DLAJAH-TRAVELLUR #01

Page 1

NO. 01 - OKTOBER 2013

www.dlajah.com



NO. 04 - JULI 2013

T N E T N O C Belum ke

CHIEF EDITOR HIM

DEWAN PENASEHAT

PENGEMBANGAN BISNIS

AKHMAD HADIAN LUKITA DION LUTVAN PRAMUDYO

anggun nugraha SUNARYO KUSUMO

KEMITRAAN

TATA LETAK & DESIGN

MIKHAEL SEBAYANG

abdul aris mustaqin WINDYASARI

SOCIAL MEDIA

FOTOGRAfeR

EKO JUSMAR

MOwELBLACKPACKER

Bandung Kalau Belum ke ...

12

URBAN-DUNG LEGEND

WEBSITE MASTER RIZKI RUSDIWIJAYA NUR KHAFIDL

15

PENULIS ROSALINA WATI NENI IRYANI

andi abdul muhaimin FAUZIAH ANDRI PRIYATNO

ADMINISTRASI DAN KEUANGAN ida siti nuraida

Dlajah

@dlajahmagz

@Dlajah

04

Sehari Me’nyasar’kan diri di Kota Bandung

REDAKSI DAN KEMITRAAN JL. KYAI GEDE UTAMA NO. 12 BANDUNG 40132 PHONE. +62.22.2501925 - FAX. +62.22.2516752 www.dlajah.com

03


Belum ke

Bandung Kalau Belum ke ...

Teks: Fauziah Andri Priyatno Photo: MowelBlackpacker

K

ota Bandung dengan segala keindahannya selalu memberikan kesan yang membekas. Keramah-tamahan masyarakatnya menyuguhkan kehangatan bagi siapapun yang berkunjung. Tak hanya itu, sebutan kota kreatif juga makin melekat dalam citra kota yang telah berusia 203 tahun ini. Terbukti banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara dibuat penasaran untuk menikmati atmosfir Kota Bandung.

Melancong ke Bandung tidak akan ada artinya bila anda tidak menapakan kaki di spot-spot iconic kota ini. Dimana sajakah, tempat-tempat yang menjadi ikon kota kembang? Berikut kami hadirkan 7 ikon pilihan tempat untuk anda yang ‘kudu’ atau wajib didatangi yang benar-benar meneriakan

“Bandung Banget!�:

04


Gedung Sate Inilah ikon utama Kota Bandung. Siapapun yang berkunjung ke kota ini mungkin dapat dikatakan kurang syah rasanya jika tidak mengabadikan momen di depan Gedung Sate. Gedung Sate merupakan sebuah bangunan bersejarah di Kota Bandung dimana pada awalnya dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh pemerintahan Belanda dan berlanjut hingga sekarang sebagai Kantor Gubernur. Menurut sejarah, pembangunan Gedung Sate melibatkan sekitar 2000 pekerja, 150 orang diantaranya pemahat atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton. Menariknya jika Anda berkesempatan bertandang ke Gedung Sate jangan lewatkan untuk berfoto-foto di depan arsitektur gedung yang kental nuansa artdeco-nya. Jangan lupa juga untuk mencicipi kuliner khas Kota Bandung yang dijual berderet rapi di sisi pinggir Gedung Sate. Sedikit catatan, apabila anda ingin pengalaman yang lengkap anda dapat menghubungi pihak pengelola untuk medapatkan izin untuk masuk ke dalam gedung ini. Anda dapat mengakses gedung yang memiliki ornamen tusuk sate pada menara sentralnya hingga sampai pada atapnya, sungguh pemandangan yang luar biasa! Menyaksikan Kota Bandung dari atap gedung sate menciptakan sensasi tersendiri.

05


Trans Studio Bandung Jika Kota Jakarta memiliki Dunia Fantasi di Ancol sebagai daya tarik ragam wahana permainan yang berada di luar ruangan, Kota Bandung menawarkan ikon wahana permainan di dalam ruangan yang ternyata dinobatkan sebagai indoor theme park terbesar di Indonesia. Dengan berbagai wahana permainan yang up to date dan menjadi satu dengan kawasan pusat perbelanjaan Trans Studio Mall, Trans Studio Bandung (TSB) menjadi destinasi favorit. Anda juga tak perlu khawatir memikirkan dimana akan menginap, karena masih didalam kawasannya, terdapat pula Trans Luxury Hotel dan Ibis Hotel. TSB ini juga ternyata memiliki wahana permainan yang lebih besar bila dibandingkan Trans Studio Makassar yang lebih dulu berdiri.

06


Alun – Alun Bandung dan Kawasan Asia Afrika Alun – Alun Bandung pada awalnya merupakan pusat keramain kota dan hingga kini tak pernah sepi pengunjung. Tidak hanya sebagai pusat perbelanjaan, di kawasan ini terdapat pula sebuah masjid yang bernama Masjid Raya Bandung. Lebih dikenal dengan nama Masjid Agung pada masa lalu, masjid ini memiliki menara kembar yang memfasilitasi pengunjung untuk melihat Kota Bandung dari ketinggian 81 meter. Menara ini berbentuk segi delapan dengan jendela transparan di setiap sisinya, jika Anda naik ke menara tersebut Anda dapat melihat pemandangan 360 derajat Kota Bandung. Tak hanya sebatas itu, di sekitar alun-alun juga terdapat sejumlah bangunan klasik bersejarah yang cukup menarik seperti gedung Kantor Pos, BRI Tower, Museum Asia Afrika, Jalan Braga dan Parahyangan Plaza yang sekarang telah berubah menjadi pusat kaos distro Bandung.

07


Institut Teknologi Bandung Selain sebagai kota wisata, Bandung juga pernah menyandang gelar sebagai kota pelajar. Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berlokasi di Jalan Ganesha 10/12 adalah ikon pendidikan kebanggan kota kembang. Di tempat inilah dulu Bung Karno, sang proklamator, menuntut ilmu. Selain masih menjaga keaslian bangunan dari jaman dulu, kampus ini juga memiliki fasilitas yang sangat lengkap untuk ditelusuri. Mulai dari Masjid Salman ITB yang legendaris, Galeri IPTEK Sabuga ITB dengan peralatan terkini, Taman Ganesha yang sejuk dan rindang, hingga Sarana Olah Raga Sabuga dengan fasilitas olah raga yang lengkap, kampus ini cukup menarik untuk dikunjungi.

08


Kawasan Dago Sebuah kawasan di Kota Bandung yang menjadi “target operasi” bagi siapapun yang datang ke Bandung untuk mencari atmosfer yang benar-benar ”Bandung” . Dalam Bahasa Sunda, Dago memiliki arti “menunggu”. Konon menurut catatan sejarah masyarakat dahulu jika akan pergi bersama-sama menuju kota harus menempuh daerah Dago yang dikelilingi hutan yang sepi dan rawan akan ancaman binatang buas. Untuk menghindari bahaya tersebut mereka saling “ngadago” atau saling menunggu, sehingga kawasan yang dahulunya merupakan hutan tersebut diberi nama Dago. Jauh dari kesan seram dan mencekam seperti yang di’konon’kan, Dago hari ini adalah pusat nadi keramaian kota kembang dengan jajaran factory outlet, hotel, villa, café-café. Di akhir pekan, kawasan inilah yang menjadi pusat berkumpulnya muda-mudi Bandung ataupun beragam komunitas yang aktif mengekspresikan dirinya.

Photo: Achay Ricky

09


Jalan Cibaduyut Kurang lengkap rasanya bila ke Bandung dan melewatkan Kawasan Cibaduyut. Kawasan ini terkenal sebagai sentra pengrajin sepatu, tas, dompet dan aksesoris yang berbahan kulit. Berjarak sekira 30 menit dari pusat kota, di kawasan ini berderet rapi toko-toko yang menjual sepatu dan beberapa toko-toko yang menerima pesanan sepatu sesuai dengan desain yang diinginkan. Bicara soal kualitas, produk-produk Cibaduyut ini tidak perlu diragukan lagi. Sudah merambah pasar eksport, desain dan jenis sepatu yang diproduksi disini selalu mengikuti perkembangan zaman dan sangat pas untuk dijadikan buah tangan bagi yang berkunjung dari luar kota.

10


Jalan Cihampelas Terkenal denga replika super hero ataupun tokoh-tokoh fantasi lain sebagai dekorasi unik toko-toko jeans yang berjajar, Cihampelas adalah ikon wisata belanja legendaris Kota bandung. Pada awalnya memang kawasan ini hanya terkenal sebagai pusat penjualan celana dan aksesories jeans lainnya, namun kini magnet kawasan tersebut tidak melulu dari jeans-nya. Hal ini dikarenakan beberapa toko kini bertransformasi menjadi factory outlet yang menjual beragam jenis pakaian. Jika Anda menelusuri ruas Jalan Cihampelas, mata Anda akan disuguhkan dengan pemandangan penjual kaos-kaos dengan tulisan dan gambar bertema “Bandung� serta penjual kuliner peuyeum dan es durian yang terdapat di ruas kanan dan kiri jalan. Tak hanya itu, hotel-hotel, mall dan shuttle travel turut menjamur di kawasan yang pada jaman kolonial terkenal dengan Kolam Pemandian Cihampelas ini. Sayangnya karena satu dan lain hal, Kolam Renang Pemandian Cihampelas nan legendaris tersebut mengalami pembongkaran padahal kolam renang tersebut merupakan kolam renang tertua di Kota Bandung dan pertama yang dibangun di Indonesia.

11


URBAN-DUNG LEGEND Menyambangi Hantu Tenar Bandung

Patung Pastor H.C. Verbraak

B

erwisata ke taman bermain? pusat perbelanjaan? kolam renang? pemandangan alam? Terlalu mainstream! Ingin mencoba sesuatu yang lain? Bagaimana kalau menyambangi tempat-tempat dimana hantu-hantu legendaris Bandung bersemayam? Tertarik? Persiapkan diri anda untuk sebuah petualangan unik tak terlupakan ini.

12

Sebagai sebuah kota dengan segala daya tarik dan sejarah yang mewarnainya, kota cantik ini pun tak lepas dari seputar kisah/mitos populer atau urband legend yang berkembang di masyarakatnya. Urband legend adalah cerita yang dikenal masyarakat umum secara turun-temurun, dari mulut ke mulut, hingga bisa saja dipercaya sebagai sebuah kebenaran.

Teks: Neni Iryani Photo: MowelBlackpacker

Adalah Teguh Amor Patria (akrab disapa Amor), pendiri Bandung Trails, yang mengemas urband legend tentang hantu-hantu tenar di Bandung menjadi sebuah paket wisata malam. Urban-dung legend—begitu paket wisata ini dikenal—sudah laris manis sejak pertama kali digagas di tahun 2008. Paket tur jenis ini kabarnya adalah yang pertama di Bandung.


“Saya bisa menjamin, tahun 2008 kita yang mulai pertama kali wisata malam dengan tema urband legend hantu di Bandung. Tapi konsepnya nggak berat. Intinya jalan-jalan malam sambil mendengarkan ‘dongeng’,” ujar Amor yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi pariwisata di Bandung.

Inilah salah satu cara asyik mengenal Bandung. Urban-dung legend memadukan kegiatan jalan-jalan malam ke bangunan-bangunan bersejarah di Bandung sambil mendengarkan kisah hantu yang mewakili bangunan tersebut. Namun yang perlu diingat, kegiatan ini jauh dari unsur mistis atau supranatural. Jadi jangan harap akan ada praktek uji nyali dan kegiatan berbau mistis lainnya. Pun tidak ada pawang atau ahli spiritual yang dilibatkan. “Urban legend ini bisa gosip, bisa betul juga atau bisa juga menutupi sesuatu,” ujar Amor yang menolak menyebut wisata malam yang terinspirasi dari program luar bertema ghost tour ini sebagai wisata mistis. Tak ada praktek atau ritual apapun yang berbau mistis dalam wisata ini. Peserta diajak ke 5 (lima) tempat dengan didampingi oleh pemandu yang akan membagi kisah hantu dari masing-masing tempat tersebut. Kegiatan ini biasanya dimulai dari pukul 20.30-23.00 WIB, menempuh jarak sekira 1,5 km dengan berjalan kaki. Adapun kelima tempat tersebut adalah sebagai berikut: Rumah Kentang, hantu ambulans, patung Pastor H.C. Verbraak di Taman Maluku, belakang kompleks SMA 1 Aloysius, dan terakhir adalah SMAN 5 Bandung yang tenar akan keberadaan Suster Nancy.

Hantu Ambulans Bahureksa

Selama tur, jumlah peserta dibatasi maksimal 7 orang. Tak jarang beberapa peserta mengalami atau melihat kejadian yang ganjil. Pengalaman tersebut biasanya dibagi dengan peserta lain setelah tur selesai. Tapi bukannya jera, banyak orang yang justru penasaran dengan paket tur ini; terbukti dengan banyaknya peminat. “Justru orang ikut tur ini karena sensasinya, adrenalinnya,” tambah Amor saat menceritakan daya tarik utama urban-dung legend.

13


Bandung Trails sendiri adalah sebuah komunitas tur heritage di Bandung yang berdiri sejak 2003. Sejak awal berdiri, Bandung Trails memang memiliki visi mengenalkan Bandung dan warisan heritage melalui program wisata dan pendidikan. Dalam setahun, biasanya diadakan 3 kali tur/wisata sosial, namun komunitas ini pun melayani permintaan kegiatan wisata diluar yang dijadwalkan tersebut. Tak hanya wisatawan lokal, Bandung Trails bahkan sudah punya pasar sendiri untuk wisatawan mancanegara, khususnya dari Belanda. Hingga saat ini, komunitas ini telah mengatur banyak tur heritage di Bandung dengan tema yang lebih beragam. Rute Klasik adalah rute andalan sejak komunitas ini berdiri. Namun kemudian Amor mengembangkan tema menjadi lebih beragam, misal sejarah kopi, pecinan, taman, termasuk urban-dung legend yang langsung diminati. “Apapun bisa dijual untuk wisata,� begitu ujar Amor yang menyelesaikan masternya di Universitat de Barcelona, Spanyol, dengan mengambil bidang studi International Cultural Cooperation (khusus heritage) ini. Penasaran dengan hantu-hantu tersebut atau merasa tertantang untuk membuktikan kebenaran keberadaan mereka? Silakan hubungi Bandung Trails untuk menyiapkan paket wisata malam berbalut kisah hantu tenar Bandung.

Website: www.bandungtrails.com Email/FB: bandungtrail@yahoo.co.id

14

Rumah Kentang


Sehari Me’nyasar’kan diri di Kota Bandung Teks: Baktiar Sontani | www.awalnya.blogspot.com Photo: Baktiar Sontani

T

erus terang saya belum pernah menginjakkan kaki di kota Bandung sebelumnya. Dulu pas sekali kesini juga cuma sampai stasiun gara-gara kesasar naik kereta api dari Solo Balapan. Bukannya naik jurusan Jakarta malah naik jurusan Bandung. Sebenarnya banyak juga teman yang tinggal di Bandung tapi demi misi kesasar, saya rela tidak menghubungi mereka. Rasanya kurang’asyik’ kalau kesasar tapi minta diantar. Rencana awal saya adalah sholat Jum’at ke masjid Salman ITB kemudian diteruskan muter-muter kemana saja asal masih namanya Bandung.

