Pemimpin Umum Muhammad Farhan Firdaus Pemimpin Redaksi Hanif Rahman Staf Redaksi Adella Nur Apriati, Adzky Mathla Syawly, Alvi Zainita, Antyesti Vania, Firda Haifa Fadhilah, Hanifa Chairunnisa Muharroro, Ika Keumala Fitri, Maulana Affan, Nicholas Yamahoki, Rona Atikah, Adisty Najmia Daud, Agniya Dwiputri Aminah, Anastasia Cesaria Azra, Beta Miftahul Falah, Claresta Evadne Idelia, Evri Liana Dewi, Gabriella Yovanda, Jeihan Aulia Ramdhani, Kirei Serly Agatha, Luthfi Rizalullah Alrasyid, Maria Sinta Kusuma, Muzaimatul Musyarofah, Patricia Anita Rosiana, Priquela Aprilya Qinthara Silmi, Suwaibatul Amalina, Ulqi Ulya, Sebastian Anthony, Tito Satria Joel, William Chang, Vincent Hanzel Hartono, Aulia Gading Nur Fadhilah, Laurahoney Azzahra Pertiwi, Muhammad Akbar Noor Diza, Arini Rahma Adzkia, Mega Mahardika Berutu, Rahmah Khoirussyifa’ Nurdini, Fathia Rahmi Izzati, Maria Kirana Prima Satyasanti, Nadine Annisa Fauzi, Gayuh Tri Rahutami, Shefira Herlindya Putri, Rhea Elka Pandumpi, Paul Parluhutan
Patriaganesha Hutahaean, Hafsah Restu Nurul Annafi, Asri Adam, Nadhira Ranadhiyavashti Zahra Annisa Fitri, Mikhael Kevin, Rizki Ardika Fadilah, Sekar Dianwidi Bisowarno, Rizky Ramdhany Hernawan, Auliya Rusyda Hisyam Arif Redaktur Artistik Irza Sanika Aulia Staf Artistik Amaliyah Nurul Aeni, Christie Stephanie, Theressa Triyessy S, Vikha Puti Madani, M. Febrilian Syah, M. Akbar Sighab, Dini Damarpertiwi D., Audrey Xaveria, Bunga Sausan Aisha, Nisrina Nurulita K, James Parluhutan Hutabarat, Rafanisa Intan Azzahra, Delisha Azza Naadira Muhammad Faikar Ihsan, Levana Amelia, AlveroZon Hajji Akhilmi Zahidan, Luthfi Muhammad Din Prakoso Pemimpin Perusahaan Astri Liyawati Staf Perusahaan Andrian Cedric, Naufal Faris, Luthfi Haznan, Nurselina Simarmata, Ahmad Anabih, Chyntia Angelina, Khalda Alifia, Farah Syahidah, Alisha Reida Dharmawan, Yusa Hean, Muhammad Dzaki Naufal R.
MELODI PEMIRA SIAP DIDENDANGKAN KEMBALI Memasuki awal tahun, yang juga merupakan gerbang semester perkuliahan yang baru, massa kampus harus bersiap kembali dengan segala kegiatan dan kesibukannya. Pesta demokrasi terbesar di Kampus Gajah yang sempat terhenti di akhir tahun sebelumnya akan menyala kembali dengan euforia yang tak padam di awal tahun ini. Mungkin masih membekas di benak massa kampus mengenai Pemira terdahulu yang hanya terdapat satu calon saja. Kongres KM ITB mati-matian memutar otak untuk mencari mekanisme terbaik dalam melaksanakan Pemira. Hingga pada satu titik terciptalah referendum, sebuah kata yang awalnya asing bagi orang awam namun menjadi semakin familier belakangan ini. Trauma-trauma mungkin dialami sebagian dari massa kampus ITB. Lelah. Setiap tahun permasalahan yang relatif sama terulang kembali. Namun apa daya, tongkat estafet memang harus diserahkan kepada orang selanjutnya, bukan dibawa oleh orang yang sama terus menerus. Dan saat ini Royyan Abdullah Dzakiy selaku PJS K3M ITB periode 2019/2020 hampir sampai di ujung pemerintahannya. Sejauh ini, telah terdapat dua orang kandidat K3M untuk periode selanjutnya. Mereka saling memaparkan pikiran dan gagasan di hadapan massa kampus. Dan saat ini, Pemira telah memasuki masa kampanye, yang artinya hanya menghitung hari saja hingga acara puncak yaitu pemungutan suara. Besar harapan dari panitia pelaksana Pemira bagi massa kampus untuk menggunakan hak suaranya, dan tidak menjadi golput. Tahun telah berganti. Saatnya membuka kembali partitur yang sempat ditinggalkan. Saatnya menyiapkan kembali alat musik baik melodis maupun ritmis dan memainkannya dengan not-not yang sesuai. Saatnya pemilik suara Sopran, Tenor, hingga Bass melatih kembali alunan nadanya. Karena sang Dirigen telah memegang baton, yang artinya simfoni Senandung Pemira siap didendangkan kembali dengan harmonis.
2
DAFTAR ISI
4
LANTUNAN SIMFONI SENANDUNG PEMIRA KM ITB
10
Mengenal Lebih Dekat:
16
Mengenal Lebih Dekat:
KM ITB YANG ADAPTIFINTEGRATIF BERSAMA NADA ZHARFANIA SULTAN PASHA DAN GELORA AKSI KOLABORATIF UNTUK KM ITB
LANTUNAN SIMFONI SENANDUNG PEMIRA KM ITB Oleh: Rahmah Khoirussyifa’ Nurdini Rhea Elka Pandumpi
Hiruk pikuk obrolan massa kampus mengenai Pemira KM ITB sering terdengar akhir-akhir ini. Pemira, yang merupakan singkatan dari Pemilu Raya merupakan pesta demokrasi yang diadakan setiap tahun untuk mengganti roda pemerintahan KM ITB. Pemira sudah berjalan beberapa bulan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada telinga yang belum mendengar Senandung Pemira. Lantas, sebenarnya, apa saja yang sudah dan akan terjadi pada Pemira KM ITB tahun ini?
4
Selasar 32 Suasana Pemira sejauh ini Pemira tahun ini, yang mengangkat tema Senandung Pemira, menyadari bahwa ada banyak perbedaan suara dalam massa kampus. Ada yang berisik, semarak, maupun ramai. Dengan banyaknya perbedaan itu, panitia hendak membawa Pemira sebagai suatu bentuk senandung, agar massa kampus bisa ikut terbawa suasana tersebut. Pemira ini diharapkan bisa menjadi impresi yang memperbaiki citra KM ITB di mata massa kampus, dan membangkitkan optimisme yang sudah runtuh karena Pemira tahun lalu. Hal ini disebabkan karena tahun lalu terdapat kejadiankejadian yang meninggalkan noda hitam di KM ITB, seperti proses pencalonan K3M maupun MWA WM yang tidak mulus ataupun kejadian referendum yang meninggalkan tanda tanya bagi sebagian massa kampus. Membawa Pemira tahun ini, dengan bayangbayang trauma Pemira tahun lalu, bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu, fokus dari Pemira ini bukan mengejar kemeriahan yang dahsyat, melainkan menjadi ‘senandung’, yang perlahan-lahan menghidupkan lagi antusiasme dan rasa kepemilikan akan KM ITB.
Saat ini, masa kampanye telah berlangsung selama beberapa minggu. Akan tetapi, Pemira masih terasa sayup-sayup. Ditinjau dari aspek presensi, meski presensi untuk hearing HMJ sudah terbilang cukup dan sudah tercipta suatu kepedulian tersendiri dalam massa HMJ, terdapat defisiensi antusiasme dari massa TPB. Defisiensi antusiasme tersebut dapat terlihat jelas dari kehadiran massa TPB yang sedikit dalam hearing. Terlepas dari perihal presensi, tidak hanya massa TPB, namun keterlibatan massa kampus secara keseluruhan masih dirasa sangat kurang. Hal ini entah disebabkan oleh kurangnya ketertarikan massa kampus, kurangnya minat terhadap calon, atau bahkan kurangnya pendekatan panitia pada massa kampus. Ini tentunya menjadi bahan evaluasi tersendiri bagi panitia Pemira, yang mengharapkan partisipasi sebesar mungkin dari massa kampus di masa mendatang. 5
Januari 2020 Lini masa Pemira
Dari berbagai macam mata acara Kampanye Pemira ini, Grand Opening merupakan mata acara yang banyak mengundang massa kampus. Pembukaan ini dilakukan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, acara pembukaan hanya dilakukan di selasar TVST, dan tidak diadakan secara besar-besaran. Namun, pada Pemira tahun ini pembukaan dilaksanakan secara akbar di Plaza Widya Nusantara pada waktu yang pas, yaitu sore hari setelah kegiatan perkuliahan selesai. Oleh karena itu, massa kampus banyak yang bisa menyempatkan diri untuk hadir pada mata acara ini.
Pemira KM ITB ini diawali dengan tahap persiapan, yaitu pengambilan berkas, pengembalian berkas, dan verifikasi berkas. Pengambilan dan pengembalian berkas ini dilakukan oleh bakal calon K3M ITB maupun MWA WM yang ingin mengajukan dirinya. Lalu, panitia Pemira akan melakukan verifikasi berkas untuk mengecek kesesuaian berkas yang diajukan calon. Jika berkas belum sesuai, berkas akan dikembalikan ke para bakal calon untuk diperbaiki. Jika setelah masa verifikasi sudah terdapat setidaknya dua orang kandidat, tahap kampanye bisa dimulai. Sejauh ini sudah terdapat dua orang kandidat K3M, namun belum ada satupun kandidat MWA WM.
Setelah masa kampanye selesai, akan ada masa tenang untuk mempersiapkan kegiatan pemilihan yang akan dilaksanakan pada akhir minggu pertama kegiatan perkuliahan, yaitu tanggal 18-19 Januari 2020. Setelah masa tenang, akan dilaksanakan puncak pesta demokrasi ini, yaitu kegiatan pemilihan atau pemungutan suara. Pemilihan ini dilaksanakan selama lima hari pada minggu kedua perkuliahan, yaitu tanggal 20-24 Januari 2020. Setelah pemilihan selesai dilaksanakan, akan dilakukan proses penghitungan suara.
Kampanye Pemira KM ITB dilakukan dengan berbagai bentuk. Kandidat K3M melakukan pawai mengunjungi HMJ dan UKM untuk melakukan sosialisasi program-program yang akan mereka bawa untuk keberjalanan KM ITB. Kemudian, terdapat hearing, yaitu kegiatan pemaparan oleh kandidat K3M kepada massa kampus. Kegiatan hearing ini dibagi menjadi hearing massa HMJ kampus Ganesha dalam berbagai zona, TPB, Jatinangor, dan Cirebon. Kemudian setelah hearing, akan diadakan debat yang sejauh ini telah direncanakan untuk dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2020.
