![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
1 minute read
Tabel 7. Penapisan Isu Berdasarkan APKL
memperpanjang harapan hidup, paliatif (mengurangi penderitaan) dan suportif (memperbaiki kondisi umum pasien).
Pelaksanaan kemoterapi yang direkomendasikan oleh ASCO/ONS Chemotherapy Administration Safety Standards (2009), secara umum menjelaskan pelaksanaan pemberian kemoterapi meliputi persiapan (tenaga medis, pasien, obat), pelaksanaan atau pengelolaan, monitoring dan evaluasi.
Advertisement
Setiap obat kemoterapi memiliki efek samping yang spesifik yang harus diwaspadai. Efek samping tersebut dapat ditentukan berdasarkan sisitem organ yang terkena, beratnya dan waktu terjadinya. Pada sel rambut mengakibatkan rambut rontok. Pada sumsum tulang mengakibatkan mudah terjadi perdarahan dan infeksi. Pada saluran cerna timbul mual muntah, anoreksia, dan ulserasi saluran cerna. Jaringan sel rambut, sumsum tulang dan saluran cerna termasuk jaringan tubuh normal yang cepar berproliferasi sehingga mudah terkena efek sitostasika. Efek samping obat dapat terjadi secara cepat (1-24jam) misalnya febris, hipertermia, reaksi alergi, ekstravasasi, mual dan muntah. Terjadi secara lambat (24-2 bulan) misalnya toksis pada paru, jantung, ginjal, hepar dan saraf.
Pemberian kemoterapi menjadi salah satu tindakan yang mengindikasikan perawat untuk melakukan pengkajian ulang risiko jatuh. Hal tersebut dikarenakan obat kemoterapi merupakan obat dengan kewaspadaan tinggi yang memiliki tahapan khusus / protokol pemberian tertentu yang dalam setiap tahapannya dapat mempengaruhi perubahan penilaian risiko jatuh terhadap pasien.
Berikut ini tahapan pemberian kemoterapi pada salah satu protokol kemoterapi regimen terapi target pada keganasan kepala leher (regimen Cisplatin+Paclitaxel). Pasien diberikan infus hidrasi NaCl 0,9% 1000 ml dalam 1 jam, kemudian diberikan premedikasi, kemoterapi Paclitaxel+ cisplatin +profilaksis, serta dilanjutkan kembali dengan hidrasi NaCl 0,9% 500ml dalam 30 menit. Saat pemberian kemoterapi dilakukan observasi sampai dengan 1 jam paska pemberian (Aroeman, Nur Akbar dkk. 2017).
Sebelum hidrasi cairan pasien dilakukan terlebih dahulu pemasangan infus sehingga tindakan tersebut telah mengubah skor variabel terapi intravena. Efek samping mual, muntah, merupakan efek samping yang yang lebih cepat timbul pada 1 jam pertama pemberian kemoterapi. Munculnya efek samping tersebut juga dapat mengubah variabel cara berjalan dan status mental pada pasien sehingga dapat meningkatkan skor penilaian risiko jatuh.