8 minute read

C. Festival Indonesiana 2019-2021

Next Article
A. Kesimpulan

A. Kesimpulan

bisa disaksikan secara live zoom (daring) dengan mendaftar ke laman www.pkn.id/.Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menjelaskan, tema dari PKN Tahun 2021 adalah “Cerlang Nusantara Pandu Masa Depan”. Fokus utama PKN Tahun 2021 mengangkat tiga sektor kearifan lokal sebagai akar ketahanan budaya, yaitu sandang, pangan, dan papan. Tiga subtema tersebut diaplikasikan pada program-program yang berupa kompetisi, konferensi dan lokakarya, pameran, pergelaran, dan pekan kebudayaan daerah.

"Dikarenakan kenaikan angka penyebaran Covid-19, terjadi beberapa perubahan rencana kegiatan yang dilakukan, terutama terkait pelaksanaannya yang seluruhnya melalui daring. Media tayang yang digunakan adalah Kanal Budaya (indonesiana.tv), situs website (pkn.id), dan kanal Youtube (Budaya Saya, venue acara yang semula direncanakan di Istora, Plaza Timur, dan Parkir Timur di Jakarta berubah menjadi di masing-masing lokus dan ruang publik komunitas. Waktu pelaksanaan juga diundur, dari awalnya dilaksanakan pada 15 hingga 21 Oktober 2021, menjadi 5 hingga 12 November 2021.

Advertisement

Program PKN 2021 merupakan perhelatan ketiga yang dilakukan Kemendikbudristek, setelah sebelumnya digulirkan pada 2019 dan 2020. Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan akan membuka kegiatan PKN 2021 pada 5 November 2021. Sedangkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim akan menampilkan pembacaan puisi pada acara pembukaan tersebut. Rencananya, acara pembukaan akan diliput secara langsung oleh dua Televisi Nasional.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dijadwalkan akan menutup kegiatan PKN 2021 yang dilaksanakan pada 12 November 2021 dengan dilanjutkan penampilan narasi penutup oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek. Kegiatan PKN 2021 digelar masih dalam suasana pandemi Covid-19. Sama halnya dengan PKN 2020, maka pelaksanaan tahun ini dikombinasikan antara daring dan aktivitas secara fisik. Sebelumnya, Dirjen Hilmar Farid menyampaikan, PKN 2020 hadir sebagai pijakan dasar dalam menghadapi pandemi.

"Tema Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini secara spesifik adalah ‘Cultural Resilience’, yang intinya adalah kebudayaan, yang di dalamnya terdapat pengetahuan tradisional, kesenian, dan ragam ekspresi budaya lainnya sebagai basis kita untuk menghadapi masa pandemi ini. Karena di dalam kebudayaan, kita menemukan elemen-elemen yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk memperkuat diri dalam menghadapi situasi saat ini." Pada penyelenggaraan tahun lalu, PKN menampilkan empat program dasar yang secara umum dapat disaksikan melalui tayangan daring, yaitu kompetisi, pameran, pergelaran, dan konferensi. Khusus untuk pameran, akan ada dua pameran yang juga dapat disaksikan langsung secara fisik, tentunya terbatas dan dengan protokol kesehatan, yaitu Pameran Imersif Affandi di Galeri Nasional, Jakarta, dan Pameran Pusaka Pangeran Diponegoro di Museum Nasional, Jakarta.

C. Festival Indonesiana 2019-2021 Tahun 2019 ini, setidaknya ada 30 festival yang didukung oleh Indonesiana. Sebagian besar festival yang diadakan didukung selama tiga tahun, dan beberapa festival dihentikan pendukungannya dengan alasan-alasan force majeure atau karena ekosistem kebudayaan yang

dinilai tidak memungkinkan. Memilih nama dan penanda budaya untuk diangkat dalam festival tersebut, mengesankan bagaimana sebenarnya kita dapat mengenali kekayaan khazanah dan sejarah budaya kita yang luar biasa.

Hal itu juga didukung oleh materi-materi yang ditampilkan dalam festival. Namun demikian, sebenarnya festival yang didukung tersebut merupakan hasil dari penilaian oleh Direktorat Kebudayaan, melalui tim kurasi dan produksi, yang berarti banyak daerah-daerah lain yang mengusulkan kegiatannya. Kemungkinan besar pada tahun-tahun mendatang akan lebih banyak lagi daerah dan materi kegiatan seni budaya yang akan muncul, jika festival Indonesiana ini tetap digelar.

Salah satu persyaratan keikutsertaan dalam festival ini adalah keterlibatan pemerintah daerah melalui dinas kebudayaan dengan komunitas seni budaya yang ada. Sebuah langkah strategis, mengingat di banyak daerah hubungan dinas atau pemerintah daerah dengan komunitas-komunitas seni budaya, atau juga dengan seniman dan budayawan, belum terjalin dengan baik.

Masalah laten hubungan ini berkisar pada persoalan program kebudayaan, dan juga transparansi penganggaran yang masih terkesan ditutup-tutupi. Setidaknya, kegiatan seni budaya masih terbatas pada hubungan yang sempit antara dinas atau pemerintah dengan kalangan seniman budayawan. Kondisi yang harus dibocorkan agar program-program kebudayaan menjadi milik bersama, antara pemerintah dengan komunitas dan masyarakat secara luas.

Dalam festival Indonesiana ini pun, tidak sedikit yang masih dikelola oleh dinas atau pemerintah daerah, dengan menjadikan staf mereka menjadi anggota tim kurator dan produksi. Sikap dualisme yang mesti dihilangkan atau setidaknya dikurangi, karena bangunan ekosistem kesenian dan kebudayaan tidak akan berkembang dengan baik dengan sikap ini. Potensi konflik kepentingan, penajaman program yang tumpul, hingga bungkusan artistik dan estetik dari kegiatan festival akan terganggu.

Lebih jauh lagi, banyak materi festival dalam Indonesiana yang berangkat dari kesenian dan kebudayaan tradisional. Bahkan beberapa festival sudah berjalan lama, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun oleh komunitas. Tawaran pengelolaan manajemen festival oleh Indonesiana diarahkan pada sistem atau strategi yang modern, dengan pendekatan-pendekatan yang berbasis pada manajemen yang terukur dan terpola. Bila tidak dilaksanakan dengan hati-hati, pendekatan seperti ini akan mengganggu ekosistem seni budaya itu sendiri.

Sebagai sebuah ilustrasi, kesenian dan kebudayaan tradisional sebagian terikat pada ruang, waktu, dan pelakunya. Hal ini harus menjadi sebuah pertimbangan ketika kesenian dan kebudayaan tradisional dibawa ke sebuah festival. Bisa saja festival yang diharapkan menjadi perayaan atau mengangkatnya menjadi peristiwa umum yang lebih besar, malah akan mengakibatkan tercerabutnya kesenian tersebut dari ekosistem yang sudah terbangun.

2019 Persoalan lain yang jamak ditemukan adalah dalam hal komposisi kepanitiaan festival. Pendekatan merekrut panitia dalam tim kurasi dan produksi dilakukan dengan pertimbangan yang sekedarnya

saja. Komposisi tim kepanitiaan tentu saja harus didasarkan pada pemindahan dan penyebarluasan pengetahuan, baik pada manajemen festival, materi kegiatan, keterwakilan, hingga pemetaan potensi seni budaya daerah masing-masing. Merekalah sebenarnya yang menjadi pemilik dan masa depan seni budaya yang didukung oleh Indonesiana.

Pelaksanaan peristiwa seni budaya yang berbasis kesenian tradisional biasanya dilakukan dengan manajemen yang bersifat lokal dan mengikuti alur yang sudah dibangun dengan dasar-dasar yang mempertimbangkan pranata dan komunikasi lokal. Setidaknya, bantuan yang diberikan oleh Indonesiana dalam hal manajemen dan subsidi pendanaan, dengan dana pendamping dari pemerintah daerah, harus mempertimbangkan kearifan ini.

Manajemen dan pengelolaan festival yang bersifat modern, bisa jadi lebih cocok untuk diterapkan pada karakter masyarakat urban, atau setidaknya dengan tenaga pengelola yang memiliki latar belakang manajemen professional. Tidak jarang muncul konflik di luar urusan artistik dan estetik, ketika materi festival adalah kesenian tradisional dan dikelola oleh masyarakat atau komunitas lokal, dengan iming-iming bantuan pendanaan dan penanganan yang modern. Upaya Direktorat Kebudayaan dengan mengadakan festival Indonesiana tentu saja sebuah terobosan yang menarik bagi strategi penguatan dan promosi kebudayaan. Apalagi sejumlah standar penilaian usulan, pemilihan materi usulan kegiatan, dan tujuan pelaksanaannya secara integral berada dalam sebuah jalur pemajuan kebudayaan.

Berbeda dengan pelaksanaan dan pemahaman perayaan kesenian dan kebudayaan pada masa lalu, dimana terjadi sentralisasi, festival Indonesiana menjadikan masing-masing daerah pelaksana dan masyarakatnya sebagai tempat pelaksanaan festival. Pada tahap ini, kesenian dan kebudayaan masih dipertahankan untuk berada pada ekosistemnya, dengan menghindari ketercerabutannya dari akar budayanya.

Akan tetapi, langkah strategis lebih lanjut yang harus dilakukan oleh Direktorat Kebudayaan dan pemerintah daerah, terutama dinas kebudayaan dan lembaga serta komunitas budaya, adalah bagaimana mengelola materi-materi festival, komunitas seni budaya, seniman dan budayawan, menjadi sebuah kekuatan yang benar-benar menjadi bagian dalam strategi kebudayaan secara nasional, dan menunjukkan posisinya yang konkrit dalam peta kebudayaan. Jika tidak, kehadiran festival Indonesiana ini hanya akan menjadi penegas bahwa kebudayaan kita sebenarnya masih menjadi titik lemah dalam pembangunan secara lokal dan nasional.

Kita dapat membaca kondisi ini bahkan dalam unit-unit lembaga pemerintah yang masih gagu dalam memprogram kegiatan kebudayaan. Sebuah kondisi yang sebenarnya dapat dicarikan jalan keluarnya melalui kegiatan-kegiatan konkrit, bersama-sama, dan bergotong royong dalam menyelenggarakan kegiatan kebudayaan melalui festival seperti Indonesiana. Dengan alokasi pendanaan yang cukup besar, pelibatan sumber daya manusia dan lembaga yang cukup banyak, tujuan yang ambisius dalam memajukan kebudayaan, festival Indonesiana ini setidaknya harus dapat menjadi sebuah langkah dan contoh baik dalam memajukan kebudayaan Indonesia

2020

Kompetisi musik bertajuk “Festival Indonesiana 2020” di TS Suite Sutos Surabaya pada Sabtu (29/2/2020), punya tujuan mengenalkan lagi karya-karya musisi asli Indonesia. Patrisna Meiwiduri Direktur Festival Indonesiana mengatakan, seluruh peserta baik dari kategori Vocal Pop, Vocal Klasik, hingga instrumen Piano dan Gesek, wajib membawakan lagu asli karya musisi Indonesia.

Beberapa lagu dari nama kondang komponis Indonesia seperti Ibu Sud, AT Mahmud, Ismail Marzuki, hingga Guruh Soekarnoputra dan Eros Djarot wajib dibawakan di festival ini. Awalnya, berangkat dari kecintaan kami pada musik Indonesia. Kami melihat bahwa generasi muda sekarang, anak-anak remaja semakin jauh dari musik Indonesia, yang sebenarnya bagusbagus. Tahu kan, lagu anak Indonesia jarang terdengar. Mereka lebih banyak nyanyi lagu pop dewasa, yang sebenarnya tidak diciptakan untuk anak seusia mereka. Lagu-lagu daerah. Itu jarang dibawakan untuk event kompetisi” . Sebagai informasi, di tahun kedua penyelenggaraan kompetisi ini, sebanyak 130 musisi muda menjadi peserta, mulai dari Jawa Timur, Bali, Jogjakarta, Jateng, Jabar, dan DKI Jakarta.

2021 Festival Saribu Rumah Gadang (SRG) yang telah dilakukan sebanyak 2 kali di Solok Selatan (2017 dan 2019) mulai dilirik oleh kementerian terkait. Kali ini Ditjen Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui program Platform Indonesiana berencana akan mendukung pelaksanaan festival yang dilaksanakan di lokasi kawasan kampung adat terpopuler tersebut.

Rencana program indonesiana yang disinergikan dengan pelaksanaan Festival SRG tahun ini disambut dan didukung penuh oleh Wakil Bupati Solok Selatan Yulian Efi. Dukungan ini disampaikannya ketika menerima Tim Indonesiana dari Kemendikbud di ruangan kerjanya, Senin (7/6/2021). Tim Indonesiana terdiri dari Didik Jaya Permana beserta tim ditjen kebudayaan, dibantu oleh tenaga ahli program Dr. Dede Pramayoza serta direktur festifal Dr. Susas Rita Loravianti, yang keduanya berasal dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang dan juga putra/i asli Solok Selatan.

“Kita sangat senang dan terbantu atas support kemendikbud melalui program indonesiana guna mendukung festival SRG yang direncanakan diadakan kembali tahun ini,” ujar Wabup mengapresiasi. Menurut Wabup, festival SRG diangkatkan guna mengangkat dan memperkenalkan budaya Solok Selatan, serta memperkenalkan kawasan SRG yang memiliki hingga 130-an rumah gadang, sehingga dikenal sebagai miniaturnya perkampungan adat Minangkabau.

Namun ia mewanti-wanti agar pelaksanaan festival nantinya disesuaikan dengan kondisi wabah covid yang masih melanda, dengan berkoordinasi dengan instansi terkait serta penerapan protokol kesehatan. Tim Indonesiana dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Didik Jaya Permana mengatakan bahwa pihaknya tertarik dengan festival saribu rumah gadang serta keunikan seni budaya yang dimilikinya. Sehingga pihaknya berencana mengkolaborasikan program Indonesiana dalam pelaksanaan festival nantinya.

“Potensi saribu rumah gadang potensial untuk diangkat dalam program Indonesiana. Kita tertarik dengan arsitekturnya, kebudayaan, dan filosofi di kawasan tersebut. Dalam program ini kami ingin menguatkan komunitas di daerah tersebut. Sejarah rumah gadang itu seperti apa? Budaya lokal seperti apa? Kami melihat ini belum di ekspos, jadi memang harapan nya itu komunitas di sekitar rumah gadang itu, ketika ditanya mengenai filosofi rumah gadang nya, sejarahnya mereka bisa menjawab.

This article is from: