NO. 02 - NOVEMBER 2013
www.dlajah.com
NO. 02 - NOVEMBER 2013
T N E T N O C 04
CHIEF EDITOR HIM
DEWAN PENASEHAT
PENGEMBANGAN BISNIS
AKHMAD HADIAN LUKITA DION LUTVAN PRAMUDYO
anggun nugraha SUNARYO KUSUMO
KEMITRAAN
TATA LETAK & DESIGN
MIKHAEL SEBAYANG
abdul aris mustaqin WINDYASARI
SOCIAL MEDIA
FOTOGRAfeR
EKO JUSMAR
MOwELBLACKPACKER
Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Transportasi Kota Bandung
Angkot Day Dari Yang Muda Bagi Kotanya
WEBSITE MASTER RIZKI RUSDIWIJAYA NUR KHAFIDL
PENULIS ROSALINA WATI NENI IRYANI
andi abdul muhaimin
ADMINISTRASI DAN KEUANGAN ida siti nuraida
08 Ketika Kipas Baling Beralih ke Hembusan AC
Dlajah
@dlajahmagz
@Dlajah
REDAKSI DAN KEMITRAAN JL. KYAI GEDE UTAMA NO. 12 BANDUNG 40132 PHONE. +62.22.2501925 - FAX. +62.22.2516752 www.dlajah.com
Dua Sisi Wajah Stasiun Kereta Api Bandung
12
10 03
Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Transportasi Kota Bandung Teks: Elmy Yasinta Foto: Aris Bronson
I
nfrastruktur merupakan komponen utama dalam menunjang kemajuan suatu daerah. Infrastruktur yang baik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan bahkan kualitas hidup masyarakat. Salah satu jenis infrastruktur yang vital dalam pembangunan kota adalah transportasi dimana keberadaannya sangat dipengaruhi mobilitas penduduk suatu wilayah.
04
Mobilitas penduduk yang tinggi nyatanya memang perlu diimbangi penyediaan infrastruktur perkotaan, diantaranya penyediaan infrastruktur transportasi intra maupun antarkota.
Infrastruktur transportasi yang layak dan memadai akan mendukung kesinambungan pertumbuhan dan perkembangan kota serta mengurangi kemacetan lalu lintas. Mobilitas penduduk di Kota Bandung sendiri dalam lima tahun terakhir terbukti sangat tinggi. Saat ini terdapat setidaknya 32 titik kemacetan di Kota Bandung. Apabila tidak segera diatasi, potensi kerugian biaya kemacetan di Kota Bandung dapat mencapai Rp14 triliun per tahun pada 2020.
Penyebab Kemacetan Lalu Lintas Terdapat setidaknya tiga faktor utama yang menjadi penyebab kemacetan, diantaranya adalah: tingginya volume kendaraan, limitasi dan inefisiensi pada kapasitas jalan, serta rendahnya perpindahan moda ke transportasi publik. 50% penyebab kemacetan berasal dari tingginya volume kendaraan di Bandung. Dari persentase tersebut sekira 16% tidak diimbangi dengan pertumbuhan panjang jalan (< 1% per tahun). Kondisi tersebut diperparah dengan inefisiensi yang diakibatkan aktivitas on-street parking dan aktivitas ekonomi informal seperti PKL, pasar kaget, dan pasar tradisional yang memangkas sekitar 33% kapasitas jalan. Rendahnya perpindahan moda ke transportasi publik juga menyebabkan kemacetan, ditandai dengan menurunnya load factor transportasi umum dan meningkatnya penggunaan kendaraan roda dua dan pemilik kendaraan pribadi. Berdasarkan alasan di atas maka salah satu solusi menyelesaikan persoalan kemacetan di Kota Bandung adalah dengan menurunkan volume kendaraan melalui konversi ke transportasi publik. Hal tersebut ideal apalagi jika mengingat kemampuan Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan kapasitas jalan sangat terbatas. Agar masyarakat tertarik menggunakan transportasi umum maka diperlukan infrastruktur transportasi massal dan sistem pendukungnya demi menjamin kenyamanan warga pengguna.
