Boulevard #85 "Babak Baru Kemerdekaan Pendidikan Indonesia" - Februari 2021

Page 1


Gerakan Transformasi Merdeka Belajar Indonesia dan ITB Asa untuk memerdekakan pendidikan Indonesia bukanlah suatu hal yang baru. Bahkan, Ki Hadjar Dewantara, pelopor pendidikan di negeri ini, juga pernah menggaungkan sistem among yang menekankan kemerdekaan lahir batin untuk mencapai pembaharuan masyarakat. Dewasa ini, perguruan tinggi tengah mengalami transformasi ‘merdeka belajar’ lewat program canangan Mas Menteri yang dimulai dua tahun lalu. Menurutnya, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk membuka sinergi dunia pendidikan dengan industri. Peluang cemerlang tersebut pun tidak disia-siakan ITB untuk mendorong dosen serta mahasiswa untuk mengembangkan diri melalui beberapa program unggulan. Pembaruan kultur belajar, yang kini dilandasi eksplorasi tanpa batas, diharapkan dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru di luar kegiatan rutinitas perkuliahan. Lantas, bagaimana realisasi MBKM di ITB? Apakah pihak kampus dan mahasiswa ITB memang dalam melaksanakan program MBKM? Dan, bagaimana kisah mereka yang telah tuntas program di kloter sebelumnya?

sudah siap

menyelesaikan


DAFTAR ISI

KAMPUS

ULAS

3 Campus Tour 2021: Angin Segar bagi Para Mahasiswa Baru 5 Refleksi Esensi Kaderisasi

31 Penjajakan Dualisme Filosofi dan Misteri “Stairway to Heaven”

LIPUTAN UTAMA

37 Taman Lupa 41 Pulang

8 Bersiap Berenang di Lautan Luas Bersama MBKM 12 Lika-Liku MBKM di ITB 17 MBKM ITB dari Kacamata Mahasiswa JELAJAH 21 Aku 25 Climate Change: Mungkinkah Menuju Zero Emission?

SASTRA

GELITIK 43 Selebriti Indonesia Kena Skandal tapi Masih Eksis, Kenapa? GALERI 46 T.TS: Serba-Serbi ITB 50


KAMPUS


Source: itb.ac.id


Layouter : Husnul Abidah Editor : Sarah Alya Zahra

3


4


Layouter : Nasyita Alvina R. D. Editor : Fatimah Nur Azizah

Refleksi Esensi Kaderisasi Oleh: Pandu Adinata Putra Senjaya (MG’20) Rasanya, kaderisasi menjadi salah satu kata yang paling ditakuti mahasiswa baru dalam menapaki lembaran baru dunia perkuliahan. Rangkaian acara yang menegangkan, ditambah dengan gema teriakan kakak tingkat menjadi kesan tersendiri di mata mereka. Kaderisasi selalu dikaitkan dengan adanya konflik, entah itu memang disengaja demi menempa para kader atau hanya sekadar ajang balas dendam. Terlepas dari itu, sebenarnya apa sih esensi kaderisasi, terutama di lingkungan ITB? Berdasarkan Rancangan Umum Kaderisasi (RUK) KM ITB, kaderisasi diharapkan dapat membentuk mahasiswa-mahasiswa menjadi alumni yang sadar dengan sifat

5

alumni perguruan tinggi, bermoral, memiliki wawasan kebangsaan, humanis, demokratis, dan mam pu berpegang pada kebenaran ilmiah. Kaderisasi di ITB juga


didasari oleh tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan yang dibuat oleh masingmasing sistem yang dibuat oleh masing-masing lembaga penyelenggara kaderisasi. Di balik ketidaksempurnaan kaderisasi, banyak kader yang kerap menanyakan pertanyaan yang sama. Apakah hal tersebut layak untuk dilakukan? Apakah gunanya nilai yang sedang ditanam dalam kehidupan? Terkadang, para kader bahkan tidak merasakan parameter akhir yang telah dirancang oleh sang penyelenggara kaderisasi. Entah karena mereka merasa takut, tertekan, atau bahkan tidak peduli lagi dengan kaderisasi dan juga lembaganya. Di lain sisi, panitia penyelenggara pun tidak melihat perkembangan para kadernya sehingga membuat mereka mulai masuk ke jalan ‘keras’ yang ditakuti. Apabila dilihat-lihat, kedua pihak tidak searah atau sepaham dalam proses yang sedang berlangsung, sehingga muncul perilakuperilaku tidak mengenakan dari kedua pihak. Ketika konflik telah terjadi, seharusnya kita, baik sebagai penyelenggara kaderisasi maupun peserta kader, berhenti sejenak untuk melihat kembali tujuan yang ingin dicapai. Akan

