Boulevard #78 - Januari 2016

Page 1

edisi 78

BoulevardITB

78 Januari 2016 Rp 5.000.00

Masih cukup berkaryakah mahasiswa ITB?

COVER COVER

ISSN 08546703 www.boulevarditb.com


edisi 78

BoulevardITB

SEJARAH

iklan KI

SI

1


edisi 78

VISI

InstitutTeknologi Bandung, salah satu institusi pendidikan teknik (yang katanya) terbaik di negeri ini, sudah selayaknya menghasilkan banyak karya sebagai implementasi fungsinya. Apalagi adanya embel-embel teknologi pada namanya seolah memberikan cap bahwa karya yang dihasilkan dari kampus ini sudah selayaknya memiliki nilai teknologi di dalamnya. Predikat yang muncul ini juga tentunya tumbuh dari ekspektasi masyarakat yang mengharapkan kampus ini dapat mengimplementasikan hasil proses pendidikan yang berjalan di kampus ini langsung ke masyarakat. Lalu, apakah kondisi riil yang terjadi sekarang sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan? Apakah karya-karya civitas akademika, terutama mahasiswa, sudah memenuhi ekspektasi-ekspektasi yang muncul? Apakah semua elemen di kampus ini telah memiliki visi dan semangat yang sama dalam usaha mewujudkan kampus yang produktif menghasilkan karya?

Kalau belum, apa yang bisa kita lakukan?

2

BoulevardITB


edisi 78

BoulevardITB

Dafta

6-8 SEJARAH

9-18

LAPORAN UTAMA

19-28 KAMPUS

29-31 KENCAN

3


edisi 78

BoulevardITB

ar Isi

32-34

LOMBA AEC

35-36 LANGKAH

37-38 SASTRA

39-40 galery

41-45 resensi

4


edisi 78

Pemimpin Umum Anas Zakaria Pemimpin Redaksi Maryam Zakkiyah Staf Redaksi Alma Cantika Aristia, Brigitta Merylla, Renica N, Aisya Putri, Azifa Risalati, Dzikra Yuhasyra, Hasna Alfitra Rizki, Hellen Putri Kusumasari, Huda Al Hakim, Lathifah Zahratul J., Lisa Santika Onggrid, Margareta Vania Stephanie, Millatul Khasanah, Muhammad Fidel Adriana, Muhammad Iqbal Tawakal, Nurani Istiqomah, Nurina Maretha Rianti, Raisa Zuhria Safitri, Razki Rahadian Sugiarto , Rohmah Nasada Tuita, Siti Fatima. Redaktur Artistik Pandu Hutagalung Staf Artistik Nadia Maghfira, Arum Adiningtyas, Candra Kusumarahadi, Johan Iswara, Adinda Yuwono, Ibaddurahman, M. Bahrul Ilmi Pemimpin Perusahaan Arsy Karima Zahra Staf Perusahaan Yola Kamalita, Effie Farida, Muhammad Izzuddin Prawiranegara, Rizki Nur Fitriansyah, Rizky Rahmany, Syaiful Bahri, Winda Intan Sari.

Selasar Mekanika Tanah, Labtek 1 Email :mail@boulevard.com website :http://www.boulevarditb.com Twitter :@boulevarditb iklan :Arsy (0857 2288 5326) ISSN :08546703

BoulevardITB


edisi 78

SEJARAH

BoulevardITB

Peristiwa Buku Putih 1978 Refleksi Kekritisan Dan Perlawanan Mahasiswa

Mungkin Om-Om atau Tante kita yang pernah merasakan kuliah di ITB masih ingat. Mungkin juga kalau kita tanyakan pada dosen-dosen kita, akan terbayang kembali dengan jelas dibenak mereka bagaimana militer menduduki dan menguasai kampus ITB ini di tahun 1978. Saat itu memang PANGKOPKAMTIB (Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) Soedomo mengerahkan kekuatan militer untuk menyerbu dan menduduki kampus-kampus yang dianggap sabagai basis kakuatan gerakan mahasiswa diikuti penangkapan para pemimpin mahasiswa secara besar-besaran. Semua mahasiswa dan juga dosen digiring ke lapangan, diperiksa satu per satu identitasnya, dan apablia di antara mereka ada yang masuk dalam daftar yang harus “diamankan� maka mereka langsung diangkut ke rumah tahanan militer. Setelah kampus ITB, kampus UGM pun menyusul mengalami nasib serupa. Mahasiswa Yogyakarta yang saat itu sedang mengadakan mimbar bebas di kampus UGM dikepung oleh tentara. Kelompok mahasiswa itu kemudiaan kocar-kacir menyusul serangan tentara yang membabi buta. Sebuah operasi militer yang serius dengan senjata lengkap dan bayonet terhunus.

6


edisi 78

SEJARAH

Mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya apa penyebab terjadinya serangan tentara ke kampus-kampus itu. Apa penyebab hal-hal yang juga menyusul kejadian tersebut, seperti penangkapan besar-besaran para pemimpin mahasiswa, pelarangan terbitnya delapan koran di Indonesia, peringatan keras kepada empat jenderal (A H. Nasution, Ali Sadikin, H.R. Dharsona, dan Kemal Idris) dan pemecatan Sekjen Ascan H.R. Dharsono. Pada tahun-tahun ‘77 dan ’78 itu suasana kampus di Indonesia memang sangat semarak. Ada“gairah” yang terpancar dari kepedulian mahasiswa terhadap penderitaan masyarakat dan kondisi obyektif Indonesia saat itu. Mahasiswa turun ke jalan melakukan “polling pendapat” masyarakat untuk mendapatkan masukan mengenai masalah angkutan umum dan mobilmobil dinas pejabat. Diskusi-diskusi mahasiswa berlangsung kontinyu dan intensif, berupaya mencari solusi atas penyebab semua masalah tersebut. Gerakan diskusi berantai itu kemudian mereka namakan Gerakan Anti Kebodohan. Gerakan tersebut mengharapkan agar materimateri yang menjadi topik pemikiran mereka menjadi bahan masukan bagi para kontestan Pemilu dalam rangka penyusunan GBHN tahun 1978-1982. Mereka mensinyalir seakan-akan rakyat selama ini “dibodohi” saja dengan slogan-slogan pembangunan yang ternyata justru meminta pengorbanan rakyat kecil terIalu banyak. KONSOLIDASI KEKUATAN Pada awalnya gerakan mahasiswa masih benarbenar sporadis. Di tiap daerah, para mahasiswa melakukan aktivitas sendiri-sendiri. Kemudian timbul gagasan dari mahasiswa Bandung untuk menyatukan gerakan mahasiswa secara simultan, nasional, dan terpadu. Semua masalah yang diperjuangkan mahasiswa berakar pada hal yang sama, maka mahasiswa merasa perlu berkumpul, menyatukan pandangan dan bergerak bersama. Pertemuan mahasiswa nasional pun diselenggarakan pada Oktober 1977 di kampus ITB, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Pertemuan nasional ini menghasilkan Ikrar Mahasiswa lndonesia yang salah satu poinnya menyatakan “… agar MPR segera menyelenggarakan sidang istimewa

BoulevardITB

untuk meminta pertanggungjawaban pimpinan nasional/Presiden RI tentang penyelewenganpenyelewengan dalam pelaksanaan UUD’45 dan Pancasila” Peringatan Sumpah Pemuda ‘77 diadakan di halaman gerbang masuk kampus ITB, dihadiri oleh seluruh peserta pertemuan mahasiswa se-Indonesia, masyarakat sekeliling kampus, dan juga tidak terkecuali Rektor ITB Prof. Iskandar Alisjahbana ikut apel dan memotretmotret, mendokumentasikan peristiwa langka itu menurut gayanya sendiri. Waktu itu kalangan akademisi memang masih murni berada di pihak nilai-nilai kebenaran ilmiah, belum banyak bersentuhan dengan struktur kekuasaan negara. ITB BERGOLAK Puncak gerakan mahasiswa ini terjadi di Bandung pada tanggal 14 Januari 1978. Dewan Mahasiswa ITB mengeluarkan pernyataan “Tidak mempercayai dan tidak menginginkan Soeharto kembali sebagai Presiden RI”. Pernyataan itu merupakan hasil dari musayawarah yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa ITB yang ditandatangani oleh Heri Akhmadi sebagai ketua DM-ITB. Sebuah sikap yang dinilai oleh para pengamat sangat berani. Selain mengeluarkan pernyataan sikap di atas, Dewan Mahasiswa ITB juga menyertakan “Buku Putih Perjuangan Mahasiswa”, yang menurut keterangan mereka dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat luas mengapa mahasiswa harus berjuang dan apa yang harus diperjuangkan. Isi Buku Putih bukan hanya membahas tentang terjadinya kasus-kasus negatif akibat kesalahankesasahan pelaksanaan, tetapi lebih ditekankan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianggap salah. Kesalahan kepemimpinan dan sistem telah terjadi di semua bidang: politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan bidang-bidang pembangunan lainnya. Semua itu menimbulkan rasa tertekan dalam masyarakat. Sistem politik yang ada selama itu dinilai mahasiswa akan terus mengakibatkan berlangsungnya kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah tanpa adannya “koreksi-koreksi yang berarti” dari parpol dan Golkar yang disebut sebagai kekuatan politik resmi. DPR sampai saat itu dinilai oleh mahasiswa belum mencerminkan

7


edisi 78

SEJARAH

lembaga penyalur aspirasi rakyat dan lembaga kontrol yang efektif. DPR hanya menjadi penonton atas segala ketidakberesan di kalangan eksekutif, mengadakan dengar pendapat dan menganggap persoaalannya selesai. Gerakan mahasiswa juga menyatakan bahwa MPR 1977 tidak konstitusional. Menurut pasal 2 UUD’45, kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Tetapi kenyataannya 61% anggota MPR’77 bukan berasal dari wakil rakyat hasil Pemilu. Mahkamah Agung sebagal badan yudikatif dalam sistem pemerintahan ternyata berada di bawah kekuasaan Presiden. Kebijakan ekonomi yang dijalankan dinilai tanpa mempedulikan lagi prinsip keadilan sosial, harga diri, dan budaya nasional. Perhatian besar yang seharusnya diberikan pada pengusaha kecil ternyata tidak diberikan. Prosentasi kredit yang diberikan pada pengusaha lemah tidak ada artinya dibandingkan dengan ratusan milyar kredit yang diberikan pada kelompok pengusaha non-pribumi. Budaya “ambil muka” dianggap telah merasuk dalam unsur-unsur kelembagaan rakyat. Sistem politik di Indonesia dinilai tidak akomodatif terhadap aspirasi rakyat. Keputusan-keputusan nasional diambil tanpa mempedulikan kepentingan rakyat. Poiitik merupakan barang mewah dan eksklusif. Konsumsinya terbatas pada pejabat negara. Terhadap semua kekurangan diatas, gerakan mahasiswa mengeluarkan tuduhan bahwa semua situasi nasional yang terjadi saat itu disebabkan oleh dua faktor utama yaitu Kepemimpinan Nasional dan Strategi Pembangunan. Pernyataan Dewan Mahasiswa ITB dan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa yang dikeluarkannya itu menjadi legitimasi bagi militer untuk menyerang kampus dan mengobrak-abrik semua yang ada di dalamnya. Trauma pada militer ini berlangsung terus, apalagi kemudian Kaskopkamtib membekukan kegiatan Dewan Mahasiswa semua Universitas/Perguruan Tinggi. Surat Keputusan Kaskopkamtib itu disusul Surat Keputusan Menteri P dan K Dr. Daoed Joesoef tentang Normalisisi Kehidupan Kampus (NKK), yang isinya antara lain menugaskan para rektor perguruan tinggi sebagai penanggung jawab tertinggi di kampusnya masing-masing. Di bawah konsep NKK, mahasiswa tidak diperkenankan untuk

BoulevardITB

membentuk organisasi kemahasiswaan (student government) sebagai sarana penggalangan solidaritas dan publikasi mahasiswa. ENDING Sekarang (artikel ini diterbitkan tahun 1996) delapan belas tahun telah berlalu. Deklarasi mahasiswa tanggal 20 Januari 1996 yang lalu telah mencairkan kembali Keluarga Mahasiswa ITB. Satu langkah besar untuk menghidupkan kembali student government telah dicanangkan. Masihkah semangat mahasiswa tetap seperti dulu? Masihkah kita berdasar pada gerakan moral dan nilai-nilai kebenaran murni? Ataukah kini mahasiswa ITB malah berakrab-akrab dengan militer dalam Pameran Teknologi Hankam beberapa bulan yang lalu di GSG. Apakah kita sudah yakin bahwa militer sendiri telah mengalami perubahan selama delapan belas tahun ini? Masih samakah garis perjuangan mahasiswa sekarang? Tampaknya sebuah pekerjaan rumah tambahan bagi “pemimpin-pemimpin” mahasiswa masa kini: Untuk kembali meninjau sejarah, meninjau kondisi obyektif saat ini, dan mengambil posisi yang tegas! Bagaimanapun. dengan beban sejarah yang demikian berat, kita tidak boleh melakukan suatu langkah hanya sekadar demi mengenang kejayaan masa talu dan memuaskan hasrat romantisme. (bong/bach) 24 - III maret 96 refleksi kekritisan dan perlawanan mahasiswa []

8


edisi 78

ARTIKEL 1

BoulevardITB

Sudah Cukup Berkaryakah Mahasiswa ITB?

Institut Teknologi Bandung, sebuah nama yang terdengar megah bagi masyarakat negeri ini. Bukan rahasia jika orang-orang yang ingin menjadi bagian di dalamnya harus melewati seleksi yang sangat ketat. Khalayak dapat membayangkan seperti apa orang-orang yang ada di dalamnya. Namun, catatan membuktikan bahwa ITB bukan tanpa cacat. Seretnya prestasi ITB pada Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) selama bertahun-tahun seolah membawa kita pada pertanyaan baru: benarkah ITB sedang dalam kondisi krisis berkarya?

sumber gambar : www.itb.ac.id

oleh : Margareta Vania


edisi 78

LAPORAN UTAMA

PKM adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI). Kegiatan ini berjuan untuk mengembangkan minat dan bakat mahasiswa sekaligus menjadi wadah bagi mereka untuk berkarya. Ada lima bidang dalam PKM, yaitu PKM-Penelitian, PKMPenerapan Teknologi, PKM-Kewirausahaan, PKMPengabdian Masyarakat, dan PKM-Penulisan Artikel Ilmiah. PKM dicetuskan tahun 1997 dengan salah satu pemrakarsanya adalah Sundani Nurono yang merupakan Dosen Sekolah Farmasi ITB. Bersama timnya dari DIKTI, Sundani menyusun sebuah program yang bertujuan untuk mengakomodasi kreativitas mahasiswa. Awal mulanya, DIKTI membuat suatu program yg bertujuan untuk pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi. Sebagian besar program ini ditujukan untuk dosen. “Karya Alternatif Mahasiswa” merupakan salah satu program yang diselipkan diantara program dosen tersebut. Tiga tahun kemudian, DIKTI memisahkan kompetisi khusus mahasiswa dari program dosen. PIMNAS sendiri dimulai tahun 2002 dan diselenggarakan di kota-kota besar di seluruh Indonesia. ITB sendiri aktif terlibat dalam PKM. Di PIMNAS XXII tahun 2009, ITB berhasil menduduki juara umum kedua dengan menyabet empat medali emas, dua medali perak, dan empat medali perunggu. Akan tetapi di tahun-tahun selanjutnya, prestasi ITB di PKM semakin menurun. Jumlah perolehan medali semakin berkurang. Tahun 2014 silam, ITB hanya berhasil menyabet satu medali perak di kategori poster. Juara umum PIMNAS tahun 2014 diraih oleh UGM. Ini sudah kelima kalinya UGM menduduki urutan pertama di PIMNAS. Universitas ini membawa pulang tiga emas, tiga perak, dan dua perunggu untuk kategori presentasi. Untuk kategori poster, UGM juga menyabet 10 emas, lima perak, dan lima perunggu.

BoulevardITB

Brian Yuliarto, Ketua Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB menyatakan bahwa ITB masih memiliki sisi lemah yang perlu diperbaiki. “Unggul di bidang sains dan teknologi saja tidak cukup. Mahasiswa juga perlu tahu bagaimana mengaplikasikan ilmunya ke masyarakat, salah satunya lewat PKM,” ujar Brian. Pernyataan tersebut pun didukung oleh Dini, GD’12 dari Deputi Propaganda Apresiasi Kabinet KM ITB 2014/2015. Dini berpendapat bahwa prestasi ITB -terutama dalam PKM- masih kurang dibandingkan dengan universitas-universitas lain. Parahnya lagi, masih banyak mahasiswa ITB yang belum tahu apa itu PKM.

di bidang sains “danUnggul teknologi saja tidak cukup. Mahasiswa juga perlu tahu bagaimana mengaplikasikan ilmunya ke masyarakat, salah satunya lewat PKM.

Menurut Dini, kuantitas proposal PKM yang diajukan ITB masih sedikit jika dibandingkan dengan universitas lain. Padahal, kualitas ide mahasiswa ITB tidak bisa diremehkan karena lebih unggul dan high-tech. Hal serupa juga disebutkan oleh Brian, “kampus lain mengajukan 3000 proposal untuk PKM tetapi ITB hanya 300. Namun, jumlah yang lolos ke tahap selanjutnya, ITB selalu memperoleh jumlah tertinggi.” Jumlah proposal yang masuk ke LK selalu bertambah. Proposal ITB yang didanai pemerintah pun banyak. Namun, tidak banyak

10


edisi 78

LAPORAN UTAMA

karya mahasiswa yang bisa bertahan hingga ke final. Banyak hal yang membuat mahasiswa ITB gagal masuk PIMNAS, misalnya ketidakhadiran mereka dalam monev. Umumnya mereka juga tidak konsisten dalam mengurus PKM ini. “”Jadi, dari segi gagasan, mahasiswa ITB cukup baik. Akan tetapi, sikap-sikap mahasiswa ITB masih banyak yang perlu dilatih,” lanjut Brian. Jika berbicara mengenai karya ITB, PKM memang tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya acuan. Ada beberapa tolak ukur lain yang perlu dilihat. Prestasi mahasiswa ITB sebenarnya cukup banyak, baik dalam kancah nasional maupun internasional. Dari kacamata kabinet, Dini berpendapat bahwa masih banyak mahasiswa ITB yang berprestasi di berbagai bidang keilmuan, baik di dalam maupun di luar negeri. Menurut Brian pun, prestasi mahasiswa ITB secara keseluruhan tidak mengalami penurunan. Ucapan Brian ini terbukti pada kejuaraan (Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tingkat Perguruan Tinggi) ON MIPA . Dalam ajang ini ITB selalu menjadi juara umum selama lima tahun berturut-turut. Juara dua mahasiswa berprestasi Indonesia 2014 pun diraih oleh mahasiswa ITB. ITB juga meraih emas dalam kompetisi International Genetically Engineering Machine (IGEM) di tahun 2014. Barubaru ini, Tim URO ITB juga berhasil mendapatkan tiga piala di Kontes Robot Internasional. Ramadhani dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB turut berpendapat bahwa prestasi ITB sudah cukup baik jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lain di dalam negeri. Namun, ITB masih kalah jauh jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lain di kancah internasional.

BoulevardITB

di kancah nasional. Tahun 2009, jumlah prestasi internasional hampir mendekati nasional yaitu 17 dan 20. Tahun-tahun berikutnya, jumlah prestasi nasional terus meningkat hingga tahun 2011 dengan jumlah 55. Di tahun 2012 dan 2013 sempat menurun dan naik kembali di tahun 2014. Namun, prestasi internasional ITB masih kurang memuaskan. Prestasi internasional terus berputar di angka belasan. Terakhir, tahun 2014, ada 67 prestasi nasional dan 16 prestasi internasional yang terdaftar di LK. Perbedaan yang signifikan antara prestasi nasional dan internasional ini perlu ditangani. Dengan visi rektor yang baru yaitu entrepreneurial university, ITB seharusnya meningkatkan prestasinya di jenjang internasional. “Ciri lain dari entrepreneur university adalah mahasiswa dilibatkan dalam kompetisi internasional, supaya dia broadmind, bukan hanya nasional,” tutur Kadarsah Suryadi selaku rektor ITB. Sundani Nurono juga menambahkan bahwa mahasiswa ITB belum cukup dalam berkarya. Menurut beliau, mahasiswa ITB yang sudah tergerak mungkin baru 10% dari populasinya. “Jika tidak untuk suatu hal seperti PKM, minimal untuk kampusnya sendirilah. Kita ini kampus teknologi kan? Saya masih lihat petugas kebersihan memakai sapu. Cobalah kalian buat, remote control atau apa gitu, untuk membantu mereka. Lalu pikirkan bagaimana pengelolaan sampah-sampahnya,” ujar Sundani. Jadi, sudah cukup berkaryakah mahasiswa ITB? []

Berdasarkan data prestasi mahasiswa yang tercatat oleh LK ITB, jumlah prestasi di kancah internasional memang belum sebanyak prestasi

11


edisi 78

LAPORAN UTAMA

BoulevardITB

Apa yang Terjadi Dengan Mahasiswa dan Karyanya? oleh Lisa Santika Onggrid dan Nurina Maretha Rianti

Berbicara mengenai proses berkarya di kampus ini berarti membicarakan suatu sistem yang cukup komplek. Banyak faktor-faktor yang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik mendorong maupun menghambat. laiknya efek domino, satu tergerak ketika yang lain bergerak. lalu, apa sajakah faktor-faktor itu?

Mahasiswa ITB lebih banyak menghabiskan waktu untuk kaderisasi, setidaknya demikian kesimpulan yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh tim sukses Jeffry Giranza di kala pemira 2014. Ketika itu, mereka melakukan survei untuk memetakan aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa ITB. Dengan subjek survei 74%nya adalah para pengurus himpunan mahasiswa jurusan dan unit di ITB. Dari survei yang dilakukan, kaderisasi masih menjadi aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa ITB. Dari seluruh koresponden,

61%-nya terlibat dalam aktivitas kaderisasi yang dilakukan di unit atau himpunannya. Jumlah ini merupakan porsi terbesar dari aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa ITB. Dengan kata lain, kaderisasi masih menjadi fokus utama dari kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan oleh mahasiswa ITB. Di lain pihak, penelitian dan keprofesian hanya dilakukan oleh 30% dari total koresponden. Dengan kata lain, waktu yang diluangkan oleh mahasiswa ITB lebih banyak untuk kaderisasi dibandingkan untuk melakukan kegiatan

12


edisi 78

LAPORAN UTAMA

keprofesian maupun penelitian. Padahal, dua bidang inilah yang berhubungan secara langsung dengan proses berkarya yang dilakukan oleh mahasiswa ITB sebagai insan akademis. Selaras dengan data hasil survei tersebut, Sundani Nurono, Dosen Sekolah Farmasi ITB berpendapat bahwa mahasiswa yang tergerak untuk berkarya baru 10% dari keseluruhan populasi yang ada. Namun seharusnya populasi itu tak mempengaruhi banyaknya karya jika 10% populasi tersebut produktif menghasilkan karya. Rismawati Laila, Kepala Bidang Keprofesian HMF ‘Ars Praeparandi’ 2014-2015 (Himpunan Mahasiswa Farmasi, -red) menyatakan, “Di himpunan kami, setiap pengurus fokus pada bidang dan divisinya masing-masing, fokus juga dalam mengarahkan massanya. Karena itu kaderisasi dan keprofesian bisa tidak saling mengganggu.” Sedangkan menurut M. Luthfi Jundiaturridwan, Ketua Himpunan HMTM ‘Patra’ 2015-2016 (Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan, -red), keadaan berdasarkan suvei ini akan saling mempengaruhi,

BoulevardITB

pemahaman terkait kaderisasi masih berbeda dari masing-masing mahasiswa, bahkan dalam satu organisasi. Lain lagi yang dikatakan Dhika A. Pratama, Ketua Himpunan HIMABIO ‘Nymphaea’ (Himpunan Mahasiswa Biologi, -red), keadaan ini dapat saling mendukung. “Untuk mencapai tujuan semangat berkarya, maka bentuklah kaderisasi yang mendukung kompetensi dan nilai-nilai mahasiswa dalam berkarya.” tambah Dhika. Walau survei mengatakan bahwa minat mahasiswa ITB terhadap pengabdian masyarakat dan keprofesian cukup rendah, Brian menuturkan bahwa antusiasme mahasiswa ITB dalam mengikuti lomba-lomba atau menciptakan karya sebenarnya semakin meningkat. Akan tetapi, sifat-sifat konsistensi serta sikap bertanggungjawab dalam diri mahasiswa masih perlu ditingkatkan. Contohnya pada lomba PKM, jumlah proposal yang masuk ke LK selalu naik dan presentase jumlah proposal yang didanai pemerintah, ITB selalu yang tertinggi.

13


edisi 78

LAPORAN UTAMA

Seolah mengamini pendapat yang diutarakan Brian, Nurana Indah Paramita, seorang alumni Oseanografi ITB 2004 menuturkan bahwa inkonsistensi adalah salah satu masalah mahasiswa ITB. “Saya pernah diundang acara Gala Dinner sama KM (ITB in Move), terus saya ajak itu dua kelompok buat makan malam. Saya bilang buat ngirimin proposal sama dana yang dibutuhkan ke email saya, eh sampai sekarang belum juga dikirim. Padahal saya sudah mau biayain itu, mereka tinggal kirim email aja.” Tutur Mita.

BoulevardITB

memilih untuk tidak lanjut dalam mengerjakan proyek karyanya, dalam PKM contohnya, bukan hanya karena tidak konsisten, atau berpikir bahwa dananya lebih baik untuk jajan. “Anak ITB itu animonya kurang dalam kompetisi yang waktunya lama. Beberapa teman bilang juga beban akademik lumayan berat seperti tugas, praktikum, dan laporan. Sehingga fokusnya terpusat dalam aktivitas akademik saja.” tutur Ayi Mutakin, Ketua Himpunan HMF 2015-2016.

Mita menambahkan, banyak mahasiswa yang tak bersungguh-sungguh, proposal digunakan sekedar untuk mencari dana. “Mereka itu proposalpreneur. Karena dulu zaman saya ada beberapa orang yang seperti itu. Ada biaya wirausaha dari ITB yang sampai 40 juta. Tapi kemana duitnya? Untuk jajan atau apa?”

Hal ini senada dengan yang diutarakan Albert San Handoko, Mentri Keprofesian HME 20152016 (Himpunan Mahasiswa Elektro, -red), yang mengatakan bahwa orientasi mahasiswa juga kini sudah berubah. “Orientasi mahasiswa sekarang adalah lulus cepat. Jadi semuanya serba instan, terlebih karena dosen-dosen kami juga lulusnya cepat.”

Sundani juga khawatir, melihat perilaku mahasiswa yang selalu membuat proposal untuk mencari dana acara. Maka dari itu, tujuan utamanya mencetus PKM adalah untuk memutuskan rantai proposal mahasiswa dalam mencari dana kegiatannya. Beliau mengungkapkan bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual yang seharusnya menggunakan intelektualnya untuk mendapatkan dana. PKM dicetuskan pada tahun 1997, pada saat krisis ekonomi. Mulanya program-program lebih banyak untuk dosen, dan ada satu program karya alternatif mahasiswa. Sejak tahun 2001, Sundani berpikir bahwa harus ada program khusus untuk kompetensi mahasiswa. Akhirnya pada tahun itu PKM berkembang ke dalam beberapa bidang, beberapa diantaranya adalah pengabdian masyarakat dan kewirausahaan.

Selain dari sudut pandang mahasiswanya, hal lain yang menghambat mahasiswa dalam berkarya adalah tidak adanya akses dari institusi. Hal itu dituturkan oleh Sundani yang juga merupakan Dosen Farmasi ITB, “Potensi yang besar tak berpengaruh atau bermanfaat kalau tidak ada aksesnya. Dalam hal ini artinya tidak ada dorongan dari institusinya. Institusi itulah akses yang penting untuk mereka.” Beliau menyarankan agar sistematikanya dikelola. “UB, UGM, IPB adalah universitas yang namanya besar di PKM. Mereka juga memulai dari ketidaktahuan. Mereka berpikir, tidak mungkin mahasiswa bergerak geriliya sendirian. Terutama dosen, coba bantu menata, jangan hanya berharap insentif. Tapi dosen juga tidak bisa bergerak kalau institusi juga tak mengelola.” Tambahnya.

Namun tujuan memutus rantai proposal mahasiswa untuk mencari dana itu belum sepenuhnya berhasil. Beberapa mahasiswa ITB

Beliau juga menyarankan agar pihak rektorat membentuk tim pembina mahasiswa khusus PKM, bekerjasama dengan BEM. Tim tersebut

14


edisi 78

LAPORAN UTAMA

mengelola dosen. Lalu BEM, dalam hal ini adalah KM ITB, mengelola mahasiswa. Program-program diatasi oleh tim, seperti mengarahkan, atau mungkin mengundang pembicara dari luar. BEM membantu mengevaluasi administrasi PKM. Dari pihak mahasiswa, Luthfi menyarankan adanya sistem office hour, jam tambahan yang dikhususkan untuk mahasiswa bertanya apapun, tidak hanya PKM. Diharapkan setelah itu akan ada riset atau penelitian yang dikembangkan oleh mahasiswa. Rektor ITB, Kadarsah Suryadi juga sependapat untuk menyiapkan mekanisme yang sistematik. Pertama, diadakannya mata kuliah pengembangan keprofesian, supaya mengikat. Hal ini sudah dilaksanakan. Terdapat mata kuliah Technology Based Business (TBB), namun mata kuliah ini adalah mata kuliah pilihan, inisiatif dari CEO PT. Kibar yang melihat potensi mahasiswa ITB, jadi belum dapat dikatakan mengikat. “Kedua, topiknya disinergikan dengan dosen, supaya dosen terlibat, mahasiswa jadi punya passion, kebanggaan. Ketiga, jadikan topik TA, biar bertanggungjawab. Keempat, scheduling. Ketika move, anaknya sedang KP, jadi bentrok, harus sinergi dengan scheduling.” Tambah beliau.

BoulevardITB

hebat. Tanahnya sudah bagus, ibarat fasilitas yang memadai. Tapi tidak akan subur jika tidak ada sinar matahari. “Dalam hal ini, peran saya adalah memberikan motivasi, arahan, dan challange.” Tutur beliau. Semua pihak sudah sepaham mengenai apa yang harus dilakukan, atensi mahasiswa juga sudah cukup besar. Yang perlu dilakukan adalah bergerak beriringan sehingga tujuan agar ITB tak krisis karya akan tercapai.[]

yang besar “Potensi tak berpengaruh atau bermanfaat kalau tidak ada akses dan intuisi.

Saat ditanya mengenai perannya sebagai rektor, beliau memberikan analogi hamparan sawah. Padinya sudah bagus, ibarat mahasiswanya yang

15


edisi 78

LAPORAN UTAMA

BoulevardITB

Sinergi untuk Berkarya oleh : Huda Al Hakim

“Seikat lidi akan lebih sulit untuk dipatahkan dibanding sebatang lidi.” Kiranya menjadi slogan yang cocok untuk menggambarkan bagaimana seharusnya proses berkarya dilakukan. Tidak hanya mahasiswa ITB sebagai subjek tunggal, namun juga ITB secara institusi perlu bersinergi untuk mewujudkan ITB sebagai institusi pendidikan yang produktif menghasilkan karya. Apalagi rektor saat ini memiliki visi untuk mewujudkan ITB sebagai universitas berwawasan kewirausahaan yang tentunya membutuhkan karyakarya yang mampu diterapkan ke masyarakat.

Perubahan fundamental oleh universitas di seluruh dunia adalah bergeraknya research menuju entrepreneurial university. Begitu pula keinginan rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi, untuk menjadikan Kampus ITB menuju entrepreneurial university. Menurutnya, entrepreneurial university memiliki 3 karakteristik, yaitu excellent in teaching, excellent in research, dan excellent in innovation. Misi dari enterpreneur university adalah menghasilkan entrepreneur yang memberi lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Misi besar ini memang tidak bisa ditanggung sendiri oleh pihak ITB. Perlu dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan misi ini. “Untuk menjadi entrepreneurial university, universitas tidak bisa sendiri, harus sinergi dengan dunia usaha dan pemerintah.” tutur Kadarsah. “Perguruan tinggi tidak punya uang banyak, karena hanya mengajar, meneliti dan pengabdian masyarakat. Nah maka harus berkolaborasi dengan dunia usaha atau industri dan pemerintah, supaya ada sharing dana.” Ujar Kadarsyah.

Banyak cara yang ditempuh oleh ITB untuk mewujudkan misi tersebut. LPIK (Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan) adalah salah satunya. Lembaga ini berusaha untuk bersinergi dengan setiap fakultas/prodi, mahasiswa, dan pihak industri. Lembaga ini menampung dan memberi bantuan untuk setiap ide-ide, baik dari dosen ataupun mahasiswa. Kemudian, akan dilakukan pembinaan dan kerjasama untuk pencarian dana. LPIK sendiri berada di bawah WR-RIM (Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan) Cara lain yang akan dilakukan oleh WR-RIM adalah program pelatihan untuk mahasiswa yang akan ataupun sudah lulus. Program ini berisi pelatihan untuk berbagai bidang, yaitu teknik, sains, bisnis, manajemen, seni dan desain. Kemudian training akan dilakukan di dalam camp selama 3-4 bulan. Beragam program yang dilakukan ini untuk membentuk tiga macam lulusan dari entrepreneurial university. Lulusan yang pertama adalah profesional yang siap untuk bekerja. Yang kedua adalah ilmuan dengan kemampuan lebih di bidang riset. Ilmuan memungkinkan untuk pendidikan lanjut hingga

16


LAPORAN UTAMA

BoulevardITB

sumber: dokumentasi pribadi Boulevard

edisi 78

Kadarsah berbagi pandangannya mengenai enterprenerurial university

S2 dan S3. Dan lulusan yang terakhir adalah entrepreneur yang menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Rektor ITB berharap lulusan ITB mampu memenuhi kriteria yang diharapkan. Kadarsah juga memberi gambaran tentang persentase lulusan entrepreneur university rata-rata di kancah internasional, “Yang saya temukan dari konferensi internasional, sekitar 8% dari populasi yang menjadi entrepreneur, itu sudah hebat. Saya punya tamu dari jerman 3-4 bulan lalu, dia cerita di tempat dia pun hanya 1% dari student yang menjadi entrepreneur meskipun mereka sudah declare sebagai entrepreneur university. Bayangkan kita 22000 mahasiswa bila 1% nya menjadi entrepreneur, 220 orang, pun sudah lumayan. 1 orang entrepreneur punya anah buah 10, terciptalah 2200 lapangan kerja.” Menurut Rektor ITB, Mahasiswa ITB memiliki semangat yang tinggi untuk turut berkarya. Beliau terkesan dengan acara ITB in move (ITB innovator movement, -red). Hal ini karena mahasiswa memiliki inisiatif untuk mengarah ke entrepreneur.

“Mahasiswa sekarang pemikiran yang sangat entrepreneur. Itu suatu sangat saya apresiasi.”,

punya open minded, terbuka untuk menjadi gerakan yang bagus dan tuturnya.

Menurut beliau, ciri entrepreneur biasanya lintas disiplin. Seorang sarjana teknik harus bisa bekerja sama dengan ahli manajemen dan desain. dibutuhkan kerjasama antar prodi agar kita semua tidak sibuk dengan karya masing-masing. Kemudian untuk mempercepat proses, entrepreneur harus punya akses keluar. Contohnya calon investor sebagai penyandang dana. Sehingga akses tidak hanya berkutat pada internal. Ciri lain dari entrepreneur university adalah terlibatnya mahasiswa dalam kompetisi baik nasional atau internasional. Begitu pula yang diinginkan oleh Prof. Kadarsah Suryadi. Beliau menggambarkan potensi mahasiswa ITB di kancah kompetisi Internasional. “Selama ini anak ITB kalau lomba internasional banyak yang jadi juara. dari waktu ke waktu bisa kita tingkatkan. Misalkan dari 15.000 mahasiswa S1 bila satu persennya, 150 orang, mengikuti lomba

17


edisi 78

LAPORAN UTAMA

internasional. Populasi 150 inilah yang menjadi agent of change untuk kancah internasional.” Beliau bangga untuk para peserta lomba internasional karena mereka membawa bendera merah putih dan ITB. Rektor ITB menyampaikan harapannya untuk mahasiswa ITB agar selalu memiliki semangat sebagai pemimpin. “Pemimpin bukan orang yang punya anak buah banyak atau memerintah, pemimpin adalah orang biasa yang menghasilkan karya yang luar biasa. Spirit untuk karya luar biasa dapat dilihat dari manfaatnya bagi orang banyak. Ketika orang banyak merasakan manfaatnya, maka orang banyak akan menganggap dia pemimpin.” Beliau juga mencontohkan beberapa pemimpin dunia. Contohnya bill gates dengan microsoftnya. “Presiden dunia tunduk dengan dia. Mau keluar dari Ms. Word, kata Bill gates, pijit exit! semuanya pijit exit. Mau simpan file, pijit save! Semuapun mengikuti.”, kata Kadarsah dengan penuh ekspresi.

lembaga ini diharapkan memberikan dukungan penuh dalam proses berkarya mahasiswa. Bentuk dukungan yang diberikan oleh LK cukup beragam, mulai dari dukungan secara materil berupa dana maupun dukungan nonmateril seperti izin pemakaian ruangan. Hal ini diakui oleh Brian Yulianto sebagai bentuk dukungan dari lembaga Kemahasiswaan untuk mahasiswa. Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB pun tidak ketinggalan juga mendorong mahasiswa untuk berkarya. Beragam kegiatan dan program kerja yang bertujuan untuk meningkatkan minat mahasiswa dalam berkarya diselenggarakan. Mulai dari memberikan informasi mengenai lomba-lomba, sampai mengadakan kegiatan yang sifatnya mendorong dan mewadahi mahasiswa untuk berkarya. ITB Innovator movement (ITB in Move) adalah salah satunya. Acara ini bertujuan untuk memfasilitasi inovator pemilik karya yang ada di kampus ini sehingga dapat bertemu dengan para penyandang dana melalui sebuah acara Gala Dinner. Melihat kesuksesan penyelenggaraan sebelumnya, acara ini kembali diselenggarakan pada kepengurusan kabinet KM ITB 2015 untuk mendorong massa kampus dalam melahirkan karya dari ide-ide mereka.[]

sumber: twicsy.com

Tidak hanya rektor yang berperan dalam memberikan jalan untuk berkarya bagi mahasiswa ITB, lembaga kemahasiswaan pun memiliki andil. Sebagai lembaga yang mengurusi perihal kemahasiswaan mahasiswa ITB, tentunya

BoulevardITB

ITB InMove merupakan salah satu fasilitas untuk mewujudkan enterpreneurial university

18


KAMPUS

edisi 78

BoulevardITB

H.K.I.

Kekayaan Intelektual di Kampus ITB oleh : Alma Cantika A.

Satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal pikir. Dengan akal pikir tersebut, manusia mampu membuat produk-produk nyata untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Segala produk nyata hasil olah pikir manusia disebut sebagai kekayaan intelektual. Dalam proses terwujudnya produk-produk itu, tentu banyak hal yang telah manusia korbankan, mulai dari waktu, tenaga, pikiran, biaya, dan sebagainya. Maka dari itu, perlu adanya apresiasi terhadap kekayaan intelektual. Apa itu HKI? Salah satu apresiasi yang dapat diberikan terhadap kekayaan intelektual adalah dengan melindunginya. HKI atau Hak Kekayaan Intelektual adalah hak dari negara yang diberikan kepada seseorang untuk melaksanakan intelektualnya dengan mengizinkan atau melarang orang lain untuk menggunakan intelektualnya tersebut. HKI inilah yang melindungi kekayaan-kekayaan intelektual manusia. Dengan adanya HKI, penyalahgunaan kekayaan intelektual seperti pembajakan dapat dihindari. Ada lima jenis HKI, yaitu paten, hak cipta, desain industri, merk, dan indikasi geografis. Paten adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan invensinya. Invensi sendiri adalah ide untuk memecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, berupa produk, proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Syarat invensi yang berhak mendapatkan paten adalah baru atau berbeda dari teknologi sebelumnya. Invensi juga harus bersifat inventif,

artinya mengandung hal yang tidak diduga sebelumnya atau memiliki kelebihan. Selain itu, invensi harus dapat diterapkan dalam industri. Jangka waktu pemilikan paten adalah selama 20 tahun dan 10 tahun untuk teknologi sederhana. Hak cipta merupakan hak eksklusif untuk seorang pencipta dalam menggunakan kekayaan intelektualnya di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, software, dan sejenisnya. Desain industri adalah kreasi tentang bentuk serta konfigurasi warna atau garis dalam suatu produk. Merek yaitu tanda yang menjadi pembeda dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Indikasi geografis ialah suatu tanda mengenai daerah asal suatu barang yang memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

HKI dan ITB Sebagai perguruan tinggi teknik, ITB tentunya bertugas untuk terus mengembangkan teknologi di Indonesia. Untuk itu, ITB mendirikan LPIK (Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan), yaitu suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan budaya inovasi dan kewirausahaan civitas akademika ITB agar berpengaruh langsung pada masyarakat.

19


edisi 78

KAMPUS

Sebelum LPIK ini berdiri, ITB telah memiliki Kantor Manajemen HKI dan Kantor Inkubator Industri. Semenjak 2010, kantor tersebut bergabung menjadi LPIK. LPIK terdiri dari empat divisi : Divisi Inkubator Inovasi dan Bisnis, Divisi Kewirausahaan, Divisi Technopark, dan Divisi HKI dan Hukum. Seperti pada umumnya, karya-karya yang dihasilkan ITB juga patut diberi perlindungan. Pengelolaan karya-karya tersebut menjadi tanggung jawab Divisi HKI dan Hukum LPIK. Dalam pengurusannya, LPIK hanya membantu menyiapkan dokumen persyaratan, melakukan pendaftaran, dan berupaya agar hak atas karya itu bisa didapat, sedangkan yang memberikan hak adalah negara melalui Direktorat Jenderal HKI. Sayangnya, untuk saat ini hanya dosen yang dapat memanfaatkan bantuan pengurusan HKI dari LPIK. “Masalahnya, sekarang kita ini

tulisan awal dan disesuaikan dengan sistematika karya tulis ilmiah. Selain itu, LPIK juga menyiapkan dokumen-dokumen paten lainnya, seperti formulir pendaftaran. Tahap terakhir adalah pendaftaran ke Direktorat Jenderal HKI. Selain paten, LPIK melayani pengurusan jenis HKI lainnya. LPIK juga membantu pembuatan lisensi untuk perusahaan-perusahaan yang ingin bekerjasama menggunakan kekayaan intelektual yang tercipta. Pengembangan karya ITB sudah cukup baik. Sudah banyak dosen yang mematenkan karyanya. Setiap tahun, setidaknya ada sepuluh sampai dua belas produk yang didaftarkan LPIK ke Direktorat Jenderal HKI. Semua paten yang dihasilkan ITB

BoulevardITB

kan dibiayai oleh negara. Sehingga yang berhak mendapatkan fasilitas itu adalah aparat negara. Kecuali jika mahasiswa tersebut terkait dengan proyek dosen, TA misalnya,� ujar Pak Ramadhani, salah satu staf LPIK. Namun, mahasiswa tetap dapat memanfaatkan keberadaan LPIK ini dengan berkonsultasi mengenai HKI serta mengikuti seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh LPIK. Proses pegurusan HKI (khususnya paten karena ITB bergerak di bidang teknologi) di LPIK melalui beberapa tahap. Pertama adalah pendaftaran, dan pengajuan tulisan awal dari dosen. Tulisan awal yang dimaksud adalah deskripsi kasar mengenai karya dosen. Lalu karya tersebut akan diseleksi kesesuaiannya dengan definisi paten. Setelah pendaftaran, LPIK akan membentuk sebuah tim inventor. Kemudian tim tersebut akan membuat karya tulis yang merupakan pengembangan dari

berasal dari seluruh fakultas yang ada. Jadi, tidak ada satu fakultaspun yang luput untuk bekarya.

ITB dan Penyalahgunaan HKI Meskipun penanaman karakter sangat digaungkan, penyalahgunaan HKI juga terjadi di ITB. Pernah suatu saat seorang mahasiswa S3 dideportasi dari ITB karena disertasi yang dibuatnya adalah bajakan dari disertasi mahasiswa Eropa. Penyalahgunaan HKI tidak hanya dilakukan oleh pihak dalam ITB. Masalah ini berkaitan dengan logo ITB yang telah memiliki hak merek. Sempat suatu lembanga bimbingan belajar mendapat teguran dari ITB karena menggunakan logo ITB sebagai logo lembaganya. Sebuah universitas

20


edisi 78

KAMPUS

swasta di Jakarta yang pernah bekerja sama dengan ITB pun mendapatkan perlakuan yang sama. Universitas tersebut pernah melakukan kerja sama dengan ITB di awal pendiriannya. Namun, setelah hubungan kerja sama tersebut berakhir, universitas yang bersangkutan masih memampangkan logo ITB. Alhasil, universitas tersebut turut mendapat teguran dari ITB. Mengenai pembajakan yang terjadi di dunia pendidikan ini, LPIK berpendapat bahwa seharusnya hal tersebut tidak boleh terjadi. “Kalau dalam pendidikan saja sudah terjadi pembajakan, apalagi orang yang di instansi pendidikan,” ucap Pak Ramadhani lagi. Pembajakan menjadi salah satu indikasi seseorang memiliki mental curang karena tidak mau mengandalkan kemampuannya sendiri. Kita boleh menginspirasi dari karya sebelumnya, tetapi tetap harus baru dan inventif. “Manusia perlu dididik untuk mengandalkan kemampuannya sendiri,” tambah Pak Ramadhani. Mahasiswa ITB, LPIK, dan HKI Sebagai calon-calon penghasil kekayaan intelektual, pengetahuan mahasiswa ITB mengenai HKI sudah cukup baik. Sebagian besar dari mereka sudah tahu bahwa ada suatu hak yang melindungi suatu karya yaitu HKI. Meskipun begitu pemahaman mahasiswa belum terlalu mendalam. Mengenai kantor LPIK, banyak mahasiswa ITB yang belum mengetahuinya. Memang ada beberapa dari mereka yang tahu bahwa ada kantor LPIK di depan kampus ITB.

BoulevardITB

Namun, sebagian besar mahasiswa ITB belum tahu apa fungsi dari kantor tersebut. Ironinya, ada juga mahasiswa yang tidak menyadari keberadaan kantor LPIK. Ada satu hal yang menarik dari pendapat mahasiswa ITB mengenai penyalahgunaan HKI. Sebagian dari mereka masih menghalalkan pembajakan dalam dunia pendidikan, pembajakan buku dan software misalnya. Mahasiswa sejatinya memang haus akan ilmu tetapi, mereka belum mampu menghasilkan uang sendiri untuk membeli buku dan penunjang kuliah yang lain. Hal inilah yang menjadikan sebagian mahasiswa masih menoleransi pembajakan. “Ilmu itu kan seharusnya tidak mahal,” ujar salah satu dari mereka.

Sumber : https://www.dgip.go.id/ http://lpik.itb.ac.id/

21


KAMPUS

edisi 78

BoulevardITB

Periodisasi KM-ITB :

Upaya Penyelarasan Gerak KM-ITB oleh : Yola Kamalita

Periodisasi serentak , sebuah langkah baru yang ditetapkan oleh Kongres KM-ITB tahun ini. Sinergisasi elemen-elemen di KM-ITB muncul sebagai urgensi dari periodisasi serentak ini. Hal ini telah dimusyawarahkan pada Sidang Istimewa Kongres (SIK) 2015. Berdasarkan hasil SIK tersebut, terjadi penambahan wewenang Kongres KM-ITB untuk menetapkan waktu periodisasi. LATAR BELAKANG DAN URGENSI Periodisasi serentak bukan merupakan isu baru dalam dunia kemahasiswaan di KM-ITB. Menurut keterangan yang disampaikan oleh Abdhy Ghazali, Ketua Komisi Perbaikan Sistem Kongres KM-ITB 2015/2016, periodisasi serentak telah dicanangkan sejak tahun 2008 tetapi dengan urgensi yang berbeda dengan sekarang. Tujuh tahun yang lalu kaderisasi-lah yang menjadi urgensi. Perbedaan kompetensi profil mahasiswa pada tingkat yang sama di himpunan yang berbeda menjadi isu permasalahan kala itu. Kemudian, Abdhy menambahkan bahwa sekarang ini permasalahan di KM-ITB semakin rumit. Sebagai contoh, perbedaan waktu antara himpunan yang pertama kali melakukan periodisasi dengan yang terakhir mencapai delapan bulan. Perbedaan periodisasi yang terlalu jauh dirasakan bisa menghambat elemen-elemen di KM-ITB untuk bersinergis. “Di SIK kita sepakat periodisasi serentak sebagai momentum untuk pergerakan bersama. Jadi kenapa periodisasi bentuknya, karena dengan waktu pergantian kepengurusan yang sama, otomatis elemen-elemen yang ada di KM-ITB itu bisa sinergis. Jadi satu tahun kedepan, di awal tahun kita selalu bahas pergerakan KM-ITB mau

kemana”, sahut Abdhy Ghazali ketika ditanya tentang tujuan diberlakukannya periodisasi serentak ini. Sejak tahun 2008, periodisasi serentak belum direalisasikan karena belum ada momentum. Tahun ini, momentum LK-ITB menyerahkan wewenang kepada KM-ITB untuk mengatur dana kemahasiswaannya sendiri bisa menjadi stimulus untuk merealisasikan Periodisasi Serentak ini. Hal ini karena penyusunan dana keuangan se-KM ITB hanya dilakukan satu termin yaitu di awal tahun. Seluruh lembaga di KM-ITB pun harus mampu menyusun program kerja selama satu tahun kedepan, bukan hanya satu kepengurusan badan pengurus lembaga saat itu. Kondisi inilah yang bisa menjadi stimulus agar periodisasi serentak di akhir tahun baik untuk dilakukan oleh lembaga-lembaga di KM-ITB. Walaupun keuangan bukan hal utama bagi HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) sebagai salah satu elemen di KM-ITB. Menurut kacamata Kongres, periodisasi serentak baik untuk KM-ITB. “Secara esensial, mengatur flow dan arah kemahasiswaan KM-ITB selama satu tahun. Karena selama ini kurang jelas. Secara teknis, keuangan gampang di atur. Kemudian, dengan periodisasi ini kita dapat mengikuti periodisasi eksternal seperti BEM SI atau perusahaan. “ tutur Abdhy menanggapi

22


edisi 78

KAMPUS

tentang keuntungan dari Periodisasi Serentak ini bagi KM-ITB. Selain itu, Abdhy turut menambahkan bahwa periodisasi serentak ini dilakukan untuk mengurangi masalah yang ada. Kabinet pun dapat memiliki kesempatan untuk melakukan pergerakan keluar, tidak hanya fokus pada internal KM-ITB seperti mensinergiskan HMJ. Karena jika HMJ tidak disinergiskan, maka acara di KM-ITB tidak akan berjalan lancar. Dengan periodisasi serentak ini, diharapkan KM-ITB bisa melakukan pergerakan yang lebih besar bersamasama. Rencana Mekanisme Periodisasi berdasarkan hasil SIK adalah sebagai berikut, dimulai dengan PEMIRA 2015 (Okt-Nov 2015)-Periodisasi HMJ dan UKM (Okt 2015 – Feb 2016)-Student Summit (Jan-Feb 2016)-Periodisasi Kabinet, HMJ dan UKM (Okt-Des 2016). Setiap di awal tahun akan ada Student Summit. Pada Student Summit, lembagalembaga di KM-ITB melakukan forum musyawarah kerja membahas arah gerak dan flow KM-ITB satu tahun kedepan. Student summit sendiri akan dipimpin oleh Kabinet sebagai eksekutif.

BoulevardITB

Mengenai Student Summit, Garry juga menyampaikan salah satu tantangan yang dihadapi adalah bagaimana metode untuk melakukan musyawarah yang besar, satu KM-ITB. Mekanisme musyawarah di Student Summit dan sistem periodiasi harus disiapkan sebaik mungkin sehingga ditemukan metode yang paling tepat, karena banyak pengorbanan yang telah dilakukan lembaga-lembaga di KM-ITB, tambahnya. Meskipun Kabinet tahun ini harus bekerja cepat karena masa jabatan yang singkat, Kabinet tetap berusaha untuk menjadi wadah pemersatu dan koordinasi antara HMJ dan UKM.

KESIAPAN KABINET “Periodisasi merupakan kesempatan emas atau mungkin juga bisa menjadi tantangan besar, KMITB bisa turun ke bawah atau melaju lebih pesat. “ tutur M. Pramaditya Garry H. selaku Ketua Kabinet KM-ITB 2015 mengenai tanggapannya terhadap periodisasi serentak. “Kita menyiapkan program-program kerja hanya sampai Desember. Kita mencoba menjalin komunikasi yang positif bersama Kongres supaya Kabinet bisa mendukung keberlangsungan PEMIRA,“ sahut M. Ghozie F.K., Sekretaris Jenderal Kabinet KM-ITB 2015, menyampaikan strategi kabinet menghadapi periodisasi. Selain itu, Kabinet juga sedang menyiapkan sistem Student Summit, sebagai kegiatan penunjang periodisasi.

Saya rasa segala hal butuh proses, Student Summit dan periodisasi serentak ini adalah sebuah awal baru. Ketika nanti kita menemukan kecacatan dalam proses keberjalanan di awal ini, jangan dulu menyerah, ayo saling melengkapi satu sama lain untuk mencapai potensi yang besar kedepannya. - M. Pramaditya Garry H.-

23


edisi 78

KAMPUS

BoulevardITB

KESIAPAN HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN

STRATEGI KONGRES

Atika Almira, Ketua Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma (IMA G) ITB, menuturkan bahwa IMA G tidak menemui masalah untuk mengikuti periodisasi serentak karena masa periodisasi IMA G yang selalu dilakukan pada bulan DesemberJanuari.

Kesiapan lembaga-lembaga di KM-ITB menghadapi periodisasi serentak tentu berbeda-beda. Kongres menyadari kondisi beberapa lembaga yang tidak bisa mengikuti timeline periodisasi yang telah direncanakan karena kebijakan AD-ART yang berlaku di lembaga tersebut. Untuk menyikapi hal ini, Kongres tidak mewajibkan periodisasi pada tahun ini untuk seluruh lembaga. Sebagai konsekuensinya, lembaga tersebut harus mampu melakukan proyeksi beberapa program kerja yang akan dilakukan di Badan Pengurus selanjutnya.

Kemudian, Atika juga menyampaikan harapannya untuk Periodisasi Serentak. “ Kita sama-sama berharap KM-ITB ini bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar ke masyarakat. Ketika masih bisa diusahakan untuk gerak bareng dengan periodisasi bareng untuk merumuskan arah gerak bareng dan bisa lebih bermanfaat, kenapa nggak. Walaupun mungkin kendala antar himpunan akan berbeda satu sama lain.” Harapan agar periodisasi serentak bisa dilakukan, juga disampaikan oleh Ketua Ikatan Mahasiswa Geodesi (IMG) ITB, M. Fahru Reza Hakim. “Dengan adanya periodisasi, harapannya semua anggota di KM-ITB sadar akan pentingnya keselarasan. Mereka tau dampaknya bagaimana dan bisa membuat KM-ITB menjadi lebih baik.”

Namun, sebagai strategi agar periodisasi Kabinet, HMJ dan UKM benar-benar dapat terlaksana menyeluruh pada akhir tahun 2016, Kongres mengeluarkan kebijakan periodisasi. Kebijakan itu adalah Kongres memiliki wewenang untuk menetapkan waktu periodisasi.[]

Reza juga menyampaikan massa IMG setuju dengan adanya periodisasi. Meskipun Jika dilihat, masa kepengurusan yang singkat banyak tantangan dan hal-hal lain yang perlu dihadapi. Tidak semudah itu untuk turun dan melakukan periodisasi, tambahnya. Tapi, IMG tetap berusaha dan siap untuk mengikuti periodisasi. Pandangan sedikit berbeda disampaikan oleh Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) ITB, Agil Gozal, mengenai periodisasi serentak. “Kita tidak terlalu memprioritaskan periodisasi, karena itu bukan fundamentalnya, menurut kita yang penting itu Student Summit, untuk buat arah gerak KM-ITB bareng-bareng.” HMM mengakui tidak mempermasalahkan periodisasi serentak atau tidak, karena solusi dari permasalahan yang ada di KM-ITB itu lebih dari periodisasi, yaitu Student Summit yang harus berjalan dengan baik.

24


edisi 78

KAMPUS

BoulevardITB

Ijazah Tak Lagi Sendiri oleh M. Bahrul Ilmi

Dalam Permendikbud tahun 2014 diiatur bahwa ijazah yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi selain melampirkan transkip akademik juga melampirkan SKPI. SKPI ini memuat apa saja? Termasuk didalamnya capaian pembelajaran seperti apa, kerangka kualifiksasi bagaimana, persyaratan penerimaan program studi bagaimana, bahasa pengantarnya apa, sistem penilaian bagaimana, skema sistem pendidikan. Intinya bagaiamana standar dan keterangan pendidikan yang diambil masing masing mahasiswa, disana juga terkait prestasi mahasiswa, organisasi kemahasiswaan. Jadi sebenarnya untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan komprehensif. Sedangkan sebelum adanya SKPI belum ada lampiran mengenai data preatasi dan organisasi yang bersangkutan yang dilegalisasi oleh institusi pendidikan tersebut. SKPI sangat diperlukan karena baik untuk menggambarkan standardisasi dari sistem pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Pak Sandro, wakil Lembaga Kemahasiswaan ITB ,menjelaskan “perguruan tinggi kan bermacammacam, program studinya juga berbeda beda” . Ini penting supaya katakanlah nanti untuk keperluan kerja sang pemberi kerja bisa melihat background yang bersangkutan lebih utuh. Selama ini kalau transkip akademik saja kan terlalu simple. Apalagi sekarang dengan adanya tambahan berupa organisasi mahasiswa, prestasi mahasiswa ini bisa menjadi pemacu mahasiswa untuk berprestasi dan berorganisasi. Pak Sandro menambahkan.

Tentunya terdapat hambatan dalam penerbitan SKPI ini “ini (SKPI) kan hal baru disini, tentu ada hambatan dalam penerbitannya”. Khusunya pencatatan mengenai organisasi dan prestasi yang menjadi masalah terakait verifikasi. Ini menjadi salah satu masalah bahwa yang bersangkutan benar atau tidaknya mengikuti kegiatan atau berprestasi karena database belum terbangun secara utuh secara digital. Karena database masih berbasis kertas sehingga pengecekan susah. “kalau puluhan ratusan gampang, kalau ribuan kan susah”. Sekarang LK, USDI dan lembaga terkait sedang membangun sistem terkait yang nantinya untuk pencatatan seluruh kegiatan prestasi dan organisasi kemahasiswaan yang nantinya verifkasi lebih mudah. SKPI berisi Prestasi terkait penghargaan misalnya memenangkan lomba kompetisi. SKPI juga berisi Riwayat organisasi misalnya pengalaman menjadi ketua unit, sekretaris, atau mengikuti kepanitiaan tertentu. Selain itu SKPI juga mencantumkan yang bersangkutan dalam partisiasi seminar ilmiah, misalnya konferensi.”Yang jelas nantinya akan diverifikasi oleh dosen yang bersangkutan” Pak Sandro menjelaskan. “Penggunaan SKPI langsung dilampirkan sama ijazah, istilahnya satu sekalian ijazah. SKPI bukan CV, jadi kalau menggambarkan secara utuh belum bisa, misalnya dalam verifikasi hanya dilampirkan 5 prestasi. Jadi SKPI menggambarkan secara sekilas tidak sedalam CV. Biasanya pemberi kerja meminta ijazah, CV, dan yang

25


edisi 78

KAMPUS

lainnya. Namun di CV kan orang bisa mengisi apapun, jadi SKPI merupakan perkuatan yang dilegalisasi oleh institusi pendidikan sehingga lebih mayakinkan. Untuk keefektifan SKPI akan dievaluasi selanjutnya,� ujar Pak Santo. Harapan dalam penerbitan SKPI ini adalah dalam waktu yang tidak lama, sistem sudah terbangun, sehingga sudah bisa digunakan dan mencatat dengan baik. sehingga Proses verifikasi bisa dengan mudah dilakukan. “Mudah mudahan juga SKPI bisa menjadi motivasi bagi

BoulevardITB

mahsasiswa untuk bisa termotivasi agar mereka bisa lebih berprestasi dan aktif dalam organisai kemahasiswaan karena dari situlah karakter yang baik terbentuk, pengembangan karakter tidak cukup hanya dari bangku kuliah saja. secara institusi aktivitas prestasi dan organisasi kemahasiswaan diakui dan termotivasi. Sehingga sistem pendidikan menjadi lebih baik,� ujar Pak Santo mengutarakan harapannya.

26


edisi 78

KAMPUS

BoulevardITB

Rencana Besar Rektorat untuk Kaderisasi di ITB oleh :Izudin Prawiranegara

Baru saja massa kampus dikagetkan dengan munculnya pedoman umum orientasi studi himpunan prodi. Mayoritas himpunan pada awalnya menolak. Diplomasi, advokasi, dan negosiasi dilakukan. Tetapi tetap pihak rektorat bergeming. Mengapa pihak rektorat diam saja melihat hal ini? Apakah ini hanyalah awal untuk sebuah program yang dicanangkan lebih jauh?

Dari tim ini, tercetuslah istilah NKRI-Prestasi. Menurut Bermawi, NKRI-Prestasi ini menjadi jawaban atas kurangnya beberapa profil dari lulusan ITB.

Berbincang dengan wakil retor bidang akademik dan kemahasiswaan, Prof.Ir. Bermawi P. Iskandar, M.Sc., Ph.D., kami mendapatkan bocoran mengenai rencana rektorat terkait pengembangan karakter mahasiswa. Bersumber dari DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri), yakni sebuah survei yang dilaksanakan oleh CDC (Career Development Center) ITB, memetakan kepuasan perusahaan pengguna lulusan ITB. Pada survei ini, CDC ITB menemukan adanya 5 karakter mahasiswa ITB yang dibawah keinginan pengguna.

‘K’ adalah kreativitas. Pihak rektorat menimbang bahwa mahasiswa ITB dinilai nomor satu dalam hal akademik. Oleh karena itu, apabila dipadukan dengan kreativitas tinggi maka akan tercipta inovasi-inovasi dengan kualitas tinggi. Sikap kreatif ini berlawanan dengan plagiarisme, sebuah sifat yang ingin dihapus oleh pihak rektorat dalam semua hal termasuk tugas.

Karakter tersebut dari yang terburuk adalah loyalitas, etika, EQ (Emotional Quotion), kejujuran dan teamwork. Menurut Bermawi, lulusan ITB terkenal kutu loncat dan hal ini menjawab mengapa loyalitas berada pada tingkatan terendah. Menimbang banyaknya karakter mahasiswa yang mempunyai nilai dibawah yang diinginkan perusahaan dari DUDI, Rektorat membentuk sebuah tim yang berfokus pada pengembangan karakter mahasiswa ITB. Tim ini diketuai oleh kepala Komisi Penegakan Norma Akademik dan diwakili oleh kepala LTPB dengan anggota UPT Asrama dan Lembaga Kemahasiswaan.

Apa itu NKRI-Prestasi? ‘N’ adalah nasionalisme. Nasionalisme yang ingin dibangun oleh tim ini adalah kepedulian terhadap tanah air.

‘R’ adalah respek. Pihak rektorat melihat bahwa mahasiswa ITB memiliki kemampuan akademik yang tinggi akan cenderung untuk mempunyai kepercayaan diri yang tinggi yang mengarah pada arogansi. Data-data karakter negatif yang diambil dari perusahaan pengguna lulusan ITB secara kasual mencantumkan karakter arogansi ini. Berdasarkan pengamatan Bermawi, alumni ITB unggul apabila parameternya hanyalah hardskill. Akan tetapi apabila dipadukan dengan softskill, alumni ITB seringkali kalah dengan alumni kampus lainnya, dan arogansi ini adalah penyebab utamanya. Dengan respek, diupayakan arogansi mahasiswa ITB dapat berkurang. ‘I’ adalah integritas yang menyangkut pada kejujuran. Menurut bermawi, menimbang bahwa mahasiswa ITB adalah mahasiswa yang

27


edisi 78

KAMPUS

BoulevardITB

mempunyai potensi tinggi dan berpeluang menempati kedudukan yang tinggi pada dunia kerja, kejujuran dalam diri mahasiswa ITB sangat penting. Jangan sampai ketika mendapatkan power, kekuatan itu disalahgunakan. Dengan daya kreatif, kemampuan, dan dengan integritas yang tinggi, diharapkan mahasiswa ITB mempunyai prestasi. Berdasarkan penuturan Bermawi, implementasi dari kebijakan ini adalah akan adanya surat edaran mengenai penerapan karakter NKRI-P kepada seluruh civitas ITB termasuk karyawan. Selanjutnya akan dilakukan integrasi pada UPT Keasramaan dalam hal penerapan pada acara keasramaan dan pada pengembangan karakter TPB. Beliau merencanakan untuk berbicara dengan Unit setelah membicarakan hal ini dengan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dan mendiskusikan kepada dosen baru terkait konsep NKRI-P. Ketika ditanya keterkaitan NKRI-P dengan surat pedoman OS, beliau mengatakan bahwa ingin menjadikan NKRI-P sebagai karakter utama mahasiswa ITB yang terlebih dahulu di bentuk. Karena itu rektorat meminta agar mahasiswa membiasakan respek (lebih berat kepada kesetaraan), kreatif, dan integritas kepada sesama mahasiswa pada tingkatan apapun. Apabila telah terbentuk karakter tersebut, maka nilai-nilai lainnya dapat diberikan kepada mahasiswa dengan tidak melupakan NKRI-P.[]

28


edisi 78

KENCAN

BoulevardITB

Gagal di PKM, Sukses di Kehidupan oleh : Huda Al Hakim

Mungkin sekarang prestasi ITB di Pekan Kreativitas Mahasiswa sedang lesu. Tim-tim yang berhasil diloloskan kampus ini pada kontes PIMNAS pun dapat dihitung dengan jari. Namun, bukan berarti dari lesunya prestasi di PKM, keseluruhan prestasi mahasiswa ITB sedang lesu. Contoh nyatanya adalah Nurana Indah Paramita, dari kegagalan di PKM dia bisa mengubahnya menjadi sebuah pencapaian yang luar biasa dalam hidupnya.

Kala itu matahari tepat diatas kepala. Waktu Zuhur tengah berlangsung. Tim Boulevard bergegas menuju Gedung Monex di Jalan Asia Afrika. Gedung ini berdampingan dengan gedung-gedung besar di jalan tersebut, menandakan betapa padatnya hiruk pikuk di kawasan perkantoran. Disanalah terletak kantor Perusahaan Tfiles, perusahaan yang baru-baru ini menyorot perhatian publik dan pemerintah. Beberapa negara pun mulai melirik dengan eksistensinya. Mita, begitulah wanita muda ini disapa. Baru menginjak 30 tahun, wanita ini telah melejitkan nama Perusahaan T-files. Mita adalah CEO sekaligus pendiri dari PT Tfiles, alumni jurusan Oseanografi ITB. Pemenang Wirausaha Mandiri di bidang teknologi ini bercerita tentang bagaimana dia membangun perusahaan. Mita ternyata sudah merintis perusahaan T-files sejak semester tiga di jenjang sarjana. Mita sangat akrab dengan teman-teman lintas jurusan. Jaringan yang luas dimanfaatkannya untuk mengikuti lomba PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa). “Ceritanya saya agak lebay waktu itu. Saya buat kincir pembangkit listrik tenaga arus laut. Dibutuhkan ilmu lintas jurusan untuk merancang desainnya. Karya ini

berkolaborasi dengan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai jurusan.” jelas Mita. Mita berhasil mendapat bantuan dana sebesar 5 juta rupiah. “Cukuplah buat modal, uangnya bisa buat ngeprint dan fotokopi. Sebelumnya saya pernah ngutang buat fotokopi.” sahut Mita sambil terkekeh mengenang masa lalu. Lomba ini diikuti oleh 5 orang. Perancangan yang detil sudah dilakukan dengan maksimal. Alhasil, keberuntungan belum didapat. Mita dan rekan-rekan tidak sampai ke PIMNAS dan hilang kesempatan untuk memenangkannnya. “Saya agak menyayangkan, katanya kincir kami terlalu mahal. Padahal di proposal hanya membutuhkan dana sebesar 5 juta. Bahkan anggaran maksimal kala itu delapan juta per kelompok. Kami gugur dan tidak sampai ke tahap PIMNAS.” jelas Mita. Tfiles tidak berhenti disana. Mita berniat mengembangkan riset ini dengan merekrut teman-teman lainnya. Untuk itu, dia merekrut tim hingga beranggotakan tiga belas orang. Semangat Mita bersama rekan-rekannya masih terus berlanjut. Mita selaku koordinator mencoba me-lobby beberapa pihak untuk memberi dukungan. “Saya bahkan hanya mengganti cover proposal PKM, kemudian dikirim ke PT Medco, IA ITB, dan senior-senior dari ITB”.

29


edisi 78

KENCAN

Semangat Mita didukung oleh banyak pihak. Salah satunya adalah Rektor ITB kala itu, Djoko Susilo. Beliau menginginkan Mita bisa membawa tren untuk mahasiswa ITB. “Kalau kamu bisa memunculkan pemikiran baru untuk wirausaha dan technopreneur, saya ga akan menyesal membantu kamu.” kata Mita sambil menirukan perkataan Djoko. Alasan Djoko sebagai rektor kala itu memang didasari dengan beberapa kebijakan yang Beliau terapkan untuk Kemahasiswaan ITB. Mita menambahkan, “Waktu itu memang zamannya himpunan dipecah-pecah, seperti Oseanografi dan Mikrobiologi. Kemudian ga boleh ada arak-arakan wisuda dan ospek. Dengan kata lain, saat itu tidak boleh ada kemahasiswaan. Kalau mahasiswa tidak boleh berkemahasiswaan, lalu mahasiswa disuruh ngapain?” “Kita harus melakukan sesuatu untuk bangsa, saya bersama tim melakukan langkah konkret. Namun semua ini tidak bisa apa-apa kalau tidak didukung.” kata Mita. Memang saat itu sedang terjadi transisi model gerakan yang anarkis menuju sekarang. Sehingga harus ada solusi gerakan yang mewah dan megah. Mita menyadari mahasiswa ITB selalu ingin berbuat lebih. “Kalau hanya dikasih makanan IP saja, mana bisa mahasiswa menerima. Genetik mahasiswa ITB itu memang tidak bisa biasa-biasa saja. Sejak sebelum kuliah pun kita terbiasa untuk melakukan kegiatan yang luar biasa. mahasiswa pasti senang kalau jadi ilmuwan, peneliti terkenal, technopreneur atau jadi wirausaha sukses.” celoteh Mita. Akhirnya terbentuk kesepakatan antara keduanya. Tfiles mendapat amanat rektor untuk menjadi agen perubahan bentuk kemahasiswaan.

BoulevardITB

Pak Djoko memberi dukungan dengan memberi akses ruang meeting beserta laboratorium diseluruh ITB. Mita menyadari tugas berat untuk mengemban amanat tersebut. “Sekarang bukan lagi ngetrennya demo, audiensi, dan rapat sampe malam. Kita harus mencari solusi gerakan mahasiswa technopreneur.” tambah Mita. Mita juga meyakini, gerakan technopreneur akan seberat gerakan aktivis lainnya. Bahkan mungkin lebih berat, Kata orang untuk membuat karya itu harus sekelas professor. Kemudian presentasi ke banyak kalangan sampai ke mafia-mafia di dunia yang sebenarnya. Dengan kesempatan ini, Mita berusaha semaksimal mungkin. Ia Bersama kawankawannya, berusaha memenuhi amanat dari Pak Djoko. Tujuan sudah ditentukan, adalah mengganti bentuk gerakan mahasiswa tahun ‘70 dan ’80-an. Dahulu, bentuk kemahasiswaan memang kental sekali dengan demokrasi dan protes kepada pemerintah. Karena kebutuhannya memang belum berkembang. Tetapi kebutuhan sekarang adalah karya-karya mahasiswa yang sesuai dengan bidangnya. Teladan di bidang kemajuan teknologi masih sangat sedikit. Menurut Mita, yang terkenal hanya Bakri, Panigoro, dan Habibie. Padahal Teknokrat Indonesia harusnya bisa berbuat lebih. Bagi Mita, semangat technopreneur harus dimulai pada diri sendiri sehingga semua teknokrat akan mampu berkarya lebih. Pemenang Asia Busines contest (di Keio University Jepang, 2008) ini memberi nama perusahaan Tfiles, dengan T adalah technology, sehingga bermakna technology files atau karyakarya di bidang teknologi. Dirintis tahun 2005, kemudian berdiri sebagai CV ditahun 2008,

30


edisi 78

KENCAN

hingga menjadi PT pada tahun 2009. Pada akhirnya, brand Tfiles berhasil menjadi terkenal di kalangan mahasiswa ITB. Brand ini juga sesuai dengan harapan Pak Rektor Djoko Susilo sebagai agen kemahasiswaan di bidang technopreneur. Juara Global Entrepreneurship Program di Amerika ini memang ingin mengangkat produk teknologi buatan indonesia. Produk awal Tfiles adalah kincir arus laut. Produk ini yang menjadi bukti nyata perjuangan awal mereka. Saat ini, Tfiles juga membuat alat-alat laboratorium dan teknologi pesanan tertentu. “Kami membuat automatic viscometer untuk alat LAB. Alat di laboratorium itu ‘kan semuannya impor, padahal Indonesia bisa membuat sendiri. Alat automatic viscometer itu mahal bisa mencapai delapan puluh juta. Kalau impor hingga ratusan juta.” jelas mita. Produk-produk semacam ini digunakan untuk pembiayaan kebutuhan Tfiles dalam jangka pendek. Baru baru ini Tfiles memenangkan tender MRT (Mass Rapid Transit, -red) bandung. Jalur MRT akan dibuat dari Dago hingga Leuwipanjang. Tfiles bekerja sama dengan SMRT Corporation Ltd Singapura (Perusahaan Transportasi Publik Singapura, -red) yang memang ahli dibidang MRT. “Mereka memang ahlinya MRT di Singapura, kami join dengan mereka. Kami akan segera memulai project ini di akhir tahun.” kata Mita. Tfiles memulai hubungan dengan SMRT sejak membuka cabang perusahaan di Singapura. Cabang Tfiles disana bernama Indonesia Files atau ifiles. Ketika Mita dan rekan-rekannya presentasi di angkatan bersenjata, dihadiri pula oleh tamu undangan dari perusahaan-perusahaan ternama. Dari sini mereka saling mengenal dan hasilnya terbentuklah kolaborasi antara Tfiles dengan SMRT untuk menggarap projek MRT Bandung.

BoulevardITB

proposal yang lebih lengkap terkait pendanaan. Saya siap membantu. Tapi sampai sekarang bahkan belum ada lagi balasan dari mereka.” keluh Mita. Mita berharap adik-adiknya bisa konsisten dalam berusaha. Bagi Mita, perjuangan dimasanya jauh lebih sulit. “Dulu untuk mencari dana bantuan saja harus pontang-panting mengirim proposal ke berbagai pihak. Saat ini banyak investor yang mau memberi bantuan. Sayang sekali bila mahasiswa tidak mengambil kesempatan ini.” tutur Mita. Pemenang GIST initiative ini juga berpesan agar mahasiswa ITB tidak hanya mengambil keuntungan dari bantuan dana untuk program technopreneur, sedangkan uangnya tidak digunakan sebagaimana mestinya. “Mereka itu namanya proposal preneur. Karena dulu jaman saya ada beberapa orang yang seperti itu. Ada juga biaya wirausaha dari ITB yang sampai 40 juta. Tapi kemana itu duitnya? Untuk jajan atau apa?” celoteh Mita. Mita beranggapan uang yang didapat dari bantuan tersebut bisa digunakan dengan efektif untuk kepentingan yang lebih bijak. “Mereka yang mendapat duit bisa buat main, makan-makan, tapi mereka semua kehilangan kesempatan menjadi seperti saya dan Tfiles. Mereka menghabiskan dana 5 juta (dana bantuan PKM, -red) atau yang empat puluh juta, padahal saya sudah keliling dunia, dan free dibiayai World Bank. Saya pergi ke Afrika, India, Amerika, Filipina, Jepang. Itu semua bisa saya dapatkan karena saya ga pernah nyerah.”

Wanita berumur tiga puluh tahun ini berharap mahasiswa ITB saat ini dapat meneruskan perjuangan dengan hasil yang lebih maksimal. “Saya senang sekali waktu saya diundang di acara ITB Expo. Saya siap jadi future capital untuk adik-adik yang ingin membuat perusahaan di bidang teknologi.” Waktu itu Mita bertemu dengan mahasiswa yang mempresentasikan karyanya. Dia terkesan dengan ide cemerlang tersebut. Namun, dalam perkembangannya mahasiswa yang bersangkutan tidak meneruskan niatnya. “Saya minta dikirim

31

Kalau hanya dikasih makanan IP saja, mana bisa mahasiswa menerima. Genetik mahasiswa ITB itu memang tidak bisa biasa-biasa saja. Sejak sebelum kuliah pun kita terbiasa untuk melakukan kegiatan yang luar biasa. mahasiswa pasti senang kalau jadi ilmuwan, peneliti terkenal, technopreneur atau jadi wirausaha sukses.


edisi 78

LOMBA AEC

BoulevardITB

Aplikasi

Microbial-Enhanced Coal-bed Methane Production dalam Menjawab Tantangan Pemenuhan Kebutuhan Energi Indonesia di Era Asean Economic Community Oleh : Ratna Eka Putri Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi ‘ARCHAEA’, Institut Teknologi Bandung

ASEAN Economic Community Blueprint yang diadopsi di 13th ASEAN Summit di Singapura pada tahun 2007 akan mentransformasikan ASEAN menjadi daerah ekonomi dengan basis produksi dan pasar tunggal yang memiliki nilai kompetitif tinggi dan sejajar serta wilayah yang terintegrasi dalam ekonomi global mulai tahun 2015 atau tepatnya pada tahun ini. Sebagai konsekuensi, energi akan menjadi hal yang sangat penting karena pertumbuhan demografi dan ekonomi secara subsekuen akan menyebabkan peningkatan terhadap permintaan energi. Menurut informasi dari ASEAN Centre for Energy (ACE) di tahun 2015, kebutuhan energi ASEAN akan mencapai nilai 1.252 Milion Tons of Oil Equivalent (MTOE) di tahun 2030 dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun sebesar 4 % yang meningkat jauh melebihi kebutuhan pada tahun 2005 yang hanya berkisar 474 MTOE. Nilai tersebut adalah sebuah angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju konsumsi energi primer dunia yang hanya sebesar 1.8 %. Oleh sebab itu, tantangan utama yang akan dihadapi oleh ASEAN di era implementasi AEC adalah memastikan bahwa suplai energi tetap aman. Sebagai salah satu sumber energi, gas alam mengalami peningkatan permintaan sebesar 7-8 % setiap tahunnya (setara dengan konsumsi sekitar 10 miliar cubic feet (BCFPD)

gas alam per hari). ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE) mengindikasikan bahwa akan ada ‘gap’ suplai gas alam yang besar mulai tahun 20172025 pada nilai lebih dari 12.000 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day). Oleh karena itu, penemuan sumber gas alam baru yakni Coal-bed Methane atau gas metana batu bara merupakan salah satu sumber suplai energi yang menjanjikan (ACE, 2015). CBM merupakan salah satu sumber gas alam non-konvensional berupa gas metana yang terperangkap di dalam lapisan batu bara. Sebanyak 70 negara memiliki kandungan reservasi batu bara terbesar di dunia dan lebih dari 40 negara tersebut seperti Amerika, China dan Australia telah menginisiasi pengembangan coalbed methane sebagai sumber energi terbarukan yang bersih karena emisi gas rumah kaca (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran jauh lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar fosil (Al -Jubori, et. al, 2009). Indonesia menempati urutan ke-13 negara pemilik reservasi batu bara. Hal ini menunjukkan bahwa coal-bed methane menjadi sangat potensial untuk dikembangkan dengan perkiraan jumlah cadangan gas yang masih tersimpan di tempat (gas-in-place) sebanyak 453 Tcf yang lebih kompetitif dibandingkan China (Steven dan Hadiyanto, 2004). Tabel 1. di bawah ini menunjukkan perbandingan potensi pengembangan CBM di Indonesia dengan China.

Tabel 1. Perbandingan Potensi CBM Indonesia VS China


edisi 78 Produksi CBM umumnya melibatkan proses dewatering untuk menurunkan tekanan di dalam reservoar. Penurunan tekanan akan menyebabkan pembebasan gas metana yang dapat meningkatkan permeabilitas batu bara dan memfasilitasi migrasi gas ke sumur produksi melalui sistem retakan (fracturing). Umumnya, untuk memaksimalkan kontak, sumur CBM akan distimulasi dengan teknik Hydraulic Fracturing atau Retakan Hidraulik yang berfungsi menciptakan koneksi antara cleats dengan retakan alami di dalam sumur bor. Teknik ini dilakukan dengan membor sumur hingga ke lapisan batu bara target lalu fluida fracturing yang mengandung material proppant (campuran pasir dan air) yang diinjeksikan dengan tekanan tinggi Gunter, et. al, 1997 ; EPA, 2004).

BoulevardITB jumlah besar dari CO2 dari sistem carbon capture diperkirakan memilki efek sinergis (favourable) dalam pembentukan gas CH4 dari mikroba (Fallgren, et. al, 2013. Hal ini didasarkan pada fakta adanya pembentukan CH4 biogenik dari batu bara yang melibatkan bakteri fermentatif dan bakteri asetogenik untuk menghasilkan H2, CO2, dan asetat serta bakteri/archaea metanogen yang dapat mengubah senyawa organik tersebut menjadi metana sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Peningkatan produksi dan ekstraksi CBM dari dalam reservoar telah banyak dilakukan dengan menggunakan teknik Enhanced Coalbed Methane Recovery (ECBM) untuk mengatasi kurangnya efisiensi dan efektivitas pada teknik retakan hidraulik. Pada ECBM, dilakukan injeksi gas dengan adsorbsi yang lebih rendah ke dalam lapisan batu bara menggunakan N2 atau CO2 (Puri, et. al, 1990 ; Arri, et. al, 1992). Namun, berbagai metode eksploitasi CBM tersebut menimbulkan permasalahan lingkungan, antara lain : (a) Penyusutan air dalam tanah , (b) Kontaminasi metana ke sumber air tanah, (c) Gangguan fisik berupa polusi bunyi dari roda, mesin drilling, pipa dan fasilitas produksi lainnya, (d) Polusi udara serta (e) Gangguan permukaan (surfacesubsurface effect). Selain itu, teknik konvensional ternyata hanya mampu mengekstraksi 50 % dari kandungan gas yang ada dan membutuhkan air terproduksi (produced water) yang berlebihan. Praktik N2-ECBM juga mengakibatkan adanya penundaan produksi metana (Fisher, 1992).

Gambar 1. Biodegradasi batu bara menjadi gas metana (Orem, 2013)

Untuk mengatasinya, pendekatan biologis yang disebut Microbial-Enhanced Coal-bed Methane Recovery (ECBM) dapat diaplikasikan untuk meningkatkan perolehan CBM dengan mengintegrasikannya bersama Carbon Capture Storage/sequesteration dengan mengkolaborasikan dan mengapilkasikan ilmu mikrobiologi dan related engineer terkait Eksplorasi dan Produksi (E&P) CBM seperti reservoir, chemical dan petroleum engineers dalam pengimplementasinya (Mastarlez, 2014). Eksploitasi CBM berbasis mikroba telah menjadi paten di US dan New Zealand. Pemasukkan

33


edisi 78

BoulevardITB

Potensi besar untuk meningkatkan produksi dan reservasi CH4 melalui konversi kimia dari CO2 menjadi CH4 adalah dengan meningkatkan proses metanogenesis (Smith, 2010 ; Fallgren, et. al, 2013). Pendekatan yang dapat diaplikasikan dalam Microbial-ECBM dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (1) Biostimulasi atau penambahan suplemen berupa nutrisi seperti CO2 dan senyawa anorganik yang berguna sebagai stimulus mikroba alami/ native di dalam konsorsium mikroba pada batu bara. CO2 ini dapat disediakan oleh carbon sequestration secara simultan (Datta, et. al, 2012) dan (2) Bioaugmentasi atau pengayaan dan penambahan konsorsium bakteri dan metanogen di dalam sedimen wetland. Biostimulasi dan bioaugmentasi ini berdasarkan studi oleh Jones, et. al (2010) menunjukkan adanya produksi metana dan peningkatan laju persen hasil dari batu bara kualitas rendah sekalipun. Keuntungan yang diperoleh dari Microbial-ECBM ini diantaranya adalah: (a) Pemanfaatan produced water; (b) Pengurangan CO2 atmosfir serta (c) Adanya transfer teknologi yang mengarah dalam peningkatan produksi dan pemanfaatan infrastruktur dan lahan secara optimal. biogenik

Sebagai penutup, pembentukan metana dari batu bara merupakan

hal menarik yang belum banyak dieksploitasi sebagai sumber energi bersih. Tujuan utama dari Microbial-ECBM adalah untuk memanjangkan produktivitas CBM dan diharapkan di masa mendatang dapat diaplikasikan dalam konversi limbah hidrokarbon berupa lumpur batu bara untuk menghasilkan gas metana baru. Akan tetapi, proses dan faktor yang selama ini mempengaruhi dan mengontrol stimulasinya belum dimengerti secara keseluruhan. Melalui aplikasi ilmu mikrobiologi, telah diperoleh hasil bahwa proses bioaugmentasi dalam studi microcosm menghasikan metana lebih cepat serta dalam konsentrasi yang lebih tinggi (Jones, et al., 2010). Studi microcosm ini juga telah mendukung bahwa jalur penghasilan metana dari batu bara memerlukan kerjasama konsorsium mikroba yang kompleks dan kedepannya melalui perkembangan ilmu mikrobiologi dan juga teknologi terkait diharapkan dapat diketahu exact mechanisms dan gas generation rates untuk meningkatkan jumlah populasi bakteri penghasil metana di dalam reservoar CBM. Peningkatan produksi gas metana batu bara bagi Indonesiayang memiliki potensi reservoar CBM yang cukup besar tentu akan mampu memenuhi kebutuhan energi primer dalam negeri di era AEC sekaligus menjawab tantangan dalam reduksi emisi gas CO2 yang menyebabkan perubahan iklim dan peningkatan pemanasan global.

Referensi : ASEAN Centre for Energy(ACE). 2015. ASEAN PLAN OF ACTION FOR ENERGY COOPERATION 2010 – 2015 (APAEC 2010 – 2015). Jakarta, Indonesia. Hal: 4-7 Stevens, S. H. dan Hadiyanto. 2004. Indonesia: Coalbed methane indicators and basin evaluation. Society of Petroleum Engineers. SPE Asia Pacific Oil and Gas Conference and Exhibition, Perth, Australia. [Online]http://www.ijcea.org/papers/113-A618.pdf, diakses tanggal 28 November 2014 Al-Jubori, A., Johnston, S., Boyer, C., Lambert, S.W., Bustos, O.A., Pashin, J.C., Wray, A. 2009. Coalbed Methane: Clean Energy for the World. Oilfield Review Summer. 21 (2) : 1-10 CBM Asia. 2013. CBM Asia Development Corp : Indonesian Coalbed Methane. [online]www.cbmasia.ca/cbma_presentation_march_2013.pdf, diakses tanggal 25 November 2014 Gunter, W.D.T., Gentzis, T., Rottenfusser, B.A., dan Richardson, R. J. H. 1997. DEEP COALBED METHANE IN ALBERTA, CANADA:A FUEL RESOURCE WITH THE POTENTIAL OF ZERO GREENHOUSE GAS EMISSIONS. Energy Conversion Management. Vol. 38 : 217-222 EPA. 2004. Chapter 3 Characteristics of coalbed methane production and associated HF practices in Evaluation of Impacts to Underground Sources of Drinking Water by Hydraulic Fracturing of Coalbed Methane Reservoirs [online]wwwcbmstudy_attach_uic_ch03_cbm_practices.pdf, diakses tanggal 25 November 2014 Puri, R., and Yee, D. 1990. Enhanced coalbed methane recovery. Society of Petroleum Engineers Paper No. 20732, Presented at the 65th Annual Technical Conference and Exhibition, New Orleans, U.S.A. Arri, L.E., Yee, D, Morgan, W.D., and Jeansonne, M.W. 1992. Modeling coalbed methane production with binary gas sorption. Society of Petroleum Engineers Paper No. 24363, Presented at the SPE Rocky Mountain Regional Meeting, Casper, Wyoming, U.S.A. Wong, S., and Gunter, W. D. 1999. Testing CO2-enhanced coal bed methane recovery. Greenhouse Issues Vol. 45. IEA Greenhouse Gas R&D Programme Fisher, J. 2014. ENVIRONMENTAL ISSUES AND CHALLENGES IN COAL BED METHANE PRODUCTION. [online]http://ipec.utulsa.edu/Conf2001/fisher_92.pdf, diakses tanggal 28 November 2014 Mastalerz, M. 2014. POTENTIAL for COALBED METHANE (CBM) and ENHANCED COALBED METHANE RECOVERY (ECBM) in INDIANA [online]http://www.purdue.edu/ discoverypark/energy/assets/pdfs/cctr/cctr-meetings/april_2012/CCTR_April5-2012_Mastalerz.pdf, diakses tanggal 28 November 2014 Fallgren, P.H., Jin, S., Zeng, C., Ren, Z., Lu, A., Colberg, P.J.S. 2013. Comparison of coal rank for enhanced biogenic natural gas production. International Journal of Coal Geology. Vol. 115 : 92–96 Smith, I. 2010. Microbial methane from carbon dioxide in coal beds. PF, IEA clean coal centre. [online]http://www.ieacoal.org/documents/82405/7606/Microbialmethane-from-carbon-dioxide-in-coal-beds-(CCC/174),diakses tanggal 28 November 2014 Jones, E. J. P., Voytek, .M.A., Corum, M.D., dan Orem, W.H 2010. Stimulation of Methane Generation from Nonproductive Coal by Addition of Nutrients or a Microbial Consortium. APPLIED AND ENVIRONMENTAL MICROBIOLOGY, Nov. 76(21) : 7013–7022. Datta, R., Synder, S.W., Doctor, R.D., dan Henry, M. P. 2012. BIOLOGICAL METHANE PRODUCTION FROM COAL, MANURE, SLUDGE, WASTES, OR OTHER CARBONACEOUS FEEDSTOCKS WITH SIMULTANEOUS SEQUESTRATION OF CO2. U.S. Patent. 8. 247.009 B2

34


edisi 78

LANGKAH

BoulevardITB

sumber: dokumentasi pribadi penulis

Mengintip yang Terselip di Bandung oleh : Eljihadi Alfin

air terjun malela

Saat teman-teman kampus sibuk mencari destinasi wisata di luar Bandung, saya justru mencari penjelajahan tersembunyi di sini. Sebab kondisi geografisnya didominasi oleh pegunungan dan bukit, membuat Bandung memiliki banyak tempat wisata, khususnya wisata alam. Di antara wisata alam yang sudah terkenal adalah Gunung Tangkuban Perahu dan Kawah Putih. Selain itu, Bandung memiliki banyak tempat wisata lain yang belum terkenal. Objek wisata inilah yang ingin saya cari. Saya memulainya dengan googling dan mengontak teman-teman yang berasal dari Bandung. Dari sekian banyak tujuan, ada satu yang menarik perhatian saya. Ya, Curug Malela! Curug Malela terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga – Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Curug merupakan bahasa sunda yang berarti air terjun. Air terjun ini berbeda dengan kebanyakan air terjun lain yang umumnya berbentuk vertikal. Curug Malela memiliki lebar sekitar 80 meter sehingga membuatnya dijuluki “Niagara Mini�. Batu-batu

pada tebing membuat air di curug ini pecah dan menambah indah pemandangan dari bawah. Saya hanya membutuhkan waktu sehari untuk dapat menikmati keindahan Curug Malela. Dari pusat Bandung, dibutuhkan waktu sekitar empat jam menggunakan sepeda motor untuk mencapai gerbang curug. Petualangan lalu dilanjutkan dengan tracking selama kurang lebih 15 menit. Petualangan terasa ekstrem ketika saya memasuki tiga kilometer terakhir. Jalanan yang becek karena air hujan membuat saya tergelincir dan jatuh dari motor beberapa kali. Kondisi ini juga mengharuskan saya untuk sesering mungkin membersihkan ban dari tebalnya lumpur. Sampai di pos, saya beristirahat sejenak. Pos ini juga berfungsi sebagai tempat parkir. Terdapat juga warung-warung yang menjual minuman hangat, makanan ringan, dan nasi di pos ini. Setelah memarkir motor dan berbincang dengan penjaga warung, saya melanjutkan perjalanan dengan ransel yang berisi kamera, logistik, dan sebotol air mineral. Baru tiga menit berjalan,

35


LANGKAH

BoulevardITB

sumber: dokumentasi pribadi penulis

edisi 78

air terjun malela

suara air mulai sayup terdengar. Benar, beberapa langkah kemudian saya melihat Curug Malela dengan jelas. Pemandangan ini serempak membuat saya mengarahkan lensa dan membidik objek yang saya cari. Setelah saya rasa cukup, saya bergegas melanjutkan pertualangan ini. Saya melangkah lebih cepat karena sudah tidak sabar untuk melihat curug itu dari dekat. Sepuluh menit kemudian langkah saya kembali terhenti oleh dentuman air yang menggema. Butiran-butiran air yang jatuh dari ketinggian 60 meter mengenai wajah saya yang sedang takjub. Curug Malela memang surga yang tersembunyi. Semakin saya dekati, semakin saya merasakan keindahan dan keagungan ciptaan Tuhan. Tak ingin membuang kesempatan, saya mengatur kamera dan mulai mengambil gambar lagi. Hari semakin gelap, pandangan mulai terbatas oleh jarak headlamp yang tidak seberapa. Saya melanjutkan perjalanan pulang dengan membawa kenangan pengalaman yang sangat luar biasa. Curug Malela, The Hidden Paradise in West Bandung!

36


ILUSTRASI SASTRA

ilstrasi : Nadia Maghfira

edisi 78

37

BoulevardITB


edisi 78

SASTRA

BoulevardITB

Bandung dan Sebuah Rasa oleh Nadia Maghfira

“Dan Bandung bagiku bukan cuma urusan wilayah belaka, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi.” -Pidi Baiq Aku memulai di Kota ini. Memulai belajar, belajar apapun, apapun yang tidak pernah kulakukan sebelumnya. Jujur lebih hafal rute jalan Bandung dibanding disini. Aku bahkan suka udaranya, damai untuk dihirup, membuat orang-orang di Kota tersebut tidak sengit satu sama lain. Kota yang mengajarkan untuk banyak tersenyum dan berbahasa lembut. Karena Kota-ku begitu keras watak manusianya. Suatu kehormatan berpijak di Bumi Ganesha, menimba ilmu yang menjadi cita-cita sedari kecil. Kawan-kawan yang aku impikan. Belum pernah melepaskan tawa secara nyablak. Mereka yang hebat, unik lagi rendah hati. Dengan segala keheterogenannya, aku belajar membuka pikiran dan hati. Kota yang membuat aku menjadi diri sendiri. Karena dahulu, terlalu sering menjadi orang lain. Lebih banyak berkata dengan orang-orang rumah, rindu yang mengufuk menciptakan bahasa manis yang langka terucap. Karena antara jarak pasti terselip perasaan dan doa yang kuat. Aku yakin. Kota yang mengajarkan tentang kemandirian seutuhnya, biar hanya berjarak beberapa kilometer bagiku si anak manja ini, boleh dikatakan sebuah perantauan. Sebab, adaptasi tak semudah itu. Karena terlalu lama bergantung, membuat pahit jatuh-bangun ketika hidup sendiri. Yang mempertemukan aku dengan kamu, kamu dan kamu, ya, kalian. Yang Membuat aku tersenyum bila mengingat masa lalu. Mungkin juga perlahan yang membuat lupa kepada seseorang itu, sejenak. Lalu ketika pulang, kembali dengan sebuah harap cemas akan hilir mudik rasa, ketidakpastian yang menyebalkan namun indah. Sebuah kota pertemuan yang menorehkan cerita. Terlalu menyenangkan disini, bukan tak ingin pulang, bukan melupakan Kota-ku, tapi aku terlalu asik belajar, bunda, ayah, kakak, adik dan kawan….. ... Terimakasih atas kesempatannya, Bandung dan seisinya.

Pagi hari, di Kampung Halaman.

38


edisi 78

BoulevardITB

GALL

RAG ‘PENGHUNI


edisi 78

LERY

GAM I BARU ITB’

BoulevardITB


RESENSI MUSIK

BoulevardITB

sumber: ayorek.org

edisi 78

Silampukau : Terjemahan dari Obrolan Warung Kopi dan Ceracau Kekota-kotaan oleh : Ahmad Zainul Ihsan

41


edisi 78

RESENSI MUSIK

Enam tahun sudah tampaknya Silampukau tidak berani unjuk gigi dengan karya terbaru mereka. Masa vakum mereka terhitung sejak 2009 melalui peruntungan mini album sederhana dan penuh kemandirian yang bertajuk “Sementara Ini”. Hingga di pertengahan 2015 ini, mereka mencoba keluar dari sarang dengan menciptakan jagoan Long Playlist mereka berjudul “Dosa, Kota, dan Kenangan”. Masa penantian selama 6 tahun tersebut adalah suatu proses yang penuh dengan refleksi dan kompilasi beberapa cerita sederhana tentang kesukaan mengobrol, mengigau, dan piknik. Di albumnya ini Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening sangat cerdas dalam meracik keseluruhan baris lagu mereka. Lirik demi lirik mereka ramu secara mendalam hingga representasi kerasnya hidup di Kota Surabaya mampu digambarkan dengan renyah dan santun. Dibuka dengan lagu Balada Harian yang bercerita tentang kegagalan seorang masyarakat dalam memahami hari-harinya yang tersisihkan, kehilangan makna, dan mengalami kemonotonan dalam progres kota yang melesat. Selanjutnya lagu Sang Pelanggan yang merupakan terjemahan gamblang ex-lokalisasi yang terkenal seantero Surabaya. Perlahan lagu ini berhasil membenamkan permasalahan sosial yang kompleks menjadi suatu dialektika yang penuh kenikmatan dan kejijikan dalam satu malam saja. Setelahnya ada lagu cinta bertemakan Paris dan Surabaya, yaitu Puan Kelana. Kharis begitu fasih mengejawantahkan kemiripan kondisi sosial, kearifan lokal, hingga kondisi geografis yang dimiliki keduanya. Deskripsi indah ini membuat kita mengakui bahwa tidak salah menasbihkan Paris “tidak kalah” dengan Ibu kota Jawa Timur ini. (Paris tidak kalah dengan Surabaya? Tidak terbalik?) Jika berbicara mengenai olahraga rakyat yang paling nikmat dan sehat, maka rujukannya adalah sepak bola. Eki juga mampu menuliskan pengalaman kolektif para penduduk urban di

BoulevardITB

kawasan marginal tentang olahraga yang satu ini dalam lagu Bola Raya. Lagu ini adalah lagu perlawanan terhadap kekuasaan pengembang kejahatan di kota besar hingga permasalahan sengketa tanah kosong yang terlalu rumit untuk dipikirkan. Namun, ini tidak serumit bermain bola di jalan raya dengan “beralaskan aspal, bergawang sendal”. Lagi-lagi wajah kota Surabaya tergambar indah di lagu Biang Lala. Kali ini giliran Taman Remaja Surabaya yang mendapat giliran untuk menjadi cerita singkat oleh Silampukau. Lirik jenaka bertemakan taman hiburan yang murah meriah dan digandrungi semua masyarakat Surabaya ini sukses mereka bungkus dengan irama balad yang tenang dan menyejukkan. Selanjutnya Lagu Rantau, yaitu lagu khas obrolan warung kopi dengan cita rasa rakyat yang dipenuhi kesederhanaan perjuangan kelas pekerja di tanah rantau Surabaya. Kesan lirik tentang kerasnya hidup dan peliknya problem kehidupan kota berhasil mereka netralkan dengan alunan musik folk yang mengalir lepas, selepas ceracau obrolan di warung kopi. Lagu pamungkas yang mereka nobatkan di album ini adalah Doa 1. Kali ini sosok yang diceritakan oleh Silampukau adalah sosok musisi indie yang dipenuhi dengan pekerjaan sambilan guna memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Suatu pengaduan dan permohonan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala kenelangsaan hidup dan keluh kesah, hingga doa agar orang tua bahagia dengan memberangkatkannya ke tanah suci. Tidak ada lagi kata penutup selain merekomendasikan teman-teman untuk mendengarkan 10 lagu di album “Dosa, Kota, dan Kenangan” oleh Silampukau ini. Semoga berkenan, salam. (azi)

42


edisi 78

sumber: http://www.billboard.com

BoulevardITB

COLDPLAY

A HEAD FULL OF DREAMS 43


edisi 78

BoulevardITB

Siapa sih yang gak tahu Coldplay? Grup band yang menyanyikan lagu ”Scientist” dan “Viva la Vida” ini baru saja merilis album ke-7, A Head Full of Dreams. Yuk simak review albumnya!

Biasanya teknik ini dipakai pada film-film, contohnya Paul Walker pada Fast & Furious 7. Sangat jarang sekali musik video dibuat menggunakan teknik ini.

Colplay adalah band beraliran rock yang lahir 1996. Band ini terdiri dari empat personel yaitu Chris Martin sebagai vokalis utama, Jonny Buckland sebagai gitaris utama, Guy Berryman sebagai basis, dan Will Champion sebagai drummer. Tahun lalu, semua penggemar dikagetkan dengan genre lagu pop yang diusung Coldplay dalam album Ghost Stories (2014), tanpa sedikitpun nuansa rock. Berbeda dengan album-album rock sebelumnya seperti Mylo Xyloto (2011) dan Viva la Vida or Death and All His Friends (2008), Ghost Stories mayoritas diisi dengan lagu-lagu slow berceritakan jatuh cinta dan kegalauan. Coldplay seakan-akan sudah melupakan jati dirinya karena band asal Inggris ini kembali hadir di tahun 2015 dengan genre pop. Meskipun demikian, album ke-7 kali ini lebih ‘berwarna’ dan nge-beat daripada album sebelumnya, Ghost Strories. Album A Head Full of Dreams rilis 4 Desember 2015 dan berisi 11 track dengan lagu andalan “Adventure of A Lifetime”. Secara keseluruhan lagu-lagu dalam album ini easy-listening dan bersemangat, sangat cocok untuk anak-anak muda.

Di bagian awal lagu “Hymn For The Weekend” kita akan mendengarkan suara wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Beyonce. Meskipun sebentar, suara Beyonce membuat lagu ini semakin asik untuk didengarkan. “Everglow” termasuk lagu yang recommended. Alunan melodi ballad dan lirik yang menyentuh pada lagu ini menceritakan bahwa kebahagiaan akan datang setelah kesedihan. Siapa sangka, ternyata Gwyneth Paltrow, mantan istri Chris Martin ikut menyanyi pada lagu ini, hanya saja suaranya terdengar samar-samar di bagian tengah.

Album ini dibuka oleh lagu “A Head Full of Dreams” yang menjadi penyemangat untuk menjelahi album ini. Seperti liriknya, “You can see the change you want to / Be what you want to be”, lagu ini mengingatkan kaum muda-mudi untuk mengeksplor kehidupan lebih banyak, bangunlah harapan dan tentukan tujuan. Lagu yang dipromosikan di album ini adalah “Adventure of A Lifetime”. Alunan musik diskopopnya mampu menghipnotis kita untuk ikut bergerak-gerak menikmati irama musik ini. Keunikan pada lagu ini terdapat pada musik videonya. Seperti yang kita tahu, videonya berbentuk animasi dimana beberapa simpanse bernyanyi dan menari-nari di hutan. Akan tetapi siapa sangka bahwa sebenarnya simpanse tersebut adalah personel Coldplay sendiri loh! Kok bisa? Pembuatan video musik ini menggunakan teknologi Computer-Generated Imagery (CGI), yaitu teknik grafis 3D untuk pembuatan tokoh.

Coldplay pun bercerita tentang kebebasan pada “Birds”, layaknya seekor burung. “And we’ll be birds / Flying free”. Genre pop pada “Army of One” dan “Fun” (feat. Tove Lo) juga cocok untuk didengarkan ketika bersantai. Demikian juga dengan “Amazing Day”, lagu ini siapa menemani kamu sebelum tidur! Lain dengan lagu lainnya, “Kaleidoscope” hanya berupa instrumental dan ada sedikit cuplikan Presiden Amerika Barack Obama menyanyikan lagu “Amazing Graze” di pemakaman Clementa C. Pinckney, untuk mengenang korban penembakan Charlston. Demikian juga dengan“Colour Spectrum” yang hanya merupakan lagu instrumental selama 1 menit. “Up&Up” pun menjadi lagu penutup yang bagus untuk mengakhiri album A Head Full of Dreams. Ada isu juga bahwa A Head Full of Dreams adalah album terakhir Coldplay! Benarkah demikian? Chris Martin dalam wawancara dengan BBC, menyatakan bahwa albumnya ini seperti buku terahir Harry Potter. “Not to say that there might not be another thing one day, but this is the completion of something.” Jelas Chris. Semoga ini bukan yang terakhir ya.. Sumber: http://www.billboard.com http://www.azlyrics.com

44


edisi 78

BoulevardITB

sumber: http://images.amcnetworks.com

1 sampai pada season 6, tidak diceritakan secara detail apa penyebab munculnya wabah penyakit ini. “The Walking Dead” hanya fokus pada bagaimana membunuh para walkers (zombie), bagaimana mencari tempat tinggal yang aman dan bagaimana menghadapi manusia-manusia yang semakin menampakan keegoisannya untuk bertahan hidup.

Fear the Walking Dead Oleh: Margareta Vania Stephanie

Setelah sukses dengan “The Walking Dead”, AMC channel menghadirkan prequel dari tv series horror ini yaitu “Fear The Walking Dead”. Meskipun sama-sama menceritakan tentang zombie, keduanya memiliki jalan cerita yang berbeda. Buat yang tertarik dengan dengan cerita zombie tapi tidak suka horror, jangan takut untuk mencoba “Fear The Walking Dead” karena adegan menegangkannya tidak sebanyak di “The Walking Dead”. “The Walking Dead” menceritakan bagaimana sekelompok manusia bertahan hidup di dunia yang penuh dengan zombie. Bagi kamu penggemar “The Walking Dead”, pasti kamu masih ingat bagaimana kisah drama horor ini dimulai. Rick Grimes (Andrew Lincoln) yang baru sadarkan diri dari komanya di rumah sakit begitu kebingungan dengan kondisi di sekitarnya. Tidak ada orang, begitu hening, semuanya kacau balau, yang dia lihat hanyalah mayat disekelilingnya. Dia tidak tahu bahwa di kotanya sedang banyak berkeliaran zombie sampai akhirnya bertemu dengan Morgan Jones (Lennie James). Dari episode awal season

“Fear The Walking Dead” hadir dengan nuansa berbeda. “Fear The Walking Dead” diyakini mampu menjawab pertanyaan penggemar setia “The Walking Dead” yaitu apa penyebab tersebarnya virus zombie ini. Drama ini mengisahkan bagaimana keadaan kota Los Angeles saat zombie mulai hadir di tengah masyarakat. Cerita diawali dengan seorang pemuda bernama Nick Clark (Frank Dillane) terbangun di gereja tua. Ketika dia menemukan pacarnya, dia mencoba mengajaknya pergi. Akan tetapi, wanita dihadapannya bukan lagi pacarnya, melainkan zombie yang sedang memakan manusia. Dia pun kabur dari gereja tersebut dan akhirnya mengalami kecelakaan. Season 1 “Fear The Walking Dead” hanya berjumlah 6 episode dan season 2 akan keluar di tahun 2016 ini. Drama ini cocok buat kamu yang suka dengan cerita zombie. Latar “Fear The Walking Dead” secara keseluruhan mengambil tempat di tengah kota, berbeda dengan “The Walking Dead” yang kebanyakan mengambil latar di hutan. “Fear The Walking Dead” sebenarnya masih dianggap kurang ‘nendang’. Alur cerita yang sangat lambat dan terlalu kental akan drama keluarga menyebabkan kita bisa jenuh menonton. Para manusia di “Fear The Walking Dead” masih kaku dalam membunuh para zombie, tidak seagresif di “The Walking Dead”. Para penggemar “The Walking Dead” mungkin bisa kecewa setelah menonton drama ini. Hal ini wajar karena “Fear The Walking Dead” benar-benar menceritakan dari awal bagaimana zombie pertama kali menghantui kota. Meskipun demiakian, “Fear The Walking Dead” mendapat dukungan positif dan season 2 sangat ditunggu para penonton karena penyebab munculnya zombie masih belum terjawab. Penasaran dengan kelanjutannya? Siap-siap untuk season 2 ya! Yuk, coba nonton bagi yang belum! Sumber: www.imdb.com

45


edisi 78

BoulevardITB

Wira 089602695801

46


edisi 78

BoulevardITB

Janji Lulusan ITB Kami Segenap lulusan Institut Teknologi Bandung Demi Ibu Pertiwi Berjanji Akan Mengabdikan Ilmu Pengetahuan Bagi Kesejahteraan Bangsa Indonesia Perikemanusiaan dan Perdamaian Dunia Kami Berjanji akan Mengabdikan Segala Kebajikan Ilmu Pengetahuan Untuk Menghantarkan Bangsa Indonesia ke Pintu Gerbang Masyarakat Adil dan Makmur yang Berdasarkan Pancasila Kami Berjanji akan Tetap Setia Kepada Watak Pembangunan Kesarjanaan Indonesia Dan Menjunjung Tinggi Susila Sarjana Kejujuran serta Keluhuran Ilmu Pengetahuan di mana pun Kami Berada Kami Berjanji Akan Senantiasa Menjunjung Tinggi Nama Baik Almamater Kami Institut Teknologi Bandung


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.