Boulevard #75 - Mei 2013

Page 1

#75 Mei 2013 Rp 5000,00

ISSBN 08546703 www.boulevarditb.com


Pemimpin Umum Idham Padmaya Mahatma Pemimpin Redaksi Annisa Ferina Ramadhiani Staf redaksi Aisya Putri, Anisah, Annida Ferani Ramadhiani, Azifa Risalati, Hasna Alfitra Rizki, Intan Ganura, Ivanie Destila, Lathifah Zahratul J., Maryam Zakkiyah, Pipit Uky Vivitasari, Raisa Zuhria Safitri, Rizqa Amelia Zunaidi, Rohmah Nasada Tuita, Siti Fatima, Sosiana Dwi Ningsih, Yulia Rahmawati. Redaktur Artistik Khalilan Lambangsari Staf Artistik Adinda Restu Larasati, Afifah Husnul Alimah, Agita Ratna, Amri Ramadhan, Anas Zakaria, Arum Adiningtyas, Pandu Hutagalung, Rasmita Yulia Mutiarasari. Pemimpin Perusahaan Akhmad Syaifullah Faiz Staf Perusahaan Ali, Annisa Anindita, Arsy Karima Zahra, Khalid Adil, Rizky Rahmany, Syaiful Bahri, Winda Intan Sari.

Gedung Eks UPT Olahraga Lt. 2 Jalan Ganeca 10 Bandung 40132 Email mail@boulevarditb.com Website http://www.boulevarditb.com Twitter @boulevarditb Iklan Faiz (085691583566) ISSN 08546703

2

BOULEVARD 75 | MEI 2013


LAPORAN UTAMA Berbeda Cara Dalam Berdemokrasi

“Dengan sistem seperti ini, tidak ada pelanggaran yang terjadi karena tidak ada pengaruh berarti jika ada black campaign”...12

Bagaimana dengan Sistem Baru Pemira KM ITB 2013? Sudah Tepatkah?...14 Pemira Dulu, Kini dan Nanti

“Namun saat ini orang bisa meminjam tangan orang untuk membuat perselisihan atau dengan kata lain kejujuran perangnya kurang”...16

Bagaimana Seharusnya Sistem yang Baik Imam berpendapat bahwa hearing sepertinya sudah tidak lagi efektif. Banyak massa kampus yang tidak fokus karena bosan untuk mendengarkan kampanye para calon...18

MEI 2013 l BOULEVARD 75

3


kilas GME 3013: Persatukan WarnaWarni Musik Indonesia...6 Pagelaran Seni Dies Natalis 38 UKM ITB...7 Prahara Lembah Serayu...8 rubrik kampus PKL Gerbang Belakang yang ‘Digantung’...20 Bukan Masalah Penutupannya, tapi...22 Menu Baru Kurikulum 2013? ...32 Cembetul Kali Lah Kau Ini!...34 Akademik Jalan, Nonakademik juga Berkembang...36 Galeri...24 Info Grafis PEMIRA...29 gelitik Penghuni Lain ITB...39

COVER STORY cover Boulevard #75 menampilkan ilustrasi yang menganalogikan ketidakpahaman beberapa oknum akan esensi sebenarnya dari sebuah pesta demokrasi. Hal tersebut coba Boulevard terlusuri pada edisi kali ini.

sastra Calon Presiden Indon-Nesia...41 resensi Film: The Miracle Worker...44 Musik: Wild Nothing / Nocturne...45 Buku: Enrico dan Revolusi...46 4

BOULEVARD 75 | MEI 2013

Ilustrasi cover: Pandu Hutagalung & Anas Zakaria


visi

Opening PEMIRA

Kapan Kita akan Berubah? Pemilu Raya menjadi acara rutin tahunan di setiap perguruan tinggi di Indonesia untuk memilih ketua BEM, atau di ITB lebih lazim disebut Ketua Kabinet. Setiap perguruan tinggi tersebut memiliki sistem dan peraturan yang berbeda-beda dalam menjalankan Pemilu Raya. Misalnya UGM yang memiliki partai politik-partai politik seperti halnya pemilu di negeri kita ini atau Unair yang sistem pemilihannya melalui musyawarah. Namun, dengan sistem dan peraturan yang berbeda-beda, tetap saja tujuan dari pemilu raya ini tetap sama, yaitu memilih pemimpin dengan cara yang dirasa paling baik, bersih, serta mewakili suara-suara kampus. ITB sendiri memberlakukan sistem one man one vote dalam pemilu rayanya. Suara yang masuk haruslah 1/2n+1 dari suara seluruh massa kampus dan setiap lembaga jumlah minimal suaranya adalah 1/2n+1. Namun, ada yang terasa mencolok dari keberjalanan pemilu raya ITB tahun ini, yaitu didiskualifikasinya kedua calon karena adanya pelanggaran. Ya, pelanggaran. Sudah ada anggapan bahwa setiap ada aturan pasti akan terdapat pelanggaran. Begitu juga dalam keberjalanan pemilu raya. Pelanggaran seperti sudah menjadi hal biasa yang pasti terjadi setiap tahunnya. Penerapan sistem atau aturan apapun dalam pemilu raya pelanggaran hampir selalu terjadi. Lalu, apa yang menyebabkan pelanggaran selalu ada? Sistemnya kah? Atau kah orang-orang yang menjalankannya?

dok. pemira

Sejatinya, pemilu raya ini diharapkan untuk berjalan secara bersih. Tentu kemenangan yang diperoleh secara bersih akan lebih mengena di hati semua massa kampus. Banyak yang berkata bahwa mahasiswa adalah generasi muda yang akan menentukan arah berjalannya bangsa ini di masa depan. Apa jadinya bangsa ini di masa depan apabila generasi mudanya gemar melakukan pelanggaran demi memperoleh suatu jabatan? Belumkah yang terjadi dengan bangsa kita saat ini memberikan gambaran? []

MEI 2013 l BOULEVARD 75

5


kilas

GME 2013 : PERSATUKAN WARNA-WARNI MUSIK GANESHA

Konsep acara yang ditawarkan dalam acara ini, juga terbilang cukup menarik perhatian. Penonton yang hadir tidak hanya dihibur dengan tata panggung meriah dan penampilan menarik dari para pengisi acara. Namun, stand-stand makanan yang ada di

6

BOULEVARD 75 | MEI 2013

sekitar panggung juga membuat penonoton yang hadir tidak merasa bosan menyaksikan acara ini. Sehingga tidak heran jika acara ini cukup menarik minat pengunjung. Acara GME yang diadakansetiaptahun ini, kali ini mengangakat tema berbeda, yakin WarnaWarni Musik Apresiaisi, karena itulah acara ini mengkolaborasikan beberapa unit musik ITB dan juga band dari beberapa himpunan mahasiswa ITB. Selain itu, acara ini juga terbuka untuk umum, sehingga memungkinkan pihak luar ITB untuk dapat menyaksikan acara ini secara gratis. “Minimal anak ITB tahu kalau di ITB banyak talenta dan potensi di bidang musik. Selain itu, harapan lebih luasnya adalah potensi musik yang ada di ITB juga bias booming keluar, � ungkap Weldy, ketua publikasi GME 2013, saat ditanya mengenai harapannya tentang acara ini. [risa dan fatim]

boulevarditb/khalilanl

Ganesha Music Event (GME) 2013 yang digelar di lapangan basket CC Barat ITB pada 20 April lalu berlangsung cukup meriah. Acara yang merupakan agenda tahunan APRES ITB ini, menampilkan kolaborasi menarik dari beberapa unit musik di ITB seperti ISO,MBWG , MGG, dengan Apres sendiri sebagai pihak penyelanggara acara ini. Tidak hanya itu, acara yang dimulai sekitar pukul 17.00 ini juga menampilkan 3 band pemenang Ganesha Music Competition, kompetisi band antar himpunan, yang juga merupakan rangkaian dari acara ini. Setidaknya ada total 13 penampilan yang disajikan dalam GME tahun ini.


kilas

Pagelaran Seni Dies Natalis 38 UKM ITB Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung (Sabuga ITB) terlihat ramai Sabtu malam (20/04/2013). Tidak heran, sebab Pagelaran Seni Dies Natalis 38 Unit Kebudayaan Minangkabau ITB menyelenggarakan perhelatannya di gedung tersebut. Pagelaran ini merupakan bagian dari rangkaian acara “Minangkabau Rhapsody�, yang diawali dengan Action for Minangkabau (lomba inovasi teknologi, foto, dan video) dan dilanjutkan dengan talkshow dan peluncuran buku bertema Entrepreneurship dalam Budaya Minangkabau (Minggu, 14/04/2013). Pagelaran seni ini mengangkat seni pertunjukan, tari, dan musik (sendratasik) yang dikemas dalam bentuk Randai modern. Pada awalnya, Randai adalah sebuah permainan tradisional Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dan membentuk lingkaran, menepuk kain yang dililitkan di kaki, kemudian melangkah perlahan sambil menyampaikan cerita dalam bentuk lagu bergantigantian. Dalam perkembangannya, Randai kini mengadopsi gaya penokohan dan dialog sandiwarasandiwara, yang diaplikasikan oleh UKM-ITB pada acara ini. Gerakan tari melingkar dan menepuk kain pun dibuat sebagai pengantar dari setiap lakon. Sendratasik UKM-ITB ini sendiri berkisah tentang

perjuangan rakyat Minang yang dipimpin oleh Magek dan istrinya, Siti, untuk merebut kembali Nagari Manggopoh (kini seratus kilometer dari Kota Padang) yang dijajah oleh Rajo Kuaso. Tidak melulu serius, lakon-lakonnya dibuat renyah dengan tingkah Bayuang, Majo, dan Mangkuto, yang menyediakan komedi situasi. Di tengah sebuah babak pun biasanya ditampilkan tarian tradisional Minangkabau, seperti Tari Serampang 12, Tari Sapu Tangan, dan Tari Lenggang Bagurau. Salah satu tarian yang berkesan adalah Tari Jarak Kambang, yang memadukan gerakan silat Minangkabau dengan gerakan-gerakan dasar tari. Hentakan kaki para penari bergaung di Gedung Sabuga malam itu, membuat tarian gagah dan bertenaga itu menjadi lebih tegas.Setelah diusut, ternyata tarian ini dibuat pada tahun 1990 oleh alm.Gusmiati Suid khusus untuk UKM-ITB. Pagelaran Seni Dies Natalis UKM-ITB berhasil menutup pertunjukan kemarin malam dengan Tari Piring, yang klasik dimainkan di perhelatanperhelatan besar. Penonton dibuat terkesima dengan gerakan penutup tarian, dimana para penari berjingkat-jingkat di atas pecahan piring porselen dan diakhiri dengan memecahkan piring yang dipegang.[Fitha]

MEI 2013 l BOULEVARD 75

7


kilas

Prahara Lembah Serayu Minggu, 14 April 2013, PSTK ITB menggelar pagelaran bertajuk “Prahara Lembah Serayu� yang dilaksanakan di Teater Terbuka Dago Tea House. Pagelaran tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Tanggap Warsa 42 PSTK ITB dalam memperingati hari jadi PSTK ITB. Tema pagelaran tersebut terinspirasi dari cerita Perang Bubat yang merupakan perang antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Padjajaran. Namun karena ada konflik internal, maka latar dan tokoh pagelaran tersebut diubah menjadi berlatar di Lembah Serayu dan Banyumas, sedangkan tokoh ceritanya dari negara Watulingga dan negara Harjabuana, tetapi tanpa mengubah jalan cerita yang telah dikonsep matang sebelumnya.

Panitia memilih untuk menyelenggarakan pagelaran di teater terbuka karena sudah lama PSTK tidak menggelar pagelaran di teater terbuka dan juga mempertimbangkan pensuasanaan mistik yang bisa didapat jika digelar di ruang terbuka. Panitia juga tergolong sigap karena sudah mempertimbangkan kemungkinan hujan dengan cara menyediakan ponco di bawah kursi penonton. Harapan Akbar selaku ketua panitia TW 42 PSTK ITB ini untuk internalnya adalah anggota PSTK ITB bisa open minded pada sejarah dan bisa menjalin silaturahmi dengan alumni. Sedangkan harapan eksternalnya adalah ingin agar generasi muda tidak meninggalkan sejarah tapi justru mempelajarinya, serta agar efek negatif Perang Bubat tidak terbawa sampai sekarang. [rizqa]

boulevarditb/khalilanl

Persiapan pagelaran tersebut telah dimulai sejak tepilihnya ketua pagelaran, Akbar (MS’11), pada bulan November 2012. Selama liburan kemarin pun pelatih dikirim ke ISI Solo untuk berlatih. Panita

juga menelusuri sejarah sampai ke Perpustakaan Lembaga Purbakala Mojokerto untuk mendapatkan cerita yang sebenarnya.

BOULEVARD 75 | MEI 2013


boulevarditb/galung

karikatur

“kapan dibuka, ya?”

MEI 2013 l BOULEVARD 75

9


dok. PEMIRA

laporan utama

10 BOULEVARD 75 | MEI 2013


laporan utama

Pesta demokrasi setiap perguruan tinggi di Indonesia memiliki “cara berjalan�

yang berbeda-beda karena menganut sistem politik yang berbeda-beda pula. Idealnya, perbedaan itu justru bisa menjadi identitas dari masing-masing perguruan tinggi dalam menjalankan demokrasi. Namun, kekacauan sistem politik mahasiswa lah yang terpampang pada pesta-pesta demokrasi mereka. Apabila ditarik benang merah bahwa mahasiswa merupakan penerus bangsa, apakah sikap mahasiswa saat ini bisa jadi merupakan cerminan dari sikap bangsa Indonesia di masa mendatang?

Bagaimana seharusnya?

MEI 2013 l BOULEVARD 75

11


laporan utama

Berbeda Cara dalam

Berdemokrasi Oleh : Rizqa Amelia Zunaidi

Setiap perguruan tinggi di Indonesia memiliki sistem politik kemahasiswaan yang berbeda-beda. Hal tersebut bisa terjadi karena Indonesia pernah menganut berbagai sistem politik, seperti sistem demokrasi terpimpin, demokasi pancasila, dan sebagainya. Perbedaan itulah yang menjadi identitas kemahasiswaan di masing-masing perguruan tinggi.

Di UGM terdapat sebuah lembaga, semacam partai politik dan calon ketua BEM bisa diusung oleh partai tersebut tetapi tidak menutup kemungkinan juga calonnya merupakan calon independen. Partai politik di UGM sendiri ada banyak, dalam Pemilu Raya ada delapan partai yang turut berpartisipasi. Dan pasangan calon yang diusung ada lima pasang.

Contohnya ITB, dengan sistem pemilu raya “one man one vote� dan dengan peraturan harus ada minimal dua calon ketua kabinet Keluarga Mahasiswa dan jika satu lembaga tidak memenuhi kuota minimal pemilih maka suara satu lembaga tidak akan diperhitungkan. Dengan sistem tersebut setiap anggota KM ITB memiliki suara dan sangat diharapkan memilih karena jika tidak maka bisa saja suara satu lembaganya tidak dianggap.

Jika saat pemilu raya di ITB terdapat kasus black campaign, seperti sms gelap dan sebagainya, menurut Anggit di UGM juga keadaannya begitu. Ada juga sms-sms gelap yang meminta dukungan untuk salah satu calon, namun yang jelas pelakunya akan diberi sanksi tegas jika diketahui.

Jika ITB memiliki sistem pemilu raya dengan peraturan seperti di atas, Universitas Gajah Mada Jogjakarta memiliki peraturan yang berbeda. Anggit Adi Wijaya (Ketua BEM Fakultas Geografi UGM) mengatakan bahwa UGM menganut sistem politik yang hampir sama dengan sistem politik yang dianut Indonesia saat ini.

12 BOULEVARD 75 | MEI 2013

Lain halnya dengan sistem politik yang dianut oleh Universitas Airlangga Surabaya. Universitas ini menganut sistem pemilihan melalui musyawarah Majelis Perwakilan Mahasiswa yang biasa disingkat menjadi MPM. Sistem politik ini mirip sistem politik demokrasi pancasila, di mana saat itu presiden dipilih oleh DPR. MPM terdiri dari 13 Ketua BEM fakultas, 13 Ketua Badan Legislatif Mahasiswa, 13 Sekretaris


laporan utama BLM, Ketua & Wakil Forum Komunikasi UKM, seperti yang dikatakan oleh Hakim (Presiden BEM Universtas Airlangga 2013-2014). Pasangan calon-calonnya sendiri diusung oleh organisasi ekstra kampus. Sistem politik tersebut didasari oleh Peraturan Rektor No. 07 Tahun 2011 yang disebabkan adanya indikasi pembatasan gerakan mahasiswa. Indikasi pembatasan gerakan mahasiswa yang dimaksud adalah mengalihkan pesta pemilihan dari seluruh mahasiswa menuju beberapa mahasiswa, tanpa ada pencerdasan masal, namun Hakim sendiri tidak mau menjelaskan lebih lanjut masalah tersebut.

dok. pemira

Walaupun memiliki sistem politik seperti di atas, di Unair sendiri terdapat pula kampanye yang disebut Uji Masyarakat Kampus (UMK). Di sana pasangan calon presiden-wakil presiden mengemukakan visi-misi, program, dan lain sebagainya kepada masyarakat kampus. UMK sendiri bertujuan untuk memperkenalkan calon pada massa kampus dan suara massa kampus akan disalurkan melalui perwakilan lembaganya. Dengan

sistem seperti ini, tidak ada pelanggaran yang terjadi karena tidak ada pengaruh berarti jika ada black campaign. Fahri, staf BEM Unair 2012-2013, mengatakan bahwa dengan sistem pemilu seperti ini, rentan sekali adanya pendekatan politik elit dan pergesekan kepentingan antar organisasi ekstra kampus dimana sebuah organisasi yang sudah lama berkuasa ingin mempertahankan posisinya sedang ada organisasi lain yang ingin mencapai posisi tersebut juga. Namun Fahri tidak ingin menjelaskan lebih dalam tentang isu tersebut karena bersifat internal kampus. Dari kedua penjelasan di atas, bisa didapatkan gambaran bahwa setiap perguruan tinggi di Indonesia memiliki dinamika kemahasiswaan yang berbeda-beda karena menganut sistem politik yang berbeda-beda pula. Hal tersebut bisa terjadi karena Indonesia sendiri sempat menganut berbagai sistem politik. Namun, perbedaan tersebut justru bisa menjadi identitas dan ciri khas dari masing-masing perguruan tinggi dalam menjalankan demokrasi. []

Suasana hearing kedua calon Presiden KM-ITB MEI 2013 l BOULEVARD 75

13


laporan utama

Bagaimana dengan Sistem Baru Pemira KM-ITB 2013? Sudah tepatkah? Oleh : Maryam Zakkiyah dan Lathifah Zahratul Jannah

Pemilu Raya KM-ITB 2013 berakhir Maret lalu dengan hasil yang kurang memuaskan.Kedua calon Ketua Kabinet KM-ITB yang maju dalam pencalonan tahun ini didiskualifikasi karena poin pelanggaran mereka melebihi batas yang ditentukan oleh panitia yaitu 72 poin.Total poin pelanggaran yang didapatkan oleh calon nomor urut 1 adalah 83 poin dan calon nomor urut 2 adalah 96 poin. Pemilu Raya KM-ITB tahun ini mungkin akan menjadi kenangan tersendiri bagi massa kampus, mengingat dalam keberjalanannya banyak terdapat kejadian menarik. Misalnya, kehadiran TPB mencapai 1600 peserta pada hearing zona khusus TPB yang berawal dari tantangan seorang massa kampus pada kedua calon, adanya kasus khusus yang pada akhirnya menyebabkan poin salah satu calon melebihi batas sehingga calon tersebut didiskualifikasi, isuisu yang merebak seputar ‘penunggangan’ calon, bahkan sampai kisah-kisah masa lalu mereka yang berasal dari SMA yang sama menjadi bumbu pemanis dalam keberjalanan Pemira tahun ini. Diluar kasus dan kejadian di atas, Pemira tahun ini juga memiliki keunikan dan perbedaan mendasar dari Pemira tahun lalu dalam system dan aturan yang dirancang oleh Kongres KM ITB. Pemira tahun sebelumnya memiliki syarat 1/2n+1 suara masuk untuk seluruh KM-ITB, tidak peduli dari lembaga mana suara tersebut berasal.Tahun ini, Kongres KM ITB melalui Aturan Pemira 2013 mensyaratkan Pemira sah jika jumlah suara lembaga (HMJ dan TPB Fakultas) yang sah minimal 1/2n+1 dari jumlah lembaga yang ada dan tiap lembaga harus dapat memastikan 1/2n+1 massanya menggunakan hak

14 BOULEVARD 75 | MEI 2013

pilihnya. Jika suatu lembaga tidak memenuhi syarat ini hingga batas waktu yang diberikan Kongres, suara lembaga tersebut dianggap tidak sah dan suara massa satu lembaga tidak akan masuk dalam penghitungan. Ide untuk sIstem Pemira tahun ini, menurut pengakuan Laode M Arridho (PN 09) selaku Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kongres KMITB 2012/2013,berasal dari sIstem pemilu yang dikenal di Indonesia yaitu sIstem pemilu distrik dan proporsional. Kedua sistem tersebut memiliki kekurangan jika diadopsi secara utuh, sehingga dibuat suatu sistem yang merupakan gabungan dari kedua sistem. Hasilnya, Pemira tahun ini tetap mempertahankan sIstem proporsional one man one vote namun setiap lembaga memiliki syarat yang harus dipenuhi yaitu memastikan 1/2n+1 massanya menggunakan hak pilih. Efektivitas sistem ini meragukan pada awalnya, karena tidak mudah bagi tiap lembaga untuk melakukan pencerdasan dan memastikan 1/2n+1 massanya memilih. Namun pada kenyataannya, jumlah pemilih pada Pemira tahun ini mencapai 63% dari Daftar Pemilih Tetap. Diberlakukannya sIstem seperti ini, salah satu tujuannya adalah menarik partisipasi aktif dari tiap lembaga dan massa lembaga tersebut dalam Pemira. Hal ini dapat dikatakan berhasil jika melihat kenyataan bahwa seluruh TPB Fakultas dan 27 dari 29 HMJ memenuhi syarat 1/2n+1 massanya menggunakan hak pilih. Mungkin yang perlu disayangkan dari sistem ini adalah mekanisme kembalinya segala aturan yang tidak tertulis dalam Aturan maupun Tata Cara Pemira 2013 kepada Kongres KM-


laporan utama ITB tidak diterangkan secara jelas, sehingga ketika terjadi pendiskualifikasian kedua calon ketua kabinet, kongres terkesan berlarutlarut menyelesaikannya sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menemukan sistem baru untuk memilih Ketua Kabinet KM ITB terasa sangat lama. Untuk menentukan bagaimana mekanisme pemilihan ketua kabinet selanjutnya, Dimastyo Landsatu (AR 09), PJS Ketua Kongres KM ITB 2013/2014 mengatakan bahwa sistemnya akan ditentukan melalui musyawarah di Sidang Istimewa Kongres (SIK) untuk pembahasan mengenai referendum dengan sebelumnya senator di tiap lembaga sudah mengambil aspirasi massa lembaganya dan membawa draft mekanisme referendum. Mengenai bagaimana cara masing-masing senator mengambil aspirasi dari lembaganya, itu diserahkan kepada senator masing-masing lembaga tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan pada tanggal 10 Mei sudah ada ketua kabinet yang baru. Untuk mengisi kekosongan kursi Ketua Kabinet KM ITB dipilihlah seorang Penanggung Jawab Sementara (PJS) Ketua Kabinet KM ITB. Hingga saat ini PJS ketua kabinet sudah berganti sebanyak dua kali.[]

“ketika terjadi pendiskualifikasian kedua calon ketua kabinet, kongres terkesan berlarut-larut menyelesaikannya, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menemukan sistem baru terasa sangat lama.�

MEI 2013 l BOULEVARD 75

15


laporan utama

Pemira

Dulu, Kini, dan Nanti Oleh : Sosiana Dwi Ningsih

Pemira ITB 2013 kali ini telah menuliskan catatan sejarah tersendiri dalam perjalanan kemahasiswaan ITB. Nama Yorga dan Nyoman sudah kerap didengar di seantero kampus selang waktu antara bulan Maret lalu. Massa kampus pun sudah hapal dengan seluk beluk cerita pemira ini yang sudah dibahas beberapa kali di media sosial. Pelanggaran-pelanggaran yang menodai calon hingga nilai poin yang sudah mencapai ambang batas membuat kedua calon didiskualifikasi saat pemungutan suara telah dilaksanakan. Beragam tanya berkejaran di benak banyak pihak. Salah satunya adalah apakah pemira ini merupakan sistem pemira yang cocok untuk kemahasiswaan di ITB ataukah sebelumnya ada sistem pemira yang lebih bagus di kampus ini. Atau ini kembali lagi hanya berupa kesalahan dari pelaksanaan pemira di kampus ini. Beragam pertanyaan inilah yang melahirkan suatu pandangan yang ingin membandingkan keadaan masa sekarang dan masa lampau, bahkan sebelum KM ITB terbentuk. Dewan Mahasiswa lalu adanya Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi (NKK/BKK) sehingga menjadi Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ), dan berproses menjadi Kabinet KM-ITB bukanlah merupakan jalan yang singkat untuk mengenalkan proses demokrasi di kalangan mahasiswa. Drs. Yan Yan Sunarya, M.Sn, dosen Kriya FSRD ITB yang dulu pernah menjabat sebagai presiden Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR) tahun 1991, menyatakan proses pemilu pada saat itu berlangsung secara bersih. Hal ini terjadi karena pada masa itu

16 BOULEVARD 75 | MEI 2013

sistem yang berlaku di kemahasiswaan kampus berupa FKHJ. Tidak ada istilah presiden seperti sekarang, hanya ada ketua FKHJ yang dipilihnya pun secara musyawarah antara perwakilan forum tersebut mewakili suara lembaga yang mereka bawa. Tak ada pemilu raya dan tak ada pula catatan kekotoran pemilihan dalam sejarahnya, bahkan di antara mereka terjalin silaturahmi yang baik. Mendengar cerita mengenai keadaan pemira tahun ini beliau cukup terhenyak, “Ini suatu kegagalan berdemokrasi! Hal ini bakal jadi sejarah terus di KMITB apalagi dengan adanya media. Sekarang skupnya masih kecil di ITB, padahal ITB itu cermin bakal jadi berkembang luas di Bandung, Jawa Barat, bahkan di Indonesia.â€? Ujar Yan Yan, FSRD angkatan 88 ini. Black Campaign belum dikenal di masanya, semua berawal dari kreativitas masing-masing calon untuk menarik massa menggunakan media yang ada pada saat itu. Tingkat keadilan dan kebersihan cukup tinggi, walaupun perselisihan antar orangnya sering terjadi secara sungguhan. Bagi Pembina Unit Capoeira ITB sekaligus pembina Keluarga Islam Seni Rupa (KISR) ini jumlah ½ n + 1 massa yang besar ini cukup mengundang pihak-pihak tertentu untuk melakukan politiking untuk tujuan tertentu melalui jalur tim sukses, panitia atau bahkan kongres. Terlepas dari isu politik ini, jika berkaca pada masa lampau kita secara umum pantas malu terhadap kasus yang mendera di pemira kita kali ini. Jejaring sosial yang lebih baik terkait kecanggihan teknologi sekarang ini merupakan suatu kelebihan dari pemira pada zaman internet ini. Informasi lebih cepat dan mudah diakses sehingga semua berjalan lebih efektif dan efisien. Namun media jugalah bumerang bagi teknologi itu sendiri. Menurut cerita Yan Yan, dahulu orang dengan lugas berselisih satu sama lain. Namun saat ini orang bisa meminjam tangan orang untuk membuat perselisihan atau dengan kata lain kejujuran perangnya kurang. Media dapat digunakan sebagai corong informasi sekaligus bisa juga sebagai pembias informasi seperti yang sekarang terjadi di dunia media Indonesia yang dikuasai oleh beberapa orang dengan tujuan politik.


laporan utama

“Kalau perlu panitianya sendiri diambil dari luar ITB, jauh-jauh dari dua kubu yang bersangkutan” tambah beliau sebagai masukan.

One man one vote dengan alat voting yang cukup canggih di ITB sudah merupakan kelebihan demokrasi. Satu suara dapat dihargai inilah kelebihan sistem ini meskipun terkadang tingkat partisipasinya kurang. Menurutnya jika kita kita kembali ke zaman FKHJ dengan perwakilan suara ada saja celah-celah di mana perwakilan tersebut bukan membawa suara lembaganya. Kita tilik saja anggota DPR di ibukota sana, kebanyakan dari mereka lebih kentara beridentitas partai alihalih daerah yang telah memilihnya duduk di sana.

perlu lagi ada pemira ulang yang dikhawatirkan akan menurunkan kualitas dan kuantitas pemilih. Sebagai preseden bisa diambil kasus RiekeTeten dan Aher-Dedi saat kampanye pilgub Jabar. Desakan dari Rieke kepada MK untuk melihat temuan-temuannya terhadap kampanye ‘gelap’ Aher setidaknya tidak menggoyahkan KPU untuk melakukan quick count dan membuka surat suara. Menurut beliau suara rakyat adalah hal yang paling penting dan harus dihargai apalagi sekarang pemungutan suara sudah terlanjur dilaksanakan.

Sedangkan sistem KM-ITB ini sudah merupakan sistem yang cocok digunakan di kampus kecil ini meskipun FKHJ bisa dengan damai menghasilkan keputusan. “FKHJ kan hanya forum. Untuk memutuskan masalah susah nantinya apalagi untuk bernegosiasi dengan luar.” Begitu kata beliau sang saksi sejarah FKHJ.

“Kalau perlu panitianya sendiri diambil dari luar ITB, jauh-jauh dari dua kubu yang bersangkutan” tambah beliau sebagai masukan. Walaupun cerita mengenai pemira ini adalah sebuah noda dalam sejarah kemahasiswaan ITB tapi kita bisa mengambil suatu hikmah pelajaran agar tidak terulang nantinya. Sekali lagi ini hanya sebuah referensi sejarah. Akan dibawa ke mana KM-ITB selanjutnya kembali lagi kepada suara massa KM-ITB yang akan merasakan euforia kemahasiswaan dan semua bergantung dari hasil referendum. []

Menanggapi masalah pemira dari kacamata seorang Yan Yan Sunarya adalah bagi beliau pemira kali ini tak perlu dibuat panjang dan berlarut. “Tinggal di buka saja kotak suaranya”, tuturnya maka tidak

MEI 2013 l BOULEVARD 75

17


laporan utama

Bagaimana Seharusnya Sistem yang Baik? Oleh : Siti Fatima

Pemahaman akan student government merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang calon ketua BEM di suatu perguruan tinggi. Kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap student government saat ini menyebabkan keberjalanan pemilu dan keberjalanan masa kepemimpinan sang ketua tersebut menjadi kurang optimal. Hal tersebut diungkapkan oleh Imam Soleh, S.Ip, M.Si, dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Padjajaran. Imam menilai student government yang diterapkan mahasiswa masih mengawangawang. Kekurangjelasan dan ketidakpahaman mahasiswa mengenai student goverment inilah yang menyebabkan kurang lancarnya keberjalanan pemilu. Jika mahasiswa sudah paham betul mengenai student government maka apapun sistemnya akan terlaksana dengan baik. Kekurangpahaman mahasiswa mengenai student government ini terlihat dari adanya orang atau mahasiswa yang mencalonkan diri menjadi ketua BEM tetapi tidak mempunya program yang jelas dan tidak punya rencana jangka panjang. Calon tersebut kurang mengerti mengenai sistem perpolitikan dan bagaimana cara menjalaninya. “Sekarang kan banyak orang-orang yang entah darimana dan tidak mengerti mengenai sistem perpolitikan kampus lalu tiba-tiba maju menjadi ketua BEM. Akhirnya muncullah kader-kader karbitan,� ujar Imam. Tidak adanya rencana jangka panjang oleh sang calon dapat disebabkan karena keterbatasan masa jabatan. Masa jabatan yang hanya satu tahun

18 BOULEVARD 75 | MEI 2013

dirasa tidak akan memunculkan hasil program kerja yang optimal dan membuat suatu perubahan signifikan. Apalagi jika tiga bulan pertama dari satu tahun ini digunakan untuk membuat program kerja, maka tentu saja akan semakin mengurangi waktu pelaksanaannya. Jadi, sangatlah sulit untuk membuat program kerja yang baik untuk dilaksanakan dalam waktu yang sesingkat ini. Selain itu, masa jabatan yang hanya satu tahun akan membuat kampanye menjadi sia-sia. Banyaknya dana serta waktu kampanye yang digunakan tidak akan sebanding dengan hasil kerja dalam setahun itu. Tidak akan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh ketua yang menang dalam pemilu itu. Dilihat dari sistem kampanye, Imam berpendapat bahwa hearing sepertinya sudah tidak lagi efektif. Banyak massa kampus yang tidak fokus karena bosan untuk mendengarkan kampanye para calon yang memang juga tidak fokus dalam membawakan materi kampanyenya. “Kampanye sebaiknya dikemas semenarik mungkin agar massa kampus mengetahui visi misi para calon dengan jelas serta menyeluruh. Contohnya menggunakan media sosial yang berisi video-video pergerakan visi misi para calon,� ujar Iman. Selain itu, dana yang dikeluarkan si calon biasanya tidaklah sedikit sehingga kreativitas mahasiswa untuk membuat kampanye yang efektif dan murah sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan perpolitikan mahasiswa yang proporsional. Menurut Iman calon ketua BEM saat ini kurang gencar dalam berkampanye. Kebanyakan yang menjadi tim sukses adalah orang-orang dekat calon itu sendiri. Seharusnya si calon bisa merangkul banyak massa


laporan utama

kampus untuk mengambil suara. “Berbeda dengan pada saat zaman saya dulu. Orang-orang yang terpilih sebagai calon langsung gencar mencari hingga ‘menculik’ suara,” papar Iman.

boulevarditb/idham

Ditanya mengenai keberadaan perguruan tinggi yang memiliki sistem perpolitikan yang bagus, Iman menjawab bahwa saat ini ada satu perguruan tinggi yang sistem perpolitikannya sudah cukup bagus yaitu Universitas Gajah Mada (UGM). Menurut Iman adanya partai politik di UGM yang dijalankan secara benar dapat menyokong keberhasilan sistem perpolitikan di sana. Partai politik tersebut mengadakan rekrutmen, melakukan kaderisasi bagi para kadernya, lalu menyampaikan kadernya tersebut terlatih untuk menyampaikan aspirasi. Jadi orang-orang yang ingin maju menjadi ketua BEM adalah orang-orang yang memang sudah mengerti dan sudah dilatih serta telah dipersiapkan sebelumnya. Keberhasilan ini juga didukung oleh politik UGM yang tidak vulgar dan dinamis. Tetapi tidak selamanya partai politik membawa hasil positif. Adanya partai politik di kampus yang tidak dilaksanakan secara benar hanya akan menjadi penyekat antar lembaga saja. “Atau bahkan bisa jadi akan mendatangkan intervensi dari pihak luar sehingga politik mahasiswa di kampus akan dicampurtangani oleh pihak luar,” ujar Iman. Hal

itu dapat menyebabkan sistem politik di kampus dikendalikan oleh pihak luar. Menurut Iman akibat lain dari pemilu tanpa pemahaman mengenai student government yang benar adalah munculnya arogansi HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). Hal ini dapat berujung pada fanatisme. Ditambah lagi , BEM saat ini tidak lagi mengutamakan persatuan antar perguruan tinggi sehingga solidaritas nasional antar perguruan tinggi masih kurang. Mahasiswa lebih cenderung melakukan pergerakan dengan kampusnya sendiri. Menurut Iman solidaritas antar perguruan tinggi harus dibangun kembali, sehingga perpolitikan yang ada tidak hanya terhadap satu kampus tertentu. Sekarang kebanyakan mahasiswa bersifat masa bodoh mengenai apa yang terjadi di kampus lain. “Berbeda dengan zaman dulu jika ada masalah para mahasiswa bahu-membahu untuk membantu,” ujar Iman. Kekacauan sistem politik mahasiswa ini akan berimbas pada masa depan Indonesia. Apalagi mahasiswa merupakan penerus bangsa, jadi sikap mahasiswa saat ini bisa jadi merupakan cerminan dari sikap bangsa Indonesia di masa datang. “Jika keadaan mahasiswa begini terus maka nanti di masa depan akan ada banyak yang berkata ‘Gantung saya di Monas!’,” ungkap Imam. []

MEI 2013 l BOULEVARD 75

19


FOTO PKL

PKL Gerbang Belakang yang ‘Digantung’ Oleh : Idham Padmaya Mahatma dan Annisah

Tentu masih tergambar jelas di benak para mahasiswa ITB mengenai peristiwa penggusuran Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Dayang Sumbi atau di sekitar Gerbang Belakang ITB. Kala itu mahasiswa tidak tinggal diam. Berbagai cara mereka pikirkan untuk membantu kelangsungan hidup para PKL.. Kini empat bulan sudah berlalu. Bagaimana nasib PKL Dayang Sumbi saat ini?

kondisi yang lebih bagus, seakan-akan PKL gerbang utara telah hidup kembali dengan nama “Sarasa”. Namun apa daya, penggusuran disertai penutupan gerbang utara berujung kepada berkurangnya mahasiswa yang jajan di daerah gerbang belakang. “Pendapatan kami turun sampai 75%” ujar Suhendi, salah seorang PKL di kawasan Dayang Sumbi. Bagi ia dan istrinya yang telah berdagang di sana dari tahun 1980-an, terasa sangat sulit untuk berpindah tempat. Ia dan istrinya hanya bisa pasrah dengan keadaannya yang sekarang. Hal yang sama juga diungkapkan Suwardi, salah seorang pedagang kaki lima di kawasan Dayang Sumbi yang memilih tetap berjualan. “Ga ada rencana pindah, mau tunggu sampai rame aja,” ungkapnya.

20 BOULEVARD 75 | MEI 2013

Sudah sekian lama berlalu setelah peristiwa penggusuran PKL di kawasan Dayang Sumbi, namun hingga kini tidak ada kabar atau tindak lanjut lagi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung maupun pihak ITB. Bahkan pihak ITB mengatakan bahwa para PKL tersebut kini bukan urusan mereka lagi. Para PKL yang sudah membangun kembali tempat berdagangnya dan kembali berjualan dibiarkan begitu saja tanpa ada pemantauan apa pun dari aparat setempat. Pembangunan yang menjadi dasar penutupan gerbang belakang pun belum tampak keberjalanannya. Nasib PKL seolah-olah ‘digantung’ oleh Pemkot Bandung. Keadaan PKL Sarasa sekarang bisa dibilang sudah mandiri. Bangunan tempat mereka berjualan sudah tidak lagi menempel ke ITB. “Listrik sudah pasang sendiri karena digunting dari ITB,” tutur Suhendi. Bantuan ini mereka dapatkan dari Komite Peduli Jawa Barat (KPJB). Hingga sekarang para PKL tersebut masih dikunjungi oleh orang-orang dari

boulevarditb/khalilanl

Sudah empat bulan berlalu sejak terjadinya penggusuran PKL Dayang Sumbi dan penutupan gerbang belakang. Jika dilihat keadaannya sekarang, deretan warung-warung tersebut sudah kembali berdiri kokoh dengan


kampus LSM yang bergerak dalam memperjuangkan hakhak PKL tersebut. “KPJB bantuin mempertahankan gerbang belakang, urusan sama wali kota mereka yang bantu, ya, sama listrik ini,” ujar Suwandi. “KPJB masih suka bantuin sampai sekarang, malah sering nginap kalau malam minggu,” tambahnya. Mengenai bantuan dari mahasiswa sendiri, Suhendi mengaku tidak mendapat bantuan apa-apa dari mahasiswa. Paling mereka mendapatkan ucapan simpati dari para mahasiswa yang masih membeli dagangan mereka. Namun, Suhendi mengaku tidak merasa kesal kepada mahasiswa. “Saya tidak benci, masih ada pelanggan dari mahasiswa yang suka makan di sini. Saya mengerti, mahasiswa banyak yang simpati, tapi mungkin mereka diancam jadi ga berani,” jelasnya. Suwandi pun berpendapat sama, “Ga ada rasa sebal ke anak ITB, karena mereka pasti ada urusan masing-masing.” Tentang nasib PKL ke depannya, menurut sumber Boulevard yang enggan disebut namanya, masih ada harapan untuk membuat tempat PKL gerbang belakang itu menjadi legal. Daerah yang dianggap zona merah (zona dilarang berjualan) bisa diubah

menjadi zona kuning bahkan zona hijau asal telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Mengenai penggusurannya sendiri, banyak sekali kejanggalan yang terjadi (baca boulevard 74). Dan menurut sumber Boulevard tersebut, Dayang Sumbi bukan merupakan tujuh titik dari rencana penertiban PKL yang diusung pemerintah kota Bandung. Terlebih lagi mereka digusur tanpa mendapat haknya, yaitu relokasi. Jika ingin dikaji dan ditelusuri lebih dalam maka masalah ini akan menjadi sesuatu yang sangat kompleks, tidak jelas akar masalahnya dan sulit mencari solusinya. Sebaiknya, mahasiswa lebih mau tahu dan lebih mau diikutsertakan untuk isu-isu kampus seperti ini dan pihak rektorat pun sebaiknya lebih sering sosialisasi kepada mahasiswa, begitu saran dari salah seorang sumber Boulevard yang enggan disebut namanya ini. Mau dikata apa, PKL tinggal pasrah menanti kelanjutan nasibnya. “Yaa, saya mah pengen rame lagi kaya dulu,” ujar Suhendi menyampaikan harapannya. Mengenai penutupan gerbang belakang ITB, Suwardi pun memberikan harapannya, ”Pengennya dibuka lagi. Saya ga berharap ke mahasiswa karena yang berwenang itu ITB.” []

MEI 2013 l BOULEVARD 75


kampus

SUDAH sekitar tiga bulan sejak gerbang belakang (gerbang utara) di kampus Ganesha ini ditutup. Sekarang, pagar besi setinggi beberapa meter telah menjadi pemandangan yang lumrah di gerbang yang terletak di jalan Tamansari tersebut. Namun, penutupan gerbang ini ternyata menuai begitu banyak protes dari mahasiswa. Apalagi, gerbang SBM yang dibuka sebagai pengganti gerbang utara dinilai kurang aman. “Sebenarnya yang kami permasalahkan bukanlah penutupan gerbang belakangnya, tetapi bagaimana proses rektorat dalam mengambil keputusan,” ujar Ignatius Yudki Utama (PN ’09). Ketidakjelasan pihak rektorat ITB dalam penutupan gerbang belakanglah yang sampai saat ini menjadi polemik antara mahasiswa dan rektorat. Pihak rektorat, Rudy, mengatakan bahwa penutupan tersebut dilakukan atas alasan safety (keamanan) seiring dengan akan diadakannya pembangunan gedung-gedung baru di wilayah utara ITB. Sehingga, wilayah di sekitar

oleh sebagian mahasiswa. Letaknya yang berada di tikungan, kurangnya penerangan, dan situasinya yang sepi menyebabkan banyak mahasiswa menilai gerbang SBM ini tidak layak dijadikan sebagai gerbang alternatif. Untuk mengatasi hal ini, pihak ITB telah melakukan beberapa tindakan. Seperti menambah personil satpam yang berjaga di sana dan memasang lampu jalan sehingga saat malam hari jalanan di dekat gerbang SBM tersebut tidak lagi gelap. Selain itu, ITB juga menawarkan pada mahasiswa yang pulang dari kampus pada malam hari untuk diantarkan satpam sampai menuju tempat keramaian. “Bagi mahasiswa yang pulang pada malam hari, kami menyediakan fasilitas diantar oleh satpam sampai ke tempat yang ramai, “ ujar Aban. Tetapi, tidak banyak mahasiswa ITB yang memanfaatkan fasilitas ini. Upaya-upaya tersebut belum menyelesaikan polemik dengan mahasiswa. Karena sebenarnya yang dipermasalahkan mahasiswa bukanlah

BUKAN MASALAH PENUTUPANNYA, TAPI... Oleh : Annida Ferani Ramadhiani dan Winda Intan Sari

Penutupan tersebut menyebabkan gerbang belakang tidak bisa diakses lagi, baik oleh kendaraan maupun pejalan kaki. Padahal, pada sosialisasi yang dilakukan sebelumnya, gerbang belakang masih boleh dilalui oleh pejalan kaki. Menurut Aban, pegawai K3L ITB, penutupan untuk pejalan kaki tersebut dikarenakan nantinya gerbang belakang juga akan ikut dibangun menjadi semacam lobi yang nanti dapat dipergunakan mahasiswa untuk melakukan beberapa kegiatan sambil menunggu kendaraan umum. Namun, ternyata pembangunan pun belum dimulai hingga saat ini, sedangkan gerbang belakang sudah ditutup sekitar 3 bulan yang lalu. Hal ini menyulut protes dari mahasiswa. Apalagi ternyata gerbang alternatif yang dibuka sebagai pengganti gerbang utara adalah gerbang SBM yang dinilai kurang aman

22 BOULEVARD 75 | MEI 2013

penutupannya yang memaksa mereka untuk berjalan lebih jauh ke gedung kuliah, tetapi adalah alasan mengapa gerbang belakang harus ditutup.“ Protes kami bukan berdasarkan lemahnya kami untuk berjalan beberapa meter lebih jauh, melainkan ada apa di balik (penutupan) itu,” ujar Naufal Firas Lubaba (TM ’09). Pembangunan yang belum kunjung dimulai hingga saat ini mengundang tanda tanya dari mahasiswa. Ditambah lagi alasan yang diajukan oleh pihak ITB terkesan sering berubah-ubah. Dari mulai pembangunan hingga adanya settlement (daerah amblasan) tepat di muka gerbang belakang. Dikhawatirkan, jika terlalu banyak beban statis misalnya angkot yang ngetem, amblasannya akan terus bertambah. Namun, alasan ini kemudian dibantah kembali oleh Rudy, menurutnya penutupan gerbang belakang murni karena akan diadakannya pembangunan di daerah tersebut. “Amblasan itu hanya tambahan saja yang disebabkan karena

boulevarditb/khalilanl

gerbang belakang tersebut akan menjadi daerah konstruksi yang tidak boleh dilalui oleh mahasiswa.


kampus adanya kebocoran pipa PDAM sekitar satu tahun yang lalu,” ujar Rudy. Rudy juga mengatakan bahwa penundaan pembangunan disebabkan karena adanya kendala pada masalah pendanaan. Namun, ITB terus melakukan follow-up agar pembangunan dapat segera dimulai. Pembangunannya sendiri akan memakan waktu sekitar 16 bulan, dan jika sudah selesai maka gerbang utara akan difungsikan kembali. Tetapi faktanya gerbang belakang sudah ditutup 3 bulan yang lalu, sementara pembangunannya sendiri belum jelas akan dimulai kapan. Tak ayal, alasan penutupan ini pun menimbulkan asumsi di mana-mana. Apalagi, penutupan ini dilakukan tidak lama setelah PKL digusur, sehingga menimbulkan kesan bahwa penutupan ini juga bertujuan agar PKL tidak kembali lagi. Ada lagi anggapan bahwa penutupan ini bertujuan untuk mematikan kegiatan kemahasiswaan. Namun, menurut Aban, penutupan gerbang yang telah berlangsung beberapa bulan sebelumnya bertujuan agar mahasiswa terbiasa menghindari area gerbang belakang yang akan menjadi wilayah konstruksi . Faktor keamanan juga menjadi salah satu hal yang dipertanyakan oleh mahasiswa.“Seakan-akan

keselamatan mahasiswa lebih dinomorduakan daripada proyek,” tutur Yudki. Penutupan gerbang belakang bagian tengah dirasa tidak perlu karena sebetulnya lokasi pembangunan berada di sisi barat dan sisi timur. Kedaraan berat pun akan masuk lewat pintu darurat yang dibuka di kedua sisi tersebut. Tetapi pihak ITB bersikeras untuk tetap menutup gerbang belakang, dengan alasan di area tersebut nantinya akan banyak pekerja yang berlalu-lalang, dikhawatirkan jika mahasiswa lewat daerah tersebut akan menghambat proses konstruksi. Penutupan gerbang belakang ini bukanlah masalah yang sangat besar, tetapi apa yang ada dibaliknya lah yang dipermasalahkan. Kurangnya transparasi dari pihak ITB membuat mahasiswa berang. “Jika mahasiswa merasa dilangkahi karena tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai penutupan ini, kami minta maaf,” tutur Rudy. Ia pun meminta pengertian dari mahasiswa bahwa penutupan ini juga bukan untuk alasan yang akan merugikan mahasiswa. Sama seperti halnya mahasiswa yang meminta pengertian dari pihak ITB bahwa untuk mengambil keputusan harus melihat dari berbagai sisi, termasuk juga dari sisi mahasiswanya.“Kita sama-sama memiliki ITB, dan kita juga ingin ITB baik ke depannya,” ungkap Naufal.[]

MEI 2013 l BOULEVARD 75


BOULEVARD 75 | MEI 2013


Massa himpunan Geodesi salamhimpunannya himpunannya. Seorang massajurusan himpunan Geodesisedang sedangmeneriakan meneriakan salam Foto oleh: Khalilan Lambangsari Foto Lambangsari MEI oleh: 2013 lKhalilan BOULEVARD 75


BOULEVARD 75 | MEI 2013


Sebuah penampilan dari Unit Loedroek ITB di halaman Sabuga ketika sesi wisuda berlangsung MEI 2013 l BOULEVARD 75 Foto oleh: Khalilan Lambangsari


Massa himpunan sedang membantu seorang wisudawan menaiki tangga Sunken Court. Foto oleh: Anas Zakaria BOULEVARD 75 | MEI 2013


DESEMBER

m pe

t im

ti in

an e uk lp nt pu be m ku

ira

pe m

ua

ke t

rp ilih

te

or

g rin

1

1

g rin

k ra

a an rd 1

c re

se

JANUARI

clo

fm

afi

lah ju m 50 %

em

at bu

id ea lp er an ah

ar

di vis i k tu un

d bi

FEBRUARI

kumpul perdana akbar

oprec offline

oprec online

closerec 50% jumlah ideal per divisi

rakor 2 ring 1

fiksasi jobdesc

internalisasi kabid & kadiv (online)

kabid bikin arahan untuk kadiv

ka

Perjalanan Pemira KM-ITB 2013

boulevarditb/afifah

MARET

an

r fta

a nd pe

a de ne dli

ka

an

m pe

s ha ba

r de isa

ka

si sa fik ta

ko

ta

t ida nd ep ns c a ar & ko

m pe e ns

MEI 2013 l BOULEVARD 75

pemungutan suara

pelaporan pelanggaran Nyomanyang melakukan kampanye pada masa tenang. Kedua calon didiskualifikasi, kelanjutan pemira diserahkan ke kongres KM ITB

masa tenang (reses)

gugatan tim nyoman terhadap tim yorga atas dugaan black

Uji publik, 19.00 Hearing Terpusat

Hearing TPB (1600) mahasiswa TPB disinyalir hadir dalam hearing tersebut, hearing dengan massa terbanyak

kampanye

verifikasi

info grafis

ira p

si

29


BOULEVARD 75 | MEI 2013


MEI 2013 l BOULEVARD 75

boulevarditb/rektorat

Masterplan pembangunan gerbang belakang ITB


kampus

Menu Baru Kurikulum 2013? Setiap lima tahun sekali dunia pendidikan di Indonesia akan berganti kurikulum. Tidak terkecuali untuk perguruan tinggi. Setelah berlakunya kurikulum 2008 kini mahasiswa sedang menunggu kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Perubahan apa yang ada di kurikulum 2013 ini dan apa dampaknya bagi mahasiswa? Di ITB kurikulum 2013 akan diberlakukan mulai semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Menurut Bambang Riyanto, selaku ketua Lembaga Pengkajian, Pendidikan, Penelitan, dan Pengabdian Masyarakat (LP4) ITB, saat ini rancangan kurikulum 2013 sudah hampir 100% dan tinggal diserahkan kepada senat akademik untuk disahkan. Ditanya mengenai adakah perbedaan pada kurikulum 2013 jika dibandingkan dengan kurikulum 2008 Bambang menjawab bahwa antara kurikulum tersebut tentu ada perbedaannya karena pada dasarnya setiap kurikulum baru merupakan pengembangan ataupun perbaikan dari evaluasi kurikulum yang lama. Bambang menjelaskan bahwa perbedaannya ada pada landasan penyusuan kurikulum tersebut. “Kurikulum 2013 disusun mengacu pada empat landasan yaitu outcome based, student centered learning, bench marking dan kurikulum internasional, serta continously learning,” tutur Bambang. Outcome Based maksudnya kurikulum 2013 dibuat berdasarkan permintaan atau saran dari para pengguna lulusan ITB. Kurikulum disusun sedemikian rupa agar menghasilkan output lulusan seperti yang dibutuhkan oleh pengguna lulusan ITB. Student Centered Learning artinya pembelajaran berpusat pada siswa, oleh karena itu siswa harus lebih aktif ketika proses belajar berlangsung.

32 BOULEVARD 75 | MEI 2013

Oleh : Annisa Ferina Ramadhiani dan Azifa Risalati

Bench Marking dan kurikulum internasional maksudnya kurikulum ITB mengacu pada kurikulum di universitas-universitas internasional. Bambang menyebutkan bahwa ITB berencana agar seluruh program studinya diakreditasi secara internasional. Oleh karena itu kurikulum 2013 ini disusun agar memenuhi persyaratan kurikulum yang disyaratkan oleh lembaga akreditasi internasional seperti ABET dan yang lainnya. “Tetapi meskipun kita banyak mengacu pada kurikulum luar negeri namun tetap saja kurikulum ITB berada pada jalur yang disyaratkan oleh peraturan-peraturan pendidikan yang ada di Indonesia seperti misalnya permen-permen (peraturan menteri) yang ada,” ujar Bambang. Bambang menambahkan bahwa kurikulum ITB kerap kali dijadikan acuan bagi universitas-universitas ataupun lembaga-lembaga pendidikan lain dalam penyusunan kurikulum. Dengan mengacunya kurikulum 2013 kepada kurikulum internasional tentu semakin menguatkan ITB untuk menjadi World Class Univesity. “Tentu ada korelasinya dengan ITB yang berencana menjadi World Class University,” tegas Bambang. Dengan mengacunya kurikulum kepada kurikulum internasional berarti suatu jurusan lebih siap untuk diakreditasi secara internasional. Tahun ini, menurut Bambang, akan ada beberapa program studi yang akan diajukan untuk mengikuti akreditasi internasional. Dalam kurikulum 2013 ini Bambang mengatakan bahwa akan ada mata kuliah yang dihilangkan dan diganti dengan yang baru, dan ada juga mata kuliah


kampus

boulevarditb/anasz

yang lebih diperdalam. Namun untuk jumlah SKS minimum tetap saja 144 SKS untuk S1. Salah satu mata kuliah yang akan dihilangkan adalah mata kuliah SAS dan KPIP untuk mahasiswa TPB. Kedua mata kuliah ini akan diganti oleh mata kuliah Rekayasa dan Desain yang bobotnya dua SKS untuk tiap semester. Untuk menentukan pergantian mata kuliah ini awalnya tiap fakultas bebas memilih ingin mengadakan mata kuliah SAS dan KPIP atau mata kuliah Rekayasa dan Desain. Namun ternyata mayoritas fakultas lebih memilih mata kuliah Rekayasa dan Desain, termasuk fakultas yang basic nya sains sekalipun. “Alasannya karena mata Kuliah SAS dan KPIP itu sering dirasa overlap dengan mata kuliah Fisika Dasar ataupun Kimia Dasar,” jelas Bambang. Bambang mengatakan bahwa pada kurikulum 2013 ini akan mulai diberlakukan program Capstone Design bagi program studi-program studi yang telah terakreditasi ABET. “Capstone Design merupakan program semacam Tugas Akhir yang dikerjakan secara berkelompok untuk mahasiswa tingkat akhir,” ujar Bambang. Dalam program Capstone Design mahasiswa dituntut untuk membuat suatu rekayasa ataupun desain untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam dunia industri. Nantinya akan ada sekitar 30 tema besar pada Capstone Design. Tema tersebut datangnya dari permasalahan industri yang ada saat ini. Mahasiswa diwajibkan untuk memilih salah satu dari tema tersebut untuk kemudian dibuat penyelesaian dari permasalahan yang ada pada tema tersebut. Tugas Capstone Design ini harus dikerjakan secara berkelompok. “Salah satu alasan mengapa Capstone Design ini harus dikerjakan secara berkelompok adalah untuk melatih mahasiswa ITB untuk bekerja dalam tim. Selama ini kan muncul keluhan bahwa mahasiswa ITB kurang baik dalam hal bekerja di dalam tim,” tutur Bambang. “Jika ada Capstone Design berarti mahasiswa tidak usah mengerjakan Tugas Akhir karena sudah diganti dengan Capstone Design,” Bambang menambahkan. Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang mengulang mata kuliah yang ada di kurikulum 2008? “Nanti akan ada ekivalensi dari mata kuliah tersebut,” jawab Bambang. Jadi jika mahasiswa mengulang

suatu mata kuliah dan ternyata mata kuliah tersebut dihapuskan di kurikulum 2013 nanti akan ada ekivalensi mata kuliah tersebut pada mata kuliah yang baru, sehingga mahasiswa tinggal mengambil mata kuliah yang baru tersebut. Begitu juga dengan mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah di tingkat atas dan ternyata mata kuliah tersebut dihapus di kurikulum 2013. Akan ada ekivalensinya juga dari mata kuliah tersebut terhadap mata kuliah baru. Sehingga ketika mahasiswa itu sudah mencapai tingkat atas tersebut ia tidak usah lagi mengambil mata kuliah baru tersebut. “Pokoknya mahasiswa tidak akan dirugikan. Jumlah SKS yang sudah diambil oleh mahasiswa tidak akan berkurang maupun bertambah,” tegas Bambang. Lantas jika kurikulum berubah ke arah yang lebih baik apakah sarana dan prasarana juga mengikuti? Ia menjawab bahwa ia tidak tahu pasti namun tiap tahunnya ITB selalu berusaha untuk memperbaiki fasilitas-fasilitas yang ada meskipun dengan dana yang terbatas untuk menunjang kegiatan belajar mengajarnya agar hasilnya maksimal. Apalagi ITB juga berencana untuk menjadi World Class Univesity. “Saya yakin ITB akan berusaha untuk menyediakan fasilitas yang layak yang dapat menunjang proses belajar mahasiswanya,” jelas Bambang. []

MEI 2013 l BOULEVARD 75

33


kampus

‘Cembetul kali lah kau ini!’ Oleh : Rahmasari Noor Hidayah

Dalam suatu tempat pasti ada sesuatu yang khas yang membedakannya dengan tempat lain. Salah satu perbedaan yang paling menonjol adalah dari ragam bahasanya. Hampir setiap tempat memiliki ragam bahasa tersendiri. Begitu pula di ITB. Himpunannya memiliki kata-kata unik yang jarang atau bahkan tidak pernah terdengar di himpunan lain. “Cembetul kali lah kau ini” “Oksidan hari ini tanding ya jam 4 sore” “Mesen capcus ya satu”

DUNIA

Crosscutting Crosscating digunakan oleh himpunan mahasiswa Teknik Geologi “GEA” ITB. Crosscutting berasal dari bahasa Inggris yang artinya memotong. Istilah crosscutting digunakan dalam salah satu mata kuliah Teknik Geologi. Namun dalam himpunan “GEA” arti crosscutting mulai berubah fungsi. Crosscutting berarti menikung, atau mengambil yang sudah diincar orang lain terlebih dahulu. Biasanya digunakan untuk hal mengenai dunia percintaan.

Oksidan dan Reduktan Istilah oksidan dan reduktan digunakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA” ITB. Oksida panggilan untuk laki-laki, sedangkan reduktan paggilan untuk perempuan. Panggilan ini sendiri populer oleh angkatan 2008 dan tetap digunakan hingga sekarang.

Drill collar atau barite Drill collar digunakan oleh himpunan mahasiswa Teknik Perminyakan ITB. Drill collar atau barite digunakan sebagai sebutan untuk orang yang hanya memperlemah atau menjadi beban tim. Misalnya mereka sedang bermain tenis meja dan ada satu orang yang tidak bisa bermain tapi tetap ikut main. Maka orang itu disebut drill collar.

boulevarditb/galung

Istilah-istilah tadi tidak akan kita dengar kalau tidak melewati daerah sekitar Timur Jauh. Beberapa istilah baru akan kita kenal ketika kita memasuki salah satu himpunan di sana. Mulai dari istilah yang diambil dari kehidupan kuliah kemudian diterapkan di dunia nyata hingga istilah yang diambil karena kelakuan-kelakukan aneh para penguhuni himpunan tersebut. Kali ini kita akan membahas ragam bahasa baru dari himpunan-himpunan di Timur Jauh.

ISTILAH YANG DIAMBIL DARI PERKULIAHAN :

34 BOULEVARD 75 | MEI 2013


kampus ISTILAH YANG DIAMBIL DARI BAHASA LAIN: Cembetul

IMMG yag bernama Aan sering disebut mirip tomcat. Karena keserigan akhirnya dia pundung atau merajuk. Akhirnya muncullah pangglan antom yang digunakan untuk orang-orang yang mudah pundung.

Cembetul yang artinya sok benar sudah familiar di daerah Timur Jauh. Hal ini dikarenakan banyaknya anggota dari daerah himpunan tersebut yang berasal dari daerah batak. Hampir semua himpunan yang berada di Timur Jauh mngetahui arti dari kata tersebut.

ISTILAH LAIN YANG SERING DIPAKAI :

Suskau

Terra Cung = panggilan ke teman Nkl =nangis kalo lontong = cupu Muncung = bacot Sans = santai Besok = wacana Meledak = tidak tertahankan

Sama seperti cembetul, suskau juga berasal dari bahasa batak. Pemaduan katanya pun sering dengan kata cembetul. Suskau merupakan singkatan dari seriuslah kau. Sering digunakan oleh himpunan mahasiswa teknik pertambangan ITB.

Kieu Kieu berasal dari bahasa sunda . Kieu kemudian penggunaannya berubah arti oleh ‘TERRA ‘ ITB. Kieu di sini berubah arti menjadi jelek. Contoh penggunaan kalimatnya yaitu, “ Kerjaan maneh kieu pisan”. Bahasa sunda mulai sering dipake di himpunan Terra karena banyaknya angkatan 2006 yang berasal dari daerah Sunda. Seringkali kalimatkalimat juga ditambahkan imbuhan “-keun” dari bahasa Sunda.

ISTILAH YANG BERASAL DARI KELAKUAN ANEH ANGGOTA :

Gea : Silas =sikat langsung Tafa = tidak apa-apa Kuah-kuah ikan = merendah

IMMG Tansil=tanpa hasil Capcus = cappucino susu Sikil = kaki HMT Hargai pendidikan Kintil Patra Sekedar knowledge =cukup tau Oyong = bertindak dikit lagi Nabi = somebody perfect Bucin = budak cinta []

Seyogyanya, sejatinya dan lain-lain Kata-kata resmi yang jarang dipakai di zaman sekarang seperti seyogyanya, sejatinya, saya mulai sering kembali diperdengarkan di Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan (HMTM) PATRA ITB. Hal ini dikarenakan ada salah satu anggota yang sering kali berbicara dengan bahasa-bahasa tersebut hingga menular ke anggota yang lainnya.

Antom Antom merupakan singkatan dari Aan mirip tomcat. Panggilan ini muncul ketika salah seorang anggota

MEI 2013 l BOULEVARD 75

35


kampus

Akademik Jalan, Nonakademik juga Berkembang Oleh : Aisya Putri dan Hasna Alfithra Rizki

mereka pun ahli di bidang non akademik. Ini dia beberapa dari mereka yang berbagi pengalamannya agar dapat menginspirasi kita sehingga bisa berkarya seperti mereka.

Priyanka Ridianti Nurkhalida

Banyak yang berkata bahwa mahasiswa lulusan ITB tidak perlu diragukan lagi kemampuan akademiknya. Bahkan pada waktu dulu mahasiswa baru ITB selalu disambut dengan spanduk bertuliskan “Selamat Datang Putra dan Putri Terbaik Bangsa”. Tetapi benarkah bahwa seluruh mahasiswa ITB hanya pandai di bidang akademik?

Mengingat banyaknya berita yang beredar bahwa lulusan ITB ternyata tidak memiliki kecerdasan emosional yang sepadan dengan intelijensinya, keseimbangan antara kehidupan akademik dan nonakademik pun menjadi penting. Sayangnya, terdapat kepercayaan di Institut ini bahwa seorang mahasiswa tidak bisa mahir dalam keduanya. Bila tidak memilih salah satu, sebagai konsekuensi mahasiswa hanya akan menjadi mediocre (sedangsedang saja) dalam kedua bidang tersebut. Muncul anggapan bahwa menjadi cakap hanya dalam satu bidang lebih baik daripada bisa kedua-duanya, namun kemampuan biasa-biasa saja. Pendapat ini bukan berarti tidak benar, namun apabila mahasiswa mampu menjadi cekatan baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, mengapa tidak? Di ITB ini tidak sedikit yang dapat membuktikan bahwa selain berprestasi di bidang akademik,

36 BOULEVARD 75 | MEI 2013

Akrab disapa Priyanka, adalah mahasiswa SAPPK 2012. Alumni SMAN 3 Bandung yang ini memiliki kemampuan yang sepadan dalam bidang akademik dan non akademik. Ketika masih duduk di bangku SMA ia pernah dipilih untuk mengikuti student exchange (AFS Intercultural Programs) ke Indiana, Amerika Utara. Tidak hanya itu, saat ini ia adalah salah satu atlet bowling internasional. Gadis yang bermain bowling sejak kelas 6 SD ini, menjelaskan bahwa sebelumnya ia tidak tertarik dengan olahraga indoor, ia justru tertarik dan mengikuti olahraga basket. Tetapi akhirnya ia mencoba olahraga indoor ini setelah diajak ayahnya yang hobi bermain bowling. Sampai suatu saat, teman dari ayahnya menawarkannya untuk ikut pelatihan bowling di Bandung. Lama-kelamaan ia mulai tertarik dengan bowling kemudian ia mengikuti club bowling di Bandung. Ia rutin mengikuti latihan 3-4 kali dalam seminggu, dimana setiap hari Sabtu dan Minggu ia mengikuti latihan bowling di Jakarta, tetapi saat ini ia hanya mengikuti latihan setiap hari Sabtu dan Minggu di Jakarta dikarenakan semua tempat olahraga bowling di Bandung sudah tidak ada. Saat di club, ia sering mengikuti pertandingan antar club bowling di Bandung tiap minggunya. Ia juga kurang lebih sudah mengikuti 20 kali pertandingan

dok. pribadi

Kebenaran pernyataan tersebut, bahwa peserta didik ITB adalah putra-putri terbaik bangsa, perlu dicari tahu kebenarannya. Yang dimaksud dengan kata terbaik dalam hal ini tentu merujuk pada kemampuan seorang mahasiswa untuk tampil prima dalam berbagai bidang di kehidupan kampus. Indeks Prestasi, misalnya, yang merupakan gambaran mutu penyelesaian studi peserta didik, sudah selayaknya tinggi. Di saat yang sama, mahasiswa idealnya juga harus mampu menunjukkan performanya di bidang non-akademik yang dipilih, seperti aktif berorganisasi atau berwiraswasta.


kampus tingkat nasional baik bersama clubnya maupun secara individu, yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2008 yang diselenggarakan di Kaltim (membawa nama Jawa Barat) dan Porda (Pekan Olahraga Daerah) pada tahun 2010 di Bandung dan meraih dua emas dan uang bonus dari Pemerintah Jawa Barat. Kemudian ia lolos seleksi nasional untuk mewakili Indonesia di beberapa pertandingan Internasional, di antaranya: “Shalin Cup” kategori junior di Malaysia, Milo International Championship 2006 kategori ‘gils graded’ di Malaysia (Juara I), Asian Youth Championship se-Asia Tenggara di Singapore(beregu, juara IV), dan mengikuti pertandingan dua kali di hongkong tahun 2007 dan tahun 2012. Ketika menjalani student exchange di Indiana, Amerika Utara, ia juga mengikuti ekstrakulikuler bowling dan mengikuti pertandingan antar sekolah sampai dengan meraih juara II di tingkat negara bagian (state). Saat ditanya bagaimana membagi waktu belajar dengan latihan bowling ini ia mengaku mulai merasa kewalahan setelah menjalani kuliah. Pada waktu sekolah ia masih mudah mendapatkan izin untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dan dapat mengejar ketinggalan pelajaran dengan meminjam catatan teman, sedangkan pada saat kuliah ia harus tetap memenuhi 80% absensi dan mengikuti kelas. Namun hal tersebut tidak membuat gadis kelahiran 24 Novemeber 1992 ini berhenti dan mengurangi latihannya. Ia tetap berusaha agar menjalani latihan dengan rutin. Sekarang ia sedang menjalani seleksi nasional untuk pertandingan bowling di Las Vegas.

M. Sena Luphdika King Corn adalah salah satu angkringan yang ada di seberang gerbang depan ITB. King Corn yang menjual jagung bakar ini ternyata adalah usaha yang dirintis oleh mahasiswa ITB yang bernama M.Sena Luphdika Teknik Informatika 2011 dan temannya, Darus Setiawan Teknik Kimia 2011 dengan uang tabungan mereka sendiri. Mereka berdua merupakan teman satu SMA. Usaha King Corn baru dirintis tahun 2012 saat masa

OSKM 2012 berlangsung. Ide King Corn ini berawal dari pengalaman Sena sewaktu sekolah dulu. “King Corn ini sebenarnya udah ada di Magelang dan Jogja, gue kepikiran buat buka usaha jagung bakar ini dari pengalaman gue makrab pas SMA terus buat jagung bakar rame-rame, banyak yang suka, nah bikin jagung bakar ini kelihatannya simpel, tapi sebenernya ribet bikinnya. Dari pengalaman itu kepikiran kalo buka usaha jagung bakar bakalan laku karena banyak orang yang suka jagung bakar tapi males bikinnya, kebetulan King Corn ini ada di deket rumah gue dan udah 8 tahun, jadi kepikiran untuk pake dan beli resepnya, kebetulan juga gue kenal sama yang punya, tapi pas gue bilang mau beli resepnya, si yang punya nyuruh gue pake nama King Corn. Ya udah jadi pake nama King Corn ini, tapi ini tetep gue sama Darus yang pegang, tapi resepnya kita beli langsung dari King Corn yang ada di Magelang.,” cerita Sena.

Mahasiswa Teknik Informatika ini awalnya berniat untuk membuka usaha elektronik yang memang sesuai dengan minatnya tetapi akhirnya ia mencoba usaha King Corn ini sebagai modal awal pengalaman terjun langsung di dunia usaha. Ia berniat membuka cabang King Corn di Bandung dan mengurusnya pada saat liburan semester depan. Modal awal untuk membuka cabang baru didapatkan dari hasil menang lomba-lomba berkonsepkan usaha yang diikutinya. Konsep King Corn ini memenangi lomba yang diselenggarakan Dinas KUKM(Koperasi Usaha Kecil Menengah). King Corn yang menjadi usaha pertamanya ini memiliki layanan yang berbeda

MEI 2013 l BOULEVARD 75

37


kampus dengan King Corn yang berada di Magelang dan Jogja. Ia menambahkan konsep Jakari(Jagung Bakar Sendiri), maksudnya adalah ia menerima pesanan jagung bakar untuk acara-acara tertentu, dan jika dibutuhkan ia juga dapat menerima pesanan jagung bakar dengan penyediaannya(memberi layanan jagung bakar siap saji di tempat acara tersebut).

terlaksana dalam waktu yang bersamaan, namun semuanya dapat ia lalui dengan lancar. ‘Dengan kata lain, saya banci kepanitiaan. But I had tons of fun and learned a lot of things,’ tulisnya dalam balasan e-mail kepada Boulevard ITB.

Ketika ditanya tentang suka dukanya menjalani usaha ini ia menjelaskan ”Sukanya seru dapet pengalaman yang ga bisa didapet darimana-mana selain ngejalanin usaha ini langsung, dukanya ya sekarang masih kadang-kadang rugi, seringan impas belum untung, dan kadang suka pinjem ortu untuk bayar gaji buat karyawan, dan baru bisa bayar utang lewat hadiah-hadiah lomba,”ungkapnya. Ia mengaku bahwa sering berpikir untuk tidak melanjutkan usaha ini karena untung dan balik modal yang tak kunjung didapatkan. Namun ketika akan menyerah, mahasiswa yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha ini langsung teringat ke tujuan awalnya merintis dunia usaha. “Pas pengen nyerah gue coba inget tujuan awal gue untuk masuk ke bidang usaha ini, niat gue emang mau jadi pengusaha dan membuka lapangan kerja baru buat orang lain. Kalau usaha gue jalan ‘kan bakalan buka lapangan kerja untuk banyak karyawan yang jadi tulang punggung keluarganya, otomatis secara tidak langsung gue udah menolong banyak orang lewat usaha gue ini,”jelasnya.

Andhika Nugraha Andhika Nugraha, mahasiswa Teknik Informatika 2010 ini meraih Honorable Mention di Harvard National Model of United Nation yang digelar pada tahun 2012 lalu. Selain itu, selama berkuliah di ITB ia pun seringkali terlibat sebagai panitia di acaraacara yang digelar oleh mahasiswa ITB. Kegiatan yang pernah ia ikuti di antaranya yaitu sebagai Vice Event Director di ITB Fair 2012, Ketua Divisi Publikasi, Pensuasanaan, Artistik, dan Dokumentasi PLO STEI 2011, Ketua Pelaksana IVED ITB 2013, Kepala Divisi Manajemen Acara OSKM ITB 2012, dan Scouting Manajer IEC ITB 2013. Bahkan di antara acara-acara yang ia pegang ada yang

38

BOULEVARD 75 | MEI 2013

Ia mengaku dengan terlibat dalam banyak kepanitiaan di acara-acara ITB justru tidak membuat prestasi akademiknya menurun. Indeks Prestasi yang diraihnya cenderung tinggi tiap semester, buktinya tahun ini ia berhasil meraih gelar Mahasiswa Berprestasi tingkat fakultas. Ia justru menyesal ketika banyak mengambil amanah sekaligus pada satu waktu. Alasannya karena kemampuan untuk berkonsentrasi dan memberikan effort di masing-masing kegiatan menjadi berkurang. Ditanya mengenai apakah mungkin seorang mahasiswa dapat berprestasi di dua bidang atau lebih sekaligus, Andhika menjawab bahwa hal tersebut sangat mungkin. ‘Untuk contoh yang nyata, lihatlah para kakakkakak yang telah meraih Ganesha Prize,’ tulisnya. Menurutnya kuliah, organisasi, dan kepanitiaan pada dasarnya adalah hal yang sama, yaitu amanah. Semuanya membutuhkan waktu dan komitmen. ‘Asal mengurangi waktu yang digunakan untuk halhal negatif, pasti bisa,’ tambahnya. Menurut Andhika jangan jadikan kegiatan non akademik sebagai pelarian, dan jangan jadikan kegiatan akademik sebagai alasan. []


kampus

Penghuni Lain ITB Oleh : Syaiful Bahri dan Rohmah Nasada Tuita

Sebagai kampus terbuka ITB bebas dimasuki oleh siapa pun. Namun yang paling sering terlihat di kampus ini tentu mahasiswa dan pegawai. Ternyata selain mereka ada juga sosok yang hampir setiap hari datang ke kampus ini. Sosok tersebut bukan mahasiswa juga bukan pegawai, namun kadangkala menarik perhatian. Lalu, apa tujuan mereka sering datang ke ITB?

Pak Umar yang kerap muncul di lingkungan ITB

Mendengar kata penghuni lain, pasti yang muncul di benak kita adalah makhluk- makhluk gaib yang tak kasat mata. Tetapi jangan salah kira. Di ITB, selain mahasiswa dan pegawai ternyata ada sosok lainya yang sering berlalulalang di dalam kampus dan sedikit banyak dapat menarik perhatian civitas akademik ITB. Umar, salah satu sosok lelaki yang sering terlihat berlalu-lalang di sekitar labtek biru, labtek V, labtek VI, dan ATM Center, merupakan salah satu sosok yang sering menarik perhatian mahasiswa ITB karena sering terlihat mengobrol akrab dengan

mahasiswa-mahasiswa ITB. Meskipun usianya sudah jauh di atas usia mahasiswa ITB pada umumnya, namun ia sering terlihat akrab dan berbaur dengan mahasiswa yang diajaknya berbicara. Kadang ia juga terlihat memakai jaket himpunan salah satu himpunan mahasiswa di ITB. Para mahasiswa pasti sudah banyak yang tahu bahwa lelaki ini sering sekali tiba-tiba mengajak mengobrol kepada sekelompok mahasiswa yang sedang bergerombol atau berkumpul. Namun obrolan yang ia tawarkan bukan obrolan biasa. Seringkali obrolannya mengenai isu-isu yang sedang terjadi di Indonesia, sehingga banyak mahasiswa yang mengerutkan kening ketika mengobrol dengannya. Sewaktu

MEI 2013 l BOULEVARD 75

39


Boulevard mewawancarai dia pun, ia menjawab seadanya dan malah membelokan arah pembicaraan ke arah permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia seperti keadaan krisis ekonomi dan korupsi. Ia mengaku sudah ada di ITB sejak tahun 1981. Ketika ditanya pendapatnya mengenai mahasiswa ITB, ia mengatakan bahwa mahasiswa laki- laki di ITB kurang percaya diri namun santun, sementara mahasiswa perempuan menurutnya harus lebih percaya diri agar bisa menjaga diri. Sosok lainnya ialah Cahra, seorang tukang siomay yang berjualan di ITB setiap malam hari. Ia sering mangkal di sekretariat- sekretariat himpunan untuk mengobati rasa lapar mahasiswa dengan siomay hangat dan lezat di malam hari yang dingin. Menurut pengakuannya ia sudah berjualan di ITB sejak tahun 1985. Awalnya ia berjualan aneka kue dan roti, namun pada saat itu banyak pedagangpedagang lain yang menjual makanan berjenis sama. Hal tersebut sebenarnya tidak mengherankan,

mengingat sebelum tahun 1997 pedagangpedagang memang diperbolehkan untuk masuk ke lingkungan kampus baik siang maupun malam hari. Dari dulu Cahra memang akrab dengan kegiatankegiatan yang diadakan oleh mahasiswa ITB. Dahulu, saat ada kegiatan ospek mahasiswa yang dilaksanakan di luar kampus, ia sering ikut berjualan di lokasi ospek tersebut. Ia bahkan pernah ikut menginap 3 hari di sebuah daerah utara kota Bandung untuk menyediakan makanan pada mahasiswa yang kecapekan dan kelelahan karena kegiatan ospek yang yang berat. Menurutnya mahasiswa ITB itu sopan dan tidak tinggi hati. Mereka berdua hanyalah dua orang di antara sekian orang yang sering datang ke ITB selain orang yang memang berkepentingan. Tanpa kita sadari kehadiran mereka sedikit banyak juga tentu mempengaruhi kita. []

Di sini masih KOSONG Pasang iklan Anda! (085691583566)

40 BOULEVARD 75 | MEI 2013


sastra Cerpen Politik-Boulevard ITB

Calon Presiden Indon-Nesia Fajar masih tergulung, sementara tarian rumput kian mengalun membentuk gradasi warna akan pagi. Di tengah kerumunan simfoni kicau burung, terdapat kerbau yang tengah tertegun tak berpeluh. Kerbau itu bersandar, pada tanah yang basah bergelamut lumpur. Aih, kotor sekali lekuknya yang ganjil. Tak meruapkan empati. Kau tahu, kerbau, atau juga hewan yang lain itu laksana Tuhan bagi sebagian orang. Kau paham, jikalau binatang terkadang merupakan sumber perhatian untuk segelintir insan. Beberapa takjub kepada raganya, yang lain malah bergumul agar pendapatan melimpah, setelah dekat dengan ‘sosok’ yang mirip Sang Pencipta. Ya, itu tiada mengada, lekat pada sepenggalah manusia bernama Nesia.

boulevarditb/dinda

Nesia, gadis ramah yang gemar berkhayal tentang segala. Dia selalu mencipta barang nyata selaksa dua kali: dalam pikir, serta dalam wujud. Mirip seorang arsitek saja terkaku. Tapi, Nesia tak pernah sendirian bermimpi. Dia takut, segala mimpi hanya akan memberatkan liku hidupnya nanti. Kau pasti mengerti, mimpi yang tak pernah mewujud nyata, hanya akan merupa beban tanpa batas waktu. Dan kau juga layak mendengar, betapa insan nekat terjun dari lantai-lantai atas pusat pembelanjaan ketika mimpi itu tak kunjung bersambang. Namun, tenanglah. Nesia tak akan terjun dari mana-mana. Sebab, plaza atau mall-mall ibukota belum hadir pada kawasan hidupnya. Masih rumput, masih lekat tanah, tanpa paviliun atau kerak-kerak keramik yang basah. Tetapi, siapa yang sanggup menjamin lama? Siapa pula yang tak gatal menggantinya kelak, menjadi perabot modern yang lebih kasat dipandang mata? Nesia bergolak, menunggu teman lelakinya untuk pergi ke tepian kolam, tempat kerbaunya memanjakan diri. Dia senantiasa senang melihat kerbau yang tengah bercengkrama dengan air keruh, seperti bebas-lepas katanya. Sebab, kerbau

MEI 2013 l BOULEVARD 75

41


sastra itu tak perlu memikirkan betapa dia akan menderita sakit bersebab kuman, atau juga terjangkit segala macam zat berbahaya. Kerbau tetaplah kerbau, yang dungu di balik matanya yang sayu. *** Indon datang, membawa raga yang lusuh tak bertenaga. Ketika Nesia mengenalkannya padaku, aku ragu, apakah di balik bayang Indon yang ringkih, tercipta mimpi-mimpi yang tinggi. Indon menjabat tanganku, berkenalan. Suasana berubah cair, dan Indon siap bercerita akan harap-harapnya yang menjulang. Ada momen menarik ketika Indon berkisah tentang mimpinya. Dia selalu memejamkan mata, seolaholah tertidur ketika mulai berbincang akan harap. Mengigau. Mulutnya seakan berbusa, menguapkan kata-kata yang magis dari seorang pemuda desa sederhana. Dari Nesia aku mengarti, jikalau Indon pernah pergi ke kota sekali waktu, dan dia kembali dengan wajah baru, Indon-pelindur ulung. “Kau tahu, Asing -namaku-, aku sangat ingin menjadi presiden,” katanya. “Apa kau tahu siapa itu presiden?” tanyaku sekejap kata. “Aih, kau lebih lugu daripadaku. Dengarlah, presiden adalah selaksa orang nomor satu dalam sebuah negeri. Dia sangat kuat, kekar, berwibawa, dan punya sepasang kantong mata. Presiden, sungguh boleh memerintah ini-itu dengan bermodal naskah pidato, yang belum tentu dia sendiri yang menggarap. Dia membaca, menghapal layaknya anak SD tanpa boleh salah. Dari kalimatnya itu, seluruh orang memerhati, beberapa saat lantas mereka pergi, melupa lagi. Dan itu semua mudah bagiku, sepertinya, aku mulai cocok mencalonkan diri jadi presiden, tanpa perlu susah payah menghela sumpah pocong dan sejenisnya,” jelas Indon. Dia masih terpejam, setengah tidur, atau juga mati suri yang sesaat pada siang bolong. Nesia di sebelahku, dengan takjub memandang Indon, sambil menyingkap perhatian pada kerbaunya yang berkubang sendirian.

42 BOULEVARD 75 | MEI 2013

“Lalu, apa kau tak bosan dengan menjadi presiden?” aku kembali menebar ragu. “Bosan, sangat bosan. Rutinitas, dengan segala jadwal yang mengikat, membuatku geram akan serangkaian aktivitas,” keluhnya. “Mengapa kau mau?” desakku. “Aih, kau lebih dungu daripadaku, Asing. Kau tahu, selama jadi presiden, kau bisa jadi ketua-ketua lain yang lebih bergengsi. Kau dapat mencalonkan diri dalam pemilihan orang nomor satu pada suatu lembaga, ikut serta pula menjadi orang kehormatan di dalamnya, juga yang lain. Kau bisa mencoba iniitu, ikatan atau cercaan orang hanya akan jadi angin lalu. Lenyap bersama waktu. Jadi tenanglah, Asing, sepertinya aku mulai nyaman menjadi presiden,” lanjutnya. “Kemudian, siapa yang akan kau tunjuk sebagai ibu negaranya?” “Aih, kau lebih tolol daripadaku, Asing. Jelas Nesia yang akan mendampingiku di sana. Kami sudah serasi, tak akan lah dia berkhianat kepadaku. Dan kau tahu, saat jabatanku telah ditetapkan berakhir, aku akan meminta Nesia menjadi penerusku. Tapi, tetap saja aku yang kelak mewujud motornya. Dia hanya bayang, dengan aku sebagai sumber cahaya. Jadi, apa yang perlu ditakutkan? Panggung presiden itu masyuk, Asing, tak rela jikalau begitu saja aku serahkan pada yang lain,” jelas Indon. Pekat. Oh, kita seperti sedang wawancara atau tengah uji publik di depan panelis saja. Kau diam terpaku, tak bergerak, serta berharap bisa mengelak dengan kata ketika pertanyaan telah dibaca. Maka, sekarang silakan kau berkisah tentang semua mimpimu. Aku hanya akan mendengarnya sayup-sayup. “Aih, kau lebih cerewet daripadaku, Asing. Tentu saja kelak, aku akan mendirikan banyak bangunan beton di kawasan desaku. Aku pernah sekali waktu ke kota, dan aku takjub darinya. Maka, aku ingin bawa semua ke sini. Segalanya akan rapi, tanpa tanah, tanpa rumput hijau yang liar. Aku juga akan membagikan kuda-kuda besi atau kereta kencana bermesin sebagai kendaraan rakyatku. Kupotong segala pajaknya, agar tak ada yang menilap nilainya


sastra dengan suap. Masalah bahan bakar, tenanglah, akan aku gunakan uang negara untuk mensubsidi semua. Daripada habis karna korupsi, mending kudermakan saja. Aku presiden baik hati, hampir pasti aku terpilih nanti,” ungkapnya percaya diri. “Oh ya, Asing, kau sungguh bodoh, sebab kau membiarkan aku melupakan satu hal. Jikalau nanti aku jadi presiden, aku akan meminta kolegaku untuk mencantikkan citra. Siapapun boleh menjadi anggota. Makin populer dia, makin segan aku dengannya. Kelak, juga akan aku utus mereka berjanji, jikalau tak akan melakukan kejahatan keji semacam korupsi, suap, atau gratifikasi. Dan sebagai penguat makna, aku tantang mereka mengucap bahwasanya bersedia digantung di tugu tertinggi apabila terbukti bersalah. Tapi tenang saja, kolegaku tak pernah ingkar dan berkicau. Dia diam. Yang ribut ialah topeng untuk menutupi borok lukanya sendiri. Ya, barangkali jelas, siapa yang akan menjadi presiden nanti, pasti aku, Asing,” pungkasnya. Nesia membangunkan Indon yang sepenggalah waktu berbincang tentang mimpinya. Indon terkesiap, terguling menuju kubangan yang basah. Dia, yang hanya memakai baju putih polos, gaya pemimpin humanis yang disukai, serta merta menyadarkan diri. Indon hanyalah pengamat sejarah, yang tahu mana yang harus diperbuatnya. Indon berdiri, sementara Nesia tengah menggiring kerbaunya keluar dari kubangan. Indon masih terngiang, “Kalau nanti aku mencalonkan diri jadi presiden, tolong pilih aku. Aku akan mengajak Nesia bersamaku. Kami akan jadikan namaku dan namanya sebagai bahan penarik massa: Calon Presiden Indon-Nesia,” ujarnya. Sambil tersenyum, aku menyuarakan hening dalam hati: Tenang, Indon, aku tidak akan memilihmu.

boulevarditb/dinda

Bandung, April 2013

MEI 2013 l BOULEVARD 75

43


resensi

The Miracle Worker

Oleh : Annisa Ferina Ramadhiani Sutradara : Nadia Tass Genre : Drama Pemain : Hallie Kate Eisenberg, Alison Elliott, David Strathairn, Lucas Black, Kate Greenhouse Tanggal Rilis : 12 November 2000 The Miracle Worker merupakan film kisah nyata yang diangkat dari kehidupan Helen Keller. Helen Keller merupakan gadis berkebangsaan Amerika yang mengalami buta dan tuli sejak usianya menginjak 19 bulan. Karena kebutaan dan ketuliannya itu Helen menjadi bisu dan dunianya seakan berisi kegelapan. Keadaan tersebut menjadikan Helen sebagai anak yang bertempramen tinggi dan liar. Tidak jarang ia mengamuk dan menimbulkan keributan di rumahnya sendiri. Film yang merupakan remake dari film yang berjudul sama pada tahun 1962 ini lebih menceritakan mengenai usaha Anne Sullivan (Alison Elliot), seorang guru yang disewa oleh orang tua Helen, Kate Keller (Kate Greenhouse) dan Captain Keller (David Strathairn), untuk mengajari Helen (Hallie Kate Eisenberg) ketika usianya menginjak

44 BOULEVARD 75 | MEI 2013

tujuh tahun agar bisa menjadi seperti anak-anak lainnya. Pada mulanya usaha Anne Sullivan terlihat mustahil untuk berhasil karena Hellen yang begitu tempramen. Tetapi dengan sabar Anne mengajari Helen berkomunikasi dengan kata-kata dengan cara mengeja kata-kata dengan tangannya yang ditempelkan ke telapak tangan Helen. Orang tua Helen mengaggap bahwa cara ini tidak akan berhasil, namun Anne mengatakan bahwa suatu saat pasti Helen akan mengerti apa yang sedang ia coba sampaikan di telapak tangannya. Anne berkata bahwa seorang bayi yang baru lahir pun awalnya tidak bisa berbicara, namun karena sering diajari maka lama kelamaan anak tersebut akan mengerti dan terbiasa. Begitu pula dengan Helen, awalnya ia tidak mengerti namun lama kelamaan pasti akan mengerti juga. Sayangnya usaha Anne tidak berjalan dengan mulus. Seringkali Helen terlihat marah dan melemparinya dengan benda-benda, bahkan Helen sempat mengunci Anne di kamarnya. Namun usaha Anne mulai terlihat hasilnya ketika ia berhasil mengajari Helen untuk makan di meja makan dengan menggunakan sendok dan garpu sendiri. Orang tua Helen sebenarnya sudah puas dengan hasil tersebut, namun Anne berkeras bahwa ia harus berhasil


resensi mengajari Helen untuk dapat berkomunikasi dengan yang lainnya dan menyampaikan apa yang Helen inginkan melalui kata-kata.

Wild nothing /Nocturne

Usaha Anne berhasil ketika pada suatu hari Anne mengajak Helen untuk berjalan ke arah pompa air. Anne lalu memompakan air ke telapak tangan Helen. Ketika Helen merasa ada sesuatu yang dingin mengaliri tangannya, Anne mengeja kata a-i-r di telapak tangan Helen. Pada saat itu Helen mulai menyadari bahwa sesuatu yang dingin yang mengalir di atas tangannya tersebut memiliki nama dan setiap benda lainnya juga memiliki nama. Sejak saat itu Helen seakan menemukan kehidupannya kembali. Ia mulai mempelajari kata-kata baru yang juga diajarkan Anne melalui isyarat tangan. Secara keseluruhan film yang berlatar tahun 1887an ini dikemas dengan cukup apik. Akting dari Hallie yang meyakinkan mampu membuat penonton seakan ikut merasakan apa yang ia rasakan dan membuat penonton seolah terjun langsung ke kehidupan Helen Keller. Pesan moral dari film ini yaitu bahwa dalam kondisi apapun jika kita memiliki kemauan yang keras, maka akan ada jalan bagi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Ketika beranjak dewasa Helen berhasil lulus dengan predikat Magna Cum Laude dari Radcliffe College. Setelah itu ia sering menjadi pembicara di beberapa acara berskala internasional. Sampai akhir hayatnya ia telah menerbitkan 12 buah buku. Buku pertamanya ditulis ketika ia baru menginjak usia 11 tahun. []

Oleh : Rizky Rahmany Artist : Jack Tatum Judul Album : Nocturne Waktu Rilis : 28 Agustus 2012 Genre : Indie rock Wild Nothing/Nocturne merupakan album kedua dari musisi Amerika beraliran indie rock, Jack Tatum. Setelah sukses dengan album sebelumnya berjudul Gemini yang dirilis pada tahun 2010, Tatum mengungkapkan bahwa Nocturne dikemas lebih luxuriois walau tidak begitu “flashy”. Nocturne dikemas dengan beberapa track yang bersumber dari pengalaman Tatum seperti pada lagunya berjudul “Shadow” dan “Paradise” yang menceritakan bagaimana Tatum pernah terkunci di dalam kamar asramanya di Blacksburg dua tahun sebelum rilisnya album tersebut. Sebagai seorang penulis lagu, Tatum berhasil menyetarai Robert Smith dalam mengolaborasikan nada dan lirik pada suatu lagu. Beberapa penggemar mengatakan bahwa Tatum mengingatkan mereka pada musisi legendaris Morrissey. Dengan rilisnya album ini, Tatum berharap dapat membuat pendengarnya menyerap banyak makna kehidupan dalam tiap lirik lagunya. []

MEI 2013 l BOULEVARD 75

45


resensi

Enrico dan Revolusi

Judul: Cerita Cinta Enrico Pengarang: Ayu Utami ISBN: 9789799104137 KPG: 901120507 Ukuran: 200 x 135 cm Halaman: 252 halaman Lewat roman sejarah yang hadir di tengah kemunculan novel roman misteri ini, Ayu Utami ingin mengajak pembaca untuk memaknai ulang sejarah Indonesia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi sengaja dihadirkan dalam fragmen personal lewat sosok “aku�(Enrico) yang seolah mewakili pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pada bab pertama, diceritakan bahwa kelahiran Enrico, seperti halnya pecahnya revolusi tersebut merupakan hal yang sia-sia. “Bentukku meramalkan bentuk revolusi bagi ayahku. Sebuah revolusi dengan kaki-kaki kurus... aku lahir bersamaan dengan revolusi berkaki ringkih� Namun, meskipun revolusi hadir dalam wujud yang berkaki kurus, ia lahir dari seorang ibu yang

46 BOULEVARD 75 | MEI 2013

tangguh namun anggun. Sosok ibu diceritakan melalui sudut pandang anak laki-laki(Enrico).Di situ, Enrico berusaha untuk menjadi anak yang baik di mata ibunya. Seiring bergantinya periode, Enrico remaja mendapatkan kekecewaan ibu terhadap dirinya yang sudah bertransformasi menjadi anak yang nakal, namun justru di titik itu Enrico belajar akan sesuatu. Menjadi manusia dewasa dan menjadi pribadi yang merdeka. Buku ini terdiri dari Tiga bab besar yakni: Cinta Pertama, Patah Hati, dan Cinta Terakhir? Ayu Utami dengan lugas menceritakan sesuatu melalui karakter-karakter yang ia ciptakan seperti Enrico dan melalui beberapa babak kehidupan yang dilalui Enrico dia juga ingin berkisah tentang tiga babak penting dalam sejarah nasional seperti era awal kemerdekaan, orde baru, serta reformasi. Ada penghubung antara peristiwa nyata dan cerita fiksi berhasil ia bangun, yaitu pemahaman dan pemaknaan akan sejarah.[]


BOULEVARD 75 | MEI 2013


BOULEVARD 75 | MEI 2013


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.