Buletin Kinasih #8

Page 1

Edisi VIII | 24 Halaman


LENSA KINASIH

Yang Layak Diperhatikan dan Yang Layak Dicaci Gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja. Gangguan mental bukan hanya berarti gila, atau lazimnya orang yang berkeliaran di jalanan dengan badan dekil dan tak terurus, tanpa tujuan dan kerap tertawa atau menangis sendiri. Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak dapat diketahui secara pasti. Penyebab itu bisa dari faktor genetik, efek tekanan lingkungan, maupun dipelajari sendiri oleh si individu dan biasanya terdeteksi dari sudut pandang kebiasaan atau budaya. Kesehatan jiwa patut mendapat penanganan yang tepat dan serius. Tidak hanya dari pihak medis tapi juga dari orang-orang terdekat. Mereka yang menderita gangguan kejiwaan adalah juga saudara kita, mereka berhak mendapat respek dan perlakuan yang sama seperti orang normal, daripada celaan atau tertawaan. Mereka juga berhak memperoleh kesembuhan dan kehidupan yang lebih baik. Tampaknya pemerintah pun tahu itu, dan tahun ini ada RUU Kesehatan Jiwa yang diprioritaskan di DPR. Tapi belum disahkan pun, RUU ini sudah rentan akan penyalahgunaan. Pasal-pasal yang multitafsir dan berbelit-belit dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh para koruptor agar kebal hukum. Wah. Ya berarti sudah jelas siapa yang jiwanya terganggu. (red)

Pemimpin Umum/ Penanggung Jawab: Nurcahyo Triatmojo

Pemimpin Redaksi: Maria Natasha Poetridjaman

Editor:

Ridwan Sobar, Dian Ihsan Siregar

Staf Redaksi:

Sherly Febrina, Nanda Fitri

Tata Letak: Bayu Adji P

Alamat Redaksi:

Jl. Raya Lenteng Agung No. 32, Jakarta Selatan

E-mail:

buletin.kinasih@yahoo. com

Blog:

bulletinkinasih.blogspot. com

Twitter:

@TeaterKinasih


KLIMAKS

Mental Besar, Karya Besar

Orang dengan gangguan jiwa lazimnya dianggap mengganggu, harus mendapat tindakan khusus di rumah sakit jiwa, bahkan di beberapa tempat dipasung. Namun penelitian di Eropa telah membuktikan bahwa orang yang jenius memiliki cara kerja otak yang sama dengan orang yang memiliki gangguan jiwa. Penelitian tersebut membuktikan bahwa ada cara kerja yang sama dari sistem dopamin di otak orang gila dengan orang jenius. Dopamin adalah zat neotransmitter yang terdapat pada otak yang menerima rangsangan informasi dari luar dan menyampaikannya dari satu syaraf ke syaraf lainnya. Dopamin yang berlebihan dapat menyebabkan skizofrenia dan parkinson. Banyak legenda besar dunia menjadi korban gangguan kejiwaan. Sebut saja MichaeLangelo, pelukis yang karya besarnya diabadikan di Kapel Sistine, mengidap kelainan bipolar, yang ditandai dengan perubahan mood yang ekstrim, berupa depresi dan mania. Hal ini tampak pada lukisannya yang depresif. Begitu juga dengan Isaac Newton, ilmuwan besar dunia ini diyakini oleh para sejarawan mengidap gangguan bipolar dan autisme. Namun gangguan itu tak menghentikannya untuk menghasilkan temuan besar yang mengubah dunia. Tampak bahwa ada korelasi yang positif antara gangguan jiwa dengan kreativitas. Orang dengan dopamin, zat yang membantu menyebar rangsangan di otak, yang tinggi mampu menerima informasi dari luar dan mengelolanya menjadi suatu karya. Hal ini membuktikan memang


KLIMAKS ada kesamaan antara cara kerja otak jenius dengan orang gila, salah satunya adalah kemampuan berpikir out of the box. Berpikir out of the box, merupakan salah satu indikasi kemampuan otak yang tidak utuh, demikian dikutip dari pendapat Dr. Fredrick Ullen, yang meneliti cara kerja otak si gila dan si jenius. Kondisi depresif yang dialami para jenius menyebabkan mereka mengalami tekanan mental sehingga melakukan usaha bunuh diri. Vincent van Gogh, pelukis pasca-ekspresionis Belanda adalah salah satu diantaranya. Ia menderita sindrom bipolar, pernah memotong daun telinganya sendiri dan mengakhiri hidupnya dengan menembakkan sebuah pistol revolver ke arah jantungnya sendiri di usianya yang ke-37. Dibalik gangguan apapun yang diderita seseorang, tetap ada kemampuan yang luar biasa yang menunggu untuk disalurkan. Banyak sastrawan dan seniman besar yang mengalami depresi pernah mengatakan bahwa kreativitas mereka dipicu oleh kondisi emosi, amarah, kekecewaan, kesedihan, dan kesepian. Mereka berjuang mengatasi keadaan jiwa yang berantakan itu dengan berbagai

“Dibalik gangguan apapun yang diderita seseorang, tetap ada kemampuan yang luar biasa yang menunggu untuk disalurkan.� cara. Umumnya perjuangan mereka berakhir dengan tindakan penyalahgunaan obat, alkohol, atau narkotika. Belajar dari kisah hidup para legenda tadi, selalu ada teratai cantik yang bisa tumbuh di air telaga yang kotor. Selalu ada karya meskipun dari pribadi yang tak sempurna. Karya besar yang lahir dari orang-orang hebat ternyata memiliki proses yang tidak selalu sempurna, karena bersentuhan dengan gangguan-gangguan mental tadi. Kondisi mental yang rapuh malah memberikan sensitivitas lebih bagi mereka untuk menuangkan kegelisahan dan ketakutan mereka secara sadar menjadi sebuah karya yang abadi. (BuKin/MNP)

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ


VOKAL

UPDATE MENTAL STATUS JEJARING SOSIAL STOP aktifitas meng-update status di sosial mediamu. Tahan sejenak. Bersiaplah mengubah sudut pandangmu. Update status di jejaring sosial merupakan sebuah kewajiban baru sebagian besar khalayak. Menjadi sesuatu yang lebih penting daripada makan, bahkan sembahyang. Fenomena luar biasa! Begitu banyak pembahasan mengenai fenomena jejaring sosial belakangan ini. Mulai dari manfaat-mudharat hingga fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahasannya tak berkembang. Muaranya menghilang. Setiap pihak merasa perlu menjadi pahlawan. Merasa perlu untuk ditanggapi. Segala sesuatu di dunia ini toh ada hitam-putih, positifnegatif. Tergantung bagaimana kita menyikapi. Bicara mengenai jejaring sosial berarti bersinggungan langsung dengan komunikasi. Konten dari status tersebut merupakan Isi Pesan (IP) yang mengandung motif komunikasi. Sederhananya setiap status yang kita lontarkan tentu memuat maksud tertentu. Sedangkan dari maksud itu sendiri tentua memiliki prioritas. Ada yang tergolong sangat penting, penting, kurang penting dan tidak penting. Ada peribahasa mengatakan, burung dinilai dari kicaunya, manusia dinilai dari kata-katanya. Banyak yang bilang untuk mengetahui sifat atau karakter seseorang sekarang ini sangatlah mudah. Tinggal lihat status-status di jejaring sosialnya saja maka kita akan tahu kadar orang tersebut. Artinya dari pesan yang disampaikan orang itu dalam berkomukasi bisa diketahui kualitas mentalnya. High-class, middle-class, atau low-class. Jadi kelas seseorang bukan lagi ditentukan dari isi dompet melainkan mental berkomunikasinya. Bila kita cermati kebanyakan IP dari status tersebut tidak memiliki motif yang jelas. Nilai informasinya remeh. Sekedar curhat, mengomentari sesuatu


VOKAL

yang bukan kapasitasnya, atau hanya memberi tahu sedang makan tahu gejrot di pinggir jalan bersama pacar. Tidak ada pentingnya buat orang lain. Pertanyaannya, apa motifnya? Ingin diperhatikan! Menurut Soren Aabye Kierkegaard (1813-1856), seorang filsuf, teolog dan psikolog ada tiga tahap dalam eksistensi manusia, dan pilihan kita menentukan pada tahap mana kita berada. Tahap tersebut ialah estetis, etis dan religius. Golongan Estetis adalah orang-orang yang hidupnya didedikasikan hanya untuk mencari kesenangan, mencari pemuas nafsu dan mencari popularitas serta haus pengakuan orang lain. Golongan Etis memiliki pedoman hidup serta tidak lagi tergantung pada masyarakat dan zamannya. Ia akan berani mengatakan tidak pada suatu trend jika tren tersebut tidak sesuai dengan pandangan hidupnya. Dan tahap tertinggi adalah Religius. Dimana Tuhan adalah tujuan dari eksistensi manusia. Sebagaimana perkataan orang terdahulu, hidup adalah pilihan. Dan kualitas mental seseorang ditentukan pada pilihannya. Maka sebelum meng-update status jejaring sosial, update dulu mentalmu. (BuKin/RS)


NASKAH

LAST NIGHT WAS Oleh: Sherly Febrina Di lobby sebuah hotel duduklah seorang lelaki tampan berkemeja dan jeans hitam di sebuah sofa berwarna krem yang sedang sibuk dengan sesuatu yang ia kerjakan di laptopnya. Matanya yang tajam menatap lurus ke layar laptopnya. Sesekali mengerutkan dahinya dan kadang wajahnya menunjukkan bahwa apa yang dilihatnya di layar laptop itu menarik. Kemudian datanglah seorang perempuan cantik yang berjalan ke arah sofa di mana lelaki itu duduk. Ia memakai gaun mini berwarna hitam dengan kalung choker dan stiletto heels berwarna senada. Rambutnya berwarna hitam dengan potongan bob. Dengan anggun ia berjalan menuju sofa. Namun naas, karena ketika sedikit lagi ia akan mencapai sofa, ia terpeleset dan jatuh di depan lelaki yang sedang sibuk dengan laptopnya. “Eeeh... Aduh!” “Eh mbak, hati-hati!” kata lelaki itu setelah menyingkirkan laptop dari pangkuannya.

sampai akhirnya memecahkannya.

perempuan

itu

“Viola.” kata perempuan itu sambil menyodorkan tangan ke arah lelaki yang sedang sibuk dengan laptopnya. “Hah?! Ooh! Erik.” kata lelaki itu menjabat tangan Viola. “Senang berkenalan denganmu. “ kata Viola sambil melepas genggaman tangannya di tangan Erik. Kembali hening. “Lagi nunggu seseorang atau yang lain?” tanya Viola. “Enggak. Lagi ganti suasana aja. Sesekali main-main di lobby hotel, gak di kamar.” kata Erik tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari laptopnya. “Ke sini untuk working atau relaxing?” tanya Viola lagi. Kali ini sambil memberikan senyum terbaiknya.

