KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
Angkatan III tahun 2022 tepat pada waktunya.
Demikian pula laporan pelaksanaan aktualisasi ini telah tersusun yang akan menjadi panduan pelaksaan aktualisasi dalam melakukan habituasi di rumah sakit dan sebagai proses pembelajaran dari latsar golongan III yang diselenggarakan oleh Bapelkes Cikarang. Rancangan aktualisasi ini disusun mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi proses pembelajaran.
Dalam penulisan laporan rancangan aktualisasi ini penulis tidak lepas dari hambatan serta kesulitan, namun atas bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu apt. Rusti Winarni, S.Si. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSJ Dr. Soeharto Heerdjan sekaligus mentor penulis yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga rancangan aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan baik;
2. Ibu dr. Titiek Resmisari, MARS selaku coachyang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan baik;
3. Seluruh Widyaiswara yang telah memberikan ilmunya selama kegiatan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 3;
4. Seluruh panitia penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 3;
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, bantuan, fasilitas dan doa yang tidak pernah putus.
6. Serta seluruh rekan-rekan kerja di Instalasi Farmasi RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Selama proses penyusunan laporan rancangan aktualisasi ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, masukan dan saran yang membangun dari mentor, coach, dan narasumber sangat penulis harapkan. Semoga rancangan aktualisasi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pembaca secara umum dan pelayanan kefarmasian khususnya. Amin.
Jakarta, 27 Juni 2022
Penulis apt. Wiwin Lidya, S. Farm. NIP 198910142022032001
ii
iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii DAFTAR ISI...............................................................................................................iii DAFTAR TABEL..........................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................................1 B. Tujuan Aktualisasi...............................................................................................4 C. Manfaat Kegiatan...............................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Rumah Sakit Jiwa DR Soeharto Heerdjan...................................................... 4 B. Profil Peserta......................................................................................................8 BAB III RANCANGAN AKTUALISASI A. Kegiatan Tugas Pokok Jabatan........................................................................... 11 B. Identifikasi Isu.................................................................................................. 12 C. Penetapan Core Isu .......................................................................................... 14 D. Deskripsi Core Isu ............................................................................................ 16 E. Analisis Penyebab Isu........................................................................................ 18 F. Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi.............................................................. 19 G. Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi.................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) ........................................................................8 Tabel 3.1 Penjelasan Kegiatan Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan .......................................9 Tabel 3.2 Penetapan Core Isu ...................................................................................... 15 Tabel 3.3 Rencana Kegiatan......................................................................................... 18 Tabel 3.4 Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi.......................................................... 19 Tabel 3.5 Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi.............................................................. 33
v
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.......................... 6 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan 9 Gambar 3.1 Diagram Fish bone .................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR
vi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengendalian Pelaksanaan Aktualisasi oleh Coach ..................................... 35 Lampiran 2 Pengendalian Pelaksanaan Aktualisasi oleh Mentor.................................... 39
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. Berdasarkan peraturan mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tertuang pada UU No. 5
Tahun 2014 bahwa ASN yang umum disebut sebagai birokrat bukan sekedar merujuk kepada jenis pekerjaan saja, akan tetapi kepada profesi yang mengacu kepada 3 fungsi, yaitu pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. PNS memiliki peranan yang menentukan keputusan strategis mulai dari merumuskan kebijakan sampai pada implementasi kebijakan dalam berbagai sektor pembangunan. Untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan sosok PNS yang profesional, yaitu PNS yang mampu memenuhi standar kompetensi jabatannya sehingga mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat membentuk sosok PNS profesional seperti tersebut di atas perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan.
Dalam rangka penerapan agenda besar tersebut maka dibuatlah suatu rancangan aktualisasi yang sangat erat kaitannya dengan jabatan penulis dalam mengimplementasikan nilai-nilai ASN yaitu Berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif (BerAKHLAK) yang harus ada dalam seorang PNS. Dan sebagai sarana untuk menjalankan salah satu visi dan misi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yaitu
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional dan berintegritas, kegiatan ini sekaligus menjadi pola habituasi, yakni proses penciptaan situasi dan yang memungkinkan PNS di lingkungan kerjanya membiasakan diri untuk berperilaku sesuai nilai dan telah menjadi karakter yang tertanam dalam dirinya, karena telah diinternalisasi dan dipersonifikasi melalui proses intervensi.
Berdasarkan hasil observasi dari awal bulan Maret melalui kegiatan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi dan teman sejawat lainnya di lingkungan kerja Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, ditemukan tidak adanya data Monitoring Efek Samping Obat tahun 2021 -2022. Hal ini dikarenakan formulir Efek Samping Obat (ESO)
elektronik masih belum efektif digunakan dan diketahui cara pencatatannya oleh petugas
kesehatan yang menemukan kejadian pasien mengalami efek samping obat. Penulis
1
menemukan isu yaitu belum dilakukannya pencatatan dan pelaporan Monitoring Efek
Samping Obat (MESO) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan pada tahun 2021-2022.
Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat adalah salah satu tugas pokok dan fungsi apoteker dalam pelayanan kefarmasian, dengan tidak adanya pencatatan dan pelaporan MESO tersebut karena permasalahan diatas, hal ini menjadikan penulis berkontribusi untuk menyelesaikan permasalah isu tersebut dengan mengidentifikasi isu untuk menentukan corre issueyang akan ditelaah lebih lanjut akar penyebabnya sehingga penulis mengusulkan judul “
Pembuatan SOP Monitioring Efek Samping Obat (MESO) dan Formulir Efek
Samping Obat (ESO) Elektronik di Instalasi Farmasi RS Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan”. Agar permasalahan tersebut dapat menghasilkan pelaporan ke berbagai pihak terkait seperti pelaporan insiden keselamatan pasien, evaluasi monitoring efek samping obat kepada Tim Farmasi dan Terapi, maka penulis memerlukan serangkaian kegiatan untuk melaksanakan gagasan tersebut melalui rancangan aktualisasi.
B. TUJUAN AKTUALISASI
Tujuan dalam rancangan aktualisasi ini yaitu:
1. Tujuan Umum
Mengaktualisasikan dan menghabituasikan Nilai – Nilai Dasar ASN BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel. Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) disetiap tahapan kegiatan dan mendukung nilai – nilai organisasi serta visimisi organisasi pada setiap tahapan kegiatan.
2. Tujuan Khusus
Pencatatan dan pelaporan monitoring efek samping obat (MESO) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdajn dapat dilakukan secara konsisten dengan menyusun standar operasioal prosedur (SOP) yang disesuaikan dengan perubahan teknologi sistem informasi rumah sakit dan mengefektifkan formulir efek samping obat (ESO) elektronik dari inovasi untuk mempermudah pengisian formulir yang menjadi data pendukung terjadinya kejadian efek samping obat yang dapat mengancam keselamatan pasien, serta menjadi bahan evaluasi bagi pihak unit terkait.
C. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat yang akan diperoleh dalam rancangan aktualisasi yaitu:
1. Individu peserta
Menambah kemampuan dalam berkomunikasi dan membangun kerja sama
2
yang baik antara petugas farmasi dengan tenaga kesehatan lainnya dengan membiasakan penerapan nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel. Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).
2. Unit Kerja
a. Meningkatkan mutu pelayanan dengan memonitoring efek samping obat
b. Dapat mengevaluasi adanya insiden keselamatan pasien dengan kejadian tidak diharapkan yaitu salah satunya efek samping obat yang tidak dikehendaki
c. Dapat menjadi kegiatan evaluasi bagi Tim Farmasi dan Terapi
3. Organisasi (Rumah Sakit)
a. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
b. Mendukung pencapaian tata nilai Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
c. Mendukung pencapaian keberhasilan akreditasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
D. Ruang Lingkup
Pendidikan dan pelatihan dasar golongan III angkatan 3 diselenggarakan dari tanggal 25 April 2022 sampai dengan 19 Agustus 2022. Kegiatan Latsar ini dilakukan baik secara daring maupun luring di Balai Pelatihan Kesehatan (BAPALKES) Cikarang. Kegiatan aktualisasi mencakup tugas pokok sesuai Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan kegiatan inovasi untuk memecahakan isu yang ada pada unit kerja. Pada setiap kegiatan akan dipaparkan tahapan kegiatan dan hasil yang diharapkan. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
1. Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta didirikan berdasakan keputusan
Kerajaan Belanda (Koninlijkbsluit) tertanggal 30 Desember 1865 No. 100 dan berdasarkan
Keputusan Gubernur Jenderal tertanggal 14 April 1867, namun pembangunannya sendiri baru dimulai pada tahun 1876.
Pada tahun 1942 sampai 1945 Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang pada
waktu itu bernama Rumah Sakit Jiwa Grogol dipakai sebagai kamp konsentrasi untuk
tahanan politik oleh fasisme Jepang sementara pasien yang di rawat saat itu dipindahkan
ke Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor.
Pada tahun 1946 Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan dipakai sebagai Pos Pertahan
KNIL Belanda. Beberapa kali Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan mengalami bencana
Banjir sehingga pasien-pasien yang ada di evakuasi ke Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor pada
tahun 1963 dan tahun 1996 sesuai kebijakan Departemen Kesehatan Jiwa pada tanggal
20 Desember 1965, Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan sebagai proyek pelopor
kesehatan jiwa dibidang prevensi, kurasi, sedangkan bidang rehabilitasinya dipusatkan di Rumah Sakit Jiwa Bogor. Dengan memberikan pelayanan intramural dan ekstramural di luar Rumah Sakit.
Untuk mengilangkan Stigma Masyarakat, nama Rumah Sakit Jiwa grogol dirubah
dengan nama Rumah Sakit Jiwa Jakarta pada tahun 1973, kemudian pada tahun 1993
dirubah dengan nama Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta dan terakhir pada tahun 2002 di rubah lagi menjadi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Kemenkes RI yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan, berdasarkan; Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
756/Men.Kes/SK/VI/2007 Tanggal 26 Juni 2007. Sebagai Rumah Sakit Khusus Type A yang
berada di Provinsi DKI Jakarta dan sebagai pusat rujukan.
2. Visi dan Misi
Visi : “Menjadi Pusat Neuropsikiatri Nasional”
4
Misi :
a. Menyelenggarakan kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang komprehensif profesional dan bermutu berbasis layanan neuropsikiatri;
b. Menyelenggarakan penelitian dan pelatihan yang berbasis layanan neuropsikiatri.
c. Meningkatkan sarana prasarana untuk mendukung terwujudnya layanan-layanan unggulan dan pusat rujukan layanan neuropsikiatri.
d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional dan berintegritas.
e. Tata Nilai dari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
3. Tata nilai yang selanjutnya disebut sebagai budaya RSJ Dr. Soeharto Heerdjan yang saat ini berlaku terdiri dari 5 nilai utama, yaitu:
R : Responsibility (Bertanggung Jawab)
S : Sincerely (Ketulusan)
J : Justice (Berkeadilan)
S : Social (Sosial)
H : Humanity (Kemanusiawian)
5
6
4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Ka. Inst. Farmasi Rusti Winarni, S,si, Apt
Pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Alat
Kesehatan
apt. Yusnita
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
KEPALA INSTALASI FARMASI
apt. Rusti Winarni, S.Si
Administrasi
Farmasi Rawat Jalan
apt. Thin Mardiah, S.Si
apt. Freyda M. Simbolon, S. Farm
Farmasi Rawat Inap
apt. Dra. Suriyati Hutauruk
apt. Wiwin Lidya, S. Farm
Tenaga Teknis
Kefarmasian
(Asisten Apoteker)
7
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
B. Profil Peserta
Nama : Wiwin Lidya
NIP : 198910142022032001
Pangkat/Gol. Ruang : Pengatur Muda Tk.I.- III/b
Jabatan : Apoteker Ahli Pertama
Unit Kerja : RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
Instansi : Kementerian Kesehatan RI
Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta latsar CPNS mengacu pada kegiatan dalam Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP) yaitu :
Tabel 2.1 Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
NO. Kegiatan
1. Melakukan kegiatan visite rawat inap
2. Melakukan Pemberian Informasi Obat (PIO)
3. Melakukan kegiatan konseling
4. Melakukan kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
5. Melakukan Pengkajian dan Pelayanan resep
6. Penelusuran riwayat penggunaan obat
7. Rekonsiliasi obat
8. Melakukan stock opname
9. Supervisi lemari obat/E-Kit
10. Konsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya
C. Nilai-Nilai Dasar ASN (BerAKHLAK)
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26
Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil
Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
8
Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Demikian halnya dengan berlakunya tatanan nilai operasional ASN BerAKHLAK, sebagaimana dijelaskan di atas, sesuai dengan ketentuan Permepan RB tersebut, setiap
ASN perlu berperilaku untuk masing-masing aspek BerAKHLAK sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan
a. Pelayanan Publik
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu :
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi
2) Penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
1) melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
2) memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3) mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
9
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
b. Berorientasi Pelayanan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and better). Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business asusual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi.
10
Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan stakeholders
terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi. (Modul Berorientasi Pelayanan, 2021)
2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, transparansi. Integritas adalah konsepnya telah
disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya. Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan
19
memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui
Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel. (Modul Akuntabel, 2021)
3. Kompeten
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi :
a. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan
b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
c. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan. (Modul Kompeten, 2021)
2
4. Harmonis
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Terbentuknya
NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari pendiri bangsa
dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam
Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut. Etika publik merupakan refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuanketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil
Negara, perilaku pejabat publik harus berubah
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
d. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi
e. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat. (Modul Harmonis, 2021)
5. Loyal
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal. Secara etimologis,istilah “loyal”diadaptasi dari bahasa Prancis
yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil,
3
kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara, serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”. Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit,
4
diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan
Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core
Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik) nya. Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu:
a. Cinta Tanah Air
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
e. Kemampuan Awal Bela Negara
6. Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya.
Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun.
Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individu dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan
5
agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
7. Kolaboratif
Definisi Kolaborasi berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by developing shared routines”. Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel solutions to problems that would have been more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).
Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah: Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005). Mengenal Whole-of-Government (WoG) WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai
tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
Untuk kasus Australia berfokus pada tiga hal yaitu pengembangan kebijakan, manajemen program dan pemberian layanan. Dari definisi ini diketahui bahwa WoG
6
merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan
sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal.
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya- upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya. Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah Penelitian yang
dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk (2019) menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah. Penelitian tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam penertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas. (Modul Kolaboratif, 2021)
D.Kedudukan dan Peran ASN dalam Mewujudkan Smart Governance
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
7
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada
KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi.
Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia
memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antarInstansi Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative.
Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital. Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi
8
2. Smart ASN
digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety
merupakan Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal.
Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan domain kapasitas dan ruangnya. Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi digital, berada di domain ‘single, informal’. Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ dimana kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang ‘negara’. Digital Ethics (Etis Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif, informal’. Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan
9
dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karena sudah menyentuh instrumeninstrumen hukum positif.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara. (Modul SMART ASN, 2021)
10
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Kegiatan Tugas Pokok Jabatan
Berdasarkan Permenpan RB No 13 tahun 2021, tugas Jabatan Fungsional Apoteker
yaitu melaksanakan Praktik Kefarmasian yang meliputi penyusunan rencana Praktik
Kefarmasian, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP, pelayanan farmasi klinik, sterilisasi sentral, pelayanan farmasi khusus, serta penerapan kajian farmakoekonomi dan uji klinik. Berikut adalah uraian tugas pokok dan fungsi jabatan yang dihubungkan dengan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Penjelasan Kegiatan Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan
No. Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Kondisi Saat Ini
1. Melakukan kegiatan visite rawat inap
2. Melakukan Pemberian Informasi Obat (PIO)
3. Melakukan kegiatan konseling
Dilakukan sesuai SOP
Dilakukan sesuai SOP
Dilakukan sesuai SOP
Belum optimalnya pengkajian resep dikarenakan pengkajian resep yang sudah secara
Kondisi Yang Diharapkan
Dilakukan sesuai SOP
Dilakukan sesuai SOP
Dilakukan sesuai SOP
4.
Melakukan Pengkajian dan Pelayanan resep
elektronik dengan saat kondisi
antrian pasien yang ramai
sehingga petugas farmasi kesulitan melakukannya secara optimal
Pengkajian dan Pelayanan resep dilakukan dengan optimal
5.
Melakukan kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Belum dilakukannya pencatatan dan pelaporan MESO karena
data untuk pengisian form ESO
elektronik belum efektif dan sesuai SOP
kegiatan pencatatan dan pelaporan Monitoring
Efek Samping Obat
(MESO) dilakukan sesuai dengan SOP
11
6. Penelusuran riwayat penggunaan obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat telah dilakukan
Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan
7. Rekonsiliasi obat Dilakukan sesuai SOP Dilakukan sesuai SOP
8. Melakukan stock opname
Dilakukan sesuai SOP Dilakukan sesuai SOP
Kegiatan supervisi
9. Supervisi lemari obat/EKit
belum optimal nya kegiatan supervisi karena kegiatan supervise belum dilakukan secara berkala oleh seluruh petugas farmasi
dilakukan secara berkala dan optimal dilaksanakan oleh
seluruh petugas farmasi sesuai dengan SOP
10.
Konsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya
Konsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya sudah dilakukan
Konsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya sudah dilakukan
B. Identifikasi Isu
Berdasarkan hasil identifikasi isu, penulis memperoleh beberapa isu yang diperkuat oleh mentor dan diangkat untuk diidentifikasi sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pengkajian e-resep dari data SIRS di Instalasi
Farmasi RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2021-2022
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Apoteker memiliki peran penting untuk melakukan pengkajian resep untuk menghindari medicationerrordan menjamin keselamatan pasien, pengkajian tersebut meliputi verifikasi resep dan telaah resep. Di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan sudah menjalankan elektronik resep dengan sistem digital.
12
Verifikasi e-resep yang telah disediakan belum sepenuhnya dilakukan oleh petugas farmasi dan hasil pelaporan nya belum ada pada tahun 2021-2022, dikarenakan alur sistem verifikasi e-resep yang ada di billing e-resep belum tepat.
Dimana seharusnya verifikasi e-resep ini berada di awal alur penerimaan resep pasien, sehinga pelaksanaan pengerjaan verifikasi e-resep secara otomatis akan selalu terisi di bagian kolom verifikasi resep.
Tentunya hal ini bertentangan dengan jiwa enterpreneurship yang dapat diartikan tidak mudah putus asa dalam terus mengupayakan pelayanan farmasi klinik yaitu salah satunya pengkajian e-resep Dan tentunya Apoteker harus mampu dalam menguasai IT/ cakap digital untuk mendukung kelancaran pengelolaan pelayanan farmasi klinik dengan adanya transformasi dari pengkajian resep manual menjadi e-resep.
2. Belum dilakukannya pencatatan dan pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2021-2022
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.
Pencatatan efek samping obat dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, atau apoteker. Sedangkan pelaporan MESO harus dilakukan oleh petugas farmasi khususnya apoteker, untuk dilaporkan lebih lanjut ke Tim Farmasi dan Terapi dan pusat monitoring efek samping obat nasional. Namun data dokumentasi pelaporan MESO di Farmasi RS Jiwa DR Soeharto Heerdjan pada tahun 2021-2022 belum ada, sehingga diperlukannya perbaikan sistem pencatatan MESO yang lebih efektif dan efisien untuk memudahkan pelaporan MESO bagi apoteker.
Tentunya hal ini bertentangan dengan jiwa Profesionalisme, Menguasai IT, dan berjiwa Enterpreneurship. Yang seharusnya dimiliki oleh pelayan publik untuk mengoptimalkan pengelolaan pelayanan kefarmasian.
3. Belum optimalnya kegiatan supervisi emergency KIT di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada tahun 2022
Supervisi emergency KIT diperlukan karena perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang berada di luar instalasi farmasi yang seharusnya menjadi
13
tanggung jawab petugas farmasi khususnya apoteker namun diperlukan di setiap ruangan rawat inap, poliklinik, dan IGD yang sangat dibutuhkan sewaktu dalam keadaan emergency. Untuk itu apoteker perlu mengontrol dan mengawasi perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang sudah ditetapkan kebutuhan dan jumlahnya dengan cara supervisi. Namun pelaksanaan supervisi emergency KIT di rumah sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada tahun 2022 belum seluruhnya dilakukan, dengan belum adanya data lengkap dari seluruh dokumen supervisi emergency KIT. Hal ini tentu perlu adanya perbaikan sistem kerja petugas farmasi yang menjadi tanggung jawab apoteker.
Tentunya hal ini bertentangan dengan profesionalisme, integritas, jiwa entrepreneurship. Dimana kegiatan ini harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesi, cekatan dan rajin untuk menjalankan kegiatan supervisi secara berkala.
C. Penetapan Core Isu
Berdasarkan identifikasi isu yan telah diperoleh sebelumnya, maka diperlukan penetapan core isu dengan teknik memilah isu. Teknik memilah isu yang akan diuraikan menggunakan analisis APKL, dengan kriteria:
1. Komponen aktual (A) digunakan untuk menilai isu yang benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
2. Komponen problematik (P) digunakan untuk menilai kompleksitas dimensi masalah sehingga perlu segera dicari solusinya secara komprehensif.
3. Komponen kekhalayakan (K) digunakan untuk menilai keterlibatan hajat hidup orang banyak.
4. Komponen kelayakan (L) digunakan untuk menilai masuk akal, realita, relevansi dan dapat dimunculkannya inisiatif pemecahan masalah.
Berikut teknik memilah isu dengan analisis kriteria APKL sebagai berikut:
14
Belum optimalnya pengkajian
Analisis kriteria APKL:
1. Aktual
Berdasarkan dari hasil analisis APKL diatas, didapatkan bahwa nilai Aktual ketiga isu
tersebut adalah lima karena isu-isu tersebut benar terjadi di lapangan dan dilakukan kegiatannya secara nyata.
2. Problematik
Berdasarkan dari hasil analisis APKL, didapatkan bahwa nilai Problematik isu kedua
lebih tinggi nilainya dibandingan isu pertama dan ketiga. Hal ini dikarenakan isu kedua
memiliki masalah yang harus didapatkan solusinya sehingga pelayanan kefarmasian
15
ISU Kriteria Jumlah Prioritas Keterkaitan dengan agenda III A P K L
Tabel 3.2 Penetapan Core Isu
e-resep
Heerdjan pada tahun 2021-2022 5 4 4 5 18 II Smart ASN
di Instalasi Farmasi RS Jiwa Dr. Soeharto
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2021-2022 5 5 4 5 19 I Manajemen ASN Belum
pelaksanaan supervisi emergency KIT di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada tahun 2022 5 3 4 5 17 III Manajemen ASN
Belum dilakukannya pencatatan dan pelaporan
optimalnya
sebagai salah satu tugas pokok dan fungsi apoteker dapat dilaksanakan sesuai dengan SOP. Selain itu isu kedua sangat mempengaruhi dampak mutu dan keselamatan pasien sebagai bentuk indikator insiden keselamatan pasien. Untuk isu pertama nilainya lebih rendah dibanding isu kedua namun lebih tinggi dari isu ketiga karena isu kedua memiliki masalah yang lebih kompleks dari isu ketiga namun tidak terlalu dibanding isu kedua karena pengkajian resep elektronik masih dilakukan dengan keadaan pasien tidak terlalu ramai. Dan isu ketiga memiliki nilai tiga karena masih dilakukan namun belum optimal karena kettidakpatuhan seluruh petugas untuk melaksanakan kegiatan supervisi, dan hal ini masih dapat dibenahi dengan komunikasi dalam kegiatan rapat internal.
3. Kekhalayakan
Nilai Kekhalayakan dari setiap masing-masing isu mendapatkan nilai sama yaitu empat, karena semua kegaitan tidak terlalu melibatkan hajat hidup orang banyak namun tetap menjadi isu yang perlu diperhatikan prioritasnya.
4. Kelayakan
Dan yang terakhir berdasarkan dari hasil analisis APKL , yaitu komponenKelayakan diadapatkan bahwa ketiga isu tersebut adalah lima karena isu-isu tersebut masuk akal, realita, relevansi dan dapat dimunculkannya inisiatif pemecahan masalahnya.
Berdasarkan hasil analisis isu dengan menggunakan teknik APKL, maka diperoleh peringkat prioritas dari isu-isu yang telah ditemukan. Isu yang menduduki peringkat pertama atau core isu yang perlu dipecahkan solusinya adalah “Belum dilakukannya pencatatan dan pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2021-2022”.
D.Deskripsi Core Isu
Kegiatan monitoring efek samping obat merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi apoteker, dimana kegiatan ini berperan penting dalam pemantauan aspek keamanan obat pasca pemasaran dilakukan untuk mengetahui efektivitas (efectiveness) dan keamanan penggunaan obat pada kondisi kehidupan nyata atau praktik klinik yang sebenarnya. Dalam hal pengertiannya monitoring efek samping obat merupakan suatu proses kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi.
16
Pada kasus ini setelah didapatkan berdasarkan data dan wawancara bahwa pencatatan dan pelaporan MESO belum ada dalam dua tahun terakhir, dikarenakan data pendukung berupa formulir efek samping obat dialihkan dari manual ke elektronik melalui system informasi rumah sakit. Setelah ditelaah lebih lanjut formulir elektronik tersebut belum efektif digunakan sehingga belum pernah disosialisasikan oleh petugas farmasi ke tenaga kesehatan. Dengan adanya penyebab masalah tersebut penulis mengamati data formulir efek samping obat elektronik tersebut tidak sistematis alur pencatatan nya sehingga belum efektif untuk digunakan. Dengan belum siapnya data formulir elektronik tersebut maka perlu adanya pengkajian ulang formulir dengan literatur pendukung untuk mendapatkan data yang menjadi dasar pencatatan dan pelaporan monitoring efek samping obat (MESO).
E. Analisis Penyebab Isu
Setelah didapatkan deskrispi core isu maka dilakukan analisis penyebab isu dengan menggunakan fishbone diagram untuk mengetahui sejumlah faktor yang menjadi penyebab munculnya isu, yaitu sebagai berikut:
Fishbone Diagram
System Suppliers
Formulir Efek Samping Obat (ESO) elektronik yang diperoleh pada aplikasi sistem informasi rumah sakit belum efekif karena datanya belum lengkap sesuai dengan panduan MESO
SOP MESO yang lama belum disesuaikan dengan adanya formulir efek samping obat (ESO) elektronilk
Belum dilakukannya pencatatan dan pelaporan Monitoring
Efek Samping Obat
(MESO) di Instalasi
Formulir ESO elektronik belum disosialisasikan ke seluruh petugas kesehatan
Surrounding
Farmasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan
Apoteker belum memahami pengetahuan data pengisian ESO elektronik
Petugas kesehatan yang menemukan kejadian ESO belum memahami cara pengisian formulir ESO elektronik
Skills
17
Gambar 3.1 Diagram Fish bone
F. Gagasan Pemecahan Isu
Berdasarkan isu yang telah dipaparkan gagasan kreatif yang diusulkan untuk menyelesaikan isu tersebut adalah “Pembuatan SOP Monitioring Efek Samping Obat (MESO) dan Formulir Efek Samping Obat (ESO) Elektronik di Instalasi Farmasi RS
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan”.
Adapun gagasan kreatif yang akan dilaksanakan berupa rencana kegiatan yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi apoteker dalam melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian klinik, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.3 Rencana Kegiatan
No. Rencana Kegiatan
1. Koordinasi rencana kegiatan kepada kepala instalasi farmasi SKP Kepala Instalasi Farmasi
2. Penyusunan draftSOP MESO SKP Kepala Instalasi Farmasi
3. Mengkaji formulir ESO elektronik yang ada dengan litertur panduan MESO Inovasi Kepala Instalasi Farmasi
4. Membuat draft formulir ESO untuk dimasukkan kedalam sistem elektronik Inovasi Tim SIRS
5. Uji coba formulir ESO elektronik Inovasi Tim SIRS
6. Finalisasi SOP MESO SKP Kepala Instalasi Farmasi
Seluruh tenaga
7. Sosialisasi SOP MESO dan cara pengisian form ESO elekronik Inovasi
kesehatan di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan
Seluruh tenaga
8. Evaluasi penerapan SOP MESO dan pengisian Formulir ESO eelektronik SKP
kesehatan di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan
18
Sumber Pihak yang Terlibat
G. Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Dari hasil rekomendasi atau gagasan penyelesaikan isu yang didapatkan maka, disusunlah kegiatan-kegiatan pemecahan isu yang dikaitkan dengan SKP dan inovasi berupa Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi. Berikut tabel Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi yang akan
diaktualisasikan:
Unit Kerja : Instalasi Farmasi RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
CoreIsu : Belum adanya pencatatan dan pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2021-2022
Gagasan Pemecah Isu: Pembuatan SOP Monitioring Efek Samping Obat (MESO) dan Formulir Efek Samping Obat (ESO) Elektronik di Instalasi
Farmasi RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Tabel 3.4 Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Kontribusi
Visi
1.1 Menyiapkan
bahan diskusi untuk membahas
Catatan rencana kegiatan yang akan
didiskusikan
Dalam menyiapkan bahan
diskusi dibutuhkan
ketelitian dan kecermatan
serta bertangung jawab
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu :
Kegiatan ini
mendukung nilai
organisasi yaitu:
19
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK)
Terhadap
dan Misi Organisasi
Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7 1 Koordinasi rencana kegiatan kepada
Penguatan
waktu dan tempat diskusi
Permohonan izin
rencana kegiatan
atas apa yang akan
disampaikan (akuntabel)
dengan melaksanakan
sebaik-baiknya (kompeten)
Meminta jadwal kepada
atasan dengan sopan dan ramah (berorientasi
pelayanan)
Menyelenggarakan
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang
komprehensif
profesional dan
bermutu berbasis
layanan neuropsikiatri
Meningkatkan kualitas
Sumber Daya
Manusia yang
kompeten, profesional
R : Responsibility (Bertanggung
Jawab)
S : Sincerely (Ketulusan)
Catatan dan
arahan hasil
rencana kegiatan
Dalam berkoordinasi akan
mengedepankan sikap
terbuka menerima
masukan (kolaboratif),
mengikuti arahan dari
dan berintegritas.
20 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7 kepala instalasi farmasi rencana kegiatan
instalasi farmasi
1.2
Meminta
jadwal
kepada kepala
mengenai
rencana kegiatan
1.3 Mendiskusikan
2
Penyusunan
draftSOP
MESO
2.1
Mencari
informasi dari
literatur, jurnal
dan
kepustakaan
lainnya dalam
Panduan
pembuatan SOP
dan Softcopyatau
hardcopySOP
MESO yang lama
pimpinan selagi tidak
bertentangan dengan
peraturan yang berlaku
(loyal) menghargai
perbedaan (harmonis)
guna melakukan perbaikan
yang tiada henti untuk
kemajuan instansi dan
terus berinovasi
menghadapi perubahan
(adaptif)
Dalam mencari informasi
dan iteratur harus
bertindak proaktif
(adaptif) dibutuhkan
ketelitian dan kecermatan
(akuntabel)
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu:
Meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia
Kegiatan ini
mendukung nilai
organisasi yaitu:
R : Responsibility (Bertanggung
Jawab)
21 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata
(BERAKHLAK)
Terhadap
Pelatihan
Kontribusi
Misi Organisasi
Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
Visi dan
Penguatan
menyusun draft
SOP dengan
membandingka
n SOP MESO yg
lama
2.2 Meminta izin
jadwal
penyusunan
draft SOP
MESO
Permohonan izin
rencana
penyusunan draft
SOP MESO
Meminta izin kepada
atasan harus bertindak
sopan, ramah, solutif serta
dapat diandalkan
(berorientasi
pelayanan)
yang kompeten, profesional dan berintegritas
S : Sincerely (Ketulusan)
2.3 membahas
penyusunan
draft SOP
MESO dengan
membawa
Catatan hasil
diskusi dan arahan
yang akan
dilakukan
Dalam berdiskusi
dibutuhkan sikap saling
peduli dan menghargai
(harmonis) serta
bekerjasama untuk
mendapatkan hasil yang
22 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata
Terhadap
Organisasi
Organisasi
6
Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi
Visi dan Misi
Penguatan Nilai
1 2 3 4 5
7
3 Mengkaji
formulir ESO
elektronik yang ada
dengan
2.4 Mereviewdraft
SOP MESO dengan membandingka
n SOP MESO yang lama
3.1 Mengamati dan
mengkaji
formulir ESO
elektronik yang
ada
draftSOP MESO
hasil review
terbaik (kolaboratif).
serta berdedikasi
mengutamakan
kepentingan instansi
dibandingkan kepentingan
pribadi (loyal).
Untuk mereview kegiatan
ini dibutuhkan kerja keras
mendapatkan kinerja
terbaik (kompeten)
Catatan hasil
pengkajian dan
pengamatan
formulir ESO
elektronik
Dalam mengamati
dibuthukan ketelitian dan
tanggung jawab
(akuntabel) untuk
melaksanakan langkah
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu :
Kegiatan ini
mendukung nilai
organisasi yaitu:
23 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
MESO terbaru
pedoman
MESO
3.2 Mencari bahan
literatur untuk
mengkaji
formulir ESO
3.3 Meminta jadwal
untuk mendiskusikan
pengkajian
formulir ESO
elektronik
3.4 Mendiskusikan
pengkajian
formulir ESO
elektronik
Literatur untuk
panduan pengisian
formulir ESO
berupa pedoman
MESO
Permohonan ijin
jadwal diskusi
selanjutnya dengan
kualitas terbaik (kompeten)
Kegiatan ini membutuhkan
komitmen (loyal) dan
semangat untuk
mengembangkan
kreatifitas (adaptif)
Meminta jadwal
membutuhkan kesopanan, ramah dan solutif kepada
atasan (berorietasi
pelayanan)
Meningkatkan sarana
prasarana untuk
mendukung terwujudnya
layanan-layanan
unggulan dan pusat
rujukan layanan
neuropsikiatri.
R : Responsibility (Bertanggung
Jawab)
S : Sincerely (Ketulusan)
Catatan hasil
diskusi dan arahan
pembuatan draft
form ESO
Kegiatan ini membutuhkan
kerja sama yang baik
(kolaboratif) untuk
membangun lingkungan
24 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7 litertur panduan
4 Membuat
draft formulir ESO untuk
dimasukkan
kedalam sistem elektronik
4.1 Membuat draft
formulir ESO
draft formulir ESO yang akan
dibandingkan
dengan form ESO elektronik
(harmonis)
Dalam kegiatan menyusun
draft dibutuhkan kerja
keras mendapatkan
kinerja terbaik
(kompeten) serta
berdedikasi
mengutamakan
kepentingan instansi
dibandingkan kepentingan
pribadi (loyal).
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu :
Menyelenggarakan
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang
komprehensif profesional
dan bermutu berbasis
Kegiatan ini
mendukung nilai organisasi yaitu:
R : Responsibility (Bertanggung
Jawab)
S : Sincerely (Ketulusan)
J : Justice (Berkeadilan)
4.2 Mereview draft
formulir ESO
dengan membandingkan
Hasil review draft form ESO dan
catatan saran
untuk perbaikan
Kegiatan ini membutuhkan
kerja sama yang baik
(kolaboratif) untuk
membangun lingkungan
layanan neuropsikiatri;
25 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7 dengan literatur panduan MESO
kerja yang kondusif
formulir ESO elektronik
4.3Melakukan
perbaikan
pembuatan
draft form ESO
dari hasil review
4.4 Mengajukan
persetujuan
draftform ESO
telah direvisi
untuk
dimasukkan
kedalam form
ESO elektronik
draft form ESO
yang sudah direvisi
kerja yang kondusif
(harmonis)
untuk merevisi dibutuhkan
inovasi (adaptif)
draft from ESO
yang telah disetujui
untuk diajukan
kedalam form ESO
elektronik
dalam mengajukan
persetujuan dibutuhkan
sikap yang ramah, solutif dan dapat diandalkan
(berorientasi
pelayanan) dengan hasil
kerja yang dapat
dipertanggung jawabkan
(akuntabel)
26 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
hasil pengisian from ESO
Hasil uji coba
rekaman pengisian form ESO
elektronik
kegiatan ini membutuhkan
sikap jujur, disiplin, bertanggungjawab dan
konsisten (akuntabel)
serta antusias dalam
menggerakan perubahan
(adaptif) karena kegiatan
ini merupakan salah satu
peningkatan kompetensi
(kompeten)
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu :
Meningkatkan sarana
prasarana untuk
mendukung terwujudnya
layanan-layanan
unggulan dan pusat
rujukan layanan
Kegiatan ini
mendukung nilai organisasi yaitu:
R : Responsibility (Bertanggung
Jawab)
S : Sincerely (Ketulusan)
kedalam form
Hasil analisa form
MESO yang telah
terisi berdasarkan
rekaman form ESO
elektronik
Melakukan evaluasi
dengan cermat, jujur, dan
penuh tanggung jawab, (akuntabel) dalam
tujuan berkontribusi
memberikan (loyal)
pelayanan prima
neuropsikiatri.
27 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK)
Terhadap
dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
Kontribusi
Visi
ESO elektronik
5 Uji coba formulir
5.1 Melakukan uji
coba pengisian form ESO elektronik
5.2Melakukan evaluasi dari
elektronik
MESO kuning
untuk dianlisa
(berorientasi pelayan)
dengan menggerakan
pemanfaatan berbagai
sumber daya untuk tujuan
bersama (kolaboratif)
untuk membangun
lingkungan kerja yang
nyaman (harmonis)
Visi
6 Finalisasi SOP
MESO 6.1 Mengajukan
draftSOP
MESO yang
telah direview
draftSOP MESO
dalam bentuk soft
copydan hardcopy
Dalam kegiatan ini akan
mengedepankan nilai
kejujuran (akuntabel), menjaga
kesopanan, dan bersikap
ramah, menghormati
atasan (berorientasi
pelayanan) guna
membangun lingkungan
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu :
Menyelenggarakan
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang
komprehensif profesional
Kegiatan ini
mendukung nilai
organisasi yaitu:
R : Responsibility (Bertanggung
Jawab)
J : Justice (Berkeadilan)
28 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK)
Terhadap
Kontribusi
dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
6.2Melakukan
draftSOP MESO
yang sudah direvisi
serta catatan saran
hasil reviewdan
saran perbaikan
dari kepala
instalasi farmasi
6.3Mengajukan
draftSOP MESO
untuk disahkan
dan difinalisasi
menjadi SOP
untuk pengajuan
draftSOP MESO
untuk disahkan dan
difinalisasi
draft SOP MESO
yang telah disetujui
untuk disahkan dan
difinalisasi
kerja yang kondusif
(harmonis)
untuk merevisi dibutuhkan
inovasi (adaptif) dan
kerja keras untuk
mendapatkan kinerja
terbaik (kompeten)
dan bermutu berbasis
layanan neuropsikiatri
Kegiatan ini membutuhkan
komitmen atas apa yang
telah dikerjakan (loyal)
dan membutuhkan
kerjasama yang baik
untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik
(kolaboratif)
29 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
revisi berdasarkan
7 Sosialisasi
SOP MESO yang telah
disetujui dan cara
pengisian
form ESO elekronik
7.1 Menyiapkan
bahan tayang dan waktu
sosialisasi SOP
MESO dan form
ESO elektronik
7.2 Membuat undangan sosialisasi SOP
MESO dan cara
pengisian form
ESO elekronik
Bahan tayang dan
waktu pelaksanaan
sosialisasi
Menyiapkan bahan tayang
dan waktu kegiatan
diperlukan kreatifitas
(adaptif) dan disiplin
serta bertanggung jawab
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu : Menyelenggarakan
Kegiatan ini
mendukung nilai
organisasi yaitu:
R : Responsibility (Bertanggung
Undangan sosialisasi
(akuntabel) Membuat undangan
sosialisasi dengan cermat
dan teliti (akuntabel),
menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan
benar (loyal), serta
bersikap ramah dan sopan
(berorientasi
pelayanan)
penelitian dan pelatihan yang berbasis layanan
neuropsikiatri.
Jawab)
J : Justice (Berkeadilan)
S : Social (Sosial)
H : Humanity (Kemanusiawian)
7.3 Sosialisasi SOP
MESO dan cara
peserta sosialisasi
dapat memahami
dibutuhkan kerjasama
untuk mendapatkan hasil
30 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK)
Terhadap
dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
Kontribusi
Visi
8 Evaluasi
penerapan
SOP MESO dan pengisian
Formulir ESO
eelektronik
pengisian form
ESO elekronik SOP MESO dan cara pengisian
form ESO
elektronik dan ada
bukti dokumentasi
kerja yang baik
(kolaboratif) dan keselerasana untuk
membangun lingkungan
yang kondusif
(harmonis)
8.1 Menyusun instrument evaluasi
Instrumen Evaluasi
berupa pertanyaan
dalam bentuk
googleform
Dibutuhkan ketelitian dan
integritas yang tinggi
(akuntabel) dan
berkontribusi melakukan
penyusunan instrument
(loyal) dibuat dengan
bahasa yang baik, sopan
dan solutif (berorientasi
pelayanan)
Kontribusi kegiatan ini
adalah sebagai
perwujudan Misi Rumah
Sakit yaitu : Menyelenggarakan
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang
komprehensif profesional
dan bermutu berbasis
layanan neuropsikiatri;
Kegiatan ini
mendukung nilai
organisasi yaitu:
R : Responsibility (Bertanggung
Jawab)
S : Sincerely (Ketulusan)
J : Justice (Berkeadilan)
S : Social (Sosial)
31 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata
(BERAKHLAK)
Organisasi
Organisasi 1 2
5 6 7
Pelatihan
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi
Penguatan Nilai
3 4
8.2 Melakukan
Hasil evaluasi yang
telah diisi oleh
petugas kesehatan
Diperlukan kompetensi
untuk mengevaluasi hasil
evaluasi (kompeten) dan
bersikap proaktif
(adaptif)
8.3 Menindaklanjuti hasil evaluasi
Didapatkan
formulir ESO
elektronik yang
telah
disempurnakan
Dibutuhkan kepedulian
antar unit lain untuk
membangun lingkungan
kerja yang kondusif
(harmonis) sehingga
dapat bekerja sama untuk
mendapatkan nilai tambah
(kolaboratif)
32 No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi terhadap Mata Pelatihan (BERAKHLAK) Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 1 2 3 4 5 6 7
evaluasi
H : Humanity (Kemanusiawian)