05
Sumber Pembiayaan Infrastruktur Alternatif Salah satu tantangan terbesar dalam penyediaan infrastruktur transportasi ada strategi pembiayaannya. Terdapat tiga sumber pembiayaan infrastruktur, yaitu: dari anggaran Belanja dan Pendapatan (baik APBD/APBN), sektor swasta (baik investor dari dalam maupun luar negeri), dan kerjasama antara Pemerintah dan Swasta, atau yang biasa disebut Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Berdasarkan data BAPPENAS, kebutuhan pembiayaan infrastruktur di Indonesia antara 2010-2014 mencapai sekitar Rp1.923 triliun. Sedangkan kemampuan pembiayaan dari pemerintah sendiri hanya Rp559 triliun atau hanya 29%-nya saja. Gap pembiayaan infrastruktur sekitar Rp1.364 triliun atau sekitar 71% diharapkan dapat dipenuhi dari sumber pembiayaan alternatif lainnya. Keterbatasan pembiayaan Pemerintah dalam pembiayaan infrastruktur transportasi umumnya dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah berikut ini.
06
+Terbatasnya jumlah anggaran belanja dan pendapatan tahunan sedangkan ada banyak program yang harus dibiayai sesuai prioritas anggaran. + Investasi yang dibutuhkan umumnya sangat besar sehingga tingkat pengembalian relatif lama. + Efisiensi biaya sulit menjamin kualitas layanan, bahkan cenderung implementasinya beresiko tidak sesuai dengan standar teknis yang layak. + Timbulnya kemacetan realisasi kegiatan proyek yang disebabkan hal-hal di luar perkiraan (force majure); + Adanya faktor-faktor ekternal yang berpotensi menimbulkan biaya-biaya tambahan yang perlu dianggarkan kembali.
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa alternatif pembiayaan infrastruktur transportasi yang dapat dilakukan pemerintah. Beberapa diantaranya adalah melalui pelaksanaan program Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP), obligasi daerah, serta pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR). Konsep Public-Private Patnership (PPP) merupakan suatu upaya yang memungkinkan kerjasama antara pihak publik dan privat dalam pembangunan. Namun demikian, adanya proyek PPP tentu akan berdampak terhadap APBN, di sisi pendapatan maupun belanja. Pembiayaan pembangunan dengan menggunakan skema PPP untuk Kota Bandung perlu pertimbangan yang matang dengan memperhitungkan segala aspek, baik kondisi kesiapan fiskal daerah maupun politik. Hal tersebut diperlukan untuk menjamin kepastian hukum bagi pihak swasta maupun pemerintah daerah. Sementara itu, pembiayaan melalui penerbitan obligasi daerah menyimpan sejumlah permasalahan ekonomi dan politik tertentu karena dipandang bisa menimbulkan komplikasi politik yang tidak diinginkan. Selain menuntut kesiapan fiskal yang memadai, mekanisme pembiayaan pembangunan melalui penerbitan obligasi daerah harus mendapat persetujuan DPRD dan pemerintah pusat serta harus didasarkan pada penilaian jujur terhadap potensi ekonomi daerah masing-masing.
Corporate Social Responsibility (CSR) memungkinkan untuk dilakukan mengingat Kota Bandung merupakan kota besar ketiga sehingga potensi pemerintah daerah dalam menggali sumber CSR cukup potensial. Akan tetapi, skema seperti ini memang kurang mumpuni untuk infrastruktur transportasi yang sifatnya besar. Dengan semakin banyaknya alternatif pembiayaan dalam pembangunan infrastruktur transportasi, Pemerintah Kota Bandung diharapkan lebih kreatif memanfaatkannya sebagai upaya menyelesaikan permasalahan transportasi yang semakin bertambah. *Penulis adalah Mahasiswa Magister Perencanaan Wilayah dan Kota ITB/Penerima Beasiswa Bakrie Center Foundation (BCF). Twitter @elmyyasinta.
05
Angkot Day Dari Yang Muda Bagi Kotanya
Teks & Foto: Ayu â&#x20AC;&#x2DC;Kukeâ&#x20AC;&#x2122; Wulandari
Angkot Kalapa-Dago berderet menanti giliran diberangkatkan
A
pa yang akan Anda lakukan jika kota yang sudah ditinggali sejak lahir kini semakin bermasalah kenyamanannya? Apakah Anda akan diam saja menerima tanpa bergerak melakukan sesuatu yang bukan sekedar tertinggal di pikiran? Anak-anak muda yang bernaung di bawah nama Riset Indie memilih bergerak, melakukan apa yang bisa dilakukan tanpa berharap muluk-muluk bahwa semua itu nantinya dapat menjadi solusi mumpuni. Setidaknya bagi mereka hal tersebut jauh lebih baik daripada hanya bisa menunjuk dan menyalahkan pemerintah kota. Proyek tersebut mereka namakan: Angkot Day.
08
Sebuah eksperimen sosial yang ditujukan untuk menemukan apa saja faktor penyebab kemacetan di kota Bandung, sekaligus melibatkan masyarakat sekitar dengan harapan respon positif mengarah kepada solusi sesudahnya. Teknologi komunikasi dan media sosial dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam program dan kampanye ini. Untuk penggalangan dana, Riset Indie memanfaatkan media Wujudkan.com. Hasil yang dituai lebih dari sekedar baik karena mereka berhasil mendapatkan dukungan melebihi target sebesar Rp100.200.000,-.
Guna kepentingan sosialisasi kegiatan dan perekretan Relawan, Twitter menjadi pilihan utama selain Facebook dan website juga blog. Lagi-lagi hal tersebut menuai keberhasilan, lebih dari puluhan anak muda dan para dewasa berjiwa muda terlibat demi kelangsungan Angkot Day di 20 September 2013. Mungkin benar dikatakan, â&#x20AC;&#x153;inilah enaknya tinggal di Bandungâ&#x20AC;?. Tidak sulit mengajak anak mudanya untuk berkumpul dan turun tangan melakukan hal yang mungkin belum tentu menjanjikan keuntungan apa pun kecuali pengalaman belajar di luar lingkungan sekolah atau kampus. Semua dilakukan dengan senang, dalam waktu singkat dipenuhi keakraban, selanjutnya bahkan membuat ketagihan ingin dan ingin lagi berkegiatan semacam ini.
Riset Indie
Jalan Raden Patah No. 12, Bandung e-mail: riset.indie@gmail.com
Angkot Day http://angkotday.info/
Keakraban sesama penumpang
09
n n Ketika Kipas Baling Beralih ke Hembusan AC
Teks: Andi Abdul Muhamin & Him Foto: MowelBlackpacker
Padatnya penumpang menjejali bangku, lebih banyak lagi yang berdiri berdesakan bersama kardus dan beraneka â&#x20AC;&#x2DC;gembolan. Belum cukup, suasana semakin meriah dengan hiruk pikuk pedagang asongan dan sahutan lantang mereka. Tak pelak kondisi tersebut akan memastikan setiap orang di dalam ruangan mengeluarkan keringat karena hawa gerah yang hanya dikompensasikan dengan si kipas baling-baling.
10
nn k
ondisi di atas mungkin masih terlintas dalam benak kita ketika menyebutkan bahwa itu adalah suasana di dalam gerbong kereta api ekonomi. Akan tetapi, itu semua mungkin hanya ada di balik kenangan sekarang!
Kini angin perubahan terasa di dalam gerbong kereta api ekonomi. Itu karena semenjak PT Kereta API Indonesia berbenah diri maka kelas ekonomi pun menjadi sasaran dengan digantinya kipas angin baling-baling dengan air conditioner (AC). Sang ular besi untuk rakyat pun telah beralih rupa. Mekanisme ticketing dan check in yang menyerupai bandara memastikan jumlah penumpang sesuai dengan jumlah kursi yang tersedia. Aturan dan penjagaan yang ketat pun turut mengeliminasi as pedagang asongan, pengamen, dan peminta-minta di dalam gerbong.
Di dalam gerbong kereta kini AC sang penyejuk ruang hadir tidak hanya untuk mengusir panas dan pengapnya atmosfir gerbong kereta tetapi terlebih sebagai simbol berakhirnya wajah buram kereta ekonomi dengan segala konotasinya yang kurang menyenangkan. Cat dinding juga kini lebih terlihat mengkilat dilengkapi melimpahnya air di toilet gerbong.
Akan tetapi, dari perubahan dan pembenahan yang dilakukan PT KAI masih terselip masalah, yaitu kaca-kaca retak korban rivalitas sepakbola atau tangan-tangan jahil. Mungkin hantaman batu liar itu hadir sebagai pengingat bahwa segala upaya yang dilakukan oleh penyelenggara perkeretaapi-an tidak akan berarti banyak bila masyarakat belum punya rasa memiliki yang sama. Sejatinya, kereta api akan selalu menjadi alat transportasi massal yang mampu menjangkau semua kalangan. Oleh karena itu, kesadaran bersama pula yang penting untuk menjaganya.
11
Dua Sisi Wajah Stasiun Kereta Api Bandung
Teks: Andi Abdul Muhamin & Him Foto: Aris Bronson
Ketika roda-roda besi menghentikan lajunya, derap langkah penumpang yang turun terbagi ke dua arah mata angin dimana dua pintu utama berada di Pintu Utara dan Pintu Selatan. Keberadaan dua pintu ini tidak hanya mendistribusikan jalur keluar-masuknya penumpang tetapi juga mewakili hal-hal lain yang juga cukup menarik sebuah stasiun kecil di Bandung
12
B
erdiam di kawasan urat nadi denyut aktivitas kota, Stasiun Bandung bukan sekedar tempat dimana kereta api menghentikan lajunya, lebih dari itu ini adalah bagian dari sejarah kota itu sendiri. Lebih dikenal dengan nama yang agak sedikit keliru, yaitu Stasiun Hall yang sebenarnya disematkan untuk terminal angkutan kota di depannya, stasiun kereta utama di Kota Bandung ini mewakili wajah kota Bandung dengan 2 sisinya, yaitu modern dan ekslusif pada satu sisi serta klasik dan merakyat pada sisi yang lain. Mereka yang mencari taksi ataupun yang dijemput di stasiun ini dapat dipastikan akan berbelok ke arah Utara. Di sisi lain, mereka yang akan melanjutkan perjalanannya dengan angkutan kota, ojek atau becak pasti akan mengarahkan langkahnya ke pintu Selatan. Mungkin peruntukkannya tidak spesifik seperti itu namun demikian gambaran yang terlihat sekarang ini. Menghadap ke arah Jalan Kebon Kawung, Stasiun Utara atau Pintu Peron Utara hadir dilengkapi segala macam fasilitas untuk memastikan kualitas kenyamanan untuk penumpang atau pun pengantar.
13
Hamparan lahan parkir yang luas lengkap dengan sistem terkini, baik untuk mobil mupun motor menyambut kehadiran mereka ke bangunan stasiun yang baru dibangun pada 1990 ini. Di balik pintu peronnya, jejeran cafĂŠ serta fast food restaurant siap memanjakan calon penumpang selagi menunggu datangnya kereta atau mereka yang baru turun. Di sisi ini papan-papan identitas komersial berkilauan diterangi cahaya lampu menunjukan sisi modern dari Kota Bandung. Tak ayal, pemandangan yang tampak di ruang tunggu pun didominasi oleh mereka yang sibuk menjentikan jemarinya di tab, smartphone, atau gadget canggih lainnya. Menyebrang ke arah yang berlawanan, atmosfir klasik menyelemuti Stasiun Selatan atau Pintu Peron Selatan. Di bangunan stasiun yang sudah berdiri sejak tahun 1884 ini, beberapa ornamen zaman kolonial masih dapat ditemui di beberapa sudut. Tidak hanya ornamennya saja, keseluruhan arsitektur bangunan stasiun pun masih tetap menunjukkan gaya art deco tulen.
14
Kebalikan dengan bangunan yang berada di seberangnya, tidak ada kilauan cahaya yang mencolok mata dari beberapa stall sederhana yang berada di dalamnya. Tidak ada resto fast food chain di sini atau pun cafĂŠ-cafĂŠ gaul dengan menu bule; melainkan warung-warung makan yang menghadirkan menu tradisional. Melangkah ke luar dari stasiun yang juga merupakan heritage site ini, Anda tidak akan disuguhi hamparan lahan parkir yang luas atau pun deretan taksi-taksi kondang tetapi deretan warung makan di sekitar terminal angkutan kota. Terselip di antaranya adalah Warung Sate Hadori yang cukup legendaris di Kota Bandung. Hadir sejak dibukanya jalur kereta Batavia-Bandung melalui Bogor dan Cianjur di masa perkebunan (Preangerplanters), Stasiun Bandung telah hadir dan mewarnai perjalanan sejarah Kota Bandung sendiri. Seiring dengan berkembangnya kota ini menjadi seperti apa yang kita kenal sekarang, Stasiun Kereta Api Bandung pun turut berevolusi untuk mengikuti kebutuhan zaman. Hebatnya, kesan klasik dan bersahabatnya masih tetap disematkan dengan apik.
15