“Relaxing. Tapi apa daya. Pekerjaan itu seperti hantu. You can run but you can’t hide. Di mana pun aku berada, “Iya gak papa mbak.” kata lelaki itu untuk keperluan apa pun, tetep aja sambil membantu perempuan itu kerjaan dateng. Dan harus dikerjakan untuk duduk. secepatnya.” kata Erik yang akhirnya mengalihkan pandangannya dari Setelah perempuan itu duduk, laptop. lelaki itu kembali sibuk dengan laptopnya sementara perempuan itu Setelah berhasil mengalihkan membersihkan kaki dan membereskan perhatian Erik dari laptopnya, Viola gaunnya yang sedikit berantakan. mulai mengajak Erik ngobrol. Tidak Terjadi keheningan yang cukup lama lagi basa-basi namun kini mereka “Aduh maaf ya...”


NASKAH saling bercerita mengenai apapun. Tentang pengalaman mereka, tentang diri mereka, dan sedikit hal pribadi. Perlahan Erik terlihat mematikan laptopnya dan memasukkannya ke sarung laptop yang berada di sampingnya lalu mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Viola. Sementara itu Viola pun mengganti posisi duduknya agar menjadi lebih dekat dengan Erik. “Jadi sebenernya kamu lagi nunggu temen?” tanya Erik. “Iya. Katanya dia mau jemput aku di sini. Kita mau dateng ke sebuah pesta di pinggir pantai malam ini. Tapi kayaknya dia bohong. Udah di telpon, tapi handphone nya gak aktif. Makanya aku ke sini buat netralin emosi aku dulu supaya aku bisa ambil keputusan dengan akal sehat.” jawab Viola. “Maksudnya?” tanya Erik bingung. “Iya. Jadi aku bisa mutusin kemana aku akan pergi abis dari sini. Kalo aku mau ikutin emosi aku tadi, aku pasti udah ada di bar dan minum sampai mabuk buat ngilangin bete.” jawab Viola sambil tersenyum. “Ooh begitu? Iya juga sih ya. Kita emang gak boleh ngambil keputusan dalam keadaan emosi. Bisa nyesel seumur hidup kalo ternyata keputusan yang diambil tuh ternyata berdampak buruk buat kita. Ending-nya gak keren deh nantinya.” kata Erik. Viola dan Erik terus mengobrol hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 00.30. “Sepertinya aku harus pergi sekarang.” kata Viola.

“Memangnya mau ke mana?” tanya Erik. “Pulang” jawab Viola sambil menggesturkan tanda petik dengan jarinya. “Kenapa pulangnya pake petik?” tanya Erik lagi.

tanda

“Karena pulangku gak sama dengan pulangnya orang-orang kebanyakan.” jawab Viola sambil tertawa. “Hah?! Emang rumah kamu di mana?” tanya Erik. “Rumahku di hati semua orang yang aku temui.” jawab Viola dengan senyum penuh arti. Erik hanya diam saja mengerutkan dahinya.

sambil

“Aku harus pergi sekarang.” kata Viola sembari bangkit dari sofa. “Tunggu!” kata Erik sambil menarik tangan Viola, “Karena aku gak tau persis di mana letak tempat tinggalmu. Entah jauh atau dekat. Sebaiknya kamu menginap saja bersamaku malam ini. Aku gak bisa ngebiarin kamu berjalan sendirian di luar malammalam begini. Di luar itu berbahaya. Banyak serigala-serigala liar yang akan menerkammu dengan buas bila kamu sedang tidak beruntung malam ini.” Viola menatap Erik sambil berpikir. “Tenang aja. Aku gak akan melakukan hal-hal aneh ke kamu. Aku akan tidur di sofa. Di bathtub kalo perlu.” kata Erik. Dan Viola pun tertawa karena itu.


NASKAH “Well, aku sedang merasa beruntung malam ini. Jadi aku yakin aku akan aman-aman aja kalo pun aku berada di jalanan malam ini. Tapi tawaranmu boleh juga. Jadi aku gak perlu mencari hati untuk kusinggahi malam ini.” kata Viola sambil mengerling manja. Erik membalasnya dengan senyuman dan langsung menggandeng Viola menuju kamar tempatnya menginap di hotel itu. Sepanjang perjalanan, mereka masih saja bercanda. Tentang ini dan itu. Orang-orang yang kebetulan berpapasan dengan mereka atau mereka lewati pasti akan berpikir kalau mereka adalah sepasang kekasih. Padahal mereka baru saling kenal beberapa jam saja. Akhirnya mereka sampai di kamar Erik. Setelah melepas sepatu, mereka pun duduk di sofa dan kembali ngobrol. “Ya ampun Erik, ternyata kamu lucu juga ya orangnya. Aku kira kamu tuh tipikal cowok serius yang kaku loh!” kata Viola sambil tertawa. “Aku juga pertamanya ngira kamu tuh jaim. Ternyata,wah, jauh banget dari ekspektasi aku.” Mereka terus mengobrol dan bercanda hingga akhirnya posisi mereka pun semakin mendekat satu sama lainnya. Mereka sudah tidak hanya saling mengobrol, tetapi juga sudah mulai saling bersentuhan.

bahunya. “Aku juga ngerasa gitu. Hmm, sepertinya malam ini aku pulang ke hati yang tepat.” kata Viola sambil menyentuh dada Erik. Dan mereka pun saling memandang dengan tatapan penuh arti. “Aku pulang malam ini, bisakah kau bukakan pintunya untuk ku?” bisik Viola tepat di telinga Erik. Erik hanya tersenyum sampai akhirnya Viola mencium bibirnya. Di tengah malam penuh gelora itu, Viola pulang ke hati Erik, orang yang baru dikenalnya 3 jam lalu. Keesokan paginya Erik terbangun karena sinar matahari yang menyorot wajahnya. Ia bangun dengan tubuh yang hanya ditutupi selimut. Ia pun kaget karena tidak melihat Viola di sekitarnya. Ia turun dari kasur dan memakai celananya yang terserak di lantai dan mengambil kemejanya yang tergeletak di sofa. Lalu Erik ke kamar mandi untuk mengecek apakah Viola ada di sana. Ternyata kamar mandinya pun kosong. Tak ada Viola di kamar mandi. Viola seolah hilang bersamaan dengan waktu yang dihabiskan dengannya semalam.

Akhirnya Erik membuat secangkir kopi dan meminumnya di kursi dekat jendela sambil berusaha mengingat apa yang terjadi semalam hingga ia “Aku gak tau ini cuma perasaan aku bangun tanpa sehelai benang pun aja atau gimana. Tapi lama-lama pagi ini. Ketika menaruh cangkir kopi kok aku ngerasanya kayak kita udah di meja sebelahnya, Erik pun melihat kenal lama ya? Aku gak ngerti deh. selembar surat yang dilipat tergeletak Atau mungkin dulu kita emang akrab di atas meja. Ia membaca surat itu, ato gimana gitu. Entahlah.” kata Erik tersenyum penuh arti, melipatnya, dengan kepala Viola yang berada di dan menghabiskan kopinya.


NASKAH

MELODI JALANAN Oleh: Sherly Febrina

Panasnya siang Serta dinginnya malam Tak dihiraukan Mreka bernyanyi Demi sesuap nasi Dan hidup mrek Mreka bernyanyi Lagu-lagu yang unik Dan menggelitik Tinggal di jalan Buat mreka kreatif Bikin melodi Mreka bernyanyi Melodi demi melodi Melodi jalanan


TENTANG LAYAR

Idealisme VS Komersialisme Suatu kabar yang menggembirakan datang dari para sineas negeri. Betapa tidak, hampir setiap bulannya selalu ada film-film karya anak bangsa yang menghiasi layar bioskop. Namun, sayanganya masih banyak diantara film-film tersebut yang jauh dari kualitas. Banyaknya produser yang hanya membuat film untuk memenuhi keinginan konsumen dan bukan menyajikan film yang sarat akan kritis dan edukasi. Sebagai contoh maraknya film horor “dalam negeri� yang dibumbui cerita seks atau komedi. Pasalnya, dalam film tersebut selalu ada adegan yang berbau pornografi. Misalnya roh yang gentayangan karena mati diperkosa. Namun yang mendapat porsi banyak disini bukanlah gentayangannya, tapi bagaimana ia diperkosa. Hal ini sangat kontras dengan UU No. 33 tahun 2009 tentang perfilman pasal 6 yang menyebutkan bahwa film dilarang mengandung unsur pornografi, SARA, dan tindak kekerasan serta penyalahgunaan zat-zat psikotropika. Dalam pasal 4 juga disebutkan tentang fungsi perfilman. Yaitu, perfilman mempunyai fungsi budaya, pendidikan, hiburan, informasi, pendorong karya kreatif, dan ekonomi. Namun dewasa

ini yang banyak dipakai hanya untuk kepentingan hiburan dan ekonomi. Menurut Naldy Nazar Haroen-Sutradara Film Bukan Cinta Biasa-berbisnis di bidang seni memang tidak boleh terlalu idealis. Namun, para produser tetap harus mengedepankan kualitas, bukan kuantitas, agar karyakarya seni para produser dan sutradara tetap dihargai masyarakat. Hal inilah yang mungkin mendorong Jose Purnomo untuk kembali berkarya dengan membuat film horor yang menyuguhkan atmospheric horror dan bukan sex horror. “Atmospheric horror yang diusung bukan melulu soal penampakan, cerita dan logikanya juga harus kuat. Contohnya pintu yang terbuka sendiri sudah bisa menimbulkan kesan seram, Pada intinya saya ingin buat film horor yang berkualitas,� pungkas Jose. Terlepas dari masalah idealisme sutradara ataupun komersialisme yang ingin dicapai dalam sebuah produksi film, kitalah sebagai penikmat film yang harus cerdas memilih tontonan apa yang sesuai dan memberikan nilai edukasi bagi kita, bukan hanya sekedar sebagai media hiburan. (BuKin/NFS)


HALAMAN FOTO

Dualisme Kekuasaan Minang Komunitas hitam putih mengusung lakon “Tangga� di Sanggar Baru TIM, Selasa 25 September 2012. Tangga menjadi properti utama yang dieksplor oleh para pemain, dimultitafsirkan menjadi keranda mayat, egrang, rel kereta api dan lain-lain. Tangga juga menyimbolkan dualisme kekuasaan di Minangkabau, yang bisa berjalan beriring tanpa bersinggungan, seperti rel kereta.


HALAMAN FOTO

Tangga menjadi properti utama yang dieksplor oleh para pemain, dimultitafsirkan menjadi keranda mayat, egrang, rel kereta api dan lain-lain. Tangga juga menyimbolkan dualisme kekuasaan di Minangkabau, yang bisa berjalan beriring tanpa bersinggungan, seperti rel kereta.


SPOTLIGHT

Soal Teater Kampus

Oleh: Nosa Normanda Teater kampus (TK) adalah teater manajerial juga produksi pementasan komunitas kampus yang anggota- harus mulai dari nol lagi. Ini membawa anggotanya adalah civitas akademika. kita kepada masalah kedua: regenerasi. Bisa mahasiswa, alumni, dosen atau bahkan office boy atau satpam atau Regenerasi pedagang kantin kampus. Konsep ini Teater komunitas biasanya berakhir tidak dipakai di semua TK. Beberapa TK ketika patronnya meninggal dunia. ada yang membatasi anggotanya menjadi Kelompoknya hancur begitu yang mahasiswa saja atau mahasiswa dan memegang kekuasaan tunggal juga alumni saja. selesai. Ini masalah yang paling sering mereka hadapi dan beberapa teater Namun pada dasarnya TK mirip teater komunitas berusaha mati-matian untuk komunitas. Dia terdiri dari orang- regenerasi dan rela mengambil resiko orang yang ada dalam ruang tertentu. turunnya kualitas pementasan selama Teater komunitas terdiri dari keluarga, masa regenerasi terbentuk. tetangga, atau komunitas yang terbuat atas persamaan-persamaan dalam ruang Sementara TK harus beregenerasi secara lain baik fisik (geografis) atau abstrak dinamis. Ini bisa menjadi kelebihan (ideologi, jejaring elektronik). Namun sekaligus kekurangan TK. Kelebihannya, ketika bicara teater kampus, kita bisa sumber daya regenerasinya jadi tak menemukan masalah yang lebih rumit. terbatas. Selalu akan ada orang baru Esei ini akan membahas secara singkat yang siap jadi penerus. Kekurangannya masalah-masalah tersebut. terletak pada sejauh mana TK itu mampu ikut berubah dengan jaman Manajemen dan preferensi generasinya. Dengan Teater komunitas bisa memiliki banyaknya kelompok teater di kampus manajemen yang konstan. Mereka atau di luar kampus, TK harus mampu ikut bisa memiliki manajemen yang cukup berubah supaya peminatnya tidak hilang. berpengalaman dan tak ada kewajiban Negosiasi dan improvisasi branding dan mengganti-ganti kecuali jika si anggota marketing harus terus dilakukan sesuai keluar atau meninggal. Manajer kebutuhan. berpengalaman inilah yang bisa membuat teater komunitas bisa menjadi lebih Apresiasi profesional. Ini adalah masalah penting dalam TK. Kebanyakan calon anggota biasanya Sementara teater kampus memiliki ingin langsung berakting di panggung; manajemen yang terus berganti karena mereka ingin langsung dikenal dan selalu ada pergantian angkatan. Generasi diakui. Ini membuat banyak TK yang ingin berganti secara dinamis sehingga setiap punya regenerasi akhirnya bernegosiasi. angkatan baru naik, maka keilmuan Mereka memberi peran yang cukup


SPOTLIGHT banyak pada pemain tak berpengalaman yang membuat kualitas pertunjukkan jadi jeblok. Terlebih lagi, majunya media informasi dan industri pendidikan menciptakan generasi instan yang kualitas kerjanya sangat jelek. Nantinya metode regenerasi seperti ini alih-alih mengapresiasi malah akan membuat masalah baru karena kurangnya loyalitas dan kebiasaan menyepelekan segala sesuatu. Karena semua yang instan pasti jadi sepele dan tak tahan lama. Proses tak mungkin begitu saja dihilangkan.

yang memiliki posisi stabil di kampus untuk menjadi koordinator, dan menjaga konsistensinya. Hubungan dengan orang-orang dan komunitas lain di luar kampus juga sangat penting. Karena sebuah pertunjukkan teater adalah kerja kolaboratif yang menyangkut banyak elemen. Dalam pertunjukkan skala besar, outsourcing adalah hal krusial.

Sebagai penutup, harus selalu ada ruang di dalam struktur yang memungkinkan anggota-anggota bereksperimen dan berkembang. Dalam TK, sirkulasi posisi Sementara itu, ketika sebuah TK memiliki sama pentingnya dengan sirkulasi orang-orang yang sudah berproses generasi. Jadi kemampuan para dan berdedikasi tinggi, apresiasi harus anggotanya bisa berkembang terus. menjadi sebuah kewajiban. Semua Kualitas memang menjadi sebuah manusia butuh insentif untuk bisa keharusan, namun keutuhan komunitas berkarya. Ini dibutuhkan agar manusia harus menjadi tujuan utama, karena tidak terasing dari kerja kerasnya sendiri. TK seperti teater komunitas tidak bisa Apresiasi tersebut tidak harus berbentuk dijadikan tempat yang menguntungkan materi. Apresiasi juga bisa berarti sebuah secara ekonomis. pengertian dari sebuah hasil kerja. Bisa dengan membantu sedapat mungkin Akhirnya, kepercayaan dengan sesama agar beban kerja tidak terlalu berat, bisa anggota harus selalu dijaga, keluhan harus juga dengan memberikan pilihan-pilihan menjadi kritik membangun. Tujuannya lain untuk mengurangi beban kerja. Dan tetap adalah guyub, dan guyub berarti apresiasi yang paling kecil namun berarti hubungan sosial adalah modal utama. adalah mendengar keluhan dan kritik Artinya juga, pengertian antar anggota dari para pekerja keras ini dan sedapat dan flexibilitas dalam mengikuti jaman mungkin mengurangi masalah mereka. adalah keharusan. Jika para pekerja berdedikasi tidak diapresiasi dengan baik maka TK tersebut Memang bicara itu mudah. Tapi harus siap menerima masalah sosial yang elemen-elemen yang saya sebutkan bisa menyebabkan kemunduran yang di atas adalah keharusan. Tidak bisa lebih jauh. membangun komunitas dengan ego pribadi, karena teater adalah kerja sosial. Koneksi Selalu dibutuhkan orang lain untuk bisa Selain hal-hal di atas, koneksi juga hal menjalankannya. Seperti cinta; it takes yang tak kalah penting. Hubungan dengan two to tango. alumni dan birokrasi kampusnya sendiri (http://eseinosa.tumblr.com) harus berjalan baik. Harus ada orang


GAYA HIDUP

Dalam Tubuh yang Sehat, Terdapat Jiwa yang Sekarat

“Dalam tubuh yang kuat, terdapat pula jiwa yang sehat�. Namun pada kenyataanya, tubuh yang kuat tak melulu terdapat jiwa yang sehat. Jiwa yang sehat lahir dari kondisi lingkungan yang kondusif, yang dapat menerima manusia sebagai manusia. Gangguan kesehatan jiwa tidak harus selalu merujuk pada orang gila di jalan-jalan yang selalu tertawa tanpa adanya sebab yang jelas. Lebih luas lagi, gangguan jiwa merupakan suatu kondisi ketika keberlangsungan fungsi mental menjadi tidak normal baik kapasitasnya maupun keakuratannya, yang disebabkan salah satunya oleh faktor kebudayaan dan hubungan antar manusia. Di kota besar, khususnya di Jakarta, penderita gangguan jiwa semakin meningkat dari hari ke hari. Kondisi masyarakat yang selalu membeda-bedakan status sosial merupakan salah satu penyebabnya. Gempuran budaya asing yang masuk ke industri dalam negeri menjadikan masyarakat menderita culture shock. Culture shock menyababkan konsumerisme meningkat dan melahirkan perbedaan status sosial di masyarakat. Dari perbedaan status sosial tersebut,


GAYA HIDUP

lahirlah dari paham eksklusivisme yang merambah pergaulan anak muda. Paham eksklusivisme cenderung memisahkan diri dari masyarakat umum yang berpikiran dan berselera biasa, mainstream. Masyarakat, yang merupakan korban dari pasar atau media mainstream, yang disebut alay, umumnya tidak bisa menikmati produk-produk asing yang sedang menjadi tren karena faktor ekonomi. Hal ini menyebabkan para penganut paham eksklusivisme merasa eksklusif dengan tidak menjadi alay yang “seragam” dan yang lebih parahnya, mereka tidak ingin para alay memasuki ruang lingkup mereka. Para penganut paham jenis ini menolak sesuatu yang “seragam” dengan menyeragamkan diri dalam komunitas yang mereka pikir lebih kecil, elit dan eksklusif. Ironisnya, mereka pun menjadi pangsa pasar kapitalis yang lebih kecil dengan membeli barang-barang berlabel limited edition, yang harganya tak masuk akal. Di sisi lain, masyarakat –khususnya anak muda- yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya atau sebaliknya, akan kehilangan rasa percaya dirinya. Hal tersebut tidak akan pernah terjadi bila anak itu mempunyai mental yang kuat. Namun, dalam kondisi serba mudah seperti saat ini, anak muda akan lebih aktif mencari orang-orang dapat menerima mereka apa adanya lewat “dunia maya”, daripada memaksakan beradaptasi dengan realita yang tidak memanusiakan dirinya. Dengan demikian, mental-mental yang lahir adalah mental pengecut yang tidak dapat menerima realita. Mereka tidak dapat lagi membedakan mana yang nyata dan mana yang maya. “Dunia maya” telah menjadi candu bagi anak muda dan mereka menerimanya sebagai realita yang mereka hadapi setiap hari. Hal ini yang menyebabkan mental anak muda menjadi lemah dan tidak dapat menerima realita yang sebenarnya. Bila melihat fenomena yang terjadi saat ini, bukan sesuatu yang mengejutkan bila penderita GANGGUAN kesehatan jiwa semakin meningkat. Kesehatan jiwa tidak hanya lahir dari kondisi tubuh yang kuat, tetapi juga dari kondisi lingkungan yang “sehat”. Sementara, hubungan antar-manusia semakin tak kondusif dengan selalu mecari perbEdaan untuk dipermasalahkan, para penderita gangguan jiwa semakin merajalela. Namun, kondisi lingkungan yang “sehat” saat ini bagaikan oase di padang gersang. (BuKin/BAP)


NUSANTARA

Instanisasi Selembar Sirih Hijau, daun berbentuk jantung, meruncing tampak tajam, berbatang bulat, tumbuh menjalar di pohon lain, bahkan sampai ke tembok-tembok bangunan dan mempunyai berbagai macam khasiat. Menurut wikipedia, sirih merupakan tanaman asli Indonesia. Berbagai versi menceritakan asal-usul tanaman sirih dalam kebenarannya masing-masing. Seiring dengan jalannya waktu, sirih telah menjadi bagian dari tradisi bangsa Indonesia. Sirih, khususnya daun, dikenal sebagai obat alami. Tidak hanya untuk obat, masih banyak segudang manfaat dari daun sirih. Di Kalimantan, sirih juga digunakan sebagai simbol untuk upacara adat seperti penyambutan tamu, pernikahan, dan lainnya. Secara umum, masyarakat Indonesia saat ini hanya mengenal sirih sebagai obat alami yang diberikan secara turun menurun dari nenek moyang. Sebagai obat, daun sirih dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan, mimisan, diare, radang tenggorakan, membesihkan daerah kewanitaan dan masih banyak lagi. Daun sirih umumnya digunakan sebagai pembersih daerah kewanitaan. Para kaum ibu lebih senang menggunakan daun sirih secara alami daripada harus membeli pembersih dalam kemasan karena lebih murah, dan mereka kebanyakan adalah ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu luang. Namun, hal serupa tidak berlaku pada anak muda umumnya. Dengan berkembangnya zaman, kealamian daun sirih telah dapat dirasakan dalam kemasan yang bisa dibeli di pasar. Kealamiannya perlahan mulai tercampur dengan zat-zat kimia, yang mungkin berbahaya. Generasi saat ini nyatanya lebih senang untuk merekonstruksi nilai-nilai dan tata cara yang telah ada. Anak muda, sebagai generasi baru, lebih memilih menggunakan daun sirih dalam kemasan dengan alasan lebih terpercaya, praktis dan efisien. Mayoritas anak muda sering mengidentikkan penggunaan daun sirih alami sering dengan selera nenek-nenek zaman dahulu. Tak hanya itu, mereka pun beralasan, kelangkaan daun sirih di kota-kota besar untuk tidak memakai


