2 minute read

B. Program Intervensi dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di PAPUA (Mirtanina Sisyelin Bawekes, S. Si (Program Manajer, Yayasan Nusantara Sejati

Next Article
A. Kesimpulan

A. Kesimpulan

Sebagai sekolah penggerak, tugas kepala sekolah mensosialisasikannya kepada guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah. Setelah sosialisasi baru melaksanakan program yang telah dibuat. Salah satu program yang telah dilaksanakan di Kab Pandeglang yaitu: (1) penguatan literasi pada guru dan tenaga kependidikan, dan (2) melakukan pendampingan pada kurikulum yang dilaksanakan.

B. Program Intervensi dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di PAPUA (Mirtanina

Advertisement

Sisyelin Bawekes, S. Si (Program Manajer, Yayasan Nusantara Sejati)

Program Intervensi dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran, Orientasi layanan pembelajaran yang berkualitas berpusat pada guru dan siswa. Apakah layanan sekolah (kebijakan mikro) dan pemerintah (kebijakan makro) sudah berpihak atau berpusat kepada guru dan siswa. Fakta pembelajaran yang dijumpai di lapangan (di Indonesia Timur), yaitu (1) minat belajar siswa masih kurang terutama untuk belajar matematika, sains, membaca, dan menulis, (2) pembelajaran di kelas masih kurang terhubung dengan kehidupan sehari-hari.

Dampaknya adalah; (1) belajar menjadi beban bagi siswa, bukan kebiasaan yang mengasyikan dan belajar menjadi kurang bermakna bagi mereka sehingga mereka pun bertanya belajar untuk apa?, (2) keterampilan belajar siswa yang rendah, dimana kerugian tidak hanya pada hasil kognitif juga keterampilan belajar yang penting linear dengan hasil PISA, EGRA sehingga keterampilan bekerja/kecakapan hidup juga rendah. Ranah pengembangan karir guru yang diusulkan Untuk menjadi guru di Indonesia Timur di daerah-daerah pedalaman/terpencil: (1) membutuhkan guru dengan kekuatan diri yang kuat dan aspek mental aras tinggi berdasarkan aspek motivasi, (2) dari aspek kompetensi berupa tuntutan penguasaan konten yang jaman sekarang harus terhubung dengan penguasaan digital, dan penguasaan guru sebagai fasilitator dalam setiap tahapan belajar, yang menjadi masalah adalah guru hanya mendelevery konten saja belum berperan sebagai fasilitator yang bisa menstimulasi siswa untuk mengeksplorasi bahkan sampai ke level abstraksi dan mengkonstruksi pikiran sehingga perlu penguatan-penguatan dalam bentuk pelatihan maupun pendampingan guru. Untuk kawasan Indonesia Timur, guru harus menyediakan pembelajaran secara spesifik bagi setiap individu siswa bukan seragam untuk semua siswa dan guru yang kreatif dan inovatif pada alam atau lingkungan sebagai sumber belajar mengingat fasilitas sekolah yang terbatas. (3) pada ranah manajemen guru pada sekolah-sekolah yang didampingi, guru-guru masih menerima upah tidak sesuai dengan kinerjanya (masih sangat rendah upah guru) sehingga perlu asesmen kinerja guru dan mengevaluasi kembali beban administrasi yang dibebankan pada guru.

Usulan program intervensi program sekolah penggerak dan guru penggerak: (1) pembelajaran yang menjawab kebutuhan setiap individu siswa berdasarkan pengalaman siswa, (2) pembelajaran berbasis masalah dan kontekstual untuk memicu kemampuan berpikir kritis anak, (3) pembelajaran memanfaatkan alam sebagai laboratorium yang teramat kaya, (4) pembelajaran yang menekankan pada keterampilan belajar bukan pada penguasaan konten semata, (5) pembelajaran kolaboratif inline dengan dimensi profil pelajar pancasila pada dimensi gotong royong dimana ada kemampuan sosial siswa yang dipicu agar terbiasa bekerja dalam kelompok.

Peningkatan kompetensi guru melalui: (1) blueprint pengembangan karir guru, (2) pelatihan guru melalui TNA-pelatihan-evaluasi; (3) pendampingan guru secara blended, (4) asesmen kinerja guru dan rencana tindak lanjut. Contoh kegiatan bagi guru yang dilakukan oleh Yayasan Nusantara

This article is from: