BOULEVARD 83 - Peka Juni 2020

Page 1

BOULEVARD ITB

JUNI 2018

WWW.BOULEVARDITB.COM

83 PEKA


VI

“GAUNG MULTI KAMPUS ITB�

Indonesia membutuhkan banyak sumber daya manusia yang andal untuk meningkatkan kualitas pengembangan serta pembangunan. Sebagai salah satu perguruan tinggi berbasis teknologi terbaik di Indonesia, Institut Teknologi Bandung ingin turut berperan serta, memberikan kontribusinya dalam memajukan Indonesia, dengan mencetak sumber daya manusia yang selain andal juga mau mengabdi pada negerinya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukanlah suatu bentuk pengembangan ITB sehingga dapat terus memenuhi kebutuhan bangsa agar semakin jaya. Sayangnya, ada suatu kendala yang cukup berarti yang harus ditemui. Lahan Kampus Ganesha ITB yang bisa dibilang sempit jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya, sudah sangat padat dewasa ini, dan akan sangat sulit untuk dikembangkan. Maka, Multi Kampus ITB muncul sebagai solusi untuk mengatasi kebutuhan ini.

Dengan dasar dan landasan yang sangat mulia ini, Apakah ITB telah siap dalam menyongsong Multi Kampus ITB? Bagaimana perihal akreditasi yang kerap kali dikhawatirkan oleh mahasiswa? Apakah mahasiswa dan kegiatan kemahasiswaan sudah siap menjalani Multi Kampus ITB? Bagaimana perihal isu Multi Kampus Walini dan Jakarta yang beredar di kalangan mahasiswa? dan, Bagaimana multi kampus diterapkan pada perguruan tinggi lain? Perlukah Multi Kampus ITB kembali berbenah?

1


2


DAFTAR ISI Laporan Utama

7

Bangun Multi Kampus, ITB Sudah Siap Belum?

15

Kehidupan Mahasiswa Multi Kampus

11

Multi Kampus dan Konsiderasi Mengenai Akreditasi

21

Kampus Jakarta dan Kampus Walini: Wacana atau Realita?

23

Menelusuri Kebijakan Multi Kampus di Berbagai Perguruan Tinggi

Kencan

27

Kencan: Canggih Hawari Widyas Kencono Utomo

Kilas

30

Menelusuri Fisika Aplikatif lewat Eureka!

32

Menjelajah Dunia Teknologi Informasi bersama Arkavidia 6.0

37 Galeri

Kampus

39

Apa Kabar Perayaan 100 Tahun ITB?

3


Menengok

42 45

Menyoal Hukum Omnibus vs Coronavirus: Pemerintah Harus Becus! Apoteker = tukang laundry?!

47

Menuju Pemilihan Presiden A.S 2020: Mengenal para Kandidat dan Dampaknya

Gelitik

53

Bye-Bye, Bukabike

Sastra

55

Berpikir sejenak

56

63

64

Menghapus Hujan Seabad lamanya Megagalkan Kematian

65 Komik

4


Bangun Multi Kampus, ITB Sudah Siap Belum?

Kehidupan Mahasiswa Multikampus Kampus Jakarta dan Kampus Walini: Wacana atau Realita?

Menelusuri Kebijakan Mu Kampus di Berbagai Perg Tinggi 5


Multi Kampus dan Konsiderasi Mengenai Akreditasi

ulti guruan 6


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

Bangun Multi Kampus, ITB Sudah Siap Belum? oleh Claresta Evadne Idelia dan Din Prakoso

K

ini Institut Teknologi Bandung tidak hanya terletak di Jalan Ganesha nomor 10, Bandung. Perguruan tinggi negeri ini telah memiliki kampus yang terletak di luar Bandung, yaitu Jatinangor, Cirebon, dan Jakarta. Sistem ini biasa dikenal dengan istilah multi kampus. Multi kampus mulai dikembangkan oleh ITB sekitar tahun 2010. Pada tahun 2012, mahasiswa mulai menempati kampus ITB Jatinangor dengan program studi Rekayasa Hayati sebagai jurusan pertama yang berada di luar kampus Ganesha. Jurusan-jurusan yang berada di luar kampus Ganesha diantaranya adalah Rekayasa Hayati, Rekayasa Kehutanan, Rekayasa Pasca Panen, Rekayasa Pertanian, Teknik Pangan, Teknik Bioenergi dan Kemurgi (Jatinangor); Teknik Industri, Kriya, Teknik Geofisika (Cirebon); dan program Magister Administrasi Bisnis (Jakarta). Meski telah dibangun sedemikian rupa, terdapat banyak hal yang membuat mahasiswa resah terkait dengan perkembangan multi kampus. Beberapa di antaranya adalah masih kurangnya fasilitas yang memadai jika dibandingkan dengan

apa yang ada di Kampus Ganesha, fasilitas yang rusak dan tidak diperbaiki sampai sekarang (seperti platform toilet di GKU 1 Jatinangor), serta aktivitas—baik kelembagaan atau kemahasiswaan—yang bisa dibilang masih terfokus pada Kampus Ganesha sehingga menyulitkan mahasiswa multi kampus. Bagaimana pandangan pihak ITB terkait dengan perkembangan multi kampus sendiri? Alasan dan Tujuan Tidak jarang mahasiswa bertanya-tanya, sebenarnya untuk apa ITB mengembangkan sistem multi kampus? Berdasarkan laman website ITB mengenai multi kampus, dasar dari pengembangan sistem multi kampus ITB adalah untuk menumbuhkan dan menyebarluaskan fungsi institut teknologi, pengembangan penelitian dan pendidikan di masa yang akan datang secara nasional sehingga dapat meningkatkan jumlah sarjana teknik di Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh

7

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

Bapak Muhamad Abduh, selaku Wakil Rektor Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB periode 2020 - 2025, bahwa pengembangan sistem multi kampus ITB dilakukan untuk meningkatkan kontribusi ITB sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi untuk memajukan Indonesia. Selain karena hal tersebut, ada pula alasan lain yaitu perihal kampus ITB Ganesha yang sudah terlalu ramai (penuh) sehingga perlu didirikan kampus lain untuk menampung lebih banyak mahasiswa, adanya tempat untuk program studi baru, dan laboratorium yang mungkin lebih besar. Alasan-alasan ini diikutsertakan seiring dengan kebutuhan dan perkembangan masa. Bapak Abduh menyatakan bahwa secara garis besar alasan dikembangkannya multi kampus ITB adalah untuk meningkatkan kapasitas ITB

dalam membantu memajukan Indonesia. Kebijakan berdasarkan Opportunity Lokasi Jatinangor dipilih sebagai lokasi pertama dalam mengembangkan sistem multi kampus ITB. Yayasan UNWIM (Universitas Winaya Mukti) yang sudah tidak lagi memiliki kerjasama peminjaman lahan

8

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

dengan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat akhirnya harus meninggalkan lahannya yang terletak di Jatinangor. Lokasi inilah yang kemudian digunakan ITB sebagai lokasi pembangunan kampus Jatinangor. Setelah mendapatkan lahan, beberapa jurusan pun mulai dipindahkan ke Jatinangor. Dilansir dari https://jatinangor.itb. ac.id/ (diakses pada 26/05/2020), ITB melakukan perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal Peningkatan Kualitas Sumber Daya manusia. Kesepakatan ini mulanya tercatat dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani pada 27 Januari 2010. Setelah melalui 2 adendum pada 31 Desember 2010 dan 18 Januari 2013, dan akhirnya pada 29 Agustus 2016 Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan Perjanjian Hibah yang meliputi tanah yang saat ini dibangun kampus ITB di Jatinangor, bangunan yang ada di atas sebagian tanah tersebut dan sebuah masjid. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi juga memberikan bantuan berupa bangunan senilai Rp43.739.928.000 pada 14 Agustus 2017.

sendiri, Cirebon mendapatkan bantuan rutin dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bantuan yang diberikan dari Pemprov Jawa Barat ini kemudian mengharuskan ITB menyepakati kampus harus siap digunakan pada tahun keempat sejak dimulainya program pembangunan. Mengenai perkiraan waktu penyelesaian pembangunan kampus Jatinangor dan kampus Cirebon Pak Abduh mengaku kurang mengetahui masterplan yang disusun pada periode rektorat sebelumnya dan berencana akan menyusun masterplan kembali untuk periode ini. Belum selesai pembangunan Kampus Jatinangor dan Kampus Cirebon, ITB sudah memulai kembali rencana baru pembangunan Kampus Walini yang dicanangkan menjadi kampus terbesar ITB. Pak Abduh menjelaskan, giatnya ITB dalam membangun kampus dan melakukan perluasan merupakan satu langkah kebijakan yang diambil dari kesempatan yang ada. Bantuan yang ditawarkan dan lokasi yang dinilai strategis untuk membangun kampus baru merupakan beberapa pertimbangan ITB yang saat ini melancarkan perluasan terhadap tiga lokasi sekaligus.

Terkesan tergesa, Cirebon kemudian dipilih sebagai lokasi kedua perluasan kampus ITB. Tidak hanya di satu tempat, ITB Cirebon dibangun di dua tempat sekaligus yaitu Arjawinangun dan Watubelah yang berjarak sekitar 25 km. Berbeda dengan Jatinangor yang dana kelanjutan pembangunannya didapat dari ITB

Jawaban atas Keresahan Beberapa mahasiswa Kampus Cirebon merasa sangsi dalam menyambut berita perpindahan mereka dari Kampus ITB Jatinangor menuju Kam-

9

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

pus ITB Cirebon. Menurut mereka, pembangunan Kampus ITB Cirebon masih belum sampai pada tahap selesai. Masih banyak fasilitas yang belum memadai dan perlu diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.

dak sedikit mahasiswa yang bertanya-tanya: kapan pembangunan Kampus Jatinangor dan Cirebon akan sampai pada tahap yang bisa dibilang selesai? Untuk menjawab pertanyaan ini, Bapak Abduh menyatakan bahwa belum ada rencana pasti mengenai kapan pembangunan ITB Jatinangor dan Cirebon harus selesai; yang jelas, masih sangat lama.

Menanggapi hal tersebut, Bapak Abduh menjelaskan bahwa—seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya—pada Kecamatan Arjawinangun dan Kecamatan Watubelah, ITB sudah mempersiapkan gedung dan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang kegiatan perkuliahan mahasiswa. Mahasiswa tidak perlu terlalu khawatir karena masalah gedung dan fasilitas telah dipersiapkan sebaik mungkin oleh pihak ITB. Beliau juga menambahkan bahwa kelengkapan fasilitas ITB Cirebon yang baru, tentu saja belum bisa menyaingi ITB Ganesha yang telah lama berdiri; ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh mahasiswa karena telah memilih untuk mendaftarkan diri untuk berkuliah pada Kampus ITB Cirebon sejak awal. Ti-

10

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

Multi Kampus dan Konsiderasi Mengenai Akreditasi oleh Hanzel dan Rhea

S

istem multi kampus muncul ke dalam realita sejak adanya kesepakatan untuk merentangkan jangkauan yang lebih jauh ke tanah Jatinangor. Sebanyak 29 hektar tanah Ganesha dinilai belum cukup untuk menaungi jumlah para pembelajar, pun untuk memupuk pengembangan program-program studi baru yang dirasa sudah dibutuhkan di tengah perkembangan tantangan dunia. Akhirnya, jawaban yang dipilih terhadap problema tersebut adalah sistem multi kampus. Ada harapan untuk mempertahankan, bahkan menegaskan relevansi ITB dengan sistem tersebut. Locally relevant, globally respected. Frasa tersebut dapat terwujud lebih nyata dengan adanya sistem multi kampus sebagai salah satu motor penggerak, begitulah keyakinan Bapak Muhamad Abduh selaku Wakil Rektor Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB periode 2020 - 2025. Meskipun demikian, solusi tersebut bukan serta-merta menjadi ujung masalah, melainkan dikecap sebagai pencetus polemik yang baru

bagi beberapa kalangan. Kelahiran program-program studi baru berarti memulai segalanya dari nol, salah satu diantaranya akreditasi. Lantas, bagaimana dengan program-program studi yang belum mendapatkan akreditasi yang setara dengan prestise ITB yang begitu diagung-agungkan, dan bagaimana dengan nasib mahasiswa-mahasiswanya? Apakah hal tersebut sudah dipertimbangkan dengan matang oleh ITB sebelum mengambil keputusan tersebut? Dasar Pemilihan Lokasi Multi Kampus dan Kualitas Fasilitas Dalam pencarian jawaban mengenai pandangan ITB mengenai akreditasi, muncul pertanyaan lain: apa saja yang mendasari pemilihan lokasi multi kampus? Bukan suatu rahasia bahwa ada keterkaitan antara lokasi dan lingkungan dengan performa akademik, sehingga memungkinkan spekulasi bahwa pemilihan lokasi dipengaruhi oleh aspek tersebut. Meskipun demikian, pemilihan lokasi bukanlah perihal yang mudah seper-

11

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

ti yang dikira. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi yaitu opportunity. Jatinangor, misalnya, sudah “jadi” dan matang untuk dijadikan “cabang” ITB, sehingga keputusan untuk mengambil opportunity tersebut tidaklah salah, selagi lokasi tersebut bisa memenuhi hal yang diharapkan tadi: peningkatan kuantitas (karena kuantitas juga penting selain kualitas), yang juga akhirnya dapat memperbesar banyak peluang, salah satu diantaranya melahirkan program-program studi baru. Pertimbangan-pertimbangan lain selain opportunity juga ada, yaitu pencarian akan lokasi yang “tepat”, yang menurut Pak Abduh telah diterapkan saat ITB “memilih” Cirebon sebagai wilayah kampus yang lain. Kata “tepat” di sini bisa berarti sesuai secara geologis, tanah, air, lingkungan sekitarnya, dan lain-lain. Selain aspek geologis, ada aspek-aspek lain seperti masalah teknis, sosial, politik, sampai ke masalah kepemilikan. Pak Abduh menganggap bahwa pemilihan lokasi sudah pasti mengutamakan “yang terbaik” dari segala aspek secara kolektif. Berkaitan dengan fasilitas, menurut Pak Abduh, Jatinangor sudah cukup nyaman dengan adanya fasilitas-fasilitas seperti kantin, tempat olahraga, dan lain-lain. Salah satu hal yang patut dibanggakan adalah sudah mulai terbangunnya atmosfer akademik di Jatinangor, yang memang mustahil bisa terbentuk dalam waktu singkat. Perkembangan atmosfer akademik me-

12

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

merlukan waktu, dan pastinya secara bertahap. Oleh karena itulah, sebaiknya pun tidak ada ekspektasi yang terlalu tinggi akan kampus Cirebon yang baru akan dibuka. Akan lebih baik apabila prosesnya dinikmati, karena kita sedang membangun, dan itulah hal yang terpenting. Pada akhirnya, pencapaian yang baik akan dihasilkan apabila semua pihak berkontribusi. Bagaimana Akreditasi Studi Multi Kampus?

terstruktur agar semua sumber daya dapat berkiprah di kancah global. Sudah merupakan risiko yang tidak terelakkan bahwa apabila suatu universitas/institusi pendidikan membuka program studi baru, akreditasi tidak akan bagus dalam waktu sekejap. Pada akhirnya, semua membutuhkan proses, sebuah pematangan membutuhkan waktu yang memadai, barulah akreditasi yang baik bisa tersematkan bagi program studi tersebut.

