![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
8 minute read
Tabel 3.1.1 Penjelasan Butir SKP
BAB III LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI
3.1 Identifikasi Isu
Advertisement
Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai kondisi dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Hal yang tidak sesuai dalam SKP dapat berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP.
Tabel 3.1.1 Penjelasan butir SKP
No. Kegiatan Tugas Pokok Jabatan Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diharapkan
1 Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu, keluarga. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
3 Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif. Tidak ada data Tidak ada data
4 Melakukan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu. Belum optimalnya pemasangan gelang identitas tambahan pasien dengan resiko jatuh, alergi, dan DNR di ruang Fresia lantai 1. Terpasangnya gelang identitas tambahan pada pasien yang memiliki resiko jatuh tinggi dengan gelang kuning, alergi dengan gelang merah dan DNR dengan gelang ungu, sesuai SOP.
5 Melakukan support kepatuhan terhadap Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
intervensi kesehatan pada individu.
6 Melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, masyarakat. Belum optimalnya edukasi kesehatan lansia: senam lansia pada pasien lansia yang dirawat di ruang geriatri Fresia lantai 1 dengan dukungan keluarga. Terdapat media edukasi yang menarik sehingga memudahkan pasien lansia dapat mempraktekkannya sehingga pasien memiliki aktivitas yang bisa dilakukan selama dirawat di ruang geriatri.
7 Melakukan manajemen inkontinensia urine. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
8 Melakukan manajemen inkontinen faecal. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
9 Melakukan upaya membuat pasien tidur. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
10 Melakukan komunikasi teurapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan. Belum optimalnya mekanisme handover pergantian shift antar perawat di ruang Fresia 1. Terdapat inovasi efektifitas pelaksanaan hand over pergantian shift perawat dengan berbasis elektronik.
11 Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
12 Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care). Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
13 Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
14 Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonary artery, dan CVP. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
15 Memantau pemberian elektrolit konsentrasi tinggi.
16 Melakukan resusitasi bayi baru lahir. Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit pekat pada pasien di ruang Fresia lantai 1. Dilaksanakan sesuai SOP
Tidak ada data Tidak ada data
17 Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
18 Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
19 Melakukan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
20 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
21 Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
22 Menyusun laporan pelaksanaan tugas. Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Berdasarkan hasil dari environmental scanning sesuai dengan penjabaran butir SKP yang telah dilakukan di Ruang Fresia lantai 1 terdapat beberapa isu yang muncul, yaitu:
1) Belum optimalnya pemasangan gelang identitas tambahan pasien dengan resiko jatuh, alergi, dan DNR di ruang Fresia lantai 1 RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung.
Pemasangan gelang identitas pasien merupakan salah satu bagian dari IPSG atau International Patient Safety Goal yang merupakan sebuah standar yang diterbitkan oleh Joint Commission International (JCI) sebagai bagian dari standar kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien (Joint Commission International, 2013). Salah satunya adalah IPSG pertama yaitu mengidentifikasi pasien dengan benar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mencegah pasien pada kejadian yang tidak diharapkan. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 23 Mei 2021-10 Juli 2021 di ruang Fresia lantai 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah pada saat pasien baru datang ke rumah sakit, pasien diberikan gelang identitas sesuai dengan kriterianya yaitu pemasangan gelang identitas warna biru untuk pasien laki-laki, warna pink untuk pasien perempuan, warna kuning untuk pasien resiko jatuh, warna ungu untuk pasien Do Not
Resuscitate (DNR), warna merah untuk pasien dengan alergi obat. Dalam pelaksanaanya terdapat beberapa pasien yang gelang identitas tambahannya tidak terpasang dengan optimal pada pasien dengan resiko jatuh tinggi dengan nilai Morse Fall Scale > 45 ini terkait kurang tersedianya gelang identitas warna kuning di ruangan dan perawat hanya memberikan edukasi mengenai upaya pencegahan pasien jatuh pada keluarga untuk selalu memperhatikan bed rail tetap terpasang. Sedangkan dengan pasien alergi obat, ada beberapa pasien baru kurang memperhatikan keluhan alergi obat sehingga jarang terjadi, ada beberapa pasien yang mengeluh alergi dengan obat dan belum terpasang gelang identitas tambahannya. Pada pemasangan gelang warna ungu yaitu pasien DNR, pasien tidak terpasang gelang tersebut tapi dokter bersama perawat hanya memberikan informed consent kepada keluarga dengan bukti form DNR disetujui oleh keluarga pasien.
2) Belum optimalnya edukasi kesehatan lansia: senam lansia pada pasien lansia yang dirawat di ruang Geriatri Fresia lantai 1 dengan dukungan keluarga di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Ruang Geriatri Fresia 1 merupakan instalasi rawat inap yang menyediakan pelayanan kesehatan khusus pada pasien lansia. Pengelompokan usia lansia berdasarkan World Health Organization (WHO), yaitu: usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 tahun sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun. Berdasarkan data Rekam Medis jumlah pasien lansia yang berusia > 60 tahun yang dirawat di ruang Geriatri Fresia lantai 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember 2020 diperoleh sebanyak 158 pasien. Sedangkan rerata lama rawat pasien lansia yang dirawat (Average Length of Stay) diruang Geriatri Fresia lantai 1 sebanyak 46.3 % untuk LOS 1-6 hari, 34.8 % untuk LOS 7-14 hari, dan 18,9 untuk LOS > 14 hari. Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan pada pasien lansia dari tanggal 23 Mei sampai dengan 10 Juli 2021, pasien lansia yang dirawat sebagian besar memiliki status fungsional dengan ketergantungan total dan sebagian. Ketergantungan status fungsional pasien lansia menyebabkan keterbatasan aktivitas pada pasien lansia sehingga memunculkan tidak terpenuhinya ADL (Activity Daily Living) pada pasien lansia. Beberapa pasien mengatakan bahwa merasa jenuh karena tirah baring yang terlalu lama dan tidak ada aktivitas yang mampu dilakukan. Kurangnya aktivitas pada lansia menyebabkan menurunnya status fungsional pasien lansia yang dirawat di ruang geriatri dan berakibat pada kualitas hidup pasien lansia. Dimana menua atau memasuki usia lanjut bukanlah hal yang mudah bagi orang yang mengalaminya. Proses penuaan yang dialami pasien lansia membawa pengaruh yang cukup signifikan terhadap kualitas hidupnya. Hal ini dikarenakan menurunnya status fungsional dan kemampuan fisik, psikis dan kognitif lansia (Nugroho, 2012). Berdasarkan karakteristik yang ada pada lansia seperti menurunya fungsi dan kemampuan fisik, psikis dan kognitif menyebabkan kurang optimalnya pasien lansia dalam memahami edukasi tersebut karena
keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi lansia mencakup melemahnya tubuh, gerakan tubuh yang lambat dan kurang bertenaga, berkurangnya keseimbangan tubuh, menurunnya kapasitas memproses informasi, menurunnya kekuatan otot tubuh seperti kekuatan genggam tangan dan otot lengan serta menurunnya koordinasi gerak antar anggota tubuh. Banyaknya keterbatasan yang dialami lansia seringkali mengakibatkan penurunan mobilitas lansia yang kemudian disertai ketergantungan lanjut usia (Maryam, 2017). Edukasi kesehatan merupakan salah satu kegiatan atau usaha dalam menyampaikan pesan kesehatan kepada pasien lansia dan keluarga dengan harapan dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan status kesehatan lansia dapat terpantau dengan baik (Notoatmodjo, 2012). Metode penyampaian pesan dan informasi dalam edukasi pada pasien lansia juga harus memperhatikan keadaan lansia. Menurut Kholid (2014) mengatakan bahwa metode audio-visual merupakan metode yang paling efektif dan berkontribusi besar terhadap perilaku pasien lansia dengan memberikan rangsangan pada pendengaran, penglihatan dan perubahan perilaku. Berdasarkan hasil telusur pada unit promosi kesehatan mengatakan bahwa belum tersedianya media edukasi kesehatan yang berbentuk audiovisual untuk mempermudah pasien dan keluarga dalam mengakses informasi kesehatan lansia di RSUP Dr. Hasan Sadikin, khususnya edukasi kesehatan untuk memenuhi aktivitas fisik lansia yaitu senam lansia. Hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2021 dengan kepala ruangan Geriatri Fresia lantai 1, bahwa dalam pelaksanaanya media edukasi kesehatan yang mempermudah pasien lansia sangat dibutuhkan terkait kesulitan lansia mengakses informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien lansia dengan karakteristik pasien lansia yang kurang memanfaatkan media leaflet dan keterbatasan ruang gerak pasien lansia di rumah sakit sehingga memberikan dampak status fungsional pasien lansia. Kurangnya aktivitas akibat tirah baring menyebabkan pasien merasa bosan, sehingga membutuhkan sebuah inovasi dan aktivitas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pada lansia dengan paripurna. Aktifitas fisik yang teratur akan mempertahankan status fungsional lansia. Senam lansia merupakan alternatif aktivitas yang dapat dilakukan untuk lansia
dengan status kemampuan fungsionalnya kurang baik, karena dengan melakukan senam, lansia dapat mempertahankan kekuatan, ketahanan, dan kelenturan otot sehingga kemampuan fungsional akan lebih baik (Rusman, 2015). Penulis mengambil sebuah isu ”Optimalisasi Edukasi Kesehatan Lansia: Senam Lansia dengan Dukungan Keluarga di Ruang Geriatri Fresia Lantai 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.” Maka isu ini perlu diberikan penyelesaian agar pemberian edukasi kesehatan kepada pasien lansia dapat berjalan dan mampu memberikan informasi yang benar dan mampu dilakukan oleh pasien lansia. Sehingga proses penyembuhan dan perawatan yang dilakukan pasien dapat cepat teratasi atau tetap stabil serta tidak semakin memburuk.
3) Belum optimalnya mekanisme handover pergantian shift antar perawat di ruang Fresia 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Komunikasi efektif merupakan salah satu bagian dari IPSG atau
International Patient Safety Goal yaitu sebuah standar yang diterbitkan oleh
Joint Commission International (JCI) sebagai bagian dari standar kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien (Joint
Commission International, 2013). Teknik hand over merupakan bagian dari IPSG yang kedua yaitu meningkatkan komunikasi yang efektif. Handover (serah terima pasien) adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke pengasuh yang lain, termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktik berlisensi (Australian Medical Association, 2009). Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 23 Mei 2021 – 11 Juli 2021 di ruang Fresia lantai 1 bahwa pada saat pergantian shift perawat melakukan hand over pada perawat yang akan bertugas selanjutnya dengan membacakan catatan-catatan penting untuk pasien yang masih tertulis di buku catatan operan perawat. Catatan yang ditulis di buku operan merupakan faktor pendukung perawat untuk mempermudah perawat. Sedangkan dalam pelaksanaan dokumentasi perawat saat ini sudah mengaplikasikan e-medical record (masa percobaan), dikarenakan masa percobaan EMR penggunaan hand over dengan teknik SBAR berbasis elektronik belum tersedia. Sehingga mekanisme hand over yang dilakukan