tetapi, dalam praktiknya, terkadang kita lupa dengan nilai yang sedang ditanamkan, padahal dipandang baik untuk keberlanjutan organisasi dan anggotaanggota di dalamnya. Kedua pihak juga harus melihat konflik tersebut dari kacamata yang berbeda. Keputusan yang diambil belum tentu akan sejalan dengan nilainilai yang ingin ditanamkan. Atau bahkan, bisa jadi “menggagalkan” konteks kaderisasi. Jangan sampai konflik yang ada malah menurunkan esensi yang sedang dibawakan. Kaderisasi memang terlalu luas untuk dibahas dalam satu tulisan kecil saja. Banyak sudut pandang yang harus digali agar dapat terdefinisi secara utuh. Meskipun demikian, sebagai mahasiswa yang kritis, kita perlu tahu akan esensi dari sebuah kaderisasi. Terlebih lagi, saat telah menjadi bagian dari organisasi pun kita perlu mengetahui makna dari segala sesuatu yang terjadi di dalamnya. Jangan serta merta menjadi yes man dalam menjalani kaderisasi di organisasi sendiri. Pahami kembali dan ingatlah bahwa tujuan akhir kaderisasi adalah untuk menjadikan diri sebagai pribadi yang dewasa, yang mampu mengatasi masalah secara kritis, sesuai dengan tujuan yang disampaikan oleh RUK KM ITB. Salam Ganesha!

6


Source: Baim Hanif di unsplash.com

LIPUTAN UTAMA


Layouter : Alvero Editor : James Parluhutan H.

Berenang di Lautan Luas Bersama MBKM Ditulis Oleh: Sekar Dianwidi Bisowarno (BE’19)

“Pendidikan Tinggi ini memiliki potensi dampak tercepat untuk perubahan SDM Unggul.” Tepat dua tahun lalu, Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, mengumandangkan semangat tersebut. Semangat untuk menjadikan perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, sebagai ujung tombak masa depan pembangun Indonesia. Mulia? Tentu saja. Dalam gelar wicara Merdeka Belajar Episode 2: “Kampus Merdeka”, ia secara optimistis memperkenalkan sebuah terobosan yang saat ini akrab disebut MBKM. Kampus Merdeka memiliki empat pokok kebijakan yang meliputi kewenangan penuh kampus mendirikan program studi baru, reakreditasi secara otomatis, kemudahan proses peralihan status menjadi PTN Badan Hukum (PTNBH), serta kemerdekaan mahasiswa belajar di luar prodinya dan di luar perguruan tingginya. Berdasarkan poin terakhir, melalui serangkaian kegiatan, mahasiswa diperkenankan untuk melakukan eksplorasi sesuai minatnya, tanpa batasan. Peluang emas tersebut telah dimanfaatkan oleh banyak mahasiswa, termasuk di ITB. Pihak kampus dengan tangan terbuka menyambut semua mahasiswa yang ingin melakukan pengembangan diri melalui beberapa program unggulan seperti Summer School, Desa Binaan, Permata-Sakti, Bangkit, KKN Tematik, Program Kampus Merdeka, dan lain-lain. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim. Source : Kemendikbud.go.id

8


Mengejar Peluang dengan MBKM

Cemerlang

Pembaruan kultur belajar yang diterapkan oleh program Kampus Merdeka membuat mahasiswa dapat menjajaki banyak pengalaman baru. Oleh Pak Nadiem, metode pendidikan S1 di Indonesia digambarkan sebagai orang yang tengah belajar berenang di kolam berarus tenang dengan hanya satu gaya.

Padahal di masa depan, dunia nyata akan sangat menantang seperti lautan luas. “Kita ingin mengubah program S1 untuk belajar berbagai macam gaya berenang. Dan jangan cuma di kolam yang tidak melatih kemampuan adaptif mereka,” ujarnya. Kebutuhan akan kemampuan lintas disiplin di berbagai profesi menjadi fondasi yang mendasari pentingnya keberlangsungan MBKM.

