BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan ini di mulai ssat sang bayi berada di dalam kandungan ibu. Saat di dalam kandungan, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga ia dilahirkan. Setelah ia dilahirkan, anak mengalami pertumbuhan yang bisa di amati langsung, dari sisi perkembangan fisik, kognitif bayi, kemampuan berbicara, serta kemampuan sosioemosionalnya. Dalam perkembangannya, setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Ada yang sesuai dengan teori perkembangan secara umum dan ada juga yang mengalami hambatan dalam perkembangannya. Dan terdapat juga yang mengalami kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini ada yang disebabkan karena faktor dari dalam atau karena faktor dari luar, misal dari faktor dari dalam yaitu gen anak dan faktor dari luar yaitu stimulus yang kurang diberikan pada anak. Maka dari itu,penulis melakukan penelitian tentang perkembangan anak agar mengetahui proses perkembangan anak dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi perkembangan. 2. Rumusan Masalah Beberapa masalah yang akan dibahas dalam penilitian ini yaitu : a. Apakah perkembangan anak sesuai dengan teori kajian? b. Adakah hambatan dalam perkembangan anak? 3.
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan hasil penelitian perkembangan anak yaitu : a. Untuk mengetahui kesesuaian perkembangan anak dengan teori kajian b. Untuk mengetahui hambatan dalam perkembangan anak 1
4. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode langsung dengan wawancara kepada narasumber. Penulis menggunakan angket pertanyaan mengenai perkembangan anak yang di jawab lamgsung oleh narasumber yaitu ibu dari obyek yang diteliti. 5. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian perkembangan anak dilakukan di kota Malang tepatnya pada hari Kamis, 21 Mei 2015.
2
BAB II KAJIAN TEORI 1. Perkembangan Fisik dan Motorik Masa kecil sering disebut sebagai “ saat ideal� untuk mempelajari keterampilan motorik. Hal ini karena tubuh anak lebih lentur daripada tubuh remaja atau orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran. Anak juga belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari keterampilan baru lebih mudah. Secara keseluruhan, anak lebih berani pada waktu kecil daripada saat telah dewasa. Oleh karena itu,mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Para remaja dan orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, anak-anak menyenangi yang demikian. Dan juga anak memiliki tanggungjawab dan kewajiban yang lebih kecil, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar menguasai keterampilan. Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja. Melainkan keterampilan harus dipelajari. Studi tentang bagaimana anak mempelajari keterampilan motorik, telah mengungkap delapan kondisi penting dalam mempelajari keterampilan tersebut. Hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik yaitu : a. Kesiapan belajar Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang sudah siap, akan lebih unggul daripada oleh orang yang belum siap untuk belajar. b. Kesempatan belajar Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak meyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya. c. Kesempatan berpraktek
3
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampila. Meskipun demikian, kualitas praktek jauh lebih penting daripada kuantitasnya. Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembangan kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien. d. Model yang baik Karena dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu model memaikan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik anak harus dapat mencontoh model yang baik. e. Bimbingan Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari sengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. f. Motivasi Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari keterampilan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian, dan gengsi yang diperoleh dari kelomok sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah. g. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan dan keterampilan kaki. Melainkan, setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga setiap keterampilan harus dipelajari secara individu. Sebagai contoh, memegang sendok untuk makan akan berbeda dengan memegang krayon untuk mewarnai. h. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu Dengan mencoba mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara serempak, khususnya apabila menggunakan kumpulan otot yang sama, akan membingunkan anak dan 4
akan menghasilkan keterampilan yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. Apabila sesuatu keterampilan sudah dikuasai, maka keterampilan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan. 1 Anak juga mengalami perkembangan motorik halus. Lukisan anak-anak menjadi lebih simbolik selama tahun kedua dan ketiga, mereka menunjukkan pertumbuhan yang teratur dalam kompleksitas dan kecanggihan. Sekitar tahun kedua anak-anak mulai mencoret-coret, namun jarang sekali mencoba menggambar benda-benda secara spesifik, namun jika ditanya, mereka akan menjawab bahwa coretan itu merupakan gambar anjing, kucing atau orang. Tetapi pada usia 3 tahun, anak-anak telah menciptakan bentuk simbolik yang menyerupai binatang atau orang. Dalam suatu penelitian, seorang penyelidik menggambar sebuah wajah skematis pada secarik kertas. Ia memberikan secarik kertas dan menyuruh anak itu menggambar gambar tersebut. Urutan pertumbuhan sangat serupa bagi anak-anak walaupun kebudayaan berbeda. Pada usia sekitar 16 bulan usaha pertama untuk meniru wajah itu, biasanya menghasilkan coretan berupa garis-garis yang sejajar. Selama fase berikutnya yang timbul sekitar 20 bulan, anak-anak menciptakan pendekatan dari sebuah lingkaran, namun tidak memasukkan elemen lain yang menggambarkan mata, hidung, atau mulut. Pada ulang tahun kedua kebanyakan anak keluarga kelas menengah Amerika mampu menggambar sebuah lingkaran dan pada usia 30 bulan, kebanyakan anak mencoba menggambar beberapa titik atau garis dalam lingkaran untuk menunjukkan bagian dari wajah. Dalam perkembangannya anak juga mengalami beberapa keterampilan yaitu : a. Keterampilan tangan 1) Makan sendiri Selama bagian terakhir kehidupan tahun pertama, anak sudah mencoba memegang botol susu atau cangkir, dan mengambil sendok yang digunakan untuk memberikan makanannya. Pada umur 8 hulan anak dapat memegang botol susu yang dimasukkan ke mulutnya dan sebulan kemudian dapat membetulkan letak botol susu itu didalam mulutnya. Pada umur 11 dan 12 bulan, sewaktu-waktu anak yang memegang cangkir dan mencoba makan sendiri.
1
Hurlock, Elizabeth. Perkembangan Anak. Hal. 185
5
Pada akhir tahun kedua, anak menggunakan sendok dan garpu dengan baik. Pada tahun ketiga, anak dapt mengoleskan mentega atau manisan pada roti dengan menggunakan pisau. Kalau diberi bimbingan dan kesempatan berlatih, setahun kemudian sebagian besar anak dapat menyayat daging lunak dengan sebilah pisau. Pada saat meraka telah siap untuk bersekolah, usia 6 tahun sebagian besar anak sudah menguasai semua tugas yang digunakan dalam keterampilan makan sendiri. 2) Menangkap dan melempar bola Sebagaian anak yang berumur 2 tahun dapat menggulirkan bola, bahkan mungkin mencoba melemparkannya. Meskipun demikian, pada umur 4 tahun hanya sedikit anak yang dapat melemparkan bola engan baik. Meskipun pada setiap umur terdapat perbedaaan penguasaan, sebagian besar anak pada umur 6 tahun sudah terampil melemparkan bola. Karena keterampilan menangkap bola jauh lebih sulit daripada keterampilan melempar bola, maka keterampilan menangkap bola berkembang kemudian. Sebagai contoh, hanya sedikit anak yang berumur 4 tahun terampil menangkap bola, sedangkan pada umur 6 tahun diperkirakan baru dua pertiga anak yang terampil. Pada waktu bola dilemparkan kepadanya, mula-mula anak menangkapnya dengan seluruh tubuhnya. Kemudian dengan gerakan yanga agak teratur, mereka menggunakan tangan. Setelah berumur 6 tahun, mereka mulai menyempurnakan gerakan tangan yang terkoordinasi sehingga anak dapat menangkap bola dengan telapak tangannya. 3) Keterampilan kaki Setelah anak berumur 18 tahun, perkembangan motorik pada kaki pada dasarnya terdiri atas kesempurnaan berjalan dan perolehan keterampilan yang berkaitan dengan kaki. Sebagai contoh, sebelum anak berumur 2 tahun, merka dapat berjalan menyamping dan mundur. Dengan dibantu mereka dapat berdiri diatas kaki sebelah, dan setelah setahun kemudian mereka dapat melakukannya tanpa bantuan. Sebelum ulang tahun yang kedua,anak dapat berjalan dengan berjngkat dan antara umur lima dan enam tahun, anak dapat berjalan di atas sebilah papan kecil yang salah satu ujungnya ditinggikan atau mengikuti sesuatu garis pada lantai dengan keseimbangan yang cukup baik.
6
4) Mendaki Sebelum anak dapat berjalan mereka dapat memanjat dengan merangkak dan merayap. Pola menaiki tangga hamper serupa dengan cara merayap. Sebagi contoh, anak yang merayap dia atas tangan dan lutut mereka, akan menaiki tangga di atas tangan dan lutut mereka. Anak yangmerayap dengan satu tangan satu lutut, dan satu kaki menaiki tangga dengan cara itu. Dalam menuruni angga, umumnya anak merangkak mundur. Sebelum anak berumur 2 tahun, mereka dapat turun naik tangga dengan dibantu atau memegang tangan tangga. Pada mulanya kaki yang sebelah ditempatkan pada anak tangga yang satu, kemudian kaki yang satu lagi ditarik dan diletakkan dekat kaki yagn pertama. Setiap saat digunakan kaki yang sama untuk melangkah untuk melangkah lebih jauh. Kemampuan tersebut diperoleh pada waktu anak mendekat ulang tahunnya yang ketiga. Cara yang serupa digunakan dalam menuruni tangga. Dengan berlatih, secara perlahan anak melepaskan tangan dari pegangan tangga dan sepertihalnya dalam berjalan, meraka menggunakan kai bergantian. Cara menaiki tangga seperti orang dewasa dapat dilakukan oleh anak umur 4 tahun, apabila diberikan kesempatan yang luas untuk berlatih. 5) Megendarai sepeda roda tiga dan roda dua Pada umur dua tahun, beberapa balita dapat mengendarai sepeda roda tiga. Akan tetapi, kebanyakan anak dapat mendorong sepedanya berkeliling dan mereka dapat menaikinya apabilaada orang yang memegang tempat duduk sepedanya. Meskipun demikian, anak yang berusia antara 3 atau 4 tahun yang mempuyai kesempatan untuk mempelajari cara mengendarai roda tiga dapat melakukannya. Setelah anak merasa lebih percaya diri atas keterampilan untuk mengendarai sepeda roda tiga, banyak anak berakrobat dari sepedanya, misalnya dengan mengendarai sepeda kea rah belakang, memutar sepedanya pada roda belakang daripada pada semua rodanya atau mengendarainya sambil berdiri.
7
2. Perkembangan Kognitif Dalam pemecahan masalah seorang anak akan mendeteksi hubungan antara apa yang diketaui anak dan elemen sebuah problema merupakan inti untuk mendapatkan penyeleaian yang baik. Anak diberi masalah berikut : pada suatu malam yang dingin dan angin kencang, seorang laki-laki berada dalam sebuah ruangan yang keempat jendelanya tidak berkaca. Barang-barng yang ada dalam ruang itu hanyalah beberapa botol, sebuah pot dan setumpuk kertas Koran bekas. Apa yang dapat dilakukan orang itu untuk melindunginya terhadap dingin? Kunci permasalahannya ialah untuk mendeteksi hubungan antara keadaan yang kurang penting dari sebuah Koran yang dapat digunakan untuk menutupi ruangan yang terbuka. Walaupun semua anak mengetahui bahwa kertas Koran dapat untuk cara lain, kebanyakan tidak mungkin mengambil kembali gagasab itu dan menggunakan pengetahauannya dalam konteks ini. Contoh ini mengandung karakteristik kunci dalam membangkitkan hipotesis. Kebanyakan anakanak dan orang dewasa memecahkan masalah yang telah rutin; yaitu cara pemecahan yang telah diketahui. Pintu macet, maka orang akan menariknya dengan lebih keras. Ruangan yang dingin, maka orang memakai mantel. Dalam hal semacam dan sejumlah keadaan lain, orang itu mengaktifkan peraturan yang telah berhasil dilakukan di masa lalu. Hampir tidak ada kegiatan berpiir, reaksi tersebut dapat dikatakan otomatis.2
3. Perkembangan Bicara Belajar bicara adalah proses yang panjang dan rumit. sebelum anak siap untuk belajar, lam menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Jika tidak, maka periode ketidakberdayaan anak akan berlangsung lama. Sebagian besar anak belum mengucapkan sepatah katapun sebelum mereka berumur 12 sampai 15 bulan. Komunikasi mereka tentunya masih dalam bentuk persiapan bicara. Mereka akan terus menggunakan bentuk komunikasi persiapan sebelim mereka menguasai keterampilan berbahasa yang cukup untuk menggunakan kata-kata yang berarti yang dapat dipahami orang lain. Selam tahun pertama dan tengah tahun kedua pascalahir, sebelum anak mempelajari kata-kata yang cukup untuk digunakan sebagai 2
Paul Henry Mussen. Perkembangan dan Kepribadian Anak. (Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama,1987). Hal. 220.
8
bentuk komunikasi, meraka menggunakan empat bentuk komunikasi prabicara yakni : tangisan ; bunyi yang meledak yang segera berkembang menjadi celoteh ; isyarat; dan ekspresi emosional. Dari keempat bentuk tersebut yang paling penting dalam perkembangan bicara adalah berceloteh karena akan menjadi dasar bagi bicara yang sesungguhnya. Seperti halnya semua hal yang sifatnya darurat, bentuk komunikasi prabicara sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir. Berbicara merupakan keterampilan, dan seperti halnya semua ketermpilan, ia harus dipelajari. Bicara terdiri atas dua hal yaitu, kemampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam kombinasi yang dikenal sebagai kata dan kemampuan mengaitkan arti dengan kata-kata tersebut. Diperlukan adanya koordinasi otot untuk menghasilkan kombinasi suara yang dikenal sebagai kata. Keterampilan yang mungkin dipelajari anak dengan metode coba dan ralat atau dengan meniru model tertentu mungkin kurang efektif daripada apabila dipelajari melalui pelatihan. Karena bicara adalah keterampilan mental motorik, disamping mempelajari cara megucapkan kata-kata, anak juuga harus mengartikan arti kata-kata tersebut. Kemudian kata-kata akan menjadi simbol bagi orang atau obyek yang diwakilinya. Adapun beberapa hal penting dalam proses belajar berbicara yaitu : a. Persiapan fisik untuk berbicara Kemampuan berbicara bergantung pada kematangan mekanisme bicara. Pada waktu lahir, saluran suar kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah tidak terlalu besar untuk saluran suara. Sebelum semua sarana itu mencapai bentuk yang lebih matang, syaraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diprlukan bagi kata-kata. b. Kesiapan mental untuk berbicara
9
Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan otak, khususnya bagianbagian asosiasi otsk. Biasanya kesiapan tersebut berkembagn diantara umur 12 dan 18 bulan dan dalam perkembangan bicara dipandang sebagai “ saat diajar � c. Model yang baik untuk ditiru Agar anak tahu mengucapkan kata dengan betul dan kemudian menggabungkannya menjadi kalimat yang betul, maka mereka harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Model tersebut mungkin orang di lingkungan mereka, penyiar radio atau televise, dan actor film. Jika mereka kekurangan model yang baik, maka mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai di bawah kemampuan mereka d. Kesempatan untuk berpraktek Jika karena alas an apapun kesempatan berbicara dihilangkan, jika mereka tidak dapat membuat orang lain mengerti, mereka akan putus asa dan marah. Ini seringkali melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara. e. Motivasi Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan tanpa memintanya dan jika pengganti berbicara seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka dorongan untuk belajar bicara akan melemah. f. Bimbingan Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah, pertama, menyediakan model yang baik, kedua, mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga, memberikan bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut. Belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah tetapi saling berhubungan satu sama lain, yakni : belajar mengucapkan kata, membangun kosa kata, dan membentuk kalimat. Karena ketiga prose situ saling berkaitan, kegagalan mguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara. 10