NUSANTARA

daun sirih secara alami. Masyarakat tak lagi mau berlama-lama mengolah daun sirih. Semua sudah tersedia di pasar. Begitu banyak alasan untuk tidak menggunakan daun sirih alami, tapi lebih dari itu, ada sesuatu yang hilang dari generasi baru. Proses. Masyarakat –khususnya anak muda- saat ini telah melupakan proses pengolahan. Proses, dinilai sebagai sesuatu yang hanya membuang-buang waktu. Semua ingin yang praktis tanpa peduli dengan kualitas yang didapat. Instan telah didewakan. Tapi, tidak selamanya yang instan itu buruk. Segala sesuatu dapat dinilai baik dan buruknya tergantung pada kesadaran dalam penggunaannya. Sadar akan bahaya kebiasaan instan, sadar dengan kualitas yang menurun, sadar dengan efisiensi waktu bila harus melalui proses. Terlalu banyak melakukan sesuatu yang instan dapat menyebabkan penurunan kualitas diri. Sedangkan, melulu berlama-lama mengikuti proses pun menyebabkan pikiran dan pemahaman seseorang terhadap nilai-nilai baru akan tertinggal. Namun, proses harusnya dijadikan “penawar� bagi generasi yang terlanjur tenggelam dalam kebiasaan instan. (BuKin/BAP)


ANGKRINGAN

Psikopat Korup

Ini adalah proses penemuan saripati kehidupan. Yang dimulai dari sebuah pencarian. Pencarian yang tak kunjung menghasil karena tak puas-puas. Maka disimpan catatannya dengan ditulis. Seperti rekan-rekan lain yang mengawali dengan memperkenalkan diri, maka begitu juga saya. Kalau memang perlu, bolehlah diketahui bahwa yang berceloteh ini dikenal dengan Sal.

napi selebriti. Dan terima kasih untuk Gayus yang menciptakan tren napi hedon.

Kalau mau tahu nama panjangnya, silakan dikira-kira sendiri. Terserah saja. Karena saya selalu merasa, apapun anggapan orang atas diri saya, saya tetap yang paling hebat dan paling benar. Saya suka sekali dipuji, saya suka sekali dibicarakan orang. Nyatanya memang banyak yang membicarakan saya. Saya memang populer.

Kalo si hipster Popskii menanggapinya begini, �Korup ataupun tidak korup bukan soal gender. Para perempuan yang dipercayakan suatu jabatan karena dianggap bebas korupsi, akhirnya korupsi juga. Tapi tersangka perempuan dari kasus suap dan korupsi pasti bakal jadi sasaran empuk media.� Betul juga.

Tapi akhir-akhir ini saya sering merasa kalah pamor jika dibandingkan sama koruptor dan tukang suap. Setiap kali saya nonton berita, ada-ada saja tingkahnya. Ada yang romantis-romantisan sama pacar baru, ada yang mempertahankan rambut ungunya dan enggan kenakan baju tahanan saat sidangnya diliput pers, jogging di dalam sel tahanan, ada juga yang sampai merancang interior design buat kamar tahanannya. Najong. Nanti lama-lama ada juga istilahnya

Atau malah ada benarnya, kalo para koruptor itu menderita gangguan jiwa, pertama karena mereka tidak merasa bersalah karena telah menilep uang yang bukan punya mereka, yang jika diidentifikasi, gejala yang demikian merujuk pada penyakit jiwa kategori psycopathos. Misalnya, sering berbohong, senang melakukan pelanggaran, kurang empati, manipulatif dan mengorbankan orang lain demi kesenangannya sendiri. Kedua karena mereka narsis! Jadi sorotan

Berikut ini opini Mbah Jarwo, rekan saya yang suka kasih wejangan kusut. “Mental kita sebagai orang Indonesia ya masih kayak sobiman, sosok binatang mirip manusia. Tapi yang ironis ya mosok sobiman suruh mimpin negeri?�. Nah lho. Kusut gak tuh?