Seorang rekan memberitahu saya untuk naik travel (shuttle) Jakarta-Bandung yang kini sudah sangat banyak sekali. Berangkat jam 9 (karena terlambat bangun) saya berdo’a semoga Bandung belum dipenuhi orang Jakarta yang ingin berlibur; Kalau sudah penuh dengan orang Jakarta bisa-bisa cuma menikmati macet saja. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung menggunakan travel terasa cepat (hanya sekitar 2 jam saja) karena memang masuk dari tol ke tol. Hawa Bandung ternyata lumayan sejuk, ketika kaki menginjak di kota ini. Setelah bertanya ke beberapa orang di pool travel, saya dapatkan bahwa untuk ke THR Juanda dengan kendaraan umum harus ganti angkot (angkutan kota) sampai empat kali. Empat kali ganti angkot tanpa tahu berapa jarak masing-masing ditambah dengan jalanan yang terlihat padat membuat saya agak sedikit ciut, Mau jam berapa sampai THR Juanda? Akhirnya saya memilih untuk naik ojek ke sana. Dengan ngkos Rp.40.000, akhirnya saya diantar naik motor ke THR Juanda. Sedikit catatan, saya cukup bersyukur pake ojek, karena setelah muter-muter disini baru tahu walau jaraknya dekat sering kali harus naik angkot beberapa kali karena di Bandung banyak yang jalannya searah. Sempat hampir benar-benar tersasar –karena ‘beruntungnya’ kebetulan akang ojeknya juga ternyata kurang hafal jalan- akhirnya saya pun tiba di tempat tujuan pertama.

15


Taman Hutan Raya (THR) Juanda Tiket masuk ke THR ini sebesar Rp10.000 ditambah dengan asuransi seharga 500 rupiah. Hutan ini cukup luas untuk sebuah taman, tapi cukup mini untuk sebuah hutan. Menurut informasi, luas keseluruhan kawasan ini adalah sekitar 52 hektar. Banyak spot-spot menarik yang bisa dikunjungi disini baik itu yang alami maupun yang buatan. Beberapa spot alami yang ada diantaranya adalah Curug (Air Terjun) Lalay, Curug Omas Maribaya dan beberapa air terjun kecil lainnya. Ada juga Gua Jepang dan Gua Belanda, Taman bermain untuk anak-anak dan keluarga, dan spot untuk olahraga alam. Tapi tentunya yang paling dituju adalah panorama alam hutan Juanda-nya. Dari pintu masuk, suasana hutan yang rindang langsung menyapa. Begitu melewati jembatan kecil saya langsung berbelok ke kanan ke arah Curug Omas Maribaya. Beberapa ratus meter perjalanan awal jalannya masih besar, di beberapa titik ada bangunan-bangunan tempat orang berjualan. Dalam perjalanan menuju curug Omas Maribaya, saya sempat singgah sebentar ke Gua Belanda. Kebetulan karena terletak di pinggiran jalur jalan. Sebuah lubang yang cukup tinggi menembus dari sisi bukit ke sisi bukit di sebelahnya. Hal ini tampak jelas, karena lorong besar ini tampak cahaya di ujungnya. Berbeda sekali dengan gaya gua Jepang yang dibangun pendek dengan bentuk berliku-liku. Setelah menyewa senter, saya dapati ternyata memasuki Gua Belanda suasana seperti masuk ke dalam lubang penambangan. Di sepanjang jalan ada dua rel besi seperti tempat untuk kereta. Lampu-lampu juga tampak terpasang. Di sepanjang jalan terdapat cabang-cabang lorong yang memancing keingintahuan untuk dimasuki.

16


Akhirnya perjalanan saya yang cukup melelahkan terbayar ketika saya sampai di depan Curug Omas Maribaya. Di atas air terjun yang cukup deras ini terdapat jembatan besi kecil memanjang untuk menyeberangi curug ini. Di sekitar air terjun ini ada beberapa bangunan tempat makan dan bersantai. Suasanannya sungguh rindang dan menyegarkan. Dibawah jembatan saya berdiri untuk memotret air terjun. Ada percabangan sungai dengan suara yang bergemuruh menandakan terjadinya benturan arus yang sama-sama kuat. Menurut catatan, pusaran air di bawah jembatan adalah pertemuan sungai Cigulung dari arah utara dengan Sungai Cikapundung yang datang dari arah timur.