(Kiri) Kolaborasi Program MBKM ITB-Unpad Resmi Diluncurkan. Source : itb.ac.id (Kanan) Kegiatan MBKM Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB. Source : fti.itb.ac.id/program-merdeka-belajar-kamp


Salah satu yang paling diminati dan diharapkan dapat mencetak generasi-generasi siap kerja adalah kegiatan magang. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa, yang biasanya hanya duduk di kelas dan mendengarkan materi, untuk terjun langsung ke dalam dunia pekerjaan yang nyata. Pengalaman yang lebih relevan dan kesempatan untuk berinteraksi denganinstitusi profesional tentu dapat memberikan nilai tambah bagi sang peserta.

pus-merdeka-mbkm/

Selain itu, terdapat program studi independen yang tak kalah tenar. Dilansir dari kanal resmi MBKM, program tersebut mengajak mahasiswa untuk mempelajari kompetensi yang spesifik, praktis, dan dibutuhkan di masa depan bersama mitra. Proyek riil yang dilakukan juga dapat menjadi wadah bagi para peserta untuk mengimplementasikan ilmu secara kreatif dan inovatif. Sejuta Tantangan Realisasi MBKM Tak dapat dipungkiri bahwa memulai sebuah revolusi bukanlah hal yang mudah. Saat pertama kali diperkenalkan, banyak pihak yang merasa skeptis dan mempertanyakan arah gerak kebijakan Kampus Merdeka. Pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa yang sudah kelewat nyaman dengan sistem lama terpaksa harus bertransformasi untuk mewujudkan ‘kemerdekaan’ belajar. Ada pula yang mengkritik kesan diskriminasi MBKM yang hanya berfokus dan memudahkan kampus-kampus negeri, dan menganaktirikan yang berstatus swasta. Terlebih lagi, soal isu ketiadaan lapangan pekerjaan yang dapat menampung para alumni dan absennya kehadiran Kementerian Ketenagakerjaan dalam ide besar ini.

10


Apabila ingin ditilik satu per satu, tentu tantangan-tantangan tersebut tidak akan pernah usai. Masih banyak hal yang perlu dievaluasi agar setiap kampus dan mahasiswa dapat merasakan aksesibilitas fasilitas yang sama. ITB dan MBKM Tampaknya, ITB pun hingga saat ini masih merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan implementasi liberitas belajar yang diusung MBKM. Pasalnya, meski program telah berlangsung, sosialisasi belum tersebar secara merata sehingga menimbulkan banyak kebingungan. Baik di level pusat maupun program studi, gebrakan baru ini ternyata sulit diterapkan seluruhnya. Beberapa waktu lalu, penulis berkesempatan untuk mengikuti bincang sore bersama kaprodi dan staf tata usaha yang mengeluhkan rumitnya merancang penyesuaian MBKM. Tekanan dari mahasiswa yang ingin mengonversi beban SKS, kebutuhan akan dosen pembimbing, hingga polemik sulitnya mencari kegiatan yang sesuai dengan kurikulum program studi menjadi sebagian dari tantangan yang harus dihadapi.

11

“Bukannya kami tidak ingin mendukung, tetapi memang begini keadaannya, cukup sulit.” Di atas kertas, Kampus Merdeka memang terlihat apik. Namun, secara riil, masih terdapat banyak cela yang menutupi hakikat yang dijunjungnya. Dengan terus mengingat asa Ki Hadjar Dewantara, kiranya MBKM dapat melestarikan semangat memerdekakan pendidikan Indonesia lewat etos dan gagasan anyarnya .

Analogi kompleksnya masalah yang dihadapi. Source : freepik.com


Layouter : Nasyita Alvina R. D. Editor : Amalia Nanda Syafira

Lika-Liku MBKM di ITB Oleh: Mia Nuramalia Aim (FTI’21) dan Rahmah Khoirus syifa’ Nurdini (IF’19)

Selama beberapa bulan terakhir, program MBKM yang diadakan oleh pemerintah ramai dibicarakan di kalangan mahasiswa. Namun, sebelum membahas lebih lanjut, sebenarnya apa itu program MBKM? MBKM adalah singkatan dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka, yang merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Program tersebut diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. Pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 ini, mahasiswa ITB mulai banyak mengikuti beragam program yang ada di MBKM. Melansir cerita Ketua Departemen Internal HMIF ITB, Rehan Adi Satrya (IF‘18), terdengar banyak suka dan duka dari berbagai peserta MBKM. Rehan yang sempat menjembatani HMIF ke pihak program