Program

Oleh karena itu, tidak perlu ada keraguan untuk membuka program studi baru apabila substansinya memang dibutuhkan, karena akreditasi bukan menjadi penghalang di awal, melainkan suatu pencapaian di akhir, yang harus diperoleh nantinya setelah ‘pematangan’ program studi yang baru tersebut selesai. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim juga menyatakan bahwa akreditasi tidak lagi penting dan hanya bersifat voluntary. Kualitas pendidikan tidak lagi diukur dengan jumlah dosen bergelar doktor, jumlah sitasi dalam penelitian, maupun jumlah kursi.

Saat ini, ada suatu pencapaian yang dapat dibanggakan, yaitu bahwa semua program studi S1 ITB yang terdapat di Kampus Ganesha sudah terakreditasi A oleh BAN-PT. Meski demikian, program-program studi yang terletak di kampus lain (non-Ganesha) belum bernasib sama, misalnya Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (FTSL-J), dan Teknik Pangan (FTI-J). Lantas, muncul pertanyaan, bagaimana sebenarnya kepedulian ITB mengenai akreditasi prodi-prodi di luar kampus Ganesha yang belum bisa mencapai akreditasi “A” seperti prodi-prodi pendahulunya?

Meski menganggap akreditasi belum terlalu penting ketika membangun di awal, masalah akreditasi tentu tidak akan dilewatkan begitu saja oleh ITB. ITB akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitasnya, dan akreditasi bisa dibilang hanya sekadar ‘bonus’. Hal ini tidak sulit dipercaya, karena nyatanya, saat ini SITH-R

Akreditasi bukanlah hal yang paling diprioritaskan dalam program studi baru. Pak Abduh menegaskan bahwa pembukaan prodi baru akan lebih banyak difokuskan dalam sisi substansi. Program studi yang dibentuk harus relevan dengan kebutuhan sekarang serta memiliki sistem yang

13

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

pun sudah memenangi akreditasi A untuk 2 prodi yang terbilang baru, yaitu Rekayasa Hayati dan Rekayasa Pertanian. Pencapaian ini memunculkan harapan dan kepercayaan bahwa akreditasi yang belum seimbang salah satunya dipengaruhi oleh waktu. Pada dasarnya, sudah merupakan misi ITB untuk terus melangkah menuju kemajuan, dengan perseverasi untuk terus meningkatkan mutu. Senada dengan fasilitas dan atmosfer akademik, seiring berjalannya waktu, akreditasi akan terus ditingkatkan agar dapat mengimbangi akreditasi prodi-prodi yang sudah berdiri sebelumnya.

ditasi prodi-prodi ITB. Perlu dijelaskan secara lebih rinci mengenai perbedaan mendasar multi kampus ITB, terutama akreditasi, sehingga pilihan calon-calon mahasiswa menjadi lebih mantap dan tidak perlu disesali. Bukannya tidak mungkin ada beberapa calon mahasiswa yang kurang memahami perihal kata “Ganesha”, “Jatinangor”, dan “Cirebon” ketika memilih fakultas saat mendaftar, dan mereka tidak mengetahui perbedaan yang ada mengenai akreditasi ini. Oleh karena itu, penyebarluasan informasi yang tepat guna, dalam hal ini termasuk akreditasi, amat dibutuhkan pula saat memperkenalkan prodi-prodi ITB.

Lalu, bagaimana dengan kecemasan para mahasiswa yang harus berkuliah di prodi-prodi baru ITB yang belum terakreditasi sebaik program studi pendahulu? Menurut Pak Abduh, perihal demikian adalah suatu konsekuensi yang memang harus dikecap oleh mahasiswa yang telah menetapkan pilihan untuk memilih prodi-prodi tersebut. Apabila memang tidak ingin mengenyam pendidikan dari program studi yang ‘hanya’ terakreditasi B atau kurang, akan lebih bijak bila sejak awal mahasiswa tersebut mencari alternatif lain.

Fasilitas pendidikan, atmosfer akademik, hingga aspek administratif seperti akreditasi memang tidak dibangun dalam semalam. Perlu waktu dan proses bertahap untuk mencapai level yang sepatutnya bagi ITB. ITB memiliki penjamin mutu. ITB harus dan pasti akan terus maju. 100 tahun bukanlah masa yang sebentar. Selama itu pula, ITB terus berkembang hingga konsisten hadir sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik bangsa, harapan untuk kemajuan bangsa. Multi kampus pun menjadi salah satu roda penggerak kemajuan, oleh karena itu ITB tak henti-hentinya mencari the whole system yang tepat dan efisien, agar bisa mencapai relevansi dan kehormatan yang sesuai.

Berkaitan dengan permasalahan “kuliah di prodi-prodi yang belum terakreditasi dengan baik”, perlu kita cermati pula bahwa sebaiknya ada sosialisasi yang baik mengenai akre-

14

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

Mahasiswa Multi Kampus Harus Bisa Multi Adaptasi oleh Hafsah Restu dan Maria Kirana

M

ulti kampus adalah solusi yang dibawa ITB untuk mengembangkan ukuran kampusnya. Kampus Ganesha dirasa sudah sangat sesak dan jauh dari kondisi ideal dalam daya tampungnya, padahal ITB diharapkan oleh Gubernur Jawa Barat untuk memperbanyak SDM unggul. Dalam pelaksanaannya, multi kampus masih mengalami cukup banyak kendala, dan berdampak pula terhadap kehidupan mahasiswa di dalamnya. ITB Jatinangor memang terlihat sudah mulai ramai, namun dengan keadaan yang baru tersebut, bagaimanakah suasana kemahasiswaan di dalamnya? Di sisi lain, mahasiswa ITB kampus Cirebon yang selama ini “menumpang� di Jatinangor, pada bulan Agustus 2020 akan ditempatkan di kampus ITB Cirebon. Bagaimana kesiapan mereka?

mereka di kampus Ganesha. Untuk itu, muncul beberapa ekspektasi mahasiswa terhadap kampus Jatinangor. Lintang Purnomo Ajie, ketua HMPG ITB, yang saat ini menjalani tahun ketiga di kampus Jatinangor mengekspektasikan suasana kemahasiswaan yang tetap ramai, seperti halnya di kampus Ganesha. Selain itu, Lintang juga berekspektasi bahwa para mahasiswa disana tidak tertinggal kegiatan terpusat. Akan tetapi, realita yang terjadi tidak seluruhnya sesuai dengan ekspektasi tersebut. Kegiatan dari KM maupun UKM tidak sepadat di kampus Ganesha. Kemahasiswaan di Jatinangor masih sepi di awal kepindahan Lintang satu tahun lalu. Meskipun demikian, saat ini ITB Jatinangor perlahan mulai relatif ramai jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain memunculkan ekspektasi dan realita, kepindahan mahasiswa dari satu kampus ke cabang kampus yang lain juga memunculkan perbedaan mendasar yang dirasakan secara langsung oleh mahasiswa. Apabila di kampus Ganesha, mahasiswa ITB menjadi kaum mayoritas karena ke-

ITB Jatinangor Ekspektasi dan Realita Sebelum menjalani perkuliahan di Jatinangor, mahasiswa ITB Jatinangor terlebih dahulu menjalani masa TPB

15

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

tika mereka ke luar kampus, misalkan ke Jalan Dago, maka akan banyak ditemukan mahasiswa ITB lain disana. Berbeda halnya dengan di kampus Jatinangor. Ketika mahasiswa ITB Jatinangor bepergian ke luar kampus, misalkan ke pusat perbelanjaan atau tempat makan, mereka sama sekali tidak mengenal orang-orang yang ada di sana karena mayoritasnya adalah mahasiswa Universitas Padjajaran. Dalam hal ini, mahasiswa ITB Jatinangor dapat dikatakan sebagai minoritas, sehingga mereka merasa terasing dalam kondisi tersebut. Tak hanya itu, dengan area kampus yang sangat luas dan populasi mahasiswa yang sedikit, menjadikan kampus Jatinangor sangat sepi.

Menilik Sisi Lain Sementara dalam hal akademik, perbedaan yang menonjol adalah terkait jadwal akademik. Secara umum, perkuliahan di ITB Ganesha berlangsung dari pukul 7 pagi hingga 5 sore. Sedangkan di ITB Jatinangor, sebagai contoh di Jurusan Teknik Pangan, kelas paling pagi dimulai pukul 8, pada umumnya pukul 9, dan diakhiri paling lambat pukul 4 sore, umumnya pukul 3 sore. Jadwal yang lebih singkat ini disebabkan oleh dosen pengajar diambil dari kampus Ganesha. Selanjutnya, terkait fasilitas akademik. Sebenarnya pihak ITB sudah mengusahakan penyediaan fasilitas semaksimal mungkin, namun karena program studi di Jatinangor masih baru, beberapa pe-

16

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

ralatan laboratorium belum tersedia, sehingga praktikum harus dilakukan di Ganesha. Sebaliknya, ditinjau dari akses internet, wifi di ITB Jatinangor lebih kencang karena penggunanya sedikit.

Asa untuk Kemahasiswaan Kemahasiswaan di ITB Jatinangor paling banyak dilakukan oleh himpunan untuk massa himpunannya masing-masing. Sementara kolaborasi antarmasa ITB Jatinangor masih jarang dilakukan. Adapun kolaborasi terbesar yaitu OJAN/Olimpiade Jatinangor. Untuk kegiatan UKM, belum ada prosedur khusus untuk mewadahi mahasiswa multikampus sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan kegiatan di Ganesha.

Di sisi lain, kampus Jatinangor memberikan sisi positif bagi suasana belajar mahasiswa. Kondisinya yang sepi memungkinkan mereka untuk dapat belajar dengan lebih kondusif, tentram dan nyaman. Lingkungan asri, banyaknya pohon dan masih sedikitnya bangunan menjadi penghilang stres ketika mahasiswa ke luar kelas

Menanggapi isu multi kampus ini, urgensi yang harus dibenahi menurut mahasiswa yaitu terkait fasilitas akademik, terutama kegiatan praktikum. Lalu, terkait ketersediaan dosen yang sebaiknya ahli dalam bidang program studi, bukan induk program studi. Kemudian dari segi kemahasiswaan, yakni dalam upaya meramaikan kampus Jatinangor. Upaya yang dapat dilakukan mahasiswa diantaranya dengan mengadakan kegiatan pusat yang pelaksanaannya juga diadakan di Jatinangor serta membuat cabang unit. Adapun kendala yang mungkin dihadapi yaitu keterbatasan sumber daya manusia.

Adaptasi Perbedaan-perbedaan di atas mengakibatkan mahasiswa harus beradaptasi. Pertama, adaptasi lingkungan di luar kampus, kondisi di Jatinangor lebih menantang karena sepi dan tingkat kriminalitasnya tinggi. Kedua, adaptasi dengan fasilitas akademik, lebih ke permasalahan teknis, seperti banyak dosen yang terlambat. Ketiga, adaptasi kemahasiswaan yang mengharuskan beberapa mahasiswa rela bolak-balik Ganesha-Jatinangor untuk UKM maupun kepanitiaan. Keempat, adaptasi lingkungan di dalam kampus. “...di Jatinangor ini kekeluargaannya lebih dapet sih. Karena orangnya dikit, ketemunya sama dia-dia lagi di dalem kampus, jadi lebih akrab aja sama orang-orang Nangor.� jelas Lintang.

Mahasiswa berharap ITB Jatinangor semakin baik dari segi fasilitas akademik dan penunjang kemahasiswaannya. Minimal dapat memenuhi kebutuhan dasar mahasiswa. Selain itu, kegiatan kemahasiswaan

17

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

di Jatinangor juga lebih ramai, lebih berkarakter dan lebih relevan dengan massanya.

Reini, ITB menyatakan bahwa mereka akan mengkaji ulang keputusan yang diambil pada kepengurusan sebelumnya dan mengusahakan penginformasiannya sebelum tahun ajaran baru dimulai.

Ketika kita melihat kegelapan, jangan mengutuk kegelapan itu, tapi jadilah lilin yang menerangi di ruangan itu. Terkait isu multi kampus ini, Lintang berpesan kepada seluruh massa multi kampus ITB untuk tidak pernah merasa rendah diri ataupun kurang percaya diri, tetap semangat dalam berkemahasiswaan dan menjalaninya sepenanggungan bersama-sama.

Langkah HMP Komisariat Perbedaan yang menarik dari ITB Cirebon dan ITB Jatinangor adalah jurusannya. Walaupun jurusan-jurusan di ITB Jatinangor sebagian bernaung di bawah fakultas yang sama dengan ITB Ganesha, program-program studi yang ditawarkannya berbeda. Sedangkan ITB Cirebon memiliki jurusan yang sama persis dengan Ganesha, seperti SAPPK-C yang memiliki jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), sama seperti Ganesha dalam hal kurikulum dan dosennya.

ITB Cirebon Apa yang Sama dan Berbeda Tidak sedikit orang yang mempertanyakan kebijakan kampus ITB Cirebon, yang sudah memiliki mahasiswa namun belum kunjung tampak wujud kampusnya secara fisik. Walaupun mendapat tekanan tinggi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, eksistensi kampus ini baru mulai terangkat kembali tahun 2020, saat mahasiswa Cirebon angkatan 2018 dan 2019 diwacanakan akan dipindahkan dari Jatinangor ke Cirebon bulan Agustus 2020. Angkatan 2016 dan 2017 sendiri akan “menumpang� akreditasi dari kampus Ganesha, sedangkan angkatan 2018 dan 2019 akan memperoleh akreditasi baru, mengikuti akreditasi kampus ITB Cirebon. Setelah terjadinya pergantian kepengurusan kepada Bu

Persamaan jurusan ini lah yang membuat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di Cirebon tidak sepenuhnya bebas, karena adanya peraturan dari Menristekdikti bahwa satu prodi tidak boleh memiliki dua organisasi yang berbeda. Untuk menyikapi hal ini, salah satu HMJ yang memiliki cabang di Cirebon, Himpunan Mahasiswa Planologi (HMP), membuat kebijakan diadakannya badan khusus yang dinamakan HMP Komisariat, sebagai wadah mahasiswa PWK-C untuk berkemahasiswaan. HMP Komisariat memiliki hak dan kewajiban berbeda, dan memiliki badan yang berbeda. Anggota dan badan

18

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

pengurusnya memiliki tambahan kata “komisariat” dalam jabatannya, seperti Dewan Perwakilan Anggota (DPA) Komisariat dan Anggota Komisariat. Alasan lain yang mendasari PWK-C masih berada di bawah HMP yang sama adalah karena pembelajaran di kelas yang sama, pembelajaran di luar kelas pun haruslah demikian dalam hal perujukan profil yang sama dan penurunan nilai-nilai yang sama. Sehingga, output lulusan yang didapat tidak memiliki kesenjangan kualitas antara mahasiswa PWK-G dan PWK-C

mahasiswanya, baik secara akademik maupun kejiwaannya. Membangun sistem yang sustain dan berkelanjutan menjadi masalah utama dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Baru setelah kebutuhan dasar tersebut terpenuhi, mereka bisa benar-benar bermanfaat ke luar, untuk mewujudkan rencana menghidupkan kemahasiswaan, baik di kampus Jatinangor maupun kampus Cirebon, yang telah mereka buat. “Kita punya komitmen bahwa di mana pun kita berada, kita harus bisa ngeramein kampus,” kata Ketua HMP Komisariat.

Fokus utama HMP Komisariat adalah pemenuhan dasar kebutuhan para

Selain Himpunan Mahasiswa Ju-

19

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

rusan, ITB Cirebon juga direncanakan memiliki empat Unit Kegiatan Mahasiswa dari setiap rumpun yang hanya ada secara legalitas karena adanya desakan dari Lembaga Kemahasiswaan. Keempat rumpun tersebut adalah pendidikan, seni dan budaya, agama, dan olahraga.

di tengah kondisi yang fluktuatif ini. Perubahan pola pikir sangat diperlukan karena mahasiswa Cirebon pada akhirnya bukan mahasiswa yang hanya mengikuti sistem yang sudah ada dan mengikuti arus, tapi mahasiswa Cirebon harus menjadi pencipta sistem. “Sehingga akhirnya (mahasiswa Cirebon) tidak lagi mengutuk-ngutuk kegelapan, tapi harapannya bisa mencari penerangan di antara kegelapan itu, dan memberikan penerangan kepada orang-orang lainnya,� kata Jedy.

Asa untuk Kemahasiswaan Harapan mahasiswa terhadap ITB-Cirebon adalah adanya perlindungan hak kepada mahasiswa ITB di Cirebon. Jangan sampai hak mereka untuk belajar, berkarya, dan berjuang itu tidak bisa terwujud karena ada proses-proses politis dari pihak atas, seperti masalah pembangunan kampus yang belum selesai dan pembelajaran di kelas yang tidak optimal karena kurangnya perencanaan. Untuk mahasiswa Cirebon angkatan selanjutnya, mereka diharapkan dapat memiliki karakter yang resilien

20

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

Kampus Jakarta dan Kampus Walini: Wacana atau Realita? oleh Gayuh Tami dan Mikhael

I

TB multi kampus adalah salah satu kebijakan yang diambil oleh Institut Teknologi Bandung untuk memperluas daerah kampus dari yang awalnya hanya berada pada Jalan Ganesha, Bandung. Berdasarkan Peraturan Senat Akademik (2016), maksud pengembangan multi kampus adalah untuk mengantisipasi dan memenuhi tuntutan pengembangan keilmuan ITB yang sesuai dengan jati diri ITB dan sejalan dengan RENIP (Rencana Induk Pengembangan), untuk menghasilkan sumber daya insani yang unggul sesuai kebutuhan masyarakat untuk menjadi Indonesia dan dunia lebih baik. Salah satu tujuan pengembangan multi kampus adalah meningkatkan kapasitas kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Wacana akan adanya Kampus Jakarta dan Kampus Walini sebagai bagian dari kebijakan multi kampus ITB kian mendengung di telinga mahasiswa. Lantas apa yang sebenarnya terjadi? Hanya sekedar wacana ataukah realita?

Kampus Jakarta Selain Kampus Ganesha, Kampus Jatinangor, dan Kampus Cirebon yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat, ITB juga memiliki satu kampus lagi, yaitu Kampus Jakarta. Sama seperti tujuan dibentuknya multi kampus ITB, Kampus Jakarta didirikan untuk meningkatkan kontribusi ITB kepada bangsa dan mengambil kesempatan-kesempatan yang ada. Dalam hal ini, kesempatan yang dimaksud adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar di mana banyak pekerja di Ibu Kota kita, Jakarta, yang ingin melanjutkan studi S2 dalam bidang manajemen. Saat ini, Kampus Jakarta yang berlokasi di Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan ini hanya memiliki satu program studi, yaitu Program Studi S2 Bisnis Administrasi (MBA) dari Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM). Sampai saat ini, ITB belum memiliki rencana untuk membuka program studi baru di Kampus Jakarta akibat dari mahalnya lahan di sana.

21

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

Kampus Walini

dan perubahan kebutuhan industri selama empat tahun terakhir, master plan tersebut tidaklah lagi relevan sehingga pihak ITB belum bisa memastikan program studi apa saja yang akan dibuka nantinya. Yang jelas, ITB akan memanfaatkan civitas akademik yang saat ini dimiliki dan membuka program studi yang sudah lebih familiar sebelum membuka program studi yang lain.

Rumor mengenai akan dibangunnya kampus kelima ITB di daerah Walini sudah sering terdengar di kalangan mahasiswa ITB. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bersama Bapak Muhamad Abduh, selaku Wakil Rektor Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB periode 2020 - 2025, beliau membenarkan rumor yang telah beredar tersebut. Rencana pembangunan Kampus Walini ada karena adanya tawaran yang diberikan kepada pihak ITB untuk membangun kampus baru di sana. Selain itu, Walini juga merupakan salah satu titik stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung sehingga dianggap cukup strategis untuk dikembangkan.

Harapan dari Mahasiswa untuk Kampus Jakarta, Kampus Walini, dan ITB Melihat wacana adanya pembangunan situs kampus lain dalam kebijakan multi kampus ini, tidak sedikit mahasiswa yang sebenarnya bingung dengan apa yang dilakukan ITB. Kampus Jatinangor dan Cirebon belum rampung, namun mengapa sudah melakukan pengembangan kampus lain? Tentu saja karena opportunity dan keinginan untuk memajukan bangsa. Dengan dibangunnya Kampus Jakarta dan rencana pembangunan Kampus Walini, ITB diharapkan bisa lebih berkontribusi terhadap kemajuan bangsa Indonesia.

Perencanaan pembangunan Kampus Walini telah dimulai sejak tahun 2016, namun sampai saat ini masih belum ada kejelasan lebih lanjut mengenai pembangunan kampus di lokasi ini. Empat tahun semenjak dirancangnya pembangunan Kampus Walini, ITB masih belum mendapatkan lahan untuk membangun kampus baru yang telah dijanjikan oleh pemerintah. Master plan pengembangan Kampus Walini mengenai program studi dan fasilitas yang akan tersedia tentu sudah dibuat sejak rencana pembangunan dicetuskan. Namun, akibat dari perkembangan zaman

22


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

Menelusuri Kebijakan Multi Kampus di Berbagai Perguruan Tinggi oleh Beta Miftahul Falah, Farah Syahidah, Shefira Herlin

Multi kampus bukanlah suatu kebijakan yang hanya diterapkan secara eksklusif di Institut Teknologi Bandung saja. Di Provinsi Jawa Barat, kebijakan multi kampus merupakan salah satu bentuk kerja sama dari Pemprov Jabar dengan perguruan tinggi terkemuka di Jawa Barat. Tujuannya untuk memudahkan akses masyarakat di daerah agar bisa mengenyam bangku pendidikan di perguruan tinggi, serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat. Upaya ini juga sebagai solusi dari lahan di kampus utama yang terbatas dan semakin padat. Universitas yang ikut serta dalam upaya pemerataan ini adalah Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Pendidikan Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung.

kampus yang berlokasi di Bandung, Cibiru, Sumedang, Tasikmalaya, dan Serang. Sedangkan UNPAD memiliki kampus yang berlokasi di Jatinangor, Kota Bandung (Dago dan Dipatiukur), dan Pangandaran. Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang berada di Surabaya, Jawa Timur juga menerapkan kebijakan ini. ITS memiliki tiga kampus, yaitu Sukolilo, Manyar, dan Cokroaminoto. Berbeda dengan universitas di Jawa Barat yang lokasi kampusnya tersebar di berbagai kota, ketiga kampus di ITS masih terletak di kota yang sama, yaitu Surabaya. Kampus ITS Sukolilo sebagai kampus utama, Kampus Manyar digunakan untuk program D-3 dan D-4 Teknik Sipil, dan kampus Cokroaminoto yang diperuntukan program magister manajemen sekaligus beberapa lembaga kerjasama.

Jika ITB memiliki tiga lokasi berbeda yaitu ITB Ganesha, Jatinangor dan Cirebon, IPB memiliki kampus yang terletak di Dramaga, Baranangsiang, Taman Kencana, Gunung Gede, Cilibende, dan Sukabumi. UPI memiliki

Dampak Multi kampus Dampak penerapan kebijakan multi kampus di universitas lain, samakah dengan dampak penerapan multi

23

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

kampus di ITB?

yang berada di Jatinangor dan Dipatiukur karena kedua kampus memiliki akses jalan serta transportasi yang dapat dengan mudah ditemukan dan dipergunakan oleh mahasiswanya.

Penerapan kebijakan multi kampus memberikan dampak positif maupun negatif. Beberapa universitas yang menerapkan kebijakan multi kampus ternyata masih cenderung berat sebelah dalam melakukan pembangunan maupun pengadaan fasilitas. Kampus utama biasanya mendapatkan fasilitas yang lebih baik dibanding kampus lainnya.

Di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, seluruh mahasiswa TPB diwajibkan untuk mengikuti kuliah umum yang dilakukan di kampus utama, padahal tidak semuanya sehari-sehari berkuliah di kampus utama. Mengeluarkan ongkos lebih untuk transportasi sudah menjadi konsekuensi. Masalah juga akan terjadi apabila jeda waktu ke kuliah selanjutnya terlalu singkat, padahal mahasiswa memerlukan waktu perjalanan yang cukup lama.

“Biasanya sistem multikampus akan berdampak ke pengawasan yang tidak maksimal. Aspirasi sulit disampaikan, bahkan terkesan diabaikan. Pembangunan juga kurang merata. Contohnya di UPI, di Bumsil banyak pembangunan, tetapi apakah di Kampus Serang gedung dan fasilitas kampusnya juga diberi perhatian yang sama? Belum tentu,� ujar salah satu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Seorang mahasiswi IPB juga mengatakan hal serupa, yaitu perhatian hanya diberikan di beberapa kampus saja, sedang kampus lain kurang diperhatikan.

Adanya sistem multi kampus di Institut Teknologi Sepuluh Nopember juga mengakibatkan kekeluargaan mahasiswa menjadi renggang. Ketika terdapat suatu event yang menyatukan seluruh mahasiswa seperti supporter-an, terkadang terjadi ricuh antara mahasiswa yang kuliah di wilayah kampus berbeda, padahal mereka sama-sama mahasiswa ITS.

Menurut Zahra, seorang mahasiswi FIKOM UNPAD, pembangunan kampus utama dan kampus cabang di UNPAD masih belum merata. Sebagai contoh, akses jalan untuk menuju kampus UNPAD yang berada di Pangandaran masih cukup sulit dilalui karena lokasinya yang berada di kawasan perhutanan. Hal tersebut cukup ‘jomplang’ dengan kampus

Meskipun memiliki beberapa dampak negatif, sistem multi kampus membuat suatu universitas bisa menampung sumber daya manusia lebih banyak. Sistem multi kampus dapat membantu pemerataan pendidikan dengan menyediakan akses pendidikan di berbagai daerah, tidak hanya mengandalkan kampus

24

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

utama. Sehingga, akan lebih banyak mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia yang memiliki kesempatan sama untuk mengenyam pendidikan tinggi.

adanya trans nangor, mahasiswa tidak bisa hanya mengandalkan bus ini, sehingga tetap harus mengeluarkan ongkos lebih. Soal fasilitas, mahasiswa ITB Jatinangor merasa fasilitas seperti lapangan dan gedung belum seoptimal yang ada di kampus Ganesha. Jika dibiarkan, hal ini tentu akan membuat mahasiswa semakin merasa ada kesenjangan antar kampus. Untungnya, tak seperti di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, kekeluargaan antar kampus ITB masih cukup erat sehingga tidak ada kerusuhan antara mahasiswa ITB Ganesha, Jatinangor, dan Cirebon.

Di Jawa Barat, pembangunan kampus di berbagai wilayah memiliki ciri khas yaitu jurusan di setiap kampus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut. Hal ini dapat menjawab tantangan kebutuhan sumber daya manusia yang ahli untuk melakukan pengabdian masyarakat sesuai dengan kebutuhan. Dampak positif lainnya, tentu saja kampus utama menjadi tidak terlalu penuh. “Sistem multi kampus juga bisa memperkenalkan sekaligus mengembangkan potensi daerahdaerah lain di Indonesia. Contohnya untuk UNPAD kan ada yang kampusnya di Pangandaran, jadi potensi-potensi dari Pangandaran yang belum diketahui oleh banyak orang lama-lama akan dikenal oleh masyarakat luas,� ujar salah seorang mahasiswi FIKOM Universitas Padjadjaran.

Saran untuk ITB Mengenai Multi Kampus Dengan diterapkannya sistem multi kampus di ITB, secara tidak langsung ITB menyetujui segala konsekuensi dan dampak yang akan diterimanya. Pemerataan pembangunan, staf akademis yang memadai, serta sistem kementrian mahasiswa yang dapat mengayomi seluruh kampus ITB sehingga seluruh kampus ITB memiliki perlakuan dan kesempatan yang sama untuk memperoleh fasilitas penunjang pendidikan. Jika dibandingkan dengan kebijakan multi kampus yang diterapkan di universitas lain, sistem multi kampus yang telah diterapkan di ITB sebenarnya sudah cukup efektif. Namun, penerapan kebijakan multi kampus memang tak

Dampak penerapan multi kampus di Institut Teknologi Bandung tak jauh berbeda. Mahasiswa ITB Jatinangor dan Cirebon kerap kali harus ke ITB Ganesha untuk acara-acara tertentu. Unit Kegiatan Mahasiswa dan kegiatan pusat juga masih sangat tergantung dengan ITB Ganesha. Meskipun sudah didukung dengan

25

JUNI 2020


LAPORAN UTAMA

BOULEVARD ITB

lepas dari kekurangan. Selain itu, butuh waktu yang tidak singkat untuk melakukan pemerataan seluruh fasilitasnya agar bisa berimbang dengan kampus utama. Saat ini, ITB masih perlu mengoptimalkan pengembangan dan pemerataan baik dalam aspek akademik (pemerataan dosen dan staf akademik), maupun dalam aspek non akademik seperti pembangunan yang bertahap untuk memperoleh fasilitas pendidikan yang sama baiknya seperti yang ada di kampus utama Ganesha. Namun, perlu diingatkan lagi, karena adanya berbagai keterbatasan teknis dan nonteknis, hal tersebut tidak dapat terjadi secara cepat, tetapi akan dilakukan secara berkala. Oleh karena itu, diharapkan pada dua sampai lima tahun mendatang ITB sudah melakukan pemerataan seluruhnya untuk mengembangkan kebijakan multi kampus ini.

26

JUNI 2020


KENCAN

BOULEVARD ITB

Kencan: Canggih Hawari Widyas Kencono Utomo oleh Rahmah K. Nurdini dan Sekar Dianwidi B.

M

emasuki tahun 2020, perebutan kursi kepemimpinan di berbagai tatanan organisasi Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali terjadi. Peristiwa itu pun turut terlaksana di Majelis Wali Amanat Wakil Mahasiswa (MWA WM). Setelah melewati tiga minggu masa kampanye, sosok Canggih Hawari Widyas Kencono Utomo akhirnya terpilih untuk melanjutkan perjuangan MWA WM periode 2020-2021. Saat diberikan pertanyaan mengenai motivasinya saat mencalonkan diri sebagai ketua tim, Canggih menyampaikan kepada Boulevard bahwa ia ingin menunjukkan eksistensi dirinya lewat berbagai akses dan potensi yang tersedia di ITB. Melalui MWAWM, ia rindu untuk membawa perubahan bagi Indonesia lewat sekecil apapun langkah yang dapat ia perbuat sekarang. Karya dan peninggalan yang dapat ia

27

JUNI 2020


KENCAN

BOULEVARD ITB

kerjakan bersama rekan-rekan timnya akan menjadi bukti kerja kerasnya dalam mengejar keabadian yang ia dambakan.

menjalin hubungan dan menyampaikan aspirasi, tetapi relasi yang ia mau adalah yang juga bisa membangun basis-basis gerakan bersama.

Meskipun mimpi-mimpinya teramat besar, ternyata Canggih juga sempat ragu dirinya tidak layak untuk mengemban amanah mulia ini. Melalui sistem pemilihan yang diadakan, ia berpendapat bahwa secara praktis, setiap suara akan dihitung sama, baik yang mengetahui konten dan semangat yang ia bawa maupun tidak. Bahkan saat masa pemungutan suara, ia memutuskan untuk rehat sejenak dan menyerahkan semua hasilnya kepada Tuhan. “Aku sengaja menghilang dengan alasan tugas ke timku. Saat semua orang sedang sibuk-sibuknya mengajak untuk memilih. Tujuannya agar siapapun yang menang nanti memang adalah yang terbaik, tanpa ada sentuhan praktis tadi,” ucapnya.

Namun karena MWA bersama rektorat ini masih terbilang baru, mahasiswa Teknik Kelautan 2016 itu merasa ada banyak gerakan yang belum bisa diketahui bagaimana tanggapannya dari rektorat. Dapat dikatakan bahwa kekuatan politis MWA WM ini masih lemah, baik dalam internal maupun eksternal ITB. “Akhirnya, kita tidak bisa memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh ITB dengan maksimal sehingga pergerakan keluar oleh KM ITB pun tidak maksimal,” lanjutnya. Canggih kemudian memberi contoh gerakan sosial masyarakat yang dilakukan oleh KM ITB. Gerakan tersebut seharusnya bisa terintegrasi dengan riset dosen tetapi tidak akan bisa dilakukan jika belum mengenal para dosennya. Kemudian, karena kader MWA WM itu tidak ada, kemungkinan semangatnya turun itu kecil. Orang-orang yang ada di dalamnya rawan untuk tidak mendapatkan apa-apa karena programnya kurang tersusun dengan baik. Hanya mereka yang ingin mencari lebih yang akan mendapatkan pembelajaran yang lebih.

Mengenai visi yang ia bawa, Canggih mengatakan bahwa ia ingin MWA WM bisa menjadi sebuah pondasi dari aspirasi seluruh mahasiswa ITB. Hal ini selaras dengan kata-kata yang ia tuliskan pada video deklarasi kemenangannya, “Aku berharap kita berkembang bersama dengan kampus kita. Mari bergerak bersama dengan kepedulian kita.” Canggih, beserta struktur MWA WM yang ia susun, berharap untuk bisa membangun sebuah relasi yang baik. Menurutnya, relasi bukan sekadar

Berbicara tentang kesejahteraan mahasiswa, Canggih mengatakan bahwa MWA WM memiliki fokus pada empat aspek yang dianggap mendesak yaitu multi kampus Cirebon, mental

28

JUNI 2020


KENCAN

BOULEVARD ITB

health, MoU, digitalisasi kampus, dan afirmasi. “Info lebih lanjut bisa diakses di bit. ly/BerjuangMengabadi,” tuturnya. Untuk program kerja mengenai kesejahteraan mahasiswa, MWA WM akan lebih banyak bergerak melalui langkah-langkah politis yang sesuai dengan MOST (Mission, Objectives, Strategies, Tactics). Saat disinggung terkait isu kepekaan kampus terhadap kebutuhan mahasiswanya, Canggih merasa bahwa dalam hal kebutuhan dasar, ITB telah cukup peka. “Walaupun faktanya ITB butuh uang dan lain sebagainya, seperti layaknya kampus-kampus lain, kampus kita jauh lebih memikirkan mahasiswanya,” katanya. Ia mengambil contoh program beasiswa Bidikmisi, salah satu bantuan biaya pendidikan dari pemerintah. Melihat pelaksanaannya di kampus-kampus lain, penerima beasiswa masih diwajibkan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 2,4 juta tiap semester. Tetapi, hal tersebut tidak terjadi di ITB. Canggih kemudian melanjutkan, “Kalau dari pemerintah memberikan uang 1 juta setiap bulannya, yang kalau di kampus lain tidak diberikan secara penuh. ITB memberikannya walaupun menggunakan nama lain, uang pembinaan.” Kepekaan ITB ia rasa masih kurang direalisasikan dalam hal-hal yang bersifat gerakan-gerakan, khususnya pada titik di mana kampus merasa ditekan oleh pihak-pihak eksternal. Multi kampus Cirebon, aksi massa, dan beberapa posisi lainnya merupakan sedikit dari isu-isu penting yang seakan diabaikan keberlanjutannya oleh pihak ITB. “Singkatnya aku bisa bilang kalau ITB ini sering sekali bermain aman dan dengan sikap itu, maka biasanya kita, mahasiswa, yang terdampak. Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk meningkatkan daya tawar kita yang masih dianggap rendah,” ujarnya untuk menutup wawancara daring kami.

29

JUNI 2020


KILAS

BOULEVARD ITB

Menelusuri Fisika Aplikatif lewat Eureka! oleh Gayuh Tami dan Vincent Hanzel H.

M

inggu (09/02) telah diadakan Pameran Karya Fisika Eureka! 2020. Pameran ini adalah bagian dari rangkaian acara Eureka! 2020, sebuah acara yang diadakan tiap 2 tahun sekali oleh Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) ITB. Pada tahun ini, tema yang diusung adalah “Penerapan Konsep Fisika dalam Menciptakan Teknologi Inovatif untuk Pembangunan Indonesia yang Berkelanjutan.� Acara Eureka! 2020 terdiri dari dua event utama: Olimpiade Fisika dan Lomba Karya Tulis Ilmiah. Pada edisi kali ini, terdapat 70 siswa SMA dari seluruh penjuru Indonesia yang mengikuti Olimpiade Fisika. Sedangkan untuk Lomba Karya Tulis Ilmiah, diikuti oleh 30 tim dengan anggota yang berasal dari jenjang SMA dan Perguruan Tinggi. Dari 30 tim tersebut, selanjutnya dipilih 12 tim yang lolos ke babak final dan berhak memamerkan karya-karya mereka di pergelaran Pameran

30

JUNI 2020


KILAS

BOULEVARD ITB

Karya Fisika Eureka! 2020. Pameran Karya Fisika Eureka! diawali dengan pembukaan pada pukul 08.00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan pameran booth, di mana para pengunjung dapat mengunjungi booth-booth yang ada. Booth yang menjadi daya tarik utama adalah booth peserta lomba karya tulis ilmiah, di mana pengunjung disuguhkan ide-ide brilian para peserta dalam menyikapi permasalahan yang ada di lingkungan menggunakan konsep fisika, di antaranya konstruksi batako kuat tekan tinggi dengan matrix polyterilon, pemilah sampah organik-anorganik yang beroperasi di perairan menggunakan image processing, serta pemilah sampah berbasis Arduino Uno yang diterapkan dalam Automatic Trash Can. Ada pula booth fun science. Pengunjung dapat menyaksikan penerapan ilmu fisika yang menarik lewat serangkaian eksperimen sederhana. Sementara, lewat booth kelompok keahlian, pengunjung dapat memperoleh informasi lebih lanjut perihal berbagai kelompok keahlian yang tersedia di program studi Fisika ITB. Dengan mengunjungi booth-booth yang ada, pengunjung dapat mengumpulkan tanda tangan yang nantinya dapat ditukarkan dengan es krim gratis. Ketika jam menunjukkan pukul 12 siang, sesi istirahat dimulai dan pengunjung pun dihibur dengan penampilan dari mahasiswa HIMAFI yang menampilkan beberapa cover lagu yang diiringi dengan gitar akustik. Setelah sesi istirahat berakhir, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi final Olimpiade Fisika di mana para peserta melakukan problem solving lalu mempresentasikan langkah-langkah pengerjaan mereka tentang berbagai macam permasalahan fisika yang sudah diberikan sebelumnya. Menurut Verdy, seorang staf acara, Eureka! 2020 bertujuan mengenalkan ilmu fisika ke khalayak umum. Ia juga menambahkan bahwa di balik keberjalanan Eureka! 2020, masih terdapat beberapa kendala, di antaranya kurangnya publikasi, pendaftar, dan SDM dalam kepengurusan.

31

JUNI 2020


KILAS

BOULEVARD ITB

Menjelajah Dunia Teknologi Informasi bersama Arkavidia 6.0 oleh Maria Kirana dan Rahmah K. Nurdini

A

rkavidia 6.0 adalah serangkaian acara dari HMIF ITB yang terdiri dari Arkavidia Talk, IT Festival, dan berbagai perlombaan yang berhubungan dengan IT. Dengan mengusung tema “Embracing Our Nation in Digital Transformation�, Arkavidia menghadirkan IT Festival yang diisi oleh perusahaan dan startup teknologi informasi di berbagai bidang seperti Edutech, e-Commerce, HealthTech, FinTech, dan Tourism. IT Festival ini terbuka untuk umum dan gratis. Lalu, ada Arkavidia Talk, seminar yang sebagian besar berbayar, namun terdapat satu sesi yang terbuka untuk umum dan gratis. IT Festival yang berlangsung tanggal 8 Februari 2020 di Lapangan Voli dan Basket ITB ini sukses mengundang banyak orang untuk mengunjungi booth-booth tersebut. Salah satu daya tarik yang ditawarkan oleh IT Festival ini adalah adanya hadiah yang dapat ditukarkan dengan poin tertentu. Poin didapat dari games-games yang diadakan oleh setiap booth. Pengunjung yang baru datang akan diarahkan untuk melakukan registrasi di web Arkavidia. Setelah melakukan registrasi, pengunjung akan mendapat account dengan QR Code unik yang dapat diisi dengan point.

32

JUNI 2020


KILAS

BOULEVARD ITB

Setiap booth mempunyai desain, produk, dan games yang unik, contohnya booth Inkubator IT yang menawarkan jasa membuat program. Inkubator IT dikelola oleh tim HMIF ITB dan juga memberi games sederhana, seperti mengacak kata. Beberapa booth hadir dengan games yang interaktif, seperti Moka yang menghadirkan games yang memungkinkan satu pengunjung bersaing dengan pengunjung lainnya untuk mendapatkan poin. Dengan mengikuti tren yang sedang viral, booth My Matrix mengajak pengunjungnya untuk bermain Tiktok dengan menggunakan lagu Ubur-Ubur atau Siapa Benar Siapa Salah. Lalu, dengan memanfaatkan tema acara yang berbau IT, Hacktiv8 hadir dengan permainan mencari kata yang berhubungan dengan dunia pemrograman.

semakin antusias untuk mengumpulkan poin. Ketika jam menunjukkan angka 13.00, terlihat bahwa hadiah-hadiah sudah mulai habis. Pengunjung tidak merasa sulit untuk mendapatkan hadiah karena hanya dengan mengunjungi 4 booth saja, reporter-reporter kami sudah bisa menukarkan poinnya dengan totebag dan tumbler yang berkualitas. Terdapat juga hadiah-hadiah yang bisa ditukar dengan point yang sedikit, seperti stiker. Sehingga, poin yang dikumpulkan tidak ada yang terbuang sia-sia. Tidak hanya itu, terdapat juga panggung di tengah area booth untuk presentasi berbagai platform teknologi yang ada, mulai dari Edutech, e-Commerce, HealthTech, FinTech, sampai Tourism. Presentasi yang diberikan antara lain membahas tentang produk mereka sampai open recruitment untuk program yang mereka adakan.

Adanya berbagai hadiah menarik seperti totebag, kaos, tumbler, dan notebook membuat pengunjung

33

JUNI 2020


KILAS

BOULEVARD ITB

Acara menarik lainnya adalah Arkavidia Talk, yaitu seminar yang mengundang praktisi dan profesional untuk berbagai materi mengenai implementasi teknologi informasi. Bentuknya terbagi menjadi tiga, yaitu public talk, advanced talk, dan talkshow. Public talk membuka diskusi dua arah mengenai isu yang berada di dunia teknologi informasi, sedangkan advanced talk adalah seminar serta workshop yang berupa hands-on yang terfokus kepada

sisi teknis dan pembicara akan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan peserta. Public Talk memiliki dua sesi, sesi pagi dan sesi siang. Public Talkshow ini membawa empat topik, Leading Technology in FMCG, Optimizing Travel using AI, How to Start then Scale Your Business With Technology, dan Digital Transformation in Goverment. Sedangkan, Advanced Talk membawa dua topik, yaitu mengenai Data

34

JUNI 2020


KILAS

BOULEVARD ITB

Engineering 101 dan Introducing Concurrent Mode in React. Terdapat juga talkshow yang membawakan topik Breaking the Stigma: Careers for Woman in Tech. Melalui rangkaian acara-acara tersebut, Arkavidia ingin memperkenalkan kemajuan dunia teknologi informasi yang sedang berkembang dengan pesat kepada masyarakat, membawa banyak insight mengenai teknologi-teknologi terbaru yang dipakai untuk industri, dan aplikasinya untuk memenuhi kebutuhan bangsa kita di era transformasi digital ini secara maksimal. Reporter: Maria Kirana, Rahmah K. Nurdini, Nadhira Ranadhiyavashti

35

JUNI 2020


BOULEVARD ITB

36

JUNI 2020


GALERI

BOULEVARD ITB

G A L L E R Y 37

JUNI 2020


GALERI

BOULEVARD ITB

38

JUNI 2020


Apa Kabar Perayaan 100 Tahun ITB? Oleh: Jeihan Aulia R. dan Arini

U

mumnya, mahasiswa ITB familiar dengan angka 1920. Pasalnya, tak hanya terpampang jelas pada logo ITB, angka tersebut merupakan tahun berdirinya ITB. Seratus tahun yang lalu, tepatnya pada 3 Juli 1920, didirikan sebuah sekolah tinggi teknik pertama di kota Bandung yang bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng atau yang biasa disingkat menjadi THB. Setelah terjadi beberapa pergantian nama, pada tahun 1959 diresmikan nama Institut Teknologi Bandung atau yang lebih sering disebut ITB.

Layaknya makhluk hidup yang terus berkembang, ITB mengalami berbagai macam kemajuan selama satu abad terakhir. Dimulai dari berdirinya lebih dari empat puluh program studi, pemekaran lokasi kampus, menduduki salah satu kampus terbaik di Indonesia dalam berbagai survey hingga civitas academicanya maupun para pendidik yang tak hanya mengharumkan nama bangsa namun juga mewarnai kancah internasional dengan berbagai prestasinya. Seratus tahun bukanlah waktu yang sedikit. Dengan segala prestasi yang

39

JUNI 2020


KAMPUS

BOULEVARD ITB

telah diraihnya, ITB layak mendapatkan sebuah perayaan ulang tahun ke-seratus. Namun, meski logo 100 tahun ITB cukup sering terlihat, jarang terdengar hingar bingar persiapan perayaan 100 Tahun ITB. Lantas, apa saja yang sebenarnya sudah dilakukan untuk merayakan hari jadi ITB yang ke-seratus? Tak perlu khawatir, jika dilihat lebih lanjut, para petinggi ITB telah membentuk panitia penyelenggara persiapan acara dan melakukan berbagai rangkaian kegiatan menuju seabad ITB sejak tahun 2018. Serangkaian kegiatan yang telah dilakukan mencakup konferensi internasional, seminar nasional, ekshibisi, dan olahraga beserta bakti sosial. Sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan tersebut, panitia menyelenggarakan pre-event berbentuk golf tournament serta gala dinner untuk menghimpun dana.

kegiatan pendamping berupa Surabaya Family Bike Rally. Pada tahun yang sama, digelar Seminar Nasional 03 bidang Industri dan International Conference 02 yang berlokasi di Aula Barat dan Aula Timur ITB, serta diselenggarakannya International Conference 03 yang dikolaborasikan dengan 13th Asian Conference on Chemical Sensors di Bali. Kemudian, rangkaian kegiatan dilanjutkan pada tahun 2020 dengan International Conference 04 & 9th International Conference on Building Residence di Bali pada bulan Januari. Pada 3 Juli 2020, THB alias cikal bakal ITB tepat berulang tahun yang keseratus. Oleh karena itu, tanggal ini dipilih sebagai tanggal dilaksanakannya Sidang Terbuka ITB dan peluncuran perangko dan medali peringatan 100 tahun ITB sebagai salah satu bentuk perayaan seabad ITB. Perangko dan medali ini merupakan hasil kolaborasi dengan Kementerian Kominfo Republik Indonesia, PT Pos Indonesia, dan Perum Peruri.

Terhitung sejak 2018 hingga Januari 2020, ITB telah melaksanakan 3 seminar nasional, 4 konferensi internasional, dan 2 kegiatan olahraga sebagai bagian rangkaian kegiatan menuju perayaan seabad ITB. Adapun pada 2018, telah digelar International Conference 01 yang mengusung tema Agenda Urban Baru (NUA), Seminar Nasional 01 bidang Kepariwisataan, dan kegiatan olahraga Minang Geopark Run 2018. Sedangkan rangkaian kegiatan di 2019 dibuka dengan Seminar Nasional 02 bidang Kemaritiman dengan

Puncak acara perayaan seabad ITB akan berbentuk pagelaran seni & budaya. Pagelaran ini terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu Opera Ganesha dan festival musik. Dengan partisipasi dari 600 mahasiswa dan Purwacaraka, Opera Ganesha akan memberikan penampilan yang spektakuler dan meriah. Jika tidak ada halangan yang berarti, pagelaran ini akan dilaksanakan pada tanggal

40

JUNI 2020


KAMPUS

BOULEVARD ITB

4-5 Juli 2020. Namun, rangkaian acara perayaan 100 Tahun ITB tidak berakhir di situ. Pada Agustus 2020, direncanakan International Conference 05 bertemakan energi dan pertambangan. Selanjutnya, akan diluncurkan buku 100 Entrepreneur Ganesha sebagai bentuk apresiasi bagi para entrepreneur alumni ITB yang senantiasa berperan dalam berbagai bidang di Indonesia. Sebagai penutup rangkaian acara, pada Oktober 2020, akan diselenggarakan International Conference 06 mengenai ICT Creative Digital Indonesia. Seluruh rangkaian acara ini, melibatkan panitia penyelenggara acara yang terdiri dari tenaga pendidik ITB. Selain itu, berbagai macam kegiatan yang ada merupakan bentuk kolaborasi dengan berbagai pihak seperti ikatan alumni, perguruan tinggi lain, hingga perusahaan tertentu. Dengan segala rangkaian kegiatan perayaan yang ada, macammacam kolaborasi yang terbentuk hingga berbagai pemikiran yang tercetuskan sebagai hasil konferensi maupun seminar, semoga rangkaian perayaan seabad ITB ini dapat menjadi waktu rehat sejenak sebelum seisi kampus siap membuka lembaran baru untuk kembali belajar, mendidik, meneliti, hingga mengabdi untuk terciptanya sejarah baru demi kemajuan negeri.

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

Menyoal Hukum Omnibus vs Coronavirus: Pemerintah Harus Becus! Oleh: Zahra Annisa Fitri

Sejak akhir 2019, istilah “hukum omnibus” atau “omnibus law” semakin populer di Indonesia setelah disebut dalam pidato Presiden Joko Widodo. Presiden mengungkapkan hukum omnibus mampu menyederhanakan kendala regulasi yang dianggap berbelit dan panjang . Hal tersebut dimungkinkan karena hukum omnibus sendiri bersifat lintas sektor sehingga disebut pula sebagai aturan sapu jagat. Singkatnya, hukum omnibus akhirnya dilirik agar dapat dilakukan perubahan pada banyak undang-undang sekaligus. Saat ini, hukum omnibus yang akan diusulkan di antaranya adalah Omnibus Law Perpajakan, Omnibus Law Ibu Kota Negara, dan—yang paling kontroversial—Omnibus Law Cipta Kerja. Omnibus Law Cipta Kerja menimbulkan polemik karena aturan-aturan yang telah ada dianggap disederhanakan dengan cara menghapus pasal-pasal yang penting serta mengabaikan detail yang krusial. Akibatnya, yang muncul bukan hanya ancaman akan adanya penindasan buruh , melainkan pula sulit terpenuhinya hak atas lingkungan hidup hingga terganggunya kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia .

42

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

Sejatinya, hukum omnibus hanyalah metode untuk mengganti dan/atau mencabut undang-undang. Setiap metode tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Meskipun hukum omnibus dapat menjadi solusi terhadap tumpang tindihnya regulasi di Indonesia, penyusunan hukum omnibus sangat mahal dan kompleks karena muatannya yang multisektor . Di sisi lain, jika hukum omnibus berhasil disahkan, akan ada satu peraturan raksasa yang mampu memangkas regulasi yang tidak efisien serta satu payung hukum yang mampu menjamin dan menjadi standar bagi regulasi-regulasi di bawahnya.

akibat pandemi lebih parah daripada krisis 1998. Akibatnya, partisipasi masyarakat dalam perencanaan hukum omnibus akan lebih sulit diperoleh karena masyarakat cenderung fokus berusaha menyambung hidup di tengah krisis ekonomi. Selain itu, asas keterbukaan juga tampaknya belum terpenuhi mengingat Indonesian Corruption Watch menduga ada pelanggaran dalam mekanisme pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik .

Sebelum disahkan, hukum omnibus harus direncanakan dengan cermat. Guru Besar Hukum Perundang-undangan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Maria Farida menyatakan sedikitnya ada lima hal yang perlu diperhatikan terkait perencanaan hukum omnibus. Salah satunya adalah pemenuhan asas partisipasi masyarakat, keterbukaan, dan kehati-hatian .

Sementara itu, asas kehati-hatian juga terlihat mengabur. Kendati Ketua DPR Puan Maharani menyatakan hukum omnibus tidak perlu buru-buru diselesaikan, pengadaan pembahasan hukum omnibus semasa reses dituding seperti mengejar target. Padahal, untuk mewujudkan asas kehati-hatian, semestinya hukum omnibus disahkan tidak secara tergesa-gesa. Sebaliknya, masukan dan pendapat rakyat harus dicari, apalagi di tengah situasi pandemi yang menyebabkan masyarakat mungkin tidak sempat memikirkan persoalan regulasi negara.

Sayangnya, Coronavirus yang berkunjung tiba-tiba ke Indonesia sangat memungkinkan asas-asas tersebut tidak terpenuhi. Pandemi akibat Coronavirus kemudian memberikan dampak multidimensi, terutama pada bidang ekonomi. Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri bahkan menilai krisis ekonomi

Padahal, hukum omnibus adalah regulasi negara dengan dampak yang luar biasa. Jika disusun dengan tepat, hukum omnibus dapat menjadi pemulih krisis pascapandemi . Salah satu contoh implementasi idealnya adalah melalui Omnibus Law Cipta Kerja, jika berhasil disahkan. Adanya hukum omnibus tersebut dapat me-

43

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

narik minat investor untuk berinvestasi karena kepastian hukum untuk investasi sudah lebih jelas. Hal ini dapat menjadi langkah pemulihan ekonomi yang baik bagi Indonesia.

yang tidak matang bisa berakhir pada penyia-nyiaan anggaran, padahal ancaman Coronavirus juga menagih anggaran besar untuk mengatasi krisis multidimensi yang ditimbulkan, terutama dalam mengatasi lesunya konsumsi dan daya beli masyarakat.

Sebaliknya, jika hukum omnibus disahkan tanpa penyusunan yang matang, negara akan menanggung kerugian yang berlipat ganda. Sudahlah biaya yang dihabiskan tidak sedikit, penyusunan yang tidak matang juga hanya menghasilkan produk hukum yang cacat. Kecacatan tersebut kemudian menyebabkan hukum omnibus tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, bahkan bisa saja membutuhkan perbaikan melalui uji materi oleh Mahkamah Konstitusi. Akibatnya, sisi efisien hukum omnibus—yang sebelumnya dibangga-banggakan—akhirnya terampas. Pengesahan hukum omnibus

Indonesia ibarat tengah bertaruh menggunakan hukum omnibus. Jika memang Pemerintah tidak sanggup menyelesaikan hukum omnibus bersamaan dengan menangani pandemi, tidak ada salahnya untuk mengambil langkah aman dengan mengutamakan penanganan Coronavirus, “musuh mikro” yang sudah jelas sedang meneror 270 juta rakyat Indonesia. Akan tetapi, jika hukum omnibus benar-benar tidak bisa ditunda, Pemerintah mesti sanggup menggunakan anggaran negara secara tepat sehingga menghasilkan output yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Terdapat peribahasa “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”. Saat ini, Indonesia memiliki peluang emas melakukannya, yaitu dengan mengesahkan hukum omnibus yang dapat membantu penanganan Coronavirus. Hanya saja, penyusunan hukum omnibus tersebut harus benar-benar serius. Pemerintah harus becus; jangan sampai (lagi-lagi) hanya menghadirkan sirkus. Rakyat tidak sedang ingin tertawa di tengah pandemi; rakyat berada di antara hidup dan mati.

44

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

Apoteker = tukang laundry?! oleh: Gabriella Yovanda

Keluarnya PMK No. 3 tahun 2020 telah menggemparkan dunia farmasi. Dalam peraturan Menkes tersebut, disebutkan pada Pasal 7 ayat 2 “(2) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas: a. Pelayanan medik dan penunjang medik; b. Pelayanan keperawatan dan kebidanan; c.Pelayanan nonmedik� lalu Pasal 10 menyatakan “Pelayanan nonmedik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c terdiri atas pelayanan farmasi, pelayanan laundry/ binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran jenazah, dan pelayanan nonmedik lainnya�. Dilihat dari penggalan pasal ini, jelas terlihat bahwa peran farmasis disetarakan dengan pelayanan nonmedik seperti pelayanan laundry/ binatu. Hal ini dinilai merugikan para tenaga farmasis yang bekerja di rumah sakit juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan dan mutu pengelolaan sediaan farmasi di RS. Munculnya peraturan ini, memicu berbagai reaksi maupun aksi dari tenaga farmasi. Terdapat beberapa aksi yang secara langsung dilakukan seperti unjuk rasa puluhan apoteker di Purwokerto dalam menolak peraturan terbaru

45

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

ini. Selain itu, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mengirimkan surat kepada Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk usulan revisi PMK No. 3 tahun 2020 ini.

pelayanan medis�, ujarnya. Meskipun demikian, menurutnya, adanya permenkes yang mengalihfungsikan peran pelayanan farmasi, tidak akan mengubah pekerjaan kefarmasian sehingga pekerjaan kefarmasian tetap harus dijalankan dengan paripurna. Selain itu, hal ini juga bisa dijadikan sebagai suatu bahan evaluasi agar kualitas tenaga farmasi dalam menjalankan tugasnya harus lebih ditingkatkan agar tidak dipandang sebelah mata. Beliau juga menyetujui tindakan PP IAI yang mengkritisi keputusan Menteri tersebut dan tetap menyuarakan peran profesi farmasi dengan memberikan solusinya. Dari hal ini, bisa dikatakan bahwa tenaga farmasi tidak diam saja ketika profesinya dipindahkan. Beliau mengharapkan tindakan IAI yang sudah tepat ini, dapat didengarkan dan dikaji ulang oleh pemerintah.

Sekolah Farmasi ITB juga turut menanggapi permasalahan ini dengan menyampaikan keprihatinan akan perubahan peraturan menkes mengenai peran pelayanan farmasi melalui akun resmi media sosialnya. Salah satu dosen Sekolah Farmasi ITB, Bhekti Pratiwi, mengaku terkejut akan adanya perubahan ini. Beliau melihat permasalahan ini dari beberapa sisi, yaitu dari definisi pelayanan medis dan dari pekerjaan kefarmasian. “Jika dilihat dari definisi pelayanan medis tentu pelayanan obat-obatan yang menjadi pekerjaan kefarmasian masuk ke dalam pelayanan medis. Pekerjaan kefarmasian dibagi menjadi dua ada pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang menjamin ketersediaan sediaan farmasi dari mulai perencanaan, pengadaan, distribusi, sampai ke dokumentasi atau pelaporan serta pekerjaan terkait dengan farmasi klinik mencakup pemberian informasi obat, konseling pasien, visit, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat, dan masih ada beberapa hal lain. Jika kita lihat semua pekerjaan kefarmasian tentunya sangat erat kaitannya dengan proses pengobatan pasien, jadi memang posisinya tepatnya di bagian

Tindakan yang telah dilakukan IAI telah mencerminkan bahwa tenaga kefarmasian juga tidak tinggal diam menanggapi perubahan peran ini. Bukan semata dilakukan untuk mempertahankan jabatan atau kedudukan, namun ini semua dilakukan agar terdapat kesetaraan peran tenaga kesehatan. Apabila tercapai kesetaraan ini, niscaya terwujud kerjasama yang sinergis antar tenaga kesehatan. Kerjasama yang sinergis dapat meningkatkan taraf kesehatan Indonesia.

46

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

Menuju Pemilihan Presiden A.S 2020: Mengenal para Kandidat dan Dampaknya bagi Dunia oleh: Rizky Ramdany H. dan William Chang

Sebagian besar orang tidak akan lupa dengan Pemilihan Presiden A.S. empat tahun lalu. Sementara rakyat Amerika harus memilih di antara “yang lebih tidak buruk”, seluruh dunia sibuk memikirkan dan memperkirakan pengaruh yang akan dibawa calon presiden saat itu kepada negara masing-masing. Tidak terasa beberapa bulan lagi, tepatnya pada November 2020, pemilihan presiden A.S. akan kembali dilaksanakan. Kali ini, apakah rakyat Amerika harus kembali sekadar memilih di antara “yang lebih tidak buruk”, dan apakah Pilpres A.S. nantinya tetap memiliki dampak global sebesar yang lalu, khususnya bagi Indonesia? Mengenal Para Kandidat Pada saat penulisan artikel ini, setidaknya ada dua tokoh yang masing-masing menjadi kandidat kuat pada Pilpres A.S. 2020, yaitu Joe Biden dari Demokrat, dan Donald Trump dari Republikan. Sebelumnya, Joe Biden berhasil menjadi kandidat terpilih

47

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

dari Demokrat setelah berhasil menggusur kompetitor separtai, Bernie Sanders. Meskipun Sanders memiliki kubu pendukung yang cukup solid dan exist di media sosial, banyak kebijakannya dinilai terlalu progresif dan memakan banyak biaya (atau pajak). Kebijakan-kebijakan Sanders memang populer di kalangan pemuda Amerika, tapi tidak terlalu diterima oleh golongan tua. Selain itu, popularitas Biden sebagai wakil presiden di bawah Obama (serta pengalamannya sebagai senator daerah selama tujuh masa jabatan) juga menjadi salah satu faktor kemenangannya. Di sisi lain, Donald Trump memiliki sekelompok orang di Republikan yang loyal mendukungnya. Akan tetapi, tidak ada yang menyangkal bahwa popularitasnya kian menurun belakangan karena telatnya penanganan pemerintahannya terhadap COVID-19. Hal itu semakin banyak dibahas setelah beredar kabar bahwa sejak akhir Januari, Peter Navarro, penasehat ekonomi Gedung Putih, sebenarnya sudah mengabarkan Trump mengenai perkiraan dampak COVID-19 pada A.S. (yaitu kematian setengah juta warga Amerika—yang kemudian angkanya terus naik pada pekan-pekan berikutnya). Citra inkompetensi Trump terus meningkat setelah beberapa blunder yang ia lakukan, mulai dari menyebut alternatif pencegahan COVID-19 dengan menyuntikkan disinfektan ke dalam tubuh, sampai menolak menggunakan masker meskipun beberapa staf Gedung Putih sudah positif terkena COVID. Meskipun Trump dianggap kekanak-kanakan oleh banyak orang, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak rakyat Amerika menganggap sosoknya sentral dalam konflik

48

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

A.S.-China. Sejak tahun 2000an awal, persentase rakyat Amerika yang merasa bahwa China adalah sebuah ancaman bagi kedudukan superpower A.S. memang terus meningkat tiap tahunnya. Akan tetapi, meningkatnya intensitas perang dagang pada tahun 2019 (masih ingatkah pada masa ketika perangkat Huawei tidak boleh lagi menggunakan Android?) dan tidak transparannya China dalam penanganan COVID-19 menjadi katalis yang membuat semakin banyak rakyat A.S. yang “benci” terhadap China. Dengan sikap tegas Trump yang bahkan berani menghentikan pendanaan kepada WHO, yang dianggap terlalu China-sentris dalam penanganan COVID, Trump telah menjadi ikon anti-China yang “dipuja” oleh masyarakat A.S. Mungkin saja “blunder” yang Trump lakukan ketika menyebut Coronavirus sebagai “Chinese Virus” bukanlah sebuah kesalahan, melainkan agenda politik yang sudah direncanakan.

bahwa Qasem Soleimani merencanakan serangan terhadap warga Amerika Serikat. Konflik ini bukan hanya merugikan Iran atau bahkan Amerika Serikat tapi juga terhadap seluruh negara termasuk Indonesia, kenapa demikian?

A.S., Iran, dan Indonesia

Konflik AS-Iran adalah salah satu dari rentetan konflik yang terjadi di Timur Tengah, konflik-konflik ini tak jarang menimbulkan kenaikan harga minyak mengingat negara-negara Timur Tengah merupakan produsen minyak, sedangkan minyak sendiri merupakan bahan bakar yang banyak digunakan oleh negara-negara di dunia, contohnya di Indonesia sendiri, mengacu pada data SKK Migas konsumsi minyak bumi Indonesia pada 2015 sebesar 1,592 juta barel per hari dan meningkat pada 2016 naik menjadi 1,615 juta barel per hari. Hal ini menunjukkan bahwa melambungnya harga minyak akibat konflik di Timur Tengah dapat berakibat serius terhadap perekonomian Indonesia.

Beberapa bulan sebelum isu COVID-19 mengglobal, Trump juga telah menarik perhatian internasional dengan meluncurkan serangan militer terhadap Iran yang akhirnya membunuh Qasem Soleimani, pemimpin Angkatan Militer Quds, Jumat pagi (3/1/2020). Trump beralasan bahwa serangan ini dilakukan tanpa alasan melainkan untuk menjaga perdamaian dan dengan dalih

Banyak opini yang berkembang hingga saat ini, seperti ada yang berpendapat bahwa jika terjadi “perang dunia ketiga” atau konflik global, Indonesia akan merapat ke kubu Rusia & China hal ini diperkuat dengan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini dimana Indonesia menggugat Uni Eropa ke WTO (World Trade Organization) terkait kebijakan Renewable Energy Directive II (RED

49

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

II) dan Delegated Regulation UE, karena dianggap ‘mendiskriminasi’ minyak sawit Indonesia yang dapat berimbas pada ekspor minyak sawit di pasar Uni Eropa, karenanya pada awal tahun 2020 pemerintah Indonesia mulai membalas UE dengan melakukan pelarangan ekspor bijih nikel per 1 januari 2020, UE pun balik menggugat Indonesia ke WTO terkait hal ini. Banyak yang beranggapan hal ini sebagai awal dari perang dagang Indonesia dengan Uni Eropa, walaupun kita tahu bahwa Uni Eropa beranggotakan negara-negara yang memiliki kelebihan dibanyak bidang daripada Indonesia namun jangan anggap remeh negara yang satu ini, kita juga tahu kelebihan Indonesia dibanding negara-negara di Uni Eropa yaitu SDA yang melimpah. Hal ini tak perlu kita perdebatkan lagi dengan bukti yang telah tertulis dalam sejarah bagaimana bangsa-bangsa Eropa menjajah Indonesia untuk mendapatkan SDA yang diperlukan untuk kebutuhan dagang mereka, walaupun mungkin zaman telah berubah dari yang berawal rempah-rempah beralih menjadi mineral-mineral hasil tambang.

ampuh ketimbang senjata. Hal ini menjadi dasar opini bahwa Indonesia mungkin akan membangun kerjasama dengan Rusia dan China untuk melawan Uni eropa yang mana telah kita ketahui bahwa Uni Eropa memiliki kedekatan ‘khusus’ dengan Amerika Serikat. Namun apakah Indonesia akan melakukannya? Bagaimana jika kita berkaca pada sejarah dimana saat dunia terbagi kedalam dua kelompok, blok Barat dan blok Timur, Indonesia malah mencoba ‘menggabungkan’ negara-negara lain untuk membuat kelompok baru yang kita kenal dengan Konferensi Asia-Afrika dimana aksi ini berlanjut dan menjadi kekuatan baru yang kita kenal dengan sebutan Gerakan Non Blok. Lalu bagaimana selanjutnya? Untuk menyederhanakannya, peran figur baru A.S. serta kebijakan luar negerinya sangatlah berdampak pada bagaimana hubungan A.S. dan Timur Tengah akan berlanjut—yang tentunya akan sangat berdampak pada perekonomian dunia. Jika Trump terpilih kembali, banyak orang yang meragukan apakah kelak hubungan A.S. dan Iran akan pulih kembali. Meskipun, sebagian pengamat dan pendukung Trump tentu akan setuju bahwa “musuh” atau fokus terbesar A.S. untuk waktu dekat adalah China. Setidaknya, Biden kelihatannya tidak akan terlalu membahayakan lebih lagi hubungan A.S-Iran yang sudah retak itu. Biden sendiri sudah cukup

Kita mungkin tidak lupa dengan perang dagang antara China dan Amerika yang mulai bisa mereda karena keduanya terserang oleh wabah COVID-19. Mungkin perang dunia ketiga bukanlah perang dengan senjata melainkan dengan kebijakan-kebijakan ekonomi yang tidak lebih

50

JUNI 2020


MENENGOK

BOULEVARD ITB

berpengalaman dengan menjadi bagian dari pemerintahan Obama yang berhasil menjalin kerjasama nuklir dengan Iran. Dengan kondisi global yang sangat tidak stabil karena pandemi COVID-19, perlahan ketegangan antara Iran dengan A.S. kian redup. Kedua negara tersebut sekarang berada di daftar negara dengan penduduk positif COVID-19 terbanyak, dan sebagian anggaran negara mereka sudah dialihkan ke sektor kesehatan untuk menangani COVID-19. Di dalam kondisi ketidakpastian ini, bahkan tidak ada yang bisa yakin kalau Pilpres A.S. akan tetap berlangsung pada November 2020 nanti. Akan tetapi, apakah ketegangan A.S. dengan Iran akan hilang begitu saja setelah COVID-19 pergi? Bila tidak, akankah figur baru dalam pemerintahan A.S. dapat kembali menjalin perdamaian dengan Iran?

A.S., Iran, dan Indonesia

Mengenal Para Kandidat

Lalu bagaimana selanjutnya? 51

JUNI 2020


BOULEVARD ITB

52

JUNI 2020


GELITIK

BOULEVARD ITB

Bye-Bye, Bukabike oleh PKPS

T

ahukah kalian, pada awal tahun 2019, ada satu fasilitas umum yang baru diadakan di ITB? Jika kalian cukup sering berkeliling di seputaran ITB, tentu saja tidak asing lagi dengan sarana merah menyala yang satu ini.

BukaBike Selama Ini Alasan dibalik kejadian ini pun dipaparkan oleh Bapak Duddy Iskandar dari Direktorat Sarana dan Prasarana ITB. Pak Duddy menerangkan bahwa keberadaan BukaBike ini berawal dari MoU yang disepakati oleh ITB dan BukaLapak. Pihak ketiga ditunjuk untuk mengelola fasilitas ini, mulai dari operasional, distribusi dalam kampus, perawatan, hingga teknisi yang bertugas.

Dikenal dengan nama BukaBike, layanan ini merupakan buah kerja sama antara BukaLapak dengan ITB. Jasa yang ditawarkan berupa peminjaman sepeda gratis. Sepeda-sepeda ini tersebar di berbagai titik di kampus ITB dan dapat digunakan di sekitar lingkungan kampus.

Kehadiran layanan ini diharapkan bisa menjadi salah satu langkah mewujudkan program green campus di ITB. Masyarakat kampus dapat memanfaatkan alat transportasi tanpa BBM ini untuk bepergian di sekitar kampus. Walau, sebenarnya ITB Ganesha sendiri merupakan kawasan yang terbilang kecil. Dan ternyata, respons yang diterima juga sangatlah baik. Ini tecermin dari selalu kosongnya sepeda pada titik-titik kumpulnya selama layanan ini masih beroperasi.

Cara penggunaannya terbilang mudah. Cukup dengan menggunakan aplikasi BukaLapak untuk memindai QR Code atau memasukkan ID yang dimiliki masing-masing sepeda, kereta angin pun langsung dapat dipakai selama 30 menit. Namun, sadar atau tidak, parkiran khusus fasilitas ini sudah kosong sekitar awal tahun ini. Tidak ada satu pun dari lima puluh unit sepeda yang kelihatan sejauh mata memandang. Juga tidak ada kabar terbaru ataupun pemberitahuan resmi terkait hal ini baik dari pihak ITB maupun BukaLapak.

Setiap sore, sepeda dikumpulkan di sekretariat UKM Ganesha Bicycle. Sepeda-sepeda tersebut diisi baterainya dan diperiksa kondisinya. Jika ada yang harus diperbaiki maka pihak ketiga tadilah yang akan mem-

53

JUNI 2020


GELITIK

BOULEVARD ITB

perbaiki. Semua biaya operasional yang diperlukan ditanggung oleh pihak BukaLapak melalui pihak ketiga tersebut.

kekang waktu seperti BukaBike ini. Begitulah sekelumit kisah BukaBike yang tiba-tiba menghilang. Mungkin sebagian dari kita akan gampang melupakannya. Sebagian lainnya barangkali akan terus merindukannya. ITB juga bisa saja menghadirkan kembali fasilitas tersebut. Atau boleh jadi ada instansi lain yang mau bekerja sama mengadakan program sejenis. Tapi, untuk sekarang marilah kita berusaha untuk melepaskan kepergian si sepeda merah.

Akhir dari BukaBike Lalu mengapa sepeda-sepeda itu tidak terlihat lagi? Hal ini dikarenakan masa operasional yang disepakati dari fasilitas ini hanyalah satu tahun. Tepatnya, sampai Januari 2020 kemarin. Jadi, mulai saat itu, BukaBike berhenti beroperasi dan pihak ketiga tadi pun tidak lanjut mengelolanya lagi.

Akhir kata: Bye-Bye, BukaBike.

Info menarik lainnya adalah sepeda-sepeda tersebut rupanya dihibahkan kepada pihak ITB. Namun sayang, sistem smartlock-nya yang menggunakan aplikasi BukaLapak tersebut tidak ikut dihibahkan. Meski begitu, tidak tertutup kemungkinan bagi ITB untuk mengembangkan sistem serupa agar sepeda dapat kembali digunakan. “Namun harus duduk bersama, misalkan dengan fakultas STEI,� Pak Duddy memberi contoh salah satu caranya.

[PKPS]

Sejauh ini, Direktorat Sarana dan Prasarana ITB belum melakukan koordinasi lebih lanjut dengan BukaLapak perihal BukaBike ini. Di sisi lain, dari kejadian ini kita mungkin bisa melihat satu hal. Jika ada lagi pengadaan layanan seperti ini di masa mendatang, harapannya program tersebut sifatnya berkelanjutan dan tidak ter-

54

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

Berpikir sejenak Oleh Rizky

Saat menikmati indahnya bumi ini Saat terbuai oleh waktu yang berjalan Saat jiwa tertawa terpenuhi hasrat yang diinginkan Saat diri mencintai kefanaan ini Hingga Tuhan kembali melepaskan makhluknya Memberi tanda akan siapa yang berkuasa Memperingatkan akan kesombongan ciptaannya Mengingatkan akan hukum yang ada dialam ini Namun manusia tetap manusia Bersikap angkuh dan merendahkan apapun Bencana hanya jadi bahan becanda Berkonspirasi menyebar teori-teori yang tak pasti Kapan mereka sadar? Kapan mereka serius? Kapan mereka adil? Kapan mereka mulai merendah? Mereka sadar saat merasa yang terbebani Mereka serius saat merasa yang terjerumus Mereka adil saat merasa yang tertimpang Mereka merendah saat merasa menyerah

55


SASTRA

BOULEVARD ITB

Menghapus Hujan oleh PKPS

Ketika itu matahari mulai pergi dan digantikan teman-temannya yang telah lebih jauh diserakkan masa lalu. Titik-titik cahaya itu berkelip pelan dan damai bahkan sanggup menjelma sebagai nada-nada tinggi nan harmonis yang berasal dari kotak musik seorang gadis. Bersama dengan mereka, pun di sana ada bulan yang menyembunyikan dirinya di balik bayang-bayang takdir sebagaimana tertulis di kitab-kitab ilmu pengetahuan. Juga dengan segala mantra dan pesona yang tertuang di dalam kitab-kitab itu, mam pulah manusia meramal bagaimana malam ini akan berlaku. Lalu turunlah titik-titik air membasahi semua yang ada di atas tanah dan ranah. Menyusuri dedaunan kerbang lagi tak lupa dengan lengkungan gerbang. Hingga akhirnya berhimpun mengisi ruang-ruang kosong di bawah sana. Lalu, kapankah semua ini bisa berakhir? Bolehkah sebentar lagi saja? Hujan pun belum reda.

56

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

Sorot cahaya kuning menabrak jejeran batang-batang besi di hadapannya. Klakson dibunyikan panjang dua kali berjuang mengalahkan gemuruh angin di luar kaca mobil. Seperti suara suling yang memanggil ular kobra untuk menari, muncullah siluet seorang pria dari samping dan membukakan gerbang pada tembakan klakson yang ketiga. Tebakanku dia adalah satpam penjaga rumah ini dan tentu saja itu benar. Klakson lagi dibunyikan pendek sebagai pengganti ucapan terima kasih kepada si Bapak Satpam. “Yooo...”, sahut si Bapak Satpam dengan agak ceria di tengah bisingnya hujan. Seketika, kedua ujung bibir temanku naik. Giginya mulai kelihatan ketika ia menengok kaca spion yang memperlihatkan Bapak Satpam yang langsung menutup gerbang dengan buru-buru. Terbirit-birit dia menuju ruangannya di dekat situ lalu melepas jas hujannya. Temanku ini pun tak kuasa lagi menahan tawa kecilnya. Entahlah, suasana hatinya benar-benar gembira sejak tadi. Sejak tadi kali pertama kami bertemu di bar. Bar selalu menjadi tempat bagiku bertatap muka dengan teman-teman daringku. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang baru kukenal dan langsung ingin bertemu. Salah satunya adalah Raku, begitu dia memperkenalkan dirinya. Dia yang lebih dulu menghubungiku setelah mengetahui jasa yang bisa kuberikan kepada mereka

yang menginginkannya. Tidak sulit pula menemukan seorang anak muda yang memakai jaket biru gerau dengan kemeja biru langit serta celana jin biru dongker. Sepatu putihnya yang sudah lama tidak dicuci sehingga memiliki bercak noda di beberapa tempat mengayun-ayun di kaki meja. Bukan pertama kali sebenarnya bagiku, tapi tetap aku sedikit terkejut dan juga prihatin melihat ruwet raut mukanya. “Aku menginginkannya,” ujarnya di saat aku bahkan belum sempat duduk. Aku terdiam menyaksikan perubahan rona wajahnya yang tiba-tiba berseri. “Aku selalu gagal mencobanya sendiri. Temanilah aku malam ini,” lanjutnya dengan sedikit mengotot. Badannya agak condong ke depan dan matanya sedikit melotot. Tak sedikit pun aku heran karena mereka memang selalu seperti ini. Aku pun hanya tersenyum ramah. Ya, biarkan aku menemanimu malam ini. Lalu udara pun tega memerangi saudaranya sendiri. Saling menghempas di awang-awang, saling membantai di bentang langit. Sang angin pun tak jemu mengamuk hebat menyaksikan pertengkaran alot di penjuru jumantara. Gelegarnya terlempar ke sana lalu kemari. Gemuruhnya terhampar ke buana juga ke mentari. Badai semakin hebat, hujan pun kian lebat. Tetesan air tak henti-hentinya menyerbu setiap jengkal raganya, mulai dari

57

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

dedaunan yang baru saja terlepas sampai lekuk guratan yang terselubung. Perlahan ia pun mulai goyah merasakan betapa gigih mereka menerpa dan menerjang. Siapalah aku, katanya, yang saban hari hanya mampu memercayai satu-satunya akarku yang terpendam? Lalu akhirnya ia terjungkal dan terdampar di bentala sebab tak berdaya menahan serangan mara bahaya cakrawala. Oh, racau batinnya, sudahkah semua ini berakhir? Namun, mengapa aku masih mendengar siulan nyaring di sudut sana?

jendela. Lidahnya mendecak samar tapi aku mendengarnya. Di bawah hujan kami berjalan cepat menuju pintu depan rumah. Padahal hanya sekitar sepuluh meter tapi ini sudah bisa disebut basah kuyup. Kami mengentak-entakkan kaki dan menghempas-hempaskan tangan; membuang sebanyak mungkin air hujan yang sudah melekat di tubuh dan pakaian kami. Raku menarik nafas panjang dan melepasnya dengan mata tertutup. Mulutnya mengulum-ngulum sesuatu yang tidak ada. Sedikit lama aku menunggu dan matanya dipenuhi kebimbangan walau akhirnya tangannya sanggup membuka pintu. Di saat ini pulalah penantian itu tiba, sebab dingin digantikan hangat dan khawatir digantikan getir namun yang hitam tetaplah hitam. Dia beruntung karena matanya sempat berkedip. Sebab bertepatan dengan itu, kopi yang masih terlihat kepulan asapnya tercurah tepat menutupi seluruh wajahnya. Raku segera mengerang pelan tak tahan dengan panasnya kopi itu. Langkahnya dibawa jauh ke belakang menjauh dari sosok hitam di sebelah sana yang siap mengeluarkan amuk amarahnya. Diusapnya cepat mukanya yang memerah ketakutan lalu membiru kebingungan. Sayang, yang melayang bukan kopi saja. Cangkir wadah kopi tadi juga turut mengudara, lalu mengantuk pelipisnya sehingga jatuh pecah di lantai terbelah-belah. Raku mengerang

Hujan pun belum reda. Decit dan gesekan ban berbunyi cukup keras hingga terdengar oleh kami yang berada di dalam mobil. Hening kemudian mengisi ruang kosong di antara kami dan saling terdengarlah hembusan nafas kami yang pelan-pelan memelan. Punggung kami kembali menempel dengan sandaran jok setelah barusan mendadak miring ke depan. Hujan malam ini pastilah sangat deras sampai mampu menjatuhkan pohon besar tepat di depan garasi. Gelap malam ini pun pastilah sangat pekat sampai mampu menyamarkan pohon besar itu dari pandangan. Aku lantas terpaku dalam perasaan heran dengan alis yang sedikit terangkat. Malam ini bukanlah malam yang biasa, adalah satu-satunya yang sempat terlintas di pikiranku. Aku menolehkan wajahku melihat Raku. Raku menolehkan wajahnya melihat ke luar

58

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

lebih keras dari sebelumnya tetapi sosok hitam itu berteriak lebih keras lagi; tak sekalipun aku memahami maksud dari setiap teriakan dan erangan yang memenuhi ruangan ini. Berkali-kali Raku meraung keras, berkali-kali pula sosok hitam itu berteriak lebih keras lalu semakin keras; membuat Raku hanya bisa membungkus kepalanya dengan kedua tangannya. Aku mulai dilingkupi kegelisahan saat si sosok hitam mengepalkan tangannya dan membenturkannya ke pipi Raku. Raku tak membalas atau tak mau membalas atau tak bisa membalas atau tak sempat membalas karena kepalan tangan itu untuk kali ketujuh membentur kepalanya. Raku mengerang kesakitan dalam ketidakberdayaan. Tangisnya pecah dari ruang tenggorokannya yang terguncang. Giginya terdengar bergeretak dalam nafasnafas pendeknya yang bergoyang tidak beraturan. Dadanya bergetar dan rintihannya terputus-putus melemas. Lehernya tercekik lalu matanya meminta tolong; akhirnya. Ya, tak kan kubiarkan ayahmu membunuhmu.

hitam seteguk espresso. Ditambah lagi, ada yang melayang menemani suara-suara lantang di udara, namun malah hancur luluh menubruk segala yang keras. Kemudian, ada pula noda entah dari mana yang terpercik-percik tak sengaja. Awalnya merah, terus cokelat, lalu bening, dan semuanya bercampur begitu saja. Percikan itu kemudian terserak-serak diiringi lantai yang berdegup-degup. Iramanya tidak jelas persis seperti langkah kaki si hitam. Lantas, tibalah satu degupan terakhir yang paling kencang hingga seluruh kekacauan tadi rasanya berakhir. Senyap pun kembali datang dengan tiba-tiba. Ia tercengang atas apa yang dilihatnya. Lalu dengan santun ia bertanya, apa kiranya yang telah terjadi? Dan, apa gerangan cairan yang berwarna merah seperti darah itu?

Sekarang, semuanya menjadi kacau. Segalanya kacau balau, centang perenang, morat-marit. Lantaran, ada yang tega mencelakai ubin demi ubin teraso berkualitas baik buatan tangan tanpa rasa bersalah. Tentu ada juga yang gemas gara-gara elok coraknya dinodai

59

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

Hujan pun belum reda. Perlahan aku menuntun Raku menaiki tangga ke kamarnya di lantai dua. Aku di kanannya berusaha menenangkan. Tangan kananku menggenggam tangan kanannya sedangkan tangan kiriku merangkul pundak kirinya dari belakang lehernya. Kami cukup dekat sehingga aku masih bisa melihat sisa-sisa air matanya. Nafasnya terdengar masih berat dan tangan kiriku ikut terayun bersama dengan bahunya yang naik turun. Melihat betapa kosong tatapannya, aku memilih untuk diam. Alih-alih menjernihkan pikiran, dia malah membuka percakapan dengan suaranya yang bergetar, “Aku masih belum percaya ayahku sudah meninggal.” Menurutnya, ayahnya adalah orang yang sangat baik. Raku menceritakan betapa banyaknya orang yang mengenal ayahnya sebagaimana dia mengenal ayahnya sendiri. Baik itu rekan kerjanya, tetangga-tetangga dekat rumahnya, juga temannya ketika sekolah atau kuliah dulu. Ayahnya memang senang memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Itulah kenapa dia selalu berusaha terus menjaga komunikasi dengan mereka dan jika ada yang butuh bantuan, dia menjadi tahu dan mengusahakan yang terbaik. Itu juga satu. Ayahnya selalu mengusahakan yang terbaik. Untuk orang lain, terlebih lagi untuk keluarganya sendiri. Dia mengingat kembali bagaimana dia hampir setiap hari bermain ber-

sama ayah dan kakaknya. Ibunya lebih sering di dapur menyiapkan camilan untuk dimakan selepas bermain. Dia juga ingat ketika ayahnya selalu memboncengnya entah ke mana hanya untuk cuci mata, istilah yang belum dipahaminya waktu itu. Senyumnya kembali terpahat dari kedua ujung bibirnya, begitu pula denganku. Bahkan, dia sangat ingat bagaimana dulu dia malah diajak ke pasar malam saat ayahnya tahu dia tidak naik kelas sekali pas SD. “Mungkin ayahku kasihan melihat mukaku yang cemberut takut dimarahi,” lanjutnya diakhiri tawa kecil, tawa yang sama ketika di mobil tadi. Sekarang dia terlihat lebih baik dari sebelumnya, juga setelahnya. “Tapi, aku sendiri lupa kapan pertama kali ayahku marah-marah tidak jelas seperti tadi ha-ha,” sambungnya ketika kami tiba di depan pintu kamarnya. Jelas bahwa yang tadi bukan yang pertama kali dan tak perlu juga dia membuang energi untuk mengingat-ingatnya. Seperti bisa membaca pikiranku, dia hanya mengangkat pundaknya sesaat dan memasang wajah tak acuh. Raku memutar kunci dua kali membuka pintu. Ia lalu menghadap ke arahku dengan sedikit menelengkan kepalanya lalu mengangkat alisnya. Aku mematung sebentar menatap ke dalam matanya. Dalam pikiranku aku bertanya-tanya: apakah kau masih perlu kutemani malam ini? Ya, tolonglah, sahutnya melalui tatapan matanya yang ma-

60

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

sih sedikit syok dan senyumnya yang agak hambar. Wajahnya berusaha terlihat yakin, walau aku tahu dia sebenarnya ragu apakah yang akan kami lakukan ini tepat atau tidak. Entahlah, aku tetap masuk ke dalam kamarnya. Ya, baik, sebab kau yang menginginkannya.

sangat keras terdengar dari jendela yang menghantam kusennya. Sepertinya, hujan di luar makin deras sampai-sampai airnya berhasil menerobos ke dalam kamar. Gordennya tidak terlalu kuyup karena terombang-ambing dilanda angin tapi akibatnya sebagian besar air jatuh ke lantai. Raku langsung saja membuka dan menggesekkan kemejanya ke lantai yang basah. Aku lirih menggantungkan jaketku dan diam memperhatikan dia yang gusar. Sejenak kemudian dia menenangkan diri menghela nafas lalu menghadap ke arahku. Bersama dengan ributnya angin di luar, ia pun bersuara, Aku siap. Tubuhnya kutuntun telentang di atas kasur sedangkan aku duduk di pinggirnya. Tanganku menyusuri tepian tubuhnya dengan perlahan. Berharap agar dia rileks tapi mungkin malah semakin tegang. Kakinya kaku dan aku tambah ragu dia siap untuk ini. Meski begitu, aku sadar ini bukan saatnya untuk mundur. Kurasa lebih baik aku melakukannya dengan cepat. Ataukah, kucoba saja menikmati tiap detiknya seperti sebelum-sebelumnya? Sialnya, badannya mulai menggigil karena tidak ditutupi selembar kain pun. Atau mungkin juga karena gores tanganku yang mulai menyisiri jalur-jalur yang terbentuk di perut dan dadanya. Aku baru saja mulai menikmatinya, namun memang lebih baik aku lekas menyelesaikannya sebelum dia berubah pikiran. Tenanglah, Raku,

Di atas sini gegana masih membahana. Kumandang petir berhamburan mencari tempat-tempat terjauh. Rentetan kilat terus bergantian memamerkan jilatnya. Awan hitam juga masih tetap hitam dan angin pun mengajaknya melanglang buana. Hujan mengekor dari belakang membawa serta rintik-rintiknya. Satu per satu rintik itu turun bertualang meninggalkan dingin dari atas. Sebagian angin penasaran. Ia lalu ikut dan bersahabat dengan si rintik. Rintik itu damai. Namun, bersama angin ia menggelora. Maka, lenyaplah mereka menuju seluruh lekuk dan ceruk; juga segala liang dan ruang. Lalu, mendesak masuk dan menyingkap tutup. Akan tetapi, selalu ada asap kelabu dari api yang membara; selalu ada yang sakit hati dari laku yang lajak. Ialah riuh rusuh yang kerap berseru, sampai kapankah kalian berhenti? Sekali lagi dengan lebih perih ia berseru, sampai kapankah kalian berhenti? Hujan pun belum reda. Raku menutup jendela kamarnya rapat-rapat. Suara yang

61

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

tenanglah sebab ini semua akan segera berakhir. Aku menyeka jejak air mata di sebelah pipinya. Matanya memejam dalam keresahan yang tak dapat disembunyikan. Sementara itu, tibalah jariku di ujung bibirnya. Pelan celah bibirnya membuka. Pelan juga tiga jariku mendesak masuk. Pelan kuletakkan salah satu lututku di perutnya. Pelan pula badannya menyamankan diri. Pelan tanganku yang lain beranjak pergi. Pelan lagi ujung pisauku menusuk. Sontak kemudian dia menggigit keras jariku. Matanya membelalak terkejut. Badannya mengaku. Tangannya memberontak. Lidahnya pun berusaha mengusir tapi jemariku sama sekali tak terusik. Tanganku terus merajah setiap sisi lehernya, berusaha mengoyak sebanyak mungkin saluran darah. Mengabaikan gigitannya yang makin kuat dan matanya yang kembali berair, tikamanku tidak berhenti. Kemudian, pukulannya mulai melemah. Begitu pula gigitannya. Raku akhirnya bisa tenang sebab ini semua sudah berakhir. Aku bukanlah profesional tapi setidaknya aku bisa melakukannya dengan cepat. Dan dia pasti bahagia, walau yang tampak adalah merah murung di bibirnya, semerah lumur di pisauku. Ya, berbahagialah kau di sana.

butnya basah, pakaiannya berantakan, mukanya kusam. Semoga saja ia masih sabar menunggu, batinnya. Sebab, mungkin inilah satu-satunya kesempatan dia bertemu dengan orang yang dikenalnya lewat media sosial itu. Kabarnya, orang itu adalah satu-satunya orang yang tidak akan mengambil apa pun selain nyawa pelanggannya. Ini penting sebab jasa seperti itulah yang saat ini dibutuhkan oleh beberapa orang yang ingin mengakhiri hidupnya, tapi tak sanggup dengan tangannya sendiri. Warganet mengenalnya dengan sebutan Penghapus Hujan, baik dalam setiap obrolan mengenai aksi-aksi pembunuhan yang belum diketahui motifnya maupun kisah-kisah konspirasi yang sedang hangat dibicarakan. Ialah yang ketika itu sudah menunggu di bar selama beberapa jam namun tetap tersenyum ramah menyambut yang sudah ia nantikan. Sambutannya itu pun segera dibalas dengan sebuah pertanyaan yang sudah ia duga. Bisakah kita tetap melakukannya malam ini juga? Hujan pun belum reda.

- SELESAI -

Tibalah saatnya di suatu malam yang lain. Dia berjalan dengan rada tergesa-gesa karena waktu sudah lewat dari yang dijanjikan. Ram-

62

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

Seabad lamanya Oleh: Rizky

Saat sang saka belum berkibar Aku telah berdiri 1920 aku telah berdiri di bawah kaki sang koloni Koloni yang hendak terganti Terganti oleh saudara tua yang dinanti Namun kakak tak lama disini Karena sang saka hendak berdiri Berdiri hingga saat ini Dua pemimpin telah ku didik Sang proklamator dan sang profesor Ditambah putera-puteri pertiwi lainnya Ah...sudah seabad lamanya aku berdiri Berdiri untuk mengabdi pada ibu pertiwi Mengabdi dengan mendidik putera-puterinya Memajukan ilmu di Nusantara ini Untuk seabad yang lalu dan berabad-abad kedepannya

63

JUNI 2020


SASTRA

BOULEVARD ITB

Megagalkan Kematian Oleh Hafsah Restu Nurul A.

Aku angka satu yang menolak jadi pangkal. Ada lubang lain memisahkan jari dengan telapak. Ruas-ruas terlalu cepat menutup dan menetapi tangan lain. Kau cuaca cerah dan aku badai yang tak akur menjemputmu pulang ke rumah. Tidak pernah ada angka dua dalam kamusmu, aku pergi menghapus terjemahan di dinding-dinding. Kita lampu jalan dan lalu lintas mati. Kemacetan yang tumbuh berulang kali. Sebab kita balon pecah, ranting patah, dan sepasang bocah menangis sambil meringis menemukan angka tiga.

64

JUNI 2020


KOMIK

BOULEVARD ITB

PINDAH...

65

JUNI 2020


BOULEVARD ITB

Susunan Kepengurusan 83 Peka

Pemimpin Umum William Chang

Pemimpin Perusahaan Luthfiah Haznan

Pemimpin Redaksi Maria Sinta Kusuma

Staf Perusahaan Nurselina Simarmata Alisha Reida Dharmawan Farah Syahidah Khalda Alifia Muhammad DzakiNaufal Ramadhan Yusa Hean

Staf Redaksi Pandu Kristian P. S. Beta Miftahul Falah Claresta Evadne Idelia Efri Liana Dewi Gabriella Yovanda Jeihan Aulia Ramdhani Patricia Anita Rosiana Sebastian Anthony Arini Rahma Adzkia Gayuh Tri Rahutami Hafsah Restu Nurul Annafi Maria Kirana Prima Satyasanti Mikhael Kevin Rahmah Khoirussyifa’ Nurdini Rhea Elka Pandumpi Rizki Ardika Fadilah Rizky Ramdany H. Sekar Dianwidi Bisowarno Shefira Herlindya Putri Vincent Hanzel Hartono Zahra Annisa Fitri

Redaktur Artistik Theresa Triyessy S. Staf Artistik Audrey Xaveria Muhammad Febrilian Syah Alvero Delisha Azza Naadira Din Prakoso James Parluhutan Hutabarat Levana Amelia Michelle Jacqueline Nasyita Alvina Rahma Damayanti Rafanisa Intan Azzahra Rahastuti Tiara Adysti Muhammad Rifky Muthahhari

Selamat atas Kelulusannya! Brigitta d’Avriella - Redaksi’15 Firza Aulia – Artistik’15 Galih Endrayana Sudarno - Perusahaan Hamdi Alfansuri - Artistik’15 Hana Azalia – Artistik’15 Jane Marito - Redaksi’15 Juang Arwara – Redaksi’15 M. Ghaffar Muhkhlis – Redaksi’15 Nida An Khofiyya – Redaksi’15 Sitti Mauludy Khairina – Redaksi’15 Teo Wijayarto – Redaksi’15 Diana Vitonia – Perusahaan’16 Sista Dyah Wijaya – Perusahaan’16 Fransiskus Asisi Dwinugroho – Perusahaan’16

66

JUNI 2020


Boulevard ITB Lantai Dasar Labtek XIV Gedung Freeport Indonesia Business Research Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha No 18, Bandung Jawa Barat, 40132 Surel Website Kurio Line OA Facebook Twitter Instagram

: boulevarditb@gmail.com : www.boulevarditb.com : Boulevard ITB : boulevarditb : Boulevard ITB : boulevarditb : boulevarditb


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.