2 minute read

Tabel 3.2 Dampak Isu Sesuai SKP

dengan riwayat pemakaian kateter lama, pasien dengan inkotinensia urine dan pada pasien post operasi. Melalui latihan, pasien diharapkan dapat merasakan dan menahan sensasi berkemih yang sebelumnya tergantikan dengan adanya kateter urine. Pada pelaksanaannya di ruangan Alamanda, masih ada pasien post histerektomi radikal dengan riwayat pemasangan kateter yang belum teredukasi tentang penerapan bladder training. Hal ini dapat menyebabkan risiko terjadinya inkontinensia urine pada pasien atau biasa dikenal dengan istilah mengompol

2. Belum adanya SPO Bladder Training pada pasien post histerektomi radikal di ruangan Alamanda

Advertisement

Berdasarkan hasil kajian situasi di ruangan Alamanda pada tanggal 12-25 Agustus 2021, data yang ditemukan adalah pasien yang menggunakan kateter sebagian besar adalah pasien post operasi histerektomi radikal, pasien dengan riwayat partus, baik spontan karena indikasi retensio urine maupun dengan section caesarea, pasien gravida dengan rawat konsevatif, dan pasien-pasien kanker seperti ca vulva, ca serviks maupun ca ovarium. Pelaksanaan Bladder Training pada pasien post histerektomi radikal sudah dilaksanakan oleh beberapa perawat dan bidan yang bertugas namun belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat dari belum adanya keseragaman mengenai teknik pelaksanaan bladder training, terutama pada pasien-pasien post histerektomi radikal yang memiliki riwayat penggunaan kateter lama, didukung dengan belum adanya SPO Bladder Training pada pasien post histerektomi radikal di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

3. Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi

Berdasarkan hasil observasi di ruangan Alamanda didapatkan hasil bahwa pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi belum optimal dilakukan. Hal ini disebabkan karena belum adanya SPO dan formulir pemantauan elektrolit konsentrasi tinggi.

4. Belum optimalnya pelaksanaan ektravasasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Alamanda, pelaksanaan ekstravasasi belum dilakukan secara optimal, karena harapannya perawat dan

12

bidan yang bertugas lebih mengutamakan pencegahan terlebih dahulu sebelum ditetapkannya tatalaksana ekstravasasi. Di ruangan pun belum ada SPO dan form pemantauan ekstravasasi.

3.2. Penapisan Isu

Isu-isu yang muncul perlu dilakukan penapisan dengan penetapan kriteria isu. Teknik yang dilakukan yaitu menentukan apakah isu tersebut memenuhi kriteria APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak) atau tidak. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Layak artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Tabel 3.3 Penapisan Isu Berdasarkan APKL

No.

Isu

1. Belum optimalnya penerapan edukasi bladder training pada pasien post histerektomi radikal di ruangan

Alamanda 2. Belum adanya SPO bladder training pada pasien post histerektomi radikal di ruangan Alamanda 3. Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi 4. Belum optimalnya pelaksanaan ekstravasasi

A P K L HASIL

+ + + + +

Dari hasil penapisan tersebut, didapatkan 3 isu, yaitu:

1. Belum optimalnya penerapan edukasi bladder training pada pasien post histerektomi radikal di ruangan Alamanda 2. Belum adanya SPO bladder training pada pasien post histerektomi radikal di ruangan Alamanda 3. Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi

Dari ketiga isu tersebut, dilakukan penapisan kembali dengan menggunakan metode USG (urgency, seriousness, growth). Urgency adalah seberapa mendesak isu harus dibahas, dianalisa, dan ditindaklanjuti. Seriousness adalah seberapa serius suatu isu harus dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth adalah seberapa besar

13

This article is from: