45
Travelwan insert
photo: Lambok Sinaga
Travel Talk
22
Transportasi
24
Travel biz
26
profil
30
hobi & komunitas
32
Bangunan Tua; Aset atau Beban? Dari Kami.................................................................... 6 Tanya Redaksi............................................................ 10
Travel News
12
A380 SIA Terbang ke Melbourne............................. Air Asia X Penerbangan Langsung ke Chengdu. Garuda Siap Terbangkan 114.434 Jemaah Haji.... Pesta Wisata Bahari Dalam Takabonerate Island Expedition......................................................................... Festival Malioboro..........................................................
12 12 13
14 14
headline
16
KOLOM
20
Menjadikan Kota Tua Tempat Tujuan Wisata Heritage
Leiden dan Gamelan
Irit dan Ramah Lingkungan Dengan Kendaraan Hybrid
Seni Liping Rekaman Kehidupan Tradisional
Maya Hasan Mengangkat Kebudayaan Indonesia Melalui Petikan Harpa
Komunitas Jelajah Budaya, Berwisata Sambil Belajar Sejarah
34
trip
trip
34
hotel & resto
40
travelwan insert
45
Wisata Berburu di Cikidang Hunting Resort....... 34 Pulau Bawean, Batu Pualam Yang Terlupakan.... 36
Restoran Bukit Randu................................................... 40 The Batavia Hotel........................................................... 42
photo: Nuning Pratiwi
40
Hotel & Resto
Potensi................................................................................ Destinasi............................................................................. Culture................................................................................ Kuliner................................................................................. Akomodasi.........................................................................
technofile
61 62
snapshot
64
calender of events
72
etalase Memanfaatkan Smartphone dalam Industri Pariwisata
photo: doc. Batavia Hotel
56
culture
Asia Africa Art & Culture Festival........................... Bali Culinary Challenge................................................ Sanur Village Festival.................................................... Pekan Kebudayaan Aceh............................................. Dugderan 2009............................................................... Pawai Budaya Nusantara............................................. Merayakan Kemerdekaan Dengan Coklat............
Kalender event Oktober - November 2009
64 65 66 67 68 70 71
english section
74
travelogue
80
Old Buildings, Old City and Heritage Tourism... Revitalizing old City....................................................... Liping Artworks............................................................... Tourism in Brief................................................................ photo: Okto
46 50 56 58 60
Antara Volunteer Nasi Kotak dan Ulat
74 76 78 79
T
Inggit Agustina Editor-in-Chief
ak sedikit orang yang merasa jemu atau bosan saat harus belajar sejarah di sekolah. Berbagai alasan diungkapkan dan tak jarang pula yang menyalahkan gurunya yang kurang menarik dalam menerangkan. Membaca buku pelajaran sejarah yang berisi fakta-fakta kejadian dan tanggal terjadinya peristiwa memang menjadi kurang menarik tanpa mengetahui konteks dibalik fakta-fakta tersebut. Di sisi lain, bisa saja sejarahnya sendiri sebenarnya menarik, tapi karena tidak didukung oleh alur cerita yang memadai, orang menjadi kurang tertarik. Suatu penggalan sejarah atau nostalgia masa lalu pasti menarik untuk orang yang terlibat langsung di dalamnya. Akan tetapi orang lain, yang bahkan tidak berada di masa ketika kejadian berlangsung, bisa saja tertarik jika penggalan sejarah atau nostalgia tersebut disajikan dalam cerita yang menarik. Tak beda dengan kelas pelajaran sejarah, yang bisa saja menarik jika sang guru bisa bercerita secara atraktif, bangunan-bangunan tua pun pasti juga menarik kalau mereka bisa ‘berbicara’. Di setiap gedung tua pastilah ada suatu kisah human interest yang bisa diangkat sebagai cerita pengantar akan sejarah bangunan tersebut. Itulah yang membedakan wisata heritage dengan wisata lainnya; cerita di balik tempat tujuan wisata memegang peranan yang amat penting. Tanpa cerita itu, bangunan tua tersebut mungkin hanya menarik segelintir orang yang mengerti akan keunikan arsitekturnya, jika ada. Seiring dengan semakin tingginya kesadaran untuk mempertahankan bangunan-bangunan tua peninggalan sejarah dan menjadikannya sebagai tempat tujuan wisata warisan budaya, maka cerita tersebut dibutuhkan sebagai kemasan yang menarik wisatawan. Setelah itu, tinggal bagaimana mengarahkan pramuwisata (tour guide) sebagai ujung tombak pariwisata dalam membawakan ceritanya agar mengena di hati pengunjung dan menyebarkannya ke orang-orang lain sehingga mereka tertarik untuk datang.
Wisata Heritage
Cover photo Gedung Dasaad Musin Concern Photo by Lambok Sinaga Location Kota Tua, Jakarta
Managing Director
Jennifer T. D. Wanardi
Editor-in-chief Inggit Agustina
Editor
Okto Berbudi
Reporter
Dessy Riyanti
Art Director
Imam Syafrudien
Creative
Artoio Gomes Hermawan Pagarintan E-mail redaksi: redaksi@travelwan.com
Business Development Director Ching Ching
Marketing / Account Executives Cecillia Yaohan Irawan Wicaksono
Event & Public Relations Olga T. Aritonang
Circulation & Distribution Wira Saputra
Advertising, circulation and other general info, E-mail: info@travelwan.com
Travelwan diterbitkan oleh Travelwan is published by
PT. Wanardi Media Emporium Pluit Karang Permai III, N9 Selatan, No. 56 Jakarta 14450, Indonesia Tel. +62.21.667.8261 Fax. +62.21.660.2802 Email: info@travelwan.com Website: www.travelwan.com Online blog: www.travelwan.com/blog
Printed by: Enka Parahiyangan, Jakarta Š 2009 Wanardi Media Emporium ISSN: 2085-1936
'tre-ffel-W達n' Konsep
Berasal dari kata-kata seperti 'hartawan', 'jutawan', ataupun 'karyawan' yang intinya menunjuk kepada si pelaku atau orang yang bersangkutan.
Bahasa
Kombinasi antara Bahasa Inggris 'travel' yang berarti wisata atau perjalanan dengan bahasa Indonesia 'wan' yang berarti si pelaku, menunjukkan kepada siapa target audience majalah TravelWan ini: para pelaku bisnis dan industri di bidang pariwisata, dinas pariwisata pemerintah daerah, dan para wisatawan, terutama di Indonesia.
Arti lain
Kata 'wan' di dalam Bahasa Mandarin juga berarti sepuluh ribu (10.000) atau kelipatan-nya. Contohnya: 'i bai wan'/'i pai wan' yang berarti seratus kali sepuluh ribu, atau satu juta. Konsep kata 'wan' kami ambil untuk menunjukkan besar & banyaknya potensi wisata Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau, negara ke-pulauan (archipelago) terbesar di dunia menurut CIA World Factbook [source: wikipedia.org].
8
SAVE
Jakarta
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (+biaya pengiriman)
6 bulan (6 edisi)
15%
RP 178,500
RP 214,500
RP 223,500
RP 244,500
RP 268,500
1 tahun (12 + 1 edisi**)
20%
RP 336,000
RP 408,000
RP 426,000
RP 468,000
RP 516,000
2 tahun (24 + 2 edisi**)
25%
RP 630,000
RP 774,000
RP 810,000
RP 894,000
RP 990,000
TRAVELWAN magazine
Bandung, Cikarang, Cilegon, Serang (+biaya pengiriman)
Semarang, Yogyakarta, Surabaya (+biaya pengiriman)
Denpasar (+biaya pengiriman)
Kuis Send Your Pic Halo Travelwan, Perkenalkan, nama saya Melva. Saya mempunyai teman-teman yang menyukai traveling, terutama tempat-tempat yang belum banyak dikunjungi orang. Lalu saya mencoba ikutan dan ternyata traveling itu sangat menyenangkan. Suatu hari bermaksud untuk mengikuti salah satu trip ke suatu tempat yang masih jarang dikunjungi orang, akan tetapi karena sesuatu hal, saya membatalkan keikutsertaan saya. Sebulan kemudian, saya mendapat majalah TravelWan dari salah satu teman yang mengikuti trip tersebut. Ternyata TravelWan memuat informasi serta foto-foto mengenai tempat yang mereka kunjungi dan yang seharusnya saya ikut serta. Woww luar biasa... saya tidak menyangka... walaupun saya tidak dapat mengikuti trip tersebut, saya dapat mengikutinya dengan membaca ulasan lengkapnya di majalah TravelWan, dan saya merasa seperti ikut bagian dalam trip. Majalah TravelWan, isinya informatif, penyajiannya menarik dan packaging-nya sangat oke. Saya merekomendasikan majalah TravelWan bagi teman-teman semua. Melvalina Tobing Jakarta
Foto terpilih bulan ini mendapatkan gratis berlangganan TravelWan selama 3 bulan.
Congratulations!
Sewaktu sedang iseng liat-liat majalah di kios dekat kantor, tiba-tiba saya liat Travelwan dengan artikel-artikel destinasi wisatanya yang oke banget. Emang harganya lumayan mahal untuk kantongku tapi ternyata gak nyesel karena isinya lumayan bagus ditambah foto-fotonya yang gak kalah keren. Saya ada usul bagaimana kalau Travelwan juga bikin kuis selain rubrik send your pic dengan hadiah yang menarik supaya pembaca juga merasa semakin dimanja. Sukses selalu buat semua team Travelwan. Nia Komplek BI Betawi Agung, Ciputat, Tanggerang Terima kasih, kami akan terus berusaha memberikan yang terbaik baik di sisi tampilan foto dan artikelnya. Mengenai kuis, usulan yang bagus tunggu kejutan dari kami.
Foto dan Artikel Menarik Saya punya blog wisata khusus tentang Kalimantan. Foto dan tulisan asli milik saya, karena obyek wisata di blog itu hanya tempat-tempat yang pernah saya kunjungi. Kapan nih travelwan bikin ulasan tentang kalimantan? Salam kenal, Nasrudin Ansori Kalimantan ada dalam agenda liputan kami. Tunggu saja hasil laporannya di TravelWan edisi mendatang.
Wisata Ziarah Saya ingin sekali berkunjung ke tempat-tempat ziarah, terutama yang berhubungan dengan Wali Songo. Kapan ya TravelWan membahas lengkap tentang ini, transportasinya, paket wisatanya, kondisi tempat wisatanya, dan sebagainya. Saya tunggu lho. Tri Hayuni Sentul, Bogor.
Berpetualang menikmati keindahan pariwisata memang mengasyikan, selain itu juga menorehkan beragam cerita dan pengalaman. Kami ingin mengetahui daerah mana saja yang sudah atau pernah Anda kunjungi. Kirimkan foto Anda dengan majalah Travelwan di mana Anda pergi, tak terkecuali perjalanan di luar negeri sekalipun. Foto yang menarik akan kami tampilkan di tiap edisinya. Foto haruslah asli bukan rekayasa, dengan resolusi tinggi. Cantumkan pula nama lengkap, alamat dan email serta keterangan dimana foto diambil. Kirimkan ke redaksi@travelwan.com
Kirimkan surat Anda ke redaksi TravelWan!
Anda memiliki pertanyaan ataupun komentar seputar dunia pariwisata, ataupun hal-hal mengenai TravelWan? Kirimkan komentar & pertanyaan Anda ke email kami di: redaksi@travelwan.com beserta nama lengkap, alamat & nomor telepon. Akan ada hadiah menarik tiap bulannya bagi surat pembaca yang terpilih oleh redaksi kami. Bagi yang memiliki pertanyaan seputar iklan ataupun prospek kerjasama lain, Anda bisa kirim email ke info@travelwan.com. Kami tunggu komentar Anda!
10
Potensi Jambi dan Bengkulu Halo TravelWan. Makin keren saja saya lihat penampilannya. Sukses ya buat tim pekerjanya. Saya ingin bertanya mengenai wisata yang ada di Sumatera khususnya untuk wilayah Bengkulu dan Jambi. Sepengetahuan saya jarang sekali ada media baik elektronik maupun cetak yang mengulas wisata di kedua wilayah tersebut. Apakah ini kurangnya perhatian pemerintah setempat atau memang daerah tersebut tidak memiliki wisata yang menarik. Namun kalau itu alasannya rasanya naif sekali. Bukankah negara kita ini memiliki beragam suku bangsa yang otomatis memiliki budaya yang berbeda pula. Dan ini saya rasa bisa dikembangkan untuk promosi wisata daerah tersebut. Nah, apakah TravelWan sudah mengagendakan kedua wilayah tersebut untuk diangkat? Terima kasih, Andesrianta Hastowo Rawamangun - Jakarta Timur Apa yang Anda katakan adalah benar adanya. Kita memiliki beragam budaya yang bisa dijadikan promosi daerah dalam mendatangkan wisatawan baik luar maupun dalam negeri. Untuk kedua wilayah tersebut, kami memang belum memiliki agenda untuk mengulasnya dalam waktu dekat, tetapi masuk agenda jangka panjang. Terima kasih.
Mengangkat Potensi Merauke Dear TravelWan, Saya menyukai traveling terutama ke wilayah pedalaman. Sebulan yang lalu saya baru saja kembali dari perbatasan Indonesia - Papua Nuigini, melalui kota Merauke. Sepanjang perjalanan banyak pemandangan yang indah dan menarik kiranya untuk dikupas majalah ini. Seperti contohnya saja rumah semut yang tingginya bisa mencapai 6 meter banyak berjejer di pinggir ruas jalan menuju Taman Wasur. Namun sayang kurang terawat. Banyak coretan memenuhi dinding rumah semut tersebut sehingga tidak sedap dipandang. Jika pemerintah daerah (Pemda) Merauke mungkin lebih peduli, bukan tidak mungkin rumah semut tersebut dapat menjadi income yang lebih dibanding hanya sebagai hiasan mata sepanjang jalan. Bagaimana TravelWan, bisa sebagai media penghubung? Mungkin dengan mengulas lengkap potensi Merauke, ada keinginan yang muncul untuk melestarikan rumah semut dan potensi lainnya. Terimakasih, Irenk Dickinson Pabaton Indah - Bogor
travelnews
A380 SIA
Terbang ke Melbourne JAKARTA – Para penumpang yang bepergian dari Singapura menuju Melbourne kini memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman terbang menggunakan pesawat angkut terbesar di dunia, dengan dioperasikannya armada A380 Singapore Airlines (SIA) ke kota tersebut pada 29 September 2009. Melbourne menjadi kota ke dua di Australia dan merupakan kota ke tujuh dalam jaringan SIA yang dilayani oleh A380. Sydney adalah kota tujuan pertama A380 ketika maskapai penerbangan yang berbasis di Singapura ini mulai mengoperasikan superjumbo pada bulan Oktober 2007. Setelah itu berturut-turut London,
Tokyo, Paris dan Hong Kong masuk dalam daftar rute yang dilayani oleh pesawat yang mendapat julukan ‘big fella’ ini. “Kami merasa antusias untuk terbang ke Melbourne, kota ke dua terpopuler di Australia dan merupakan pusat perdagangan, kesenian, industri, olah raga dan pariwisata,” kata Executive Vice President, Marketing and Regions SIA Huang Cheng Eng. Menurutnya sebagai angkutan penumpang berbadan lebar yang ramah lingkungan, A380 dengan kapasitas 471 kursi akan meningkatkan daya angkut sebesar 10% tanpa perlu menambah frekuensi penerbangan. airliners.net
AirAsia X
Meluncurkan Penerbangan Langsung ke Chengdu JAKARTA - Maskapai penerbangan berbiaya rendah AirAsia X memperluas jaringannya dengan membuka rute baru yang menghubungkan Kuala Lumpur ke Chengdu untuk memperkuat basis pelayanan mereka di China. Dilayani mulai 20 Oktober 2009 dengan frekuensi penerbangan empat kali seminggu, maskapai penerbangan yang berbasis di Malaysia ini menjadi satu-satunya maskapai yang menawarkan penerbangan langsung ke rute tersebut.
12
Rute baru itu dioperasikan menggunakan Airbus A330-300 dengan konfigurasi 383 kursi kelas ekonomi termasuk 28 kursi premium selebar 60 inci. Menurut Kepala Regional Komersial AirAsia Kathleen Tan, maskapainya telah bekerja keras untuk membangun jaringan rute di China dari empat penjuru. Di bagian selatan meliputi destinasi popular seperi Macau, Hong Kong, Shenzhen, Guangzhou, Guilin dan Haikou.
