LAPORAN SEMINAR RANCANGAN
AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III
ANGKATAN I
OPTIMALISASI HASIL NEFROSTOMI PERKUTAN PADA PESERTA DIDIK
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS-1)
PROGRAM STUDI UROLOGI TAHAP JUNIOR
DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
Disusun Oleh: AKHMAD MUSTAFA
NIP 198808262022031001
BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI
OPTIMALISASI HASIL NEFROSTOMI PERKUTAN PADA PESERTA DIDIK
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS-1)
PROGRAM STUDI UROLOGI TAHAP JUNIOR
DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
Telah diseminarkan
Tanggal 23 Juni 2022, di Bapelkes Cikarang
Penguji
Ns. Ella Andalusia, S.Kep, MSM NIP 198108312006042003
MENTOR
Dr. dr. Ahmad Ramdan, SpOT(K), MKM NIP 197211052000121001
Coach
Alfred Ariyanto, S.Si, Apt, M.Si NIP 197716122006041001
ii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas kebaikan, pimpinan, perlindungan yang terus dilimpahkan selama penulis menjalani kehidupan di dunia. Puji syukur juga disampaikan atas kesempatannya untuk mengikuti Latsar CPNS Kemenkes RI 2022 yang walaupun berjalan secara online, tidak mengurangi nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Puji dan syukur penulis panjatkan atas tersusunnya laporan rancangan aktualisasi yang penulis harapkan dapat menjadi suatu masukan, bukan hanya bagi Kemenkes RI namun untuk para sejawat di instansi setempat, guna menunjang kesembuhan dan kebaikan pasien.
Laporan rancangan aktualisasi ini dibuat sebagai salah satu upaya penerapan nilai-nilai dasar profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan dilaksanakan di lingkungan kerja.
Laporan rancangan aktualisasi ini merupakan salah satu syarat penilaian kelulusan pada pendidikan dan pelatihan dasar CPNS Golongan III Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Besar harapan penulis bahwa laporan ini nantinya dapat menjadi sebuah habituasi bagi penulis sebagai Pegawai Negeri Sipil yang memiliki nilai-nilai dasar berAKHLAK (berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif) dalam menjalankan tugas sebagai pelayan publik yang berintegritas dan profesional, pelaksana kebijakan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Dalam penyusunan laporan ini, tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, bantuan, serta saran dan nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
- Dr. Azhar Jaya, SKM, MARS selaku Plt. Direktur Utama RSUP dr. Hasan Sadikin
Bandung
- Drs. Suherman, M.Kes selaku Kepala Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang
- Bapak Alfred Ariyanto, S.Si, Apt, M.Si, selaku coach yang telah membimbing dalam pembuatan rancangan aktualisasi
- Dr. dr. Ahmad Ramdan, SpOT(K), MKM. , selaku Mentor yang telah banyak memberi masukan
- Bapak dan Ibu Fasilitator dan seluruh staf pegawai yang ada di lingkungan Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang
iii
KATA PENGANTAR
- Seluruh teman-teman Diklat Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan I tahun 2022 yang telah membantu dalam menyusun rancangan ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan rancangan aktualisasi ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan lebih lanjut. Semoga rancangan aktualisasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada masa yang akan datang. Bandung, Juni 2022
Penulis
dr. Akhmad Mustafa, SpU
iv
v DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN i KATA PENGANTAR................................................................................................iii DAFTAR ISI v BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN......................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.................................................................................................1 1.2 Tujuan Aktualisasi............................................................................................3 1.3 Manfaat Aktualisasi 4 BAB II .....................................................................................................................5 PROFIL INSTANSI DAN TEMPAT AKTUALISASI..................................................5 2.1 Profil Instansi Tempat Aktualisasi .....................................................................5 2.2 Visi dan Misi RSHS...........................................................................................6 2.3 Profil KSM Urologi/Program Studi Urologi RSHS/FK UNPAD................................7 2.4 Profil Peserta.................................................................................................10 2.5 Tugas Pokok dan Tugas Fungsi ......................................................................11 BAB III..................................................................................................................12 ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI............................12 3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual 12 3.2 Penetapan Core Isu........................................................................................14 3.3 Penyebab Isu.................................................................................................17 BAB IV...................................................................................................................19 RANCANGAN AKTUALISASI................................................................................19 4.1. Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS 19 4.2 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif...................................19 4.3 Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi 30
vi
4.4. Para Pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Aktualisasi...............................31
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) berkedudukan sebagai abdi negara yang dalam hal ini berperan untuk melaksanakan kebijakan publik, memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Peran-peran tersebut harus diwujudkan dan terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari ketika menjalankan tugas di dalam instansi masing- masing. Untuk mewujudkan peran tersebut maka diperlukan nilai-nilai yang harus selalu melekat dimanapun kita bertugas dalam melayani masyarakat. Nilai-nilai tersebut adalah BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) serta prinsip whole of government, memahami peran dan kedudukan ASN, serta prinsip pelayanan publik.
Sebagai abdi negara di bidang kesehatan, maka peningkatan derajat kesehatan manusia Indonesia adalah tujuan kita bersama. Salahsatu Instansi pelayanan Kesehatan yang memegang peranan vital untuk meningkatkan derajat Kesehatan manusia Indonesia adalah Rumah Sakit. Rumah sakit merupakan salah satu pilar pelayanan kesehatan dalam menunjang misi pemerintah Indonesia untuk memastikan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Menurut UU Rumah Sakit no 44 tahun 2009, dijelaskan bahwa rumah sakit di Indonesia harus didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Kita ketahui bersama bahwa dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman, sebuah rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Dengan kemajuan teknologi diharapkan dapat menunjang pelayanan ke arah yang lebih baik. Pelayanan kepada pasien yang baik bukanhanya cepat dalam merespon kebutuhan pasien dalam penanganan berbagai masalah medis, namun juga harus memperhatikan efektifitas dan efisiensi sumber daya rumah sakit yang dimiliki. Selain itu juga keselamatan pasien yang dewasa ini semakin menjadi perhatian dan menjadi salah satu tujuan yang harus dipenuhi oleh setiap rumah sakit dalam program pelayanannya.
1
Sebagai salah satu unit pelayanan di dalam lingkungan Kemenkes, Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS) mempunyai visi terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong royong. Kemudian misi dari RumahSakitDr. HasanSadikin Bandungadalahmewujudkan kualitashidupmanusia
Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, dimana salah satu tujuan rancangan strategi bisnis (RSB) RSHS adalah peningkatan pelayanan Kesehatan yang inovatif, prima dan bermutu serta peningkatan sumber daya Kesehatan, maka evaluasi dan inovasi pelayanan kesehatan untuk memastikan bahwa keselamatan pasien adalah hal utama yang harus diperhatikan.
Selain itu, sejak diresmikan pada tahun 1923, RSHS telah berkembang menjadi rumah sakit besar di Jawa Barat yang dicanangkan sebagai Rumah Sakit Rujukan
Nasional dan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran dan institusi pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Maka dari itu, peran
RSHS sebagai academichealthcenter(AHS) dimana kegiatan pelayanan dan Pendidikan dilakukan secara terintegrasi, tidak bisa dihindarkan. Hal itu sesuai dengan salahsatu tujuanRSHSsebagai AHS, yaituuntukmewujudkansinergi antarapelayanan, pendidikan dan penelitian. Sinergi ini akan meningkatkan kapasitas dan kompetensi institusi dalam penanganan kasus tersier dan akhirnya meningkatkan kepuasan stakeholders mulai dari staf, pasien, peserta didik dan pemerintah.
KSM Urologi sebagai salah satu pelaksana dalam pelayanan pasien, memiliki ruang lingkup pelayanan di poliklinik, ruang rawat inap dan kamar operasi di bidang urologi. Selain itu KSM urologi bekerjasama dengan program studi urologi, departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK-UNPAD) dalam mendidik peserta didik program pendidikan dokter spesialis (PPDS) urologi.
Salahsatu pelayanan kamar operasi terbanyak yang dilakukan di KSM urologi adalah operasi nefrostomi. Nefrostomi perkutan merupakan tindakan gawat darurat pada ginjal dan saluran kemih bagian atas dengan tujuan mengeluarkan urin dari sistem pelvokalises ginjal yang mengalami hidronefrosis (maupun yang terinfeksi atau
pionefrosis) karena adanya suatu obstruksi atau penyumbatan pada sistem saluran
kemih bagian atas. Operasi nefrostomi perkutan merupakan tindakan terbanyak di KSM
urologi, dengan lebih dari 100 tindakan operasi pertahunnya. Sebagai pusat pendidikan
urologi, sebagian besar tindakan nefrostomi dilakukan oleh PPDS tahap awal yang disupervisi dokter spesialis urologi atau PPDS tahap akhir. Hal ini tidak dapat dihindari
karena pendidikan spesialisasi kedokteran dituntut agar menghasilkan dokter yang
2
kompeten. Namun di sisi lain, adanya perubahan paradigma berkenaan dengan tuntutan yang semakin tinggi terhadap isu keselamatan pasien (patientsafety) menyebabkan tidak dapat diterimanya lagi tindakan medis tanpa pelatihan yang cukup bagi para calon ahli bedah, dan pelatihan tersebut seharusnya tidak melibatkan pasien di ruang operasi.
Idealnya menurut literatur, persentase risiko komplikasi pada tindakan nefrostomi perkutan mencapai 5% dan risiko kematian sebesar 0.04%, sedangkan berdasarkan data di RS Hasan Sadikin Bandung, persentase komplikasi tindakan nefrostomi pada pasien batu ginjal mencapai 25.3%.5 Oleh karena itu, keterampilan medis hendaknya dipelajari dan dipraktikan terlebih dahulu pada alat peraga sebelum tindakan tersebut dilakukan langsung pada pasien untuk mengurangi risiko komplikasi tindakan. Selain itu, rerata waktu operasi nefrostomi yang dilakukan PPDS junior tercatat selama 15 menit, jauh diatas waktu rerata ideal yaitu selama 5 menit (diluar prosedur perpindahan pasien, anestesi serta administrasi kamar operasi). Hal ini menyebabkan pelayanan kamar operasimenjadi tidak efisien, meningkatkanrisikonyeripasca prosedur dan meningkatkan komplikasi.
Sebagai seorang CPNS yang bekerja di KSM urologi, nilai-nilai dasar BerAKHLAK harus selalu menjadi dasar dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Adanya isu belum optimalnya hasil operasi nefrostomi yang dilakukan oleh PPDS-1 urologi tahap junior tidak sesuai dengan nilai dasar ASN yaitu berorientasi pelayanan dan kompeten.
Maka dari itu saya mengajukan rancangan aktualisasi yang diharapkan dapat menjadi solusi isu tersebut yaitu optimalisasi hasil operasi nefrostomi yang dilakukan oleh PPDS1 urologi tahap junior dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan nefrostomi dengan menerapkan nilai BerAKHLAK pada proses pelaksanaannya. Penerapan nilai-nilai ini akan tercermin dengan melakukan sebuah aktualisasi, dimana arah dan tujuannya harus selaras dengan tujuan pemerintah dan visi misi rumah sakit. Sebuah analisa akan dilakukan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang tepat sasaran yang pada akhirnya dapat memberikan sebuah perubahan yang berarti bagi pelayanan kepada masyarakat.
1.2 Tujuan Aktualisasi
Tujuan dari kegiatan aktualisasi adalah sebagai berikut :
3
1.2.1 Tujuan Umum
Menjadi PNS yang profesional danberkarakter dengan menerapkannilai-nilai dasar PNS BerAKHLAK dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai nilai sehingga terbentuk karakter diri ideal melalui proses internalisasi dan dipersonifikasi (pengumpamaan) melalui intervensi tertentu di tempat kerja
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengoptimalkan hasil tindakan nefrostomi yang dilakukan oleh PPDS-1 urologi tahap junior sehingga meningkatkan kualitas pelayanan dan pendidikan KSM urologi.
2. Menerapkan nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK dalam implementasi aktualisasi
1.3 Manfaat Aktualisasi
1. Bagi individu: Penerapan nilai-nilai dasar ASN bagi seorang ASN adalah wujud dari cinta pada tanah air dan kesungguhan dalam membangun bangsa, sehingga memunculkan nilai-nilai berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif dalam kegiatan sehari-hari sesuai tugas pokok dan fungsi nya.
2. Bagi Satuan Kerja Perwujudan nilai-nilai dasar ASN ke dalam sebuah aktualisasiakan menunjang peningkatan kualitas mutu pelayanan bagi satuan kerja. Selain itu juga internalisasi nilai-nilai tersebutakan merangsang perubahan pola perilaku ASN yang terdahulu agar meningkatkan kinerjanya untuk mendukung visi dan misi satuan kerja.
3. Bagi masyarakat: Kegiatan aktualisasi yang menginternalisasi nilai dasar ASN akan menghasilkan ASN yang profesional dan menghasilkan pelayanan optimal bagi kemaslahatan masyarakat.
4
BAB II
PROFIL INSTANSI DAN TEMPAT AKTUALISASI
2.1 Profil Instansi Tempat Aktualisasi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) didirikan pada tahun 1923
dengan nama "Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuijs". Pada tahun 1927 namanya
diubah menjadi "Het Gemeente Ziekenhuis Juliana". Selama pendudukan Jepang, digunakan sebagai rumah sakit militer dengan nama "Rigukun Byoin". Sejak
kemerdekaan Indonesia, telah dikenal sebagai "Rumah Sakit Ranca Bandak". Pada tahun
1954 diangkat sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian KesehatanRepublik Indonesia yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perawatan Medis. Pada
tahun 1956 ia ditetapkan sebagai rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur.
Sejak didirikan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran pada 1957, rumah
sakit ini telah ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan untuk mahasiswa Fakultas
Kedokteran. Pada tahun 1967 namanya berubah menjadi Rumah Sakit Umum dr. Hasan
Sadikin. Rumah sakit itu dinamai seorang dokter yang meninggal selama masa jabatannya sebagai direktur rumah sakit, yaitu dr. Hasan Sadikin.
Dari sudut pandang manajemen keuangan, status Rumah Sakit Umum Hasan
Sadikin telah diubah beberapa kali sehingga memberikan lebih banyak fleksibilitas dan otonomidalam mengelola pendapatandan pengeluaran rumahsakit.Sejak Januari 2006, rumah sakit ini telah ditunjuk sebagai rumah sakit yang menerapkan Manajemen
Keuangan Lembaga Layanan Publik. Sebagai rumah sakit A dan rumah sakit terbesar di
Jawa Barat (segera akan menjadi Rumah Sakit Referal Nasional), Rumah Sakit Umum
Hasan Sadikin memiliki fungsi sebagai rumah sakit rujukan teratas untuk layanan kesehatan tersier di provinsi.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin berkedudukan di kota Bandung.
RSHS berkapasitas 969 tempat tidur dapat menyediakan berbagai layanan yang terdiri
dari 20 spesialisasi medis dan 125 spesialisasi sub. Luas lahan adalah 87.200 m2 dengan
total luas bangunan 115.163 m2, terdiri beberapa jenis gedung yaitu 17 perkantoran, 24
Pelayanan Klinis, 5 pendukung, dan 10 lain-lain. Didukung oleh 3.704 tenaga kesehatan dan non kesehatan yang terlatih dan profesional, terdiri dari 398 tenaga medis, 2 tenaga psikologi
5
klinis, 1.173 tenaga keperawatan, 79 tenaga kebidanan, 185 tenaga kefarmasian, 5 tenaga kemasyarakatan, 19 tenaga kesehatan lingkungan, 36 tenaga gizi, 18 tenaga keterafian fisik, 89 tenaga keteknisan medis, 171 tenaga teknik biomedika, 23 tenaga fungsional non kesehatan, 524 tenaga administrasi, dan 982 tenaga strategis.
RSHS juga memiliki peserta didik yang terdiri dari 623dokter muda (PSPD), 1.140 Residen (PPDS 1), 142 trainee (PPDS 2), dan 251 Mahasiswa Keperawatan (FIK). RSHS memiliki Pelayanan unggulan yaitu kedokteran Nuklir dan Pencitraan Molekuler, Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi dan Infeksi, Bedah Minimal Invasif dan Pelayanan Transplantasi Ginjal. RSHS bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan PMN RS Cicendo, dan juga menjalin kerjasama dengan institusi lain.
2.2 Visi dan Misi RSHS
Rumusan Visi RSHS yang mengacu pada Visi Pemerintah Indonesia Maju 20202024 adalah terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong royong. Visi ini didukung oleh misi yaitu “mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera”. Tujuan RSHS adalah
menciptakan pelayanan sebaik-baiknya kepada seluruh publik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan RI. Moto pelayanan RSHS adalah
“Kesehatan anda adalah prioritas kami”.Nilai-nilai filosofis RSHS dituangkan dalam janji layanan yang mencakup nilai nilai Pamingpin Pituin.
Tabel 2.1 Nilai-nilai Filosofis RSHS
Nilai-nilai Keterangan
Kepemimpinan Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya
Profesional Nilai berorientasi pada percapaian kinerja melalui jalan kemitraan
Inovatif Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan
Tulus Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif
6
Unggul Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan
kualitas prima
Integritas Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas
2.3 Profil KSM Urologi/Program Studi Urologi RSHS/FK UNPAD
Pelayanan urologi di Bandung pertama kali dilakukan oleh dr. R. Koestedjo, seorang dokter spesialis bedah yang telah magang pada Prof. Oetomo (Bapak Urologi Indonesia). Pelayanan dan pendidikan urologi di Bandung baru secara resmi dimulai
pada tahun 1967 dengan datangnya Prof. Dr. dr. Sahala Sihombing, SpB, SpU, seorang ahli bedah yang baru menyelesaikan pendidikan urologi di Melbourne. Untuk meningkatkan pendidikan Urologi di Bandung, pada tanggal 7 Desember 1994 diadakan rapat Kolegium Urologi yang hasilnya Urologi Bandung dapat memulai mendidik Urologi secara bertahap dengan pembina dari bagian Urologi FK UI dan dengan 4 orang staf yakni dr. Mumuh M. Effendi yang merupakan alumnus FKUI pada tahun 1982, Prof.
Suwandi Sugandi yang mendapatkan pendidikan urologi di Bandung dan menyelesaikan pendidikan urologi di Academische Ziekenhuis Rijksuniversiteit Groningan pada tahun
1984 dan dr. Zulhardi Haroen yang merupakan alumnus Vrijie Universiteit Amsterdam
pada tahun 1987, selain Prof. Sahala Sihombing sendiri.
Pada rapat Kolegium Urologi yang diadakan di Bandung tahun 1994, ditetapkan
bahwa Urologi Bandung dapat mulai mendidik Urologi secara bertahap dengan Pembina
(bapak asuh) Bagian Urologi FKUI. Peserta PPDS Urologi pertama di Bandung adalah dr.
Robertus Bebet Prasetyo yang menyelesaikan tahap bedah dasar pada tahun 1995. Pada tahun 1995, Prof. Dr. dr. Sahala Sihombing, SpB, SpU diangkat sebagai Guru Besar ke-
4 di bagian Bedah setelah Prof. R. Koestedjo (Bedah Umum), Prof. Nagar Rasyid
Nasution (Orthopaedi) dan Prof. Iskarno (Bedah Saraf). Berdasarkan surat keputusan
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun
2006, Urologi FK Unpad resmi sebagai pusat pendidikan urologi ke 3 di Indonesia.
Sebagai bentuk pelayanan pendidikan, program studi Urologi UNPAD resmi didirikan pada tahun 2007. Lulusan pertama PPDS Urologi Bandung pertama yaitu dr. Sawkar
Vijay Pramod, SpU(K) pada tahun 2010.
Pada bulan Februari 2000, Prof. dr. Sahala Sihombing meninggal dunia dan dr. Bambang Sasongko Noegroho setelah menyelesaikan pendidikan urologinya di FKUI
7
Jakarta memperkuat Staf Urologi yang kemudian diikuti oleh dr. Tjahjodjati (2001). dan dr. Ferry Safriadi (2002). Secara resmi, program studi Urologi Unpad berdiri tahun 2007
setelah sumber daya baik tenaga pengajar dan sarana prasarana dianggap cukup. FK
Unpad menjadi pusat pendidikan urologi yang ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.
Berikut tokoh perintis urologi di FK Unpad:
1. Prof. Dr. dr. Sahala Sihombing, SpB, SpU
2. Dr. Mumuh Effendi, SpB, SpU
3. dr. Zulhardi Haroen, SpB, SpU
4. Prof. Dr. dr. Suwandi Sugandi, SpB, SpU(K)
2.3.1 Staf Pendidik Aktif
Berikut staf pengajar Urologi FK Unpad saat ini:
1. Dr. dr. Bambang Sasongko Noegroho, SpB, SpU(K)
2. Dr. dr. Ferry Safriadi, SpU(K)
3. Dr. dr. Safendra Siregar, SpU(K)
4. dr. Ricky Adriansjah, SpU(K)
5. dr. Kuncoro Adi, SpU(K)
6. Dr. dr. Aaron Tigor Sihombing, SpU(K)
7. Dr. dr. Jupiter Sibarani, SpU(K)
8. dr. Sawkar Vijay Pramod, SpU(K)
9. dr. Ahmad Agil, SpU(K)
10. dr. Akhmad Mustafa, SpU
11. dr. Zola Wijayanti, SpU
8
2.3.2 Struktur Organisasi SMF Urologi
2.3.3 Visi dan Misi serta Tujuan SMF Urologi/Prodi Urologi
Adapun KSM urologi memiliki visi untuk menjadi pusat pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan di bidang Urologi terkemuka di tingkat nasional dan internasional dengan harapan menghasilkan spesialis urologi yang cakap dan terampil dalam mengelola pasien urologi secara paripurna tanpa meninggalkan kode etik kedokteran. Untuk mencapai visi tersebut, KSM urologi memiliki misi:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan Urologi kepada peserta didik.
2. Mengembangkan penelitian dalam bidang Urologi yang bermutu, bertaraf nasional dan internasional.
3. Menyelenggarakan pelayanan di bidang kesehatan Urologi yang bermutu, paripurna yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dan keselamatan pasien.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing.
5. Meningkatkan taraf kesejahteraan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik.
6. Meningkatkan peran dan eksistensi prodi / SMF Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran / RS Hasan Sadikin dalam mencapai visi dan misi UNPAD dan RSHS.
9
7. Mengembangkan good department governance dengan memperkuat infrastruktur kelembagaan (penguatan manajemen dan sistem).
KSM urologi/Prodi Urologi memiliki tujuan sebagai berikut:
Tujuan Umum : Menghasilkan dokter spesialis urologi yang mampu memberikan pelayanan yang berdaya saing di lingkup nasional dan internasional.
Tujuan Khusus :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki keterampilan yang baik untuk menanggulangi masalah dalam penyakit di bidang urologi dari usia bayi sampai dengan usia lanjut di masyarakat.
2. Mampu mengembangkan diri dan bertanggungjawab dalam menerapkan ilmupengetahuan dan keterampilan sebagai dokter spesialis urologi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.
3. Mampu merencanakan dan melaksanakan penelitian secara mandiri dalam mengembangkan pengetahuan tentang urologi.
4. Mampu bersosialisasi dan bekerjasama dengan sejawat lain dan tetap menjunjung tinggi etika dan norma yang berlaku.
2.4 Profil Peserta
Nama : Akhmad Mustafa
Golongan : IIIb
Angkatan : 1
Kelas : C
Instansi : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Jabatan : Dokter Pendidik Klinis Ahli Pertama
Pendidikan : Dokter Spesialis Urologi
10
2.5 Tugas Pokok dan Tugas Fungsi
Berdasarkan PERMENPAN-RB Nomor PER/17/M.PAN/9/2008, PERATURAN BERSAMA
Nomor 1201/MENKES/PB/XII/2009 dan Nomor 20 Tahun 2009, Dokter Pendidik Klinis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan/medik, pengabdian masyarakat, pendidikan dokter dan dokter spesialis di Rumah Sakit Pendidikan serta melakukan penelitian guna pengembangan ilmu kedokteran yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Pendidik Klinis adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Pelayanan Spesialistik
2. Memberikan Tindakan Medik Spesialistik
3. Pengabdian masyarakat berupa pelaksanaan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan.
4. Melaksanakan Pendidikan Dokter dan Dokter Spesialis
5. Melakukan penelitian guna pengembangan ilmu kedokteran di Rumah SakitPendidikan
Tugas pokok dan fungsi yang diberikan oleh atasan langsung, sesuai dengan jabatan organisasi KSM Urologi sesuai SKP adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Pelayanan Medik Spesialistik
2. Terselenggaranya rekam medis elektronik (RME)
3. Menurunkan kejadian infeksi daerah operasi
4. Terpenuhinya pasien yang memenuhi standar WTRJ <60 menit
5. Terpenuhinya waktu tunggu sebelum operasi elektif <2 hari
6. Terpenuhinya kepatuhan waktu jam visite dokter penanggung jawab pelayanan
7. Terpenuhinya kepatuhan pelaksanaan Protokol Kesehatan
8. Terlaksananya system rujukan terintegrasi (SISRUTE)
9. Pembimbingan Co-ass/PPDS
10. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan
11
BAB III
ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual
Isu diidentifikasikan berdasarkan pengamatan dan pengalaman bekerja di instansi selama masa kerja. Unit kerja yaitu KSM Urologi yang melakukan pelayanan kesehatan publik yang mempunyai ruang lingkup pelayanan urologi di poliklinik, ruang rawat inap, ruang semi intensif, ruang intensif dan kamar operasi.
Isu akan muncul dalam proses pelayanan karena yang kita harapkan dan prediksikan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Isu tersebut muncul karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi ataupun karena permasalahan khusus seperti pandemi pada saat ini. Hal-hal itu menuntut untuk terjadinya perubahan sistem kerja, fasilitas dan prosedur pelayanan serta pendidikan, sehingga dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut, tetapi dibutuhkan waktu dan usaha lebih untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan. Berikut ini identifikasi isu yang dirumuskan:
1. Belum optimalnya hasil tindakan nefrostomi yang dilakukan oleh PPDS-1 urologi tahap junior di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021.
2. Belum tercapainya target waktu tunggu penjadwalan operasi elektif pasien kanker buli di poliklinik urologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 20202021
3. Belum tercapainya efisiensi lama rawat inap pada pasien hipospadia di KSM urologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021
4. Tingginya frekuensi kunjungan poliklinik sebelum dilakukan penjadwalan operasi elektif pasien poliklinik urologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 20202021
5. Belum optimalnya penggunaan alat percutaneous nephrolitotomy(PCNL) sebagai armamentarium penatalaksanaan batu saluran kemih
12
Tabel 3.1 Identifikasi Isu
No Isu
1 Belum optimalnya hasil tindakan nefrostomi yang
dilakukan oleh PPDS-1 urologi
tahap junior di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung tahun 20202021.
2 Belum tercapainyatarget waktu tunggu penjadwalan operasi
elektif pasien kanker buli di poliklinik urologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun
2020-2021
4 Belum adanya data pola kuman penyebab catheter associated urinary tract infection (CAUTI) pada pasien yang dirawat inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021
3.1.2. Analisis Isu Aktual
Data Dukung Isu Kondisi Saat Ini
Rekam medis
Tingkat komplikasi nefrostomi
Catatan operasi
tahunan KSM urologi
Buku catatan penjadwalan
operasi poliklinik
masih mencapai 25.3% (ideal <5%)
Durasi nefrostomi diatas 15 menit (ideal <10 menit)
30% pasien kanker buli memiliki waktu tunggu diatas
12 minggu setelah diagnostik
terpenuhi (Ideal operasi dilakukan <12 minggu setelah dilakukan pemeriksaan diagnostik)
Data Program
Pengendalian Infeksi (PPI) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
tahun 2020-2021
Belum ada data pola kultur dan resistensi kuman penyebab CAUTI, sehingga belum ada standar pengobatan empiris memadai untuk pasien dengan CAUTI
Penulis menyadari jika isu-isu yang didapatkan tadi tidak diselesaikan, maka akan menyebabkan dampak yang kemudiandapat membesar dan mempengaruhi publik. Pada tabel 3, dijabarkan dampak-dampak yang dapat terjadi.
13
Tabel 3.2. Dampak Isu
No. Isu Dampak apabila Isu tidak ditangani
1. Belum optimalnya hasil
tindakan nefrostomi yang
dilakukan oleh PPDS-1
urologi tahap junior di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 20202021.
2. Belum tercapainya target
waktu tunggu penjadwalan operasi
elektif pasien kanker buli di poliklinik urologi RSUP
Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 20202021
3. Belum adanya data pola
kuman penyebab catheter associated urinary tract infection (CAUTI) pada
pasien yang dirawat inap
di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 20202021
3.2 Penetapan Core Isu
Pasien tidak mendapatkan pelayanan terbaik
Lamanya durasi operasi, menurunkan efisiensi kamar operasi
Meningkatkan nyeri pada pasien
Meningkatkan risiko komplikasi pada pasien
Menambah biaya perawatan
Risiko komplain pasien kepada rumah sakit
Risiko progresi penyakit
Prognosis pasien kurang baik
Komplain dari pasien karena lamanya penjadwalan
Risiko infeksi tidak tertangani dengan baik
Risiko morbiditas pasien
Risiko pemanjangan waktu rawat inap
Untuk menetapkan isu utama yang akan dilakukan pemecahan masalahnya perlu dilakukan proses penapisandengan beberapa metode. Metode penapisan isuyangsering digunakan adalah dengan teknik APKL yaitu dengan menetapkan rentang penilaian (1-
5) pada kriteria; Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan.
14
Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Pada tiap-tiap bagan penilaian, kami menggunakan skala likert, dengan keterangan sebagai berikut:
• 1 : sangat kecil
• 2 : kecil
• 3 : sedang
• 4 : besar
• 5 : sangat besar
2 Belum tercapainya target
tunggu penjadwalan
elektif pasien kanker
15
No Isu Aktual Problematik Khalayak Layak Total 1 Belum
tindakan
dilakukan
urologi tahap
Tabel 3.2 Penapisan Isu Menggunakan Metode APKL
optimalnya hasil
nefrostomi yang
oleh PPDS-1
junior di RSUP
tahun
4 5 5 4 18
waktu
operasi
buli
Dr. Hasan Sadikin Bandung
2020-2021.
di poliklinik urologi RSUP
tahun
3 4 3 4 14
Belum
data
kuman
associated urinary tract 4 3 4 4 15
Dr. Hasan Sadikin Bandung
2020-2021
3
adanya
pola
penyebab catheter
infection (CAUTI) pada
pasien yang dirawat inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021
Dari penapisan isu tersebut, maka ditetapkan isu yang dipilih adalah Belum optimalnya hasil tindakan nefrostomi yang dilakukan oleh PPDS-1 urologi tahap junior di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021.
SmartGovernance
Belum optimalnya hasil nefrostomi perkutan yang dilakukan oleh peserta didik PPDS-1 urologi tahap Junior ini terkait dengan kedudukan dan peran ASN untuk mendukung terwujudnya Smart Governance seperti isu pelayanan publik, manajemen ASN, dan literasi digital.
• PPDS Urologi yang mengerjakan nefrostomi tanpa sebelumnya menjalani pelatihan tidak sesuai dengan konsep profesionalitas dan kompetensi, dimana untuk pelayanan, kompetensi adalah kewajiban. Setiap tenaga kesehatan wajib meningkatkan kompetensi untuk menghadapi tanggung jawab yang selalu berubah serta memberikan layanan publik terbaik.
• Belum adanya standar model nefrostomi untuk melatih skill nefrostomi menunjukkan tidak adanya inovasi ASN untuk terus melakukan perbaikan tanpa henti demi pelayanan publik. Pembuatan model nefrostomi ini selain mempermudah residen untuk belajar dan berlatih juga merupakan implementasi dari digital skill dan culture.
16
3.2. Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Terwujudnya
3.3 Penyebab Isu
Berdasarkan penetapan isu yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya yaitu isu mengenai Belum optimalnya hasil tindakan nefrostomi yang dilakukan oleh PPDS-1 urologi tahap junior di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021, kami melakukan pengamatan di lapangan baik secara langsung maupun berdasarkan datadata pendukung yang didapatkan. Permasalahan yang didapat adalah hasil proses pengumpulan data dan fakta permasalahan dan pengamatan kami yang kemudian kami konsultasikan kepada atasan kami, agar permasalahan yang dipaparkan tidak bersifat subjektif. Untuk menentukan penyebab isu utama yang akan kami angkat, kami menggunakan metoda fishbone dengan pemaparan dari setiap aspek sebagai berikut:
1. Belum ada indikator yang bisa menilai keoptimalan tindakan nefrostomi
2. Peserta PPDS-1 tahap junior melakukan nefrostomi tanpa standar baku dan pengetahuan yang cukup, hanya berdasarkan arahan senior
3. Tidak ada media latihan yang bisa digunakan untuk melakukan tindakan nefrostomi sebelum melakukan ke pasien sesungguhnya
4. Tidak ada standar pelatihan yang baku sebelum melakukan tindakan nefrostomi
17
Berikut gambaran penyebab masalah dengan metoda fishbone:
Man
Peserta PPDS-1 tahap junior
melakukan nefrostomi tanpa
standar baku dan pengetahuan
cukup, hanya berdasarkan
arahan senior
Tidak ada media latihan yang
bisa digunakan untuk melakukan
tindakan nefrostomi sebelum
melakukan ke pasien
sesungguhnya
Material
Method
Tidak ada standar pelatihan yang baku sebelum melakukan
Tindakan nefrostomi
Belum optimalnya
hasil tindakan
nefrostomi yang
dilakukan oleh
PPDS-1 urologi
tahap junior di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Belum ada indikator yang bisa menilai keoptimalan Tindakan
nefrostomi
tahun 2020-2021.
Environment
Gambar 3.1 Bagan Fishbone Mengenai Analisis Penyebab Isu Utama
18
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI
4.1. Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS
Matriks Rancangan Aktualisasi
Unit Kerja : SMF Urologi
Identifikasi Isu : Belum optimalnya hasil tindakan nefrostomi yang dilakukan
oleh PPDS-1 urologi tahap junior di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021
Belum tercapainya target waktu tunggu penjadwalan operasi
elektif pasien kanker buli di poliklinik urologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021
Belum adanya data pola kuman penyebab catheter associated urinary tract infection (CAUTI) pada pasien yang dirawat inap
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020-2021
Isu yang diangkat : Belum optimalnya hasil tindakan nefrostomi yang dilakukan
oleh PPDS-1 urologi tahap junior di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2020-2021
Pemecahan : Pembuatan pelatihan nefrostomi untuk peserta didik PPDS-1 Urologi dengan AARM (affordable and applicable renal model)
Gagasan
4.2 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif
Setelah analisis isu dilakukan, maka terdapat beberapa gagasan-gagasan untuk mengatasi isu, berupa perbaikan skill nefrostomi peserta didik PPDS-1 urologi tahap junior. Program yang direncanakan dibuat adalah pembuatan suatu pelatihan nefrostomi dengan menggunakan phantom model AARM (Affordable and applicable renal model
19
Pelatihan inimemungkinkanuntuk mengevaluasitingkat pengetahuan residenurologi dalam bidang nefrostomi serta memungkinkan residen untuk mengasah skill nefrostominya pada model ginjal sebelum mempraktekkannya pada pasien. Selain itu, gagasan-gagasan lain untuk membantu memcahkan masalah akan juga diwujudkan dalam beberapa kegiatan. Sehingga penulis berencana untuk menuangkannya dalam beberapa kegiatan di bawah ini:
1. Identifikasi tingkat pengetahuan dan indikator keahlian nefrostomi PPDS-1 urologi tahap Junior Menapis hasil survey dari google form dalam model form discharge planning
2. Merancang dan membuat model phantom untuk pelatihan nefrostomi
3. Melaksanakan kegiatan kuliah umum tentang tindakan nefrostomi dan pelatihan nefrostomi menggunakan model phantom
4. Melakukan evaluasi hasil tindakan nefrostomi pasca pelatihan nefrostomi untuk mengetahui efektifitas pelatihan
20
Tabel 4.1 Matriks Rancangan Aktualisasi
No Kegiatan Tahapan
Kegiatan Output / Evidence
Keterkaitan dengan
substansi mata
pelatihan agenda 2
1 Identifikasi
tingkat pengetahuan
dan indikator
keahlian
nefrostomi
PPDS-1
urologi tahap
Junior
Melakukan
rancangan indikator
terukur untuk
penilaian
keahlian
nefrostomi
Output: terciptanya
rancangan indikator
penilaian nefrostomi
Saya akan
mengidentifikasi tingkat
pengetahuan dan
keahlian nefrostomi
demi pelayanan prima
Evidence Formulir rancangan
indikator penilaian
nefrostomi
dan bertujuan
meningkatkan
kepuasan pasien
(Berorientasi
pelayanan),
Melakukan
koordinasi
dengan Kepala
KSM dan KPS
prodi urologi
Output: terciptanya
indikator penilaian
nefrostomi yang
digunakan dalam
penilaian
Saya akan menghargai
dan berdedikasi
kepada atasan
dengan menghargai
setiap masukan (Loyal).
Kontribusi terhadap
visi misi organisasi Penguatan nilai organisasi
Identifikasi tingkat
pengetahuan dan
indikator keahlian
nefrostomi PPDS-1
urologi tahap Junior akan
Turut berkontribusi dalam
visi misi organisasi
terutama meningkatkan
kualitas pendidikan
urologi kepada peserta
didik
Melakukan identifikasi
tingkat pengetahuan
nefrostomi dan
membuat indikator keahlian nefrostomi
PPDS-1 dengan mengimplementasikan
nilai BerAKHLAK akan
memperkuat nilai-nilai
organisasi terutama. kepemimpinan, profesional, dan inovatif
21
untuk
merumuskan
indikator yang
akan
digunakan
untuk
mengetahui
keahlian
nefrostomi
Evidence Absensi rapat
Dalam identifikasi dan pembuatan indikator, saya akan bekerjasama
dengan sinergis
dengan kaprodi dan
KSM (kolaboratif) dan
Notulensi rapat
akan menjaga
keselarasan antara
Dokumentasi rapat
program studi dan unit
kerja (harmonis).
Formulir indikator
penilaian nefrostomi
Merumuskan
soal yang
digunakan
untuk
mengevaluasi
tingkat
pengetahuan
Output:
terumuskannya soal-
soal yang digunakan
dalam evaluasi
tingkat pengetahuan
nefrostomi
Saya akan membuat
identifikasi tingkat
pengetahuan ini agar
mengetahui kompetensi
dan merangsang agar
terus belajar
meningkatkan diri
(kompeten) dan juga
22
2 Pembuatan model phantom
AARM untuk
pelatihan
nefrostomi
Melakukan pembahasan
dengan KPS
dan KSM untuk
membuat
rancangan model
phantom
Evidence Absensi rapat
inovatif dalam
pembuatan indikatorindikator terukur (adaptif, akuntabel)
Notulensi rapat
Dokumentasi rapat
Formulir soal (google form)
Output: Terciptanya
rancangan model
phantom
Saya akan membuat
model ginjal demi
meningkatkan
kualitas pelayanan
Pembuatan model
phantom AARM untuk
pelatihan nefrostomi
dengan
Melakukan pembuatan
model phantom untuk pelatihan nefrostomi
dengan
Evidence:
(Berorientasi pelayanan),
mengimplementasikan
nilai BerAKHLAK akan
mengimplementasikan
nilai BerAKHLAK akan
Absensi rapat
menghargai dan
berdedikasi kepada
berkontribusi terhadap
visi misi organisasi
memperkuat nilai-nilai
profesional, inovatif dan
Notulensi rapat
atasan dengan
menghargai setiap
terutama Meningkatkan
kualitas sumber daya
integritas
23
Membuat
model phantom
dengan bahanbahan
terjangkau dan
mudah didapat
Dokumentasi rapat
masukan dalam
pembuatan model (Loyal).
yang dapat mendorong
inovasi dalam rangka
meningkatkan daya saing
dan Mengembangkan
penelitian dalam bidang
Urologi yang bermutu, bertaraf nasional dan
internasional.
Output: terciptanya
model phantom
Dalam pembuatan
model phantom AARM
saya akan
Evidence:
Foto model phantom
bekerjasama sinergis
dengan kaprodi dan KSM
dan residen urologi (kolaboratif) dan
menjaga keselarasan
antara program studi
dan unit kerja (harmonis).
24
tentang
tindakan
nefrostomi dan pelatihan
nefrostomi
menggunakan model
phantom
Melakukan ujicoba model phantom dan
melakukan
validasi akurasi model
Output: Hasil ujicoba model
phantom tervalidasi
Tujuan pembuatan
model ginjal ini untuk
memfasilitasi residen
urologi untuk belajar
Evidence:
Hasil percobaan
model phantom
meningkatkan diri
(kompeten) dan juga
inovatif dalam
pembuatan model ginjal
terukur (adaptif, akuntabel)
Melakukan koordinasi
dengan bagian
diklat untuk
penggunaan
sarana RS
Output: Ijin dari bagian diklat
untuk penggunaan
ruangan
Saya akan menghargai dan berdedikasi
kepada atasan dengan
melibatkan dalam
kegiatan kuliah dan
Dengan mengadakan
kuliah umum dan
pelatihan nefrostomi
dengan
mengimplementasikan
Melakukan kuliah
umum tentang tindakan
nefrostomi dan pelatihan nefrostomi
Evidence:
Surat permintaan
penggunaan
ruangan
pelatihan serta
menghargai setiap
masukan (Loyal).
Bekerja Bersama-
sama dan sinergis
dengan unit lain demi
nilai BerAKHLAK akan
berkontribusi pada visi
dan misi organisasi yaitu
turut meningkatkan
kualitas pendidikan
menggunakan model phantom dengan
mengimplementasikan
nilai BerAKHLAK akan
memperkuat nilai-nilai
organisasi yaitu
kepemimpinan,
25
3 Kuliah umum
Melakukan
koordinasi
dengan KPS
untuk membuat
konten kuliah
Output: Terciptanya
materi kuliah
nefrostomi Evidence: Slide kuliah
nefrostomi
terselenggaranya
kegiatan pelatihan
(Kolaboratif)
urologi kepada peserta
didik
profesional, inovatif, tulus, unggul dan integritas
Saya akan membuat
materi kuliah dan
pelatihan merupakan
inovasi dalam
pendidikan residen
urologi (Adaptif) dan
bertanggungjawab
atas kepercayaan
yang diberikan oleh
pihak universitas untuk
turut mendidik residen
urologi (Akuntabel)
Meningkatkan kualitas
sumber daya yang dapat
mendorong inovasi dalam
rangka meningkatkan
daya saing
Mengembangkan good
department governance
dengan memperkuat
infrastruktur
kelembagaan (penguatan
manajemen dan sistem).
Melaksanakan
kegiatan
pelatihan diluar
jam pelayanan
RS agar tidak
Output:
Terselenggaranya
kuliah dan pelatihan
nefrostomi dengan
AARM
Saya akan membuat
kuliah umum dan
pelatihan nefrostomi
demi meningkatkan
kualitas pelayanan
26
4 Evaluasi hasil
tindakan
nefrostomi
pasca
pelatihan
nefrostomi
untuk mengetahui
mengganggu
pelayanan Evidence:
Surat undangan
kegiatan pelatihan
dan meningkatkan
kepuasan (Berorientasi pelayanan)
Saya akan saling
Dokumentasi
kegiatan pelatihan
peduli terhadap semua
peserta didik, bersikap
baik kepada semua
elemen yang berperan
tanpa membeda-
bedakan unit dan
latar belakang (Harmonis)
Merancang
formulir
evaluasi
kegiatan
Bersama
kaprodi dan
KSM
Output:
Rancangan Formulir
evaluasi nefrostomi
Akuntabel (bertanggungjawab
dengan kepercayaan
yang diberikan dengan
Kegiatan evaluasi hasil
tindakan nefrostomi
pasca pelatihan
nefrostomi dengan
Melakukan Evaluasi
hasil tindakan
nefrostomi pasca
pelatihan nefrostomi
Evidence:
Formulir
Hasil evaluasi
pelatihan nefrostomi
melakukan evaluasi
terukur, sehingga dapat
terus meningkatkan
pelayanan
mengimplementasikan
nilai BerAKHLAK turut
menguatkan visi dan misi
organisasi yaitu
untuk mengetahui
efektifitas pelatihan
dengan
mengimplementasikan
27
efektifitas
pelatihan menghargai dan
berdedikasi kepada
atasan dengan
menghargai setiap
masukan dalam evaluasi
pelatihan (Loyal).
Menyelenggarakan
pelayanan di bidang
kesehatan Urologi yang
bermutu, paripurna yang
berorientasi pada
kepuasan pelanggan dan
keselamatan pasien
nilai BerAKHLAK akan
memperkuat nilai-nilai profesional, inovatif, unggul dan integritas
Melakukan evaluasi indikator pada
setiap tindakan
nefrostomi
Output: Rekapitulasi data
evaluasi
Dalam proses evaluasi
bekerjasama sinergis
dengan kaprodi dan KSM
Evidence:
Formulir data yang
telah diisi peserta
dan residen urologi (kolaboratif) dan
menjaga keselarasan
antara program studi
dan unit kerja (harmonis).
Melakukan rekapitulasi
hasil evaluasi
dan membuat
Output: Kesimpulan hasil
evaluasi hegiatan
Evaluasi ini merupakan
inovasi yang
bermanfaat untuk terus
terus meningkatkan
Evidence:
kompetensi dan
28
kesimpulan
hasil evaluasi Formulir Hasil evaluasi
pelatihan nefrostomi
menghasilkan pelayanan
prima yang berorientasi
kepuasan pasien
(Adaptif, kompeten, berorientasi pelayanan )
29
Rancangan aktualisasi ini akan dilakukan mulai tanggal 22 Juni sampai dengan 27 Juli 2022
bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
Tabel 4.2 Jadwal Aktualisasi No Kegiatan
1 Identifikasi
tingkat
pengetahuan dan
indikator
keahlian
nefrostomi PPDS-
1 urologi tahap
Junior
2 Merancang dan
membuat model
phantom untuk
pelatihan
nefrostomi
3 Melaksanakan
kegiatan kuliah
umum tentang
tindakan
nefrostomi dan
pelatihan
nefrostomi
menggunakan
model phantom
30
4.3 Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi
Juli
Juni
IV I II III IV
4 Melakukan evaluasi hasil tindakan
nefrostomi pasca pelatihan
nefrostomi untuk mengetahui
efektifitas
pelatihan
4.4. Para Pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Aktualisasi
Para pihak yang terlibat dan perannya masing-masing dalam kegiatan aktualisasi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.3. Para Pihak dan Perannya dalam Aktualisasi
No Para Pihak Peran dalam aktualisasi
1 Mentor
Membantu mengidentifikasi isu, memberikan masukan pada setiap tahap kegiatan, mendukung terlaksananya program, dan memberikan koreksi dan evaluasi
Memberikan masukan dan feedback
terhadap identifikasi isu dan penerapan
2 Coach
nilai-nilai dasar ASN demi terwujudnya
smart governance selama pembuatan rancangan aktualisasi
31
3 Kepala Program Studi
Membantu koordinasi pembuatan indikator kemampuan nefrostomi dan Menyusun materi kuliah pengetahuan tentang
nefrostomi
4 Kepala SMF
Membantu koordinasi penyediaan fasilitas set nefrostomi, USG dan membantu koordinasi dengan diklat untuk peminjaman ruangan
Sebagai peserta pelatihan nefrostomi
5 PPDS
dengan menggunakan AARM
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Goodwin WE, Casey WC, Woolf W. Percutaneous trocar (needle) nephrostomy in hydronephrosis. Journal of the American Medical Association. 1955;157(11):891-4.
2. Regalado SP. Emergency percutaneous nephrostomy. Semin Intervent Radiol. 2006;23(3):287-94.
3. Zagoria RJ, Dyer RB. Do's and don't's of percutaneous nephrostomy. Acad Radiol. 1999;6(6):370-7.
4. Rizki AD T, Tjahjodjati. Percutaneous Nephrostomy Complications in Urolithiasis Patients at Hasan Sadikin Hospital Bandung, Dibacakan pada Annual Scientific Meeting IKABI ke-21. Medan. 2016. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2016.
5. Septian R, Kuncoro, A. Validation of affordable and applicable kidney phantom model (AARM) for ultrasound-guided percutaneous nephrostomy simulation. Indonesian Journal of Urology. 2020;27-1.
33