a. Pengucapan Tugas yang pertama dalam belajar berbicara adalah belajar mengucapkan kata. Pengucapan dipelajari dengan meniru. Sebenarnya anak hanya “ memungut ” pengucapan kata dari orang yang berhubungan dengan mereka. Keseluruhan pola pengucapan anak akan berubah dengan cepat jika anak ditempatan dalam lingkungan baru yang orang-orang dilingkungan tersebut mengucapkan kata-kata yang berbeda. Karena keluwesan anak meniru bunyi sebagai akibat kekenyalan mekanisme suara dan belum ada kebiasaan pengucapan yang sudah matang, sebagian orang tua dan pendidik berpendapat bahwa awal anak-anak adalah saat yang tepat untuk memulai mempelajari bahasa asing. Jika anak mempelajari pengucapan yang betul, kemudian merasa senang, maka mereka akan dapat “ berbicara seperti bahasa ibu ”. Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya. Perbedaan dalam ketepatan pengucapan sebagian bergantung pada tingkat perkembangan mekanisme suara tetapi sebagian besar bergantung pada bimbingan yang diterimanya dalam mengaitkan suara kedalam kata yang berarti. Perbedaan logat timbul karena meniru model yang pengucapannya berbeda ari yang biasanya digunakan, seperti dalam kasus anak berbahasa dua yang meniru logat orang tua yang lahir di luar negeri. b. Pengembangan kosa kata Tugas kedua dalam belajar berbicara adalah mengembangkan jumlah kosa kata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi. Karena banyak kata yang memiliki arti yang lebih dari satu dan karena sebagian kata bunyinya hampir sama, tetapi memiliki arti yang berbeda. Dalam pembelajarannya anak terlebih dahulu mempelajari arti kata yang sangat dibutuhkannya. Akan tetapi, sebelum kosa kata yang mereka butuhkan memadai jumlahnya, mereka masih terus menggunakan isyarat sebagai pengganti. Anak mempelajari dua jenis kosa kata yakni, kosa kata umumdan kosa kata ganda khusus. Kosa kata umum terdiri atas kata yang dapat digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda seperti : “ manusia ”, “ baik ”, dan “pergi”. Sebaliknya, kosa kata ganda khusus 11
terdiri atas kata dengan arti spesifik yang hanya dapat digunakan dalam situasi tertentu. Karena kata-kata kosa kata umum paling banyak digunakan, maka kata-kata tersebut dipelajari terlebih dahulu. Pada setiap jenjang umur, kosa kata umum lebih banyak daripada kosa kata khusus. c. Pembentukan kalimat Tugas yang keiga dalam belajar bicara, yaitu menggabungkan kata ke dalam kalimat yang tata bahasanya betul dan dapat dipahami orang lain, adalah yang palling sulit dari ketiga tugas tersebut. Itulah sebabnya mengapa tugas ini lebih kemudian dikuasai abak ketimbang dua tugas lainnya. Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata, yakni ata benda atau kata kerja, yang kemudian digabungkan dengan isyarat,untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh. Anak yangberusia 2 tahun menggabungkan kata ke dalam kalimat pendek yan seringkali berupa kalimat tidak lengkap yang berisi satu atau dua kata benda, satu kata kerla, dan kadangkadang satu kata sifat atau kata keterangan. Mereka menghapuskan : kata depan, kata ganti, dan ata sandang. Bentuk kalimatnya adalah. “pegang boneka”, “pergi tidur”, “selamat jalan”, “ingin minum”. Pada waktu anak berusia 4 than, kalimat mereka hampir lengkap, dan setahun kemudian kalimatnya sudah lengkap berisi semua unsur kalimat. 4. Perkembangan Sosio-Emosional Dalam perkembangan anak terdapat beberapa teori yaitu : a. Teori psikoanalitik Konsep Sigmund Freud megenai hubungan bayi dengan orang tuanya didasarkan pada anggapan para psikolog menekankan hubungan anak-anak dengan orang yang mengasuh mereka, dan menganggap bahwa interaksi ini merupakan dasar utama perkembanan emosi dan kognitif. Freud mengatkan bahwa bayi dilahirkan dengan naluri biologis yang menuntut kepuasan. Kebutuhan seorang ana akan makanan,kehangatan, dan pengurangan rasa sakit member gambaran akan “ dorongan keras untuk memenuhi kepuasan indranya”. Freud menggambarkan dasar biologis dorongan ini sebagai sejenis energy fisik yang disebut libido.