Pesawat A380 yang terbang setiap hari ke Melbourne akan menggantikan pengoperasian Boeing 747-400 yang selama ini digunakan untuk melayani rute tersebut. Dari Bandara Changi di Singapura, pesawat dijadwalkan terbang pada pukul 21.00 dan tiba di Melbourne pukul 06.10 (07.10 sejak 4 Oktober 2009 karena daylight savings) keesokan harinya. Sebaliknya, dari Melbourne pesawat berangkat pukul 15.50 (16.50 sejak 4 Oktober 2009) dan mendarat di Singapura pukul 21.40. Pelanggan yang menggunakan penerbangan ini juga akan dimanjakan dengan fasilitas mewah. Kabin private disediakan secara khusus bagi mereka yang berada di kelas suites dengan pintu geser dan penutup jendela yang dapat diatur. Sementara kursi kelas bisnis yang berukuran 86cm merupakan yang terlebar di kelasnya. Setiap kursi memiliki akses langsung ke lorong dan jika direbahkan dapat menjadi tempat tidur yang nyaman. Bagi mereka yang berada di kelas ekonomi, kursi yang didesain secara ergonomis tidak hanya memaksimalkan ruang bagi kaki tetapi juga meningkatkan fitur lampu baca dan penyangga kepala.
Sementara Hangzhou adalah pintu timur ke daerah delta Yangtze dimana Tianjin yang hanya 30 menit perjalanan dengan kereta ke Beijing merupakan akses utama ke utara. “Jaringan kami di China tidak akan lengkap tanpa membuka akses perjalanan ke daerah barat. Chengdu, yang merupakan ibukota provinsi Sichuan dengan lokasinya yang strategis, menghubungkan wilayah barat sehingga melengkapi integrasi rute di China,” tambahnya. CEO AirAsia X Azran Osman-Rani mengutarakan meskipun terjadi krisis ekonomi global, China tetap merupakan rekan perdagangan dan ekonomi yang penting bagi Malaysia dan wilayah ASEAN. Ia berharap peluncuran rute ini
Garuda Siap
Terbangkan 114.434 Jemaah Haji Indonesia JAKARTA - Garuda Indonesia menargetkan untuk memberangkatkan 114.434 jemaah haji asal Indonesia pada musim haji 2009/2010. Jumlah tersebut meningkat sekitar 7% dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 107.109 jemaah. Penerbangan akan dimulai sejak 23 Oktober sampai 21 November 2009, yang merupakan tahap pertama (pemberangkatan). Sementara tahap kedua (pemulangan) dijadwalkan pada 2 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010. “Sebanyak 114.434 jemaah akan diterbangkan ke dalam 300 kelompok terbang yang akan berangkat dari 10 embarkasi,” kata Vice Corporare Secretary PT Garuda Indonesia Pujobroto. Ia menambahkan maskapainya akan mengoperasikan tiga pesawat milik sendiri dan 12 pesawat yang berstatus sewa, terdiri dari empat B-747, dua B-777, satu B-767 dan 8 A-330. Pada penerbangan haji tahun 2009/2010 ini akan dilayani oleh 835 awak kabin yang sebagian besar merupakan putra-putri daerah. Penandatangan kontrak penerbangan jemaah haji 2009/2010 antara Garuda dan Departemen Agama (Depag) dilakukan
airliners.net
pada tanggal 19 Agustus di kantor Depag RI yang terletak di jalan Lapangan Banteng, Jakarta. Kontrak tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Slamet Riyanto dan Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar. Agar tercapai penyelenggaraan haji yang lancar dan juga menjaga keselamatan serta keamanan penerbangan, maskapai ini meminta kepada semua jamaah untuk tidak membawa barang-barang berbahaya
merlyn.pauley/flickr
www.travelwan.com
ke dalam pesawat seperti pisau, gunting, atau minyak wangi yang tersimpan dalam wadah bertekanan tinggi. Sementara mengenai jumlah bagasi yang diperbolehkan tidak boleh melebihi 32kg selama penerbangan ke Jeddah dan Madinah serta selama penerbangan kembali ke Indonesia. Setiap jemaah akan menerima 5 liter air zamzam yang disediakan oleh maskapai ini di embarkasi masingmasing setibanya di tanah air.
dapat meningkatkan transaksi perdagangan dan pariwisata serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kuala Lumpur dan Chengdu. “Penerbangan berbiaya rendah AirAsia dan AirAsia X serta pelayanan yang inovatif akan merangsang lebih banyak perjalanan ke dalam dan ke luar dua destinasi tersebut. Masyarakat China juga dapat mengambil keuntungan dari status Kuala Lumpur sebagai pintu gerbang untuk menuju Asia, Australia dan Eropa,” ujarnya. Dipadati lebih dari sepuluh juta penduduk, Chengdu yang terletak di barat daya China pada bagian barat lembah Sichuan merupakan pintu gerbang menuju situs warisan dunia UNESCO ‘Jiuzhaigou’. Kota ini juga merupakan pusat ekonomi dan titik utama transportasi dan komunikasi di China.
13
travelnews
Pesta Wisata Bahari
dalam Takabonerate Islands Expedition JAKARTA – Beragam daya tarik wisata yang meliputi pesona alam bawah laut, kebudayaan daerah, sejarah serta kesenian tradisional akan dipadukan dalam satu kegiatan bertajuk Takabonerate Islands Expedition 2009 yang rencananya akan berlangsung di bulan Oktober. Marine Event dan Cultural Event menjadi dua bagian besar dalam perhelatan yang diselenggarakan di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai upaya promosi wisata bahari di daerah tersebut. Marine Event terdiri dari Underwater Exhibition yang dilaksanakan pada 23-25 Oktober, International Fishing Competition (16-18 Oktober), Underwater Archeology Dive (23-25 Oktober), Lambo Island Expedition (23-24 Oktober), dan Lepa-lepa Race (3-4 Oktober). Sementara rangkaian Cultural Event meliputi Kajo Culture Festival (16-18 Oktober) dan Traditional Music & Dance Performance (10-30 Oktober). Demi tercapainya kelancaran acara, pemerintah kabupaten Selayar memberi-
JAKARTA – Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berharap digelarnya Festival Malioboro yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Oktober dapat menjadi sebuah ikon baru bagi provinsi yang lebih dikenal sebagai kota gudeg tersebut. Kawasan Malioboro dengan deretan pedagang kaki lima dan warung makan lesehan memang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang singgah di Yogyakarta. Belumlah lengkap rasanya jika berwisata ke provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Jawa ini tanpa menyusuri jalan Malioboro dari Tugu Yogyakarta ke arah perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata DIY Ferida Vita mengutarakan dari sisi pariwisata nama Malioboro memiliki nilai jual yang menguntungkan, baik bagi wisatawan maupun bagi kalangan swasta pengelola jasa pariwisata. Agar kegiatan tersebut berlangsung lebih semarak, panitia juga menyajikan suguhan wisata budaya edukatif dengan tampilan dan logo yang berbeda dari
14
farelli bali/flickr
kan dukungan dengan menyiapkan akomodasi dan fasilitas lain yang diperlukan wisatawan. Menurut Bupati Kepulauan Selayar Syahrir Wahab, daerahnya telah mempersiapkan sekitar 300 kamar dan
puluhan rumah penduduk selain puluhan kapal dan perahu tradisional milik nelayan. Jika tidak ada perubahan, peresmian kegiatan tersebut akan diadakan di atas kapal rumah sakit Dr. Suharso miliki TNI AL yang berlabuh di dermaga pulau atol Takabonerate. Taman Nasional Takabonerate, yang merupakan kekayaan alam bahari Sulsel, masuk ke dalam jajaran karang atol (gugusan terumbu karang) terbesar ketiga di dunia. Dengan luas atol sekitar 220.000 hektar dan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km2 menempatkan wilayah itu setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Selayar, yang dapat dicapai dari Makassar dalam waktu 40 menit menggunakan pesawat atau gabungan bus dan ferry dengan waktu tempuh 8 jam, merupakan kabupaten yang terletak di wilayah laut nasional dan internasional. Wilayah dengan karakteristik kepulauan ini juga merupakan pintu menuju Sulsel dimana memiliki peninggalan sejarah berkelas dunia seperti Gong Nekara dan jangkar raksasa.
Festival Malioboro
Diharapkan Jadi Ikon Wisata Baru Yogyakarta tahun sebelumnya. Selain sajian kuliner dan kerajinan, dalam perhelatan yang berpotensi menarik wisatawan ini juga diadakan karnaval, aneka jajanan pasar dan panggung hiburan. Melengkapi atraksi budaya dan pagelaran musik di sepanjang jalan Malioboro, juga digelar bengkel kerja, lokakarya dan seminar yang mengangkat tema Malioboro masa lalu dan masa depan. Menurutnya dalam upaya mengangkat wilayah ini menjadi sebuah destinasi wisata, diperlukan pendidikan untuk membangun kesadaran dan penalaran masyarakat Yogyakarta yang berpandangan ke depan. Keberhasilan upaya tersebut juga membutuhkan dukungan banyak pihak termasuk kalangan pemangku kepentingan pariwisata. Sebagai salah satu pusat bisnis yang
dipadati pejalan kaki maupun kendaraan bermotor, penataan pedagang kaki lima di kawasan tersebut menjadi hal utama. Wisatawan tentunya dapat lebih menikmati suasana jika tempat berjalan kaki yang tersedia lebih nyaman dengan deretan kios pedagang kaki lima yang teratur.
headline
Musium Fatahilah selain memiliki koleksi benda-benda antik peninggalan kolonial Belanda, juga memiliki pelataran halaman yang luas. Di sore hari banyak warga sekitar dan wisatawan menikmati suasana Jakarta khususnya kawasan Kota Tua dikala senja.
16
Tempat Tujuan Wisata Heritage
Menjadikan Kota Tua www.travelwan.com
Wisata budaya dan peninggalan sejarah belakangan menjadi konsep yang banyak dikembangkan hampir di setiap kota di penjuru dunia, termasuk Indonesia. Sebuah konsep wisata yang sebenarnya tidak baru, yaitu memanfaatkan lingkungan binaan, alam, dan sejarah yang kemudian dikemas dengan apik sehingga bisa menjadi sajian yang menarik. teks: Okto photo: Lambok Sinaga
I
ndonesia memang kaya dengan bangunan bersejarah yang dibuat oleh para arsitek ternama. Seperti diketahui, bangsa kita memang pernah dijajah oleh bangsa lain dari benua Eropa. Hal ini tidak hanya berdampak pada faktor sosial maupun pemerintahan, tetapi juga berdampak pada faktor seni-budaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan arsitektur bangunan pada masa tersebut. Berbagai fasilitas ketika itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan kaum bangsawan, mulai dari fasilitas peristirahatan, peribadatan, pemerintahan, maupun sekolah. Bangsa penjajah mendatangkan langsung arsitek ternama di negaranya untuk membuat berbagai fasilitas tersebut yang diakulturasikan dengan iklim serta faktor geografis negara Indonesia. Hasilnya, berbagai bangunan cantik dengan bentuk yang sesuai dengan geografis Indonesia tersebar di kota-kota di Indonesia dan kini telah menjadi aktivitas wisata budaya (cultural tourism). Bicara tentang budaya, maka tidak bisa lepas dari unsur-unsur yang mempengaruhinya seperti tangible, intangible dan saujana. Tangible merupakan sesuatu peninggalan yang terlihat, sementara intangible sesuatu peninggalan yang tidak terlihat dan saujana adalah paduan antara keduanya.
17
headline Museum Bank Mandiri yang menempati area seluas 10.039 m2 ini memiliki berbagai macam koleksi yang terkait dengan aktivitas perbankan “tempo doeloe” dan perkembangannya, koleksi yang dimiliki mulai dari perlengkapan operasional bank, surat berharga, mata uang kuno (numismatik), brandkast, dan lain-lain.
Saujana memang merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia yang dibentuk oleh manusia sehingga menjadi indah. “Paduan antara pusaka alam dan budaya (natural dan cultural heritage) itu menjadi saujana. Sebetulnya banyak turunan dari cultural tourism salah satunya adalah heritage tourism,” terang Asep Kambali, pendiri Komunitas Historia Indonesia. Cultural heritage dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilestarikan dari generasi masa lalu dan diwariskan pada masa kini. Kelompok masyarakat yang diwarisi tentu harusnya memberikan atau paling tidak mewariskannya kembali ke generasi mendatang. Dalam pengertian ini, warisan budaya dapat berupa suatu ide, nilai-nilai maupun benda. Lantas bagaimana warisan budaya bisa hidup dan berguna bagi masyarakat secara umum? Kegiatan pelestarian hendaknya tidak hanya ditujukan untuk nostalgia atau romantisme semata. Hendaknya yang dilakukan adalah membaca ulang atau reinterpretasi warisan budaya untuk kepentingan masa mendatang. Pendekatan yang dapat ditempuh antara lain dengan mengemasnya sebagai suatu jenis wisata,yaitu cultural-heritage tourism, yang dapat diartikan sebagai perjalanan untuk mengalami tempat dan aktivitas yang secara otentik mewakili cerita/sejarah masa lalu dan masa kini. Mempertemukan warisan budaya dengan pariwisata dirasakan sebagai sesuatu yang kontradiktif karena hanya sedikit wisatawan yang ingin mengunjungi tempat-tempat bersejarah dalam kegiatan wisatanya. Wisatawan tidak mengkhususkan diri untuk ‘belajar’ dalam berwisata, sedangkan tempat-tempat bersejarah biasanya diasosiasikan sebagai tempat pendidikan, penelitian dan pelestarian. Walau demikian, cultural heritage tourism adalah jenis wisata yang unik karena kegiatan wisata yang dilakukan tidak saja berupa kumpulan kegiatan komersil, tapi justru berperan dalam membentuk ideologi sejarah dan tradisi, yang pada akhirnya memiliki kekuatan untuk membentuk kembali budaya masyarakatnya itu sendiri. Lebih lanjut, ia mengatakan, program-program promosi cultural heritage tourism dapat melindungi sekaligus meningkatkan karakter warisan budaya
18
Museum Nasional sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif kultural dan rekreatif, mempunyai kewajiban menyelamatkan dan melestarikan benda warisan budaya bangsa Indonesia. Seperti yang tergambar di foto atas.
yang ada, dana pelestarian didapat dari aktivitas pariwisata, serta terjadi peningkatan ekonomi masyarakat di daerah setempat. Karenanya, para pelaku pembangunan di daerah perlu membekali diri dengan pemahaman mengenai potensi warisan budaya dan pengembangannya sebagai tempat tujuan wisata. “Dan kini ada lagi yang namanya heritage trail atau wisata kota tua, wisata museum atau perpaduan antara keduanya dengan mengambil tempat di kawasan kota tua yang berlokasi di seluruh Indonesia. Tetapi bukan berarti heritage itu pengertiannya adalah kota tua. Heritage itu adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdapat pusaka yang harus dijaga dan dilindungi. Jadi heritage itu melingkupi gedungnya dan cerita rakyatnya,” kata Asep. Ia menambahkan bahwa untuk kawasan Kota Tua Jakarta, sebenarnya juga memiliki potensi intangible yang erat kaitannya dengan sejarah. Tidak banyak orang yang mengetahui sejarah dari Kota Tua, itulah salah satu yang kini dilakukan oleh Komunitas Historia Indonesia. Fisik pun sama karena fisik juga punya cerita, punya sejarah yang dapat digali. Jadi selain bangunan-bangunan yang ada, mempelajari sejarah di balik bangunan tersebut juga bisa menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi secara teknik dapat dikaji dari sisi arsitektur art deco, art nuvo, gothic ataupun kekokohan bangunan. Sementara dari sisi arkeologi dapat dipelajari peninggalan-peninggalan dan artefak-artefaknya. Sayangnya tidak semua peninggalan-peninggalan itu terawat dengan baik, misalnya kawasan Yogyakarta dan sekitarnya, dari jaman dahulu kawasan ini telah memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi daerah wisata dunia. Bahkan dibanding dengan kota-kota lain yang telah mendapat predikat sebagai world heritage city, potensi Yogyakarta tidak kalah. Kekayaan itu tersebar mulai dari kawasan Gunung Merapi sampai Pantai Selatan, bahkan juga juga melebar hingga ke Borobudur , Prambanan dan Ratu Boko.
Bahkan Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Pembangunan Bayudono mengatakan, heritage merupakan modal yang sangat penting bagi pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, ia sangat mendukung gagasan untuk mendaftarkan Yogyakarta sebagai kota pusaka dunia. “Pemerintah Provinsi bersama dinas terkait seperti Dinas Pariwisata akan memotori gagasan ini,� ujarnya. Namun sayangnya, ia menilai kekayaan itu belum sepenuhnya dikelola. Padahal, aset-aset itu punya nilai ekonomi yang signifikan. Padahal kunjungan wisata ke kawasan heritage, secara tidak langsung akan menghidupkan kegiatan perdagangan sehingga menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Itu artinya butuh komitmen semua pihak untuk merawat, melestarikan dan mengelola aset-aset peninggalan budaya yang ada. Selain Yogya, Bandung adalah salah satu kota yang banyak memiliki bangunan bersejarah, bahkan Bandung dijuluki sebagai "kota museum Art Deco" dengan 421 bangunan yang masuk dalam kriteria bangunan dilindungi. Namun, seperti kota-kota lain yang tengah berkembang, Bandung sarat dengan dinamika dan juga persoalan. Salah satu persoalan penting yang seringkali luput dari perhatian masyarakat dan pemimpin adalah hilangnya benda cagar budaya, dalam hal ini bangunan-bangunan kuno yang merupakan saksi sejarah dan penanda (identitas) sekaligus kekayaan kota. Perubahan yang terjadi menyangkut perubahan dalam tatanan fisik kota, berupa bangunan dan kawasan/subkawasan. Dalam satu dekade terakhir sejumlah bangunan hancur tanpa bekas. Potensi besar yang dimiliki Bandung ini semakin lama semakin berkurang jumlahnya. Untuk mengatasinya, pemerintah telah melakukan antisipasi dengan mempersiapkan rambu-rambu berupa peraturanperaturan. Namun, keberadaan dari peraturan tersebut hanya menjadi sebuah media saja, kenyataannya masih saja terjadi pelanggaran dan berakibat pada hilangnya karya arsitektur kuno yang tidak dapat dikembalikan lagi. Dari kota-kota yang memiliki peninggalan sejarah, mungkin Solo yang saat ini mulai berbenah diri untuk menjadikan kawasannya sebagai wisata budaya. Sebagai 'Kota Budaya' yang menyimpan banyak peninggalan sejarah, Kota Solo memang banyak dikunjungi wisatawan yang ingin melihat dan menikmati warisan budayanya yang beraneka ragam. Pemerintah Kota Solo sedang mengembangkan wisata 'Solo Tempo Doeloe' guna mendatangkan devisa dari pelancong asing. "Saat ini sedang dikaji untuk membangun city walk di sepanjang Jalan Slamet Riyadi," kata Wali Kota Solo Joko Widodo. Joko mengatakan situs-situs sejarah dan budaya seperti Bonrojo Sriwedari, Museum Radya Pustaka, dan Partinah Tuin Balekambang perlu digarap ulang dengan penambahan fasilitas penunjang. Sebagai kota yang dijuluki kota yang tak pernah tidur, Joko berencana untuk menghidupkan kembali sejumlah kawasan sebagai pusat jajanan malam hari, sebagai www.travelwan.com
bentuk wisata kuliner. "Bertambahnya maskapai penerbangan yang terbang ke Solo, dari tiga menjadi lima harus dipandang sebagai peluang," katanya. Pakar pariwisata heritage asal Inggris, Nigel Bullough mengatakan sebenarnya Indonesia memiliki potensi wisata heritage yang sangat besar dan beragam. Namun diakui, potensi itu masih belum tergarap secara maksimal. Ia mengungkapkan, potensi itu akan menjadi menarik dan banyak diminati ketika kemudian dikemas dengan baik misalnya dibuat sebuah program seperti wisata napak tilas. Ini yang terjadi di sejumlah negara yang berhasil mengembangkan wisata haritage-nya menjadi wisata andalan antara lain Auschwitz atau Oswiescim yang masuk dalam World Heritage Sites UNESCO. Banyak warga dunia ternyata lebih banyak yang memilih untuk tidak melupakan sejarah terkelam manusia di abad 20 melalui kamp pembantaian Yahudi di Polandia ini. Melalui Auschwitz, dunia diingatkan agar lakon ini tak pernah lagi dipentaskan pada panggung dunia manapun. Berlin masih menyimpan reruntuhan tembok, perlambang runtuhnya komunisme, yang dihancurkan pada 1989. Gerbang Brandenburg menanti wisatawan yang ingin menatap pintu gerbang pertanda damai dari Raja Frederik William II dari Prussia dan dibangun oleh Carl Langhans yang kini jadi landmark Berlin - bahkan Eropa. di Koln berdiri tegak Katedral Koln atau KĂľlner Dom sebagai tengara kota yang dibangun di sekitar abad 12. Kota tertua di Belanda, Maastricht, yang sudah ada sejak zaman Romawi dan dulunya kota kecil di ujung Selatan Belanda, kini bersinar sebagai kota budaya dengan peninggalan dari abad 12 berupa tembok kota, gerbang kota, dan benteng. Sebagai kota benteng, Maastricht mempertahankan warisan itu hingga kini. Sejak 1992, di mana Maastricht menjadi kota kelahiran Uni Eropa lewat Perjanjian Maastricht (The Treaty of Maastricht), kota ini makin berkilap sebagai kota tujuan turis mancanegara. Intinya, mereka melek heritage. Warisan berabad silam dilestarikan bukan hanya demi memenuhi rasa penasaran para turis tapi juga demi pengembangan heritage itu sendiri. Pertanyaanya sekarang, sudahkah kita siap untuk mengembangkan potensi wisata heritage yang sudah kita miliki?.
Heritage itu adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdapat pusaka yang harus dijaga dan dilindungi. Jadi heritage itu melingkupi gedungnya dan cerita rakyatnya
Museum Tekstil tidak hanya memajang beragam jenis dan corak kain tradisional tanah air, tetapi pengunjung dapat belajar membatik pula.
19
Leiden dan Gamelan
Apakah yang kita kenang dari sebuah bangunan Belanda berusia dua ratus tahun yang masih utuh hingga hari ini?
Bisa jadi jawabannya adalah sebentuk kepahitan.
P
ada suatu hari saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah rumah megah bergaya kolonial di salah satu perkebunan di pedalaman Sumatera. Setelah nyaris dua abad, rumah itu masih tampak kokoh, dingin, dan jumawa. Tak pelak, rumah yang sering disebut sebagai "rumah Belanda" itu adalah monumen yang tersisa dari sebuah periode dimana modal internasional masuk secara besar-besaran pada abad 19, merubah tidak hanya lanskap wilayah, akan tetapi juga lanskap sosial penghuninya. Era itu adalah era ketika hutan-hutan disulap menjadi perkebunan tebu, karet, coklat, kina, teh dan seterusnya. Era ketika rumah-rumah amtenaar didirikan, jalanan dibangun, dan manusia-manusia dipindahkan dari kampung halamannya, dari udik-udik negeri Belanda, atau desa-desa Jawa, baik sebagai tuan, atau sebagai kuli.
20
Dan berdirilah di hadapan saya, sebuah rumah dengan beranda yang luas di antara pilarpilar yang kokoh, atap curam tinggi memerangkap hawa tropis yang terlalu panas untuk manusia-manusia Eropa, serta jendela-jendela tinggi dan lebar yang memastikan sirkulasi udara berlangsung dengan lancar. Di abad 19, kapital sudah berkumandang dan kemakmuran segera menjelang, bukan buat pribumi pemilik sumber daya alam, tapi buat para tuan pemilik modal, yang mereka adalah bukan bangsa si kuli. Maka yang melintas dalam benak saya di hadapan bangunan dua ratus tahun itu adalah sebentuk kepahitan. Kampung saya di Salaman, adalah sebuah kota kecil eks kawedanan tak jauh dari Magelang, sebuah kota militer Belanda yang penting pada masanya. Karena itu di sini ada sebuah bangunan kantor wedana, kami menyebutnya kawedanan. Bangunan ini adalah sebuah bangunan campuran antara pendapa Jawa dan bangunan kolonial.
Di abad 19, kapital sudah berkumandang dan kemakmuran segera menjelang, bukan buat pribumi pemilik sumber daya alam, tapi buat para tuan pemilik modal, yang mereka adalah bukan bangsa si kuli. Atapnya bukan joglo, tapi atap curam tinggi yang seperti saya lihat di perkebunan di Sumatera itu, akan tetapi tiang-tiang yang menyangganya adalah tiang-tiang kayu jati sebagaimana yang biasa kita temui di sebuah pendapa rumah joglo. Sementara itu, di bagian belakangnya adalah ‘rumah Belanda’ dengan beranda belakang menghadap air mancur dan kursi-kursi bersandaran tinggi dari kayu jati dan meja berlapis marmer. Dalam sepuluh tahun terakhir, bangunan itu telah lenyap, berganti dengan ruko-ruko yang berdesak-desakan dan juga tampak terlalu kumuh untuk menandai sebuah kemajuan, bila itu yang diinginkan. Berlawanan dengan perasaan saya ketika memandangi rumah Belanda di perkebunan Sumatera itu, saya merasa masygul oleh rasa kehilangan. Bila ruko-ruko ini mewakili anganangan sebuah kota kecil yang sedang membangun, kemajuan apakah yang dibayangkan dari deretan kotak-kotak simetris yang makin hari makin centang perenang itu? Haruskah itu dilakukan dengan meruntuhkan sebuah bangunan yang menyimpan sepenggal kisah sejarah di dalamnya? Baiklah, mungkin bukan sejarah “besar”, tetapi bukankah ada juga narasi-narasi kecil yang dalam bahasa Rosihan Anwar di sebut le petite historie di sana; semacam lanskap, atau kenangan sebuah generasi yang terabadikan dari kawedanan itu? Semacam ujaran-ujaran “Di sana saya pertama kali memukul sebuah alat musik bernama bonang”, atau “Waktu itu tahun 1946, ketika orang-orang berkumpul di Kawedanan untuk menangkapi semua yang dianggap pengikut Heru Cokro, termasuk Pakde-nya Budhe Anu itu”. Saya membayangkan situs-situs lain, dengan bangunan tua (dan sejarahnya) masing-masing,
di seantero sudut negeri ini. Saya membayangkan bagian-bagian kota tua yang berubah menjadi pertokoan, mal, dan pusat bisnis, atau setidaknya mangkrak dan terbengkelai dan laku sebagai setting film horror atau reality show seram program-program TV kita. Saya membayangkan sebuah gempita semangat berpembangunan ekonomi yang dipanglimai rukoisasi. Saya merasakan bertumbuhnya angka-angka statistik yang tentu saja kuantitatif belaka, dengan pemandangan kota yang semakin tidak imajinatif dan seragam seperti pemakaman, sementara pada saat yang sama berlangsung sebuah proses untuk menjadi bangsa amnesia yang terjadi (untuk tidak menyebutnya dirancang) secara sistematis. Saya membayangkan kita sedang bermigrasi secara besar-besaran pada sebuah masa depan gemilang dimana semua orang adalah true believers dari kuil-kuil perbelanjaan yang mati-matian berupaya meninggalkan sejarahnya sebagai bangsa yang pernah diperbudak bangsa lain, sembari berusaha lupa bahwa dalam pusat-pusat perbelanjaan itu yang terjadi adalah lagi-lagi kita tunduk sebagai konsumen yang penuh pengabdian pada bangsa-bangsa produsen. Mengenang rumah perkebunan Belanda dan kawedanan itu, saya jadi sangat ingin mendandani diri sebaik-baiknya di hadapan umum dengan menjadi konsumen yang baik. Dengan itu mungkin pekerjaan saya akan bisa menjadi lebih lancar dan karenanya saya bisa membeli sebuah asuransi pendidikan dari sebuah perusahaan asing yang bonafid, sebab tak sampai sepuluh tahun lagi, saya mungkin harus mengirim anak saya ke Leiden untuk belajar macapat dan menabuh gamelan. Foto: doc. Lambok Sinaga
Dirmawan Hatta
www.travelwan.com
Sebagai seorang pekerja film, ia menikmati perjalanannya sebagai pembuat dokumenter. Melakukan perjalanan, mencipta tulisan dan gambar adalah cara yang dipilihnya untuk membaca. Sejumlah naskah yang ia tulis telah menjadi film yang beredar di bioskop, di antaranya May (2008) dan King (2009). Saat ini, ia sedang menyelesaikan film dokumenternya, “Dongeng Negeri Seluar Peta” sembari mencoba belajar kembali menulis catatan perjalanan dan cerita pendek.
21
transportasifeature teks: Okto photo: Istimewa
Irit dan Ramah Lingkungan
Kendaraan Hybrid dengan
Melonjaknya harga minyak dunia yang dibarengi dengan menurunnya produksi MIGAS (Minyak dan Gas) nasional, membuat pemerintah terus berupaya mencari jalan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi. Berbagai cara dilakukan namun di sisi lain penggunaan bahan bakar fosil yang berle-bihan terutama pada kendaraan bermotor ditengarai juga memicu makin tingginya suhu bumi.
U
ntuk mengurangi penggunaan energi yang berlebihan terutama pada kendaraan bermotor, sekaligus menekan tingginya tingkat pencemaran udara, kini beberapa negara memperkenalkan kendaraankendaraan ramah lingkungan yang tidak hanya rendah emisi tapi kendaraan ini juga hemat energi karena mesin penggeraknya tidak seluruhnya menggunakan bahan bakar atau sering diistilahkan dengan kendaraan hybrid. Seperti yang dijelaskan Iwan Abdurahman, Technical Service Division PT Toyota Astra Motor, “Kendaraan hybrid adalah kendaraan yang menggabungkan dua atau lebih sumber tenaga pada mesinnya. Mobil hybrid menggunakan kombinasi dari motor listrik dan pembakaran di mesin, dengan memaksimalkan kekuatan dari kedua sumber daya tersebut disamping saling mengisi kekurangannya. Hasilnya, efisiensi konsumsi bahan bakar dengan performa tenaga yang luar biasa,� ujarnya.
24
automobilesreview.com
Seperti diketahui, sejarah kendaraan hybrid sebenarnya lahir ketika krisis minyak terjadi di tahun 1960-1970. Sadar kalau sumber energi fosil makin lama akan habis menimbulkan berbagai pemikiran tentang alternatif pengurangan konsumsi energi dan mengurangi tingginya polusi akibat dari tingginya emisi gas yang disumbangkan oleh kendaraan-kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak. Dengan adanya dua sumber tenaga pada teknologi hybrid ini memang sedikit banyak mengacu pada program penghematan BBM dan mengatasi tingginya pencemaran lingkungan. Seperti yang dikatakan Iwan, khusus mesin hybrid, mesin listriknya bisa mengisi ulang ke aki dengan memanfaatkan energi kinetik saat mengerem (regenerative braking). Bahkan sebagian energi mesin dari mesin bensin/solar/biofuel saat berjalan listriknya bisa disalurkan untuk mengisi batere/ aki. Dengan sistem operasi seperti ini, maka terjadi penghematan BBM.
z.about.com
Bukan tidak mungkin, tahun ke depan mesin Hybrid sudah menjadi kewajiban bagi industri otomotif
khulsey.com
Pada prinsipnya ada tiga jenis sistem hybrid yang dikenal yaitu hybrid seri, paralel dan hybrid seri pararel. Pada hybrid seri, mesin bensin bekerja sebagai generator yang berfungsi sebagai pembangkit batere atau tenaga motor elektrik yang menggerakkan transmisi. Mesin bensin tidak pernah langsung menjadi tenaga penggerak kendaraan. Sistem kerja pada hybrid seri dimulai dari tangki bensin menyuplai bensin ke mesin bensin yang selanjutnya menyuplai tenaga ke generator, lalu tenaga yang dihasilkan generator didistribusikan ke batere dan mesin elektrik. Sementara hybrid paralel, tipe ini memiliki tangki BBM yang menyuplai bensin ke mesin di mana batere yang menyuplai tenaga listrik ke mesin elektrik. Baik mesin bensin maupun mesin elektrik dapat menggerakkan transmisi pada saat bersamaan, dan selanjutnya transmisi akan menggerakkan roda. Pada tipe ini tangki bensin dan mesin bensin terhubung ke transmisi secara independen yang
www.travelwan.com
Penampang mesin Hybrid, satu teknologi canggih di dunia otomotif
Sistem kerja mesin Hybrid saat dipasang dalam sebuah pameran
mengakibatkan baik mesin elektrik dan mesin bensin dapat menghasilkan tenaga pendorong. Namun belakangan tipe yang kini banyak digunakan adalah hybrid seri paralel, karena fleksibilitas cara kerja mesinnya. Saat kendaraan bergerak, motor elektrik akan menjadi sumber tenaga, lalu ketika sudah melaju, mesin bensin pun menyala, sambil terjadi proses pengisian untuk betere. Ketika cruising, misalkan pada kecepatan 80 km/jam, motor elektrik akan sesekali membantu memberikan tambahan tenaga untuk mesin bensin. Efeknya beban mesin bensin pun menjadi lebih ringan, dan konsumsi bahan bakar pun jadi lebih irit. Namun, ketika berakselerasi, keduanya akan memberikan daya dorong, dengan tambahan motor elektrik pun akan berputar maksimum. Efeknya, batere pun lebih cepat terkuras. Namun tak perlu khawatir, karena proses pengisian pun berlangsung cepat. “Selain mesin bensin, ada juga mesin listrik dan baterenya. Jadi, saat kecepatan pertama di bawah 30 km/jam, yang jadi sumber tenaganya adalah batere. Kemudian, ketika batere sudah mencapai level minimum, kerja akan diambil alih oleh mesin bensin,� terang Iwan di sela-sela workshop tentang teknologi Hybrid pada Prius. Artinya mesin bensin mempunyai dua tugas. Pertama, menjaga kontinuitas pergerakan kendaraan dan kedua, me-recharge batere yang sudah mencapai level minimum. Dengan demikian ketika berhenti, mesin bensin akan mati dan diganti batere lagi. Mesin bensin pada Prius ini akan bekerja dengan kecepatan mencapai 30-40 km/jam. “Begitu seterusnya. Demikian pula ketika menanjak. Dia akan menggunakan batere, tapi begitu dirasa tenaganya kurang, yang akan digunakan adalah mesin bensin. Kalau masih kurang juga ditambah motor listrik. Jadi, tenaganya berasal dari 3 sumber,� tambah Iwan yang sekaligus meyakinkan dengan dukungan tiga sumber, mesin kendaraan jenis ini akan memiliki performa yang tangguh, kuat dan cepat. Dalam sebuah penelitian disebutkan, dengan menggunakan mobil hybrid maka akan terjadi penghematan bahan bakar fosil sebanyak kurang lebih 15%. Dengan asumsi 1 unit mobil memiliki kapasitas penggunaan bahan bakar fosil sekitar 10 liter dalam 1 hari, maka dengan teknologi mesih hybrid hanya menggunakan sekitar 8,5 liter. Hal ini berarti terjadi penghematan sekitar 1,5 liter dalam 1 hari untuk 1 unit. Kalau di Jakarta saja ada sekitar 1 juta orang yang beralih ke jenis mobil ini, sudah dapat menghemat jutaan liter BBM dalam sehari. Tentu ini sebuah penghematan BBM yang cukup besar, selain itu udara di Jakarta juga akan terasa lebih segar karena tingkat polusi akan berkurang.
25
travelbiz teks & photo: Desy. R
Seni Liping
Rekaman Kehidupan Tradisional dalam Miniatur Bergesernya kehidupan masyarakat ke arah modern menyebabkan banyak terjadinya perubahan dalam keseharian mereka. Berawal dari keprihatinan akan makin jarangnya ditemui kegiatan sehari-hari masyarakat Jawa, seperti menumbuk padi ataupun menanak nasi dengan dandang mendatangkan inspirasi yang akhirnya menjadi sumber penghasilan bagi Bejo Wage Suu.
“S
aya hanya ingin merekam tradisi masa lalu yang sudah jarang ditemui dalam bentuk miniatur sehingga ada sifat edukasinya untuk anak-anak muda,” kata pria asal Surakarta yang menyebut kreasinya sebagai seni Liping. Menurut ayah dua anak ini, sebutan Liping berasal dari plesetan kata living dalam bahasa Inggris yang artinya kehidupan. “Lidah orang Jawa lebih enak menyebut Liping,” katanya. Seni Liping merupakan miniatur patung yang berbahan olahan kayu pinus dan menceritakan keseharian hidup dari masyarakat Jawa. Karya tersebut pada mulanya hanya sebagai pelengkap dari kerajinan syair yang ditulis di atas kayu oleh seniman yang memulai usahanya dari jalanan, dengan menjajakan kreasinya dari pasar ke pasar dan depan kampus di daerah Yogyakarta.
26
Namun mulai 1 Oktober 2002, Bejo akhirnya memutuskan untuk benar-benar fokus di seni Liping dengan produk yang dinamainya Jopajapu. Pencarian karakter dari Jopajapu sendiri sebetulnya telah berawal sejak tahun 1999. Pada saat itu bentuk patung hanya seperti siluet yang timbul dan dari samping terlihat menyerupai manusia tanpa ada perbedaan bentuk antara patung laki-laki dan perempuan. Pria lulusan STM mesin yang mempelajari seni ukir secara otodidak ini menuturkan bahwa ide-ide pengembangan karyanya hanya berasal dari hal-hal di sekitarnya yang ia amati dan alami semenjak kecil hingga dewasa. “Sekarang orang menimba air dan memasak nasi seperti yang ada di miniatur sudah jarang ditemui,” ujarnya. Sementara nama Jopajapu diambil dari
kesederhanaan masa lalu yang merupakan istilah bahasa Jawa untuk jampi-jampi dan biasanya diberikan pada anak kecil yang sakit. Dari usaha jalanan, Jopajapu mulai mengenal dunia pameran ketika pada tahun 2004 bertemu dengan Didik Jati Utomo dari Dinas Perindustrian Surakarta yang mengajaknya untuk berpartisipasi dalam Festival Keraton Nusantara. Sejak saat itu Jopajapu semakin yakin kalau karyanya bisa mendapat tempat di masyarakat dan memanfaatkan pameran sebagai salah satu sarana promosi yang efektif. Dalam satu tahun Bejo bisa berpartisipasi dalam tiga sampai empat pameran yang efeknya langsung terasa dengan semakin banyak pesanan karena masyarakat mulai mengenal karyanya. Setahun setelah mengikuti pameran yang pertama, tiga orang lagi bergabung dengan Jopajapu dan membantu menyelesaikan pesanan. Bejo mengutarakan dengan menyasar target market domestik dari semua kalangan, produknya disukai baik oleh anak kecil yang belum sekolah sampai orang dewasa yang memang berniat untuk mengoleksi hasil kreasinya. Inovasi untuk mengembangkan bentuk patung juga terus dilakukan demi menjaga kepuasan konsumen. Pada 2006 bentuk patung sudah mulai bisa dilihat dan dibedakan antara patung laki-laki dan perempuan. Pahatan juga dibuat lebih halus, detail dan fleksibel sehingga muncul patung dengan kaki atau tangan yang melekuk dan terlihat tidak kaku. Untuk pewarnaan digunakan cat kain yang mampu meresap tetapi tidak merusak pori-pori kayu. “Kayu pinus digunakan karena mudah untuk dikerjakan dan harganya murah. Satu papan dengan harga Rp1.500 dapat menghasilkan 200 patung,” ujarnya sambil menceritakan bahwa pasokan kayu berasal dari Tawangmangu yang setiap kali dipesan Pahatan terlihat halus, detail dan fleksibel sehingga menjadikan Liping Jopajapu sebagai patung miniatur dengan kaki atau tangan yang melekuk dan terlihat tidak kaku.
www.travelwan.com
sebanyak 100 lembar. Kreasi Jopajapu hingga kini telah menghasilkan sekitar 150 desain sederhana dan 20 desain yang lebih rumit. Kualitas patung juga dibuat dalam beberapa kategori yaitu toko, pameran dan kolektor. “Untuk desain sederhana kualitasnya lebih ringkih jika dibandingkan dengan pembuatan patung untuk kolektor,” imbuhnya. Satu patung dapat dikerjakan dalam waktu kurang lebih satu jam dan dalam satu hari satu orang mampu menghasilkan 15 buah patung. Jika dihitung-hitung selama sebulan mereka bisa membuat sekitar 2.000 patung yang dikerjakan berdasarkan pesanan. “Setelah ikut (pameran) Inacraft kemarin pesanan telah penuh sampai dengan Juli 2010. Kebanyakan pesanan berasal dari Jakarta,” tambah pria berusia 35 tahun yang tidak sungkan menolak pesanan yang dianggap tidak masuk akal. Dengan ukuran media ukir 7x7 cm dan tinggi sekitar 10 cm, produk Jopajapu memang cocok untuk pajangan maupun souvenir. Harga jual untuk produk yang sederhana yaitu Rp50.000 dan yang mahal bisa mencapai Rp5.000.000, sementara untuk pesanan khusus harganya tidak terbatas tergantung dari desain dan tingkat kesulitan. Semenjak bertemu Darminto, seorang seniman lukis asal Yogyakarta, pada sebuah pameran di tahun 2006, kini setiap berpameran mereka melakukan kolaborasi. Darminto akan melukis sketsa wajah pembeli pada kertas berukuran 5x5 cm yang dipadukan dengan miniatur orang yang sedang melukis. Bejo menerangkan sejauh ini pasar Jopajapu baru merambah daerah Jakarta dan Yogyakarta. Di Surakarta sendiri baru masuk sekitar setengah tahun yang lalu. Sementara di Bali mulai dikenal setelah ia diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan Asia Africa Art & Culure Festival yang berlangsung di arena Sanur Village Festival pada bulan Agustus. Setelah mengikuti acara tersebut datang pesanan untuk membuat miniatur aktivitas Sanur Village Festival berukuran 1x1 m lengkap dengan panggung dan tenda-tendanya yang direncanakan akan selesai dalam waktu empat bulan. Mengenai permodalan, Bejo mengakui jika sudah banyak yang menawarinya untuk menjadi mitra binaan tetapi ia tolak karena adanya syarat agunan. “Sejauh ini permodalan tidak menjadi masalah karena biasanya orang yang memesan memberikan DP atau malah seringnya membayar
27
travelbiz
Searah jarum jam; - Proses pembuatan memotong pola - Membentuk dari potongan pola - Salah satu hasil karya Jopa Japu - Menanak nasi secara tradisional menjadi lucu dan menarik - Papan catur dengan setting kerajaan Mataram
di muka,” jelas pria yang berkeinginan untuk mengadakan pameran di luar negeri sehingga dapat memperkenalkan budaya Indonesia. Satu hal yang saat ini menjadi kendala adalah sumber daya manusia dalam berproduksi. Ia mengutarakan jika ingin santai tentunya tidak menjadi persoalan tetapi jika ingin mengejar produksi maka hal tersebut menjadi kendala di saat pesanan sedang penuh seperti sekarang. “Jika SDM banyak bisa dikerjakan secara bersama tetapi kalau sekarang harus antri. Menambah orang juga diperlukan waktu karena mengajarkan selama satu tahun belum tentu bisa menghasilkan barang dengan mutu standar untuk dijual, setidaknya perlu dua
28
sampai tiga tahun,” tambahnya. Adanya pesaing yang meniru dengan ikut-ikutan menghasilkan barang sejenis tidak membuat ia khawatir karena baginya mutu produk tidak akan sama. “Sekarang tinggal terserah masyarakat mau memilih yang mana,” katanya. Kreasi seni Liping yang dianggap istimewa oleh Bejo adalah miniatur wayang kulit dan catur. Istimewa karena kerajinan tersebut berhasil menyabet penghargaan, yang terakhir yaitu Inacraft Award 2009 untuk catur Baratayudha. Catur yang pengerjaannya membutuhkan waktu dua minggu itu telah laku dibeli oleh kolektor dari Jakarta seharga Rp10.000.000. Sementara catur Mataram yang hanya dikerjakan selama dua hari meraih juara I
Handicraft Nasional pada 2005 dan telah dibeli dengan harga Rp3.000.000. Setahun kemudian miniatur wayang juga berhasil mendapat penghargaan yang sama. Ia berharap suatu saat dapat membuat miniatur kebudayaan dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Tentunya jalan ke arah itu masih akan panjang karena dibutuhkan pengetahuan yang mendalam untuk memahami seluruh kebudayaan yang ada. Bejo membiarkan perkembangan yang terjadi mengalir seperti air sesuai dengan perjalanannya. Ia sendiri juga belum mengetahui tiga bulan ke depan desain seperti apa yang akan diciptakan, yang terpenting baginya adalah tetap melakukan pencarian untuk menyempurnakan karyakarya yang telah ada.
profile teks & photo: Desy. R
Maya Hasan
Mengangkat Kebudayaan Indonesia Melalui Petikan Harpa Tidak banyak orang Indonesia yang secara total mendedikasikan dirinya untuk mempopulerkan alat musik harpa di tanah air. Nama Maya Hasan memang lekat dengan alat musik petik berbentuk segitiga yang mulai dikenalnya sejak SMP.
B
erbekal keahlian yang diperoleh dari Universitas Willamette di Amerika Serikat dengan spesialisasi Harp Performances, ibu tiga anak ini menyebarkan keindahan dentingan senarsenar harpa bagi penikmat musik di seluruh pelosok negeri. Dengan gaya bermusik yang mematahkan pakem bahwa harpa harus dimainkan dengan teknik dan penampilan tertentu, ia pun terus bereksperimen dalam menggabungkan bunyi-bunyian harpa dengan alat musik tradisional maupun band. Berikut pandangannya tentang beberapa hal yang ia bagi kepada TravelWan.
Album Baru Saya berusaha merefleksikan dan mengangkat kebudayaan Indonesia melalui musik yang saya mainkan. Misalnya dalam album terakhir yang masih dalam proses, saya memasukkan unsur kecak pada satu lagu berjudul ‘Baccarat’. Di sini saya berusaha mengeksplor dan menunjukkan bahwa kolaborasi bukan selalu berasal dari bunyi-bunyian melalui sesuatu yang lazim. Dalam setiap performance, saya selalu percaya bahwa satu show itu adalah audio dan visual. Pada saat kita bisa mengangkat sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan personal life, maka di situlah entertainment-nya. Kekuatan dari sebuah pertunjukkan terletak ketika semua hal tersebut terlihat indah di panggung. Pengerjaan album yang baru memang berjalan agak pelan karena ada beberapa kendala. Salah satunya
30
karena konsep musik instrumental di Indonesia agak sedikit sulit, misalnya harus ada vokalnya. Namun, ada satu kejadian yang membuat saya tersentuh sewaktu show di Surabaya beberapa bulan yang lalu. Pada saat itu penonton memang penuh dan saya mendapat laporan kalau mereka ikut menyanyi. Ketika itu saya membawakan salah satu lagu dari album baru yang belum keluar, dapat label pun belum. Saya sempat takjub karena ini ‘kan musik instrumental dan keluar juga belum. Ternyata sesuatu yang simple seperti musik instrumental juga bisa dinyanyikan. Ini menunjukkan bahwa vokal dan instrumental bisa berada dalam level
yang sama. Album baru ini adalah contoh komitmen dan dedikasi, harapannya mudah-mudahan bisa mendapat tempat di hati masyarakat.
Sosok Ibu Dalam lagu berjudul ‘Mietz’ pada album yang baru merupakan komposisi yang terinspirasi dari ibu saya. Beliau adalah sosok wanita yang sangat Indonesia, sangat Jawa tetapi dibalik itu ada satu kekuatan yang sangat luar biasa. Ia memberikan konsep disiplin bahwa hidup itu harus bersyukur dengan apa yang kita punya selain juga selalu melakukan yang terbaik. Semua itu menjadi latar belakang budaya saya yang kemudian digabungkan dengan disiplin barat yang saya terima ketika sekolah. Hal itu membuat saya bisa bertahan selama ini. Saya ingin sekali hal-hal seperti ini terefleksikan di musik, dimana suara-suara harpa yang boleh dibilang mendayu-dayu terkolaborasi dengan band melalui irama-irama yang kuat.
Kolaborasi dengan Musik Tradisional Dalam kolaborasi sebelumnya dengan gambang kromong, saya ingin memperlihatkan bahwa kita mempunyai satu kultur yang sudah terbawa sejak dulu. Selain gambang kromong, saya juga sudah pernah berkolaborasi dengan gamelan. Sementara dengan budaya Bali melalui kecak, mudah-mudahan dengan bala ganjurnya juga akan terealisasi.
Musik tradisional harus dilestarikan tetapi juga jangan menutup mata dengan Indonesia sekarang ketika generasi sudah berubah. Terjadinya pergeseran kebudayaan yang kolaboratif jangan sampai membuat kita melupakan apa yang telah membentuk kita dan apa yang menjadi landasan kita sebagai orang Indonesia. Menurut saya musik tradisional Indonesia sangat luar biasa dan masih ada sederetan panjang yang belum saya ketahui. Jadi saya tergerak untuk memulai secara satu persatu, dari memasukkan unsur kecak pada satu lagu. Kemudian di lagu yang lain berkolaborasi dengan alat musik tradisional. Sesungguhnya tidak ada kriteria tertentu dalam berkolaborasi dengan musik tradisional, semuanya tergantung dari lagu. Dalam album yang baru mengangkat konsep harpa dengan band, jadi dari sisi tempo, irama-irama itulah yang dipakai.
Harpa Elektrik Saya menggunakan harpa elektrik karena memang dari sisi teknis akan bisa selevel dengan suara alat-alat musik band yang lain. Secara khusus saya melengkapi diri dengan alat tersebut karena ingin lebih luas lagi membawa harpa ke daerah-daerah di luar Jakarta. Dari sisi biaya transportasi, penggunaan harpa elektrik akan lebih murah dibandingkan jika membawa harpa biasa. Sebagai seorang musisi, saya ingin berbagi kepada orang-orang di sekitar saya bahkan kalau bisa menjangkau lebih banyak lagi. Kita harus bangga sebagai orang Indonesia dengan berusaha di bidangnya masingmasing dan melakukan semuanya dengan hati. Saya percaya jika itu dilakukan akan dapat membuat Indonesia jauh lebih indah.
Antara Tampil dan Mengajar Terdapat perbedaan yang sangat jauh antara mengajar dan tampil di panggung. Sebetulnya seorang pedagog dan performer itu tidak boleh menjadi satu. Tetapi di Indonesia tidak banyak terdapat pemain harpa dan tidak mungkin kalau bilang tidak mau mengajar. Itu semua karena ada satu tuntutan untuk memikirkan bagaimana regenerasi. Yang saya lakukan sesungguhnya adalah membuka jalan untuk mereka dan generasi di bawah saya bahwa mereka mempunyai pilihan dalam memainkan harpa. Saat ini masyarakat sudah mengenal bahwa harpa itu bisa dibawakan dengan gaya pop, harpa juga bisa masuk ke jazz bahkan bisa dimainkan secara rock selain tentunya dengan musik klasik. Sehingga mereka mempunyai pilihan dan bisa menjadi satu rantai untuk mengembangkan harpa yang hasilnya tentu akan menjadi luar biasa. Sejauh ini perkembangan pemusik harpa di Indonesia cukup baik. Salah satu murid saya yang sedang belajar di Taiwan, kalau pulang ke Indonesia meneruskan kembali kelas harpanya. Murid saya yang lain sudah ada yang mengambil sekolah khusus harpa di Amsterdam Conservatory dan satu lagi ada di Melbourne, sementara di Jakarta sendiri juga ada beberapa orang. www.travelwan.com
31
hobi&komunitas teks: Desy. R photo: doc. KJB
Berwisata Sejarah Bersama
Komunitas Jelajah Budaya
Kota Jakarta memang kaya akan bangunan peninggalan masa lalu, khususnya di kawasan kota tua. Di sana tidak hanya terdapat gedung-gedung berarsitektur Eropa tetapi juga bangunan bergaya Cina yang sampai saat ini masih dapat kita nikmati keindahannya.
B ‘Jelajah Kota Toea’ salah satu kalender rutin Komunitas Jelajah Budaya tiap tahunnya
32
erawal dari kepedulian yang sama terhadap sejarah dan budaya, sekelompok mahasiswa dan alumni perguruan tinggi di Jakarta berinisiatif untuk membentuk Komunitas Jelajah Budaya (KJB) pada 17 Agustus 2003. Keinginan mereka adalah untuk mengenalkan sejarah ke masyarakat umum karena rasa prihatin terhadap kurangnya perhatian dan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya bangsanya, baik berupa bangunan bersejarah yang telah menjadi bangunan cagar budaya maupun kesenian tradisional. “Kita berusaha mengajak masyarakat Jakarta terutama untuk mencintai sejarah dan kotanya sendiri. Dalam setiap kegiatan yang kami adakan, kami tidak hanya mengajak masyarakat untuk melihat situssitus atau bangunan bersejarah, tetapi juga melihat bekas-bekas tempat bersejarah yang ada pada masa itu,” jelas Ketua KJB Kartum Setiawan. Wisata sejarah adalah salah satu kegiatan yang biasa diadakan komunitas yang bermarkas di Museum Bank Mandiri ini. Bentuknya meliputi Jelajah Kota Tua pada siang hari dan Night Time Journey at Museum pada malam hari. Mengunjungi museum di malam hari merupakan terobosan yang dilakukan oleh komunitas ini untuk memperkenalkan
pada masyarakat bahwa berwisata ke museum juga merupakan aktivitas yang menyenangkan. “Kita mulai mengadakan Night Time Journey at Museum pada tahun 2005,” kata Kartum yang juga bekerja di bidang riset Museum Bank Mandiri. Ia menceritakan ide awal dikemasnya kegiatan tersebut karena pada tahun itu di televisi marak program reality show yang bertema horor dan berlokasi di gedung-gedung tua. Hal ini menimbulkan kesan di masyarakat kalau gedung tua itu banyak hantunya, terlebih pada malam hari. “Kalau museum biasa buka pada jam 9 pagi sampai jam 4 sore maka kita ingin mengajak masyarakat untuk melihat suasana museum di malam hari,” tuturnya. Kegiatan ini biasa diadakan tiga atau empat bulan sekali dan biasanya berlokasi di satu museum. “Pada acara malam hari tidak banyak yang kita explore, tidak seperti siang hari banyak rute-rute yang kita lalui,” ujar pria lulusan Sejarah Universitas Indonesia ini. Untuk membedakan dengan wisata sejarah yang dilakukan pada pagi hari, dalam Night Time Journey at Museum peserta akan disuguhi rekonstruksi tempo dulu, misalnya mengenai perbankan. Visualisasi ini disesuaikan dengan lokasi acara yang biasanya bertempat di museum Bank Mandiri. Dalam atraksi teater itu peserta seperti diajak menelusuri waktu untuk melihat suasana perbankan pada masa itu. Terlebih para aktor juga mengenakan pakaian zaman Belanda yang menambah lengkap nuansa masa lalu.
Untuk menambah imajinasi tempo dulu, peserta juga bisa menikmati sajian makanan rijstaffel. KJB sengaja memilih berbagai tema unik yang berbeda-beda untuk kegiatan ini. Tema-tema yang pernah diusung antara lain Betawi Tempoe Doeloe, Batavia tahun 1930-an dan Jakarta Jelang Kemerdekaan. Menurutnya, kegiatan KJB terkonsentrasi di kawasan kota tua karena di kawasan ini banyak sekali bangunanbangunan bersejarah dan dari sinilah titik mula awal kota Jakarta.
“Di kawasan ini setidaknya terdapat enam museum yaitu Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni rupa dan Keramik, serta Museum Bahari,� tambahnya. Untuk kegiatan Jelajah Kota Tua, sejak tahun 2006 diadakan setiap satu bulan sekali. Rute-rute yang dilalui dipilih berdasarkan momen yang terjadi pada bulan yang bersangkutan. Misalnya saja pada bulan Februari lalu mengangkat tema Cap
Tidak hanya orang dewasa yang tertarik mengikuti wisata sejarah, anak sekolah pun seakan tidak mau ketinggalan.
Salah satu kegiatan Jelajah Kota Toea, mengunjungi museum bank Mandiri (kiri) dan museum Bank Indonesia (kanan)
Komunitas Jelajah Budaya ketika mengadakan kunjungan ke Pelabuhan Sunda Kelapa dengan menggunakan sepeda onthel.
www.travelwan.com
Go Meh In China Town. Untuk menyemarakkan suasana, peserta dianjurkan berpakaian serba merah. Dengan biaya Rp 50.000, peserta diajak berjalan-jalan di kawasan pecinan untuk menikmati ragam hias Rumah Toko yang terdapat di kanan-kiri jalan. Pada saat registrasi, peserta yang telah datang dapat menikmati film tempo dulu sambil menunggu peserta lain. Setelah itu mereka dibagi dalam beberapa kelompok dan acara dimulai dengan mengitari museum Bank Mandiri. Seorang anggota KJB yang bertindak sebagai pemandu dengan tangkas memberikan penjelasan mengenai museum dan menceritakan sejarah dari bangunan-bangunan yang dilewati. Umumnya bangunan-bangunan di kawasan pecinan berhimpitan satu sama lain dan memanjang ke belakang. Bagian bangunan yang masih tampak asli terlihat pada bagian atapnya yang meruncing. Di kawasan ini juga terdapat klenteng-klenteng yang telah berusia lebih dari dua ratus tahun antara lain Klenteng Budhidharma, Ariya Marga, Tanda Bhakti, Toa Se Bio dan Jin de Yuan. Beberapa bagian dari Klenteng tersebut telah mengalami renovasi di sana-sini. Selain Klenteng, di Petak Sembilan juga terdapat gereja Maria de Fatima yang memiliki gaya arsitektur Cina. Kartum mengatakan minat masyarakat untuk mengikuti wisata sejarah yang diadakan KJB cukup antusias. Dalam setiap kegiatan Jelajah Kota Tua diikuti oleh ratusan peserta. Padahal informasinya hanya disebarkan melalui milis dan email sekitar sepuluh hari atau seminggu sebelum kegiatan diadakan. Sebanyak 448 orang memang tercatat sebagai anggota dalam milis jelajahbudaya@yahoogroups.com. Selain wisata sejarah, komunitas ini juga giat mengadakan aktivitas yang berhubungan dengan budaya seperti lomba merangkai layanglayang dan lomba pukul bedug. Seminar dan diskusi juga tidak lepas dari agenda kegiatan KJB. “Beberapa kali dalam satu tahun, kami mengadakan diskusi dengan mengundang pembicara yang bagusbagus. Untuk acara diskusi ini tidak dipungut biaya alias gratis,� ujarnya sambil tertawa.
33
Wisata Berburu
trip
di Cikidang Hunting Resort
Dooorr…!!! Bunyi ledakan senapan menggelegar di siang hari itu, dan babi hutan seberat 85 kilogram pun langsung terjerembab setelah dihajar peluru Senapan Winchester caliber 308 win yang ditembakkan oleh Ivan (12 tahun). teks & photo: Timoteus Talip
“Y
essss!!!” teriak Ivan sambil meninjukan kepalan tangannya ke udara sesaat setelah berhasil menuntaskan tugasnya pada kegiatan wisata berburu. Mau tahu seru dan tegangnya kegiatan tersebut? Bagi Anda yang ingin mencoba sensasi berburu, sejak Juni 2007 telah hadir Cikidang Hunting Resort yang terletak di desa Pangkalan, kecamatan Cikidang, kabupaten Sukabumi- Jawa Barat. Bagaimana menuju ke sana? Setelah keluar dari tol Ciawi arahkan saja kendaraan Anda menuju Lido – Parung Kuda. Sekitar 2 km sebelum Cibadak, Anda harus belok ke kanan dan menemui akses jalan alternatif ke Pelabuhan Ratu. Kira-kira 12 km, maka tibalah di Cikidang Hunting Resort. Sesaat setelah mobil kami parkir, langsung disambut oleh Budi Handoko, pemilik Cikidang Hunting Resort. Dengan ramahnya Budi mengajak kami menikmati kehangatan secangkir kopi, apalagi sore itu hujan rintik membasahi alam sekitar. Cikidang Hunting Resort (CHR) seluas 15 hektar ini memang sengaja dibangun untuk mengakomodir orangorang yang suka tantangan khususnya
34
Melihat banyaknya hewan di lokasi, membuat kami tidak bersabar untuk segera berburu. Namun untuk mereka yang belum terbiasa maka harus belajar di lapangan tembak. Di sini pengunjung diajarkan cara menggunakan senapan angin dan berlatih menembak hewan-hewan dari kayu.
Petualangan Dimulai penggemar berburu. Bagi mereka yang tidak berkesempatan berburu di hutan belantara, maka bisa mencobanya disini, kata pria yang masih sangat gagah di usianya yang ke 60. Kamipun melihat fasilitas yang ada di CHR. Ternyata Budi menyiapkan banyak fasilitas antara lain outbound, air soft gun, berkuda dan kendaraan ATV. Bagi Anda yang sekedar ingin berlibur pun masih bisa memanjakan diri dengan tersedianya penginapan yang artistik, terbuat dari bambu sehingga menghadirkan suasana pedesaan. Selain itu bagi Anda yang ingin merasakan kehidupan ala Tarzan bisa menyewa rumah pohon. Sedangkan bagi anak-anak, bisa menikmati kolam renang.
Paket Berburu Untuk menjadikan CHR sebagai arena wisata berburu yang unik, Budi Handoko melepas berbagai hewan di area ini. Paket berburu yang ditawarkan untuk 3 jenis hewan Rp300.000. Hewannya dapat dipilih antara lain kelinci, ayam dan bebek asal jumlahnya tiga ekor. Masih ada hewan lain yang bisa diburu dengan biaya tersendiri seperti kalkun Rp200.000 – Rp300.000, babi hutan Rp1.000.000 – Rp2.000.000, kambing Rp800.000 – Rp1.200.000, bahkan rusa pun ada dengan harga Rp3.000.000.
CHR menyediakan mobil berburu. Bagi saya yang tergolong pemula, berdiri diatas kap mobil menyusuri medan offroad berlumpur, masuk ke semak-semak, ditambah terpaan angin serta hujan gerimis, menjadikan tantangan ini semakin menegangkan. Tiba-tiba dari kejauhan melintas seekor kelinci, langsung saja Vincent (10 tahun) menarik senapan gasnya dan sekali tembak tergeletaklah sang kelinci. Setelah itu dua ekor kelinci dan seekor ayam hutan berhasil ditembaknya. Sekarang kami mencoba memburu babi hutan. Hewan ini ternyata pintar bersembunyi. Kami pun harus berkeliling arena CHR dan dibantu oleh empat orang rangers (karyawan CHR) untuk memancing babi hutan keluar dari persembunyiannya. Setelah satu jam, akhirnya babi hutan tersebut muncul. Bergegas Ivan menembakkan senjatanya dan tewaslah hewan tersebut. Semua anggota tim tertawa puas. Ternyata babi hutan tersebut sangat besar dan harus diangkat empat orang untuk diletakkan di depan mobil berburu kami. Jadi bagi Anda yang mau mencoba menjadi pemburu, sebelum terjun ke hutan betulan, ada baiknya mencoba sensasi berburu di Cikidang Hunting Resort.
Searah jarum jam: - Pemandangan pegunungan serta suasana alam layaknya di pedalaman, semakin menambah sensasi bagi pecinta olahraga berburu. - Blok penginapan artistik berdinding bambu. - Penginapan yang dilengkapi dengan kolam renang. - Rumah pohon yang artistik disediakan bagi pengunjung yang ingin merasakan bagaimana tinggal di atas pohon.
www.travelwan.com
35
trip
Pulau Bawean
Batu Pualam Yang Terlupakan Pulau yang kaya akan batu onyx ini seakan tak tampak di peta pariwisata Indonesia, padahal banyak hal yang bisa dinikmati turis di sini. Ada pulau-pulau kecil, pantai, suaka alam, gunung dan danau serta makanan yang khas.
teks & photo: Nuning Pratiwi
B
elum lama ini saya bersama sejumlah teman pergi ke Pulau Bawean dengan bekal pengetahuan yang minim tentang pulau ini. Akan tetapi begitu naik kapal cepat Bahari Express dari pelabuhan Gresik, kami bertemu dengan orang-orang Bawean yang dengan antusias memberikan informasi tentang kampung halaman mereka. Kami pun mendapatkan gambaran lumayan lengkap bahkan sebelum turun dari kapal. Misalnya bahwa kebanyakan
36
pria di sana bekerja sebagai TKI di luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Saudi Arabia sehingga ada yang menyebut Pulau Bawean sebagai negeri wanita. Setelah 3,5 jam perjalanan laut, kapal merapat di dermaga Pulau Bawean. Kami harus bergegas turun dari kapal karena antrian penumpang yang akan turun cukup panjang dan kegiatan bongkar muat bagasi penumpang cukup melelahkan. Turun dari kapal, kami melihat banyak orang berkerumun, bermaksud menjemput keluarga atau teman. Tidak jauh dari dermaga ada semacam terminal untuk angkutan umum dan banyak juga orang yang menawarkan sewa mobil dan ojek motor. Meskipun demikian suasana di sana cukup bersahabat. Para penjual jasa transportasi tidak terlalu agresif dan
menawarkan jasa dengan sopan. Kami akhirnya menyewa satu mobil kijang dari seorang pria berumur yang kami panggil Pak Diran. Sewa satu mobil sehari penuh termasuk bensin dan supir Rp300.000. Pak Diran membantu kami mencari tempat penginapan dan juga menunjukkan beberapa tempat menarik untuk dikunjungi. Mengingat waktu kami yang terbatas, tempat pertama yang kami kunjungi adalah daerah penghasil batu Onyx di desa Sangkapura, daerah pertanian dengan pemandangan sawah hijau serta Pantai Labuhan yang terkenal dengan pantainya yang tenang. Tidak banyak yang berkunjung saat itu. Walau begitu Pantai Labuhan sudah dikenal sebagai tempat yang bagus untuk olah raga ski air dan berenang oleh
yang menawan. Wilayah Suaka Alamnya memiliki empat gunung yang menjadi tempat utama resapan air yaitu G. Nangka, G. Bengkoang, G. Besar & G. Dedawang. Di wilayah suaka ini juga terdapat danau besar yang menjadi resapan air yaitu Danau Kastoba. Danau yang terletak di tengah pulau ini sebenarnya bagus untuk kegiatan memancing dan dayung. Tetapi hingga saat ini belum dikembangkan secara maksimal. Diperkirakan Bawean memilki 18 sumber mata air yang dapat memasok kebutuhan air bersih bagi penduduk setempat dan juga untuk irigasi sawah dan ladang. Saat ini penduduk Bawean dapat menikmati air minum bersih yang didapat dari sumber mata air pegunungan alami. Sayangnya ada kecenderungan kurang dijaga kelestariannya. Hutan jati yang seharusnya bisa berfungsi sebagai hutan lindung, telah ditebangi dan hal ini mengakibatkan banjir di sebagian dataran Bawean. Di pulau ini juga terdapat penangkaran Rusa Bawean (Axis kuhli), namanya diambil dari zoolog dari Jerman Heinrich Kuhl. Penangkaran dilakukan atas inisiatif penduduk setempat mengingat populasinya semakin menurun. Rusanya berwarna coklat, yang jantan bisa berukuran sampai 60-70 cm. Hewan ini merupakan icon Pulau Bawean.
Pulau Bawean ‘ditemani’ oleh pulaupulau kecil atau gili. Yang paling dekat adalah Noko Selayar yang bisa ditempuh dengan jalan kaki jika air laut surut, sekitar 15 menit dari dermaga. Pulau Noko merupakan pulau pasir yang tidak berpenghuni selain burung-burung laut yang dilindungi. Pantainya cocok untuk berenang, berjemur dan snorkeling. Pulau ini dapat dicapai dalam waktu 20-30 menit dari dermaga. Gili mempunyai pasir yang putih dan terletak di sebelah timur Pulau Bawean. Dari dermaga bisa naik kapal selama 45 menit sampai I jam perjalanan dengan biaya Rp5.000 per orang. Ada beberapa kali pemberangkatan kapal ke Gili pada pagi dan sore hari. Di sebelah barat Bawean terdapat Pulau Cina yang terkenal sebagai tempat penyu bertelur. Kemudian ada Tanjung Gaang yang dikenal karena keindahan bukit karang dan kejernihan arinya sehingga ikan-ikan di dalamnya terlihat jelas. Sebagian dari bukit karangnya adalah batu onyx. Wisata budaya yang paling menarik adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Setiap keluarga umumnya akan membuat semacam hidangan yang menyerupai nasi tumpeng beserta lauk pauk dengan hiasan kertas warna-warni. Hidangan ini akan dikirim ke Surau atau Mesjid terdekat untuk dinikmati bersamasama. Keluarga yang mampu biasanya
Meski terpencil, Bawean dikenal oleh banyak turis.
sejumlah turis asing, terkadang terlihat kapal-kapal berbendera Australia bersandar di sini. Pasir pantainya berwarna kuning bercampur hitam. Di sepanjang pantai ada beberapa penduduk yang bekerja memperbaiki kapal kayu. Di pantai ini kami sempat bersantai, berenang sambil menikmati matahari tenggelam, meskipun hari itu agak mendung. Seperti penduduk di kepulauan lainnya, masyarakat Bawean juga harus menghemat penggunaan listrik karena setiap beberapa hari ada giliran pemadaman. Biasanya listrik mati mulai pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore. Kota Sangkapura sendiri memiliki persediaan mesin disel untuk persediaan listrik cadangan.
Tempat wisata Bawean merupakan pulau kecil www.travelwan.com
Bawean pun menyajikan pemandangan yang indah di kala senja hari.
37
trip menyelipkan perhiasan emas berupa cincin, gerlang atau kalung di dalam hidangan yang mereka kirimkan. Tentu saja yang menemukan hadiah ini sangat bersuka cita.
Akomodasi Pulau Bawean tidak memiliki banyak penginapan. Ada beberapa penginapan yang terletak tidak jauh dari dermaga Sangkapura, salah satunya adalah Hotel Pusaka Bawean, dimana kami menginap. Hotel ini masuk dalam kategori hotel melati dan cukup bersih. Dibangun dua lantai dengan tiga kategori kamar. Yang standar (ekonomi), rate-nya Rp65.000 per malam dengan kamar mandi sharing. Kamar non-AC tapi kamar mandi di dalam tarifnya Rp100.000, sedangkan kamar ber-AC dengan kamar mandi di dalam rate-nya Rp135.000. Untuk makanan, Bawean mempunyai semacam gado-gado tetapi yang ini ala Madura. Terdiri dari sayuran rebus seperti kangkung, taoge, aneka buah-buahan rujak seperti mangga, jambu, bengkuang dll, saus kacang dan petis, dimakan dengan lontong. Kami makan rujak ini di warung dekat kantor pos Sangkapura – Bawean. Harga seporsi Rujak Madura Rp3.000. Lalu ada nasi goreng merah yang mirip dengan nasi goreng ala Chinese berwarna merah dan disirami suwiran daging ayam dan telur dadar. Harga seporsi Rp5.000. Anda juga bisa menemukan roti canay yang biasa dihidangkan dengan daging kari. Di Bawean ada salah satu warung di depan penginapan kami yang menjual masakan ini dengan harga Rp10.000 untuk 2 potong roti Canay yang mirip dengan kulit martabak. Nikmat untuk hidangan sarapan. Berkat kebaikan Pak Diran, untuk makan malam, kami berhasil mendapatkan tongkol bakar dengan nasi dan sambal. Kami disarankan untuk membeli ikan segar dari nelayan yang baru kembali melaut. Enam ekor tongkol ukuran sedang dan nasi untuk 7 orang harganya Rp100.000. Keluarga nelayan menyiapkan tongkol bakar yang segar dan nikmat. Mereka membuatkan sambal mangga sebagai pelengkap. Di pulau ini terdapat banyak mangga manalagi. Jamuan ini kami nikmati di teras rumah nelayan, bukan di
38
warung. Benar-benar pengalaman yang tiada tara. Keramahan keluarga Bawean membuat kami merasa terharu dan ingin kembali lagi. Untuk oleh-oleh, menurut penduduk di sana yang kas adalah krupuk ikan tongkol yang mirip dengan kerupuk palembang. Harga Rp20.000 untuk 500 gr. Cara menggorengnya mudah sekali tanpa perlu dijemur dulu. Selain itu, bawean memiliki kekayaan
alam batu onyx atau marmer yang indah. Di sisi lain batu kali sulit didapat sehingga untuk membangun rumah penduduk Bawean menggunakan batu onyx sebagai bahan pondasi. Pulau Bawean yang indah justru dikenal karena banyak ditinggalkan oleh penduduknya untuk bekerja sebagai tenaga migran di Malaysia, Singapura dan Timur Tengah. Pulau ini bagai batu pualam yang terlupakan.
JADWAL KAPAL CEPAT ML EXPRESS BAHARI Pelabuhan Gresik - P. Bawean P. Bawean – Pelabuhan Greasik Kelas VIP Kelas Ekonomi
09.00 WIB – 12.00 WIB 09.00 WIB - 12.00 WIB Rp 115 000 Rp 150 000
Senin – Rabu – Sabtu Selasa – Kamis – Minggu
Info Umum
Bawean terdiri dari 2 Kota Kecamatan, Sangkapura (terbesar) dan Tambak, dengan Luas wilayah 196,27 km2. Dengan populasinya sekitar 65.000, wilayah ini masuk dalam Kabupaten Gresik. Untuk mengelilingi P. Bawean, hanya dibutuhkan waktu sekitar 2 jam. Kondisi jalan raya masih sangat minim, banyak jalan sempit yang belum beraspal. Mayoritas pemeluk agama Islam. Asal kata Bawean, menurut legenda di tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit mengahadapi badai besar di laut Jawa dan terdampar di sebuah pulau pada saat matahari terbit. Pulau itu lalu dinamai Pulau Bawean yang
Batu Onyx yang banyak dihasilkan di Desa Sangkapura
dalam bahasa Sansekerta berarti ‘ada sinar matahari’. P. Bawean memiliki keaneka ragaman suku bangsa. Ada kampung China disebut pecinan, ada kampung Jawa di daerah Tambak yang mayoritas penduduknya suku Jawa, ada juga suku Bugis, Sasak dan suku-suku lain di nusantara yang berdomisili di Pulau ini. Bahasa Bawean mirip dengan bahasa Madura, meskipun demikian bawean bukanlah Madura. Pengaruh Islam mulai masuk pada abad ke 16, yang disiarkan oleh Maulana Umar Mas'ud. Oleh karena itu mayoritas penduduk P. Bawean beragama Islam. Ada beberapa makam penyebar agama Islam di pulau ini.
Sebagai pulau, transportasi laut menjadi armada utama di Bawean
Pemandangan persawahan yang hijau dan asri
Tips 1. Cek kondisi Laut Jawa sebelum berangkat. Gelombang Laut Jawa menuju P. Bawean sering di atas 3 meter. Jika tinggi gelombang laut di bawah 3.5 m, kapal cepat masih bisa beroperasi, tetapi di atas itu biasanya jadwal kapal ditiadakan. 2. Persiapkan tas ransel yang tidak terlalu besar yang memuat keperluan yang penting dan mudah di bawa. Hal ini untuk memudahkan turun naik kapal. 3. Pesan tiket minimal satu hari sebelum keberangkatan untuk menghindari antrian panjang di Pelabuhan Gresik. 4. Siapkan uang tunai karena tidak ada fasilitas ATM. 5. Siapkan minyak angin dan obat-obatan untuk menanggulangi mabuk laut karena perjalanan dengan kapal cepat memakan waktu minimal 3 jam, tergantung cuaca dan gelombang laut. Di luar musim penghujan biasanya cuaca cenderung cerah dan baik. 6. Siapkan cadangan batu batere untuk telpon celuler atau kamera karena di sana sering terjadi pemadaman listrik. 7. Bagi yang suka snorkeling, silakan membawa perlengkapan karena tidak ada tempat untuk menyewa alat.
snapshot
Interaksi Budaya
Travelwan/Desy.R
Travelwan/Desy.R
Dalam Asia Africa Art & Culture Festival
Travelwan/Desy.R
Seni melukis di atas air (Ebru Painting) yang dilakukan oleh Salih Elhan asal Turki
Tari dan kungfu dari Little Golden Phoenix, Children Arts Group, Shunde City, mewakili delegasi China
Mahendi atau seni tato dari India juga ikut memeriahkan AAAFC 2009
Keragaman budaya dari negara-negara Asia Afrika tersaji apik dalam gelaran bertajuk Asia Africa Art & Culture Festival sebagai sarana untuk meningkatkan rasa solidaritas dan persahabatan, selain berfungsi sebagai media pertukaran budaya. 64
S
ebagai agenda tahunan yang diadakan oleh Asia Africa Foundation (AAF) sejak tahun 2002, dan sempat absen pada 2008, perhelatan tahun ini terkesan berbeda dari penyelenggaraan terdahulu. Setelah sebelumnya lokasi kegiatan dipusatkan di Bandung, tahun ini event budaya tersebut dilaksanakan bertepatan dengan acara Sanur Village Festival 2009. “Kami ingin membuat paradigma baru dan Bali menjadi pilihan pertama karena merupakan pusat destinasi dunia. Kerjasama dengan Sanur Village Festival karena adanya persamaan visi yang sejalan dengan program pengembangan Sanur melalui kepedulian pada peningkatan seni dan budaya,� kata Event Department Manager AAF Ari Satoto. Ia menambahkan selain untuk mengembangkan dan memelihara seni budaya bangsa-bangsa Asia Afrika, dalam kegiatan ini juga dapat terjadi transfer budaya melalui kunjungan ke banjar-banjar ataupun
Salah satu penampilan penari bergaya warok ikut memeriahkan AAACF 2009
sekolah sehingga dapat terjadi interaksi. Negara-negara yang mengirimkan delegasi yaitu India melalui Jawaharlal Nehru India Cultural Center, China yang menampilkan tari dan kungfu dari Little Golden Phoenix, Children Arts Group, Shunde City, workshop origami dari Japan Foundation dan seni melukis di atas air (Ebru Painting) yang dilakukan oleh Salih Elhan asal Turki. Beberapa negara walaupun tidak mengirimkan perwakilannya tetapi ikut serta berpartisipasi dalam bentuk karya-karya seperti Iran dan Korea Selatan. Indonesia berpartisipasi dengan menampilkan demo pembuatan keris dari Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), workshop batik, demo payung dan kelom geulis (sandal kayu dibatik) dari Tasikmalaya, atraksi Reyog Ponorogo dan tarian dari Sanggar Selayar, demo Jopa Japu yang merupakan seni kerajinan miniatur keseharian masyarakat Jawa serta pameran lukisan dan furniture.
Bali Culinary Challenge
Ajang unjuk Kebolehan Para Chef
Seorang juri nampak serius menilai proses persiapan makanan
Serius untuk menciptakan hasil maksimal
Indonesian Chef Association (ICA) – Bali menggelar kompetisi memasak artistik yang pada perhelatan ke-7 kali ini kembali diselenggarakan bersamaan dengan berlangsungnya Sanur Village Festival (SVF) 2009.
D
alam ajang Bali Culinary Challenge yang diikuti para chef dari Bali maupun provinsi lain di Indonesia, peserta berkompetisi untuk menunjukkan keahlian dan kemampuan mereka dalam mengolah dan menampilkan masakan tradisional maupun barat. Sebanyak 30 hotel, 5 restoran dan dua sekolah tinggi berpartisipasi dalam kegiatan ini. Waka II ICA – Bali I Gst. Made Iwan Dusanta M mengutarakan berlangsungnya kompetisi secara bersamaan dengan SVF bertujuan untuk mengenalkan area Sanur dimana ICA mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan makanan. “Kami ingin mengembangkan budaya Bali terutama dalam hal masakan yang sifatnya bisa masuk ke ajang internasional,” ujarnya. Lomba terbagi dalam dua kategori yaitu
www.travelwan.com
perorangan dan kelompok, dengan satu kelompok maksimal terdiri dari empat orang. Tema kelautan yang merupakan konsep utama dipilih agar laut lebih mendapat perhatian baik dari masyarakat maupun pemerintah. Babi guling yang merupakan salah satu masakan khas tradisional Bali dan biasa tersaji dalam upacara perayaan dilombakan dalam kategori kelompok. Menurut Iwan, babi guling jarang dilombakan dan mempunyai potensi karena banyak wisatawan mancanegara yang menyaksikan kompetisi ini. Hal ini merupakan kesempatan yang baik agar mereka bisa melihat kebudayaan Bali secara langsung. “Selama ini mereka hanya bisa melihat babi guling yang terpajang di etalase,” katanya. Untuk penilaian yang dititikberatkan
Patung bertema 'Save Our Live' hasil kreasi peserta kompetisi memasak artistik ICA berbahan dasar mentega.
pada kebersihan, proses memasak, kecepatan dan presentasi dipercayakan pada juri yang merupakan anggota ICA. “Sebaik-baiknya makanan Indonesia, kalau kecepatan dan presentasi tidak benar maka makanan tersebut akan dilupakan,” tambahnya. Selama kompetisi yang berlangsung pada 12-16 Agustus tersebut, masyarakat memiliki kesempatan untuk menyaksikan aksi para chef dalam membuat pahatan dari es, buah dan sayuran maupun mentega.
65
snapshot
Melestarikan
Kehidupan Bahari Melalui
Sanur Village Festival
66
Salah satu peserta parade budaya dengan beragam alat instrumen musik tradisional khas Bali Travelwan/Desy.R
M
enurut ketua panitia pelaksana SVF IB Sidharta Putra, Marine Life yang merupakan tema penyelenggaraan tahun ini merupakan cerminan dari pentingnya aspek-aspek tersebut dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Sanur. Berbagai pertunjukan seni budaya, oleh raga dan kuliner memeriahkan acara tahunan yang telah memasuki gelaran ke-4 di area seluas 4 hektar kawasan pantai Mertasari, Sanur. Aneka acara yang digelar diantaranya yaitu pameran instalasi seni rupa dan bonsai, pertunjukan seni tari, eksibisi kartun, festival makanan, yoga massal, festival layang-layang, kompetisi jukung maupun parade budaya. Tidak ketinggalan beragam kegiatan berbasis lingkungan seperti penanaman bibit bakau, pelepasan penyu dan kegiatan membersihkan pantai yang berlangsung sebelum acara utama dimulai. “Dalam festival ini juga diadakan workshop lingkungan dengan tema Blue and Green yang merupakan identifikasi untuk melindungi kelautan dan udara serta penghijauan,� tambah Sidharta. Ia berharap hasil komponen-komponen dari stakeholder maupun masyarakat dapat ikut memperhatikan lingkungan agar tidak terjadi konfrontasi dengan pariwisata. Target yang ingin dicapai yaitu Sanur bisa menjadi sebuah destinasi ekoturisme pada tahun 2015. Parade budaya yang diikuti oleh sekitar
700 orang menjadi acara pembuka yang disaksikan oleh Menbudpar Jero Wacik sebelum ditampilkannya tarian Puja Buana pada panggung utama. Penampilan harpa elektrik dari Maya Hasan dengan kolaborasi band menjadi salah satu sajian menarik pada hari pertama festival yang berlangsung dari tanggal 12-16 Agustus. Festival makanan juga menjadi daya tarik tersendiri dimana makanan dan minuman yang ditawarkan berasal dari hotel maupun restoran ternama. Tendatenda putih dan meja yang terpasang di atas hamparan rumput hijau ditempatkan berhadapan dengan panggung utama, sehingga pengunjung dapat langsung menikmati beragam hiburan sambil menyantap hidangan favorit.
Travelwan/Desy.R
Usaha untuk mempromosikan Sanur sebagai salah satu destinasi pariwisata di Bali dengan keragaman budaya dan eksotisme kehidupan bahari, dilakukan dengan kembali diadakannya Sanur Village Festival (SVF) 2009.
Menbudpar Jero Wacik memukul gong sebagai tanda mulai dibukanya Festival Sanur 2009 yang berlangsung di Bali.
Mengembalikan Image Aceh Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) kembali diadakan, kali ini berbarengan dengan Aceh International Expo (AIE) 2009 yang menggelar berbagai produkproduk unggulan di Aceh. Berbagai acara digelar dengan harapan mengembalikan serta memperkokoh identitas ke-Acehan masyarakat setempat.
doc. Hijrah Saputra
Melalui Pekan Kebudayaan
Pekan Kebudayaan Aceh, dengan beragam acara dan pameran , membuktikan bahwa Propinsi Aceh sudah aman untuk menerima kunjugan wisatawan domestik dan mancanegara.
A
cara dilaksanakan di 13 titik, diantaranya Taman Ratu Safiatuddin, Stadion H. Dimurtala, Mesjid Agung Baiturahman, Taman Sari, Taman Budaya, Museum Tsunami, Museum Prof. Ali Hasjmi, Lapangan Blang Padang, Krueng Aceh, Gedung Tgk. Chik Ditiro, Gedung AAC Dayan Dawood dan Anjong Mon Mata. Berlangsung selama 10 hari, tanggal 2-11 Agustus 2009, peresmian acara dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada 5 Agustus 2009 di Stadion H. Dimurtala, sekaligus peresmian Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda. Di Taman Ratu Safiatuddin, dibangun 23 anjungan kota dan kabupaten, yang menggambarkan Aceh mini, mulai dari Kota Sabang dengan wisata bawah lautnya, Kota Banda Aceh dengan wisata Pasca Tsunaminya, Kabupaten Aceh Utara dengan www.travelwan.com
doc. Hijrah Saputra
teks & photo: Hijrah Saputra
wisata sejarahnya, sampai Kabupaten Aceh Tengah dengan agrowisatanya, atau menikmati keindahan Hutan Konservasi Taman Gunung Leuser Kabupaten Aceh Tenggara dengan Bunga Bangkainya (Raflesia Achehensis) dan kota/kabupaten lain dengan keunikan masing-masing. Berbagai atraksi juga digelar, seperti pawai budaya, gebyar kesenian, dan tradisi, selain seminar dan lomba. Sementara itu, untuk wisata kuliner tradisional, tersedia Bakpia Sabang, Timphan, Roti Bhoi, Roti Cane, Mie Aceh, Martabak Aceh dan lain-lain. AIE yang diselenggarakan di kawasan Stadion H. Dimurtala, Mesjid Raya Baiturrahman, Gedung Sosial dan Halaman Taman Budaya memamerkan produk-produk unggulan tidak saja dari Aceh, tapi juga dari
Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, China, Jerman, Austria dan Provinsi Jeju Korea Selatan, Perancis, Italia, Potugal dan Turki. Beberapa provinsi juga ikut ambil bagian untuk memperkenalkan produk andalan mereka, misalnya Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Medan (Sumut), Kabupaten Kutai Kertanegara (Kaltim), dan Kabupaten Garut (Jabar) dan Kota Tangerang (Banten). Kedua kegiatan berskala internasional ini bertujuan untuk memperkenalkan potensi kebudayaan Aceh ke luar, menunjukkan pulihnya keamanan Aceh sebagai daerah tujuan wisata, memunculkan kenangan yang pernah ada tentang Aceh, dan meningkatkan kembali kunjungan wisatawan.
67
Imang Jasmine
Travelwan/Desy.R
Imang Jasmine
Arak-arakan warga Semarang memeriahkan Dugderan 2009.
Arak-arakan warga Semarang memeriahkan Dugderan 2009.
Dugderan 2009
Pelepasan arak-arakan Dugderan 2009.
di Semarang Makin Semarak Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Dugderan tahun ini diselenggarakan di lima titik di Semarang, dengan harapan lebih banyak masyarakat yang ikut menikmatinya. Kenyataannya, perayaan yang sebelumnya biasa dipusatkan di Masjid Agung Kauman tersebut menjadi benar-benar meriah. teks & photo: MJA. Nashir
D
ugderan berasal dari kata ’dug’ yang berarti suara bedug dan `der` yang menggambarkan suara meriam. ”Dugderan adalah penentuan awal bulan puasa yang dijadikan patokan bagi warga Semarang," ujar Asroti, ketua Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Semarang. ”Tradisi ini dimulai tahun 1881, saat pemerintahan Semarang dipimpin oleh Raden Mas Tumenggung Aryo Purba-
68
ningrat. Beliau selaku panutan masyarakat turun langsung untuk mengumumkan awal bulan puasa. Prosesi dimulai dengan arak-arakan prajurit Kadipaten Semarang mengawal beliau menuju Masjid Besar Kauman.” Dalam Dugderan selalu ada Warak Ngendog, sejenis binatang rekaan yang menjadi simbol acara dan terbuat dari kertas hias aneka warna. Tubuhnya seperti kambing, kepalanya mirip naga. Kata Warak berasal dari bahasa Arab wara' yang artinya
pengendalian diri. Dan endog dari bahasa Jawa yang artinya telur mempunyai makna sebagai benih. Warak Ngendog, hasil dari pengaruh campuran budaya Arab, Jawa and China, merupakan simbolisasi bahwa dalam bulan Ramadhan manusia diingatkan agar tidak berperilaku seperti binatang dan Ramadhan dijadikan sebagai benih untuk selalu berbuat kebajikan dan amal shaleh sehingga ketika lebaran tiba manusia seperti kembali terlahir suci (fitri). Kali ini arak-arakan Warak Ngendog dimulai dari halaman Balaikota, dipimpin oleh Walikota Sukawi Sutarip yang menaiki bendi hias, diiringi oleh tabuhan rebana, rampak kendang dan tari-tarian warak yang atraktif. Selain Balaikota, Dugderan juga dirayakan di empat titik lainnya, yaitu Masjid Agung Kauman, Masjid Agung Jawa Tengah, Masjid Baiturrahman, dan Lapangan Simpanglima. Acara lain selain karnaval, adalah senam massal, festival dolanan bocah, atraksi kesenian, dan pasar malam di jalan alternatif Masjid Agung Jawa Tengah.
snapshot
Pawai Budaya Nusantara 2009
‘Indonesia Kreatif Menuju Bangsa Mandiri’ Pawai Budaya Nusantara 2009 berlangsung semarak dan meriah. Sebanyak 33 propinsi di Indonesia mengirimkan wakilnya untuk menyajikan kolaborasi seni tari, musik dan tata busana unggulan daerahnya masing-masing. Bahkan tak kurang 3.315 penari terlibat dalam ajang Pawai Budaya Nusantara 2009 yang kegiatannya sekaligus ditujukan untuk memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-64.
Peserta provinsi DKI Jakarta. (Foto: Okto)
Salah satu peserta pawai mempertunjukkan tari kipas yang anggun. (Foto: Okto)
P
awai budaya ini dibuka langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pawai berlangsung dengan rute dari Jalan Medan Merdeka Utara, Istana Negara, melalui Panggung Kehormatan Utama Istana Merdeka kemudian menuju Jalan Medan Merdeka Barat, dan berakhir di Silang Monas. Sementara itu, Menteri Budaya dan Pariwisata Jero Wacik berharap retorika pawai budaya dapat dijadikan media untuk memaksimalkan kreativitas masyarakat. Menurutnya, selain sebagai bentuk kekhasan kehidupan yang disajikan sebagai hiburan, kegiatan ini juga dapat digunakan sebagai media penjelajahan kesejarahan budaya bangsa.
70
Provinsi Sulawesi Selatan dengan miniatur Phinisi, kapal tradisional khas daerah tersebut. (Foto: Okto)
Salah satu peserta pawai mempertontonkan tarian asal daerah mereka. (Foto: Okto)
Merayakan Kemerdekaan dengan Coklat Acara pawai terbagi dalam tiga tema besar. Tema pertama adalah Kebebasan yang menampilkan materi kesenian dengan menggambarkan semangat untuk lepas dari penjajahan melalui visualisasi tokohtokoh perjuangan atau mitos. Di tema ini disajikan garapan Swara Nusa, Gruda Mahardika sebagai pembuka. Tema ke dua memilih Kreativitas. Tema ini menampilkan prosesi karya seni budaya yang bersumber dari kreatifitas lokal yang bernilai seni dan budaya. Tema ini dibuka dengan persembahan garapan Kidung Saraswati yang mempesona. Dan tema ke tiga adalah Kemandirian. Tema ini menampilkan kesenian komunitas dengan kemandirian dan kearifan lokal berupa bentuk-bentuk tradisi yang terjaga kuat oleh komunitas yang diakui oleh masyarakat. Tema ini diawali dengan megahnya garapan yang diberi judul Bima Menjiwa. Pawai kemudian ditutup dengan sajian garapan Gelora Junjung Pertiwi. Selepas acara, diberikan penghargaan terhadap tiga penampil terbaik. Juri yang terdiri dari Didi Petet, Retno Maruti dan Nungki Kusumastuti memilih Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Barat sebagai pemenang tanpa peringkat.
Warna-warni kostum menambah semarak pawai budaya. (Foto: Okto)
www.travelwan.com
Mengambil uang logam yang diselipkan pada buah jeruk yang diolesi jelaga merupakan salah satu acara yang selalu ada dalam perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Jika jelaga diganti coklat, apa yang terjadi?
Anak-anak ditantang untuk membuat coklat chungky dan menyusunnya setinggi mungkin dalam waktu lima menit. (Foto: doc. KidZania)
A
nak-anak peserta lomba menjadi lebih sibuk menjilati coklat yang menempel di sekitar mulut mereka daripada mencabuti uangnya. Itulah yang terlihat di Kota KidZania saat anak-anak merayakan Hari Kemerdekaan RI ke 64 tanggal 17 Agustus 2009 bersama SilverQueen. PT Perusahaan Industri Ceres (SilverQueen) dan PT Aryan Indonesia (KidZania) mengajak anak-anak merayakan kemerdekaan ala Kota KidZania, ‘kota’ pendidikan dan hiburan seluas 7.500 m2 yang terletak di Pacific Place Mall lantai 6. Kehadiran SilverQueen membuat perayaan kemerdekaan menjadi sedikit berbeda. Di main square, anak-anak pengunjung KidZania berlomba menebak jumlah coklat dalam wadah dengan berbagai bentuk. Yang tebakannya benar
langsung mendapatkan hadiah. Selain Chocolate Guessing Games tersebut, juga ada lomba Chocolate Coins Bite Competition atau menarik uang logam, yang disisipkan dalam jeruk bali yang dilumuri coklat, dengan menggunakan gigi. Sementara itu di pabrik coklat mini SilverQueen, untuk lomba Chungky Bar Staking Competition anak-anak ditantang untuk membuat coklat chungky dan menyusunnya setinggi mungkin dalam waktu lima menit. Kehadiran bintang cilik Amel “Carla” menambah meriah suasana, belum lagi berbagai hadiah menarik seperti Nintendo, televise, handphone, and voucher KidZania. Sebagai kota pendidikan dan hiburan (Edutainment City), KidZania didesain selayaknya kota mini lengkap dengan berbagai fasilitas dan kegiatan. “Di paviliunpaviliun yang ada di KidZania, anak-anak bisa berperan seperti orang dewasa yang bekerja sebagai dokter, koki, mekanik, wartawan, aktor dan lain-lain. Ada sekitar 70 jenis pekerjaan di sini,” kata Andhi Saad, Marketing Director KidZania. Tak ketinggalan SilverQueen juga menghadirkan pavilion berupa pabrik coklat mini seluas 45,41 m2 yang bisa menampung 10 anak untuk ‘bekerja’ membuat coklat. Setelah bekerja selama 20 menit, mereka akan mendapatkan gaji sebesar 5 KidZos sebagai mata uang KidZania. Kehadiran pabrik coklat mini tersebut didorong oleh keinginan untuk memberikan pengetahun kepada anak-anak tentang proses pembuatan coklat dari buah cacao sampai siap disantap, kata Brand Manager SilverQueen, Susilawati Tjahjo. “Dengan demikian mereka tidak hanya menikmati, tapi juga mengetahui bagaimana coklat dibuat.”
71
calendarofevents Oktober Indonesia Maritim Expo 2009
The 13th Indonesia Furniture Show
2 - 4 Oktober 2009 Assembly Hall 1,2,3 JCC
10 - 18 Oktober 2009 Exhibition Hall A + B JCC
14-17 Oktober 2009 Arena Pekan Raya Jakarta
Pekan Budaya Sulawesi Tengah
Indonesia Tourism & Travel Fair 2009 2 - 4 Oktober 2009 Exhibition Hall A + B JCC
Energy Indonesia 2009 Building & Construction Indonesia, Electric Indonesia, Mining Indonesia, Oil & Gas Indonesia 2009
11 – 17 Oktober 2009 Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah
Foto: Okto
Asian Gas Exhibition 5 - 10 Oktober 2009 Plenary Hall JCC Foto: google
Nusa Dua Festival 7 - 21 Oktober 2009 Nusa Dua, Denpasar Bali
Indonesia Ornamental Fish Show 9 - 11 Oktober 2009 Assembly Hall 1,2,3 JCC
72
Cosmobeaute Indonesia 22 - 24 Oktober 2009 Cendrawasih Room 1/1 JCC
The 22nd Real Estate Expo 2009
Indonesia Textile and Apparel Fair 2009 (ITAF)
24 Oktober 1 November 2009 Exhibition Hall A JCC
1 - 24 Oktober 2009 Arena Pekan Raya Jakarta
INDOCOMTECH 2009
Hospital Expo 2009 28 - 31 Oktober 2009 Assembly Hall 1,2,3 JCC
28 Oktober 1 November 2009 Arena Pekan Raya Jakarta
upcomingevents
WIC Annual Charity Bazaar 28 - 29 Oktober 2009 Exhibition Hall B JCC
The 24th Trade Expo Indonesia 2009
4 - 8 November 2009 Cendrawasih Room 1/1 JCC
I ndonesia Book Fair 2009
4 - 8 November 2009 Assembly Hall 1,2,3 JCC
Oil 7 Fats International Asia Exhibition 2009
Festival Mesjid ASEAN
18-28 Oktober 2009 Nagoya Hill, Batam, Kepulauan Riau
Foto: Imang Jasmine
11 - 13 November 2009 Merak Room 1,2,3 JCC
Franchise & Business Concept 13 - 15 November 2009 Assembly Hall 1,2,3 JCC
All Print & Paper, Allpack, Digital & Media Sign Expo, Interpharma, Allplas Indonesia 2009
11-14 November 2009 Arena Pekan Raya Jakarta
Heating, Ventilation and Air Conditioning Indonesia 2009
19-21 November 2009 Arena Pekan Raya Jakarta
Jakarta Audio Pro Expo (JAPEX) 2009
www.travelwan.com
19-22 November 2009 Arena Pekan Raya Jakarta
73
Old Buildings, Old City, and Heritage Tourism Long before the colonial era, Indonesian ancestors also had the capabilities to build beautiful and strong constructions. Though most of them are in the form of temples built for religious purposes. (Photo by Lambok Sinaga)
74
Many old buildings (even the ones with significant historical backgrounds) in Indonesia are left damaged. Learning from the other countries who have successfully developed old buildings into cultural heritage tourism sites, local governments in Indonesia now start to follow suit.
