Selasar 31

Page 1


Pimpinan Umum Teo Wijayarto

Daftar Isi

Pimpinan Redaksi Juang Arwafa Cita

1

Staf Redaksi Sitti Mauludy Khairina, Adi Nugraha, Brigitta d’Avriella, Muhammad Ghaffar Mukhlis, Churrotul Aini, Rayi Ruby, Ardhy Nur Ekasari, Rahma Rizky Alifia, Ruhkhis Muhtadin, Annisaa Auliyaa Rabbani Rahmanto, Dana Annisa Riefina, Amalia Septiani Radiva, Dimas Muhammad Fachryza, Ramadhan Dwi Kurniawan

Kata Pengantar Daftar Isi

2

Masih Berlanjut

3

Redaktur Artistik Hana Azalia

Pemira dari Tahun ke Tahun

Staf Artistik Hamdi Alfansuri, Jane Marito, Nida An Khofiyya, Condro Wiyono, Firza Aulia Syafina, Harashtina Aunurrahim, Reza Pahlevi, Joscha Gabriel Tampubolon, Yahya Haytsam, Mahmud Tantowi, Baihaqi Mazdy, Ivannsa Ramadhia Moussafy, Abdul Hamid, Fathoni Hidayat, Renaldy Yusuf Wibisono, Nathanael Adianto, Clarissa Ruby

10

Pimpinan Perusahaan Muhammad Dita Farel

Gugat Menggugat TAP Pemira

K3M: Lanjut!, MWA WM: PJS!

12

E-voting: Wajah Baru Pemira

13 17

Staf Perusahaan Helmi Ma’rifatir Rizal, Fitri A Siahaan, Fransiskus Asisi Dwinugroho P, Rifqi Rifaldi Utomo, Azkabellajati Syefera, Diah Rachmawati, Diana Vitonia,Ambar Setia Awan, Chika Citra Savira, Mahbub Ridhoo Maulaa, Sista Dyah Wijaya, Brigitta d’Avriella, Galih Endrayana Sudarno

Mengenal Aditya Purnomo Aji

21

Mengenal Ardhi Rasy

1


... Masih Berlanjut K

abinet Nyala dibawah komando M. Mahardhika Zein akan segera mencapai akhir perjalanannya. Letupan terakhir yang dibawakan Dhika dan jajarannya dengan merilis Surat Terbuka KM ITB telah menimbulkan pro dan kontra di tengah massa kampus. Bertebarannya opini dan pendapat di tengah-tengah kita seakan menutupi satu agenda penting yang masih menggantung. Pada hakikatnya, selalu ada awal baru dibalik sebuah akhir. Obor kemahasiwaan yang dibawakan Dhika akan segera meredup karena sumbu di dalamnya akan segera habis terbakar. Akan tetapi, bukan berarti api yang menyala dipucuk obor itu akan padam sepenuhnya. Selalu ada tangan-tangan pembawa obor baru yang akan mengemban mandat massa kampus dalam menjaga api pergerakan itu tetap menyala. Akhir tahun lalu, estafet obor kepemimpinan KM ITB gagal dilaksanakan. Baik pemilihan K3M maupun MWA WM, seluruh proses Pemilu Raya KM ITB sepenuhnya ditangguhkan. Mingguminggu ujian di akhir semester serta libur pergantian tahun menjadi distraksi sementara dari tanggungan Pemilu Raya yang masih harus massa KM ITB jalani. Terlepas dari masih antusias atau tidaknya massa kampus dengan proses ini, Maraton Pemilu Raya akan tetap berlanjut. []

2


Pemira LINIMASA

dari Tahun ke Tahun

Ditulis oleh Renaldy Yusuf Wibisono

Masa FKHJ Sebelum KM ITB terbentuk, lembaga yang memiliki peran penghubung antar HMJ di ITB adalah Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ). Yan Yan Sunarya (FSRD’88), Presiden Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR) tahun 1991, menuturkan bahwa ketua FKHJ dipilih melalui jalan musyawarah antara perwakilan forum. Tidak ada pemilu raya dan tidak ada catatan kekotoran selama masa FKHJ, bahkan menurut Yan Yan di antara anggota FKHJ terjalin silaturahmi yang baik.

Pemilu 2006 8 Maret 2006 pukul 19.00, Ivan Hamidi (IF’03), selaku Ketua Panitia Pelaksana Pemira 2006, mengumumkan dua calon Presiden KM ITB periode 2006-2007. Keduanya yaitu Dwi Arianto (TK’02) dan Syahfitri (KI’02). Sebelumnya ada 4 kandidat calon presiden lain, tetapi mereka mengundurkan diri. Lantas, mengapa tersisa dua? Berawal pada 6 maret 2006, keenam kandidat mencabut kesediaan mereka untuk menaati tata cara dan kode etik pemilu, yang berarti mencabut keikutsertaan mereka dalam pemilu. Pencabutan tersebut adalah bentuk kekecewaan mereka terhadap Panitia Pelaksana karena lalai menampilkan kode etik dalam paket berkas. 7 Maret 2006, forum aspirasi diadakan. Awalnya forum yang melibatkan kandidat, HMD (Himpunan Mahasiswa Departemen –red), dan unit ini bertujuan untuk membahas kotak suara, dana kampanye, dan kemungkinan koalisi suara. Dalam praktiknya, masalah yang dibahas justru sah atau tidaknya pemilu karena para kandidat calon presiden mencabut keikutsertaan mereka.

3


Malam harinya, pertemuan antara Panitia Pelaksana dan Kongres diadakan untuk membahas revisi tata cara pelaksanaan. Kandidat yang setuju dengan hasil revisi ini akan terus melaju menuju kursi presiden. Hasilnya, hanya dua yang setuju. Pemira 2006 dimenangkan oleh Dwi Arianto.

Pemilu 2008 “Tidak ada bakal calon Presiden dan bakal-calon MWA yang lolos verifikasi.” Seluruh massa kampus terkejut ketika mendengar pernyataan tersebut keluar dari Kongres pada tanggal 25 Februari 2008. Pemilu Raya 2008 menggunakan sistem calon bersama. Sistem ini mengharuskan setiap calon Ketua Kabinet berpasangan dengan satu calon MWA-WM. Tiga pasangan yang mendaftar tidak ada yang lolos verifikasi karena tidak ada yang berhasil melengkapi pesyaratan administrasi. Ketiga calon tersebut adalah Gilang Widyawisaksana (GD’05) dan Bobby Rahman (PL’04), Shana Fatina Sukarsono (TI’04) dan Wahyu Bagus Yuliantok (PL’04), Feriandri (EL’04) dan Usman Apriadi (SR’04). Tentu saja ini membuat massa kampus gerah. Ketika forum sosialisasi tentang pengulangan pemilu dilaksanakan, banyak yang mempertanyakan Kongres. Walaupun begitu, pemilu ulang menjadi kesepakatan bersama dan diadakan pada 3 Maret 2008.

Pada pemilu ulang, jumlah hari persiapan pemilu dikurangi agar pemilu selesai secepat mungkin. Masa pendaftaran yang seharusnya 10 hari menjadi 6 hari dan masa kampanye yang sebelumnya 3 minggu dipotong menjadi 2 minggu. Pemira 2008 menghantarkan pasangan Shana Fatina dan Wahyu Bagus Yuliantok menjadi Presiden KM ITB dan MWA-WM.

4


Pemira 2010 Pemilu yang biasanya dilakukan menggunakan surat suara berbentuk kertas, kali ini berpindah ke dalam layar monitor. Akan tetapi, pelaksanaan pemilu online dinilai masih memiliki kelemahan. Seperti yang diutarakan Kridanto Surendro, banyak kecurangan yang dapat terjadi. Karena sistem tersambung ke dalam web, masih mungkin ada pengguna yang dapat meretas program. Mulai dari peretasan sederhana seperti akses untuk mengetahui siapa memilih siapa, hingga mengubah hasil dari pemilihan itu sendiri. Walaupun demikian, Pemilu tetap menggunakan sistem tersebut. Pada akhirnya Pemira 2010 tetap berlangsung dengan terpilihnya Herry Dharmawan (PN’06) sebagai Presiden KM ITB dan Ikhsan Abdusyakur sebagai MWA-WM.

Pemira 2012

Di Pemira tahun ini, ada inovasi-inovasi baru yang dibawa Ketua Kongres KM ITB 2011/2012, Agathon Chandra. Pertama, ada sistem pengambilan suara disempurnakan menjadi electronic vote (e-vote). Di tahun ini ITB sukses menerapkan e-vote pertama di Indonesia. Kedua, aturan 1/2n+1 yang baru ditetapkan juga berhasil dilaksanakan. Ketiga, hak suara TPB akhirnya kembali lagi. Akan tetapi, beredar isu pembubaran KM ITB yang mengiringi peraturan 1/2n+1 di Pemilu Raya 2012. Aturan 1/2n+1 menyatakan bahwa Pemilu Raya akan sah jika total suara memenuhi kuorum 1/2n+1 dengan n merupakan jumlah massa kampus. Jika aturan 1/2n+1 tidak terpenuhi,

5


bukan berarti KM ITB akan dibubarkan. Kongres akan bersidang untuk membahas apa langkah selanjutnya jika hal itu terjadi. Tapi hal tersebut tidak terjadi. Panitia akhirnya dapat mengumpulkan suara melebihi 1/2n+1. Hak suara TPB yang dicabut tahun 2005, akhirnya dikembalkan lagi. Argumennya adalah mahasiswa TPB memiliki hak yang sama dengan mahasiswa non-TPB karena keduanya dibawah naungan KM ITB. Namun, ada satu kondisi yang harus dipenuhi agar TPB dapat memilih, yaitu pencerdasan. Menurut Agathon, ketika Pemira 2005 dilaksanakan, terjadi permainan politik dimana suara TPB seolah-olah dikendalikan, sehingga sejak tahun itu hak pilih TPB dicabut. Untuk mencegah hal tersebut terjadi lagi, KM ITB 2012 melakukan sosialisasi pencerdasan oleh kongres ketika masa orientasi (OSKM). Pemira 2012 diakhiri dengan terpilihnya Anjar Dimara Sakti (GD ‘08) sebagai Presiden KM ITB.

Pemira 2013 Pemira 2013 mengejutkan Massa kampus dengan didiskualifikasinya kedua calon. Diskualifikasi keduacalon diiringi dengan isu black campaign beredar diantara massa kampus. Selain pendiskualifikasian kedua calon, ada juga kejadiankejadian lainnya yang menarik dan bahkan unik. Contoh saja, sebanyak 1600 TPB berhasil dikumpulkan di hearing zona TPB akibat tantangan seorang mahasiswa terhadap kedua calon. Terlepas dari itu, ada tetapan baru yang ditkeluarkan Kongres KM ITB 2013 yang isinya mengubah cara penghitungan suara Pemira 2013. Kongres menganggap Pemira sah jika suara lembaga mencapai 1/2n+1 dengan n sebagai jumlah lembaga. Kemudian, suara suatu lembaga akan dianggap sah jika 1/2n+1 anggotanya menggunakan hak pilih. Jika 1/2n+1 anggota suatu lembaga tidak menggunakan hak pilih hingga batas waktu, maka suara lembaga itu tidak sah dan seluruh suara anggota gugur. Melalui pemira 2013, Nyoman Anjani terpilih menjadi K3M.

6


Pemira 2014 Pemilu Raya 2014 berlangsung lancar hingga di tahap verifikasi tidak ada calon yang lolos berkas. Pemilu ulang dengan panitia pelaksana yang baru menjadi opsi yang dipilih. Dampak dari mundurnya Pemilu Raya 2014 adalah terlaksananya pemilu di tahun berikutnya. Pada bulan Februari 2015, Pemira ini diawali dengan memilih Ketua MWA-WM dan PJS K3M. Ketua MWA-WM dan PJS K3M dipilih atas penilaian per lembaga. Panitia Pelaksana baru dibentuk kembali pada awal Maret. Panitia ini dipimpin oleh Angga Fauzan (DKV’12). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Panitia sepakat untuk tidak melaksanakan e-voting. Angga mengungkapkan tiga faktor yang menjadi pertimbangan yaitu risiko, potensi peretasan, dan waktu pelaksanaan yang singkat. “Ya bayangkan saja, saya dipilih di bulan Maret, April sudah harus berjalan, dan awal Mei harus berakhir,” ungkap Angga. Selain itu, waktu yang terbatas dan kondisi KM yang harus segera mencari K3M 2015 juga menjadi alasan tidak dipergunakannya prinsip 1/2n+1. Seperti tahun sebelumnya, TPB diperbolehkan untuk memilih walaupun panitia sadar bahwa TPB masih dianggap polos dan dapat dimanipulasi. Menanggapi masalah ini, panitia mengumpulkan massa TPB di amfiteater. Pada kesempatan tersebut Angga menyampaikan, “Intinya, kalian tuh memilih kandidat karena visi-misinya. Oleh karena itu kalian harus mempelajari dia, dekati dia dan hearing-nya. Milih jangan karena kesamaan fakultas, kesamaan organisasi, dan sebagainya.” Dari Pemira 2014, K3M yang terpilih adalah M. Pramaditya Garry (MT’11) dengan total suara yang berhasil dikumpulkan adalah 5141 dari 13975 atau 36,79% dari total hak pilih.

Pemira 2015 Pada Pemira 2015, Dua calon K3M sudah pernah terlibat dalam pelaksanaan Pemira dan sudah mengerti tentang apa yang harus dilakukan. Angga Fauzan sebelumnya menjabat sebagai Ketua Pelaksana Pemira 2014 dan Mahardhika Zein (SI’12) yang sebelumnya adalah salah satu ketua bidang di Pemira yang sama (massa kampus juga mengenalnya sebagai Ketua OSKM 2015) datang lagi sebagai calon K3M.

7


Pemira ini diawali dengan tahap verifikasi di bulan November. Penangguhan hanya diberikan selama satu hari karena ada sedikit kesalahan seperti tanda tangan yang kurang dan kesalahan format dokumen. Dalam satu hari penangguhan tersebut, kedua calon bisa menyelesaikan masalahnya masingmasing. Dibandingkan dengan tahap verifikasi Pemirapemira sebelumnya yang berkali-kali gagal, tahap verifikasi

Pemira 2015 dinilai Faizah Nurmalia (DKV’13), Ketua Panitia Pelaksana Pemira, paling lancar. Setelah verifikasi, Pemira masuk ke dalam tahap uji dengar. Pada Pemira 2015 tidak ada uji dengar yang diperuntukan khusus untuk massa unit. Beberapa unit akhirnya berinisiatif mengundang para kandidat K3M dan mengadakan hearing sunken yang mengakomodasi keinginan massa unit saat itu. Di Pemira 2015, massa kampus memilih Mahardhika Zein untuk mengemban amanah sebagai K3M ITB. []

8


lika-liku


K3M: Lanjut! MWA WM: PJS! Regenerasi kepengurusan selalu menjadi tahapan yang harus dilewati suatu organisasi jika ingin bertahan melawan waktu yang terus bergulir. Tak terkecuali KM ITB, yang menjadikan Pemilu Raya sebagai agenda tahunan untuk meregenerasi pucuk kepemimpinan organisasi terbesar di Bumi Ganesha ini. Pada periode 2016, Pemilu Raya sejatinya berlangsung di penghujung tahun. Akan tetapi, proses tersebut harus terhenti ditengah jalan dan ditangguhkan hingga tahun berganti. Apakah yang sebenarnya terjadi? Penangguhan Pemilihan MWA WM

Massa kampus masih disibukkan dengan proses uji dengar kandidat K3M dan MWA WM ketika Panitia Pelaksana Pemira menyatakan mendiskualifikasi salah satu calon MWA WM. Bimo Aryo (IF’13), kandidat MWA WM nomor urut dua dinyatakan didiskualifikasi akibat poin pelanggaran yang dimilikinya telah menyentuh angka -42. Calon lain, Faisal Amin (OS’13) sebenarnya juga mengalami pengurangan poin meski hasil poin terakhir Faisal belum mencapai angka nol.

Dengan didiskualifikasinya Bimo, batas minimal dua kandidat MWA WM tidak tercapai. Atas pertimbangan tesebut, di hari yang sama dengan dirilisnya keputusan pendiskualifikasian Bimo, Kongres KM ITB mengeluarkan TAP 036 yang menangguhkan Pemira MWA WM.

Pemilihan K3M (juga) Ditangguhkan

Meski Pemira MWA WM ditangguhkan, keputusan tersebut tidak mempengaruhi proses keberjalanan Pemira K3M. Pemira K3M berlanjut hingga penghujung tahapan uji dengar dan memasuki masa Berdasarkan rilis pers yang dikeluarkan reses. Panitia Pelaksana tertanggal 19 November 2016, pengurangan poin Akan tetapi, massa kampus kembali diakibatkan karena tidak terpenuhinya dikejutkan dengan dikeluarkannya jumlah promotor dan tim sukses rilis pers Panitia Pelaksana Pemira kedua calon yang menghadiri hearing tertanggal 28 November 2016. Pada TPB di GKU Timur pada Jumat, 18 rilis pers tersebut, Panitia pelaksana November 2016. Tidak terpenuhinya menerima laporan adanya kampanye kuorum jumlah minimal massa juga media di masa reses yang dilakukan berkontribusi pada pengurangan poin kedua kandidat K3M, Aditya Purnomo kedua calon. Aji (PL’13) dan Ardhi Rasy Wardhana

10


Bimo Aryo resmi didiskualifikasi dari kandidat ketua MWA WM

Faisal Amin menjadi calon tunggal ketua MWA WM

Rangkaian pemilu MWA WM ditangguhkan, dan K3M dilanjutkan

29 November 2016

Ardhi Rasy resmi Aditya Purnomo didiskualifikasi dari menjadi calon kandidat K3M tunggal ketua MWA WM

19 November 2016

Sidang Istimewa Kongres: Tidak dilakukannya mekanisme referendum

16-17 Desember 2016

20 Desember 2016

Ardhi Rasy resmi dikembalikan statusnya sebagai kandidat K3M

Jabatan ketua MWA WM diputuskan diserahkan pada PJS

21 Desember 2016

(TA’13). Oleh karena itu, Komite Disiplin Pemira memangkas poin pelanggaran yang dimiliki kedua calon. Poin yang dimiliki Adit tersisa 20 poin, sementara poin pelanggaran Ardhy tersisa -16 poin. Poin negatif yang dimiliki Ardhy menggugurkan status Kandidat K3M yang dimilikinya. Didiskualifikasinya Ardhy menyebabkan Pemira K3M memasuki masa penangguhan.

Rangkaian pemilu ditangguhkan seluruhnya

15 Januari 2017 Penangguhan pemilu K3M resmi dicabut, pemilu dilanjutkan

dengan dihadiri tiga puluh senator. Dalam sidang tersebut dipaparkan hasil penarikan aspirasi dari tiap lembaga. Didapat dua opsi terbanyak yang dipilih massa kampus, yaitu opsi keempat dan opsi pertama. SIK berlanjut dengan pembahasan kedua opsi tersebut. Melalui voting, sembilan belas senator akhirnya mengesahkan TAP SIK 001 Tahun 2016 yang memutuskan tidak dilakukannya mekanisme referendum untuk memilih K3M dan MWA WM. Pemira 2016 akan dilanjutkan kembali dengan teknis yang akan dibahas kemudian. Sebanyak sembilan senator memilih tidak mengesahkan TAP SIK 001 dan dua senator lain memutuskan walk out.

Esoknya (29/11/12) Kongres mengesahkan TAP 037 yang mengatur penangguhan Pemira. Di dalam TAP tersebut, Kongres akan menyelenggarakan Sidang Istimewa Kongres (SIK) untuk membahas keberlanjutan Pemira 2016. Sidang tersebut selambat-lambatnya harus Pembahasan teknis keberlanjutan dilaksanakan pada 24 Desember 2016. Pemira dilangsungkan pada tanggal 19 Desember 2016. Kesepakatan baru bisa tercapai esok harinya (20/12/2016), Sidang Istimewa Kongres Sebelum SIK dilaksanakan, senator- dengan dirilisnya TAP 039 Tahun 2016 senator utusan lembaga terlebih dahulu yang memutuskan pengembalian status menarik aspirasi dari massa lembaganya. kandidat K3M kepada Ardhy. Selain Ada lima opsi yang diberikan Kongres itu, sebanyak 130 poin juga diberikan kepada kedua kandidat K3M. Penerbitan kepada massa kampus. Pertama, SIK menghasilkan Referendum TAP 039 juga mencabut penangguhan dengan memilih kedua calon yang sudah Pemira K3M pada tanggal 15 Januari ada baik K3M dan MWA WM. Kedua, SIK 2017. menghasilkan Pemilu Ulang. Ketiga, SIK menghasilkan mengulang rangkaian Terkait Pemira MWA WM, Kongres merilis Kampanye. Keempat, SIK menghasilkan TAP 040 tertanggal 21 Desember 2016. melanjutkan Rangkaian Pemilu yang Dalam TAP tersebut Kongres memilih memberhentikan proses sudah ada baik K3M maupun MWA WM. untuk Kelima, SIK menghasilkan Referendum pemilihan MWA WM melalui Pemira. untuk mengetahui terlebih dahulu Jabatan MWA WM akan dipegang oleh Penanggung Jawab Sementara yang kemauan massa. mekanisme pemilihannya diserahkan Pada tanggal 16-17 Desember 2016, ke Kongres KM ITB. [] Kongres mengadakan sidang istimewa

11


E-Voting Ramadhan Dwi Kurniawan

Ada sesuatu yang baru pada Pemira kali ini. Berbeda dengan Pemira sebelumnya, Pemira kali ini mengusung e-voting sebagai sistem pemungutan suara. Pemungutan suara menggunakan kertas sudah ditinggalkan, dan bergeser ke cara yang lebih modern. Sebagai salah satu institut berbasis teknologi, dirasa memang perlu adanya pemanfaatan teknologi dalam berkemahasiswaan salah satunya Pemira. Melihat ke belakang, e-voting bukanlah hal yang baru dalam Pemira. E-voting telah diajukan pada Pemira 2012. E-voting saat itu menggunakan sistem internet based. Namun sayangnya, saat itu massa kampus tidak mempercayai sistem tersebut dan akhirnya kembali ke sistem kertas. Bukannya “manusia” apabila terjatuh pada lubang yang sama, e-voting yang diajukan pada Pemira 2016 tetap menjadi terobosan baru dengan mempertimbangkan hasil evaluasi dari Pemira 2012. Sistem yang diusulkan pada Pemira kali ini adalah electronic system dengan local server di masing-masing TPS. Sistem e-voting ini tidak akan terhubung ke dunia luar (internet), namun sistem kali ini menghubungkan komputer client

Wajah Baru dari Pemira 2016

(bilik suara) dengan komputer server (kotak suara) melalui kabel LAN. Data suara akan terenkripsi dan tersimpan di server. Salah satu alasan tidak dihubungkannya dengan internet adalah kemungkinan terjadinya kecurangan sangat besar, sehingga untuk mengantisipasinya dengan menggunakan seperti ini. Respon Kongres dan massa kampus saat forum terbuka juga cukup positif mengenai sistem e-voting yang dirancang panitia pelaksana. E-voting dirasa merupakan sebuah solusi dari Pemira kali ini. Mengingat rencana awalnya adalah Pemira K3M dan MWA WM dilaksanakan secara serempak, penggunaan sistem e-voting akan sangat membantu baik dalam proses pemungutan maupun perhitungan suara. “Harapannya adalah dengan diterapkannya sistem e-voting suara massa kampus dapat tersampaikan secara lebih baik dan efisien. Selain itu, dengan adanya sistem baru yang diterapkan, semoga membuat massa kampus menjadi lebih aware terhadap pesta demokrasi terbesar di lingkup KM ITB,” ujar Abiliansyah (TM ’15), Kepala Divisi Perhitungan Suara Pemira 2016. []

12


Gugat Menggugat TAP Pemira Oleh Dana Annisa Riefina

A

khir tahun ini, berbagai elemen lembaga di KM ITB sedang sibuk-sibuknya melaksanakan proses regenerasi. Tak terkecuali dua lembaga besar di KM ITB, yaitu Kabinet KM ITB dan MWA-WM yang melakukan penyerahan estafet tongkat kepemimpinannya melalui Pemira KM ITB. Tahun ini Pemira KM ITB diwarnai oleh berbagai gugatan massa kampus terhadap TAP Pemira yang dikeluarkan panpel dan Kongres KM ITB. Ada dua TAP utama pada Pemira KM ITB yaitu TAP aturan dan tata cara. TAP aturan Pemira KM ITB dibuat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kongres KM ITB. Untuk tahun ini Kongres melakukan banyak perubahan di TAP aturan. Kongres merasa masih banyak aturan yang tidak substansial tapi malah menghambat keberjalanan pemira. Usai pembentukan panpel, bidang sistem Pemira KM ITB dan KPU Kongres KM ITB membuat TAP lain yang berisi tata cara pelaksanaan Pemira KM ITB. Ada 3 tahapan yang dilakukan

dalam pembuatan TAP, yaitu drafting, proofread, dan visibility studies. Di tahap drafting dilakukan literature review dan pengumpulan aspirasi massa. Selanjutnya di tahap proofread, Kongres meninjau kembali kata demi kata yang ada di dalam TAP untuk menghindari miskonsepsi. Yang terakhir adalah visibility studies, Kongres membandingkan TAP dengan kondisi KM ITB saat itu. Setelah melewati ketiga tahap itu barulah TAP bisa disahkan dan disosialisasikan ke massa kampus. Menggugat TAP 025 Saat forum sosialisasi Pemira KM ITB, muncul keresahan dari massa kampus khususnya terkait syarat-syarat kandidat Pemira KM ITB yang terkandung dalam TAP Pemira KM ITB. Faizah Nurmalina (DP ’13), Luthfi Muhammad Iqbal (PL ’12), dan Bima Satria (PL ’12) mengajukan keresahan mereka tentang peraturan di TAP 025 Tahun 2016 Bagian Verifikasi poin 1.1f. Faizah membuat tulisan di media sosial untuk meminta kejelasan dan menyampaikan kepada massa

13


kampus terkait keresahannya. Menurut Faizah ada 3 elemen dalam jabatan, yaitu tugas, mekanisme, dan wewenang. Faizah resah karena pendefinisian surat izin belum jelas, tidak ada pernyataan yang mengatur wewenang kandidat yang punya keistimewaan, dalam hal ini mempunyai jabatan struktural di lembaga kemahasiswaan lain.

“

Sedangkan Luthfi dan Bima menyampaikan gugatan secara tertulis perihal kurang jelasnya pendefinisian surat izin dan nilai demokrasi yang dilanggar dalam peraturan. Luthfi berpendapat bahwa asas keadilan telah dilanggar dengan diperbolehkannya massa kampus yang masih aktif memegang jabatan struktural di organisasi atau lembaga kemahasiswaan mencalonkan diri di Pemira KM ITB.

Kan ITB itu miniatur Indonesia, dari Sabang sampai merauke ada anak ITB, jangan sampai kampus ini cuma punya orang Jawa,

Jika kandidat memiliki wewenang lebih di dalam lembaganya dibanding kandidat yang lain, wewenang ini bisa jadi menguntungkan kandidat tersebut. Perihal keadilan dalam pemira Luthfi juga menambahkan, “ini kasus yang sudah solved, bukan ngelanggar hak untuk dipilih, tapi jusru melindungi keadilan calon lain dan mendudukkan persaingan di level yang sama.�

�

Masih dalam TAP 025 tahun 2016, Luthfi dan Bima menemukan kejanggalan lain yaitu perihal Garis Besar Haluan Program (GBHP) dan Arahan Kerja (AK) MWA-WM. Kedua dokumen yang menurut Luthfi dan Bima menjadi bekal kandidat untuk menentukan visi misinya tidak termasuk dalam berkas panduan pencalonan. Hal ini ditakutkan akan menimbulkan ketidaksesuaian visi dan misi kandidat dengan GBHP dan AK MWA-WM. Selain itu, jika salah

14


mudah dan ada juga yang sulit. Untuk pengaturan wewenang, kongres menjelaskan bahwa sebenarnya di dalam SOP sudah ada detail surat izin lembaga beserta pernyataan untuk tidak menggunakan jabatan demi kepentingan pribadi maupun pihak tertentu dalam Pemira KM ITB. Selanjutnya, gugatan mengenai GBHP dan AK MWA-WM yang tidak diikutsertakan dalam panduan percalonan juga dijawab dalam rilis pers yang sama. Kongres mengakui kerja ad hoc atau perpanjangan tangan kongres ke lembaga-lembaga di KM ITB belumlah maksimal, sehingga pembentukan serta pengesahan GBHP dan AK MWA-WM pun terhambat. Dalam rilis pers yang sama, Kongres menegaskan untuk memastikan GBHP dan AK MWA WM akan selesai sebelum masa verifikasi kandidat Pemira KM ITB. Kontroversi TAP 026

satu kandidat mendapat informasi lebih perihal GBHP dan AK MWAWM yang belum disosialisasikan ke massa kampus, tentunya kandidat ini akan memperoleh keuntungan sebab visi dan misinya sejalan dengan GBHP dan AK WMA-WM. Tuntutan TAP 025 Tahun 2016 ini selanjutnya dijawab oleh Kongres dalam rilis pers tertanggal 19 Oktober 2016. Sebelumnya peraturan yang membolehkan kandidat yang memiliki jabatan struktural di lembaga kemahasiswaan mencalonkan diri sebagai kandidat Pemira KM ITB adalah TAP 023 Tahun 2016 tentang Aturan Pemira itu sendiri. Ketika proses drafting, banyak massa yang menginginkan untuk tidak membatasi pencalonan karena mekanisme cuti atau pengunduran diri dari jabatan struktural di lembaga kemahasiswaan ada yang

15

TAP kedua yang digugat adalah TAP 026 Tahun 2016 tentang Perubahan Pengesahan Tata Cara Pemilu Raya KM ITB. Gugatan ini dilayangkan secara tertulis oleh Faizal Ardianto dan Jonathan Adi Wijaya (OS ’13) terkait pemenuhan Surat Keterangan Catatan Kelakuan Baik (SKCK). SKCK yang setiap tahun menjadi persyaratan kandidat karena dinilai sebagai bukti paling valid untuk memastikan rekam jejak kandidat di masyarakat menuai masalah baru di Pemira KM ITB tahun ini. Di daerah asal Faisal Amin (OS ’13), salah satu kandidat MWAWM, pembuatan SKCK tidak dapat diwakilkan. Ia diharuskan terbang ke Binjai untuk mengurus SKCK tersebut. Tentu hal ini cukup memberatkan mengingat biaya transportasi tidaklah murah dan kala itu ia masih berstatus sebagai kandidat MWA-WM. Menurut Faizal, mengajukan diri sebagai kandidat pemegang jabatan struktural di KM ITB banyak sekali usaha yang dikeluarkan, salah satunya dalam bentuk uang. Ditakutkan dengan kesulitan seperti ini yang berhubungan langsung


dengan keuangan semangat ber-KM ITB akan semakin memudar. Selain itu, bisa jadi kebijakan SKCK yang tidak dapat diwakilkan tidak hanya terjadi di Binjai, tapi juga daerah lain di Indonesia, khususnya daerah luar Jawa. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya Jawa-sentris di KM ITB, pemegang jabatan struktural di KM ITB hanya berpusat kepada mereka yang tinggal atau berasal dari Pulau Jawa. “Kan ITB itu miniatur Indonesia, dari Sabang sampai Merauke ada anak ITB, jangan sampai kampus ini cuma punya orang Jawa,” ujar Faizal. Sebelum mengajukan gugatan, Faizal dan Jonathan telah lebih dahulu berdiskusi dengan kongres. Kongres meminta Faizal dan Jonathan membuat gugatan tertulis dan menyebarkan gugatan tersebut ke massa kampus agar massa kampus ikut teredukasi dengan berbagai permasalahan Pemira KM ITB tahun ini. Di rilis pers tanggal 30 Oktober 2016, Kongres menyatakan revisi perihal SKCK. Untuk kandidat yang tidak dapat memenuhi SKCK dapat digantikan dengan surat penjaminan menggunakan meterai menyatakan bahwa berkelakukan baik dan ditandatangani di atas materai oleh Kandidat Pemira KM ITB dan perwakilan Kongres KM ITB. Menanggapi press release, Faizah dan Faizal sudah puas dengan perubahan yang disampaikan panpel dan kongres. Namun, masih ada pertanyaan yang belum terjawab mengenai gugatan Luthfi dan Bima mengenai nilai demokrasi yang dilanggar, yaitu keadilan dan persamaan. Yehezkiel David P. (TM 2013), senator HMTM “Patra”, mengapresiasi tanggapan massa kampus yang telah aktif mengawasi keberjalanan pemira terutama gugatan-gugatan tentang TAP Pemira KM ITB. David berpesan untuk massa kampus jika suatu pemikiran memang sebaiknya dituangkan ke dalam tulisan tapi jangan lupa untuk mengklarifikasi kebenarannya. Saat ini fenomena anonim sedang merebak di media sosial, David menyarankan kepada massa kampus untuk tetap budayakan diskusi ketika menemukan suatu masalah. “Media sosial itu baik tapi harus dipertahankan asas kita sebagai seorang manusia yaitu berkomunikasi secara langsung,” ujar David. []

16


Mengenal Aditya Purnomo:

Siap Mewujudkan KM ITB Hebat oleh Ardhy Nur Ekasari, Rifqi Rifaldi Utomo

“ITB adalah miniatur Indonesia,” ungkapan tersebut tercermin dari mahasiswa ITB yang berasal dari berbagai daerah di negeri ini. Heterogensi yang ditimbulkan membutuhkan seorang penggerak yang dapat menyatukan perbedaan dan mendorong pergerakan bersama, sesuai dengan slogan “In Harmonia Progressio”. Siapakah penggerak tersebut? Sudah semestinya penggerak itu adalah Ketua Kabinet KM ITB yang akan segera berganti wajah akhir tahun ini.

A

ditya Purnomo Aji (PL’13) adalah kandidat K3M nomor urut 1 yang memiliki jargon “Tumbuh Selaras Menembus Batas”. Lakilaki kelahiran Yogyakarta yang kerap disapa Adit ini memiliki 13 promotor dan 92 tim sukses yang berasal dari berbagai jurusan. Selama berkemahasiswaan di ITB, Adit aktif di beberapa lembaga yang ada di kampus, seperti unit, himpunan, serta paguyuban. Adit sendiri mengaku bahwa pemilihan promotor dan tim suksesnya dari orang-orang terdekatnya di ketiga lembaga tersebut.

Motivasi yang tumbuh selaras dengan dukungan orang tua Selain aktif di Unit Debust dan GAMAIS, Saat TPB Adit juga

17


diamanahkan menjadi Ketua Angkatan Gamais 2013. Dalam mengemban amanahnya, Adit mendapati suatu tantangan besar yang sampai sekarang pun menjadi tantangan bagi KM ITB yaitu bagaimana cara menghimpun massa untuk berkegiatan, menyelaraskan visi, dan menciptakan suatu karya besar.

Dengan jargon yang selalu dikampanyekannya di setiap kesempatan, Adit membawa semangat bahwa tumbuh selaras dapat diartikan sebagai pergerakan bersama. Pergerakan yang dimaksud dapat dijadikan sebuah proses menghebat yang nantinya akan menjadikan KM ITB hebat dan menembus batas.

Di tingkat dua dan tiga pun, semangat berkemahasiswaan Adit tidak pudar. Adit aktif di himpunan dengan pernah menjadi DPA HMP PL 2015. Ia juga turut serta dalam kepanitiaan terpusat seperti AMI, INTEGRASI, dan Pemira. Massa kampus mengenal Adit sebagai anggota Komisi Disiplin Pemira KM ITB 2014, Ketua Divisi Seminar AMI 2015, dan Ketua Bidang Materi Metode di INTEGRASI 2016.

Selain jargon kampanye, Adit pun memiliki visi “Terwujudnya KM ITB Hebat Untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa�. Dengan visi yang dirumuskannya, Adit berharap dapat membawa kemajuan KM ITB dengan bertambahnya karyakarya mahasiswa dan lembaga yang ada di ITB seperti kajian-kajian, penelitian, pengabdian masyarakat, dan hasil-hasil perlombaan yang diikuti.

Dari banyak pengalamannya dalam berkegiatan di kampus ini, Adit melihat banyak potensi dan warna yang sebenarnya dapat dimaksimalkan. Kabinet KM ITB dinilai Adit memiliki peran besar dalam memaksimalkan potensi yang ada. Teman-teman lembaga yang Adit aktif di dalamnya mendukung pencalonannya sebagai K3M. Sementara itu, ketika disinggung mengenai dukungan orang tua, rupanya Adit menanggapi dengan senang. Orang tua Adit mendukung pencalonan ini, mereka pun hanya memberi pesan bahwa di tahun berikutnya ketika tanggung jawab di Kabinet sudah selesai Adit harus segera menyelesaikan pendidikannya. “Jadi awalnya memang meminta izin dulu ke orang tua, apakah boleh extend selama satu tahun? Nah dari situ orang tua mulai tanya untuk apa. Awalnya sih saya masih menjawab ingin membantu teman di BEM. Lalu, orang tua membolehkan dengan memberi pesan bahwa di tahun berikutnya, ketika tanggung jawab di Kabinet sudah selesai maka harus segera menyelesaikan pendidikan dan pesan utama yang selalu diucapkan orang tua saya adalah jangan lupa sholat. Ya, ketika akhirnya saya memperjelas ingin mencalonkan diri menjadi K3M pun orang tua tetap mendukung,� tutur Adit.

Perwujudan misi dalam program kerja yang diusung Ada lima program kerja yang diperkenalkan Adit kepada massa kampus. Di antara program kerja yang ada terdapat program kerja yang paling urgent menurut Adit yaitu Social Mapping KM ITB. Program kerja ini selaras dengan misi kedua dan ketiga. Ada dua program kerja yang merupakan ajang apresiasi, namun kedua program kerja ini memiliki perbedaan pada subjek yang dituju. Jika Panggung Hebat sebagai wahana penyampaian motivasi berkarya ditujukan kepada mahasiswa, maka Anugerah KM ITB ditujukan untuk mengapresiasi kreativitas dan inovasi lembaga, baik unit maupun himpunan. Kedua program kerja tersebut merupakan perwujudan dari misi keempat. Ada juga Pekan Pemuda yang bertujuan untuk

Proses menghebat untuk meningkatkan daya saing bangsa Adit memandang permasalahan utama yang sedang dihadapi bangsa ini adalah tentang daya saing. Lantas, di mana peran mahasiswa dalam menjadi solusi permasalahan ini? Menurut Adit, dengan dirinya bisa menjadi K3M maka dia akan memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan lembaga yang ada di kampus sehingga ketika lulus dari ITB, alumni ITB diharapkan dapat memberikan output positif sehingga dapat meningkatkan daya saing bangsa.

18


“Secara sistem sebenarnya mendorong kita bergerak bersama, namun ada sifat arogan yang jadi duri dalam daging dalam kemahasiswaan ITB yang menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama.” memberikan pendidikan politik bagi massa KM ITB dimana pendidikan sosial politik tidak begitu banyak didapat kampus, program kerja ini menjawab misi kedua. Sedangkan, program kerja Indonesia Berdaya! yang di dalamnya akan terdapat pameran yang mengundang lembaga-lembaga KM ITB, lembaga ITB, lembaga universitas lain, dan komunitaskomunitas yang bergerak di bidang pengabdian masyarakat, menjawab semua misi yang Adit paparkan di setiap kampanye. Pandangan tentang calon yang lain “Visi Ardhi sangat nasionalis, yang jadi kelebihannya pengalaman turun ke masyarakat sangat banyak, pengalaman sosial politik juga banyak, namun kekurangan Ardhi adalah pengalaman berkegiatan di kampus kurang,” tutur Adit saat diminta memberi pendapat tentang lawannya, Ardhi. Mahasiswa dan kemahasiswaan ITB Heterogensi yang ada di KM ITB menjadi warna tersendiri bagi kampus ini. Slogan ITB “In Harmonia Progressio” dengan jargon yang digaungkan oleh Adit menyadarkan kita, mengapa slogan dan jargon itu ada? Ketika menjadi Ketua Bidang Mamet INTEGRASI 2016, Adit harus mampu mengordinir mahasiswa

dengan berbagai karakter. Ia pun akhirnya sadar bahwa tantangan terbesar dalam berkontribusi dalam kampus ini adalah bagaimana menghimpun massa yang berbeda visi. Dengan adanya fasilitas lembaga seperti unit, himpunan, dan paguyuban sebagai sarana untuk berkembang, sebenarnya ada peran Kabinet yang tak tergantikan menurut Adit. Kabinet memiliki peran sebagai koordinator wajib secara masif, seperti membantu pemenuhan kebutuhan dasar KM ITB. Selain itu, ketika diwawancara mengenai kemahasiswaan ITB, Adit pun memberikan pandangannya mengenai kemahasiswaan yang ada di ITB, menurutnya secara sistem sebenarnya mendorong kita bergerak bersama, namun ada sifat arogan yang jadi duri dalam daging dalam kemahasiswaan ITB yang menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama. “Sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat bagi sekitarnya. Hari ini kita akan menjadi seperti itu. Hari ini adalah langkah pertama untuk kita menjadi manusia yang bisa berbagi dan berguna ke depannya. Hari ini adalah langkah pertama untuk menjadi KM ITB Hebat,” pungkas Adit dalam orasinya saat uji dengar TPB, Kamis, 17 November 2016. []

19


Mengenal Ardhi Rasy: Siap Menggejolakkan Kembali Nasionalisme Massa Oleh: Juang Arwafa, Rahma Rizky, Nathanael Adianto

Hiruk pikuk keberjalanan pesta demokrasi selalu menghiasi kisah-kisah perjuangan di kampus ITB, pun dengan Pemira yang kini mulai memasuki babak baru. Pengambilan berkas oleh empat bakal calon, kegagalan proses verifikasi, hingga pembakaran berkas oleh salah seorang bakal calon menjadi warna tersendiri di Pemira tahun ini. Pemira K3M 2016 akhirnya menyisakan dua kandidat, salah satuya Ardhi Rasy Wardhana (TA’13).

S

etiap tahun, Pemira memiliki ceritanya masing-masing. Pasang surut Pemira tak pernah luput dari perhatian massa kampus. Akan tetapi, terhitung sejak tahun 2013, partisipasi massa kampus dalam Pemira mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari uji dengar yang semakin sepi. Padahal, seharusnya massa kampus dapat lebih antusias menghadapi Pemira. Bagaimanapun, Pemira diselenggarakan untuk massa kampus sendiri. Ya, tujuan Pemira ialah supaya bisa mengenal dan memilih penggagas gerakan Keluarga Mahasiswa ITB di periode 2017-2018. Salah satu sosok penggagas gerakan KM ITB –atau yang biasa disebut Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB (K3M ITB)- ialah Ardhi Rasy Wardhana. Menjadi ketua acara Eksploraksi FTTM di tahun 2014 juga kegiatan Septem(ber)energi di tahun 2016 tidak membuat Ardhi merasa cukup untuk berkontribusi. Tanggal 21 Oktober 2016 menjadi saksi pengambilan berkas calon K3M oleh mahasiswa Teknik Pertambangan ini. Bermula dari mimpi mewujudkan generasi emas Indonesia yang ternyata tidak didukung oleh keadaan pemuda sekarang karena sikap individualismenya, Ardhi terdorong untuk menjadi inspirasi

21

banyak khayalak, khususnya massa kampus, dalam melakukan pergerakan melalui K3M ITB. Demi merealisasikan mimpinya, Ardhi membawa nilai-nilai nasionalisme yang dituangkan ke dalam visinya, “KM ITB sebagai suar pergerakan gotong royong untuk satu Indonesia”. Maksudnya adalah KM ITB harus baik dan tanggap terhadap isu sehingga bisa menjadi pelopor, penggagas, dan penuntun pergerakan lembagalembaga di sekitarnya juga di dalamnya. “Untuk meminimalisasi rasa individualisme kita harus berkontribusi kepada masyarakat, melalui menjadi suar pergerakan. Serta untuk menggerus nilai-nilai individualisme kita harus memiliki nilai gotong royong,” terang Ardhi. Di ITB sendiri terdapat beragam kepentingan yang perlu diselaraskan supaya masingmasing individu atau lembaga tidak bersikap individualistis. “Caranya yaitu menyentuh keilmuan, minat bakat, dan potensi mereka sehingga mau menyelesaikan masalah yang ada sehingga nantinya akan sejalan dan dapat memulai pergerakan.” ujar pemuda berdarah Jawa ini. Ardhi menambahkan bahwa poin penting dari berkemahasiswaan di ITB adalah ketika keilmuan yang


Foto: Nathanael Adianto

kita punya disentuh karena hal itu membuat kita merasa dapat berkontribusi lebih. Tidak hanya karena mimpi, terdapat pula permintaan orangorang tertentu yang ingin ia penuhi, orang-orang dengan gagasan dan kemauan gerak yang searah melangkah bersama si pencinta alam ini. Bahkan, ada beberapa orang yang memintanya secara personal untuk memimpin KM ITB. Ia menuturkan, “Ketika aku naik, aku harap mereka bisa bekerja denganku karena merekalah yang mengerti gagasanku, benarbenar dari nol. Kalau pun tidak, aku berharap ketika mereka kembali ke lembaganya masingmasing, mereka dapat memberi pemahaman kepada lembagalembaga tersebut sehingga tidak ada salah interpretasi.” Namun, terdapat hal-hal yang harus Ardhi pikirkan seperti isu multikampus dan isu kenaikan

UKT di tahun ajaran baru kelak, juga PR-PR kepengurusan lama yang menurutnya belum terselesaikan. Baginya, kepengurusan Mahardhika Zein (SI’12) memiliki banyak platform yang bagus dan baru, tetapi dalam pelaksanaannya masih terdapat program-program yang belum memenuhi kebutuhan KM ITB secara maksimal. Seperti Ksatria Ganesha yang belum menanamkan nilai dasar, Students Summit yang hanya menyamakan timeline tanpa penyepakatan peran lembagalembaga, Anmategra serta data publik yang belum dimanfaatkan dengan baik. “Satu lagi nih tapi, positifnya di kepengurusan periode ini adalah kita kembali menemukan mass power yang sempat hilang,” tambahnya. Selain itu, penggemar literasi ini menganggap ada kebutuhan yang sampai saat ini belum terjamah, yaitu kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri

Untuk meminimalisasi rasa individualisme kita harus berkontribusi kepada masyarakat, melalui menjadi suar pergerakan. Serta untuk menggerus nilai-nilai individualisme kita harus memiliki nilai gotong royong 22


teruntuk mereka yang memiliki minat bakat unik. Lewat program Apresiasi Kita, Ardhi ingin menunjukkan pada massa kampus bahwa berkontribusi tidak hanya dapat dilakukan melalui prestasi akademik, organisasi-organisasi, atau karya-karya keilmuan. Supaya pemenuhan kebutuhan dapat berjalan, diperlukan pemahaman mendasar terhadap objek yang kebutuhannya akan dipenuhi. Sebagai Koordinator Lapangan Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM) ITB 2015, Ardhi mengenal mahasiswa ITB sebagai pribadi yang kritis dengan sense of crashes yang tinggi, dan sistematika berpikir yang terbilang mapan. Sayangnya, masih terdapat kesenjangan antara implementasi dengan hasil-hasil pemikiran sehingga sering ditemukan kebuntuan apabila kenyataan tidak sesuai dengan perencanaan. “Lewat program Eksploraksi, akan membuat mereka menjadi ‘orang lapangan’ sehingga kesulitan mentransfer gagasan ke aplikasinya dapat terselesaikan. Simple kok, cukup dengan tahu tentang kondisi dirinya dan lingkungannya itu berarti sudah menjadi ‘orang lapangan’,” jelasnya.

kampus gajah, pun untuk menghadapi orang-orang yang bertolak belakang dengannya. Ketika ditanya hal apa yang pertama kali akan dilakukan jika terpilih menjadi K3M, Ardhi menjawab, “Aku ingin istirahat dua hari dulu, pulang bertemu keluarga. Setelah itu, mendapatkan caloncalon menko dan menyamakan suhu dengan calon-calon menko. Kemudian, melakukan pendekatan kultural ke calon-calon kahim. Lalu, internalisasi dengan menko, menteri, dan kahim. Baru menjalankan program yang bisa dibilang paling urgent, Super KM ITB.” Sebaliknya, kalau tidak terpilih, peminat isu sosial politik ini akan meraih mimpinya dalam wadah lain yang lebih spesifik, yaitu membuat infrastruktur pergerakan di bidang energi. Peristiwa kegagalan Ardhi menjadi ketua HMT tidak membuatnya menyerah berkontribusi untuk KM ITB. Tidak pula membuatnya berhenti memercayai bahwa pemuda Indonesia saat ini bisa menjadi pemuda yang nasionalis. Dengan gagasan nasionalismenya, Ardhi siap berupaya mewujudkan Garuda Indonesia Emas 2045 melalui KM ITB. []

Pada hearing TPB, Ardhi tidak menyangkal bahwa platform miliknya belum sempurna dalam memenuhi kebutuhan KM ITB sehingga perlu mengadopsi program kerja lawannya –dalam pencalonan K3M, Aditya. Menurutnya, Adit memiliki gagasan yang baik, tetapi belum membawa nilai dasar. Padahal bagi Ardhi, nilai dasar adalah hal yang penting. Meskipun tujuannya sama, menjadikan KM ITB lebih baik, Ardhi dan Adit, calon K3M lain, memiliki gagasan yang berbeda sehingga diperlukan sinkronisasi gagasan apabila telah terpilih nanti. “Aku sejujurnya adalah orang yang suka ngobrol. Jadi, sebagai wadah dan supaya lebih dekat dengan massa kampus, caraku untuk merangkul massa Adit apabila nanti aku terpilih adalah dengan pendekatan kultural. Dengan mendatangkan sekresekre HMJ, mengajak ngobrol. Intinya menarik simpati mereka dan meyakinkan kalau hal yang kita bawa itu sama baiknya,” ungkap calon K3M nomor dua tersebut. Ardhi berpendapat bahwa pendekatan kultural adalah cara ampuh untuk menangani segala permasalahan di Foto: Nathanael Adianto

23


Punya cerita menarik, ide dan gagasan, atau karya sastra yang ingin dipublikasikan? Kirim ke: redaksi.boulevarditb@gmail.com

Punya acara keren dan ingin berkerjasama dengan kami? Kirim proposal anda ke: boulevarditb@gmail.com dengan subjek: Media Partner _ Nama Acara


Boulevard Edisi 80 segera terbit: Maret 2017. Tertarik untuk beriklan di majalah kami? Sila kirim email dengan subjek: Permintaan Iklan ke: boulevarditb@gmail.com atau hubungi: 082388780578 (M.D. Farel)



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.