ANGKRINGAN

karena perilaku menyimpang malah bangga. Menurut sumber yang bisa dipercaya, narsisme itu salah satu jenis gangguan kejiwaan. Dan menurut sumber lain lagi yang juga bisa dipercaya, pada dasarnya setiap orang memang punya potensi untuk memiliki gangguan kejiwaan dan akan timbul jika dibarengi dengan faktor pemicu, salah satunya perasaan tertekan. Jadi saking tertekannya para ibu-ibu pesakitan tadi, mereka tetap cari cara untuk terlihat tidak tertekan. Kalo setiap orang ternyata punya potensi punya gangguan kejiwaan, saya jadi bertanya sendiri lagi tentang kondisi saya dan lingkungan sekitar saya. Dan pertanyaan apakah saya termasuk orang dengan gangguan jiwa juga pernah terlintas. Apakah perilaku saya sampai menyabot hak orang lain? Apakah saya merasa tidak bersalah lalu mencari pembenaran? TKI pun sebelum berangkat keluar negeri mengemban misi mulianya harus melewati tes tersebut. Supaya tidak mengalami gegar budaya, dan hal-hal buruk yang menimpa TKI sebelumnya tidak terulang. Mungkin para calon wakil rakyat juga perlu di-screening kejiwaannya, supaya ketahuan dulu, kondisi mentalnya bagaimana. Tapi jangan tunggu jadi pesakitan dulu kalau mau di tes kesehatan jiwanya. Jangan-jangan nanti kalau terbukti sakit jiwa malah jadi kebal hukum. (BuKin/MNP)


RUANG TAMU

Bencana Alam yang Masih Menyimpan Tanya Oleh: May Rahmadi

Waktu itu, mendadak saya diundang oleh teman saya untuk membicarakan seputar rencana diadakannya bakti sosial (baksos) untuk korban bencana alam yang belakangan ini terjadi di Indonesia. Bencana alam yang tak pernah terduga, tak pernah terpastikan, untuk kesekian kalinya membuat saya bertanya-tanya tentang makna “tiba-tiba”. Apakah ada sesuatu yang tiba-tiba? Loyalitas Setelah beberapa rencana tersusun, obrolan ringan pun dimulai kembali. Seorang teman bercerita tentang fenomena meletusnya Gunung Merapi dan kaitannya dengan Mbah Maridjan. Katanya, Mbah Maridjan hanya akan turun dari Gunung Merapi jika diperintahkan turun oleh yang memberikan amanat dan mempercayainya menjadi “juru kunci” dari gunung tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Bagi temannya, Mbah Maridjan adalah sosok pemimpin yang patut dicontoh karena kesetiaannya pada amanat yang diberikan oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Loyalitas terhadap komitmen

dan dedikasinya kepada Sang Sultan membuat dirinya menolak untuk turun menghindari amukan Gunung Merapi meskipun harus merelakan nyawa. Ia hanya menyuruh warga sekitarnya turun, sedangkan dirinya sendiri menolak untuk turun sebelum diperintahkan turun oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Padahal, Sultan Hamengkubuwono IX itu sudah meninggal 22 tahun yang lalu. Tapi itulah yang menjadi alasan teman saya tentang mengapa Mbah Maridjan patut menjadi panutan bagi para pemimpin-pemimpin di bumi ini. Bagi saya, itu adalah hal yang aneh dan tidak masuk akal. Absurd dan irasional. Bagaimana mungkin seseorang hanya


RUANG TAMU akan turun dari Gunung Merapi hanya jika diperintahkan oleh “atasannya” yang memberikannya amanat untuk menjadi juru kunci dari Gunung tersebut, sedangkan “atasannya” itu sudah mati? Apakah sebegitu mengakarnya konstruksi sosial yang telah ditanam di benak masyarakat kita –yang mengukur tingkat kepahlawanan seseorang dengan harus menjadi setia pada amanat yang diberikan oleh atasan kita? Karena bagaimanapun semua itu hanyalah konstruksi sosial. Bagi saya, hal yang dilakukan oleh Mbah Maridjan itu mirip seperti apa yang telah dilakukan oleh Ayahnya Nabi Ibrahim –menyembah apa yang telah dibuat oleh manusia– yang teralienasi karena patung buatannya sendiri. Tapi meski begitu, Mbah Maridjan ataupun Ayah Nabi Ibrahim adalah seorang manusia. Bencana Alam, Ulah Siapa? Pada tahun 2010, tahun ketika Merapi meletus, seorang menteri pernah beropini tentang bencana alam yang terjadi di Indonesia. Katanya, bencana alam di Indonesia ini disebabkan karena hal-hal porno yang semakin merebak di Indonesia. Argumennya begitu jelas dan tendensius meskipun tidak masuk akal. Saat itu, teman saya yang lainnya ikut bercerita tentang apa yang terjadi dibalik amuk Gunung Merapi, marah bumi Wasior, dan Tsunami yang ternyata masih juga haus nyawa di Mentawai. Ia berpendapat, bahwa kita telah terlalu banyak dosa dan wajar kalau “alam” marah. Saya tak banyak melihat perbedaan antara pendapat teman saya dan seorang menteri tadi. Di poin ini, saya seperti melihat ke masa lalu. Masa di mana ilmu pengetahuan belum berkembang. Masa di mana jutaan pertanyaan menakutkan dan menggelisahkan manusia, harus terjawab. Adalah masa di mana manusia percaya bahwa petir disebabkan karena kemarahan para dewa. Atau penyakit kulit adalah kutukan dari entah siapa yang entah di mana. Semua kepercayaan itu adalah jawaban di masanya. Jawaban yang setidaknya menjawab banyak pertanyaan yang menggelisahkan manusia sebelum ilmu pengetahuan berkembang. Dan jawaban-jawaban serupa itu, saya temui di pendapat teman saya dan seorang menteri di negara ini. Namun yang terpenting bagi semua korban bencana alam yang terjadi di bumi kita adalah,“Mereka membutuhkan apa yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan!”.


RESENSI

Tanah Surga ‌Katanya


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.