NO. 02 - NOVEMBER 2013
www.dlajah.com
NO. 02 - NOVEMBER 2013
T N E T N O C CHIEF EDITOR HIM
DEWAN PENASEHAT
PENGEMBANGAN BISNIS
AKHMAD HADIAN LUKITA DION LUTVAN PRAMUDYO
anggun nugraha SUNARYO KUSUMO
KEMITRAAN
TATA LETAK & DESIGN
MIKHAEL SEBAYANG
abdul aris mustaqin WINDYASARI
SOCIAL MEDIA
FOTOGRAfER
EKO JUSMAR
MOwELBLACKPACKER
Momo Gadget and Cafe
04
Ada Apa dengan Budaya Nongkrong di Indonesia
06
Rapatata
Komunitas Kuliner dengan Konsep Baru
WEBSITE MASTER RIZKI RUSDIWIJAYA NUR KHAFIDL
PENULIS ROSALINA WATI NENI IRYANI
andi abdul muhaimin
ADMINISTRASI DAN KEUANGAN ida siti nuraida
10 Dlajah
@dlajahmagz
@Dlajah
REDAKSI DAN KEMITRAAN JL. KYAI GEDE UTAMA NO. 12 BANDUNG 40132 PHONE. +62.22.2501925 - FAX. +62.22.2516752 www.dlajah.com
03
Momo Gadget and Cafe
Santap Kuliner Lezat Sekaligus Membeli Gadget
B
andung sudah sejak lama dikenal sebagai pusat kuliner dan fashion di Indonesia. Saat ini, tempat-tempat wisata kuliner semakin melimpah jumlahnya, bahkan beberapa diantaraya memiliki konsep unik dan menarik minat banyak orang untuk menyambanginya.
Salah satu tempat wisata kuliner di Bandung yang memiliki konsep yang terbilang berbeda dari yang lain adalah Momo Gadget and CafĂŠ. Unik, Kafe ini tidak hanya menyajikan menu makanan dan minuman tetapi juga menjual gadget dari berbagai merk. Kafe Momo awalnya hanya ada di Jakarta, baru berikutnya hadir di Bandung pada April 2012. Kafe dengan tulisan nama yang terdiri dari 4 huruf berbeda warna ini terletak di Bandung Indah Plaza (BIP) dan Istana Plaza (IP).
04
Teks : Erwin Setiawan Foto: MowelBlackpacker
Di kafe ini, Anda dapat membeli atau sekedar melihat-lihat gadget berbagai merek menarik sambil menikmati menu-menu andalan Momo CafĂŠ. Memilih telepon seluler ataupun tablet yang Anda sukai dan mendapatkan pelayanan terbaik serta potongan harga yang cukup menggiurkan untuk beberapa produk gadget tertentu. Menu-menu Andalan di cafĂŠ ini yang patut dicoba antara lain: Momo Oreo yang merupakan kombinasi dari susu segar, oreo, coklat putih, dan sirup hazelnut. Kemudian, Momo Heavenly Blue yang terdiri dari soda, eskrim, dan triple sec. Satu lagi yang harus dicoba adalah Momo White Angel yang merupakan soda susu dengan cita rasa luar biasa.
Minuman dikelompokkan dalam 4 kategori berdasarkan masing-masing bahan dasarnya, yaitu: minuman berbahan dasar teh, minuman berbahan dasar kopi, susu, dan buah-buahan. Sementara itu, untuk makanan, Anda dapat memilih produk kue (cake) yang terdiri dari beberapa macam varian namun semuanya berbahan dasar keju seperti oreo cheese cake dan chocolate cheese cake. Juga terdapat pilihan nasi berupa nasi chicken teriyaki dan chicken
black pepper.