6
Selasar 32 Untuk Pemira MWA-WM, disebabkan timelinenya harus seri dan tidak paralel, sedangkan calonnya belum ada, maka masih belum dapat ditentukan apakah penyelenggaraannya nanti tetap dilakukan oleh panitia Pemira atau dialihkan kepada Kongres KM ITB apabila prosesnya masih lama. Perlu juga dilihat terlebih dahulu berapa jumlah calon yang maju. Apabila terdapat dua orang kandidat, maka akan diusahakan untuk diselenggarakan oleh panitia Pemira, sedangkan apabila tidak maka akan dilakukan dengan mekanisme lain. Event yang menyertai Pemira Para kandidat diberi berbagai kesempatan dan kebebasan untuk melakukan kampanye. Ada kampanye kecil-kecilan, kampanye mandiri, kampanye tidak langsung, hearing by request, dan lain-lain. Terdapat pula kegiatan pemanis seperti roadshow, sosialisasi, dan forsos. Panitia tidak membatasi upaya kandidat untuk berkampanye, sehingga mereka bebas menggunakan metode apapun, baik dengan media ataupun tidak. Sejauh ini, sudah ada beberapa konten yang ada di mading-mading sekitar ITB, dan juga di media sosial para kandidat, contohnya di LINE. Publikasi-publikasi semacam itu diinginkan semakin gencar dilakukan dan semakin diperhatikan massa kampus, agar edukasi tentang profil kandidat dan Pemira itu sendiri bisa meningkat.
“...mahasiswa TPB kurang antusias jika dilihat dari presensi hearing. Tidak hanya TPB, massa kampus secara keseluruhan dirasa kurang terlibat.�
Tahun ini, terjadi perluasan jangkauan Pemira, dengan munculnya wadah-wadah hearing yang baru dari tahun sebelumnya. Adanya kemunculan hearing UKM, dan pemisahan hearing Jatinangor dengan hearing Cirebon, menjadi bukti keinginan yang kuat dari panitia Pemira untuk merangkul seluruh massa kampus. Tidak diinginkan adanya titik berat pada salah satu pihak dengan membiarkan sebagian massa kampus tak tersentuh, melainkan diharapkan semuanya dapat memperoleh wawasan yang sama dan merata. Bahkan, massa kampus yang tidak bernaung pada lembaga apapun diberikan kesempatan yang sama untuk bertanya dan menyatakan pendapatnya. 7
Januari 2020 Sedangkan untuk debat, diharapkan akan menjadi event besar untuk menarik massa kampus. Selain itu, debat dilakukan untuk membuat massa semakin yakin akan kandidat K3M pilihan mereka. Debat ini masih dalam proses perencanaan sehingga belum ada teknis yang pasti. Pada tahun sebelumnya, debat batal dilaksanakan karena hanya terdapat satu orang kandidat. Meski demikian, harapan panitia akan kemeriahan debat ini cukup besar. Oleh karena itu, panitia berencana untuk memakai semacam panggung di lapangan basket, juga menggunakan sound yang bagus. Cara tersebut hendak ditempuh agar acara debat menjadi lebih ramai dan disaksikan oleh lebih banyak massa kampus. Peraturan dalam Pemira secara umum Sistem pemilihan Pemira KM ITB tahun ini pada awalnya hendak dilakukan dengan sistem preferensial. Sistem preferensial dilakukan sebagai bentuk preventif jika terdapat lebih dari dua orang kandidat. Namun, karena saat ini hanya terdapat dua orang kandidat K3M, sistem ini tidak akan terlalu berpengaruh pada perhitungan suara, karena kandidat terpilih nantinya merupakan kandidat dengan suara terbanyak.
Jika ada pelanggaran yang dilakukan, konsekuensi pun harus diterapkan. Karena selama ini pelanggaran yang dilakukan masih ringan, konsekuensi yang harus dilakukan oleh calon K3M pun masih ringan. Press release yang berisi permohonan maaf kepada massa kampus dapat dijumpai di official account para kandidat K3M. Kendala dan solusinya
Dalam keberjalanan Pemira itu sendiri, tentu saja halang rintang pasti menerjang. Berbagai pelanggaran dilakukan oleh para kandidat K3M. Pelanggaran dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu pelanggaran ringan, sedang, berat, sangat berat, dan khusus. Selama masa kampanye ini, kedua kandidat hanya melakukan pelanggaranpelanggaran ringan saja.
Selain pelanggaran yang dilakukan oleh kandidat K3M, masalah juga datang dari massa kampus sendiri. Hal yang menjadi momok Pemira tiap tahunnya adalah adanya massa kampus yang memilih untuk golput. Dalam menghadapi masalah ini, panitia pelaksana terus berupaya mengusahakan pelebaran jangkauan Pemira dan mencerdaskan massa kampus tentang Pemira. Hal ini dapat terlihat dengan sudah adanya pemanfaatan berbagai media sosial, yaitu LINE dan Instagram, untuk menggencarkan penyebaran informasi mengenai Pemira di kalangan massa kampus. Selain itu, panitia juga meningkatkan keseriusan mereka dalam mencerdaskan massa kampus dengan memperbanyak wadah-wadah hearing, seperti hearing UKM yang merupakan inovasi baru serta pemisahan hearing Jatinangor dan Cirebon.
Pelanggaran tersebut antara lain berupa ketidaktepatan waktu dan kehadiran promotor dan tim sukses yang kurang dari peraturan yang telah ditetapkan. Pelanggaran berupa ketidaktepatan waktu terjadi karena terdapat kandidat K3M yang hadir tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu 15 menit sebelum acara dimulai. Sedangkan pelanggaran berupa kekurangan promotor dan tim sukses terjadi karena calon K3M tidak membawa jumlah yang cukup, yaitu 3 orang promotor dan 8 orang tim sukses. 8
Adanya Pemira yang bersenandung ini diharapkan dapat berjalan dengan hangat, syahdu, serta menjaga jiwa pemilu itu sendiri. "Harapannya, semua berpartisipasi dengan not-not yang sudah disusun ini. Kalau ada satu not yang bergeser, pasti akan jadi fals," tutur Muhammad Taufik Rizki selaku Ketua Panitia Pelaksana Pemira 2019. Untuk itu, seluruh massa kampus diharapkan dapat membantu keberjalanan Pemira ini dengan wadah dan kemampuannya masing-masing.
Kendala yang paling besar dalam Pemira lini masa yang tidak sesuai dengan proyeksi awal. Contohnya saja ketika belum ada kandidat maka keberlangsungan Pemira harus diundur. Kampanye yang seharusnya dapat selesai lebih awal, menjadi lebih lama waktunya yang disebabkan masing-masing kandidat mempunyai kesibukan sendiri di luar Pemira. Pencocokan jadwal juga menjadi rintangan tersendiri. Meski demikian, kendala yang muncul hanya persoalan teknis belaka, dan untuk selebihnya tidak ada persoalan yang berarti.
Jika massa kampus menginginkan KM ITB yang selalu penuh akan inovasi dan kreasi, maka massa kampus diharapkan untuk lebih membuka matanya dengan pemilihan yang sebentar lagi akan berlangsung ini. "Pokoknya Pemira harus didukung, jangan lagi biarkan KM ITB tersandung. Jangan biarkan KM ITB tersandung karena di Pemira ada senandung dan di senandung ada Pemira." tutup Taufik. []
Harapan dalam Pemira Tentunya, ada banyak harapan massa kampus akan Pemira. Ada yang menganggap Pemira terlalu ruwet, ada yang menganggap hearing-nya masih kurang. Ada yang menginginkan kemeriahan, dan ada pula yang ingin lebih serius. Yang pasti massa kampus mengharapkan agar para kandidat lebih vokal, dan wadah untuk mengenal mereka lebih banyak. Harapan-harapan tersebut diupayakan diambil titik terbaiknya, dengan tetap mempertahankan tujuan untuk membuat impresi yang baik bagi KM ITB.
9
MENGENAL LEBIH DEKAT
KM ITB YANG ADAPTIF-INTEGRATIF BERSAMA NADA ZHARFANIA Oleh: Gayuh Tri Rahutami Maria Kirana Prima S.
10
Selasar 32
Pemilihan Umum Raya atau yang biasa disebut Pemira pada tahun 2019 ini memiliki satu calon perempuan, yaitu Nada Zharfania Zuhaira yang berasal dari Teknik Lingkungan 2016. Nada terkenal sebagai Mahasiswa Berprestasi FTSL 2019 yang juga aktif di dunia kemahasiswaan ITB, contohnya sebagai Ketua Bidang Materi dan Metode OSKM ITB 2019. Dan pada kesempatan kali ini, Nada memantapkan hati dan memberanikan diri untuk maju sebagai salah satu kandidat Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (K3M) ITB. Seperti apa dunia kemahasiswaan yang ditawarkan Nada untuk massa kampus?
KM ITB lewat kacamata Nada Nada Zharfania Zuhaira, atau yang akrab disapa Nada, adalah mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2016. Dengan tekad sekuat baja, pada Pemira kali ini, ia mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat K3M ITB periode 2020/2021 yang mendapat nomor urut 1. Tertuang dalam visinya, ia akan membawa KM ITB menjadi adaptif-integratif dalam menghadapi tantangan zaman yang senantiasa berubah. Banyaknya pengalaman yang dijalaninya di dunia kemahasiswaan membuat ia percaya diri dalam melangkahkan kaki dalam pencalonan K3M ini. Ketika ditanya apa itu KM ITB, Nada menjawab bahwa lembaga ini adalah imajiner, yang memantik imajinasi-imajinasi besar. Sama seperti suatu bangsa, lembaga ini terbentuk karena orang-orang merasa memiliki nasib yang sama, yakni sama-sama mahasiswa ITB, dan sama-sama berkegiatan di kampus sini. KM ITB akan menjadi tidak relevan ketika orang-orang sudah tidak lagi berkegiatan di dalam ITB karena sudah tidak lagi memiliki nasib yang sama. “Karena kita punya nasib yang sama, akhirnya kita bisa relate satu sama lain. Makanya menurut aku, cara untuk menjaga KM ITB adalah dengan menjaga kesamaan nasib kita,� ujarnya. Dari kesamaan nasib itu lah, KM ITB membuat mahasiswa merasa menjadi bagian dari suatu hal yang lebih besar yang berdampak bagi banyak orang. KM ITB juga memberi imajinasi kepada mahasiswa bahwa mereka bisa menjadi lebih dari keadaannya yang sekarang. 11
Januari 2020 Sayangnya, masih banyak orang di dalam KM ITB sendiri yang merasa pesimis terhadap lembaga ini karena memiliki metode yang berbeda dengan kebanyakan organisasi di luar sana. Kebanyakan organisasi luar lebih mementingkan branding terhadap organisasi mereka, sedangkan di sini lebih terfokus dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal inilah yang akhirnya menjadi motivasi Nada dalam pencalonan dirinya, ia ingin membuat orang-orang di dalam KM ITB percaya bahwa KM ITB memiliki nilai-nilai baiknya sendiri.
Contohnya seperti pengalaman Nada saat membantu Tamansari, “Aku nanya ke masyarakat di sana tentang apa yang bisa kita bantu. Kita berpikir sampai ke hal-hal yang besar, seperti bantu advokasi hukum, volunteer, diseminasi barang, memberi trauma healing, atau anak HMTL perlu bantu bikin kajian kah?” Namun ternyata saat Nada datang ke lapangan, tidak ada yang bisa dilakukan lagi karena semua hal tersebut telah difasilitasi oleh lembaga-lembaga yang memang bertanggung jawab akan hal tersebut. “Di situ aku sadar, mahasiswa sebenarnya kecil banget. Kalaupun akhirnya kita bantu masak, kita hanya bantubantu aja, tak ada bedanya mahasiswa dan masyarakat biasa yang datang untuk membantu,” ujarnya.
Sayangnya, masih banyak orang di dalam KM ITB sendiri yang merasa pesimis terhadap lembaga ini karena memiliki metode yang berbeda dengan kebanyakan organisasi di luar sana. Kebanyakan organisasi luar lebih mementingkan branding terhadap organisasi mereka, sedangkan di sini lebih terfokus dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal inilah yang akhirnya menjadi motivasi Nada dalam pencalonan dirinya, ia ingin membuat orang-orang di dalam KM ITB percaya bahwa KM ITB memiliki nilai-nilai baiknya sendiri.
Pemikiran Nada tidak berhenti sampai situ. Ia berpendapat bahwa dengan menggunakan pendidikan, mahasiswa bisa mengkritik apa yang dilakukan lembaga-lembaga tersebut, mendobrak rutinitas yang ada. Kembali lagi kepada kata yang mendeskripsikan KM ITB, imajiner, yang kemudian memantik imajinasiimajinasi besar untuk nantinya dikembangkan sesuai potensi dalam diri masing-masing. “Apapun yang akan terjadi di lapangan adalah urusan nanti, yang penting kita berangkat dengan optimisme bahwa kita bisa melakukan sesuatu,” kata perempuan kelahiran Bandung ini.
Mengenal pribadi Nada Nada mengaku bahwa dirinya sering dilabeli sebagai problem solver. Massa Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB menyebut keilmuan yang Nada pimpin sebagai “keilmuan yang dinanti-nanti”. Ia juga merupakan pribadi yang berani menyatakan apa yang salah dalam keberlangsungan suatu hal dan memperbaikinya. “Dulu aku diberi label ‘Api yang Menyala’, ya, akhirnya panas terus bisa bikin orang sakit. Bagus sih memang bisa menyulut, menyulut semangat orang-orang, tapi terkadang menyulut emosi juga,” ceritanya. Dengan kombinasi kelebihannya ini, Nada ingin memperbaiki apa saja yang menurutnya masih salah dalam keberlangsungan KM ITB selama ini. “Aku rasa, di KM ITB ini banyak hal-hal yang sudah sering kita bicarakan dan gelisahkan sedang terjadi, tapi orang tidak berani ngestate,” ungkapnya.
Setelah berproses cukup lama di KM ITB, Nada merasa bahwa ia telah mendapatkan banyak hal baik di sini. Ia juga mengatakan bahwa KM ITB memiliki kelebihannya sendiri di mana mahasiswanya lebih memikirkan ranah yang substansial, sehingga pergerakan-pergerakan yang dilakukan selalu memiliki manfaat dan tujuan yang jelas.
12
Selasar 32
Nada juga seorang pembelajar. Ia senang mencari orang-orang yang lebih hebat darinya, kemudian mempelajari best practice yang mereka lakukan. Ia juga senang mempelajari orang-orang yang ada di sekitarnya, hal-hal yang penting bagi mereka, dan organisasi yang mereka bawa. “Mungkin itu bakal jadi kelebihan aku juga karena artinya pendekatan yang harus aku lakukan ke orang-orang tidak aku gembleng rata tapi aku dekati secara personal,� ungkapnya.
Mewujudkan KM ITB yang Adaptif-Integratif Di kampanye Pemira ini, Nada membawa visi KM ITB Adaptif-Integratif untuk Meningkatkan Resiliensi Masyarakat dalam Menghadapi Tantangan Zaman, yang artinya Nada ingin membuat KM ITB menjadi semakin kuat meskipun terus dikenai tantangan-tantangan dari luar dengan metode Adaptif-Integratif. Integratif sendiri, menurut Nada, memiliki arti menyatu dengan lingkungan. Apabila seseorang berhasil menyatu dengan lingkungan dan bisa membaca suatu masalah dari sudut pandang masyarakat, nantinya akan bisa tercipta kebijakan-kebijakan yang customer-centered dan bukan panitia-centered. Sedangkan Adaptif memiliki arti menyesuaikan hasil bacaan yang telah didapat dari metode integratif tadi dengan apa yang benar-benar dibutuhkan.
Di sisi lain, kebiasaan mempelajari orang lain membuat Nada terkadang merasa sedikit takut terhadap diri dan tindakannya. "Tapi gara-gara aku tahu, aku mencoba mengolah diri, aku tahu ada beberapa tindakanku yang harus disesuaikan lagi supaya mudah diterima oleh teman-teman yang lain, jadi aku jadi sering berpikir pandangan orang ke aku itu gimana," kata Nada.
Untuk mencapai visi yang telah dibuatnya, Nada tentu sudah menyiapkan berbagai macam program kerja. Topik yang akhir-akhir ini sedang hangat, staf khusus presiden, muncul juga sebagai salah satu program kerja dari Nada. Lembaga staf khusus presiden nantinya akan menjadi bagian dari kabinet yang membaca kondisi lingkungan secara real time. Lembaga ini akan tahu tren-tren yang ada dan sedang hangat di kalangan massa kampus.
Selain itu, Nada juga mengakui kalau dirinya sering terlambat datang ke suatu acara. “Terlambatnya bukan terlambat mengerjakan tugas atau sesuatu, tapi terlambat hadir,� begitu pengakuannya. Alasan Nada sering terlambat datang adalah lingkungan sekitar yang menolerir kebiasaannya ini, namun ia berjanji akan segera mengubah kebiasaan buruk ini. 13
Januari 2020 “Pokoknya dia bakal jadi lembaga yang paling banyak belajar, paling banyak tau apa yang orang lain sedang bicarakan,” tutur Nada. Nada berharap nantinya akan banyak ide baru yang diberikan oleh staf khusus ini dan juga memberi doping ide kepada kemenkoan-kemenkoan agar semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan mereka. Selain staf khusus presiden, Nada juga akan menambahkan auditor internal ke dalam struktur kabinet. Fungsinya adalah untuk mengevaluasi kabinet, di mana evaluasinya akan dilakukan berkali-kali sepanjang proker, tidak hanya di akhir saja, secara lebih cepat dan tanggap. “Lalu muncul pertanyaan ‘bukannya itu fungsi Kongres?’ Nah menurut aku, Kongres bergeraknya tidak secepat yang kita harapkan. Di perusahaan luar sana, mereka punya auditor internal sendiri di dalam perusahaannya, sehingga mereka tak perlu berlama-lama menunggu lembaga lain untuk mengevaluasi mereka di bagian akhir. Karena itu, aku mikir kenapa kabinet nggak punya juga?” ujar mahasiswi Teknik Lingkungan ini.
“... staf khusus presiden yang sekarang banyak dibicarakan, ada menjadi salah satu program kerja. Auditor internal ditambahkan pula ke struktur kabinet. Juga ada proker Waktu Indonesia Bagian KM ITB sebagai improvisasi dari Forum Titik.”
14
Nada juga berpendapat bahwa pada kabinet sebelumnya, massa TPB kurang diberi ruang untuk merasa diperhitungkan dalam KM ITB. “TPB itu potensinya besar banget karena mereka tidak terbatas pada warnawarna tertentu seperti idealisme himpunan, dan sebagainya. Makanya TPB kalau dikasih kesempatan lebih, mereka bisa jadi sangat idealis,” jelas Nada. Oleh karena itu, Nada ingin menciptakan wadah untuk TPB agar lebih bisa berkontribusi dalam KM ITB.
Untuk meningkatkan rasa kekeluargaan KM ITB, Nada hadir dengan proker “Waktu Indonesia Bagian KM ITB” yaitu saat di mana semua komponen KM ITB sedang senggang dan tidak ada proker lain yang bertabrakan dengan jadwal ini. Inti dari proker ini adalah sebagai wadah untuk belajar dan berkomunikasi satu sama lain tanpa sekat jurusan, unit, dan sejenisnya. Siapapun dapat mengusulkan apa yang akan dibahas dalam forum ini. Contoh kegiatannya seperti menonton bersama atau bahkan mengundang dosen untuk menjadi pembicara mengenai suatu kasus. Forum ini merupakan improvisasi dari Forum Titik, forum di mana mahasiswa ITB berkumpul dan membicarakan hal-hal yang sedang hangat di kampus, yang dirasa Nada terlalu freestyle. “Tidak ada yang menjaga biar dia (Forum Titik) terus terjadi,” kata Nada.
Di lain sisi, apabila Nada tidak terpilih, ia ingin membuat ajuan tentang organisasi yang Adaptif-Integratif sehingga apabila nanti ada orang lain yang ingin menerapkan AdaptifIntegratif tersebut, mereka akan mempunyai acuan dan parameter. Selain itu, Nada juga ingin membawa visi dan misi yang ia miliki ke organisasi luar kampus yang saat ini sedang ia ikuti.
Menurut Nada, kabinet sebelumnya tidak memiliki rencana yang matang untuk menyelesaikan isu yang diinginkan. Hal tersebut mengakibatkan kesan massa kampus bahwa visi calon ketua berhenti di hearing karena nantinya mereka akan menjalankan kabinet dengan bisnis esensialnya saja. Nada tidak ingin mengulang kesalahan tersebut dengan berencana membuat parameter keberhasilan untuk visinya yang akan dibuat melalui musyawarah. Pada akhir kepengurusan, massa kampus dapat melihat seberapa besar perubahan resiliensi, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit, yang telah KM ITB lakukan dihitung berdasarkan parameter-parameter yang telah dibuat.
Akhir kata, Nada berharap keikutsertaannya di Pemira 2019 bisa memecah stigma-stigma yang ada tentang perempuan dan menunjukkan halhal positif yang bisa dimiliki perempuan. “Kalo ada orang yang bilang ‘perempuan kan gini, perempuan kan gitu,’ aku pengen ada orang yang ngomong, ‘Kak Nada nggak tuh’,” ujarnya dengan penuh percaya diri.[]
15
MENGENAL LEBIH DEKAT
SULTAN PASHA DAN GELORA AKSI KOLABORATIF UNTUK KM ITB Oleh: Arini Rahma Adzkia Hafsah Restu Nurul A.
16
Selasar 32
Waktu berlalu, saatnya regenerasi telah tiba. Melalui Pemilihan Umum Raya alias Pemira, akan muncul sesosok pemimpin baru sebagai Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (K3M) ITB. Dengan segenap mimpi, harapan, dan semangat untuk terus bergerak, Muhammad Dafa Sultan Pasha mencalonkan diri untuk menjadi sosok tersebut. Mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2016 ini kerap melantangkan semangat kolaborasi demi terwujudnya lingkungan mahasiswa yang lebih baik lagi. Namun, sudahkah massa kampus mengetahui sisi yang Sultan miliki? Bagaimanakah bentuk kolaborasi yang bisa diwujudkan massa kampus untuk meraih mimpi bersama KM ITB?
Sultan dan KM ITB Muhammad Dafa Sultan Pasha atau yang akrab dipanggil Sultan merupakan kandidat K3M ITB periode 2020/2021 dengan nomor urut 2. Mahasiswa jurusan Teknik Sipil angkatan 2016 ini memiliki segenap mimpi, harapan, dan semangat untuk kampus tercinta yang membuatnya melangkah dalam pencalonan. Dengan mengusung semangat gotong royong, Sultan berharap untuk bisa meraih mimpimimpi tersebut bersama segenap mahasiswa ITB yang tergabung di bawah naungan KM ITB ini. Secara konsepsi, Keluarga Mahasiswa ITB memiliki arti organisasi kemahasiswaan yang punya orientasi dan tujuan-tujuannya. Menurut Sultan secara pribadi, KM ITB bukan bernama BEM dengan suatu alasan, yaitu karena mahasiswa dituntut untuk menjadi satu keluarga. ITB memiliki banyak sekali himpunan dan unit sehingga KM menjadi suatu wadah yang mempertemukan berbagai macam warna dan potensi tersebut. Wadah ini tidak hanya untuk lembaganya saja, tetapi juga untuk mahasiswanya secara umum. “Jadi, akhirnya KM ITB ini akan menjadi komplemen untuk pendidikan, salah satunya adalah bagaimana kita belajar sedini mungkin untuk memberi dampak sosial dan menata kehidupan bangsa,� tutur Sultan. 17
Januari 2020 Sebagai organisasi yang masif, sudah menjadi hal wajar apabila terdapat kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi aktualnya. Hal yang demikian pun diakui oleh kandidat K3M ITB nomor urut 2 ini. Akibatnya, muncul pertanyaanpertanyaan mengenai kerelevansian KM ITB serta kemampuannya untuk memenuhi berbagai kebutuhan para mahasiswa. Sebagai contoh, berdasarkan survei internal yang dilakukan oleh tim Sultan, terdapat 40.4% anggota KM ITB yang menyatakan pernyataan netral bahwa kebutuhan akademiknya terfasilitasi.
Ketika ditanya mengenai latar belakang pencalonan dirinya, Sultan bercerita bahwa ia telah terjun di KM ITB sejak tingkat satu, dimulai dari kabinet yang bergerak di pengabdian masyarakat, dan mengikuti Skhole ITB Mengajar. Sultan mengaku bahwa ia memang ingin terjun dalam wadah-wadah yang menuntutnya untuk bisa memberi dampak sosial sebesar-besarnya. “Banyak banget masalah dan itu dibenturkan dengan realita apa saja yang mahasiswa bisa lakukan, itu juga aku tekuni,� ujarnya.
Namun, secara sudut pandangnya sebagai kabinet, Sultan merasa bahwa pasti ada beberapa program kerja yang dapat mengurangi gap antara ideal dan aktual, sekaligus meningaktkan persentase kepuasan pemenuhan kebutuhan anggota KM ITB, misalnya pemberian beasiswa, pelaksanaan tutor, dan program lainnya. Contohnya, dahulu pernah terdapat isu terkait kenaikan UKT yang diaudiensikan oleh KM ITB, sehingga kenaikan tersebut dapat ditunda selama beberapa waktu. “Itu menjadi contoh suatu hal yang menurut aku idealnya dapat diwadahi oleh KM ITB. Cuma tentu saja ada keterbatasan, tapi keterbatasannya tak boleh jadi hambatan. Harus selalu dikejar terkait pemenuhan kebutuhan mahasiswanya,� ujar mahasiswa asal Jakarta ini.
Tak hanya itu, mahasiswa yang merupakan alumni SMAN 8 Jakarta ini juga telah membuktikan jiwa pengmasnya lewat jabatan yang sedang diembannya sebagai Menteri Infrastruktur Gerakan Kemasyarakatan di Kabinet KM ITB saat ini. Melalui hal tersebutlah ia melihat berbagai potensi dari HMJ, UKM, dan mahasiswa yang membuatnya semakin yakin bahwa KM ITB bukan lembaga sentris, melainkan lembaga yang fokus baik di bidang internal maupun eksternalnya. Sebelum mantap mengajukan diri menjadi kandidat K3M, tetunya Sultan juga dihinggapi keraguan. Pada Maret 2019, Sultan mengungkapkan keinginannya untuk mencalonkan diri sebagai K3M. Respons yang ditunjukkan teman-temannya amat beragam, ada yang mendukung dan ada juga yang meremehkan. Kemudian, ia meminta bimbingan dari orang tua mengenai keputusannya dan berdiskusi dengan teman-teman terdekatnya. Akhirnya, Sultan mendapatkan kemantapan hati untuk mencalonkan diri karena menurutnya ia tidak akan pernah tahu kalau tidak mencobanya. 18
Selasar 32 Gelora aksi kolaboratif untuk KM ITB Sultan ingin menjadikan KM ITB bergotong royong dalam aksi kolaboratif untuk Indonesia, yang merupakan visinya. Gotong royong menjadi nilai dasar dan semangat yang kerap digaungkan selama kepengurusan kabinet KM ITB. Gotong royong ini diharapkan bisa menjadi nilai dasar untuk dibagikan kepada massa kampus yang terdiri dari berbagai macam himpunan, unit, dan kegiatan, tetapi tetap berusaha mencapai tujuan yang sama. Lalu, diterapkan sifat keterbukaan untuk menerima atau memberikan bantuan yang berujung kepada kolaborasi.
“...yang menarik adalah mengubah space kosong menjadi community space yang menyulut kolaborasi. Program kerja andalan lain adalah dana pengembangan potensi lembaga, dan seminar pembangunan bangsa, yang akan melibatkan seluruh lembaga di KM ITB.�
Sebagai langkah mencapai pandangannya tersebut, Sultan memiliki enam misi. Misi tersebut secara singkatnya adalah sistem pendukung dan kesejahteraan mahasiswa, kaderisasi yang membentuk nilai gotong royong dengan kolaborasi multidisiplin, pembangunan ekosistem partisipatif dalam ITB, infrastruktur pergerakan kolaboratif multidisiplin, eksternal pentaheliks, dan pembangunan multikampus yang beridentitas serta menentukan arah geraknya masing-masing dan berdaya. Kemudian, Sultan memiliki program kerja andalan sebagai kegiatan yang akan direncanakan secara sistematis untuk mencapai visi dan misinya. Program kerja andalan tersebut antara lain konferensi KM ITB, co-working space, seminar pembangunan bangsa, ekskalasi media massa, dan dana pengembangan potensi lembaga.
19
Januari 2020
Program kerja unggulan Sultan lainnya adalah seminar pembangunan bangsa. Untuk merangkum keberjalanan semua program dalam satu periode tersebut, dibutuhkan dokumentasi konkret dan perayaan yang meriah untuk memperkuat sense of belonging massa kampus terhadap KM ITB. Karena itulah, perlu diadakan seminar dan pameran yang menampilkan pencapaian semua lembaga di KM ITB. Teknis lain dari program kerja ini ialah penerbitan buku yang berisi rangkuman program dalam satu periode.
Salah satu program kerja andalan yang paling menarik adalah co-working space. Dengan memanfaatkan gedung CC Timur yang jam operasionalnya 24 jam, Sultan menginginkan tempat tersebut untuk menjadi sebuah community space. Ia ingin membuat tempat tersebut senyaman mungkin agar massa kampus betah di sana. “Ruang ini akan didesain sedemikian rupa, lalu untuk pengisinya kita undang misalkan setiap minggu atau setiap bulan ada lembaga yang cerita tentang rencana-rencana atau kisah-kisah mereka. Akhirnya hal-hal itu yang memantik kolaborasi dan mengaktifkan ruang itu menjadi community space, bukan cuma space kosong,� papar Sultan.
Peluang dan tantangan Sultan Sebagai calon penerus Royyan Abdullah Dzakiy, PJS K3M ITB pada saat ini, ada beberapa hal yang menurut Sultan dapat membantunya dalam melaksanakan tugas apabila terpilih sebagai K3M kelak. Ia memiliki wawasan, gagasan, dan ilmu lapanyang ia lakukan. Sultan juga lebih mudah memahami pemikiran orang-orang di kabinet karena ia sendiri pun merupakan salah satu menteri di Kabinet KM ITB saat ini.. Lalu, ia termasuk tipe mediator, yaitu orang yang idealis dan cenderung pendengar sehingga bisa mengayomi.
Program kerja berikutnya yaitu dana pengembangan potensi lembaga. Mengingat tahun ini terdapat wacana bahwa keuangan akan dipegang oleh Kabinet KM ITB, maka kandidat nomor 2 ini berinisiatif mengurangi jatah dana untuk kabinet itu sendiri. Dana tersebut bisa dialokasikan untuk lembagalembaga yang ingin melakukan kolaborasi. Tak harus kolaborasi dengan kabinet, antarlembaga pun juga bisa berkolaborasi untuk mendapatkan tambahan dana dengan mekanisme yang akan didiskusikan lebih lanjut. 20
Sama seperti manusia lainnya, Sultan juga memiliki kekurangan. Namun begitu, kekurangan yang dimilikinya bukanlah menjadi hambatan dan ia senantiasa mencari solusi dari kekurangan tersebut. Sebagai contoh, Sultan lebih sering terjun ke bidang pergerakan dan pengabdian masyarakat sehingga kurang memahami perihal kaderisasi. Untuk mengatasinya, Sultan memiliki strategi untuk mencari tim yang paham dengan apa yang tidak ia pahami.
Di sisi lain, jika Sultan tidak terpilih, ia akan menyelesaikan tugas akhirnya terlebih dahulu. Ia merasa bahwa mimpi dan visi yang dimiliki sangat luas sehingga hanya dapat terlaksana jika ia terpilih. Lalu, ia juga akan bersikap terbuka pada massa kampus yang ingin mencalonkan diri pada periode berikutnya apabila mereka mengajaknya bercengkrama dan bertukar pikiran. Sultan berharap agar bisa mewujudkan mimpi dan harapannya melalui KM ITB. Segala potensi dan warna yang dimiliki tiap himpunan maupun unit dalam kampus diharapkan dapat diwujudkan bersama melalui kolaborasi yang apik demi kampus tercinta. Melalui semangat gotong royong dalam aksi kolaboratif untuk Indonesia, Sultan siap mewujudkan mimpi yang bergelora bersama Kabinet Keluarga Mahasiswa.
Selain itu, Sultan merasa ia tidak memiliki jabatan yang “spesial� yang membuatnya dikenal massa kampus, padahal K3M periodeperiode sebelumnya memiliki beragam jabatan hebat yang membuat namanya terkenal sebelum pencalonan. Solusi Sultan adalah dengan memiliki penyongsong berupa tim yang bisa membuatnya lebih dikenal dari sebelumnya.
“Pada akhirnya kita sedang belajar sebagai mahasiswa bagaimana caranya memberi dampak sosial sebesar-besarnya di masa depan setelah kita menjadi orang-orang yang besar, pemangku jabatan, pengusaha, insinyur, dan lain-lain. Kita punya pengalaman untuk mencoba menata kehidupan bangsa. Jadi, di masa depan, kebijakan yang kita ambil tidak cuma untuk kepentingan kita sendiri, tapi untuk orang lain, masyarakat, bangsa Indonesia, dan mungkin untuk dunia. Dan itu semua bisa kita lakukan sejak dini dengan cara kita ber-KM ITB dan menjadikan KM ITB lebih baik lagi,� pesan Sultan sebagai penutup.[]
Selanjutnya, Sultan juga merasa bahwa ia kurang tegas. Ia seorang pendengar yang baik tetapi terlalu kelewat mendengar, yang malah memunculkan sifat tidak tegaan. Cara mengatasinya adalah dengan mencari tim yang cukup tegas, yang berbeda dengan dirinya. Sultan yakin kalau kekurangannya dapat teratasi jika ia menggunakan solusi-solusi tersebut. Apabila resmi terpilih menjadi K3M, hal pertama yang akan Sultan lakukan adalah bersyukur. Di waktu yang sama, Sultan merasa bahwa ia akan panik karena harus mengemban amanah yang cukup berat. Selanjutnya, Sultan berencana untuk mengumpulkan ketua-ketua himpunan untuk memaparkan visinya demi tercapainya tujuan untuk seluruh massa kampus. Ia juga ingin melakukan Konferensi KM ITB secepatcepatnya agar program tersebut dapat terlaksana dengan menerapkan kolaborasi.
21