17


Di Puncak Patahan Lembang Sekitar jam setengah lima saya memutuskan untuk naik ke atas puncak Patahan Lembang yang berupa bukit batu. Untuk ke atas bukit itu, kita harus keluar dulu dari THR Juanda. Setidaknya itu saran yang saya ikuti dari akang pengojek yang sekaligus mengantarkan sampe ke atas. Walaupun keberadaan Patahan Lembang menyimpan sejarah yang menyimpan potensi gempa bagi masyarakat Bandung namun ternyata banyak masyarakat Bandung yang tidak mengetahuinya. Padahal menurut penelitian, Patahan Lembang ini masih aktif dan sewaktu-waktu masih dapat menyebabkan gempa besar. Patahan Lembang merupakan retakan sepanjang 22 kilometer, melintang dari timur ke barat. Berawal di kaki Gunung Manglayang di sebelah timur dan berakhir sebelum kawasan perbukitan kapur Padalarang di bagian barat. Patahan itu tepat di antara Gunung Tangkuban Parahu dan dataran Bandung sehingga membentuk dua blok, utara dan selatan. Sesampainya di atas, akang ojek membawa aku ke sebuah gundukan tanah yang ternyata merupakan bagian atas dari bukit batu yang tampak waktu dari Curug Omas Maribaya. Dari sini sebenarnya dengan leluasa kita bisa melihat beberapa gunung yang mengelilingi Bandung, seperti Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Burangrang.

18


Gedung Sate Setelah puas menghabiskan waktu di puncak Patahan Lembang, saya memutuskan untuk turun kembali ke daerah Dago. Waktu masih jam lima sehingga saya memutuskan jalan kaki ke Gedung Sate, sekalian menikmati suasana Kota Bandung. Saya sampai di depan sebuah lapangan yang sedang ramai sekali karena sepertinya sedang ada acara. Setalah tanya kiri-kanan, ternyata benar saja sedang ada pembukaan pameran koperasi. Sedikit saya tahu, ternyata lapangan besar itu adalah Lapangan Gasibu yang berada tepat didepan Gedung Sate. Sekilas pengamatan saya,ternyata di Bandung banyak orang muda-mudi dan sebagian orang dewasa membawa tas ransel di belakangnya. Sama-sama menggendong ransel,saya merasa banyak teman disini. Bedanya tas mereka kecil dan tampaknya tidak banyak tentengan (agak ‘kempes’) sedangkan saya membawa tas gemuk seperti orang mau pindahan (namanya juga bekal cabut dari hotel jadi semua barang dibawa).

19


Dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, Gedung Sate telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat, namun juga seluruh Indonesia. Sedikit saya tahu, ternyata Gedung antik dan bersejarah ini ternyata juga adalah Kantor Gubernur Jawa barat. Lucunya, saya mengetahui hal ini karena kebetulan pada saat saya berada disana sedang ada demo dari mahasiswa. Walaupun demikian, keindahan arsitektur Gedung Sate tetap terpancar jelas, meskipun ada demo di depannya.

20

Ketika jarum jam menunjukan pukul setengah tujuh, saya mulai bingung untuk mencari jalan pulang ke Jakarta. Ditambah dengan kenyataan bahwa saya tidak tahu pool travel ada dimana saja. Karena tidak tahu juga angkot mana yang harus dinaiki akhirnya saya putuskan untuk jalan kaki lagi dari Gedung Sate kembali ke Pasteur. Melewati Jalan Trunojoyo, saya berhenti untuk makan di daerah Balubur. Ternyata di Balubur, ada tempat untuk penjualan tiket travel Bandung-Jakarta.

Sayangnya, travel untuk berangkat malam terakhir setengah 12 sudah habis dan tinggal sisa yang jam 7 malam yang untungnya lagi telat dan baru berangkat jam 8. Tanpa banyak pertimbangan, akhirnya saya ambil travel jam itu dan berharap semoga travelnya kena macet biar bisa tidur di travel, sebelum sampai di Jakarta.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.