studi mengenai MBKM program Magang, Studi Independen, dan Digital Innovation (Diginove) ini bercerita bahwa kendala utama terjadi pada proses administrasi. Kisah di Balik Layar dan Kepelikan Realisasi MBKM di ITB Sebelum program dimulai, mahasiswa harus memenuhi berbagai dokumen yang membutuhkan banyak komunikasi dengan pihak program studi. Padahal, dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang ingin mengikuti MBKM ini cukup banyak. Selain itu, program MBKM yang terbilang baru juga menjadi tantangan bagi program studi untuk menyesuaikan dengan kebijakannya masing-masing. Setelah program selesai, mahasiswa pun perlu mengurus konversi jumlah SKS. Pada proses ini, kendala yang dialami adalah jumlah SKS yang ditawarkan oleh MBKM ternyata tidak bisa dikonversi secara keseluruhan karena adanya penyesuaian dengan kurikulum dan mata kuliah yang telah disusun.

12


Masalah ini memberikan tantangan tersendiri bagi peserta karena harus tetap menjalankan program berbeban 20 SKS, padahal ternyata jumlah SKS yang bisa didapatkan hanya sebagian, misalnya 12 SKS atau bahkan 2 SKS. Tidak hanya itu, pencairan uang saku yang dijanjikan oleh penyelenggara MBKM pun sempat tidak tepat waktu. Padahal, banyak peserta di luar sana–tidak hanya ITB–yang sudah mengeluarkan biaya untuk bisa mengikuti program MBKM, terutama program Magang yang dilakukan secara luring. Rehan bercerita bahwa untuk program Magang, terdapat beberapa

13

kendala khusus yang dirasakan terkait beban kerja yang tidak sesuai dengan seharusnya. Selain itu, ada beberapa mahasiswa yang merasa bahwa mentor dari peru-sahaan kurang mengayomi. Untuk program Studi Independen sendiri, kendala yang dialami terkait dengan tidak ramahnya kurikulum yang disusun. Hal ini dikarenakan peserta program yang berasal dari berbagai background sehingga dapat terasa terlalu teknis maupun ‘lompat-lompat’. Saatnya Mulai Evaluasi! Setelah

memaparkan

kendala-


kendala seputar MBKM yang terjadi di kalangan mahasiswa, Rehan berpendapat bahwa terdapat hal-hal yang mungkin bisa ditingkatkan dari penyelenggaraan MBKM. Sejalan dengan Rehan, responden survei Boulevard ITB pun merasa dibutuhkannya evaluasi terhadap keberjalanan program tersebut. Pertama, dari segi administrasi, Rehan menyebutkan bahwa akan lebih baik jika ITB membuat panitia khusus untuk MBKM yang dapat memudahkan mahasiswa maupun kaprodi untuk mencari dosen pembimbing, mengurus advokasi, dan kebutuhan lainnya.

Studi Independen, masalah uang saku yang tidak cair tepat waktu, dan proses administrasi yang terbilang rumit.

Sebelumnya, semua urusan yang berkaitan dengan MBKM harus dilakukan dengan menghubungi kaprodi. Artinya, jika ada permasalahan serupa yang dialami oleh banyak mahasiswa, maka kaprodi tentu akan merasa kewalahan. Rehan juga menambahkan jika pihak program studi berkenan, himpunan mahasiswa yang ada di ITB pasti bersedia membantu menampung semua pertanyaan dari mahasiswa. Oleh karena itu, hanya akan ada seorang perwakilan himpunan yang menyalurkannya kepada kaprodi.

Merajut Asa dengan MBKM

Lalu, realisasi MBKM pun masih banyak yang perlu dievaluasi, seperti struktur kurikulum pada

Terakhir, dari segi sosialisasi dan koordinasi keseluruhan program, ITB sebaiknya mengadakan penyuluhan resmi mengenai MBKM. Selain itu, sebenarnya himpunan mahasiswa juga dapat menggali informasi lebih dalam secara mandiri. Sosialisasi ini penting untuk diperhatikan karena berdasarkan survei yang dilakukan oleh Boulevard ITB, masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahui program MBKM secara detail.

Walaupun terdapat banyak kendala dan hal yang perlu ditingkatkan, sejauh ini, MBKM tetap dinilai bermanfaat bagi mahasiswa. Pertama, partisipasi mahasiswa dalam program MBKM memungkinkan mereka untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman baru yang lebih spesifik bersama mitra. Kedua, sertifikasi resmi yang akan diperoleh pun dapat menjadi nilai tambah saat kelak hendak bekerja. Sertifikasi tersebut sangatlah berpotensi untuk menjadi amunisi tambahan dalam persaingan kredibilitas saat mahasiswa bertransisi dari ranah pembelajaran menuju

14


dunia profesional. Selain itu, dengan berkembangnya teknologi, hasil sertifikasi yang diperoleh dapat dipajang melalui media sosial seperti LinkedIn. Hal ini mampu menyebarkan influence dari pribadi mahasiswa yang kemudian akan membuka pintu-pintu kesempatan baru. Ketiga, subsidi yang diberikan penyelenggara dapat dimanfaatkan mahasiswa dengan sebaik-baiknya dalam menjalan- kan program MBKM. Rehan mengatakan bahwa hampir semua jenis program MBKM memberikan uang saku. Jadi, di luar kendala birokrasi pencairan uang saku yang terjadi, seharusnya mahasiswa tidak perlu khawatir akan isu ekonomi. Keempat, program MBKM dapat menjadi wadah pengembangan skill yang dibutuhkan industri. Secara khusus, program tersebut dapat menjadi sebuah kesempatan bagi mahasiswa, yang secara umum berpola pikir teoritis, untuk mengubah pola pikir tersebut ke dalam bentuk praktikal melalui bimbingan mitra kerja MBKM. Manfaat-manfaat yang didapatkan melalui partisipasi dalam program MBKM, jika dianalisis secara komprehensif, dapat memberikan titik balik yang meng-off-

15

set-kan kendala-kendala yang telah ditu turkan sebelumnya. Terakhir, Rehan memberikan pesan untuk teman-teman massa ITB yang ingin mengikuti program MBKM. “Buat teman-teman ITB yang ingin (ikut berpartisipasi dalam MBKM), silakan, karena mitranya sangat beragam, ilmu yang didapat juga sangat banyak, tinggal tentukan dan pilih sesuai minat. Namun, hati-hati, mungkin nggak semua hal bisa berjalan sesuai rencana. Pastikan lagi mitranya punya struktur kurikulum yang jelas. Kalau bisa, jika ada cara untuk berkomunikasi terlebih dahulu dengan mitra–misal saat tahap wawancara–kalian tanya saja gimana kulturnya, gimana kerjanya. Karena tahun depan sudah batch 2, kalian juga bisa tanya ke orang-orang yang pernah mengikuti program MBKM sebelumnya. Selamat berjuang!”


“Buat teman-teman ITB yang ingin (ikut berpartisipasi dalam MBKM), silakan, karena mitranya sangat beragam, ilmu yang didapat juga sangat banyak, tinggal tentukan dan pilih sesuai minat. sesuai minat. Namun, hati-hati, mungkin nggak semua hal bisa berjalan sesuai rencana.

..... Selamat berjuang!


Layouter : Levana Amelia Editor : Robieth Eqtada M.

17



19


Source: Andrew CHarney di unsplash.com

JELAJAH


Layouter : Robieth Eqtada M. Editor : Nasyita Alvina R. D.

21


22



24


Layouter : Zahra Azkiya Nabila Editor : Uswatun Hasanah L.

Source: Pexels.com

Climate Change : Mungkinkah Menuju Zero Emission? Oleh: Clara Fortunata Wijaya (TL’20) dan Muhammad Rosyad Rob.bani (TF’20) “Our future is a race between the growing power of our technology and the wisdom with which we use it. Let’s make sure that wisdom wins” – Stephen Hawking, Brief Answers to the Big Questions. Isu perubahan iklim kini mulai dianggap serius oleh para pemegang kebijakan politik maupun masyarakat luas. Problematik lingkungan yang ada sejak zaman revolusi industri pertama memang telah banyak berdampak bagi kehidupan.

25

Keagungan teknologi telah membutakan manusia terhadap apa yang dikorbankannya untuk kemudahan aktivitas sehari-hari. Emisi gas rumah kaca semakin membunuh masa depan Bumi dan semua makhluk yang ada di dalamnya.


Dua Angka Penting Perubahan Iklim

tentang

51 miliar dan nol merupakan dua angka penting yang perlu diketahui tentang perubahan iklim. 51 miliar merupakan jumlah total ton gas rumah kaca yang diemisikan setiap tahunnya, sedangkan nol merupakan target jumlah emisi yang harus dicapai pada masa yang akan datang. Istilah nol emisi sering juga disebut dengan zero emission. Kenapa zero emission harus diwujudkan? Ada banyak sekali kekhawatiran yang akan terjadi jika emisi gas setiap tahunnya tetap tinggi. Salah satu yang paling mencolok adalah meningkatnya suhu rata-rata bumi. Peningkatan tersebut dapat menyebabkan banyak masalah, seperti penurunan produksi panen, penyebaran malaria, heatstroke, peningkatan permukaan laut, dan masih banyak lagi. Selain itu, emisi gas rumah kaca yang terperangkap dalam atmosfer akan tetap bertahan hingga sekitar 10.000 tahun ke depan.

yang melumpuhkan banyak sektor dan kegiatan manusia pun hanya mampu menurunkan emisi tahunan total sebanyak 5 persen. Hilangnya nyawa, lumpuhnya ekonomi, dan terbatasnya aktivitas tidak sebanding dengan penurunan emisi. Oleh karena itu, meminimalkan aktivitas yang mengemisikan gas rumah kaca tidak akan pernah mewujudkan zero emission. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil sangat sulit digantikan karena nilai ekonomis dan efisiensi energi yang dihasilkannya. Kebijakan revolusioner dan keputusan para petinggi dunia; modal besar para investor terkaya; dan ide terobosan para genius dan akademisi, bersama-sama diharapkan bisa mewujudkan zero emission pada tahun 2050.

Kedua angka, 51 miliar dan nol, sangatlah kontras. Akan tetapi, harapan untuk mewujudkan zero emission tetap ada, walaupun tidaklah mudah. Ada banyak hal yang menyebabkan asa tersebut membutuhkan inovasi cara hidup yang baru. Sederhananya, pandemi Covid-19 Source: Pexels.com

26


Apa itu COP26? Sederhananya COP26 adalah pertemuan internasional yang membahas mengenai iklim dunia. Tahun ini, pada COP yang ke-26, pembicaraan tersebut diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia, dari 31 Oktober hingga 12 November 2021. Namun, urgensi apa yang menjadi dalang diselenggarakannya COP26? Urgensi tersebut berkaitan dengan Perjanjian Paris pada COP21 tahun 2015. Perjanjian Paris, yang dilahirkan pada 12 Desember 2015, merupakan dokumen perjanjian internasional yang ditandatangani oleh negara-negara di dunia untuk mengurangi kenaikan suhu global. Perjanjian Paris tersebut diinisiasi untuk mewujudkan target kenaikan suhu rata-rata Bumi di bawah 2oC, dengan mengusahakan penekanan kenaikan suhu ke 1,5oC. Negara-negara di dunia berkomitmen untuk menginisiasi rencana dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, serta mengevaluasinya pada COP26. Kendatipun, hasil COP26 disebutsebut mengecewakan oleh sejumlah pihak. Kekecewaan disebabkan oleh ketidakberhasilan negara-negara dalam menghentikan penggunaan batubara secara penuh, yang

27

merupakan penyulut utama emisi gas karbon penyebab pemanasan global. Indonesia sendiri telah menandatangani kesepakatan pada COP26 untuk melakukan transisi batubara menjadi energi bersih. Namun, beberapa pihak pesimis akan terwujudnya kesepakatan tersebut sebab sebagian besar sektor industri di Indonesia masih menumpangkan tangannya pada batubara untuk menyediakan energi listrik. Urgensi Climate Change dan Peran Masyarakat Menghadapi Krisis Iklim Menurut Lembaga Jerman, Climate Action Tracker, dunia sedang mengarah pada level kenaikan sebesar 3oC. Lebih lagi, laporan IPCC 2021 menyatakan empat kesimpulan miris untuk Bumi kita. Pertama, kenaikan suhu diprediksi akan mencapai 1,5oC dalam dua dekade mendatang. Kedua, masih diperlukan transformasi untuk membatasi pemanasan global di tingkat 1,5oC pada akhir abad ini. Ketiga, masalah iklim pada era modern telah mengubah keseimbangan alam dengan intensitas yang lebih signifikan dari yang pernah terjadi. Keempat, setiap derajat kenaikan suhu akan membahayakan kehidupan di Bumi, seperti gelombang panas, kebakaran, mencairnya es, hingga


menurunnya kualitas pangan dan kesehatan, serta ekonomi. Bagaimanapun juga, hal-hal seperti penghapusan batubara maupun aksi pemerintah lainnya berada di luar kendali kita sebagai masyarakat. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, sangat penting bagi masyarakat untuk menyadari seberapa serius isu iklim yang terjadi. Pengetahuan awal tersebut akan merupakan katalis utama dalam melakukan aksi nyata menjaga lingkungan. Kedua, sudah saatnya masyarakat menjadi “buzzer” untuk isu lingkungan.

Dengan kemudahan akses informasi melalui media digital, kesempatan untuk memberi dampak kepada masyarakat luas mengenai krisis iklim juga menjadi lebih besar. Ketiga, masyarakat pun perlu memperbaiki pola hidupnya menjadi lebih ramah lingkungan. Hal-hal praktis seperti mengurangi penggunaan plastik, mengurangi sampah yang dihasilkan, serta memanfaatkan kembali barangbarang yang masih layak pakai, jika dilakukan secara rutin dan oleh sekelompok individu tentu akan berdampak bagi lingkungan.

Source: Pexels.com

28


Source: Poskota Jabar

ULAS



Layouter : Figlia Sophia Editor : Rifky Rizkullah Fahmi

Dear lady, can you hear the wind blow? And did you know your stairway lies on the whispering wind?

31


32


33



Source: Jonathan Singer di unsplash.com

SASTRA



Layouter : Hana Luthfiyah E. Editor : Nasyita Alvina R. D.


38


39



Layouter : Levana Amelia Editor : Aldi Fadlian Sunan

41


Source: Ahmed Zayan di unsplash.com

GELITIK


Layouter : Elvia Arum Editor : Nasyita ALvina R. D.

Selebriti Indonesia Kena Skandal tapi Masih Eksis, Kenapa? Oleh: Resti Sapta O. (SI’20) dan Zahra Annisa Fitri (PL’19)

Menjadi selebriti a.k.a orang terkenal tampak menyenangkan, terlebih melihat popularitas dan kekayaannya. Paparazi mengikuti tiap langkahnya. Apalagi jika skandal muncul, boom, namanya disebut di mana-mana. Hadirnya skandal ibarat dua mata pisau. Ketenaran sang selebriti melonjak, tapi citranya di mata masyarakat bisa terjun bebas. Hal ini dapat mengarah pada cancel culture. Jika seseorang di-cancel, artinya massa diajak “mematikan” karier maupun pengaruh sang selebriti. Caranya macam-macam, mulai dari memboikot karya hingga meminta hukuman dan pertanggungjawaban yang lebih tegas dari industri, kantor, dan institusi terkait. Contoh cancel culture teranyar adalah kasus Kim Seon-ho, aktor Korea Selatan yang dituduh memaksa mantan kekasihnya aborsi. Selain dihujat dan dicaci, Kim Seon-ho juga dituntut mundur dari berbagai proyek. Masyarakat seolah-seolah tidak ingin melihatnya lagi.

43

Terlepas dari Kim Seon-ho yang akhirnya tidak terbukti bersalah, Korea Selatan menjadi contoh negara yang cancel culture-nya kuat. Selebriti yang di-cancel biasanya ialah yang dinilai merusak, misal karena mem-bully, melakukan pelecehan seksual, atau “sekadar” berbuat tidak sopan. Yang menyebabkan selebriti di-cancel bukan hanya perbuatan di masa kini dan di ranah publik, tapi juga di masa lalu dan di ranah privat. Kritikus budaya pop menyatakan hal ini disebabkan Korea Selatan sangat menjunjung tinggi etika. Akibatnya, standar moral masyarakat diletakkan di atas privasi seseorang. Selebriti yang


notabene menonjol dan menarik perhatian publik diekspektasikan selalu bersikap sesuai dengan norma agar menjadi contoh figur yang baik. Maka, jangan heran jika selebriti yang tingkahnya berseberangan dengan masyarakat mayoritas dapat dengan mudah diboikot. Tiongkok juga demikian. Aktor dan penyanyi Zhang Zhehan kehilangan seluruh kontraknya setelah ia mengunggah foto di tempat yang dianggap tabu bagi pelancong negeri tirai bambu tersebut. Meskipun sudah meminta maaf dan mengaku malu, Zhang Zhehan tetap dinilai abai sejarah dan tidak nasionalis. Otoritas Tiongkok bahkan langsung mengeluarkannya dari industri hiburan. Sementara di Indonesia, ada yang bilang masyarakatnya lebih mudah melupakan dan memaafkan. Salah satu buktinya, penulis masih menemukan komentar, “Sudahlah, jangan memutus rezeki orang” dan “Orang juga bisa berubah dan bertobat” di media sosial selebriti yang hendak di-cancel setelah keluar dari penjara akibat melakukan pelecehan seksual kepada anak di bawah umur.

Makanya, tak heran banyak selebriti Indonesia tetap eksis walau tersandung berbagai skandal. Mungkin juga, hukum negara kita yang kurang tegas dan mengedepankan kekeluargaan menjadi alasan lain cancel culture sulit diterapkan. Di Korea Selatan, terdapat sistem petisi yang harus diproses Pemerintah jika telah ditandatangani lebih dari 200 ribu warga. Di Indonesia, bukankah laporan ke polisi saja kadang tidak diproses dan menunggu viral dahulu? Ups.


Sebenarnya jarangnya keberhasilan cancel culture di Indonesia memberikan aroma segar juga bagi selebriti yang namanya terpandang karena bakat dan karyanya. BBC pernah bertanya, “Seberapa tepat pernyataan ini: karya seni harus dinilai berdasarkan karya itu sendiri, terlepas dari cara hidup senimannya, bahkan jika mereka sampai menghancurkan atau menyakiti orang lain?” Selebriti yang menjual karya, bukan sensasi, memang patut dikasihani kalau-kalau cancel culture Indonesia kuat seperti Tiongkok atau Korea Selatan. Contohnya, Ariel NOAH yang pernah terjerat kasus video syur dan dipenjara selama 3,5 tahun. Semisal ia di-cancel masyarakat, tentu lagu-lagunya yang lahir dari suaranya yang khas, musiknya yang kreatif, dan bakatnya yang luar biasa tidak bisa lagi kita dengar. Namun, pastinya hal ini tidak berlaku bagi selebriti yang hanya menjual sensasi, ya. Alihalih memperbaiki perilakunya dan kembali berkarya, bisa-bisa ia terus menciptakan skandal sebagai batu loncatan eksistensi berikutnya. Baginya, yang penting kuat mental saat dihujat, toh nanti netizen akan lupa dan namanya sudah naik.

45

Padahal, sebagai orang terkenal, selebriti mestinya menjaga perilaku karena banyak mata yang memantau. Syukur-syukur jika yang melihat menyadari bahwa itu adalah perilaku yang salah. Kalau tidak? Wah, jangan heran kalau perilaku buruk yang menjadi skandal justru makin sering terjadi. Pada akhirnya, tidak bisa dimungkiri selebriti berskandal masih bisa diterima di Indonesia. Akan tetapi, sangat lebih baik jika para selebriti fokus berkarya, bukannya berskandal. Bukankah popularitas bisa mengikuti seiring dengan hebatnya karya tersebut? Atau masyarakat Indonesia lebih senang dengan konten gosip dan skandal? Hmmm.


Source: Zalfa Imani di unsplash.com

GALERI


Alya Zahra Camila Muthmainnah (@oh__alya)

47


Empowerment

48


49


Source: Bannon Morrissy di unsplash.com

GIM



Susunan Kepengurusan Pemimpin Umum Hafsah Restu N. A. Pemimpin Redaksi Sekar Dianwidi B. Staf Redaksi Asiyah Hafidzah Fauziyyah Clara Fortunata Wijaya Farah Syahidah Hanifa Juliana Mia Nuramalia Aim Muhammad Akbar Noor Diza Muhammad Rosyad Robbani Pandu Adinata Putra Senjaya Rahmah Khoirussyifa’ Nurdini Ranti Aulia Siregar Resti Sapta Octaviani Sekar Dianwidi Bisowarno Stevani Uswatun Hasanah Lubis Zahra Annisa Fitri Zahra Salsabila Redaktur Artistik Levana Amelia Nasyita Alvina R. D. Aldi Fadlian Sunan Staf Artistik Alvero Elvia Arum Figlia Sophia Hana Luthfiyah E. James Parluhutan H.

Kinanti Arumsari S. Sarah Alya Zahra Robieth Eqtada M. Zahra Azkiya Nabila Rifky Rizkullah Fahmi Amalia Nanda Syafira Fatimah Nur Azizah Husnul Abidah Uswatun Hasanah L. Pemimpin Perusaha.an Maria Kirana Prima S. Gayuh Tri Rahutami Farah Syahidah Zahra Annisa Fitri Staf Perusaha.an Ailsa Cahyarani Andrea VInaya A. J. Nicholas Ardelia Indriani Aulia Firadausya Bunga Azzahra A. S. Dissa Adjani Novantoro Diva Adriana Golda Enjelia Ayu Dwi A. P. Fawwazti Rasendria Keylana Aretha Mia Nuramalia Aim Ratu Anggraeni N. A. Redianan Adelia Azizah Sabiyan Arafi Salman Zuhdy I. Salsabiela Amanda F. A. Z. Shilva Ahmadiyah R.

52



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.