Boulevard #77 - Mei 2014

Page 1

maret 2014

#77

5

1


maret 2014

#77

#77

VISI

maret 2014

Harapan bukanlah keyakinan bahwa hal-ihwal akan berjalan baik, melainkan rasa pasti bahwa ada sesuatu yang bukan hanya omong kosong dalam semua ini, apa pun yang akan terjadi akhirnya -- Havel

Harapan selalu hadir ketika pemilihan rektor baru akan dilaksanakan. Ya, harapan untuk sesuatu yang dianggap ideal oleh mahasiswa. Apalagi selama ini masih ada anggapan bahwa rektorat tidak selalu pro mahasiswa. Dengan hadirnya pemimpin baru mahasiswa pun berharap agar nantinya rektor terpilih dapat lebih ‘bersahabat’ dengan mahasiswa. Kondisi ini pula yang terjadi empat tahun lalu ketika Akhmaloka terpilih menjadi Rektor ITB. Semua berharap akan kondisi ITB yang lebih baik dibanding dengan kondisi pada era Djoko Santoso. Masalah klasik seperti kurang terbukanya rektorat akan sebuah keputusan yang melibatkan mahasiswa diharapkan berubah pada era Akhmaloka. Kini era kepemimpinan Akhmaloka pun sudah hampir habis. Dengan berbagai prestasinya yang terbilang cemerlang seperti diresmikannya ITB Jatinangor, banyaknya program studi yang telah terakreditasi internasional, dan rencana pembangunan fasilitas baru di ITB Ganeca, tetapi tetap saja masih ada yang mengganjal apabila masalah sosialisasi dengan mahasiswa masih belum terjawab. Sepertinya masalah klasik seperti ini memang sulit terselesaikan. Lalu bagaimana mahasiswa menyingkapinya? Ya, yang penting mahasiswa telah berusaha. Toh, mahasiswa juga tetap harus mengikuti aturan kan? Lagi pula rektorat bukan tidak mendengar, tetapi keputusan final memang bukan di tangan kita. []

Cover Story Ragam Warna Akhmaloka Mempresentasikan masa kepemimpinan Akhamloka di ITB yang penuh warna ilustrasi cover:Anas Zakaria

5

2

5

3


maret 2014

#77

maret 2014

#77

.

Daftar Isi

24

7

KILAS Indonesia Student Mining Competition Bismegaplex MCF-MMC ITB 2014 MARS 2014

11

KAMPUS

Transnangor 365 hari Kabinet Pelita Muda AMI 2014 Aktivis Online Menengok Mentawai Daya Tarik Karir Masa Muda di ITB

39 KENCAN

Iwan Pranoto: Dunia Maya, Kritikus, Pendidikan Indonesia

LAPORAN UTAMA Empat Tahun dan Perpanjangan Waktu Unjuk Kerja Akhmaloka dalam Empat Tahun Akhmaloka di mata mahasiswa Rektor ITB dari masa ke masa

41

SASTRA

Surat Sakit Untuk Kekasihku

22 GALERI

5

4

44

RESENSI Film: Her Musik: Visualis-The Changcuters Buku: The Cuckoo’s Calling-J.K. Rowling

5

5


maret 2014

#77

#77

KILAS

maret 2014

Indonesia Student Mining Competition

Pemimpin Umum Idham Padmaya Mahatma Pemimpin Redaksi Annisa Ferina Rahmadhiani Staf Redaksi Aisya Putri, Anisah, Annida Ferani Ramadhiani, Azifa Risalati, Dzikra Yuhasyra, Hasna Alfitra Rizki, Hellen Putri Kusumasari, Huda Al Hakim, Ichwan Fakhrudin, Intan Ganura, Ivanie Destila, Lathifah Zahratul J., Lisa Santika Onggrid, Margareta Vania Stephanie, Maryam Zakkiyah, Millatul Khasanah, Muhammad Fidel Adriana, Muhammad Iqbal Tawakal, Nurani Istiqomah, Nurina Maretha Rianti, Raisa Zuhria Safitri, Razki Rahadian Sugiarto, Rio Harapan Pangihutan, Rizqa Amelia Zunaidi, Riyani Jana Yanti, Rohmah Nasada Tuita, Siti Fatima, Sosiana Dwi Ningsih.

Himpunan Mahasiswa Tambang (HMT) ITB menggelar acara ISMC, Indonesia Student Mining Competition ke-9 dan South East Asia Student Mining Competition (SEASMC) yang pertama. Kompetisi tambang se ASEAN ini dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 9 Februari 2014. Acara ini terdiri dari berbagai rangkaian seperti Field Trip, Safety Class, Lab Tour, Expo, Paper Kontes, dan Kompetisi itu sendiri.

diadakannya acara ini adalah untuk mengukur kompetensi mahasiwa tambang di seluruh Indonesia dan untuk mengetahui kemampuan lawan. “Acara ditutup dengan pengumuman pemenang. Dari 13 kompetisi, juara umum 1 diraih oleh Institut Teknologi Bandung yang mendapat 5 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Kemudian disusul oleh Universitas Mulawarman di posisi kedua dan Universitas Sriwijaya di posisi ketiga,” terang Alfons diakhir pembicaraan. [hellen]

Alfonsus Liguori Wahyu Wardana, Ketua ISMC 9 & SEASMC 1, mengatakan bahwa acara ini adalah acara yang rutin diadakan setiap 2 tahun sekali sejak tahun 1998. Acara yang semula hanya ditujukan kepada mahasiswa tambang di Indonesia, tahun ini mulai diperluas menjadi tingkat Asia Tenggara. Rangkaian acara ini sebenarnya sudah dimulai sejak seminggu sebelumnya yaitu sekitar Januari akhir, HMTITB mengadakan roadshow di Car Free Day untuk menginformasikan acara ini kepada masyarakat luas.

Redaktur Artistik Khalilan Lambangsari Staf Artistik Afifah Husnul Alimah, Agita Ratna, Agus Muhamad Maulana, Amri Ramadhan, Anas Zakaria, Arum Adiningtyas, Candra Kusumarahadi, Johan Iswara, Pandu Hutagalung

Staf Perusahaan Ali, Anandya Saraswati, Arsy Karima Zahra, Effie Farida, Muhammad Izzuddin Prawiranegara, Rahmasari Noor Hidayah, Rizki Nur Fitriansyah, Rizky Rahmany, Syaiful Bahri, Winda Intan Sari

Latar belakang para peserta mengikuti acara ini bermacam-macam. Adi Prayitno dari Institut Teknologi Adhitama Surabaya memiliki alasan tersendiri. Ia mengatakan bahwa tujuan mengikuti kompetisi ini untuk mencari pengalaman baru. Ia juga mengatakan bahwa peralatan di ITB sudah lengkap sehingga bisa menambah pengetahuannya dan teman-teman mengenai peralatan tambang.

Gedung Eks UPT Olahraga Lt. 2 Jalan Ganeca 10 Bandung 40132 Email :mail@boulevard.com website :http://www.boulevarditb.com Twitter :@boulevarditb iklan :Faiz (0857 803 804 07) ISSN :08546703

Seperti yang diungkapkan oleh ketua panitia yang mengibaratkan acara ini sebagai pesta terbesarnya mahasiwa tambang di Indonesia, maka tak heran bila pengunjung yang datang kebanyakan adalah mahasiswa atau alumni Teknik Pertambangan. Namun bukan berarti masyarakat luar tidak bisa berpartisipasi dalam acara ini. Karena acara Expo -yang berisi pameran edukasi mengenai tambangsebenarnya bertujuan agar masyarakat lebih paham mengenai pertambangan. Tujuan lain

Pemimpin Perusahaan Akhmad Syaifullah Faiz

5

suasana ISMC

5

7


maret 2014

KILAS

#77

Bismegaplex Bioskop di dalam Bus

Bekerjasama dengan pemilik copyright-nya, Bismegaplex sengaja diadakan di tempat ramai seperti Braga Culinary Night. Selain itu, Bismegaplex juga tidak menarik biaya masuk dan memberikan popcorn gratis untuk menemani pengunjung menonton. “Kita targetnya buat masyarakat umum, biar bisa nonton film indie bareng-bareng di dalam bis, makanya kita pilih Braga Culinary Night” kata Ishi, Ketua Ganffest 2014.

Sabtu, 8 Februari 2014, sebuah kendaraan besar singgah di Braga Culinary Night. Para pengunjung yang penasaran mengular antri dengan sabar. Balon-balon dan spanduk yang bertuliskan Ganffest mewarnai suasana di sekitar kendaraan tersebut itu.Malam itu, sebuah bis menjadi pusat acara yang diselenggarakan oleh Liga Film Mahasiswa ITB, yaitu Bismegaplex. Seperti namanya, dalam acara Bismegaplex ini, sebuah bis disulap menjadi bioskop mini. Bismegaplex ini adalah Pre-event dari acara yang diselenggarakan oleh LFM ITB, yaitu Ganesha Film Festival, atau biasa disingkat Ganffest. Di Bismegaplex ini, pengunjung dapat menikmati berbagai film indie yang ditayangkan secara berkala. Sekitar pukul 18.00, pengunjung sudah ramai mengantri di depan Bismegaplex. Setiap kurang lebih 45 menit, sebanyak 42 kursi diisi oleh pengunjung yang bergantian menikmati bioskop mini tersebut. Sekat yang dipasang di dalam bis lebih memberikan suasana bioskop kepada pengunjung.

Braga Culinary Night benar-benar diramaikan Bismegaplex malam itu. Kecuali saat istirahat, Bismegaplex tidak pernah sepi pengunjung. Seluruh kursi bis selalu terisi penuh setiap sesinya. Pengunjung juga tampak puas ketika keluar dan menerima balon yang dibagikan oleh panitia di pintu keluar. “Bagus, suasana di dalemnya, gelap-gelap gitu. Terus filmnya menarik” ujar Cahya, salah satu pengunjung Bismegaplex. “Kekurangannya, tempat duduknya kurang banyak, jadi kalau abis nonton harus gantian sama yang lain, jadi ga bisa nonton semuanya” ujarnya.[Fidel]

Film-film yang ditayangkan pada bismegaplex adalah film yang masuk ke dalam official selection Ganffest 2012. Namun, beberapa karya dari Liga Film Mahasiswa juga ditayangkan di Bismegaplex ini. Film-film seperti Sianying, Teru-teru Bozu, Love Paper, Miskalkulasi, dan film-film lainnya secara bergantian menghibur para pengunjung Bismegaplex.

5

8

#77

KILAS

maret 2014

Pameran Karya MCF-MMC ITB 2014 Acara dwitahunan yang telah digelar sejak 2002 ini memiliki misi yang besar. Sesuai dengan tagline-nya yakni “Indonesia Bermatematika”, acara ini memiliki misi untuk mensosialisaskian matematika kepada khalayak umum. ”Kehidupan sehari-hari kita itu sebenarnya bisa dimodelkan”, tutur Santa (MA’10), salah seorang panitia pameran. Kemudian ia menambahkan bahwa matematika juga berperan aktif di bidang sosial, misalnya proyek alat bantu bagi tuna rungu yang kini tengah dikembangkan oleh Mahasiswa Matematika ITB. [Ichwan]

Sabtu, 15 Februari 2014 lalu, terlihat beberapa poster warna-warni tertempel rapi di dinding galeri Campus Center Timur ITB. Sementara di sampingnya berjajar meja-meja pameran yang berisi permainan matematika edukatif. Satu diantaranya ialah Googola, sebuah permainan kartu untuk semua umur karya alumni Matematika ITB yang berbasis operasi hitung dasar matematika. Pada hari tersebut, dihelatlah Pameran Karya yang merupakan rangkaian dari MCF-MMC (Mathematical Challenge Festival-Mathematics Modelling Competition) 2014. Sebuah acara yang diselenggarakan oleh Himatika ITB bekerja sama dengan Kelompok Keahlian Matematika Industri dan Keuangan FMIPA ITB. Diantaranya adalah kompetisi pemodelan matematika untuk siswa SMA dan mahasiswa, kompetisi esai, seminar, dan pameran karya. Perlu dicatat bahwa kompetisi ini merupakan yang pertama kali dibuka untuk kalangan mahasiswa di Indonesia.

5

9


maret 2014

KILAS

#77

#77

LAPORAN UTAMA

maret 2014

MARS : Kemandirian dalam Teknologi Grand Seminar “Riset dan Teknologi Otomotif untuk Indonesia Mandiri” merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian acara MARS (Mechanical Act for Society). MARS sendiri merupakan acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Mesin Institut Teknologi Bandung. Selain seminar, HMM juga mengadakan beberapa acara lainnya dalam rangkain MARS yaitu Engine Tune Up untuk sepeda motor dari produsen Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki, Panggung Rakyat yang akan diisi oleh Band Lokal bandung serta dari unit kesenian ITB dan pameran teknologi mobil listrik.

Grand Seminar MARS juga menghadirkan mereka yang berkecimpung di bidang Teknologi Kendaraan Listrik. Mereka adalah Dasep Ahmadi, pengembang Mobil Listrik yang juga merupakan alumni Teknik Mesin ITB dan Mario Rivaldi Direktur Betrix Sepeda Listrik, seorang engineer lulusan University of Manchester.

Andreas Santo Pen, sebagai ketua panitia MARS menuturkan, “MARS merupakan bentuk dari perwujudan misi HMM yaitu “HMM ITB yang komunikatif, efektif, produktif dalam berkarya untuk masyarakat”. Acara ini juga menargetkan pengunjung sebanyak 2000 orang, bukan hanya dari Mahasiswa ITB semata, namun juga dari masyarakat sekitar, dan masyarakat Bandung pada umumnya. Grand Seminar yang berlangsung pada 15 Februari 2014 tersebut, yangdiadakan di Aula Barat ITB, menghadirkan 5 pembicara. Salah satunya Santosa Yudho Warsono, Wakil dari Menteri Riset dan Teknologi. Dalam materinya ia memaparkan mengenai kepentingan ketahanan teknologi Nasional. Ia juga menyampaikan bahwa kita tidak boleh bergantung dari luar.

10

Salah seorang peserta seminar Cristio Rapi yang merupakan mahasiswa Matematika ITB menuturkan bahwa seminar ini cukup bagus dan menarik. Cristio juga menuturkan bahwa dengan adanya pemateri yang berasal dari beragam bidang keahlian, dapat mengetahui perkembangan Teknologi Kendaraan Listrik. Hal senada juga disampaikan Abiyu, mahasiswa Geodesi ITB. Melalui MARS Abiyu mendapat informasi mengenai Technopreneur. [rio]

5

Empat Tahun & dan

Perpanjangan Waktu dok.internet

Mario Rivaldi dalam kesempatannya berbicara didepan peserta seminar menyampaikan pengalamannya dalam mengembangkan Betrix, sebuah merek motor listrik yaitu dalam pendaftaran HAKI. Ia menyampaikan, kalau mendaftar HAKI itu cukup mudah dan berusahalah untuk tidak melalui bantuan orang lain. Cukup dengan menyiapkan dokumen teknis yang cukup jelas tentang temuan kita, lalu menyerahkannya ke Dirjen HAKI di Kementerian Hukum dan HAM. Sementara Dasep Ahmadi, yang berhasil membuat mobil listrik yang handal, menyampaikan mengenai kebijakan pemerintah yang saling tumpang tindih antar kementerian serta kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada pengembangan teknologi mobil listrik.

5

11


maret 2014

LAPORAN UTAMA

#77

Oleh : Annisa Ferina Ramadhiani

(

Tak terasa empat tahun telah berlalu. Amanah yang telah diemban sejak tahun 2010 pun seharusnya sudah hampir habis. Namun tanpa disangka amanah tersebut harus diperpanjang. Dengan adanya status baru ITB periode jabatan pun harus diperpanjang hingga sang rektor baru dilantik.

)

“Masa jabatan saya seharusnya berakhir 19 Januari lalu,” tutur Akhmaloka ketika diwawancarai di ruang kantornya. “Tetapi sekarang diperpanjang hingga pelantikan rektor ITB yang baru,” tambahnya.

perlu waktu sekitar enam sampai tujuh bulan hingga rektor baru tersebut dilantik. “Kirakira masa jabatan saya diperpanjang hingga akhir tahun ini atau awal tahun depan,” ujar Akhmaloka.

Perpanjangan jabatan rektor seiring dengan belum terbentuknya Majelis Wali Amanat (MWA) ITB yang beberapa tahun yang lalu sempat dibubarkan. Pembentukan MWA ITB kembali menurut Akhmaloka karena perubahan status ITB yang sejak 2013 lalu menjadi Badan Hukum. Pemilihan rektor akan dilakukan oleh MWA, oleh karena itu sebelum pemilihan dilaksanakan maka MWA harus lebih dahulu terbentuk.

Perjalanan selama empat tahun menjabat “Banyak yang mengatakan bahwa saya ini adalah rektor transisi,” tutur Akhmaloka. Transisi di sini bermaksud kepada seringnya ITB berganti-ganti status pada saat periode kepemimpinannya. ITB pernah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Perguruan Tinggi Pemerintah (PTP), Badan Layanan Umum (BLU), hingga pada akhir tahun 2013 kemarin ITB berganti status menjadi Badan Hukum.

Pada akhir tahun 2013 lalu keluar PP Nomor 65 Tahun 2013 tentang Statuta ITB. Statuta tersebut berisi agar tidak ada kekosongan jabatan dan tidak ada kekosongan hukum. Dalam statuta dikatakan bahwa senat akademik dan rektor yang menjabat saat itu jabatannya diperpanjang hingga terpilih senat akademik baru dan rektor yang baru telah dilantik.

Menurut Akhmaloka meskipun berganti-ganti status namun ia bisa mengatasinya dengan cukup baik. Begitu pula menurut Kadarsah, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan. Kadarsah mengatakan bahwa Akhmaloka tetap dapat menciptakan atmosfer keseimbangan intelektual mahasiswa meskipun pada saat itu status ITB terus berubah-ubah.

Diperpanjang hingga kapan?

Atmosfer keseimbangan intelektual mahasiswa yang dimaksud oleh Kadarsah adalah keseimbangan porsi antara kegiatan akademik dan kegiatan pengembangan soft skill bagi mahasiswa ITB. Hal ini menurut Kadarsah terbukti dari kenaikan IPK rata-rata mahasiswa ITB setiap tahunnya dan acara yang dibuat mahasiswa yang jumlahnya jika dirata-ratakan mencapai dua sampai tiga acara dalam satu hari.

“Senat akademik sudah terpilih 10 Januari yang lalu,” ujar Akhmaloka. Dengan adanya senat akademik baru maka senat akademik akan segera membentuk MWA ITB. “Maksimal sudah diusulkan tanggal 10 April itu MWA nya,” tambah Akhmaloka. Jika MWA sudah terbentuk maka paling lambat enam bulan setelahnya harus mulai dilaksanakan pemilihan rektor baru. Pemilihan rektor sendiri

5

12

#77

LAPORAN UTAMA

Tetapi tidak begitu menurut Derian, ketua tim MWA Wakil Mahasiswa ITB. Dengan berubahnyaubahnya status ITB dan menyebabkan MWA dibubarkan maka hal tersebut menyebabkan akses MWA WM ke rektorat menjadi sangat terbatas. Hal ini menyebabkan komunikasi antara mahasiswa dengan pihak rektorat pun menjadi terbatas.

maret 2014

mahasiswa dan pengambilan keputusan. Namun ia menghargai sikap mahasiswa yang selalu kritis dan ingin tahu. “Saya juga dulu pernah seperti itu (jadi mahasiswa),” ujarnya. Ketika ditanya apakah ia sudah puas dengan kepemimpinannya selama ini ia menjawab bahwa ia merasa biasa saja. “Kesulitan pasti ada, pleasure juga ada. Tetapi insya Allah semuanya sudah diatasi dengan baik,” tutur Akhmaloka.

Namun Akhmaloka juga mengakui bahwa dengan status yang berubah-ubah maka pasti ada beberapa rencana yang tidak dapat dijalankan karena terbentur peraturan. “Tetapi banyak juga yang sudah dilakukan selama empat tahun ini,” ujar Akhmaloka. Menurut Akhmaloka pada saat periode kepemimpinannya cukup banyak hal baru yang ia bawa. Di antaranya yaitu penghapusan Ujian Saringan Masuk (USM) ITB karena dianggapnya bahwa dengan adanya USM maka mahasiswa yang berhasil masuk ke ITB menjadi tidak merata. Menurutnya USM menjadikan ITB bukan milik seluruh wilayah di Indonesia. Lalu pada saat periode kepemimpinannya ITB juga tengah gencar-gencarnya mencanangkan program World Class University. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin banyaknya program studi-program studi yang terakreditasi internasional.

Lalu bagaimana rektor yang dibutuhkan ITB saat ini? “Rektor yang bisa melihat keadaan ITB seperti apa. Situasi ITB sekarang sudah lebih baik. ITB sudah respected. Saat ini ITB itu world class tapi local content,” pungkas Akhmaloka. []

Banyak yang mengatakan bahwa saya ini adalah rektor transisi

Tetapi menurut Akhmaloka pengakreditasian program studi – program studi tersebut bukan untuk membuat ITB sebagai World Class University, “Karena sebenarnya we are world class university, kita sudah disegani,” katanya. “Dengan adanya akreditasi internasional maka orang akan semakin percaya.”

-Akhmaloka

Selain itu, saat periode kepemimpinannya Akhmaloka banyak melakukan pembangunan sarana pra sarana di kampus. Mulai dari peresmian ITB Jatinangor hingga berbagai pembangunan di kampus Ganeca yang menyebabkan gerbang utara ditutup. Penutupan gerbang utara tersebut sempat menimbulkan gejolak di kalangan mahasiswa karena kurangnya sosialisasi dari rektorat pada saat itu. Menanggapi hal tersebut Akhmaloka menjawabnya dengan sebuah senyuman dan berkata bahwa dalam beberapa hal memang rektorat tidak bisa mengikutsertakan

5

13


maret 2014

LAPORAN UTAMA

#77

#77

LAPORAN UTAMA

Contohnya yaitu pemberlakuan uang kuliah tunggal (UKT) sebesar maksimal sepuluh juta rupiah per semester untuk mahasiswa angkatan 2013. Pemberlakuan UKT ini sempat membuat gejolak di kalangan mahasiswa ketika keluar pengumuman bahwa mayoritas mahasiswa yang mengajukan keringanan tetap harus membayar UKT antara delapan juta hingga sepuluh juta. Padahal pemilihan pembayaran UKT dapat sebesar empat ratus ribu rupiah, delapan ratus ribu rupiah, empat juta rupiah, delapan juta rupiah, dan sepuluh juta rupiah per semester. Namun menurut Akhmaloka rentang UKT dari empat ratus ribu hingga empat juta rupiah hanya untuk yang mengajukan beasiswa Bidik Misi. Apabila tidak mangejukan maka UKT yang harus dibayar dari rentang delapan juta hingga sepuluh juta rupiah.

Unjuk Kerja Akhmaloka dalam Empat Tahun Oleh : Risky Nur Fitriansyah dan Rio Harapan Pangihutan

keuangan ITB hanya sampai Direktorat Keuangan ITB saja,” tutur Akhmaloka. Dalam bidang pengembangan fasilitas hal yang paling menonjol selama empat tahun kepengurusan Akhmaloka adalah diresmikannya Kampus ITB Jatinangor. Sejak 2012 di kampus ITB Jatinangor telah berjalan kegiatan perkuliahan untuk beberapa program studi. Kampus ITB Jatinangor dibangun di tanah seluas 47 hektar dan pembangunannya menelan dana hingga satu trilliun rupiah. Keberadaan ITB Jatinangor ini sekaligus mengukuhkan status ITB menjadi universitas yang multikampus. Selain itu, di kampus Ganeca juga selama empat tahun ini ada beberapa pembangunan yang dilakukanSalah satunya yaitu pembangunan Lab Doping. Di samping itu, menurut Akhmaloka rencananya saat ini akan dilakukan pembangunan di tujuh titik kampus ITB Ganeca. Titik-titik tersebut di antaranya berada di dekat gerbang utara ITB, dekat gedung Teknik Perminyakan, dan di sekitar gedung SBM. Pembangunanpembangunan tersebut memang akan difokuskan di daerah utara ITB.

Akhmaloka menuturkan bahwa mungkin pada saat itu ada ketidaktahuan mahasiswa sehingga banyak yang mengajukan keringanan UKT hingga di bawah delapan juta rupiah padahal mereka tidak mengajukan beasiswa bidikmisi. Sehingga ketika diputuskan mereka mendapat UKT delapan juta rupiah banyak yang mengeluhkan tidak mampu untuk membayar. “Ya akhirnya mereka disubsidi juga pakai uang ITB,” tutur Akhmaloka. Uang ITB yang dimaksud yaitu beasiswa dari lembaga luar yang disalurkan melalui ITB.

S

elama kepemimpinan Akhmaloka, begitu banyak hal-hal dan kebijakan dalam berbagai bidang yang dihasilkan dalam pengelolaan Institut Teknologi Bandung. Hal-hal tersebut menyangkut berbagai macam kebijakan kampus, baik itu yang bersentuhan dengan mahasiswa secara langsung maupun tidak langsung bagi mahasiswa. Namun yang jelas beberapa perubahan tersebut sempat membuat pro kontra di kalangan mahasiswa. 5

13

maret 2014

Besarnya UKT yang mencapai angka sepuluh juta rupiah menurut Akhmaloka karena ketika dijumlahkan maka uang yang dihabiskan dalam satu semester memang kurang lebih sebesar itu. “Di universitas lain pun jika ditambah dengan iuran-iuran lain maka biaya satu semester pun bisa besar,” ujar Akhmaloka.

Dengan adanya pembangunan-pembangunan ini maka menurut Akhmaloka akan ada banyak jalan dan akses di kampus yang akan ditutup sementara demi kelancaran pembangunanpembangunan tersebut. Adapun pembangunanpembangunan tersebut menurut Akhmaloka akan berlangsung sekitar enam belas bulan. “Ketika pembangunan saya ingin area pembangunan benar-benar tertutup rapat sehingga tidak ada kontak antara mahasiswa dengan pekerja yang sedang membangun,” ujar Akhmaloka.

Perubahan dalam bidang keuangan yang barubaru ini dirasakan adalah permohonan bantuan dana kegiatan yang terbilang ketat dan harus secara rinci. Akhmaloka kembali menuturkan bahwa hal ini disebabkan karena status ITB telah berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Hal ini mengakibatkan seluruh uang yang ada di ITB adalah uang negara sehingga pertanggungjawabannya langsung kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia. Itulah yang menyebabkan seluruh dana kegiatan yang diajukan harus tertulis secara rinci di proposal sehingga ITB terkesan ketat dalam masalah pemohonan dan pencairan bantuan dana. “Padahal biasanya pertanggungjawaban

Selain itu beberapa waktu ke belakang juga Akhmaloka tengah gencar-gencarnya melakukan perbaikan dan revitalisasi gedunggedung yang ada di ITB. Salah satunya yang paling menarik perhatian adalah perbaikan atau yang disebut Caska, Kepala Seksi Non Kurikuler Lembaga Kemahasiswaan ITB, sebagai mengembalikan Aula Timur ke fungsi aslinya. Hal ini menyebabkan semua sekretariat unit yang bertempat di Aula Timur dipindahkan ke CC Barat. Saat ini sekretariat-sekretariat unit yang bertempat di gedung Eks MKOR juga akan mengalami pemindahan sementara seiring dengan akan dilakukannya pembangunan di area tersebut. Masih belum jelas ke mana

5

15


maret 2014

LAPORAN UTAMA

#77

LAPORAN UTAMA

“Untuk tahun 2014 rencananya ada beberapa program studi yang akan diakreditasi internasional,” ujar Kadarsah. “Di antaranya adalah program studi Teknik Sipil dan Teknik Perminyakan yang tahun ini (2014) sedang dipersiapkan untuk diakreditasi internasional oleh ABET.”

sekretariat-sekretariat unit ini akan dipindahkan sementara. Padahal menurut Akhmaloka bisa jadi bulan April gedung tersebut sudah harus dikosongkan. Menurut Rudy Hermawan Karsaman selaku Direktur Pengembangan ITB, sekretariatsekretariat unit yang ada di gedung Eks MKOR tersebut nantinya akan ditempatkan di gedung baru yang merupakan hasil pembangunan kembali dari gedung Eks MKOR.

Selain itu, Kadarsah juga menambahkan bahwa pada tahun ini akan ada beberapa program studi yang akan diakreditasi internasional oleh ASIIN. Di antaranya yaitu program studi Sains dan Teknologi Farmasi, Farmasi Klinik dan Komunitas, Biologi, Mikrobiologi, Matematika, Fisika, Teknik Material, dan Astronomi. Selain akreditasi internasional, program internasionalisasi yang lain menurut Kadarsah yaitu adanya student mobility dan staff mobility yang merupakan program pertukaran pelajar (student exchange) ataupun pertukaran staff ITB (staff exchange) ke luar negeri. Sebaliknya, ITB pun akan banyak menerima mahasiswa exchange dari luar negeri.

Dalam bidang akademik Akhmaloka menghapuskan jalur masuk ITB melalui Ujian Saringan Masuk (USM) ITB mulai tahun 2011. Hal ini menurutnya karena adanya USM menyebabkan ITB menjadi bukan milik seluruh wilayah Indonesia. “Kalau ada USM maka ada wilayah-wilayah di Indonesia yang tidak bisa menempatkan wakilnya di ITB karena masalah akses dan ketertinggalan pendidikan,” ujar Akhmaloka. Tetapi dengan adanya SNMPTN Undangan maka setiap daeah pasti akan menempatkan satu wakilnya di ITB. “Akan kita cari pelajar terbaik di daerah tersebut untuk masuk ke ITB,” tambahnya.

Selain itu, pada masa kepemimpinan Akhmaloka ITB juga telah melahirkan program studi-program studi baru. Di antaranya yaitu program studi Rekayasa dan Infrastruktur Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Air dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Program studi-program studi lainnya yang akan dikeluarkan yaitu di antaranya Ekonomi Pembangunan untuk SAPPK, Terapan Logistik untuk program S2 Teknik Fisikia, Arsitektur Lanskap untuk program S2 SAPPK, dan program studi Gempa Bumi dan Mitigasi Bencana.

World Class University memang sebuah program yang sejak dulu ingin dicanangkan oleh Akhmaloka. Hal itu pula yang selalu ia usahakan ketika empat tahun kepemimpinannya. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Kadarsah, saat ini ITB tengah gencar-gencarnya melakukan internasionalisasi. Tujuannya yaitu agar mahasiswa ITB ‘berstandard’ internasional. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan kebijakan bahwa minimal dalam satu fakultas harus ada satu program studi yang telah terakreditasi internasional.

5

maret 2014

Menteri Kebijakan Kampus, Lukki Priantomo (KL’ 09), menilai bahwa pada masa kepemimpinan Akhmaloka, yang lebih berperan justru wakil rektornya, “Seperti pada kasus geng motor yang terjadi beberapa waktu yang lalu, yang maju ya wakil rektornya.” Lukki juga menyampaikan kritik bahwa dalam memilih keputusan, rector masih kurang cepat dan terlalu banyak perhitungan. Selain itu, banyak keputusan yang diambil oleh tim dan diputuskan oleh rapim (rapat pimpinan). Contohnya, keputusan mengenai renovasi Aula Timur ITB. “Padahal, sistemnya nggak harus kayak gitu.”

AKHMALOKA DI MATA MAHASISWA

Lebih dekatnya wakil rektor terhadap mahasiswa juga dirasakan oleh Muhammad Derian Zachary (TM’ 09), Ketua tim MWA-WM. Ia berpendapat bahwa, di awal ia sangat mengapresiasi keterbukaan rektorat pada mahasiswa, terutama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi. “Ketika kita mengalami keterbatasan akses untuk mengadakan pertemuan dengan pejabat kampus, Pak Kadarsah justru dengan senang hati berdialog dan berdiskusi dengan mahasiswa. Beliau juga mengajak mahasiswa untuk mengikuti siding mengenai statuta ITB di Makhkama Konstitusi.” Keterbatasan akses tersebut menurut Derian dikarenakan pada saat masa kepemimpinannya sebagai ketua MWA-WM, MWA tidak ada dalam AD ART ITB.

Oleh : Annida Ferani Ramadhiani dan Muhammad Izzuddin Prawiranegara

Tahun 2010 lalu, Akhmaloka naik menjadi rektor. Melalui siding Majelis Wali Amanat, beliau resmi menjadi orang nomor satu di kampus ganeca. Kini, kepemimpinan itu akan kembali berganti. Tentunya, empat tahun masa kepemimpinan Akhmaloka meninggalkan berbagai kesan, terutama di mata para mahasiswa.

Hal serupa juga dikatakan oleh Menko Advokasi KM ITB, Aranti Adriarani (TL’ 09), atau biasa dipanggil Rani. Menurutnya hubungan mahasiswa dengan rektorat sudah cukup baik, terutama dengan Wakil Rektor Bidan gAkademik dan Kemahasiswaan. “Mungkin juga karena saya dan (mahasiswa) yang lainnya memang lebih banyak berhubungan dengan beliau, selain itu beliau juga senang diajak diskusi.”

Meskipun sudah cukup banyak hal yang dilakukannya selama kurun waktu empat tahun, Akhmaloka mengakui bahwa ada juga beberapa hal yang terpaksa tidak dapat dilakukannya. Tetapi ia enggan bercerita mengenai hal tersebut. Ia hanya berkata bahwa hal itu biasanya terbentur masalah peraturan dan status ITB pada saat itu. []

Hingga saat ini telah ada beberapa program studi yang terkareditasi internasional oleh lembaga akreditasi internasional. Contohnya program studi Teknik Elektro, Teknik Kimia, Teknik Fisika, dan Teknik Kelautan yang telah terakreditasi oleh ABET. Program studi Teknik Industri, Teknik Informatika, dan Teknik Lingkungan saat ini tengah menunggu proses akreditasi yang dilakukan oleh ABET. Selain itu ada pula program studi Kimia yang telah terakreditasi internasional oleh RSOC, Sekolah Bisnis dan Manajemen yang telah terakreditasi internasional oleh ABEST, Teknik Arsitektur yang telah terakreditasi internasional oleh KAABS, dan program studi Teknik Geodesi yang telah terakreditasi internasional oleh AUN QA.

16

#77

Berbicara mengenai kinerja rektorat selama empat tahun ke belakang ini, Derian berpendapat bahwa ITB sangat rapi dalam pengelolaannya, seperti pengelolaan dalam bidang keuangan maupun administrasi. “Pengelolaan keuangan dan administrasi di ITB cukup accountable dan transparan, apalagi jika dibandingkan dengan universitas lain. Pak Akhmaloka sangat hati-hati dalam tandatangan.” Namun, Derian juga menambahkan bahwa ada satuhal yang sangat disayangkan, yaitu kurangnya

5

17


maret 2014

LAPORAN UTAMA

keterlibatan rektorat dengan mahasiswa. Lukki juga menyinggung kurangnya kedekatan pihak rektorat, terutama Akhmaloka, dengan mahasiswa.“Saya kalau sehari-hari jarang melihat Pak Akhmaloka ngapain gitu di kampus, seperti misalnya jalan-jalan ke prodi.”

Begitu pula dengan yang disampaikan oleh Lukki, menurutnya track record Akhmaloka selama menjadi rektor cukup baik, tetapi tidak fantastis. “Gaya kepemimpinan Pak Akhmaloka kurang pas untuk seorang rektor. Untuk dekan fakultas oke lah, tapi kalau untuk rector masih kurang.” Ia juga menambahkan bahwa Akhmaloka banyak terbantu oleh adanya Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan. “Keberjalanan rektorat selama di bawah kepemimpinan Pak Akhmaloka jika diberi nilai maka saya memberikan BC, nggak ngulang tapi nggak fantastis.” Mau tidak mau, masa kepemimpinan Akhmaloka memang akan segera berakhir. Akan tiba saatnya untuk menyambut pemimpin baru. Mungkinkah akan ada ‘Jokowi’ lain yang akan memimpin kampus ganeca dan memenuhi kriteria ideal yang distandardkan olehmahasiswa?[]

LAPORAN UTAMA

maret 2014

Testimoni Oleh : Idham Padmaya Mahatma

“Pak Akhmaloka orangnya sederhana, cuek, dan tidak neko-neko. Misalnya menjalankan acara-acara yang ada di ITB dengan sederhana. Contohnya acara Dies Natalis ITB. Selain itu Pak Akhmaloka juga setiap akhir pekan selalu olahraga dan jalan-jalan di ITB. Masa kepemimpinan Akhmaloka itu ITB adem ayem.”

“Pak Akhmaloka siapa? Maaf saya kurang tahu.” -Wahyu

-Sukirno

Cleaning service CC Barat

Satpam Gerbang Utara ITB

“Akhmaloka itu

“Keberjalanan

rektorat selama di bawah kepemimpinan Pak Akhmaloka jika diberi nilai maka saya memberikan BC, nggak ngulang tapi nggak fantastis.

-Lukki

dari instruksi menjadi eksekusinya masih harus diperbaiki. ”Sedangkan menurut Rani, sosialisasi tentang kebijakan baru pada mahasiswa biasanya hanya melalui surat yang diedarkan ke tiap-tiap lembaga. Hal ini dinilai Rani kurang efektif. “Seharusnya, dalam melakukan sosialisasi kebijakan dapat lebih melibatkan bantuan dari mahasiswa,” tuturnya.

Siapa?” “Akhmaloka berhasil menciptakan keseimbangan intelektual mahasiswa. Pada masa kepemimpinan Akhmaloka terjadi keseimbangan antara pengembangan soft skill dan akademik mahasiswa. Selain itu, saya rasa sebagai rektor yang menjalani masa transisi ITB, Pak Akhmaloka sudah menjalankannya dengan cukup baik. Hal itu terbukti dengan beberapa pengembangan infrastruktur yang telah ia buat seperti pembuatan dan peresmian ITB Jatinangor. Serta dalam bidang akademik juga ITB mengalami beberapa kemajuan seperti contohnya beberapa program studi yang telah terakreditasi internasional.”

“Akhmaloka itu orangnya baik. Mau mendengarkan masukan. Mau mendukung mahasiswanya dalam berkarya.” Tando Linggar Bumi

Disinggung mengenai apakah kepemimpinan Akhmaloka sudah cukupbaik, Derian berpendapat bahwa selama ini dalam kepemimpinan Akhmaloka tidak ada kebijakan yang secara signifikan merugikan mahasiswa. Sama seperti yang diutarakan oleh Rani, “Dibawah

Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

5

18

#77

kepemimpinan Pak Akhmaloka ITB ya aman-aman saja, tapi tidak terasa perubahan drastis, tidak seperti Jakarta yang ketika dipimpin oleh Jokowi langsung terasa perubahannya.”

Hal yang sedikit berbeda diutarakan oleh Aryo (Meteorologi 2010) Bendahara MWA WM, menurtnya Akhmaloka sudah cukup dekat dengan mahasiswa. Buktinya saja, Beliau pernah mengadakan open house yang turut mengundang para mahasiswa untuk bertamu ke rumahnya. Aryo juga mengatakan bahwa sebenarnya mahasiswa bisa bertanya mengenai apa saja dari Akhmaloka saat open house, namun kebanyakan mahasiswa hanya sekadar silaturahmi dan makan-makan saja saat datang ke acara tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Derian, justru rektorat pun terkadang mempertanyakan ke mana suara mahasiswa. “Seperti saat UTS TPB dipindah ke hari Sabtu, rektoratmencari suara mahasiswa, karena tentunya jika UTS diadakan pada hari Sabtu maka akan mengurangi porsi pengembangan soft skill.” Namun, yang perlu diperbaiki oleh rektorat menurut Aryo adalah masalah sosialisasi ketika ada kebijakan. “Contohnya ketika dilakukan pembersihan sekre secara mendadak beberapa semester yang lalu. Hal tersebut tentu menyulitkan bagi himpunan dan unit. Sosialisasi kurang mulus, kurang bagus,

#77

Kepala Biro Komunikasi Kabinet KM ITB 2013-2014

dan

Informasi

5

19


LAPORAN UTAMA

maret 2014

REKTOR ITB

DARI KE

1959 1964

MASA

Sejak didirikan pada tahun pada 1920 ,saat itu masih bernama Technische Hogeschool,sampai saat ini, ITB sudah mengalami beberapa kali periode kepemimipinan. Terhitung sejak 1920 sudah sekitar 28 kali kampus ini mengalami pergantian kepemimpinan.Namun, jika dihitung sejak namanya berubah menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1959 lalu, pergantian rektor terjadi sebanyak sebelas kali. Di antara era-era kepemimpinan rektor tersebut, ITB pernah juga dipimpin oleh pejabat sementara (PJS), tim presidium dan juga rektorium. Berikut ini nama-nama tokoh yang pernah menjabat sebagai rektor ITB

Menjabat sebagai rektor ITB sejak 1 november 1959. Sebelum beliau menjabat, tugas-tugas administrasi penyelenggaraan ITB sejak ITB diresmikan tanggal 2 Maret 1959 dilakukan oleh tim presidium yang dipimpin oleh Prof. Ir. Soemono dengan beranggotakan Prof. Ir. Goenarso, Prof. Dr. Djuhana Wiradikarta, Prof. Ir. Soetedjo dan Prof. Dr. Ir. R. M. Soemantri sebagai panitera.

mulai

1978 1980

1980 1988

Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME

Prof. Hariadi Paminto Soepangkat, Ph.D.

1997 2001 Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. dilantik pada tanggal 7 Maret 1997. Beliau terkenal memiliki prestasi akademik yang sangat cemerlang hal ini dapat terlihat dari predikat Gouden Jubileum Prijs (mahasiswa terbaik ITB) tahun 1972 dari Yayasan TH (Indonesia-Belanda) yang pernah diraihnya.

5

Pada masa kepemimpinan Prof. Hariadi Paminto Soepangkat, Ph.D., tepatnya pada tahun 1984. Fakultas Seni Rupa dan Desain resmi berdiri. Beberapa program studi seperti Teknik Geologi serta Teknik Informatika juga dibangun. Tidak hanya itu, pusat antar universitas atau yang sekarang lebih dikenal dengan PAU juga dibangun pada periode kepemimpinan Prof. Hariadi. Beliau juga merupakan pelopor pameran karya-karya mahasiswa FSRD yang terus berkembang hingga kini.

2001 2005

Dr. Ir. Kusmayanto Kadiman Dilantik pada tanggal 10 November 2001,Kusmayanto merupakan Rektor ITB yang pertama kali terpilih,sejak status kampus ini berubah menjadi BHMN pada 26 December 2000. Saat sedang menjabat sebagai rektor ITB, yakni pada tahun 2004, Ia dipercaya oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dalam kabinetnya. sehingga Ia pun harus melepaskan jabatannya sebagai rektor ITB, meskipun periode kepemimipinannya saat itu belum berakhir. Kusmayanto berpendapat bahwa jabatan menteri adalah suatu amanah yang lebih besar daripada jabatan rektor yang tengah ia pegang saat itu. Pada saat itu beliau digantikan oleh Prof. Ir. Adang Surahman, M.Sc., Ph.D. sebagai penanggung jawab sementara (PJS).

maret 2014

1964 1965

1965 1969

Ir. R. Oekar Bratakoesoemah

Letkol Ir. Koentoadji

Dilantik pada tanggal 14 April 1964. Beliau menjabat sebagai rektor Institut Teknologi Bandung, hanya selama 10 bulan , yakni hingga 22 Februari 1965. Periode kepemimpinannya merupakan periode tersingkat kepemimpinan rektor di ITB.

Sejak berganti nama menjadi ITB, Letkol Ir. Koentoadji merupakan rektor pertama yang berasal dari kalangan militer

jabatan Bapak Alisjahbana diserahkan kepada Rektorium yang diketuai oleh Dr. Soedjana Sapi’ie

1988 1997 Menjabat sebagai Rektor ITB selama 2 periode. Saat menjabat sebagai rektor ITB, ia tidak segansegan menskors dan mengeluarkan mahasiswa yang berdemonstrasi. Sedikitnya 12 mahasiswa dikeluarkan dan 61 mahasiswa diskorsing karena kebijakannya selama menjabat sebagai rektor ITB.

LAPORAN UTAMA

#77

Prof. Ir. R. O. Kosasih

Oleh : Azifa Risalati

20

#77

1969 1976

1976 1978

Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja Masa kepemimpinan Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja saat itu bertepatan dengan kondisi kampus yang dinamis, banyak gerakan mahasiswa yang terjadi dan juga kritik-kritik sosial yang dilakukan Dewan Mahasiswa ITB, Pada saat itu Doddy dapat menjembatani kedua belah pihak, dia dapat mengayomi mahasiswanya namun tetap bisa menjalankan kebijakan pemerintah yang harus dilaksanakannya selaku pemimpin ITB. Pada tahun 1978 dinamika kampus ITB mencapai puncaknya dengan dikeluarkannya pernyataan DM ITB: “tidak mempercayai & tidak menghendaki pencalonan kembali Suharto sebagai Presiden RI” dan “Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB 1978”. Kampus ITB ditutup dan diduduki militer, Prof. Iskandar Alisjahbana diberhentikan dari jabatannya selaku Rektor ITB dan menyerahkan kepemimpinannya kepada Rektorium (16 Februari 1978).Namun kemudian Rektorium ini juga harus mengakhiri tugasnya dan Prof. Doddy yang pada saat itu menjabat sebagai Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diberi tugas sebagai Pejabat Sementara Rektor ITB pada periode 30 Mei 1979 - 22 November 1980.

Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisjahbana Rektor yang dilantik 7 Desember 1976 ini diberhentikan dari jabatannya sebelum periode kepemimpinanya berakhir. Hal ini terajadi karenaia dianggap mendukung aksi demonstrasi mahasiswa, yang melancarkan protes kepada pemerintah pada masa itu.

2005 2010 Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. Dilantik sebagai Rektor ITB pada tanggal 29 Januari 2005, Pada masa jabatannya, ITB pernah mengalami kejadian buruk berupa meninggalnya salah satu peserta OS (Orientasi siswa) dari sebuah himpunan. Akibat kejadian ini rektorat memutuskan untuk membekukan seluruh kegiatan himpunan tersebut dalam rentang waktu tak terbatas serta memberhentikan kaprodi yang bersangkutan pada saat itu.

2010 2014

?

Prof. Akhmaloka, Ph.D. Dilantik pada tanggal 29 Januari 2010. Pada era kepemimpinannya status ITB yang sebelumnya merupakan perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), diubah menjadi perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pada periode kepemimipinanya pula ITB meresmikan kampus di Jatinangor serta menghapus jalur seleksi mandiri dari penerimaan mahasiswa sarjana sejak 2011 lalu. Pada masa kepemimpinan Akhmaloka pula ITB menghapuskan uang pangkal dan menerapkan BPPS sebesar maksimal 10 juta per semsester.

5

21


maret 2014

#77

5

maret 2014

#77

5


maret 2014

KAMPUS

#77

#77

KAMPUS

maret 2014

Oleh: Nurani Istiqomah dan Nurina Maretha Rianti Mimpi KM ITB untuk membuat sarana transportasi yang mudah dan murah untuk para mahasiswa ITB Jatinangor akhirnya terwujud. Setelah 2 tahun menanti, kini lahirlah armada transportasi yang diberi nama Transnangor. Meski baru diluncurkan tanggal 23 Januari 2014 silam, Transnangor sudah disambut hangat oleh mahasiswa. Maklumlah, semenjak ITB menerapkan sistem multikampus, masalah mobilitas para mahasiswa menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan. Dengan adanya fasilitas ini, diharapkan para mahasiswa, khususnya mahasiswa ITB Jatinangor dapat lebih mudah untuk melakukan perjalanan antara kampus Ganesha dan Jatinangor. Dalam menjalankan program ini, Kabinet Pelita Muda KM ITB mengandeng TEC (Techno Entrepreneur Club) ITB, serta bekerja sama dengan Lembaga Kemahasiswaan ITB dan travel Geulis. Tak tanggung-tanggung, tiket travel yang awalnya seharga Rp15.000,00 dengan Transnangor kini hanya Rp5000,00 saja. Mengapa bisa murah? Menurut Menko Advokasi Kampus KM ITB, Aranti Adriarani (TL’09), biasa dipanggil Rani, tiket yang beredar di kalangan mahasiswa merupakan tiket subsidi dari LK. Harga tiket yang semula Rp15.000,00 disubsidi oleh pihak LK, sehingga mahasiswa hanya perlu membayar Rp5000,00 saja. Jadi, untuk sekali melakukan perjalanan bolak-balik JatinangorGanesha, mahasiswa cukup mengeluarkan uang Rp10.000,00 dengan fasilitas travel yang nyaman. Dana tersebut merupakan bantuan dari Dikti yang merupakan biaya APBN bidang kemahasiswaan. Sayangnya, dana tersebut akan habis pada bulan April mendatang. “Dana yang ada hanya sampai bulan April 2014, kami tengah berusaha untuk mengajukan proposal untuk memperpanjang program ini,” ujar Rani. “Saya juga mengajukan proposal kepada Wakil Rektor bidang Sumberdaya dan Organisasi untuk masalah pendanaan.”

bus kampus, tapi belum terealisasi karena kebelumsanggupan berbagai pihak,” tutur Rani. Akhirnya untuk periode sekarang, ITB bekerja sama dengan Geulis Travel. Sebanyak 2000 tiket per bulan sudah disiapkan untuk para mahasiswa. Bagi pihak Geulis Travel sendiri, program ini memperlebar sayap mereka untuk bisnis. Karena Transnangor sistemnya member, mereka menawarkan fasilitas yang berbeda dengan penumpang reguler. Beberapa fasilitasnya yaitu mendapatkan minuman, dapat dijemput di tempat sepanjang rute Geulis Travel dan dapat dijemput di Kampus Ganesha atau Jatinangor dengan minimal 8 orang penumpang. Bisa juga menggunakan lebih dari satu mobil, namun harus pesan sehari sebelum berangkat. “Dengan adanya Transnangor ini, Geulis Travel menambah pasar baru. Sebelumnya hanya ada mahasiswa UNPAD karena UNPAD lebih dulu menerapkan sistem multikampus. Namun sekarang ada ITB dengan Transnangornya,” tutur Edi Irawan selaku Direktur Operasional Geulis Travel. Kendala setelah Transnangor terealisasi ada di masalah komunikasi dan teknis. Pernah ada mahasiswa ITB yang membuat janji jam 5 untuk berangkat dan dijemput. Tetapi setelah datang ke tempat Geulis Travel harus menunggu setengah jam lebih karena mahasiswanya terlambat,” ujar Edi. “Dijemput boleh asalkan tepat waktu,” tambahnya. Edi juga berharap kerjasama ini akan terus berlangsung.

Seperti yang telah diketahui, wacana untuk membuat angkutan mahasiswa telah bergulir dari kabinet 2 tahun lalu, saat ITB mulai menerapkan sistem multikampus. Namun, baru terealisasikan oleh Kabinet Pelita Muda yang dipimpin oleh Nyoman Anjani sekarang. “Sebenarnya kami ingin menyediakan angkutan mahasiswa berupa

5

24

boulevard/jojo

Dengan Transnangor, Ganesha-Jatinangor Kini Hanya Lima Ribu Rupiah!

Selain Kabinet KM ITB, ada pula TEC yang memegang peran dalam terbentuknya Transnangor ini. Jika kabinet berperan sebagai pemilik proyek yang memegang dana dari LK, maka TEC berperan dalam pemegang proyek dan mengurus operasional Transnangor. Salah satu tugasnya adalah bertanggungjawab atas penjualan tiket. “Motivasi utama TEC adalah pembelajaran manajemen project, dan tentu saja menjawab kebutuhan mahasiswa. Seperti yang telah diketahui, rencana angkutan murah ini sebenarnya sudah direncanakan lebih dari setahun lalu, namun karena beberapa hal belum dapat dieksekusi. TEC sebagai unit yang memiliki motivasi dan kapasitasnya, tentunya tidak melewatkan kesempatan ini,” ujar Brurce (TL’12) selaku pemimpin proyek Transnangor. Mahasiswa yang sudah membeli tiket Transnangor dapat menggunakan tiket kapan saja. Namun pembelian tiket untuk mahasiswa dibatasi paling banyak 2 tiket karena untuk menghindari adanya calo. Mahasiswa S1 ITB dapat membeli tiket melalui Kakay, penjaga Asrama Jatinangor, atau di Tokema ITB Ganesha. Lalu tiket dapat digunakan dengan langsung datang ke pool Geulis Travel di Jalan Dipati Ukur Bandung atau di Jatinangor. Sama seperti Geulis Travel, TEC menilai hambatan yang dialami lebih ke masalah teknis. Seperti perihal penjemputan dan penurunan penumpang yang tidak boleh di sembarang tempat, penegakkan peraturan bahwa pembeli tiket hanya mahasiswa S1 ITB, dan sebagainya.

membutuhkan fasilitas Transnangor. Kabinet juga telah mengadakan forum silaturahmi untuk menegaskan agar masa kampus menggunakan fasilitas ini sebaik-baiknya. Masa kampus pun menanggapi baik program ini, “Transnangor memang sangat membantu karena banyak mahasiswa ITB Jatinangor yang aktif unit di Ganesha seperti UGreen dan MBWG. Mahasiswa Bioengineering juga sering melakukan praktikum Biokimia di Kampus Ganesha. Waktu perjalanan pun lebih cepat dibanding kendaraan umum, lebih nyaman dan dapat minuman. Kekurangannya hanya shelter yang jauh dan tidak bisa diantar sampai asrama Jatinangor dengan alasan khawatir tukang ojeg yang biasa mengantar mahasiswa marah,” ujar Lisna, mahasiswa Rekayasa Pertanian 2012 menanggapi program ini. Untuk ke depannya, kabinet belum tahu akan bagaimana bentuk dari Transnangor, apakah akan tetap bekerja sama dengan travel seperti ini, atau bahkan menjadi bus kampus. Namun, yang pasti Rani berharap mahasiswa dapat menggunakan fasilitas ini sebaik-baiknya, terutama untuk kebutuhan akademik dan kemahasiswaan karena tidak sedikit mahasiswa yang menggunakan fasilitas ini hanya untuk coba-coba. “Tiket yang ada sekarang masih terbatas, jadi harap digunakan dengan bijaksana,” tegasnya. Rani tahu, banyak mahasiswa yang membutuhkan tiket ini untuk melancarkan kegiatan perkuliahan mereka. “Untuk sekarang lebih disyukuri saja dan minta doanya supaya proses Advokasi lancar. Semoga ke depannya pihak ITB bisa mengelola transnangor sendiri baik oleh KKP maupun Sarpras. Supaya kalau ada keuntungan akan kembali ke kita sendiri,” pungkas Rani. []

Sosialisasi mengenai Transnangor yang telah dilakukan sejauh ini diantaranya melalui jejaring sosial (twitter: @transnangor) serta dengan bantuan unit media. Salah satu target utamanya adalah para mahasiswa HMRH (Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati), yang paling

5

25


maret 2014

KAMPUS

#77

365

HARI KABINET PELITA MUDA,

Sudahkah kita bergerak?

Oleh : Lathifah Zahratul Jannah, Muhammad Iqbal Tawakal, dan Effie Farida

Tidak terasa satu lagi kepengurusan kabinet akan berakhir. Kali ini giliran Kabinet Pelita Muda yang akan meletakkan tampuk kepemimpinannya. Tagline #yukbergerak yang digadang-gadang di awal memberikan sebuah pertanyaan besar di akhir kepengurusan. Sudahkah kita bergerak? Hal yang paling dijagokan dari Kabinet tahun ini adalah proker Ekspedisi Pelita Muda yang direncanakan akan mengadakan pameran bulan Maret nanti. Semangat dari proker ini adalah semangat pergerakan anak muda untuk berkontribusi dengan cara yang inovatif dan dapat diteruskan di kepengurusan selanjutnya. Secara kasar kita dapat melihat bahwa EPM akan berefek langsung bagi mahasiswa yang memang mengikuti ekspedisi tersebut. Namun tentunya tidak perlu terburu-buru untuk mengklaim bahwa EPM dapat menjadi sebuah trigger bagi mahasiswa ITB untuk bergerak karena hingga kini memang belum ada evaluasi secara resmi dari Kongres maupun Kabinet.

Selama kurang lebih satu tahun ke belakangan, kabinet berjuang untuk menaikkan posisi tawarmenawarnya dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Dalam kepengurusan ini, hal itu dijawab dengan dua hal seperti yang dikatakan oleh Nyoman Anjani (MS ’09) sebagai Ketua Kabinet KM ITB periode 20132014. Pertama yaitu membuat pendanaan satu pintu dimana pendanaan yang diajukan HMJ ke Lembaga Kemahasiswaan harus melewati kabinet. Menanggapi kebijakan pendanaan satu pintu, Nyoman sendiri menilai hal itu cukup berhasil. Hal lain yang diusung kabinet adalah membentuk Kemenkoan Advokasi. Kemenkoan advokasi mengurus kesejahteraan mahasiswa dan kebijakan advokasi kampus seperti UKT, Transnangor, penggusuran sekre, dan afirmasi pendidikan mahasiswa Kalimantan Barat. Beberapa lembaga memang menilai kabinet gagal dalam ekskalasi isu UKT, namun hari ini kita dapat menikmati subsidi travel ke Jatinangor dengan program Transnangor serta berbagi kesempatan belajar dengan mahasiswa Kalimantan Barat untuk mengecap pendidikan.

Isu kolaborasi juga merupakan proker yang dibanggakan oleh Nyoman di kepengurusan Kabinet Pelita Muda. Dengan proker Collaboration ia ingin membuktikan bahwa mahasiswa satu ITB dapat bergerak dalam satu wadah yang sama tanpa saling tersekat-sekat. Ketika Boulevard menanyakan tentang proker Collaboration, Nyoman menjawab bahwa Collabtersendat di

5

26

#77

KAMPUS

maret 2014

metode tersebut masih jauh dari sempurna, namun dapat dibilang hal ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan partisipasi massa yang selalu menjadi masalah setiap tahunnya. Selain persoalan metode, masalah yang selalu muncul setiap tahun kepengurusan ialah periodisasi. Bima menyatakan demikian karena ada beragam masalah pada periode ini yang sedikit banyak disebabkan oleh persoalan periodisasi. Oleh karena itu, ada baiknya periode selanjutnya berkonsentrasi pada hal tersebut, tentunya tidak hanya kabinet, tetapi juga kongres dan lembaga lainnya. Ditanya mengenai harapan untuk kabinet pada periode kepengurusan mendatang, secara singkat Bima hanya bersuara perihal kesinergisan antara kongres dengan kabinet selama keberjalanan kepengurusan Nyoman.

masalah klasik yaitu masalah partisipasi lembaga yang dianggap kurang mendukung keberadaan proker tersebut. Setyaki Sholata Sya (EL’10) sebagai Ketua Pelaksana Collaboration lebih memilih berpandangan bahwa masalah partisipasi lembaga bukanlah hambatan melainkan tantangan bagi panitia untuk dapat melakukan pencerdasan lebih ke lembaga tentang proker Collaboration itu sendiri. Namun dari keduanya sepakat bahwa ada ketidakjelasan dari Kongres dalam memutuskan nasib Collabs akan berakhir di bulan apa sehingga panitia Collab merasa “digantungkan”. Dalam kepengurusan kali ini, senjata utama Nyoman Anjani dalam mengajak mahasiswa ITB untuk bergerak adalah metode bottom up. Metode ini sayangnya belum dapat berjalan dengan baik karena menurut Nyoman lembaga merasa tidak cocok seperti yang mereka kemukakan dalam Rapim. Menurut ketua HMP Pangripta Loka, Andika Eka Satria (PL ’10), metode yang Nyoman lakukan tidak tepat dikatakan bottom up. Yang Nyoman lakukan adalah sekedar memberi koridor. Secara karakteristik pun tidak tepat karena himpunan memiliki acara internal masing-masing untuk dipikirkan. Ketua HMM, Achmad Rofi Irsyad (MS ’10) mengeluarkan pernyataan senada dengan Andika terkait metode bottom up yang diusung oleh Nyoman namun menurutnya semua prestasi kabinet tidak lepas dari peran Nyoman Anjani sebagai ketua kabinet. Rofi mengapresiasi sikap Nyoman yang selalu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di setiap kesempatan acara kabinet.

Senjata utama Nyoman Anjani dalam mengajak mahasiswa ITB untuk bergerak adalah metode bottom up.

Sebagai ketua kabinet, tentunya wanita penyuka naik gunung ini mempunyai harapan akan KM-ITB yang lebih baik. Ia berharap semoga kabinet selanjutnya dapat melanjutkan sistem-sistem yang ada dan tidak perlu memulai dari awal seperti sistem keuangan terpusat yang lebih rapi, dan tetap menjadi leading dalam isu energi. Ia juga berharap Kongres dapat diisi oleh orang yang lebih berkualitas dan agar HMJ dapat lebih menyadari posisi, potensi, dan perannya. []

Ketika ditanya terkait penilaian Kongres KM ITB terhadap kabinet, Aji Bima Amalsyah (AR’09), selaku anggota kongres, menyatakan bahwa sejauh ini dirinya memilih tutup mulut. Hal tersebut terjadi karena penilaian kongres terhadap kabinet masih menjadi konsumsi internal dalam badan kongres dan cabinet itu sendiri yang akan segera dievaluasi setiap audiensi hingga waktu LPJ kepengurusan tiba. Senada dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Bima berpendapat bahwa salah satu hal yang harus dievaluasi ialah metode bottom up yang dibawa oleh Nyoman. Menurut Bima, metode tersebut membutuhkan kesiapan dari berbagai pihak, tidak hanya Kabinet, tetapi juga lembaga lain yang terlibat. Selama ini, memang kondisi penerapan

5

27


maret 2014

KAMPUS

#77

#77

KAMPUS

Menurut M. Pramaditya Garry (MT’11), Ketua AMI 2014, sejarah keberjalanan AMI dimulai dari Februari 2011. Ide acara ini didasarkan pada himbauan pihak rektorat yang melihat pamor ITB turun di mata siswa SMA sebagai akibat kenaikan biaya masuk dan sistem penerimaan mahasiswa yang masih baru pada saat itu. Sebagai jawaban, pada bulan itu dibentuk sebuah kepanitiaan acara sosialisasi mengenai ITB.

maret 2014

Mengenai uang operasional yang diberikan, Garry menambahkan, “Rektorat memberikan dana 20 juta, yang sebenarnya untuk gaji mahasiswa yang melakukan sosialisasi ITB ke daerah, tetapi karena keluar di akhir tahun sehingga diberikan kepada AMI. Uang tersebut harus dibagi kepada 78 paguyuban sehingga tiap paguyuban hanya mendapatkan 200–400 ribu,” pungkasnya.

dok/dokum ami

Garry menjelaskan, pada AMI 2012 mulai digagas sebuah acara dengan nama ITB Goes to School (IGTS). Kegiatan IGTS pada tahun ini mendapatkan perhatian serius dari panitia AMI, sebab menurut banyak pihak, acara inilah yang dapat secara langsung menyentuh siswa SMA di daerah, tentu disertai dengan rangkaian acara lain, yaitu ITB Day, Surat Cinta untuk Indonesia, dan Try Out Nasional. Banyak pengalaman unik dan perjuangan yang dilalui paguyuban-paguyuban ini dalam acara sosialisasi ke daerah. Misalnya saja, Lingga Ganesha, paguyuban mahasiswa Sumedang. Ricky Alamsyah (TL’12), perwakilan Lingga Ganesha, mengatakan Lingga Ganesha melakukan

“Pada pelaksanaan di tahun 2012 dan 2013, IGTS berjalan sederhana karena paguyuban yang berpartisipasi terbatas. Pada tahun 2014 ini dilaksanakan kerjasama yang lebih intens dengan adanya MoU antara paguyuban daerah dan pihak AMI,” ujarnya.

AMI 2014 :

“Kenalkan Langsung ITB ke Daerahmu!” Oleh : Razky Rahadian & Dzikra Yuhasyra

Pengalaman yang paling berkesan menurutnya ketika melaksanakan sosialisasi ITB di SMAN 1 Cimalaka. “Sebenarnya mereka kritis mengenai ITB, namun mereka enggak berani sehingga terpendam,” ujar Ricky.

School, ITB Day, Surat Cinta untuk Indonesia (SCN), dan Try Out Nasional, AMI mengemas acara ini untuk mencapai tujuannya tersebut. Di tahun 2014 ini, melalui kegiatan ITB Goes to School, AMI bekerja sama dengan lebih dari 78 paguyuban daerah untuk mensosialisasikan ITB ke daerahnya masing-masing.

AMI (Aku Masuk ITB), sebuah acara yang diadakan oleh KM-ITB dan telah berjalan selama empat tahun terakhir ini didekasikan untuk menghapus citra negatif tersebut di masyarakat serta membangkitkan semangat anak-anak SMA di Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang PTN. Melalui kegiatan ITB Goes to

5

28

dok/dokum ami

dok/dokum ami

Institut Teknologi Bandung sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia sudah seharusnya menjadi hak milik seluruh anak bangsa. ITB sebagai institusi pendidikan tinggi yang seharusnya bersifat inklusif, dicitrakan oleh sebagian masyarakat, khususnya masyarakat yang berasal dari daerah, sebagai kampus ekslusif yang hanya ditujukan untuk kalangan tertentu. Padahal, hak semua anak bangsa untuk mengenyam pendidikan tinggi yang berkualitas, termasuk di ITB, merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi.

sosialiasasi ke 18 SMA di wilayah Sumedang. Ricky mengungkapkan bahwa antusiasme mengenai IGTS ini sangat tinggi. Lain di kota lain di desa, jika di daerah perkotaan menurutnya alasan siswa enggan memilih ITB karena minder oleh nilai dan faktor ekonomi, lain halnya dengan di pedesaan yang alasannya lebih unik seperti misalkan karena pernikahan maupun dilarang untuk jauhjauh oleh orangtua. Selain melalui sosialisasi di sekolah, Lingga Ganesha juga membuat grup Facebook “Sumedang Masuk ITB” sebagai forum bertanya menggali informasi mengenai ITB.

Tahun ini terdapat 78 paguyuban daerah yang bekerjasama dengan AMI melalui MoU. “Paguyuban-paguyuban diberikan bantuan publikasi saat melakukan sosialisasi, adanya pengesahan paguyuban secara resmi, pemberian materi presentasi seperti slide bahan presentasi, serta video fakultas. Mereka juga dibekali booklet SCN guna dibagikan ke sekolah di daerahnya,” tuturnya.

Di Solo dan sekitarnya, paguyuban mahasiswa Karesidenan Solo Widyakelana (WIKA) melaksanakan sosialisasi mengenai PTN dan ITB di dua puluh sekolah di wilayah Solo, Sukoharjo,

5

29


maret 2014

KAMPUS

#77

Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Boyolali. Selain sosialisasi ke sekolah, ada pula kegiatan Try Out SBMPTN yang dihadiri oleh 1200 orang di Solo sendiri, seminar, dan Fakultas Expo. Daerah sosialisasi yang dicakup terbilang luas, mulai dari kaki Gunung Lawu hingga kaki Gunung Merbabu, Salatiga.

Untuk dana operasional kami melakukan iuran anggota. Pada awalnya kami disuruh merinci apaapa yang dibutuhin buat sosialisasi karena akan mendapat bantuan dana dari pihak AMI. Tetapi kami terlalu berekspektasi tinggi, setelah dirinci dan mendapat angka 4 juta untuk operasional, kami hanya mendapat 200 ribu sebagai bantuan.”

Pendekatan yang dilakukan oleh WIKA dikondisikan sesuai dengan letak sekolah. Menurut Dida Patera (GL’12), mengatakan jika di daerah terpencil, sosialisasi lebih ditekankan pada motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat PTN, sementara di daerah perkotaan bertujuan mengajak siswa SMA berkuliah di ITB. Menurutnya, alasan siswa SMA di Solo Raya enggan masuk ITB ialah dikarenakan mereka lebih memilih universitas yang lebih dekat, juga biaya. “Wah, Mas, daripada saya kuliah, saya mendingan mulung aja, atau pulang angon wedhus,” ujar Dida menirukan beberapa pendapat temannya. Dampak sosialisasi ITB sangat berdampak positif. “Mereka tersadarkan bahwa ITB itu untuk semua, bukan hanya untuk orang-orang besar,” papar Dida.

Garry menanggapi, “Memang untuk dana ada keterbatasan, tetapi untuk itulah kami menghimpun data-data dari setiap paguyuban baik berupa lembar kendali, absensi, dan yang lainnya agar pada AMI selanjutnya, rektorat dan pihak-pihak lainnya mau membantu dari segi materi.” Garry menambahkan adanya bantuan lain berupa booklet yang diberikan kepada AMI, “Setelah sebelumnya hanya 7.600 booklet ga berwarna yang dibuat, sekarang sudah 11.500 booklet dan berwarna yang disebarkan ke daerah-daerah melalui paguyuban. Semoga ke depan lebih banyak bantuan materi lagi.” Saat ditanyai mengenai efektivitas IGTS, Garry berkomentar, “Tentu masih belum efektif, karena sampai saat ini baru 24 provinsi yang dijangkau, tak sampai ke seluruh pelosok. Masih banyak masalah, terutama dalam masalah komunikasi dan materi-materi yang diberikan. Tetapi saya sangat berterima kasih untuk seluruh paguyuban yang sudah berpartipasi dan bekerja sama. Semoga teman-teman paguyuban dapat menjaga semangatnya untuk berbagi.”

Menurut Weirdi Wedana Gunawan (FTI’13) dan I Made Wiragunarsa (FTMD’13) dari PKB Dwipa Bali, paguyuban daerah Bali mengadakan sosialisasi ITB bekerjasama dengan Keluarga Mahasiswa Hindu (KMH) untuk 30-40 sekolah. “Akses info mengenai ITB sudah sampai ke pelosok Bali, tapi masih ada keraguan dari mereka untuk memilih ITB. Itu salah satu tujuan kita untuk datang langsung,” ujar Weirdi.

Selain IGTS, diadakan pula ITB Day pada tanggal 22 Februari 2014 lalu dengan rincian acara: seminar, edufair, serta tour lab. Hasil dokumen dari ITB Day ini akan disebarkan ke berbagai daerah yang belum terjangkau oleh rangkaian acara AMI melalui pengiriman langsung. []

Lain lagi di daerah Tegal-Brebes, Rakhmatullah Yoga Sutrisna (IF’12), perwakilan Keluarga Mahasiswa Tegal-Brebes (GAMA TB) menjelaskan telah berkunjung ke enam sekolah di Kota Brebes, Kab. Tegal, dan Kota Tegal. Menurut Yoga, siswa Tegal-Brebes enggan berkuliah di ITB dikarenakan jarak antara Tegal-Bandung relatif jauh. Selain itu, minat siswa SMA juga terkendala alasan klasik: biaya. Oleh sebab itu, GAMA ITB lebih menekankan kepada sosialisasi beasiswa di ITB. Perihal kendala dan hambatan, Dida mengungkapkan, “Kerjasama dengan pihak AMI tahun ini sangat baik, lebih terorganisir. Tahun kemarin cuma dikasih materi presentasi di awal, gak ada MoU kayak sekarang. Kita juga mendapat bantuan dana, meskipun ga seberapa.” Sementara Yoga berkata, “AMI tahun ini cukup bagus, ada pembakalan buat kita di paguyuban.

KAMPUS

maret 2014

Aktivis Online: Ketika Gerakan Dapat Digagas Dari Balik Meja Oleh : Maryam Zakkiyah dan Lisa Santika Onggrid Media sosial bukan barang baru di kalangan mahasiswa. Seiring perkembangan teknologi dan penyebarannya di kampus, semakin banyak aspek kehidupan yang menemukan bentuk baru di dunia maya, tak ketinggalan pula pergerakan kemahasiswaan. Beragam cara dilakukan, mulai dari publikasi catatan-catatan yang bernada persuasif hingga akun-akun yang khusus menyuarakan ide atau konsep tertentu. Para aktivis online ini cukup menyemarakkan kehidupan online mahasiswa ITB beberapa waktu terakhir. sosial terhadap pergerakan di Mesir. “Sekarang ini gerakan berskala nasional dapat dibangun di depan komputer. Mahasiswa hanya belum menyadari kekuatannya.”

Media sosial bukan barang baru di kalangan mahasiswa. Seiring perkembangan teknologi dan penyebarannya di kampus, semakin banyak aspek kehidupan yang menemukan bentuk baru di dunia maya, tak ketinggalan pula pergerakan kemahasiswaan. Beragam cara dilakukan, mulai dari publikasi catatan-catatan yang bernada persuasif hingga akun-akun yang khusus menyuarakan ide atau konsep tertentu. Para aktivis online ini cukup menyemarakkan kehidupan online mahasiswa ITB beberapa waktu terakhir.

Bicara soal kekuatan dunia maya, tentu masih segar di ingatan bagaimana akun GAS ITB berhasil mengusik perhatian civitas kampus di Twitter. Ia berhasil membangun basis massa yang cukup besar, baik dari yang terang-terangan menghujat hingga tak segan memuji. Selain seputar ide yang diusung, hal ini tak terlepas dari kemasannya yang cenderung kasar dan provokatif. Adreansyah mengaku hal ini disengaja untuk menarik perhatian. “Untuk lebih menekankan ide, maka dibungkus provokasi. Saya ingin tahu, yang dilihat idenya atau cara berkata?”. Sebaliknya, Nyoman mengkritisi metode tersebut. Menurutnya itu tidak elegan. Berkaca dari pemira sebelumnya dimana ia juga memanfaatkan media sosial, ia memaparkan apa yang dia sebut ‘cara cantik’ untuk bersuara di dunia maya.“Mestinya mencari diksi yang menarik, easy listening, tapi tidak membuat orang marah. GAS ketika ada orang yang berkomentar malah dibalas kata-kata yang bikin kesal.” Adreansyah menanggapi hal tersebut dengan senyum, ia mengatakan bahwa mahasiswa mudah terpancing. “Kalau soal menghindar, saya tidak mau orang terlarut dalam percakapan saya dengan orang-orang yang mengomentari. Saya siap bertanggung jawab atas kata-kata saya kok.”

“Saya mengiyakan bahwa kondisi anak sekarang yang lebih banyak di dunia maya,” tutur ketua kabinet KM-ITB, Nyoman Anjani (MS ‘09). “Mahasiswa sekarang nggak sadar kenapa dia mesti bergerak,”lanjutnya. Hal inilah yang menjadi alasan Adreansyah (KI ‘10) menargetkan media sosial untuk menyuarakan gerakannya. Berbekal akun Twitter ia membentuk Gerakan Anti Sosialita (GAS ITB) yang sempat menghebohkan kampus ITB. “Bagi saya, ini sebuah eksperimen,” akunya. Menurut Adreansyah, peminat kegiatan seperti kajian, forum, gerakan turun ke jalan dan lain sebagainya semakin menurun. “Kemana mahasiswa? Di mana mereka? Ternyata orangorang pada disini (medsos -red).” Yudki (AE ‘09), ketua unit Tiang Bendera periode 2011-2012 mengomentari fenomena ini,”Gerakan sosial punya medianya. Sekarang kita jadi punya sarana baru untuk bergerak.” Namun, ia tidak setuju bila dikatakan terjadi penurunan animo mahasiswa untuk melakukan pergerakan. “Bukan menghilang, tapi muncul dalam bentuk berbeda.” Ia kemudian memberi contoh kontribusi media

5

30

#77

Terlepas dari kemasan, bagaimanakah efektivitas gerakan-gerakan online ini? Sebagai orang yang terlibat langsung dengan hal tersebut, Adreansyah mengaku tidak menyukai gerakan

5

31


maret 2014

KAMPUS

#77 sebut Nyoman. “Ngegerakin orang kepo doang. Di Intel yang datang kebanyakan orang yang gak ngerti core masalahnya.” Adreansyah pun mengakui hal ini. “Orang yang biasa mengomentari saya di dunia maya tidak berkomentar di forum. Yang berbicara kebanyakan memang aktivis.” Apakah itu disebabkan cara GAS mengemas idenya? Menanggapi hal tersebut, Nyoman berkata,”Politik itu seni.” Adreansyah sendiri menganggap GAS gagal. “Konsep intinya tidak tersampaikan.” Nyoman menceritakan bahwa KM-ITB juga pernah mencoba membawa sebuah isu baik

online. “Buat apa kritikan-kritikan di dunia maya? Kalau orang menanggapi masalah di dunia maya, biasanya cuma dibaca, oh ngerti. Beres. Gak ada hasil bermanfaat.” Sekali lagi ia menekankan bahwa yang dilakukannya hanya eksperimen. Apa sebenarnya tujuan GAS? Menurut Adreansyah ia justru mencoba meningkatkan kesadaran mahasiswa soal KM-ITB dan mengkritik kongres. “Pergerakan mahasiswa terlalu banyak di dunia maya. Kalau ada yang dirasa argumentatif, buktikan!” sambungnya.

di dunia nyata dan dunia maya. “Isu Rebut Mahakam, ITB leading di media sosial. Juga ada kajian, kegiatan di CFD, dan lain-lain sehingga mahasiswa kampus lain menganggap kita kreatif. Nggak melulu dengan demonstrasi.” Tapi, ia juga menilai di dunia maya mahasiswa sering merespons masalah tanpa mengerti intinya. Menanggapi ‘tuduhan’ bahwa gerakan yang dilakukan di dunia maya cenderung tidak dibarengi pemahaman yang baik, Yudki menyebut bahwa kemungkinan besar itu disebabkan mudahnya mahasiswa sekarang mengakses informasi. “Kita punya berbagai media dan diterpa informasi dari berbagai sisi. Dulu adanya informasi dari mulut ke mulut. Di kampus semua orang berbicara soal satu isu itu. Sekarang kondisinya setiap orang hanya mencari yang menarik bagi mereka. Informasi lebih cepat dari kemampuan kita menyerapnya. Kalau ada berita, langsung disebar. Jarang ada verifikasi lagi. Persoalannya, kita bisa kritis gak? Bagaimana kita bisa mengerti apa yang kita dengar?”

“Menurut saya, GAS itu hebat, bisa menggerakkan dua ratusan orang ke Intel. Kalau dia bisa bermanuver di titik itu pasti hebat. Tapi GAS ga nyiapin solusi buat di dunia nyata, makanya ketika di Intel antiklimaks. Kenapa mengatakan akan membubarkan KM-ITB kalau tujuan awalnya mengkritik kongres? Tidak tersampaikan. Mestinya Adre langsung ngumpulin senator, himpunan, unit, dan lain-lain buat eval kongres,” tutur Nyoman. Di sisi lain, menurut Adreansyah ia melempar isu pembubaran KM-ITB untuk menguji. “Sebenarnya saya maunya banyak yang kontra, maunya mereka beri argumentasi kenapa mesti dibubarkan. Masalahnya mayoritas maunya event, mencari tontonan bukan mengkritisi isu itu sendiri.” Pilihan untuk bergerak di dunia maya memang memberinya perhatian, namun tidak diimbangi hasil yang diharapkan.

Meski demikian, ia optimis bahwa jika mahasiswa mampu memahami cara menggali konten, mencari strategi publikasi yang baik, maka transformasi sosial melalui media sosial bukan hanya wacana. “Yang penting ketika di dunia maya mahasiswa jangan sampai kehilangan sensitivitas. Dua hal penting dalam pergerakan adalah wawasan dan sensitivitas. Kalau wawasan, saya rasa wawasan mahasiswa sekarang lebih luas dibanding zaman pergerakan mahasiswa dahulu.”

“Anak ITB sekarang cuma pandai di dunia maya,”

5

32

#77

KAMPUS

maret 2014

tertuang tidak berakhir wacana seperti kata Nyoman. “Pergerakan online ini tidak bisa menggantikan gerakan darat. Kegiatan itu tetap harus kembali ke dunia nyata.”

Selain Yudki, Iwan Pranata, dosen ITB sekaligus aktivis pendidikan di dunia maya, juga merasa bahwa media sosial sangat efektif untuk menyampaikan aspirasi. Ia memilih menjadi aktivis online untuk menjangkau Indonesia tanpa terhalang kondisi geografis. Terkait penggunaan media sosial oleh aktivis kampus, ia mengapresiasi. “Aktivis ITB tidak sebesar yang lain, tapi terlihat mulai membaik. Ada kerinduan untuk memulai proses kegiatan tersebut. Pergerakan pun mulai subur sekarang.”

Lantas bagaimana menarik massa yang sudah terbentuk kembali ke gerakan di dunia nyata? Adre menyebut keputusannya untuk membuat klimaks gerakan di Intel sebagai usaha mengembalikan gerakan ke dunia nyata. Nyoman menunjukkan program-program kerja KM-ITB. “Program kerja arahan dari GBHP. Tiap acara ada segmennya masing-masing. Bagi yang senang karya ada inspiration class. Buat petualang ada Ekspedisi Pelita Muda. Kita mengajak massa kampus bergerak sesuai passion. GBHP sudah memayungi semua aspek di ITB.”

Beberapa orang memandang negatif terhadap gerakan di dunia maya, memandangnya sebagai pergerakan pasif yang tidak memberi kontribusi nyata. Nyoman salah satunya. “Seperti yang saya katakan tadi, anak ITB sekarang pandai bicara aja.” Terutama tentang akun anonim, ia berpendapat,”Akun anonim cuma pandai di dunia maya tapi gak nyelesain masalah, cuma wacana saja. Mimpin kampus ini masalahnya banyak, jadi kita harus nyari solusi konkret. Kalau solusinya wacana lagi ya nambah masalah lagi.” Tapi bukan berarti ia menolak mentah-mentah gerakan di dunia maya. Menurutnya, media sosial dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan gerakan dan membuka kesempatan baru. “Kembali ke Rebut Mahakam tadi, kalau mau masif jangan sendirian. Kita dibantu LSM, dibantu universitas lain.” Jadi, jika dimanfaatkan dengan baik, gerakan di media sosial dapat dimanfaatkan untuk mengangkat isu keluar, tidak sekadar internal.

“Media cuma media, bukan gerakan itu sendiri,” sebut Yudki. Pergerakan dunia maya dan nyata tidak harus berdiri sendiri-sendiri. “Contohnya di KM-ITB ada GBHP yang dibuat dari aspirasi massa kampus diwakili para senator. Sekarang ini kelihatannya kongres susah menarik inspirasi, mungkin perlu dipikirkan dilakukan dalam bentuk online. Bisa live chat, dan lain-lain.” Akses ke media sosial semakin tinggi. Suka atau tidak suka, terjadi perubahan cara mahasiswa mengemukakan pendapat. “Kita harus menyesuaikan dengan keadaan tanpa kehilangan dasar. Metode boleh berubah, materi jangan,” kata Yudki. Ketiga narasumber lain, ditemui di kesempatan berbeda, menyetujui pendapat ini. “Nggak demo ke jalan bukan berarti mahasiswa tidak peduli,”tandas Yudki. “Kembali ke orangnya masing-masing.”Nyoman menambahkan,”Inilah sebenarnya fungsi KM-ITB. Community organizer. Mengarahkan pergerakan secara terpusat. Community building-nya ada di himpunan, unit, yang intensitas bertemunya lebih sering. Idealnya, lembaga langsung yang menawarkan ke KM-ITB apa yang mau mereka lakukan. Intinya, KM sudah membuat banyak wadah. Saya tidak akan mengganggu bagi yang memang tidak peduli sama sekali.”

“Media itu sarana ide,” mulai Yudki. “Orang media buat berita, artikel, apakah pekerjaan mereka disebut tidak konkret (karena tidak terlibat langsung)? Nah, begitu juga, bukan berarti gerakan yang ada di dunia maya itu tidak konkret.” Yudki memilih memandang anonimitas yang ditawarkan internet sebagai sesuatu yang positif. “Anonim itu gak masalah. Justru menurut saya akun yang gak anonim kebanyakan mengarah ke pencitraan. Aktivis online sekarang cenderung lebih ke popularitas, bukan isi pesannya sendiri.” Pernyataan senada diutarakan Adre. “Saya tidak ingin orang melihat apa yang saya katakan sesuai profil saya.” Iwan Pranata punya pandangan lain, “Tidak masalah. itu bisa jadi satu fungsi pendidikan untuk menjadikan rakyat kedap terhadap propaganda atau tidak mudah terbujuk rayuan dari luar.”

Akun-akun anonim seputar ITB semakin banyak beredar di dunia maya. Apakah hal ini baik atau buruk, apakah menjadi perwujudan keinginan mahasiswa untuk bergerak atau sekadar memprotes di bawah lindungan anonimitas? Biar waktu yang menjawab. []

Walaupun mendukung perubahan gerakan mahasiswa di dunia maya, Yudki menambahkan pentingnya realisasi agar ide-ide yang telah

5

33


KAMPUS

maret 2014

Ekspedisi Pelita Muda:

#77

#77

KAMPUS

maret 2014

Pembekalan di Bandung

Menengok Mentawai Oleh : Idham Padmaya Mahatma

Pelabuhan Bungus ke Pelabuhan Mailepet, Muara Siberut, Kec. Siberut Selatan Kepulauan Mentawai ditempuh selama 10 jam. Berangkat pukul 19.00 WIB, sementara tiba pukul 05.00 WIB. Untuk makan malam, kami menyempatkan membeli dulu di warung sebelum berangkat, sebab di kapal tidak menyediakan makanan berat. Ada pengalaman tak terlupakan yang kami lalui saat di kapal, yakni shalat berjamaah

Keperluan makan sangat diperhitungkan dengan teliti terkait jumlah kalori dan menu yang akan disajikan. Bahkan, setiap anggota ditanya tentang menu makanan favoritnya. Alibinya ialah untuk menjaga mood anggota agar tetap baik. Sebagai contohnya, ada rekan kami yang gemar memakan black forest, maka kami menyiapkan black forest instant yang dapat dibuat sewaktuwaktu. Total keperluan logistik tim kami

Untuk menjadi seorang pelita muda, diperlukan banyak keahlian dan kriteria. Ketahanan fisik dan kesehatan sudah pasti, tetapi masih terdapat skill lain yang perlu dikuasai. Sebut saja, perihal kemampuan tentang navigasi dari Wanadri, penulisan jurnalistik, serta kemampuan memotivasi diri. Demi ketercapainya hal tersebut, dibentuklah pelatihan lapangan dan non lapangan. Sebelum memulai petualangan, kami dipersiapkan dengan pelatihan lapangan yang dilaksanakan di Kareumbi, Bandung. Di sana kami diberi pembekalan idealisme, cinta tanah air, dan keahlian bertahan hidup. Pembekalan tersebut diberikan oleh Wanadri. Untuk bertahan hidup, kami harus menguasai bagaimana membuat tenda alam, hidup di hutan, serta mempraktikkan ilmu navigasi.

dok/pelitamuda

Setelah pembekalan, tibalah masa mempraktikkan. Maka, kelas survival diadakan. Kami dilepas di daerah hutan Ciwidey dengan hanya membawa senjata tajam untuk bertahan hidup. Di tengah simulasi, kami harus membuat bivak alam, api unggun, memilah tumbuhtumbuhan apa yang bisa dimakan, seperti pakis, jahe-jahean, begonia, serta tunas pohon pisang.

mencapai kurang lebih setengah ton beratnya. Sebab, kami mengira di Mentawai nanti tidak terdapat warung dan tempat makan sehingga perlu dipersiapkan dari awal.

Keberangkatan ke Padang Upacara pelepasan di lapangan basket ITB menjadi penanda dimulainya petualangan kami. Perjalanan ke Mentawai tak bisa dilakukan dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta secara langsung, melainkan harus transit di Padang terlebih dahulu. Nantinya, kami akan melanjutkan rute menggunakan perahu. Sayangnya, perahu menuju Mentawai tidak setiap hari ada. Dalam seminggu, hanya dilayani tiga kali keberangkatan. dok/pelitamuda

Saat itu kami berangkat hari Senin, sedangkan jadwal perahu menuju Mentawai baru ada di Kamis. Kami pun memutuskan untuk bermalam selama tiga hari di Padang. Tentu, ada targettarget tertentu yang harus dipenuhi. Sebut saja memenuhi perbekalan, yakni menyiapkan sayurmayur, sebab kalau dibawa dari Bandung pasti sudah busuk di tengah jalan.

seluruh tim foto bersama sebelum keberangkatan

di bagian buritan sembari menghadap ke lautan lepas. Setelah sampai, kami menginap di Desa Muntei, Siberut, selama semalam. Menyiapkan perbekalan dan membagi kelompok menjadi dua, yaitu: ke pesisir, dan ke hulu. Di sini sudah tidak ada sinyal, seluruh ponsel diletakkan, diambillah radio sebagai komunikasi dengan pihak Bandung. Untuk ke hulu Matotonan, terdapat dua rute: menggunakan ojek atau pong-pong (sejenis sampan dengan mesin seperti pemotong rumput). Kami memilih menggunakan perahu boat atas pertimbangan barang bawaan. Tarifnya dua juta rupiah, bukan nominal yang murah.

Menjelang keberangkatan dari Padang ke Mentawai, banyak pihak yang berperan. Basarnas, misalnya, mengakomodir perihal perizinan, Emergency Response Procedure (ERP), helikopter, dan telepon satelit. Setelah selesai, barulah kami menuju Pelabuhan Bungus, Kabupaten Padang, tempat kami berangkat. Trek yang dilalui selama perjalanan menuju Pelabuhan Bungus sungguh indah, dari mulai kota, pinggiran kota, pabrik-pabrik, susur tepi pulau, yang medannya tebing-tebing dan langsung menghadap ke laut.

salah satu sudut desa matotonan, mentawai

5

34

5

35


maret 2014

KAMPUS

#77

#77

KAMPUS

maret 2014

Daya Tarik Karir Masa Muda di ITB Oleh : Siti Fatima dan Millatul Khasanah

dok/pelitamuda

Prediksi awal kami perjalanan ke hulu Matotonan memakan waktu enam jam. Akan tetapi, sungai yang dangkal akibat jarang hujan, ditambah barang bawaan kami yang berat, menyebabkan perahu seringkali harus didorong agar melaju. Akhirnya, sembilan jam untuk sampai. Pemandangan kanan-kiri selama di perahu amat tak biasa. Dimulai dengan kampung-kampung, lalu semakin jauh kami disajikan pemandangan primitif, seperti masuk di dunia yang lain.

sambutan hangat dari matahari matotonan saat pertama sampai di desa.

Banyak yang berkata bahwa ITB selalu menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas. Juga tak dapat diragukan lagi lulusannya banyak yang lebih diunggulkan daripada lulusan Perguruan Tinggi lainnya. Berbagai bidang pekerjaan yang mapan tentunya relative mudah diraih oleh mahasiswa lulusan ITB. Namun, ternyata saat ini cukup banyak lulusan muda ITB yang menjalani karirnya juga di ITB sebagai staf pengajar. Padahal bias jadi tawaran pekerjaan di luar ITB jauh lebih menggiurkan daripada menjadi dosen muda di ITB. Rusnadi, salah satu dosen yang masih tergolong muda ini sudah sangat akrab dengan kehidupan di ITB. Asam manis kehidupan di kampus ITB telah dia rasakan sejak bangku kuliah sampai menjadi dosen seperti sekarang ini.

diajar.” Begitulah kebahagiaan yang dirasakan Rusnadi selama menjadi dosen di ITB walaupun baru memasuki tahun ke enam sebagai dosen di ITB. Sebagai seorang dosen yang masih tergolong muda, mungkin hal yang biasanya dipertanyakan adalah urusan gaji. Namun dari penuturannya saat wawancara, bagi Rusnadi nominal bukanlah yang utama. Tetapi sikap, mental dan pengalaman justru menjadi yang penting. Seperti halnya yang terjadi pada mahasiswa, sesungguhnya kuliah bukan hanya berbicara tentang nilai atau IPK, tetapi bagaimana kita menikmati setiap prosesnya. Di sini, nilai kehidupan justru menjadi yang utama untuk memperoleh kebahagiaan hidup. Karena kampus adalah tempat untuk berbagi dan tempat untuk saling peduli terhadap sesama.

Menurut Rusnadi, kampus adalah tempat untuk berbagi. Berbagi ilmu, berbagi kisah, maupun berbagi pengalaman kehidupan. Sebagai lulusan S3 jurusan Kimia ITB 2008, Rusnadi sering berbagi pengalaman kepada mahasiswanya. Bahkan dia tidak ragu untuk merangkul mahasiswamahasiswa yang bermasalah dalam urusan akademik.

Menginjak Tanah Matotonan, Mentawai

“Saya tahu benar bagaimana kondisi mahasiswa ITB. Prestasi bukan lagi menjadi objek yang menarik di kampus ini. Saya justru lebih tertarik pada mereka yang mengalami permasalahan dalam perkuliahannya. Merekalah yang membutuhkan rangkulan dari kita,” papar Rusnadi saat diwawancarai Jumat, 7 Februari 2014 yang lalu.

Kami pun sampai di Matotonan. Di sana kami tinggal di rumah kepala desa Matotonan. Berinteraksi baik dengan warga, serta berusaha agar diterima ialah tugas pertama kami. Perjuangan dua belas hari ke depan dimulai, saatnya menengok Mentawai. []

Berbeda dengan Rusnadi, April seorang dosen program studi Astronomi ITB yang juga masih tergolong muda ini punya cerita sendiri tentang karirnya di ITB .

Menjadi seorang dosen adalah kebahagiaan tersendiri bagi Rusnadi. “Dengan posisi saya sebagai dosen, membuat saya punya wewenang penuh dalam mengatur agenda hidup. Saya juga bisa selalu merefresh ilmu yang saya miliki. Bahkan saya sangat bahagia jika mahasiswa mau bertukar pikiran di kelas. Karena kelas adalah tempat diskusi, bukan tempat mengajar dan

5

36

“Saat dulu, susah mahasiswa memanggil saya ibu, biasanya ‘Mba’,” ungkap April saat wawancara langsung di ruang dinasnya, Jumat, 7 Februari 2014. Wajah April memang mengisyaratkan usianya yang masih muda. Tetapi siapa yang menyangka bahwa April sudah mengabdi di Institut Teknologi Bandung sejak tahun 1999.

5

37


maret 2014

KAMPUS

#77

KENCAN

#77

Jalan hidup terkadang tidak terencana, bahkan tidak disangka-sangka sebelumnya. Setelah lulus S1 jurusan Astronomi ITB, April sempat berhenti kuliah dan tidak langsung melanjutkan ke S2. Namun pada saat kekosongan tersebut datanglah sebuah tawaran untuk menjadi dosen di ITB. Setelah mengikuti tes CPNS, ternyata April lolos dan akhirnya di usianya yang masih begitu muda April diangkat sebagai dosen Astronomi di Institut Teknologi Bandung.

Iwan Pranoto:

Di usia mudanya, April sudah cukup berpengalaman di dunia perguruan tinggi. Pada tahun 2000 April melanjutkan kuliah S2 di ITB jurusan Astronomi , kemudian di tahun 2006 melanjutkan S3 di Tokyo University, jurusan Institute of astronomical. Menjadi seorang dosen adalah sebuah pilihan karena dia yakin inilah jalannya.

Dunia Maya Kritikus Pendidikan Indonesia

April sangat menikmati profesinya sebagai dosen di ITB. “Saya sudah merasa sangat cukup dan bahagia bisa menjadi dosen di sini. Saya memang tipe orang yang tidak suka mencoba-coba hal lain kalau memang saya sudah berada pada zona nyaman dengan suatu keadaan,� terang April dengan mantapnya. Setelah menjadi dosen, April tidak lagi berminat pada peluang pekerjaan yang lain. Astronomi memang sudah menjadi jalan yang April pilih. Oleh : Riyani Jana Yanti

Sesuai janji yang telah disepakati, hari Senin pukul 09.00 WIB saya melangkahkan kaki menuju gedung Matematika lantai dua. Di sanalah ruangan dosen Matematika ITB yang aktif mengkritisi dunia pendidikan melalui media sosial, Iwan Pranoto. Artikel hasil pemikiran kritisnya bisa dengan mudah kita dapatkan di berbagai media sosial seperti kompas.com dan berbagai situs lainnya. Tidak hanya itu, ia pun aktif memanfaatkan sosial media, seperti Twitter, sebagai sarana kritik sosial terhadap berbagai kebijakan yang dinilai kurang ideal.

tergeletak di mejanya. Surat yang minggu lalu saya tempel di papan pengumuman depan pintu ruangannya itu telah berpindah tempat ke mejanya. Setelah berputar-putar mencari tempat yang nyaman, akhirnya kami pun memutuskan kantin KBL sebagai tempat kami berwawancara. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengulik pandangan Iwan tentang sistem pendidikan di Indonesia. Menurut alumni Universitas Toronto Kanada tersebut, secara umum pendidikan di Indonesia tidak bisa lari kencang. Hal itu disebabkan kebijakan politik yang menghambat pendidikan untuk mewujudkan cita-citanya. Banyak sekali kebijakan yang sifatnya politis dan bertentangan dengan pendidikan, salah satunya Ujian Nasional (UN). Seharusnya yang paling paham akan kualitas siswanya adalah guru. Namun dengan kebijakan UN tersebut, para guru tidak bisa

Setibanya di depan ruang kerja Iwan, ketukan pintu yang saya buat sejenak menghentikan aktivitasnya dalam mengerjakan tugas. Kedatangan saya pun langsung disambut ramah olehnya. Sembari menunggunya mematikan komputer, tanpa sengaja saya melihat surat permintaan wawancara yang saya buat masih

5

5

39

dok/internet

Menurut April, profesi bukan hanya berorientasi pada uang, jabatan, ataupun kekuasaan semata, melainkan harus bertujuan pada kebermanfaatan kita bagi orang banyak. Sebagai anak bangsa kita harus mempunyai tekad dan mimpi besar untuk bisa meningkatkan derajat bangsa Indonesia di mata dunia. Masa muda adalah masa dimana semangat perjuangaan sedang begitu menggelora. Untuk itu, berkaryalah sebanyakbanyaknya sejak dan selama masih muda. []

38

maret 2014


maret 2014

KENCAN

menjalankan otoritas sebagai mana mestinya. Keterkaitan antara politik dan pendidikan itu bukan suatu masalah jika orang berpolitik demi memperjuangkan nilai-nilai luhur pendidikan. Sungguh ironis, dalam realitanya , penguasa memolitiki pendidikan untuk berkuasa.

#77

SASTRA

#77

luas tentu menjadi kendala utama jika kita harus menatap dan mendatangi satu-persatu warga. Apalagi sekarang ini era digital, kita harus memanfaatkannya secara bijak. Untuk membawa aspirasi dari dunia maya ke dunia nyata memang cukup sulit, mengaharapkan perubahan menyeluruh secara global pun bukan perkara mudah. Semua itu bisa direalisasikannya melalui diri sendiri dulu. Ungkapan beliau yang berbunyi, “ Berpikir global tetapi bertindak lokal , jangan bertindak global tapi berpikir lokal” , mengisyaratkan bahwa untuk menghasilkan perubahan besar dari pemikiran besar dibutuhkan keberanian tindakan kecil terlebih dahulu. Jangan sampai melakukan tindakan besar namun berpikirnya sempit, penerapan kebijakan pendidikan dan Ujian Nasional contohnya.

Sistem pendidikan yang ideal menurutnya adalah sistem dimana anak-anak berpikir merdeka dan aktif. Jika sistem di Indonesia masih dipertahankan seperti ini, anak-anak Indonesia tidak bisa berfikir kreatif dan hanya mengikuti apa yang dikatakan gurunya. Akibatnya mereka tidak bisa menghargai perbedaan pendapat yang ada. “Masalah yang kompleks, geografis yang luas, dan banyak daerah yang sulit di jangkau menjadi kendala utama pemerataan mutu pendidikan. Indonesia sepatutnya belajar dari Brazil, Amerika, Kanada , dan China. Mereka samasama memiliki geografis yang luas tetapi bisa memajukan dan memeratakan pendidikannya. Kita harus belajar dari negara lain tapi bukan untuk dicontek karena masalah tiap negara itu unik dan berbeda”, kata Guru Besar Matematika ITB yang dikukuhkan 30 Maret 2012 tersebut.

“Setiap anak di Indonesia bisa mendapatkan layanan pendidikan bermutu, bukan dilihat dari hasil ujian namun dari kualitas nyata”,harapan yang beliau ungkapkan untuk kemajuan pendidikan Indonesia tersebut manjadi kalimat penutup wawancara kami pagi itu. []

Mengulik masalah kendala yang menghambat Indonesia, ia pun berargumen bahwa karakteristik Indonesia sangat luas, hampir mustahil menerapkan satu kurikulum untuk seluruh Indonesia. Beberapa sekolah dalam satu kota pun memiliki gaya, warna , dan kekuatan yang beragam, apalagi satu Indonesia. Ia pun tidak menyangkal bahwa sistem pendidikan di ITB sendiri masih belum optimum dan banyak yang harus diperbaiki. Semakin tidak masuk akal jikalau negara yang begini luas membuat sistem yang homogen. Sebelum menghomogenkan suatu sistem, pemerintah seharusnya memberdayakan sampai ke bawah dahulu.

Dear, Kekasihku. Halo. Apa kabarmu di sana? Bertambah baik, ataukah sebaliknya? Dulu, kuingat kita suka bercengkrama berdua sembari melihat bintang-bintang alami yang berkilau. Kau, dengan menggamit tanganku, mengarahkannya ke atas, memilih dan menunjuk cerlang mana yang nantinya kita bawa pulang. Lalu, setelah lelah menerka-nerka tentang yang paling terang, lantas kita hanya kembali tanpa membawa bintang di tangan. “Kau kecewa?” katamu bertanya padaku.

Surat Sakit

“Tidak, bukankah tujuan kita memetik bintang hanya teruntuk pengabulan keinginan? Tapi, bintang bukan Tuhan. Tak perlulah kita dengan enggan mengusiknya. Biarkan saja bercahaya, untukku, terlagi untuk kita,” aku menutup isyarat.

untuk Kekasihku

Sewindu yang lalu kau pergi, meninggalkan aku sendiri menjaga langkah. Kau hanya berpesan, bahwa aku tak boleh menuruti kehendak orangorang asing, atau juga membiarkan tangan-tangan jahil menggangguku. Dan masih kutangkap dalam memori, kau sangat percaya pada orang pribumi, teman sebayaku, atau rekan ibu-bapakmu yang akan membantu bilamana membutuhkan uluran. Aku percaya segala katamu.

Oleh: Idham Padmaya Mahatma

Aku mengantarmu menuju dermaga. Ya, tempat-tempat paling sedih di dunia ialah lokasi di mana kau harus melepas seseorang pergi, terlepas dia akan kembali, atau kau tak akan pernah menemui kesempatan untuk mengusap matanya lagi. Tempat itu, yakni: dermaga, stasiun kereta, bandara, juga terminal bus kota yang megah.

Setelah disinggung terkait keaktifan dan ketertarikannya dalam memanfaatkan media sosial untuk mengkritisi pendidikan, ia berpendapat jika media sosial menjadi satusatunya cara untuk menyebarkan informasi dan kritik secara luas. Geografis Indonesia yang

“Aku berangkat dulu ya,” ucapmu, sebelum kapal itu kemudian berbayang dengan matahari.

5

40

maret 2014

5

41


maret 2014

SASTRA

Kini aku sendirian. Tak ada yang menemaniku bercerita. Setahun sejak kepergianmu, bintang tak lagi bercahaya. Seperti ada yang menyaingi sinarnya. Entahlah, sekarang aku mulai bingung, sangat bimbang, sebab lekuk tubuhku kini tak sehijau dahulu. Ada tangan-tangan liar yang gemar bekerja sepanjang waktu. Dan kau, mungkin tak akan percaya, bahwasanya ada benda-benda aneh yang sengaja mereka tempelkan padaku. Aku takut.

Mereka mencobloskan paku-paku itu padaku. Keras. Dalam. Dan diulanginya dengan paku yang lain. Bos mereka bertolak pinggang, melihat beberapa pekerja sedang sibuk mengurus jatah masing-masing. Ada yang memotong besi sesuai ukuran. Ada yang menunggang roda-roda berlapis kursi. Serta ada pula yang mengaduk debu abuabu dengan air, supaya pekat dan menempel nantinya. Oh, semua dikerjakan sepanjang waktu. Dan coba kaupandang, ada bentuk-bentuk asing di ragaku. Apabila aku berbaring, bentuk itu laksana menara, bangunan, serta rumah-rumah luas nun mewah. Apa jadinya konstruksi yang disusun di atas lekuk yang terluka?

Juga kau, harus memahami, jikalau yang kuceritakan di atas tidak terjadi sekali, bahkan dua kali, tiga, empat, dan seterusnya. Barangkali, kau berlampau waktu sangat mengagumi warna kulitku yang hijau manis, serta tak ada luka berserat. Namun, kalau kita bertemu di dekatdekat ini, jangan terkejut jikalau kulitku tak sehijau dahulu, tak seelok ketika di dermaga aku memelukmu. Mungkin, lebih banyak kasar di sana-sini, dan ada pula warna-warni yang tak kau sukai. Abu-abu, coklat tua, kuning, merah bata, dan sedikit hijau yang tersisa. Kuulangi, hanya secuil hijau yang masih lestari.

Dan lukaku, semakin menjadi. Siang malam aku tak bisa tidur. Ketika malam, mereka menyalakan cahaya yang kian terang, sehingga mataku, tiadalah bisa memejam. Oh, sungguh aku tak pernah tidur. Lihatlah, kantong mataku sudah menyaingi nenekmu yang tertua, atau juga bapak presiden kita. Saat siang, aku malah tak bisa melakukan apa-apa. Cuma berbaring, dan sering aku batuk-batuk. Entahlah, ada asap yang mengepul dari roda-roda berkursi milik mereka. Sebenarnya, kau bisa bedakan mana tunggangan teragungnya; yang mewah tak mengeluarkan asap, sedang yang lain mengabukan jejalan, tapi kuhitung, lebih banyak yang butut dan kampungan. Kalau terus seperti ini, aku bisa sakit.

“Namun, aku percaya, kau tak akan mengubah rasamu hanya karena warna kulit yang tak sama, bukan? Aku tahu kau bukan lelaki pintar, tapi kuharap, kau mengerti benar apa makna ketulusan. Bukankah begitu?” selaku di kala gamang. Orang-orang itu datang lagi. Kali ini, mereka membawa paku-paku tajam yang sepertinya siap untuk ditancapkan. Mereka juga menggandeng banyak pekerja lain untuk bergabung. Pandanglah, tak hanya paku, mereka juga menyiapkan besibesi yang mengilat, batu-batu besar dari urukan kali, juga semacam debu namun menggunung di sana-sini. Aku tak tahu apa rencana mereka.

Aku tak kuat. Kini, kubiarkan air mataku mengalir deras ke seluruh raga. Atau, sengaja pula kualirkan keringat-keringat basah dari poripori. Hingga kau tahu, semua bagian lekukku bak seorang yang telah tenggelam dalam air peluhnya sendiri. Tak apa, dengan begini, siang tak lagi banyak berasap. Dan malam, sering kulihat mereka lupa menyalakan bintang buatannya.

“Aih, sakit!” aku berteriak.

5

42

#77

#77

SASTRA

Dua atau tiga hari kurasa cukup untuk memulihkan letih raga. Maka, aku berhenti menangis, dan peluh tak lagi kupaksakan keluar dari pori. Lantas, mereka tiada belajar dari sebelumnya. Tetap saja, malam dihabiskannya dengan benderang. Dan siang dibuatnya ajang pameran roda-roda berkursi. Oh, aku batuk-batuk lagi.

maret 2014

“Huhuhuhu....Huhuhuhu....” aku menangis, sengaja, dan semakin deras linang mataku tumpah. Dan tak lupa, kukeluarkan seluruh keringat serta peluh hingga tak bersisa. Oh, aku kelelahan melakukan itu semua. Mataku kembali berkunang. Sepertinya, aku benar-benar sakit.

Bulan lalu, aku mendengar teriakan mereka untuk membangun sebuah pipa di sini. Namun, mereka tak mungkin meletakkannya di atas lekukku. Karena, sudah terlampau sesak, tak ada tempat lagi. Dan benar saja, mimpi buruk itu datang. Darinya yang berbaju kotak-kotak, menghendaki untuk menyelipkan pipa-pipa atau gorong-gorong raksasa di dalam tubuhku, bermaksud agar aku tak berair lagi.

“Bibi, tolong bawa aku ke dokter,” pintaku. Kata dokter, aku harus istirahat seminggu. Tak boleh banyak bergerak, ataupun melakukan apa-apa. Dan maaf, aku juga tak diperbolehkan mandi. Maka, air mata dan cairan coklat bekas keringat serta peluh tadi, sengaja kubiarkan tak bergerak di sana selama tujuh hari. Tak apa, sekali-sekali kau mungkin harus mengganti tumpangan. Roda kursimu tak lagi terpakai. Kini, yang berbondong hanyalah perahu. Lebih baik, sebab tak menimbulkan asap yang pilu.

“Kau bayangkan, jarum suntik sekecil itu saja apabila ditusukkan ke kulit yang terluka bakal sakit luar biasa. Bagaimana apabila pipa?” keluhku.

Sebelum tertidur, kulanjutkan secarik kalimat untukmu, mungkin harus kuulangi beberapa frasanya, oh, sepertinya berbunyi sendu:

Ketika semua disetujui, mereka benar-benar akan bergerak cepat. Disiapkanlah peralatan, teknisi, anggaran, serta yang lain. Oh, mataku mulai berkunang-kunang. Dan... aku pingsan.

Dear Kekasihku,

Aku benar-benar kecewa dengan mereka. Sakitku sudah tak terkendali lagi. Mungkin, tubuh yang dulunya hijau tak bersayat ini hanyalah tinggal kenangan. Bintang yang kita petik diam-diam sudah lama kurasa pergi berlari. Dan aku, kini hanya mendapati ragaku seperti onggokan daging yang lesuh, tak bergairah.

Halo. Apa kabarmu di sana? Bertambah baik, ataukah sebaliknya? Oh ya, orang tuamu masih sehat-sehat pula? Aku rindu bertemu denganmu. Kekasihku, sebenarnya ini surat sakitku. Aku kirimkan padamu sebagai pengabar keadaanku sekarang. Maaf, jikalau tanpa pita atau bingkisan yang lain. Aku tak sempat membelinya. Itu saja dariku, aku ingin istirahat lagi. Oh ya, aku tunggu surat balasanmu. Doakan aku kian sembuh.

Bahkan, beberapa kali aku enggan berkaca di depan cermin. Takut terlihat tua, atau juga tak secantik seperti kala kita berpisah. Maafkan aku. Kini aku ingin berlaku kejam pada mereka. Ingin sekali aku memberikan pengalaman terpahit untuk mereka. Bukan karena dendam, melainkan hanya mengajarkan mereka bagaimana caranya berterima kasih sebab telah diberi tempat hidup yang memadai.

Kecup mesra, Jakarta, kekasihmu yang tengah terluka.

5

43


RESENSI

maret 2014

#77

RESENSI

#77

“ I THINK

maret 2014

1st Melihat

EVERYONE THAT FALLS IN LOVE IS A FREAK ” Oleh

: M. Fidel Adriana

Oleh

: Agus Maulana

Judul film

: Her

Judul Album

: Visualis

Sutradara

: Spike Jonze

Artis

: The Changcuters

Genre

: sci-fi romance

Durasi

: 43 menit

Pemain

: Joaquin Phoenix

Label

: Sony Music Entertaiment

Genre

: Pop Rock

Amy Adams Scarlett Johansson Durasi

: 126 menit selalu memandang kehidupan dari sudut yang unik, menambah kehangatan perbincangannya dengan Theodore.

Film sci-fi tidak selalu dipenuhi dengan aksi robot-robot canggih. Her, film yang dirilis pada 10 Januari 2014 ini mampu menunjukkan bahwa sebuah imajinasi tentag hubungan asmara antara seorang manusia dengan sebuah komputer juga tidak kalah menarik dari film sci-fi lainnya

Merasa nyaman dengan Samantha, Theodore memberanikan diri untuk menyatakan bahwa Samantha adalah kekasih barunya. Namun memiliki seorang pasangan hidup berupa Operating System tidak sepenuhnya indah seperti yang dibayangkan.

Berlatarkan masa depan yang diwarnai dengan kecanggihan teknologi, Her menceritakan tentang Theodore Twombly adalah seorang pegawai di perusahaan yang menawarkan jasa menulis surat. Walaupun sering menulis surat cinta, ucapan ulang tahun, dan berbagai surat bahagia lainnya, Theodore menjalani hari-harinya dengan murung. Ia tidak banyak berinteraksi dengan temanteman disekitarnya. Kecanggihan teknologi selalu menemaninya menjalani kehidupan. Namun ia selalu mendambakan seseorang yang mampu menemaninya menghadapi dunia.

Film ini menggambarkan kehidupan seorang antisocial dengan unik. Tone warna yang ditampilkan menambah suasana kesendirian dari Theodore. Kepiawaian Joaquin dalam memerankan Theodore Twombly mampu membuat penonton ikut merasakan bagaimana rasanya memiliki komputer sebagai kekasih. Walaupun berdurasi panjang, namun Spike Jonze mampu membuat alur cerita yang bisa dinikmati penonton setiap menitnya. []

Satu hari ia meng-install Operating System baru di komputernya. Berbeda dengan OS biasa, OS ini memiliki perasaan dan cara berpikir seperti seorang manusia. OS ini juga mampu merespon pertanyaan-pertanyaan dari user layaknya obrolan manusia. Ia memanggil dirinya Samantha. Theodore terpukau dengan kemampuan Samantha yang mampu mengerti dirinya. Selain itu kebiasaan Samantha yang

5

44

Setelah lama tidak terdengar sepak terjangnya di dunia permusikan tanah air, kelima pria asal kota kembang ini kembali menelurkan album terbarunya di tahun 2014 dengan konsep yang cukup unik.Berselang dua tahun dari album ketiganya “Tugas Akhir”, The Changcuters, Tria (Vokal), Alda (Gitar), Qibil (Gitar), Dipa (Bass) dan Erick (Drum) kembali merilis album terbarunya dengan tajuk “Visualis”. Album ini merupakan rilisan pertama dari konsep trilogi yang akan digarap oleh mereka pada tahun ini. Visualis yang pertama melambangkan simbol mata, nantinya akan ada telinga dan hati. Masih dengan genre yang mereka sebut garage rock, The Changcuters kembali CLBK dengan label Sony Music Entertaiment Indonesia setelah sempat memutuskan untuk kembali ke jalur indie saat merilis album ketiganya.

Judul lagu yang cukup unik “Wow, Deborah” membawa pendengar ke masa masa indie The Changcuters dengan sound yang cukup liar dan mungkin hanya bisa dicerna oleh fans berat mereka, Changcut Ranger. Track bernama “Antariksa” juga menarik perhatian dengan memadukan aliran electro pop music dan rockabily yang sedikit nyentrik membuat pendengar ingin terus menekan tombol repeat guna menirukan gaya bernyanyi sang vokalis. Selanjutnya, “Salam Pagi”, “Panggil Saja, John”, dan “Bintang Jalanan” dibawakan kembali dengan gaya garage rock di mana menjadi benang merah mereka di album ini. Ditutup apik oleh “Samara” yang dilantunkan dalam dua versi, full band dan akustik, membuat pendengar akhirnya merasakan suasana yang ingin dibawa oleh The Changcuters dalam album inis.

Album ini dibuka dengan track “Paradoks” yang kental dengan garage rock serta sedikit sentuhan musik grunge, seakan menegaskan bahwa band ini masih tetap pada jalurnya sejak terbentuk pada tahun 2005. Track kedua yang juga menjadi single andalan berjudul ‘sedikit nakal’ “Mengapa Sahabat Pacarku Lebih Cantik dari Pacarku” cukup mendapat apresiasi di kalangan penikmat musik Indonesia dengan merajai beberapa tangga lagu di radio radio nasional. Di deret lagu selanjutnya seperti “Akhirnya Indah”, ” Generasi Pantang Tua”, “Lestarikan Pohon” dan “Dari Kami Untuk Para Pemberani” mereka lebih memilih untuk memainkan musik yang ringan dan easy listening.

Satu lagi yang membuat album ini layak untuk dijadikan koleksi pendengar, dengan tajuk visualisnya, The Changcuters menerapkan teknologi “Augmented Reality”, yaitu dengan mengunduh aplikasi The Changcuters AR di Google Play Store lalu memindai cover albumnya, kalian dapat menyaksikan mereka tampil secara live dalam versi kartun 3D di atas sampul albumnya sendiri. []

5

45


RESENSI

maret 2014

#77

maret 2014

#77

Sisi Lain J.K Rowling Oleh

: Lisa Santika Onggrid

Judul Buku : The Cuckoo’s Calling Penulis

: J.K. Rowling

Alih Bahasa : Siska Yuanita Penerbit

: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman

: 520

Setelah Harry Potter, J.K Rowling seolah ingin membuktikan kepiawainnya menulis genre di luar fantasi. Setelah The Casual Vacancy yang bertemakan politik, ia kini kembali dengan karya baru beraliran detektif.

di buku-buku berikutnya. Salah satu daya tarik dari Dekut Burung Kukuk adalah bagian kehidupan sehari-hari Strike yang muncul sepintas-sepintas sehingga membuat pembaca penasaran. Apa sebenarnya alasan Strike meninggalkan karir militernya yang begitu gemilang untuk menjadi detektif biasa? Bagaimana dia bisa memiliki kontak-kontak istimewa, mulai dari petinggi kepolisian hingga orang-orang ‘dunia bawah’?

Dekut Burung Kukuk (The Cuckoo’s Calling) dibuka dengan tewasnya seorang supermodel bernama Lula Landry, yang berdasarkan penyelidikan bermotif bunuh diri. Kejadian ini menjadi kesempatan bagi Cormoran Strike, mantan veteran perang yang kini berprofesi sebagai detektif, untuk memperbaiki keuangannya yang berantakan. Di saat yang sama, Robin Ellacott, wanita muda cerdas yang diam-diam memiliki impian masa kecil menjadi seorang detektif, tengah mencari pekerjaan sementara. Kakak angkat Lula menawarkan sejumlah besar uang agar mereka dapat membuktikan bahwa Lula tidaklah bunuh diri, melainkan dibunuh. Dari sinilah mereka, dan pembaca, dibawa masuk ke dunia hiburan gemerlap beserta sisi-sisi gelapnya.

Pertanyaan yang sama juga akan muncul untuk karakter-karakter lain seiring interaksi mereka dengan Strike. Karakter adalah keunggulan utama buku ini. Mereka menjelma hidup. Bahkan, si korban, Lula, yang sudah tewas sejak halaman pertama, tergambar dengan baik sifatsifatnya. Robin, terutama, bukanlah sekadar karakter pembantu yang sering ada pada novel detektif. Dia berhasil mendapatkan banyak fakta yang membantu penyelidikan Strike berkat kemampuan komunikasinya. Perbandingan kehidupannya yang tergolong sempurna dengan Strike yang penuh masalah menjadi salah satu alur sampingan.

Bagi penggemar Agatha Christie, membaca Dekut Burung Kukuk akan terasa akrab. Struktur serta penekanan pada aspek psikologi memang menyerupai gaya Agatha. Namun, selain itu, gaya khas Rowling, pembaca akan dibawa mengelilingi London dalam deskripsi yang detil, bertemu dengan beragam karakter, keunikan masingmasing, misteri yang semakin lama semakin rumit, tetapi diimbangi humor dan sarkasme. Narasi ditulis dengan angle orang ketiga terbatas, fokusnya bergantian antara Strike dan Robin.

Buku ini bukan tanpa kelemahan. Di paruh awal alur ceritanya berjalan lambat. Ada sekitar seratus halaman pembukaan yang tergolong agak berlebihan bagi sebagian orang. Selain itu, katakata kotor dan umpatan bertebaran hingga bisa membuat risih. Kesimpulannya? Buku ini layak dibaca bagi penggemar cerita misteri, terutama penggemar Agatha Christie. Bagi penggemar Rowling tentunya akan menarik melihat bagaimana dia memisahkan diri dari Harry Potter dan meramu kisah-kisah baru yang tak kalah apik. []

Sebagai buku pertama dari serial Cormoran Strike, seperti serial Harry Potter, hanya sedikit sekali yang kita ketahui tentang si tokoh utama. Hal ini yang kemungkinan akan dibuka perlahan

5

46

5

45


maret 2014

#77

5

46


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.