W
hen the Dutch colonial government ruled Indonesia, then leaders constructed buildings for various purposes. They invited noted architects from Europe to create buildings with the strength of European contraction’s characteristics and adjusted to the tropical landscapes. The result were beautiful, unique and sturdy buildings which had many big windows for good air circulation. Long before the colonial era, Indonesian ancestors also had the capabilities to build beautiful and strong constructions. Although most of them are in the form of temples built for religious purposes. Unfortunately, the beauty of the buildings didn’t last forever. Many of them are neglected and start to ruin. A number of them had been demolished and turned into malls or shopping centers. It is only recently that the government seriously started to develop the old buildings into heritage tourism sites. Asep Kambali, founder of Indonesian History Community (Komunitas Historia Indonesia), said that it’s important to preserve the old buildings and set them up as tourism destinations. “By that way, the transfer of knowledge and heritage from generation to generation can also be kept firmly. That’s why the preservation of the buildings has to be done simultaneously with the story or history of what becoming of them.” He further said that the most challenging factor in developing heritage tourism sites was on how to make the old buildings
www.travelwan.com
into more interesting premises to visit. “That will need a good packaging to promote such destinations to the tourists without leaving the importance of historical education behind.” By giving Kota Tua (Old City) in West Jakarta as an example, Kambali showed how some certain activities such as night trail which was participated in by about 300 people, could increase the number of visitors significantly. While walking through the buildings, visitors are not only given information about the history behind their construction, but also the use of the buildings and the story from the architectural side. The problem is that many old buildings which are still in good conditions have been under poor maintenance for very-very long time, causing the need of huge fund for restoration. Yogyakarta, for instance, has so many areas with old buildings with big potentials to be developed into cultural heritage tourism sites, which spread from Merapi Mountain to southern sea line area, as well as Borobudur, to Prambanan and to Ratu Boko. According to Bayudono, specialized staff of Yogyakarta governor, strong commitments from all parties to set up an area full of old buildings to become heritage tourism site are needed. “The
government, private sector and people in general must shoulder to shoulder working on it. By the support of strong commitment to take care the old buildings, they will become valuable assets which will be easier to manage as economic resources.” Nicknamed ‘City of Art Deco Museum’, Bandung the capital city of West Java with 421 old buildings is trying hard to keep them from being destroyed and turned into modern commercial properties. A number of government policies have been ratified to protect the old buildings, but the possibility of losing some of them still looms. In the meantime, Solo in Central Java who has tagged itself as the city of culture, has set up a big plan to materialize the areas full of old buildings into heritage tourism sites. “We’re going to provide better pedestrian pathways along the Slamet Riyadi Street,” said Solo Mayor Joko Widodo. He added that heritage tourism packages under the theme of ‘Solo Tempo Doeloe’ (Solo in the past) have been promoted, inside and outside the country. “The historical sites like Bonrojo Sriwedari, Radya Pustaka Museum, and Partinah Tuin Balekambang will be developed further by adding more supporting facilities.” Some areas, according to him, would be set up as culinary tourism sites in the night. “The increasing number of flights coming to Solo hopefully will raise the number of tourists to visit the city. They will enjoy our richness in cultures here,” he said.
Intan City Bridge located at Jalan Nelayan Barat, West Jakarta, as an old bridge in Jakarta that has a large role in the development of of the city’s history. It had changed its name several times before it was called Jembatan Kota Intan (Kota Intan Bridge) according to the era. Originally in 1628 this bridge was built under the name of “Engelse Brug” (English Bridge), because it connected the Dutch fortress with the English fortress that lay opposite each other, bordered by Ciliwung River.
75
T
he long history of Kota Tua began in 3500 BC when people started to dwell on the bank of Ciliwung River, developing kampongs. Some of the kampongs still exist until now, such as Kampong Bandan, Kampong Luar Batang, Kampong Pecinan (China Town), Kampong Pekojan, and Kampong Angke. The concrete buildings started to rise in 1707 when the first structure of Stadhuis was constructed. Used to be the VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) ‘central government’ building, Stadhuis now has turned into Fatahillah Museum, where visitors can learn the history of Kota Tua which then developed into Jakarta. The construction of the other buildings, from religious purposes to stores and offices, then followed. Currently there are 284 building in the 864 hectares Kota Tua conservation area. The local government has been trying to revitalize the area by various patch-ups, including paving the pedestrian, setting up lighting system, and repainting the old buildings. “We hope that all the restoration efforts will relive Kota Tua and become more attractive for tourists. We also plan to develop creative industry in the area,” said Aurora Tambunan, Deputy Governor of DKI Jakarta for Culture and Tourism. He added that since revitalizing such an old city needed a huge fund, the local government called on all parties, including the private sectors, to participate in it. “Last year, the restoration of syahbandar (harbor), as a part of the Bahari (Marine) Museum only, we spent Rp2 billion. Kota Tua is a valuable asset of Jakarta, not only for tourism industry but also to be used as cultural center for 8.5 million Jakarta people. For the latter purpose, there are some art and cultural performances staged here.” Tambunan further said that there were a number of buildings in Kota Tua still in bad condition and is need of restoration. Due to the limited fund the local govern-
Revitalizing
‘Old City’
Kota Tua (Old City), an area of old buildings aging hundreds of years in West Jakarta, has been revitalized since being declared as the nation’s cultural heritage conservation in 1970s. The revitalization is still going on, in a bid to make Kota Tua become a favorite tourism destination.
Museum Fatahillah. Photo by: Lambok Sinaga
76
ment able to allocate to the purpose, he would ask the owners to take part in funding the renovation. According to Djoko Ramadhan, the West Jakartan government has been tracking down the owners of the building; some have been found while the rest were still in searching. “The government’s program to repaint all the old buildings has been started, especially the ones under the government’s ownership. Meanwhile, we also contacted the private owner who expressed their enthusiastic agreement to repaint their buildings.” New lightings have also been placed on 2,041 spots in the Kota Tua area, including at the Fatahillah Museum, Puppet Museum, Ceramic Museum, Beos Train Station, on the river bank and the Kota Intan bridge. The lightings make the old city look more beautiful at night. To attract more visitors, some activities were held in the area, such the celebration of the 64th Independence Day
www.travelwan.com
last August by holding a music performance and ‘Jakarta Night Trail’ which was participated in by 300 young people. “The Jakarta Night Trail is an event in which the participants walk through the old city area, to make them know better about the historical buildings and the surroundings,” Tambunan said. There are six museums you can visit in Kota Tua, namely Fatahillah or Jakarta History Museum, Puppet Museum, Art and Ceramic Museum, Marine Museum, Bank Indonesia Museum and Bank Mandiri Museum. Fatahillah Museum occupies 1,300 square meters, comprising a building and a yard or park in front of the building called Taman Fatahillah. The yard used to be a place for hanging rebels and criminals by the Dutch colonial leaders. In the building of Fatahillah Museum, visitors can learn the long history of Jakarta from the displays of archeological evidences, encrypted stones and other historical objects. An old canon named Si Jagur on the front yard becomes the
‘trade mark’ of the museum, the most favorite spot for taking pictures for the visitors. Used to be a church, Puppet Museum displays objects related to puppet show, either the Indonesian kinds and the ones from the other country as well. In this museum, you can finds puppets made of wood, leather, cardboard, and dried grass. A number of puppets came from Europe, Thailand, Suriname, China, Vietnam, India and Colombia. The museum holds a puppet show regularly. The building of Art and Ceramic Museum was build in 1870 to be used as a court. The collections on the display are artworks and ceramics, made from the year of 1800s to currently. They came from all regions across Indonesia, including Raden Saleh’s paintings, Totem statues by Asmat tribes in Papua, Balinese statues, and various kinds of ceramics from Indonesia and other countries. In Bank Indonesia Museum, you can learn the history of the Indonesian Central Bank from its founding in 1953 until today, along with the financial policies taken by then government and the reasons why. After being upgraded and inaugurated by President Bambang Susilo Yudhoyono on July 21, 2009, the museum is now equipped with modern facilities such as touch screens and floating coin fun game. Bank Mandiri Museum exhibits old banking equipment and old money, featuring the banking operation in the past. The objects on the display include various safe deposit boxes, bonds, vaults, mechanical calculating machines and so on. The museum building itself is interesting in terms of the architectural side, such as the mosaic pattern of the floor, the stained glasses and the big poles to support the 4-storey building. Marine Museum building was constructed in 1652. VOC used the building as a warehouse to keep the spices before being shipped abroad. The museum displays collections of traditional boats like Phinisi and Kora-Kora, in miniature as well as in actual size. In general, you can learn overseas trading in the past, using the ships as the main transportation means.
77
Liping Artworks:
Traditional Daily Livings
in Miniature
Bejo Wage Suu called the figurine artworks as Seni Liping or the art of living. Photo: Desy. R
Concerned by the already gone many traditional daily activities in Javanese society such as drawing a bail of water from a well, replaced by piping water supply, artist Bejo Wage Suu features them in the miniatures made of pine wood.
“M
any daily activities which were common in the past, now have become a rare sight even in the village, due to the modernization,” he said, adding that grinding rice using wooden pestles is now replaced by machinary rice mill, while for cooking rice people use rice
78
cooker instead of a traditional aluminum steamer called dandang like they used to. In a bid to preserve the activities for the next generations, Bejo started to portray them into wooden miniatures in 1999. “These artworks are featuring the past traditions to educate the youths about the daily life of their great-great parents.” He called the figurine artworks as Seni Liping or the art of living. “The Javanese people usually pronounce living as liping.” In 2002, he put the brand name of Jopajapu to his products when the figurines became popular and widerly marketed from previouly only sold on the streets in Yogyakarta. Bejo said that he autodidactly learned how to craft wood and the source of inspirations was his childhood neighborhood in Surakarta. After participating in the Festival Keraton Nusantara (National Royal Festival) in 2004, the demand on his artworks has been incrasing significantly and he found out that such an event was a good means for promotion. His products attract all ages, from children to adults who take them as art collections. “I use pine wood because it’s easy to craft and cheap, while for coloring, I use the textile dyes because they penetrate the wood very well without damaging the pores.” So far Bejo have created 150 simple designs and 20 sophiscated ones for collec-
tion purposes. “The products are also classified into three categories namely (for the) store, exhibition and collector.” For simple design, one figurine can be finished less than an hour, he said, adding that assisted by three craftmen Jopajapu produced about 2,000 figurines per month. “We get the orders in queue until July 2010, most of them from buyers in Jakarta.” The long waiting list, according to him, was caused mostly by the lack of human resources with such specific skills. With the size of 7x7 cm in width and 10 cm in height, the price tags range from Rp50,000 to Rp5,000,000. There are also special orders with more higher prices, depending on how difficult to make them. When participating in an exhibition, Bejo cooperated with noted painter Darminto, to make the figurine of an artist painting the face of the buyer. The buyer’s face drawn by Darminto on a 5x5 cm paper. The works he considered as masterpiece were the miniatures of shadow puppets and boxes of chess. The Baratayudha Chess grabbed Inacraft Award 2009 and was bought by a collector for Rp10,000,000, while the Mataram Chess and shadow puppets got Handicraft National Award. Bejo said that he hoped in the future he could feature the traditions in the other provinces across the country into the figurines and introduced them to the other countries.
The Mataram Chess got the Handicraft National Award. Photo: Desy. R
Singapore Airlines flies A380 to Melbourne starting on September 29. The city will be the second destination in Australia and the sixth route in the airline’s network to be served by the superjumbo. The daily A380 flights replaced an existing Boeing 747-400 operation to Melbourne.
tourisminbrief
airliners.net
Garuda Indonesia is set to transport 114.434 pilgrims from Indonesia in the 2009/2010 hajj season. The number increased around 7% compared to previous year which reached a total of 107.109 people. The first/departure phase is scheduled to fly on October 23 to November 21, 2009 while the second/arrival phase to take off on December 2, 2009 to January 1, 2010.
Low cost airline AirAsia X launched a direct flight connecting Kuala Lumpur to Chengdu, China which will be operating on October 20. The four direct flights weekly will be served by Airbus A330-300 which holds 383 seats, comprising 28 premium seats and the rest are economy. airliners.net
airliners.net
Ten Exhibitors of South East Asia will participate in the 7th Smesco Festival scheduled to be held on October 14-18 at Jakarta Convention Center. They will occupy 30 stands of 500 booths which are provided by the organizer. The festival offers a huge finest selection of Indonesian creative economy products such as furniture, garments and accessories.
Various tourist attractions such as the nature of ocean, ethnical cultures, history and traditional arts will blend harmoniously in the event called Takabonerate Islands Expedition 2009 to be held in October. Marine and cultural events will be two main agendas in the festival to take place in Selayar regency, South Sulawesi, as a means to promote marine tourism in the region. jogjacarnival.com
dinasukm.jakarta.go.id
www.travelwan.com
The Tourism Department of Yogyakarta Province has a high hope that Festival Malioboro, to be held in October, could be able to become a new icon for the city. Apart from art and cultural attractions and music performances along side of Malioboro street, the organizer will also present workshop and seminar with a theme Malioboro in the past and future.
79
travellogue
AntaraVolunteer,
Nasi Kotak dan Ulat
Sepintas memang tidak ada hubungan antara volunteer, nasi kotak dan ulat. Tetapi ketiga kata itulah yang paling membekas dari perjalanan meliput acara Asia Africa Art & Culture yang berlangsung di Bali pada pertengahan Agustus lalu. teks: Desy. R ilustrasi: Hermawan
A
walnya sempat bertanya-tanya kenapa undangan liputan menuju Bali menggunakan jalan darat alias menggunakan bus. Biasanya untuk jarak yang lumayan jauh, wartawan akan difasilitasi menggunakan pesawat demi efisiensi waktu. Pertanyaan tersebut terjawab pada saat hari keberangkatan ketika saya sampai di meeting point. Ternyata rombongan yang berangkat adalah para volunteer (sukarelawan) di acara tersebut, walaupun terdapat pula beberapa peserta yang akan berpartisipasi dalam perhelatan seni dan budaya dari bangsa-bangsa Asia Afrika ini. Maka dimulailah awal perjalanan dengan mengambil rute Bandung menuju Semarang untuk kemudian menjemput dua orang peserta asal Surakata keesokan paginya. Nasi kotak menjadi pembuka menu makan malam yang untuk selanjutnya akan setia mengisi perut di kala lapar selama dua minggu ke depan. Demi keamanan perjalanan, panitia rupanya berpesan pada pak supir agar tidak memacu kendaraan di atas 80 km per jam. Alhasil bus pun melaju secara konstan dan hanya menyalip truk-truk yang berjalan lebih lambat.
80
Dengan menggunakan jalan darat yang tentunya memakan waktu lebih lama, urusan ke belakang tidak bisa dianggap sepele. Karena bus yang disewa tidak memiliki fasilitas toilet maka para penumpang memanfaatkan waktu mengisi bensin untuk keperluan ke belakang. Namun jika di tengah-tengah perjalanan ada penumpang yang sudah tidak bisa menahan panggilan alam tersebut, maka bus terpaksa berhenti di SPBU terdekat. Hal-hal seperti inilah yang membuat waktu tempuh terasa sangat lama, belum lagi pada waktu keberangkatan ban dari bus yang kami tumpangi sempat bocor. Waktu perjalanan pun bertambah untuk mengganti ban yang bocor dengan ban serep dan menambal ban tersebut untuk berjaga-jaga dari kemungkinan terburuk. Praktis selama dua malam kami lewatkan di dalam bus tanpa berkesempatan untuk mandi. Untungnya sewaktu berangkat, kami sempat singgah di salah satu rumah orang tua panitia yang terletak di Semarang. Di sana tuan rumah telah mempersiapkan teh dan kopi hangat beserta pisang goreng dan kue-kue kecil untuk camilan. Mereka juga berbaik hati menyediakan sarapan dengan menu soto Semarang lengkap dengan sambal dan kerupuk udang.
Tidak hanya itu, mereka dengan senang hati mempersilakan kami menggunakan kamar mandi yang ada di rumah tersebut untuk membersihkan diri. Namun karena harus bergantian, kebanyakan anggota rombongan hanya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Pengalaman dengan ulat ditemui pada saat perjalanan pulang menuju Jakarta. Pada waktu itu kami sempat singgah di Goa Jatijajar, salah satu obyek wisata yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Panitia sudah tidak menyediakan nasi kotak untuk makan siang, sehingga kami bersantap di salah satu warung yang terdapat di kawasan wisata tersebut. Sayang masyarakat kita masih kurang menghargai kebersihan, dalam kuah-kuah mie ayam yang kami pesan dapat ditemui beberapa ulat yang sepertinya berasal dari daun sawi. “Ada ulatnya ya Mbak? Di mangkuk saya juga sama tapi cuek aja, orang Jepang juga makan ulat,� ujar seorang volunteer. Jika dipikir-pikir ternyata menyantap nasi kotak selama dua minggu peliputan tidaklah terlalu buruk jika dibandingkan dengan mie ayam plus ulat yang kurang higienis tersebut.