanen

-

waterpast

-

parang

-

patok kayu ulin

-

mistar (satuan mm)

-

tali rafia

-

roll meter

c. Penetapan Lokasi 

Lokasi pengukuran erosi tanah mula-mula ditentukan berdasarkan data sekunder berupa peta PWH, peta penebangan, peta penanaman, dan peta pemeliharaan.

Berikan tanda di peta kerja dengan tinta merah mengenai rencana calon lokasi pengamatan dan pengukuran erosi tanah, yaitu : -

Lokasi bekas TPn/TPk

-

Lokasi jalan sarad


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN EROSI 

No. Dok. Revisi

: SOP-0515 : 00

Terbit

: 19/11/2011

Lokasi bekas tebangan

Lakukan survey pendahuluan di lokasi calon pengukuran erosi tanah yang bertujuan untuk melihat kelayakan kawasan ditinjau dari syarat-syarat yang diperlukan untuk dijadikan plot pengukuran erosi, meliputi :

-

Jenis tanah

-

Topografi areal

-

Vegetasi

-

Iklim setempat

Dari hasil pengamatan lapangan terhadap rencana beberapa lokasi pengukuran, maka dilakukan eveluasi untuk menetapkan lokasi yang terbaik.

Lokasi yang terpilih dan memenuhi persyaratan ditandai secara visual langsung di lapangan yaitu dengan pemasangan patok tanda.

 VII.

Pada peta kerja, maka ditandai tanda tinta merah untuk lokasi yang terpilih.

PELAKSANAAN a. Pembuatan Plot Pengamatan Lokasi plot pengamatan erosi tanah yang baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan data pengukuran erosi yang teliti dan akurat. 

Petak Pengamatan (1) Sebelum petak pengamatan dibuat, terlebih dahulu dilakukan pengukuran batas dari masing-masing plot pengamatan erosi dengan ketentuan : -

Lebar plot pengamatan  3 meter yang mengarah ke samping sisi lereng

-

Panjang plot pengamatan (3 buah) adalah  9 meter yang memanjang dan mengarah ke sisi lereng

(2) Panjang plot pengamatan ( 9 meter) dibagi menjadi 3 plot, yang masing-masing plot dengan ukuran panjang  3 meter sehingga luas 1 plot menjadi 9 m2 (3m x 3m) (3) Pada batas tepi masing-masing plot diberi tanda dengan menancapkan patok sementara yang berasal dari kayu sekitar yang tidak terpakai. (4) Setelah selesai melakukan pengukuran, maka patok sementara segera diganti dengan kayu yang memiliki kelas awet tinggi dengan ukuran  4 meter dan panjang  45 cm. (5) Pemasangan patok dilakukan dengan menancapkan pada tanah dengan kedalaman  15 cm atau keadaan patok sudah benar-benar kokoh. 

Pemasangan Benang Ukur (1) Pastikan bahwa patok ukur (A, B, dan C) sudah dipasang pada posisi yang tepat. (2) Ikatkan benang pada salah satu patok ukur (A1). Pengikatan benang pada patok harus benar-benar kuat dan tidak mudah terlepas. (3) Tinggi pengikatan benang pada patok ukur (A1)  15 cm, atau dengan pengamatan visual tinngi benang secara mendatar di atas permukaan tanah yang akan diukur. (4) Ambil waterpast dan ukur tinggi pengikatan benang pada patok ukur (A2), dengan ketentuan bahwa titik ikat benang A1 harus sama dengan A2.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN EROSI

No. Dok. Revisi

: SOP-0515 : 00

Terbit

: 19/11/2011

(5) Tarik benang dengan kencang (harus benar-benar kencang) dan ikatkan di patok ukur A2 pada titik yang telah diukur sebelumnya dengan waterpast. (6) Berikan tanda titik di benang dngan menggunakan spidol permanen setiap jarak 10 cm sehingga terdapat  30 tanda titik di benang. (7) Pada patok ukur B dan C pemasangan benang dan penandaan sama dengan A. b. Pengukuran Kelerengan Plot Teknik pengukuran lereng dilakukan dengan prosedur sebagi berikut : 

Dibuat tongkat (diameter  1 cm) setinggi mata pengukur lereng.

Tongkat didirikan pada titik obyek pengukuran (x-A1; A1-B1; B1-C1), dan besarnya lereng diukur (oleh pengukur lereng) dengan cara membidik ujung tongkat menggunakan clinometer.

Dalam pelaksanaan pengukuran, hasil ukuran lereng diberi satuan % dengan nilai positif (+) apabila lereng datar atau naik (tanah menanjak) dan diberi tanda negatif (-) di depan angka hasil ukuran apabila lereng menurun.

c. Pengukuran Tinggi Benang 

Periksa kembali patok dan benang, apakah pembuatan dan pemasangan sudah benarbenar tepat dan baik.

Gunakan mistar (mm) dan ukur tinggi benang pada titik benang (setiap jarak 10 cm) dan catat pada buku mistar.

Pengukuran dilakukan secara rutin dalam periode yang sama (per minggu/per bulan)

Setiap melakukan pengukuran agar dicatat lokasi, hari, tanggal dan jam pengukuran.

Kegiatan pengukuran segera dihentikan dan tidak dilanjutkan apabila sebanyak tiga kali pengukuran nilainya sama dengan data sebelumnya

Gambar 1. Cara pengukuran. VIII.

CARA PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA a. Rumus pendugaan besarnya erosi (Wischmir dan Smith) dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN EROSI

No. Dok. Revisi

: SOP-0515 : 00

Terbit

: 19/11/2011

A = R.K.L.S.C.P

Dimana : A = besaran dugaan erosi R = faktor curah hujan K = faktor erosibilitas tanah L = panjang lereng S = faktor kemiringan lereng C = faktor vegetasi P = faktor tindakan konservasi tanah

b. Rumus pendugaan besarnya erosi pada sistem benang dengan menggunakan pendekatan pendekatan sebagai berikut :

U1+U2+U3+‌..Un H1 = ----------------------------n Dimana : H1 = rata-rata tinggi benang pada pengukuran ke 1 U1 = data pengukuran pada titik 1 U2 = data pengukuran pada titik 2 Un = data pengukuran pada titik n n = jumlah data diukur (H2-H1)+(H3-H2)+(H4-H3)+ ‌‌(Hy-Hx) H1 = ----------------------------------------------------x

Dimana :

P1 = rata-rata tinggi benang pada plot 1 H1 = rata-rata tinggi benang pada pengukuran ke 1 H2 = rata-rata tinggi benang pada pengukuran ke 2 Hx = rata-rata tinggi benang pada pengukuran ke x


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN EROSI

E = K

No. Dok. Revisi

: SOP-0515 : 00

Terbit

: 19/11/2011

(P1+P2+P3) --------------3

Dimana : E

= besarnya dugaan erosi yang terjadi (ton/satuan luas)

K

= nilai konstanta sebesar 0.001342

P1 = nilai rata-rata tinggi benang pada plot 1 P2 = nilai rata-rata tinggi benang pada plot 2 P3 = nilai rata-rata tinggi benang pada plot 3 L

IX.

= luas plot yang diamati

PENGOLAHAN DATA a. Proses Pengolahan Data 

Pelajari catatan yang ada pada hasil pengukuran : -

Tanggal/waktu pengukuran

-

Catatan kelerengan

Periksa data-data dari hasil pendataan lapangan dan pastikan bahwa data-data tersebut sudah benar dan disahkan oleh penanggung jawab.

Lakukan perhitungan secara manual, bila ada data yang perlu dihitung terlebih dahulu.

Lakukan proses pengolahan data dengan menggunakan komputer sesuai dengan petunjuk dari masing-masing kegiatan.

Setelah proses pengolahan data selesai, periksa kembali untuk perbaikan-perbaikan seperlunya.

Pastikan bahwa proses pengolahan data sudah benar dan data-data tersebut sudah siap untuk dijadikan dasar pembuatan laporan.

b. Pembuatan Laporan 

Periksa kembali seluruh data-data yang ada dan pastikan bahwa seluruh data-data telah lengkap dan telah dilakukan pengolahan.

Buat laporan berdasarkan data-data tersebut sesuai petunjuk masing-masing kegiatan dengan format yang telah dibakukan

Periksa dan koreksi kembali laporan yang telah dibuat, kemudian pastikan bahwa laporan yang telah dibuat tersebut sudah benar.

Setelah pembuatan laporan selesai, lakukan pencetakan (print out) dan serahkan hasil cetakan kepada penanggung jawab untuk diperiksa dan diberikan pengesahan.

Periksa kembali dan pastikan bahwa pembuatan laporan sudah lengkap dan benar.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.