4 minute read

Cerpen Kebahagiaan yang Dinanti

Kebahagiaan yang Dinanti

Oleh: Andi Muthi’ah Thifal Ilustrasi: Pinterest

Advertisement

Arunika, remaja biasa yang selama hidupnya tidak mengenal siapa ayahnya dan hanya hidup berdua bersama ibunya. Menjalani kehidupan seperti remaja pada umumnya yang berangkat sekolah kemudian mengerjakan tugas dan terkadang keluar bersama teman-temannya. Berusaha untuk menjadi remaja biasa yang lulus dari SMA dengan nilai yang baik, serta masuk ke Universitas impian dan mendapatkan pekerjaan. Sesederhana itu kehidupan yang diinginkan olehnya.

Kehidupan SMA yang biasa saja telah dilaluinya, kini Arunika tinggal mempersiapkan dirinya untuk masuk ke Universitas pilihannya. Dia yakin dengan nilai yang dimiliki dapat masuk ke jurusan pilihannya, namun takdir berkata lain, Arunika tidak diterima di jurusan pilihannya. Hal itu membuatnya terpuruk dan mengurung dirinya dalam kamar. Ibunya berusaha untuk menenangkan anaknya yang sedang dalam masalah itu.

Arunika masih dengan jelas mendengar suara ibunya dibalik pintu kamar, sedang membujuknya untuk keluar. Sampai saat dia mendengar suara langkah kaki ibunya yang menjauh dan terdengar suara barang pecah membuatnya loncat dari atas kasur terburu-buru mencari ibunya. Yang pertama kali dilihat oleh Arunika ketika telah menemukan ibunya adalah ibunya sedang memeluk seorang pria dengan rahang dan pipi tegas, mata tajam, tubuhnya kekar dan gagah meski rambutnya sebagian telah memutih, namun kharisma yang dipancarkan sangat kuat.

Menyadari kehadiran anaknya, Hana melepas pelukan pria tersebut dan membujuk Arunika untuk mendekat.

“Runi, ayahmu sudah pulang, Ntak.” sambil tersenyum bahagia, ibunya melepas pelukan suaminya dan menghampiri putrinya. Mendengar hal tersebut, Arunika berlari menuju kamarnya, membanting pintu dengan keras dan menguncinya. Melihat penolakan yang diterima, Adnan hanya melihat nanar pintu kamar yang dimasuki oleh Arunika.

“Tak apa, dia masih butuh waktu lagi. Pikirannya saat ini tidak tenang karena gagal masuk Universitas pilihannya dan kamu harus menceritakan kenapa kamu menghilang selama hampir 18 tahun.” ucap Hana menenangkan suaminya yang dibalas dengan anggukan oleh Adnan.

Sebelumnya, pernikahan Adnan dan Hana tidak mendapat restu dari sang ayah, membuat pernikahannya melalui banyak masalah. Adnan menceritakan tentang ayahnya yang marah karena tahu bahwa istrinya hamil dan mengancamnya, jika dia tidak mewarisi perusahaan keluarganya dan tetap menemui istrinya, ayahnya akan membunuhnya. Maka dari itu untuk menyelamatkan keluarganya, dia rela tidak bertemu istri dan buah hatinya. Setelah beberapa tahun kesehatan ayahnya melemah dan beberapa minggu yang lalu meninggal dunia. Adnan memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda dan menemui keluarganya.

Keesokan harinya, Arunika melihat ayahnya sedang bercengkrama dengan ibunya, membuatnya yang hendak sarapan jadi tidak nafsu lagi. Ketidaksukaan Arunika terlihat jelas dari tingkah lakunya ketika bertemu dengan ayahnya, namun Adnan tetap sabar menanti putrinya untuk menerima kehadirannya kembali.

Dalam kamar, Arunika menangis karena tidak bisa masuk ke perguruan tinggi impiannya dan menangisi kedatangan ayahnya yang setelah sekian tahun baru muncul dan tidak memberikan penjelasan kepadanya. Masih dalam keadaan bersedih, terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya disusul suara ayahnya yang meminta masuk. Buruburu ia mengelap bekas tangisnya dan dengan sedikit terpaksa Arunika membuka pintu kamarnya.

Agak canggung awalnya, namun Adnan berusaha mencairkan suasana dalam kamar itu. Dimulai dari permintaan maafnya kepada Arunika karena baru bisa muncul setalah bertahuntahun lamanya, ungkapan rasa bahagianya atas yang teramat besar karena melawati pertumbuhan putrinya. Adnan berbicara panjangdan lebar kepada anaknya, menuangkan perasaan yang dia pendam sendiri selama 18 tahun lamanya. Dan Arunika hanya mendengarnya, tidak memberikan respon terhadap apa yang diungkapkan ayahnya.

Melihat Arunika yang tidak memberikan respon, Adnan mengakhiri ceritanya dengan mengecup kepala anaknya sambal berkata maaf dengan lirih. Setelah menutup pintu, barulah Arunika menumpahkanair matanya, dia menangis bukan karena membenci ayahnya, justru sebaliknya, dia membenci dirinya yang tidak bisa memafkan ayahnya.

Untuk meredam kesedihannya, Arunika mengambil novvel yang berjudul Sunset Bersama Rosie karya Tere Liye dan membacanya hingga larut malam. Dalam novel tersebut terdapat bacaan yang menyentil hati kecilnya, “

Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan.

Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.

Kutipan dalam novel itu mirip dengan permasalahan yang dialaminya saat ini.

Setelah membaca itu, Arunika melaksanakan sholat istikharah berharap Allah memberikannya petunjuk. Setelah selesai berdoa, dia memutuskan untuk bertemu ayahnya. Terdengar suara ayahnya dikamar ibunya, saat hendak mengetuk pintu, gerakan tangannya terhenti. Dia mendengar ayahnya yang menangis sambil menyebut namannya. Mendengar hal itu, Arunika ikut menangis di depan kamar ibunya hingga membuat kedua orang tuanya keluar melihat putri semata

wayangnyatersebut. Mereka kaget karena melihat Arunika ada didapan kamarnya, dan lebih kaget lagi karena melihatnya dalam keadaan menangis.

“Maafkan Runi, Yah, Runi sudah menyakiti perasaan ayah, Runi sudah berdosa. Sesungguhnya Runi tidak membenci ayah, tapi lebih membenci diri sendiri karena masih belum bisa memaafkan ayah.” sambil terisak Arunika mengungkapkan rasa bersalahnya. Melihat putrinya yang menangis, mereka pun ikut menangis. Pada malam itu mereka saling mengungkapkan perasaannya dan saling menerima serta memaafkan satu sama lain.

Hari demi hari mereka lewati dengan penuh bahagia. Keluarganya memutuskan menetap dikampung halaman ayahnya karena bisnis ayahnyayang tidak bisa ditinggalkan lebih lama lagi. Keluarga ayahnya pun menyambut mereka dengan hangat, karena kakeknya yang sangat menentang yang tidak bisa ditinggalkan lebih lama lagi. Keluarga ayahnya pun menyambut mereka dengan hangat, karena kakeknya yang sangat menentang pernikahan kedua orang tua Arunika telah tiada jadi mereka bisa hidup tanpa ada rahasia-rahasia lagi.

Tak terasa tiba hari pendaftaran mahasiawa baru. Setelah berusaha lebih keras lagi di bawah bimbingan sang ayah, Arunika akhirnya diterima di Universitas Internasional dan mendapatkan beasaiwa penuh. Hal tersebut membuat Arunika dan keluarganya merasa sangat bahagia.

This article is from: