1 minute read

Megagalkan Kematian

Oleh Hafsah Restu Nurul A.

Aku angka satu yang menolak jadi pangkal. Ada lubang lain memisahkan jari dengan telapak. Ruas-ruas terlalu cepat menutup dan menetapi tangan lain.

Advertisement

Kau cuaca cerah dan aku badai yang tak akur menjemputmu pulang ke rumah. Tidak pernah ada angka dua dalam kamusmu, aku pergi menghapus terjemahan di dinding-dinding.

Kita lampu jalan dan lalu lintas mati. Kemacetan yang tumbuh berulang kali. Sebab kita balon pecah, ranting patah, dan sepasang bocah menangis sambil meringis menemukan angka tiga.

This article is from: