Boulevard #76 - Oktober 2013

Page 1

Oktober 2013

b o u l e v a r d 76


Oktober 2013

DAFTAR ISI

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

VISI

b o u l e v a r d 76

Ada satu hal yang tidak dapat lepas apabila kita akan memasuki suatu lingkungan baru. Ya, kaderisasi namanya. Begitu banyak proses kaderisasi yang ada di ITB ini. Tetapi yang paling populer tentu saja Ospek Jurusan (Osjur). Proses yang dialami oleh mahasiswa tingkat dua di ITB ini sedikit banyak tentu menarik perhatian massa kampus. Apalagi kaderisasi di ITB sempat disebutsebut sebagai salah satu kaderisasi terbaik di Indonesia.

Kaderisasi Kini Tak Sama Lagi

Namun banyak yang berkata bahwa osjur sekarang berbeda dengan osjur zaman dulu. Sekarang kaderisasi tidak lagi ‘sekeras’ dulu. Konon zaman dulu kaderisasi yang disertai dengan kekerasan fisik adalah hal yang lumrah. Berbeda dengan sekarang, kaderisasi lebih mengedepankan proses diskusi. Seorang psikolog mengatakan bahwa sebenarnya tidak masalah kaderisasi mau keras atau halus, yang penting kaderisasi tersebut sesuai dengan perkembangan zaman, dan tentu saja, tujuan awal dari kaderisasi tersebut harus tercapai. Kaderisasi memang harus berubah-ubah metodenya mengikuti perkembangan zaman. Mungkin metode dengan cara yang ‘keras’ tidak begitu dibutuhkan lagi bagi kaderisasi di zaman serba modern seperti sekarang. Namun jangan sampai kaderisasi yang begitu ‘humanis’ malah mengubah esensi dari kaderisasi itu sendiri, sehingga nantinya kaderisasi hanya menjadi formalitas semata, karena melalui kaderisasilah sikap-sikap dan sifat-sifat kader yang nantinya diperlukan oleh suatu organisasi mulai terbentuk Perbedaan cara kaderisasi antara zaman dulu dan sekarang sepertinya membuat perbedaan pula antara sifat mahasiswa zaman dulu dan sekarang. Menurut seorang psikolog kaderisasi yang ‘keras’ membuat kader-kadernya menjadi tangguh dan pantang menyerah, kaderisasi yang lebih humanis membuat kadernya menjadi lebih kreatif karena tidak tertekan dalam suatu keadaan. Kaderisasi memang tidak secara signifikan dapat membentuk sifat mahasiswa karena waktunya yang relatif singkat, namun tetap saja kaderisasi berperan dalam pembentukan sifat mahasiswa di kampus pada nantinya. Apakah kaderisasi yang seperti sekarang membentuk sifat mahasiswa yang lebih baik daripada sifat mahasiswa zaman dulu? Silakan kalian menilai sendiri. []

3


Oktober 2013

1

KILAS

DAFTAR

ISI

2

LAPUT

b o u l e v a r d 76

76 Cover Story

5

GALERI

DAFTAR

4

SEJARAH b o u l e v a r d 76

50 Massa untuk Jadi Lembaga Yuk Bersepeda ke Kampus Lika-liku UKT di ITB Warna-warni Baru di KM ITB TPB Tak Lagi Libur di Hari Sabtu

36

11

Ada Bioskop di Dalam Kampus

Kaderisasi : Beda Jaman, Beda Cerita Zaman Mengubah Cara Lama Penanaman Nilai Kaderisasi di ITB dari Tahun ke Tahun

6

KENCAN 38

Yu Sing: Memanfaatkan Material Bekas Menjadi Berkelas

7

SASTRA 41

Cara Ayah Mati

8

RESENSI

44 The Boy in the Striped Pajamas Mau Kubilang Lantang. Atau Kupendam Dalam Diam, Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta Everything To Me

Dulu dan sekarang. Potret dua orang yang merepresentasikan karakter kaderisasi ITB di dua zman yang berbeda. Semua Boulevard gali dalam edisi #76 ini.

Ilustrasi Cover : Pandu Hutagalung

ISI

20

7

Rupa Kita: Menyalurkan Ilmu Melalui Musik Petroviro: Petroleum for Environment Global Youth Feast: Mari Keluar dari Zona Nyaman! Cosmic 2013: Mahasiswa Matematika juga Memiliki Jiwa Seni

3

KAMPUS

Oktober 2013

4

5


Oktober 2013

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

KILAS

b o u l e v a r d 76

Pemimpin Umum Idham Padmaya Mahatma Pemimpin Redaksi Annisa Ferina Ramadhiani Staf redaksi Aisya Putri, Anisah, Annida Ferani Ramadhiani, Azifa Risalati, Hasna Alfitra Rizki, Intan Ganura, Ivanie Destila, Lathifah Zahratul J., Maryam Zakkiyah, Pipit Uky Vivitasari, Raisa Zuhria Safitri, Rizqa Amelia Zunaidi, Rohmah Nasada Tuita, Siti Fatima, Sosiana Dwi Ningsih. Redaktur Artistik Khalilan Lambangsari Staf Artistik Afifah Husnul Alimah, Agita Ratna, Amri Ramadhan, Anas Zakaria, Arum Adiningtyas, Pandu Hutagalung. Pemimpin Perusahaan Akhmad Syaifullah Faiz Staf Perusahaan Rahmasari Noor Hidayah, Ali, Arsy Karima Zahra, Khalid Adil, Rizky Rahmany, Syaiful Bahri, Winda Intan Sunarso.

Gedung Eks UPT Olahraga Lt. 2 Jalan Ganeca 10 Bandung 40132 Email mail@boulevarditb.com Website http://www.boulevarditb.com Twitter @boulevarditb Iklan : Faiz (085691583566) ISSN 08546703

Menyalurkan Ilmu Melalui Musik Minggu (8/09/2013) diadakan acara Rupa Kita di Cibeunying. Acara yang mengangkat tema Ruang Terbuka Hijau ini merupakan acara launching Album Hayati yang dibuat oleh mahasiswamahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH). Album Hayati merupakan album yang dibuat oleh mahasiswa-mahasiswa SITH. Album ini terdiri dari lima lagu yang masing-masing lagunya berisi tentang keilmuan yang ada di SITH. Lagu-lagu yang ada di album tersebut merupakan hasil karya dari mahasiswa SITH sendiri, mulai dari lirik, aransemen, hingga penyanyinya.

Komunitas Hijau Bandung merupakan komunitas yang memetakan daerah hijau yang mulai berkurang di Bandung. Ide untuk Album Hayati ini datang dari Rumanti Wasturini (BM 2009). Idenya sudah ada dari satu tahun yang lalu. Dengan pengerjaan yang memakan waktu satu tahun, akhirnya di kepengurusan 2010 album ini bisa dirilis. Salah satu tujuan dibuatnya album ini adalah untuk menyalurkan dan menyebarkan ilmu-ilmu yang telah didapat dengan metode yang berbeda agar masyarakat awam bisa lebih memahami ilmu mengenai biologi dan lingkungan. Untuk album ini sendiri, sudah ada beberapa feedback yang masuk. “Banyak pendengar yang bilang kalau tema album ini unik dan jarang ada,” ujar Kanya, salah satu ketua acara Rupa Kita.

Pada rangkaian acara Rupa Kita, selain ada launching album, juga ada Pojok Musik, Workshop, serta Talkshow. Untuk acara Workshop ada Bandung Berkebun. Panitia juga mengundang pelajar-pelajar dari SD hingga SMA untuk diberikan materi mengenai lingkungan. Untuk acara Talkshow panitia mendatangkan Komunitas Peta Hijau Bandung, Walhi, dan lain-lain.

“Harapannya semoga album ini dapat diketahui oleh masyarakat dan memberikan suasana baru dalam dunia musik,” pungkas Kanya. [annisa]

7


Oktober 2013

KILAS

b o u l e v a r d 76

Petroviro:

Petroleum for Environment Minggu (22/2013) diadakan seminar Petroviro di Aula Timur ITB. Seminar ini merupakan acara akhir dari keseluruhan rangkaian acara Petroviro yang telah dimulai beberapa waktu yang lalu. Petroviro (Petroleum for Environment) merupakan acara yang diadakan oleh program studi Teknik Lingkungan, Teknik Perminyakan, dan Teknik Geologi ITB yang bekerjasama dengan Lundin BV Oil and Gas. Tema yang diangkat pada seminar ini adalah “Perencanaan Operasi Pengeboran Darat dan Mitigasi Dampak terhadap Lingkungan Hidup”. Pada seminar ini ada tiga sesi yang masingmasing diisi oleh satu pembicara. Pada sesi pertama, pembicaranya adalah Kepala Dinas Fasilitasi K2LL SKK Migas, Ihr Turmudi, yang membawakan materi tentang “Dampak Kegiatan Migas pada Lingkungan”. Sesi kedua diisi oleh Prof. Ir. Lambok M. Hutasoit, Ph.D , Dosen Teknik Geologi ITB. Sesi dua ini membahas tentang Ekonomi Energi. Sesi seminar terakhir diisi oleh Prof. Doddy Abdassah, M.Sc , Ph.D, Dosen Teknik Perminyakan ITB. Seminar sesi ketiga mengenai

8

Oktober 2013

KILAS

b o u l e v a r d 76

Global Youth Feast:

Mari Keluar dari Zona Nyaman!

“Kondisi Industri Migas Terkini Berkaitan Dengan Isu Lingkungan Hidup”.

Global Youth Feast: Mari Keluar dari Zona Nyaman!

Selain mengadakan seminar, panitia Petroviro juga mengadakan lomba essay yang telah dimulai beberapa minggu sebelum seminar. Lomba essay ini diikuti oleh beberapa tim yang masing-masing tim berisi mahasiswa Teknik Lingkungan, Teknik Perminyakan, dan Teknik Geologi. Masing-masing tim diberi studi kasus mengenai, lalu mereka harus mencari solusi dari kasus tersebut berdasarkan keilmuan di jurusan masing-masing. Tiga tim yang telah lolos seleksi essay akan menjadi finalis dan berhak untuk mempresentasikan karyanya pada seminar yang diadakan hari Minggu lalu. Di hari itu pula ditentukan pemenang dari lomba tersebut. Setelah melalui seleksi cukup ketat akhirnya terpilih sebagai juara tim yang beranggotakan Aris Tristianto Wibowo, Bramantyo Eko Kurnianto, Liska Listiani, Syahbaniati Putri, Asti Nurdiana, dan Solihatun. Tim yang juara tersebut berhak mendapatkan uang sebesar lima juta rupiah. [annisa]

Sabtu siang, 28 September 2013 pukul 13.00, unit AIESEC ITB sedang menggelar acara bertajuk “Global Youth Feast – A Journey to Middle East!” yang bertempat di Galeri Campus Center Timur Institut Teknologi Bandung. Acara tersebut bertujuan untuk menyemangati kaum muda terutama mahasiswa ITB untuk keluar dari comfort zone mereka dan melakukan volunteering ke luar negeri (negara berkembang –red). Salah satu contoh kegiatannya, yakni melakukan pekerjaan sosial, menjadi pengajar untuk anak-anak kecil di suatu negara, dsb.

Pembicara untuk acara ini, antara lain: Herry Dharmawan (Presiden KM ITB 2010/2011), Devi Ulumit (Volunteer Indonesia Mengajar), Aditya Mulya (AIESECer alumni/Kahim Meteorologi 2013/2014), serta masih banyak lagi yang lain. “Dipilih Herry dan Devi sebagai speaker karena mereka pernah menjadi volunteer di pedalaman, waktu itu untuk Indonesia Mengajar. Inginnya, mereka akan berbagi pengalaman bagi caloncalon volunteer AIESEC yang hadir di acara ini,” sambung Alif. “Acara ini merupakan acara tahunan dan sebenarnya diperuntukkan bagi mahasiswa ITB, Akan tetapi, kalau mahasiswa lain ingin datang ya boleh saja. Semoga dari acara GYF ini dapat terlahir kaum-kaum muda yang memiliki soft skills dan memberi impact ke yang lain,” pungkas Alif. [idham]

“Sebenarnya, AIESEC ini adalah salah satu lembaga non profit dan telah mengirimkan relawannya ke 113 negara. Kejarannya bukan untuk sekadar promosi, tetapi kita mengharapkan mahasiswa ITB dapat memberikan impact ke teman-teman lain,” terang Alif Hanan I. E. selaku ketua acara.

9


Oktober 2013

KILAS

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

LAPORAN

UTAMA

b o u l e v a r d 76

COSMIC 2013: Mahasiswa Matematika Juga Punya Jiwa Senini Di hari pelaksanaannya, COSMIC 2013 dihadiri oleh kurang lebih 700 orang. Acara dimulai pada pukul 14.00 WIB dengan penampilan dari band KKM Matematika. Setelah itu, dilanjutkan dengan penampilan dari band Discover Hysteria, yang merupakan band audisi acara COSMIC 2013 ini. Heyyouex melengkapi penampilan sore itu dengan menampilkan beberapa lagu andalannya, salah satunya adalah Berawal dari Pengkhianatan.

Tanggal 21 September lalu, Himpunan Mahasiswa Matematika Unpad menyelenggarakan acara yang bertajuk “Creativity of Mathematics in Music” atau COSMIC 2013. Kegiatan bertema “Work behind a dream to raise better education” ini berlangsung di lapangan PPBS kampus Unpad Jatinangor. Lewat acara ini para mahasiswa matematika tersebut ingin menunjukkan bahwa mahasiswa matematika juga mempunyai jiwa pecinta seni, khususnya dalam bidang musik. Matematika mungkin tidak memiliki kaitan dengan musik, tetapi bukan berarti mahasiswa matematika tidak mengerti tentang musik.

Semakin sore terlihat penonton semakin memenuhi lapangan PPSB. Selepas maghrib, penampilan yang paling ditunggu-tunggu pun dimulai. Terbukti ketika ratusan penonton terbius oleh aksi panggung dari Payung Teduh danTwo-Triple O. Dengan membawakan beberapa singlenya seperti, Just 1 Nite dan Need U, Two Triple O yang beranggotakan delapan personil ini mampu mendapat tepuk tangan riuh rendah dari para penonton. Secara keseluruhan, acara ini berlangsung cukup meriah.[]

Acara COSMIC 2013 ini menampilkan beberapa musikus tanah air, seperti Payung Teduh, Two Triple-0, Heyyouex, D’Sas dan Corporate Shoebox. Selain itu, di acara ini juga diadakan audisi band untuk semua genre kecuali underground, dan band yang terpilih akan ditampilkan pada hari-H penyelenggaraan acara.

10

Kaderisasi : Beda Jaman, Beda Cerita Kisah Osjur dari Masa ke Masa

11


Oktober 2013

b o u l e v a r d 76

LAPORAN UTAMA

untuk mengenalkan para calon anggota himpunan pada bidang keilmuan yang akan mereka tekuni dan memberi gambaran tentang kehidupan yang akan mereka jalani setelah lulus kuliah nanti, sehingga acaranya pun banyak diisi oleh kegiatan-kegiatan seperti seminar dan diskusi. Hal ini diakui oleh Ichsan Ibrahim, alumni Astronomi ITB tahun 1993. Beliau mengatakan bahwa kaderisasi pada jaman sekarang lebih mengutamakan otak daripada otot. Berbeda dengan saat ia yang menjalani OS, pada kala itu tingkat senioritas sangat tinggi serta yang diutamakan adalah bagaimana mendidik kader yang siap bekerja untuk himpunan. “Sementara untuk gambaran bagaimana arah kita ke depannya tidak ditunjukkan, kita harus mencari sendiri. Jujur, materi mengenai bagaimana menjadi lulusan Astronomi yang professional tidak kami dapatkan di OS,” tutur Ichsan. Oleh karena itu, ketika giliran Ichsan yang menjadi panitia OS, beliau dan teman-temannya ingin mengubah metode kaderisasi menjadi lebih fokus pada nilainilai keprofesian seperti yang telah diterapkan sekarang.

Oleh : Annida Ferani Ramadhiani

Kaderisasi, satu hal yang sering kali harus dilewati sebelum memasukki sebuah organisasi. Demi mewariskan nilai-nilai yang sudah tertanam sejak lama di sebuah organisasi, para mahasiswa yang lebih senior rela mengorbankan waktunya untuk mengkader para juniornya agar kelak ketika mereka resmi menjadi anggota himpunan nilai-nilai yang sudah tertanam akan tetap terjaga. Oleh karena itu, bukan hal yang janggal di kampus Ganesha ketika kita mendapati sekumpulan mahasiswa sedang berbaris rapi di lapangan dikelilingi oleh para seniornya yang mengenakan jaket kebanggaan himpunan masing-masing. Hampir semua himpunan menghabiskan waktu setidaknya satu bulan sebelum akhirnya para calon anggota resmi dilantik menjadi anggota biasa himpunan tersebut. Padahal, menurut Prof. Doddy Abdassah, mantan ketua himpunan HMTM (Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan) PATRA ITB tahun 1974, saat ia masih menjadi mahasiswa hanya dibutuhkan waktu 10 hari untuk menjalani proses kaderisasi hingga resmi menjadi anggota himpunan.

Namun, menurut Ketua Himpunan Teknik Sipil (HMS) ITB saat ini, Bimantoro Galih, lamanya waktu kaderisasi calon anggota himpunan tergantung pada kebutuhan himpunannya masingmasing serta parameter apa yang ingin dicapai. “Kondisi di himpunan itu dinamis, oleh karena itu kita harus menyiapkan para calon anggota agar sesuai dengan karakter yang dibutuhkan oleh himpunan saat ini,” ujarnya.

Kondisi di himpunan itu dinamis, oleh karena itu kita harus menyiapkan para calon anggota agar sesuai dengan karakter yang dibutuhkan oleh himpunan saat ini

Seiring dengan berjalannya waktu, proses kaderisasi di Himpunan Jurusan, atau biasa dikenal dengan sebutan osjur, memang telah mengalami perubahan baik dari tujuan maupun metode. Menurut Dr. Indradjati Sidi, alumni Teknik Sipil ITB tahun 1972 yang sekarang menjadi dosen di Program Studi Teknik Sipil ITB, proses kaderisasi pada tahun 80-an diwarnai oleh kontak fisik seperti tamparan maupun tendangan yang dilakukan oleh panitia kepada peserta. Proses Orientasi Studi (OS) yang keras tersebut bertujuan untuk membentu kader-kader yang kuat baik secara fisik maupun secara mental agar mereka bisa menggulingkan rezim pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Sementara kegiatan osjur saat ini lebih ditekankan pada nilai-nilai keprofesian dan kepemimpinan 12

Oktober 2013

LAPORAN UTAMA

b o u l e v a r d 76

Malasan, alumni Astronomi ITB, yang juga mantan ketua Himpunan Astronomi (Himastron) ITB. Ia mengatakan bahwa kaderisasi sangat penting, oleh karena itu setiap himpunan harus mengemas osjur agar menarik bagi para calon anggotanya.

Beda metode, beda karakter? Banyak pendapat yang menyatakan bahwa lingkungan akan mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Apakah proses kaderisasi juga dapat mempengaruhi karakter para kadernya?

Sementara menurut Budiono Kartohadiprodjo, alumni Teknik Fisika ITB 1964, kaderisasi di kampus memegang peranan yang cukup penting karena mendidik para kader untuk belajar dan mengetahui bahwa kehidupan kuliah sangat berbeda dengan SMA. Beliau mengatakan bahwa kaderisasi merupakan bagian dari pendidikan. Menurutnya, pihak yang memegang peran utama dalam osjur adalah para senior atau panitia osjur. “Seniornya harus tau apa artinya kaderisasi, mereka harus sadar bahwa kaderisasi merupakan bagian dari pendidikan. Jika mereka menganggap bahwa kaderisasi untuk kegiatan funsaja ya lebih baik tidak usah diadakan,” tutur beliau. Ia juga menambahkan bahwa dirinya sangat mendukung kegiatan kaderisasi asalkan jelas maksud dan tujuannya.

Menurut Bimantoro, osjur atau kaderisasi tidak berdampak secara langsung terhadap karakter seseorang. “Hal yang menentukan karakter adalah kehidupan dia di himpunan, osjur itu hanya sebagian kecilnya saja,” tuturnya. Mengenai perbedaan karakter mahasiswa jaman dulu dan sekarang, ia berpendapat bahwa mahasiswa jaman dulu terlalu lembam. “Mereka (mahasiswa jaman dulu – red) terlalu lembam, terhadap apapun pokoknya harus keras. Tetapi, hal tersebut bisa saja tidak disebabkan oleh metode kaderisasi. Mungkin pendidikan jaman dulu memang keras. Sementara mahasiswa sekarang lebih flexible, dan rasa sosialnya tinggi, terhadap teman yang non himpunan pun kita tetap memiliki toleransi, berbeda dengan mahasiswa pada jaman dulu.”

Kaderisasi atau osjur di masa sekarang memang telah meninggalkan kesan kekerasan fisik maupun perpeloncoan. Bisa jadi hal ini disebabkan karena karakter mahasiswa yang telah berubah, seperti yang dikatakan oleh Indradjati, “Sekarang orang sudah lebih sadar hukum. Kalau dulu, ketika OS orang digampar diam saja, kalau sekarang misalnya saya ngegampar kamu saat OS, bisa saja kamu lapor polisi dan saya ditangkap, karena ada unsur-unsur kekerasan fisik. Apalagi di ITB sendiri ada peraturan tidak boleh melakukan kekerasan fisik. Bisa kena double kan sanksinya.” []

Hal berbeda diutarakan oleh Arya, alumni Astronomi ITB tahun 1995. Ia berpendapat bahwa mahasiswa sekarang terlalu dimanjakan oleh teknologi. Selain itu, karena tuntutan akademik yang semakin tinggi, mahasiswa sekarang cenderung tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar. Rasa empati terhadap sesama pun semakin berkurang. Padahal, saat ia masih menjadi mahasiswa banyak mahasiswa yang berpikir bahwa tidak apa-apa lulusnya mundur satu tahun, yang penting bisa berkontribusi terhadap lingkungan sekitar. Rasa empati, menurutnya bisa dipupuk melalui kaderisasi. Walaupun kaderisasi sekarang telah meninggalkan hal-hal yang berbau kekerasan, tetapi jangan melupakan nilai-nilai positif dari ketegasan. “Ketegasan berbeda dengan kekerasan. Pendidikan itu perlu ramuan dari ketegasan selain dari kelembutan,” ujar beliau. Walaupun dengan metode dan tujuan yang telah mengalami pergeseran, banyak kalangan menilai bahwa kaderisasi masih sangat penting untuk dilakukan. Menurut Indradjati, kaderisasi itu bagus karena akan mengenalkan seseorang pada wawasan, lingkungan, dan aktivitas yang baru. Kaderisasi seperti osjur akan lebih mengenalkan mahasiswa terhadap kehidupan di kampus agar mereka mendapat gambaran untuk kedepannya. Hal serupa juga diutarakan oleh Dr. Hakim L. 13


b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

Zaman Mengubah Cara Lama Penanaman Nilai Oleh : Siti Fatima

Sejatinya tujuan kaderisasi mengarah pada hal-hal positif. Pembentukan karakter anggota sebuah organisasi memang memerlukan suatu inisiasi yang dapat dilakukan dengan kaderisasi awal. Setiap organisasi menginginkan output yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, sikap, dan sifat organisasi tersebut. Oleh karena itu penentuan tujuan awal diadakannya kaderisasi tersebut mutlak harus dilakukan.

Oktober 2013

LAPORAN UTAMA

b o u l e v a r d 76

Penentuan tujuan diadakannya kaderisasi memang perlu dilakukan. Kemudian diterapkan dalam teknis pelaksanaannya. Bicara mengenai pelaksanaan kaderisasi, dapat disebutkan dua jenis cara yang umum diketahui dalam hal tekanan atau tingkat kekerasan fisiknya. Yaitu ada kaderisasi yang keras dan kaderisasi yang humanis. Seorang dosen Psikologi UPI, Madianta, yang biasa dipanggil Medi, menyebutkan bahwa cara pelaksanaan kaderisasi dapat berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kondisi zaman yang ada.

signifikan dalam pembentukan sifat mahasiswa yang dikader. Medi menyatakan bahwa kaderisasi merupakan internalisasi nilai-nilai dasar sebuah organisasi. Harus ada tindak lanjut untuk megawasi ketercapaian tujuan awal kaderisasi.

“Cara kaderisasi yang keras atau halus bukan sebuah masalah. Bukan juga masalah kaderisasi dulu atau sekarang yang benar atau salah. Yang penting adalah bagaimana kaderisasi itu beradaptasi dengan zaman. Di zaman sekarang teknologi sudah maju. Kekerasan atau tekanan fisik yang tinggi dalam kaderisasi saya rasa kurang sesuai. Kalau yang begitu masih ada sekarang, mungkinkah mahasiswanya tertarik untuk ikut?� ucap Medi.

Medi berpendapat bahwa kaderisasi dilaksanakan dalam rangka pembinaan anggota baru dalam suatu organisasi dengan tujuan yang jelas. Yakni pewarisan nilai-nilai yang ada dalam organisasi tersebut yang harus dimiliki oleh setiap anggota, dan pengembangan karakter anggota baru sebagai regenerasi yang mestinya lebih baik. Akan tetapi, perbedaan pribadi pengkader, dan perbedaan zaman kaderisasi menyebabkan pewarisan nilai-nilai tersebut tidak bisa sepenuhnya sama dengan nilai-nilai yang sebenarnya. Medi juga mengatakan bahwa kaderisasi yang keras memang akan membentuk kader-kader yang tangguh dan pantang menyerah. Namun, tidak selamanya perlu kekerasan untuk membentuk karakter itu.