12
Freud melihat bahwa aktivitas, orang, dan obyekk di mana seorang anak menanamkan energy libidonya berubah menurut cara yang dapat diramalkan dengan bertambahnya usia anak. Freud mengatakan bahwa kejadian di sekitar pemberian makan merupakan sumber kepuasan yang penting. Jika seorang anak di beri makan serta diasuh dengan baik, maka perhatian mereka yang berasal dari energy libido, diarahkan pada orang yang member keputusan tadi. Freud mengatakan prose ini kateksis. Ia melihat bahwa bayi secara kesinambungan menanamkan energy karena permukaan ini penting dalam proses makan. Atas dasar alasan tersebut, Freud menyebut periode bayi ini sebagai tahap oral. Freud mengatkan bahwa pemuasan kebutuhan oral seorang anak yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat memperlambat pertumbuhan anak ke tahap perkembangan berikutnya : yaitu fiksasi atau ketahanan internal dalam mengubah energi libido menjadi rangkaian obyek baru dan aktifitas yang mungkin terjadi. b. Teori belajar sosial Para ilmuan mengatkan bahw aras lapar, haus, dan sakit merupakan dorongan dasar bagi bayi untuk bertindak, namun para pengamt perilaku ini menolak konosep libido Freud kareb tidak dapt diukur. Mereka percaya bahwa dorongan untuk suatu perubahan psikologis bukan merupakan perasaan dan kateksis yang tidak kelihatan, melainkan dorongan biologis dan tenggapan lain yang dapat di ukur. Suatu kejadian yang memuaskan kebutuhan biologis seorang anak disebut penguat primer. Orang atau benda lain yang berada disekitarnya pada saat dorongan, menurun menjad penguat sekunder. Alasan ini bersambung melalui hubungannya dengan penguat primer. Teori bayi yang mendominasi Amerika sejak perang dunia 1 hingga permulaan tahun 1960, menyatakan bahwa emosi bayi terikat pada ibu dan perilaku yangmendekatinya berdasarkan pengurangan dorongan biologis. Karena suasana pemberian makan dipandang sangat penting, maka para ahli perkembangan anak dan orang tua menaruh perhatian besar, apakah seorang anak meyusu pada ibunya atau minum dari botol, apakah diberi makan berdasarkan waktu yang tetap atau setiap waktu bila bayi menangis. c. Etologi
13
Pola perilaku tetp ditandai dengan suatu urutan perilakustercotipik yang terbentuk jika lingkungan rangsangan yang tepat yang disebut pewujud. Bebrapa pola perilaku tetap tertentu hanya dapat dibangkitkan dalam waktu terbatas, yaitu selama masa perkembangan yang diebut periode peka atau kritis. Pewujud yang terjadi sebelum atau sedudah periode kritis mempunyai sedikit dampak atau bahkan tidak sama sekali. Pendapat bahwa bayi manusia begitu dialhirkan di dunia sipa menjukkan beberapa perilaku yang tidak merupakan hasil proses belajar sebelumnya atau berdasarkan pengalaman menarik perhatian psikiater muda dari Inggrisyang bernama John Bowbly. Ia terlatih dalam teori psikoanalitik, namun dapat menerima penemuan-penemuan etologi baru. Bowlby mengatakan bahwa bayi manusia di program untuk menunjukkan beberpa perilaku yang akan mendatangkan kasih saying dari orang di sekitarnya. Perilaku ini temasuk : menagis, tersenyum, dan merangkak menuju seseoran. Dari sudut pendangan evolusi, pola ini mempunyai nilai adaptif,karena membantu bayi untuk menerima perawatan yang dibutuhkan dalam ekhidupan mereka. Kepribadian seorang anak selama 6 bulan terakhir dari tahun kemudian, anak-anak mlai menciptakan gambarab ideal dari benda, kejadian, dan perilaku. Jika kejadian yang sesuai dengan standar anak, mereka akan tersenyumnamun kejadian yang melanggar standar akan menghasilkan tanda-tanda kcemasan atau rasa tertekan. Orang tua tidak secara mndadak menghukum anak berusia 18 bulan yang merusak barang atau mempunyai tangan kotor. Rasa khawatir ini timbl karena anka mengembangkan kemampuannya untuk mengambil kesimpulan bahwa kejadian-kejadian mempunyai sebab. Kenyataan bahwa anak tidak hanya memperhatikankerusakan pada benda tetai sering menjadi tertekan karenanya, menunjukkan bahwa standar mereka ialah gambaran ideal dari apa yang benar atau apa yang tept dari benda-benda itu seharusnya. Sekitar anak berusia 2 tahun, kuran lebih juga menunjukkan rasa tertekan jika mereka tidak dpat mencapai standar perilaku yang ditentukan orang lain. Meniru kepada orang orang lain terjadi pada anak berumur 2 tahun.
Anak beusia 2 tahun
merasa bahwa ia harus mencoba meniru seseoang terjadi Karen hukuman orang tua di masa lampau atas pelanggaran standar mengenai agresi atau kebersihan, menimbulkan pertanyaan 14
pada diri mreka, “ apa yang dikehendaki orang dewasa ?�. Mereka menduga bahwa orang dewasa menginginkan mereka meniru. Dalam suatu penelitian, anak berusia 2 tahun dan 16 bulan mengamati seseorang tanpa suatu mainan berpura-pura, berbicara di telepon, atau minum dari gelas. Setelah ia meniggalkan ruangan, beberapa dari anak brusia 2 tahun meniru perbuatan tersebut, tetapi hal ini tidak terjadi pada anak berusia 16 bulan. Tanggapan popular tersebut berada dalam daftar anak-anak yanglebih musa, karena anak berusia 16 bulan hanya meniru jika mrekamelihat dengan mainan sesungguhnya. Namun, anak yang lebih kecil mungkin tidak cukup matang untuk menarik kesimpulan bahwa orang dewasa menginginkan mereka mengulang perilaku tersebut dan tidak melakukannya bila tidak terdapat mainan.
15
BAB V PEMBAHASAN 1. Perkembangan Anak dan Hambatannya Perkembangan anak dilihat dari perkembangan fisik, perkembangan bicara, perkembangan sosio-emosinal, dan perkembangan kognitifnya secara keseluruhan sesuai dengan indikator yang harus di capai anak pada usianya. Sang anak sudah bisa berjalan tanpa bantuan orang lain namun untuk menaiki tangga, anak masih membutuhkan bantuan tangan ngan menempatkan tangannya di tangga. Anak juga bisa bersosialisasi dengan baik. Hal ini karena stimulus yang diberikan ibu si anak dengan sering mengajak sang anak sering berkumpul dengan orang-orang baru. Sang anak memberikan reaksi saat bertemu dengan orang baru. Di mana sang anak merasa sedikit takut dan selalu berada di dekat sang ibu, namunsetelah beberapa ssat sang anak engan cepat dapat beradaptasi dengan baik, bahkan sang anak mau digendong orang baru. Dalam perkembangan bicara, sang anak sudah bisa berbicara dengan baik dan juga sudah bisa menyanyikan sebuah lagu yaitu, cicak-cicak di dinding. Namun sang anak kurang bisa mengekspresikan apa yang ia inginkan dan mennunju apa yang ia inginkan ia hanya menunjukkannya dengan tangisan. Seperti setiap bangun dari tidur, sang anak selalu menangis tanpa alasan yang jelas dan jika sang ibu bertanya pada si anak. Ia hanya akan menangis tanpa berbicara apa yang ia inginkan. Hal ini terjadi sejak masih bayi dan terus berlangsung sampai sekarang. Dalam beberapa waktu, sang anak bisa berhenti menangis jika ia diajak kakaknya bermain. Dalam perkembangan kognitif sang anak sudah bisa memahami gambar seseorang. Hal ini dibuktikan saat ia melihat foto kedua orang tuanya ia bisa mengenalnya dan menyebutkan ayah ibu. Namun untuk keterampilan tangan seperti 16
bermain puzzle dan permainan menyusun balok, sang anak belum bisa karena tidak di beri stimulus berupa wujud benda permainan tersebut. Tetapi sang anak sudah bisa memainka atau memukul-mukul alat rebana, yaitu terbang karena di dalam rumah sang anak terdapat alat rebana dan sang ibu juga sering memperdengarkannya.
17
BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat penulis ambil setelah penelitian perkembangan anak yaitu : a. Perkembangan sang anak secara garis besarnya sesuai dengan teori perkembanga secara umun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sang anak termasuk normal dalam perkembangannya. b. Sang anak mengalami hambatan dalam perkembangnna, yaitu terlambat dalam proses berjalan, namun setelah sang anak berumur 18 bulan bisa berjalan seperti umumnya dan tidak terjadi perbedaan dengan anak-anak yang lain. 2. Saran Saran penulis yang dapat berikan yaitu : a. Perkembangan anak bisa tercapai sesuai dengan indikator perkembangan yang harus dicapai anak jika sang anak di beri stimulus dari dalam ataupun luar, jadi berikanlah apa
yang
bisa
membuat
sang
anak
bisa
memcapai
perkembangannya
sesuaiindikatornya. b. Jika terjadi suatu hambatan dalam perkembangannya, orang tua harus membiasakan dan melatihnya agar hambatan ini bisa terselesaikan dan sang anak tidak mengalami kesulitan di masa yang akan datang. Karena perkembangan anak berjalan berurutan, jika salah satu perkembangan tidak tercapai anak akan mendapatkan hambatan yang lebih besar.
18
DAFTAR PUSTAKA Hurlock, Elizabeth. 2008. Perkembangan Anak. Mussen, Paul Henry. 1984. Perkembangan Anak dan Kepribadian Anak. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama
19