Sekedar saran, jika Anda sedang membutuhkan porsi makan yang terbilang besar saat mengunjungi Momo namun Anda tidak mencari nasi, sebaiknya memesan chocolate cheese cake dan Momo Oreo. Kue keju yang dikombinasikan dengan coklat batang yang telah dicairkan dan minuman berbahan dasar susu segar yang ditambahkan oreo, coklat putih serta hazelnut, tentunya akan memuaskan selera bersantap dan bersantai Anda. Anda pun dapat mencoba menu roti panggangnya.Tersedia dua jenis roti panggang di sini, yaitu original toast dan assorted toast dengan masing-masing variannya. Original toast adalah roti tawar biasa yang dibumbui dengan keju, coklat, selai, dan bawang putih sedangkan assorted toast adalah croissant. Kenikmatan lainnya yang akan membuat Anda betah berlama-lama di kafe ini adalah suasananya yang nyaman dan cenderung hening, cocok untuk Anda yang menginginkan suasana tenang. Sedangkan nuansa fisiknya yang penuh warna memberikan kesan ceria dan kesegaran tersendiri. Tersedia pula fasilitas free wi-fi untuk Anda yang ingin sekalian bekerja sambil bersantap.
07
Ada Apa dengan Budaya Nongkrong di Indonesia? Teks: Fadrin Fadhlan Bya Foto: MowelBlackpacker
E
ntah mengapa bagi sebagian anak muda terutama mahasiswa bahwa tempat kuliah kedua selain ruang kelas adalah warung kopi (coffee shop). Memang di warung kopi mereka tidak melakukan proses belajar seperti nyatanya di kampus`. Bagi mahasiswa terutama yang memasuki tingkat akhir sering menghabiskan waktunya dengan nongkrong di warung kopi. Hal ini sudah jadi kebiasaan umum di banyak kota di Indonesia. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan nongkrong mahasiswa di warung kopi. Saya juga suka nongkrong berjam-jam di warung kopi. Hanya saja saya ingin menyorot bagaimana sebenarnya budaya nongkrong anak muda (mahasiswa dalam hal ini) rupanya kini menjadi sebuah peluang ekonomi yang menguntungkan. Terbukti, di banyak kota besar di Indonesia, warung kopi ataupun mini market 24 jam di sekitar kampus akan ramai oleh mahasiswa.
06
Nongkrong biasa dilakukan dua orang mahasiswa atau lebih demi sekadar mengisi waktu luang atau untuk berkumpul dengan teman. Saat nongkrong, topik pembicaraan berkisar pada obrolan ringan, saling curhat, membicarakan trend terbaru, berbagi ide, tukar menukar info dan pengalaman, bahkan bergosip membicarakan seseorang. Tidak menutup kemungkinan pula membicarakan isu kekinian dalam hal politik, bisnis, ekonomi, hingga agama. Barley dalam tulisannya dalam The Jakarta Post, membandingkan perbedaan nongkrong di Amerika Serikat dengan di Indonesia. Orang Amerika yang erorientasi bahwa waktu amat berharga sehingga ada istilah “Time is Money� telah memanfaatkan pertemuan di restoran dan coffee shop hanya untuk membahas hal-hal yang penting terutama bisnis. Masyarakat Amerika tidak suka berkumpul dalam jumlah yang banyak sehingga tipikal perbincangan di coffee shop lebih sunyi dibandingkan warung kopi yang ada di Indonesia. Ini jelas sangat kontras dengan yang ada di Indonesia dimana nongkrong di warung kopi akan membicarakan semua hal mulai dari bisnis hingga membahas sesuatu yang “nothing�.
07
Budaya nongkrong yang kuat di Indonesia rupanya banyak dimanfaatkan berbagai pihak untuk mengambil keuntungan darinya. Dalam hal ini bukan saja dimanfaatkan sebagia peluang bisnis oleh orang pribumi tetapi juga oleh pihak asing. Salah satunya, fenomena nongkrong anak muda di 7 ELEVEN. Sebuah minimarket yang banyak tersedia di Jakarta ini terus membuka gerainya dengan asumsi atas hasil riset terhadap masyarakat Indonesia. Hasil riset yang juga dimuat dalam Majalah Warta Ekonomi No 15/2012 itu menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia khususnya daerah perkotaan terutama Jakarta, gemar nongkrong berjam-jam di tempat umum. 7 ELEVEN di Indonesia sendiri rupanya berbeda dengan yang ada di negara lain. Apabila di negara lain, 7 ELEVEN berbentuk convenience store atau toko kelontong semata maka di Indonesia akan ditambah fungsinya seperti warung kopi bahkan juga fasilitas wifi gratis, saklar untuk charger handset, juga layanan 24 jam. Beragam fasilitas tersebut tentunya membuat siapa saja apalagi mahasiswa akan betah berlama-lama menghabiskan waktu di toko 7 ELEVEN. Bisa dibilang konsep pelayanan digerai 7 ELEVEN ini meniru seperti warung kopi yang selama ini sudah ada dipadukan dengan konsep modern.
08
Henri Honoris, pemegang lisensi 7 ELEVEN di Indonesia seperti dikutip Koran Sindo (7 Juni 2012) mengutarakan bahwa konsep yang dipakai saat ini di 7 ELEVEN sebagai affordable luxury atau kemewahan yang terjangkau. Maksudnya adalah bahwa 7 ELEVEN mencoba menghadirkan sensasi kemewahan nongkrong yang dapat diakses semua kalangan. Ini terbukti, pelataran parkir gerai 7 ELEVEN sering ditemukan Mercedez Benz berjajar dengan puluhan sepeda motor. Melihat fenomena nongkrong ala 7 ELEVEN tersebut, nampaknya nongkrong telah berubah menjadi sebuah komoditas. Nongkrong dibuat bukan lagi sebagai sebuah kebutuhan untuk berinteraksi tetapi sebagai sebuah sarana rekreasi dan kepuasan. Kemewahan nongkrong yang ditawarkan 7 ELEVEN sebenarnya merupakan usaha memodifikasi budaya nongkrong menjadi sebuah hiburan masyarakat. Hal ini sejalan seperti yang dungkapkan oleh sosiolog Herbert Gans bahwa hiburan massa berkaitan dengan pola rekreasi masyarakat yang mencakup tiga aspek. Pertama, media rekreasi yaitu fasilitas yang memungkinan warga masyarkat mendapatkan produk budaya massa yang memiliki fungsi satisfaksi. Kedua, produsen media rekreasi, yaitu individu atau institusi yang menciptakan atau sebagai fasilitator atau
pendistribusian produk budaya. Ketiga, konsumen yang menggunakan produk kebudayaan untuk tujuan psikologis atau sosial. Secara sederhana produk budaya massa berfungsi untuk menghibur dan didukung sistem massal dalam pendistribusiannya.
Sementara itu, menurut Kuntowijoyo masifikasi budaya disebabkan karena adanya industrialisasi dan komersialisasi dalam sektor budaya. Dalam hal ini nongkrong yang dikomersilkan mempunyai dampak buruk yaitu terjadinya objektivasi, alienasi, dan pembodohan. Dan ketiga hal tersebutlah yang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya generasi mudanya yang hobi nongkrong. Lalu, apakah hal tersebut salah? Tentu tak ada yang salah dalam dunia bisnis. Semua dihalalkan demi meraup keuntungan sebesar-besarnya. Kenyataannya, di negara-negara maju memang ada budaya nongkrong tetapi tidak sekental di Indonesia. Bagaimana pun juga, remaja dan anak muda (mahasiswa) merupakan potensi dan aset besar kemajuan negara. Sudah merupakan kewajiban bagi pemerintah memberikan fasilitas bagi kaum muda untuk memanfaatkan waktunya dengan hal-hal produktif. Jadi, di Indonesia mungkin saat ini hanya bisa bermimpi mempunyai anak muda seperti Mark Zuckenberg dimana di usia 20 tahun sudah menjadi milyuner berkat inovasi Facebook-nya. Lalu bagaimana dengan anak muda Indonesia? Masihkah mereka sibuk nongkrong di warung kopi hanya untuk membicarakan hal-hal yang ‘nothing’?
Penulis adalah Pemimpin Umum LPM Kavling 10, yaitu Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang. Kunjungi websitenya di: www.kavling10.com
09
Rapatata
Komunitas Kuliner dengan Konsep Baru Teks: Rosalina Wati Foto: Julius
S
aat akhir pekan, jalanan utama Kota Bandung biasanya dipenuhi mobil dari luar kota yang datang untuk berwisata. Bukan tanpa alasan, salah satu dari sekian banyak daya tarik wisata di Bandung adalah sajian kulinernya yang menggugah. Beraneka jenis makanan dan tempat jajanan bertebaran di pinggir jalan dan dengan mudahnya dapat ditemukan di banyak sudut kota.
Kebanyakan pengunjung dari luar kota maupun penduduk Bandung sendiri biasanya memburu tempat makan yang menawarkan menu spesial, kenyamanan tempat, atau karena memiliki keunikan. Dari sekian banyak tempat kuliner di Bandung sebenarnya masih banyak yang belum dikenal. Selain itu, bisnis kuliner di kota ini pun terus bermunculan. Mefasilitasi kondisi tersebut, sebuah komunitas di Bandung bernama Rapatata berupaya menjadi mediator antara pengusaha kuliner dan penikmat kulinernya. Komunitas Rapatata didirikan pada April 2012 oleh Medison Agustinus Simbolon. Kata Rapatata sendiri tidak memiliki arti tertentu, menurut Medison nama Rapatata dipilih karena kata tersebut unik diucapkan. Rapatata awalnya tumbuh secara online dengan mengajak pecinta kuliner me-review kuliner dalam website Rapatata. Melalui review tersebut, Rapatata mengharapkan pecinta kuliner mendapat referensi kuliner yang mereka cari dan inginkan. Berikutnya pada April 2013 konsep kerja Rapatata berkembang dengan menghadirkan empat konsep kegiatan.
10
Pertama, dan sudah berjalan adalah Rapakopdar (berkumpul) untuk me-review kuliner langsung di lapangan dengan melibatkan tiga pihak, yaitu: pengusaha kuliner, media dan pecinta kuliner. Dalam kegiatan ini, Rapatata mengajak pengusaha kuliner membawa sample kuliner untuk dicicipi perwakilan media dan berikutnya dizinkan untuk memberikan kritik dan masukan terkait dengan kuliner tersebut. Menurut Edison sampai sejauh ini baru empat restoran yang menjadi rekanan Rapatata dalam kegiatan Rapakopdar, yaitu: Bebek Van Java, Infinito, Kepo Kopi, dan Kremes Kalasan.
Kegiatan kedua, Rapatata Sponsor, yaitu menyediakan kuliner sebagai konsumsi panitia hadir langsung sebagai sponsor suatu acara. Sebagai sponsor, Rapatata hanya meminta pihak panitia event untuk menyediakan booth untuk digunakan rekanan pengusaha kuliner yang diajak Rapatata. Salah satu event besar yang pernah diikuti Rapatata selaku sponsor adalah Pasanggiri Mojang Jajaka Kota Bandung 2013.
11
Kegiatan ketiga, Rapatata Bazaar, yaitu mengajak seluruh rekanan pengusaha kuliner untuk berjualan langsung saat bazaar berlangsung. Medison mengutarakan bahwa kegiatan tersebut nantinya mengajak pengusaha kuliner dari Bandung maupun luar Bandung. Kegiatan terakhir yang keempat adalah Rapatata Mart, kegiatan ini melibatkan banyak pihak karena rekanan pengusaha kuliner yang diajak tentunya juga memiliki relasi lebih luas. Relasi yang terdiri dari berbagai pengusaha dan salah satunya adalah pengusaha fashion. Meskipun komunitas baru namun Rapatata dapat dikatakan tampil dengan terobosan yang berbeda. Keberadaanya mampu mewadahi pengusaha kuliner yang sudah mapan maupun yang baru agar dapat terus berkembang. Rapatata berharap kerjasama antara Rapatata dan pengusahan kuliner dapat terus berjalan dengan baiksehingga memberikan keuntungan bersama.
12