Tak dapat disangkal lagi teknologi saat ini sudah semakin maju. Hal ini tentunya akan semakin mempermudah hidup manusia pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya. Medi menyebutkan bahwa kegiatan kaderisasi memang ada pengaruhnya, namun tidak secara

“Pembentukan karakter dan penanaman nilainilai dasar sebuah organisasi adalah never ending process. Baik keras maupun halus tidak akan secara langsung mengubah bagaimana karakter mahasiswa,� tutur Medi.


Oktober 2013

b o u l e v a r d 76

LAPORAN UTAMA

Kalau saya liat sih kegiatan osjur sejak dulu hanya acara senang-senang mahasiswa. Kecuali himpunan yang memang benar-benar punya tujuan yang jelas

Ciptati: “Osjur benarkah?

“Kualitas karakter dari mahasiswa itu sebenarnya banyak dipengaruhi oleh beban yang pernah ditanggunganya. Beban bukan dalam arti kekerasan. Tapi beban pekerjaan untuk mengukur seberapa besar limit ia bisa dapat melaksanakan tugas,” kata Medi.

untuk

bersenang-senang”,

Kegiatan kaderisasi himpunan atau biasa disebut Ospek Jurusan (Osjur) merupakan kegiatan kaderisasi yang menjadi perhatian utama massa kampus. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak dulu oleh para mahasiswanya. Salah satu tujuan awal osjur adalah untuk memperkenalkan dunia himpunan jurusan dan membentuk kader-kader yang siap menghadapi tantangan-tantangan dalam dunia jurusannya. Namun ternyata tidak semua proses kaderisasi yang ada di ITB dibarengi dengan kesadaran para pengkader akan tujuan awal ini. Ciptati, dosen Program Studi Kimia, sekaligus bagian konseling mahasiswa di ITB ini memandang bahwa sejak dahulu sebagian kegiatan osjur adalah ajang hura-hura para mahasiswa.

Tidak selalu dibenarkan bahwa kegiatan kaderisasi yang keras itu baik. Menurut Medi, cara kaderisasi yang bisa dikatakan sesuai dengan zaman dahulu itu pun juga tidak bagus pengaruhnya. Bahkan sejak zaman dahulu pula. Apalagi sekarang yang eranya sudah sangat berubah. Jika sekarang masih ada organisasi yang masih belum berubah menerapkan kekerasan bukan ketegasan seperti itu, maka zaman yang akan merubahnya “Kegiatan kaderisasi yang tekanan fisiknya tinggi akan mengurangi tingkat kreatifitas mahasiswa. Dan juga kurang inisiatif karena mahasiswa yang dikader akan selalu takut salah. Kalau dulu cara itu yang mungkin cocok. Tapi sekarang bukan itu lagi yang diperlukan.Sekarang mahasiswa tertarik ikut kaderisasi bukan untuk gaya-gayaan. Tapi untuk dapat menyalurkan ide-ide mereka. Karena sekarang adalah zaman kebebasan, demokrasi dan tuntutan kreatifitas,” pungkas Medi.

Oktober 2013

LAPORAN UTAMA

“Osjur yang ideal akan tercapai dengan penentuan tujuan yang jelas, penentuan teknis osjur yang benar, serta pengawalan agar tujuan awal yang diinginkan dapat dicapai,” ucap Ciptati.

Menurut Ciptati, osjur memang tidak berpengaruh terlalu signifikan dalam pembentukan sifat mahasiswa, namun sedikit banyak memang ada pengaruhnya terhadap pembentukan sifat mahasiswa setelahnya. Kegiatan osjur yang dilakukan dalam waktu singkat akan sulit untuk segera diresapi atau bahkan tertanam dalam prinsip para kader baru. Butuh waktu dan proses agar dapat mematangkan nilai-nilai yang harusnya dimiliki kader tersebut.

Menurut pengamatan Ciptati pula, beberapa himpunan mahasiswa di ITB sudah mempunyai arah yang jelas. Hal ini terlihat dari adanya kegiatan pengembangan keprofesian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh himpunan. Tetapi, kegiatan-kegiatan tersebut masih banyak yang sebatas dalam satu himpunan mahasiswa saja. Belum ada kerjasama antar himpunan untuk mengadakan kegiatan agar tercipta suatu pergerakan bersama.

Ciptati juga berpendapat bahwa kegiatan kaderisasi tetap perlu dilakukan jika memang sudah ditentukan tujuannya yang benar dan jelas. Semua perlu ditata dan dipersiapkan matang-matang. Sebab kaderisasi sebagai inisiasi akan memberikan impresi awal bagi kader baru mengenai dunia jurusannya.

“Seandainya tujuan kegiatan semua himpunan, salah satunya kaderisasi dipetakan, maka ITB akan sangat luar biasa. Akan terlihat lebih jelas arah dan tujuan kegiatan dan pergerakan di ITB. Dan kemudian dapat dengan mudah membuat gerakan besar bersama,” kata Ciptati. []

“Kalau saya liat sih kegiatan osjur sejak dulu hanya acara senang-senang mahasiswa. Kecuali memang himpunan yang memang benar-benar punya tujuan yang jelas membentuk karakter adik-adiknya hingga final terbentuk tujuan tersebut. Tapi, banyakkah himpunan yang seperti itu?” tutur Ciptati. Ciptati menilai osjur merupakan kegiatan inisiasi yang hanya benar-benar sebuah ‘inisiasi’ tanpa ada kelanjutan dan pengawalan setelahnya. Sifat kader-kader yang akan dibentuk terkadang hilang setelah usainya masa kegiatan kaderisasi.

Terlepas dari bagaimana cara atau metode kaderisasi, menurut Medi suatu kegiatan kaderisasi haruslah berorientasi pada proses bukan pada hasil, dan kaderisasi adalah proses pengajaran pribadi, pembangunan karakter yang “harus” sama dan sesuai dengan organisasi. Oleh karena itu, kaderisasi haruslah dipersiapkan secara mapan. Bukan hanya matang secara teknis, tapi juga harus mapan secara taktis, karena jika salah langkah kaderisasi justru akan kehilangan makna, yang kemudian berubah menjadi proses senioritas yang tidak mendidik.

“Jika di awalnya itu sudah benar selanjutnya perlu pengawalan agar tetap pada jalannya. Jika kemudian dilepas maka bisa saja melenceng dari sikap awal yang diharapkan. Himpunan juga harus berperan dalam pemantauan dan pendidikan anggota. Tapi kenyataannya saya belum menemukan himpunan yang benar-benar mengurusi masalah-masalah anggotanya secara umum. Misalnya masalah kepasifan mayoritas mahasiswa jurusannnya,” ucap Ciptati.

16

b o u l e v a r d 76

17


Oktober 2013

LAPORAN UTAMA

b o u l e v a r d 76

Kaderisasi di ITB dari Tahun ke Tahun Oleh : Rohmah Nasada Tuita

Berbeda zaman berbeda pula metode kaderisasinya. Kaderisasi yang baik memang kaderisasi yang sesuai dengan zamannya. Bagaimana metode kaderisasi yang pernah dialami ITB di tahun-tahun terdahulu? Apakah berbeda dengan sekarang?

dan kekompakan mahasiswa pada saat itu. Semua mahasiswa yang mengikuti rangkaian acara MPM akan menjadi massa himpunan dan mendapat ijazah sebagai tanda telah mengikuti MPM yang ditandatangani oleh rektor dan ketua dewan mahasiswa. Sedangkan acara penutupan orientasi himpunan, bergantung pada himpunan masing- masing. Misalnya saja PATRA mengadakan acara malam balas budi, junior membalas perlakuan senior saat masa orientasi namun, acara ini lebih bersifat fun dan mengakrabkan senior dan junior.

Tahun 70an Pada tahun 1971, OSKM bernama MPM (Masa Perkenalan Mahasiswa), acara ini diselenggarakan Dewan Mahasiswa (sekarang KM). Kegiatan ini bersifat terpusat dan diselingi acara himpunan. Pada saat itu belum ada TPB (Tahap Persiapan Bersama), mahasiswa yang masuk langsung diterima di jurusan.

Di tahun 70an, jaket himpunan yang sekarang berwarna-warni belum ada, yang ada adalah jaket almameter, sebagai satu-satunya jaket ITB sedangkan yang membedakan antar himpunan adalah topi. Misalnya himpunan mesin dengan topi berwarna biru bertuliskan huruf M di bagian depannya dan himpunan minyak dengan topi berwarna oranye dengan lambang ring di bagian depannya. Selain itu, adanya jarak angkatan yang jauh antara ketua himpunan dan pengurusnya merupakan hal yang biasa terjadi pada masa itu.Pergaulan vertikal dan horizontal antar mahasiswa dapat berjalan dengan baik. Berbeda dengan yang terjadi sekarang, kepengurusan himpunan hanya ada di tangan satu angkatan yang sama.

Pada masa itu, mahasiswa diwajibkan memiliki dua buku yang digantung di leher. Buku pertama adalah buku masa perkenalan pusat dan buku kedua adalah buku masa perkenalan himpunan yang masing- masing berisi peraturan-peraturan kemahasiswaan pusat dan himpunan. Mahasiswa wajib berkenalan dan meminta tanda tangan staff dosen dan pengurus himpunan. Menurut salah seorang mantan ketua himpunan HMTM (Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan) 17 PATRA tahun 1974, Prof. Doddy Abdassah, acara MPM sangat efektif menghasilkan kebersamaan

Saat disinggung mengenai kekerasan yang terjadi saat masa orientasi, Doddy mengatakan bahwa latihan fisik memang selalu ada, namun tidak

18

Oktober 2013

LAPORAN UTAMA

b o u l e v a r d 76

mulai tidak disenangi, apalagi karena Soeharto juga dirasa sudah terlalu lama menjabat sebagai presiden. Pada tahun 80an mahasiswa mulai melakukan pemberontakan terhadap pemerintah pada masa itu. Untuk itu dibuatlah proses kaderisasi yang keras agar dihasilkan kaderkader yang kuat, kritis, dan berani membangkang terhadap pemerintahan pada masa itu.

disertai kekerasan. Hal ini pun dibenarkan oleh Indradjati Sidi, salah satu alumni ITB angkatan 70an yang juga dosen Teknik Sipil ITB, namun menurutnya latihan fisik pada tahun 70an hanya bersifat latihan fisik biasa seperti lari ataupun jalan jongkok. Ia mengatakan bahwa osjur tahun 70an bersifat fun dan hampir tidak ada kontak fisik antara panitia dan peserta osjur. “Pokoknya OS itu merupakan salah satu kenangan yang selalu saya ingat,� ungkap Indradjati.

Di akhir tahun 80an, kegiatan kemahasiswaan terbatas karena terkait isu penggulingan pemerintahan Soeharto. ITB dan UI adalah dua perguruan tinggi yang tidak menerima dana bantuan pendidikan dari pemerintah karena mahasiswanya dianggap pemberontak. Situasi politik saat itu membuat kaderisasi pada zaman itu lebih bertujuan untuk menghasilkan kaderkader yang kritis dan peduli pada nasib bangsa dan pemerintahan.

Selain kegiatan yang berkaitan dengan kemahasiswaan dan olahraga, menurut Indradjati osjur pada tahun 70an juga banyak mengadakan kegiatan seperti pentas seni. “Karena OS saya sampai hapal beberapa lagu zaman dulu seperti Green Green Grass of Home,� ujar Indradjati. Ia juga berkata bahwa ia hanya mengalami masa osjur selama 10 hari saja.

Tahun 90an

Indradjati berpendapat bahwa kegiatan orientasi mahasiswa yang tenang-tenang saja pada tahun 70an disebabkan karena pada waktu itu mahasiswa dan pemerintah masih bersahabat. Mahasiswa mendukung pemerintahan Soeharto pada waktu itu yang baru saja berhasil menggulingkan PKI. Namun pada tahun 1978, kaderisasi yang dilakukan mulai sedikit kejam karena pada waktu itu ITB mulai dimasuki oleh intel sehingga himpunan-himpunan pun mulai mempersiapkan kader-kadernya agar tangguh, kuat, dan berani melawan pemerintahan pada waktu itu.

Menurut Ichsan Ibrahim, alumni Astronomi ITB angkatan 1993, osjur pada tahun 90an masih banyak yang menggunakan kontak fisik. Namun untuk osjur di himpunannya pada tahun tersebut sudah tidak diberlakukan lagi kontak fisik. Menurutnya pada masa itu, hampir sama dengan tahun 80an, proses kaderisasi lebih bertujuan untuk mempersiapkan kader yang berani mengkritisi pemerintah orde baru. Hal ini dibenarkan juga oleh Indradjati. Menurutnya pada awal 90an mahasiswa masih berupaya untuk menggulingkan pemerintahan Soeharto. Hal tersebut menjadi salah satu alasan osjur yang keras masih diberlakukan demi terbentuknya kader yang kuat dan berani.

Saat ditanya mengenai hal- hal aneh dan lucu mengenai osjur zaman 70an, Doddy bercerita bahwa dulu mahasiswa baru ditugaskan membawa capung di dalam kotak korek api merek tertentu.

Namun, menurut Ichsan, adanya mahasiswa yang meninggal saat sedang mengikuti ospek jurusan membuat osjur di periode 90an mulai diawasi oleh rektorat. Pihak rektorat mulai memperketat jalannya osjur di tiap himpunan. Periode osjur yang terlalu lama dan osjur yang disertai kekerasan mulai dilarang oleh rektorat.

Tahun 80an Menurut Indradjati, pada awal tahun 80an proses kaderisasi di ITB mulai diwarnai oleh kontak fisik antara panitia dengan peserta. Kekerasan fisik saat osjur mulai terjadi. Proses kaderisasi pada waktu itu mulai diwarnai oleh tamparan dan juga tendangan. Kontak fisik menjadi hal yang lumrah pada waktu itu.

Ketika era Soeharto berakhir pada tahun 1998, kaderisasi di ITB pun tidak lagi sekeras dulu. Menurut Indradjati hal ini disebabkan karena mahasiswa tidak lagi punya musuh bersama di luar sana. Hal ini pun berlanjut hingga sekarang.

Kerasnya kaderisasi di tahun 80an menurut Indradjati disinyalir karena pada waktu itu mahasiswa mulai merasakan hal yang ganjil dari pemerintahan Soeharto. Pemerintahan Soeharto

19


b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

Massa untuk Jadi Lembaga Belakangan, poster dan spanduk acara-acara dari unit kegiatan mahasiswa di ITB sesak tertempel pada sudut-sudut kampus. Bahkan, hampir di setiap akhir pekan setidaknya terdapat satu atau dua acara besar oleh unit kegiatan mahasiswa yang jumlahnya sudah terlampau banyak. Ironis dengan hal tersebut, ternyata masih ada beberapa unit kegiatan baru yang ingin dilahirkan. Lantas, akankah terpenuhi segala kebutuhan unit-unit tersebut? Tak bisakah unit yang memiliki kemiripan menjalin kerjasama untuk menjadi satu? Apakah aturan minimal memiliki 50 orang anggota dapat menekan banyaknya jumlah unit? Nominal 50 Ketika Mendirikan oleh: Idham Padmaya Mahatma banyaknya jumlah unit? Belakangan, poster dan spanduk acara-acara dari unit kegiatan mahasiswa di ITB sesak tertempel pada sudut-sudut kampus. Bahkan, hampir di setiap akhir pekan setidaknya terdapat satu atau dua acara besar oleh unit kegiatan mahasiswa yang jumlahnya sudah terlampau banyak. Ironis dengan hal tersebut, ternyata masih ada beberapa unit kegiatan baru yang ingin dilahirkan. Lantas, akankah terpenuhi segala kebutuhan unit-unit tersebut? Tak bisakah unit yang memiliki kemiripan menjalin kerjasama untuk menjadi satu? Apakah aturan minimal memiliki 50 orang anggota dapat menekan

Keadaan ITB saat ini sudah terlampau sesak baik dari segi tempat/infrastruktur maupun jadwal unit kegiatan mahasiswanya di setiap pekan. Banyaknya jumlah unit kegiatan mahasiswa di ITB melahirkan beberapa problematika selain pula hal positif yang ditawarkan. Setiap unit memiliki program kerja untuk selang waktu kepengurusan per tahun. Animo acara ini tidaklah sedikit. Seringkali, banyaknya jumlah acara berdampak pada 20

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

sisi timbul berbagai masalah. Sebut saja kaitannya dengan perizinan tempat untuk melangsungkan acara, juga dengan pengajuan dana untuk membantu keberjalanan unit tersebut.

kebutuhan unit yang sukar atau bahkan tidak dapat terpenuhi. Misalnya, soal perizinan tempat keberlangsungan acara yang harus mengantre sedemikian panjang dan terkadang harus berebut lebih dahulu agar mendapat persetujuan, juga pengajuan dana kegiatan yang semakin ketat.

Ketika kami singgung mengenai ada tidaknya rencana untuk membatasi jumlah unit kegiatan mahasiswa, atau kebijakan membekukan bagi unit yang memiliki massa kurang dari 50 orang, Caska berkata, “Dari ITB, sebenarnya belum ada arahan mengenai hal tersebut. Karena dalam peraturan mengenai unit itu sendiri hanya mencantumkan kalimat minimal 50 orang ketika mendirikan unit tersebut. Masalah di tengah jalan unit tersebut ‘jatuh’ sehingga massanya sedikit ya tidak ada urusan.”

Senada dengan keadaan tersebut, Adreansyah, Ketua Komisi Pengawasan Kongres KM ITB 2013/2014, berpendapat bahwa fokus kegiatan mahasiswa ITB saat ini perlu dipertanyakan. Terlalu banyaknya jumlah unit-unit kegiatan mahasiswa akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan unit teserbut, juga tingkat partisipasi massa kampus untuk kegiatan terpusat. Lebih lanjut, sebenarnya apakah perlu untuk membentuk unit baru apabila terdapat banyak kemiripan di dalamnya. Namun, jikalau tetap tidak bisa, mungkin lebih baik menjadi paguyuban saja.

Caska menambahkan, “Namun, tiap tahun kami rutin melakukan registrasi kepada masingmasing unit kegiatan mahasiswa. Apa gunanya? Ya untuk mendata sekaligus kaitannya dengan pengajuan dana. Contohnya tahun ini, registrasi akan dilakukan pada bulan November/Desember sehingga Surat Keputusan (SK) akan keluar pada Januari. Unit-unit yang tidak teregistrasi tidak akan dilayani apabila mengajukan permohonan dana.”

“Dalam kongres, masih dikaji untuk meminta pihak rektorat guna membatasi jumlah unit kegiatan mahasiswa/lembaga di ITB dengan menetapkan jumlah minimum massa unit yang harus terdaftar,” terang Adre. Sementara dari pihak ITB, diwakili oleh Caska A.Md., Kepala Seksi Non Kurikuler Lembaga Kemahasiswaan ITB, berpendapat bahwa memang sudah terlampau banyak jumlah unit kegiatan mahasiswa di kampus gajah ini. Dari satu sisi, jumlah tersebut dapat merepresentasikan keragaman mahasiswa ITB saat ini. Namun, di lain

“Silakan saja kalau ingin membentuk unit-unit baru, asalkan memenuhi segala persyaratan dan mengisi form registrasi. Akan tetapi, jika nantinya menuntut adanya tempat/sekretariat, kami mohon maaf. ITB sudah penuh.” pungkas Caska. [] 21


Oktober 2013

KAMPUS

b o u l e v a r d 76

Nanan Hendayana, selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Lembaga Kemahaiswaan ITB, mengatakan bahwa besar UKT untuk setiap mahasiswa baru ITB dibedakan menjadi Rp 10 juta dan Rp 8 juta untuk mahasiswa non bidik misi serta Rp 0 untuk mahasiswa penerima beasiswa bidik misi. Pengecualian berlaku bagi mahasiswa non-reguler di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, yaitu Rp 20 juta per semester atau Rp 0 untuk penerima bidik misi.

LIKA-LIKU.. UKT.. DI ITB

Menurut Nanan, sistem UKT ini sudah sangat menguntungkan mahasiswa. Jika dikalkulasi, jumlah biaya yang harus dibayarkan mahasiswa, jika membayar UKT penuh saja, nilainya hampir serupa dengan mahasiswa yang mengajukan subsidi 20% pada tahun lalu. Namun UKT dengan jumlah Rp 10 juta atau Rp 8 juta ini harus dibayarkan tiap semester, sehingga membuat sistem ini terkesan lebih memberatkan mahasiswa dibandingakan sistem sebelumnya.

Oleh : Azifa Risalati dan Maryam

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang menggunakan sistem pembiayaan pendidikan dengan komponen Biaya Penyelenggaraan Pendidikan yang dibayar di Muka (BPPM) serta Biaya Penyelenggaraan Pendidikan per Semester (BPPS), tahun ini, ITB mulai menerapkan sistem baru. Mulai tahun ini, sistem pembiayaan dengan BPPM dan BPPS digantikan dengan ketentuan Uang Kuliah Tunggal atau yang biasa disebut dengan UKT.

Senada dengan pernyataan Nanan, Menteri Kesejahteraan Mahasiswa Kabinet KM-ITB 20132014, Marshella Eka (MA ’09) menjelaskan bahwa pihak ITB sebenarnya tidak berniat memberatkan mahasiswanya dengan masalah biaya. ITB sudah berjanji bahwa masalah biaya tidak akan menjadi alasan untuk mengeluarkan mahasiswanya (drop out). Maka dari itu, ketika ada masalah apapun terkait biaya kuliah, Marshella menyarankan bagi mahasiswa ITB agar tidak sungkan untuk mengomunikasikan masalahnya dengan Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa atau langsung meminta bantuan ke LK.

UKT merupakan kebijakan baru yang ditetapkan pemerintah untuk seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013. Kebijakan ini mengatur tentang regulasi seluruh pembayaran uang kuliah yang diringkas menjadi satu kali pembayaran tiap semester hingga lulus dan didasarkan pada kemampuan ekonomi mahasiswa.

Oktober 2013

KAMPUS

Tetapi pada kenyataannya, tahun ini terdapat 2289 mahasiswa atau sekitar 67% mahasiswa baru 2013 yang mengajukan permohonan pembayaran UKT tidak penuh. Tetapi dari angka 2000 tersebut, 500 orang diantaranya sudah menjadi penerima beasiswa bidikmisi dan 216 orang sedang menanti hasil permohonan sebagai penerima beasiswa bidik misi.

Pada proses peninjauan ulang ini, diadakan wawancara oleh pihak ITB yang dijadwalkan mulai tgl 24 agustus hingga 6 september 2013. Sayangnya, menurut pengakuan Nanan, saat proses wawancara masih ada saja mahasiswa yang tidak datang sehingga LK menjadwalkan wawancara susulan bagi mereka yang sudah dipanggil tapi tidak datang.

Pengumumuan hasil verifikasi data yang dikirimkan mahasiswa sebenarnya sudah diumumkan pada awal Agustus lalu, namun karena ada sekitar 600 mahasiswa yang mengajukan keberatan tentang keputusan tersebut sehingga pihak ITB memutuskan mengadakan peninjauan ulang terkait masalah ini.

”Hasil wawancara ini selanjutnya dipresentasikan ke semua tim dan hasilnya akan dibawa ke Wakil Rektor Bidang Akademik untuk kemudian dibahas di Rapim (Rapat Pimpinan, red.) pada selasa mendatang (24/9)” lanjut Nanan.

Bagi mahasiswa yang mengajukan peninjauan ulang ini, pihak ITB sudah menyiapkan surat keterangan untuk diserahkan pada proses daftar ulang terakhir. Pihak ITB juga mengakomodir mahasiswa yang tidak tahu tentang adanya penangguhan UKT ini dengan menyediakan blanko kosong saat proses registrasi terakhir, sehingga mahasiswa yang tidak tahu tentang hal ini masih bisa mendapat penangguhan UKT melaui proses peninjauan ulang.

“ITB sudah berjanji

bahwa masalah biaya tidak akan menjadi alasan untuk mengeluarkan mahasiswanya. (drop out)

30

b o u l e v a r d 76

” 31


Oktober 2013

KAMPUS

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

KAMPUS

b o u l e v a r d 76

Yuk, Bersepeda ke Kampus... Memang cukup melelahkan jika pada saat mau kuliah, kita harus berjalan kaki dari gerbang belakang ke gerbang depan, apalagi terkadang waktu masuk sudah mepet. Cara terbaik dengan mempercepat langkah bahkan ada juga yang jalannya seperti orang berlari. Oleh : Syaiful Bahri

Bersepeda juga akan sangat membantu mahasiswa dalam pengiritan uang bulanan, karena dengan bersepeda, mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk bensin. Aziz pun mengaku setuju dengan pernyataan ini. Menurutnya, dengan bersepeda ia bisa mengirit uang transportasi dari kosan ke kampus.

Alternatif solusi yang paling mungkin adalah dengan bersepeda ke kampus atau yang terkenal disebut ‘bike to the campus’. Selain akan mengurangi lahan parkir yang terbatas, mengurangi polusi udara, cara ini juga praktis, mudah, dan menyehatkan. Apalagi lahan parkir sepeda di kampus juga semakin bertambah. Dan kebanyakan pula kos-kosan mayoritas mahasiswa ITB berdekatan dengan lokasi kampu

“Bersepeda ke kampus itu menyenangkan, selain bisa lebih cepat dari naik angkot, bisa juga dibawa ke dalam kampus.” tutur Wahid salah satu mahasiswa tingkat 2 di ITB. Memang, dengan menggunakan sepeda maka waktu tempuh dari kosan ke kampus pun bisa menjadi lebih singkat. Terlebih lagi jika menggunakan angkot maka angkot seringkali mengetem dan terjebak macet. Aziz pun mengakui hal tersebut. Menurutnya dengan menggunakan sepeda ia bisa 15 menit sampai ke kampus. “Kalau pakai sepeda, dengan gowes santai, 15 menit ke bawah bisa sampai,” ujarnya. Menurut pengakuannya, dengan menggunakan angkot ia pernah sampai 30 menit baru tiba di kampus gara-gara terjebak

Aziz, salah satu mahasiswa tingkat tiga di ITB yang menempati salah satu tempat kos di daerah Cisitu, mengaku sudah dari bulan Juli 2013 mulai menggunakan sepeda. Alasannya beralih ke sepeda salah satunya adalah agar tidak telat masuk kuliah. Menutnya dengan menggunakan sepeda ia tidak akan telat masuk kelas walaupun berangkat 15-20 menit sebelum masuk kuliah. “Lagian kalau lagi macet bisa nyelip-nyelip,” tuturnya. Aziz menambahkan bahwa dengan menggunakan sepeda ia bisa sekalian berolahraga.

28

menggunakan sepeda ia mendapatkan perlakuan yang baik dari pengguna jalan raya lainnya. “Selama ini masih ‘ramah’ sih. Ga ngerasa takut,” ujarnya.

macet. Selain itu, pengguna sepedapun berhak membawa sepedanya hingga ke dalam kampus, asal diparkirkan di tempat yang seharusnya. Dengan begitu, maka berpindah dari satu gedung ke gedung lain tidak perlu ditempuh dengan cara berlari-lari.

Namun, sayangnya, menurut Aziz fasilitas untuk pemakai sepeda di kampus belum begitu baik, terutama dalam hal tempat parkir. Menurutnya masih banyak pengendara sepeda yang tidak kebagian tempat parkir, sehingga tempat parkir yang ada menjadi tidak tertata rapi. “Terus parkirannya bercampur dengan parkiran motor. Jadinya kalau mau keluar dari parkiran sepeda susah soalnya kadang terhalang motor,” tutur Aziz.

Bersepeda di kerindangan dan kesejukan suasana pagi di kampus ITB, sangat cocok untuk dijadikan sarana penyeimbang aktivitas kampus yang menyibukkan. Fenomena ini, juga sempat menarik perhatian para alumni ITB 88 untuk mengadakan budaya “Bike at Campus”, dengan menyumbangkan sekitar 90 sepeda untuk dipinjamkan cuma-cuma kepada mahasiswa yang ingin mengitari sekitar kampus. Namun, saat ini sepertinya program ini tidak lagi terlihat keberjalanannya.

Jika program bersepeda ini mulai kita lakukan, maka secara tidak sadar kita sudah ikut serta dalam menjaga lingkungan dari polusi, menjaga tubuh dari penyakit karena seringnya olahraga, dan ikut serta dalam mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. []

Meski memakai sepeda, namun Aziz tetap merasa aman ketika di jalan. Saat ini banyak orang yang berpikiran bahwa pengendara kendaraan bermotor terkesan tidak ramah kepada para pengendara sepeda di jalan raya. Para pengendara sepeda seringkali dianggap mengganggu karena laju sepeda yang lebih lambat dibandingkan laju kendaraan bermotor. Namun menurut Aziz ketakutan tersebut tidak terbukti. Selama ia

29


b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

Oktober 2013

b o u l e v a r d 76

NRSIMHA Apparel, Artwear Brand Penyelamat Seni dan Kultur Indonesia NRSIMHA (baca: Narasimha) berasal dari bahasa Sansekerta. Nara berarti manusia dan Simha berarti singa sehingga Narasimha berarti setengah manusia-setengah singa. NRSIMHA Apparel merupakan entitas anak muda yang mencintai seni dan kultur Indonesia yang termanifestasikan dalam bentuk artwork apparel. Filosofi nama NRSIMHA adalah bagian wujudnya –seekor singamerupakan simbol dari antusiasme, kreativitas, open minded dan ekspansif. Hal itu juga yang diharapkan untuk NRSIMHA Apparel, dikenal sebagai brand anak muda yang mengusung seni budaya Indonesia dengan penuh antusias, kreatif, open minded, dan ekspansif layaknya seekor singa. Artwear brand ini memulai langkah kakinya di akhir tahun 2012 dan pada bulan April 2013 mempublish artwork t-shirtnya. NRSIMHA memiliki visi memimpin pergerakan melawan degenerasi seni, budaya, dan kearifan lokal Indonesia di kalangan anak muda. Ide awal melahirkan NRSIMHA muncul ketika melihat kecenderungan anak muda yang lebih menggandrungi budaya bangsa lain dan seakan acuh tak acuh terhadap budaya negeri sendiri. Kesan yang tercipta, ketika ada klaim budaya Indonesia oleh bangsa asing, barulah muncul rasa kepedulian. NRSIMHA ingin anak muda bisa lebih luas dalam mengekspresikan kecintaannya terhadap seni budaya Indonesia. Mencintai seni budaya tidaklah harus dengan mahir memainkan gamelan, menari, ataupun menyanyikan lagu-lagu daerah. Bagi NRSIMHA, setiap orang bebas mengekspresikan kecintaan terhadap budayanya dengan caranya masing-masing termasuk dengan memakai artwork t-shirt NRSIMHA Apparel. Awalnya tim artwork apparel ini hanya terdiri dari empat orang saja, tiga desainer, dan satu orang pengelola sekaligus investor. Namun seiring perjalanan waktu, tim NRSIMHA berkembang dan terus bertambah hingga kini menjadi 12 orang yang bekerjasama memunculkan produk t-shirtnya dengan desain unik dan menarik. Sebelum muncul wujud desain seperti saat ini, para desainer yang semuanya adalah anak seni rupa ITB ini melakukan brainstorming ide berkali-kali untuk menentukan desain yang akan dibuat termasuk filosofi desain tersebut. Setelah konsep ditentukan, masing-masing desainer menggambar manual desainnya di atas kertas dan discan untuk diedit di PC. Setelah tidak ada perubahan desain lagi, barulah gambar tersebut disablon dan t-shirt diproduksi. Untuk promosi dan pemasaran produk, tim kreatif NRSIMHA melakukan sesi pemotretan dan memproduksi video untuk memperkuat konsep desainnya. Kemudian foto-foto tersebut pun disusun menjadi sebuah lookbook lengkap dengan paparan filosofinya.

Saat ini NRSIMHA Apparel baru memiliki tiga desain artwork t-shirt (Gelungan, Patra, dan Ni Rangda). Ketiga desain awal NRSIMHA ini masih dipengaruhi kuat oleh seni budaya dan folklore Bali, kedepannya NRSIMHA ingin menggarap seni budaya daerah Indonesia lebih luas lagi. Saat pertamakali publish, respon market sangat positif dan banyak anak muda yang tertarik dengan konsep artwork t-shirt yang NRSIMHA buat. NRSIMHA Apparel adalah brand baru yang berkembang dan ketika makin dikenal luas di dunia maya, makin banyak anak muda yang akan bangga menggunakan t-shirt NRSIMHA. Apalagi, Saras Dewi, penyanyi lembayung bali sekaligus dosen filosofi UI, secara sukarela mengendorse brand NRSIMHA Apparel dengan memakai artwork t-shirt Gelungan. Sebagai sebuah brand baru, branding dan marketing menjadi tantangan tersendiri bagi NRSIMHA dan menyadari bahwa untuk dikenal luas butuh proses dan waktu yang tidak singkat. NRSIMHA saat ini baru dipasarkan melalui media online, yaitu facebook fan pages Nrsimha Apparel, twitter @nrsimhatweet, dan instagram nrsimhainsta. Tentunya dalam waktu dekat NRSIMHA memiliki harapan dapat membangun sebuah distro di kawasan Bandung agar bisa lebih dekat dan interaktif dengan customer. Ada hal menarik lainnya dari NRSIMHA, selain concern terhadap seni budaya dan kearifan lokal Indonesia, brand ini juga peduli dengan kelestarian lingkungan tempat kita bernaung. NRSIMHA Apparel menggunakan prism hanger packaging yang terbuat dari kardus yang mudah direcycle dan pengemasan ini bisa ditransform menjadi hanger sehingga kemasan yang digunakan bisa digunakan kembali (reuse) sebagai hanger. Jadi NRSIMHA yang berwujud artwork apparel ini menyelamatkan komponen kehidupan dan identitas bangsa Indonesia, seni budaya dan juga lingkungan kita!


Oktober 2013

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

b o u l e v a r d 76


b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

Oktober 2013

b o u l e v a r d 76

Selurup.com, portal restoran online bagi anda yang kelaparan

Selurup.com, cara cepat untuk memesan makanan dari berbagai restoran favorit dengan praktis. Tinggal klak-klik di laptop tanpa perlu menghabiskan pulsa telpon anda. Pernah kelaparan dan malas keluar? Atau kelaparan saat sakit dan tidak bisa keluar? Portal selurup.com adalah jawaban anda. Di Selurup.com kita bisa memilih menu makanan dari berbagai tempat makan favorit di bandung Caranya gampang, tinggal buka www.selurup. com melalui gadget Anda, masukkan alamat, pilih restoran, kemudian pilih menu. Selanjutnya kita hanya perlu menunggu kurir selurup.com datang ke rumah dan bayar secara COD (Cash On Delivery). Pulsa telpon dan sms anda tidak perlu keluar sama sekali untuk memesan makanan dengan cara ini. Selurup.com terinspirasi dari kebutuhan untuk mendapatkan makanan delivery ketika sibuk bekerja dan juga saat sakit, tapi bosan dengan menu delivery yang itu-itu saja. Pada awal tahun 2012 Dudin (IF’2005) dan Iqbal (MA’2003) mulai merintis Selurup.com dan meluncurkannya kepada publik pada akhir 2012.

Selurup.com dibuat untuk memudahkan orangorang untuk memesan makanan dari berbagai restoran favorit di bandung. Selain itu juga untuk membantu Small Medium Bisnis (UKM) untuk lebih memperluas penjualan makanannya tanpa harus bertemu langsung. Bagi anda yang mempunyai usaha di bidang makanan dan ingin berkerjasama untuk memuat restoran anda di selurup.com, bisa menghubungi tim selurup.com lewat email di info@selurup.com.

Dengan visi “Empowering Nation Through Cooking”. Tim Selurup bertekad untuk dapat memberdayakan sebanyak mungkin pihak yang memiliki passion dan semangat dalam bidang kuliner untuk dapat memiliki usaha kuliner mandiri tanpa perlu memikirkan lokasi yang strategis dan modal usaha yang besar. Keuntungan menjadi partner selurup.com adalah berpromosi dengan cara menarik, berjualan dengan channel baru dan beriklan gratis.

Tujuan besar dari Selurup.com sendiri adalah membuat bangsa ini berdaya dengan cara membantu pengusaha makanan lokal untuk bisa maju dan bertahan dengan produk-produk kuliner terbaiknya. Untuk mencapai tujuan besar itu, jangan ragu untuk memesan, memberikan aspirasi, kritik dan saran ke selurup.com bisa melalui email ke info@selurup.com, lewat akun facebook selurup, lewat twitter @selurup atau lewat telpon ke 022 – 61396256.

Selurup.com berkomitmen untuk menjadi media yang bisa menyenangkan setiap orang, baik itu konsumen maupun para pengusaha makanan, dengan cara menerapkan nilai-nilai yang “Easy” (Memudahkan), “Fun” (Menyenangkan), dan “Empowering” (Memberdayakan).

Nilai “Easy” diterapkan dalam layanan portal berjualan makanan yang diciptakan dengan tahapan order yang sederhana, akses yang gampang (online), dan armada delivery yang cepat. “Fun” berarti kesenangan yang dirasakan setiap orang yang menikmati layanan di Selurup. com, mulai dari keseruan saat berburu menumenu yang variatif sampai keceriaan yang terbangun saat pesanan kemudian sampai dan bisa dinikmati. “Empowering” artinya Selurup. com dibangun tidak hanya sebagai media berjualan makanan online, tetapi juga sebuah jalan kesempatan bagi setiap orang untuk memiliki usaha kuliner mandiri. Selurup.com saat ini sudah bermitra dengan lebih dari 30 restoran favorit di bandung mencakup UKM yang sudah terkenal seperti redsdipo, sushi origami dan steak ranjang. Selurup.com juga finalis lomba Telkom Indigo Incubator 2013. Selurup.com akan membantu Anda memesan makanan dengan cara praktis dan cepat. Jadi, jangan ragu untuk memesan dan bermitra dengan selurup.com


Oktober 2013

KAMPUS

b o u l e v a r d 76

Warna-Warni Baru di KM ITB Oleh : Anisah

Hal ini memyebabkan ketiga jurusan tersebut bernaung dibawah satu nama himpunan HIMASITH NYMPHAEA ITB. Namun, pada keberjalanannya banyak hambatan yang dirasakan oleh para mahasiswa SITH. “Pada dasarnya keilmuan kami sudah berbeda. Kalau Biologi itu sains yang banyak kerja lapangan, tapi kalau mikro itu lebih banyak labnya,” tutur Lendra (BM’10) ketua Himamikro terpilih untuk periode pertama ini. “Karena perbedaan keilmuan itu, pada akhirnya terjadi banyak perbedaan pendapat antara kita dalam memandang dan memecahkan suatu permasalahan.”

Terhitung mulai tanggal 2 September 2013 warna di KM ITB semakin bertambah. Masuknya dua himpunan baru yaitu Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi (Himamikro) dan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) menambah semarak warna-warni di kampus ini. Himamikro dengan jaket himpunan ungunya dan HMRH dengan jaket himpunannya yang berwarna coklat siap menambah barisan warna-warni dan berkontribusi di KM ITB. Sejak awal tahun 2013 lalu, jumlah himpunan mahasiswa di kampus Ganesha bertambah dua yaitu himpunan jurusan Mikrobiologi dan Rekayasa Hayati (Bioengineering). Kedua himpunan ini merupakan hasil pecahan dari Nymphaea HIMASITH menjadi Nymphaea HIMABIO, Himamikro Archaea-ITB, dan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati.

Oktober 2013

KAMPUS

Mengenal lebih dekat

Mengenal lebih dekat

HIMAMIKRO ARCHAEA ITB

HMRH

Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi Archaea-ITB, atau disingkat Himamikro adalah himpunan paling baru yang berada di kampus ITB Ganesha. Inspirasi dari nama ‘Archaea’ sendiri Lendra menjelaskan, “Archaea itu mikroorganisme yang hidup di lingkungan ekstrem. Dia berperan sebagai perintis dan manfaatnya banyak untuk kehidupan. Kami berharap himpunan kami bisa seperti itu.”

Sebagai mahasiswa S1 yang menjadi penghuni pertama kampus Jatinangor, HMRH bisa disebut sebagai pembuka kegiatan kemahasiswaan di ITB Jatinangor. Himpunan ini bisa dikenali dengan jahimnya yang berwarna coklat. Alasan pemilihan warna coklat, menurut Maulana, karena belum ada himpunan yang belum mempunyai jahim dengan warna coklat. Lambang HMRH didominasi warna hijau dan jingga dengan bentuk menyerupai DNA di tengahnya. Sama seperti Mikrobiologi, Bioengineering merupakan program studi yang masih jarang ditemukan di Indonesia dan Bioengineering ITB adalah yang pertama di Indonesia sehingga himpunannya pun yang pertama di Indonesia.

Lambang Himamikro terdiri dari gambar jamur, bakteri, dan Archaea yang merepresentasikan keilmuan dari Mikrobiologi. Adapun pada lambang terdapat warna kuning, jingga, dan merah sebagai pencerminan dari kekuatan, kekeluargaan, dan keberanian. Ungu sebagai warna utama melambangkan misterius. “Warna ungu itu melambangkan misterius, seperti keilmuan kita yang mempelajari makhluk-makhluk kecil dan misterius,” ujar Lendra. Dan kemudian warna ini pula yang dituangkan ke dalam warna jahim.

Itulah sekilas mengenai profil himpunan baru di ITB. Kita berharap dengan bertambahnya basis KM-ITB, bertambah banyak pula kontribusi yang bisa diberkan mahasiswa ITB untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater. []

Menurut Lendra, himamikro Archaea ITB adalah himpunan Mikrobiologi pertama di Indonesia karena dari segi keilmuannya sendiri masih jarang perguruan tinggi yang membuka jurusan ini.

Selain itu, perbedaan jadwal kuliah sehingga kesulitan mencocokkan timelinenya menjadi suatu masalah dalam HIMASITH. Menurut Maulana (BE’10) masalah geografis juga menjadi masalah tersendiri bagi jurusan rekayasa hayati. “Wacana berpisah udah ada dari tahun 2010 tapi bisa dipertahanin. Puncaknya waktu anak RH (Rekayasa Hayati) pindah ke Nangor,” tutur ketua HMRH ini. Akibatnya sebagian besar mahasiswa merasa tidak terwadahi kegiatannya dalam himpunan sehingga diputuskan lah untuk mendirikan himpunan baru sesuai jurusannya masing-masing.

Kalau bercerita sedikit , pada mulanya SITH hanya memiliki satu jurusan yaitu Biologi. Kemudian dibentuklah jurusan Mikrobiologi pada tahun 2004 sebagai ilmu satu rumpun dengan Biologi. Lalu pada tahun 2010, SITH kembali menambah bidang keilmuan hayati dengan jurusan rekayasa hayati atau lebih kita kenal bioengineering.

Idealnya satu jurusan memiliki satu himpunan sehingga memang sudah waktunya bagi HIMASITH untuk berpisah dan konsentrasi dengan keilmuannya masing-masing.

32

b o u l e v a r d 76

33


Oktober 2013

KAMPUS

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

KAMPUS

b o u l e v a r d 76

TPB TAK LAGI LIBUR DI HARI SABTU Oleh : Lathifah Zahratul Jannah

Dengan adanya pemindahan jadwal ujian ini beberapa mahasiswa TPB menanggapi dengan reaksi yang berbeda-beda. Ada yang menerima ada juga yang menolak. “Ga enak, ngerusak liburan, jadi ga bisa pulang hari Jumat!” ujar salah satu mahasiswi Sekolah Farmasi 2013 yang ditemui di selasar Perpustakaan Pusat ITB. Ucapannya itu langsung diamini kedua temannya. “Tapi enaknya waktu belajar buat ujiannya jadi lebih panjang, soalnya kita kuliah hari Kamis padet banget. Tapi kalau disuruh milih ujian hari Jumat atau Sabtu kita tetep milih ujian hari Jumat,” tutur salah satu temannya yang juga mahasiswi Sekolah Farmasi 2013.

“Yaaah.. hari Sabtu harus kuliah”. “Ga bisa pulang mulai Jumat lagi”. “Tapi waktu belajarnya jadi banyak, hari Kamis kuliah padat soalnya.” Ujian TPB tetap dilaksanakan di hari Jumat namun ujiannya di ITB Jatinangor. Setelah musyawarah dengan warga rektorat, opsi ini tidak dipilih karena terlalu memakan biaya yang besar. Kondisi psikis mahasiswa pun jadi perhatian karena harus melakukan perjalanan yang cukup jauh sebelum ujian.

Angkatan 2013 merupakan angkatan yang sedang menjalani masa TPB (Tahap Persiapan Bersama) di tahun ini. Namun sepertinya TPB tahun ini akan sedikit berbeda dengan TPB tahun-tahun sebelumnya. Tepat 11 September 2013 yang lalu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB resmi menandatangani surat edaran tentang pelaksanaan ujian mahasiswa TPB. Di dalam surat itu diinformasikan bahwa pelaksaanaan ujian TPB dipindah dari hari Jumat menjadi hari Sabtu.

Kalau begitu mengapa ITB masih tetap memaksakan untuk menerima banyak mahasiswa jika ruang kelasnya tidak cukup? Penjelasan lebih lanjut pun dikemukakan oleh Ahmad. ITB sebagai perguruan tinggi negeri memiliki kewajiban melayani kebutuhan pendidikan masyarakat. Pemerintah sendiri sebenarnya meminta ITB untuk menerima 20.000-25.000 mahasiswa setiap tahunnya. Namun karena sadar akan kemampuan akomodasi yang terbatas, ITB hanya menerima 3000-an mahasiswa setiap tahunnya.

Apa alasan dibalik pemindahan ujian mahasiswa TPB? Demi mendapatkan informasi yang lebih jelas, Boulevard pun pergi menemui kepala LTPB, Ahmad Nuruddin. Dalam wawancara tersebut, Ahmad mengatakan bahwa kurang memadainya ruang kelas menjadi alasan utama pemidahan ujian TPB ke hari Sabtu. Sebenarnya ada satu alternatif lagi selain ujian TPB dipindah ke hari Sabtu.

34

Padahal jika mau, reaksi penolakan para mahasiswa TPB dapat diminimalisasi dengan sistem sosialisasi yang baik. Sangat disayangkan bahwa surat edaran yang keluar memiliki konten yang tidak senada dengan jawaban Ahmad Nuruddin di atas. Pesan baik yang disampaikan oleh alumni Teknik Fisika ’79 tersebut malah tidak tercantum sedikit pun.

Hasilnya adalah apa yang kita lihat di hari ini. Untuk tetap dapat menjalankan kewajiban semaksimal mungkin, ada pengorbanan yang harus dilakukan. Dengan kata lain, selama ITB masih dapat mengusahakan untuk melayani masyarakat lebih banyak, mengapa harus melayani lebih sedikit? Walaupun dengan begitu ada hal-hal yang harus berubah, salah satunya adalah pindahnya jadwal ujian TPB ke hari Sabtu.

Jika kita membaca surat edaran tentang pelaksanaan ujian tengah semester mahasiswa TPB, maka alasan mengenai pemindahan ini adalah untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan mahasiswa karena adanya mobilisasi alat-alat berat. Tentu saja hal ini dapat dibantah dengan mudah melalui sederet jadwal kuliah dan kegiatan non-akademik mahasiswa non-TPB yang masih terjadwal padat di hari Jumat. Apakah itu berarti rektorat hanya menjamin keselamatan dan kenyamanan mahasiswa TPB saja?

Ahmad menambahkan bahwa pemindahan jadwal ujian ini sifatnya tidak permanen, hanya 1-2 tahun. Setelah ITB selesai direnovasi diusahakan agar semuanya kembali seperti semula. Saat ditanya mengenai hambatan yang mungkin terjadi, Ahmad optimis tidak akan ada hambatan berarti. Saat ini LTPB sedang dalam proses penyiapan instrumen seperti pendekatan terhadap pegawai, pendekatan terhadap mahasiswa TPB, dan kepada mahasiswa senior. Ahmad juga mengakui bahwa hadirnya teman teman trainer SSDK sangat membantu.

Memang semestinya apa yang disampaikan sama dengan apa yang diedarkan. Namun apapun alasannya hasilnya sudah kita ketahui dengan pasti. Tidak ada lagi libur bagi TPB di hari Sabtu. []

35


O kk tt oo bb ee rr 22 00 11 33 O

76 bb oo uu ll ee vv aa rr dd 76

Oktober 2013

SEJARAH

Kampus. Meskipun Bioskop Kampus tidak tertutup untuk publik, penonton utamanya adalah mahasiswa ITB, yang aktivitasnya kian banyak dan jadwalnya jauh lebih padat. Akibatnya, sempat terjadi penurunan jumlah penonton, terlebih dengan banyaknya bioskop di Bandung saat ini. Namun pada satu tahun terakhir, jumlah penonton kembali meningkat.

Siapa yang tidak tahu Bioskop Kampus? BioskopKampus, yang dikelola Liga Film Mahasiswa (LFM) Institut Teknologi Bandung, adalah acara pemutaran film dengan layar lebar layaknya bioskop di ruang khusus 9009 setiap Jumat malam setiap sebulan atau dua bulannya. Keberadaan Bioskop Kampus sendiri sangat erat dengan berdirinya LFM. Di tahun 1960, Kedutaan Besar Amerika Serikat memberikan proyektor pada ITB. Adanya proyektor ini menggerakkan para pecinta film di kampus untuk berkumpul, hingga terbentuklah LFM pada tanggal 21 April 1960. Selanjutnya, dalam rangka pemberdayaan proyektor dan apresiasi film, dibangunlah sebuah bioskop di ITB, yang kemudian digunakan LFM secara rutin untuk memutar film hingga sekarang.

Ada Bioskop di dalam Kampus Bagi mahasiswa, bioskop mungkin sudah menjadi sahabat. Tempat pemutaran film itu merupakan salah satu tempat yang paling sering dikunjungi ketika kejenuhan akan kuliah datang melanda. Namun jarak yang jauh terkadang membuat kita enggan untuk pergi ke bioskop. Apa jadinya jika suasana seperti bioskop sungguhan dipindahkan ke kampus?

b o u l e v a r d 76

Terlepas dari hal tersebut, sejatinya banyak hal yang membuat Bioskop Kampus layak untuk dilirik. Memang film-film yang diputar di Bioskop Kampus sekarang bukan film Box Office terkini, namun kualitasnya sudah terjamin. Diadakan diskusi film dari rekomendasi-rekomendasi anggota LFM secara menyeluruh, sehingga film yang terpilih untuk diputar bukan sembarang film. Selain menawarkan film berkualitas dan tiket tidak berbayar, penonton juga dimanjakan dengan popcorn gratis, bulletin panduan film yang diputar, serta stiker.

Dengan sifatnya yang dulu komersil, Bioskop Kampus didatangi tidak hanya oleh massa kampus, tetapi juga masyarakat umum. Harganya yang jauh lebih terjangkau dari bioskop lain yang ada di Bandung dan filmnya yang up-todate membuat Bioskop Kampus sangat diminati. Namun pada masa itu, pengiriman film sering terganggu. Layaknya Janji Joni, yang disebut Danisa Myra Putri (Planologi ’11) terinspirasi dari Bioskop Kampus ITB, pengiriman film sering terlambat. Apabila hal ini terjadi, para penonton biasanya memukul-mukul meja hingga film tiba.

Sulitnya mendapat perizinan, ditambah dengan factor daya saing Bioskop Kampus yang menurun dengan adanya bioskop-bioskop lainnya, memang membuat Bioskop Kampus tidak lagi serutin dan sejaya dahulu. Namun, Danisa menjamin Bioskop Kampus mampu menyediakan pengalaman menonton yang berbeda. Diadakan di gedung tua, meskipun kualitasnya tidak sebaik bioskop komersil dan ruangannya tidak berpendingin, ada sesuatu yang membuat Bioskop Kampus tetap di hati.“Harus mencoba menonton untuk merasakannya,” ujar Danisa. []

Bioskop Kampus kini tidak lagi komersil.“Sekarang tujuannya lebih untuk menjaga tradisi,” kata Danisa, yang merupakan manajer Bioskop

37


Oktober 2013

KENCAN

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

KENCAN

b o u l e v a r d 76

rumah dari material alam dan material bekas. Dari sana mulai banyak orang-orang menengah ke bawah yang mulai menghubunginya. Banyak pengalaman menarik yang di dapat semisal ada petani penggarap kebun karet yang mencoba menghubunginya lewat email, dia menggunakan jasa penjaga warnet untuk menghubungi Yu Sing karena masih belum terbiasa dengan email. Sayangnya, proyek ini tidak berlanjut karena keterbatasan media.

Yu Sing: Memanfaatkan Material Bekas Menjadi Berkelas Oleh : Rahmasari Noor Hidayah

Â

Arsitektur identik dengan kesan bangunan megah, mewah, dan mahal. Tapi, di tangan seorang Yu Sing Lim, rumah dengan desain arsitektur nan indah bisa dijangkau dengan harga yang murah.

Waktu itu kami menempuh perjalanan ke studio Yu Sing Lim di Padalarang dengan menggunakan angkutan umum. Rasa lelah yang melanda akibat jarak tempuh yang cukup jauh akhirnya terbayar saat mulai melihat studio Yu Sing yang sangat unik. Studio yang menggunakan joglo sebagai konstruksi utama dan bambu sebagai material yang mendominasi bangunan ini diberi nama Akanoma, singkatan dari Akar Anomali. Ditanya tentang arti dari akar anomali Yu Sing menjawab, “Akar artinya berkomitmen untuk berakar pada potensi maupun permasalahan yang ada.�

Ketika sampai di studio Akanoma, kami langsung dipersilahkan menuju ruang tamu. Ruangan yang berukuran kira-kira 3 x 3 ini keseluruhan terbuat dari bambu dengan kursi-kursi yang terbuat dari kulit sapi. Di sana Yu Sing, penggagas Design Rumah Murah dan Papan untuk Semua, mulai bercerita. Pengalamannya mendesign rumah dimulai ketika dia mendesign rumahnya sendiri. Waktu awal menikah dia sempat mengontrak dan pindah-pindah hingga hampir 10 kali. Pengalaman pindah-pindah kontrakan yang melelahkan membuatnya untuk berpikir design rumah murah dengan konsep menggunakan material alam. Kebahagiaan yang dirasakan Yu Sing saat dapat membangun rumah yang nyaman dengan dana yang terbatas inilah yang menggerakkan Yu Sing untuk membangun rumah dengan konsep yang sama.

“Arsitektur di Indonesia banyak sekali bisa menggali inspirasi dari situ, material, kemampuan tukang yg beragam itu menjadi potensi. Masalahnya masyarakat sulit mendapat rumah yang baik, itu merupakan beberapa masalah yg ingin kita jawab dan ketemulah kata akar itu. Anomali lebih kepada dalam menjalankan akar ini kita harus menjadi anomali, kita perlu mendesign sesuatu yg fresh, ga baru sama sekali tapi paling ga fresh, relatif beda pada umumnya. Kata orang sih saya anomali karena jarang arsitek yg mau berkomitmen di rumah murah�, sambung Yu Sing.

Selama ini Yu Sing sudah mendesign kurang lebih 15 buah rumah murah yang tersebar di Jabodetabek, Madiun, Cikarang bahkan Pontianak. Proyek rumah murah ini mulai dikenal masyarakat saat dia mengisi suatu artikel di majalah arsitektur dengan tema pentingnya design arsitektur bagi rumah dengan dana terbatas. Di sana dia menceritakan bagaimana suatu proyek bisa lebih murah dengan membuat 38

Tidak hanya rumah murah, ada juga program Papan untuk Semua. Program ini sudah dilaksanakan dua kali. Yang pertama di Dago Giri dan yang kedua di Padalarang. Konsep Papan untuk Semua ini adalah mendesign dan membangun rumah yang ideal dengan dana yang sangat minim. Untuk program Papan Untuk Semua yang berlokasi di Dago Giri, Yu Sing dan kawan-kawan mendesign rumah untuk seorang tukang ojek yang kebetulan pada saat itu rumahnya sudah hampir rubuh. Yu Sing dan teman-teman sesama arsitek lalu menggalang dana untuk kemudian mendesign dan membangun rumah ini. Dengan budget 27 juta jadilah rumah kayu 2 lantai dengan berukuran 3 X 6. Dari sinilah program Papan untuk Semua mulai berkembang. Rumah yang dikategorikan rumah murah adalah rumah dengan budget kurang dari 200 juta. Dengan dana sesuai yang dipunya si empunya rumah, Yu Sing membangun rumah dengan standar minimal yang harus ada pencahayaan alami, ventilasi yang besar, serta jarak rumah yang tidak terlalu menempel dengan rumah lain. Yu Sing harus memutar otak untuk dapat mendesign rumah dengan spesifikasi yang dia inginkan namun dengan dana yang terbatas. Tetapi dari sanalah kreativitasnya muncul untuk menggunakan material-material alam dan bekas yang ada. Semangat untuk memanfaatkan material dan alam juga sangat terlihat dari design studio Akanoma. Kami dibuat sedikit terkagum-kagum dengan design kamar mandinya yang menggunakan botol-botol kaca bekas sebagai dinding. Dengan cara seperti itu maka ketika siang hari tidak dibutuhkan cahaya lampu untuk menerangi kamar mandi. Lalu, sebagai pengganti kaca depan, Yu Sing menggunakan kaca mobil bekas yang disambung-sambung. Yu Sing mengaku kaca tersebut ia dapatkan dari seorang pengumpul kaca bekas mobil di dekat rumahnya.

Suasana Studio Akanoma milik Yu Sing 39


Oktober 2013

KENCAN

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

SASTRA

b o u l e v a r d 76

Cara Ayah Mati Oleh: Idham Padmaya Mahatma

Di lantai dasar studio ini Yu Sing menyediakan ruang public yang dapat digunakan warga sekitar untuk berkumpul dan perpustakaan yang digunakan anak kecil dan ibu-ibu untuk belajar. “Setiap sore selalu ada anak-anak yang datang membaca-baca buku di perpustakaan,� ujar Yu Sing. Di belakang studio ini juga dibangun kolam ikan dan penampungan air. Alumni Teknik Arsitektur ITB tahun 1994 ini menyadari kalau saat ini ruang social antar warga mulai jarang ada, karena itu kadang dia menawarkan konsep ruang social seperti teras yang dijadikan warung dan lain sebagainya. Untuk orang-orang yang mmempunyai uang lebih, dia juga menyarankan adanya penampungan air di sekitar rumahnya, bahkan ada penampungan air yang airnya bisa di saring kemudian bisa diminum. Semangat untuk peduli dengan masyarakat menengah ke bawah lewat arsitek rumah ini disebarkan oleh Yu Sing saat mengisi berbagai acara di kampus dan juga saat orang mengunjungi studionya. Pesan Yu Sing kepada mahasisa arsitektur lain adalah untuk mengembangkan dan melestarikan potensi lokal yg berbeda-beda di setiap dareah tapi belum terpublish terutama dalam hal material, pertukangan dan lainnya, juga lebih peduli ke masyarakat menengah ke bawah yg masih sangat banyak di Indonesia. “Sekarang tidak cukup banyak yg berkomitmen ke rumah murah,� pungkas Yu Sing. []

40

Seberapa sering kau menatap mata ayahmu? Namun, jikalau kau siap, barangkali mati adalah cita-cita terindahmu. Bertemu sambil bertatap dengan mata-mata jeli penghuni surga, bercengkrama bersama, menikmati ranjang-ranjang panjang yang pupus dari kerutan, hingga memakan apa saja tanpa pernah merasa kenyang ataupun bosan. Sungguh indah, bukan? Lantas, mengapa kau takut mati?

Pertanyaan itu dulu sanggup kujawab dengan lantang, dengan cepat dan tepat. Jawabnya singkat: aku selalu memandang mata itu tepat ketika usiaku bertambah. Di sana, masih kuingat wajah Ayah dengan dua bola mata yang utuh. Dan kupastikan lekuk-lekuknya kian lengkap mengguratkan kesempurnaan. Sungguh, dahulu ialah laksana ilalang kisah usang dalam hidup. Ada lintah-lintah yang gemar menghisap darah-darah kami hingga merahnya memudar. Tubuh kami pun gemetar menahan rasa getir karena penantian. Itulah elegi, kadang kala memang tak patut kau mengingatnya lagi.

Suatu ketika Ayah pernah mengajariku tentang bagaimana cara mati yang indah. Tentu sebelumnya, dia akan bercerita dahulu akan episode-episode kematian. Darinya, kutahu ada beberapa episode kematian: ada mati terbakar, ada mati tertembak, ada mati tertabrak, ada mati karena menderita penyakit, serta ada mati tak bersebab. Jikalau Ayah disuruh memilih, dia pasti menunjuk satu episode kematian terakhir: mati tak bersebab.

Aku masih memasung memoria pahit tentang kepergian Ayah. Kepergian yang takkan mengisahkan kepulangannya kembali ke rumah. Pergi yang bermaksud melepaskan dahaga akan cahaya sehingga sesiapa turut menginginkannya. Siapa yang tak ingin bertemu Sang Pencipta? Siapa pula yang enggan menatap wajah Tuhannya?

Entahlah, aku tak mengerti mengapa Ayah menyukai cara mati seperti itu. Kukira mati tertembak lebih nikmat rasanya, karena tak menderita seperti halnya orang terbakar, tertabrak, ataupun sakit keras di atas paviliun rumah sakit yang hampa. Jelas ketiga episode mati itu sangat kubenci, dan aku tak pernah membayangkan bagaimana pahitnya nanti. Dalam hati aku berbisik: aku harus bisa mati tertembak.

Itu pertanyaan retoris. Sebab segala hidup hanya untuk mempersiapkan mati. Dan mati tidak enggan memilih nama. Dia tak akan bertanya apakah kau siap bertemu dengannya. Kala kau tak siap, mungkin mati merupakan jalan panjang air matamu yang abadi. Setiap pagi hingga malam matamu akan menangis merintih, kepedihan ialah raut keseharianmu, dahaga dan siksa merajammu sekelebat waktu, dan penyesalanmu hanya akan menjadi melankolia belaka, tak berguna.

Berkali kuceritakan keinginanku ini pada setiap teman yang kukenal, kepada guru, tukang kebun, pembantu di rumah, serta yang lain. Lantas, mereka menyebutku gila. Siapa yang gila? Apakah insan dilarang untuk mencitakan mati? Adakah pelajaran dalam bangku sekolah tentang pengkonsepan kematian? Dan aku semakin tak memedulikan semua, cukup makna yang akan menceritakan segalanya.

41


Oktober 2013

SASTRA

b o u l e v a r d 76

Namun, itulah pinta pertama sekaligus yang terakhir dari Ayah. Dan bahagia bagi kami karena telah memenuhinya. Sekelebat waktu, Ayah kini telah berbaring damai dalam sunyinya liang sendirian. Berteman akrab dengan tanah serta renik-renik di dalamnya. Selamat tinggal, Ayah.

Dalam sejenak waktu, aku menitihkan beribu air mata ketika mendapat kabar sarat kesedihan. Kabar yang tiba-tiba muncul dari balik bibir Ibu tentang kematian Ayah yang tibatiba. Ayah pergi meninggalkan kami dengan sesegera. Dia tak mengisyaratkan apa-apa, kecuali permintaan baju putih terakhirnya.

Barang tentu, tiada yang menduga tentang kabar kematian Ayah. Itu sangatlah persis seperti yang diidam-idamkan olehnya selama hidup, tentang tata cara mati yang indah: mati tak bersebab. Bukan karena tertembak, tertabrak, atau pun menderita penyakit tertentu. Ayah sehat dan mati tak bersebab. Sungguh indah, bukan? Tetapi aku masih mencitakan mati tertembak, seperti yang kukisahkan terdahulu. Tanpa sakit, tanpa rasa, serta hilang berganti tak terduga.

Sungguh aku sangat mengenal Ayah, bahkan kian dekat nyaris tanpa sekat. Kuperhatikan, Ayah tak pernah meminta sesuatu. Segalanya akan dia terima dengan sabar dan bijak. Di rumah, tak ada waktu yang terbuang bersebab kemarahan. Tak ada nada tinggi dari Ayah. Selalu lemah dalam nada suara serta candaan renyah khas lelaki paruh usia. Ayah juga tak pernah menakzimku menjadi seperti dirinya. Menjadi seorang yang berhasil menaklukkan masa pada interval usia muda. Dia selalu memberikan pilihan untuk aku ambil seorang diri. Darinya aku belajar tentang bagaimana menjadi lelaki, bagaimana menghadirkan damai di rumah, bagaimana bertanggung jawab kepada keluarga, serta bagaimana menghidupi hidupku sendiri. Ada banyak sekali yang diajarkan Ayah, barangkali yang lain aku melupakannya.

Era Ayah sungguh sangat berbeda denganku. Episode-episode kematian pun semakin mengisahkan perkembangan pesat pada zamanku. Ada tatacara mati yang baru: mati diracun bahan kimia, mati karena gangguan jiwa, mati bersama keluarga dengan alibi tak masuk akal, mati kelaparan, mati bersebab menanggung malu, serta mati terjun dari lantai gedung pencakar langit. Aih, itu bukan jalan mati yang elegan, tak ada seni yang menyertai. Manusia memang semakin kreatif, tetapi tak menjamin nilai akan tersimpan rapi di dalamnya.

Kemudian datanglah hari teragung Ayah untuk berangkat menimba karier ketiga jenjangnya. Hari di mana dia bersiap pergi untuk suatu tujuan mulia. Hari di mana aku sengaja diutusnya mengantar hingga bayangnya tak sanggup terlihat bersebab roda kuda-kuda besi yang gemar berotasi. Tetapi, ada yang janggal dari Ayah. Dia meminta sepotong kemeja putih polos untuk dipakainya pada hari itu. Dalam pikirku, aku bertanya-tanya: mengapa harus warna putih? Adakah hitam atau merah bata yang lain?

Oktober 2013

SASTRA

Bagiku, kehidupan ialah selaksa gelas-gelas kaca yang kosong. Tak berkerak. Bening. Jikalau kau mengisinya dengan air-air terindahmu, barangkali ia akan mengalun merdu membuaikan logika. Atau ketika kau menuangkan air-air terkeruhmu, boleh jadi setiap jernihnya tak akan pernah kaupandang lagi. Dan hidup sungguh merupakan miniatur dari hati, yang mengerti kapan tuannya akan mati.

Kami menggugat ketidakadilan. Kami membawa seluruh pemuda dari pelosok negeri untuk memasung gerak ibukota. Di sini beberapa tembakan meluncur mulus seketika, bermaksud menakuti kami yang enggan pulang melangkah. Aparat mengejar. Kami tunggang langgang menghindar. Ada tetes-tetes emosi di raut para pengadil itu. Semakin lama, semakin liar aksi mereka menghalau seluruh adigdaya.

Aku masih mencitakan mati tertembak hingga kini. Tak ada yang berubah dari tujuan itu. Bahkan, aku menunggu setiap hari kiranya kapan timah panas itu raib menghujam tengkorakku. Dalam fantasi, aku memimpikan hal itu terjadi cepat, sesegera.

Dalam singkatnya kronologi, aku tertangkap. Mereka yang sedari tadi meneteskan liurliur emosi malah semakin menjadi-jadi. Ditodongnya senapan hitam itu padaku. Aku yang memberontak menyusahkan pergerakan mereka, ditarik-tarik semau keinginannya. Lantas, pelatuk itu diayunkan, suara dentuman terabaikan.

Ada hari di mana ketidakadilan merajalela. Ibu pertiwiku menangisi biadab para pegawai pemerintah yang anggun dalam mencuri recehreceh rakyatnya. Moral dijual seribu tiga. Mereka mengenakan topeng-topeng khas cendekiawan yang seakan-akan bijak menyikapi persoalan. Ketika semua percaya, perlahan topengtopeng pencitraan itu dibuka. Jeleknya wajah terpajang, tapi semua orang sudah terlanjur percaya akan janji-janji manis yang dingiangkan. Mungkin juga pada suatu hari nanti Tuhan akan sanggup mereka bohongi. Kini mereka semakin menjadi. Dan aku menolak kalian dengan jalan kerusuhan kaum muda di Senayan.

Saat timah panas aparat menghujam tengkorakku yang lemah, mataku memejam seketika. Dalam sepenggalah detik, aku masih sempat mencerna: senyum kedua mata Ayah terlukis indah di hamparan aspal ibukota Jakarta. Apa rasanya mati tertembak, namun sesiapa menganggapnya tak bersebab? Ya, setidaknya itu cukup elegan bagimu. Kematianku tertutupi, tiada hukum, terlagi saksi.

Lima tahun pasca kematian Ayah, aku semakin tumbuh menjadi insan dewasa. Ada hal-hal yang kalian tak mengerti ketika ditinggalkan seorang kepala keluarga. Ada pula sesuatu yang tak kalian tahu mengapa aku masih sanggup berdiri menanggung beban hidup.

42

b o u l e v a r d 76

43


RESENSI

Oktober 2013

b o u l e v a r d 76

The Boy in the Striped Pajamas Oleh

: Pandu Hutagalung

Oktober 2013

RESENSI

b o u l e v a r d 76

Mau Kubilang Lantang. Atau Kupendam Dalam Diam, Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta Oleh : Arum Adiningtyas

Sutradara : Mark Herman Genre

: Historical drama

Pemain

: Asa Butterfield Zac Mattoon O’Brien Domonkos Nemeth Henry Kingsmill Vera Farmiga Cara Hor gan Zsuzsa Holl

Durasi

: 109 menit

The Boy in the Striped Pajamas merupakan film yang diadopsi dari novel bestseller berjudul sama karangan John Boyne pada tahun 2004. Film ini rilis pada 7 November 2009 mengisahkan Bruno, anak berusia 9 tahun yang hidup pada masa Perang Dunia di Berlin.

Shmuel dan keluarganya dibawa ke camp, terpisah satu sama lain dan dipaksa untuk bekerja di Auschwitz. Hampir setiap hari, Bruno dan Shmuel bertemu di tempat yang sama. Segera setelah mereka menjadi sahabat, mereka menyadari pada dasarnya mereka memiliki sifat yang sama tetapi dalam situasi berbeda: satu seorang Yahudi Polandia, yang lain seorang Jerman.

Bruno tinggal dalam keluarga dengan ayah seorang perwira tinggi yang promosi menjadi komandan. Bruno cemas, karena ia sekeluarga harus pindah ke rumah di dekat camp konsentrasi Auschwitz.

Ibu Bruno membujuk ayahnya untuk membawa mereka kembali ke Berlin, sementara ayah Bruno menetap di Auschwitz. Sebagai petualangan terakhir, Bruno setuju untuk berpakaian piyama bergaris-garis dan menyusup ke camp untuk membantu Shmuel mencari ayahnya yang hilang. Mereka tidak menemukan ayah Shmuel.

Rasa bosan dan ingin tahu mendorong Bruno untuk mengeksplorasi daerah sekitar. Sampailah dia melihat seorang anak berpakaian piyama bergaris duduk di sisi pagar berduri. Bruno memperkenalkan dirinya, dan berteman dengan Shmuel.

Ironis, mereka justru terjebak dalam sekelompok orang yang digiring oleh para prajurit. Mereka tidak bisa menghindar. Bruno dan Shmuel akhirnya masuk ke dalam ruang gas. Penulis mengakhirkan cerita dengan Bruno yang ketakutan dan memegang erat tangan Shmuel dalam gelap. []

“Meskipun suasana kacau, Bruno menemukan bahwa dia masih memegang tangan Shmuel dalam sendiri dan dunia tidak akan pernah membujuknya untuk membiarkannya pergi...”

Ia juga bertanya-tanya apakah Bapak Madiun masih menyimpan kenangan-kenangan mereka berdua seperti apa yang dilakukan Aryati. Aryati meminta bantuan Dokter Smile, dokter yang merawatnya, untuk menyampaikan pesan maaf untuk mantan suaminya yang tinggal di Madiun. Ada juga cerpen Separuh Mati bercerita tentang jatuh cinta pada memori. Buku kumpulan cerpen ini diakhiri dengan cerita Kagem Ibuk yang dapat membuat pembaca menitikkan air mata. Kumpulan cerpen ini menjadi persembahan Tasaro bagi penulis lainnya seperti Andrea Hirata (berupa cerpen Atarih) dan Dewi ‘Dee’ Lestari sebab Dee membangunkan energi berkisah bagi sang pemulis. Dalam kumpulan cerpen ini juga disisipkan beberapa lukisan karya Dredha Gora Hadiwijaya, pelukis kelahiran Tasikmalaya sebagai ilustrasi dan cover. Selamat menikmati cinta! []

Judul: Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta Penulis: Tasaro GK Tebal: 264 halaman Penerbit: Qanita (Mizan Grup) Tahun Terbit: Juli 2013 Format: Softcover Harga: Rp 69.000,00

Terdiri dari sembilan cerpen yaitu Puisi, Galeri, Roman Psikopat, Bukan Malaikat Rehat, Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta, Tuhan nggak Pernah Iseng, Separuh Mati, Atarih, dan Kagem Ibuk. Cerita dituturkan dengan ringan, tidak cengeng, dan ending yang tak terduga, penuh kejutan. Tiap cerpen juga memiliki gaya dan sudut pandang yang berbeda-beda mengenai cinta. Puisi bercerita tentang seorang wanita tua yang terbaring lemah di rumah sakit bernama Aryati. Aryati ingin meminta maaf pada mantan suaminya, Bapak Madiun karena terpaksa menceraikannya 50 tahun yang lalu.

-epilog The Boy in the Striped Pajamas 44

45


Oktober 2013

RESENSI

b o u l e v a r d 76

Oktober 2013

Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan b o u Kalasan l e v a r d 76 Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan

Artist : Shane Filan Judul : Everything to Me Waktu Rilis : 25 Agustus 2013 Produksi : Capitol Records

Everything to Me Oleh : Annisa Ferina Ramadhiani

tersebut dirilis secara resmi. Awalnya Filan tidak begitu percaya diri dengan lagu tersebut hingga perusahaan rekaman yang menaunginya mendengar lagu tersebut dan mengatakan bahwa lagu Everything to Me benar-benar luar biasa.

Siapa tak kenal dengan Westlife? Boyband asal Irlandia ini sudah 14 tahun berkarya di industri musik dunia hingga menghasilkan beberapa single nomor satu di dunia dan sempat beberapa kali meraih penghargaan Record of the Year melalui album-albumnya. Sayangnya, setelah boyband tersebut bubar di tahun 2012, kabar para personilnya tidak pernah terdengar lagi. Hingga pada tanggal 25 Agustus 2013 salah satu personilnya, Shane Filan, mengeluarkan debut single solonya yang berjudul Everything to Me ke pasaran. Shane memutuskan untuk bersolo karir dengan kembali dimanageri oleh Louis Walsh, mantan manager Westlife.

Everything to Me sendiri merupakan lagu yang bergenre pop. Iramanya yang riang, ringan, up-beat, dan easy listening mampu membuat lagu tersebut terngiang-ngiang selalu di telinga para pendengarnya. Selain itu, liriknya yang sederhana dan terdengar optimis juga mampu membuat pendengar menangkap maksud dari lagu tersebut hanya dengan satu kali mendengar dan mampu membuat hati pendengar menjadi riang dan jauh dari kesan ‘galau’. Mungkin awalnya banyak pendengar yang mengira bahwa lagu-lagu Shane Filan tidak akan terlepas dari bayang-bayang lagu Westlife yang kebanyakan bergenre Pop-Ballads. Namun lagu Everything to Me yang didominasi dengan nada-nada up-beat ini ternyata jauh sekali dari irama Ballads dan mampu memberikan warna tersendiri bagi karir solo Filan.

Lagu Everything to Me sebenarnya adalah salah satu lagu yang ada dalam mini album Shane Filan yang berjudul ‘You and Me’. Everything to Me dipilih sebagai single pertama dari beberapa lagu yang ada di dalam album tersebut. Album ‘You and Me’ sendiri rencananya akan dirilis pada tanggal 4 November 2013. Single kedua dari album tersebut yang berjudul ‘About You’ rencananya akan dirilis satu hari sebelum album ‘You and Me’ resmi dirilis, yaitu tanggal 3 November 2013.

Melalui single Everything to Me ini Shane Filan mampu membuktikan bahwa dengan tidak bersama Westlife pun ia mampu menghasilkan lagu yang bagus dan merajai beberapa charts di Inggris dan Irlandia. Video klip Everything to Me yang dirilis tidak lama setelah lagunya dirilis secara resmi pun banyak mendapat tanggapan positif dari para penggemarnya. Dengan dirilisnya album ‘You and Me’ November mendatang, Shane Filan berencana untuk memulai world tour nya pada bulan Maret tahun 2014 untuk mempromosikan album barunya tersebut. Tur ini akan menjadi tur pertama Filan tanpa Westlife. If life is like a jigsaw, where would you start? []

Everything to Me, yang berdurasi sekitar 3 menit 32 detik, merupakan lagu karya Shane Filan sendiri dengan dibantu oleh Nick Atkinson dan diproduseri oleh Martin Terefe. Begitu dirilis secara resmi, lagu tersebut langsung meledak di pasaran. Hal itu terbukti dengan diraihnya posisi nomor satu di iTunes Charts Irlandia oleh lagu tersebut hanya beberapa jam setelah lagu 46

Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan Kalasan

Ini space untuk iklan HIJAU RUANG KREASI


Oktober 2013

b o u l e v a r d 76


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.